Pengembangan RSPI Sulianti Saroso dengan Penekanan pada Sirkulasi ADITYA SUKMA NEGARA BAB II STUDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan RSPI Sulianti Saroso dengan Penekanan pada Sirkulasi ADITYA SUKMA NEGARA BAB II STUDI"

Transkripsi

1 BAB II STUDI 2.1 Tinjauan Umum Studi Pustaka Definisi Pengertian Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992: Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan penderita yang dilakukan secara multidisiplin oleh berbagai kelompok profesional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana fisik. Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik disebut rumah sakit umum. Wikipedia Bahasa Indonesia: Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Istilah hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan hospitality (keramahan). Menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care: An integral part of social and medical organization, the function of which is to provide for the population complete health care, both curative and preventive and whose out patient service reach out to the family and its home environment; the hospital is also a centre for the training of health workers and for biosocial research Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu unit yang memberikan pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan baik penderita maupun masyarakat yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Selain itu rumah sakit juga pusat pelatihan tenaga kesehatan dan tempat penelitian Pengertian Penyakit Infeksi Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 5 of 54

2 kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion dan virois (Wikipedia Bahasa Indonesia) Infeksi adalah masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit ke dalam tubuh manusia atau binatang. Infeksi tidak sama dengan penyakit infeksius; akibatnya mungkin tidak kelihatan (lihat infeksi yang tidak kelihatan) mungkin juga manifes (lihat penyakit infeksi). Ditemukannya bibit penyakit di permukaan tubuh, dipermukaan alat-alat, pada alat-alat yang tercemar tanah disebut sebagai kontaminasi (lihat infestrasi dan kontaminasi) bukan infeksi. Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh invasi patogen atau mikroorganisme yang berkembang biak dan bertahan hidup dengan cara menyebar dari satu orang ke orang lain sehingga menimbulkan sakit Pengertian Rumah Sakit Penyakit Infeksi Rumah Sakit Penyakit Infeksi adalah suatu tempat atau wadah bagi masyarakat / pasien yang mengidap penyakit yang disebabkan oleh Virus yang dapat mematikan. Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) adalah rumah sakit khusus merawat pasien-pasien yang sakit karena terinfeksi virus-virus yang mematikan dan tergolong penyakit baru di Indonesia pada umumnya dan di wilayah DKI Jakarta khususnya. Perbedaan RSPI dengan rumah sakit lainnya adalah dalam hal spesialisasi penanganan penyakit-penyakit khusus seperti penanganan penyakit Avian Influensa (flu burung) yang sedang marak pada saat ini, HIV AIDS, SARS, dan penyakit-penyakit menular lainnya. Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa rumah sakit penyakit infeksi adalah tempat atau wadah bagi masyarakat / pasien yang sakit karena terinfeksi virus-virus yang mematikan dan tergolong penyakit baru di Indonesia Jenis-Jenis Rumah Sakit Berdasarkan Fungsi Rumah sakit umum Rumah sakit terspesialisasi Rumah sakit penelitian/pendidikan Rumah sakit lembaga/perusahaan UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 6 of 54

3 Berdasarkan Kriteria Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria (Siregar dan Lia, 2004) sebagai berikut: 1. Klasifikasi berdasarkan kepemilikan, terdiri dari: a. Rumah sakit pemerintah, terdiri dari: Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan Rumah sakit pemerintah daerah Rumah sakit militer Rumah sakit Badan Usaha Milik Negara (BUMN) b. Rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat (swasta) 2. Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan, terdiri dari 2 jenis: a. Rumah sakit umum, memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai penyakit. b. Rumah sakit khusus, memberi pelayanan diagnosa dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah, contoh: rumah sakit kanker maupun rumah sakit jantung. 3. Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri dari 2 jenis: a. Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi. b. Rumah sakit nonpendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan profesi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universitas. 4. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah, dibagi menjadi: a. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas. b. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas. c. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar. d. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 7 of 54

4 Standar Bangunan Rumah Sakit Standar Umum Bangunan Negara Berdasarkan Permen PU NOMOR: 45/PRT/M/2007, telah ditetapkan standar tekhnis bangunan yang terdapat di halaman (terlampir). Rumah Sakit Kelas A dan B termaksud dalam klasifikasi bangunan tidak sederhana Standar Bangunan Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes No. 340/Menkes/PER/III/2010 terdapat Standar bangunan yang harus dimiliki sesuai dengan kelas RS (terlampir) Standar RS Kelas B RSPI Sulianti Saroso adalah RS kelas B pendidikan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 159b/Menkes/PERMENKES/II/1988 Rumah sakit Tipe B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang kurangnya 11 jenis spesialistik. Secara umum berdasarkan Direktorat Instalasi Medik Dirjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, rumah sakit tipe bmemiliki beberapa kriteria umum yang harus dimiliki dalam melayani kesehatan bagi pasien. Kriteria umum (terlampir) Studi Banding RSUP Persahabatan Di Indonesia RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso adalah satu-satunya rumah sakit khusus penyakit Infeksi. Oleh karena itu maka peneliti melakukan studi banding pada rumah sakit khusus yang berhubungan dengan infeksi, yaitu Rumah Sakit Paru Persahabatan. RSUP Persahabatan adalah Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas A Jenis-jenis Pelayanan di RSUP Persahabatan a. Pelayanan Gawat Darurat (terpusat di Instalasi Gawat Darurat) b. Pelayanan Rawat Jalan Pelayanan rawat jalan (poliklinik) melayani konsultasi umum dan spesialistik : - Klinik Bedah - Klinik Bedah Toraks dan Kardiovaskular - Klinik Penyakit Dalam - Klinik Kesehatan Anak dan Imunisasi - Klinik Mata - Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan - Klinik THT - Klinik Paru dan Asma UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 8 of 54

5 - Klinik Syaraf - Klinik Kulit Kelamin - Klinik Jantung - Klinik Gigi dan Mulut - Klinik Akupuntur - Klinik Kesehatan Jiwa, Psikologi, Detoksikasi Narkoba - Klinik Konsultasi Gizi c. Pelayanan Rawat Inap Fasilitas layanan rawat inap terdiri dari 4 Instalasi Rawat Inap (IRIN), yaitu : 1) IRIN A 2) IRIN B 3) IRIN C 4) IPI, yang terdiri dari ICU dan ICCU Tersedia tempat tidur berdasarkan kelas, yaitu : Kelas III : 299 tempat tidur Kelas II : 144 tempat tidur Kelas I : 54 tempat tidur Kelas VIP II : 12 tempat tidur Kelas VIP I : 27 tempat tidur Kelas Super VIP : 2 tempat tidur ICU / ICCU / HCU : 15 tempat tidur Isolasi : 12 tempat tidur d. Pelayanan Kamar Bedah Sentral Fasilitas: 10 kamar bedah Ruang persiapan pre-op Ruang pemulihan (recovery room) dengan 12 tempat tidur Ruang depo farmasi internal, sterilisasi, dll. e. Pelayanan Perawatan Intensif (ICU) Intensive Care Unit (ICU) : 8 tempat tidur Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) : 8 tempat tidur High Care Unit (HCU) : 2 tempat tidur Neonate Intensive Care Unit (NICU) : 2 tempat tidur RICU : 4 tempat tidur Intermediate Ward : 4 tempat tidur UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 9 of 54

6 f. Unit Haemodialisa Unit haemodilisa RSUP Persahabatan dapat melayani pasien dengan HIV (+) atau Hepatitis(+). Kapasitas : 10 tempat tidur g. Pelayanan Penunjang Medik: 1) Radiologi 4) Radioterapi 7) Apotik 2) Laboratorium 5) Pemusalaraan Jenazah 8) PMI 3) Hemodialisa 6) Farmasi 9) Rehabilitasi Medik Gedung Pelayanan Utama RSUP Persahabatan (Terlampir) Gambaran Kondisi RSUP Persahabatan per 2010 (Terlampir) Kelebihan dan Kekurangan Arsitektur Bangunan RSUP Persabahatan Kelebihan RSUP Persahabatan telah menggunakan tema Arsitektur Hijau yang berprinsip ramah lingkungan dan ekosistem melalui pencanangan strategi pelayanan rumah sakit berbasis kenyamanan dan keamanan lingkungan dengan tipologi masyarakat perkotaan. RSUP Persahabatan menciptakan lingkungan rumah sakit yang lebih hijau, natural, alami, dan dekat dengan alam; dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi pasien yang berkunjung dan yang dirawat, sehingga mempercepat proses penyembuhan sekaligus sebagai sarana relaksasi tidak hanya bagi pasien, tetapi juga untuk keluarga, pengunjung, dan pegawai RSUP Persahabatan sendiri. Konsep Green Hospital ini senapas dengan tugas RSUP Persahabatan sebagai RS Pusat Rujukan Kesehatan Respirasi, yaitu tidak saja memperbaiki paru-paru pasien-pasiennya tetapi juga menjadi paru-paru untuk lingkungan dan ekosistem sekitarnya. Tidak hanya itu, adanya ruang terbuka yang luas di kawasan RSUP Persahabatan, menjamin tersedianya area resapan air yang dapat mengurangi frekwensi dan intensitas bencana banjir tahunan di Jakarta Kekurangan Kekurangan dari RSUP Persahabatan adalah bangunan masih merupakan bangunan lama sehingga tampak suram dan kotor. Perawatan bangunan kurang diperhatikan. Di beberapa tempat terlihat penataan ruangan yang kurang tepat dimana memiliki kepadatan pengunjung yang termaksud tinggi sehingga ruangan terasa sesak. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 10 of 54

7 Studi Lapangan RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Sejarah Singkat RSPI-SS - Tahun 1958: Stasiun Karantina di daerah Pelabuhan Tanjung Priok (pindahan dari Pulau Onrust Kuiper), fungsi utamanya adalah menampung penderita penyakit Karantina dari kapal. - Tahun 1964, Stasiun Karantina berfungsi menampung penderita cacar dari Jakarta dan sekitar - Tanggal 28 April 1978 menjadi Rumah Sakit Karantina dan berada dibawah Direktorat Jenderal P4M DepKes. Rumah Sakit Karantina mempunnyai tugas Menyelenggarakan pelayanan pengobatan, perawatan, karantina dan isolasi serta pengelolaan penyakit menular tertentu. Dalam perjalanannya, Rumah Sakit ini tidak hanya pasien yang menderita penyakit yang termasuk dalam UU wabah/uu Karantina tetapi juga penyakit menular atau infeksi lainya. - Tanggal 17 juni 1992, peletakan batu pertama pembangunan RS dilakukan Menteri Kesehatan waktu itu Dr. Ardhyatma, dihadiri duta Besar Jepang untuk Indonesia Mr. Michiko Unihiro. - Tanggal 24 September 1993, pembangunan Rumah Sakit selesai dan secara resmi diserahkan oleh pemerintah Jepang kepada Pemerintah Indonesia dalam hal ini Direktur Jenderal PPM & PLP. Mulai tanggal 1 Desember Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi RSPI Sulianti Saroso mempunyai tugas: - Menyelenggarakan pelayanan medis dan keperawatan secara paripurna - Sebagai kegiatan penunjang dalam upaya pengkajian penyakit infeksi dan penyakit menular - Sebagai pusat pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang penyakit infeksi dan penyakit menular beserta factor risikonya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan - Sebagai tempat penyusunan bahan kebijakan serta standar penanganan/pengendalian penyakit infeksi dan penyakit menular. Dalam melaksanakan tugas RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan penatalaksanaan penyakit infeksi dan penyakit menular. b. Pelaksanaan pelayanan rujukan nasional di bidang penyakit infeksi dan penyakit menular. c. Pengkajian penyakit infeksi dan penyakit menular, baik di bidang klinik, epidemiologi dan factor risikonya. d. Pengkajian pelaksanaan system kewaspadaan dini dan penanggulangan wabah/kejadian Luar Biasa (KLB). e. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang penyakit infeksi dan penyakit menular. f. Pelaksanaan urusan hukum dan kemitraan; UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 11 of 54

8 g. Pelaksanaan administrasi umum dan keuangan Pelayanan RSPI-SS A. Pelayanan Medis 1. Instalasi Gawat Darurat : Pelayanan 24 jam, berlokasi di depan Gedung utama Rumah Sakit 2. Instalasi Rawat Jalan : Pelayanan Rawat Jalan berlokasi di gedung utama. Waktu pelayanan setiap hari kerja (Senin - Jumat) jam WIB. Melayani pasien umum, Askes, Jamsostek, Jamkesmas, Gakin /SKTM, KLB dan pasien dengan jaminan perusahaan. Jenis pelayanan poliklinik di RS Sulianti Saroso: - Poliklinik Anak - Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan - Poliklinik Penyakit Dalam - Poliklinik Bedah Umum - Poliklinik Paru - Poliklinik Bedah Bedah Syaraf - Poliklinik Syaraf - Poliklinik Bedah Orthopedi - Poliklinik THT - Poliklinik Kulit dan Kelamin - Poliklinik Gigi - Poliklinik Medical Check Up - Poliklinik Immunisasi - Poliklinik Konseling Gizi - Poliklinik Mata - Poliklinik Konseling HIV-AIDS 3. Instalasi Rawat Inap Ruang Kelas Jumlah Tempat Tidur Aster II 2 III 24 Dahlia II 2 III 24 Mawar/Isolasi - 11 Cempaka I 12 HCU 1 Anggrek I 10 II 3 III 4 Flamboyan II 3 III 8 Bougenville I 2 II 4 III 18 HCU 7 Perinatologi - 5 ICU Non Infeksi 3 Infeksi 8 UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 12 of 54

9 4. Instalasi Bedah Sentral : Pelayanan bedah terpadu untuk tindakan operatif terencana maupun darurat dan diagnostik. Fasilitas terdiri : 2 kamar operasi,ruang persiapan dan ruang pulih sadar. 5. Instalasi Care Unit : Kapasitas tempat tidur Perawatan Intensif RS Sulianti Saroso berjumlah 11 tempat tidur terdiri dari 8 tempat tidur untuk kasus-kasus infeksi dan 8 Ventilator dan 3 tempat tidur untuk kasus-kasus non infeksi dan 3 Ventilator, dan Mobile X-ray. Dilengkapi dengan sarana peralatan kedokteran yang canggih serta didukung spesifikasi ruangan negatif presure. 6. Perinatologi : Memberikan pelayanan kepada bayi baru lahir yang memerlukan perawatan dan pengawasan khusus dengan didukung fasilitas 5 tempat tidur, 2 CPAP dan peralatan penunjang 7. Ruang Isolasi Airbone : Ruang Perawatan kasus-kasus infeksi yang ditularkan melalui udara dengan dilengkapi dengan tekanan negatif, filter HEPA, Anterum. Kapasitas 35 tempat tidur. 8. Kamar Bersalin : Perawatan kebidanan dan ibu bersalin memberikan pelayanan khusus kepada wanita dan ibu bersalin melalui pertolongan persalinan baik normal maupun dengan penyulit B. Penunjang Medis 1. Laboratorium : Memberikan pelayanan 24 jam,berada disamping kanan gedung utama, dengan fasilitas gedung 4 lantai terdiri dari lab microbiologi dan patologi klinik 2. Farmasi : Memberikan pelayanan 24 jam bagi pasien umum, Askes, Jamkesmas,Gakin/ SKTM, KLB maupun dengan jaminan perusahaan dan ARV. Menjalankan pharmaceutical care : tersedia PIO (Pelayanan Informasi Obat) dan konseling obat HIV AIDS dan Infeksi opertunistiknya. 3. Radiologi : CT-SCAN, RADIOGRAFY DENGAN FLUROSCOPY, PEMERIKSAAN USG 3D, RADIOGRAFY PANORAMIC & CHEPALOMETRI, RADIOGRAFY DENTAL KONVENSIONAL 4. Rehabilitasi Medis: Fisioterapi, Okupasi Terapi dan Psikologi C. Fasilitas Penunjang 1. Ambulan : 8 unit 2. Rumah Sakit Lapangan/Field Hospital : 96 tempat tidur 3. Pemulasaraan jenazah dan rumah duka Deskripsi dan Kondisi RSPI-SS Deskripsi RSPI-SS Lokasi : Jl. Sunter Permai Raya, Sunter Jakarta Utara Pemilik : Departemen Kesehatan Luas Tapak : ± m2 KDB : 20 % Ketinggian bangunan : 4 Lantai UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 13 of 54

10 Kondisi RSPI-SS Area isolasi penyakit infeksi yang menyatu dengan instalasi non infeksi dapat menyebabkan ketidaknyamanan dari orang masyarakat ketika berkunjung ke RSPI Sulianti Saroso 2.2. Tinjauan Khusus Tema Pengertian Tema Sirkulasi dalam Arsitektur Sirkulasi adalah elemen yang sangat kuat dalam membentuk struktur lingkungan. 1 3 prinsip utama dalam pengaturan teknik sirkulasi : 1. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif. 2. Jalan harus dapat memberikan orientasi pada pengemudi dan membuat lingkungan jelas terbaca. 3. Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 14 of 54

11 Ada 3 pola sirkulasi : linier Pola linier adalah jalan lurus yang dapat menjadi unsur pembentuk utama deretan ruang.tipe ruang ini biasanya menempatkan fungsi-fungsi yang ada dalam satu tata atur yang menyerupai sebuah garis lurus yang meneruskan fungsi dari ruang satu ke ruang yang lain sehingga terjadi interaksi tatap muka langsung antar keduanya. Ruang ini dapat diakses melalui satu arah saja yaitu dari depan menuju punggung ruangan. Ruang tipe ini dapat diperbesar kesamping namun tetap memiliki arah yang sama. 1. Sumber: Helena hapsari blog radial Tipe Ruang radial merupakan perkembangan dari tipe ruang pertama hanya saja pada tipe ini punggung saling berhadapan sehingga muka mengarah keluar dan tidak ada akses masuk untuk kedalam. Pada jenis tipe radial harus menentukan satu fungsi ruang yang akan dijadikan pusat perhatian penghuni, dan ruang yang memiliki fungsi lain akan selalu mengarah/memusatkan pada ruang yang dijadikan pusat. spiral Pola spiral adalah suatu jalan menerus yang bersasal dari titik pusat, berputar mengelilinginya dan bertambah jauh darinya. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 15 of 54

12 network pola ini terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik-titik terpadu dalam ruang. campuran pola ini dalah kombinasi dari sirkulasi pada suatu bangunan, misalnya. Karenya terbentuk orientasi yang membingungkan. Dalam satu bangunan yang komplek memiliki sirkulasi yang beragam (campuran) Sistem Sirkulasi di Rumah Sakit Definisi Sirkulasi di Rumah Sakit Rumah sakit adalah tipe bangunan yang mempunyai banyak pengguna yang harus dipuaskan kebutuhannya. Semua pengguna tersebut melakukan pergerakan. Dalam melakukan pergerakan inilah, pengguna menggunakan elemen-elemen sirkulasi sehingga semakin banyak pengguna maka semakin komplek pula sirkulasi yang terjadi. Sirkulasi utama sering dideskripsikan seperti jalan di rumah sakit. Jalan dibuat saling berkaitan dan menjadi satu kesatuan namun dari bagian bagian yang berbeda seperti urban design, juga jalan ini mempunyai pergerakan lalu lintas (James,1994). Tata sirkulasi adalah suatu tatanan dari bagian bangunan yang merupakan alur penghubung antara satu bagian bangunan ke bagian bangunan yang lain. Berdasarkan fungsinya, elemen sirkulasi terbagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Entry bukaan untuk masuk dan keluar suatu area dalam rumah sakit, UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 16 of 54

13 2. Sirkulasi horisontal yaitu penghubung antar bagian bangunan secara mendatar misalnya selasar, selasar dan pedestriant. Sirkulasi horisontal ini tidak hanya di dalam bangunan rumah sakit tetapi di luar rumah sakit juga. Persentasi kemiringan pada jenis sirkulasi ini tidak lebih dari 10 %. Sedangkan alat transformasi jenis sirkulasi horizontal ini adalah koridor dan konveyor. 3. Sirkulasi vertikal yaitu penghubung antar bagian bangunan atas dan bawah seperti tangga, elevator dan ramp antar lantai (Mustikawati, 2002). Pengguna jalur sirkulasi ini adalah pasien, pengunjung, karyawan rumah sakit, tenaga medis dan paramedis, servis (Hatmoko, 2003). Sedangkan menurut Olds dan Daniel (1987), tata sirkulasi yang baik adalah bila : a. Mempunyai entrance yang: terlihat baik, terlihat sebagai entry point terlindung dari segala cuaca dan lalu lintas jalan raya, bisa di jangkau oleh semua pejalan kaki, penyandang cacat dan kendaraan. Mempunyai tempat untuk transisi secara fisik maupun psikis dari area terbuka atau jalan raya menuju gedung. Bila mempunyai beberapa entrance maka salah satu harus dapat dibedakan dan terlihat jelas. b. Mempunyai area parkir yang cukup luas untuk keluarga pasien, pengunjung dan staf. Area tersebut terjamin dan mudah dijangkau dengan mudah pula akses ke entrance gedung. Serta mengelilingi gedung. c. Mempunyai selasar, area transisi dan jalur sirkulasi yang: dapat mengarahkan pengguna menuju tempat yang dituju. Hangat, berkesan mengundang dan informatif. Mudah dan nyaman bagi penggunanya, terlihat bersih secara pandangan, menyediakan orientasi pada waktu sebaik dalam ruangan, mempunyai pencahayaan yang cukup, lantai yang nyaman dan plafond yang berkesan intim. Masing masing pengguna jalur sirkulasi ini mempunyai tuntutan yang berbeda beda. Pasien membutuhkan jalur yang pendek, namun nyaman dan aman. Pengunjung membutuhkan jalur yang accessable, komunikatif dan nyaman. Servis membutuhkan jalur yang terpisah dari jalur pengunjung untuk menjaga kenyamanan pengunjung (Hatmoko, 2003). Sedangkan untuk tenaga medis dan paramedis menginginkan jalur yang dekat dari satu bagian ke bagian yang lain. Dalam memberikan kepuasan terhadap pengguna tata sirkulasi ini menempuh dua cara yaitu dengan memperbaiki ukuran atau standar fisik dan membuat tata sirkulasi ini memuaskan secara psikologis. Memperbaiki ukuran atau standar fisik tata sirkulasi rumah sakit dengan menggunakan standar Internasional ukuran elemen tata sirkulasi sedangkan memuaskan secara psikologis dengan cara menjawab kebutuhan kepuasan dasar manusia. Kepuasan dasar manusia akan berorientasi, aman, nyaman, dihormati dan tenang. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 17 of 54

14 Berorientasi yang dimaksudkan adalah orang menjadi tidak bingung dan diberi kemudahan, sedangkan rasa dihormati dan tenang juga tercakup dalam rasa nyaman (Kliment, 2000) Selain standar dan kriteris sirkulasi yang baik juga di dukung adanya kemudahan mencari sebuah titik di rumah sakit dan penanda di rumah sakit, mengingat rumah sakit mewadah berbagai kegiatan dan digunakan oleh penguna yang understress. Dan juga sebagai sebuah bangunan publik diharuskan untuk memiliki jalur darurat apa bila terjadi hal hal yang tidak diinginkan seperti adanya bencana alam terutama gempa bumi dan bahaya kebakaran misalnya. Standar Fisik dan Kriteria Sirkulasi yang baik a. Standar Fisik Elemen Sirkulasi Menurut Neuvert (1999) standart atau ukuran yang telah di standarisasi secara internasional mengatur ELEMEN SIRKULASI URAIAN UKURAN Jalan keluar masuk Pemisahan sirkulasi untuk pejalan kaki Dan kendaraan bermotor kecuali jalan buntu. Untuk jalan yang digunakan bersama, diberi pembedaan tekstur agar terjadi pengurangan kecepatan Pencahayaan cukup Membatasi jumlah kendaraan yang masuk Bebas halangan pandangan Kapasitas 2 mobil 4,1 m 5, 5 m Kapasitas 1 mobil Minimal 3 m Jalan setapak Aman, nyaman terlindung dari angin dan hujan Tiap pejalan kaki 0,6-0,75 m Dengan kereta dorong / kursi roda 1,7 1,8 m Parkir Terlihat jelas Ada daerah bebas parkir untuk putar dan sirkulasi Untuk sudut 45, jarak antar mobil 3,4 m. Lebar mobil 2,4 m dan panjang mobil 5,5 m Kapasitas parkir 1,5 2 kendaraan / TT Pintu masuk Bisa di lalui penyandang cacat berkursi roda Membuka ke luar Lebar pintu1,2 1,8 m Luasan area putar 1,5 x 1,5 m2 Mempunyai daerah putar Pintu Darurat Melindungi dari api dan asap Berhubungan dengan dunia luar Jarak antara 1 jalur ke jalur lain minimal 64 m Tangga darurat Bebas api dan asap Jarak antar tangga maksimal 45 m Lebar min 2,8 m Lebar bordes >1,95 m UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 18 of 54

15 Lebar anak tangga bawah dgn pintu> 1,95 m Lebar anak tangga > 1,2 m Tinggi antar bordes 2m Jarak anak tangga ujung ke ujung < 45 Jarak capai jalan Harus sesingkat mungkin Antar TT dengan KM/WC maks 12 m kaki Antara TT dgn Nurse station 20 m Kebisingan dan suhu Memberikan kenyamanan Kebisangan db unt siang dan db unt malam Suhu 21 C Koridor Sudut mengurangi pandangan lebih baik di beri Lebar min 2,4 m tumpul ¼ lingkaran atau digunakan cermin Dropping area Disediakan atap minimal di pintu Ruang bebas belok 15,25 m b. Kriteria Tata Sirkulasi yang memuaskan penggunanya Seperti di kemukakan di muka bahwa kepuasan dari pengguna adalah tercapainya rasa aman, nyaman dan mudah dari penggunanya. Atribut dari Republic Philiphines of Departement of Health (2004), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan keamanan adalah : 1. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya memberikan dan menjaga keamanan lingkungan untuk pasien, staf dan masyarakat. 2. Gedung dibangun dengan tidak menimbulkan bencana bagi kehidupan masyarakat, pasien dan staf yang ada di dalamnya. Dan cukup kapabel untuk menampung segala beban yang ada di dalamnya. 3. Jalan keluar termasuk untuk darurat seharusnya mengikuti beberapa tipe, seperti: pintu keluar gedung harus langsung bertemu dengan alam bebas, mempunyai tangga di dalam bangunan dan di luar bangunan serta memiliki ramp (lantai miring) 4. Minimal mempunyai 2 pintu keluar yang berseberangan satu sama lain dan tersedia di setiap lantai 5. Pintu keluar berakhir di open space (alam terbuka) bagian luar dari gedung Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomer 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang dimaksud dengan persyaratan kenyamanan : meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 19 of 54

16 Di dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomer 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang dimaksud dengan persyaratan kemudahan: meliputi kemudahan hubungan ke, dari dan di dalam bangunan, akses yang mudah termasuk untuk penyandang cacat, kemudahan hubungan atau pencapaian horisontal dan vertikal dengan menyediakan pintu, selasar, tangga dan ramp, kemudahan untuk evakuasi darurat, kemudahan menggunakan dengan dilengkapi petunjuk yang jelas. Menurut Alen dan Karolyi (1976), untuk memuaskan semua pengguna bangunan sebisa mungkin sirkulasi dibedakan menjadi 2 yaitu sirkulasi manusia berkendaraan dan sirkulasi manusia berjalan. Kriteria Tata Sirkulasi Jenis Pengguna Sirkulasi Kendaraan Sirkulasi Pejalan Kaki Elemen Aman Nyaman Mudah Parkir Bebas tabrakan Cukup terang Accessable Terkontrol Pandangan bebas Luasan cukup Medis dan Bebas dari tabrakan Terlindung dari cuaca luar Jejalur sederhana non medis Tidak licin Suhu optimal Accessable Terkontrol Cukup terang Tanpa hambatan Luasan cukup Umum Bebas dari tabrakan Cukup terang Jejalur sederhana Tidak licin Luasan yg cukup Terkontrol Pasien Bebas dari tabrakan Terlindung dari cuaca luar Tidak menimbulkan Tidak licin Cukup Terang kebingungan Terkontrol Suhu optimal Accessable Bebas kebisingan Jejalur sederhana Pandangan bebas Tanpa hambatan Luasan cukup Visitor Bebas dari tabrakan Terlindung dari cuaca luar Tidak menimbulkan Tidak licin Cukup Terang kebingungan Terkontrol Suhu optimal Accessable Bebas kebisingan Jejalur sederhana Pandangan bebas Tanpa hambatan Luasan cukup Service Bebas dari tabrakan Terlindung dari cuaca luar Tidak menimbulkan Tidak licin Cukup Terang kebingungan Suhu optimal Accessable UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 20 of 54

17 Bebas kebisingan Jejalur sederhana Pandangan bebas Tanpa hambatan Luasan cukup Medis Bebas dari tabrakan Terlindung dari cuaca luar Tidak menimbulkan Tidak licin Cukup Terang kebingungan Terkontrol Suhu optimal Accessable Bebas kebisingan Jalur sederhana Pandangan bebas Tanpa hambatan Luasan cukup Wayfinding dan Signage Wayfinding adalah sebuah cara untuk mendapatkan kemudahan atau menemukan jalan dan tempat yang dituju. Ruang registrasi ditempatkan di tempat yang paling terlihat pada saat pasien datang, dan mudah dijangkau. Penyediaan tanda di lobi, di persimpangan selasar dan lobi elevator. Pemberian tanda tanda khusus mempermudah pengingatan dari pasien dan pengunjung adalah contoh - contoh wayfinding yang meggunakan sistem penempatan di rumah sakit. Namun tidak semua elemen dapat di desain dengan menggunakan penempatan seperti di atas, sehingga untuk memudahkan menemukan sebuah lokasi di perlukan adanya tanda atau signage Penanda (signage) hendaknya merupakan sebuah sistem grafis yang efektif yang dirangkai dengan bantuan visual dan rangkaian alat untuk menyediakan informasi, arah, orientasi, identifikasi, daerah terlarang, peringatan, serta hal yang perlu diperhatikan untuk optimalnya kinerja operasionalisasi rumah sakit. Pengguna membutuhkan arahan dari mereka datang di lingkungan rumah sakit, menuju ke dalam gedung rumah sakit, menuju ke tempat tujuannya, dan kembali lagi ke tempat ia datang untuk selanjutnya ia keluar. Arahan ini diperoleh dari penandaan yang tepat dan baik. Terdapat 9 hal yang bisa di tempuh agar penandaan ini mempermudah para penggunanya yaitu: 1. Penanda diperuntukkan untuk pengguna eksternal 2.Terbangun dari sistem yang bersih (komunikatif, jelas maksudnya), 3. Sedikit penanda di persimpangan jalan, 4. Pemisahan tanda untuk pejalan kaki dan pengendara dengan ukuran dan lokasi yang tepat, 5. Hurufnya bersih dan mudah untuk dibaca, 6. Terdapat penerangan dimalam hari, 7. Hindari penanda tidak resmi, 8. Jika menggunakan code warna maka jangan terjadi persamaan dengan warna gedung, 9. Pertimbangkan untuk menggunakan bahasa lain. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 21 of 54

18 Penanda dapat dibagi menjadi 2 katagori yaitu, directional or wayfinding yang menggambarkan arah ke suatu tempat dan locational signs yang menandakan tujuan itu sendiri, yang dapat berupa bangunan, landscape maupun berupa tulisan. Jalur Darurat Di setiap rumah sakit sirkulasi saat terjadi adanya bencana harus direncanakan dan di implementasikan ke dalam bangunan maka di sediakan jalur evakuasi atau jalur darurat yang dilengkapi dengan tanda atau signage yang mudah dimengerti oleh penggunan bangunan yang panik. Elemen sirkulasi untuk evakuasi pengguna saat ada bencana yaitu jalur khusus yang berhubungan langsung dengan dunia luar atau tangga darurat. Untuk evakuasi secara vertikal dengan menggunakan tangga darat atau ramp. Jarak yang direkomendasikan untuk 2 buah tangga darurat adalah tidak lebih dari 45 m, sedangkan dari ruang yang banyak di huni dengan tanggal darurat atau pintu keluar tidak lebih dari 32 m (neuvert, 1999). Namun pada Pedoman Pelayanan RS, Depkes RI 2008 menetapkan jarak antaranya tidak lebih dari 25 m. Penentuan jalur evakuasi yang biasanya di tuliskan pada Hospital Disaster Plan dipilih jalur yang paling mudah di jangkau dan merupakan jalur yang lurus agar tidak membuat pengguna semakin panic. Pengaturan letak jalan keluar darurat Seluruh ruang tidur pasien harus mempunyai pintu darurat langsung ke lorong darurat yang lebarnya setidak tidaknya 2,44 m Untuk ruangan yang memiliki lebih dari 93 m2 harus mempunyai 2 pintu darurat Sedangkan lorong darurat setidaknya ke dua arah keluar Apabila lorong yang salah satu ujungnya buntu panjangnya tiak boleh lebih dari 90 m Persyaratan lain sebuah jalan darurat adalah disetiap ujung dari jalan darurat ini berakhir pada dunia luar (udara bebas), mempunyai tangga di dalam dan di luar bangunan dan mempunyai ramp (Republic of Philiphines Departement of Health, 2004).Tambunan (1996) mengatakan untuk menjaga agar jatuhnya korban yang tidak lebih banyak saat terjadi kebakaran maka selasar tidak dibuat buntu di satu ujungnya. Dan juga dengan membuat tangga darurat yang kedap asap dapat menekan secara significan korban akibat kebakaran. Kebanyakan rumah sakit di Indonesia masih menempati areal lahan yang sangat luas maka disarankan untuk membuat jalur darurat di sekeliling rumah sakit dengan tujuan agar mempermudah proses evakuasi saat terjadi bencana. Dan membuka akses akses yang cukup di beberapa bagian rumah sakit. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 22 of 54

19 Parkir dan Sirkulasi Luar Banguan Tempat parkir dewasa ini menjadi hal yang cukup menentukan bagi pelanggan untuk memilih sebuah tempat yang dikunjungi demikian juga dengan rumah. Tempat parkir yang di rumah sakit mempunyai kriteria harus jelas dan terdapat area untuk berputar serta sirkulasi. Sedangkan untuk ukuran yang di sarankan adalah memiliki sudut 45, jarak antar mobil 3,4 m. Lebar mobil 2,4 m dan panjang mobil 5,5 m. Kapasitas parkir yang disaranan untuk sebuah rumah sakit adalan 1,5 2 kendaraan / TT (Neuvert,1999). Untuk rasio kapasitas parkir antara kesepakan internasional yang di kemukakan oleh Neuvert dan rasio parkir menurut DepKes RI terdapat perbedaan yang cukup significan, DepKes RI mengatakan bahwa rasio tempat parkir dengan tempat tidurnya adalah 1 kendaraan /10 TT hal ini dikarenakan pertimbangan profil pelanggan di mayoritas rumah sakit di Indonesia. Untuk mendukung kenyamanan pelanggan rumah sakit beberapa kantung parkir perlu di buat di rumah sakit ini, tentunya apabila lahan yang dimiliki rumah sakit ini masih memungkinkan. Idealnya kantung parkir rumah sakit ini terdapat di area instalasi rawat darurat, rawat jalan, rawat inap dan parkir karyawan. Karakteristik parkir yang ada di instalasi rawat darurat tentunya berbeda dengan parkir yang ada di area dekat rawat inap. Parkir di area IRD mempunyai karakteristik cepat berganti mobil yang parkir, membutuhkan area sirkulasi yang luas mengingat kasus kasus emergency yang di bawa oleh mobil mobil ini membuat pelanggan understress yang menurunkan tingkat kewaspadaan. Instalasi rawat jalan akan digunakan oleh mobil dengan durasi parkir kurang dari 3 jam, sedangkan instalasi rawat inap di huni oleh mobil mobil yang kemungkinan menginap bahkan sampai beberapa hari. Namun dewasa ini mengingat lahan makin langka yang digunakan sebagai parkir maka diperlukan ada sebuah manajemen parkir tersendiri dan standar operasinal prosedur untuk mengatur siapa siapa saja yang bisa memarkir kendaraannya di area rumah sakit. Kemudahan pencapaian dari jalan raya yang menjadi salah satu kriteria sebuah tata sikulasi yang baik diawali dengan bentuk gerbang masuk yang welcoming dan informative serta kemudahan menjangkau gedung IRD. Yang dimaksud dengan gerbang masuk yang welcoming adalah sebuah bentuk dan situasi dari gerbang masuk yang mengundang atau membuat kita tertarik untuk memasukinya. Sedangkan informative maksudnya adalah bentuk tersebut bisa memberi tahu pada kita bahwa ia adalah gerbang masuk utama. Dan selanjutnya yang dimaksud dengan kemudahan untuk menjangkaunya, adalah ada tidaknya sebuah hambatan (NHS,1993). UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 23 of 54

20 Sirkulasi Luar Bangunan Elemen sirkulasi yang berada di luar bangunan adalah entrance, jalan dan pedestriant. Entrance atau lebih dikenal dengan pintu masuk di rumah sakit dapat di bagi sesuai dengan penggunanya yaitu pasien (reguler dan emergency), pengguna internal serta service. Masing masing jenis tersebut diletakkan dengan lokasi yang berbeda beda, entrance untuk pasien di letakkan di lokasi yang sangat terekspose atau di depan, untuk pengguna internal bisa di tempatkan di lokasi yang paling dekat dengan parkir karywan dan area kerja, sedangkan service diletakkan di dekat area service tentunya. Menurut Olds and Daniel (1987) bila terdapat beberapa gerbang masuk maka harus dibuat sedemikian hingga dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Pembedaan ini bisa dari letaknya maupun bentuknya. Permasalahan yang sering terjadi adalah tidak ada pembedaan ataupun tanda yang jelas untuk entrance pasien reguler maupun entrance pasien emergency, hal ini yang sering menyebabkan ketidak teraturan terutama di rumah sakit besar. Elemen sirkulasi luar bangunan selain entrance adalah pedestrian dan jalan di dalam area rumah sakit. Jalan diperuntukan untuk pengguna kendaraan baik mobil, motor maupun sepeda. Jalan ini ada di rumah sakit sangat tergantung pada luasan area rumah sakit itu sendiri. Pedestriant biasanya diperlukan untuk menghubungkan dari tempat parkir ke gedung untuk menjaga keamanan penggunanya, pedestriant mempunyai bentuk yang dibedakan dengan jalan mobil dan kendaraan (Neuvert, 1993). Sebagian besar desain pedestriant di area umum seperti taman kota dan hotel dibuat beratap agar menjamin kenyamanan penggunanya terutama dari pengaruh cuaca Sistem Sirkulasi di Rumah Sakit untuk disable Sesuai keputusan menteri PU No. 468/KPTS/1998 tentang persyaratan Aksesibilitas Pada BAngunan Gedung dan Lingkungan sebagai syarat teknis akssesibilitas yang diterapkan pada perancangan. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 24 of 54

21 Beberapa standard akses sirkulasi rumah sakit untuk disabilitas menurut ADA Standards for Accessible Design antara lain: Pintu masuk harus dapat diakses dan harus dilindungi dari cuaca oleh kanopi atau atap overstek. Pintu masuk tersebut harus dilengkapi area drop off berukuran minimal 1522mm x 6100mm Pintu yang tidak dianjurkan penggunannya antara lain: pintu geser, pintu yang berat/sulir dibuka/tutup, pintu dengan 2 daun pintu yang berukuran kecil, pintu yang terbuka 2 arah, dan pintu yang pegangannya sulit dioperasikan terutama bagi tuna netra. Kamar tidur Pasien harus memiliki bukaan pintu minimal 32 inch (815 mm) dengan sudut 90 derajat diukur dari tepi terdalam. PENGECUALIAN: Entry pintu ke rumah sakit perawatan akut kamar tidur untuk pasien rawat inap dikecualikan dari persyaratan. Untuk manuver ruang di sisi kait pintu jika lebar pintu minimal 44 inch (1120 mm). UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 25 of 54

22 Setiap kamar tidur harus memiliki ruang yang memadai untuk menyediakan ruang manuver yang minimal 60 inch (1525 mm). Untuk kamar dengan 2 tempat tidur lebih baik bahwa ruang ini akan terletak di antara tempat tidur. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 26 of 54

23 Setiap kamar tidur harus memiliki ruang yang memadai untuk memberikan ruang lantai minimal sebesar 36 inch (915 mm) masing-masing sisi tempat tidur dan memberikan rute diakses ke setiap sisi tempat tidur masing-masing. Ramp: Kemiringan maksimum dari jalan dalam konstruksi baru akan 1:12. Lebar minimum harus 36 inch (915 mm) Kemiringan dalam bangunan tidak lebih dari 7 dan diluar bangunan tidak lebih dari 6. Bordes pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas datar sehingga memungkinkan untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimal 160cm. Lebar minimum ramp adalah 95cm tanpa tepid n 136 cm dengan tepi pengaman. Lebar tepi pengaman (low curb) adalah 10 cm untuk menghalangi kursi roda agar tidak terperosok. Ramp harus dilengkapi dengan handrail yang dijamin kekuatannya. Permukaan material jika menggunakan karpet / karpet tile harus menempel dengan pada permukaan lantai. Tebal maksimal dari karpet ½ inch (13mm). Dan permukaan tepi harus terikat dengan kuat. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 27 of 54

24 Grating jika terletak di permukaan berjalan, maka harus memiliki ruang tidak lebih besar dari 1/2 in (13 mm) lebar dalam satu arah (lihat Gambar. 8 (g)). Jika kisi-kisi memiliki bukaan memanjang, maka harus ditempatkan sehingga dimensi panjang tegak lurus. Toilet Ukuran dan pengaturan toilet standar harus sesuai dengan standar dengan kedalaman minimal 56 inch (1420 mm) wajib memiliki closet. Jika kedalaman toilet standard meningkat setidaknya 3 in (75 mm), maka lemari air lantai-mount dapat digunakan. Pengaturan ditampilkan untuk area toilet standar dapat dibalik untuk memungkinkan baik pendekatan kiri atau kanan. Ketinggian kloset duduk harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda (45-50 cm) Ukuran dan Spasi pegangan tangan. Diameter atau lebar permukaan pegangan atau harus 32 mm sampai 38 mm. Dan bentuk harus menyediakan permukaan yang mencengkeram setara. Jika pegangan tangan atau bar ambil dipasang berdekatan dengan dinding, ruang antara dinding dan bar ambil akan 1.5 inch (38 mm). Pegangan tangan mungkin terletak di reses jika reses maksimal adalah 3 di (75 mm) mendalam dan meluas setidaknya 18 di (455 mm) di atas bagian atas rel UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 28 of 54

25 Tangga Harus memiliki dimensi dan pijakan yang seragam dengan kemiringan kurang dari 60 derajat. Harus dilengkapi dengan pegangan (handrail) minimum pada salah satu sisi tangga. Pegangan tangga harus mudah dipegang dengan ketinggian cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang menggangu dengan bulat pada bagian ujung. UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Page 29 of 54

Sistem Sirkulasi Di Rumah Sakit Dewi Feri, ST,MKes Definisi Sirkulasi di Rumah Sakit Rumah sakit, sebuah lembaga pelayanan kesehatan masyarakat yang

Sistem Sirkulasi Di Rumah Sakit Dewi Feri, ST,MKes Definisi Sirkulasi di Rumah Sakit Rumah sakit, sebuah lembaga pelayanan kesehatan masyarakat yang Sistem Sirkulasi Di Rumah Sakit Dewi Feri, ST,MKes Definisi Sirkulasi di Rumah Sakit Rumah sakit, sebuah lembaga pelayanan kesehatan masyarakat yang sarat dengan berbagai permasalahan.mempunyai kemiripan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Rumah Sakit Umum Daerah ( kelas B ) Jakarta selatan. dengan penekanan bangunan yang ICONIC melalui Green Architecture BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1 Data

Lebih terperinci

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR DIAGRAM... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROYEK. : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DESKRIPSI PROYEK. : Departemen Kesehatan Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN Pada saat ini Indonesia sedang menghadapi berbagai masalah sosial, moral, finansial, pangan, maupun dalam bidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan, Indonesia sedang dihantui oleh penyakit-penyakit

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala. Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala. Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. ObyekPenelitian Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Slogan Perusahaan :Melayani dengan Ramah, Sabar, Kasih, Sayang Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001 Telp :(021)

Lebih terperinci

SIRKULASI DALAM RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

SIRKULASI DALAM RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SIRKULASI DALAM RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Rivhani Junyandari 1) Abstrak Rumah sakit merupakan bangunan pelayanan kesehatan yang memiliki permasalahan yang sangat kompleks. Rumah sakit juga merupakan fasilitas

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Angkutan Umum Sarana angkutan umum mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan.

Lebih terperinci

2014, No menyampaikan usulan tarif layanan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada Kementerian Ke

2014, No menyampaikan usulan tarif layanan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada Kementerian Ke No.569, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSPI Prof. DR. Sulianti Saroso. Tafif. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/PMK.05/2014 TENTANG TARIF LAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paradigma yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Juni 2009.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Juni 2009. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penilaian sistem, dalam hal ini peneliti melakukan analisis terhadap interaksi yang terjadi pada input-proses-output yang terjadi untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan implementasi standar MFK di rumah sakit mitra benchmark (best practice EBD) cukup baik, bisa menggambarkan apa yang disyaratkan dalam peraturan dan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN 1.1 Kesimpulan Pada bab sebelumnya telah diuraikan pembahan mengenai Rumah Sakit Korban Lakalantas Kendal, sehingga dapat disimpulkan berbagai masalah, dan potensi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture 2.1. Tinjauan Umum Nama Proyek : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture Sifat Proyek : Fiktif Lokasi Proyek : Jl. Adiyaksa Raya, Jakarta Selaan Batas Barat : Perkantoran, hotel

Lebih terperinci

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 65 1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penampilan fisik suatu rumah sakit merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan, penataan ruang, insfrakstruktur

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Perencanaan 6.1.1 Program Ruang A. Berdasarkan Kelompok Ruang Pada gedung paviliun II garuda RSUP Dr. Kariadi, ruang-ruang dibuat sesuai No. dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Perbedaan jenis pelayanan pada: APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung

KAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung KAJIAN REFERENSI Dalam merespon permasalahan yang diangkat didapati kajian kajian berupa peraturan standar yang diambil dari SNI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum mengenai Pedoman Persyaratan Teknis

Lebih terperinci

BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN

BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN Pengadaan dan Pentahapan Penyediaan Rumah Sakit ini adalah bagian utama dari suatu Laporan Rencana Induk/ Master Plan Rumah Sakit, karena pada bagian ini akan didapat

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I Pendahuluan Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia. Memperoleh pelayanan Kesehatan merupakan hak setiap Individu tanpa terkecuali. Tingkat kesehatan secara tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang akan diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Islam Ini adalah Habluminallah wa Habluminannas yang berarti hubungan Manusia dengan Tuhan dan hubungan Manusia

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1, Tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah) People Encyclopedia, Vol 10 New York, Grolier Encorporated, 1962, Hal 662)

BAB I PENDAHULUAN. 1, Tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah) People Encyclopedia, Vol 10 New York, Grolier Encorporated, 1962, Hal 662) BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL 1.1.1 Judul : Redesain Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar 1.1.2 Sub Judul : Suatu Pendekatan Konsep Yang Bertolak dari Kritik Arsitektur 1.2. PENGERTIAN JUDUL 1.2.1 Redesain

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Bali merupakan suatu pulau kecil yang berada di bagian tengah Indonesia dan terdiri dari 9 Kabupaten, salah satunya adalah kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kualitas layanan puskesmas di Yogyakarta. 2. Kualitas bangunan puskesmas di Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kualitas layanan puskesmas di Yogyakarta. 2. Kualitas bangunan puskesmas di Yogyakarta 84 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan dari analisis kepuasan pengguna terhadap kualitas bangunan dan layanan puskesmas di Yogyakarta adalah 1. Kualitas layanan puskesmas di Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung 45 BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Berdirinya RSUD Kota Bandung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Bandung merupakan salah satu instansi pemerintah kota Bandung yang bergerak dibidang layanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG I.1 Latar Belakang Pegadaan Proyek

BAB I LATAR BELAKANG I.1 Latar Belakang Pegadaan Proyek BAB I LATAR BELAKANG I.1 Latar Belakang Pegadaan Proyek Fasilitas kesehatan di Kota Yogyakarta secara umum masih sangat kurang mengingat perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat. Hal ini juga menuntut

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Penyakit merupakan salah satu penyebab stres, jika penyakit itu terus-menerus menempel pada tubuh seseorang, dengan kata lain penyakit itu sulit

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 115 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN BESARAN TARIF PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007 RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DAN FASILITAS LAINNYA PADA BADAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM dr. SLAMET KABUPATEN GARUT

Lebih terperinci

PROFIL. RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG

PROFIL. RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG PROFIL RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG STATUS RSUD Dr.ISKAK Milik Pemerintah Kabupaten Tulungagung Mulai 31 Desember 2008 telah ditetapkan sebagai PPKBLUD. Tahun 2015 di tetapkan sebagai RS Rujukan Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan kejiwaan atau sakit jiwa bisa dialami semua kalangan masyarakat, baik kaya maupun miskin, pria maupun wanita, tua maupun muda. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan TUGAS AKHIR RA 091381 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT green dentistry LIZA DEWI 3207 100 092 Dosen Pembimbing : Ir. Erwin Sudarma, MT Dosen Koordinator : Ir. M. Salatoen P, MT arsitektur fakultas teknik sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima oleh

Lebih terperinci

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan untuk pasien di rumah sakit umumnya meliputi

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TARIF LAYANAN KELAS III RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK (MASTER PLAN) RUMAH SAKIT

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK (MASTER PLAN) RUMAH SAKIT PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK (MASTER PLAN) RUMAH SAKIT DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SARAS HUSADA PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. terletak di Jalan Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah sakit ini

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. terletak di Jalan Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah sakit ini BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah institusi Rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul adalah rumah sakit umum terletak di Jalan Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah sakit ini memiliki sejarah

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum RSAB Harapan Kita 3.1.1 Sejarah RSAB Harapan Kita Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita pada awal berdirinya memiliki nama Rumah Sakit Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian dunia saat ini terhadap keberlangsungan bumi dan lingkungan semakin meningkat. Berbagai forum internasional tentang lingkungan terus digelar yang telah menghasilkan

Lebih terperinci

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG LAPORAN e- SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG INTISARI Latar belakang: Pelayanan publik atau pelayanan umum didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit. Pelayanan di industri kesehatan sangat perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar bebas dengan kerangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015 merupakan tantangan dan hambatan bangsa Indonesia kedepan. Khususnya bidang pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memengaruhi status kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, perilaku,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memengaruhi status kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, perilaku, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang mempelajari kombinasi teori dan praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2016 KEMENKES. Rumah Sakit. Tarif Nasional. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG POLA TARIF NASIONAL RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit pada era globalisasi berkembang sebagai industri padat karya, padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA OLEH : ICUN SULHADI, S.PD (PPDI KOTA PADANG) A. PENGANTAR DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA APA ITU DISABILITAS? Penyandang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG POLA TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSUP. DR. Mohammad Hoesin Palembang. Tarif.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSUP. DR. Mohammad Hoesin Palembang. Tarif. No.734, 2014. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RSUP. DR. Mohammad Hoesin Palembang. Tarif. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/PMK.05/2014 TENTANG TARIF

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia dimana keadaan dari badan dan jiwa tidak mengalami gangguan sehingga memungkinkan seseorang untuk hidup produktif secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan tingginya standar tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan tingginya standar tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan tingginya standar tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi masyarakat serta makin tingginya kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan membuat setiap

Lebih terperinci

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG LAPORAN e- SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG INTISARI Latar belakang: Pelayanan publik atau pelayanan umum didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang terorganisir, serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang terorganisir, serta sarana kedokteran yang permanen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah organisasi yang melalui tenaga rekam medis profesional yang terorganisir, serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DHARMA YADNYA DI TOHPATI-DENPASAR

PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DHARMA YADNYA DI TOHPATI-DENPASAR LANDASAN KONSEPSUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2012 By Design PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Haliman dan Wulandari, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Haliman dan Wulandari, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien di sarana

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemenkes RI menyatakan mutu pelayanan kesehatan merupakan segala hal yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS II, KELAS I, VIP DAN VVIP SERTA FASILITAS LAINNYA PADA RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian itu. Bila

Lebih terperinci

Rumah Sakit Jantung di Surakarta. Desti Ayinalita Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Nugraha, ST., M Ars.

Rumah Sakit Jantung di Surakarta. Desti Ayinalita Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Nugraha, ST., M Ars. Rumah Sakit Jantung di Surakarta Desti Ayinalita 21312903 Dosen Pembimbing : Dr. Yudi Nugraha, ST., M Ars. LATAR BELAKANG Kebutuhan masyarakat akan kesehatan jantung Ketika jantung sehat = Tubuh juga sehat.

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Khusus Bedah merupakan sebuah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan. pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan. pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya peyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN RUMAH SAKIT ANAK. bahasa. Kata Hospital berasal dari bahasa latin Hospitlum, yang berarti

BAB II TINJAUN RUMAH SAKIT ANAK. bahasa. Kata Hospital berasal dari bahasa latin Hospitlum, yang berarti BAB II TINJAUN RUMAH SAKIT ANAK 2.1 RUMAH SAKIT ANAK 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Anak Istilah Hospital dan Rumah Sakit masih dipengaruhi dari beberapa bahasa. Kata Hospital berasal dari bahasa latin Hospitlum,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan Wongkaditi Timur

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG STADAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT H.L. MANAMBAI ABDULKADIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG

RUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG PENEKANAN DESAIN GREEN BUILDING Halaman Sampul Diajukan Oleh: Philin Sophia 21020113140123 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang Analisa Fungsi

BAB IV ANALISA Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang Analisa Fungsi 110 BAB IV ANALISA 4.1. Analisa Fungsi, aktivitas, pengguna dan ruang 4.1.1. Analisa Fungsi Ada 3 Fungsi Balai Pengobatan Kanker Terpadu di Kota Malang, yakni fungsi Primer, sekunder dan penunjang. Tabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soeselo Slawi

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soeselo Slawi 37 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soeselo Slawi Sejarah berdirinya RSUD Dr Soeselo Kabupaten Tegal berawal dari Balai Pengobatan Karyawan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci