Analisa Kebijakan Pengembangan Potensi Pariwisata Kawasan Pesisir Kabupaten Bengkalis dengan Model Dinamika Sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Kebijakan Pengembangan Potensi Pariwisata Kawasan Pesisir Kabupaten Bengkalis dengan Model Dinamika Sistem"

Transkripsi

1 Analisa Kebijakan Pengembangan Potensi Pariwisata Kawasan Pesisir Kabupaten Bengkalis dengan Model Dinamika Sistem Riko Prima ), Daniel M. Rosyid ), Hasan Ikhwani ) ) Mahasiswa Teknik Kelautan, ITS Surabaya ) dan ) Dosen Teknik Kelautan, ITS Surabaya Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60 prima_oeits000@yahoo.co.id ABSTRAK Pulau Rupat memiliki obyek wisata pantai yang dapat diandalkan, akan tetapi tidak diikuti oleh fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata pada daerah tersebut. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai pengembangan potensi pariwisata di Pulau Rupat dengan mengangkat permasalahan mengenai bentuk infrastruktur dalam kebijakan pengembangan potensi pariwista pesisir dengan menggunakan model dinamika sistem. Dari pemodelan yang dibangun didapatkan potensi yang sangat besar berdasarkan perencanaan master plan pengembangan kawasan wisata Pulau Rupat yang dapat menghasilkan keuntungan bagi Pendapatan Asli Daerah sebesar % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Rp,540 miliar, yaitu sebesar Rp 464 miliar dalam kurun waktu 6 bulan atau tahun setelah berjalannya obyek wisata selama 0 tahun masa pengembangan dengan fasilitas, prasarana dan sarana yang telah di perbaharui dan dibangun standart international. Diperkirakan jumlah pengunjung akan meningkat sebesar 66% dari total pengunjung awal. Pendapatan masyarakat secara tidak langsung juga akan meningkat seiring berjalannya wisata dan kebutuhan wisatawan. Dari hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa ternyata Pulau Rupat memiliki potensi yang baik apabila didukung dengan fasilitas, sarana dan prasarana yang baik. Kata kunci : peningkatan infrastruktur, dinamika sistem ABSTRACT Rupat island has beach tourism object which is reliable but not equipped by supporting facilities for tourism in the area. Based on the fact, research relating to developing tourism potency of Rupat Island according to problem of infrastructure model in the policy of coastal tourism potency development using system dynamic model. Based on model which was built resulted the largest potency on the master plan of Rupat Island tourism development which will provide benefit for local Government income about % of Budget Revenue and Expenditure (APBN) for Rp.,540 Billion, namely Rp. 464 Billion in the 6 months or years after ten years of applying development with new facility and equipment in an International standard. It was projected that the number of visitor will be increasing about 66% of the whole early visitors. Local community income will be improving indirectly as tourism opened and tourists need. The result shows that Rupat Island has great potency if it is supported by good facilities and equipments. Keywords : infrastructure improvements, system dynamics. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya (Suwantoro, 00). Menurut UU Nomor 0 Tahun 009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha juga disebut sebagai pariwisata (Ismayanti,

2 00). Indonesia merupakan salah satu negara yang menganggap sektor pariwisata sebagai sebuah aktivitas penting atau sektor penting, bahkan diharapkan akan menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro, 00). A.J, Muljadi (009) juga menyatakan bahwa pariwisata berperan penting sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sebagai prioritas dalam pembangunan. Dikarenakan sektor pariwisata paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasarana (Sondakh, 00). Pariwisata sebagai sektor ekonomi yang berkembang tidak lepas dari infratruktur yang memadai (Suwantoro, 00). Salah satu bentuk pendekatan dalam pengembangan pariwisata adalah pendekatan pengembangan infrastruktur. Penyedian infrastruktur dasar adalah merupakan kegiatan penting untuk memperkuat pengembangan pariwisata (Tuwo, 0). Suatu perencanaan yang baik dan strategis memiliki kekuatan yang akan diandalkan, memiliki kelemahan yang akan diciptakan menjadi sebuah peluang yang baik dan memiliki ancaman yang akan dikurangi seminimal mungkin. Pulau Rupat memiliki keindahan pantai dengan pasir putih dan keasrian alam yang akan dijadikan kekuatan dalam membangun pariwisata. Pemerintah Kabupaten Bengkalis merencanakan pengembangan obyek wisata pantai Pulau Rupat untuk menjadi salah satu komoditi ekonomi yang menjanjikan dan berprospek apabila didukung oleh penyediaan fasilitas wisata dalam pengembangannya merupakan peluang bagi pengembangan wisata Pulau Rupat, namun potensi yang tersedia belum dikelola secara maksimal. Hal tersebut terlihat dari penyediaan fasilitas wisata yang ada di Pulau Rupat masih kurang memadai untuk daerah tujuan wisata, yaitu kurangnya prasarana seperti listrik yang masih menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel, jalur transportasi yang masih membutuhkan pembenahan, baik transportasi darat maupun laut, kurangnya ketersedian air bersih,dan kurangnya akomodasi seperti ketersedian tempat penginapan dan wahana yang dapat menarik wisatawan, sehingga dapat menyebabkan minat pengunjung atau wisatawan sangat rendah (Kudri, 007) merupakan kelemahan. Ancaman yang terjadi adalah kerusakan pada keindahan pantai yang tidak adanya penanggulangan dari pemerintah terhadap erosi yang terjadi. Pembangunan pariwisata memerlukan dukungan kebijaksanaan pariwisata yang tepat, yang mampu menjadi pijakan dan panduan bagi tindakan strategi di masa mendatang. Hal ini penting bagi pembangunan pariwisata yung berkelanjutan ( Suwantoro, 00). Untuk itu dilakukan analisa bagaimana bentuk peningkatan infrastruktur dalam kebijakan pengembangan potensi pariwisata pesisir Bengkalis?. Dengan menggunakan dinamika sistem dibentuk suatu model yang dapat mewakili kondisi nyata pada daerah wisatawan yang akan dikembangkan. Sehingga pemerintah dapat mempertimbangkan rencana kebijakan pengembangan potensi pariwisata pantai Kabupaten Bengkalis.. Metodologi Penelitian. Pada bab ini akan menjelaskan langkahlangkah dalam melakukan penelitian. Langkah-langkah ini digunakan sebagai acuan dalam penelitian agar dapat berjalan

3 sesuai dengan tujuan penelitian. Langkahlangkah penilitian dibagi menjadi tahap yaitu,. Tahap Awal Tahap awal dibagi menjadi beberapa langkah. a. Langkah pertama adalah mengidentifikasi permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang terjadi adalah kurangnya pengupayaan dan pemaksimalan infrastruktur untuk mendukung potensi wisata pantai di daerah Rupat Utara. Pemerintah Kabupaten Bengkalis telah menetapkan pulau Rupat sebagai pusat pariwisata di Riau, terbukti dengan master plan pengembangan kawasan wisata pulau Rupat, dengan tujuan membangun rupat sebagai pintu gerbang menuju Riau. Dalam kondisi sebenarnya, belum adanya upaya tersebut. b. Penelitian ini mengangkat permasalahan bagaimana bentuk peningkatan infrastruktur dalam kebijakan pengembangan potensi pariwisata pesisir?. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk peningkatan infrastruktur yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan pemerintah daerah dan upaya perbaikan lingkungan dalam kebijakan pengembangan potensi pariwisata pesisir. c. Penelitian didukung dengan studi bahan dan literature yang ditujukan untuk mempelajari permasalahan yang ada. Studi bahan dan literatur yang dimaksud adalah mengenai pantai dan kerusakan pantai seperti abrasi atau erosi dan dampaknya, kemudian bentuk pengembangan potensi pariwisata pesisir, peningkatan ekonomi pesisir dan peningkatan anggaran pendapatan daerah, dan software (perangkat lunak) yang digunakan pada penelitian ini yaitu dinamika sistem. d. Pengumpulan data didapat dari beberapa instansi di Kabupaten Bengkalis, yaitu Dinas Pariwisata dan Olahraga, Dinas kelautan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (bappeda), dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis, yaitu berupa data profil kecamatan Rupat Utara,Kecamatan Rupat Utara dalam angka, fasilitas sarana dan prasaran wisata Rupat Utara, dan master plan rencana pengembangan pulau Rupat.. Tahap Pemodelan Tahap pemodelan merupakan tahap kedua, tahap pemodelan terdiri atas tiga bagian. a. Konseptualisasi model dan formulasi Penyusunan Model simulasi diawali dengan pembuatan causal loops diagram. Penyusunan causal loop dilakukan untuk mengetahui struktur umpan-balik antar variabel sebagai hubungan logis sebab-akibat. Dengan perkataan lain, suatu struktur umpanbalik adalah suatu causal loop (lingkar sebab-akibat). Dengan berdasar pada konseptualisasi model yang telah dibuat, kemudian diformulasikan secara matematis hubungan-hubungan antar variabel tersebut sesuai stocks dan flows. Tahap formulasi model dinamik merupakan penyusunan model dalam software simulasi yaitu Stella. Tahap ini meliputi langkah-langkah terkait dengan penggambaran model secara metodologis yang digunakan untuk me-replikasi permasalahan dari

4 sistem pengembangan wisata Pulau Rupat. b. Simulasi, validasi dan penyusunan skenario Simulasi dilakukan untuk mengetahui secara logika sebuah sistem ini dapat dikatakan benar atau vallidasi sebuah sistem yang telah dibangun. Penyusunan skenario adalah penyusunan rencana pengembangan yang baik dalam sebuah sistem sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Jika dalam sebuah sistem ada terdapat kesalahan dan penyimpangan hasil validasi maka dilakukan konseptualisasi model ulang.. Tahap Akhir Tahap akhir merupakan tahap ketiga yang terdiri atas dua bagian, yaitu : a. Analisa Analisa dilakukan untuk mengetahui hasil dari sebuah sistem yang dibangun berdasarkan data yang telah dibentuk dalam rangkaian variabel. Analisa yang dilakukan adalah perbandingan antara pemodelan kondisi sebenarnya (existing) dan scenario yang akan dikembangkan. b. Kesimpulan Dari hasil analisa yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan dan saran.. Analisa data dan pembahasan. Identifikasi model Pada tahap ini, dilakukan identifikasi semua variabel yang memberi pengaruh pada pengembangan obyek wisata Pulau Rupat. Dalam melakukan pendekatan model pengembangan wisata Pulau Rupat, ditentukan terlebih dahulu variabel variabel model dasar yang memiliki hubungan dengan informasi tersebut. Variabel variabel yang digunakan pada model berasal dari data kondisi sebenarnya (existing) dan master plan pengembangan kawasan wisata Pulau Rupat. Identifikasi variabel awal pembangun model dapat dilihat pada Tabel 4. No Variabel Keterangan Pantai Panjang pantai tererosi Infrastruktur Panjang pantai yang tererosi didaerah penelitian, yaitu : Tanjung Medang, Teluk Rhu, Tanjung Punak, dan Makeruh. Pengunjung Banyaknya wisatawan yang mendatangi daerah wisata, jumlah pengunjung awal adalah 5000 Investasi Besarnya (persen %) investasi dari investor dalam bentuk bangunan Jumlah bangunan Jumlah bangunan yang akan dibangun dalam master plan pengembangan wisata Pulau Rupat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pajak Salah satu sumber PAD yang dapat meningkatkan ekonomi daerah yaitu pajak bumi dan bangunan, dan pajak perhotelan Cost upaya Besarnya biaya yang perbaikan dianggarkan pemerintah dalam upaya perbaikan, baik perbaikan prasarana dan perbaikan pantai Causal Loop diagram Penyusunan variabel variabel yang sudah dipaparkan pada Tabel 4. diatas untuk membentuk Causal Loop diagram, dimana penyusunan diagram digunakan untuk 4

5 menentukan sebab akibat dengan menghubungkan keterkaitan suatu variabel dengan variabel lainya untuk mengetahui seberapa jauh pengaruhnya. Causal Loop Diagram Sektor Infrastruktur Investasi Pengunjung PAD Upay a perbaikan pantai Pengunjung Laju wisatawan Inf rastruktur keindahan Pajak Penambahan Pengunjung Jumlah bangunan Keindahan pantai Panjang pantai tererosi Pengurangan pengunjung Besar Inv estasi inv estasi Laju Inv estas Target inv estaasi Upy a prbaikan darat Gambar 4. Causal loop diagram Kondisi sebenarnya Sektor Pantai Prasarana Fasilitas Umum Upay a perbaiakan Falitas Umum Transportasi Darat upay a perbaikan laut Transportasi Laut Panjang pantai yang tererosi adalah.000 m terdiri dari 4 desa, yaitu Tanjung Punak, Teluk Rhu, Tanjung Medang, Makeruh. Belum adanya upaya dari pemerintah untuk menanggulangi erosi tersebut. Keindahan yang dimaksud adalah variabel yang menilai apakah pantai masih dalam kondisi tererosi atau sudah ada penanggulangannya. Gambar 4. Model sektor infrastruktur Tabel 4. Formulasi sektor infrastruktur Pantai Keindahan Panjang Pantai tererosi Upay a perbaikan Cost upay a perbaikan pantai Gambar 4. Model sektor pantai Tabel 4. Formulasi sektor pantai Terdiri dari laju wisatawan yang dipengaruhi oleh keindahan dan ketersedian prasarana. Laju wisatawan mempengaruhi besarnya investasi dan 5

6 pengunjung. Jumlah pengunjung awal adalah sebesar 5000 jiwa. Sektor APBD Pendapatan Asli Daerah yang terdiri atas pajak bumi dan bangunan. Jumlah pada kondisi sebenarnya hanya terdiri dari 4 bangunan, yaitu wisma dan restoran. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah PAD Pemasukan Harga Jual Bangunan perm Gambar 4.5 Verifikasi model dan satuan sistem PBB wisma Nilai Kena PBB wisma Luas bagunan wisma Jumlah wisma Nilai Jual bangunan kena pajak PBB restoran Luas bangunan restoran Nilai Kena PBB restoran Nilai PBB Jumlah Restoran Validasi model Berfungsi untuk membuktikan model secara menyeluruh memenuhi tujuan pembuatan model dan dapat mempresentasikan sistem nyata. Gambar 4.4 Model sektor APBD E = (S A )/ A Dengan : A = Data Aktual Tabel 4.4 Formulasi sektor APBD data S = Data hasil simulasi E = variasi error antara aktual dan simulasi, E < 0. Verifikasi dan validasi model Verifikasi model Memeriksa formulasi (equations) dan memeriksa unit (satuan). Jika sudah tidak ada error maka akan muncul all units within your model appear to be consistent. Nilai jual bangunan adalah Rp Nilai suatu bangunan tidak kena pajak adalah sebesar Rp Luas bangunan 50 m jumlah bangunan 4 unit. Persentase nilai jual kena pajak adalah 0% dan tarif pajak sebesar 0.5 %. Besarnya Pajak bumi dan bangunan yang diterima adalah. Nilai Jual bangunan : luas bangunan x nilai jual bangunan : 50 x = Rp Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak Nilai Jual bangunan dikurangi 6

7 dengan : Rp maka nilai jual bangunan kena pajak: Rp : : Pengunjung Besarnya Pajak Bumi dan bangunan : 000 : x 0. x : Rp Jumlah bangunan 4 unit : 4 x = Rp Nilai besarnya pajak bumi dan bangunan untuk bangunan yang tertera sesuai dengan kondisi sebenarnya adalah dalam tahun. Maka Pajak Bumi dan bangunan untuk total bangunan yang ada pada kondisi sebenarnya 4 unit adalah Rp /tahun Tabel 4.5 validasi model : Page :40 PM Tue, Jan 7, 0 Gambar 4.6 Grafik peningkatan pengunjung Tabel 4.6 Peningkatan pengunjung Sektor APBD Simulasi Sektor pantai Belum adanya upaya perbaikan maka panjang pantai yang tererosi masih tetap 000 m dan nilai keindahan adalah 0 karena belum adanya upaya penanggulangan tersebut. Penambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) didapat masih kecil karena jumlah bangunan yang tersedia juga kurang dan tidak terjadi penurunan karena tidak adanya upaya untuk perbaikan prasarana dan membangun pelindung pantai. : : : PAD Sektor infrastruktur Semakin menurunnya pengunjung pertahunnya karena pengaruh belum adanya upaya perbaikan pada prasarana pendukung wisata dan pelindung pantai. Dan nilai investasi juga masih nol karena belum adanya investor yang menanamkan modal. : Page 0:40 PM Tue, Jan 7, 0 Gambar 4.7 Grafik peningkatan PAD 7

8 Tabel 4.7 Peningkatan PAD yaitu 960 meter dengan waktu 6 bulan dengan anggaran Rp 5,8999 miliar. Selesai pembangunan selama 69 bulan Perbaikan pada prasarana Skenario kebijakan Pembangunan pelindung pantai. : : : Page : Panjang Pantai tererosi :57 PM 7, 0 Tue, Jan Gambar 4.8 Penyelesaian bangunan pelindung pantai Tabel 4.8 Penyelesaian bangunan pelindung pantai Panjang Bulan pantai tererosi (meter) Berfungsi agar pantai tidak semakin rusak dan pengunjung dapat menikmati obyek wisata yang ditawarkan. Bangunan pelindung pantai dibangun secara bertahap a. Perbaikan dan membangun prasarana sesuai dengan master plan pengembangan wisata Pulau Rupat. Membangun terminal transportasi laut selama tahun dengan biaya Rp 80 miliar, membangun bandara international Rp.606 triliun dengan masa pembangunan 5 tahun, perbaikan jalur darat, sumber air bersih, listrik, komunikasi dan fasilitas umum lainnya sebesar Rp 00 miliar. b. Perbedaan dengan skenario A adalah tidak dilakukan pembangunan bandara international pada tahap awal perencanaan akan tetapi akan dibangun setelah 5 tahun berjalannya wisata. Pembangunan bandara dilakukan karena pemerintah ingin menjadikan Pulau Rupat sebagai wisata international dan juga letaknya strategis karena berada pada alur pelayaran international dan berada pada kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi Indonesia-Malaysia- Singapure dan Indonesia-Malaysia- Thailand. Pembangunan sarana infrastruktur Disesuaikan dengan perencanaan master plan pengembangan wisata Pulau Rupat. Dalam master plan telah diberikan luasan daerah untuk beberapa fasiliatas untuk wisata,yaitu, resort eko bahari merupakan resort yang memanfaatkan pemandangan alam, luasan daerah resort eko bahari adalah m dengan total bangunan unit. Resort yang lebih 8

9 mewakili suasana pribadi dengan luasan daerah m dengan total bangunan unit, dan cottage merupakan rumah dengan gaya pedesaan memiliki laus daerah m dengan total bangunan 4.75 unit. a. Peningkatan bangunan yang dibangun sangat berpengaruh terhadap besarnya investasi. Merupakan hasil dari Simulasi A yang menyesuaikan kondisi master plan perencanaan pengembangan kawasan wisata Pulau Rupat. : : : : Jumlah bangunan cottage : Jumlah bangunan REB : Jumlah Resort : : : penyelesaian bangunan pada bulan ke 00 atau sekitar 8. tahun.pada tahap ini peningkatan bangunan dan masa penyelesaian bangunan disesuaikan skenario perbaikan prasarana B atau simulasi B. besarnya invesatasi tiap tahun rata-rata hanya 8 % pada tahun kelima dimana adanya pembangunan bandara akan meningkat sebesar %. Dari grafik dan tabel dapat diketahui pembangunan selesai hingga bulan ke 9 atau sekitar 9.9 tahun. : Jumlah bangunan cottage : Jumlah bangunan REB : Jumlah Resort : : : : : : : : : Page :5 PM Sun, Jan 5, 0 : : : Page :45 PM Mon, Jan 6, 0 Gambar 4.8 Grafik peningkatan jumlah bangunan skenario A Tabel 4.8 Peningkatan jumlah bangunan skenario Gambar 4.9 Grafik peningkatan jumlah bangunan skenario B Tabel 4.9 Peningkatan jumlah bangunan skenario B Besarnya investasi tiap tahun adalah % hingga jumlah bengunan akan konstan sesuai dengan perhitungan dalam perencanaan master plan. Dari grafik dan tabel dapat dilihat 9

10 Analisa hasil simulasi Analisa terbagi menjadi : : PAD 5.5e+0 a. Simulasi A Peningkatan pengunjung dalam tahun sebesar % atau sekitar 565 wisatawan dan setelah tahun ke 5 meningkat sebesar 50 % pertahun. : : Pengunjung : : Page e+0 5e :54 PM Wed, Jan 8, 0 : Gambar 4. Grafik peningkatan PAD skenario A : Page :09 PM Tue, Jan 7, 0 Gambar 4.0 Grafik peningkatan pengunjung skenario A Tabel 4.0 Peningkatan pengunjung skenario A Tabel 4. peningkatan skenario A Bulan 0,540.7, , , , ,7.4 96, , ,74.5 b. Simulasi B PAD (miliar) Pendapatan Asli Daerah, dapat dilihat dari grafik dan tabel beberapa tahun diawal terjadi penurunan sebesar 5% atau Rp 56 miliar hingga tahun kelima atau bulan ke 60. Seteleh itu terjadi peningkatan sebesar % atau Rp 7 miliar hingga 60 % atau Rp 7 miliar. Pada bulan 0 mendapat keunutungan % dari anggaran awal yaitu sebesar Rp,00 triliun. Merupakan skenario B yang membangun bandara international pada tahun ke lima setalah berjalannya wisata. Untuk tarif awal sebelum menjadi wisata international adalah tarif resort Rp , tarif resort eko bahari Rp dan tarif cottage Rp dengan fasilitas disesuaikan dengan master plan. 0

11 : : Pengunjung 0000 : : PAD 5.5e+0 : :.5e+0 : Page :9 PM Tue, Jan 7, 0 Gambar 4. Grafik peningkatan pengunjung skenario B Tabel 4. Peningkatan pengunjung skenario B :.5e Page :05 PM Wed, Jan 8, 0 Gambar 4. Grafik peningkatan PAD skenario B Tabel 4. Peningkatan PAD skenario B Pendapatan asli daerah pada skenario B. didapat dari grafik beberapa tahun peningkatan sebesar % atau Rp 75 miliar pada bulan ke 60 terjadi penurunan sebesar % atau Rp 508 miliar karena digunakan untuk membangun bandara. Untuk kembali pada anggaran APBD awal hanya membutuhkan waktu 6 bulan atau tahun terhitung dari bulan ke 0 dan mendapatkan hasil keuntungan sebesar % atau Rp 464 miliar. 5. Kesimpulan Kesimpulan a. Pembangunan bangunan pelindung pantai memakan waktu selama 69 bulan atau 5.75 tahun dengan memakan dana sebesar Rp 8 miliar b. Pengembangan infrastruktur yang tepat adalah skenario B karena keuntungan pendapatan pada skenario ini sebesar % dari APBD awal atau Rp 464 miliar setelah dilakukannya pembangunan bandara international dan besarnya keuntungan tersebut

12 didapat setelah 6 bulan atau tahun dari selesainya pembangunan bandara. Tingkat pengunjung pada skenario B juga besar pada awal pembangunan hanya % hingga setelah terbangunnya bandara international lonjakan wisatawan menjadi 66% atau sebesar 9800 wisatawan. Sedangkan skenario A untuk mendapatkan keuntungan membutuhkan waktu selama 60 bulan atau 5 tahun dengan keuntungan sebesar % atau sebesar Rp.00 miliar c. Master plan pengembangan wisata Pulau Ruapt memberikan peluang usaha kepada kepala keluarga dengan memberikan lahan tanaman organik sebagai usaha dan juga dapat menarik wisatawan memberikan keuntungan sebesar Rp 5 juta perkepala keluarga. d. Model dinamika sistem dapat digunakan dalam perencanaan pengembangan potensi wisata di Pulau Rupat dengan memperhatikan lajunya wisatawan pertahun dan besarnya investasi pada daerah pengembangan. Saran a. Menggunakan promosi obyek wisata sebagai salah satu variabel yang digunakan dalam model dinamika sistem sebagai upaya peningkatan daya tarik wisatawan. b. Tambahkan variabel-variabel yang berkaitan pada sektor pantai agar hasil lebih maksimal dan dapat mempengaruhi perkembangan jumlah wisatawan. c. Gunakan variabel lingkungan sebagai dampak dari peningkatan jumlah pengunjung yang dapat mempengaruhi masa perencanaan pembangunan dan dapat mempengaruhi laju pengunjung setiap tahunnya. REFERENSI Anonym."AGRAPANA GUEST HOTEL /yogyakarta-vacationrentals/agrapana-guest-house/, (Diakses pada 4 Januari 0). Anonym. Griya Nalendra Guest House- Hotel Bergaya Jawa Manis di Lokasi Strategis. d/yogyakartahotel/budget/griyanale ndra/,(diakses5januari 0). Anonym. Hotel Batik Yogyakarta-Hotel di Malioboro dengan atmosfer Tradisional Jawa yang Kental. ta-hotel/star/hotel-batikyogyakarta/, (Diakses 4 Januari 0). Anonym."Profil Balai Wilayah Sungai Bali-Indonesia". satminkal/dit_ sda/profil%0balai/bws/ profilebalaibalipenida.pdf. Anonym."Ramada Resort Benoa Nusa Dua Bali". /hotel_murah_dinusadua5 /ramada_resort_benoa.html.(diakse s pada Janiari 0). Anonym."Taman Ayu Cottages" ages/,(diakses pada januari 0). Anonym."Welcome to Hotel Aston Bali (star 4)". (Diakses pada 5 Januari 0). Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis, 00. Kabupaten Bengkalis Dalam Angka. Badan

13 Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis, 00. Kecamatan Rupat Utara Dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis, 00. Kecamatan Rupat Dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis. Chen Decision Support System For Tourism Development : System Dynamics Approach. The Journal of Computer Information Systems. Coyle, R.G., (995). Systems Dynamic Modelling. Chapman&Hall. London Dumai. Pembangunan Pelabuhan Penumpang Kota Dumai Selesai Agustus. d/0/07//444/6/0/pem bangunan-pelabuhan-penumpang- Kota-Dumai-Selesai- Agustus.(Diakses pada 4 november 0). Ismayanti. 00. Pengantar pariwisata. Jakarta : PT Grasindo Kudri, M Studi Kebutuhan Pengembangan Komponen Wisata Di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis. Semarang : Universitas Diponegoro. Muljadi, A.J Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 4, 00. Pajak Hotel. Bupati Bengkalis. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 4, 00. Pajak Restoran. Bupati Bengkalis. Sihotang. Pemkab Bengkalis Bangun Daerah Tertinggal. mkab-bengkalis-bangun-daerah tertinggal/, (diakses pada 5 januari 0). Sondakh, A. 00. Perkembangan Pariwisata Indonesia. Jakarta Pusat : Kesaint Blanc. Sondakh, A. 00. Pesona Pariwisata Indonesia. Jakarta Pusat : Kesaint Blanc. Sondakh, A. 00. Masa Depan Pariwisata Indonesia. Jakarta Pusat : Kesaint Blanc. Suwantoro, G. 00. Dasar dasar Pariwisata. Penerbit ANDI, Yogyakarta Tarigan, R Ekonomi Regional. Jakarta : PT Bumi Aksara Triatmodjo,B.999. Teknik Pantai.Yogyakarta: Beta offset Tuwo, A. 0. Pengelolaan Ekoswisata Pesisir dan Laut. Surabaya : Brilian International. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor tahun 985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 0 tahun 009 tentang Kepariwisataan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia Undang-Undangn Nomor 7 tahun 007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. Wikipedia. Bandar Udara Internasional Kuala Namu Udara_Internasional_ Kuala_Namu, (Diakses pada 4 januari 0).

ANALISA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN PESISIR PANTAI KABUPATEN BENGKALIS DENGAN MODEL DINAMIKA SISTEM TUGAS AKHIR

ANALISA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN PESISIR PANTAI KABUPATEN BENGKALIS DENGAN MODEL DINAMIKA SISTEM TUGAS AKHIR ANALISA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA KAWASAN PESISIR PANTAI KABUPATEN BENGKALIS DENGAN MODEL DINAMIKA SISTEM TUGAS AKHIR RIKO PRIMA 4307 00 035 Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing 2 Prof.Ir.

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia (WTO, 2000), melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun 1999 dengan US $ 455 Milyar penerimaan

Lebih terperinci

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bandar Udara Internasional Kuala Namu merupakan sebuah bandar udara Internasional yang terletak di kawasan Kuala Namu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Bandara ini menggantikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS NURILLAH UTAMI NIM :

HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS NURILLAH UTAMI NIM : HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN Berdasarkan analisis data dan informasi yang telah dilakukan, analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Putri Amelia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki perananan penting bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism Organization (WTO) sektor

Lebih terperinci

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN 6. Analisis Input-Output 6.. Analisis Keterkaitan Keterkaitan aktivitas antar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

Denpasar, Juli 2012

Denpasar, Juli 2012 Denpasar, 12-14 Juli 2012 1. Latar Belakang 2. Tujuan dan Sasaran 3. Perkembangan Kegiatan 4. Hasil Yang Diharapkan LATAR BELAKANG MP3EI antara lain menetapkan bahwa koridor ekonomi Bali Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya Tugas Akhir- TI 9 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya Oleh : Dewi Indiana (576) Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PASIR KENCANA DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR REGIONALISM BERTEMA EKOTURISME

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PASIR KENCANA DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR REGIONALISM BERTEMA EKOTURISME LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PASIR KENCANA DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR REGIONALISM BERTEMA EKOTURISME Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beribu pulau dengan area pesisir yang indah, sehingga sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata bahari. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

Pemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung. 1.1 Latar Belakang

Pemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberi wewenang kepada daerah dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, khususnya di dalam upaya daerah untuk menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang diharapkan mampu menjadi kekuatan pembangunan, yang dapat diandalkan terutama sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D 605 199 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam memperoleh pendapatan negara dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi pada setiap daerah di Indonesia. Termasuk bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 3/1/12/Thn. XX, 3 Januari 217 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 216 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung di Sumatera Utara

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi lokal dalam kontek pengembangan wilayah dilakukan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara administratif, Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan luas wilayah 122.956 Ha, yang terdiri atas 78.619 Ha daratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah memiliki sumber daya alam dan potensi masing-masing dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya dapat menentukan prioritas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 65/11/12/Thn. XVIII, 2 November 215 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA SEPTEMBER 215 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 3/1/12/Th.XIX, 4 Januari 216 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA NOVEMBER 215 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan prioritas dalam Pembangunan Ekonomi Nasional dan Daerah. Kondisi tersebut tidak dapat dilepaskan dari tingginya kontribusi sektor Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pengembangan pariwisata sebagai industri, adalah untuk meningkatkan perolehan devisa. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, sangat membutuhkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JUNI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JUNI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 44/8/12/Thn.XX, 1 Agustus 217 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA JUNI 217 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung di Sumatera Utara melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa penyerapan tenaga kerja dan berkembangnya kegiatan perekonomian pendukung pariwisata seperti

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano

TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah menjadi sumber pendapatan daerah yang berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perjalanan baru. Pariwisata mempunyai spektrum fundamental pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perjalanan baru. Pariwisata mempunyai spektrum fundamental pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia untuk mencari sesuatu yang belum diketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru mencari perubahan suasana atau untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau kecil yang biasanya menunjukkan karakteristik keterbatasan sumber daya dan tidak merata yang membatasi kapasitas mereka untuk merangkul pembangunan. Hal ini terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai, Pelabuhan Laut Sungai Duku dan

BAB I PENDAHULUAN. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai, Pelabuhan Laut Sungai Duku dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Riau, khususnya Pekanbaru sangat meningkat. Pekanbaru merupakan Kota dengan pertumbuhan dan perkembangan tertinggi di Indonesia. Kota yang diprediksi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat menetapkan Bali sebagai pulau wisata terbaik di Dunia. Demikian pula organisasi Travel Leisure di

Lebih terperinci

PROYEK STRATEGIS NASIONAL DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PROYEK STRATEGIS NASIONAL DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROYEK STRATEGIS NASIONAL DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Disampaikan dalam RATAS Presiden RI, 21 Februari 2017 bappeda.ntbprov.go.id NUSA TENGGARA BARAT Kemajuan Nyata,Tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan Ivana Putri Yustyarini dan Rulli Pratiwi Swtiawan Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN CITY HOTEL DI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN CITY HOTEL DI MEDAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan yang terletak dibagian utara pulau Sumatera, tepatnya terletak di provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor ekternal yang berupa peluang dan ancaman yang dapat digunakan berdasarkan penelitian ini yaitu:

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA OKTOBER 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 74/12/12/Thn. XVIII, 1 Desember 215 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA OKTOBER 215 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau besar dan kecil dengan garis pantai sangat panjang

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan fisik untuk memenuhi kehidupannya, tetapi juga kebutuhan bathin misalnya dengan menghibur diri atau menyegarkan pikiran. Salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan BAB V KESIMPULAN Mencermati perkembangan global dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan arus perjalanan manusia yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 2/4/12/Thn.XX, 3 April 217 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA FEBRUARI 217 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung di Sumatera Utara melalui

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan pelabuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata di Indonesia pada saat ini mulai berkembang menjadi satu industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan untuk memuaskan

Lebih terperinci

Perancangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Dinamik Untuk Mengevaluasi Kebutuhan Kapasitas Bandara Juanda

Perancangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Dinamik Untuk Mengevaluasi Kebutuhan Kapasitas Bandara Juanda Sidang Tugas Akhir Perancangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Dinamik Untuk Mengevaluasi Kebutuhan Kapasitas Bandara Juanda Diajukan oleh : Febru Radhianjaya 2507 100 117 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR Oleh: MULIANI CHAERUN NISA L2D 305 137 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang turut berperan serta dalam membangun perekonomian negara melalui pemasukan devisa negara dari wisatawan. Selain itu, industri pariwisata

Lebih terperinci

SEA SIDE HOTEL DI KARIMUNJAWA

SEA SIDE HOTEL DI KARIMUNJAWA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEA SIDE HOTEL DI KARIMUNJAWA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI LAGOI OLEH INVESTOR ASING TERHADAP MASYARAKAT SETEMPAT DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN RIAU

DAMPAK KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI LAGOI OLEH INVESTOR ASING TERHADAP MASYARAKAT SETEMPAT DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN RIAU DAMPAK KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI LAGOI OLEH INVESTOR ASING TERHADAP MASYARAKAT SETEMPAT DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HENI ARI PUTRANTI L2D 097 445 JURUSAN

Lebih terperinci

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya 1 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya Dewi Indiana dan Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng. Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MEI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MEI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 36/7/12/Thn. XIX, 1 Juli 216 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA UTARA MEI 216 A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi wisata di Aceh saat ini sangatlah besar, dan banyak yang belum dimanfaatkan sebagai objek wisata disetiap daerah. Hampir semua kabupaten di Aceh memiliki keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang lebih dari 2/3 wilayahnya berupa perairan. Dari zaman nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal dan menggunakan transportasi

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidang-Ro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Referensi Utama: Utama, I Gusti Bagus Rai. (2015). Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url http://www.deepublish.co.id/penerbit/buku/547/pengantar-industri-pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

Lebih terperinci

KONSEP RESORT AND LEISURE

KONSEP RESORT AND LEISURE KONSEP RESORT AND LEISURE I. Pendahuluan Pembangunan kepariwisataan senantiasa membutuhkan sentuhan kreativitas dan inovasi yang tinggi, dikarenakan pengembangan pariwisata senantiasa diikuti oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan diuraikan alasan pemilihan judul pada latar belakang yang dilengkapi juga dengan fakta-fakta pendukungnya, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian yang digunakan.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci