BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus semakin meningkat dikarenakan adanya faktor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus semakin meningkat dikarenakan adanya faktor"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus semakin meningkat dikarenakan adanya faktor pertumbuhan populasi, usia, urbanisasi, dan peningkatan pravalensi dari obesitas dan kurangnya aktifitas fisik (Wild dkk., 2004). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Menurut WHO (2002), diperkirakan terdapat sekitar 150 juta orang mengalami diabetes melitus di dunia. Kondisi ini dapat meningkat menjadi dua kali lipat di tahun 2025 dan peningkatan terbanyak dapat terjadi di negara berkembang pada usia tahun yang telah terkena dampak diabetes melitus pada masa produktif mereka. Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat. Terdapat lebih dari jenis tanaman di Indonesia dan 9600 jenis diantaranya berkhasiat sebagai tanaman obat. Akan tetapi, hanya 300 tanaman yang telah dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Departemen Kesehatan RI, 2007). Sambiloto dan mimba merupakan tanaman Indonesia yang mudah diperoleh oleh masyarakat dimana diketahui memiliki potensi sebagai agen antidiabetes. Penelitian membuktikan bahwa kedua ekstrak ini secara signifikan berefek sebagai anti diabetes pada tikus yang diinduksi alloksan tetrahidrat (40 mg/kg) (Nugroho dkk., 2014). Ekstrak kombinasi sambiloto dan mimba lebih besar berefek sebagai hipoglikemik dibandingkan dengan ekstrak tunggal (Nugroho dkk., 2014).

2 2 Pemanfaatan bahan alam ini banyak dibuat dalam bentuk larutan yaitu sirup. Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaanya, tidak dimasukkan ke dalam golongan produk lainya (Ansel, 2005). Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik tersendiri maupun bersama dengan bahan-bahan formulasi merupakan kriteria yg paling penting untuk suatu produk obat. Dalam masing-masing hal, bahan farmasetik yang ditambahkan harus tercampur dengan dan tidak boleh mengurangi kestabilan zat obat dalam bentuk sediaan khusus yang dibuat (Ansel, 2005). Sebagai contoh, jika zat obat adalah asam atau basa, kelarutan dapat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan ph. Penyesuaian ph biasanya mempunyai efek kecil terhadap kelarutan nonelektrolit. Pada umunya obat kurang stabil bila berada dalam media cair daripada sediaan padat. Sediaan cair oral, komposisinya lebih kompleks dari pada sediaan parenteral. Oleh karena itu, kemungkinan interaksi akan lebih banyak, dan hal ini akan mempengaruhi stabilitas produk. Stabilitas produk juga kemungkinan dipengaruhi oleh eksipien, seperti pewarna, flavor, pengawet, pensolubilisasi, pengental, dan bahan pemanis (Agoes, 2008). Penyelidikan stabilitas larutan biasanya dimulai dengan percobaan untuk penetapan penguraian pada ph dan temperatur yang ekstrem. Percobaan awal harus diikuti dengan penurunan suatu profil laju-ph untuk mengidentifikasi ph stabilitas maksimum (Lachman dkk., 1989).

3 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh variasi ph terhadap kadar relatif terutama sirup dengan bahan aktif campuran ekstrak Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees dan Azadirachta indica A.Juss? 2. Apakah ada pengaruh variasi ph terhadap viskositas terutama sirup dengan bahan aktif campuran ekstrak Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees dan Azadirachta indica A.Juss? 3. Apakah ada pengaruh variasi ph terhadap perubahan derajat keasaman (ph) pada setiap formula sirup dengan bahan aktif campuran ekstrak Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees dan Azadirachta indica A.Juss? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh berbagai ph terhadap kadar relatif terutama sirup dengan bahan aktif campuran ekstrak Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees dan Azadirachta indica A.Juss. 2. Mengetahui apa pengaruh berbagai ph terhadap viskositas terutama sirup dengan bahan aktif campuran ekstrak Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees dan Azadirachta indica A.Juss. 3. Mengetahui apa pengaruh berbagai ph terhadap perubahan derajat keasaman (ph) pada setiap formula sirup dengan bahan aktif campuran ekstrak Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees dan Azadirachta indica A.Juss.

4 4 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah bagaimana pengaruh dari berbagai ph terhadap stabilitas sediaan sirup dengan komposisi campuran ekstrak Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees dan Azadirachta indica A.Juss dengan penggunaan melalui rute per oral. E. Tinjauan Pustaka 1. Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.)Ness) a. Taksonomi tanaman Menurut Backer dan Bakhuizen dalam buku Flora of Java (1963) sistematika tanaman sambiloto tertera pada tabel I. Tabel I. Sistematika Tanaman Sambiloto Sistematika Keterangan Divisi Spermatophyta Anak divisi Angiospermae Kelas Dicotyledonae Bangsa Solanales Suku Acanthaceae Marga Andrographis Jenis Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees b. Morfologi Perbungaan susunan bunga majemuk tandan, sering bercabang-cabang, muncul diketiak daun, tangkai bunga 3-7 mm. Kelopak bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak, berlekatan, panjang kelopak bunga 3-4 mm, berambut. Mahkota bunga 5, berlekatan, bentuk tabung, berbibit, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas berwarna putih dengan warna kuning bagian atasnya, ukuran 7-8 mm, bibir bunga bawah lebar, berwarna ungu dan panjang 6 mm. Tangkai sari sempit dan

5 5 melebar pada bagian pangkal, panjang 6 mm. Bentuk buah jorong dengan ujung yang tajam, panjang ± 2 cm, bila tua akan pecah terbagi menjadi 4 keping. Daun bersilang berhadapan, bentuk lanset, ujung daun dan pangkal dau runcing atau agak runcing, tepi daun rata, ukuran daun 3-12 cm x 1-3 cm, hijau atau hijau dengan sedikit warna kemerahan, rasa pahit, panjang tangkai daun mm, daun bagian atas bentuknya seperti daun pelindung. Terna tumbuh tegak, tinggi cm, percabangan banyak dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk sgi segi empat dan tidak berambut (BPOM RI, 2010). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1. Tanaman Andrographis paniculata (Burm. f.)nees c. Kandungan kimia Sambiloto mengandung senyawa diterpenoid, flavonoid dan polifenol sebagai komponen bioaktif yang paling banyak. Bagian tanaman (baik batang maupun daun) yang diekstraksi dengan menggunakann pelarut etanol atau methanol akan diperoleh lebih dari 20 senyawa diterpenoid dan sekitar 10 senyawa flavonoid (Chao dan Lin, 2010). Andrografolid merupakan diterpenoid

6 6 utama yang terkandung di dalam tanaman sambiloto, yaitu terkandung sekitar 4% dari ekstrak tanaman utuh, 0,8-1,2% dari ekstrak batang tanaman dan 0,5-6% dari ekstrak daun tanaman. Senyawa diterpenoid lain yang terkandung di dalam tanaman adalah deoksiandrografolid, neoandrografolid, deoksiandrografolid, 11,12-didehidro-14-deoksiandrografolid,andrografisid, andropanosid (Sundowoo dkk., 2002; Chao dan Lin, 2010). isoandrografolid dan Andrografolid stabil pada kisaran ph 3-5 (Yu dkk., 2008). Rumus molekul andrografolid adalah C 20 0H 30 O 5 dengan berat molekul 340,46 g/mol. Andrografolid merupakan kristal warnaa putih, larut dalam etanol, larut dalam air pada suhu 25 0 C larut 60 mg/l (Qiang, 2007; Ping, 2009), dan rasa pahit (Mishra dkk., 2007; Vijaykumar dkk., 2007; Raina dkk., 2007). Gambar 2. Struktur molekul andrografolid Stabilitas andrografolid tergantung pada bentuk kristalnya. Degradasi andrografolid terjadi karena adanya reaksi hidrolisis sehingga cincin lakton menjadi terbuka (Wongkittipong dkk., 2000). Hidrolisis andrografolid akan lebih lambat terjadi pada ph dibawah 7 (Hidalgo dkk., 2013). Andrografolidd pada suhu 70 0 C dapat terdegradasi menjadi 14-deoxy-11,12-didehydroandrografolid dengan cara terhidrolisis, sedangkan pada suhu 25 0 C andrografolidd mempunyai nilai t 90% sebesar 0,87 tahun (Lomlim dkk., 2003). 14-deoxy-11,12-didehydroandrografolid,

7 7 yang diisolasi dari ekstrak etanolik akar sambiloto, diketahui berefek lebih besar daripada andrografolid dalam memperbaiki diabetes nefropati (Lee dkk., 2010). Andrografolid diketahui dapat melindungi kerusakan sel beta pankreas dengan cara sebagai antioksidan dan menstimulasi transport glukosa subtipe 4 (GLUT 4) pada translokasi membran di sel otot (Zhang dkk., 2009). Kerusakan sel beta pankreas diakibatkan oleh efek radikal bebas dari peroksida sehingga perlu antioksidan untuk menghambat proses kerusakan tersebut. Mekanisme andrografolid pada diabetes adalah dengan mengaktivasi reseptor angiotensin II untuk meningkatkan sekresi beta endorfin yang dapat menstimulasi mikroreseptor opioid. Mikroreseptor opioid berfungsi untuk mereduksi glukoneogenesis hepar (sintesis glukosa yang berasal dari zat bukan karbohidrat) dan meningkatkan uptake glukosa kedalam otot soleus (Yu dkk., 2008). 2. Mimba (Azadirachta indica A.Juss) a. Taksonomi tanaman Sistematika Devisi Anak divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis Tabel II. Sistematika Tanaman Mimba Keterangan Spermatophyta Angiospermae Dicotyledonae Rutales Melieceae Azadirachta Azadirachta indica A.Juss. Sistematika mimba menurut Backer dan Bakhuizen dalam buku Flora of Java (1963) tertera pada tabel III.

8 8 b. Morfologi Mimba termasuk jenis Melieceae, tinggi batangnya mencapai 20 mdengan diameter ±1 m. kulit batangnya tebal dan kasar, panjang buahnya ± 1 cm. apabila sudah masak daging buah mimba berwarna kuning dan bijinya ditutupii oleh kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit ari berwarna putih (Soegihardjo, 2007). Tanaman Azadirachta indica A.Juss merupakan pohon yang tinggi, batangnya dapat mencapai 20 m. Kulitnya tebal, batang agak kasar, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Tanaman mimba mulai berbunga dan menghasilkan buah pada umur 4-5 tahun. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar (Heyne, 1987). Gambar 3. Tanaman Azadirachta indica A.Juss c. Kandungan kimia Tanaman mimba mempunyai komponenn yang dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu isoprenoid dan non isoprenoid. Isoprenoid terdiri dari diterpenoid dan

9 9 triterpenoid yang terkandung di dalamnya azadiron dan turunannya, gedunin dan turunannya, dan C-secomeliacins yang termasuk didalamnya nimbin, salanin, dan azadirachtin. Nimbin merupakan senyawa yang berasa pahit yang diisolasi dari neem oil. Nonisoprenoid termasuk didalamnya ada protein, karbohidrat, komponen sulfur, polifenol seperti flavonoid dan glikosidanya, dihidrokalkon, kumarin dan tanin, komponen alifatik, dan lain-lain (Biswas dkk., 2002). Kuersetin dan β-sitosterol merupakan polifeno flavonoid yang terdapat dalam daun mimba segar terpurifikasi (Govindachari dkk., 1998) Kuersetin merupakan salah satu flavonoid yang berperan penting sebagai antioksidan. Kuersetin dapat melindungi dari radikal bebas yang muncul pada metabolismee normal atau kerusakan oksigen (Pandey dkk., 2014). Sitotoksik pada sel beta pankreas dapat diakibatkan karena pengaruh oksidasi dari radikal bebas scavenger terhadap enzim (Ihara dkk., 1999). Kuersetin mampu melindungi tikus diabetes yang diinduksi streptozosin dan berfungsi sebagai antioksidan enzim dalam pankreas sehingga dapat melindungi sel beta dari oksidasi ada diabetes melitus tipe 2 (Abdelmoaty dkk., 2010). Menurut Hii dan Howel (1984), kuersetin meningkatkan pelepasan insulin sebesar 44-70%. Pada liver juga terlihat lebih banyak kandungan glikogen setelah penggunaann ekstrak ini (Das dkk., 2014). Gambar 4. Struktur molekul kuersetin

10 10 Rumus kimia dari kuersetin adalah C 15 H 10 O 7 dengan berat molekul sebesar 302,24 g/mol. Titik lebur kuersetin adalah C. Kuersetin termasuk dalam aglikon, apabila berikatan dengan glikonnya akan menjadi glikosida rutin. Kuersetin memiliki 3 cincin dan 5 hidroksi grup (Sharma dan Gupta, 2010). Kuersetin berbentuk serbuk berwarna kuning pucat. Kuersetin larut dalam air, dietil eter, etanol, metanol dan aseton (IARC, 1999). 3. Ekstrak Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang ditetapkan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Ekstrak merupakan sediaan yang memiliki potensi 2-6 kali berat bahan mentah obat yang dipakai sebagai bahan pada proses awal pembuatan obat (Ansel, 2005). Pembuatan ekstrak bertujuan agar zat berkhasiat yang terdapat di simplisia tersebut mempunyai kadar yang tinggi dan untuk memudahkan dalam pengaturan dosisnya (Anief, 1999). Pemilihan pelarut dan cara ekstraksi ditentukan berdasarkan senyawa aktif yang dicari dalam simplisia (Departemen Kesehatan RI, 2000). Ekstrak dengan pelarut organik lebih banyak dilakukan untuk memisahkan senyaw aktif dari tanaman (Kumoro dan Hasan, 2006). Metode ekstrak dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut atau destilasi uap (Departemen Kesehatan RI, 2000). Ekstraksi menggunakan pelarut dibagi

11 11 menjadi dua cara yaitu cara dingin dan cara panas. Ekstraksi dingin antara lain maserasi dan perkolasi, sedangkan cara panas antara lain refluks, soxhlet, digesti, infus dan dekok. Remaserasi menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruanganyang dilakukan dengan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Depertemen Kesehatan RI, 2000). 4. Sirup Larutan dapat berisi obat yang diberi gula dan disebut sirup dengan tujuan memudahkan pemberian obat pada anak-anak (Djamhuri, 1995). Sirup dapat dibuat dengan menggunakan air mendidih, atau lebih baik tanpa menggunakan pemanasan. Sukrosa ditempatkan ke dalam perkolator yang cocok, leher yang berdekatan diisi dengan kapas secara longgar, pembasahan dilakukan sesudah pengepakan menggunakan sedikit tetes air. Selanjutnya dituangkan 450 ml air murni pada sukrosa dan aliran diatur kearah tetesan tetap perkolat. Bila perlu, perkolat dikembalikan sampai semua sukrosa larut. Volume perkolat dijadikan 1000 ml dengan penambahan air murni (Anonim, 2005). Di samping air murni dan semua obat yang ada, kandungan sirup yaitu : (1) gula, biasanya digunakan sukrosa atau pengganti gula supaya memberikan rasa manis dan kental, (2) pengawet, anti mikroba, (3) penambahan aroma, dan (4) pewarna. Banyak sirup terutama yang terdapat dalam perdagangan, mengandung pelarut-pelarut khusus pembantu kelarutan, pengental, dan stabilisator (Voigt, 1984).

12 12 Gula yang digunakan untuk menambah rasa manis larutan oral antara lain glukosa dan sukrosa. Sukrosa mampu meningkatkan viskositas cairan dan memberikan bentuk yang menyenangkan untuk mulut. Penggunaan jangka lama dari obat cair yang mengandung gula akan menimbulkan kerusakan gigi yaitu karies gigi terutama pada ank-anak. Perusaan memberikan alternativ dengan membuat larutan oral tanpa gula namun sebagai agen pemanis digunakan sorbitol, manitol, xylitol, sakarin, dan aspartam (Winfield dkk., 2004). Derajad keasaman (ph) dapat pula mempengaruhi kelarutan, terutama untuk obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah. Bentuk terionisasi dari senyawa akan menyebabkan obat mudah larut dalam air. Oleh karena itu, obat basa lemah akan menjadi mudah larut dalam larutan air yang bersifar asam. Zat yang bersifat asam atau basa dapat ditambahkan guna memanipulasi kelarutan. Sebagian besar senyawa lebih mudah larut dalam suhu tinggi. Pengurangan ukuran partikel juga akan meningkatkan kecepatan pelarut (Winfield dkk., 2004). Sediaan farmasi yang tidak disterilkan selama pembuatan tetapi rentan terhadap pertumbuhan mikroba harus dilindungi dengan bahan pengawet antimikroba. Zat-zat yang cocok dapat ditambahkan ke dalam suatu sediaan farmasi untuk menambah kepermanenan atau kegunaannya. Penambahan bahan pengawet hanya sesuai jika penambahan tersebut tidak toksis, tidak berbahaya dalam jumlah yang diberikan serta tidak mengganggu kemanjuran terapi. Contoh pengawet yang biasa digunakan dalam sediaan sirup antara lain asam benzoat (0,1-0,2%), natrium benzoat (0,1-0,2%) dan berbagai campuran metil-, propil- dan butil-paraben (total ± 0,1%) (Ansel, 2005).

13 13 Sifat fisik sirup antara lain : a. Organoleptis Organoleptis meliputi warna, bau dan rasa dapat digunakan sebagai indikator kualitatif sifat fisis sediaaan yang bersifat subjektif, yang berhubungan dengan kenyamanan sediaan oleh konsumen. Pengukuran sacara kuantitatif tidak dapat dilakukan untuk menilai rasa dan penampilan (Lachman dkk., 1989). b. Viskositas Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas semakin tinggi tahanannya (Sinko, 2006). Pada penentuan viskositas, penentuan suhu adalah penting karena viskositas dapat berubah sesuai suhu. Viskositas cairan akan menurun jika temperatur dinaikan. Fluidisitas dari suatu cairan yang merupakan kebalikan dari viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur. Cairan merupakan susunan dari molekul-molekul yang dihubungkan dengan ikatan hidrogen. Pada temperatur yang lebih tinggi, ikatan ini akan dipecah oleh perpindahan panas dan energi pengaktifan yang dibutuhkan untuk memulai aliran antar molekul-molekul tersebut akan menurun dengan nyata. Uji sifat alir perlu dilakukan untuk mengetahui viskositas sirup. Viskositas cairan Newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat di antara dua tanda ketika mengalir karena pengaruh gravitasi melalui suatu tabung kapiler vertikal.

14 14 Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu cairan yang viskositasnya diketahui (biasanya air). Contoh viskositas kapiler adalah viskositas Ostwald (Sinko, 2006). c. Mudah tidaknya sirup dituang Uji kemudahan tuang bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sejumlah volume sirup untuk tertuang habis dari botolnya. Uji ini berkaitan erat dengan uji viskositas, karena semakin kental suatu sediaa maka waktu yang dibutuhkan sejumlah volume sirup untuk tertuang habis dari botol juga semakin lama. Uji mudah tidaknya suatu larutan untuk dituang dilakukan dengan cara mengukur lama waktu yang dibutuhkan sejumlah volume sirup untuk tertuang habis dari suatu botol yang diletakkan pada kemiringan 45 derajat. d. Derajat keasaman (ph) Uji derajat keasaman dilakukan untuk mengetahui perubahan kadar keasaman dari larutan, terutama untuk obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah. Bentuk terionisasi dari senyawa akan menyebabkan obat mudah larut dalam air. Oleh karena itu, obat asam lemah akan menjadi mudah larut dalam larutan air yang bersifat asam. Zat bersifat asam atau basa dapat ditambahkan guna memanipulasi kelarutan. 5. Kromatogafi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode kromatografi cair yang paling sederhana. Dengan memakai KLT, pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti

15 15 senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik, kompleks, anorganikorganik, dan bahkan ion anorganik dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal (Gritter dkk., 1991). Bila dibandingkan dengan kromatografi kertas, metode kromatografi lapis tipis ini mempunyai keuntungan yang utama, yaitu membutuhkan waktu yang lebih cepat dan diperoleh pemisahan yang lebih baik. Waktu rata-rata untuk kromatografi lapisan tipis dengan panjang gelombang 10 cm pada silika gel adalah sekitar menit (tergantung dari fase geraknya). Untuk pemisahan-pemisahan secara kualitatif pada plat yang kecil memerlukan waktu sekitar 5 menit (Stahl, 1969). Pada hakikatnya, KLT melibatkan dua hal yaitu sifat fase diam atau sifar lapisan dan sifat fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penjerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Empat penjerap yang paling umum dipakai : silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatome) dan selulosa. Fase gerak dapat berupa hamper segala macam pelarut atau campuran pelarut (Gritter dkk., 1991). Fase gerak yang digunakan harus berupa pelarut murni, mudah didapatkan, mudah diuapkan agar tidak selalu ada dalam lapisan lempeng, mantab di udara, mudah tercampur dengan pelarut lain, tidak toksik dan mudah dipisahkan dari linarut untuk pemurnian. Bila fase gerak sulit dipisahkan dari linarut akan menggangu dalam analisis selanjutnya, seperti analisis spektrofotometri (Sumarno, 2000).

16 16 Bejana perlu dijenuhkan dengan pelarut sebelum proses kromatografi untuk memperkecil penguapan pelarut dan menghasilkan bercak yang lebih baik. Caranya adalah dengan melapisi bejana dengan kertas saring (minimal setengah dari keliling bejana dan hamper mencapai bagian atas bejana) yang telah dibasahi dengan pelarut. Bejana yang tertutup harus dibiarkan sebentar sebelum plat diletakkan didalamnya (Gritter dkk., 1991). Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hrf. Harga Rf disajikan pada persamaan (1). Rf Jarak titik pucat bercak dari titik awal Jarak garis depan dari titik awal 1 Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal, sedangkan hrf ialah angka Rf dikali faktor 100 dan menghasilkan nilai berjangka Karena Rf merupakan fungsi sejumlah faktor, angka ini dianggap sebagai petunjuk sajaa. Inilah yang menjadi alasan mengapa harga hrf yang dicantumkan untuk menunjukan letak suatu senyawa pada kromatogram (Stahl, 1969). Densitometer adalah alat pelacak kuantitatif yang sangat terkenal. Alat ini dilengkapi dengan spektrofotometer yang panjang gelombangnya dapat diatur dari nm. Alat tersebut dinamakan TLC scanner. Teknik penggunaannya didasarkan pada pengukuran sinar yang diteruskan, diserap, dipantulkan atau yang dipendarkan. Sinar yang dipantulkan mengalami hambatan oleh pendukung lempeng dan keseragaman fase diamnya. Sinar dipantulkan dengan arah yang sudah pasti menuju bercak, maka arah pantulan pun sudah pasti sehingga dapat dipantau jumlah sinar yang diserap. Sinar ini sangat efektif dan sensitiv, maka

17 17 untuk setiap senyawa dapat dicari panjang gelombang maksimumnya. Susunan optik densitometer ini tidak banyak berbeda dengan speltrofotometer tetapi pada densitometer ini digunakan alat khusus yaitu reflection photomultifier, sebagai pengganti photomultifier pada spektrofotometer yang dapat memperbesar tenaga beda potensial listrik sehingga mampu menggerakkan intregator (Sumarno, 2000). 6. Derajat Keasaman (ph) Derajat keasaman (ph) adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam formulasi (Ansel dkk., 2005). Suatu usaha untuk penstabilisasian yang terpenting dari sistem yang dirusak oleh hidrolisa terletak pada pengaturan suatu nilai-ph optimal (Voigt, 1984). Laju reaksi dalam larutan encer seringkali dipengaruhi ph sebagai dampak dari proses katalisis. Untuk dapat mengetahui pengaruh ph maka faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti suhu, kekuatan ion dan komposisi pelarut harus dibuat tetap. Pengaruh ph dapat diketahui dari bentuk profil ph-laju degradasi dari hubungan antara ph dan log k tanpa pengaruh dapar. Dari profil tersebut dapat diketahui ph stabil suatu obat, katalisis reaksi dan persamaan laju reaksi. Tiga bentuk profil dikenal, yaitu bentuk V, S (sigmoid), bentuk parabola (bell shape), atau kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut (Connors dkk., 1986). Bentuk profil yang dihasilkan tergantung pada sifat zat dan reaksi yang terjadi. Profil V umum terjadi pada senyawa ester, seperti yang ditunjukkan oleh ph-laju degradasi streptovitacin A pada suhu 70 0 C (Connors dkk., 1986).

18 18 Pengaturan ph umumnya terjadi dengan larutan dapar. Pada pemilihannya untuk diperhatikan adalah, bahwa reaksi hidrolisa dapat mengalami suatu katalisa umum-asam-basa. Di bawah katalisa umum diartikan, bahwa tidak hanya ion hidroksil dan ion hidronium efektif secara katalitik, melainkan bahwa juga tentang itu komponen garam dari dapar, yaitu menggambarkan asam dan basa dalam pengertian teori Bronstedt, yang dapat memiliki efek mengkatalisasi. Katalisa umum karenanya dikenali, bahwa penguraian pada nilai-ph konstan dan kekuatan ion sama pada keberadaan garam yang berlainan atau campuran garam (dapar) menunjukkan nilai kecepatan yang berbeda (Voigt, 1984). 7. Stabilitas Obat Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau bahan atau senyawa untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut. Sediaan yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (Connors dkk., 1986). Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik tersendiri maupun bersama-sama dengan bahan merupakan kriteria yang paling penting untuk berhasilnya suatu produk obat (Ansel, 2005). Proses kimia yang umum menyebabkan obat tidak stabil adalah: hidrolisis, rasemisasi, epimerisasi,dekarbosilasi, rearrangement, dehidrasi dan oksidasi. Mekanisme degradasi yang terjadi dipengaruhi struktur kimia obat dan kondisi

19 19 reaksi (Martin dkk., 1993). Terjadi dekomposisi akibat hidrolisis atau solvolisis dari sediaan farmasi cair adalah hal yang umum terjadi oleh karena kelembaban atau pelarut yang digunakan (Sanyude dkk., 1991). Untuk obat-obat tertentu, satu bentuk kristal atau polimorf mungkin lebih stabil dari pada lainya dan mungkin juga lebih disukai. Hal ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum diprakarsai percobaan uji stabilitasnya. Suatu ketidakmurnian mungkin merupakan katalisator kerusakan obat atau mungkin menjadikan dirinya tidak stabil, mengubah penampilan fisik bahan obat dari kestabilan obat yang sempurna (Ansel, 2005). Sterilisasi obat harus diselidiki berkali-kali pada suhu penyimpanan (seperti pada 50 0 C, 60 0 C, 70 0 C) dan dengan adanya kelembapan, cahaya, oksigen dan pengaruh-pengaruh potensial lainnya yang mengganggu. Penyelidikan stabilitas obat dengan macam-macam bahan farmasetikanya juga penting untuk menentukan stabilitas kima dan fisika serta mempersatukan sebelum memformulasikannya dalam bentuk-betuk sediaan (Ansel, 2005). Suhu mempengaruhi laju degradasi obat, karena peningkatan suhu menyebabkan peningkatan jumlah tabrakan antar molekulnya. Peningkatan tersebut setara dengan jumlah tabrakanyang terjadi tiap satuan waktu. Tiap peningkatan 10 0 C reaksi bertambah sampai tiga kali (Connors dkk., 1986). Atas dasar tersebut maka harga tetapan stabilitas atau waktu kadaluwarsa suatu zat pada suhu ruangan dapat ditentukan dengan cepat yaitu dengan peningkatan suhu

20 20 (elevated temperature test), seperti yang dilakukan Arrhenius (Connors dkk., 1986). Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien menerima dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil ditemukan degradasi efek terapi aktif. Ketidakstabilan formulasi obat dapat di deteksi dalam beberapa hasil dengan suatu perubahan fisik meliputi warna, rasa dan bau dari formulasi tersebut, sedangkan dalam hal lain perubahan kimia dapat terjadi yang tidak dibuktikan dan hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia (Ansel, 2005). F. Landasan Teori Diabetes yang tidak ditangani dengan baik atau diawasi dengan baik akan menimbulkan efek merugikan dala jangka panjang dan dapat menyebabkan krisi metabolik dan koma diabetik. Sediaan yang dibuat pada obat anti diabetes pada penelitian ini adalah sediaan sirup. Dua ekstrak itu sudah terbukti efeknya. Sambiloto mempunyai khasiat dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan kandungan senyawa andrografolid (Yu dkk., 2008), sedangkan mimba dengan kandungan kuersetin (Abdelmoaty dkk., 2010). Kombinasi kedua ekstrak itu lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya (Nugroho dkk., 2014). Daun sambiloto mempunyai kandungan senyawa aktif yaitu golongan senyawa flavonoid dan diterpen lakton. Flavonoid tersebut berkhasiat sebagai

21 21 antioksidan, yang efektif mengikat radikal bebas di dalam tubuh yang bisa memperparah kerusakan sel b Langerhans pankreas dan terjadinya komplikasi. Daun sambiloto mengandung diterpen lakton yang terdiri dari andrografolid, deoksiandrografolid,neoandrografolid, 14-deoksi-didehidroandrografolid dan homoandrografolid. Daun sambiloto mempunyai kandungan androfolid tertinggi (>2,39 %). Andrografolid dilaporkan sangat poten dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus diabetes melitus. Mekanisme utamanya melalui peningkatan kadar protein GLUT 4, pembawa transport glukosa menembus sel, aktivitas antioksidan dan penghambatan NF-kappa B. Andrografolid juga dapat menghambat enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase secara poten. Pengkajian stabilitas merupakan kuantitatif stabilitas kimia dari suatu obat baru. Pengkajian ini harus meliputi efek ph, kekuatan ion, pelarut tambahan, cahaya, temperatur dan oksigen. Kelarutan dalam suatu obat yang bersifat asam atau basa tergantung pada pka dari gugus fungsional yang mengion dan kelarutan intrinsik untuk bentuk terion dan bentuk tidak terion (Ansel, 2005). Penentuan konstanta disosiasi bagi suatu obat yang mampu mengion dalam rentang ph 1-10 penting karena kelarutan, dan akibatnya absorpsi dapat berubah dengan besarnya perubahan ph tersebut. Persamaan Henderson-Hansselbach memberikan suatu perkiraan konsentrasi obat yang terionkan dan yang tidak terionkan pada suatu ph tertentu (Lachman dkk., 1989).

22 22 Penyelidikan stabilitas larutan biasanya dimulai dengan mengadakan percobaan untuk menetapkan penguraian pada ph dan temperatur yang ekstrem. Percobaan awal harus diikuti dengan penurunan suatu profil laju-ph untuk mengidentifikasi ph stabilitas maksimum (Lachman dkk., 1989). Untuk menghasilkan suatu profil laju-ph, data stabilitas yang dihasilkan pada masingmasing ph dan kondisi temperatur dianalisis secara kinetik untuk menghasilkan konstanta laju penguraian yang tampak. Semua konstanta laju tersebut pada suatu temperatur tunggal kemudian dplotkan sebagai fungsi ph. Suatu plot Arrhenius dibentuk dengan memplot logaritma dari konstanta laju penguraian yang tampak terhadap kebalikan dari dari temperature absolut, dimana masing-masing larutan dapar tertentu disimpan selama uji stabilitas (Lachman dkk., 1989). Temperatur penyimpanan stabilitas harus dipilih secara penambahan sedikit-sedikit mendekati temperaturpenggunaan yang diharapkan. G. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori di atas, dapat diusulkan hipotesis sebagai berikut : 1. Variasi berbagai ph mempengaruhi kadar relatif sirup kombinasi ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun mimba dengan metode kenaikan suhu. Semakin tinggi suhu yang digunakan semakin cepat juga proses degradasi.

23 23 2. Variasi berbagai ph mempengaruhi viskositas sirup kombinasi ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun mimba dengan metode kenaikan suhu. 3. Variasi berbagai ph mempengaruhi perubahan derajat keasaman sirup kombinasi ekstrak herba sambiloto dan ekstrak daun mimba dengan metode kenaikan suhu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan sumber daya alamnya, sehingga menjadi negara yang sangat potensial dalam bahan baku obat, karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. moyang sejak berabad-abad yang lalu. Menurut Chan (2013), Direktur-General

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. moyang sejak berabad-abad yang lalu. Menurut Chan (2013), Direktur-General BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengobatan dengan bahan tanaman atau herbal sudah digunakan oleh nenek moyang sejak berabad-abad yang lalu. Menurut Chan (2013), Direktur-General WHO, pengobatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,- Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah

Lebih terperinci

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan METODE EKSTRAKSI Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Perkiraan terakhir menunjukkan ada 171 juta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tingginya permintaan obat herbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta meningkatkan daya tahan tubuh. Tingginya permintaan obat herbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat herbal telah banyak berperan bagi kesehatan masyarakat terutama kontribusinya untuk mengobati berbagai penyakit antara lain hipertensi, diabetes, serta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PEMBUATAN SEDIAAN HERBAL

BAB I PEMBUATAN SEDIAAN HERBAL BAB I PEMBUATAN SEDIAAN HERBAL A. Informasi Umum Sediaan Herbal Dalam buku ini yang dimaksud dengan Sediaan Herbal adalah sediaan obat tradisional yang dibuat dengan cara sederhana seperti infus, dekok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan suatu negara tropis di dunia yang kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan ini memiliki berbagai macam manfaat, salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tanaman Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

Metoda-Metoda Ekstraksi

Metoda-Metoda Ekstraksi METODE EKSTRAKSI Pendahuluan Ekstraksi proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISASI SIMPLISIA Simplisia yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman sambiloto yang berasal dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah Standardisasi Obat Bahan Alam Indah Solihah Standardisasi Rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data famakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji 19 BAB III METODOLOGI Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji pendahuluan golongan senyawa kimia, pembuatan ekstrak, dan analisis kandungan golongan senyawa kimia secara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang ditandai oleh gangguan metabolisme dan kenaikan kadar glukosa darah (hiperglikemik), sebagai akibat penurunan kadar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piroksikam 2.1.1 Sifat Fisikokimia Gambar 2.1.1 : Struktur Kimia Piroksikam Piroksikam merupakan salah satu obat analgesik yang mempunyai waktu paruh yang panjang. Piroksikam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelainan metabolisme yang dicirikan dengan hiperglikemia yang diakibatkan oleh terjadinya malfungsi pada sekresi insulin dan atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia program studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pikiran, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Sambal Saus Sambal merupakan salah satu jenis pangan pelengkap yang sangat populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI 0129762006), saus sambal didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apabila kita lihat pengertian aslinya, sebenarnya apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti penyimpanan. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A PEMANFAATAN LIMBAH AIR LERI BERAS IR 64 SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SIRUP HASIL FERMENTASI RAGI TEMPE DENGAN PENAMBAHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : PUJI

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tumbuhan Kenikir 1.1.1 Klasifikasi Divisi Sub divisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis Sinonim : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Asterales : Asteraceae : Cosmos : Cosmos

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) 2.1.1. Klasifikasi Tanaman Kingdom Superdivisi Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermathopyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati berupa ratusan jenis tanaman obat dan telah banyak dimanfaatkan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit. Namun baru sejumlah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. B. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Hari : Senin, 13 April 2009 Waktu : 10.20 12.00 Tempat : Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Glibenklamid merupakan sulfonylurea generasi kedua yang digunakan sebagai obat antidiabetik oral yang berperan menurunkan konsentrasi glukosa darah. Glibenklamid merupakan salah satu senyawa

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna Data preformulasi formulasi sediaan yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 TIJAUA PUSTAKA 1.1 Glibenklamid Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3- sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro--[2-[4{{{(sikloheksilamino)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Larutan adalah campuran homogeny yang disiapkan dengan melarutkan zat padat, zat cair, gas dalam cairan lain.salah satunya yaitu sirup. Sirup adalah cairan berkadar

Lebih terperinci

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK Wirasuta, I.M.A.G. 1), Astuti, N.M.W. 1), Dharmapradnyawati, N.N.P. 1), Wiputri,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH Dian Kartikasari 1, Nurkhasanah 2, Suwijiyo Pramono 3 1 Pasca sarjana prodi Farmasi Universitas Ahmad

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minuman Sari Buah 1. Definisi Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. Penyakit tersebut terkadang sulit disembuhkan dan mempunyai angka kematian

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan, Alat, dan Hewan Percobaan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah duku (Lansium domesticum Corr.), hirdoksipropil metilselulosa (HPMC), carbomer, gliserin, trietanolamin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini di jaman yang sudah modern terdapat berbagai macam jenis makanan dan minuman yang dijual di pasaran. Rasa manis tentunya menjadi faktor utama yang disukai

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO Muhammad Irfan Firdaus*, Pri Iswati Utami * Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sindroma yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM, secara klinik dikarakterisasi oleh gejala intoleransi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biji Orok-orok Tanaman orok-orok merupakan tanaman semak tegak, tinggi 0,6-2,5 m. Ujung batang berambut pendek. Daun penumpu bentuk paku, rontok. Tangkai daun berukuran 4-8 cm.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut

Lebih terperinci