BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia Arah pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia ialah agar para siswa terampil berbahasa Indonesia. Dari segi komponen bahasa, diharapkan agar para siswa terampil di bidang pemahaman (menyimak dan membaca), terampil di bidang penggunaan (menulis dan berbicara) dan terampil di bidang komponen kebahasaan (kaidah-kaidah bahasa). Secara sederhana dari segi aspek bahasa dapat dikatakan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia ialah agar para siswa memiliki kemampuan menyimak (mendengarkan), membaca, menulis dan berbicara dengan baik. (Depdiknas: 1) Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang aplikatif dan menarik, karena pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia sehingga tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai. Dengan menggunakan media power point dapat mencakup semua aspek tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, karena media Power Point mampu menampilan teks, gambar (visual) dan video (audio visual). Selain itu, tampilan media Power Point yang menarik menjadi nilai tambah untuk menarik perhatian siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dari seseorang kepada orang lain baik secara lisan atau tulisan. (Depdikbud: 1) Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting, karena dengan menggunakan bahasa apa yang disampaikan menjadi lebih jelas dan tidak berbelit-belit. Butir-butir pembelajaran yang tercantum pada setiap semester merupakan kegiatan berbahasa (membaca, menulis, menyimak dan berbicara) belum merupakan materi pembelajaran. Materi pembelajarannya dapat dipilih atau ditetapkan oleh guru, membaca apa, menulis apa, menyimak tentang apa dan berbicara tentang apa (Depdiknas: 1) Sebagai kajian teori dalam penelitian tindakan kelas ini penulis akan membahas tentang hasil belajar, aktivitas belajar, media pembelajaran dan media Power Point dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 6

2 Hasil Belajar Menurut Purwanto (2011: 44), pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dapat disimpulkan bahwa hasil merupakan sebuah perolehan yang didapat dari proses untuk menciptakan sebuah perubahan. Perubahan yang dimaksud di sini adalah sebuah peningkatan. Menurut Slameto (2003: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses usaha yang dilakukan itu merupakan proses menambah pengetahuan, pengalaman itulah yang menjadikan siswa semakin bertambah ilmu pengetahuannya, sehingga nantinya akan mempengaruhi hasil belajar dari siswa tersebut. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Hasil belajar setiap siswa berbeda tergantung dengan bagaimana usaha siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Proses untuk meningkatkan hasil belajar ini membutuhkan suatu metode atau cara yang tepat agar hasil belajar menjadi maksimal. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. (Agus Suprijono, 2011: 6) Hasil belajar memiliki tiga aspek penting yang diukur sebagai standar ketuntasan siswa. Aspek kognitif yaitu aspek untuk mengukur pengetahuan siswa, sedang aspek afektif untuk mengukur bagaimana sikap yang ditunjukkan oleh siswa dan aspek psikomotorik adalah aspek untuk mengukur keterampilan siswa. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Maka dari itu, hasil belajar perlu dievaluasi atau dinilai. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah proses belajar mengajar telah efektif sehingga tujuan pembelajaran tercapai, yaitu dengan memberikan KKM sebagai kriteria penilaian. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk: (1) Mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. (2) Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar. (3) Memperbaiki

3 8 proses pembelajaran. (Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses) Hasil pengukuran merupakan tes hasil belajar siswa yang dijadikan sebagai alat ukur. Namun, pengambilan keputusan belum dapat dilakukan hanya atas dasar hasil pengukuran, dibutuhkan kriteria tertentu sebagai penentu agar hasil pengukuran berarti. Misalnya, ada empat orang siswa yang diukur hasil belajar Bahasa Indonesia dan memberikan hasil pengukuran sebagai berikut: 65, 80, 95, dan 70. Dari hasil pengukuran tersebut keputusan belum dapat dibuat, maka dibutuhkan kriteria tertentu (Kriteria Ketuntasan Maksimal) agar dapat diambil keputusan. Contohnya, siswa dinyatakan lulus jika mencapai KKM 70, jadi siswa yang memiliki nilai di bawah 70 dinyatakan tidak lulus dan siswa yang memiliki nilai 70 dan di atas 70 dinyatakan lulus. Dilakukannya tes evaluasi hasil belajar yaitu bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Daniel L Stufflebeam di dalam buku karya Purwanto yang berjudul Evaluasi Hasil Belajar menggolongkan evaluasi menjadi empat dimensi yaitu (1) context yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan, misalnya keadaan ekonomi negara, pandangan hidup masyarakat dan sebagainya. (2) input yaitu sarana/modal/bahan dan rencana strategi untuk mencapai tujuan. (3) process yaitu pelaksanaan strategi dan penggunaan saran/modal/bahan di lapangan. (4) product yaitu hasil yang dicapai selama dan akhir pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan. Evaluasi yang digolongkan oleh Stufflebeam tersebut merupakan langkahlangkah yang wajib diperhatikan oleh pendidik sebelum melakukan evaluasi hasil belajar. Dengan memahami dimensi-dimensi yang disebutkan di atas, seperti memahami latar belakang siswa, menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan siswa, melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat dan terakhir melihat hasil belajar siswa apakah terjadi peningkatan atau tidak. Berikut merupakan manfaat evaluasi bagi siswa menurut Gronlund dan Lin (1990: 12) dalam buku yang dibuat oleh Purwanto yang berjudul Evaluasi Hasil Belajar: (1) Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa dapat menilai apakah cara belajarnya sudah efektif untuk mencapai hasil dan memperbaiki dan meningkatkan di masa mendatang. (2) Hasil belajar menginformasikan jerih payah siswa dalam belajar. Hasil belajar yang tinggi akan memuaskannya dan makin memotivasinya untuk

4 9 meningkatkannya menjadi lebih baik. Hasil belajar yang rendah akan memacu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Dilihat dari manfaat hasil belajar siswa di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan sebagai tolak ukur siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Tujuan pendidikan di sekolah yaitu mengarahkan semua komponen seperti metode mengajar, media, materi, alat evaluasi dan sebagainya yang dipilah sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar. Menurut Purwanto (2011: 49), hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran (instructional effect) maupun hasil sampingan pengiring (nurturant effect). Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran. sedang hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai. Misalnya, setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran Bahasa Indonesia yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar guru. Dengan begini, hasil belajar yang didapat siswa tidak hanya digunakan untuk mencukupi KKM 70 yang sudah ditentukan, namun mempengaruhi sudut pandang siswa terhadap pelajaran tersebut, jadi untuk selanjutnya siswa memiliki apresiasi yang tinggi terhadap mata pelajaran tersebut Aktivitas Belajar Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, merupakan interaksi antara guru dan siswa. Tugas dan tanggungjawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua subjek pembelajaran. Guru sebagai

5 10 penginisiatif awal, pengarah serta pembimbing, sedangkan siswa sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pembelajaran, maka aktivitas belajar sangat diperlukan untuk di dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sardiman (2011: 95), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Keaktifan siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaktidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun social dalam proses belajar mengajar. Menurut Wawan Junaidi di dalam blognya, aktivitas belajar siswa adalah rangakaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan. Aktivitas dalam suatu pembelajaran bukan hanya siswa yang aktif belajar tetapi di lain pihak, guru juga harus mengorganisasi suatu kondisi yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Tugas guru sebagai fasilitator dan pembimbing adalah memberikan bantuan dan arahan. Di sini, siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman da keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Pengalaman belajar hanya dapat diperoleh jika siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang guru dapat menyajikan dan menyediakan bahan pelajaran, namun siswalah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, kemampuan dan bakatnya. Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan melalui penggunaan berbagai macam variasi model pembelajaran dan media pembelajaran. Daftar kegiatan siswa menurut Paul B. Diedrich di dalam buku Sardiman (2011: 101) adalah: (1) Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi. (2) Oral activities, seperti mengeluarkan pendapat, memberi saran. (3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, mendengarkan percakapan (4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan (5) Drawing activites, seperti menggambar, membuat grafik (6) Motor activites, seperti melakukan percobaan, bermain (7) Mental

6 11 activities, seperti menanggapi, mengingat dan (8) Emotional activites, seperti menaruh minat, gembira. Dari daftar di atas maka dapat disimpulkan aktivitas belajar yang dimaksud berdasarkan daftar tersebut adalah mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting, berdiskusi, keberanian untuk bertanya, keberanian untuk mengajukan pendapat, kritik dan saran, dan mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. Menurut Joko Sulianto dan Sulis Porniawati di dalam artikelnya menyatakan bahwa pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan aktivitas (keaktifan) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jika siswa sudah memiliki minat untuk belajar, maka pembelajaran pun menjadi efektif karena siswa pasti akan fokus ketika proses belajar mengajar berlangsung. Untuk meraih minat siswa dalam belajar, guru perlu untuk merancang suatu model atau metode atau media pembelajaran yang menarik. Selain siswa menjadi lebih berminat dalam belajar, siswa pun lebih termotivasi untuk terus mempelajari apa yang diajarkan guru. Hal-hal tersebut meningkatkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas, yang perlu guru persiapkan adalah bagaimana guru meningkatkan minat siswa dan memotivasi siswa dalam belajar dengan menggunakan media atau model atau metode pembelajaran yang menarik sehingga meningkatkan aktivitas belajar siswa Media Pembelajaran Proses belajar mengajar yang efektif dan efisien memerlukan media yang sesuai agar pesan dari pelajaran yang disampaikan lebih mengena dan mudah diingat oleh siswa. Pemilihan media yang sesuai dapat meningkatkan hasil belajar belajar anak, karena media membantu siswa menyimak pelajaran dengan seksama. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Arief S. Sadiman,dkk di dalam bukunya yang berjudul Media Pendidikan: 6)

7 12 Media merupakan alat bantu yang berfungsi sebagai pengirim pesan sehingga memudahkan komunikasi antar pengguna media. Penggunaan media yang baik harus dilihat dari kecocokan antara media tersebut dengan materi yang akan diajarkan. Pengetahuan tentang media sangat berguna untuk menyusun perencanaan program pengajaran. Karena program pengajaran adalah seluruh rencana kegiatan yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan pengajaran. (Syaiful Sagala: Konsep dan Makna Pembelajaran) Sebagai seorang guru, sebelum menentukan bahan pelajaran, guru harus menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, kemampuan apa yang akan dikembangkan, menyusun kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk itulah guru harus mampu menentukan media dan metode pengajaran yang tepat. Agar proses pembelajaran tidak mengalami kesulitan maka perencanaa, pemilihan dan pemanfaatan media harus dikuasi dengan baik oleh guru, bila tidak dikuasai dengan baik maka tidak mustahil jika tujuan pembelajaran gagal dicapai. Menurut Gerlach & Ely (1971) dalam buku karangan Azhar Arsyad yang berjudul Media Pembelajaran mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Pembelajaran menurut Degeng di dalam buku karya Hamzah B. Uno (Perencanaan Pembelajaran: 2) menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Ditilik dari pendapat ahli di atas dapat kita kaji bahwa pembelajaran dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik atau pengajar, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Jadi, pembelajaran dapat kita diartikan sebagai suatu langkah atau cara mendidik siswa untuk mencapai suatu kompetensi atau tujuan tertentu. Pengertian media pembelajaran ditilik dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi dan

8 13 digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa agar hasil yang dicapai dapat meraih tujuan pembelajaran. Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran adalah: (1) mempermudah proses pembelajaran di kelas. (2) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran. (3) menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan belajar. (4) membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Penggunaan media Power Point sangat sesuai sebagai alat bantu pembelajaran, karena mempermudah proses pembelajaran dengan kemampuannya menampilkan tulisan, gambar, suara dan audio visual sehingga pembelajaran menjadi lebih mudah, meningkatkan efisiensi proses pembelajaran dikarenakan mudahnya penggunaan/pemakaian Power Point, relevansi antara materi dengan tujuan pembelajaran pun dapat dicapai oleh Power Point dan penggunaan Power Point sangat membantu konsentrasi belajar siswa dengan tampilannya yang menarik. Menurut Azhar Arsyad (2011) manfaat penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar antara lain: (1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. (2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. (3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang memiliki cakupan yang luas. Maksudnya yaitu bahwa media pembelajaran tersebut mengajarkan banyak hal kepada siswa, jadi siswa dapat menggali lebih banyak pengetahuan dari penggunaan media pembelajaran tersebut. Media Power Point menyajikan banyak tampilan menarik dan komplit digunakan sebagai media yang mencakup banyak aspek penting, seperti dapat menampilkan tulisan, menampilkan gambar atau foto, menampilkan suara-suara, bahkan juga dapat menampilkan tulisan, kesemuanya ditunjang oleh tampilan media power point yang menarik sehingga siswa tertarik untuk belajar. Menurut Hujair Sanaky (2011: 5), manfaat media pembelajaran bagi pembelajar adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan motivasi belajar

9 14 pembelajar. (2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar. (3) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar. (4) Memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar. (5) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis. (6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan. (7) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran membantu pendidik (guru) dan pembelajar (siswa) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan media pembelajaran yang tepat membantu siswa untuk konsentrasi selama proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Meluasnya kemajuan bidang komunikasi dan teknologi serta tingginya dinamika dalam dunia pendidikan semakin meluas pula tuntutan dan peluang penggunaan media yang lebih maju dan bervariasi di dalam proses pembelajaran. Terutama, dengan semakin berkembangnya teknologi komputer, berbagai kemungkinan dan kemudahan ditawarkan di dalam upaya memberi solusi terhadap berbagai masalah pembelajaran, terlebih untuk pengembangan media. Teknologi kumputer menawarkan berbagai kemungkinan dan kemudahan menghasilkan dan mengolah audio visual sehingga pembuatan media pembelajaran yang lebih maju dan variatif dapat dilakukan. Microsoft mengembangkan salah satu program yang dapat digunakan sebagai perangkat untuk mempresentasikan materi kepada audiens, termasuk di dalam proses pembelajaran di sekolah, yakni Microsoft Power Point Media Power Point Microsoft Power Point adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah Microsoft Office program komputer dan tampilan ke layar dengan menggunakan bantuan LCD proyektor. Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam Microsoft Office program komputer. (Hujair AH. Sanaky: ) Microsoft Power Point selain untuk presentasi, juga menyediakan berbagai fasilitas untuk berkreasi, mengolah, dan menginput file audio maupun visual. Power Point merupakan program aplikasi untuk membuat presentasi yang ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran, sehingga program

10 15 yang dihasilkan pun akan cukup menarik dengan komposisi warna dan animasi yang digunakan. Dengan menggunakan Power Point, pengajar dapat mendesain berbagai program pembelajaran sesuai dengan materi, metode dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Program yang dapat didesain menggunakan Power Point antara lain: (1) Memasukkan teks, gambar, suara dan video. (2) Membuat tampilan menarik, karena tampilan yang menarik akan meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. (3) Membuat hyperlink, hyperlink yaitu fasilitas yang disediakan untuk menghubungkan dengan file lain. (4) Membuat slide transition. (Hujair AH. Sanaky, 2011: 128) Media Power Point mampu menampilkan teks dengan berbagai format tulisan yang dapat diganti-ganti sehingga tampilan tulisan menjadi lebih menarik. Tulisan di sini juga mempermudah guru jika ingin menampilkan materi, sehingga guru tidak perlu susah-susah untuk menulis kembali materi pelajaran yang akan diajarkan, cukup menulis beberapa hal penting yang tidak terdapat pada Power Point. Media Power Point juga mampu untuk menampilkan gambar. Gambar di sini berfungsi membantu siswa untuk memvisualisasikan benda atau peristiwa. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi bercerita, gambar dapat membantu guru untuk menceritakan sebuah dongeng dengan runtut dengan bantuan gambargambar yang runtut. Dengan adanya gambar, perhatian siswa pun akan lebih terfokus pada cerita dan pelajaran menjadi lebih menarik. Dengan kemampuan Power Point untuk menyajikan suara, memudahkan guru dalam mengajar Bahasa Indonesia pokok bahasan bercerita. Dengan mendengarkan suara binatang yang guru tampilkan pada Power Point, siswa dapat membedakan ciri-ciri binatang berdasarkan suaranya. Power Point juga dapat menampilkan video. Di sini, video merupakan gabungan dari gambar dan suara, sehingga tampilan video lebih menarik perhatian siswa karena siswa dapat melihat dengan cermat bagaimana tingkah laku hewan di alam nyata, cara penanaman tumbuhan dan siswa juga dapat menonton video animasi. Pembelajaran pun menjadi lebih menyenangkan dan siswa lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran.

11 16 Tampilan Power Point juga menarik, dengan background Power Point yang dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan agar tampilan menjadi lebih menarik. Power Point juga memiliki aplikasi animasi yang dapat diaplikasikan pada presentasi sehingga tampilan presentasi pada Power Point menjadi lebih menarik. Hyperlink itu semacam jalan pintas, dapat langsung menuju slide yang dimaksud dan juga dapat menjangkau file yang notabene bukan file Power Point. Penggunaan media Power Point harus didukung dengan pengadaan LCD, yaitu alat optik dan elektronik yang system optiknya efisien menghasilkan cahaya amat terang tanpa mematikan (menggelapkan) lampu ruangan, sehingga dapat memproyeksikan tulisan, gambar atau tulisan dan gambar yang dapat dipancarkan dengan baik ke layar. Tidak hanya itu, proyektor LCD mampu memproyeksikan tampilan dari layar komputer. Jadi, agar Power Point dapat dinikmati sebagai media presentasi, perlu adanya LCD sebagai alat untuk memproyeksikan Power Point. Kelebihan menggunakan media Power Point sebagai media pembelajaran menurut Hujair AH. Sanaky dalam bukunya yang berjudul Media Pembelajaran yaitu: (1) Praktis, dapat dipergunakan untuk semua ukuran kelas. (2) Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati respons dari penerima pesan. (3) Memberikan kemungkinan pada penerima pesan untuk mencatat. (4) Memiliki variasi teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan. (5) Memungkinkan penyajian dengan berbagai kombinasi warna, animasi dan bersuara. (6) Dapat dipergunakan berulangulang. (7) Dapat dihentikan pada setiap sekuens belajar, karena kontrol sepenuhnya pada komunikator. (8) Lebih sehat bila dibandingkan dengan papan tulis dan OHP. LCD merupakan alat pendukung Power Point agar isi dari Power Point dapat dipresentasikan di depan siswa sebagai media belajar siswa. Tanpa adanya LCD akan sulit mempresentasikan Power Point jika dilakukan di dalam kelas, kalaupun bisa pembelajaran akan dilakukan di ruang Lab. Komputer. Dengan penggunaan LCD akan dapat memproyeksikan isi dari Power Point kepada seluruh siswa hanya dengan mengatur tata letak layar LCD. Langkah-langkah mendesain pembelajaran dengan menggunakan media Power Point menurut Hujair AH. Sanaky (2011: ) yaitu: (1) Telaah tujuan

12 17 instruksional pokok bahasan yang akan diajarkan. Pilih tujuan instruksional yang pencapaiaannya memerlukan media, dalam hal ini media Power Point. (2) Telaah materi untuk menentukan jenis media yang dibutuhkan. Tidak semua materi dapat dituangkan ke dalam media Power Point. Sebagai acuan dalam pemilihan materi ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pengajar, antara lain menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan materi yang akan disampaikan kepada pembelajar. (3) Keadaan pembelajar. Perhatikan keadaan pembelajar untuk mempertimbangkan kesulitan pelajaran, kecepatan penyerapan, tingkat perbendaharaan kata yang akan dipakai. Kemudian langkah selanjutnya adalah mendesain media power point. (4) Menentukan bentuk Power Point. Media Power Point tidak selalu sesuai dengan materi atau sebaliknya tidak semua materi baik diajarkan menggunakan media Power Point. Penggunaan media pembelajaran Power Point disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Jadi, tidak semua materi pelajaran cocok diajarkan menggunakan media Power Point, maka dari itu dibutuhkan kejelian dalam memilih materi yang cocok diajarkan dengan bantuan media Power Point. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media Power Point tergantung dari bagaimana keadaan siswa, apa saja yang siswa butuhkan dan bagaimana guru menyusun media Power Point yang menarik. Jika poin-poin yang dibutuhkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa sudah didapatkan, guru hanya tinggal menyusun Power Point yang sesuai dengan materi pelajaran dan keadaan siswa. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media Power Point tetap dimulai dari kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup, sebelum guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan media Power Point guru wajib menyusun: 1. Rencana pembelajaran, meliputi: a. Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b. Guru mendesain media Power Point. c. Guru menyusun asesmen. d. Guru menyusun instrument observasi. 2. Kegiatan pelaksanaan, meliputi: a. Kegiatan Awal - Guru memberi salam pembuka.

13 18 - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. - Guru melakukan apersepsi. - Guru memotivasi siswa b. Kegiatan Inti - Guru menayangkan Power Point. - Siswa diminta untuk mengamati gambar/video yang guru tayangkan pada Power Point. - Guru dan siswa bersama-sama membahas gambar/video yang ditayangkan oleh guru. - Siswa diminta untuk menceritakan gambar/video yang ditayangkan pada Power Point. - Siswa berdiskusi bersama tentang gambar/video yang ditayangkan oleh guru. - Siswa saling mengungkapkan informasi yang mereka dapat dari tayangan gambar/video pada Power Point. - Guru memberikan latihan kepada siswa sebelum siswa mengerjakan evaluasi. c. Kegiatan Akhir - Siswa bersama guru melakukan refleksi. - Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk mengukur tingkat kepahaman siswa akan materi yang diajarkan. 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan 1. Nur Indah Cahyani, Penggunaan Power Point untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 1 Karangwader Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2009/2010 Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang kurang optimal dapat dilihat dari banyaknya siswa yang memperoleh nilai tidak tuntas pada kondisi awal yaitu dengan prosentase sebesar 70,29%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA

14 19 dengan menggunakan Power Point. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Power Point dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV semester II SD Negeri 1 Karangwader Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2009/2010. Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa. Pada siklus 1, prosentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 55,88%. Pada siklus 2, prosentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 88,24%. Jadi, terdapat kenaikan ketuntasan belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 32,36%. 2. Endang Sri Lawiyanti, Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Pemanfaatan Power Point Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 5 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang kurang optimal dapat dilihat dari banyaknya siswa yang memperoleh nilai tidak tuntas pada kondisi awal yaitu dengan prosentase sebesar 64,28%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA dengan menggunakan Power Point. Pada siklus 1, tingkat motivasi belajar siswa berada pada kategori tingkat tinggi, prosentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 60,71%. Pada siklus 2, tingkat motivasi belajar siswa juga berada pada kategori tingkat tinggi, prosentase siswa yang tuntas yaitu sebesar 89,28%. Jadi, tingkat motivasi belajar siswa baik siklus 1 maupun siklus 2 berada pada tingkat tinggi sedangkan ketuntasan belajar siswa terdapat kenaikan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 28,57%. 2.3 Kerangka Pikir Upaya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar bagi siswa kelas II SDN 2 Jlamprang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan mendeskripsiskan gambar dan bercerita semester II tahun 2011/2012, dilakukan

15 20 guru melalui penggunaan media Power Point sebagai sarana memudahkan siswa belajar untuk berbicara dan menyampaikan ide/gagasan yang ia miliki. Dari uraian tersebut dan mendasarkan beberapa kajian teori dan hasil penelitian yang relevan maka penulis memiliki pendapat atau gagasan. Gagasan penulis sampaikan berbentuk bagan alur pikir sebagai berikut: Pra Penelitia n Guru belum menggunakan media Power Point dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Hasil belajar dan aktivitas belajar Bahasa Indonesia siswa kelas II masih rendah Tindakan Guru menggunakan media Power Point sebagai media belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas II Pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 dengan memanfaatkan media Power Point sebagai sarana bagi siswa untuk mendeskripsikan gambar dan bercerita. Harapan:Siswa menjadi lebih interaktif, mandiri, aktif, pengetahuannya bertambah, menambah kosakata, hasil belajar dak aktivitas belajarnya meningkat dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil Gambar Akhir 01 Di duga dengan menggunakan media Power Point, hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mengalami peningkatan. Kerangka Pikir 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah dengan menggunakan media Power Point dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mengenai bagaimana siswa mendeskripsikan gambar dan bercerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN 2 Jlamprang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian dilakukan di SD Negeri Jlamprang 2 Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo kelas II dengan jumlah siswa sebanyak 35 yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

Jurnal Publikasi. Oleh: WINDARTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Jurnal Publikasi. Oleh: WINDARTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA POWER POINT DAN OUTDOOR PADA SISWA KELAS X 2 SMA MUHAMMADIYAH 2

Lebih terperinci

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti Istilah media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PRA SIKLUS Pembelajaran pra siklus dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2013 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit, dengan materi ajar menggapi cerita

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Jenis penelitian ini adalah PTK Kolaborasi. Penelitian ini dilakukan di kelas II SDN 2 Jlamprang Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Waktu penelitian

Lebih terperinci

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Media Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti tengah, perantara

Lebih terperinci

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB. II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas adalah semua kegiatan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik secara kelompok maupun perorangan atau individu. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai, selain membaca

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai, selain membaca BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai, selain membaca dan menulis. Menguasai ilmu matematika, membaca, dan menulis berarti mempunyai harapan untuk

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikannya.

BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka suatu bangsa akan menuju kearah kesejahteraan hidup. Karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah banyak memberi pengaruh pada dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting, karena menyangkut banyak aspek yang ada didalamnya. Kemajuan itu terjadi pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan pada tanggal 11 Maret Observasi awal ini digunakan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan pada tanggal 11 Maret Observasi awal ini digunakan untuk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal Observasi pembelajaran menyimak cerita di SD Negeri 2 Jonggrangan dilakukan pada tanggal 11 Maret 2013. Observasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. LKS Word Square Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media pembelajaran. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Orientasi dan Identifikasi Masalah Penelitian yang dilakukan penulis meliputi tiga kegiatan, yaitu : 1) kegiatan orientasi dan identifikasi masalah, 2) tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan komunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Dalam kegiatan berbahasa seseorang dituntut untuk menguasai keterampilan berbahasa. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia dan setiap orang mengalami belajar dalam hidupnya. Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Belajar 1. Hasil Belajar Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Dimyati (1994:3) menyatakan bahwa Hasil belajar merupakan hasil dan suatu interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang dalam bertindak atau beraktifitas menuju pembenaran, dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa merupakan dasar pengetahuan bagi manusia. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Tarigan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan a. Landasan Teoritis 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Dalam setiap kegiatan belajar memiliki suatu tujuan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran bagi setiap individu yang bisa didapat dari pengajaran, pelatihan maupun pengalaman yang didapat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar Jurnal PGSD : FKIP UMUS ISSN : 2442-3432 e-issn : 2442-3432 Vol. 2, no 1 April 2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI TEKNIK PERMAINAN BAHASA MELENGKAPI CERITA DAN PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAMBAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG. PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GUMELAR 03 BALUNG Nanik Sudaryati 9 Abstrak: Pada tahun pelajaran sebelumnya, sebagian besar peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada penelitian ini variabel penelitiannya adalah penggunaan media gambar seri. 2.1.1. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus Gambaran yang dijadikan pangkal menentukan permasalahan upaya peningkatan hasil belajar IPA di kelas V SD menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah bahkan juga perguruan tinggi. Sebagai guru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

Kurotu A yun SMA N 1 Surakarta ABSTRAK

Kurotu A yun SMA N 1 Surakarta ABSTRAK PENERAPAN PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PADA MATA PELAJARAN FISIKA KLAS XII RSBI SEMESTER 1 DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Widiawati dkk menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Penerapan Computer Assist Language

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut: kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan 69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Siklus I Kelas X ATPH dan X ATU Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat,

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus No Aspek yang Diamati Kategori Kemunculan Jumlah Siswa

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus No Aspek yang Diamati Kategori Kemunculan Jumlah Siswa 26 dapat dilihat dari hasil observasi yang penulis laksanakan terhadap aktivitas belajar siswa seperti yang disajikan dalam tabel 4.1 di halaman berikut. Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SD Negeri Bariri

Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SD Negeri Bariri Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SD Negeri Bariri Dewi Sartika Barangka, Ali Karim, dan Budi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki. Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah INTEGRITAS Vol. 3 No. 2 Desember 2017

Jurnal Ilmiah INTEGRITAS Vol. 3 No. 2 Desember 2017 PENERAPAN METODE LATIHAN (DRILL) PADA KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII SMPIT AL-FITYAN MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh : SULHAIDA, M. Pd Dosen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI DENGAN TIPE THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IPS 3 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

Kemampuan peserta. Daya Serap Peserta. Kemampuan pengajar. Efektifitas alat bantu pengajaran. Alat Bantu Pengajaran

Kemampuan peserta. Daya Serap Peserta. Kemampuan pengajar. Efektifitas alat bantu pengajaran. Alat Bantu Pengajaran Kemampuan peserta Kemampuan pengajar Daya Serap Peserta Efektifitas alat bantu pengajaran 2 Penglihatan 82% Pendengaran 11 % Penciuman 1 % Pencecapan 2,5 % Perabaan 3,5 % 3 10 % dari apa yang dibaca 20

Lebih terperinci

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Oleh Saryana PENDAHULUAN PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008: 26). keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008: 26). keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses kerja antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari siswa seperti minat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAWANGMANGU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran yang paling utama. Dengan bahasa siswa dapat menimba ilmu pengetahuan, teknologi, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu perantara untuk memperoleh ilmu sehingga menjadi manusia berguna. Ilmu yang berguna tidak hanya bersifat teoritis atau hanya mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu ciri orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu ciri orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern ini. Kiranya tidaklah berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu ciri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata atau pernyataan-pernyataan (yang diperoleh melalui wawancara,

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata atau pernyataan-pernyataan (yang diperoleh melalui wawancara, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu kualitatif deskriptif. Akbar (2009:13)

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang bervariasi dan inovatif mempunyai tujuan untuk menimbulkan minat dan motivasi belajar peserta didik terhadap semua mata pelajaran di sekolah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA CD PEMBELAJARAN DISERTAI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJAR MARGO SUMBOGO B. M. SMP Negeri 1 Banjar Margo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MEDIA PERMAINAN MONOPOLI PADA SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BLAGUNG SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MEDIA PERMAINAN MONOPOLI PADA SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BLAGUNG SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MEDIA PERMAINAN MONOPOLI PADA SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BLAGUNG SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : MUNTHOFIAH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari tuntutan kehidupan manusia. Kebutuhan memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari tuntutan kehidupan manusia. Kebutuhan memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari tuntutan kehidupan manusia. Kebutuhan memperoleh pendidikan sangat dirasakan penting bagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau, pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah sebuah perantara atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pendidikan Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang menerima pesan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 1 Mualif Siswanto *) mualifsiswanto@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI (PTK Pembelajaran Ekonomi di Kelas VIII B Semester Gasal SMP Muhammadiyah

Lebih terperinci

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya. 1 BAB I PENDAHAULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS VIII-2 DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENTDEVISION (STAD) DI SMP NEGERI 3 BERASTAGI Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Beberapa ahli merumuskan tentang pengertian belajar. Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2 ISSN X. Pilemon Poly Maroa, Charles Kapile, dan Abdul Hamid

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2 ISSN X. Pilemon Poly Maroa, Charles Kapile, dan Abdul Hamid Penerapan Pembelajaran PKn Dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas V SD Inpres 012 Bajawali Kecamatan Lariang Kabupaten Mamuju Utara Pilemon Poly Maroa, Charles Kapile, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilakukan, dan memperbaiki tindakan praktik-praktik pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilakukan, dan memperbaiki tindakan praktik-praktik pembelajaran BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut pendapat Sukidin, dkk (2010: 16) PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh

Lebih terperinci