PENGEMBANGAN KOMPOR BERTEKANAN PENGGANTI KOMPOR LPG YANG AMAN, MURAH DAN RAMAH LINGKUNGAN *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN KOMPOR BERTEKANAN PENGGANTI KOMPOR LPG YANG AMAN, MURAH DAN RAMAH LINGKUNGAN *"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN KOMPOR BERTEKANAN PENGGANTI KOMPOR LPG YANG AMAN, MURAH DAN RAMAH LINGKUNGAN * Muhammad Hasbi dan Nanang Endriatno Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, Kendari muh.hasbi74@gmail.com, nanangendriatno@yahoo.com Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui aplikasi penggunaan bahan bakar nabati pada kompor bertekanan. Penelitian yang dilakukan berupa eksperimen dengan memodifikasi kompor menjadi bertekanan dengan menggunakan tabung sebagai tempat bahan bakar. Pada penelitian ini diinginkan agar viskositas bahan bakar yang keluar dari dalam tangki turun serendah mungkin agar bahan bakar yang yang keluar dari nozzel dalam bentuk spray. Oleh karena itu dilakukan pemanasan awal pada bahan bakar sebelum masuk nozzel dengan cara pipa saluran bahan bakar dibuat melingkar pada body burner. Jumlah lilitan yang dilakukan adalah satu, dua dan tiga lilitan. Dari hasil penelitian diperoleh temperatur nyala api tertinggi terdapat pada campuran bahan bakar 50% minyak jelantah : 50% minyak tanah dengan temperatur rata rata 509 c. Keuntungan yang diperoleh 1 hari untuk minyak tanah adalah 10.8 ltr dan dirupiahkan dengan harga minyak tanah sekarang adalah Rp ,00. Katakunci: kompor bertekanan, minyak jelantah, temperatur Abstract The Development Of Pressurized Stove Safe, Cheap and Eco-Friendly As Replacement For Lpg Stove. The study aims to determine the application of the using of biofuels in the pressurized stove. Research done in the form of experiment by modifying stove become pressurized stove be using the tube as place of fuel. In this study desirable that the viscosity of the fuel out of the tank dropped as low as possible so that the fuel out of the Nozzle in the form of spray. Therefore conducted preheating the fuel before entering the nozzle by way a fuel pipeline is made circular to burner body. The number of loops is done is one, two and three loops. The results were obtained flame temperature is highest at 50 % fuel mix used jelantah oil : 50 % kerosene with average temperature - average 509 c. Gains derived for 1 day was 10.8 liters of kerosene and converted to rupiah at a price of kerosene now is Rp Keywords: pressurized stove, jelantah oil, temperature 1. Pendahuluan Energi merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan masyarakat dan merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan hampir semua sektor kehidupan diantaranya rumah tangga, industri, transportasi, jasa dan hiburan tidak dapat lepas dari pasokan energi. Pada perkembangannya, kebutuhan minyak bumi sebagai bahan bakar semakin meningkat. Hal ini ternyata tidak diimbangi dengan peningkatan ketersediaan minyak di dalam perut bumi, karena * Penelitian ini dibiayai oleh BOPTN 2013 minyak bumi merupakan komoditas yang tidak dapat diperbaharui. Lebih dari 68% rumah tangga mengkonsumsi minyak tanah sebagai energi untuk memasak dan penerangan dan ini merupakan 20% dari total konsumsi minyak nasional yang berasal dari minyak bumi. Hal itu mengakibatkan impor bertambah besar dan subsidisasi minyak tanah semakin memberatkan anggaran pemerintah (Kudrat Sunandar, 2010). Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No.5, 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Peraturan Menteri Sumber 9

2 Daya dan Mineral No. 32, 2008 yang ditindak lanjuti oleh Program Desa Mandiri Energi oleh Departemen Dalam Negeri. Diharapkan melalui program desa mandiri energi dapat memanfaatkan keberagaman hayati sebagai sumber bahan bakar. Bahan bakar minyak nabati merupakan sumber energi alternatif yang memiliki berbagai keuntungan ekonomi dan ekologi. Saat ini kebutuhan paling berat yang dialami masyarakat kalangan menengah ke bawah adalah kebutuhan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak. Di berbagai tempat terjadi antrian panjang untuk mendapatkan minyak tanah, itupun dengan harga yang tinggi. Oleh karena itu kebutuhan minyak tanah untuk kepentingan domestik mengalami peningkatan. Namun produk dalam negeri yang tidak mencukupi menyebabkan pemerintah melakukan impor minyak bumi. Program pemerintah untuk mengganti minyak tanah yang mempunyai subsidi paling besar, dirasa sangat menggerogoti devisa negara. Pemerintah mengatasi hal tersebut dengan mencanangkan program baru untuk memakai bahan bakar lain selain minyak tanah di antaranya adalah penggunaan bahan bakar gas. Namun mengingat semakin menipisnya persediaan minyak bumi, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengganti peran minyak bumi dengan bahan bakar nabati. Bahan bakar nabati yang dipilih adalah bahan bakar dari minyak sisa penggorengan yang dikenal dengan istilah jelantah. Telah banyak penelitian tentang biofuel dengan memanfaatkan biji tanaman jarak. Dimana tanaman jarak merupakan alternatif utama karena mempunyai keuntungan paling besar yaitu tidak memotong rantai makanan, cukup mudah ditanam dan mudah proses pembuatan minyaknya. Namun minyak jarak juga mempunyai kerugian kerugian, diantaranya: terlalu kental (higher kinematic viscosity), nilai kalor lebih rendah dari kerosen, dan belum ada alat pembakar bahan bakar ini yang dijual dipasaran. Minyak jelantah (used cooking oil) dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah atau solar. Berdasarkan penelitian Saraswati Porbo Kayun-MB IPB, total jumlah minyak jelantah yang tersedia dari berbagai pihak yang menggunakan minyak goreng adalah sebanyak ,63 ton per tahun. Hasil ini dikumpulkan dari beberapa sumber yaitu rumah tangga, restoran, hotel dan industri pengolahan makanan. Dengan jumlah yang relatif besar, maka diharapkan minyak jelantah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil. Oleh karena itu penelitian kali ini dilakukan untuk mengetahui aplikasi penggunaan bahan bakar nabati tersebut pada kompor bertekanan. Kompor Minyak Jelantah Hasbi dan Wiwin (2010) melakukan penelitian dengan membuat kompor dari bahan-bahan bekas papan tripleks sebagai kerangka kompor, kaleng ikan sarden dan kaleng cat sebagai saringan dalam dan luar, serta segenggam beras dibuat sebagai bahan untuk sumbu kompor (briket). Bahan bakar kompor ini adalah minyak jelantah (minyak sisa rumah makan cepat saji). Kompor dengan ukuran 55 cm x 30 cm x 11 cm seperti tampak pada Gambar 1. Pengujian yang dilakukan dengan membandingkan waktu dalam mendidihkan air sebanyak 1, 2 dan 3 liter dan volume bahan bakar yang digunakan. Sebagai pembanding digunakan kompor minyak tanah dengan 16 sumbu. Hasil dari penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 1. Keunggulan kompor minyak jelantah ini antara lain mudah perawatannya, tidak mudah meledak, bahan bakarnya mudah diperoleh, ramah lingkungan dan yang terpenting adalah bahan bakarnya (minyak jelantah) digunakan untuk memadamkan api. Kekurangan dari kompor ini adalah membutuhkan waktu lama untuk menyalaan awal, digunakan untuk memasak dalam jumlah yang banyak (terus menerus) dan api masih berwarna merah. Gambar 1. Kompor berbahan bakar minyak jelantah 10

3 Tabel 1. Perbandingan unjuk kerja kompor minyak tanah 16 sumbu dengan kompor minyak jelantah Vol. Air (Liter) Kompor Minyak Tanah (16 sumbu) Waktu (menit) Kebutuhan BB (ml) Kompor Minyak Jelantah (sumbu briket) Waktu (menit) Kebutuhan BB (ml) 1 21, , , , , , Hasbi dan Aprianto (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan kompor minyak tanah bersumbu. Metode yang dilakukan yaitu dengan menentukan tinggi cerobong sumbu kompor 30 cm dan 25 cm. Bahan bakar yang digunakan adalah minyak jelantah sisa penggorengan rumah tangga. Permasalahan yang ditemui adalah sumbu kompor sulit untuk menyala diakibatkan oleh tingginya viskositas bahan bakar sehingga proses kapilarisasi bahan bakar pada sumbu kompor sangat lambat. Untuk mengatasi masalah viskositas maka dilakukan blending /pencampuran antara bahan bakar minyak jelantah dengan minyak tanah. Dari hasil percobaan di laboratorium untuk pencampuran 50 : 50 ( minyak jelantah : minyak tanah) menghasilkan temperatur 290 o C untuk tinggi cerobong sumbu 25 cm dan 248 o C untuk tinggi cerobong sumbu 30 cm. Kualitas api yang dihasilkan masih berwarna merah dan menimbulkan jelaga atau asap hitam. Meskipun demikian kompor sudah dapat dimanfaatkan untuk memasak dengan menghemat bahan bakar minyak tanah seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah. 2. Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan berupa eksperimen dengan memodifikasi kompor menjadi bertekanan dengan menggunakan tabung sebagai tempat bahan bakar. Pada penelitian ini diinginkan agar visikositas bahan bakar yang keluar dari dalam tangki turun serendah mungkin agar bahan bakar yang yang keluar dari nozzel dalam bentuk spray. Oleh karena itu dilakukan pemanasan awal pada bahan bakar sebelum masuk nozzel dengan cara pipa saluran bahan bakar dibuat melingkar pada body burner. Jumlah lilitan yang dilakukan adalah satu, dua dan tiga lilitan. Bahan bakar yang telah mengalami pemanasan awal akan diukur nilai viskositasnya. 3. Hasil dan Pembahasan Minyak jelantah yang digunakan adalah sisa penggorengan sekali pakai. Minyak jelantah memiliki viscositas (kekentalan) yang cukup tinggi, sehingga pada penggunaan kompor minyak jelantah 100% nyala api yang dihasilkan kurang maksimal dan tidak bertahan lama. Nyala api dihasilkan hanya menyerupai nyala sebuah lilin, seperti pada Gambar 3 di bawah ini. Gambar 2. Kompor Sumbu berbahan bakar minyak jelantah Gambar 3. Nyala api minyak jelantah murni Walau sudah diberikan tekanan sebesar 0,4 Mpa bahan bakar yang keluar dari nozzel masih berupa percikan. Akibatnya nyala yang dihasilkan seperti terlihat pada Gambar 5. Bahan bakar masih sangat kental dan banyak yang terbuang atau tumpah ke lantai. Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan pencampuran antara minyak jelantah dengan minyak tanah dengan kombinasi berturut-turut 90 : 10, 70 : 30 dan 50 : 50. Nilai specific gravity (SG) dari percobaan menggunakan minyak jelantah yang telah dicampur dengan minyak tanah dengan 11

4 perbandingan 50 : 50. Densitas bahan bakar (ρ bb = kg/m³), densitas air (ρ air = 999 kg/m³) diperoleh : Tabel 2. Nilai Properties dari campuran bahan bakar 3 924,40kg/m SG= SG kg/m 3 Besarnya API gravity pada specific gravity = 0, ,5 API 131,5 API Perhitungan kinematic viscosity (ν) C. t Dimana : C = konstanta viskometer tube, (0,0913 cst/s) T = waktu alir sample uji (95 s) diperoleh 0,0913 cst / s. 319 s c St. (1) Perhitungan Nilai Kalor Bawah (NKB) diperoloeh dengan persamaan : NKB Dimana : NKA m air NKA m m sample xlh air (2) = nilai kalor atas ( kal/gr) = massa air yang terbentuk dalam proses pembakaran (m air = 0,676 gr) m sample = 0,700 gr LH = panas latent penguapan air ( 586,08 kal/gr) NKB ( kal / gr) 0,676( gr) x586.08kal / gr) 0,700( gr) NKB kal / gr Setelah melakukan pengukuran dan perhitungan diperoleh data properties dri campuran bahan bakar seperti terlihat pada Tabel 2. Dari data diukur pada temperatur 15 0 C. Spesific grafity dan density yang ditunjukkan Tabel 2 menunjukkan bahwa specific grafity dan density yang dimiliki oleh bahan bakar jelantah 50:50 lebih besar daripada minyak tanah dan bahan bakar lainnya. Oleh karena itu pada volume yang sama bahan bakar minyak jelantah 50 : 50yang diinjeksikan ke dalam silinder akan lebih banyak dari pada minyak tanah. Kinematic viscosity terkait dengan tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa tangki terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositas semakin tinggi, maka tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi. Karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi keluarnya bahan bakar pada nozel. Pada Tabel 2 tampak bahwa kinematic viscosity minyak jelantah 50 : 50 paling tinggi. Sehingga karakteristik semprotan nozzle untuk bahan bakar biofuel tidak sebaik minyak tanah. Sehingga proses atomisasi bahan bakar tidak sebagus minyak tanah sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk proses penguapan pada head kompor. Flash point adalah temperatur terendah dimana bahan bakar yang dipanaskan mampu menghasilkan campuran uap bahan bakar-udara yang dapat menyala ketika ada sumber api yang didekatkan. Flash Point berhubungan terhadap tingkat keamanan terhadap bahaya kebakaran pada saat penyimpan dan pengangkutan bahan bakar. Flash point mengindikasikan tinggi rendahnya 12

5 volatilitas dan kemampuan untuk terbakar dari suatu bahan bakar. Pada biofuel memiliki nilai flash pointnya yang lebih tinggi, hal ini membuktikan bahwa bahan bakar tersebut memiliki tingkat keamanan terhadap bahaya kebakaran yang lebih tinggi jika dibandingkan minyak tanah disamping itu juga membuktikan bahwasanya tingkat volatilitasnya lebih rendah daripada minyak tanah. Dengan mempunyai flashpoint yang tinggi maka ini berarti biofuel minyak jelantah dapat memudahkan dalam hal penanganan, penyimpanan, dan juga pendistribusian. Sedangkan dengan volatilitas yang lebih rendah biofuel lebih sulit bercampur dengan udara dalam proses pembakaran. tetapi pada bahan bakar jelantah 50 : 50 mempunyai harga flash point terendah daripada bahan bakar nabati lainnya. Dari Tabel 2 terlihat bahwa kandungan sulfur dalam bahan bakar biofuel lebih tinggi dari pada minyak tanah. Sulfur sendiri adalah zat yang terkandung dalam bahan bakar yang menjadi penyumbang timbulnya kerak dan juga emisi SOx pada asap jelaga gas hasil pembakaran. Bila semakin sedikit ini berarti bahwa emisi yang timbul dari gas buang hasil pembakaran dapat berkurang. Jelantan 50 : 50 mempunyai kandungan sulphur terbanyak 0,1%. Nilai Kalor Atas (NKA) bahan bakar menyatakan kandungan energi panas per satuan massa yang terdapat pada bahan bakar tanpa memperhitungkan energi yang hilang untuk penguapan air yang tebentuk selama proses pembakaran. Melihat hasil pengujian nilai kalor Biofuel dan minyak tanah di atas menunjukkan nilai kalor yang cenderung turun. Nilai kalor atas Biofuel Minyak Jelantah yang lebih rendah disebabkan komposisinya mengandung unsur oksigen sebesar 10-13%. Penurunan jumlah karbon pada biofuel menyebabkan energi panas yang dibebaskan pada saat pembakaran menjadi lebih rendah. Untuk nilai kalor bawah cenderung sama dengan tren nilai kalor atas. Besarnya nilai kalor bawah dipengaruhi oleh berat sample dan berat air sisa pembakaran. Temperatur Nyala Api Pada penelitian ini, menentukan temperatur nyala api berdasarkan hasil pengamatan pada saat proses pengujian kompor. Untuk menetukan temperatur maka dalam penelitian ini digunakan alat Infrared Termometer. Pengujian kompor terdapat tiga macam pengujian dengan berdasakan campuran bahan bakar yaitu campuran 90% minyak jelantah : 10% minyak tanah, campuran 70% minyak jelantah : 30 % minyak tanah dan campuran 50% minyak jelantah : 50% minyak tanah. Dari ketiga macam pengujian ini dibagi lagi menjadi tiga berdasarkan bukaan katup 20, 30 dan 90. Pengabilan data temperatur kami memilih 4 titik untuk menetukan temperatur nyala api, sesuai dengan bentuk atau tempat keluarnya nyala api pada burner. Seperti yang terlihat Gambar 4 di bawah ini. Gambar 4. Titik pengukuran temperatur api biru Pada pengujian ini menujukan perbandingan temperatur rata-rata yang cukup tinggi antara pengujian campuran bahan bakar 90%: 10%, campuran 70% : 30% dan campuran 50% : 50%. Penyebab dari perbedaan temperatur ini akibat nilai kekentalan minyak jelantah pada masingmasing pengujian. Semakin besar campuran bahan bakar minyak jelantah maka semakin tinggi pula nilai temperaturnya. Gambar 5. Temperatur rata-rata pengujian 13

6 dipakai untuk memasak sudah tidak terdapat bentuk warna hitam pada panci dan asap. Tabel 3. Waktu Pendidihan Air Bukaan Katup Tekanan Tangki (Mpa) Temperatur Rata rata Vol. Air Waktu pendidihan air Katup 20 Katup 30 Katup 90 Gambar 6. Nyala api pada pencampuran 90 : 10 dengan bukaan katup bahan bakar yang berbeda Mpa 481 c 5 ltr 11 : 40 : 25 detik Mpa 486 c 5 ltr 08 : 57 : 42 detik Mpa c 5 ltr 07 : 01 : 37 detik Katup 20 Katup 30 Katup 90 Gambar 7. Nyala api pada pencampuran 70 : 30 dengan bukaan katup bahan bakar yang berbeda Katup 20 Katup 30 Katup 90 Gambar 8. Nyala api pada pencampuran 50 : 50 dengan bukaan katup bahan bakar yang berbeda Dari ketiga jenis nyala tersebut untuk campuran bahan bakar 90% minyak jelantah : 10% minyak tanah (Gambar 8) dan campuran 70% minyak jelantah : 30 % minyak tanah (Gambar 9), nyala api yang dihasilkan kurang efisien akibat kekentalan yang cukup tinggi. Sehingga bahan bakar yang keluar dari nozzle masih berbentuk cairan dan untuk mendapatkan nyala api yang efisien seharusnya yang keluar dari nozzle berbentuk kabut, seperti pada pengujian ke tiga pada campuran bahan bakar 50% minyak jelantah : 50% minyak tanah. Nyala api yang dihasilkan cukup efisien, nyala api terdapat warna biru dan merah belum mencapai api biru maksimal. Namun Pada Tabel 3 diatas menujukan bahwa pengujian ke 3 lebih cepat waktunya untuk mendidihkan air dengan waktu 07 : 01 : 37 detik. Sedangkan pengujian ke 2 waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air adalah 08 : 57 : 42 detik. Dan untuk pengujian pertama waktu yang dibutuhkan 11: 40 : 25 detik. Dari waktu pendidihan air ini mengakibatkan perbedaan nyala api dan temperatur pada masing-masing pengujian. Konsumsi Bahan Bakar Pengujian konsumsi bahan bakar hanya terdapat pada perbandingan campuran bahan bakar 50% : 50% sebab pada campuran 90% :10% dan 70% : 30% tidak diuji konsumsi bahan bakarnya akibat nyala api tidak efisien dan tidak memungkinkan untuk mendidihkan air. Dan pengujian konsumsi bahan bakar berdasarkan bukaan katup, yaitu bukaan katup dengan sudut 20, 30 dan 90. Bahan bakar sebelum dimasukan ke dalam tangki bahan bakar, diukur dengan gelas ukur dan dicatat volumenya. Setelah proses pendidihan air selesai, sisa bahan bakar diukur kembali dengan cara dituang dalam gelas ukur. Kemudian dicari selisinya antara bahan bakar yang terpakai dan bahan bakar awal. Seperti yang terdapat pada tabel pengujian di bawah ini. Tabel 4. Data konsumsi bahan bakar Bukaan katup Volume awal bahan bakar Volume akhir bahan bakar Konsumsi bahan bakar terpakai ml 1700 ml 300 ml ml 1650 ml 350 ml ml 1600 ml 400 ml 14

7 Volume bahan bakar (ml) Vol. 5, No. 1, November 2013 ISSN : Gambar 9. Grafik volume bahan bakar yang terpakai Pada Tabel 4 dan Gambar 9 diatas menujukan bahwa konsumsi bahan bakar pada pengujian ke 1 lebih hemat pemakaian bahan bakar dibanding dengan pengujian ke 2 dan ke 3 saat mendidihkan air dengan volume 5 liter. Hal ini pada pengujian pertama bukaan sudut katup hanya 20 sehingga bahan bakar yang keluar sedikit dibanding dengan bukaan sudut katup 30 dan 90 pemakain bahan bakar lebih banyak. Semakin besar bukaan sudut katup maka semakin banyak pula pemakain bahan bakar. 4. Kesimpulan Grafik Konsumsi Bahan Bakar Bukaan katup volume bahan bakar awal volume bahan bakar akhir konsumsi bahan bakar terpakai Dari hasil penelitian dan pembahasan data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penelitian kompor dengan sistem tekanan dengan menggunakan minyak jelantah sebagai bahan bakar, namun dengan menggunakan bahan bakar 100% minyak jelantah nyala api yang dihasilkan hanya menyerupai nyala api sebuah lilin. Dengan melihat nyala api yang dihasilkan tersebut sehingga diadakan blending bahan bakar dan diantaranya campuran 90% minyak jelantah : 10% minyak tanah, campuran 70% minyak jelantah : 30% minyak tanah dan campuran 50% minyak jelantah : 50% minyak tanah. 2. Perbedaan campuran bahan bakar dan variasi bukaan katup mengakibatkan perbedaan temperatur nyala api, profil nyala api, waktu pendidihan air dan konsumsi bahan bakar. Temperatur nyala api tertinggi terdapat pada campuran bahan bakar 50% minyak jelantah : 50% minyak tanah dengan temperatur rata rata 509 c. 3. Setelah melakukan studi eksperimen, maka kami mengkalkulasikan keuntungan bahan bakar jika menggunakan kompor tersebut dengan perbandingan campuran bahan bakar 50% minyak jelantah : 50% minyak tanah. Dari kalkulasi tersebut keuntungan yang diperoleh 1 hari untuk minyak tanah adalah 10.8 ltr dan dirupiahkan dengan harga minyak tanah sekarang adalah Rp ,00. Dan untuk 1 bulan minyak tanah adalah 324 ltr jika dirupiahkan sebesar ,00. Sedangkan untuk 1 tahun kentungan yang diperoleh dari minyak tanah adalah ltr dan dirupiahkan sebesar ,00. Daftar Pustaka Daywin, F. J., Djojomartono, M., dan Sitompul, R. G Motor Bakar Internal dan Tenaga di Bidang Pertanian. JICA, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hasbi,M dan Muzair, Wiwin.W Pembuatan Kompor Berbahan Bakar Nabati. Program Studi DIII Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Haluoleo, Kendari. Hasbi,M dan Aprianto Pemanfaatan Minyak Jelantah Sebagai Bahan Bakar Alternatif (studi kasus pada tinggi sumbu kompor 30 cm dan 25 cm). Program Studi DIII Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Haluoleo. Hasbi,M dan Budiman Memanfaatkan Minyak Jelantah sebagai bahan bakar alternatif pada kompor bertekanan. Penelitian BLU Universitas Halu Oleo, Kendari Reksowardojo I Stove for Plant Oils. Workshop on Renewable Energy Technology Application To support Eenergu. Economics. and Environment Vilage Juli 2008, Jakarta. Sunandar, Kudrat Kajian Kapilaritas Minyak Nabati Pada Kompor Sumbu.Disertasi Pascasarjana Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor Suwanda Desain Eksperimen untuk Penelitian Ilmiah. Alfabeta, bandung Turns, Stephen R An Introduction to Combustion : Concepts and Applications 15

8 second Edition. ISBN , McGraw-Hill Higher Education, Boston Wibisono, A.M Komparasiunjuk kerja Kerosin dan 100% Biofuel pada Kompor Beretekanan Kapasitas 1 Liter. Tugas Akhir Teknik Mesin ITS, Surabaya. 16

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER Subroto Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP NILAI KALOR BAHAN BAKAR SOLAR

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP NILAI KALOR BAHAN BAKAR SOLAR KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP NILAI KALOR BAHAN BAKAR SOLAR Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Tulisan

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Minyak nabati merupakan cairan kental yang berasal dari ekstrak tumbuhtumbuhan. Minyak nabati termasuk lipid, yaitu senyawa organik alam yang tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak HASIL DAN PEMBAHASAN Pendugaan Hubungan Perubahan Suhu dan Viskositas Minyak terhadap Panjang Pipa Pemanas Minyak Dari penghitungan yang telah dilakukan pada Lampiran 3, diketahui bahwa untuk menurunkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Wijanarko (2013) melakukan penelitian nilai kalor minyak nabati, penentuan panas jenis dan nilai kalor menggunakan kalorimeter larutan dan kalorimeter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah produksi, konsumsi dan impor bahan bakar minyak di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah produksi, konsumsi dan impor bahan bakar minyak di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi masyarakat Indonesia. Setiap harinya bahan bakar minyak digunakan untuk membantu aktifitas masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengujian Variasi sudut kondensor dalam penelitian ini yaitu : 0 0, 15 0, dan 30 0 serta aliran air dalam kondensor yaitu aliran air searah dengan laju uap (parallel

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU Sudarno i 1 Abstract : Pengaturan tinggi beban yang kurang tepat merupakan salah satu penyebab rendahnya efisiensi pada kompor

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 212) ISSN: 231-9271 F-2 Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Pada penelitian ini penulis meneliti tentang pengaruh komposisi terhadap sifat campuran minyak jarak dan minyak nyamplung pada suhu 160 C. Campuraan minyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengujian Variasi sudut kondensor dalam penelitian ini yaitu : sudut 0 0, 15 0, dan 30 0 serta aliran air dalam kondensor yaitu aliran air searah dengan laju

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL BAHAN BAKAR CAMPURAN BIOSOLAR DENGAN ZAT ADITIF TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN

UJI EKSPERIMENTAL BAHAN BAKAR CAMPURAN BIOSOLAR DENGAN ZAT ADITIF TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN UJI EKSPERIMENTAL BAHAN BAKAR CAMPURAN BIOSOLAR DENGAN ZAT ADITIF TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN Oleh : Eddien Nurhadiansah Putra 2106 100 097 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR BIOETANOL TIPE SIDE BURNER DENGAN VARIASI DIAMETER FIREWALL 3 INCI DAN 2.5 INCI

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR BIOETANOL TIPE SIDE BURNER DENGAN VARIASI DIAMETER FIREWALL 3 INCI DAN 2.5 INCI Tugas Akhir : PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR BIOETANOL TIPE SIDE BURNER DENGAN VARIASI DIAMETER FIREWALL 3 INCI DAN 2.5 INCI Dosen Pembimbing : Prof.DR.Ir.H.D.Sungkono Kawano, M.Eng.Sc Oleh : Rizka Andika

Lebih terperinci

PENGARUH PENCAMPURAN MINYAK TANAH DENGAN BERBAGAI PERSENTASE PADA PROSES PEMBAKARAN JELANTAH

PENGARUH PENCAMPURAN MINYAK TANAH DENGAN BERBAGAI PERSENTASE PADA PROSES PEMBAKARAN JELANTAH PENGARUH PENCAMPURAN MINYAK TANAH DENGAN BERBAGAI PERSENTASE PADA PROSES PEMBAKARAN JELANTAH Sri Gati Hutomo Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta Jl. Tentara Rakyat

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKTOR VARIASI DIAMETER PIPA UDARA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN WAKTU PEMBAKARAN PADA KOMPOR PEMBAKAR JENAZAH. Oleh :

SKRIPSI FAKTOR VARIASI DIAMETER PIPA UDARA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN WAKTU PEMBAKARAN PADA KOMPOR PEMBAKAR JENAZAH. Oleh : SKRIPSI FAKTOR VARIASI DIAMETER PIPA UDARA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN WAKTU PEMBAKARAN PADA KOMPOR PEMBAKAR JENAZAH Oleh : I WAYAN DUNUNG SAPUTRA NIM : 1019351018 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Bahan Baku Minyak Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini diantaranya yaitu minyak Jarak dan minyak Kelapa. Kedua minyak tersebut memiliki beberapa karakteristik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK SOLAR DENGAN MINYAK KEMIJEN PADA MOTOR DIESEL

KARAKTERISTIK DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK SOLAR DENGAN MINYAK KEMIJEN PADA MOTOR DIESEL JurnalJurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 2, Oktober 2017: hlm 117-124 ISSN 2579-6402 (Versi Cetak) ISSN-L2579-6410 (Versi Elektronik) KARAKTERISTIK DAN KONSUMSI BAHAN

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF

STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF Wira Setiawan 1), I Made Ariana 2) dan Semin 2) 1) Program Pascasarjana Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Edisi terbit II Oktober 217 Terbit 64 halaman PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

PENGUJIAN KINERJA KOMPOR TEKAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF MINYAK KAPUK (Ceiba petandra)

PENGUJIAN KINERJA KOMPOR TEKAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF MINYAK KAPUK (Ceiba petandra) Pengujian Kinerja Kompor Tekanan Berbahan Bakar Alternatif (Bambang Susilo, dkk) PENGUJIAN KINERJA KOMPOR TEKAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF MINYAK KAPUK (Ceiba petandra) Performance Test Of Pressurized

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengujian dan analisa limbah plastik HDPE ( High Density Polyethylene ). Gambar 4.1 Reaktor Pengolahan Limbah Plastik 42 Alat ini melebur plastik dengan suhu 50 300

Lebih terperinci

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK p-issn: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan) e-issn: 2548-8376 Desember 2017 PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan bakar minyak dari bahan bakar fosil merupakan sumber energi yang dikonsumsi paling besar dibandingkan sumber energi lain. Minyak tanah merupakan salah satu sumber energi

Lebih terperinci

komunikasi penulis, -

komunikasi penulis,   - Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 2, No. 3: 173-184 PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TEMBAGA PADA SUMBU KOMPOR TERHADAP KINERJA KOMPOR MINYAK JELANTAH [EFFECTS OF COPPER WIRE ADDED WICK ON THE PERFORMANCE

Lebih terperinci

CAMPURAN MINYAK JELANTAH INDUSTRI DAN KEROSIN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PADA KOMPOR MINYAK

CAMPURAN MINYAK JELANTAH INDUSTRI DAN KEROSIN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PADA KOMPOR MINYAK CAMPURAN MINYAK JELANTAH INDUSTRI DAN KEROSIN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PADA KOMPOR MINYAK Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan S1 Terapan pada Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP Disusun oleh : SULARTO NIM : D200 08 0081 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA

PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA Buana Sains Vol 12 No 1: 75-82, 2012 75 PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA C. F. Mamuaja dan L. Y. Hunta Universitas Sam Ratulangi, Manado

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan bahan bakar bagi penduduk di seluruh dunia semakin meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil semakin menipis. Oleh karena itu banyak negara

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE)

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE) ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE) Analysis of Pyrolysis Liquid Product from Inner Tube and Plastic Type LDPE (Low Density

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH PADA UJUNG NOSEL SEDERHANA

ANALISIS PEMBENTUKAN SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH PADA UJUNG NOSEL SEDERHANA ANALISIS PEMBENTUKAN SUDUT SEMBURAN MINYAK JELANTAH PADA UJUNG NOSEL SEDERHANA Oleh Dosen Pembimbing : I Gusti Ngurah Bagus Yoga Junaya : Dr. Ir. I Ketut Gede Wirawan, MT : Dr. Wayan Nata Septiadi, ST,

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKTOR JUMLAH LILITAN PIPA BURNER TERHADAP POLA NYALA DAN WAKTU PEMBAKARAN PADA ALAT PEMBAKAR JENAZAH KONVENSIONAL

SKRIPSI FAKTOR JUMLAH LILITAN PIPA BURNER TERHADAP POLA NYALA DAN WAKTU PEMBAKARAN PADA ALAT PEMBAKAR JENAZAH KONVENSIONAL SKRIPSI FAKTOR JUMLAH LILITAN PIPA BURNER TERHADAP POLA NYALA DAN WAKTU PEMBAKARAN PADA ALAT PEMBAKAR JENAZAH KONVENSIONAL OLEH : BANGUN TUA SAGALA NIM. 1019351022 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH VARIASI SUDUT NOZZLE BAHAN BAKAR DENGAN D-NOZZLE RATIO YANG SAMA TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOR PEMBAKAR JENAZAH

SKRIPSI PENGARUH VARIASI SUDUT NOZZLE BAHAN BAKAR DENGAN D-NOZZLE RATIO YANG SAMA TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOR PEMBAKAR JENAZAH SKRIPSI PENGARUH VARIASI SUDUT NOZZLE BAHAN BAKAR DENGAN D-NOZZLE RATIO YANG SAMA TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOR PEMBAKAR JENAZAH Oleh : I MADE DUWI SETIAWAN NIM : 1019351017 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL

PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL Yusufa Anis Silmi (2108 100 022) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Konsumsi bahan bakar fosil dan kebutuhan sumber daya alam yang semakin meningkat adalah masalah yang penting untuk kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil pengukuran nilai densitas terhadap peningkatan suhu (penelitian pendahuluan)

Lampiran 1 Hasil pengukuran nilai densitas terhadap peningkatan suhu (penelitian pendahuluan) LAMPIRAN 74 Lampiran 1 Hasil pengukuran nilai densitas terhadap peningkatan suhu (penelitian pendahuluan) No. Suhu ( o C) Densitas (g/ml) 1 30 0.915 2 50 0.911 3 70 0.905 4 90 0.896 5 110 0.890 Lampiran

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-1 Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall R.R. Vienna Sona Saputri Soetadi dan Djoko

Lebih terperinci

Uji Kinerja Kompor Spiral Tipe Vertikal Dengan Bahan Bakar Minyak Jelantah

Uji Kinerja Kompor Spiral Tipe Vertikal Dengan Bahan Bakar Minyak Jelantah Uji Kinerja Kompor Spiral Tipe Vertikal Dengan Bahan Bakar Minyak Jelantah Dian Yulianto*, Wahyunanto Agung Nugroho, Bambang Dwi Argo Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas

Lebih terperinci

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263 3 3 BAB II DASAR TEORI 2. 1 Bahan Bakar Cair Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya di ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sumber Daya Air Wageningen, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

PENGARUH LUBANG SALURAN PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI

PENGARUH LUBANG SALURAN PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI PENGARUH LUBANG SALURAN PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh: PURNOMO D200

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR CAMPURAN MINYAK SOLAR DENGAN MINYAK KEMIRI DAN MINYAK WIJEN

MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR CAMPURAN MINYAK SOLAR DENGAN MINYAK KEMIRI DAN MINYAK WIJEN MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR CAMPURAN MINYAK SOLAR DENGAN MINYAK KEMIRI DAN MINYAK WIJEN Muhammad Nurtanto mnurtanto23@untirta.ac.id Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-UNTIRTA

Lebih terperinci

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch.

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch. Temperatur ( C) Laju Pendidihan Grafik kecepatan Pendidihan 120 100 80 60 40 M.Sumbu 18 M.Sumbu 24 E.Sebaris 3 inch E.Susun 3 inch 20 0 0 20 40 60 80 E.Sususn 2 inch Waktu (menit) Kesimpulan 1. Penggunaan

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN : 2085-4218 Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi Burhan Fazzry 1,*,

Lebih terperinci

RUBBER CRUDE OIL PRODUCT KNOWLEDGE

RUBBER CRUDE OIL PRODUCT KNOWLEDGE PRODUCT KNOWLEDGE RUBBER CRUDE OIL Kantor: Jl. Lawu Tegalarum 418 RT 02/13, Cangakan Karanganyar, Jawa Tengah, 57722 Telepon: 0271 494253 Pabrik: Ngamban RT 01/06 Buran, Tasikmadu Karanganyar, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC Riza Bayu K. 2106.100.036 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.D. Sungkono K,M.Eng.Sc

Lebih terperinci

Uji Performance Mesin Diesel Menggunakan Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas

Uji Performance Mesin Diesel Menggunakan Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas Uji Performance Mesin Diesel Menggunakan Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas Isalmi Aziz Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta emi_uin@yahoo.co.id Abstrak Biodiesel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL Pada awal penelitian ini, telah diuji coba beberapa jenis bahan pengental yang biasa digunakan dalam makanan untuk diaplikasikan ke dalam pembuatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak

Lebih terperinci

Modifikasi Ruang Panggang Oven

Modifikasi Ruang Panggang Oven Modifikasi Ruang Panggang Oven Ekadewi A. Handoyo, Fandi D. Suprianto, Jexfry Pariyanto Prodi Teknik Mesin - Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131 Surabaya 60236 ekadewi@petra.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU DENGAN CARA MENINGKATKAN LUAS AREA API SEKUNDER

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU DENGAN CARA MENINGKATKAN LUAS AREA API SEKUNDER PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU DENGAN CARA MENINGKATKAN LUAS AREA API SEKUNDER Sudarno Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Muhammadiyah Ponorogo Jl. Budi Utomo No. 10 Telp. (0352)

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MINYAK NYAMPLUNG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH

PENGGUNAAN MINYAK NYAMPLUNG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH Jimmy : Penggunaan Minyak Nyamplung Sebagai Bahan Bakar Alternatif 60 PENGGUNAAN MINYAK NYAMPLUNG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH Jimmy Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 3 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Api Api sering disebut sebagai zat keempat, karena tidak dapat dikategorikan ke dalam kelompok zat padat, zat cair maupun zat gas. Api disebut memiliki bentuk plasma. Plasma

Lebih terperinci

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. SKRIPSI/TUGAS AKHIR APLIKASI BAHAN BAKAR BIODIESEL M20 DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS 0,25% NaOH PADA MOTOR DIESEL S-111O Nama : Rifana NPM : 21407013 Jurusan Pembimbing : Teknik Mesin : Dr. Rr. Sri

Lebih terperinci

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data 4.1 Data Percobaan Parameter yang selalu tetap pada tiap percobaan dilakukan adalah: P O = 1 atm Panci tertutup penuh Bukaan gas terbuka penuh Massa air pada panci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Riset Kimia Lingkungan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Riset Kimia Lingkungan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Riset Kimia Lingkungan, Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER 4.1 Spesifikasi boiler di PT. Kartika Eka Dharma Spesifikasi boiler yang digunakan oleh PT. Kartika Eka Dharma adalah boiler jenis pipa air dengan kapasitas 1 ton/ jam,

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI MESIN YANMAR TS 50 MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI MINYAK KEPAYANG (PANGIUM EDULE)

UJI PERFORMANSI MESIN YANMAR TS 50 MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI MINYAK KEPAYANG (PANGIUM EDULE) UJI PERFORMANSI MESIN YANMAR TS 50 MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI MINYAK KEPAYANG (PANGIUM EDULE) Turmizi Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln. Banda Aceh - Medan, Buketrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diubah ke energi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN 1 ) 2) 2) Murni, Berkah Fajar, Tony Suryo 1). Mahasiswa Magister Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1.Analisa Diameter Rata-rata Dari hasil simulasi yang telah dilakukan menghasilkan proses atomisasi yang terjadi menunjukan perbandingan ukuran diameter droplet rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih. mengandalkan bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih. mengandalkan bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih mengandalkan bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. Konsumsi bahan bakar minyak dari tahun ke tahun meningkat.

Lebih terperinci

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT S EDUCATIONS 29 Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas Syafriyudin, ST,MT Jurusan teknik Elektro Institut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah mengurangi beban subsidi Pemerintah terhadap minyak tanah, mengalokasikan kembali minyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Minyak Bintaro Kasar (Crude) Buah bintaro memiliki bentuk bulat dan berwarna hijau (Gambar 17a) dan ketika tua akan berwarna merah (Gambar 17b). Buah bintaro

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PANJANG NOZZLE EXIT

PENGARUH VARIASI PANJANG NOZZLE EXIT SKRIPSI PENGARUH VARIASI PANJANG NOZZLE EXIT BAHAN BAKAR TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOR PEMBAKAR JENAZAH Oleh : I MADE WEDHA ANGGARA NIM : 1019351023 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK PROGRAM NON REGULER

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PEMANAS BAHAN BAKAR TERHADAP PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG MOTOR DIESEL MITSUBISHI MODEL 4D34-2A17 Indartono 1 dan Murni 2 ABSTRAK Efisiensi motor diesel dipengaruhi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI Arga Setia Tama NRP. 2408 100 018 PEMBIMBING I Ir. Sarwono, M.MT NIP : 19580530198303 1 002 PEMBIMBING II Ir. Ronny Dwi Noriyati, M Kes NIP

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut njeksi Burhan Fazzry, ST, MT. (), Agung Nugroho, ST., MT. Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan nformatika, Universitas

Lebih terperinci

UJI COBA REKAYASA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIJI JARAK

UJI COBA REKAYASA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIJI JARAK SIDANG TUGAS AKHIR UJI COBA REKAYASA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIJI JARAK DOSEN PEMBIMBING : PROF. DR.IR. H.D.SUNGKONO, M.ENG.SC Sri.suhartini NRP. 2104.109.401 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu semakin bertambah pula jumlah populasi manusia di bumi, maka dengan demikian kebutuhan energi akan semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR Nafisha Amelya Razak 1, Maksi Ginting 2, Riad Syech 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen

Lebih terperinci

PELUANG DAN KENDALA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR NABATI PADA MESIN-MESIN PERTANIAN

PELUANG DAN KENDALA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR NABATI PADA MESIN-MESIN PERTANIAN PELUANG DAN KENDALA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR NABATI PADA MESIN-MESIN PERTANIAN PENDAHULUAN Saat ini terdapat sejumlah masalah yang berkenaan dengan energi nasional khususnya di Indonesia, yaitu adanya kecenderungan

Lebih terperinci

PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER CHAMBER

PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER CHAMBER TUGAS AKHIR PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER CHAMBER Disusun Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable).jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun batu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimen Pengaruh Penambahan Gas HHO Pada Bahan Bakar Kerosene Terhadap Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Tekan (Blowtorch) Menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar Jenis Bahan Rataan Nilai Kalor (kal/gram) Kayu 4.765 Batubara 7.280 Fuel Oil 1) 10.270 Kerosine (Minyak Tanah) 10.990 Gas Alam 11.806 Sumber

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan oli bekas untuk mengetahui emisi gas buang pada mesin diesel, hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan oli bekas untuk mengetahui emisi gas buang pada mesin diesel, hasil 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu. Ale,B.B, (2003), melakukan penelitian dengan mencampur kerosin dengan oli bekas untuk mengetahui emisi gas buang pada mesin diesel, hasil penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN METHANOL

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN METHANOL 2003 Totok Prasetyo Posted, 10 November 2003 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor November 2003 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung

Lebih terperinci

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR B Y. M A R R I O S Y A H R I A L D O S E N P E M B I M B I N G : D R. B A M B A N G S U D A R M A N T A, S T. M T.

Lebih terperinci

PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA

PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA Jurnal Teknik Mesin, Vol. 24, No.1, April 2009 57 PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA Abdurrachim, D. Wardani & T. Yudi Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB

Lebih terperinci