PENGARUH BELANJA KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH DAN TINGKAT KORUPSI TERHADAP INDIKATOR KESEHATAN DI INDONESIA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH BELANJA KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH DAN TINGKAT KORUPSI TERHADAP INDIKATOR KESEHATAN DI INDONESIA SKRIPSI"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH BELANJA KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH DAN TINGKAT KORUPSI TERHADAP INDIKATOR KESEHATAN DI INDONESIA SKRIPSI ELDI RAHMADAN FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DEPOK JUNI 2014

2 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh: Nama : Eldi Rahmadan NPM : Program Studi Judul Skripsi : Ilmu Ekonomi : Pengaruh Belanja Kesehatan Pemerintah Daerah dan Tingkat Korupsi terhadap Indikator Kesehatan di Indonesia Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia DEWAN PENGUJI Pembimbing : Rus an Nasrudin S.E., MIDEC ( ) Penguji : Teguh Dartanto S.E., M.Ec., Ph.D ( ) Penguji : DR. Sartika Djamaluddin S.E., M.Si ( ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 27 Juni 2014

3 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Eldi Rahmadan NPM : Program Studi : Ilmu Ekonomi Departemen Fakultas Jenis Karya : Ilmu Ekonomi : Ekonomi : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Pengaruh Belanja Kesehatan Pemerintah Daerah dan Tingkat Korupsi terhadap Indikator Kesehatan di Indonesia beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 27 Juni 2014 Yang menyatakan ( Eldi Rahmadan )

4 Pengaruh Belanja Kesehatan Pemerintah Daerah dan Tingkat Korupsi terhadap Indikator Kesehatan di Indonesia Eldi Rahmadan, Rus an Nasrudin 1. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia 2. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Abstrak Salah satu usaha pemerintah sebuah negara untuk memperbaiki tingkat kesehatan penduduknya adalah melalui pengalokasian belanja dalam fungsi kesehatan. Hasil dari studi terdahulu mengenai pengaruh dari belanja kesehatan pemerintah terhadap indikator kesehatan yang berbeda-beda menimbulkan dugaan adanya keterlibatan dari korupsi. Penelitian ini menguji hipotesis mengenai signifikansi pengaruh belanja kesehatan pemerintah serta tingkat korupsi terhadap angka morbiditas sebagai representasi indikator kesehatan di Indonesia. Studi ini menggunakan metode regresi panel berdasarkan data tingkat kabupaten/kota di Indonesia tahun 2008 dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja kesehatan pemerintah secara signifikan mempengaruhi angka morbiditas, sementara tingkat korupsi belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap angka morbiditas. The Impact of Local Government Health Expenditure and the Level of Corruption on Health Indicator in Indonesia Abstract One of the efforts made by the government to increase a country s health indicators is by the allocation of health function expenditure. Different arguments from previous studies regarding the relationship between government health expenditure and health indicators results in a presumption of the involvement of corruption. This research tries to analyze the impact of government health expenditure and the level of corruption on morbidity rate as a representation of health indicator in Indonesia. Using panel regression method based on the district/municipality level data from 2008 and 2010, this research shows that there is a significant impact of government health expenditure on morbidity rate. On the other side, the level of corruption doesn t show a significant impact on morbidity rate. 1

5 Keywords: corruption; government expenditure; health; morbidity Pendahuluan Kesehatan merupakan sebuah isu yang hampir selalu menjadi perhatian pemerintah negara-negara di dunia. Tingkat kesehatan warga negara yang baik dapat memacu kehidupan yang lebih produktif, sekaligus dapat menjadi cerminan kemajuan dan pembangunan manusia negara yang bersangkutan. Haq dan Sen (1990) menggunakan kesehatan sebagai salah satu komponen penentu human development index (indeks pembangunan manusia), yang hingga kini masih dijadikan salah satu acuan penentu kualitas dari human capital sebuah negara. Kesehatan juga memegang peranan penting dalam menunjang capaian indikator-indikator ekonomi sebuah negara. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa kesehatan memiliki peran penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Gauri (2003) menunjukkan bahwa konsumsi atas kesehatan dan pendidikan dapat memacu produktivitas rumah tangga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Akram, Padda, dan Khan (2008) menunjukkan bahwa indikator kesehatan memegang peranan yang penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Dengan pentingnya peran kesehatan dalam peningkatan kualitas human capital serta capaian indikator-indikator ekonomi, sebagai sebuah negara berkembang yang selalu dihadapkan dengan tuntutan peningkatan indikator ekonomi, sudah seharusnya pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang besar terhadap tingkat kesehatan penduduknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memperbaiki tingkat kesehatan penduduk Indonesia adalah melalui pengalokasian belanja dalam fungsi kesehatan. Dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia, belanja kesehatan merupakan salah satu fokus belanja pemerintah yang dikategorikan berdasarkan fungsinya. Dalam kurun waktu tahun 2005 s.d. 2012, belanja kesehatan pemerintah Indonesia mengalami peningkatan sebesar sekitar 163%. Pertanyaan menarik yang cukup sering muncul adalah apakah peningkatan belanja kesehatan yang sangat pesat sebanding dengan peningkatan capaian indikatornya. 2

6 Besaran belanja kesehatan yang meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir nyatanya belum berhasil menempatkan Indonesia pada posisi yang membanggakan jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam hal angka harapan hidup, sampai pada tahun 2012, Indonesia masih berada pada urutan keenam dari sepuluh negara anggota ASEAN. Dalam hal ini, posisi Indonesia masih berada dibawah negara-negara tetangga seperti Singapura, Brunei Darussalam, Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Paparan data di atas seakan memperlihatkan bahwa meski pemerintah Indonesia telah mengalokasikan besaran belanja yang besar dan terus meningkat dalam fungsi kesehatan, capaian indikator kesehatan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir belum mengalami perkembangan yang cukup sebanding. Berdasarkan hal tersebut, efektivitas belanja kesehatan di Indonesia menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas. Pada dasarnya, setiap pemerintah negara di dunia berusaha untuk menentukan besaran belanja yang sesuai untuk menghasilkan luaran secara efektif dan efisien. Beberapa studi sebelumnya telah membahas pengaruh dari belanja kesehatan pemerintah terhadap capaian indikator-indikator kesehatan, dan berbagai studi tersebut masih memperlihatkan hasil yang cukup beragam. Perbedaan hasil studi tersebut menimbulkan sebuah dugaan bahwa mungkin masalah hubungan antara belanja kesehatan dengan capaian indikator kesehatan bukan hanya terletak pada sisi besaran belanja, melainkan juga pada sisi kualitas dan implementasi belanja pemerintah. Okpala dan Okpala (2006) menduga bahwa tidak signifikannya peran belanja publik terhadap indikator luarannya dapat disebabkan oleh tingkat korupsi yang tinggi serta performa pemerintahan yang buruk. Rajkumar dan Swaroop (2008) menduga bahwa peran belanja publik yang tidak signifikan dapat disebabkan oleh terjadinya efek crowding out dari penyediaan barang publik oleh swasta serta faktor pemerintahan yang buruk (seperti kebocoran belanja publik dan kualitas institusional yang buruk). Kualitas pemerintahan serta tingkat korupsi menjadi hal yang penting untuk dibahas sebagai salah satu faktor penentu capaian indikator luaran kesehatan. Rajkumar dan Swaroop (2008) melakukan studi antar negara mengenai hubungan antara belanja publik serta peran dari korupsi dan pemerintahan dengan capaian indikator luarannya. Farag, Nandakumar, Wallack, Hodgkin, Gaumer, dan Erbil (2013) juga melakukan studi antar negara mengenai hubungan antara belanja publik pada sektor kesehatan terhadap capaian indikator luarannya dengan melibatkan pentingnya faktor pemerintahan. Dalam kasus Indonesia, studi mengenai pengaruh belanja publik dan faktor korupsi terhadap capaian indikator luarannya dilakukan oleh Suryadarma (2012), yang menggunakan kasus sektor pendidikan. Studi-studi tersebut 3

7 memperlihatkan bahwa tingkat korupsi menjadi faktor yang penting dalam menentukan capaian indikator luaran dari belanja publik. Setelah Indonesia menerapkan sistem desentralisasi fiskal, pemerintah tingkat daerah di Indonesia memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola pendapatan maupun belanja daerahnya. Kewenangan atas pengelolaan pendapatan dan belanja daerah tersebut salah satunya mencakup sektor kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, urusan kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Oleh karena itu, efektivitas dari belanja kesehatan pemerintah pada tingkat daerah kabupaten/kota di Indonesia juga menjadi topik yang menarik untuk diteliti. Fenomena korupsi sendiri hingga saat ini kerap ditinjau sebagai salah satu masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia. Berdasarkan pemeringkatan negara terkorup yang dirilis oleh Transparency International pada tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat 118 dari 176 negara (peringkat yang semakin rendah merepresentasikan kondisi negara yang semakin korup). Sektor kesehatan di Indonesia pun tidak luput dari ancaman tindak pidana korupsi. Tempo (2014) menyebutkan bahwa Indonesian Corruption Watch (ICW) setidaknya mencatat sebanyak 122 kasus korupsi yang terjadi pada sektor kesehatan sepanjang periode tahun 2001 s.d Berdasarkan pentingnya capaian indikator kesehatan di Indonesia, hasil studi terdahulu mengenai hubungan antara belanja kesehatan pemerintah dengan capaian indikator kesehatan yang belum konsisten, besarnya peran pemerintahan tingkat daerah dalam sektor kesehatan, serta dugaan adanya peran dari korupsi, penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai signifikansi pengaruh dari belanja kesehatan pemerintah dan tingkat korupsi terhadap indikator kesehatan pada daerah tingkat kabupaten/kota di Indonesia. Tinjauan Teoritis Sejak tahun 2000, Indonesia menerapkan sistem desentralisasi fiskal. Penerapan desentralisasi fiskal di Indonesia ditandai dengan munculnya Undang-Undang No. 22 Tahun 4

8 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang selanjutnya diperbaharui oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dengan penerapan sistem desentralisasi fiskal, pemerintah tingkat daerah di Indonesia memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola pendapatan maupun belanja daerahnya, tak terkecuali pada sektor kesehatan. Urusan kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Dalam struktur APBD, belanja kesehatan merupakan salah satu fokus belanja pemerintah daerah yang dibagi berdasarkan fungsinya. Pengelolaan urusan baik dalam hal operasional maupun keuangan yang berada pada tingkat pemerintahan yang lebih rendah diharapkan akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pelayanan kesehatan di Indonesia, yang selanjutnya akan meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia. Sebagai salah satu sumber utama pendanaan dalam penyediaan layanan dan fasilitas kesehatan di Indonesia, belanja kesehatan pemerintah diduga memiliki peranan penting dalam menunjang capaian indikator kesehatan di Indonesia. Peningkatan belanja kesehatan pemerintah diharapkan akan membawa perbaikan pada layanan dan fasilitas kesehatan. Layanan dan fasilitas kesehatan yang semakin baik diharapkan akan diiringi oleh perbaikan tingkat kesehatan penduduk di Indonesia. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mendefinisikan tindak pidana korupsi sebagai perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Transparency International Indonesia (2008) mendefinisikan korupsi sebagai tindak penyalahgunaan kewenangan untuk kepentingan pribadi. Dari setidaknya 30 jenis tindakan yang dapat digolongkan sebagai tindak korupsi berdasarkan-undang No. 31 Tahun 1999, Transparency International Indonesia mengelompokkannya menjadi tujuh jenis kategori umum, yakni segala tindakan dari perangkat publik yang menimbulkan kerugian finansial, penggelapan, pemerasan, penyalahgunaan wewenang dalam pengadaan barang publik, konflik kepentingan dalam pengadaan barang publik, serta gratifikasi. Hubungan antara korupsi dengan dengan tingkat indikator kesehatan dapat dijelaskan melalui beberapa kemungkinan argumen. Yang pertama, terjadinya fenomena korupsi dalam bentuk penyalahgunaan wewenang dan konflik kepentingan dalam pengadaan barang publik 5

9 pada sektor kesehatan dapat mengakibatkan tidak optimalnya penyediaan layanan dan fasilitas kesehatan. Penyediaan layanan dan fasilitas pendukung kesehatan yang tidak optimal pada suatu daerah akan berdampak buruk bagi capaian indikator kesehatan masyarakat pada daerah yang bersangkutan. Yang kedua, merujuk pada studi Tanzi dan Davoodi (1997), tingginya tingkat korupsi dapat diikuti dengan tingginya belanja investasi publik yang tidak efektif, rendahnya belanja operasional dan biaya pemeliharaan, serta akan berdampak pada rendahnya kualitas infrastruktur. Berdasarkan argumen tersebut, terjadinya fenomena korupsi pada sektor kesehatan dapat berakibat pada rendahnya kualitas infrastruktur kesehatan. Kualitas infrastruktur kesehatan yang rendah tentunya dapat memberikan dampak yang buruk bagi capaian indikator kesehatan masyarakat pada daerah yang bersangkutan. Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas pengaruh dari belanja kesehatan pemerintah terhadap capaian indikator-indikator kesehatan. Gupta, Verhoeven, dan Tiongson (1999) menggunakan data 50 negara transisi dan berkembang pada periode tahun dalam studinya, dan menunjukkan bahwa persentase belanja kesehatan primer terhadap total belanja kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indikator kesehatan berupa angka kematian bayi dan angka kematian balita. Studi dari Baldacci, Guin-Siu, dan de Mello (2002) menggunakan data dari 111 negara transisi dan berkembang dalam periode tahun 1985 s.d. 1998, dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda terkait pengaruh dari belanja kesehatan pemerintah terhadap indikator kesehatan. Penelitian mengenai pengaruh dari belanja kesehatan pemerintah terhadap capaian indikator-indikator kesehatan juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan studi kasus Indonesia. Hasil studi dari Pradipta (2003), Hardian (2007), dan Sirait (2010) menunjukkan bahwa belanja kesehatan pemerintah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indikator kesehatan berupa angka kematian bayi. Studi dari Sari (2006) menunjukkan bahwa belanja kesehatan pemerintah berpengaruh signifikan terhadap indikaor kesehatan berupa contact rate. Studi dari Utami (2007) serta Waluyo (2010) menunjukkan bahwa belanja kesehatan pemerintah secara signifikan mempengaruhi indeks pembangunan manusia. Alamsyah (2009) menunjukkan bahwa variabel interaksi antara belanja kesehatan dengan kehadiran tenaga kelahiran terlatih berpengaruh signifikan terhadap angka kematian bayi. Alfilianto (2009) menunjukkan bahwa dana alokasi khusus dari pemerintah pusat mempengaruhi angka kematian bayi dan angka harapan hidup pada tingkat daerah. Hasil yang cukup berbeda dalam kasus Indonesia dikemukakan oleh Suhri (2005), yang mengungkapkan 6

10 bahwa belanja kesehatan pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap indikator kesehatan berupa angka kematian bayi maupun angka harapan hidup. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, studi mengenai pengaruh dari belanja kesehatan pemerintah terhadap capaian indikator-indikator kesehatan dengan melibatkan faktor kualitas pemerintahan atau tingkat korupsi juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Rajkumar dan Swaroop (2008) melakukan studi antar negara mengenai hubungan antara belanja publik serta peran korupsi dan pemerintahan dengan capaian indikator luarannya, dan memperlihatkan bahwa peran korupsi dan pemerintahan secara signifikan mempengaruhi capaian indikator pendidikan dan kesehatan. Farag, Nandakumar, Wallack, Hodgkin, Gaumer, dan Erbil (2013) juga melakukan studi antar negara mengenai hubungan antara belanja publik pada sektor kesehatan terhadap capaian indikator luarannya dengan melibatkan pentingnya faktor pemerintahan, dan menunjukkan hasil yang kurang lebih serupa. Dalam kasus Indonesia, studi mengenai pengaruh belanja publik dan faktor korupsi terhadap capaian indikator luarannya dilakukan oleh Suryadarma (2012), yang menggunakan kasus sektor pendidikan. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa belanja publik dan faktor korupsi berperan penting dalam meningkatkan indikator pendidikan di Indonesia. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan regresi panel berdasarkan data tingkat daerah kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2008 dan Pengujian yang dilakukan mencoba menganalisis dampak dari variabel penjelas utama berupa belanja kesehatan pemerintah dan indikator korupsi terhadap variabel terikat berupa indikator kesehatan. Model ekonometrika yang digunakan merujuk kepada model yang digunakan dalam penelitian terdahulu oleh Rajkumar dan Swaroop (2008), Suryadarma (2012), dan Farag, Nandakumar, Wallack, Hodgkin, Gaumer, dan Erbil (2013). Model yang di gunakan diekspresikan dalam bentuk sebagai berikut. 7

11 dimana merupakan angka morbiditas di daerah pada tahun, merupakan belanja kesehatan pemerintah (dalam bentuk logaritma natural) di daerah pada tahun, merupakan indeks persepsi korupsi di daerah pada tahun, merupakan vektor dari variabel-variabel kontrol di daerah pada tahun, dan merupakan error term dari model. Variabel-variabel kontrol yang akan digunakan diantaranya yang merupakan produk domestik regional bruto riil (dalam bentuk logaritma natural) di daerah pada tahun, yang merupakan angka melek huruf dewasa di daerah pada tahun, yang merupakan variabel dummy daerah yang bernilai 0 untuk kabupaten/kota di luar Pulau Jawa dan bernilai 1 untuk kabupaten/kota di dalam Pulau Jawa, serta yang merupakan variabel dummy yang bernilai 0 untuk tahun 2008 dan bernilai 1 untuk tahun Seperti yang tertera pada model dan keterangan di atas, indikator kesehatan sebagai varibel terikat direpresentasikan oleh angka morbiditas, yaitu persentase jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya aktivitas terhadap jumlah penduduk di dalam suatu daerah.. Penggunaan angka morbiditas sebagai representasi indikator kesehatan pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tingkat kesehatan masyarakat yang lebih menyeluruh dibandingkan dengan bentuk indikator kesehatan lainnya. Variabel penjelas utama pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah belanja kesehatan pemerintah, yaitu besaran belanja pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota yang diklasifikasikan menurut fungsi kesehatan. Variabel penjelas utama kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks persepsi korupsi, yaitu sebuah indeks representasi dari tingkat korupsi yang diperoleh berdasarkan survei atas persepsi para pelaku bisnis atau badan usaha mengenai fenomena korupsi yang terjadi pada pemerintahan daerah. Indeks persepsi korupsi merupakan indikator representasi tingkat korupsi yang hingga saat ini paling mungkin digunakan. Nilai indeks persepsi korupsi berkisar antara 0 (daerah terindikasi sangat korup) s.d. 10 (daerah terindikasi sangat bersih). Variabel-variabel kontrol yang digunakan antara lain produk domestik regional bruto riil, angka melek huruf dewasa, variabel dummy daerah (Jawa/non-Jawa), serta variabel dummy tahun. Seluruh variabel penjelas yang digunakan diduga memiliki pengaruh yang bersifat negatif dengan angka morbiditas, atau dengan kata lain memiliki pengaruh yang bersifat positif terhadap tingkat indikator kesehatan penduduk. 8

12 Hasil Penelitian Tabel 1. menunjukkan rangkuman statistik deskripsi dari data variabel terikat serta variabel penjelas yang digunakan dalam dalam penelitian ini (diluar variabel interaksi dan variabel dummy). Data dari variabel terikat serta variabel penjelas tersebut merupakan data tingkat daerah kabupaten/kota di Indonesia dalam tahun 2008 dan 2010 yang termasuk dalam observasi penelitian. Tabel 1. Rangkuman Statistik Deskripsi dari Data Observasi Variables Mean Std. Dev. Min Max Obs. Angka Morbiditas (%) 32,68 7,53 16,05 49, Belanja Kesehatan Pemerintah , , , ,00 84 (Juta Rupiah) IPK 4,71 0,74 2,97 6,71 91 PDRB Riil (Juta Rupiah) , , , , Angka Melek Huruf (%) 96,95 3,30 81,50 99, Sumber: olahan pribadi. Angka morbiditas sebagai variabel terikat memiliki nilai rata-rata sebesar 32,68%, dengan nilai terendah sebesar 16,05% (Kota Bekasi pada tahun 2010) dan nilai tertinggi sebesar 49,75% (Kota Palembang pada tahun 2008). Variabel penjelas belanja kesehatan pemerintah memiliki nilai rata-rata sebesar Rp73,7 miliar, dengan nilai terendah Rp1,78 miliar (Kota Serang pada tahun 2008) dan nilai tertinggi Rp295 miliar (Kota Medan pada tahun 2010). Variabel penjelas indeks persepsi korupsi memiliki nilai rata-rata sebesar 4,71, dengan nilai terendah 2,97 (Kota Kupang pada tahun 2008) dan nilai tertinggi 6,71 (Kota Denpasar pada tahun 2010). Variabel kontrol PDRB riil memiliki nilai rata-rata sebesar Rp8,53 triliun, dengan nilai terendah sebesar Rp474 miliar (Kabupaten Solok pada tahun 2008) dan nilai tertinggi sebesar Rp87,8 triliun (Kota Surabaya pada tahun 2010). Variabel kontrol angka melek huruf memiliki nilai rata-rata sebesar 96,95%, dengan nilai terendah 9

13 sebesar 81,50% (Kabupaten Jember pada tahun 2008) dan nilai tertinggi sebesar 99,87% (Kota Pekanbaru pada tahun 2010). Hasil Regresi model empiris pengaruh belanja kesehatan pemerintah dan korupsi terhadap angka morbiditas ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil Regresi Model Empiris Pengaruh Belanja Kesehatan Pemerintah dan Korupsi terhadap Angka Morbiditas Dependent Variable : Angka Morbiditas Independent Variables: Regresi 1 Regresi 2 Belanja Kesehatan Pemerintah (ln) -1, ,19832 ** (1,869937) (1,878984) IPK -0, , (0, ) (0, ) PDRB Riil (ln) -0, , (0, ) (0, ) Angka Melek Huruf -0, *** (0, ) Dummy Jawa/Non-Jawa 4,6639 ** (2,178038) Dummy Tahun -1, (1,244055) Constant 100, ,3861 * (37,82813) (53,16179) R-square 0,0522 0,2292 Number of Observation * signifikan pada ** signifikan pada *** signifikan pada Regesi 1 menguji pengaruh dari variabel penjelas belanja kesehatan pemerintah (dalam bentuk logaritma natural) dan indeks persepsi korupsi terhadap variabel terikat angka morbiditas, dengan hanya melibatkan variabel kontrol berupa PDRB riil (dalam bentuk logaritma natural). Berdasarkan pengujian F statistic (Chow Test), pengujian Breusch-Pagan Lagrange Multiplier, serta pengujian Hausman, model terbaik yang dapat digunakan untuk 10

14 persamaan regresi 1 adalah model regresi random effects. Hasil pengujian regresi 1 menunjukkan bahwa baik pada tingkat signifikansi 1%, 5%, maupun 10%, variabel belanja kesehatan pemerintah, indeks persepsi korupsi, serta variabel kontrol PDRB riil tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap terhadap variabel terikat angka morbiditas. Nilai R-square sebesar 0,0522 berarti bahwa variabel belanja kesehatan pemerintah, indeks persepsi korupsi, dan PDRB riil hanya memiliki kemampuan untuk menerangkan variasi yang terjadi pada variabel terikat angka morbiditas sebesar 5,22% persen. Regesi 2 menguji pengaruh dari variabel penjelas berupa belanja kesehatan pemerintah (dalam bentuk logaritma natural) dan indeks persepsi korupsi terhadap variabel terikat berupa angka morbiditas dengan melibatkan variabel-variabel kontrol berupa PDRB riil (dalam bentuk logaritma natural), angka melek huruf dewasa, variabel dummy daerah (Jawa/non-Jawa), serta variabel dummy tahun. Berdasarkan pengujian F statistic (Chow Test), pengujian Breusch-Pagan Lagrange Multiplier, serta pengujian Hausman, model terbaik yang dapat digunakan untuk persamaan regresi 2 adalah model regresi random effects. Hasil pengujian regresi 2 menunjukkan bahwa variabel belanja kesehatan pemerintah dalam bentuk logaritma natural berpengaruh signifikan terhadap angka morbiditas pada tingkat signifikansi 5%. Variabel kontrol angka melek huruf dewasa dan variabel dummy daerah (Jawa/Non- Jawa) juga berpengaruh signifikan terhadap angka morbiditas, masing-masing pada tingkat signifikansi 10% dan 5%. Di sisi lain, variabel indeks persepsi korupsi, variabel PDRB riil dalam bentuk logaritma natural, dan variabel dummy tahun tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap angka morbiditas baik pada tingkat signifikansi 1%, 5%, maupun 10%. Nilai R-square sebesar 0,2292 dari regresi 2 menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas yang digunakan dalam model regresi 2 memiliki kemampuan utnuk menerangkan variasi yang terjadi pada variabel terikatnya sebesar 22,92%. Berdasarkan kriteria goodness of fit, dibandingkan dengan model regresi 1, model regresi 2 dapat menerangkan variasi yang timbul pada variabel terikat dengan lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, penulis memilih model regresi 2 sebagai model regresi terbaik yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan 11

15 Berdasarkan pengujian regresi terbaik dengan model yang ditentukan, variabel belanja kesehatan pemerintah (dalam bentuk logaritma natural) menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap angka morbiditas. Dengan kata lain, peningkatan belanja kesehatan pemerintah berengaruh positif terhadap tingkat kesehatan penduduk. Belanja kesehatan dapat menjadi representasi dari keseriusan pemerintah dalam mengurus sektor kesehatan di daerah yang bersangkutan. Belanja kesehatan merupakan instrumen dasar dari pemerintah untuk menyediakan layanan kesehatan, baik dalam bentuk fasilitas kesehatan secara langsung maupun tidak langsung. Peningkatan belanja kesehatan yang diikuti oleh peningkatan penyediaan layanan kesehatan dapat memberikan hasil yang positif bagi tingkat kesehatan penduduk daerah yang bersangkutan. Koefisien estimasi variabel belanja kesehatan pemerintah (dalam bentuk logaritma natural) sebesar -4,19832 berarti bahwa setiap peningkatan belanja kesehatan pemerintah sebesar 1%, ceteris paribus, akan menyebabkan penurunan angka morbiditas sebesar 4,2%. Variabel indeks persepsi korupsi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap angka morbiditas. Meski begitu, nilai dan arah pengaruh koefisien estimasi dari variabel indeks persepsi korupsi sesuai dengan hipotesis awal. Indeks persepsi korupsi memiliki arah hubungan yang negatif dengan angka morbiditas, atau dengan kata lain, tingginya tingkat korupsi berkorelasi negatif dengan capaian indikator kesehatan. Dampak dari indeks persepsi korupsi yang tidak signifikan terhadap angka morbiditas sebagai indikator kesehatan dapat dijelaskan melalui beberapa kemungkinan. Yang pertama, dampak dari fenomena korupsi di Indonesia memang mungkin tidak terjadi secara signifikan pada sektor kesehatan. Yang kedua, terdapat kemungkinan bahwa variabel indeks persepsi korupsi yang digunakan belum dapat menjelaskan fenomena korupsi dengan baik, terutama pada sektor kesehatan di Indonesia secara spesifik. Meski hingga saat ini indeks persepsi korupsi merupakan indikator terbaik yang dapat digunakan untuk merepresentasikan fenomena korupsi di Indonesia, indeks persepsi korupsi masih memiliki keterbatasan. Indeks persepsi korupsi merupakan sebuah indeks yang didasarkan kepada persepsi pelaku bisnis atau badan usaha mengenai fenomena korupsi yang terjadi pada pemerintahan daerah, atau dengan kata lain bukan merupakan catatan jumlah kerugian dari fenomena korupsi secara nominal. Indeks persepsi korupsi juga masih bersifat umum, belum dapat diklasifikasikan menurut sektornya. Oleh karena itu, terdapat kemungkinan bahwa indeks persepsi korupsi belum dapat menggambarkan fenomena korupsi pada sektor kesehatan secara spesifik. 12

16 Variabel PDRB riil (dalam bentuk logaritma natural) tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap angka morbiditas meski nilai dan arah pengaruh koefisien estimasi dari variabel ini sesuai dengan hipotesis awal. Tidak signifikannya pengaruh dari variabel PDRB riil terhadap angka morbiditas dapat menjadi cerminan bahwa besarnya perekonomian sebuah daerah ternyata tidak menjadi faktor penentu capaian indikator kesehatan daerah yang bersangkutan. Variabel angka melek huruf dewasa memiliki pengaruh negatif dan siginifikan terhadap angka morbiditas. Hal tersebut dapat berarti bahwa meningkatnya tingkat pendidikan akan mendorong perbaikan tingkat kesehatan masyarakat. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan semakin mengerti akan cara-cara menjaga kesehatan, sehingga cenderung jarang mengalami keluhan penyakit. Koefisien estimasi variabel angka melek huruf dewasa sebesar -0,4755 berarti bahwa setiap 1% peningkatan angka melek huruf dewasa, ceteris paribus, akan menyebabkan penurunan angka morbiditas sebesar 0,48%. Variabel dummy daerah (Jawa/non-Jawa) memiliki pengaruh positif dan siginifikan terhadap angka morbiditas. Koefisien estimasi regresi variabel dummy daerah (Jawa/non-Jawa) sebesar 4,6639 memiliki arti bahwa rata-rata angka morbiditas pada kabupaten/kota di Pulau Jawa 4,66% lebih tinggi dibandingkan dengan angka morbiditas pada kabupaten/kota di luar Pulau Jawa. Di sisi lain, variabel dummy tahun tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap angka morbiditas. Hal tersebut berarti bahwa perbedaan tahun tidak menyebabkan adanya perbedaan rata-rata angka morbiditas. Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh dari belanja kesehatan pemerintah dan faktor korupsi terhadap indikator kesehatan pada daerah tingkat kabupaten/kota di Indonesia. Berdasarkan pengujian regeresi panel berdasarkan data daerah tingkat kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2008 dan 2010, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini. Belanja kesehatan pemerintah menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap indikator kesehatan berupa angka morbiditas. Peningkatan belanja kesehatan pemerintah sebesar 1%, ceteris paribus, akan mendorong penurunan angka morbiditas sebesar 4,2%. 13

17 Dengan kata lain, peningkatan belanja kesehatan pemerintah akan berdampak positif terhadap capaian indikator kesehatan penduduk. Peningkatan belanja kesehatan yang diikuti oleh peningkatan penyediaan fasilitas serta layanan kesehatan dapat memberikan hasil yang positif bagi tingkat kesehatan penduduk daerah yang bersangkutan.. Meski menunjukkan arah pengaruh koefisien estimasi yang sesuai dengan hipotesis awal, indeks persepsi korupsi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap indikator kesehatan berupa angka morbiditas. Pengaruh indeks persepsi korupsi yang tidak signifikan terhadap angka morbiditas diduga dapat terjadi karena dampak dari fenomena korupsi di Indonesia memang mungkin tidak terjadi secara signifikan pada sektor kesehatan. Selain itu, terdapat kemungkinan bahwa variabel indeks persepsi korupsi yang digunakan sebagai representasi dari tingkat korupsi belum dapat menjelaskan fenomena korupsi dengan baik, terutama pada sektor kesehatan di Indonesia secara spesifik. Selain belanja kesehatan pemerintah, variabel lain yang secara signifikan mempengaruhi indikator kesehatan berupa angka morbiditas diantaranya adalah angka melek huruf dewasa dan variabel dummy daerah (Jawa/non-Jawa). Variabel angka melek huruf dewasa memiliki hubungan negatif dengan angka morbiditas. Kabupaten/kota yang berlokasi di Pulau Jawa cenderung memiliki angka morbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota yang berlokasi di luar pulau Jawa. Di sisi lain, variabel PDRB riil serta variabel dummy tahun tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap angka morbiditas. Saran Penelitian mengenai pengaruh dari belanja kesehatan pemerintah dan faktor korupsi terhadap capaian indikator kesehatan pada tingkat kabupaten/kota di Indonesia ini masih memiliki berbagai keterbatasan, baik dari segi data hingga masalah waktu. Penulis memiliki beberapa saran untuk peneliti-peneliti berikutnya yang melakukan studi dalam tema sejenis. Yang pertama, penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan lingkup observasi yang lebih besar, baik dalam segi rentang waktu maupun cakupan daerah. Lingkup observasi yang lebih besar diharapkan akan dapat menggambarkan fenomena pengaruh dari belanja 14

18 pemerintah dan faktor korupsi terhadap indikator kesehatan dengan lebih baik. Yang kedua, tidak signifikannya pengaruh dari korupsi terhadap indikator kesehatan pada studi ini salah satunya diduga terjadi karena variabel indeks persepsi korupsi belum dapat menggambarkan menggambarkan fenomena korupsi pada sektor kesehatan di Indonesia dengan baik. Oleh karena itu, penulis juga menyarankan percobaan penggunaan variabel lain sebagai representasi tingkat korupsi pada penelitian-penelitan selanjutnya. Yang ketiga, mengingat bahwa penyediaan layanan kesehatan di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, selain membahas peran dari belanja pemerintah, penelitian berikutnya juga dapat berfokus kepada peran dari sektor privat sebagai determinan indikator kesehatan. Terakhir, penelitian berikutnya juga dapat terus memperbaiki model penelitian untuk menambah kemampuan model dalam menjelaskan fenomena yang sesungguhnya. Hal tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan kontrol terhadap variabel-variabel yang belum dapat terobservasi oleh model yang digunakan dalam penelitian ini. Kepustakaan Akram, N., Padda, I.U.H., & Khan, M. (2008). The Long Term Impact of Health on Economic Growth in Pakistan. The Pakistan Development Review, 47, 4, Papers and Proceedings PARTS I and II Twenty-fourth Annual General Meeting and Conference of the Pakistan Society of Development Economist Islamabad, Islamabad: Pakistan Institute of Development Economics. Alamsyah, B. (2009). Public Health Expenditure, Skilled Birth Attendance, and Mortality in Indonesia: What Does Provincial Data Say? FEUI: Tesis. Infant Alfilianto. (2009). The Impact of Fiscal Decentralization on Health Outcomes in Indonesia. FEUI: Tesis. Baldacci, E., Guin-Siu, M., & De Mello, L. (2002). More on the Effectiveness of Public Spending on Health Care and Education: A Covariance Structure Model. IMF Working Paper WP/02/90. International Monetary Fund. 15

19 Farag, M., Nandakumar, A.K., Wallack, S., Hodgkin, D., Gaumer, G., & Erbil, C. (2013). Health Expenditures, Health Outcomes and the Role of Good Governance. International Journal of Health Care Finance and Economics, 13, New York: Springer Science + Business Media. Gauri, V. (2004). Social Rights and Economics: Claims to the Health Care and Education in Developing Countries. World Development, 32, 3, Washington DC: The World Bank. Gupta, S., Verhoeven, M., & Tiongson, E. (1999). Does Higher Government Spending Buy Better Results in Education and Health Care? IMF Working Paper WP/99/21. International Monetary Fund. Haq, M.U., & Sen, A. (1990). Human Development Report New York: Oxford University Press. Hardian, L.Q. (2007). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap Pembangunan Manusia Pada Bidang Pendidikan dan Kesehatan di Indonesia. FEUI: Tesis. TEMPO.CO. (Januari 2014). Korupsi Sektor Kesehatan Capai Rp594M. Dipetik pada 3 Juni 2014 dari Capai-Rp-594-M Okpala, A., & Okpala, C. (2006). The Effects of Public School Expenditure and Parental Education on Youth Literacy in Subsahara Afrika. Journal of Third World Studies, XXIII, 2, 203. Association of Third World Studies. Pradipta, A. (2003). Analisis Pengaruh Pengeluaran Bidang Kesehatan dan Pendidikan Pemerintah Propinsi-Propinsi di Indonesia. FEUI: Tesis. Rajkumar, A.S., & Swaroop, V. (2008). Public Spending and Outcomes: Does Governance Matter? Journal of Development Economics, 86, Washington, DC: Elsevier. Sari, K. (2006). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Akses Layanan Kesehatan dan Pendidikan. FEUI: Tesis. Sirait, R.A. (2010). Pengaruh Pengeluaran Publik Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Barat terhadap Angka Kematian Bayi: Analisis Data Panel. FEUI: Tesis. 16

20 Suhri, S. (2005). Pola Ketimpangan Kesehatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infant Mortality Rate dan Life Expectancy di Indonesia. FEUI: Tesis. Suryadarma, D. (2012). How Corruption Diminishes The Effectiveness of Public Spending on Education in Indonesia. Buletin of Indonesian Economic Studies, 48, 1, Tanzi, V., & Davoodi, H. (1997). Corruption, Public Investment, and Growth. IMF Working Paper WP/97/139. International Monetary Fund. Transparency International Indonesia. (2008). Measuring Corruption in Indonesia: Indonesian Corruption Perception Index 2008 and Bribery Index. Jakarta: Transparency International Indonesia. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Utami, D.R. (2007). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) di Bidang Pendidikan dan Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. FEUI: Tesis. Waluyo, A. (2010). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pembangunan Manusia dan Pengurangan Kemiskinan. FEUI: Tesis. 17

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI, SOSIAL DAN ADMINISTRASI/INSTUSI TERHADAP PERTUMBUHAN PROPINSI- PROPINSI DI INDONESIA SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI, SOSIAL DAN ADMINISTRASI/INSTUSI TERHADAP PERTUMBUHAN PROPINSI- PROPINSI DI INDONESIA SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI, SOSIAL DAN ADMINISTRASI/INSTUSI TERHADAP PERTUMBUHAN PROPINSI- PROPINSI DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pelaksanaan pemerintahan diserahkan kepada daerah itu sendiri secara

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pelaksanaan pemerintahan diserahkan kepada daerah itu sendiri secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan penyelenggaraan pemerintahan dikenal ada dua pendekatan yang menghubungkan pemerintah pusat dan daerah yaitu pendekatan secara sentralisasi dan pendekatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang cukup berpotensi untuk menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data adalah data panel dengan periode 2000-2009 dan cross section delapan negara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan gambaran dan analisis terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini juga menjelaskan pengaruh

Lebih terperinci

SKRIPSI DAMPAK PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

SKRIPSI DAMPAK PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH SKRIPSI DAMPAK PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH EDO BILLY ANDRI TURNIP 120501144 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN PEKERJA DAN PENGELUARAN PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN PEKERJA DAN PENGELUARAN PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN PEKERJA DAN PENGELUARAN PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Citra Ayu Basica Effendy Lubis Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia citrabasica@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut. 1. Untuk model kesehatan, kinerja perekonomian daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korupsi merupakan musuh bersama setiap negara, karena hal ini sudah menjadi fenomena mendunia yang berdampak pada seluruh sektor. Tidak hanya lembaga eksekutif tersandung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, POPULASI PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2005-2008 TESIS TONY IMAM TAUFIK NPM. 0906586884

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PADA 38 KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2011 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil Provinsi Jawa Timur sebagai lokasi penelitian untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto (PDRB) dan investasi terhadap

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA BERSIH TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERBUKA DI SEKTOR TRADING DENGAN PERIODE PENELITIAN TAHUN 2003 HINGGA 2007 SKRIPSI Diajukan sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Pembahasan mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah ditinjau dari beberapa hal. Pertama, proporsi belanja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DAN REAKSI PASAR STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005 DAN 2007 TESIS Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEPOSITO MUDHARABAH BANK SYARIAH DI INDONESIA TAHUN TESIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEPOSITO MUDHARABAH BANK SYARIAH DI INDONESIA TAHUN TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEPOSITO MUDHARABAH BANK SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2002.1 2009.12 TESIS ARYANTO YUDHO 0706181233 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIABEL SOSIAL EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINS I JAWA TIMUR TESIS

ANALISIS PENGARUH VARIABEL SOSIAL EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINS I JAWA TIMUR TESIS ANALISIS PENGARUH VARIABEL SOSIAL EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINS I JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random 67 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Estimasi Model Data Panel Estimasi model yang digunakan adalah regresi data panel yang dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (Tannia Octasari) 495 PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2009-2013 THE EFFECT OF ECONOMIC

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAY OF THE WEEK EFFECT TERHADAP IMBAL HASIL IHSG SERTA KAITANNYA DENGAN RESIKO PASAR MODAL PERIODE

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAY OF THE WEEK EFFECT TERHADAP IMBAL HASIL IHSG SERTA KAITANNYA DENGAN RESIKO PASAR MODAL PERIODE UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAY OF THE WEEK EFFECT TERHADAP IMBAL HASIL IHSG SERTA KAITANNYA DENGAN RESIKO PASAR MODAL PERIODE 2003-2007 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN INDIVIDU BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN INDIVIDU BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN INDIVIDU BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA UTARA DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Ari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016 PENGARUH APBD TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG TAHUN 2012-2014 Nama : SARTIKA LESTARI NPM : 28213285 Jurusan : AKUNTANSI Pembimbing : HARYONO, SE., MM. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DISPARITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ANTAR KABUPATEN / KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA DISPARITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ANTAR KABUPATEN / KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA DISPARITAS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ANTAR KABUPATEN / KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS RAJA ISKANDAR MUDA RAMBE NPM: 0606038686 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS FAKULTAS EKONOMI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK EKONOMI PERENCANAAN KOTA & DAERAH JAKARTA JULI 2010

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS FAKULTAS EKONOMI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK EKONOMI PERENCANAAN KOTA & DAERAH JAKARTA JULI 2010 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) BANTAR GEBANG BEKASI TESIS MARTHIN HADI JULIANSAH 0706181725 FAKULTAS EKONOMI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH DANA OTONOMI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI ACEH OLEH. Andrika Sembiring

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH DANA OTONOMI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI ACEH OLEH. Andrika Sembiring SKRIPSI ANALISIS PENGARUH DANA OTONOMI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI ACEH OLEH Andrika Sembiring 110501110 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

ANALISIS ALOKASI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN

ANALISIS ALOKASI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN ANALISIS ALOKASI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN JURNAL Oleh: Nama : Moristha Alodia Nomor Mahasiswa : 12313164 Jurusan : Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

RADIANA MAHAGA

RADIANA MAHAGA EVALUASI DAMPAK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN TAHAP DUA (P2KP-2) DI JAWA BARAT TERHADAP TINGKAT KONSUMSI MASYARAKAT TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.12 No.3 Tahun 2012 ANALISIS EFISIENSI BELANJA DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2011 Fathiyah 1 Abstract Analysis of Jambi Provincial Government Expenditure In 2011 performed using Analysis of Variance, Growth Ratio

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dunia. Berdasarkan survei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dunia. Berdasarkan survei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia termasuk negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Berdasarkan survei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun ) ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan stabilnya kondisi harga dan terbukanya kesempatan peningkatan pembangunan yang luas, baik berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing ekonomi menunjukkan kemampuan suatu wilayah menciptakan nilai tambah untuk mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT DAN KEBIJAKAN PENANGGULANNYA. Oleh: Bakri, Syafrizal, Hasdi Aimon.

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT DAN KEBIJAKAN PENANGGULANNYA. Oleh: Bakri, Syafrizal, Hasdi Aimon. ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT DAN KEBIJAKAN PENANGGULANNYA Oleh: Bakri, Syafrizal, Hasdi Aimon Abstract This study aims to analyze and determine the effect of:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DETERMINAN TINGKAT KEJAHATAN PROPERTI DI JAWA TAHUN 2007 SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DETERMINAN TINGKAT KEJAHATAN PROPERTI DI JAWA TAHUN 2007 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DETERMINAN TINGKAT KEJAHATAN PROPERTI DI JAWA TAHUN 2007 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi RIZKI ABINUL HAKIM 0604000617 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ix HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK REALISASI APBD TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA BINJAI SKRIPSI. Diajukan oleh :

ANALISIS DAMPAK REALISASI APBD TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA BINJAI SKRIPSI. Diajukan oleh : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS DAMPAK REALISASI APBD TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA BINJAI SKRIPSI Diajukan oleh : ABDUL AZIZ NASUTION 060501032 Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia. Otonomi daerah sudah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 5 Tahun 1975 tentang Pokok-Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dan banyak provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota, kecamatan, kelurahan dan dibagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... Judul : Pengaruh Pembiayaan Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks Kualitas Manusia Serta Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2011-2015 Nama : I Gede Komang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan data yang berupa laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, PARTISIPASI PEREMPUAN BEKERJA, ANGKA MELEK HURUF, KETERBUKAAN EKONOMI, DENGAN TINGKAT KORUPSI DI INDONESIA

HUBUNGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, PARTISIPASI PEREMPUAN BEKERJA, ANGKA MELEK HURUF, KETERBUKAAN EKONOMI, DENGAN TINGKAT KORUPSI DI INDONESIA HUBUNGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, PARTISIPASI PEREMPUAN BEKERJA, ANGKA MELEK HURUF, KETERBUKAAN EKONOMI, DENGAN TINGKAT KORUPSI DI INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat- Syarat

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISIS DESENTRALISASI FISKAL, SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BLORA

ABSTRAK ANALISIS DESENTRALISASI FISKAL, SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BLORA ABSTRAK ANALISIS DESENTRALISASI FISKAL, SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BLORA Oleh : Reza Okky Saktia F0112080 Skripsi ini meneliti secara empiris pengaruh

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA VECTOR ERROR CORRECTION MODEL (VECM) PADA HUBUNGAN PENYALURAN KREDIT, KAPITALISASI PASAR MODAL DAN SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (Studi Kasus di Indonesia Periode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan absolut (absolute poverty) merupakan salah satu masalah ekonomi utama yang dihadapi sebagian besar pemerintahan di dunia. Data World Bank pada tahun

Lebih terperinci

URBANISASI, INDUSTRIALISASI, PENDAPATAN, DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Al Muizzuddin Fazaalloh 1

URBANISASI, INDUSTRIALISASI, PENDAPATAN, DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Al Muizzuddin Fazaalloh 1 URBANISASI, INDUSTRIALISASI, PENDAPATAN, DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Al Muizzuddin Fazaalloh 1 Abstrak Paper ini meneliti tentang dampak industrialiasi, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI DAN DERAJAT OTONOMI FISKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEREKONOMIAN DAERAH DALAM PELASANAAN OTONOMI DI KABUPATEN PROBOLINGGO

ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI DAN DERAJAT OTONOMI FISKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEREKONOMIAN DAERAH DALAM PELASANAAN OTONOMI DI KABUPATEN PROBOLINGGO ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI DAN DERAJAT OTONOMI FISKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEREKONOMIAN DAERAH DALAM PELASANAAN OTONOMI DI KABUPATEN PROBOLINGGO The Analysis of effectivity, efficiency and degree of

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian dilakukan di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Dengan pertimbangan di setiap wilayah mempunyai sumber daya dan potensi dalam peningkatan pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA Mita Pangestika 1 *Jurusan Statistika FIMIPA Universitas Islam Indonesia *mitapanges@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN OLEH ROSE LINARTI SIHOMBING

SKRIPSI ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN OLEH ROSE LINARTI SIHOMBING SKRIPSI ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN OLEH ROSE LINARTI SIHOMBING 080501110 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI

Lebih terperinci

Kata Kunci: PAD, Belanja Modal, DAU, IPM

Kata Kunci: PAD, Belanja Modal, DAU, IPM Judul : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal pada Indeks Pembangunan Manusia dengan Dana Alokasi Umum sebagai Variabel Pemoderasi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Nama : Putu Milan Pradnyantari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sembilan Negara Asia Tahun

Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sembilan Negara Asia Tahun Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sembilan Negara Asia Tahun 2011-2014 Yosafat Charisma Aloysius Gunadi Brata Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia di Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia di Indonesia tahun 005-008, dengan variabel yang mempengaruhinya yaitu pertumbuhan ekonomi, pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, Indonesia dijadikan sebagai objek penelitian untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, ekspor dan jumlah penduduk terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pemerintah kabupaten/kota dan UU Nomor 25 tahun 1999 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pemerintah kabupaten/kota dan UU Nomor 25 tahun 1999 mengenai BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang mengacu pada UU Nomor 22 tahun 1999 mengenai pemerintah kabupaten/kota dan UU Nomor 25 tahun 1999 mengenai perimbangan keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume xx, No. x (tahun), hal xx xx. ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan

I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan I..PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN SPATIAL ERROR MODEL PADA PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN SPATIAL ERROR MODEL PADA PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN SPATIAL ERROR MODEL PADA PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA oleh WINDY RIZKI ADITA M0112091 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT

UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT TESIS YAGI SOFIAGY 0906586921 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PEMETAAN BAHAYA GENANGAN PASANG AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR. Dimas Musa Sulistio Aulia El Hadi

PEMETAAN BAHAYA GENANGAN PASANG AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR. Dimas Musa Sulistio Aulia El Hadi PEMETAAN BAHAYA GENANGAN PASANG AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR Dimas Musa Sulistio Aulia El Hadi musadimas@gmail.com Sukamdi sukamdi@ugm.ac.id ABSTRACT In recent years, the demographic

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Dampak Dana Alokasi Khusus terhadap Pelayanan Publik Daerah ( Kondisi Infrastruktur dan Indikator Pelayanan Publik ) A. Dampak Alokasi DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada 2010-2011 Tim Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL DEEPENING PADA SEKTOR PERBANKAN DAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TESIS AZHARI NORMAN

ANALISIS PENGARUH FINANCIAL DEEPENING PADA SEKTOR PERBANKAN DAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TESIS AZHARI NORMAN UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH FINANCIAL DEEPENING PADA SEKTOR PERBANKAN DAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TESIS AZHARI NORMAN 0806429763 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ARUS KAS MASA MENDATANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ARUS KAS MASA MENDATANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ARUS KAS MASA MENDATANG (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015) TUGAS AKHIR LESTARI 1131002051

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengentasan kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak hanya menjadi permasalahan bagi

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH DAU, PAD, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA SUMATERA UTARA OLEH

SKRIPSI PENGARUH DAU, PAD, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA SUMATERA UTARA OLEH SKRIPSI PENGARUH DAU, PAD, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA SUMATERA UTARA OLEH DWI KURNIA BUDIARTI 120501019 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Kesenjangan Peran Pemerintah dalam Perekonomian dan Rasio PNS-Penduduk Antar Provinsi di Indonesia

Kesenjangan Peran Pemerintah dalam Perekonomian dan Rasio PNS-Penduduk Antar Provinsi di Indonesia Kesenjangan Peran Pemerintah dalam Perekonomian dan Rasio PNS-Penduduk Antar Provinsi di Indonesia Yuliana Ria Uli Sitanggang, S.Si, M.Si Widyaiswara Madya Pusdiklat BPS Jalan Jagakarsa No.70 Lenteng Agung,

Lebih terperinci

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci