BAB I PENDAHULUAN. adanya kombinasi Immune Thrombocytopenia Purpura (ITP) dan anemia
|
|
- Djaja Deddy Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Evans syndrome merupakan suatu keadaan kelainan imun yang ditandai adanya kombinasi Immune Thrombocytopenia Purpura (ITP) dan anemia hemolitik autoimun (AIHA) yang terjadi secara bersamaan atau bergantian, tanpa etiologi yang jelas. Kondisi ini umumnya berlangsung kronis dan ditandai eksaserbasi dan remisi. Evans syndrome ditegakkan bila penyebab lain sitopenia autoimun seperti kondisi rheumatologic, keganasan, sepsis dan sindrom imunodefisiensi telah disingkirkan. 1,2 Evans syndrome merupakan suatu diagnosis yang jarang dan angka kejadian yang pasti tidak diketahui. Evans syndrome pertama kali digambarkan pada tahun 1951 oleh Robert Evans ketika menyatakan bukti adanya hubungan antara acquired haemolytic anemia dan primary thrombocytopenic purpura. Syndrome ini dapat dialami baik laki-laki maupun perempuan, semua etnis dan semua usia. Pendekatan terapi hampir sama dengan AIHA dan ITP namun pada pasien ini memiliki kejadian relaps yang sangat sering dan membutuhkan terapi multi-agent. 2 Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis dan penatalaksanaan Evans syndrome. 1
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Evans syndrome merupakan suatu keadaan kelainan imun yang ditandai adanya kombinasi Immune Thrombocytopenia Purpura (ITP) dan anemia hemolitik autoimun (AIHA) yang terjadi secara bersamaan atau bergantian, tanpa etiologi yang jelas. Kondisi ini umumnya berlangsung kronis dan ditandai eksaserbasi dan remisi. Evans syndrome ditegakkan bila penyebab lain sitopenia autoimun seperti kondisi rheumatologic, keganasan, sepsis dan sindrom imunodefisiensi telah disingkirkan. 1,2 SEJARAH Evans syndrome pertama kali digambarkan pada tahun 1951 oleh Robert Evans ketika menyatakan bukti adanya hubungan antara acquired haemolytic anemia dan primary thrombocytopenic purpura. Pada 24 pasien yang berumur 3-78 tahun, 4 anemia hemolitik disertai dengan trombositopenia namun tidak ada purpura, 6 dengan trombositopenia purpura primer dengan sensitisasi eritrosit namun tidak ada hemolisis dan 4 dengan hemolitik autoimun dan trombositopenia purpura (pasien yang lain digambarkan memiliki acquired haemolytic anemia (10 orang) atau trombositopeni purpura (5 orang)). Observasi terhadap kesamaan respon splenektomi mengarahkan Evans kemungkinan kelainan tersebut memiliki etiologi yang sama. Acquired haemolytic anemia dikarenakan autoantibodi, Evans 2
3 memperkirakan trombositopenia memiliki kesamaan penyebab yaitu karena autoantibodi terhadap trombosit, hipotesis ini didukung dengan adanya faktor platelet-agglutin-acting di dalam serum. Anemia dan trombositopenia dicirikan dengan variable onset, perjalanan penyakit dan respon terapi dan remisi spontan dan eksasebasi yang sering. 1 EPIDEMIOLOGI Evans syndrome merupakan suatu diagnosis yang jarang dan angka kejadian yang pasti tidak diketahui. Penelitian pada pasien dewasa dengan imunositopenia dari tahun 1950 sampai 1958 termasuk 399 kasus AIHA dan 367 kasus trombositopenia, hanya enam dari 766 pasien mengalami Evans syndrome. Syndrome ini dapat dialami baik laki-laki maupun perempuan, semua etnis dan semua usia. Usia yang terdapat pada anak antara 5,5 7,7 tahun. 3,4 PATOFISIOLOGI Meskipun Evans syndrome diperkirakan akibat gangguan regulasi imun, patofisologi yang pasti belum diketahui. Namun ada bukti yang menyatakan bahwa Evans syndrome akibat kelainan imunitas seluler dan humoral. 2 AIHA merupakan suatu kelainan dimana terdapat antibodi terhadap eritrosit sehingga umur erotrosit memendek. Perusakan ini terjadi melalui aktivasi sistem komplemen, aktivasi mekanisme selular, atau kombinasi keduanya. 5 Secara keseluruhan aktivasi sistem komplemen akan menyebabkan hancurnya membran eritrosit dan terjadilah hemolisis intravaskular yang ditandai 3
4 dengan hemoglobinemia dan hemoglobinuria. Sistem komplemen akan diaktifkan melalui jalur klasik ataupun jalur alternatif. Antibodi yang memiliki kemampuan mengaktifkan jalur klasik adalah IgM, IgG1, IgG2, IgG3. IgM disebut sebagai aglutinin tipe dingin karena antibodi ini berikatan dengan antigen polisakarida pada permukaan eritrosit pada suhu dibawah suhu tubuh. Antibodi IgG disebut aglutinin hangat karena bereaksi dengan antigen permukaan eritrosit pada suhu tubuh. 6 Pada aktivasi komplemen jalur klasik, reaksi diawali dengan aktivasi C1 suatu protein yang dikenal sebagai recognition unit. C1 akan berikatan dengan kompleks imun antigen-antibodi dan menjadi aktif serta mampu mengkatalisis reaksi-reaksi pada jalur klasik. Fragmen C1 akan mengaktifkan C4 dan C2 menjadi suatu kompleks C4b,2b (dikenal sebagai C3-convertase). C4b,2b akan memecah C3 menjadi fragmen C3b dan C3a. C3b mengalami perubahan konformasional sehingga mampu berikatan secara kovalen dengan partikel yang mengaktifkan komplemen. C3 juga akan membelah menjadi C3d,g dan C3c. C3d dan C3g akan tetap berikatan dengan membran eritrosit dan merupakan produk final aktivasi C3. C3b akan membentuk kompleks dengan C4b,2b menjadi C4b2b3b (C5 convertase). C5 convertase akan memecah C5 menjadi C5a dan C5b yang berperan dalam kompleks penghancur membran. Kompleks penghancur membran terdiri dari molekul C5b, C6, C7, C8, dan beberapa molekul C9. Kompleks ini akan menyisip ke dalam membran sel sebagai suatu aluran transmembran sehingga permeabilitas membran normal akan terganggu. Air dan ion akan masuk ke dalam sel sehingga sel membengkak dan ruptur. 6 4
5 Jika sel darah merah disensitisasi dengan IgG yang tidak berikatan dengan komplemen atau berikatan dengan komplemen namun tidak terjadi aktivasi komplemen lebih lanjut, maka eritrosit tersebut akan dihancurkan oleh sel retikuloendotelial. Proses immune adherence ini sangat penting bagi perusakan eritrosit yang diperantarai sel immunoadherence, terutama yang diperantarai IgG- FcR akan menyebabkan fagositosis. 6 ITP merupakan suatu kelainan didapat yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia (< /ul) oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel akibat adanya autoantibodi terhadap trombosit yang biasanya berasal dari IgG. Trombosit yang diselimuti oleh autoantibodi IgG akan mengalami percepatan pembersihan di lien dan hati setelah berikatan dengan reseptor Fcg yang diekspresikan oleh makrofag jaringan. Adanya trombositopenia pada ITP akan mengakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem vaskular dan faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal. 7 Faktor pemicu produksi autoantibodi tidak diketahui. Kebanyakan pasien mempunyai antibodi terhadap glikoprotein pada permukaan trombosit pada saat penyakit terdiagnosis secara klinis. Pada awalnya glikoprotein IIb/IIIa dikenali oleh autoantibodi, sedangkan antibodi yang mengenali glikoprotein Ib/IX belum terbentuk pada tahap ini. Trombosit yang diselimuti autoantibodi akan berikatan dengan sel penyaji antigen (makrofag atau sel dendritik) melalui reseptor Fcg kemudian mengalami proses internalisasi dan degradasi. Sel penyaji antigen tidak 5
6 hanya merusak glikoprotein IIb/IIIa, tetapi juga memproduksi epitop kriptik dari glikoprotein trombosit yang lain. Sel penyaji antigen yang teraktivasi mengekspresikan peptide baru pada permukaan sel dengan bantuan kostimulasi dan sitokin yang berfungsi memfasilitasi proliferasi inisiasi CD4-positif T cell clone 1 dan spesifisitas tambahan (T cell clone 2). Reseptor sel immunoglobulin sel B yang mengenali antigen trombosit dengan demikian akan menginduksi proliferasi dan sintesis antiglikoprotein Ib/IX antibodi dan juga meningkatkan produksi anti-glikoprotein IIb/IIIa antibodi oleh B-cell clone 1. 7 Penelitian pada 6 orang anak ditemukan penurunan kadar sel T4 (Thelper), peningkatan T8 (T-supresor) dan rasio T4:T8 menurun dibandingkan dengan kontrol normal dan pasien dengan ITP kronik. Pasien anak umur 12 tahun ditemukan penurunan rasio CD4:CD8 meskipun jumlah limfosit CD4 dan CD8 berkurang bahkan setelah splenektomi. Juga ditemukan peningkatan produksi interleukin-10 dan interferon-γ yang mengakibatkan aktivasi autoreaktifitas, antibody-producing B cells. Kelainan imunitas seluler tidak jelas karena mereka juga ditemukan pada kondisi autoimun yang lain dan berhubungan dengan infeksi virus dan tidak spesifik Evans syndrome. 1 6
7 Gambar 1. Patogenesis Penyebaran Epitop pada ITP MANIFESTASI KLINIS Pasien dapat bergejala seperti AIHA atau ITP. Neutropenia terjadi pada 55% pasien atau pansitopenia. Terjadinya sitopenia kedua pada beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah sitopenia akibat rekasi imun yang pertama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pucat, ikterik, tanda-tanda gagal jantung pada kasus yang parah, petekie, perdarahan mukokutaneus, limfadenopati, hepatomegali dan/atau splenomegali yang mengakibatkan nyeri abdomen. Kondisi limfadenopati dan organomegali dapat bersifat kronik atau intermiten dan pada 7
8 beberapa kasus hanya muncul pada episode eksaserbasi akut. Urin berwarna gelap karena terjadi hemoglobinuri. 3,4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan darah lengkap sebagai sarana konfirmasi sitopenia dan apusan darah tepi dapat menunjukkan adanya polikromasia dan sferosit, dan dapat menyingkirkan diagnosis lain seperti keganasan, microangiopathic haemolytic anemia, hemolitik kongenital dan kondisi trombositopenia. Gambaran adanya hemolisis dapat terlihat dari peningkatan jumlah retikulosit, hiperbilirubinemia yang tidak terkonjugasi dan penurunan haptoglobin. Hemoglobin dijumpai di bawah 7 g/dl. Direct Antiglobulin Test (DAT)/ Direct Coomb s Test sebagian besar menunjukkan hasil positif, bahkan jika tidak ditemukan anemia hemolitik, dan IgG dan/atau C3 positif. Antibodi antiplatelet dan antibodi antigranulosit dapat positif, namun hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis. 3,4 Gambar 2. Morfologi Darah Tepi ditemukan Mikrosferosit dan Sel Polikromatik 8
9 DIAGNOSIS BANDING SLE, defisiensi IgA, CVID (Common Variable Immunodeficiency), acquired immunodeficiency syndrome, ALPS, PNH (Paroxysmal Nocturnal haemoglobinuria), acquired thrombotic thrombocytopenia purpura, defisiensi ADAMTS-13, haemolytic uremic syndrome (HUS) dan Kasabach-Merritt syndrome. 1,2 PENATALAKSANAAN Tatalaksana Evans syndrome masih merupakan suatu tantangan. Terapi lini pertama ialah kortikosteroid dan/atau immunoglobulin intravena (IVIG). Pada kondisi akut yang mengancam jiwa, transfusi dapat diberikan. Dosis prednisolon 1-4 mg/kg/hari, metilprednisolon IV 30 mg/kg/hari selama 3 hari kemudian 20 mg/kg/hari selama 4 hari, kemudian tiap 1 minggu diturunkan menjadi 10,5,2,1 mg/kg/hari. Steroid akan menurunkan kosumsi antibody-coated platelet oleh limpa dan sumsum tulang, menurunkan produksi antibodi, dan meningkatkan produksi trombosit, menurunkan protein reseptor Fcr pada makrofag. 7 Bagi pasien yang tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi steroid dapat diberikan IVIG. Pemberian IVIG 0,4 g/kg/hari selama 4 hari, bahkan beberapa ahli menyarankan 5 g/kg untuk meningkatkan respon pada AIHA. Pemberian berulang monoterapi IVIG atau kombinasi dengan steroid menunjukkan hasil yang baik. Juga pada anak di bawah dua tahun, dimana pemberian steroid dapat menyebabkan supresi imun dan gangguan pertumbuhan. IVIG bersifat menghambat reseptor Fc sel retikuloendotelial, supresi produksi 9
10 antibodi. Sebagian besar pasien akan mengalami relaps jika terapi dihentikan sehingga memerlukan terapi lini kedua. 8 Terapi lini kedua berupa agen imunosupresi (siklosporin, mycophenolate mofetil dan danazol), antibodi monoklonal: rituximab dan kemoterapi (vincristine). Splenektomi juga merupakan terapi lini kedua. Penggunaan terapi lini kedua berdasarkan kriteria klinis, umur pasien, keparahan penyakit dan riwayat perjalanan penyakit yang berhubungan dengan efek samping terapi. 1 Gambar 3. Tatalaksana Evans Syndrome Siklosporin untuk Evans syndrome ialah 5-10 mg/kg/hari diberikan dua kali sehari. Siklosporin digunakan sebagai pendekatan multi-agent, protocol menurut Scaradavou dan Bussel tahun 1995: 1,2 I. steroid + IVIG II. pulsed IV steroid, IVIG, vincristine IV dan danazol oral 10
11 III. oral siklosporin (5-6 mg/kg/hari) Williams dan Boxer tahun 2003 mengobati 4 orang anak dengan Evans syndrome yang refrakter dengan pemberian steroid dan IVIG, sehingga diberikan vincristine (1,5 mg/m 2 /minggu) dan metilprednisolon (100 mg/m 2 /minggu) sampai jumlah trombosit >50x10 9 /L yang diberikan bersama oral siklosporin 5-7 mg/kg dua kali sehari. Hasilnya tiga dari empat anak mencapai respon komplit setelah 4-12 bulan terapi. 9 Mycophenolate mofetil (MMF) suatu inhibitor poten inosine monophosphate dehydrogenase, menghambat proliferasi limfosit. Dosis yang diberikan 500 mg dua kali sehari, setelah dua minggu dosis dinaikkan menjadi 1 gram dua kali sehari. Obat ini digunakan jika tidak efektif dengan terapi siklosporin. 1,2 Vincristine menghambat microtubule-dependent. Vincristine diberikan 1,5 mg/m 2 /minggu IV selama 3 minggu. Digunakan sebagai terapi multi-agent bersama dengan imunosupresan yang lain. 7 Rituximab merupakan antibodi monoklonal dengan target CD20 pada limfosit B, dapat diberikan 375 mg/m2/dosis, pemberian 4 kali (1 kali tiap minggu). Remisi parsial dan remisi komplit terjadi 40%, sedangkan remisi minor terjadi 12%. Efek samping terapi ini antara laindemam, mual, hipotensi. 10 Splenektomi sebagai terapi lini kedua pada pasien yang tidak berespon atau mengalami relaps terhadap pemberian terapi standar steroid dan IVIG. Splenektomi akan menghilangkan tempat utama penghancuran eritrosit. Hemolisis masih bisa terus berlangsung setelah splenektomi, namun akan dibutuhkan jumlah 11
12 eritrosit terikat antibodi dalam jumlah yang jauh lebih banyak untuk menimbulkan kerusakan eritrosit yang sama. Splenektomi tidak boleh dilakukan pada anak <6 tahun. 1,7 Terapi lini ketiga digunakan untuk pasien dengan penyakit yang sangat parah, relaps setelah terapi lini kedua. Agen yang digunakan siklofosfamid, alemtuzumab atau stem cell transplantation (SCT). Bagi pasien dewasa tua SCT bukanlah pilihan karena mortalitas yang tinggi dan angka kegagalan pada Evans syndrome, namun bagi pasien anak-anak dengan relaps kronik dan keadaan mengancam nyawa. SCT dari human leucocyte antigen (HLA) merupakan suatu pilihan yang memberikan prospek yang nyata. 1 Siklofosfamid menginduksi remisi trombositopenia pada pasien refrakter dengan dosis 1-2 mg/kg/hari selama 2-3 bulan. Alemtuzumab merupakan antibodi monoklonal IgG yang spesifik terhadap antigen CD52 pada limfosit T dan B, monosit, dan eosinofil. Alemtuzumab diberikan dengan dosis 10 mg/hari selama 10 hari melalui infus intravena. Haemopoietic stem cell transplantation (SCT). Autolog dan allogenik SCT telah digunakan pada beberapa orang pasien dengan Evans syndrome dan 50% pasien tersebut bertahan hidup dengan remisi komplit. 1,7 12
13 Gambar 4. Pendekatan Terapi ITP Pada umumnya obat yang digunakan untuk terapi awal ITP menghambat terjadinya klirens antibodi yang menyelimuti trombosit oleh ekspresi reseptor Fcg pada makrofag jaringan. Splenektomi sedikitnya bekerja pada sebagian mekanisme ini namun mungkin pula mengganggu interaksi sel T dan sel B yang terlibat dalam sintesis antibodi pada beberapa pasien. Kortikosteroid dapat pula meningkatkan produksi trombosit dengan cara mengalangi kemampuan makrofag dalam sumsum tulang untuk menghancurkan trombosit, sedangkan trombopoetin 13
14 berperan merangsang progenitor megakariosit. Beberapa imunosupresan nonspesifik seperti siklosforin bekerja pada tingkat sel T. Antibodi monoklonal terhadap CD 154 yang saat ini menjadi target uji klinik, merupakan kostimulasi molekul yang diperlukan untuk mengoptimalkan sel T makrofag dan interaksi sel T dan sel B yang terlibat dalam produksi antibodi. Antibodi monoklonal yang mengenali ekspresi CD20 pada sel-sel B juga masih dalam penelitian. Plasmaferesis dapat mengeluarkan antibodi sementara dari plasma. Transfusi trombosit diperlukan pada kondisi darurat untuk terapi perdarahan. 7 PROGNOSIS Evans syndrome memiliki episode rekuren relaps dan remisi baik untuk ITP maupun AIHA. Episode terjadinya ITP lebih sering dibandingkan AIHA. Hanya sebagian kecil pasien mengalami penyembuhan komplit dan sebagian besar memiliki perjalanan penyakit yang berlangsung kronik. Penyebab kematian pada pasien ialah akibat perdarahan atau sepsis. 6 14
15 BAB III PENUTUP Pendekatan terapi hampir sama dengan AIHA dan ITP namun pada pasien ini memiliki kejadian relaps yang sangat sering dan membutuhkan terapi multiagent. Terapi lini pertama digunakan untuk kondisi akut dapat diberikan kortikosteroid dan IVIG. Terapi lini kedua dapat digunakan multi-agent, siklosporin, MMF dan rituximab. Splenektomi hanya memberikan respon jangka pendek namun dapat menurunkan terjadinya relaps. Stem Cell Transplantation (SCT) dilakukan pada kasus yang sangat parah dan bersifat refrakter. Allogenic SCT lebih baik jika dibandingkan autolog SCT namun keduanya memiliki risiko morbiditas dan mortalitas akibat reaksi transplantasi. Terapi dengan dosis tinggi dan dukungan stem cell memberikan harapan kesembuhan jangka panjang. 15
BAB I PENDAHULUAN. Anemia hemolitik otoimun (autoimmune hemolytic anemia /AIHA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Anemia hemolitik otoimun (autoimmune hemolytic anemia /AIHA) merupakan salah satu penyakit otoimun di bagian hematologi. AIHA tergolong penyakit yang jarang, akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk
Lebih terperinciAnemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK
Anemia Hemolitik Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK Anemia hemolitik didefinisikan : kerusakan sel eritrosit yang lebih awal.bila tingkat kerusakan lebih cepat dan kapasitas sumsum tulang
Lebih terperinciANEMIA HEMOLITIK. A. Definisi Anemia yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan destruksi eritrosit.
ANEMIA HEMOLITIK PENGANTAR A. Definisi Anemia yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan destruksi eritrosit. B. Etiologi 1. Defek eritrosit intristik : defek membran, kelainan metabolisme eritrosit, kelainan
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 1. DEFINISI
BAB I PENDAHULUAN Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) merupakan suatu penyakit yang belum diketahui pasti penyebabnya. Penyakit ITP itu termasuk ke dalam Trombocytopenia Akuisita. Kelainan ini dahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. autoantibody terhadap trombosit yang berasal dari Immunoglobulin G. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Purpura Trombositopenia Idiopatik (ITP) merupakan kelainan didapat yang berupa gangguan autimun yang mengakibatkan trombositopenia karena adanya penghancuran trombosit
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini
Lebih terperinciPatogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin
Patogenesis Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Cytokine-mediated signaling pertumbuhan dan ketahanan sel
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciKelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik
Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciLAPORAN TUTORIAL MODUL : Ilmu Penyakit Dalam TRIGGER 5. OLEH: Kelompok Tutorial XVII
LAPORAN TUTORIAL MODUL : Ilmu Penyakit Dalam TRIGGER 5 OLEH: Kelompok Tutorial XVII Fasilitator : dr.rifkind Malik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG 2012/2013 Trigger 5 : Bukan karena
Lebih terperinciACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR
ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hemofilia A adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X, dimana terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB II 1
BAB I PENDAHULUAN Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) akut, merupakan purpura trombositopenia yang paling sering pada masa anak, dihubungkan dengan ptekie, perdarahan mukokutan, dan kadang-kadang
Lebih terperinciRespon imun adaptif : Respon humoral
Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara
Lebih terperinciIDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA
IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA PENDAHULUAN Pupura Trombositopenia Idiopatik (PTI) merupakan suatu kelainan didapat yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya
Lebih terperinciIMUNITAS HUMORAL DAN SELULER
BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi
Lebih terperinciPERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep
PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep Pengertian Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah atau pencegahan kehilangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Dengue telah menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia internasional. Infeksi Dengue terutama Dengue Haemorrhagic
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.
digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel
Lebih terperinciKelainan darah pada lupus eritematosus sistemik
Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Lebih terperinciSEL SISTEM IMUN SPESIFIK
SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,
Lebih terperinciSOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006
SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 1. Imunitas natural :? Jawab : non spesifik, makrofag paling berperan, tidak terbentuk sel memori 2. Antigen : a. Non spesifik maupun spesifik,
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit multisistem yang disebabkan kerusakan jaringan akibat deposisi kompleks imun berupa ikatan antibodi dengan komplemen.
Lebih terperinciTATA LAKSANA IMUNODEFISIENSI PRIMER: PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
IMUNODEFISIENSI PRIMER TATA LAKSANA IMUNODEFISIENSI PRIMER: PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TATA LAKSANA IMUNODEFISIENSI PRIMER: PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi
Lebih terperinciSILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN
SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Fakultas : Kedokteran Program Studi : Pendidikan Dokter Blok : Hematologi Bobot : 4 SKS Semester : II Standar Kompetensi : etiologi, patogenesis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beratnya komplikasi medis dan bahkan menyebabkan kematian. (1)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemoterapi pada pasien keganasan sering diiringi dengan anemia, netropenia, trombositopenia, atau gabungan dari beberapa kondisi tersebut. Komplikasi ini berkontribusi
Lebih terperinciAnemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya
Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang
Lebih terperinciCASE REPORT EVANS SYNDROME IN 24 YEARS OLD WOMEN
CASE REPORT EVANS SYNDROME IN 24 YEARS OLD WOMEN Made Gita Ratnasari, Sianny Herawati, I Wayan Putu Sutirta Yasa, Anak Agung Wiradewi Lestari Departement of Clinical Pathology, Medical Faculty of Udayana
Lebih terperinciSISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS
SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ
Lebih terperinciImmunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age
Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta
Lebih terperinciKOMPLEMEN. Tabel 1 : Protein Sistem Komplemen Kaskade klasik Kaskade lektin Kaskade alternatif Kaskade lisis Protein fungsional: Clqrs C2 C3 C4
BAB 6 KOMPLEMEN 6.1. PENDAHULUAN Definisi: Komplemen, adalah senyawa yang mampu melisis sel yang diselimuti Ab, labil panas (rusak, jika dipanaskan pada suhu 56 C, selama 30 menit). Protein Sistem Komplemen
Lebih terperinciRPKPS Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Dan Bahan Ajar IMUNUNOLOGI FAK Oleh : Dr. EDIATI S., SE, Apt
RPKPS Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Dan Bahan Ajar IMUNUNOLOGI FAK 3821 Oleh : Dr. EDIATI S., SE, Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2003 Nama Mata Kuliah : Imunologi Kode /
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal
Lebih terperinciBerdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperinciPengobatan yang menggunakan bagian tertentu dari sistem imun untuk menyembuhkan penyakit. Sering disebut juga biologic therapy atau biotherapy.
Ika Puspita Dewi 1 Pengobatan yang menggunakan bagian tertentu dari sistem imun untuk menyembuhkan penyakit. Sering disebut juga biologic therapy atau biotherapy. Dapat dilakukan dengan : Menstimulasi
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,
Lebih terperinciSistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr
Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak
Lebih terperinciImunisasi: Apa dan Mengapa?
Imunisasi: Apa dan Mengapa? dr. Nurcholid Umam K, M.Sc, Sp.A Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Jogjakarta Penyebab kematian pada anak di seluruh dunia Campak
Lebih terperinciHasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64
14 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Frekuensi Karakteristik Trombosit, Perdarahan Kulit, Petechiae, Perdarahan Mukosa, Epistaxis, Perdarahan Gusi, Melena 60 Hasil Uji Statistik Trombosit
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed
FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran
Lebih terperinciBAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan
Lebih terperinci: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar
Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Lebih terperinciA. Pendahuluan. 1. ITP akut
A. Pendahuluan Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan didapat yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran trombosit secara
Lebih terperinciShabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H
Shabrina Jeihan M XI MIA 6 G O LO N G A N D A R A H,U JI G O LO N G A N D A R A H D A N SISTEM TR A N SFU SI D A R A H G olongan darah Golongan darah -> klasifikasi darah suatu individu berdasarkan ada
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada
4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Atopi dan uji tusuk kulit Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada tempatnya dan sering digunakan untuk menggambarkan penyakit yang diperantarai
Lebih terperinciSistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus
Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rheumatoid arthtritis 1. Definisi Kata arthtritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthtron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting dalam hemostasis, yakni suatu proses penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak (Ciesla,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana
Lebih terperincileukemia Kanker darah
leukemia Kanker darah Pendahuluan leukemia,asal kata dari bahasa yunani leukos-putih,haima-darah. leukemia terjadi ketika sel darah bersifat kanker yakni membelah tak terkontrol dan menggangu pembelahan
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciLeukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e
BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,
PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Leukemia Mieloid Akut (LMA) adalah salah satu kanker darah yang ditandai dengan transformasi ganas dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid. Bila
Lebih terperinciUPAYA PENCEGAHAN CEDERA PADA KLIEN IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA DI RSUD PANDAN ARANG
UPAYA PENCEGAHAN CEDERA PADA KLIEN IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA DI RSUD PANDAN ARANG PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Keperawatan
Lebih terperinciImunologi Transplantasi. Marianti Manggau
Imunologi Transplantasi Marianti Manggau Golongan darah ABO dan sistem HLA merupakan antigen transplantasi utama, sedang antibodi dan CMI (cell mediated immunity) berperan pada penolakan imun. Kemungkinan
Lebih terperinciREAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)
REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang terkandung seperti polisakarida,
Lebih terperinciMAKALAH SEROLOGI DAN IMUNOLOGI
MAKALAH SEROLOGI DAN IMUNOLOGI ANTIGEN DAN ANTIBODI DISUSUN OLEH : Kelompok : I (Satu) 1. Abdullah Halim (12 01 01 001) 2. Andera Meka Susu (12 01 01 002) 3. Andrean Revinaldy (12 01 01 003) 4. Andri Rinaldi
Lebih terperinciLimfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma
Lebih terperinciPenatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Dewasa. Dr. Ratih Dewi
Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Dewasa Dr. Ratih Dewi Pendahuluan Infeksi virus dengue Manifestasi klinis -demam, nyeri otot, nyeri sendi -leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia.
Lebih terperinciTEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN
TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciRESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN
BAB 10 RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN 10.1. PENDAHULUAN Virus, bakteri, parasit, dan fungi, masing-masing menggunakan strategi yang berbeda untuk mengembangkan dirinya dalam hospes dan akibatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DBD (Demam Berdarah Dengue) DBD adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi
Lebih terperinciMengenal Penyakit Kelainan Darah
Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan pada usus besar dan rektum. Gangguan replikasi DNA di dalam sel-sel usus yang diakibatkan oleh inflamasi kronik dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang paling sering dijumpai pada anak. Data di Departemen Ilmu Kesehatan Anak,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan jenis penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada anak. Data di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 11 Waktu : 50 menit Pokok bahasan : 1. Hemostasis (Lanjutan) Subpokok bahsan : a. Evaluasi hemostasis di laboratorium. b. Interpretasi hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Trombosit merupakan salah satu komponen sel darah yang tidak berinti dalam jumlah normal 150-450x10 9 sel/l. Ukuran sel ini bervariasi dengan rerata diameter 8-10 fl
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,
Lebih terperinciPEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dipengaruhi epidemi ini ditinjau dari jumlah infeksi dan dampak yang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Epidemi Human immunodeficiency virus (HIV) / Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan krisis global dan tantangan yang berat bagi pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom nefrotik (SN, Nephrotic Syndrome) merupakan salah satu penyakit ginjal terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinik
Lebih terperinciLEUKEMIA. Disusun Oleh: DIAN SHEILA APRILIA HANAN MEI FATMAWATI
LEUKEMIA Disusun Oleh: DIAN SHEILA APRILIA HANAN MEI FATMAWATI Anatomi dan Fisiologi Fungsi darah SEL DARAH darah adalah jaringan ikat bentuk cair volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus Human Immunodeficiency
Lebih terperinciFAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS
FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang
Lebih terperinci