BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh negara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh negara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pendidikan nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh negara dengan mempertimbangkan sosiokultural, psikologis, ekonomi dan politik. Pendidikan tersebut ditujukan untuk membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang berkepribadian nasional. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan dalam bidang kehidupan budaya lainnya. Seiring pesatnya perkembangan kehidupan manusia pada era globalisasi dan informasi, muncul pula berbagai persoalan pendidikan seputar kehidupan sosial budaya. Hal itu disebabkan karena sekolah-sekolah tempat berlangsungnya pendidikan formal bagi para generasi muda penerus bangsa belum mampu menyatu dalam satu gerakan yang terencana, terarah, terpadu, sistematis, dan berkelanjutan dengan kehidupan masyarakat sekitar. Ilmu Pengetahuan Sosial bertugas mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepekaan terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif untuk perbaikan segala ketimpangan, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya 1

2 2 sendiri maupun dalam masyarakat. Tujuan utama dari pengajaran studi sosial, sebagaimana yang dikemukakan Fenton (1967: 149), yaitu: 1. Sosial studies prepare children to be good citizenship. 2. Sosial studies teach children how to think. 3. Sosial studies pass on the culture heritage. Mata pelajaran IPS di SMP yang mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Permen nomor 22/2006 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Mengenal konsep konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat local, nasional, dan global. Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS di sekolah diselaraskan dengan maraknya permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, termasuk di antaranya adalah untuk mengantisipasi permasalahan yang ditimbulkan oleh berkembangnya kebiasaan penyalahgunaan narkotika dalam masyarakat.

3 3 Melihat tujuan IPS yang dikemukakan oleh Fenton di atas, pendidikan IPS merupakan program pendidikan yang dibangun oleh dua disiplin ilmu yaitu ilmu pendidikan dan ilmu sosial. Menurut NCSS (Somantri, 2001: 73), IPS didefinisikan sebagai the integrated study of sosial sciences nd humanities to promote civic competence. Within the school program, sosial studies provides coordinated, sistematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion and sociology as well as appropriate content from the humanities, mathematic and natural sciences. The primary purpose of sosial studies is to help young people develop the ability to make onformed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in a interdependent world. Ini berarti pendidikan IPS mencakup kajian-kajian yaitu, pertama Sosial Studies Taught as Citizenship Transmission merupakan pendekatan yang paling luas dan diterima dalam pengajaran studi sosial. Salah satu kekuatan yang ingin ditumbuhkan ialah harga diri manusia. Nilai-nilai utama yang terkandung dalam pengajaran IPS juga menjadi tujuan dan pokok-pokok pikiran dalam pendidikan kewarganegaraan. Pembelajaran IPS diharapkan dapat membentuk karakter siswa menjadi warga negara yang baik, karena warga negara yang baik itu dipandang sangat berhubungan erat dengan daya tahan republik atau partisipasi dari tiap anak dalam kehidupan yang baik. Kedua Sosial Studies Taught as Sosial Science merupakan pendekatan terpadu yang disajikan menurut metode berpikir para ilmuan sosial, karena IPS berasal dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Berdasarkan hal itu pula IPS dikembangkan yaitu dengan melihat berbagai

4 4 persoalan yang ada dari kacamata ilmu-ilmu sosial yaitu ekonomi, sejarah, geograpi, antropologi, sosiologi, hukum, politik dan sosiologi, termasuk juga humaniora, matematika dan ilmu alam. Ketiga Sosial Studies Taught as Reflective Inquiry merupakan kebiasaan bertindak yaitu mengambil suatu informasi dan merefleksikannya menurut intepretasi sebagai kesimpulan yang benar. Reflective Inquiry adalah metode berpikir yang menekankan pada proses tahapan berpikir siswa sendiri dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan baik, sehingga pada akhirnya siswa mendapatkan suatu kesimpulan dari masalah-masalah yang timbul. Perubahan kehidupan sosial yang begitu cepat memberikan beberapa permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. Hal itu disebabkan belum adanya kesiapan secara mental untuk menerima setiap perubahan yang terjadi itu. Di Kabupaten Indramayu sendiri masalah masalah sosial yang sering kali terjadi dalam kehidupan masyarakatnya seperti tawuran, pesta minuman keras (miras), pergaulan bebas di antara pria dan wanita, persoalan tenaga kerja, dan perilaku penyalahgunaan narkotika. Dalam dua dasawarsa terakhir, Badan Narkotika Nasional mengungkapkan kasus penggunaan dan pengedaran narkotika secara illegal terjadi di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan peningkatan tajam dan mewabah merasuki semua bangsa dan umat semua agama, serta telah mengambil banyak korban. Sekarang tidak satu pun bangsa atau umat yang bebas atau kebal terhadap penyalahgunaan narkotika. Narkotika telah terlanjur dikenal di kalangan masyarakat kita, dan tidak

5 5 ada lagi propinsi, kota atau kabupaten yang bebas dari penyalahgunaan narkotika tersebut. (Badan Narkotika Nasional 2004, hal : 2) Ketergantungan terhadap narkotika dapat menimbulkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani, yang lebih jauh dapat menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan sampai pada kematian sia-sia. Sebagai makhluk yang memiliki akal sehat dan keimanan, sepatutnya manusia mampu menghindari masuknya budaya narkotika dalam kehidupannya. Persoalan yang diakibatkan oleh berkembangnya budaya narkotika tersebut menjadi persoalan pendidikan, karena dengan memberikan pendidikan yang benar mengenai bahaya narkotika maka peserta didik akan terselamatkan dari penyalahgunaan narkotika. Fakta yang terjadi bahwa kebanyakan para pengguna narkotika di usia remaja putus sekolah, mereka mulai menyalahgunakan narkotika pada usia usia sekolah. Di sinilah peran pembelajaran IPS untuk memberikan sumbangsih terhadap bahaya narkotika bagi dunia pendidikan. Dampak negatif akibat berkembangnya budaya narkotika ini sangatlah besar, antara lain beban biaya ekonomi (economy cost), biaya manusia (human cost) dan biaya sosial (social cost) yang sangat tinggi dan harus dipikul oleh individu yang bersangkutan, orang tua dan keluarganya serta oleh masyarakat pada umumnya. (Badan Narkotika Nasional 2004, hal : 3).

6 6 Seiring dengan bertambah pesatnya para pengguna narkotika di Indonesia, terlihat bahwa tidak ada satu tempat pun yang bersih dari penyebarannya. Semua tempat di negeri ini memiliki potensi yang sama untuk penyelewengan bagi para pengguna narkotika dan pengedarnya. Penyelewengan narkotika sudah merambah masuk kepada generasi muda, para pelajar-pelajar di sekolah, dari berbagai usia. Menyikapi hal tersebut, sudah sepatutnya orang tua, guru dan masyarakat ikut mewaspadai semakin berkembangnya penyelewengan narkotika di kalangan para pelajar. Di wilayah Kabupaten Indramayu sendiri, masyarakat yang tertangkap tangan menyalahgunakan narkotika dalam berbagai usia. Seperti tertera pada tabel yang diperoleh dari Polres Kabupaten Indramayu sebagai berikut : Tabel 1.1. Data Pengkonsumsi Narkotika di Kabupaten Indramayu Tahun 2009 No Kecamatan Konsumsi Narkotika 1 Indramayu 4 2 Haurgelis 3 3 Sindang 2 4 Arahan 2 5 Karangampel 2 6 Kandanghaur 2 7 Anjatan 2 Jumlah 17 (Sumber : Polres Indramayu th. 2009)

7 7 Dari Dinas Sosial Kabupaten Indramayu, diperoleh data upaya rehabilitasi bagi para pengguna narkotika kategori X, yaitu para pengguna yang telah berhenti memakai narkotika, yang sebagian besar adalah pelajar yang telah drop out. Adapun upaya rehabilitasi tersebut dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan quota yang diperoleh Dinas Sosial setiap tahunnya. Pada tahun , dilakukan sebanyak dua kali pengiriman untuk merehabilitasi para pengguna narkotika yaitu : Tabel 1.2. Daftar pengiriman rehabilitasi narkotika dari beberapa kecamatan Bulan Jumlah Kecamatan Tujuan Maret (L=2,P=6) Indramayu, Sindang, Balongan Lembang Juni orang (L) Indramayu, Losarang, Anjatan Bogor Januari orang (L) Sindang, Sliyeg, Gabuswetan Bogor (Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Indramayu) Upaya rehabilitasi bagi para pengguna narkotika katagori X dari Dinas Sosial Kab. Indramayu ini, dengan mengirimkan para peserta untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan ke Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra di Lembang dan Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor. Sebagai persyaratan peserta pelatihan adalah usia tahun. Bertolak dari fenomena tersebut, kiranya perlu dilakukan langkah-langkah agar pendidikan di sekolah dapat membekali peserta didik dengan pengenalan bahaya narkotika dalam upaya mencegah dan menanggulangi berkembangnya budaya narkotika dalam masyarakat terutama bagi para pelajar. Pendidikan

8 8 khususnya pembelajaran IPS diharapkan dapat memberikan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan bagi siswa untuk menghindari dan bahkan keluar dari narkotika yang telah menjeratnya agar dapat menjalani kehidupannya dengan masa depan yang lebih baik. B. FOKUS PENELITIAN DAN RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pokok-pokok pikiran dan batasan-batasan dalam latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti memfokuskan penelitian ini yaitu Mengapa Terjadi Penyalahgunaan Narkotika sebagai Bentuk Penyimpangan Sosial di Kabupaten Indramayu. Untuk memberikan gambaran yang lebih terperinci, peneliti menguraikan permasalahan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Mengapa terjadi penyalahgunaan narkotika yang semakin berkembang di kalangan masyarakat Kabupaten Indramayu? 2. Bagaimana usaha para pengguna untuk keluar dari ketergantungan narkotika? 3. Bagaimanakah peranan Pendidikan IPS dapat memberikan pemahaman bahaya penyalahgunaan narkotika terhadap siswa di sekolah?

9 9 C. TUJUAN PENELITIAN Secara umum, penelititan ini bertujuan untuk mengkaji dan mengamati pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kegiatan sosialisasi budaya narkotika yang telah dinyatakan menjadi musuh bagi masyarakat, bangsa dan negara, sehingga siswa memiliki kemampuan dalam menghindari dan keberanian untuk keluar dari jeratan bahaya narkotika, kemudian secara proaktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memperoleh informasi dan data yang mendeskripsikan terjadinya penyalahgunaan narkotika yang semakin berkembang di kalangan masyarakat Kab Indramayu, yang meliputi latar belakang dan permasalahan yang terkait dengan kehidupan para pengguna narkotika. 2. Mengetahui dan mendeskripsikan usaha dari para pengguna untuk keluar dari ketergantungan narkotika. 3. Menganalisis pembelajaran IPS dalam memberikan pemahaman bahaya penyalahgunaan narkotika terhadap siswa di sekolah

10 10 E. MANFAAT PENELITIAN Temuan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat : a. Menjadi studi yang bersifat aplikatif, memberikan sumbangan substansial bagi peningkatan mutu pendidikan IPS. b. Bermanfaat bagi guru untuk merencanakan materi pembelajaran IPS yang sesuai dengan kebutuhan siswa. c. Membangun pemahaman siswa dalam hal menyaring masuk dan berkembangnya budaya dalam masyarakat (sebagai filterisasi) sehingga mampu mengambil keputusan untuk memilih budaya yang positif dan sesuai bagi kehidupan mereka di masa depan. d. Memberikan sumbangan bagi pengambil kebijakan, lembaga diklat, sekolah maupun pengembangan pendidikan lainnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika dalam masyarakat. F. PARADIGMA Paradigma adalah istilah sebuah pandangan ilmiah dalam pemikiran filsuf ilmu Thomas Kuhn. Dia mendefinisikan Paradigma sebagai Praktek yang mendefinisikan disiplin ilmiah pada beberapa poin dalam waktu. Paradigma dalam pemikiran Thomas Kuhn adalah sesuatu yang berdasar budaya dan deskrit. Istilah paradigma ilmu pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn melalui bukunya yang berjudul The Structur of Science Revolution. Kuhn

11 11 menjelaskan paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keseluruan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan sejenis unsur pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang secara eksplisit sebagai menjadi dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang belum tuntas. Thomas Kuhn pertamakali menggunakannya dalam sains, menunjukkan bahwa penelitian ilmiah tidak menuju ke kebenaran. Penelitian ilmiah sangat tergantung pada dogma dan terikat pada teori yang lama. Dalam pemikiran Kuhn paradigma secara tidak langsung mempengaruhi proses ilmiah dalam empat cara dasar. 1. Apa yang harus dipelajari dan diteliti 2. Pertanyaan yang harus ditanyakan 3. Struktur sebenarnya dan sifat dasar dari pertanyaan itu 4. Bagaimana hasil dari riset apapun diinterpretasikan. Sejak zaman purba manusia sudah mengenal dan menggunakan daun, ranting, biji, akar, bunga, atau getah dari tumbuhan tertentu yang mengandung bahan yang berkhasiat mengurangi rasa sakit, menghilangkan rasa letih, atau menimbulkan perubahan suasana batin dan perilaku. Tersedianya bahan tersebut merupakan bagian dari kemurahan Tuhan yang Maha Kuasa, yang menciptakan rasa sakit dan letih, pada waktu yang sama juga menyediakan bahan penawarnya. Akan tetapi, apabila bahan-bahan tersebut disalahgunakan pemakaiannya akan menyebabkan ketergantungan. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan

12 12 ketergantungan tersebut dinamakan narkotika. (Badan Narkotika Nasional 2004, hal : 1). Perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan persoalanpersoalan yang kompleks, termasuk persoalan yang berkembang dalam masyarakat yang lambat laun semakin berkembang menjadi semacam budaya / tradisi yang tanpa disadari memberikan dampak yang besar dalam kehidupan masyarakat secara umum. Salah satunya adalah trend narkotika yang semakin berkembang. Saat ini, banyak diberitakan adanya perilaku manusia yang dianggap tidak sesuai dengan aturan masyarakat pada umumnya. Beberapa perilaku itu oleh sebagian besar masyarakat dikatagorikan sebagai perilaku yang menyimpang, satu diantaranya adalah narkotika. Perilaku menyimpang itu pada akhirnya akan menyebabkan kegelisahan atau ketenteraman dalam masyarakat. Ketakutan, kemarahan, kejengkelan, dan kutukan jika terus-menerus dibiarkan akan menyebabkan goncangan atau masalah sosial. Dari berbagai data yang diperoleh tentang penyalahgunaan narkotika, terlihat keterlibatan generasi muda pada usia sekolah yang merupakan generasi penerus bangsa. Untuk itulah peneliti merasa perlu untuk melakukan pengamatan secara lebih mendalam seputar kehidupan para pengguna narkotika yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Upaya-upaya apa saja yang seharusnya dilakukan oleh para pengguna untuk melepaskan diri dari cengkeraman ketergantungan narkotika termasuk di dalamnya melihat berbagai permasalahan penyimpangan

13 13 sosial yang saat ini marak berkembang dalam masyarakat kita, dikarenakan tidak kurangnya pemahaman masyarakat mengenai narkotika itu. Menyoroti upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika yang berkembang di kalangan masyarakat dewasa ini, perlu dilakukan semacam upaya pengenalan terlebih dahulu untuk mengantisipasi pengaruh buruk yang akan ditimbulkannya. Pembelajaran IPS yang diharapkan mampu mengantisipasi permasalahan penyimpangan sosial dalam hal penyalahgunaan narkotika ini hendaknya dapat dikemas sedemikian rupa mulai dari pemilihan materi pembelajaran sampai dengan penggunaan metode yang sesuai serta menyajikan media yang tepat. Pada akhirnya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pembelajaran IPS untuk dapat menjadi pengalaman belajar bagi siswa dalam mencapai tujuan-tujuannya, yaitu sebagai pedoman pemecahan berbagai masalah kehidupan yang akan dihadapi dengan mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimilikinya. Sehingga dengan demikian, permasalahan sosial yang begitu kompleks dapat disajikan sebagai sumber pembelajaran yang bermanfaat baik bagi siswa maupun guru yang menyajikannya. Kuhn mempercayai bahwa ilmu pengetahuan memiliki periode pengumpulan data dalam sebuah paradigma. Dalam perkembangan ilmu biasa sebuah ilmu pengetahuan mengalami perkembangan. Ketika Paradigma mengalami pergeseran maka itu disebut masa revolusioner. Paradigma mampu mengatasi anomali. Beberapa anomali masih dapat diatasi dalam sebuah

14 14 paradigma. Ketika sebuah paradigma tidak bisa dipertahankan maka para ilmuan bisa berpindah ke paradigma baru. Untuk memahami kerangka berpikir di atas, penelitian ini mengembangkan paradigma berpikir yang digambarkan melalui diagram berikut : Faktor Penyebaran Penyalahgunaan Narkotika Permasalahan Penyimpangan Sosial sebagai Materi Pembelajaran IPS Penyimpangan Sosial Masyarakat Pembelajaran IPS meliputi : metode media sumber Pembelajaran IPS yang Berkarakter Usaha Mengatasi Ketergantungan Narkotika Mantan Pengguna Narkotika Gambar 1.1 : Alur pengembangan paradigma berpikir berdasarkan kerangka pikiran penelitian. Adapun hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah : 1. Terjadinya penyalahgunaan narkotika di kalangan masyarakat Kabupaten Indramayu disebabkan karena peran keluarga, nilai nilai agama, norma, peran aparat, lembaga pendidikan, yang masih kurang dalam hal menumbuhkan kepedulian mereka terhadap penyalahgunaan narkotika. Selain itu juga banyak faktor seperti geografis, demografis, sosial, ekonomi, politik, terutama dikarenakan tingkat pendidikan dan ekonomi penduduknya yang rendah

15 15 disamping ketidaktahuan masyarakat tentang narkotika diawal pemakaiannya yang dapat menyebabkan bencana, sehingga memberikan dampak negatif dan pada akhirnya berakibat fatal. Berkembangnya penyalahgunaan narkotika ini memberikan gejala myopia sosial, yaitu berpandangan dekat, tidak lagi memikirkan masa depan, tidak memiliki kepentingan dan perjuangan untuk kehidupan yang lebih baik. 2. Bagi para pengguna narkotika tindakan yang harus dilakukan agar tidak sampai ketergantungan pemakaian narkotika adalah berhenti segera dan bertobat, walaupun hal itu bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, sebab sugesti narkotika akan terus menghantui hingga pemakai menjadi pecandu. Ada dua faktor penting selain dari faktor ketersediaan narkotika itu sendiri yang dapat menjerumuskan para penggunanya yaitu faktor individu dan lingkungan. 3. Sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner, Pendidikan IPS yang diperuntukkan bagi pembentukan karakter para siswa, hendaknya dapat memberikan pemahaman, kesadaran dan pengertian tentang bahaya narkotika secara terintegrasi, terpadu, terarah, terencana dan berkelanjutan, dengan menyajikan pembelajaran aktif untuk menumbuhkan sikap berpikir kritis pada siswa. Pemilihan materi, penyampaian metode serta penggunaan media yang tepat tentang fenomena perkembangan narkotika di kalangan masyarakat diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran IPS yang dapat mentransformasikan pemahaman terhadap narkotika bagi para siswa di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Realitas Indonesia sebagai negeri bencana tidak dapat ditampik lagi. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Realitas Indonesia sebagai negeri bencana tidak dapat ditampik lagi. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Realitas Indonesia sebagai negeri bencana tidak dapat ditampik lagi. Hal ini terlihat dari fakta yang ada bahwa bencana yang menimpa hampir di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 03 Nopember 2014, hlm.4.

BAB I PENDAHULUAN.  diakses pada tanggal 03 Nopember 2014, hlm.4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inti pokok ajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat sekarang ini terus mengalami perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat sekarang ini terus mengalami perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat sekarang ini terus mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP BENTUK MUKA BUMI DALAM MATA PELAJARAN IPS

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP BENTUK MUKA BUMI DALAM MATA PELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia merujuk kepada istilah social studies yang merupakan konsep mata pelajaran IPS di Amerika Serikat. Pada tahun

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Nuansa Bayu Segara,M.Pd ISTILAH ESENSI PENDIDIKAN IPS PENGERTIAN IIS & PIPS LANDASAN PIPS 1 Istilah Pendidikan IPS Istilah Negara lain : Social studies Social education

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Indramayu disebabkan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tri Suryani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tri Suryani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan adalah membangun gagasan dan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan adalah membangun gagasan dan emosi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan adalah membangun gagasan dan emosi secara terus-menerus. Perubahan kesadaran manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikansebagai

BAB I PENDAHULUAN. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikansebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikansebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama Kerjasama merupakan kegiatan yang dilakukan secara besamasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan, seperti yang dijelaskan oleh Lie (2005: 88) bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh pengetahuan baru. Reber dalam Agus Suprijono (2010: 3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh pengetahuan baru. Reber dalam Agus Suprijono (2010: 3) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan baru. Reber dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni SUharjani, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni SUharjani, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Udara, air, tanah, flora, fauna, dan manusia adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang dalam interaksinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang aktif, peserta didik sendiri yang membentuk pengetahuan. Pada proses belajar, peserta didik diharapkan mampu menyesuaikan konsep dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau

I. PENDAHULUAN. sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Manusia akan bersosialisasi dengan orang lain dengan proses interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghafal suatu konsep atau pengertian dari suatu materi pelajaran. aksi yang menyebabkan terjadinya perubahan bagi orang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghafal suatu konsep atau pengertian dari suatu materi pelajaran. aksi yang menyebabkan terjadinya perubahan bagi orang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Belajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Berbasis Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Hasil Belajar Hasil Belajar IPS

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Berbasis Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Hasil Belajar Hasil Belajar IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek penting dalam era globalisasi. Masalah globalisasi tidak hanya berakibat pada perekonomian dunia, masalah pokok yang dihadapi bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era global sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia. Untuk menyiapkan sumber daya

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah

BAB II KAJIAN TEORI. yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Keaktifan a. Pengertian Keaktifan Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pendapat tersebut sudah jelas mengatakan bahwa kerjasama merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. Pendapat tersebut sudah jelas mengatakan bahwa kerjasama merupakan 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kerjasama Siswa a. Pengertian Kerjasama Siswa Kerjasama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena dengan kerjasama manusia dapat melangsungkan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fitri Aliva, 2013 Pengembangan Green Behaviour Melalui Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Fitri Aliva, 2013 Pengembangan Green Behaviour Melalui Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning) 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini memaparkan secara garis besar mengenai masalah yang akan dikaji, adapun di dalamnya terdapat sub pokok yang terdiri dari; Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Rumusan Masalah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan tanggung-jawab bersama, karena penyelesaiannya melibatkan banyak faktor dan kerjasama

Lebih terperinci

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tujuan bersama (Hamid Hasan dalam Solihatin 2009: 4). Cooperative learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tujuan bersama (Hamid Hasan dalam Solihatin 2009: 4). Cooperative learning 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Cooperative Learning Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan dalam Solihatin 2009: 4). Cooperative learning adalah pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dikemukakan teori mengenai komponen-komponen

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dikemukakan teori mengenai komponen-komponen BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori Pada bab ini akan dikemukakan teori mengenai komponen-komponen yang akan diteliti sebagai dasar berpijak dalam penelitian ini, yang meliputi: 1. Tinjauan Mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar mereka sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Peserta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar mereka sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Peserta BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemandirian Belajar a. Pengertian Kemandirian Belajar Kemandirian belajar hendaknya harus dimiliki oleh setiap individu peserta didik supaya mereka dapat mengatur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah, I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Untuk memberikan arah pembahasan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa diantaranya sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan menjadi modal

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUNAN RPP DAN BAHAN AJAR IPS TERPADU BAGI GURU IPS SMP KABUPATEN SLEMAN

PELATIHAN PENYUSUNAN RPP DAN BAHAN AJAR IPS TERPADU BAGI GURU IPS SMP KABUPATEN SLEMAN LAPORAN PPM Berbasis Riset PELATIHAN PENYUSUNAN RPP DAN BAHAN AJAR IPS TERPADU BAGI GURU IPS SMP KABUPATEN SLEMAN OLEH: SUGIHARYANTO, M.Si. ANIK WIDIASTUTI, M.Pd. SATRIYO WIBOWO, S.Pd. AHMAD JUANDA ARIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

Lebih terperinci

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP 2 KESESI KABUPATEN PEKALONGAN SKRIPSI

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP 2 KESESI KABUPATEN PEKALONGAN SKRIPSI AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP 2 KESESI KABUPATEN PEKALONGAN SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Bregas Widya Pratama 3201411153

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa masa berikutnya. Sedangkan pendidikan pada usia dini akan bermanfaat

I. PENDAHULUAN. masa masa berikutnya. Sedangkan pendidikan pada usia dini akan bermanfaat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia Sekolah Dasar merupakan masa awal kehidupan untuk memperoleh pendidikan yang sangat berguna sebagai dasar untuk menentukan pendidikan pada masa masa berikutnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian Teori yang penulis gunakan dalam PTK ini meliputi: Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial, Ruang Lingkup dan Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pengertian Aktivitas

Lebih terperinci

INISIASI 1 PERSPEKTIF DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS

INISIASI 1 PERSPEKTIF DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS INISIASI 1 PERSPEKTIF DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS Para mahasiswa S1 PJJ PGSD, selamat berjumpa kembali dalam tutorial on line ke-1 mata kaliah Pengembangan Pendidikan IPS. Pada tutorial kali ini kita akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan pengajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan pengajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan Pembelajaran IPS a. Pengertian Pembelajaran Pada dasarnya dalam suatu pendidikan pasti ada pembelajaran dan pengajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan

Lebih terperinci

INISIASI 1 PERSPEKTIF DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS

INISIASI 1 PERSPEKTIF DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS INISIASI 1 PERSPEKTIF DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS Para mahasiswa S1 PJJ PGSD, selamat berjumpa kembali dalam tutorial on line ke-1 mata kaliah Pengembangan Pendidikan IPS. Pada tutorial kali ini kita akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Secara sederhana Anthony Robbins, dalam Trianto (2010: 15) mendefinisikan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain atau disebut manusia sebagai makhuk sosial. Semua itu didapatkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. lain atau disebut manusia sebagai makhuk sosial. Semua itu didapatkan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahkluk individu, memiliki perbedaan berbagai macam kebutuhan. Dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya manusia memerlukan orang lain atau disebut

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 Nama Guru : Rina Suryati,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kuliah untuk mendapatkan nilai. Mereka melakukan hal itu karena

BAB II LANDASAN TEORI. kuliah untuk mendapatkan nilai. Mereka melakukan hal itu karena 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Motivasi a. Pengertian Motivasi Pelajar mengerjakan pekerjaan rumah atau mahasiswa mengikuti kuliah untuk mendapatkan nilai. Mereka melakukan hal itu karena memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan setiap bangsa, karena melalui pendidikan ini pula siswa diajarkan menjadi manusia yang terampil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab I ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yaitu latar

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab I ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yaitu latar 1 I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab I ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak menuju masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MODEL Pembelajaran Terpadu IPS mamat_ruh@yahoo.co.id Geography Department, FPIPS University of Education (022)2787307, 08122146415, Jl. Laksana 168 Jayagiri RT 05/14 Lembang-Bdg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar yaitu mutu pendidikan yang rendah dan sistem pembelajaran di sekolah yang kurang memadai. Dua hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada proses pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Metro perlu

I. PENDAHULUAN. Pada proses pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Metro perlu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada proses pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Metro perlu menciptakan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN IPS BERBASIS VIRTUAL FIELD TRIP (VFT) PADA KELAS V SDNU KRATON- KENCONG

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN IPS BERBASIS VIRTUAL FIELD TRIP (VFT) PADA KELAS V SDNU KRATON- KENCONG PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN IPS BERBASIS VIRTUAL FIELD TRIP (VFT) PADA KELAS V SDNU KRATON- KENCONG Vannisa Aviana Melinda, I Nyoman Sudana Degeng, Dedi Kuswandi Program Studi Teknologi Pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemula dalam pelaksanaan pemilihan umum yang berlangsung di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. pemula dalam pelaksanaan pemilihan umum yang berlangsung di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan memiliki fungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar I. PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam era globalisasi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan yang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kelas dibuat semenarik mungkin. Menurut Samani dan Hariyanto. menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kelas dibuat semenarik mungkin. Menurut Samani dan Hariyanto. menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Sikap rasa ingin tahu diperlukan siswa untuk mendorong agar siswa tertarik mempelajari dan menggali informasi

Lebih terperinci

2014 KORELASI PENGUASAAN KONSEP SISTEM SARAF DAN SIKAP SISWA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA MELALUI PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI

2014 KORELASI PENGUASAAN KONSEP SISTEM SARAF DAN SIKAP SISWA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA MELALUI PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perubahan zaman dan kemajuan teknologi membawa perubahan dan pergeseran tatanan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan, salah satunya berupa kemerosotan nilai-nilai

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula pelanggaran terhadap hukum. Perkembangan pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek utama pendidikan adalah manusia untuk itu dalam membangun bangsa dan negara Indonesia yang

Lebih terperinci

Skripsi Oleh: TITIK DWI RAHAYU NIM X

Skripsi Oleh: TITIK DWI RAHAYU NIM X PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DENGAN MEDIA TTS (TEKA TEKI SILANG) UNTUK PERBAIKAN PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SURAKARTA Skripsi Oleh: TITIK DWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan seseorang akan dapat mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial 437 54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini peredaran narkotika semakin merajalela dikarenakan Indonesia bukan lagi tempat transit, tetapi menjadi sasaran pemasaran, dan bahkan tempat produksi

Lebih terperinci

55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Metro merupakan sekolah yang memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga, administrasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang baik dan bermutu dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Quisumbing (Kunandar, 2011:10), pendidikan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga yang memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Berbeda halnya dengan

Lebih terperinci

52. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

52. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial 52. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Kemandirian Belajar. a. Pengertian Kemandirian Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Kemandirian Belajar. a. Pengertian Kemandirian Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Kemandirian Belajar a. Pengertian Kemandirian Belajar Kemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain. Hamzah B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2 Nama Guru :... NIP/NIK :...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan kewarganegaraan pada hakekatnya adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah kompleks, salah satunya karena lemahnya pemahaman para generasi muda sebagai generasi penerus bangsa

Lebih terperinci

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci