BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Kemandirian Belajar. a. Pengertian Kemandirian Belajar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Kemandirian Belajar. a. Pengertian Kemandirian Belajar"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Kemandirian Belajar a. Pengertian Kemandirian Belajar Kemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain. Hamzah B. Uno (2010: 77-78) mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan untuk mengarahkan sekaligus mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak serta tidak merasa bergantung pada orang lain. Orang yang mandiri akan mengandalkan dirinya untuk merencanakan dan membuat keputusan penting. Kemampuan untuk mandiri bergantung pada tingkat kepercayaan diri, kekuatan batin, dan keinginan untuk memenuhi harapan. Belajar mandiri merupakan proses belajar siswa yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri karena ingin mencapai tujuan yang diinginkan, hal tersebut sesuai dengan pendapat Haris Mudjiman (2007: 7) belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai kompetensi tertentu guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Menurut Martinis Yamin (2008: ) belajar mandiri itu berbeda dengan belajar terstruktur, belajar terstruktur lebih 10

2 11 mudah dibanding dengan belajar mandiri, belajar mandiri lebih sukar dan dapat dilaksanakan apabila syarat-syarat berikut ini dapat dipenuhi dintaranya adanya masalah, menghargai pendapat peserta didik, peran guru, dan cara menghadapi peserta didik. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan untuk mengendalikan sekaligus mengatur pikiran, perasaan, tindakan, dan kegiatan belajar aktif secara bebas untuk menguasai kompetensi tertentu yang proses dan kegiatannya berasal dari siswa sendiri. Kemandirian belajar berarti bebas dalam menentukan arah, rencana, sumber, dan keputusan untuk mencapai kompetensi tertentu. Hal ini membutuhkan motivasi, keuletan, keseriusan, kedisiplinan, tanggung jawab, kemauan, dan keingintahuan agar dapat mengatasi suatu masalah dengan bekal yang telah dimiliki sebelumnya. Guru bukanlah sebagai pengendali dalam proses belajar mandiri. Pengendali dalam proses belajar mandiri adalah siswa itu sendiri. Guru bertindak sebagai penasehat yang memberi pengarahan. Melalui pengarahan tersebut, siswa dapat menentukan tujuan, strategi, dan sumber-sumber yang digunakan dalam proses belajar.

3 12 b. Ciri-ciri Kemandirian Belajar Seorang siswa yang memiliki kemandirian belajar harus mampu mengambil keputusan dengan bijaksana serta selalu mempunyai inisiatif untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Siswa yang memiliki kemandirian belajar juga harus percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah maupun ulangan harian yang diberikan oleh guru. Menurut Haris Mudjiman (2007: 9) indikator-indikator belajar mandiri antara lain tingkat keaktifan belajar, persistensi kegiatan belajar, keterarahan belajar, dan kreativitas pembelajar. Sedangkan Desmita (2011: ) menjelaskan bahwa kemandirian dapat dilihat dari beberapa ciri. Beberapa ciri tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1) mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi; 2) memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri; 3) bertanggungjawab atas apa yang dilakukan; 4) mampu melakukan kritik dan penilaian diri; 5) memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya. Berdasarkan ciri-ciri kemandirian belajar yang telah dijelaskan oleh Desmita, peneliti menarik kesimpulan untuk dijadikan indikator dalam penelitian ini. Aspek kemandirian belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1) mampu memecahkan masalah; 2) memiliki motivasi belajar tinggi; 3) memiliki sikap tanggung jawab; 4) mampu melakukan evaluasi belajar; dan 5) memiliki percaya diri.

4 13 c. Manfaat Kemandirian Belajar Kemandirian belajar memiliki banyak manfaat. Menurut Martinis Yamin (2008: 118) manfaat tersebut adalah memupuk tanggung jawab, meningkatkan keterampilan, memecahkan masalah, mengambil keputusan, berpikir kreatif, berpikir kritis, percaya diri yang kuat, dan menjadi guru bagi dirinya sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas, manfaat kemandirian belajar sangat berpengaruh bagi kemampuan siswa dan pemecahan masalah pendidikan. Siswa akan semakin mudah untuk mengembangkan kemampuannya. Beberapa masalah pendidikan juga dapat diatasi dengan kemandirian belajar. d. Upaya untuk Mengembangkan Kemandirian Belajar Kemandirian belajar dapat dikembangkan dengan berbagai upaya, salah satunya adalah dengan menciptakan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan apa yang akan dilakukan sehingga kreativitas siswa dapat dioptimalkan. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2008: ) menjelaskan beberapa upaya untuk mengembangkan kemandirian belajar. Upaya tersebut diantaranya: (1) Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga; (2) Penciptaan keterbukaan; (3) Penciptaan kebebasan untuk mengekspresikan lingkungan; (4) Penerimaan positif tanpa syarat; (5)Empati terhadap remaja; (6) Penciptaan kehangatan hubungan dengan remaja.

5 14 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mengembangkan kemandirian belajar adalah penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga, penciptaan keterbukaan, penciptaan kebebasan untuk mengekspresikan lingkungan, penerimaan positif tanpa syarat, empati terhadap remaja, dan penciptaan hubungan kehangatan dengan remaja. 2. Tinjauan tentang Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat. Motivasi juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri, hal tersebut diperkuat oleh pendapat Ngalim Purwanto (2007: 60) mendefinisikan motivasi ialah segala sesuatu ynag mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2012: 158) motivasi adalah perubahan dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dapat ditinjau dari dua sifat, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan pendorong dari dalam individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi

6 15 yang keberadaannya karena pengaruh dari luar individu. Tingkah laku yang terjadi dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Agus Suprijono (2011: 163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2008: 3) motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Jadi peran motivasi bagi siswa dalam belajar sangat penting. Dengan adanya motivasi akan meningkatkan, memperkuat dan mengarahkan proses belajarnya, sehingga akan diperoleh keefektifan dalam belajar. b. Fungsi Motivasi Belajar Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Fungsi motivasi menurut Sardiman (2010: 85) yaitu:

7 16 (1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi; (2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai; (3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Selanjutnya Hamzah B. Uno (2008: 17) menjelaskan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut: (1) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan; (2) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai; (3)Menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Hampir sama dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Oemar Hamalik (2012: 161) menyatakan bahwa fungsi motivasi antara lain sebagai berikut: (1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbutan seperti belajar; (2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan; (3 )Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Berdasarkan pendapat di atas, fungsi motivasi dalam belajar antara lain adalah untuk mendorong, menggerakkan dan mengarahkan aktivitas-aktivitas peserta didik dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Dengan hal tersebut seseorang melakukan suatu usaha yang sungguhsungguh karena adanya motivasi yang baik.

8 17 c. Ciri-ciri Motivasi Belajar Orang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada diri orang tersebut. Menurut Sardiman (2010: 83) ciri-ciri orang yang termotivasi adalah sebagai berikut: (1) Tekun menghadapi tugas; (2) Ulet menghadapi kesulitan; (3) Menunjukkan minat terhadap bermacammacam masalah; (4) Lebih sering bekerja mandiri; (5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin; (6) Dapat mempertahankan pendapatnya; (7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu; (8) Senang memecahkan masalah soal-soal. Nana Sudjana (2006: 61) berpendapat bahwa motivasi siswa dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain: (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; (2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya; (3) Tanggungjawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya; (4) Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; (5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Hamzah B. Uno (2008: 23) mengemukakan bahwa ciriciri atau indikator motivasi antara lain: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) Adanya penghargaan dalam belajar; (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam kegiatan belajar; (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif. Atas dasar beberapa ciri-ciri motivasi menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki ciri-ciri termotivasi adalah siswa yang ulet dalam menyelesaikan tugas,

9 18 siswa tekun, menunjukkan minat, selalu memperhatikan, semangat dan adanya hasrat untuk berhasil d. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar pada Siswa Motivasi belajar pada siswa dapat dikembangkan dengan berbagai cara dan upaya. Menurut Oemar Hamalik (2012: ) cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswa antara lain sebagai berikut: (1) memberi angka; (2) pujian; (3) hadiah; (4) kerja kelompok; (5) persaingan; (6) tujuan; (7) sarkasme; (8) penilaian; (9) karyawisata dan ekskursi; (10) film pendidikan; (11) belajar melalui radio. Menurut Sardiman (2008: 92-95) ada beberapa contoh dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan cara motivasi tersebut diantaranya: 1) memberi angka 2) hadiah 3) saingan/ kompetisi 4) ego-involment 5) memberi ulangan 6) mengetahui hasil 7) pujian 8) hukuman 9) hasrat untuk belajar 10) minat 11) tujuan yang diakui". Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat ditumbuhkan melalui caracara mengajar yang bervariasi sehingga mampu menumbuhkan hasrat dan menarik perhatian siswa, memberikan ulangan dapat memberi kesempatan kepada peserta didik menyalurkan dan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar, pemberian pujian dan hadiah atas prestasi siswa juga bisa membangkitkan

10 19 semangat untuk lebih giat belajar sehingga tujuan pendidikan dan keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. 3. Tinjauan tentang Pembelajaran IPS a. Pengertian Belajar Belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru yang dapat merubah tingkah laku, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Belajar juga dapat terjadi karena interaksi yang dialami oleh individu. Sardiman (2003: 20) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Slameto (2010: 2) yang menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sugihartono, dkk (2007: 74) yang mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Oemar Hamalik (2007: 28)

11 20 belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Hampir sama dengan pendapat sebelumnya Muhibbin Syah (2011: 68) mengungkapkan bahwa secara umum belajar merupakan tahapan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses dimana seorang individu mendapatkan hal atau informasi baru yang terlihat dari interaksi tingkah laku dengan lingkungannya. b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran tidak lepas dari adanya proses belajar, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja dan berlangsung secara terus menerus. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa yang berlangsung di sekolah. Dengan adanya interaksi tersebut, maka pembelajaran dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan kegiatan yang menekankan pada unsur pendidikan untuk pembekalan siswa agar tercapai tujuan pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2009: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

12 21 unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran sangat simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari diri seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarah interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pendapat lain tentang pembelajaran diungkapkan oleh Agus Suprijono (2011: 13) pembelajaran bermakna leksikal berarti proses, cara perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran guru yang mengajar dan dapat diartikan sebagai upaya mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi siswa untuk mempelajarinya sehingga subjek pembelajaran adalah para siswa. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran di sekolah dan guru berperan secara aktif sebagai penyedia fasilitas belajar bagi siswa.

13 22 c. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan kajian dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi yang disusun berdasarkan realitas dan fenomena sosial yang ada dan telah disederhanakan. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut NCSS (National Council for Social Studies) adalah sebagai berikut: Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, political science, psychology, religion, and socuology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the nature sciences (Savage and Armstrong, 1996: 9) Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan IPS merupakan kajian dari berbagai disiplin ilmu bukan hanya dari ilmu sosial saja tetapi humaniora, bahkan agama, matematika, serta ilmu alam yang telah diintegrasikan untuk membentuk kemampuan yang bersifat kewarganegaraan. Mohammad Numan Soemantri (2001: 44) merumuskan Pendidikan IPS sebagai suatu penyederhanaan berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara dan agama yang diorganisasikan dan disajikan untuk tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-

14 23 ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial ini dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang ada dalam masyarakat dan diwujudkan dalam satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial yaitu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Dengan demikian, secara garis besar mata pelajaran IPS merupakan kajian yang terkait dengan fenomena dan masalahmasalah sosial, yang terkait dengan kehidupan manusia dan lingkungannya. Hal itu berarti bahwa kehidupan manusia dan lingkungannya mempunyai hubungan yang erat serta tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Permasalahan sosial tersebut setiap saat selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. d. Tujuan IPS Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang multidisipliner dimana banyak cabang ilmu didalamnya seperti ekonomi, sosiologi, geografi, sejarah, dll sehingga setelah mempelajari ilmu tersebut diharapkan siswa dapat peka terhadap lingkungan alam dan masyarakat yang ada disekitarnya.

15 24 Menurut Trianto (2010: 176) tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar peka terhadap permasalahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat atau lingkungan sekitar, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, serta terampil dalam mengatasi dan memecahkan setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan. Sapriya (2011: 201) menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik: 1) Mengenal konsep tentang lingkungan sekitarnya 2) Berpikir kritis, logis, rasa ingin tahu yang besar dan mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari 3) Berpegang pada nilai-nilai sosial dalam masyarakat 4) Mampu menjalin komunikasi dan bekerjasama dengan masyarakat dalam segala situasi dan kondisi. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tujuan IPS di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah untuk menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang berkarakter, mampu mengamalkan dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya, serta mampu memahami dan tanggap dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk menjadikan peserta didik menjadi berkarakter maka diperlukan peran penting dari pihak sekolah, guru dan keluarga. Mereka harus mampu dijadikan sebagai teladan yang baik untuk para peserta didik.

16 25 e. Karakteristik IPS Mata pelajaran IPS merupakan kajian yang terkait dengan fenomena dan masalah-masalah sosial, yang terkait dengan kehidupan manusia dan lingkungannya. Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS adalah untuk menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang berkarakter, mampu mengamalkan dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya, serta mampu memahami dan tanggap dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Trianto (2010: 174), karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monopolistik. Karakteristik mata pelajaran IPS di SMP/ MTs antara lain sebagai berikut: (1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama; (2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema tertentu); (3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner; (4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup

17 26 agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. 4. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Reciprocal Teaching a. Pengertian Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Menurut Suyatno (2009: 64) pengajaran terbalik atau reciprocal teaching merupakan metode pengajaran berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan, yang mana keterampilanketerampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan permodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa yang pemahaman membacanya rendah. Dalam pembelajaran harus memperhatikan tiga hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir dan memotivasi diri. Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2007: 96) yang menyatakan bahwa pengajaran terbalik merupakan pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan dan pengajuan pertanyaan. Pengajaran terbalik terutama dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan-bacaan secara mandiri di kelas. Melalui pengajaran terbalik siswa diajarkan empat strategi pemahaman pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian, dan prediksi.

18 27 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model reciprocal teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan siswa mampu menyajikannya di depan kelas. Yang diharapkan, tujuan pembelajaran tersebut tercapai dan kemampuan siswa dalam belajar mandiri dan memahami konsep dapat ditingkatkan. Merangkum dari hasil penelitian Palinscar dan Brown tahun 1984, model pembelajaran reciprocal teaching memiliki beberapa kriteria, yaitu: 1) Dialog antara siswa dengan guru, dimana masing-masing mendapat giliran untuk memimpin diskusi 2) Reciprocal artinya suatu interaksi dimana seseorang bertindak untuk merespon yang lain 3) Dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi yaitu: merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan memprediksi. Masing-masing strategi tersebut dapat membantu siswa membangun pemahaman terhadap apa yang sedang dipelajarinya dan juga mendorong siswa untuk memiliki kemandirian belajar. Dari penjelasan di atas dapat diketahui kekuatan-kekuatan model pembelajaran reciprocal teaching adalah sebagai berikut:

19 28 1) Melatih kemampuan siswa belajar mandiri sehingga kemampuan dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan. 2) Melatih siswa untuk menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada pihak lain. Penerapan pembelajaran ini memfasilitasi siswa dalam mempresentasikan idenya. 3) Orientasi pembelajaran adalah investasi dan penemuan. Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang sedang dibahas, siswa akan lebih mudah dalam mengingat suatu konsep. Pengertian siswa tentang suatu konsep pun merupakan pengertian yang benar-benar dipahami oleh siswa sehingga penguasaan konsep siswa pun meningkat. b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Model pembelajaran reciprocal teaching pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk berdialog sekaligus belajar secara mandiri. Menurut Suyatno (2009: 64) prosedur atau langkah-langkah model pembelajaran reciprocal teaching adalah sebagai berikut: 1) Membagikan bacaan pada hari ini. 2) Menjelaskan bahwa Anda akan bertindak sebagai guru pada bagian pertama bacaan. 3) Meminta siswa membaca bagian yang telah ditetapkan. 4) Setelah membaca, siswa disuruh melakukan permodelan. 5) Meminta siswa membuat komentar tentang pengajaran guru.

20 29 6) Siswa yang lain membaca dalam hati bagian yang lain. 7) Memilih salah satu siswa yang berperan sebagai guru. 8) Membimbing siswa yang berperan sebagai guru. 9) Mengurangi bimbingan siswa yang berperan sebagai guru. Sedangkan menurut Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2007: 98) prosedur atau langkah-langkah model pembelajaran reciprocal teaching adalah sebagai berikut: 1) Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak diselesaikan. 2) Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru bertindak sebagai guru atau model. 3) Siswa diminta membaca dalam hati bagian teks yang ditetapkan. Untuk memudahkan mula-mula bekerja paragraf demi paragraf. 4) Jika siswa telah menyelesaikan bagian pertama, dilakukan permodelan berikut ini: a) Pertanyaan yang saya perkirakan akan saya tanyakan guru adalah b) Guru memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan tersebut. Bila perlu mereka boleh mengacu pada teks dengan kalimatnya sendiri.

21 30 c) Merangkum pokok pikiran yang terdapat dalam paragraf atau sub bab. Bila perlu dapat menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan rangkumannya. d) Memberikan kesempatan siswa untuk memprediksi hal yang akan dibahas pada paragraf selanjutnya. e) Memberikan kesempatan siswa mengajukan komentar atau menemukan hal yang tidak jelas pada bacaan. 5) Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang pengajaran yang baru berlangsung dan mengenai bacaan. 6) Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bagian bacaan atau paragraf berikutnya dan dipilih satu siswa yang akan berperan sebagai guru-siswa. 7) Siswa dilatih/ diarahkan berperan sebagai guru-siswa sepanjang kegiatan itu. Mendorong siswa lain untuk berperan serta dalam dialog, namun selalu memberi guru-siswa itu untuk kesempatan memimpin dialog. Memberikan banyak umpan balik dan pujian kepada guru-siswa untuk peran sertanya. 8) Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi peran dalam dialog, sehingga guru-siswa dan siswa lain berinisiatif sendiri menangani kegiatan itu. Peran guru selanjutnya sebagai moderator, menjaga agar siswa tetap berada dalam jalur dan membantu mengatasi kesulitan.

22 31 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah atau prosedur model pembelajaran reciprocal teaching yang telah dikemukakan oleh Suyatno. c. Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Materi yang akan diajarkan dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching ini adalah materi kelas VII semester 2. Materi tersebut adalah materi Standar Kompetensi (SK) 6. Memahami kegiatan ekonomi masyarakat dan Kompetendi Dasar (KD) 6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/ jasa. Materi-materi tersebut diantaranya sebagai berikut: 1) Konsumsi a) Pengertian konsumsi b) Skala prioritas kebutuhan c) Aspek positif dan negatif perilaku konsumtif d) Faktor-fakyor yang mempengaruhi konsumsi 2) Produksi 1) Pengertian produksi 2) Sumber daya ekonomi 3) Etika ekonomi dalam memanfaatkan faktor produksi 4) Peningkatan jumlah dan mutu hasil produksi

23 32 3) Distribusi 1) Pengertian distribusi 2) Tujuan distribusi 3) Sistem distribusi 4) Lembaga-lembaga distribsi 5) Etika dalam distribusi B. Penelitian Yang Relevan Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut: 1. Inung Pratiwi (2012) dalam penelitian yang berjudul Pembelajaran Akuntansi Melalui Reciprocal Teaching Model Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemandirian Belajar Dalam Materi Mengelola Administrasi Surat Berharga Jangka Pendek Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012 (skripsi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan penguasaan konsep dan kemandirian belajar siswa dengan menggunakan 2 siklus tindakan. Kemandirian belajar siswa meningkat dari 76,74% menjadi 88,89% dengan kategori sangat baik. Persamaaan penelitian ini dengan penelitian Inung Pratiwi adalah sama-sama meneliti reciprocal teaching model untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Inung Pratiwi adalah terletak pada hasil yang ingin dilihat, dalam penelitian Inung Pratiwi melihat peningkatan penguasaan konsep dan

24 33 kemandirian belajar siswa sedangkan dalam penelitian ini melihat peningkatan kemandirian dan motivasi belajar siswa. 2. Titik Haryati dan Fauziyah (2009) dalam penelitian yang berjudul Implementasi Metode Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Akuntansi (jurnal). Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa implementasi metode pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching) dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi pokok bahasan pencatatan transaksi akuntansi koperasi pada siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tegal. Maka, metode pembelajaran berbalik dapat diterapkan untuk pembelajaran mata pelajaran akuntansi. Hal ini dibuktikan dari peningkatan aktivitas siswa dari siklus I sampai dengan siklus II. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Titik Haryati & Fauziyah adalah sama-sama meneliti model pembelajaran Reciprocal Teaching. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Titik Haryati & Fauziyah adalah terletak pada variabel yang akan diteliti, pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah kemandirian dan motivasi belajar sedangkan pada penelitian Titik Haryati & Fauziyah variabel yang diteliti adalah aktivitas dan hasil belajar. 3. Vivi Ria Lancarwati (2012) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII Dengan Menggunakan Metode Snowball Throwing di SMP N 4 Satu Atap Bawang Banjarnegara (skripsi). Hasil penelitian ini menunjukkan

25 34 bahwa ada peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan 2 siklus tindakan. Motivasi belajar siswa meningkat dari 74,76% menjadi 80,36%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Vivi Ria Lancarwati adalah sama-sama meneliti suatu metode untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Vivi Ria Lancarwati adalah terletak pada penggunaan metode, pada penelitian ini menggunakan Metode Reciprocal Teaching sedangkan pada penelitian Vivi Ria Lancarwati menggunakan metode Snowball Throwing. C. Kerangka Pikir Saat proses pembelajaran di kelas, masih banyak guru yang cenderung menggunakan model ceramah untuk menyampaikan materi sehingga siswa menjadi tidak semangat untuk mengikuti pembelajaran karena tidak adanya variasi model pembelajaran saat mengajar. Metode ceramah yang digunakan guru juga belum mampu membangkitkan motivasi dan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran sehingga menyebabkan motivasi dan kemandirian belajar siswa rendah. Melihat kondisi seperti itu, peneliti mencari pemecahan masalah melalui penerapan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Salah satu metode pembelajaran yang dijadikan alternatif adalah dengan penerapan model pembelajaran reciprocal teaching. Kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut:

26 35 Kondisi Awal Pembelajaran IPS di Kelas VII F SMP Negeri 2 Ngemplak Sleman Metode mengajar kurang bervariasi Motivasi Belajar Siswa Rendah Kemandirian Belajar Siswa Rendah Penerapan model pembelajaran reciprocal teaching - Perencanaan - Pelaksanaan & pengamatan - Refleksi Kondisi Akhir Peningkatan Motivasi dan Kemandirian Belajar Siswa Gambar 1. Kerangka Pikir D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat peningkatan kemandirian belajar IPS melalui model pembelajaran reciprocal teaching pada siswa kelas VII F SMP Negeri 2 Ngemplak Sleman.

27 36 2. Terdapat peningkatan motivasi belajar IPS melalui model pembelajaran reciprocal teaching pada siswa kelas VII F SMP Negeri 2 Ngemplak Sleman.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Upaya meningkatkan kemandirian dan motivasi belajar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakekat Motivasi. 1. Motivasi. a. Pengertian Motivasi. Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakekat Motivasi. 1. Motivasi. a. Pengertian Motivasi. Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Motivasi 1. Motivasi a. Pengertian Motivasi Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar mereka sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Peserta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar mereka sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Peserta BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemandirian Belajar a. Pengertian Kemandirian Belajar Kemandirian belajar hendaknya harus dimiliki oleh setiap individu peserta didik supaya mereka dapat mengatur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kuliah untuk mendapatkan nilai. Mereka melakukan hal itu karena

BAB II LANDASAN TEORI. kuliah untuk mendapatkan nilai. Mereka melakukan hal itu karena 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Motivasi a. Pengertian Motivasi Pelajar mengerjakan pekerjaan rumah atau mahasiswa mengikuti kuliah untuk mendapatkan nilai. Mereka melakukan hal itu karena memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat sekarang ini terus mengalami perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat sekarang ini terus mengalami perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat sekarang ini terus mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghafal suatu konsep atau pengertian dari suatu materi pelajaran. aksi yang menyebabkan terjadinya perubahan bagi orang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghafal suatu konsep atau pengertian dari suatu materi pelajaran. aksi yang menyebabkan terjadinya perubahan bagi orang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Belajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh pengetahuan baru. Reber dalam Agus Suprijono (2010: 3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh pengetahuan baru. Reber dalam Agus Suprijono (2010: 3) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan baru. Reber dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 03 Nopember 2014, hlm.4.

BAB I PENDAHULUAN.  diakses pada tanggal 03 Nopember 2014, hlm.4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inti pokok ajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran IPS a. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memang sudah diterapkan dari jenjang SD/MI, sampai tingkat sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pendapat tersebut sudah jelas mengatakan bahwa kerjasama merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. Pendapat tersebut sudah jelas mengatakan bahwa kerjasama merupakan 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kerjasama Siswa a. Pengertian Kerjasama Siswa Kerjasama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena dengan kerjasama manusia dapat melangsungkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan pengajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan pengajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan Pembelajaran IPS a. Pengertian Pembelajaran Pada dasarnya dalam suatu pendidikan pasti ada pembelajaran dan pengajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan

Lebih terperinci

1. Model Pembelajaran Deep Dialogue / Critical Thinking (DD/CT)

1. Model Pembelajaran Deep Dialogue / Critical Thinking (DD/CT) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Deep Dialogue / Critical Thinking (DD/CT) a. Pengertian Model Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking. Konsep ini bermula dari hakikat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER Suparmini 31 Abstrak. Hasil belajar IPS siswa kelas 4 A SDN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dikemukakan teori mengenai komponen-komponen

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dikemukakan teori mengenai komponen-komponen BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori Pada bab ini akan dikemukakan teori mengenai komponen-komponen yang akan diteliti sebagai dasar berpijak dalam penelitian ini, yang meliputi: 1. Tinjauan Mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah

BAB II KAJIAN TEORI. yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Keaktifan a. Pengertian Keaktifan Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. motivation. Motif adalah dorongan atau stimulus yang datang dari dalam batin

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. motivation. Motif adalah dorongan atau stimulus yang datang dari dalam batin BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian motivasi yaitu sebagai berikut. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Guru 2.1.1 Pengertian Kesulitan Istilah kesulitan/problema berasal dari bahasa inggris yaitu problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai hasil yang optimal. Nana Sudjana (1989: 5)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai hasil yang optimal. Nana Sudjana (1989: 5) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian belajar menitikberatkan pada suatu proses yang yang berupa

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian belajar menitikberatkan pada suatu proses yang yang berupa 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Hal yang sangat penting dalam pendidikan adalah belajar. Pengertian belajar menitikberatkan pada suatu proses yang yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Metro merupakan sekolah yang memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga, administrasi dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK KELAS X SMK NURUL HUDA SUKARAJA OKU TIMUR Khafid Ismail

PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK KELAS X SMK NURUL HUDA SUKARAJA OKU TIMUR Khafid Ismail UTILITY: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Ekonomi Volume 1, No. 1, Februari 2017: Page 58-64 ISSN 2549-1377 (Print) ISSN 2549-1385 (Online) Available online at http://ojs.ejournal.id/index.php/utility PENGARUH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran matematika

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) MATERI AJAR PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS X Yudi Susilo 1, Siti Khabibah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu bagi kemajuan bangsa. Dengan pendidikan manusia dituntut untuk memproleh kepandaian dan ilmu, sehingga akan mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terarah kepada pemenuhan psikis dan rokhaniah. Menurut Mc. Donald

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terarah kepada pemenuhan psikis dan rokhaniah. Menurut Mc. Donald 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan yang terarah kepada pemenuhan psikis dan rokhaniah. Menurut

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama Kerjasama merupakan kegiatan yang dilakukan secara besamasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan, seperti yang dijelaskan oleh Lie (2005: 88) bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN 28 PAINAN TIMUR KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Mardalinda 1, Muhammad Sahnan 1, Khairul 2.

Lebih terperinci

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Kelas VIII SMP Negeri 1 Bulawa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo ABSTRAK

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Kelas VIII SMP Negeri 1 Bulawa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo ABSTRAK 1 Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bulawa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo Memin Day 1, Irina Popoi 2, Hj. Fitri Hadi Yulia Akib, 3 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Definisi dari Pendidikan IPS (social studies) menurut NCSS (National Council of

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Definisi dari Pendidikan IPS (social studies) menurut NCSS (National Council of 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Pendidikan IPS dan Geografi Definisi dari Pendidikan IPS (social studies) menurut NCSS (National Council of the Social Studies) dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Beberapa ahli merumuskan tentang pengertian belajar. Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334) UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SAVI PADA PESERTA DIDIK KELAS IX B SMP NEGERI 1 RANUYOSO LUMAJANG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Jarianto SMP Negeri 01

Lebih terperinci

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Belajar Sardiman A.M (1996: 22) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau the study of the group behavior of human beings (Calhoun dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau the study of the group behavior of human beings (Calhoun dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsepkonsep ilmu sosial yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diberikan di semua jenjang sekolah. Trianto (2010: 171) menjelaskan Ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diberikan di semua jenjang sekolah. Trianto (2010: 171) menjelaskan Ilmu 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang diberikan di semua jenjang sekolah. Trianto (2010: 171) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bagaimana bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Trianto. dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bagaimana bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Trianto. dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu komponen dari kegiatan pembelajaran, dimana dari model pembelajaran ini guru dapat memahami bagaimana bentuk pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu,

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu, 6 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan suatu pegalaman memproses persoalan untuk mendapatkan dan menentukan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Mata Pelajaran IPS Di SMP/MTs. 1. Definisi Mata Pelajaran IPS Di SMP/MTs

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Mata Pelajaran IPS Di SMP/MTs. 1. Definisi Mata Pelajaran IPS Di SMP/MTs 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Mata Pelajaran IPS Di SMP/MTs 1. Definisi Mata Pelajaran IPS Di SMP/MTs Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs merupakan salah satu mata pelajaran

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUNAN RPP DAN BAHAN AJAR IPS TERPADU BAGI GURU IPS SMP KABUPATEN SLEMAN

PELATIHAN PENYUSUNAN RPP DAN BAHAN AJAR IPS TERPADU BAGI GURU IPS SMP KABUPATEN SLEMAN LAPORAN PPM Berbasis Riset PELATIHAN PENYUSUNAN RPP DAN BAHAN AJAR IPS TERPADU BAGI GURU IPS SMP KABUPATEN SLEMAN OLEH: SUGIHARYANTO, M.Si. ANIK WIDIASTUTI, M.Pd. SATRIYO WIBOWO, S.Pd. AHMAD JUANDA ARIA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hasil belajar matematika Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, SMK menjadi alternatif untuk melanjutkan pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, SMK menjadi alternatif untuk melanjutkan pendidikan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: Pendidikan kejuruan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Konsep Belajar IPS a. Hakikat Belajar Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang dilaksanakan di penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Efektivitas Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Efektivitas Pembelajaran BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Efektivitas Pembelajaran a. Pengertian Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran dalam interaksi belajar mengajar merupakan segala daya upaya yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakekat Pembelajaran Imu Pengetahuan Sosial (IPS) Di SMP

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakekat Pembelajaran Imu Pengetahuan Sosial (IPS) Di SMP BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Hakekat Pembelajaran Imu Pengetahuan Sosial (IPS) Di SMP a. Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang. Dengan belajar maka seseorang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang aktif, peserta didik sendiri yang membentuk pengetahuan. Pada proses belajar, peserta didik diharapkan mampu menyesuaikan konsep dan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Wuryantoro) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada manusia yang disebabkan oleh perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap. Proses belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu: 7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, karena guru bukan hanya sekedar penyampai materi, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kemajuan bangsa Indonesia. Dengan demikian bangsa Indonesia dapat menciptakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lewat pelatihan dan pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. manusia lewat pelatihan dan pengajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata didik dan mendapat imbuhan berupa awalan pe dan akhiran an yang berarti proses

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran C. Sosiologi Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1 Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI FUNGSI DAN PERAN PENDUDUK DALAM PEMBANGUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CIRC. Endah Wigati

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI FUNGSI DAN PERAN PENDUDUK DALAM PEMBANGUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CIRC. Endah Wigati Dinamika Vol. 5, No. 4, April 2015 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI FUNGSI DAN PERAN PENDUDUK DALAM PEMBANGUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CIRC SMP Negeri 3 Comal - Pemalang Abstrak Pencapaian

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MODEL BERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA Asria Hirda Yanti Mahasiswa Pascasarjana (S-2) UNIB E-mail: asriahirdayanti@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

terjadi dalam diri individu maupun lingkungannya.

terjadi dalam diri individu maupun lingkungannya. BAB II KAJIAN PUSAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran IPS a. Belajar Belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan terjadi pada semua individu yang berlangsung seumur hidup. Belajar dapat berlangsung di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, merupakan interaksi aktif antara guru dan siswa. Tugas dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching Model pembelajaran Reciprocal Teaching dikembangkan oleh Anna Marie Palincsar dan Ann Brown untuk mengajar siswa strategi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Proses pembelajaran sangat terkait dengan berbagai komponen yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya.

BAB II KERANGKA TEORETIS. agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. 8 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Metode Penugasan Menurut Syaiful Sagala, metode penugasan atau Resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP BENTUK MUKA BUMI DALAM MATA PELAJARAN IPS

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP BENTUK MUKA BUMI DALAM MATA PELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia merujuk kepada istilah social studies yang merupakan konsep mata pelajaran IPS di Amerika Serikat. Pada tahun

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDN MARGAHAYU PADA MATERI KEANEKARAGAMAN BUDAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci