KOMPARASI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ISSUER DAN NONISSUER DI BURSA EFEK INDONESIA
|
|
- Liani Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KOMPARASI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ISSUER DAN NONISSUER DI BURSA EFEK INDONESIA Paskah Ika Nugroho 1 Elisabeth Penti Kurniawati 2 Rizky Fauzi Rossiladewi 3 1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga paskah@staff.uksw.edu 2 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga bet@staff.uksw.edu 3 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga rizq_ross@yahoo.co.id ABSTRACT Right issue is a policy to get more funds for go public companies. The aim of this research is to test the financial performance differences between issuer companies and nonissuer companies. The ratio to assess financial performance used in this study are Current Ratio, Leverage Ratio, Asset Turn Over, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment, Return on Equity, Price Earning Ratio and Price to Book Value Ratio. Analytical technique used in this study were descriptive statistics and Mann-Whitney U Test. The result of this study showed that there were significant differences in activity ratio; ATO and profitability ratio; ROI and ROE. Keywords : right issue, financial performance 1
2 PENDAHULUAN Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan perekonomian, maka peran pasar modal menjadi sangat penting sebagai sarana untuk menghimpun dana. Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana adalah dengan menawarkan saham pada investor melalui pasar modal. Dengan menjadi go public perusahaan dapat memperoleh tambahan dana segar untuk membiayai berbagai kegiatan perusahaan. Jika perusahaan masih membutuhkan dana tambahan, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan penawaran saham terbatas atau disebut juga right issue. Right issue adalah penawaran sekuritas baru kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru tersebut dengan harga yang tertentu dan pada saat tertentu pula (Harto, 2001). Perusahaan menerbitkan right issue dengan tujuan untuk tidak mengubah proporsi kepemilikan pemegang saham dan mengurangi biaya emisi akibat penerbitan saham baru. Kurniasari dan Nugraheni (2003) menyatakan bahwa perolehan dana melalui right issue dianggap sebagai alternatif yang menguntungkan karena perusahaan memperoleh dana segar tanpa terbebani oleh suku bunga bank. Dengan right issue investor lama memiliki hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Dalam penelitian yang dilakukan Oktavia dan Nugroho (2010), menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2008, perusahaan yang menerbitkan Initial Public Offering (IPO) di BEI tercatat sebanyak 18 emiten dengan total dana IPO sebesar Rp 24,39 triliun dan perusahaan yang menerbitkan right issue di BEI tercatat sebanyak 21 emiten dengan total dana right issue sebesar Rp 56,07 triliun. Sedangkan secara keseluruhan sepanjang 2008 total dana segar yang dihimpun oleh perusahaan go public mencapai Rp82,45 triliun yang terdiri dari IPO Rp24,39 triliun, rights issue Rp56,07 triliun, dan penerbitan warrant Rp1,98 triliun. Hal ini 2
3 mengindikasikan bahwa right issue merupakan salah satu cara perusahaan yang masih banyak dilakukan untuk mendapatkan dana segar. Reaksi beragam akan ditunjukkan oleh para investor terhadap kegiatan right issue yang dilakukan perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Oktavia dan Nugroho (2010) yang menyatakan bahwa right issue dapat mengirimkan sinyal positif dan negatif ke pasar. Right issue akan berdampak positif jika dana yang diperoleh diinvestasikan untuk ekspansi usaha, baik proyek baru atau peningkatan modal kerja. Oleh karenanya, setelah melakukan right issue, investor tentu sangat berharap kinerja yang dimiliki oleh perusahaan menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, jika kinerja perusahaan tidak membaik setelah melakukan right issue, tentu saja akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut. Misalnya jika dana yang diperoleh dipergunakan untuk membayar hutang yang jatuh tempo, maka hal tersebut dapat menjadi berita buruk bagi investor karena dianggap bahwa perusahaan kesulitan untuk membayar hutang ataupun terbebani dengan bunga yang tinggi. Meskipun pengumuman right issue cenderung merupakan berita buruk bagi para pelaku pasar namun informasi right issue tersebut mempengaruhi perilaku harga dan return saham serta tingkat likuiditas saham. Hal ini tampak pada sejumlah penelitian sebelumnya, baik di pasar modal yang sudah maju maupun yang masih berkembang menunjukkan bahwa pengumuman right issue mempengaruhi reaksi pasar yang tercermin dari perubahan harga saham dan tingkat likuiditas saham diseputar pengumuman right issue (Kurniawati dan Winarso, 2005). Dengan adanya tambahan dana yang diperoleh perusahaan setelah melakukan right issue, maka akan menyebabkan perubahan posisi keuangan perusahaan baik pada sisi likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, maupun harga saham perusahaan tersebut (Oktavia dan Nugroho, 2010). Apabila pemanfaatan hasil right issue tersebut dilakukan dengan benar dan 3
4 tepat maka akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, dan juga sebaliknya. Maka menjadi penting bagi perusahaan untuk mengetahui apakah setelah melakukan right issue kinerja keuangan perusahan mengalami peningkatan atau penurunan. Beberapa penelitian dilakukan untuk meneliti kinerja keuangan perusahan baik di Indonesia maupun di luar negeri sebelum dan sesudah dilakukannya right issue, dan menunjukkan hasil yang beragam. Loughran dan Ritter (1997) meneliti perbedaan kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue dalam horison waktu lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah right issue. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka panjang kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue mengalami penurunan. Pada kasus yang sama, Harto (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa kinerja operasi, profitabilitas, dan saham perusahaan mengalami penurunan kecuali kinerja likuiditas yang justru meningkat setelah melakukan right issue. Namun, hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Nugroho (2005), yang melakukan penelitian mengenai kinerja perusahaan manufaktur yang melakukan right issue di Indonesia tahun menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja pada rasio EPS, ROE, ROI, PER, PBV, DER meskipun terdapat penurunan namun tidak signifikan. Selain itu, Oktavia dan Nugroho (2010) juga melakukan penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue di BEI tahun , yang menunjukkan hasil bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan right issue kecuali pada kinerja likuiditas perusahaan yang menjadi lebih baik setelah melakukan right issue. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan Oktavia dan Nugroho (2010). Hasil penelitian Oktavia dan Nugroho (2010) menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan antara sebelum dan sesudah 4
5 perusahaan melakukan right issue kecuali pada kinerja likuiditas perusahaan yang menjadi lebih baik setelah melakukan right issue. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang terdahulu yaitu sama-sama menggunakan alat ukur rasio. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah periode right issue dan juga dalam penelitian ini menggunakan sampel non issuer sebagai pembanding. Penelitian yang dilakukan Oktavia dan Nugroho (2010) menggunakan periode tahun (jangka waktu dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah right issue), sedangkan dalam penelitian ini menggunakan periode (jangka waktu dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah right issue). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi persoalan penelitian adalah apakah kinerja keuangan akan berbeda pada perusahaan yang melakukan right issue dengan yang tidak melakukan right issue. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue. TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN Kinerja Keuangan Menurut Kaplan dan Norton (1996) dalam Nugrahanti (2010), kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Pengukuran kinerja merupakan hal sangat penting dalam perusahaan karena merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari alur perencanaan dan pengendalian. Analisis terhadap kinerja keuangan dapat menunjukkan posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang akan berlanjut. 5
6 Analisis kinerja keuangan dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan. Widayanti, et al. (2006) menyatakan bahwa tujuan dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengetahui performance perusahaan, memprediksi kegiatan masa yang akan datang dan merumuskan kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan ini merupakan hal penting baik bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan. Dari sudut pandang seorang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis laporan keuangan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi dimasa depan maupun yang lebih penting lagi sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan dimasa mendatang (Eugene dan Joel, 2006). Salah satu alat yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio. Horne (1997) mengemukakan bahwa rasio keuangan merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Perhitungan rasio-rasio tersebut dilakukan untuk memperoleh perbandingan yang dapat lebih berguna dibandingkan angkaangka yang berdiri sendiri. Right Issue atau Penawaran Terbatas Budiarto dan Baridwan (1999) mendefinisikan right issue adalah hak bagi pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten, biasanya ditawarkan dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Menurut pendapat Sari (2001) bahwa dengan right issue, artinya saham-saham yang akan diterbitkan ke calon investor, harus ditawarkan terlebih dahulu ke pemegang saham lama. Investor lama memiliki preemptive right atau hak membeli efek terlebih dahulu agar dapat mempertahankan proporsi kepemilikannya di perusahaan tersebut. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat 6
7 untuk harus membelinya. Apabila investor tidak mau menggunakan haknya, maka dia dapat menjual right tersebut. Oleh karenanya, bukti right hanya dibatasi kepada pemegang saham lama sebelum ditawarkan pada umum. Harga saham perusahaan setelah right issue secara teoritis akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan harga pelaksanaan right issue selalu lebih rendah dari harga pasar. Right issue akan berdampak terhadap meningkatnya penawaran jumlah saham yang beredar, yang selanjutnya secara temporer akan menurunkan harga saham (Udayana dan Sulistyanto, 2004). Menurut pendapat yang dikemukakan Healey dan Palepu (1990) bahwa pengumuman right issue hanya akan memberikan informasi mengenai resiko perusahaan di masa yang akan datang. Investor yang sudah memiliki informasi mengenai perusahaan yang akan melakukan right issue menganggap bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang kurang menguntungkan, sehingga hal ini menyebabkan adanya reaksi pasar yang negatif. Perolehan dana melalui right issue dianggap sebagai alternatif yang menguntungkan dibandingkan melalui bank karena perusahaan memperoleh dana segar tanpa harus terbeban oleh suku bunga bank (Kurniasari dan Nugraheni, 2003). Tujuan dari penerbitan right issue adalah untuk tidak merubah proporsi kepemilikan pemegang saham dan menekan biaya emisi. Adapun dana yang diperoleh dari right issue dapat digunakan untuk ekspansi usaha, memperkuat struktur permodalan, ataupun dipergunakan untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo. Pengembangan Hipotesis Kinerja suatu perusahaan dapat diketahui setelah laporan keuangannya dianalisis. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan, analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah analisis rasio (Widayanti, et al., 2006). 7
8 Evaluasi kinerja keuangan perusahaan dilakukan dengan menggunakan analisis rasio.rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi lima kelompok rasio yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar. 1. Rasio Likuiditas Pada umumnya perhatian pertama dari analisis keuangan adalah rasio likuiditas. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kehidupan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia (Budi, 2003). Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio (rasio lancar) yaitu perbandingan antara aset lancar dan hutang lancar. Biasanya aset lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang dan persediaan. Dalam penelitian ini current ratio digunakan untuk mengetahui apakah dana yang diperoleh dari right issue mempengaruhi peningkatan likuiditas pada perusahaan yang melakukan right issue dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue. Ketika perusahaan melakukan right issue, tambahan dana baru akan diperoleh perusahaan sehingga menyebabkan aset lancar perusahaan menjadi bertambah yang berdampak pada posisi likuiditas perusahaan yang menjadi lebih baik. Pada penelitian sebelumnya oleh Harto (2001) menunjukkkan bahwa pada periode saat melakukan right issue terdapat perbedaan rasio likuiditas. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Budi (2003) menunjukkan bahwa terjadi perbedaan likuiditas pada dua tahun sebelum sampai periode right issue, yang berarti perusahaan non issuer lebih likuid dibanding dengan perusahaan issuer. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 8
9 H1 = Terdapat perbedaan likuiditas perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue. 2. Rasio Leverage Rasio leverage merupakan perbandingan antara total hutang terhadap total aset. Terdapat empat cara untuk menghitung rasio leverage (Widayanti, et. al.,2006) : leverage ratio, times interest earned, debt equity ratio, dan fixed charge coverage ratio. Jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage ratio (rasio hutang) yang merupakan perbandingan antara total hutang terhadap total aset (Harto, 2001). Rasio leverage digunakan untuk mengetahui apakah tambahan dana yang diperoleh dari right issue digunakan untuk melunasi hutang atau diinvestasikan ke perluasan usaha. Rasio leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan terlalu banyak dibebani oleh hutang, sehingga diperlukan tambahan dana untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan. Hal tersebut dapat diterima apabila dana yang diperoleh dari penerbitan right issue dimanfaatkan secara benar. Menurut Kurniawati (2004) dalam (Oktavia dan Nugroho, 2010) apabila rasio leverage sebelum right issue lebih tinggi dibandingkan setelah right issue memberikan indikasikan bahwa tambahan dana yang diperoleh dari right issue digunakan untuk melunasi hutang perusahaan tetapi apabila leverage ratio lebih kecil mengindikasikan dugaan adanya earning management yang dilakukan perusahaan pada saat sebelum melakukan right issue. Hal ini dilakukan agar kinerja keuangan pada saat right issue terlihat baik sehingga penawaran right issue berjalan sukses. Dalam penelitian Harto (2001) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rasio leverage pada perusahaan issuer dan non issuer, yaitu pada dua periode sebelum melakukan right 9
10 issue. Pada periode setelah right issue tingkat leverage perusahaan issuer lebih kecil dibanding perusahaan non issuer, meskipun hasilnya tidak signifikan. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: H2 = Terdapat perbedaan leverage perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue. 3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur perputaran semua aset perusahaan. Terdapat empat macam rasio yang digunakan untuk mengukur kecepatan dari setiap rekening dikonversikan menjadi penjualan atau kas. Keempat rasio tersebut menurut Widayanti, et. al., 2006, yaitu: perputaran persediaan, rata-rata periode pengumpulan piutang, perputaran aset tetap, dan perputaran aset. Jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah asset turn over ratio yang digunakan untuk menjelaskan sejauh mana efisiensi penggunaan aset dalam menghasilkan pendapatan perusahaan (Harto,2001). Menurut Budi (2003), semakin tinggi rasio aktivitas perusahaan semakin baik keadaan perusahaan tersebut. Asset turn over ratio ini digunakan untuk mengetahui apakah tambahan dana yang diperoleh dari right issue dapat mempengaruhi perputaran aset menjadi lebih baik atau tambahan dana yang diperoleh dari right issue hanya digunakan untuk melunasi hutang perusahaan. Pada penelitian Harto (2001) menunjukkan adanya perbedaan signifikan rasio asset turn over ratio untuk seluruh periode antara perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue, dimana hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan issuer lebih redah dibanding kinerja perusahaan non issuer. 10
11 Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: H3 = Terdapat perbedaan rasio aktivitas perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue. 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aset atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Eugene dan Joel (2006), rasio profitabilitas merupakan sekumpulan rasio yang menunjukan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aset, dan hutang pada hasil-hasil operasi. Terdapat lima rasio untuk menghitung rasio profitabilitas yaitu Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE). Namun dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah OPM, NPM, ROI, dan ROE. Rasio OPM digunakan untuk menggambarkan laba bersih yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan. Rasio NPM digunakan untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan membaik atau memburuk antara sebelum dan sesudah right issue. Rasio ROI untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya, sedangkan rasio ROE digunakan untuk mengukur pendapatan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan (Oktavia dan Nugroho, 2010). Hasil penelitian Harto (2001) menunjukkan bahwa rasio NPM secara statistik signifikan dan nilai mean difference yang positif menunjukkan bahwa rasio NPM cenderung mengalami penurunan setelah melakukan right issue sedangkan untuk OPM 11
12 menunjukkan tidak ada nilai signifikan pada rasio OPM selama periode penelitian, namun nilai mean difference yang positif menunjukkan bahwa rasio OPM cenderung mengalami penurunan setelah melakukan right issue. Untuk rasio ROI mempunyai nilai mean difference yang positif yang artinya terjadi penurunan tingkat kembalian investasi dan tingkat kembalian ekuitas dari jangka waktu satu tahun sebelum right issue hingga dua tahun setelah right issue dilakukan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Budi (2003) menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan-perusahaan yang melakukan right issue lebih rendah pada periode sebelum melakukan right issue. Profitabilitas perusahaan yang melakukan right issue ikut terganggu oleh rendahnya likuiditas dan besarnya utang jangka panjang. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: H4 = Terdapat perbedaan profitabilitas perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue. 5. Rasio Pasar Rasio pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah price earning ratio (PER) dan price to book value ratio (PBV). Rasio PER merupakan suatu indikator yang digunakan untuk melihat prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. PER mengukur perbandingan antara harga saham dengan laba bersihnya. Semakin besar rasio ini berarti semakin besar jumlah rupiah yang dibayarkan oleh pemegang saham dari laba yang dilaporkan (Harto, 2001). Para investor menggunakan PER untuk melihat pertumbuhan perusahaan di masa depan sehingga membatu dalam pengambilan keputusan investasi. Dengan rasio PER yang tinggi menggambarkan perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang kuat. Sedangkan pada rasio PBV adalah 12
13 perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku ekuitasnya (Eugene dan Joel, 2006). Jika dana tambahan dari right issue yang diperoleh perusahaan digunakan untuk pembayaran hutang yang jatuh tempo ataupun mendanai investasi yang kurang menguntungkan, maka right issue yang dilakukan oleh perusahaan kemungkinan akan menyebabkan nilai PER dan PBV menjadi menurun. Oleh karenanya, dengan adanya kebijakan right issue yang dilakukan oleh perusahaan maka kebanyakan investor akan memandang right issue dari sisi negatif yang memberikan kemungkinan perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang kurang bagus ataupun perusahaan mengalami kesulitan dalam hal keuangan (Harto, 2001). Dalam penelitian Harto (2001) untuk rasio PER dan PBV menunjukkan hasil yang secara statistik signifikan yaitu kebijakan right issue yang dilakukan perusahaan dipandang investor secara negatif yang kemungkinan perusahaan memiliki pertumbuhan yang kurang bagus dimasa yang akan datang. Sedangkan pada penelitian Budi (2003) menunjukkan hasil yang secara statistik cukup signifikan pada periode setelah right issue. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: H5 = Terdapat perbedaan rasio pasar pada perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah event study. Penelitian event study merupakan metode penelitian untuk mendeteksi dampak dari suatu peristiwa (Supramono dan Utami, 2003). Dalam penelitian ini yang menjadi peristiwa adalah right issue dan dampak dari right issue ini dapat dilihat dari kinerja keuangan yang dapat diketahui melalui analisis rasio. 13
14 Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan right issue periode tahun , berupa rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data keuangan selama dua tahun sebelum ( ) dan dua tahun sesudah right issue ( ). Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia yang melakukan right issue tahun Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengambil sampel perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia yang melakukan right issue dengan pengambilan sampel secara purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu. Kriteria yang diterapkan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah: 1. Perusahaan melakukan right issue antara tahun 2004 sampai dengan tahun Data penerbitan laporan keuangan tersedia selama lima tahun berturut-turut mulai dua tahun sebelum sampai dua tahun sesudah peristiwa right issue. Sehingga total data laporan keuangan yang tersedia antara tahun 2002 sampai dengan tahun Selain kriteria tersebut dilakukan pengecualian untuk perusahaan perbankan dan pembiayaan, karena perusahaan jenis ini mempunyai regulasi yang kuat mengenai permodalan sehingga biasanya mempunyai leverage yang tinggi. Untuk sampel pembanding (non issuers) dipilih perusahaan yang sesuai dengan sampel berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan. Kriteria tersebut adalah perusahaan yang 14
15 tidak melakukan kegiatan right issue selama jangka waktu 2004 sampai Kriteria lain adalah perusahaan memiliki karakteristik industri yang sejenis dengan perusahaan sampel. Jika tidak tersedia perusahaan dalam satu industri maka diambil sampel dalam industri berdekatan. Pengukuran Variabel Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui analisis rasio. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dan operasi perusahaan sebelum dan setelah right issue meliputi: a. Rasio Likuiditas Aset Lancar CR = Hutang lancar b. Rasio Leverage Total hutang Leverage = Total aset c. Rasio Aktivitas Penjualan ATO = Total Aset d. Rasio Profitabilitas Laba bersih operasi OPM = Penjualan Laba setelah pajak NPM = Penjualan Laba setelah pajak ROI = Total Aset Laba setelah pajak ROE = Ekuitas e. Rasio Pasar Harga pasar per lembarsaham biasa PER = EPS Harga pasar per lembar saham PBV = Nilai buku per lembar saham 15
16 Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif. Seluruh data yang dikumpulkan akan diuji dengan menggunakan statistik deskriptif dan uji hipotesis. Statistik deskriptif digunakan untuk mempermudah dalam menguraikan karekteristik dari sebuah data, sedangkan pengujian hipotesis dilakukan melalui uji t sampel independen (independent t test) atau uji Mann-Whitney U Test. Pada langkah pertama yang dilakukan adalah uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk melihat apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Jika data terdistribusi normal, dapat diuji dengan pengujian parametrik menggunakan uji t sampel bebas (independent sample t-test) dan apabila data tidak berdistribusi normal maka dapat diuji dengan pengujian non parametrik. Seperti yang terdapat dalam Singgih (2001), jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah data sangat sedikit serta level data adalah nominal atau ordinal, maka perlu digunakan alternatif metode-metode statistik yang tidak harus memakai suatu parameter tertentu, seperti keharusan adanya Mean, Standar Deviasi, Varians dan lainnya, metode tersebut disebut metode statistik non parametrik. Dalam penelitian ini pengujian non parametrik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney U Test. Pengujian dilakukan dengan uji t bebas (independent sample t-test) atau uji Mann-Whitney U Test dengan melihat signifikansi perbedaan rasio antara perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue. Analisis statistik dilakukan pada tingkat keyakinan 95% yang berarti apabila tingkat signifikansi t <level of significant (0,05) maka ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue dan perusahaan yang tidak melakukan right issue. 16
17 ANALISIS DATA Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan kriteria yang ditentukan sebelumnya, terdapat 41 perusahaan yang melakukan right issue di BEI pada tahun dan terdapat 24 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel untuk menjadi sampel akhir dalam penelitian. Untuk sampel pembanding dipilih perusahaan yang matched dengan sampel issuer berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan dan terpilih sebanyak 24 perusahaan pembanding. Tabel 1: Distribusi Sampel Tahun Sampel Penelitian Awal Akhir Sampel Issuer Alasan 4 perusahaan merupakan perusahaan perbankan & lembaga pembiayaan. 1 perusahaan tidak tersedia laporan keuangan tahun 2002 & Sampel Pembanding (Non Issuer) perusahaan merupakan perusahaan perbankan & lembaga pembiayaan. 3 6 perusahaan merupakan perusahaan perbankan & lembaga pembiayaan. 5 3 perusahaan merupakan perusahaan perbankan & lembaga pembiayaan. 9 Total Sumber : ICMD, diolah (Keterangan data perusahaan lihat lampiran 1) Statistik Deskriptif Dalam penelitian ini, statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue dengan melihat peningkatan dan penurunan yang terjadi pada rata-rata 17
18 rasio CR, leverage, ATO, OPM, NPM, ROI, ROE, PER dan PBV selama periode right issue. Untuk mempermudah dalam penggambaran data mengenai perbedaan kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dalam grafik di bawah ini: Gambar 1: Mean rasio CR Issuer Gambar 2: Mean rasio CR Non Issuer Berdasarkan Grafik 1 dapat dilihat bahwa nilai mean pada rasio CR issuer saat t-2 ke t-1 mengalami penurunan yang cukup tajam dan kemudian mengalami peningkatan dari t-1 sampai t+2. Penurunan yang terjadi dari t-2 ke t-1 kemungkinan disebabkan oleh aktivitas operasi perusahaan. Sedangkan dari t-1 sampai dengan t+2 terjadi peningkatan yang kemungkinan disebabkan oleh adanya tambahan dana yang diperoleh dari right issue sehingga menyebabkan rasio CR tinggi. Nilai maksimal pada rasio CR issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan Inti Kapuas Arowana pada saat t+2, sedangkan nilai minimal pada rasio CR issuer adalah sebesar 0.12 yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia juga pada saat t+2. Sedangkan pada Grafik 2 menunjukkan bahwa nilai mean pada rasio CR non issuer terjadi peningkatan dari t-2 sampai t0, namun saat t0 ke t+1 justru mengalami penurunan dan selanjutnya menigkat kembali pada saat t+2. Peningkatan dan penurunan yang terjadi pada nilai mean pada rasio CR non issuer ini dimungkinkan terjadi karena aktivitas normal operasi 18
19 perusahaan. Nilai maksimal pada rasio CR non issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan Inti Agri Resources pada saat t+2, sedangkan nilai minimal adalah sebesar 0.45 yaitu pada perusahaan Bumi Resources pada saat t Gambar 3: Mean rasio Leverage Issuer Gambar 4: Mean rasio Leverage Non Issuer Berdasarkan Grafik 3 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai mean pada rasio leverage issuer yaitu saat t-2 sampai t0 yang kemudian mengalami peningkatan dari t0 sampai t+2. Seperti yang terdapat dalam Oktavia dan Nugroho (2010), hal ini mungkin disebabkan oleh adanya indikasi earning management yang dilakukan oleh perusahaan issuer dari t-2 sampai t0 yaitu dengan memperlihatkan nilai rasio leverage yang semakin menurun. Tujuan dengan menunjukkan rasio leverage yang semakin kecil sebelum right issue adalah agar kinerja perusahaan terlihat baik sehingga penawaran right issue yang ditawarkan pada pemegang saham lama terjual habis. Nilai maksimal pada rasio leverage issuer adalah sebesar 1.93 yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia pada saat t+2, sedangkan nilai minimal rasio leverage issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan Inti Kapuas Arowana juga pada saat t+2. Sedangkan pada Grafik 4 menunjukkan bahwa nilai mean rasio leverage non issuer mengalami penurunan pada t-2 sampai t0. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan semakin 19
20 sedikit hutang perusahaan yang digunakan untuk memperoleh aset. Namun terjadi peningkatan nilai mean pada t+1 dan kembali menurun pada t+2. Nilai maksimal pada rasio leverage non issuer adalah sebesar 1.09 yaitu pada perusahaan Karwell Indonesia pada saat t+2, sedangkan nilai minimal rasio leverage non issuer adalah sebesar 0.02 yaitu pada perusahaan Inti Agri Resources saat t Gambar 5: Mean rasio ATO Issuer Gambar 6: Mean rasio ATO Non issuer Berdasarkan Grafik 5 dapat dilihat bahwa nilai mean rasio ATO issuer dari t-2 ke t-1 sedikit mengalami peningkatan dan terjadi penurunan sebelum melakukan right issue yaitu dari t-1 ke t0. Penurunan yang terjadi memberi indikasi bahwa kemungkinan efisiensi dari perputaran aset perusahaan sedang dalam kondisi yang kurang baik, sehingga hal ini yang menjadi salah satu faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan right issue. Sedangkan pada t0 sampai t+2 terjadi peningkatan dan penurunan yang bisa dikatakan cukup stabil. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan tambahan dana yang diperoleh dari right issue dikelola oleh manajemen dengan baik, yang tidak hanya digunakan untuk melunasi hutang tapi juga digunakan untuk menambah aset yang dapat meningkatkan volume penjualan perusahaan. Nilai maksimal pada rasio ATO issuer adalah sebesar 2.82 yaitu pada perusahaan Pan Brothers saat t0, sedangkan nilai minimal rasio ATO issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan ATPK Resources pada saat t+2. 20
21 Sedangkan pada Grafik 6 menunjukkan bahwa nilai mean rasio ATO non issuer terjadi penurunan pada t-2 ke t-1, namun mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari t-1 ke t0 sampai t+1. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik keadaan perusahaan dalam mengelola aset perusahaan. Selanjutnya, dari t+1 ke t+2 nilai mean rasio ATO kembali mengalami penurunan. Pada rasio ATO non issuer, nilai maksimalnya adalah 2.49 yaitu pada perusahaan Ciputra Development pada saat t+1, sedangkan nilai minimalnya adalah sebesar 0.05, yaitu pada perusahaan Colorpak Indonesia pada saat t Gambar 7: Mean rasio OPM Issuer Gambar 8: Mean rasio OPM Non issuer Berdasarkan Grafik 7 dapat dilihat bahwa mean rasio OPM issuer mengalami peningkatan pada periode sebelum melakukan right issue sampai pada satu tahun setelah melakukan right issue yaitu dari t-2 sampai pada t+1. Namun terlihat pada t+1 ke t+2 terjadi penurunan yang cukup tajam. Hal ini mungkin mengindikasikan bahwa dalam jangka panjang, right issue tidak dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang ditunjukkan dengan penurunan OPM pada dua tahun setelah right issue. Nilai maksimal rasio OPM issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan Mitra Rajasa saat t+1, sedangkan nilai minimal rasio OPM issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan ATPK Resources pada saat t+2. 21
22 Sedangkan pada Grafik 8 menunjukkan bahwa nilai mean rasio OPM non issuer justru mengalami penurunan pada t-2 sampai pada t0. Hal ini dapat menunjukkan bahwa keadaan perusahaan yang semakin memburuk selama periode t-2 sampai t0. Selanjutnya pada t0 ke t+1 terlihat terjadi peningkatan yang cukup tinggi, namun pada t+1 ke t+2 kembali mengalami penurunan. Nilai maksimal pada rasio OPM non issuer adalah sebesar 6.91 yaitu pada perusahaan Inti Agri Resources pada saat t-2, sedangkan nilai minimalnya adalah sebesar yang juga terdapat pada perusahaan Inti Agri Resources pada saat t Gambar 9: Mean rasio NPM Issuer Gambar 10: Mean rasio NPM Non issuer Pada Grafik 9 dapat dilihat bahwa nilai mean rasio NPM issuer mengalami peningkatan dari t-2 sampai periode right issue, dan terus meningkat sampai pada t+1 walaupun hanya kecil tingkat kenaikannya. Namun dari t+1 ke t+2 terlihat penurunan yang cukup tajam, yang menunjukkan bahwa kondisi perusahaan yang memburuk. Hal tersebut juga dapat menunjukkan bahwa keefektifan dana yang berasal dari right issue hanya bertahan satu tahun setelah periode right issue. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena kurang tepatnya keputusan yang diambil oleh manajemen dalam mengelola dana yang diperoleh dari right issue sehingga menyebabkan net profit margin perusahaan mengalami penurunan yang cukup tajam. Pada rasio NPM issuer, nilai maksimal adalah sebesar 8.22 yaitu pada perusahaan 22
23 Budi Acid Jaya saat t+2, sedangkan nilai minimal adalah sebesar yaitu pada perusahaan ATPK Resources pada saat t+2. Sedangkan pada Grafik 10 menunjukkan bahwa nilai mean rasio NPM non issuer yang tidak jauh berbeda dengan nilai mean rasio OPM non issuer. Dimana terjadi penurunan pada t-2 sampai pada t0 yang menunjukkan kondisi perusahaan yang memburuk. Selanjutnya, dari t0 ke t+1 terjadi peningkatan, namun kembali mengalami penurunan pada t+1 ke t+2. Nilai maksimal pada rasio NPM non issuer adalah sebesar 3.87 pada t-2 dan nilai minimal adalah sebesar pada saat t0, di mana kedua nilai tersebut terdapat pada perusahaan Inti Agri Resources Gambar 11: Mean rasio ROI Issuer Gambar 12: Mean rasio ROI Non issuer Berdasarkan Grafik 11 dapat dilihat bahwa nilai mean rasio ROI issuer sedikit mengalami peningkatan dari t-2 ke t-1 dan dari t-1 ke t0 mengalami penurunan yang cukup tajam. Kemudian mengalami peningkatan dari t0 ke t+1 namun kembali menurun pada t+2. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya tambahan aset melalui dana yang diperoleh dari right issue dapat dipergunakan dengan baik oleh perusahaan dalam menghasilkan laba. Namun penurunan yang terjadi pada t+2, mengindikasikan bahwa kemungkinan proyek perusahaan untuk menghasilkan laba tersebut digunakan melalui investasi jangka panjang, sehingga belum bisa memperlihatkan hasil investasi tersebut jika hanya dilihat dari dua tahun setelah 23
24 melakukan right issue. Nilai maksimal rasio ROI issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan Charoen Pokphand Indonesia saat t+2, sedangkan nilai minimal adalah sebesar yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia saat t0. Sedangkan pada Grafik 12 memperlihatkan bahwa nilai mean rasio ROI pada non issuer dari t-2 ke t-1 mengalami penurunan dan dari t-1 ke t0 terjadi peningkatan, selanjutnya mengalami penurunan kembali dari t0 sampai pada t+2. Hal ini menunjukkan bahwa dari t-2 ke t-1 dan dari t0 sampai t+2, perusahaan tidak mampu memaksimalkan seluruh aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba sehingga ROI mengalami penurunan. Nilai maksimal pada rasio ROI non issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan International Nickel indonesia saat t0, sedangkan nilai minimal rasio ROI non issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan Karwell Indonesia pada saat t Gambar 13: Mean rasio ROE Issuer Gambar 14: Mean rasio ROE Non issuer Berdasarkan Grafik 13 dapat dilihat bahwa nilai mean rasio ROE issuer terjadi peningkatan dari t-2 ke t-1 dan selanjutnya menurun pada saat t0. Namun pada dua tahun setelah periode right issue, rasio ROE kembali mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan adanya tambahan dana yang diperoleh dari right issue menyebabkan perbaikan dalam struktur modal perusahaan. Pada rasio ROE issuer, nilai maksimalnya adalah sebesar 24
25 yaitu pada perusahaan Mitra Rajasa saat t+2, sedangkan nilai minimal adalah sebesar yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia pada saat t0. Sedangkan pada Grafik 14 memperlihatkan bahwa nilai mean rasio ROE non issuer pada saat t-1 dan t+1 mengalami penurunan dan pada saat t0 dan t+2 mengalami peningkatan. Melalui grafik tersebut dapat menunjukkan bahwa pada saat t-1 dan t+1 keadaan perusahaan sedang memburuk sehingga pendapatan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan cukup rendah. Sedangkan pada t0 dan t+2 adalah kondisi sebaliknya, yang ditunjukkan dengan ROE yang cukup tinggi. Nilai maksimal pada rasio ROE non issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan Karwell Indonesia saat t+2, sedangkan nilai minimal adalah yaitu pada perusahaan Arpeni Pratama Ocean Line juga pada saat t Gambar 15: Mean rasio PER Issuer Gambar 16: Mean rasio PER Non issuer Berdasarkan Grafik 15 terlihat bahwa mean rasio PER issuer pada saat t-1 mengalami kenaikan dan kembali menurun pada t0. Sedangkan pada periode satu tahun setelah right issue terjadi kenaikan yaitu pada t+1. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang kuat sebagai akibat dari penerbitan right issue, yang dapat menyebabkan harga saham mengalami peningkatan. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, yang ditunjukkan dengan penurunan kembali rasio PER pada t+2. Nilai PER yang 25
26 menurun kemungkinan disebabkan karena dana yang diperoleh dari right issue digunakan untuk pembayaran hutang yang jatuh tempo atau mendanai investasi yang kurang menguntungkan. Nilai maksimal pada PER issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan Centra Corporindo Internasional pada saat t+1, sedangkan nilai minimal pada PER issuer adalah sebesar yang juga terdapat pada perusahaan Centra Corporindo Internasional pada saat t0. Sedangkan pada Grafik 16 memperlihatkan nilai mean rasio PER non issuer yang mengalami peningkatan dari t-2 sampai pada t0 dan selanjutnya menurun sampai pada t+2. Dengan rasio PER yang meningkat memperlihatkan bahwa pertumbuhan perusahaan dimasa depan akan membaik, namun penurunan yang terjadi pada t+1 dan t+2 menggambarkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang melemah. Pada rasio PER non issuer, nilai maksimalnya adalah sebesar yaitu pada perusahaan Karwell Indonesia pada saat t0, dan nilai minimalnya adalah sebesar yang juga terdapat pada perusahaan Karwell Indonesia pada saat t Gambar 17: Mean rasio PBV Issuer Gambar 18: Mean rasio PBV Non issuer Terlihat pada Grafik 17 bahwa mean rasio PBV issuer pada saat t-1 menurun dan selanjutnya mengalami peningkatan pada saat t0. Namun selama dua tahun setelah melakukan right issue yaitu t+1 dan t+2 rasio PBV mengalami penurunan. Hal ini disebabkan 26
27 nilai buku per lembar saham pada perusahaan yang melakukan right issue dinilai terlalu tinggi (over value) sehingga menyebabkan nilai PBV menurun. Pada rasio PBV issuer, nilai maksimalnya adalah sebesar 9.01 yaitu pada perusahaan Ades Alfindo Putrasetia pada saat t0, sedangkan nilai minimalnya adalah yaitu pada perusahaan Ciputra Development pada saat t-1. Pada Grafik 18 memperlihatkan bahwa mean rasio PBV non issuer mengalami peningkatan pada t-1 dan t0 dan selanjutnya terjadi penurunan sampai pada t+2. Nilai maksimal pada rasio PBV non issuer adalah sebesar yaitu pada perusahaan International Nickel Indonesia saat t0, sedangkan nilai minimal adalah sebesar yaitu pada perusahaan Ciputra Development pada saat t-2. Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sebagian besar data tidak berdistribusi normal baik data untuk sampel issuer maupun sampel pembanding. Sesuai dengan teknik analisis yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U Test. Dalam uji Mann-Whitney U Test digunakan data asli dengan tidak dilakukan penormalan data, sehingga dimungkinkan hasil yang diperoleh lebih menunjukkan hasil olah data dengan nilai yang sebenarnya. Ringkasan hasil uji Mann-Whitney U Test dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada rasio ATO menunjukkan perbedaan yang secara statis signifikan antara perusahaan issuer dan perusahaan non issuer, untuk periode t0 dan t+1. Hal ini membuktikan bahwa dengan melakukan right issue perusahaan akan memperoleh tambahan dana, yang jika dana tersebut dikelola oleh manajemen dengan baik maka dapat meningkatkan efisiensi penggunaan aset untuk menghasilkan pendapatan. Hal ini sesuai 27
28 dengan peneliitian yang dilakukan Harto (2001) yang membuktikan bahwa rasio ATO menunjukkan perbedaan yang secara statis signifikan untuk seluruh periode. Tabel 2: Ringkasan Uji Mann-Whitney U Test T Current Ratio Leverage ATO OPM NPM ROI ROE PER PBV Nilai Mean Issuer Nilai Mean Non Issuer Nilai Asyimp. Sig. (2-tailed) Sumber : Output SPSS Pada rasio NPM terdapat perbedaan signifikan namun hanya terjadi pada saat t-2, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPM. Perbedaan yang signifikan juga terjadi pada rasio ROI yaitu pada periode t-2 sampai pada periode t+1. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa mulai periode dua tahun sebelum, sampai pada saat melakukan right issue, kondisi profitabilitas perusahaan issuer berada pada kondisi yang kurang baik, sehingga hal ini menjadi salah satu alasan yang mendorong perusahaan issuer untuk melakukan perolehan dana melalui right issue. Demikian juga pada rasio ROE terdapat perbedaan signifikan antara perusahaan issuer dan perusahaan non issuer yaitu pada saat t-2 dan pada saat t0. Hal ini dapat menunjukan bahwa 28
29 dengan melakukan right issue, perusahaan issuer akan memperoleh tambahan dana yang selanjutnya dapat menyebabkan perbaikan dalam struktur modal perusahaan. Sedangkan pada rasio keuangan yang lain seperti Current Ratio, Leverage, OPM, PER, dan PBV tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perusahaan issuer dan non issuer, artinya keputusan untuk melakukan right issue tidak membuat perbedaan signifikan tetapi hanya berpengaruh pada peningkatan dan penurunan kinerja pada periode sebelum dan sesudah melakukan right issue. KESIMPULAN Dari keseluruhan analisis kinerja keuangan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan right issue dan yang tidak melakukan right issue, terdapat perbedaan yang signifikan hanya pada rasio aktivitas yaitu rasio ATO dan rasio profitabilitas yaitu pada rasio ROI dan ROE. Rasio ATO menunjukkan perbedaan signifikan pada periode right issue dan satu tahun sesudah perusahaan melakukan right issue. Sedangkan rasio ROI menunjukkan perbedaan signifikan pada dua tahun sebelum sampai satu tahun setelah melakukan right issue dan pada rasio ROE menunjukkan hasil yang signifikan pada periode dua tahun sebelum right issue dan pada periode right issue. Penelitian ini tidak dapat terlepas dari berbagai keterbatasan. Diantaranya, pemilihan sampel pembanding yang hanya memperhatikan karakteristik industri yang sejenis tanpa memperhatikan ukuran perusahaan, hendaknya pada penelitian selanjutnya memperhatikan hal tersebut agar perusahaan pembanding benar-benar sebanding dengan perusahaan issuer. Keterbatasan berikutnya, penelitian ini hanya melakukan analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan saja, diharapkan dalam penelitian selanjutnya juga dilakukan analisis kinerja saham perusahaan untuk lebih dapat memperoleh gambaran yang tepat mengenai pengaruh right issue terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. 29
30 DAFTAR PUSTAKA Budiarto, Arif dan Zaki Baridwan Pengaruh Pengumuman Right Issue terhadap Tingkat Keuntungan dan Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta periode Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 2, No. 1. Januari. Budi, Ichan Setyo Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.IX No.2. Sept 2003 Eugene, F.Brigham dan F. Houston Joel, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh, Jakarta, Salemba Empat. Healey, Paul dan Khrisna G. Palepu Earning and Risk Charges Surrounding Primary Stock Offer. Journal of Accounting Research. Vol. 28. Spring. Horne, James, 1997, Fundamentals of Financial Management, Prentice Hall. Indonesian Capital Market Directory, PT. Bursa Efek Jakarta. Kurniasari, Ninik dan Linggar Yekti Nugraheni Reaksi Pasar terhadap Right issuepada Saat Ex Date. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.IX No.2 Sept Kurniawati, Indah dan Beni Suhendra Winarso Analisis Empiris Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Right Issue dan Tingkat Likuiditas Saham: Pengujian The Negative Information Effect Huphothesis. KOMPAK. No.2 Juli-Desember Loughran, Tim and Jay R. Ritter The Operating Performance of Firms Conducting Seasoned Equity Offering, Journal of Finance. Vol LII, No. 5 December Nugrahanti, Yeterina, W Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure terhadap Kinerja Perusahaan. Dipresentasikan dalam Seminar dan Konferensi Nasional Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan menuju Ketahanan Ekonomi dan Bisnis Mei Unika Atmajaya Jakarta. Nugroho Analisis Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Right issuedi Indonesia. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (Tidak dipublikasikan). Oktavia, Siti Chintia dan Paskah Ika Nugroho Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Melakukan Right Issue di Bursa Efek Jakarta. Dipresentasikan dalam Seminar Akbar Forum Manajemen Indonesia. Management: Future Challenges November Universitas Airlangga Surabaya. Puji Harto Analisis Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Right issuedi Indonesia. SNA IV. Semarang. Hal : Rita Widayanti,et.al Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Santoso, Singgih SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Sari, Y. Prima Analisis Right Issue Terhadap Return Saham Setelah Cum Date. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung. Supramono dan Utami Desain Proposal Penelitian Studi Akuntansi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Udayana, Made Ayu Swesty dan Sri Sulistyanto Pengaruh Pengumuman Right issue Terhadap Reaksi Pasar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.III No.5 Sept
Jurnal Dinamika Manajemen
JDM Vol. 1, No. 1, 2010, pp: 27-33 Jurnal Dinamika Manajemen http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN Ibnu Khajar Fakultas Ekonomi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan pada umumnya dalam melakukan kegiatan operasional memiliki tujuan untuk menghasilkan laba yang maksimal serta dapat mempertahankan kelangsungan hidup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laba Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Merger dan akuisisi adalah salah satu tindakan strategis perusahaan untuk menjaga eksistensi dan mengembangkan usahanya. Dalam merger, entitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memberikan alternatif investasi yang sangat fleksibel bagi para investor. perusahaan atau saham kepada masyarakat (public).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda dunia bisnis. Penyelenggaraan pasar modal mendorong percepatan aktivitas investasi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil. Dimana melemahnya nilai investasi di Indonesia serta ketidakstabilan mata uang dollar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, persaingan antar perusahaan sangat ketat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Lebih terperinciPENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2005-2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini dalam dunia usaha mengalami perkembang yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai dengan berlakunya perdagangan bebas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pasar modal bagi perusahaan bagaikan lumbung dana yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perekonomian di Indonesia, investasi dalam pasar modal pun turut mengalami perkembangan. Keberadaan pasar modal memiliki peran penting bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang telah go public biasanya mengalami pertumbuhan yang berakibat pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era pasar bebas, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin ketat. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk mengembangkan strategi perusahaan agar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Penentuan Sampel Populasi merupakan keseluruhan dari pengamatan yang menjadi fokus penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
Lebih terperinciPENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA ARNI / 20208189 Pembimbing : Dr. Emmy Indrayani Latar Belakang Masalah Salah satu faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjuabelikan sekuritas. Salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh perkembangan pasar modal yang ada di Indonesia, investor tertarik dengan saham yang dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu (Kasmir,
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.
A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. Adha dan Ratna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset rill (tanah, emas, satu tahun, seperti saham dan oblogasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, naiknya suku bunga, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, naiknya suku bunga, dan inflasi (kenaikan harga), yang berdampak pada daya beli masyarakat menjadi menurun dan banyak perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana alternative
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. bagaimana keadaan kinerja keuangan perusahaan setelah right issue. Nyoman (2006)
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Penelitian Terdahulu Ada beberapa pendapat dari hasil penelitian terdahulu yang menjelaskan bagaimana keadaan kinerja keuangan perusahaan setelah right issue. Nyoman (2006)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Laba Setiap perusahaan pasti menginginkan memproleh laba yang maksimal atas usaha yang dikelolanya sehingga perusahaan dapat terus maju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mekanisme perdagangan efek di pasar modal ditata rapi oleh sistem yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 menjelaskan bahwa pasar modal merupakan kegiatan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam operasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan ketat menimbulkan persaingan antar para pelaku bisnis. Keadaan yang seperti ini memaksa para pelaku bisnis untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas, pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang merupakan persekutuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data laporan keuangan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang dipublikasikan perusahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor fundamental perusahaan terhadap return saham sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti lain.
Lebih terperinci2016 ANALISIS PERBAND INGAN TINGKAT LIKUID ITAS DAN PROFITABILITAS SEBELUM D AN SESUD AH RIGHT ISSUE D I BURSA EFEK IND ONESIA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber dana tambahan yang diperlukan untuk kepentingan perusahaan dari investor yang terdapat di pasar modal memegang peran penting bagi perusahaan. Dana tambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdaftar di pasar modal sebanyak 573 emiten. Jumlah tersebut mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dari data tahun 2012 menunjukan jumlah emiten
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 SUMBER DATA Menurut Sarwono (2006 : 8), dilihat dari sumber perolehannya, data dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali:
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang mendasari dan mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali: 2.1.1 Ratna Prihantini (2009) Penelitian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dapat dikatakan mencapai kesuksesan dan berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang maksimal (Mahaputra, 2012). Di samping
Lebih terperinciDisusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh:
PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN HUTANG DAN KEPUTUSAN INVESTASI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015) Disusun sebagai salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan semakin lama akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya produktivitas dan performa perusahaan. Modal investasi dulunya dapat dipenuhi dengan utang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi sebagai berikut : Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran-ukuran
Lebih terperinciBab II. Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sering digunakan adalah laba. PSAK No. 25 tahun 2011
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Salah satu parameter kinerja perusahaan yang sering
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Mayora Tbk maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kinerja Likuiditas dilihat dari rasio
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki usaha untuk menjaga kelangsungan serta eksistensinya. Untuk menjaga kelangsungan serta eksistensinya, perusahaan tidak akan terlepas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pengertian merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Employee
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu,antara lain : 1. Christian Herdinata, 2012. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat persaingan antar perusahaan pun semakin tinggi dan pada akhirnya menjadi suatu tuntutan
Lebih terperinciprofitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sebuah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena ingin mengetahui posisi keuangan perusahaan saat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini setiap negara harus mampu mengacu pada pembangunan dan perekonomian. Pasar modal memiliki peran yang penting dalam kegiatan perekonomian
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan suatu strategi yang tepat agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat menuntut suatu perusahaan untuk dapat selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat terus bertahan, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian suatu negara tidak dapat terpisahkan dari dunia investasi yang dapat diukur dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang, atau dengan kata lain tempat bertemunya calon pemodal (investor)
Lebih terperinciPENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE TIME SERIES UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
PENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE TIME SERIES UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN Syamsul Arif R. Rustam Hidayat Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 dikemukakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi kondisi perekonomian yang sangat kompetitif, setiap perusahaan dituntut untuk mengerahkan seluruh sumber daya secara optimal hanya perusahaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Harga Saham Harga saham adalah harga jual beli yang sedang berlaku di pasar efek yang ditentukan oleh kekuatan pasar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Keuangan a. Definisi Manajemen Keuangan Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi banyak perusahaan-perusahaan industri, dagang maupun jasa yang ada bersaing dalam mendapatkan konsumen maupun investor dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT This research is conducting
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 2.1.1 Widayanti dan Haryanto (2013) Penelitian Widayanti dan Haryanto (2013)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek
Lebih terperinciPENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI
PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI 2000-2004 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat
Lebih terperinciPENGARUH ROE (RETURN ON EQUITY)
1 PENGARUH ROE (RETURN ON EQUITY) DAN ROA (RETURN ON ASSET) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2012 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 1I TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen yang satu dengan elemen yang lainnya dalam suatu laporan keuangan
Lebih terperinciBAB 1 perusahaan sehingga menjadi faktor penentu dalam berinvestasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan melihat tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA 2.1.1.1 Pengertian PBV (Price Book Value) Rasio PBV (Price Book Value) ini di definisikan sebagai rasio harga saham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan semua perusahaan menurut ahli keuangan tidak jauh berbeda satu sama lainnya, hanya saja cara
Lebih terperinciANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI Lilis Tri Jayanti lilistrijayanti@gmail.com Budhi Satrio hasta.budhisatrio@gmail.com Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran sangat penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi utama, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana. masyarakat, dalam hal ini investor untuk mengembangkan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana masyarakat, dalam hal ini investor untuk mengembangkan perekonomian dimana dana tersebut adalah modal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek perekonomian suatu negara ditentukan oleh tiga hal penting. Pertama, kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming atau
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Lebih terperinciFinancial Performance (2)
Financial Performance (2) Modul ke: Liquidiity Ratio Solvability Ratio Activity Ratio Profitability Ratio Market Ratio Fakultas Pascasarjana Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Magister Teknik Industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi yang modern saat ini, eksistensi pasar modal yang terdapat di Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian negara. Salah satu cara untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil. Dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil. Dimana melemahnya nilai investasi di Indonesia serta ketidakstabilan mata uang dollar terhadap
Lebih terperinci