Konsep diri terbentuk karena adanya pengaruh dari orang lain (Rakhmat, 2005:100). Hasil interaksi, hubungan dan pergaulan dengan orang lain akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Konsep diri terbentuk karena adanya pengaruh dari orang lain (Rakhmat, 2005:100). Hasil interaksi, hubungan dan pergaulan dengan orang lain akan"

Transkripsi

1 3 Konsep diri terbentuk karena adanya pengaruh dari orang lain (Rakhmat, 2005:100). Hasil interaksi, hubungan dan pergaulan dengan orang lain akan memberikan peranan kepada individu dalam membentuk konsep diri. Begitu pula yang terjadi pada remaja. Remaja akan mengenal dirinya karena adanya pengaruh dari orang lain yang telah mengenal dirinya dalam memberikan pujian, sanjungan, bahkan sampai pada bentuk cemoohan. Sehingga faktor orang lain di sini mempunyai pengaruh yang dapat mengakibatkan remaja mengenal, memahami, dan menilai dirinya. Ketika orang lain memberikan penerimaan yang baik dan senang dengan keberadaan remaja, maka remaja cenderung akan menerima dan menilai dirinya dengan baik. Sebaliknya bila orang lain selalu menolak keberadaan remaja, tidak senang dan selalu memandang jelek terhadap dirinya, maka remaja tersebut cenderung tidak akan menyenangi dan menerima dirinya. Akan tetapi tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri individu. Ada yang paling berpengaruh terhadap diri seseorang, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri seseorang yang disebut significant others (Mead dalam Rakhmat, 2005:101). Orang lain itu adalah mereka yang mempunyai ikatan emosional dan dari mereka secara perlahan-lahan individu membentuk konsep dirinya. Dalam dimensi perkembangan, significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan remaja. Mereka adalah orang tua, saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan individu. Mereka mengarahkan tindakan remaja, membentuk pikiran dan menyentuh secara emosional. Dalam hal ini orang tua memiliki pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan perilaku remaja karena sebagian besar kehidupan remaja ada dalam keluarga. Terlebih lagi remaja masih berada dalam fase krisis identitas (Hurlock, 1980:207). Permasalahan yang sering dialami dalam masa remaja adalah rasa tidak percaya diri karena tubuhnya dinilai kurang/tidak ideal baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, atau merasa tidak memiliki kelebihan yang bisa dipakai sebagai modal dalam bergaul. Rasa kurang percaya diri kemudian menyebar ke hal hal lain, misalnya malu untuk berhubungan dengan orang lain, tidak percaya diri untuk tampil di depan umum, menarik diri, pendiam, malas bergaul dengan lawan jenis atau bahkan kemudian menjadi seorang yang pemarah, sinis dan lainnya. Remaja memerlukan teladan, dukungan, serta model dari keluarga terutama orang tua yang bisa berlaku sebagai pedoman.

2 4 Dalam periode perkembangan remaja, orang tua dijadikan tolak ukur oleh para remaja guna menguji diri dalam segi kemampuan penerimaan diri. Remaja yang diberikan otonomi psikologis oleh orang tua cenderung menjadi percaya diri dan kompeten dalam bidang akademis dan sosial. Remaja akan berhasrat untuk berprestasi dan percaya dapat melakukan apa yang telah direncanakan (Papalia, 2008:613). Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi remaja untuk menilai siapa dirinya. Menurut Sullivan (Rakhmat, 2005:101) individu menilai dirinya berdasarkan apa yang dialami dan didapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka individu akan merasa dirinya cukup berharga, sebaliknya bila lingkungan selalu meremehkan, menyalahkan, dan menolak, individu tersebut akan cenderung tidak menyenangi dirinya. Faktor yang dibawa individu dari lingkungan dan keadaan keluarga yang kurang baik dalam menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan dalam membentuk sifat, karakter dan konsep dirinya membuat tidak semua individu mempunyai konsep diri yang positif dalam kehidupannya (Asmara, 2007). Remaja dengan orang tua beda agama memiliki konsekuensi lebih berat dalam mengoptimalkan pencapaian konsep diri. Lingkungan keluarga sebagai kelompok sosial terkecil dalam masyarakat mempunyai peranan penting dalam pembentukan konsep diri pada remaja. Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Contoh dari orang tua yang disiplin dalam menjalankan ajaran agama akan membawa kepada perubahan sikap dan tingkah laku remaja ke arah positif dan produktif karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan (Willis, 2005:68-69). Nilai-nilai agama sangat berperan ketika anak tengah memasuki masa pembentukan dan perkembangan kepribadian. Jika agama menjadi sumber konflik, tentu kurang baik bagi perkembangan psikologis anak (Abdillah, 2008:19) Berdasarkan beberapa penelitian (Hawari dalam Maria, 2007) ditemukan bahwa keluarga yang tidak religius yang penanaman komitmennya rendah atau tanpa nilai agama sama sekali cenderung terjadi pertentangan konflik dan percekcokan dalam keluarga, dengan suasana yang seperti ini anak akan merasa tidak betah di rumah dan kemungkinan besar anak akan mencari lingkungan lain yang dapat menerimanya. Suasana harmonis yang dirasakan remaja, secara tidak

3 5 langsung berpengaruh terhadap pembentukan kepribadiannya dalam hal ini konsep diri (Maria, 2007). Para orang tua akan memacu adanya pertentangan dan kekacauan batin (incongruence) ketika orang tua memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Kasih sayang kondisional tersebut terjadi saat orang tua hanya akan menerima anaknya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama remaja. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus. Pengalaman incongruence yang disimbolisasi ke dalam kesadaran, dapat membuat konsep diri menjadi hancur. Sedangkan, situasi congruence, merupakan pengalaman diri yang diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati (Rogers dalam Alwisol, 2009:277). Proses dibesarkan dalam perkawinan beda agama dapat menjadi pengalaman negatif bagi anak bila mereka mengalami perlakuan negatif dari orang tua dan keluarga besar. Sebagian anak tidak ingin menjadi bagian dari agama apapun ketika dewasa karena mengalami banyak konflik emosional semasa dibesarkan (Duvall & Miller; Blood dalam Hikmatunnisa, 2007). Apabila pengalaman ini berlangsung lama, maka akan ada dampak terhadap kesejahteraan psikologis. Hubungan orang tua dengan anak yang tidak harmonis ini akan berdampak pada pembentukan konsep diri anak (Calhoun & Acocella, 1990:77). Menurut Bossard & Boll (Hikmatunnisa, 2007), anak dalam keluarga berbeda agama memiliki potensi masalah. Masing-masing keluarga besar dari pasangan umumnya terlibat dalam memperebutkan agama anak. Anak yang telah beranjak remaja dapat mengalami kebingungan. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan remaja. Individu yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis tanpa ada ketimpangan dalam hal agamanya, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Kebanyakan anak dari pekawinan beda agama hanya sedikit atau tidak mendapatkan pendidikan agama dan identitas agama dari kedua orang tuanya (Yusuf, 2011:128).

4 6 Peran dan tanggung jawab orang tua sebagai pembentuk pribadi, mental dan karakter sangat diperlukan dalam mengembangkan konsep diri yang positif. Untuk dapat mengembangkan konsep diri yang positif tersebut maka diperlukan bimbingan dan pembinaan yang baik dari lingkungan keluarga. Berdasarkan uraian di atas, mekanisme psikologis yang terjadi pada permasalahan tersebut adalah remaja yang memiliki orang tua beda agama mempunyai beban yang lebih berat bila dibandingkan dengan remaja yang memiliki orang tua seagama dalam membentuk konsep dirinya. Remaja yang dibesarkan dalam keluarga harmonis yang ditandai dengan penciptaaan kehidupan beragama dan penanaman komitmen dan nilai agama agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dapat mencapai kematangan, baik secara emosi maupun sosial, sehingga terbentuklah konsep diri positif dalam diri remaja. Remaja yang mampu menemukan hal-hal positif dari dirinya disamping kekurangannya, akan memiliki pandangan proporsional tentang dirinya. Sebaliknya, pembentukan konsep diri pada remaja kurang optimal apabila dari lingkungan keluarga tidak tercipta kehidupan yang harmonis karena adanya ketimpangan agama. Orang tua tidak mampu membantu remaja dalam menemukan hal-hal positif dalam dirinya, maka remaja lebih terpaku pada kekurangan-kekurangan yang dimilikinya dan remaja akan memiliki konsep diri negatif yang tentu akan berpengaruh pada kemampuan dalam mengontrol diri dan berperilaku yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan sosial. METODE Partisipan Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki orang tua beda agama dan remaja yang memiliki orang tua seagama di SMAK Frateran, SMAK Kolese Santo Yusup, SMAK St. Albertus, SMAK Santa Maria, dan SMAK Cor Jesu. Adapaun karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah: 1. Remaja yang memiliki orang tua beda agama dan remaja yang memiliki orang tua seagama 2. Berusia tahun 3. Laki-laki dan perempuan 4. Kelas 1 atau 2 SMA

5 7 Pengambilan sampel untuk remaja yang memiliki orang tua beda agama dan remaja yang seagama menggunakan teknik sampling kuota dengan jumlah remaja yang memiliki orang tua beda agama sebanyak 40 dan remaja yang memiliki orang tua seagama sebanyak 40 orang. Perolehan data remaja yang memiliki orang tua beda agama dan seagama diketahui melalui penyebaran angket yang dikembangkan oleh peneliti. Namun ada dua sekolah yang tidak menghendaki penyebaran angket dilakukan dengan alasan menjaga privasi siswa sehingga perolehan data remaja yang memiliki orang tua beda agama dan seagama didapat langsung dari guru BK. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam metode penelitian deskriptif komparatif. Penelitian deskriptif digunakan untuk mengetahui konsep diri remaja yang memiliki orang tua beda agama dengan orang tua yang seagama. Sedangkan penelitian komparatif digunakan untuk mengetahui perbedaan konsep diri remaja yang memiliki orang tua beda agama dengan orang tua yang seagama Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan berupa skala konsep diri dengan metode penskalaan Likert yang disusun berdasarkan tiga aspek konsep diri yaitu, pengetahuan diri, harapan diri, dan penilaian diri (Calhoun & Acocella, 1990). Contoh: No. Pernyataan Pilihan Jawaban SAYA MERASA.. 1. Dihargai saat berinteraksi dengan temanteman SS S CS TS STS 2. Ragu dengan rencana yang harus dilakukan untuk masa depan SS S CS TS STS Pengukuran tingkat validitas dalam uji coba dilakukan dengan rumus korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5% dan subjek uji coba sebanyak 68 orang. Berdasarkan 50 butir aitem yang telah diujicobakan terdapat 45 aitem yang dinyatakan valid dan 5 aitem

6 8 dinyatakan gugur. Koefisien reliabilitas dari 45 aitem yang valid sebesar 0,923, dihitung dengan menggunakan formula koefisien Alpha Cronbach. Jawaban terhadap item favorabel; Sangat Setuju (SS) akan diberi skor 4, Setuju (S) akan diberi skor 3, Ragu-ragu (R) akan diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) akan diberi skor 1 dan Sangat Tidak Setuju (STS) akan diberi skor 0. Namun sebaliknya, pada item unfavorabel; jawaban Sangat Setuju (SS) akan diberi skor 0, Setuju (S) diberi skor 1, Ragu-ragu (R) diberi skor 2, Tidak setuju (TS) akan diberi skor 3 dan Sangat Tidak Setuju (STS) akan diberi skor 4. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin positif konsep dirinya, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin negatif konsep dirinya. Prosedur Penelitian Adapun beberapa tahap yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian yaitu: 1. Mengurus surat permohonan izin penelitian dari Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang. 2. Menyerahkan surat izin penelitian dari Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang ke Depdiknas Kota Malang. 3. Memohon surat rekomendasi dari Depdiknas Kota Malang untuk mengadakan penelitian. 4. Menyerahkan surat rekomendasi dari Depdiknas Kota Malang kepada pihak sekolah dan meminta data siswa yang dibutuhkan di kantor BK masing-masing sekolah yang dituju (tiga sekolah menggunakan angket untuk mencari tahu data siswa yang dibutuhkan). 5. Mempersiapkan instrumen penelitian, yaitu skala konsep diri. 6. Menyebarkan skala konsep diri kepada siswa remaja yang telah didata sebagai anak dengan orang tua beda agama dan seagama (uji coba). 7. Menghitung validitas dan reliabilitas pada instrumen yang telah diujicobakan. 8. Menyusun kembali instrumen penelitian 9. Menyebarkan skala konsep diri yang telah valid kepada subjek penelitian 10. Mengumpulkan kembali instrumen penelitian kemudian dilakukan tabulasi dan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis analisis yaitu analisis deskriptif menggunakan nilai mean dan komparatif menggunakan independent sample t-test dengan bantuan program SPSS 19 for windows.

7 9 HASIL 1. Secara deskriptif, konsep diri remaja yang memiliki orang tua beda agama cenderung berada pada kategori tinggi, yaitu 65% dan konsep diri remaja yang memiliki orang tua seagama cenderung berada pada kategori rendah, yaitu sebesar 57,5%. Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Remaja yang Memiliki Orang tua Beda Agama No Skor Klasifikasi Jumlah Persentase Tinggi 26 65% Rendah 14 35% Total % Hasil Analisis Deskriptif Konsep Diri Remaja yang Memiliki Orang tua Seagama No Skor Klasifikasi Jumlah Persentase Tinggi 17 42,5% Rendah 23 57,5% Total % 2. Hasil analisis komparatif menunjukkan signifikansi 0,015 (0,015 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara konsep diri remaja yang memiliki orang tua beda agama dengan remaja yang memiliki orang tua seagama. DISKUSI Remaja yang mempunyai orang tua beda agama mengalami kebingungan awal mengenai agama siapa yang harus dipilih. Suasana kebingungan awal tersebut membuat remaja yang memiliki orang tua beda agama mengalami kesulitan dalam memandang dan menilai dirinya serta memahami makna hidup beragama. Namun, lamanya proses kebingungan yang terjadi dalam diri remaja tersebut, tergantung pada pola interaksi agama yang dikembangkan oleh orang tua (Murtadho, 2011). Pola interaksi agama bisa berwujud kesepakatan tertentu yang disepakati

8 10 oleh orang tua beda agama, misalnya dalam bentuk apakah anak mengikuti salah satu agama orang tua, atau dibagi, atau dibebaskan. Dengan demikian anak akan cenderung mengikuti pola tersebut. Bagi pasangan orang tua beda agama yang membuat kesepakatan tertentu, maka komunikasi dalam keluarga akan lebih terarah sesuai dengan kesepakatan tersebut (Murtadho, 2011). Baik itu kesepakatan agama anak untuk mengikuti salah satu orang tua, atau dibagi (sebagian ke agama ayah, sebagian ke agama ibu), atau anak dibebaskan memilih. Proses kebingungan pada remaja dalam memahami dan menilai siapa dirinya akan berlangsung lama apabila pasangan orang tua beda agama tidak membuat kesepakatan tertentu, karena dalam situasi seperti ini terjadi kompetensi terselubung dalam mempengaruhi anak yang berakibat pada proses menginternalisasikan nilai kehidupan dalam membentuk sifat, karakter dan konsep dirinya. Menurut peneliti, remaja yang memiliki orang tua beda agama dalam penelitian ini berhasil melewati situasi kebingungan, karena orang tua, keluarga, maupun lingkungan sekitar remaja mendukung remaja untuk dapat menjalani tugas perkembangan hidupnya dengan baik, sehingga konsep diri yang terbentuk cenderung positif. Bentuk pola interaksi agama dalam keluarga dengan cara membuat kesepakatan tersebut merupakan bentuk dukungan dari lingkungan yang mampu membantu pembentukan konsep diri remaja yang memiliki orang tua beda agama. Hauser dan rekan-rekannya (Santrock, 2002:60) menjelaskan proses-proses keluarga yang meningkatkan perkembangan identitas remaja. Orang tua yang menggunakan perilaku memudahkan (seperti, menjelaskan, menerima, dan berempati) lebih memfasilitasi perkembangan identitas remaja daripada orang tua yang menggunakan perilaku-perilaku yang membatasi (seperti, mengkritik dan tidak menghargai). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan remaja yang memiliki orang tua beda agama, berinisial F dan C, yang menyatakan bahwa orang tua membuat kesepakatan untuk memberikan kebebasan dalam memilih agama yang diyakini atas dasar saling menghormati tanpa adanya paksaan. Sikap orang tua yang menggunakan perilaku memudahkan dan saling menghormati tersebut membuat remaja yang memiliki orang tua beda agama mampu untuk memandang, menilai, dan memahami dirinya, serta tidak memaknai perbedaan sebagai sesuatu yang harus dibesar-besarkan yang dapat mempengaruhi kehidupannya.

9 11 Selain itu, remaja dari orang yang berbeda agama diajarkan sikap toleransi yang menunjukkan bahwa agama tidak layak dijadikan sumber konflik. Keluarga lebih menginginkan perdamaian di rumah, sehingga perbedaan agama tidak untuk dibesar-besarkan. Dari segi pengalaman hidup di lingkungan dalam perbedaan, remaja yang memiliki orang tua beda agama mempunyai kemampuan yang belum tentu dimiliki oleh remaja dengan orang tua seagama. Begitu juga dengan pola interaksi beragama yang bersifat toleran dan demokratis belum tentu dirasakan oleh remaja yang memiliki orang tua seagama. Remaja yang memiliki orang tua beda agama belajar untuk meyakini nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu di tengahtengah perbedaan yang telah menjadi pilihannya serta bersedia mempertahankannya. Remaja menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak selalu sama. Hal ini berbeda dengan anak yang dilahirkan dan dibesarkan dari orang tua yang seagama, remaja dengan orang tua seagama telah terbiasa hidup dalam keluarga yang sejalan tanpa adanya ketimpangan dari segi agama. Remaja yang memiliki orang tua seagama memang tidak mengalami krisis dalam pemilihan agama karena orang tua sama-sama memeluk agama yang sama. Namun ada krisis-krisis lain yang dialami remaja dengan orang tua seagama, seperti harapan diri dalam menentukan cita-cita, tujuan hidup, dan rencana-rencana di masa yang akan datang, mengenai pilihan-pilihan bermakna yang harus ditentukan dan dipahami untuk suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan remaja lakukan. Menurut Keating (Santrock, 2002:13) masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah kegagalan untuk memberi remaja pilihan-pilihan yang memadai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang diungkapkan oleh remaja yang memiliki orang tua seagama, berinisial C dan R, yang mengatakan bahwa pengambilan keputusan untuk mengatasi krisis mengenai kemungkinan apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang tersebut masih mengalami kebingungan. Pilihan-pilihan yang kurang memadai dan kurangnya dukungan dari lingkungan membuat remaja mengalami kesulitan dalam memahami dirinya. Secara umum kondisi anak yang memiliki orang tua beda agama mengalami ketimpangan dalam menjalani hidupnya. Orang tua dengan perbedaan agama juga memiliki kecenderungan

10 12 kurang optimal dalam pengasuhan anak apabila tidak ada kesepakatan bersama dalam pola interaksi beragama di lingkungan keluarga. Namun ada aspek positif yang bisa didapatkan oleh remaja yang memiliki orang tua beda agama yaitu, kesempatan untuk mengenal agama Ayah dan agama Ibu, serta sikap toleransi dan demokratis yang dirasakan remaja dalam lingkungan keluarga (Murtadho, 2011). Sikap toleransi yang dirasakan oleh remaja dari orang yang berbeda agama menunjukkan bahwa agama tidak layak dijadikan sumber konflik. Keluarga lebih menginginkan perdamaian di rumah, sehingga perbedaan agama tidak untuk dibesar-besarkan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya remaja yang dibesarkan oleh orang tua beda agama memiliki potensi masalah begitu juga dengan remaja yang dibesarkan dari orang tua seagama yang tidak selalu menjamin pembentukan konsep diri yang positif dalam diri remaja. Remaja dengan orang tua beda agama secara tidak langsung diajarkan sikap toleran dan demokratis dalam kehidupannya yang mampu mendukung pembentukan konsep dirinya untuk memahami perannya, menilai dirinya dan memaknai kehidupan beragama di tengahtengah perbedaan, di mana sikap toleran dan demokratis dalam kehidupan remaja yang beda agama belum tentu dapat dirasakan oleh remaja yang memiliki orang tua seagama yang juga mengalami krisis dalam menentukan identitas diri, tujuan dan cita-cita. Kelebihan dari penelitian ini adalah mampu mengungkap perbedaan antara konsep diri remaja yang memiliki orang tua beda agama dengan remaja yang memiliki orang tua seagama. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan melalui kerangka kerja dan hipotesis yang jelas dan pengukuran yang sistematis, sehingga mampu memberikan kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagian besar konsep diri remaja yang memiliki orang tua beda agama berada pada kategori tinggi dan sebagian besar konsep diri remaja yang memiliki orang tua seagama berada pada kategori rendah, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri remaja yang memiliki orang tua beda agama dengan remaja yang memiliki orang tua seagama. Dalam penelitian ini juga terdapat kelemahan yaitu hasil penelitian yang hanya terbatas pada perhitungan statistik sehingga hasil yang didapat kurang tergali. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode penelitian lain seperti observasi dan wawancara agar hasil yang didapat lebih mendalam dan sempurna, karena tidak semua hal dapat diungkap dengan skala. Hal ini penting, terkait dengan temuan

11 13 yang menunjukkan bahwa remaja yang memiliki orang tua beda agama lebih tinggi konsep dirinya. Selain itu disarankan kepada orang tua untuk selalu menjaga komunikasi antar pribadi dan menjaga hubungan harmonis dalam keluarga dengan cara saling menghargai, pengertian, dan penuh kasih sayang. Bagi remaja diharapkan dapat melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat mempekuat keimanan dan ketakwaan. Serta bisa bersikap terbuka mengenai masalah yang dialami kepada orang tua atau orang yang bisa dipercaya. Bagi pihak sekolah disarankan dapat membantu siswa untuk mengenali potensi-potensi yang dimiliki agar dapat meningkatkan konsep diri siswa dan tetap menerapkan pola pendidikan yang adil dan tidak bias terhadap agama apapun yang dianut. Bagi calon pasangan suami istri beda agama hendaknya benar-benar mempertimbangkan kembali ketika ingin memutuskan untuk menikah beda agama karena tidak semua pihak mampu menerima keputusan tersebut.

12 14 DAFTAR RUJUKAN Abdillah, Khalid Jangan Gadaikan Agama Demi Cinta. Solo: Albayan. Alwisol Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press. Asmara, Tejo Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peergroup dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A Di SMP Mardisiswa 1 Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. (Online), ( diakses 14 Desember Calhoun, James F & Acocella, Joan Ross Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (terjemahan). Semarang: IKIP Semarang. Hikmatunnisa, Mila dan Bagus Takwin Pengaruh Perbedaan Agama Orang Tua Terhadap Psychological Well-Being Dan Komitmen Beragama Anak (Jurnal Psikologi). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. (Online), ( diakses 20 Oktober Hurlock, E.B Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Maria, Ulfah Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. (Online), ( diakses 28 Oktober Murtadho Pendidikan Agama Pada Anak Pasangan Orang Tua Beda Agama, (Online), ( diakses 19 Maret Papalia, D.E, S.W Old, dan R.D. Feldman Psikologi Perkembangan Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Rakhmat, Jalaluddin Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Santrock, John W Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid II. Jakarta: Erlangga. Willis, Sofyan S Remaja dan Masalahnya Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free Sex dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta. Yusuf, Syamsu Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja 2. Variabel Bebas : a.persepsi Keharmonisan Keluarga : b. Konsep Diri B. Definisi Operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif. Menurut Babby (1995), yang dimaksud rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif. yang diteliti (Saifudin Azwar, 2003: 5).

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif. yang diteliti (Saifudin Azwar, 2003: 5). 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tempat penelitian. Orientasi tempat penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karena analisisnya menggunakan data-data numerikal yang kemudian

BAB III METODE PENELITIAN. karena analisisnya menggunakan data-data numerikal yang kemudian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena analisisnya menggunakan data-data numerikal yang kemudian diolah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain komparasional menurut Arikunto (2010:310) menyebutkan bahwa penelitian membandingkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu remaja mulai dari rentang usia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional yaitu korelasi parsial. Menurut Arikunto (2002:23) penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengembangan (research and development) dalam upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usul penelitian) adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. datanya berbentuk angka angka dan dianalisa menggunakan statistik.

BAB III METODE PENELITIAN. datanya berbentuk angka angka dan dianalisa menggunakan statistik. 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksperimen Semu dengan menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Eksperimen semu sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memungkinkannya pencatatan dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian, yaitu merupakan upaya yang menggambarkan keseluruhan pemikiran atau program penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan signifikan keharmonisan keluarga Islami dengan penyesuaian diri pada peserta didik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar (2007) pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik regresi ganda. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling OLEH: HUBUNGAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL DENGAN UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PACITAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik komparatif. Penelitian dengan teknik komparatif yakni jenis penelitian yang bertujuan membandingkannya dengan melihat persamaan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Variabel Penelitian. keluarga tidak lengkap, dan variabel (Y) identitas vokasional.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Variabel Penelitian. keluarga tidak lengkap, dan variabel (Y) identitas vokasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian komparasi yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan identitas vokasional remaja antara remaja yang memiliki keluarga lengkap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka dan analisisnya menekankan pada data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang. terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang. terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu: 1. Variabel bebas (Independent Variabel),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang Sejarah keberadaan MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang, bermula dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan strategi yang mengatur latar (setting) penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, karena dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, karena dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, karena dalam penelitian ini tidak dibuat perlakuan/manipulasi terhadap variabel-variabelnya, tetapi hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik 9 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik pada remaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan ilmiah yang dirancang untuk menjawab pernyataan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mengenai program bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel disebut juga sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berkaitan dengan angka-angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan tingkat kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas I Madrasah Aliyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pemilihan dan penggunaan metode sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian, oleh karena itu penentuan metode yang dipakai harus tepat dan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari masa pranatal, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Masing-masing fase memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metoda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Pada penelitian ini populasi penelitiannya adalah siswa kelas VIII SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran 2012/201, hal ini merujuk pada pendapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2002) penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena diperlukan hasil penelitian mengenai motivasi berprestasi siswa. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena dalam proses penelitiannya menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, maksudnya bahwa dalam menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus, atau model matematis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Psychological Well-Being 2. Variabel tergantung : Komitmen Organisasional B. Definisi Operasional 1. Komitmen Organisasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud (dalam Arikunto, 2006) penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang dapat menemukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menghubungkan dua variabel atau lebih. Hubungan variabel dalam penelitian

METODE PENELITIAN. menghubungkan dua variabel atau lebih. Hubungan variabel dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Sesuai permasalahan yang diangkat yang diangkat pada penelitian ini adalah permasalahan asosiatif, yaitu suatu pertanyaan peneliti yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID Oleh: Ardiles Delta Asmara 1) Dra. Indira Chanum, M.Psi. 2) Sjenny A. Indrawati, Ed.D. 3) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015 ISSN 2442-9775 EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF Rury Muslifar Program

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. terletak di Jalan Sultan Agung No. 133 Semarang. Subjek penelitian

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. terletak di Jalan Sultan Agung No. 133 Semarang. Subjek penelitian 30 BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Tahap awal yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian adalah menentukan subjek penelitian, tempat penelitian dan menyiapkan segala

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 34 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (1998), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

BAB IV LAPORAN PENELITIAN BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum melakukan pengumpuan data, peneliti perlu mengetahui komunitas yang akan peneliti tuju dan mempersiapkan segala sesuatu agar penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti untuk melakukan penelitianya. Penelitian ini berangkat dari adanya permasalahan.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti untuk melakukan penelitianya. Penelitian ini berangkat dari adanya permasalahan. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang di gunakan peneliti untuk melakukan penelitianya. Penelitian ini berangkat dari adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. beralamat di jalan Tgk. Chik Tiro No. 1 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Telp

BAB III METODE PENELITIAN. beralamat di jalan Tgk. Chik Tiro No. 1 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Telp 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Lhoksukon yang beralamat di jalan Tgk. Chik Tiro No. 1 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Telp

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel dari penelitian ini adalah : 1. Variabel terikat adalah : konsep diri 2. Variabel bebas adalah : keharmonisan keluarga B.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Alat Ukur

LAMPIRAN A. Alat Ukur LAMPIRAN A Alat Ukur A1. Kuesioner PWB Petunjuk pengisian : Di balik halaman ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan apa yang Saudara rasakan terhadap diri sendiri dan kehidupan Saudara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunahkan pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunahkan pendekatan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunahkan pendekatan kuantitatif seperti yang dijelaskan oleh Arikunto bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci