ANALISIS STRUKTUR POPULASI IKAN TERBANG (Hirundichthys oxycephalus, Bleeker 1852) LAUT FLORES DAN SELAT MAKASSAR
|
|
- Yanti Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS STRUKTUR POPULASI IKAN TERBANG (Hirundichthys oxycephalus, Bleeker 1852) LAUT FLORES DAN SELAT MAKASSAR POPULATION STRUCTURE ANALISYS OF THE FLYING FISH (Hirundichthys oxycephalus, Bleeker 1852) IN FLORES SEA AND MAKASSAR STRAIT. Oleh Syamsu Alam Ali, Natsir Nessa, Iqbal Djawad, Sharifuddin Bin A. Omar Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas Makassar. Jl. Perintis Kemerdekan Km 10 Tamalanrea, Makassar 90245, Tlp. (0411) ( ABSTRAK Analisis struktur populasi ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar dilakukan untuk menentukan wilayah pengelolaan. Sebanyak 100 ekor sampel dari Laut Flores dan 200 ekor sampel dari Selat Makassar dianalisis dalam penelitian ini. Analisis struktur populasi dilakukan berdasarkan 20 karakter morfometrik. Metode analisis diskriminan, klaster bertingkat, dan jarak Euclidean digunakan untuk membedakan antar kelompok ikan terbang. Hasil analisis menunjukkan antara ikan terbang Laut Flores dengan ikan terbang Selat Makassar cenderung bersegregasi atau masing-masing merupakan sub populasi yang berbeda dan mempunyai hubungan kekerabatan yang jauh. Kata kunci: ikan terbang, sub populasi, konsersivasi. ABSTRACT Population structure analysis of the flying fish in Flores Sea and Makassar Strait was conducted to determine of management area. Counted 100 of samples taken from Flores Sea and 200 samples from Makassar Strait were analyzed. Population structure analysis conducted pursuant 20 character of morphometric. Discriminant, hierarchical cluster, and Euclidean distance analysis were used to discriminate and known neighbor distance between of the flying fish group. The result of research showed between of the flying fish Flores Sea with Makassar Strait have a tendency to separate or different sub population and neighbor relationship is far-off distance. Key words: flying fish, sub population, management, conservation. 1
2 PENDAHULUAN Ikan terbang, Hirundichthys oxycephalus (Bleeker) adalah salah satu jenis sumberdaya laut ekonomis yang terdapat di Selat Makassar dan Laut Flores Sulawesi Selatan. Sumberdaya ini belum dikelola dan akses terbuka sehingga menyebabkan terjadinya overfishing yang ditandai oleh gejala penurunan poduksi, penurunan hasil tangkapan per upaya, dan penurunan potensi maksimum lestari (Nessa et al. 1977; Nessa, et al. 1991, Ali et al. 2004). Selain itu, telah menunjukkan gejala perubahan biologi reproduksi seperti penurunan rata-rata panjang ikan, peningkatan fekunditas dengan kompensasi penurunan diameter telur, pemijahan lebih cepat dengan periode lebih panjang dibanding dengan lebih dari dua dekade yang lalu (Ali, 2005). Untuk menjaga kelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan maka sudah diperlukan pengelolaan dan konservasi. Kebijakan pengelolaan dan konservasi memerlukan informasi ilmiah sebagai dasar pertimbangan pengelolaan. Salah satu informasi awal yang dibutuhkan dalam penentuan unit pengelolaan atau wilayah pengelolaan adalah struktur populasi ikan terbang. Perbedaan struktur populasi dapat dilakukan melalui analisis marka genetik seperti marka morfologi, marka protein darah, dan marka DNA (Liu 1998 dan Gomes et al. 2000). Perbedaan morfologi dapat menjadi penanda perbedaan genetik atau hubungan kekerabatan antar populasi ikan. Analisis perbedaan morfometrik adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan kekerabatan dengan cara membandingkan ukuran bagian morfologi ikan (Moyle dan Ceah 1982). Penenlitian struktur populasi atau hubungan kekerabatan ikan terbang sangat terbatas. Laporan terakhir struktur populasi ikan terbang H. affinis di bagian Barat Atlantik terdapat tiga unit stok yang terpisah dan merupakan ikan yang tidak beruaya jauh (Gomes, et al. 1998). Ghofur (2003) melaporkan ikan terbang, Cypselurus rondelletti di Majene dengan Cypselurus ophisthopus di Manado 2
3 mempunyai karakter morfometrik berbeda, dan Cypselurus ophisthopus memiliki kekerabatan genetik lebih dekat antara Majene dan Manado, tetapi Cypselurus ophisthopus Manado jarak genetiknya lebih jauh dengan Cypselurus rondelletti di Majene. Informasi keragaman genetik ikan terbang lainnya dilaporkan oleh Fahri (2001), keragaman genetik ikan terbang Teluk Mandar lebih rendah dibanding Teluk Tomini dan Teluk Manado. Ikan terbang di Laut Flores dan Selat Makassar Sulawesi Selatan belum diketahui apakah mempunyai hubungan kekerabatan yang jauh dan masing-masing merupakan sub populasi yang terpisah secara genetik. Oleh karena itu dilakukan penelitian struktur populasi atau hubungan kekerabatan antara ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar untuk keperluan penentuan wilayah pengelolaan dan konservasi ikan terbang. METODE PENELITIAN Daerah Penelitian: Daerah penelitian meliputi wilayah penyebaran ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar (Gambar 1) SELAT MAKASSAR MAJENE PAREPARE UTARA TAKALAR 06 LAUT FLORES Gambar 1. Daerah Penelitian 3
4 Sampel ikan terbang (H. oxycephalus) di tangkap di Laut Flores (Takalar) dan Selat Makassar (Pare-Pare dan Majene). Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Manajemen Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli Pengumpulan Data. Sampel ikan terbang di tangkap dengan jaring insang hanyut (drift gillnet) dengan ukuran mata jaring antara 1,00-1,50 inch. Pengambilan sampel ikan terbang dilakukan secara acak gerombol. Data primer yang diukur adalah variabel morfometrik pada bagian kepala, bagian mata, panjang badan, panjang sirip, lingkar badan dan lebar bukaan mulut sebanyak 20 variabel. x1 X2 x3 x10 x11 x4 x19 x18 x16 x15 x17 x12 x13 x20 x7 X8 X5 x1 4 x9 X6 Gambar 2. Variabel morfometrik yang diuji. Variabel-variabel yang dikur adalah panjang total (X1), panjang cagak (X2), panjang baku (X3), panjang sirip punggung (X4), panjang sirip dada (X5), tinggi sirip ekor (X6), panjang sirip perut (X7), panjang sirip dubur (X8), panjang sirip ekor (X9), jarak antara bagian depan sirip punggung dengan ujung kepala (X10), panjang dasar sirip punggung (X11), panjang dasar sirip dada (X12), tinggi badan maximum (X13), tinggi batang ekor 4
5 (X14), panjang kepala (X15), diameter mata (X16), panjang kepala belakang mata (X17), panjang kepala depan mata (X18), lebar bukaan mulut (X19), dan lingkar badan (X20) (Gambar 2). Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan adalah analisis diskriminan (discriminant analysis) untuk membedakan antar kelompok ikan terbang, analisis klaster bertingkat (hierarchi cluster analysis) untuk mengelompokkan ikan terbang berdasarkan kemiripan, dan analisis jarak Euclidean (euclidean distance analysis) dan dendrogram untuk mengetahui hubungan kekerabatan atau jarak genetik antar kelompok ikan terbang (Wilks, 1995 dan Bengen, 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis diskriminan antara ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar berdasarkan 20 variabel morfometrik, terdapat 8 variabel yang berbeda sangat signifikan (P<0.01) yaitu panjang cagak (X2), panjang baku (X3), panjang sirip perut (X7), panjang sirip dubur (X8), panjang dasar sirip dada (X12, diameter mata (X16), panjang kepala belakang mata (X17), panjang kepala depan mata (X18), dan satu variabel yang berbeda signifikan (P<0,05) yaitu tinggi batang ekor (X14). Kemudian analisis variabel secara bertahap (stepwise), maka diperoleh 10 variabel yang menyusun fungsi diskriminan yang mempunyai nilai F hitung terbesar dan masing-masing mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Kesepuluh variabel yang mendiskriminasi ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar yaitu: diameter mata (X16), panjang kepala belakang mata (X17), panjang kepala depan mata (X18), panjang dasar sirip punggung (X11), panjang baku (X3), tinggi badan maksimum (X13), panjang sirip perut (X7), panjang sirip dubur (X8), panjang kepala (X15), dan panjang total (X1) masing-masing dengan tingkat signifikansi (P<0,01). 5
6 Berdasarkan angka koefisien pada struktur matriks menunjukkan variabel diameter mata (X16) paling erat hubungannya dengan fungsi diskriminan, kemudian diikuti oleh panjang kepala depan mata (X18), panjang sirip perut (X7), panjang sirip dubur (X8), panjang baku (X3), panjang kepala belakang mata (X18) dan seterusnya. Fungsi diskriminan yang terbentuk dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut: ZScore 0,00 0,326X1 0,513X3 0,387X7 0,292X8 0,530X11 0,395X13 0,388X15 0,431X16 0,551X17 0,526X18 Fungsi diskriminan memiliki nilai korelasi kanonik cukup tinggi (r=0,577) yang menandai kekuatan hubungan antara nilai diskriminan dengan kelompok ikan terbang. Selanjutnya hasil analisis perbandingan setiap variabel diskriminan antara kelompok (pairwise group comparison) pada setiap langkah pemasukan variabel menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, dimana pada langkah terakhir menunjukkan antara kelompok ikan terbang Laut Flores dengan kelompok ikan terbang Selat Makassar berbeda sangat nyata (F=14,451; P<0,01). Hasil analisis ini menjelaskan bahwa kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar memang mempunyai perbedaan morfometrik yang cukup besar. Oleh karena dalam analisis hanya terdiri dua kelompok ikan terbang maka hanya satu fungsi diskriminan yang terbentuk. Kelompok ikan terbang Laut Flores mempunyai rata-rata centorid positif (0,997) dan kelompok ikan terbang Selat Makassar dengan rata-rata centroid negatif (-0,498). Hasil perhitungan nilai kritis (Zcv) antara kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar diperoleh Zcv=0,49. Individu yang mempunyai nilai diskriminat lebih besar dari angka kritis (Zscore >0,49) masuk ke dalam kelompok ikan terbang Laut Flores dan yang mempunyai nilai diskriminan lebih kecil dari nilai kritis (Zscore<0,49) masuk ke dalam kelompok ikan 6
7 terbang Selat Makassar. Histogram distribusi anggota kelompok ikan terbang Laut Flores berdasarkan nilai diskriminan di sajikan pada Gambar 3 dan ikan terbang Selat Makassar pada Gambar 4. Kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar mempunyai rata-rata centroid yang sangat berbeda masing-masing 1,00 pada Laut Flores dan 0,5 pada Selat Makassar (Gambar 3 dan Gambar 4). Kedua gambar tersebut menjelaskan bahwa kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar berbeda. Perbedaan antara kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar juga diperlihatkan oleh perbedaan centroid secara sinifikan berdasarkan nilai Chi-Square pada Tabel Wilk s Lambda ( 2 =118,811; P<0,01). Kelompok ikan terbang Laut Flores memiliki rentang nilai diskriminan lebih kecil (-1,25 sampai 3,25), sedangkan Selat Makassar mempunyai rentang nilai diskriminan lebih besar ( 4,60 sampai 2,0). Hal ini dapat memberi petunjuk bahwa kelompok ikan terbang Laut Flores memiliki keragaman lebih rendah dibanding Selat Makassar. Perbedaan kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar menunjukkan bahwa populasi ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar masing-masing merupakan sub populasi yang terpisah. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh karena perbedaan letak geografis, pengaruh perbedaan lingkungan, dan pengaruh perbedaan genetik, atau interaksi antara faktor lingkungan dan genetik. Perbedaan letak geografis dapat menyebabkan antar kelompok ikan terbang saling terisolasi. Perbedaan lingkungan selain dapat menyebabkan terbatasnya emigrasi dan imigrasi ikan juga dapat menyebabkan terbatasnya aliran genetik atau out breeding sehingga kedua kelompok ikan terbang memiliki karakter morfometrik berbeda. Terbatasnya emigrasi dan imigrasi akibat hambatan lingkungan dapat menyebabkan rendahnya persilangan genetik antar kelompok ikan terbang sehingga terjadi perbedaan heterozigotias yang dapat ditunjukkan oleh perbedaan fenotipe (Bellington dan Herbert 1991). Faktor lingkungan secara fisik dapat pula 7
8 menjadi penekan terjadinya perubahan perubahan morfologi, namun masih sulit dijelaskan faktor lingkungan yang mempengaruhi perubahan-perubahan morfologi ikan terbang. Menurut Solue dan Gilpin (1986), faktor lingkungan dapat mempengaruhi fenotipe dan genotipe sebagai proses adaptasi atau pertahanan akibat perubahan lingkungan. Perbedaan lingkungan secara signifikan kemungkinan akan menyebabkan perbedaan fenotipe sehingga terjadi perbedaan morfologi antara kelompok ikan terbang. Menurut Gomes et al. (1998) variasi genetik ikan terbang antar wilayah terutama disebabkan hambatan lingkungan akibat jarak geografis, sehingga ditemukan tiga unit stok ikan terbang H. affinis yang berbeda di perairan sebelah Barat Atlantik. Selanjutnya penulis tersebut mengatakan, selain jarak geografis kemungkinan pula disebabkan perbedaan lingkungan fisik seperti arus, gelombang, suhu permukaan laut, dan salinitas serta faktor lingkungan biologis seperti predator dapat menjadi hambatan percampuran antar kelompok ikan terbang. Menurut Oxendford (1994) dalam laporan hasil penelitian perpindahan ikan terbang dengan metode penandaan (tagging), ikan terbang dengan ukuran 24 cm tidak tergolong peruaya jarak jauh. Selanjutnya perbedaan keragaman populasi antara kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar kemungkinan juga disebabkan oleh penangkapan berlebihan (overfishing). Gejala penangkapan berlebihan ikan terbang di Laut Flores maupun di Selat Makassar telah dilaporkan oleh Nessa et al. (1991), Nessa et al. (1993) dan Ali et al. (2004). Penangkapan berlebihan selain menyebabkan penurunan ukuran populasi, juga dapat mengurangi frekwensi ciri genetik atau tingkat heterozigositas populasi yang dapat terefleksi pada keragaman fenotipe dan genotipe. Menurut Leary dan Allendorf ( 1986), Primack (1993), dan FAO (1995), ikan yang mengalami penangkapan berlebihan dalam waktu yang panjang dapat menyebabkan penurunan ukuran populasi dan heterozigositas populasi lebih rendah. Ikan yang telah mempunyai ukuran populasi yang rendah dengan 8
9 penyebaran tertutup atau terisolasi dapat mengalami tekanan inbreeding lebih tinggi sehingga mempunyai variasi genetik (heterozigositas) lebih rendah. Menurut Falconer (1981) dalam Leary dan Allendorf (1986), variasi genetik atau heterozigositas yang rendah dapat berpengaruh terhadap stabilitas morfologi, daya tahan tubuh, resistensi penyakit, pertumbuhan dan sintasan. Selanjutnya penulis tersebut telah melaporkan adanya hubungan antara 2 0 D IS K R IM IN A N K A N O N IK F U N G S I- 1 Frekwensi 1 0 N = R a ta 2 = 1,0 C n tr o id = 0,9 9 7 Z c v (N ila i K riti s ) = 0,4 9 Z z c o r e > Zc v = L a u t F lo r e s Z s c o r e < Zc v = S e la t M a k a ss a r D is c ri m in a n S c o r e (Ik a n T e r b a n g L a u t F lo r e s ) Gambar 3. Diskriminan kanonik fungsi-1 ikan terbang, H. oxycephalus (Laut Flores). 9
10 30 D IS K R IM IN A N K A N O N IK F U N G S I-2 Frekwensi 20 N = R a ta 2 = -0,5 0 C e n tr o id = -0,4 9 8 Z c v (N ila i K ritis ) = 0,4 9 Z z c or e > Z c v = L a u t F lo res Z s co re < Z c v = S elat M a k ass ar D is c rim in a n t S c o re ( Ik a n T e rb a n g S e la t M a k a s s a r) Gambar 4. Diskriminan fungsi-2 ikan terbang, H. oxycephalus ( Selat Makassar). variasi genetik (heterozigositas) dengan variasi morfologi pada ikan salmon dimana variasi genetik yang rendah dapat mengurangi variasi morfologi secara mencolok. Kejadian ini kemungkinan terjadi pada ikan terbang Laut Flores, dimana rendahnya variasi individu disebabkan oleh rendahnya variasi genetik akibat penangkapan berlebihan dibanding di Selat Makassar. Fungsi diskriminan yang membedakan kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar dinilai layak untuk mengkalsifikasi keanggotaan kelompok ikan terbang, karena hasil klasifikasi keanggotaan ke dalam kelompok menunjukkan 79,3 % dari 300 individu sudah terkelompokkan dengan benar sesuai dengan data aslinya, dan 76,3 % terkelompokkan dengan benar berdasarkan validasi silang antara kelompok (Tabel 1). Nilai validasi masing-masing berada di atas 50%, sehingga fungsi diskriminan yang terbentuk layak untuk membedakan kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar. 10
11 Tabel 1. Prediksi anggota dan sharing kesamaan individu antar kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar. Data Asli Validasi silang Jumlah % Jumlah % Lokasi Prediksi Anggota Kelompok Total Laut Flores Selat Makassar Laut Flores Selat Makassar Laut Flores Selat Makassar Laut Flores Selat Makassar Laut Flores Selat Makassar Berdasarkan nilai validasi-silang maka ikan terbang Laut Flores mempunyai nilai tertinggi yaitu 81 %, sedangkan Selat Makassar lebih rendah yaitu 74%. Hal ini dapat memberi petunjuk bahwa ikan terbang Laut Flores mempunyai kesamaan morfometrik dalam kelompoknya lebih tinggi (lebih homogen) karena hanya 19 % anggotanya berciri kelompok ikan terbang Selat Makassar dibanding ikan terbang Selat Makassar anggotanya 26% berciri kelompok ikan terbang Laut Flores atau ikan terbang Selat Makassar lebih heterogen. Kejadian ini dapat menunjukkan bahwa kelompok ikan terbang Laut Flores memilki keragaman relatif lebih rendah dibanding ikan terbang Selat Makassar. Rendahnya keragaman ikan terbang Laut Flores dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor genetik, dan penurunan keragaman genetik (heterozigositas) yang bisa disebabkan oleh karena penangkapan berlebihan. Selanjutnya untuk mengetahui ciri khas morfometrik antara kelompok ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar dapat dilihat dari variabel morfometrik yang berbeda sangat signifikan (P<0,01). Ikan terbang Laut Flores mempunyai karakter yang menonjol yaitu panjang baku (X3), panjang kepala belakang mata (X17), panjang kepala depan mata (X18), panjang sirip anal (X8), dan panjang dasar sirip dada (X12), sedangkan ikan terbang Selat Makassar ciri morfometrik yang menonjol adalah panjang 11
12 cagak (X2), diameter mata (X16), panjang sirip ventral (X7), dan tinggi batang ekor (X14) (Gambar 5). X3 X18 X17 X8 X12 X12 X14 X7 X16 SELAT MAKASSAR Gambar 5. Ciri morfometrik ikan terbanglaut Flores dan Selat Makassar KESIMPULAN Kelompok ikan Makassar terbang Laut Flores dengan ikan terbang Selat masing-masing merupakan sub populasi yang berbeda dan mempunyai hubungan kekerabatan atau jarak genetik jauh. Berdasarkan sifat segregasi antara sub populasi ikan terbang Laut Flores dan Selat Makassar maka pengelolaan dan konservasi perlu dilakukan secara terpisah antara ikan terbang di wilayah Laut Flores dengan ikan terbang di wilayah Selat Makassar. DAFTAR PUSTAKA Ali, S.A Kondisi sediaan dan keragaman populasi ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus Bleeker, 1852) di Laut Flores dan Selat Makassar. Disertasi. Program Pascasarjana Unhas. 282 p. 12
13 Ali, S.A., M.N. Nessa; M.I. Djawad; S.B.A. Omar, Analisis fluktuasi hasil tangkapan dan hasil maksimum lestari ikan terbang (Exocoitidae) di Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, Torani. 2(14): Billington, B and Hebert, P.D.N Mitochondrial DNA diversity in fishes and its implications for introductions. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 48: Bengen, D.G Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. PKSPL. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. FAO, Pengelolaan perikanan (Fisheries management). Food and Agriculture Organization of the United Nations. Departemen Pertanian Republik Indonesia, dan JICA. Fahri, S Keragaman genetik ikan terbang, Cypselurus opisthopus di perairan Teluk Mandar, Teluk Manado, dan Teluk Tomini Sulawesi Selatan. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. p. 53. Ghofur, M Karakter fenotip ikan terbang (Cypselurus opisthopus dan Cypselurus rondeletti) dari Majene (Selat Makassar) dan Perairan Manado. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB. p 66. Gomes, C., R.B. Dales., H.A Oxendford The aplication of RAPD marked in stock discrimination of the four wing flying fish, Hirundichthys affinis in the central western Atlantic. Molecular ecology:7 : Gomes. C. H.A. Oxendford. dan R.B. Dales Restriction site mapping of the mitochondrial DNA of the four Wing Flying fish, Hirundichthys affinis. DNA. Sequence. 11 (3-4): Leary, R.F. and Allendorf, F.W Heterozygosity and fitness in natural populations of animals, pp In M.E. Soule (Ed), Conservation Biology The Science of Scarcity and Diversity. Sinauer Assosciates- Publishers, Sunderland. Liu, B.H Statistical genomics, Linkage, Mapping and QTL Analysis. CRC Press LLC. USA, 611p. Moyle P.B and J.J. Ceach Fishes, an introduction to ichthyology. Prientice Hall. Englewood Clifts, New Jersey. Nessa, M.N., S.A. Ali dan A. Rachman Studi pendahuluan penetasan telur ikan terbang dalam rangka usaha pelestarian melalui restoking. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Unhas. Ujung Pandang, p. 70. Nessa, M.N., A. Mallawa, Najamuddin, A. Sadarang, S.A. Ali, M.F. Arifin; P.M. Alamsyah; Mardiana; dan S.S. Latif Penelitian pengembangan potensi sumberdaya laut Selat Makassar, Laut Flores dan Selat Makassar Sulawesi Selatan. Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Unhas. Ujung Pandang. p
14 Nessa, M.N., H. Sugondo, I. Andarias, dan A. Rantetondok Studi pendahuluan terhadap perikanan ikan terbang di Selat Makassar. Lontara. 13: Oxenford, H.A Movements of flyingfish (Hirundichthys affinis) in the eastern Caribbean. Bull. mar. Sci. 54: Primack, R.B Essentials of Concervations Biology. Sinaur Assciates Inc. Sunderland, USA. 563 pp. Soulé, M.E dan Gilpin M,E Minimum viable populations, processes of species extinction, pp In M.E. Soule (Ed), Conservation Biology The Science of Scarcity and Diversity. Sinauer Assosciates- Publishers, Sunderland. Wilks, D.S Statistical Methods in the Atmospheric Sciences an Introduction. Academic Press. Newyork. 465 Hal. 14
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani: No.6 (Edsi Khusus) (15): (2005).
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani: No.6 (Edsi Khusus) (15): 403-410 (2005). HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN GONAD IKAN TERBANG (Hirundichthys oxycephalus Bleeker, 1852) DENGAN BEBERAPA PARAMETER LINGKUNGAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI vi KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR ix I. PENDAHULUAN 1 II. SISTIMATIKA DAN DISTRIBUSI 8 A. Sistimatika 8 B. Distribusi 13 III. BIOLOGI REPRODUKSI 20 A. Nisbah
Lebih terperinciIKAN TERBANG (EXOCOETIDAE) DI SEKITAR KABUPATEN TAKALAR (LAUT FLORES) SULAWESI SELATAN ABSTRACT
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani. No. 3(14): 165-172 (2004). 1 MUSIM DAN KELIMPAHAN IKAN TERBANG (EXOCOETIDAE) DI SEKITAR KABUPATEN TAKALAR (LAUT FLORES) SULAWESI SELATAN The Season and Abundance
Lebih terperinciPERIKANAN IKAN TERBANG DI INDONESIA : RISET MENUJU PENGELOLAAN
Oseana, Volume XXXI, Nomor 3, 2006 : 21-31 ISSN 0216-1877 PERIKANAN IKAN TERBANG DI INDONESIA : RISET MENUJU PENGELOLAAN Oleh A. Syahailatua 1) ABSTRACT FLYINGFISHES FISHERY IN INDOENSIA : RESEARCH FOR
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT
KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT MULYASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Profil RAPD Keanekaragaman profil RAPD meliputi jumlah fragmen dan ukuran fragmen DNA. Hasil amplifikasi dengan menggunakan tiga primer (OPA-2, OPC- 2, dan OPC-5)
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fenotipe morfometrik Karakteristik morfometrik ikan nilem meliputi 21 fenotipe yang diukur pada populasi ikan nilem hijau (tetua) dan keturunannya dari hasil perkawinan
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN M
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Profil RAPD Keragaman profil penanda DNA meliputi jumlah dan ukuran fragmen DNA. Hasil amplifikasi dengan menggunakan primer OPA-02, OPC-02, OPC-05 selengkapnya
Lebih terperinciKERAGAMAN JENIS DAN DISTRIBUSI UKURAN PANJANG IKAN TERBANG DI PERAIRAN INDONESIA TIMUR
Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (2): 26-265 ISSN: 853-6384 26 Full Paper KERAGAMAN JENIS DAN DISTRIBUSI UKURAN PANJANG IKAN TERBANG DI PERAIRAN INDONESIA TIMUR SPECIES DIVERSITY AND SIZE DISTRIBUTION
Lebih terperinciEKSPLOITASI SUMBER DAYA IKAN TERBANG (Hirundichthys oxycephalus, FAMILI EXOCOETIDAE) DI PERAIRAN PAPUA BARAT: PENDEKATAN RISET DAN PENGELOLAAN
EKSPLOITASI SUMBER DAYA IKAN TERBANG (Hirundichthys oxycephalus, FAMILI EXOCOETIDAE) DI PERAIRAN PAPUA BARAT: PENDEKATAN RISET DAN PENGELOLAAN ABSTRAK Suwarso, Achmad Zamroni, dan Wijopriyono Peneliti
Lebih terperinciFEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN TERBANG DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR DAN UTARA BALI
ABSTRAK FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN TERBANG DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR DAN UTARA BALI Firman Ferdiansyah 1) dan Augy Syahailatua 2) 1) Peneliti pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Universitas
Lebih terperinciZONASI PENANGKAPAN IKAN TERBANG DI SELAT MAKASSAR SEBAGAI SOLUSI MENGATASI ANCAMAN KEPUNAHAN
ZONASI PENANGKAPAN IKAN TERBANG DI SELAT MAKASSAR SEBAGAI SOLUSI MENGATASI ANCAMAN KEPUNAHAN (Fishing Capture Zoning of Flying Fish in Makassar Strait as an Overcome Destruction Threat Solution) Muhamad
Lebih terperinciIrin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor E-mail: brpbat@yahoo.
507 Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini) KARAKTERISASI TRUSS MORFOMETRIK IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii) ASAL KALIMANTAN BARAT DENGAN IKAN TENGADAK ALBINO DAN IKAN TAWES ASAL
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keadaan Umum Lokasi Penelitian
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Selat Makassar sebagai wilayah perairan laut yang berada di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan, merupakan salah satu wilayah perairan
Lebih terperinciMETODE. Waktu dan Tempat Penelitian
17 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Suaka Margasatwa Muara Angke, Penjaringan Jakarta Utara, pada bulan Februari 2012 sampai April 2012. Stasiun pengambilan contoh ikan merupakan
Lebih terperinciII. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.
II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6138 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU
KEPUTUSAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkaya jenis dan varietas serta menambah sumber plasma nutfah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)
PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG ABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2) 1) Program Studi Budidaya Perairan STITE Balik Diwa Makassar
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA NIRWANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL INDUK PENJENIS MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciIKAN TERBANG: ANTARA MARGA Cypselurus DAN Cheilopogon. Oleh. Augy Syahailatua 2)
Oseana, Volume XXIX, Nomor 4, Tahun 2004 : 1-7 ISSN 0216-1877 IKAN TERBANG: ANTARA MARGA Cypselurus DAN Cheilopogon Oleh Augy Syahailatua 2) ABSTRACT FLYINGFISHES: BETWEEN GENUS OF Cypselurus AND Cheilopogon.
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6130 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1
Lebih terperinciTorani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (1) April 2015: ISSN:
MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BARONANG (Siganus canaliculatus PARK, 1797) DI PERAIRAN TELUK BONE DAN SELAT MAKASSAR Morphometrics and Meristics of Rabbitfish (Siganus canaliculatus PARK, 1797) in the Bone
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin
15 Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Karo pada bulan Juli 2016 Bahan dan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Davenport, J., How and Why Flyingfish Fly (Review). Journal Fish Biology and Fiheries. 4:
DAFTAR PUSTAKA Ali, S. A., M. N. Nessa, M. I. Djawad, dan S. B. A. Omar, 2004a. Analisis Fluktuasi Hasil Tangkapan dan Hasil Maksimum Lestari Ikan Terbang (Exocoeitidae) di Sulawesi Selatan. Torani. Jurnal
Lebih terperinciSTUDI VARIASI MORFOMETRI IKAN BELANAK (Mugil cephalus) DI PERAIRAN MUARA ALOO SIDOARJO DAN MUARA WONOREJO SURABAYA
Sidang Tugas Akhir (SB-091358) STUDI VARIASI MORFOMETRI IKAN BELANAK (Mugil cephalus) DI PERAIRAN MUARA ALOO SIDOARJO DAN MUARA WONOREJO SURABAYA Oleh: Alfiyah Rahmatin (1506 100 039) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu DKI Jakarta (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Penelitian
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna lebih
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkaya
Lebih terperinciUJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN
194 UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN Provenances test of Ebony (Diospyros celebica Bakh) in seedling phase Muh. Restu Abstract The study was conducted to determine growth variability
Lebih terperinciHUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2
HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa 2) Politeknik
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keragaman Haplotipe Ikan Malalugis Panjang sekuens mtdna ikan malalugis (D. macarellus) yang diperoleh dari hasil amplifikasi (PCR) dengan menggunakan pasangan primer HN20
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG
Menimbang KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG PELEPASAN IKAN TORSORO MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa guna lebih memperkaya
Lebih terperinci-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciVARIASI FENOTIPE UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DARI PERAIRAN PELABUHAN RATU, KARAWANG, DAN BONE
547 Variasi fenotipe udang galah... (Eni Kusrini) VARIASI FENOTIPE UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) DARI PERAIRAN PELABUHAN RATU, KARAWANG, DAN BONE ABSTRAK Eni Kusrini *), Lies Emmawati **), dan
Lebih terperinciSTUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG
STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG ANGGA ALAN SURAWIJAYA C02499069 SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA
Lebih terperinciKeragaman Fenotip Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di Perairan Rawa Gambut
Keragaman Fenotip Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di Perairan Rawa Gambut The Phenotypic Variation of Climbing Perch (Anabas testudineus Bloch) in Peat Swamp Waters Kartika Bungas Program studi Budidaya
Lebih terperinciINDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR
INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i ABSTRACT ERNI SUMINAR. Genetic Variability Induced
Lebih terperinciIkan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)
Standar Nasional Indonesia SNI 7471.1:2009 Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock) ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7471.1:2009 Daftar isi Daftar
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),
Lebih terperinciInduk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok
Standar Nasional Indonesia SNI 6138:2009 Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 6138:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinci4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang
4 HASIL PENELITIAN 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.1.1 Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang Produksi ikan terbang (IT) di daerah ini dihasilkan dari beberapa kabupaten yang
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama enam bulan dari bulan Mei - Oktober 2011. Pengambilan ikan contoh dilakukan di perairan mangrove pantai Mayangan, Kabupaten
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014. Pengambilan sampel ikan wader dilakukan di 5 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
12 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah dan Sebaran Panjang Ikan Kuro Jumlah ikan kuro yang tertangkap selama penelitian berjumlah 147 ekor. Kisaran panjang dan bobot ikan yang tertangkap adalah 142-254 mm
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter morfologi telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal ini juga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial
Lebih terperinciUKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD DAN NISBAH KELAMIN TUNA MADIDIHANG
UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD DAN NISBAH KELAMIN TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) DI PERAIRAN MAJENE-SELAT MAKASSAR Wayan Kantun 1, Syamsu Alam Ali 2, Achmar Malawa 2 dan Ambo Tuwo 2 2) 1) Sekolah
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Judul Matakuliah : IKTOLOGI Kode/SKS : POB 342 / 2 Deskripsi Singkat : Kuliah ini membahas tentang konsep-konsep dasar biologi dan ekologi meliputi klasifikasi dan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna lebih
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
79 PEMBAHASAN UMUM Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kuda di Sulawesi Utara telah dikenal sejak lama dimana pemanfatan ternak ini hampir dapat dijumpai di seluruh daerah sebagai ternak tunggangan, menarik
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa Klambir Lima Kampung, kecamatan Hamparan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekitar tahun silam (Alloway et al., 2004). Danau ini terletak di Sumatera
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau kaldera yang terbentuk oleh erupsi vulkanis sekitar 52.000 tahun silam (Alloway et al., 2004). Danau ini terletak di Sumatera Barat pada
Lebih terperinciIDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi
IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi
Lebih terperinciAspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal
Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal Nadia Adlina 1, *, Herry Boesono 2, Aristi Dian Purnama Fitri 2 1
Lebih terperinciANALISIS ASPEK BIOLOGI IKAN TERBANG Cheilopogon katoptron Bleeker, 1865, DI PERAIRAN PEMUTERAN, BALI BARAT TESIS DONY ARMANTO
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS ASPEK BIOLOGI IKAN TERBANG Cheilopogon katoptron Bleeker, 1865, DI PERAIRAN PEMUTERAN, BALI BARAT TESIS DONY ARMANTO 0906577034 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciDINAMIKA POPULASI IKAN
DINAMIKA POPULASI IKAN - Stock Assessment - Pemanfaatan SDI - Manajemen SDI berkelanjutan Oleh Tim MK DINPOPKAN Kuliah Dinapopkan FPIK Sem Ganjil 2014/2015 DINAMIKA POPULASI IKAN (DINAPOPKAN) MK PRASARAT:
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spesies ikan malalugis atau juga disebut layang biru (Decapterus macarellus) merupakan salah satu jenis ikan pelagis kecil yang tersebar luas di perairan Indonesia.
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN PATIN PASUPATI SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkaya
Lebih terperinciJOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :
JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 73-80 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares ASPEK REPRODUKSI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Lebih terperinciSTUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS
STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Udang merupakan komoditas unggul Indonesia. Udang windu (Penaeus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udang merupakan komoditas unggul Indonesia. Udang windu (Penaeus monodon Fabricius,1798) merupakan komoditas primadona dan termasuk jenis udang lokal yang berasal
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
10 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai bulan November 2009 di Daerah Aliran Sungai Kampar, Provinsi Riau. Sampel ikan diperoleh dari
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/KEPMEN-KP/2018 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN TERBATAS IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon kauderni) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Eleotridae merupakan suatu Famili ikan yang di Indonesia umum dikenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eleotridae merupakan suatu Famili ikan yang di Indonesia umum dikenal sebagai kelompok ikan bakutut atau belosoh. Secara morfologis, anggota Famili ini mirip dengan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kapal Penangkap. Pengangkut. Ikan. Pemantau. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2013
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6483.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Deskripsi...
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar
SNI : 01-6136 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Deskripsi...1
Lebih terperincispesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).
7 spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974). Ikan kembung lelaki terdiri atas ikan-ikan jantan dan betina, dengan
Lebih terperinciKAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH
KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106⁰33 00 BT hingga 107⁰03 00 BT dan garis lintang 5⁰48
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR HIBRIDA IKAN LELE SANGKURIANG 2 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciKONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.
KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta rinda@ut.ac.id ABSTRAK Aktivitas usaha perikanan tangkap umumnya tumbuh dikawasan
Lebih terperinciKlasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan
Statistika, Vol. 15 No. 2, 87-97 November 215 Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan Fitriana A.R. 1, Nurhasanah 2, Ririn Raudhatul
Lebih terperinciUKURAN MORFOMETRIK KEKERANGAN DI TEMPAT PENDARATAN IKAN
1 UKURAN MORFOMETRIK KEKERANGAN DI TEMPAT PENDARATAN IKAN Eddy Soekendarsi 1) 1) Jurusan Biologi, FMIPA UNHAS ABSTRACT The research on the potency and the morphometric size of the bivalva at the fish landing
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU TAHAN PENYAKIT KHV DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN INDUK IKAN NILA JANTAN PANDU DAN INDUK IKAN NILA BETINA KUNTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
45 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan dari inti karya akhir ini, dimana analisis dan pembahasan akan dilakukan. Analisis dilakukan berdasarkan teori-teori dan metodologi yang telah
Lebih terperinciStudi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang
Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang Morphometric and Meristic Study of Lemeduk Fish (Barbodes schwanenfeldii) in Belumai River
Lebih terperinciAnalisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster
Analisis Cluster Analisis Cluster adalah suatu analisis statistik yang bertujuan memisahkan kasus/obyek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang lain.
Lebih terperinciKONSERVASI TINGKAT SPESIES DAN POPULASI
KONSERVASI TINGKAT SPESIES DAN POPULASI priyambodo@fmipa.unila..ac.id #RIPYongki Spesies dan Populasi Species : Individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar
SNI : 01-6132 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan... 2 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Deskripsi...
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar
SNI : 01-6140 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1. Ruang lingkup... 1 2. Acuan... 1 3. Definisi...
Lebih terperinciGARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)
GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) 1. Mata Kuliah : Genetika dan Pemuliaan Ikan 2. Kode / bobot : PKB 363/ 3 SKS 3. Deskripsi Singkat : Genetika dan Pemuliaan Ikan merupakan mata kuliah dasar yang
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Print Output dan Analisa Output A. Diskriminan Parameter : 1. Grup 1 : Konsumen (responden) yang sering berkunjung ke... Grup 2 : Konsumen (responden) yang sering berkunjung
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai sumber
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002).
Lebih terperinciJUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG
IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG Sri Nopita Primawati, Ismail Efendi, Marnita Pendidikan Biologi, FPMIPA, IKIP Mataram Email : then_de@yahoo.com Abstrak: Ikan merupakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:
. Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses
Lebih terperinciIkan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk
Standar Nasional Indonesia ICS 65.150 Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan
Lebih terperinciBIOLOGI REPRODUKSI IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA RIA FAIZAH
BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA RIA FAIZAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan
Lebih terperinciPENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR
PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR DETERMINATION OF FISHING AREA OF Euthynnus affinis BASED
Lebih terperinciSTUD1 KEBIASAAN MAKANAN XKAN TERBANG (Hirundichthys oxycephalus, Bleeker, 1852) DI LAUT FLORES PADA WAKTU PENANGKAPAN YANG BERBEDA
STUD1 KEBIASAAN MAKANAN XKAN TERBANG (Hirundichthys oxycephalus, Bleeker, 1852) DI LAUT FLORES PADA WAKTU PENANGKAPAN YANG BERBEDA SIT1 MAHYASHOPA C24103039 SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMSERDAYA PERAIRAN
Lebih terperinciPENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN
PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN Estimation of Population dynamics paramaters of Mackarel fish (Decapterus
Lebih terperinciSTUDI MORFOMETRI DAN JUMLAH KROMOSOM IKAN NILA. (Oreochromis niloticus L.) STRAIN GIFT DAN JICA DI SENTRA
STUDI MORFOMETRI DAN JUMLAH KROMOSOM IKAN NILA (Oreochromis niloticus L.) STRAIN GIFT DAN JICA DI SENTRA PRODUKSI PERIKANAN PADANG BELIMBING KABUPATEN SOLOK SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH : REFNA TINOVA
Lebih terperincigenus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda
116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan
Lebih terperinciPERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK
PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin Program Studi Peterenakan Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas
Lebih terperinci