Pelayanan Publik. Masyarakat. Pelayanan. Negara/ Pemerintah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pelayanan Publik. Masyarakat. Pelayanan. Negara/ Pemerintah"

Transkripsi

1

2 OVERVIEW SPIP

3 Pelayanan Publik Negara/ Pemerintah Pelayanan Masyarakat

4 DEFINISI SPIP Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

5 DASAR HUKUM SPIP UU Keuangan Negara UU Perbendaharaan Negara UU No 1 Th 2004 SISTIM PENGENDALIAN INTERN Pasal 55 ayat (4) : Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN/D telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah ( SAP). Pasal 58 ayat (1) dan (2) : Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh. SPI ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. DIKLAT PENILAIAN TINGKAT MATURITAS SPIP

6 SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH di INDONESIA 1. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Keputusan Menteri PAN No. 30 Tahun 1994 tentang petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri PAN No. KEP/46/M.PAN/2004: Unsur-unsur Waskat: a. Pengorganisasian b. Personil c. Kebijakan d. Perencanaan e. Prosedur f. Pencatatan g. Pelaporan h. Reviu Intern MANAGEMENT CONTROL 8 UNSUR 2. PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN INFORMASI DAN KOMUNIKASI KEGIATAN PENGENDALIAN PENILAIAN RISIKO LINGKUNGAN PENGENDALIAN GOVERNMENT INTERNAL CONTROL SYSTEM (GICS) 5 UNSUR U N I T A U N I T B K E G I A T A N 1 K E G I A T A N 2 DIKLAT PENILAIAN TINGKAT MATURITAS SPIP

7 SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH di INDONESIA SPI adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 1) SPIP adalah SPI yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 2) ATURAN PENDUKUNG PENERAPAN SPIP 1. SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penerapan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan Instansi Pemerintah 2. Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2011 Tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara 3. Instruksi Presiden No. 17 Tahun 2011 Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun DIKLAT PENILAIAN TINGKAT MATURITAS SPIP

8 UNSUR SPIP (PP 60/ 2008)

9 SPIP Lingkungan Pengendalian Penilaian Risiko Kegiatan Pengendalian Informasi & Komunikasi Pemantauan Pengendalian Intern Ps. 4 Ps. 13 Ps. 18 Ps. 41 Ps. 43 Penegakan Integritas dan Etika Komitmen terhadap Kompetensi Kepemimpinan yang Kondusif Struktur Organisasi yang Sesuai Kebutuhan Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan SDM Peran APIP yang Efektif Hubungan Kerja yang Baik Identifikasi Risiko Analisis Risiko Reviu atas Kinerja Instansi Pemerintah Pembinaan Sumber Daya Manusia Pengendalian Pengelolaan Sistem Informasi Pengendalian Fisik atas Aset Penetapan & Reviu Indikator & Ukuran Kinerja Pemisahan Fungsi Otorisasi Transaksi dan Kejadian Penting Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu Pembatasan Akses atas Sumber Daya Akuntabilitas terhadap Sumber Daya Dokumentasi atas Sistem Pengendalian Intern Sarana Komunikasi Sistem Informasi Pemantauan Berkelanjutan Evaluasi Terpisah Tindak Lanjut 9

10 Kegiatan Utama Proses Penerapan SPIP Tingkat Kegiatan Penilaian Risiko Pembangunan Infrastruktur Pengendalian Implementasi Infrastruktur Pengendalian Tujuan Kegiatan Identifikasi Risiko pada setiap proses kegiatan utama Lingkungan Pengendalian Aktivitas Pengendalian Lingkungan Pengendalian Aktivitas Pengendalian Proses Dalam Kegiatan Utama Analisis Risiko pada setiap proses kegiatan utama Informasi dan Komunikasi Monitoring dan Evaluasi Informasi dan Komunikasi Monitoring dan Evaluasi Feed Forward

11 PENERAPAN SPIP PADA INSTANSI PEMERINTAH

12 LINGKUNGAN PENGENDALIAN Sub Unsur 1 Integritas dan Penegakan Etika Adanya aturan Perilaku (Kode Etik) yang ditetapkan secara formal oleh pimpinan organisasi; Aturan Perilaku (Kode Etik) organisasi telah dikomunikasikan kepada sebagian besar pegawai dalam unit organisasi. Pegawai dalam unit kerja/unit organisasi Saudara berperilaku sesuai dengan Aturan Perilaku; Pemantauan/evaluasi penerapan Aturan Perilaku (Kode Etik) secara berkala dan terdokumentasi; Pemantauan/evaluasi penerapan Aturan Perilaku (Kode Etik) secara berkala dan terdokumentasi

13 LINGKUNGAN PENGENDALIAN Sub Unsur 2 Komitmen Terhadap Kompetensi Standar kompetensi atas setiap tugas dan fungsi untuk masing-masing posisi yang ditetapkan secara formal; Standar kompetensi telah dikomunikasikan kepada sebagian besar pegawai dalam unit organisasi; Promosi/mutasi pejabat telah berdasarkan standar kompetensi; Pemantauan/evaluasi atas standar kompetensi dan kesesuaian penempatan pejabat dengan standar kompetensi secara berkala dan terdokumentas; Standar kompetensi dikembangkan terus menerus sesuai perubahan yang terjadi, dan ada sarana pemantauan secara otomatis

14 LINGKUNGAN PENGENDALIAN 3 Sub Unsur Kepemimpinan yang Kondusif Kebijakan/prosedur Sistem Manajemen Kinerja (SMK); Kebijakan/prosedur SMK telah dikomunikasikan kepada seluruh pimpinan dan pegawai dalam unit organisasi; Kebijakan/prosedur SMK telah diberlakukan/ diimplementasikan; Evaluasi kebijakan/prosedur SMK dan implementasinya secara berkala dan terdokumentasi; Kebijakan/prosedur SMK dikembangkan terus menerus sesuai dengan perubahan yang terjadi dan telah dilakukan pemantauan secara otomatis/online

15 LINGKUNGAN PENGENDALIAN 4 Sub Unsur Struktur Organisasi Sesuai Kebutuhan Struktur Organisasi beserta uraian tata laksananya mengacu pada peraturan perundangundangan yang berlaku; Struktur Organisasi telah dikomunikasikan kepada level pimpinan dan pegawai yang berkepentingan.; Struktur Organisasi beserta uraian tata laksananya pada organisasi / unit-organisasi / unit kerja Saudara telah sesuai dengan ukuran dan sifat kegiatannya; Struktur Organisasi beserta uraian tata laksananya telah dievaluasi secara berkala dan terdokumentasi; Struktur Organisasi dimutakhirkan sesuai perubahan lingkungan strategis dan telah dilakukan pemantauan secara otomatis/online

16 LINGKUNGAN PENGENDALIAN Sub Unsur 5 Delegasi Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat Prosedur pendelegasian wewenang yang dibuat secara formal; Prosedur pendelegasian wewenang di organisasi/ unit-organisasi/ unit kerja telah dikomunikasikan kepada sebagian besar pegawai; Prosedur pendelegasian wewenang di organisasi/ unit-organisasi/ unit kerja Saudara telah dilaksanakan dan didokumentasikan; Evaluasi atas prosedur pendelegasian wewenang dan hasil pelaksanaan pendelegasian wewenang secara berkala dan terdokumentasi; prosedur pendelegasian wewenang terus menerus disesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis yang terjadi, dan atas pelaksanaan pendelegasian wewenang telah dilakukan pemantauan otomatis/online

17 LINGKUNGAN PENGENDALIAN 6 Sub Unsur Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan SDM Kebijakan/aturan mengenai pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) sejak rekrutmen s.d. Pemberhentian; Kebijakan/aturan pembinaan SDM telah dikomunikasikan kepada pegawai; Rekrutmen, pembinaan pegawai sampai dengan pemberhentiannya pada unit kerja Saudara telah dilakukan sesuai dengan kebijakan/aturan ; Evaluasi atas kebijakan pembinaan SDM, dan kesesuaian pelaksanaan rekrutmen, pembinaan pegawai sampai dengan pemberhentiannya dengan kebijakan/aturan pembinaan SDM secara berkala dan terdokumentasi; Kebijakan/aturan pembinaan SDM dan pelaksanaan rekrutmen, pembinaan pegawai sampai dengan pemberhentiannya dikembangkan terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis yang terjadi, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

18 LINGKUNGAN PENGENDALIAN 7 Sub Unsur Peran APIP Terhadap Efektivitas SPIP Satuan pengawasan intern telah memiliki piagam audit atau kebijakan pengawasan atau dokumen formal lain yang menyatakan visi, misi, tujuan, wewenang, tanggung jawab kegiatan audit intern dan ruang lingkup audit intern; Piagam audit atau kebijakan pengawasan atau dokumen formal lainnya telah dikomunikasikan kepada unit kerja; Inspektorat telah dapat memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, efektivitas, pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi/unit organisasi/unit kerja; Penilaian internal dan eksternal (penelaahan sejawat oleh aparat pengawasan lain) dan hasilnya telah ditindaklanjuti secara berkala dan terdokumentasi; Inspektorat telah dapat memberikan peringatan dini bagi pimpinan organisasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

19 LINGKUNGAN PENGENDALIAN Sub Unsur 8 Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait Pedoman/kebijakan/SOP terkait dengan tugas dan fungsi unit organisasi/ unit kerja Saudara yang melibatkan unit organisasi/ unit kerja lain terkait dengan mekanisme saling uji; Pedoman/kebijakan terkait dengan tugas dan fungsi unit organisasi/ unit kerja, yang melibatkan unit organisasi/ unit kerja lain, telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan dalam unit organisasi/ unit kerja; Kebijakan/prosedur koordinasi dengan unit organisasi/unit kerja lain telah diimplementasikan dan didokumentasikan; Evaluasi terhadap pemberlakuan kebijakan/prosedur mekanisme saling uji data dengan unit organisasi/ unit kerja lain secara berkala dan terdokumentasi; Mekanisme saling uji data telah dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan kebutuhan dan telah dilakukan pemantauan secara otomatis/online

20 PENILAIAN RISIKO Sub Unsur Identifikasi Risiko Kebijakan/pedoman penilaian risiko (identifikasi risiko) yang ditetapkan secara formal; Kebijakan/pedoman penilaian risiko (identifikasi risiko) telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di organisasi/unit organisasi/unit kerja; Memiliki daftar risiko atas kegiatan utama yang ditetapkan secara formal; Evaluasi terhadap kebijakan/pedoman penilaian risiko (identifikasi risiko) dan pelaksanaannya serta daftar risiko yang dibuat secara berkala dan terdokumentasi; Daftar risiko telah dimutakhirkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan kebutuhan atau harapan stakeholders dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

21 PENILAIAN RISIKO Sub Unsur Analisis Risiko Kebijakan/pedoman penilaian risiko (analisis risiko) yang ditetapkan secara formal; Pedoman penilaian risiko (analisis risiko) telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di organisasi/unit organisasi /unit kerja; Memiliki rencana tindak pengendalian/rencana penanganan risiko atas kegiatan utama yang ditetapkan secara formal dan RTP telah diiplementasikan; Evaluasi atas rencana tindak pengendalian/rencana penanganan risiko tersebut secara berkala dan terdokumentasi; Rencana tindak pengendalian/rencana penanganan risiko telah dimutakhirkan secara terus menerus dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

22 KEGIATAN PENGENDALIAN Sub Unsur 1 Reviu Kinerja Memiliki dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) yang ditetapkan secara formal; Dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) telah dikomunikasikan kepada seluruh pegawai yang berkepentingan; Telah melakukan reviu kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja ; Evaluasi atas kinerja dan menggunakan hasilnya untuk perbaikan secara berkala dan terdokumentasi; Cara/metode pelaksanaan kegiatan dikembangkan terus menerus sesuai dengan perubahan untuk meningkatkan kinerja, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

23 KEGIATAN PENGENDALIAN 2 Sub Unsur Pembinaan SDM Kebijakan/SOP terkait pembinaan sumber daya manusia (kebutuhan jumlah, persyaratan jabatan, dan standar kinerja pegawai); Kebijakan/SOP tentang pembinaan sumber daya manusia telah dikomunikasikan kepada pejabat/pegawai yang berkepentingan; Pembinaan sumber daya manusia di organisasi/unit kerja Saudara telah sesuai dengan kebijakan/sop pembinaan sumber daya manusia ; Pemantauan/evaluasi secara berkala dan terdokumentasi atas pemberlakuan/ implementasi pembinaan sumber daya manusia ; Pembinaan sumber daya manusia telah dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan kebutuhan dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

24 KEGIATAN PENGENDALIAN 3 Sub Unsur Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi Kebijakan/SOP yg memuat pengendalian umum dan pengendalian aplikasi sistem informasi; Kebijakan dan prosedur Pengendalian atas Sistem Informasi telah dikomunikasikan kepada pegawai yg berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja; Pengendalian umum dan pengendalian aplikasi sistem informasi telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan/sop dan didokumentasikan; Evaluasi atas pengendalian umum dan pengendalian aplikasi sistem informasi yang digunakan organisasi/ unit organisasi/ unit kerja secara berkala dan terdokumentasi; Pengendalian umum dan pengendalian aplikasi sistem informasi dikembangkan secara terus menerus dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

25 KEGIATAN PENGENDALIAN 4 Sub Unsur Pengendalian Fisik atas Aset Aturan terkait dengan pengamanan aset (misal dari pencurian/kerusakan/penyimpangan penggunaan aset); Aturan terkait dengan pengamanan aset telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja; Telah melaksanakan pengamanan fisik atas aset sesuai dengan aturan yang ditetapkan dan didokumentasikan; Evaluasi atas pengamanan fisik aset secara berkala dan terdokumentasi; Aturan dan pengamanan fisik atas aset dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

26 KEGIATAN PENGENDALIAN Sub Unsur 5 Penetapan dan Reviu Indikator Kinerja Memiliki indikator kinerja utama (IKU) yang ditetapkan secara formal; Indikator kinerja utama (IKU) yang ditetapkan telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan; IKU telah digunakan untuk mengukur kinerja organisasi/ unit organisasi/ unit kerja; Evaluasi atas IKU secara berkala dan terdokumentasi; IKU dikembangkan terus menerus sesuai dengan perubahan strategis/ perubahan tugas dan fungsi serta mandat organisasi

27 KEGIATAN PENGENDALIAN 6 Sub Unsur Pemisahan Fungsi Organisasi/ unit organisasi/ unit kerja telah secara formal memisahkan tanggung jawab dan tugas untuk menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 (satu) orang; Kebijakan terhadap pemisahan tanggung jawab dan tugas telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja; Pemisahan tanggung jawab dan tugas tersebut telah diterapkan di unit organisasi/ unit kerja; Pemantauan/evaluasi atas penerapan pemisahan tanggung jawab dan tugas tersebut secara berkala dan terdokumentasi; Pemisahan tanggung jawab dan tugas tersebut telah dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

28 KEGIATAN PENGENDALIAN 7 Sub Unsur Otorisasi Transaksi dan Kejadian Penting Telah memiliki aturan/pedoman/sop yang memuat tentang otorisasi atas transaksi dan kejadian penting (antara lain: keuangan, barang, kepegawaian, perijinan, dan pendapatan); Aturan/pedoman/SOP yang memuat tentang otorisasi atas transaksi dan kejadian penting telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja; Otorisasi transaksi dan kejadian penting telah dilaksanakan sesuai dengan aturan/pedoman/ SOP dan didokumentasikan; Pemantauan/evaluasi atas otorisasi transaksi dan kejadian penting tersebut secara berkala dan terdokumentasi; Aturan/pedoman/SOP yang memuat otorisasi transaksi dan kejadian penting, dan pelaksanaannya dikembangkan terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

29 KEGIATAN PENGENDALIAN 8 Sub Unsur Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu Memiliki aturan/pedoman terkait kewajiban pencatatan transaksi dan kejadian secara akurat dan tepat waktu; Aturan/pedoman terkait kewajiban pencatatan transaksi dan kejadian secara akurat dan tepat waktu telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja; Transaksi dan kejadian penting pada unit kerja Saudara telah dicatat secara akurat dan tepat sesuai aturan/pedoman; Evaluasi atas pencatatan transaksi dan kejadian penting secara berkala dan terdokumentasi; Aturan/pedoman terkait kewajiban pencatatan transaksi dan kejadian penting serta pelaksanaannya telah dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

30 KEGIATAN PENGENDALIAN 9 Sub Unsur Pembatasan Akses atas Sumber Daya dan Catatan Akses atas sumber daya (misalnya: aset, uang, dll) dan catatan (misalnya: SIMDA, SIMPEG, dll) di unit kerja Saudara telah dibatasi pada pegawai yang berwenang yang ditetapkan secara formal; Pembatasan akses atas sumber daya dan catatan telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja; Akses pada sumber daya dan catatan di unit kerja Saudara hanya dilakukan oleh petugas yang ditetapkan; Evaluasi terhadap pembatasan akses atas sumber daya dan catatan secara berkala dan terdokumentasi; Pembatasan akses atas sumber daya dan catatan telah dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis

31 KEGIATAN PENGENDALIAN Sub Unsur 10 Akuntabilitas Pencatatan dan Sumber Daya Penanggung jawab sumber daya dan catatan beserta uraian tugasnya telah ditetapkan secara formal; Penetapan penanggung jawab sumber daya dan catatan beserta uraian tugasnya telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan; Penanggung jawab sumber daya dan catatan telah membuat pertanggungjawaban atas sumber daya dan catatan sesuai dengan yang ditentukan; Pemantauan/evaluasi atas akuntabilitas pencatatan dan sumber daya tersebut secara berkala dan terdokumentasi; Akuntabilitas pencatatan dan sumber daya tersebut telah dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

32 KEGIATAN PENGENDALIAN 11 Sub Unsur Dokumentasi yang Baik SPI Serta Transaksi dan Kejadian Penting Memiliki kebijakan/prosedur untuk melakukan dokumentasi atas implementasi/penyelenggaraan SPI serta transaksi dan kejadian penting; Kebijakan untuk melakukan dokumentasi atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting telah dikomunikasikan ke pegawai yang berkepentingan; Dokumentasi atas implementasi SPI serta transaksi dan kejadian penting telah dilakukan sesuai kebijakan yang ditetapkan; Evaluasi atas kebijakan/prosedur dan pelaksanaan kebijakan pendokumentasian implementasi SPI serta transaksi dan kejadian penting secara berkala dan terdokumentasi; Kebijakan/prosedur untuk melakukan dokumentasi atas implementasi SPI serta transaksi dan kejadian penting dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

33 INFORMASI DAN KOMUNIKASI 1 Sub Unsur Informasi yang Relevan Memiliki kebijakan / prosedur atau pedoman infokom / kehumasan untuk memperoleh informasi yang penting dalam mencapai tujuan Instansi Pemerintah; Kebijakan / prosedur atau pedoman infokom / kehumasan telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan; Informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu dapat diakses oleh pegawai yang berkepentingan/terkait; Proses identifikasi, perolehan, dan distribusi informasi operasional dan keuangan mampu untuk mengukur pencapaian rencana kinerja strategis serta telah dievaluasi secara berkala dan terdokumentasi; Proses identifikasi, perolehan, dan distribusi informasi operasional dan keuangan/ anggaran telah dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

34 INFORMASI DAN KOMUNIKASI 2 Sub Unsur Komunikasi yang Efektif Kebijakan/ SOP/ pedoman untuk menjelaskan pentingnya pengendalian intern dan tugas serta tanggungjawab masing-masing pegawai; Kebijakan/ SOP/ pedoman komunikasi internal & eksternal telah dikomunikaskan kepada manajemen, pegawai, dan stakeholder terkait; Telah menyediakan berbagai bentuk sarana komunikasi, baik untuk internal dan eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen dan seluruh personil pelaksana kegiatan; Pemantauan/evaluasi atas kebijakan/ SOP/ pedoman tersebut secara berkala dan terdokumentasi; Pengembangan/ pembaharuan sistem informasi untuk meningkatkan kegunaan dan keandalan komunikasi informasi telah dilakukan secara terus menerus, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

35 PEMANTAUAN 1 Sub Unsur Pemantauan Berkelanjutan Memiliki strategi/ kebijakan / prosedur pemantauan berkelanjutan (supervisi kegiatan, pembandingan, rekonsiliasi, sidak, dan prosedur lain); Strategi/ kebijakan / prosedur pemantauan berkelanjutan telah dikomunikaskan kepada manajemen dan pegawai yang berkepentingan; Setiap level pimpinan di unit organisasi/ unit kerja telah melakukan pemantauan berkelanjutan atas efektivitas kegiatan pengendalian pada tingkat entitas dan tingkat kegiatan; Evaluasi pemantauan berkelanjutan atas efektivitas kegiatan pengendalian secara berkala dan terdokumentasi; Strategi/ kebijakan / prosedur pemantauan berkelanjutan atas efektivitas kegiatan pengendalian tersebut telah dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis secara otomatis/online

36 PEMANTAUAN 2 Sub Unsur Evaluasi Terpisah Memiliki kebijakan/pedoman/prosedur untuk melakukan evaluasi pengendalian intern secara terpisah yang ditetapkan secara formal; Kebijakan/pedoman/ prosedur untuk melakukan evaluasi pengendalian intern secara terpisah telah dikomunikaskan kepada manajemen dan pegawai yang berkepentingan; Telah melakukan evaluasi pengendalian intern secara terpisah; Evaluasi atas kebijakan/pedoman/prosedur untuk melakukan evaluasi pengendalian intern secara terpisah disesuaikan dengan regulasi terkait, secara berkala dan terdokumentasi; Kebijakan/pedoman/prosedur untuk melakukan evaluasi pengendalian intern secara terpisah telah dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perubahan lingkungan strategis, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online

37 PEMANTAUAN Sub Unsur 1 Pemantauan Berkelanjutan Strategi/ kebijakan / prosedur pemantauan berkelanjutan telah dikomunikaskan kepada manajemen dan pegawai yang berkepentingan. 2 Evaluasi Terpisah Kebijakan/pedoman/ prosedur untuk melakukan evaluasi pengendalian intern secara terpisah telah dikomunikaskan kepada manajemen dan pegawai yang berkepentingan.

38 Penilaian Maturity Level SPIP Mengukur keberhasilan K/L/Pemda dalam menyelenggarakan SPIP

39 APA YANG HARUS DILAKUKAN? PENERAPAN SPIP ( ) PENILAIAN MATLEV SPIP ( )???? SKOR MATURITAS LEVEL

40 Maturity Level Penyelenggaraan SPIP Tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP dalam mencapai tujuan pengendalian intern, yang ditandai oleh eksistensi control design yang bersifat hard control dan soft control

41 Parameter Maturity Level SPIP Penilaian Maturity Level SPIP difokuskan pada 25 Sub. Unsur SPIP. masing-masing Sub. Unsur mempunyai 5 indikator, sehingga terdapat 125 buah parameter Maturity Level SPIP yang disusun tergradasi dari terendah (belum ada) hingga tertinggi (optimum).

42 BOBOT PENILAIAN TINGKAT MATURITAS SPIP UNSUR JUMLAH BOBOT UNSUR JUMLAH SUB UNSUR BOBOT SUB UNSUR 1. Lingkungan Pengendalian ,75 2. Penilaian Risiko Kegiatan Pengendalian 4. Informasi dan Komunikasi , Pemantauan ,5 Jumlah

43 Interval Skor Maturity Level SPIP LEVEL TINGKAT MATURITAS INTERVAL SKOR 0 BELUM ADA Kurang dari 1,0 (0 < skor <1,0) 1 RINTISAN 1,0 s/d kurang dari 2,0 (1,0 skor < 2,0) 2 BERKEMBANG 2,0 s/d kurang dari 3,0 (2,0 skor < 3,0) 3 TERDEFINISI 3,0 s/d kurang dari 4,0 (3,0 skor < 4,0) 4 TERKELOLA DAN TERUKUR 4,0 s/d kurang dari 4,5 (4,0 skor < 4,5) 5 OPTIMUM Antara 4,5 s/d 5,0 (4,5 skor 5)

44 Tingkat Level 0 Belum Ada Level 1 Rintisan Level 2 Berkembang Level 3 Terdefinisi Level 4 Terkelola dan Terukur Level 5 Optimum Maturity Level SPIP Karakteristik SPIP K/L/Pemda sama sekali belum memiliki kebijakan dan prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan praktik-praktik pengendalian intern. Ada praktik pengendalian intern, namun pendekatan risiko dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat ad-hoc dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa komunikasi dan pemantauan, sehingga kelemahan tidak teridentifikasi. K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern, namun tidak terdokumentasi dengan baik, dan pelaksanaannya sangat tergantung pada individu, serta belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi, sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai. K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun, evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai. K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang efektif, masing-masing personel pelaksana kegiatan selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/Pemda. Telah ada evaluasi formal dan terdokumentasi. K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan, serta didukung oleh pemantauan otomatis dengan menggunakan aplikasi TI.

45 TATA CARA PENILAIAN MATURITAS LEVEL SPIP Form 1 : Kuesioner Survai Maturitas SPIP Form 2A : Tabulasi Survai Maturitas SPIP Form 2B : Perhitungan Skor Maturitas SPIP Form 3 : Matriks Operasionalisasi Indikator Form 4 : Kuesioner Lanjutan Maturitas SPIP Form 5 : Panduan Wawancara Form 6 : Panduan Analisis Dokumen Form 7 : Panduan Observasi Form 8A : Tabulasi Kuesioner Lanjutan dan Wawancara Form 8B : Ikhtisar Validasi Indikator Maturitas SPIP Form 8C : Perhitungan Skor Akhir Maturitas SPIP

46 Penentuan Sampel SKPD Dan Responden Kriteria pemilihan SKPD adalah memerhatikan faktor-faktor risiko, antara lain besarnya jumlah anggaran, jumlah personil, dan kompleksitas kegiatan; Selain itu, sampel terpilih juga melihat pada keterwakilan karakteristik fungsi penyelenggaraan pemerintahan, yaitu terkait fungsi layanan publik, fungsi pengawasan internal, fungsi penunjang seperti pengelola keuangan/aset, perencanaan dan kepegawaian Pejabat struktural, terdiri dari: Seluruh pejabat struktural eselon tertinggi sampai yang terendah dari unit yang dinilai, kecuali yang tidak ada di tempat (berhalangan) selama pelaksanaan survai persepsi. Minimal tiga orang pegawai nonpejabat struktural, yang mewakili tiap unit kerja eselon III yang ada Jumlah responden minimal 40 orang

47 PENILAIAN PENDAHULUAN TINGKAT MATURITAS SPIP Validasi Awal Survai Maturitas SPIP Dua kategori yaitu konsisten dan tidak konsisten. Konsisten jawaban (persepsi) responden telah memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam petunjuk pengisian kuesioner. Tidak konsisten jawaban (persepsi) responden tidak memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam petunjuk pengisian kuesioner.

48 KUESIONER PERSEPSI AWAL (KONSISTEN) 2. Reviu Kinerja NO. PERTANYAAN Y/T 1 Apakah organisasi/unit organisasi/ unit kerja Saudara telah memiliki dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) yang ditetapkan secara formal? 2 Apakah dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) tersebut telah dikomunikasikan kepada seluruh pegawai yang berkepentingan? 3 Apakah organisasi/unit organisasi/ unit kerja Saudara telah melakukan reviu kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin)? 4 Apakah pimpinan organisasi/ unit-organisasi/ unit kerja telah melakukan evaluasi atas kinerja dan menggunakan hasilnya untuk memperbaiki cara/metode pelaksanaan kegiatan untuk efisiensi dan efektivitas pencapaian kinerja secara berkala dan terdokumentasi? 5 Apakah cara/metode pelaksanaan kegiatan dikembangkan terus menerus sesuai dengan perubahan untuk meningkatkan kinerja, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online oleh pimpinan organisasi atas kinerja organisasi/ unit organisasi/ unit kerja? Y Y T T T

49 KUESIONER PERSEPSI AWAL (TIDAK KONSISTEN) 2. Reviu Kinerja NO. PERTANYAAN Y/T 1 Apakah organisasi/unit organisasi/ unit kerja Saudara telah memiliki dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) yang ditetapkan secara formal? 2 Apakah dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) tersebut telah dikomunikasikan kepada seluruh pegawai yang berkepentingan? 3 Apakah organisasi/unit organisasi/ unit kerja Saudara telah melakukan reviu kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin)? 4 Apakah pimpinan organisasi/ unit-organisasi/ unit kerja telah melakukan evaluasi atas kinerja dan menggunakan hasilnya untuk memperbaiki cara/metode pelaksanaan kegiatan untuk efisiensi dan efektivitas pencapaian kinerja secara berkala dan terdokumentasi? 5 Apakah cara/metode pelaksanaan kegiatan dikembangkan terus menerus sesuai dengan perubahan untuk meningkatkan kinerja, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online oleh pimpinan organisasi atas kinerja organisasi/ unit organisasi/ unit kerja? Y T T Y Y

50 PENGUJIAN BUKTI MATURITAS SPIP Bila jawaban (persepsi) responden tidak konsisten Validasi dan koreksi perlu dilakukan untuk kuesioner jawaban yang tidak konsisten. (Contoh tabel sebelumnya) Jawaban Ya (Y) pada tingkat 4 dan tingkat 1 dikategorikan sebagai jawaban yang tidak sesuai karena K/L/Pemda belum memenuhi tingkat 2 dan 3. Validasi dilakukan dengan konsep konservatisme. Karena jawaban tidak pada tingkat 2, maka jawaban yang berikutnya dianggap tidak konsisten sehingga diperlakukan sebagai tidak. Hasil survey persepsi Maturitas SPIP K/L/Pemda merupakan diagnosa awal tingkat maturitas SPIP suatu K/L/Pemda.

51 PENGUJIAN BUKTI MATURITAS SPIP Pengumpulan bukti maturitas SPIP dilakukan untuk meyakinkan atau memvalidasi bahwa hasil survai persepsi maturitas SPIP telah mencerminkan kondisi tingkat maturitas SPIP yang sebenarnya. Dapat dilakukan dengan teknik pengumpulan data lainnya seperti kuesioner lanjutan, wawancara, analisis dokumen, atau observasi. Konsisten pengumpulan bukti maturitas secara uji petik (sampling) atas responden maupun jawaban survai. Tidak Konsisten pengumpulan bukti dilakukan secara uji petik (sampling) atas responden dan keseluruhan butir jawaban kuesioner (sensus). Namun demikian, dapat dilakukan atas keseluruhan responden (sensus) maupun keseluruhan butir jawaban kuesioner (sensus) sesuai pertimbangan profesional Tim Penilai.

52 PENGUJIAN BUKTI MATURITAS SPIP Pengujian bukti maturitas SPIP dilakukan kepada tingkatan Satuan Kerja K/L/Pemda yang telah terpilih menjadi responden saat pelaksanaan survey persepsi. Hasil validasi dari pengujian bukti maturitas disimpulkan secara berjenjang. Simpulan pertama dilakukan atas Satuan Kerja K/L/SKPD, untuk kemudian disimpulkan pada tingkat K/L/Pemda. Penyimpulan pada tingkat K/L/Pemda memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Terhadap fokus penilaian (parameter) yang bersifat umum, dalam artian harus dilakukan oleh semua Satuan Kerja K/L/Pemda, didasarkan pada modus dari hasil validasi pengujian bukti maturitas Terhadap fokus penilaian (parameter) yang bersifat khusus, dalam artian hanya dilakukan pada Satuan Kerja K/L/Pemda tertentu, didasarkan pada hasil validasi pengujian bukti maturitas yang diperoleh dari Satuan Kerja K/L/Pemda tersebut

53 FOKUS PENILAIAN (PARAMETER) YANG BERSIFAT KHUSUS DENGAN SATUAN KERJA K/L/PEMDA No Fokus Penilaian Satuan Kerja K/L/SKPD terkait 1. Komitmen terhadap Biro Kepegawaian K/L Kompetensi Badan Kepegawaian Daerah 2. Peran APIP yang Efektif Inspektorat Jenderal/Utama pada K/L Inspektorat Daerah pada Pemda 3. Identifikasi Risiko Inspektorat Jenderal/Utama pada K/L Inspektorat Daerah pada Pemda 4. Analisis Risiko Inspektorat Jenderal/Utama pada K/L Inspektorat Daerah pada Pemda 5. Evaluasi Terpisah Inspektorat Jenderal/Utama pada K/L Inspektorat Daerah pada Pemda

54 PEMILIHAN FOKUS MATURITAS YANG AKAN DIUJI Pemilihan paramater yang akan diuji ditetapkan oleh tim penilai melalui pertimbangan profesional terhadap hasil awal Survai Maturitas SPIP: Parameter yang bernilai > 2 atau yang memiliki nilai ekstrim (seperti 0). Fokus maturitas dengan jawaban yang parameternya mendapat jawaban yang tidak konsisten dalam Kuesioner Maturitas SPIP. Terhadap fokus maturitas yang mendapat jawaban atau hasil survai maturitas SPIP yang Konsisten dilakukan secara uji petik (sampling) atas responden maupun jawaban survai; sementara itu, untuk hasil survai yang Tidak Konsisten pengujian dilakukan terhadap keseluruhan fokus maturitas (sensus). Fokus jawaban yang ekstrim seperti semuanya Ya untuk satu areal atau fokus maturitas padahal tim penilai mempunyai bukti yang nyata-nyata menolak jawaban Ya tersebut

55 TERIMA KASIH 18

56 SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PENILAIAN RISIKO

57 PENILAIAN RISIKO (pasal 13; 16-17) SPIP Penilaian Risiko Identifikasi Risiko Analisis Risiko

58 PENGERTIAN RISIKO? Kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah (PP 60/2008 Ps. 3 ayat 1.b)

59 TUJUAN PENILAIAN RISIKO MENETAPKAN KEMUNGKINAN TERJADI Melalui identifikasi TUJUAN PENILAIAN RISIKO Membantu menangani risiko MENETAPKAN DAMPAK Melalui analisis

60 MANFAAT PENILAIAN RISIKO Membantu pencapaian tujuan IP Kesinambungan pelayanan kpd stakeholders MANFAAT PENILAIAN RISIKO Efisiensi dan efektivitas pelayanan Dasar penyusunan rencana strategis Menghindari pemborosan

61 TAHAPAN PENILAIAN RISIKO (PP 60/2008) PENETAPAN TUJUAN IDENTIFIKASI RISIKO ANALISIS RISIKO Tujuan IP Tujuan tingkat kegiatan Sumber risiko internal & eksternal Kemungkinan kejadian Pengaruh/ dampak risiko thd pencapaian tujuan P E N I L A I A N R I S I K O

62 PERUMUSAN TUJUAN TUJUAN STRATEGIK TUJUAN KEGIATAN

63 PERUMUSAN TUJUAN TUJUAN STRATEGIK pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut.

64 PERUMUSAN TUJUAN TUJUAN KEGIATAN Tujuan operasional Tujuan untuk pelaporan Tujuan untuk compliance

65 RUANG LINGKUP IDENTIFIKASI RISIKO INSTANSI Strategik Kegiatan LINGKUP IDENTIFIKASI PEMILIK RISIKO Unit Eselon LUAS RISIKO Seluruh Sebagian

66 TUJUAN IDENTIFIKASI RISIKO MENETAPKAN RISIKO MENGKATEGORIKAN RISIKO REGISTER RISIKO (DAFTAR RISIKO) Uraian kejadian Penyebab atau faktor risiko Jenis risiko Sumber risiko Penerima risiko Hirarki risiko Level risiko K emampuan mengendalikan risiko (controlability)

67 KATEGORI RISIKO Kategorisasi/pengelompokan risiko suatu organisasi dipengaruhi oleh pemahaman organisasi terhadap karakteristik dan ciri-ciri risiko yang dihadapinya. Secara garis besar pengelompokan risiko meliputi: Jenis risiko Sumber risiko Penerima risiko Tingkat kemungkinan dan dampak terjadinya risiko (level risiko) Level kemampuan mengendalikan risiko Hierarki risiko

68 KATEGORI RISIKO Jenis risiko: teknologi, keuangan/ekonomi, sumber daya manusia (kapasitas, hak intelektual), kesehatan, politik, hukum, keamanan, dan lain-lain. Sumber risiko: eksternal (politik, ekonomi, bencana alam); dan internal (reputasi, keamanan, manajemen, informasi untuk pengambilan keputusan). Penerima risiko atau pihak yang terkena dampak risiko: orang, reputasi, hasil program, material, bangunan, dan lain-lain. Tingkat kemungkinan dan dampak terjadinya risiko (level risiko): sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Level kemampuan mengendalikan risiko: tinggi (terkendali, misalnya operasional sehari-hari), sedang (kurang terkendali, misalnya reputasi), rendah (tidak dapat dikendalikan, misalnya gempa bumi) Hierarki risiko: strategik, program, proyek, dan operasional

69 DAFTAR RISIKO DAFTAR RISIKO Departemen/Direktorat.. Visi : Misi : Tujuan : No. Risiko Teridentifikasi Faktor Penyebab 1. Belum ada strategi penyaluran bantuan kepada UKM. 2. Pedoman teknis yang ada belum dapat digunakan sebagai acuan oleh pelaksana di lapangan tentang mekanisme penyaluran dan pola bergulir kepada UKM yang lain. 3. Adanya kelompok UKM yang ingin menguasai penyaluran karena mereka telah ditunjuk sebagai wakil kelompok UKM. 4. Mahalnya biaya penyaluran melalui mitra lembaga keuangan, yang dalam penganggaran biaya tersebut belum ditetapkan. 5. Staf dan tenaga teknis yang ditugaskan meskipun telah mendapatkan pelatihan namun belum berpengalaman dalam pengelolaan dana bergulir. 6. Dst. Disusun oleh : Direviu oleh :

70 4 PELAKSANAAN ANALISIS RISIKO

71 PERAN PIMPINAN 1. Pimpinan instansi pemerintah melakukan analisis menyeluruh terhadap pengaruh risiko. 2. Pimpinan instansi pemerintah merumuskan pendekatan dalam mengelola dan mengendalikan risiko berdasarkan berapa banyak risiko yang dapat diterima.

72 TINGKAT RISIKO YANG DAPAT DITERIMA [pasal 17 (2)] tingkat risiko yang dapat diterima adalah batas toleransi risiko dengan mempertimbangkan aspek biaya dan manfaat

73 ANALISIS RISIKO Tujuan analisis risiko adalah untuk memisahkan risiko kecil yang dapat diterima dari risiko besar, dan menyiapkan data sebagai bantuan dalam prioritas dan penanganan risiko. Analisis risiko meliputi penentuan sumber risiko, kemungkinan dan dampak risiko yang akan terjadi. Faktor yang mempengaruhi timbulnya kemungkinan dan dampak juga diidentifikasi.

74 ANALISIS RISIKO Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis risiko: a. Memahami pengelolaan/pengendalian risiko yang ada b. Kemungkinan dan dampak

75 ANALISIS RISIKO Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis risiko: a. Memahami pengelolaan/pengendalian risiko yang ada Lakukan identifikasi sistem pengendalian manajemen yang ada, petunjuk teknis dan prosedur untuk mengendalikan risiko serta lakukan penilaian terhadap kekuatan dan kelemahannya. Instrumen yang digunakan dalam hal ini adalah : checklist, pertimbangan sesuai pengalaman dan dokumen, flow charts, brainstorming, analisis sistem, analisis skenario, teknik pengembangan sistem, inspeksi, dan teknik CSA (Control Self-Assessment).

76 ANALISIS RISIKO Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis risiko: b. Kemungkinan dan dampak Kemungkinan dan dampak dikombinasikan untuk menghasilkan status risiko tertentu. Kemungkinan dan dampak dapat ditentukan dengan menggunakan analisis statistik dan perhitungan tertentu. Jika tidak ada data tersedia, estimasi subyektif dapat dibuat untuk mencerminkan tingkat keyakinan individu atau kelompok bahwa suatu kejadian atau hasilnya akan terjadi.

77 TUJUAN ANALISIS RISIKO Hasil identifikasi risiko Probabilitas/ frekuensi risiko Dampak dan besarannya Informasi kpd Pimpinan Respon risiko Status risiko + peta risiko

78 KERANGKA PENGUKURAN PROBABILITAS Probabilitas Rating % Kriteria Sangat tidak mungkin/hampir mustahil Kecil kemungkinan, tapi tdk mustahil Kemungkinan terjadi Sering terjadi 5 > 90 Hampir pasti terjadi

79 KERANGKA PENGUKURAN DAMPAK Rating Dampak Sangat tinggi/ katastropik Besar Menengah/medium Kecil Sangat rendah/ tidak signifikan Keterangan Mengancam program dan organisasi serta stakeholders. Kerugian sangat besar bagi organisasi dari segi keuangan maupun politis Mengancam fungsi program yang efektif dan organisasi. Kerugian cukup besar bagi organisasi dari segi keuangan maupun politis Mengganggu administrasi program. Kerugian keuangan dan politis cukup besar Mengancam efisiensi dan efektivitas beberapa aspek program. Kerugian kurang material dan sedikit mempengaruhi stakeholders Dampaknya dapat ditangani pada tahap kegiatan rutin. Kerugian kurang material dan tidak mempengaruhi stakeholders

80 STATUS RISIKO Status Risiko = Probabilitas x Dampak

81 FORMULIR STATUS RISIKO STATUS RISIKO Departemen/Direktorat. Visi : Misi : Tujuan : No. Risiko Kemungkinan Dampak % Kategori % Kategori Status Disusun oleh : Direviu oleh :

82 PETA/PROFIL RISIKO

83 TEMPLATE MATRIKS/PETA RISIKO MATRIKS ANALISIS RISIKO 5X5 Deskripsi Hampir pasti 90% 5 Dampak Tidak signifikan Kecil Medium Besar Probabilitas Likelihood Katastropik Kemungkinan besar 70% 4 Mungkin 50% 3 Kemungkinan kecil 30% 2 Sangat jarang 10% 1 RATING/STATUS: Deskripsi Level Level dimulai dari status Ekstrim 5 15 Tinggi 4 10 Moderat 3 5 Rendah 2 3 Rendah 1 1

84 CONTOH TABEL LIKELIHOOD (kemungkinan terjadinya) Level Deskriptor Contoh Deskripsi Rinci Frekuensi 1 Sangat jarang Kejadiannya muncul HANYA dalam keadaan tertentu 2 Jarang Kejadiannya DAPAT muncul pada saat yang sama 3 Moderat Kejadiannya SEHARUSNYA muncul pada saat yang sama 4 Sering Kejadiannya MUNGKIN muncul pada kebanyakan situasi Kurang dari sekali dalam 10 tahun Paling sedikit sekali dalam 10 tahun Paling sedikit sekali dalam 5 tahun Paling sedikit sekali dalam 1 tahun 5 Hampir pasti/ sangat sering Kejadiannya DIHARAPKAN muncul pada kebanyakan situasi Lebih dari satu kali dalam setahun

85 CONTOH TABEL PENGENDALIAN YANG SUDAH ADA Level Deskriptor Contoh Deskripsi Rinci Frekuensi SB Sangat Baik Lebih dari yang diharapkan seseorang secara wajar akan melakukan pada kondisi demikian C Cukup Sesuai dari yang diharapkan seseorang secara wajar akan melakukan pada kondisi demikian TC Tidak Cukup Kurang dari yang diharapkan seseorang secara wajar akan melakukan pada kondisi demikian Pengendalian berjalan sepenuhnya dan hanya memerlukan pemeliharaan dan pemantauan berkelanjutan. Sistem proteksi selalu direviu dan prosedur diuji secara reguler. Diperhatikan secara wajar. Sistem proteksi berjalan dan prosedur tersedia untuk kondisi tersebut. Reviu dilakukan secara periodik. Tindakan kurang atau tidak ada. Tidak ada sistem proteksi atau sistem tersebut sudah lama tidak direviu. Tidak ada prosedur formal.

86 CONTOH TABEL KRITERIA RISK ACCEPTABLE Level Risiko 1 3 Dapat diterima Kriteria untuk Manajemen Risiko Dengan pengendalian yang cukup Yang Bertanggung Jawab Manajer operasi 4 6 Dipantau Dengan pengendalian yang cukup Manajer operasi 6 9 Diperlukan Pengendalian Manajemen Dengan pengendalian yang cukup Manajer operasi Harus menjadi perhatian manajemen (urgen) Dapat diterima hanya dengan pengendalian yang sangat baik (excellent) CEO Tak dapat diterima (unacceptable) Dapat diterima hanya dengan pengendalian yang sangat baik (excellent) Komisaris

87 RESPON TERHADAP RISIKO Kurangi kemungkinan Terima RESPON RISIKO Kurangi dampak Hindari Berbagi

88 CONTOH TABEL RESPON RISIKO Apa yang Terjadi Tujuan dan hasil tidak tercapai Mengakibatkan kerugian finansial yang besar Mengurangi kapabilitas instansi Reputasi instansi sangat menurun Beberapa tujuan dan hasil tidak tercapai. Mengakibatkan kerugian finansial yang cukup besar. Mengurangi kapabilitas instansi. Cukup menurunkan reputasi. Mengganggu kualitas atau ketepatan waktu dari tujuan dan hasilnya. Mengakibatkan kerugian finansial, pengurangan kapabilitas dan reputasi yang reasonable. Mengganggu kualitas, kuantitas, dan ketepatan waktu dari tujuan dan hasilnya. Mengakibatkan kerugian finansial, penurunan kapabilitas dan reputasi yang tidak besar/minimal Dampak terhadap pencapaian tujuan dan hasil adalah sangat kecil. Kerugian keuangan, penurunan kapabilitas, atau reputasi adalah sangat kecil. Risiko Status Sangat Tinggi Risiko Status Tinggi Risiko Status Menengah Risiko Status Rendah Risiko Status Sangat Rendah Apa yang Harus Dilakukan Pengelolaan yang bersifat urgen dan aktif, melibatkan pimpinan tingkat tinggi. Strategi risiko wajib dilaksanakan secepatnya. Pendekatan yang segera dan tepat serta pelaporan secara rutin Perlu pengelolaan aktif dan review rutin. Strategi harus dilaksanakan, terutama difokuskan pada pemeliharaan kendali yang sudah baik. Pendekatan yang tepat Perlu dikelola dan direviu secara rutin. Perlu pengendalian intern yang efektif dan pemantauan. Strategi harus dilaksanakan. Prosedur rutin yang cukup untuk menanggung dampak. Perlu pengendalian intern yang efektif dan pemantauan. Strategi yang fokus pada pemantauan dan reviu terhadap prosedur pengendalian yang sudah ada. Hanya perlu pemantauan singkat. Pengendalian normal sudah mencukupi. Jika sama sekali tidak diperhatikan, risiko-risiko ini dapat meningkat statusnya/prioritasnya.

89 TERIMA KASIH

90 . PENINGKATAN LEVEL MATURITAS SPIP

91 PENILAIAN TINGKAT MATURITAS SPIP NO TINGKAT MATURITAS INTERVAL SKOR 0 Belum Ada Kurang dari 1,0 (0 < skor <1,0) 1 Rintisan 1,0 s/d kurang dari 2,0 (1,0 skor < 2,0) 2 Berkembang 2,0 s/d kurang dari 3,0 (2,0 skor < 3,0) 3 Terdefinisi 3,0 s/d kurang dari 4,0 (3,0 skor < 4,0) 4 Terkelola Dan Terukur 4,0 s/d kurang dari 4,5 (4,0 skor < 4,5) 5 Optimum Antara 4,5 s/d 5,0 (4,5 skor 5)

92 Tingkat Level 0 Belum Ada Level 1 Rintisan Level 2 Berkembang Level 3 Terdefinisi Level 4 Terkelola dan Terukur Level 5 Optimum Maturity Level SPIP Karakteristik SPIP K/L/Pemda sama sekali belum memiliki kebijakan dan prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan praktik-praktik pengendalian intern. Ada praktik pengendalian intern, namun pendekatan risiko dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat ad-hoc dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa komunikasi dan pemantauan, sehingga kelemahan tidak teridentifikasi. K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern, namun tidak terdokumentasi dengan baik, dan pelaksanaannya sangat tergantung pada individu, serta belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi, sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai. K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun, evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai. K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang efektif, masing-masing personel pelaksana kegiatan selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/Pemda. Telah ada evaluasi formal dan terdokumentasi. K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan, serta didukung oleh pemantauan otomatis dengan menggunakan aplikasi TI.

93 APA YANG HARUS DILAKUKAN? PENERAPAN SPIP PENILAIAN MATLEV SPIP???? SKOR MATURITAS LEVEL

94 Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis Level 0 ke Level 1 SPIP K/L/P yang berada pada level 0 (belum ada) ditandai dengan belum dimilikinya kebijakan dan prosedur untuk melaksanakan praktik-praktik pengendalian intern. Kekurangan inilah yang diatasi dengan peningkatan standarisasi (kebijakan dan prosedur tertulis)

95 PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR TERTULIS LEVEL 0 KE LEVEL 1 STRATEGI PENINGKATAN LEVEL 0 KE LEVEL 1 o Penyusunan Perka/Perkada tentang SPIP. o Pembentukan Satgas Penyelenggaraan SPIP atau menetapkan unit yang menangani SPIP. o Diklat dan sosialisasi SPIP. o Melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern yang ada/existing. o Menyusun dan menetapkan secara formal Kebijakan dan SOP (berbasis risiko) sebagai dasar pelaksanaan tugas secara rutin

96 Pengkomunikasian kebijakan dan prosedur Level 1 ke Level 2 SPIP K/L/P yang berada pada level 1 (rintisan) ditandai dengan: Sudah ada praktik pengendalian intern, sudah ada kebijakan dan prosedur (SOP) tertulis dan diterapkan secara formal. Pengendalian yang diperlukan masih bersifat ad-hoc. Dokumentasi pengendalian intern masih sangat lemah dan tidak terorganisasi dengan baik. Pengendalian belum dikomunikasikan dan dipantau secara memadai sehingga kelemahan tidak teridentifikasi. Pegawai belum peduli dengan tanggung jawab masing-masing.

97 PENGKOMUNIKASIAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR LEVEL 1 KE LEVEL 2 STRATEGI PENINGKATAN LEVEL 1 KE LEVEL 2 Mensosialisasikan SPIP termasuk kebijakan dan prosedur kepada seluruh pegawai; Menyusun rencana pengembangan SPIP secara komprehensif dan mengembangkan pengendalian intern secara disiplin pada seluruh kegiatan. Penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP untuk semua unit organisasi dan Pemantauan Perkembangan Penyelenggaraan SPIP; Mengidentifikasi dan memilih personil khusus Satgas SPIP untuk menjadi pelaksana awal/penggerak SPIP, melakukan pelatihan yang memadai, dan memberi dukungan sumber daya yang memadai untuk Satgas SPIP. Melakukan pemantauan efektivitas pengendalian yang ada; Mendapatkan pembimbingan yang memadai dari pihak eksternal (ahli) agar praktik pengendalian yang sebelumnya masih ad hoc, berlanjut secara berkesinambungan.

98 SPIP pada tingkat berkembang ditandai dengan karakteristik: K/L/P telah melaksanakan praktik pengendalian intern, namun pelaksanaan pengendalian intern tidak terdokumentasi dengan baik, dokumentasi penyelenggaraan SPIP masih kurang (bersifat sporadis dan tidak konsisten). Pengendalian masih sangat tergantung pada kemauan/inisiatif individu tertentu. Peningkatan Komitmen Implementasi dan Dokumentasi Sistem (Level 2 ke level 3) Pelaksanaan dan penilaian pengendalian intern sangat tergantung pada individu tertentu (individu kunci) dan belum melibatkan semua unit organisasi. Sudah mulai timbul kesadaraan pegawai untuk melaksanakan tanggung jawab masing-masing. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai. Tindakan manajemen untuk menyelesaikan permasalahan pengendalian belum menjadi prioritas dan belum konsisten.

99 PENINGKATAN KOMITMEN IMPLEMENTASI DAN DOKUMENTASI SISTEM LEVEL 2 KE LEVEL 3 Strategi Peningkatan Level 2 ke level 3 Melaksanakan Kebijakan dan SOP secara konsisten di semua tingkatan organisasi /unit organisasi setelah terlebih dahulu mensosialisasikannya; Mendokumentasikan pengendalian intern secara rapi, terstruktur, rutin dan konsisten; Mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk penyelenggaraan SPIP, dengan perekrutan staf yang kompeten dan memadai, serta mengalokasikan anggaran untuk pelatihan dan alat/tools pengendalian intern; Melakukan pelatihan SPIP untuk mengembangkan keahlian/pengetahuan pegawai tentang proses SPIP; Memberikan kesempatan kepada staf untuk mengikuti kursus, konferensi, seminar, lokakarya, dll terkait dengan SPIP agar dapat meng-update pengetahuannya; Meningkatkan kesadaran manajemen di semua tingkatan tentang perlunya pengendalian intern sebagai bagian integral dari pelaksanaan kegiatan. Mendorong manajemen untuk melakukan evaluasi atas efektifitas pengendalian secara periodik.

100 Evaluasi formal, berkala, dan terdokumentasi Level 3 ke level 4 Karakteristik SPIP pada level 3 (tingkat terdefinisi) ditandai dengan: K/L/P telah melaksanakan pengendalian intern di semua tingkatan organisasi /unit organisasi dan terdokumentasi dengan baik. Unsur-unsur SPIP telah diimplementasi secara penuh. Dokumentasi pengendalian intern telah dilaksanakan secara konsisten, tertib, dan rapi. Evaluasi atas pengendalian intern telah dilakukan secara bekala meskipun tanpa dokumen yang memadai. Pimpinan mendukung dan melembagakan pemantauan pengendalian intern; Dilakukan program pendidikan dan pelatihan untuk pemantauan pengendalian intern; Manajemen telah mulai peduli dengan permasalahan pengendalian, meskipun beberapa kelemahan masih ada. Pegawai telah peduli dengan tanggung jawab mereka terhadap pengendalian. Praktik pengendalian mulai dilaksanakan secara sadar oleh personil yang terkait berdasarkan kebijakan dan SOP yang ditetapkan.

101 EVALUASI FORMAL, BERKALA, DAN TERDOKUMENTASI LEVEL 3 KE LEVEL 4 Strategi Peningkatan Level 3 ke level 4 Menyediakan secara mudah dan konsisten kebijakan dan SOP untuk setiap personel pelaksana kegiatan pokok K/L/P. Menerapkan kebijakan dan SOP ke dalam kegiatan sehari-hari. Memfasilitasi pendokumentasian pelaksanaan Kebijakan dan SOP dalam pelaksanaan tugas secara rutin sehingga dapat didokumentasikan secara konsisten. Memantau serta mengevaluasi secara periodik, formal dan terdokumentasi pelaksanaan kebijakan dan SOP dan menggunakan hasilnya untuk perbaikan SPIP; Memastikan adanya pembelajaran yang efektif dari pengalaman menerapkan SPIP, sehingga dapat memperbarui dan memperkuat proses SPIP, misalnya dengan metode pengendalian baru dan pelatihan personil secara teratur. Melakukan evaluasi berkala atas penyelenggaraaan SPIP untuk memastikan bahwa SPIP tetap berjalan efektif. Memastikan bahwa risiko menjadi pertimbangan dan dimasukkan sebagai kriteria rutin dalam semua pengambilan keputusan. Mewajibkan pimpinan unit/bagian melaporkan penyelenggaraan SPIP sebagai bagian penting bagi reviu pimpinan K/L/P.

102 Pengembangan Berkelanjutan Level 4 ke Level 5 SPIP K/L/P pada level 4 (terkelola dan terukur) memiliki karakteristik: K/L/P telah menerapkan pengendalian intern yang efektif. Terdapat pengendalian standar (Kebijakan dan SOP) dan dilakukan pengujian/pemantauan secara periodik untuk mengevaluasi desain dan pelaksanaan pengendalian. Masing-masing personel pelaksana kegiatan yang selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/P. Evaluasi atas pengendalian intern telah dilakukan secara formal, bekala, dan terdokumentasi. Manajemen mampu mendeteksi banyak permasalahan pengendalian dan terdapat tindak lanjut atas kelemahan pengendalian yang teridentifikasi.

103 PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN LEVEL 4 KE LEVEL 5 Strategi Peningkatan Level 4 ke level 5 Pemilik proses (process owner) melakukan penilaian mandiri atas efektivitas program/kegiatan. Mewajibkan individu dalam organisasi untuk fokus pada antisipasi perbaikan pengendalian intern yang akan datang (prospective risks) bukan hanya berfokus pada pengendalian yang sedang berjalan. Menggunakan alat otomatis untuk mendukung pelaksanaan pengendalian intern; Mencari ide-ide segar dan momentum perbaikan penyelenggaraan SPIP. Mempertahankan motivasi personel untuk menginternalisasi sistem pengendalian yang dibangun. Melakukan benchmarking dan penggunaan secara luas real-time monitoring dan dashboard eksekutif

104 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN AREA PERUBAHAN PENINGKATAN MATURITAS SPIP DALAM RANGKA MENCAPAI TARGET LEVEL 3 TAHUN 2019

105 TARGET KINERJA PENGUATAN EFEKTIFITAS SPIP TAHUN Buku II RPJMN Bab 1 Pengarusutamaan dan Pembangunan Lintas Bidang, angka 1.1.2, Pengarusutamaan Tata kelola yang Baik, indikator pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang perlu diterapkan di tingkat kementerian/lembaga untuk isu Peningkatan kapasitas birokrasi melalui reformasi birokrasi, Salah satu kebijakan nasional yang diterapkan berupa Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP): Indikator: % jumlah K/L/D yang menerapkan sistem pengendalian internal pemerintah Sasaran 2019: 100%. (sumber: Tabel 1.1. Implementasi Kebijakan Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik) DIKLAT PENILAIAN TINGKAT MATURITAS SPIP

106 LINGKUNGAN PENGENDALIAN Karakteristik Level 3 1 Area Perubahan Integritas dan Penegakan Etika Karakteristik Level 2 Aturan Perilaku (Kode Etik) organisasi telah dikomunikasikan kepada sebagian besar pegawai dalam unit organisasi. Aturan Perilaku (Kode Etik) organisasi telah dilaksanakan oleh pegawai dalam unit organisasi. Karakteristik Level 3 2 Area Perubahan Komitmen Terhadap Kompetensi Karakteristik Level 2 Standar kompetensi atas setiap tugas dan fungsi untuk masingmasing posisi telah dikomunikasikan kepada sebagian besar pegawai dalam unit organisasi. Promosi/mutasi pejabat telah berdasarkan standar kompetensi.

107 LINGKUNGAN PENGENDALIAN Karakteristik Level 3 3 Area Perubahan Kepemimpinan yang Kondusif Karakteristik Level 2 Kebijakan/prosedur SMK telah dikomunikasikan kepada seluruh tingkat pimpinan dan pegawai dalam Kebijakan/prosedur SMK telah diberlakukan /diimplementasikan kepada unit organisasi. unit organisasi. Karakteristik Level 3 Karakteristik Level 2 Struktur Organisasi 4 Area Perubahan Struktur Organisasi Sesuai Kebutuhan Keberadaan Struktur Organisasi beserta uraian tata laksananya, baik pada organisasi/ unit-organisasi/ unit kerja, telah dikomunikasikan kepada level pimpinan dan pegawai yang berkepentingan. beserta uraian tata laksana pada organisasi / unit-organisasi / unit kerja telah sesuai dengan ukuran dan sifat kegiatannya

108 LINGKUNGAN PENGENDALIAN Karakteristik Level 3 Area Perubahan Karakteristik Level 2 Prosedur pendelegasian 5 Delegasi Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat Prosedur pendelegasian wewenang di organisasi/ unitorganisasi/ unit kerja telah dikomunikasikan kepada sebagian besar pegawai. wewenang di organisasi/ unit-organisasi/ unit kerja telah dilaksanakan dan didokumentasikan. Karakteristik Level 3 Area Perubahan Karakteristik Level 2 Rekrutmen, pembinaan pegawai sampai dengan Penyusunan Penerapan dan Kebijakan/aturan pembinaan pemberhentiannya telah dilakukan sesuai dengan 6 Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan SDM SDM telah dikomunikasikan kepada pegawai. kebijakan/aturan pembinaan SDM dan didokumentasikan.

109 LINGKUNGAN PENGENDALIAN Karakteristik Level 3 Inspektorat/itjen telah Area Perubahan Karakteristik Level 2 dapat memberikan keyakinan yang memadai 7 Peran APIP Terhadap Efektivitas SPIP Piagam audit atau kebijakan pengawasan atau dokumen formal lainnya telah dikomunikasikan kepada unit kerja. atas ketaatan, kehematan, efisiensi, efektivitas, pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi/unit organisasi/unit kerja. Karakteristik Level 3 Area Perubahan Karakteristik Level 2 Kebijakan/prosedur koordinasi dengan unit 8 Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait Pedoman/kebijakan terkait dengan tugas dan fungsi unit organisasi/ unit kerja, yang melibatkan unit organisasi/ unit kerja lain, telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan dalam unit organisasi/ unit kerja. organisasi/unit kerja lain telah diimplementasikan oleh pegawai yang berkepentingan di setiap jenjang level unit kerja dan didokumentasikan.

110 PENILAIAN RISIKO Karakteristik Level 3 Area Perubahan Identifikasi Risiko Area Perubahan Analisis Risiko Karakteristik Level 2 Kebijakan/pedoman penilaian risiko (identifikasi risiko) telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di organisasi/unit organisasi/unit kerja. Karakteristik Level 2 Pedoman penilaian risiko (analisis risiko) telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di organisasi/unit organisasi /unit kerja. Organisasi/ unitorganisasi/unit kerja telah memiliki daftar risiko atas kegiatan utama yang ditetapkan secara formal oleh pimpinan organisasi/ unit-organisasi. Karakteristik Level 3 Organisasi/unit organisasi/unit kerja telah memiliki rencana tindak pengendalian/rencana penanganan risiko atas kegiatan utama yang ditetapkan secara formal oleh pimpinan organisasi/unit organisasi.

111 KEGIATAN PENGENDALIAN Karakteristik Level 3 Organisasi/unit Area Perubahan Karakteristik Level 2 organisasi/ unit telah melakukan reviu kinerja 1 Reviu Kinerja Dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) telah dikomunikasikan kepada seluruh pegawai yang berkepentingan. berdasarkan tolok ukur kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin). Karakteristik Level 3 2 Area Perubahan Pembinaan SDM Karakteristik Level 2 Kebijakan/SOP tentang pembinaan sumber daya manusia (kebutuhan jumlah, persyaratan jabatan, dan standar kinerja pegawai) telah dikomunikasikan kepada pejabat/pegawai yang berkepentingan. Pembinaan sumber daya manusia di organisasi/unit kerja Saudara telah sesuai dengan kebijakan/sop pembinaan sumber daya manusia (kebutuhan jumlah, persyaratan jabatan, dan standar kinerja pegawai).

112 KEGIATAN PENGENDALIAN Karakteristik Level 3 Area Perubahan Karakteristik Level 2 Pengendalian umum dan pengendalian Kebijakan dan prosedur aplikasi sistem 3 Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi Pengendalian atas Sistem Informasi telah dikomunikasikan kepada pegawai yg berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja. informasi telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan/sop dan didokumentasikan Karakteristik Level 3 4 Area Perubahan Pengendalian Fisik atas Aset Karakteristik Level 2 Aturan terkait dengan pengamanan aset (misal dari pencurian/ kerusakan/penyimpangan penggunaan aset) telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja. Unit organisasi/ unit kerja telah melaksanakan pengamanan fisik atas aset sesuai dengan aturan yang ditetapkan dan didokumentasikan

113 KEGIATAN PENGENDALIAN Karakteristik Level 3 5 Area Perubahan Penetapan dan Reviu Indikator Kinerja Karakteristik Level 2 Indikator kinerja utama (IKU) yang ditetapkan secara formal oleh pimpinan organisasi telah dikomunikasikan kepada pegawai IKU telah digunakan untuk mengukur kinerja organisasi/ unit organisasi/ unit kerja. yang berkepentingan. Karakteristik Level 3 6 Area Perubahan Pemisahan Fungsi Karakteristik Level 2 Kebijakan terhadap pemisahan tanggung jawab dan tugas telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja. Pemisahan tanggung jawab dan tugas tersebut telah diterapkan di unit organisasi/ unit kerja.

114 KEGIATAN PENGENDALIAN Karakteristik Level 3 7 Area Perubahan Otorisasi Transaksi dan Kejadian Penting Karakteristik Level 2 Aturan/pedoman/SOP yang memuat tentang otorisasi atas transaksi dan kejadian penting telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja Otorisasi transaksi dan kejadian penting di unit organisasi/ unit kerja telah dilaksanakan sesuai dengan aturan/pedoman /SOP dan didokumentasikan. Karakteristik Level 3 Area Perubahan Karakteristik Level 2 Transaksi dan 8 Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu Aturan/pedoman terkait kewajiban pencatatan transaksi dan kejadian secara akurat dan tepat waktu telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja kejadian penting pada unit kerja telah dicatat secara akurat dan tepat sesuai aturan/pedoman

115 KEGIATAN PENGENDALIAN Karakteristik Level 3 Akses pada sumber daya dan Area Perubahan Karakteristik Level 2 catatan di unit kerja hanya dilakukan oleh petugas yang 9 Pembatasan Akses atas Sumber Daya dan Catatan Pembatasan akses atas sumber daya dan catatan telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan di unit organisasi/ unit kerja ditetapkan sehingga menjamin keamanan sumber daya dan catatan dari pencurian/kerusakan/ penyimpangan Karakteristik Level 3 Area Perubahan Karakteristik Level 2 Penanggung jawab sumber daya dan catatan telah 10 Akuntabilitas Pencatatan dan Sumber Daya Penetapan penanggung jawab sumber daya dan catatan beserta uraian tugasnya telah dikomunikasikan kepada pegawai yang berkepentingan membuat pertanggungjawaban atas sumber daya dan catatan sesuai dengan yang ditentukan.

116 KEGIATAN PENGENDALIAN Karakteristik Level 3 11 Area Perubahan Dokumentasi yang Baik atas Sistem Pengendalian Intern Serta Transaksi dan Kejadian Penting Karakteristik Level 2 Kebijakan untuk melakukan dokumentasi atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting telah dikomunikasikan ke pegawai yang berkepentingan. Dokumentasi atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting telah dilakukan sesuai kebijakan yang ditetapkan.

117 INFORMASI DAN KOMUNIKASI Karakteristik Level 3 Informasi yang relevan, 1 Area Perubahan Informasi yang Relevan Karakteristik Level 2 Kebijakan / prosedur atau pedoman infokom / kehumasan untuk memeroleh informasi yang penting dalam mencapai tujuan Instansi Pemerintah telah dikomunikasikan kepada pegawai yang akurat, dan tepat waktu dapat diakses oleh pegawai yang berkepentingan/ terkait sehingga memungkinkan dilakukan pengecekan/ pemantauan dan tindakan korektif secara tepat. berkepentingan. Karakteristik Level 3 Area Perubahan Karakteristik Level 2 Kebijakan/ SOP/ pedoman Pimpinan unit organisasi/ unit kerja telah menyediakan berbagai bentuk sarana komunikasi, 2 Komunikasi yang Efektif komunikasi internal & eksternal telah dikomunikaskan kepada manajemen, pegawai, dan baik untuk internal dan eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh stakeholder terkait. manajemen dan seluruh personil pelaksana kegiatan.

118 PEMANTAUAN Karakteristik Level 3 Setiap level pimpinan di unit organisasi/ unit kerja telah Area Perubahan Karakteristik Level 2 melakukan pemantauan berkelanjutan atas efektivitas 1 Pemantauan Berkelanjutan Strategi/ kebijakan / prosedur pemantauan berkelanjutan telah dikomunikaskan kepada manajemen dan pegawai yang berkepentingan. kegiatan pengendalian pada tingkat entitas dan tingkat kegiatan (seluruh kegiatan) dengan melibatkan manajemen dan seluruh personil pelaksana kegiatan. Karakteristik Level 3 2 Area Perubahan Evaluasi Terpisah Karakteristik Level 2 Kebijakan/pedoman/ prosedur untuk melakukan evaluasi pengendalian intern secara terpisah telah dikomunikaskan kepada manajemen dan pegawai yang berkepentingan. Organisasi/ unit-organisasi / unit kerja telah melakukan evaluasi pengendalian intern secara terpisah dengan melibatkan manajemen dan pegawai terkait yang berkompeten.

119

PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP. Per 13 Februari 2018

PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP. Per 13 Februari 2018 PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP Per 13 Februari 2018 A. STRUKTUR MATURITAS SPIP Definisi Maturitas SPIP Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP adalah tingkat kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PENILAIAN RISIKO

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PENILAIAN RISIKO SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PENILAIAN RISIKO TUJUAN PEMELAJARAN UMUM : peserta mampu menjelaskan unsur Penilaian Risiko dari Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sesuai dengan PP No.

Lebih terperinci

Apa sebenarnya SPI dan SPIP?

Apa sebenarnya SPI dan SPIP? 28 AGUSTUS 2008 Apa sebenarnya SPI dan SPIP? SPI adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan

Lebih terperinci

Add your company slogan. Setyanta Nugraha LOGO. Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. 4/7/2016 Irtama

Add your company slogan. Setyanta Nugraha LOGO. Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. 4/7/2016 Irtama 4/7/2016 Irtama 2016 1 Add your company slogan Setyanta Nugraha LOGO Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Penilaian Maturity Level Sistem SPIP adalah untuk Mengukur keberhasilan Sekretariat Jenderal

Lebih terperinci

- 2 - Pasal 2 Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini.

- 2 - Pasal 2 Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini. - 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 400); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP OLEH : AGUNG DAMARSASONGKO, S.H., M.H. DASAR HUKUM PP No. 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) PERGUB BANTEN No. 47 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH 2 LATAR BELAKANG 1. Mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bimtek Peningkatan Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Setjen dan Badan Keahlian DPR.

Bimtek Peningkatan Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Setjen dan Badan Keahlian DPR. Bimtek Peningkatan Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Setjen dan Badan Keahlian DPR 18 Desember 2017 Tujuan Penugasan Observasi dan monitoring pemenuhan Rencana

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.483, 2011 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar No.924, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN

Lebih terperinci

SPIP adalah sistem pengendalian intern diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah

SPIP adalah sistem pengendalian intern diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah SPIP adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

Lebih terperinci

Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY

Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY Beberapa Kejadian di Pemerintahan Laporan Keuangan Pemerintah masih banyak yang mendapat opini wajar dengan pengecualian, tidak wajar

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI INDONESIA

PERKEMBANGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI INDONESIA PERKEMBANGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI INDONESIA 1. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan

Lebih terperinci

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

Menimbang. Mengingat. Menetapkan PENGADILAN NEGERI SIBOLGA KELAS II Jin. Padangsidempuan Nomor 06 Kota Sibolga,Telp/Fax. 0631-21572 Website: www.pengadilan Negeri-sibolga.go.id Email: Pengadilan Negerisibolga@gmail.com KEPUTUSAN KETUA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 30 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

Oleh Direktur Pengawasan Industri dan Distribusi pada Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, BPKP. Mirawati Sudjono, Ak., M.

Oleh Direktur Pengawasan Industri dan Distribusi pada Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, BPKP. Mirawati Sudjono, Ak., M. Oleh Direktur Pengawasan Industri dan Distribusi pada Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, BPKP Mirawati Sudjono, Ak., M.Sc VISI MISI PRESIDEN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN : PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 49 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR :. 944 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN Agus Setianto, Ak, CA, CFrA Direktur Pengawasan Produksi dan Sumber Daya Alam Deputi Perekonomian - BPKP 1 DASAR HUKUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR PENGADILAN NEGERI BOGOR KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme No.51, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Sistem. Pengendalian. Intern. Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI 2012, No.235 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN INSPEKTUR JENERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIUP AN KEHUTANAN Nomor : P.06/ITJEN/SETITJEN/12/2016 TENTANG PEOMAN PENILAIAN MANIRI MATURITAS SISTEM PENGENALIAN INTERN PEMERINTAH LINGKUP KEMENTERIAN

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

INTEGRASI SPIP DAN QMS ISO 9001:2015 SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BADAN POM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

INTEGRASI SPIP DAN QMS ISO 9001:2015 SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BADAN POM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE INTEGRASI SPIP DAN QMS ISO 9001:2015 SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BADAN POM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DAN CLEAN GOVERNMENT Oleh : Dra. Zulaimah, Apt., M.Si Inspektur

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang bahwa

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Lebih terperinci

PENGENDALIAN DALAM PERSPEKTIF SPIP

PENGENDALIAN DALAM PERSPEKTIF SPIP PENGENDALIAN DALAM PERSPEKTIF SPIP Disajikan pada Acara Pendalaman Materi SPIP di Lingkungan Pengadilan Negeri Stabat Stabat, 12 November 2015 Apa sebenarnya SPI dan SPIP? SPI adalah proses yang integral

Lebih terperinci

PEDOMAN pemantauan perkembangan PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PEDOMAN pemantauan perkembangan PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PEDOMAN pemantauan perkembangan PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR : PER 690/K/D4/2012 TANGGAL 25 Mei 2012 i KATA PENGANTAR Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Negara Republik Indonesia Nomor 4355); BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR :2g TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH Melalui PENINGKATAN KAPABILITAS APIP dan MATURITAS SPIP Dr. Ardan Adiperdana, Ak., MBA., CA, CFrA, QIA Kepala BPKP Rakorwas Kementerian

Lebih terperinci

- 7 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan telah menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

FORMULIR VERIFIKASI SELF IMPROVEMENT KAPABILITAS APIP PADA LEVEL 2 (INFRASTRUCTURE)

FORMULIR VERIFIKASI SELF IMPROVEMENT KAPABILITAS APIP PADA LEVEL 2 (INFRASTRUCTURE) Lampiran 4.a Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Secara Mandiri (Self Improvement) FORMULIR VERIFIKASI SELF IMPROVEMENT KAPABILITAS APIP PADA LEVEL 2 (INFRASTRUCTURE)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG

ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG PENILAIAN RISIKO SIKLUS PENYELENGGARAAN SPIP Statement of Resposibility Penilaian Risiko 4 UNSUR SPIP (PP 60/ 2008) Penilaian Risiko Suatu organisasi

Lebih terperinci

SOSIALISASI SPIP BAGI SATUAN TUGAS SPIP BPPT

SOSIALISASI SPIP BAGI SATUAN TUGAS SPIP BPPT LOGO SOSIALISASI SPIP BAGI SATUAN TUGAS SPIP BPPT PEMBEKALAN SATGAS SPIP 2015 PETA KONDISI PENERAPAN SPIP LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENILAIAN RISIKO KEGIATAN PENGENDALIAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PEMANTAUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL Lampiran II Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor Tentang Tahun Piagam Pengawasan Internal di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

PenguatanPengawasan Pengawasan dan Akuntabilitas. Outline Paparan

PenguatanPengawasan Pengawasan dan Akuntabilitas. Outline Paparan PenguatanPengawasan Pengawasan dan Akuntabilitas Bahan Asistensi RB Daerah Hendro Witjaksono, AK, Macc. Outline Paparan Penguatan Pengawasan Penerapan SPIP. Peningkatan kapasitas APIP. Pembangunan Zona

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENERAPAN SPIP DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA. Disampaikan oleh: Kepala BPKP DALAM RAKER BNPB TAHUN FEBRUARI 2018

KEBIJAKAN PENERAPAN SPIP DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA. Disampaikan oleh: Kepala BPKP DALAM RAKER BNPB TAHUN FEBRUARI 2018 KEBIJAKAN PENERAPAN SPIP DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA Disampaikan oleh: Kepala BPKP DALAM RAKER BNPB TAHUN 2018 22 FEBRUARI 2018 AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN MATURITY

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812 TAHUN 2OI5 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

Lebih terperinci

2013, No.646 4

2013, No.646 4 2013, No.646 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keuangan negara perlu dikelola secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel, oleh sebab itu menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-02.PW.02.03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.748, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.32/Menhut-II/2012

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA No.873, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi. kecendekiaan. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi. kecendekiaan. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi universitas kependidikan kelas dunia berlandaskan ketaqwaan, kemandirian dan kecendekiaan. Salah satu misi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari semangat reformasi birokrasi adalah dengan melakukan penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Menteri PAN dan RB, pelaksanaan proses pembangunan zona integritas harus dilaksanakan dengan perencanaan yang baik, karena di sini akan menentukan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH Oleh : Rela Driteny,SE,MM. ABSTRAK Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, diatur dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE & CLEAN GOVERNMENT

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE & CLEAN GOVERNMENT SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE & CLEAN GOVERNMENT Oleh : Viktor H. Siburian 2 PERANAN SPIP DALAM MEWUJUDKAN TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL Keandalan SPI menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc No.1448, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. SPIP BKKBN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci