STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN SKRIPSI MOCHAMAD SETYADI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 Development Strategic of Recreation Area Perkampungan Budaya Betawi Kecamatan Jagakarsa Jakarta selatan DKI Jakarta is one of tourist destinations, ranked first in the tourism destinations in Indonesia. One of the most complete tourist attraction in jakarta that integrate cultural tourism, agro tourism and water is Perkampungan Budaya Betawi. Perkampungan Budaya Betawi (PBB) to face various problems, either internal or external in its development. Thus the need for research to identify internal and external factors Perkampungan Budaya Betawi to provide an alternative development strategy for Perkampungan Budaya Betawi. This study uses matrix analysis IFE and EFE matrix at the input stage to identify internal and external factors for the Perkampungan Budaya Betawi. In the matching stage using the SWOT matrix and the matrix in order to obtain various strategic alternatives. At the stage of decision making using QSP matrks to obtain the priority strategies of the strategic alternatives available. Keywords: tourism, strategy development, cultural tourism, agro tourism, water tourism, Village, Betawi.

3 RINGKASAN MOCHAMAD SETYADI. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI). Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki aneka ragam suku dan budaya, sehingga membawa Indonesia pada keanekaragaman pariwisata, antara lain pariwisata kebudayaan daerah dan pariwisata alam. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sumber devisa negara Indonesia, dimana dari tahun 2004 hingga 2007, memberikan sumbangan devisa lebih dari juta (US $). DKI Jakarta sebagai salah satu kota tujuan wisata, menempati peringkat pertama dalam hal indeks daya saing gabungan destinasi pariwisata internal Indonesia. Pesatnya pembangunan di Jakarta dalam bidang perkantoran, industri dan perdagangan mengakibatkan berkurangnya lahan pengembangan wisata. Lahan wisata yang jarang ditemui di Jakarta yaitu wisata budaya dan wisata pertanian. Salah satu tujuan wisata di Jakarta yang memiliki wisata budaya, pegelaran kesenian daerah dan tempat rekreasi agrowisata adalah Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB). Adanya aksi terorisme, isu pandemik penyakit (wabah), dan kurang stabilnya kondisi politik ekonomi, serta meningkatnya dunia hiburan dan taman rekreasi wisata yang berorientasi modern dapat meningkatkan persaingan pariwisata bagi PBB sehingga perkembangan PBB dari tahun ke tahun terlihat berfluktuatif dan terkesan lambat. Oleh karena itu diperlukannya strategi pengembangan bagi PBB untuk menghadapi persaingan dunia pariwisata dan menjaga kestabilan perkembangannya. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan Kawasan Wisata PBB, (2) Memformulasikan strategi pengembangan Kawasan Wisata PBB, (3) Membuat perioritas strategi pengembangan Kawasan Wisata PBB. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan dari bulan April hingga Juni Penarikan contoh menggunakan metode purposive

4 sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja. Penelitian ini menggunakan metode analisis matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSP. Berdasarkan total nilai tertimbang atau skor rata-rata dari IFE (2,884) dan EFE (3,098) diketahui bahwa Kawasan Wisata PBB mampu memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya serta mampu memanfaatkan peluang sebaik mungkin. Berdasarkan hasil analisis matriks IE diketahui bahwa Kawasan Wisata PBB berada dalam tahap tumbuh dan kembangkan yakni berada pada kuadran II yang memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang tinggi. Kemudian dari analisis matriks SWOT diperoleh 10 alternatif strategi. Berdasarkan hasil matriks QSP (QSPM) diperoleh prioritas strategi bagi Kawasan Wisata PBB secara berturut-turut yaitu (1) Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja, (2) Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan Masyarakat PBB, (3) Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB, (4) Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB, (5) Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB, (6) Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram, (7) Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas terkait dan Satgas PBB, (8) Membuat dan Website PBB untuk meningkatkan promosi PBB, (9) Bekerja sama dan ikut serta dengan Asosiasi Wisata Agro Indonesia untuk pengembangan wisata agro, (10) Membentuk Sekretariat Pengelola PBB yang berbadan hukum.

5 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI KECAMATAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN MOCHAMAD SETYADI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan Nama NIM : Mochamad Setyadi : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Popong Nurhayati, MM NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

7 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2010 Mochamad Setyadi H

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Oktober Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Moch. Main dan Ibu Iyah BT Naiman. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Jagakarsa 01 Pagi pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 166 Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 49 Jakarta diselesaikan pada tahun Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006 dan diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada Agustus Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia periode tahun , penyuluh POSDAYA LPPM IPB, dan anggota kepanitiaan pada lingkup departemen, fakultas dan kampus. Penulis berkesempatan mendapatkan beasiswa Indocement dan Karya Salemba Empat pada tahun

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan menyusun strategi pengembangan yang dapat direkomendasikan kepada Perkampungan Budaya Betawi sebagai satu-satunya wisata budaya Betawi di Indonesia. Bogor, September 2010 Mochamad Setyadi

10 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Bapak, Umi, kakak-kakak penulis (K Mely, K Dewi dan K Sri) serta keluarga besar penulis untuk setiap cinta, doa, dan dukungan yang tak hentinya kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan dan tanda bakti yang terbaik. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, kesabaran dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Suprehatin, SP, MAB selaku dosen penguji komisi pendidikan atas saran dan masukan yang diberikan demi perbaikan skripsi ini. 5. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku pembimbing akademik atas waktu dan bimbingannya kepada penulis selama penulis berada di Departemen Agribisnis. 6. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis, terutama Pak Nunung, Bu Dwi, Bu Ida, Teh Dian, dan Pak Yusuf, atas bimbingan dan bantuannya kepada penulis. 7. Pihak Perkampungan Budaya Betawi atas kesediaannya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian. 8. Maya Puspitasari yang bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian, atas saran dan masukan yang diberikan. 9. Dessy Natalia yang selalu setia mendukung dan membantu dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. 10. Teman teman Agribisnis 43 yang selalu mendukung saya dari seminar peneltian hingga sidang. 11. Teman Kos Mahabbat khususnya Juniar, Deni, dan Doni yang setia menemani dan mendukung saya dalam proses penyusunan skripsi.

11 12. Teman teman TPB A03, yang telah banyak memberikan pelajaran hidup bagi penulis saat TPB. 13. Teman Asrama A03 lorong 2 atas dukungan doa dan kehadirannya dalam seminar penelitian saya. 14. Jamjam Jamil Mahbub yang telah mendukung saya dan menjadi teman asrama saya yang sabar menghadapi saya. 15. Teman teman sepadepokan Bu. Popong khususnya Mila, Lina, dan Ribut terima kasih atas bantuannyanya dan doanya selama proses penyusunan skripsi. 16. Beasiswa Indofood, yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama melakukan penelitian akhir di IPB. Bogor, September 2010 Mochamad Setyadi

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup... 8 II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Unsur Pariwisata Jenis Pariwisata Definisi Agrowisata Macam-macam Agrowisata Kampung/Desa Wisata Sistem Pengembangan Agrowisata Tipe Desa Wisata Wisatawan Motivasi Wisatawan Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka PemikiranTeoritis Konsep Strategis Konsep Manajemen Strategis Proses Manajemen Strategis Visi, Msi, dan Tujuan Perusahaan Aspek Lingkungan Perusahaan Proses Analisis Perumusan Strategi Jenis Strategi Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Motode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Tahap Pemasukan Tahap Pencocokan Tahap Keputusan... 59

13 V GAMBARAN UMUM Lokasi Latar Belakang dan Sejarah Kondisi Fisik dan Iklim Kondisi Sosial dan Kependudukan Fasilitas Potensi Wisata Tenaga Kerja Struktur Organisasi VI IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL Analisis Lingkungan Internal Perusahaan Manajemen Pemasaran Keuangan/Akuntansi Produksi/operasi Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan Lingkungan Jauh Analisis Lingkungan Industri Persaingan/Kompetitif Ancaman Pendatang Baru Persaingan/Kompetitif Ancaman Produk/Objek Wisata Substitusi Kekuatan Tawar-menawar Konsumen atau Pengunjung Wisata (Wisatawan) VII FORMULASI STRATEGI Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perkampungan Wisata Betawi Identifikasi Faktor Peluang dan Kelemahan Perkampungan Wisata Betawi Analisis Matriks IFE Analisis Matriks EFE Analisis Matriks IE Analisis Matriks SWOT Analisis Matriks QSP (QSPM) VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan Dengan Komoditi Ekspor Lainnya (2007) 2 2. Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia Jumlah Wisatawan Mancanegara yang masuk ke DKI Jakarta dan Indonesia Data Jumlah Pengunjung Kawasan wisata PBB (tahun 2008) Ringkasan Penelitian Terdahulu Jenis Strategi Alternatif dan Tindakanny Pembobotan Dalam Matriks IFE Matriks IFE Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal Matriks EFE Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrks QSPM) Data Iklim Perkampungan Wisata Betawi Penggunaan Lahan Kelurahan Serengseng Sawah Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian (tahun 2009) Penduduk Serengseng Sawa Penetapan Harga dalam Aktivitas Wisata di PBB Alokasi Pendanaan Program PNPM Pariwisata APBD DKI Jakarta dan Dana Operasional PBB Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta atas Dasar Harga Konstan Tahun Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan DKI Jakarta menurut Lapangan Usaha pada tahun

15 (Milyar Rupiah) Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah), Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pariwisata tahun (dalam Milyar Rupiah) Peningkatan Jumlah Penduduk Indonesia Selama Periode Jumlah Penduduk Jabotabek Selama Periode Sensus Penduduk (Ratus Ribu Orang) Pelaku Usaha Tanpa Izin di Sekitar PBB Analisis Matriks IFE Perkampungan Budaya Betawi Analisis Matriks EFE Perkampungan Budaya Betawi Prioritas Alternatif Strategi Perkampungan Budaya Betawi Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Sebelum Penerapan Strategi DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional Saluran 1 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat Saluran 2 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat Layout Usaha Pabrik Pengolahan Susu... 62

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Produksi Susu Segar Perprovinsi (Ton) Produksi Susu Segar di Jawa Barat tahun Kuesioner Penelitian Struktur Organisasi dan Manajemen Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat, Tahun Diagram Alir Proses Produksi Susu Sterilisasi Usulan Struktur Organisasi pada Pabrik Pengolahan Susu (Skenario II dan III) Spesifikasi Pekerjaan dari Manajemen Pabrik Pengolahan Susu Gaji Tenaga Kerja Uraian Penerimaan Tahunan Skenario I Uraian Biaya Tetap Tahunan Skenario I

17 11. Uraian Biaya Variabel Tahunan Skenario I Proyeksi Laba Rugi Skenario I Cash Flow Skenario I Analisis Switching Value Skenario I jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 9, Persen Analisis Switching Value Skenario I jika Terjadi Kenaikan Harga Susu Segar Sebesar 38, Persen Analisis Switching Value Skenario I jika Terjadi Kenaikan Biaya Subkontrak Produksi Sebesar 15, Persen Uraian Penerimaan Tahunan Skenario II Biaya Investasi pada Skenario II pada Tahun Ke Biaya Reinvestasi pada Skenario II pada Tahun Ke Biaya Penyusutan Barang Investasi Skenario II Biaya Tetap Tahunan Skenario II (Rp ) Biaya Variabel Tahunan Skenario II (Rp ) Proyeksi Laba Rugi Skenario II Cash Flow Skenario II Uraian Volume Produksi Harian untuk Masing-masing Jenis Output Pabrik Pengolahan Susu Skenario III Uraian Penerimaan Tahunan Skenario III dari Penjualan Susu Sterilisasi Uraian Penerimaan Tahunan Skenario III dari Penjualan Susu Pasteurisasi Uraian Penerimaan Tahunan Skenario III dari Penjualan Yoghurt Uraian Total Penerimaan Tahunan Skenario III Biaya Investasi pada Skenario III pada Tahun Ke Biaya Reinvestasi pada Skenario III Tahun Ke Biaya Penyusutan Barang Investasi Skenario II Uraian Biaya Tetap Tahunan Skenario III Pembayaran Pinjaman 146

18 35. Uraian Biaya Variabel Tahunan Skenario III Proyeksi Laba Rugi Skenario III Cash Flow Skenario III. 151

19 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki aneka ragam suku dan budaya. Berbagai macam suku dan budaya membawa Indonesia pada keanekaragaman pariwisata, antara lain pariwisata kebudayaan daerah dan pariwisata alam. Pariwisata merupakan sektor yang menjadi andalan pemerintah menghadapi krisis global untuk meningkatkan pendapatan devisa melalui peningkatan sektor pembangunan jasa, perhotelan dan restoran. Selain itu secara tidak langsung sektor pariwisata juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Saat terjadi krisis global pertumbuhan negara Indonesia menunjukkan angka positif, salah satunya didukung oleh sektor pariwisata dan budaya yang menunjukan angka positif, dimana saat pariwisata di negara-negara Asia Tenggara mengalami penurunan jumlah pengunjung secara drastis. World Tourism Organization (WTO) memperkirakan 2009 akan terjadi pelambatan pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan di dunia hanya empat persen. Asia Tenggara pertumbuhan hanya 6,2 persen, sedangkan Indonesia masih optimis di atas sepuluh persen. Di tengah menurunnya laju pertumbuhan pariwisata Asia Pasifik, tercatat pada Januari Agustus 2009, sektor pariwisata Indonesia tumbuh 1,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut Direktur Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Berdasarkan Tabel 1, sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar bagi sumber devisa negara. dimana sektor pariwisata pada tahun 2007 merupakan sektor ketiga, setelah minyak dan gas bumi serta kelapa sawit yang menyumbangkan tingkatan pendapatan domestik bruto tertinggi di Indonesia. Pada perkembangannya dari tahun 2004 hingga 2007, sektor pariwisata selalu memberikan sumbangan devisa bagi negara Indonesia lebih dari juta (US $). Pengembangan sektor pariwisata di Indonesia memiliki peluang besar, hal ini terlihat dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia selama 2 tahun berturut-turut yaitu sejak tahun dan tahun

20 Tabel 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya (2007) Keterangan : *) Data Januari November 2007 Sumber : Badan Pusat Statistika (2007) Pada tahun 2007 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) sebesar mengalami peningkatan sebesar 13,02 persen dari tahun Pada tahun 2008 jumlah kunjungan Wisman sebesar atau mengalami peningkatan sebesar 16,76 persen dari tahun 2007 sebesar (berdasarkan Tabel 2). Tabel 2. Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia Tahun Jumlah wisatawan mancanega ra Pertumbuhan pengunjung (persen) Rata-rata pengeluaran per orang (USD) Per kunjungan Per hari Rata-rata Lama tinggal (hari) Penerimaan devisa (US $ juta) ,99-2,61 13,02 16,76 901,66 95,17 9, ,88 904,00 99,86 9, ,89 913,09 100,48 9, ,98 970,98 107,70 9, , ,54 137,38 8, ,39 Sumber: Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan (P2DSJ) Departemen Pariwisata dan Kebudayaan (2009)

21 Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan berhubungan juga dengan peningkatan penerimaan devisa bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya tempat kunjungan wisata yang ada di Indonesia sehingga mempengaruhi jumlah pengeluaran para wisatawan dan lamanya waktu kunjungan wisata para wisatawan mancanegara di Indonesia. Tujuan pariwisata di Indonesia menyebar di seluruh provinsi dan kota-kota di Indonesia. DKI Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia dan pusat pemerintahan Indonesia serta pusat perdagangan dengan penduduk lebih dari 11 juta jiwa merupakan kota metropolitan dan sekaligus salah satu kota tujuan wisata, ternyata menempati peringkat pertama dalam hal indeks daya saing gabungan destinasi pariwisata internal Indonesia, berdasarkan Data Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun (2007) pada Lampiran 1. Adanya ukuran tingkat destinasi pariwisata adalah ukuran area atau kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat unsur daya tarik, fasilitas, aksesibilitas, dan masyarakat serta informasi bagi para wisatawan. Dalam hal ini ternyata dapat dikatakan Jakarta mempunyai keunggulan yang cukup tinggi dalam sektor pariwisata dibandingkan dengan provinsi dan kota-kota lain di Indonesia, oleh sebab itu Jakarta dalam perkembangannya yang terintegrasi dalam kawasan Jabodetabenpunjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur) merupakan wilayah metropolitan terbesar di Asia Tenggara serta merupakan wilayah megapolis urutan kedua dunia setelah megapolis Tokyo 1. Sebagai daerah tujuan wisata, Jakarta memiliki cukup banyak obyek wisata mulai dari tempat bersejarah, warisan budaya, pergelaran kesenian daerah dan taman rekreasi yang serba lengkap dan modern. Menurut Arie Budiman, Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta, hingga akhir 2008 kunjungan wisatawan asing dan domestik ke Jakarta mencapai 1,5 juta orang 2. Pencapaian ini banyak dibantu oleh kalangan industri pendukung seperti industri penerbangan dan agen perjalanan. Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, industri jasa 1 Potensi Jakarta. [25 November 2009] Target Pendapatan Pariwisata DKI. [25 November 2009]

22 pariwisata pada tahun 2008 merupakan salah satu industri jasa yang menyumbang sebesar 1,5 triliun Rupiah untuk pendapatan asli daerah (PAD) DKI Jakarta dan mempunyai banyak peluang untuk terus berkembang ini dikarenakan banyaknya tingkat promosi tempat pariwisata, pembangunan sektor jasa pariwisata, transportasi, perhotelan, restoran, dan sektor pendukung pariwisata. Hal ini juga terlihat dari jumlah wisatawan asing yang masuk ke DKI Jakarta dari tahun yang cenderung mengalami peningkatan (berdasarkan Tabel 3). Tabel 3. Kunjungan Wisman ke Indonesia dan Share Terhadap Kunjungan Wisman Ke Jakarta Tahun Tahun Jumlah Wisman ke Jakarta (orang) Pertumbuhan (persen) Jumlah Wisman ke Indonesia (orang) Persentase Wisman Jakarta dari Indonesia (persen) , , , , , , , , , ,96 Sumber Data : Badan Pusat Statistik Jakarta (2009) Sumber Informasi : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta (2009) Berdasarkan persentase Wisman Jakarta dari Wisman Indonesia dapat dilihat rata-rata sebesar kurang lebih 20 persen, maka dapat dikatakan Jakarta memiliki peluang besar untuk mengembangkan pariwisatanya dengan besarnya tingkat Wisman yang datang dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Tetapi pesatnya pembangunan di Jakarta dalam bidang perkantoran, industri dan perdagangan mengakibatkan berkurangnya lahan pengembangan wisata. Lahan wisata yang jarang di Jakarta yaitu wisata budaya dan wisata pertanian. Perlunya pengenalan dan pengetahuan rekreasi alam pertanian serta rekreasi budaya asli daerah DKI Jakarta dengan tujuan menjaga dan mempertahankan budaya daerah, menjadikan wisata budaya Betawi dan wisata agro (agrowisata) sebagai alternatif wisata bagi masyarakat yang ingin mengetahui budaya Jakarta dan konsep pertanian secara luas. Salah satu tujuan wisata di Jakarta yang memiliki wisata

23 budaya, pagelaran kesenian daerah dan tempat rekreasi agrowisata adalah Kawasan Wisata Perkampung Budaya Betawi (PBB). Kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) dengan luas ± 289 hektar memiliki produk agrowisata unggulan berupa berbagai buah-buahan khas Betawi yang berada di tiga lokasi yaitu di sekitar wisata air, di lokasi wisata agro PBB dan di pekarangan rumah warga. Kawasan wisata PBB juga memiliki wisata air yang terletak di Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong, di samping wisata agro dan wisata budaya Betawi. Wisata air yang ditawarkan adalah wisata bebek air, pemancingan, keramba jaring apung, dan berbagai rekreasi olahraga air lainnya. Adanya wisata budaya, wisata agro, dan wisata air menjadikan kawasan wisata PBB menjadi objek wisata terlengkap, dimana kawasan ini juga memiliki kawasan hiburan untuk para wisatawan seperti adanya atraksi budaya Betawi berupa seni tari, seni musik, dan seni drama. Adanya aksi terorisme, isu pandemik penyakit (wabah) dunia, dan kurang stabilnya kondisi politik ekonomi, serta berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perkembangan sektor pariwisata, khususnya PBB dari tahun ke tahun terlihat berfluktuatif dan terkesan lambat. Oleh karena itu sektor pariwisata ini diharapkan perlu mendapat perhatian baik dari pemerintah, masyarakat ataupun pihak swasta sekalipun untuk pengembangannya di masa sekarang dan yang akan datang. Selain itu meningkatnya dunia hiburan dan taman rekreasi wisata yang berorientasi modern juga dapat meningkatkan persaingan pariwisata bagi PBB. Oleh karena itu diperlukannya strategi pengembangan bagi PBB untuk menghadapi persaingan dunia pariwisata dan menjaga kestabilan perkembangannya. 1.2 Perumusan Masalah Kawasan wisata PBB merupakan daerah kampung wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan, hal ini dikarenakan kawasan wisata PBB memiliki daya tarik tersendiri dari wisata budaya, wisata air dan wisata agro yang dimilikinya. Pada awalnya kawasan wisata PBB adalah satu kawasan dengan komunitas yang ditumbuhkembangkan budaya yang meliputi gagasan dan karya, baik fisik maupun nonfisik yaitu : kesenian, adat istiadat, kesusastraan, bahasa, kesejarahan serta bangunan yang bercirikan Betawi. Dalam perkembangannya

24 mulai tahun 2003 kawasan wisata PBB kini tidak hanya dijadikan sebagai wisata budaya, tetapi juga sebagai wisata agro dan wisata air, dengan adanya dua buah setu alam yang disatukan yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Adanya kedua setu tersebut menambah fasilitas kawasan wisata PBB menjadi areal lahan perikanan bagi masyarakat sekitar dan wisata pemancingan untuk wisatawan yang berkunjung dan masyarakat sekitar yang bertujuan untuk memancing. Selain itu potensi ini juga terlihat dari adanya peningkatan jumlah pengunjung wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata PBB pada tahun Pengunjung yang datang ke kawasan wisata PBB terbagi menjadi wisatawan lokal dan asing. Pada wisatawan lokal terbagi dalam masyarakat/pelajar, organisasi masyarakat (Ormas), dan masyarakat umum. Pengunjung dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2008 dimana adanya hari libur Idul Fitri dan hari libur sekolah, sedangkan pengunjung terendah terjadi pada bulan September dimana adanya hari puasa di bulan Ramadhan dan terkait dengan ujian semester pelajar (berdasarkan Tabel 4). Tabel 4. Data Jumlah Pengunjung Kawasan wisata PBB (Tahun 2008) Jumlah Pengunjung (orang) Total Bulan Lokal Asing Mahasiswa/Pelajar Ormas/ Masyarakat Instansi Umum Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber : Lembaga Pengelola Perkampung Budaya Betawi (2009)

25 Kelebihan lain dari kawasan wisata PBB yaitu akses transportasi yang mudah dan juga harga tiket masuk yang murah hanya Rp 2000, 00. Hal ini menjadi salah satu alasan tersendiri bagi pengunjung wisata untuk mengunjungi kawasan wisata PBB, tetapi hal ini juga menyebabkan kecilnya tingkat pendapatan kawasan wisata PBB (Tabel 5), dikarenakan perlunya biaya operasional dan biaya perawatan yang tinggi untuk melaksanakan kegiatan wisata di kawasan wisata PBB (Tabel 6). PBB juga menghadapi masalah sejak dikeluarkannya SK Gubernur Nomor 92 tahun 2000 yang menyatakan bahwa PBB tidak lagi dikelola oleh pemerintah, melainkan oleh masyarakat. Pelaksanaan SK Gubernur tersebut terlihat pada tahun 2003 di mana PBB dikelola secara mandiri oleh masyarakat dengan didirikannya kantor pengelola PBB. Ketidaksiapan masyarakat dalam mengelola manajemen PBB baik dari SDM, keuangan, pemasaran dan modal mengakibatkan masalah bagi pengembangan PBB itu sendiri. Tabel 5. Proyeksi Pendapatan PBB Tahun 2010 Sumber Pendapatan Bulan Januari Februari Maret April Mei Wisma Gallery Kantor Pengelola Rumah Adat Parkir Motor Mobil Total Pendapatan Saat ini Lain-lain Wisata Bebek Air Pendapatan TOTAL Sumber data : Data Primer (diolah) Selain itu terhentinya pengembangan pembangunan perluasan kawasan wisata PBB yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait sehingga menjadikan kawasan ini kini belum termanfaatkan secara maksimal, akses jalan dalam kampung wisata yang belum selesai dibuat, dan kurang memadainya saluran sanitasi menyebabkan terjadinya kenangan air saat terjadinya musim hujan di kawasan wisata PBB, serta kurangnya integrasi dan koordinasi antara instansi

26 dinas pemerintah pusat dan perhatian pemerintah kota kepada Lembaga Pengelola dalam perkembangan kawasan wisata PBB (Lampiran 2), menyebabkan adanya kekurangan dan permasalahan dalam pengembangan di kawasan wisata PBB. Oleh karena itu dibutuhkannya strategi pengembangan bagi Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) agar menjaga kestabilan perkembangannya di masa yang akan datang. Tabel 6. Pengelolaan Operasional Kawasan Wisata PBB ( ) Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi 2009 (Rupiah) 2010 (Rupiah) Honorarium tenaga ahli / instruktur/ 174,120, ,120,000 nara sumber Belanja alat tulis kantor 1,320,000 1,320,000 Belanja alat tulis kantor sarana 6,480,000 7,980,000 teknologi informasi Belanja dokumentasi, dekorasi dan 3,600,000 5,300,000 publikasi Belanja cetakan umum 1,250,000 1,750,000 Belanja penjilidan 800, ,000 Belanja fotocopy 350, ,000 Belanja sewa tempat 7,500,000 Belanja makanan don minuman rapat 35,100,000 50,400,000 Belanja pemeliharaan gedung 12,000,000 8,000,000 kesenian / kebudayaan JUMLAH 242,520, ,000,000 Sumber data : Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Adapun Kawasan Wisata PBB : diperoleh berberapa pertanyaan terkait perumusan masalah 1. Bagaimana Kondisi Internal dan Eksternal Kawasan PBB? 2. Apakah formulasi strategi pengembangan yang dapat diterapkan pada Kawasan Wisata PBB? 3. Apakah prioritas strategi yang dapat digunakan pada Kawasan Wisata PBB? 1.3 Tujuan Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi.

27 2. Memformulasikan strategi pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi. 3. Membuat perioritas strategi pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selain itu sebagai media bagi penulis untuk memberikan pengalaman dan pembelajaran ilmu yang berkaitan dengan agribisnis kepada orang lain. 2. Pemerintah daerah Jakarta Selatan khususnya Dinas Pariwisata dan Budaya dan Lembaga Pengelola perkampung Budaya Betawi sebagai informasi dalam menyusun strategi pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi. 3. Penduduk sekitar sebagai upaya peningkatan pendapatan yang diharapkan nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan. 4. Pembaca, sebagai bahan kajian atau bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut dan menambah wawasan pembaca mengenai kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini berkaitan dengan strategi pengembangan pada objek kawasan wisata PBB yang terletak di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pelaksanaan wawancara akan dilakukan pada Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB, Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata wilayah Jakarta Selatan. Diharapkan nantinya strategi pengembangan ini dapat digunakan oleh Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk pelaksanaan pengembangan kawasan wisata PBB dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat PBB dan sekitarnya.

28 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata Kata wisata (tour) secara harfiah dalam kamus berarti perjalanan dimana si pelaku kembali ketempat awalnya, perjalanan sirkuler yang dilakukan untuk tujuan bisnis, bersenang senang, atau pendidikan, dengan mengunjungi berbagai tempat dan biasanya menggunakan jadwal perjalanan yang terencana (Pitana 2005). Menurut Murphy (1985) dalam Pitana (2005) (a), definisi pariwisata mencakup wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lainnya, yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata. Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan dalam poin 1, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Point 3. pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan objek wisata itu sendiri mengandung pengertian objek daya tari wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna, objek dan daya tarik wisata hasil karya manusisa yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan Unsur pariwisata Menurut Yoeti (2006), perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata adalah travel agent atau tour operator, perusahaan pengangkut, akomodasi perhotelan, bar, dan restoran, travel agent local, souvenirship, perusahaan-perusahaan yang akan berkaitan dengan aktivitas wisatawan seperti tempat menjual dan mencetak film, kamera, kartu pos, penukaran uang, bank, dan lain-lain. Menurut Pendit (2006) (a), unsur-unsur dalam pariwisata terdiri dari :

29 1. Politik pemerintah, merupakan sikap pemerintah terhadap kepariwisataan yang ada. politik pemerintah dapat bersifat secara langsung, yaitu sikap pemerintah terhadap wisatawan yang datang ke daerah wisata, dan tak langsung yaitu kondisi kestabilan politik, ekonomi, dan keamanan daerah bersangkutan. 2. Kesempatan berbelanja, tersedianya tempat belanja yang dibutuhkan wisatawan juga barang-barang khas tempat wisata. 3. Promosi, adalah kepariwisataan dengan didasarkan atas rencana atau propaganda secara teratur dan kontinu ke dalam negeri maupun ke luar negeri. 4. Harga, yaitu harga barang-barang, sarana dan prasarana yang ada. Pada intinya wisatawan sama seperti konsumen pada umumnya yang menginginkan harga murah dengan kualitas baik 5. Pengangkutan, meliputi keadaan jalan, alat angkut, dan kelancaran transportasi di tempat wisata. 6. Akomodasi, merupakan rumah sementara bagi wisatawan. Hal yang penting diperhatikan dari akomodasi adalah kenyamanan, pelayanan yang baik, dan kebersihan sanitasinya. 7. Atraksi, adalah segala pertunjukan yang mempunyai nilai manfaat untuk dilihat atau diperhatikan termasuk objek wisata itu sendiri. 8. Jarak dan waktu, berkaitan dengan lamanya waktu yang harus dikorbankan wisatawan untuk mencapai tempat wisata. Semakin cepat mencapainya semakin baik 9. Sifat ramah-tamah, wisatawan sangat menyenangi keramahan dari penduduk yang ada di tampat wisata tersebut. Untuk kawasan wisata PBB unsur pariwisata yang kurang dikembangkan, seperti pengangkutan di tempat wisata tidak ada dan keadaan jalan yang belum selesai dibuat padahal luas kawasan wisata PBB sekitar ± 289 hektar, akomodasi yang kurang memadai dalam hal saluran sanitasi pengairan wisata, serta pengaruh politik dan kebijakan pemerintah daerah yang sangat mempengaruhi dalam pengembangan kawasan wisata PBB.

30 2.3. Jenis pariwisata Menurut Pendit (b) (2006), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut : 1. Wisata Budaya Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Sebagai contoh kegiatan wisata budaya seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik, dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya. 2. Wisata Maritim atau Bahari Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah daerah atau negara negara maritim. Di Indonesia banyak tempat dan daerah yang memiliki potensi wisata maritim ini, seperti misalnya Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai Pulau Bali dan pulau pulau kecil disekitarnya, taman laut di Kepulauan Maluku dan sebagainya. Jenis ini disebut pula wisata tirta. 3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi) Wisata cagar alam ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuh tumbuhan yang jarang terdapat di tempat tempat lain. 4. Wisata Konvensi Wisata konvensi adalah yang dekat dengan wisata jenis politik. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan

31 fasilitas bangunan dengan ruangan ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. Jerman Barat misalnya memiliki Pusat Kongres Internasional (International Convention Center) di Berlin, Philipina mempunyai PICC (Philippine International Convention Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai Sidang Senayan di Jakarta untuk tempat penyelenggaraan sidang sidang pertemuan besar dengan perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, Manila, atau Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik organisasi atau badan badan nasional maupun internasional untuk mengadakan persidangan mereka di pusat konvensi ini dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan dengan harga reduksi yang menarik serta menyajikan program program atraksi yang menggiurkan. 5. Wisata Pertanian (Agrowisata) Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi. 6. Wisata Buru Jenis ini banyak dilakukan di negeri negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf, dan sebagainya. Di India, ada daerah daerah yang memang disediakan untuk berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Indonesia, pemerintah membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana wisatawan boleh menembak banteng atau babi hutan.

32 7. Wisata Ziarah Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat tempat suci, ke makam makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Di Indonesia banyak tempat tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Pura Basakih di Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali Songo, Gunung Kawi, makam Bung Karno di Blitar dan sebagainya Definisi Agrowisata Berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Pariwasata, Pos dan Telekomunikasi, dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/0504/1989, agrowisata didefinisikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai system, skala, dan bentuk sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Menurut Asosiasi Wisata Agro Indonesia (2004), agrowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat spesifik, di mana pengunjung dapat menikmati keindahan dan keunikan alam sekaligus menikmati produk agro atau dapat tinggal di lingkungan pertanian, terlibat dalam proses produksi yang semuanya dilakukan untuk mengalami, menikmati, mempelajari dan menghayati bagian dari kehidupan keseharian yang berlangsung di suatu lingkungan pertanian Desa Wisata Menurut Nuryanti (1993), desa wisata adalah suatu bentuk inetgrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata :

33 1. Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. 2. Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik Tipe Desa Wisata Menurut pola, proses dan tipe pengelolanya desa atau kampung wisata di Indonesia sendiri, terbagi dalam dua bentuk yaitu tipe terstruktur dan tipe terbuka. 1. Tipe Terstruktur (enclave) Tipe terstruktur ditandai dengan karakter-karakter sebagai berikut : a. Lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang ditumbuhkannya sehingga mampu menembus pasar internasional. b. Lokasi pada umumnya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal, sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan terdeteksi sejak dini. c. Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat kemampuan perencanaan yang integratif dan terkoordinir, sehingga diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur utama untuk menangkap servis-servis dari hotel-hotel berbintang lima. Contoh dari kawasan atau perkampungan wisata jenis ini adalah kawasan Nusa Dua, Bali dan beberapa kawasan wisata di Lombok. Pedesaan tersebut diakui sebagai suatu pendekatan yang tidak saja berhasil secara nasional, melainkan juga pada tingkat internasional. Pemerintah Indonesia mengharapkan beberapa tempat di Indonesia yang tepat dapat dirancang dengan konsep yang serupa.

34 2. Tipe Terbuka (spontaneus) Tipe ini ditandai dengan karakter-karakter yaitu tumbuh menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat langsung dinikmati oleh penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit dikendalikan. Contoh dari tipe perkampungan wisata jenis ini adalah kawasan Prawirotaman, Yogyakarta. Menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR), yang dimaksud dengan desa wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya. Berdasarkan hal tersebut, pembangunan desa wisata ini merupakan realisasi dari pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah (UU. No. 22/99). Oleh karena itu setiap kabupaten/kota perlu memprogramkan pembangunan desa wisata di daerahnya, sesuai dengan pola PIR tersebut Wisatawan Pengertian wisata berdasarkan seminar persfektif Pengembangan Kepariwisataan Indonesia oleh Harry Waluyo (Departemen Pariwisata dan Kebudayaan) 23 April 2007 di Halmahera Utara, wisata merupakan perjalanan seseorang / kelompok ke destinasi wisata (travel) dan pariwisata adalah usaha jasa pelayanan yang melayani keperluan perjalanan seseorang/ kelompok ke destinasi wisata (tourism/ travel industry). Definisi wisatawan (Debudpar, 2009) ditetapkan berdasarkan rekomendasi International Union of Office Travel Organization (IUOTO) dan World Tourism Organization (WTO). Wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah wilayah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata.

35 2.8. Motivasi Wisatawan McIntosh (1977) dan Murphy (1985) dalam Pitana (a) (2005), berpendapat bahwa wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata termotivasi oleh beberapa faktor yakni kebutuan fisiologis, keamanan, sosial, prestise, dan aktualiasi diri. 1. Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya. 2. Cultural motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya. 3. Social atau interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (prestice), melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya. 4. Fantasy Motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain sesorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis. Pitana (b) (2005) Faktor-faktor pendorong dan penarik untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui. Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum jelas mana daerah yang akan dituju. Berbagai faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata menurut Ryan (1991) dalam Pitana (b) (2005), menjelaskan sebagai berikut : 1. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. 2. Relaxtion. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas. 3. Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.

36 4. Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan bersama-sama (Group tour) 5. Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau Social Standing. 6. Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi. 7. Romance. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual. 8. Educational opportunity. Keinginan untuk melihat suatu yang baru, memperlajari orang lain dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong dominan dalam pariwisata. 9. Self-fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru. 10. Wish-fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan perjalanan Penelitian Terdahulu Aryanto (2006) yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe), Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, bertujuan untuk menentukan strategi apa dan bagaimana skenario strategi yang dapat disusun untuk mengembangkan usaha KaWePe agar sesuai dengan misi, serta tujuan pendiriannya, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka panjang. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, Matriks SWOT, dan matriks QSP. Pada matriks IFE dan matriks EFE diperoleh kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk KaWePe. Kekuatan utama bagi KaWePe adalah memiliki sungai yang dapat dinikmati pengunjung dan tidak ditemukan di objek wisata agro lain, sedangkan kelemahannya yaitu belum ada bagian pengembangan dan penelitian pada perusahaan. Faktor peluang terbesar bagi KaWePe adalah kecenderungan wisatawan yang ingin menikmati

37 segala sesuatu yang unik dan tradisional serta kawasan usaha pertanian dengan udara segar, produksi, dan pengolahan produk pertanian. Faktor ancaman bagi KaWePe adalah hambatan masuk industri wisata agro hamper tidak ada dan menyebabkan banyak muncul pendatang baru. Dari hasil analisis matriks IE diperoleh KaWePe berada pada kuadran V yang merupakan posisi pertahankan dan pelihara. Pada kuadran V, strategi yang cocok diterapkan yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil analisis SWOT menghasilkan delapan strategi alternatif yang dapat dijalankan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis SWOT kemudian dilakukan pengambilan keputusan melalui analisis QSPM dengan hasil keputusan perioritas strategi yaitu mempertahankan cirri khas sebagai wisata edutainment (hiburan sekaligus pendidikan) bidang pertanian dengan tetap berinovasi dalam produk-produk seluruh sub-sektor pertanian. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mardiana (2007) yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Pusat Perbelanjaan Mmodern Pada La Piazza, Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara, bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, menentukan alternatif strategi yang tepat bagi La Piazza, dan menentukan prioritas strategi bagi La Piazza. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan AHP. Analisis IE menempatkan La Piazza pada kuadran V yang berarti bahwa La Piazza berada dalam kondisi hold and maintain, dengan alternatif strategi market penetration atau penetrasi pasar dan product development atau pegembangan produk. Berdasarkan analisis SWOT, faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dikombinasikan dan dihasilkan 8 alternatif strategi. Alternatif strategi yang didapatkan dari matriks SWOT kemudian ditentukan perioritas strategi yang akan digunakan perusahaan dengan menggunakan PHA atau AHP. Hasil pengolahan PHA diperoleh perioritas alternatif strategi pengembangan bisnis adalah (1) meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan kepada konsumen dalam kemampuan manajemen dan teknologi, (2) memperluas pemasaran atau divisi marketing melalui pengadaan event-event dan menigkatkan outlet yang bermerek terkenal yang sesuai dengan konsep lifestyle, (3) bekerja sama dengan pihak BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika)

38 untuk mengetahui keadaan cuaca dan membuat alternatif tenda darurat saat hujan dating, (4) mengoptimalkan upaya promosi untuk menigkatkan dan mempertahankan loyalitas konsumen, (5) berusaha mempertahankan kualitas dan terus memberikan inovasi agar dapat berkompetisi dengan pesaing yang ada, (6) memantapkan target pasar pada konsep lifestyle, (7) melakukan riset pasar untuk memantau tingkat permintaan konsumen dan tingkat persaingan, (8) melakukan kerjasama dengan pihak luar perusahaan untuk melakukan promosi dengan memperhatikan kondisi Negara saat ini. Linawati (2009) yang berjudul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat, bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan ekstenal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm, merumuskan alternatif strategi bagi peternakan Trias Farm berdasarkan faktor internal dan eksternal perusahaan, dan menentukan perioritas strategi yang tepat untuk diimplementasikan oleh peternakan Trias Farm dalam mengembangkan usahanya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT untuk menentukan strategi-strategi yang didapatkan dari identifikasi faktor internal dan faktor eksternal perusahaan, QSPM untuk memprioritaskan strategi-strategi yang didapatkan dari analisis SWOT. Berdasarkan analisis matriks IFE menunjukan bahwa perusahaan Trias Farm memiliki kekuatan utama yaitu menghasilkan produk yang berkualitas, sedangkan kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen. Berdasarkan hasil analisis matriks EFE pada perusahaan Trias Farm mengindikasikan perusahaaan tersebut memiliki peluang terbesar dari pelanggan yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan, sedangkan ancaman bagi perusahaan adalah adanya kenaikan tingkat inflasi. Analisis matriks IE menempatkan perusahaan berada dalam kuadran IV, strategi terbaik yang dapat diterapkan yaitu strategi tumbuh dan bina. Salah satu strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah integrasi ke depan (mempererat kerjasama dengan pemasok bahan baku) dan integrasi ke belakang (mempererat kerjasama dengan distributor/pelanggan), selain itu strategi pengmbangan produk. Hasil analisis SWOT, strategi yang diperoleh untuk perusahaan Trias Farm adalah

39 1) mempertahankan kualiras produk, 2) mempertahankan loyalitas pelanggan, 3) memperkuat modal dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah dan swasta, 4) menigkatkan SDM melalui pendidkan dan pelatihan, 5) meningkatkan kapasitas produksi, 6) pengembangan produk dengan modifikasi produk yang telah ada, 7) mengatur sistem manajemen produksi dengan baik, 8) mempererat kerjasama dengan subsistem hulu dan hilir. Hasil pengolahan QSPM, strategi yang menjadi perioritas adalah mempertahankan kualitas produk. Nusawanti (2009) penelitian yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal bertujuan untuk menganalisis faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi Bagas Bakery, menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery, serta mengkaji kesesuaian antara alternative strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery. Pada analisis matriks IFE dan EFE menghasilkan bobot skor rata-rata 2,752 dan 2,959 menunjukan bahwa Bagas Bakery memiliki kekuatan untuk mengatasi kelemahan, dan memanfaatkan peluang, serta respon terhadap ancaman. Hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi Bagas Bakery berada pada kuadran V, yaitu tahap hold and maintain. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh delapan alternatif strategi dan dari hasil matriks QSP diperoleh prioritas strategi bagi Bagas Bakery secara berturut-turut, yaitu 1) meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, 2) menigkatkan mutu dan produk pelayanan, 3) melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan, 4) memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan, 5) mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang telah ada, 6) memperbaiki label kemasan produk, 7) mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen, serta 8) membuka outlet khusus untuk direct selling. Reza (2009) dengan judul Analisis Pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep dengan melakukan analisis faktor internal didapatkan bahwa ada 4 kekuatan yang dimiliki untuk mengembangkan pantai lombang yaitu : 1.keindahan pantai, 2. kebudayaan dan keramahan masyarakat sekitar, 3.

40 kerjasama dengan mahasiswa jatim, 4. karcis masuk yang murah. pantai lombang juga memiliki 4 kelemahan diantaranya 1. sarana dan prasarana kurang, 2. kurang SDM yang handal, 3. kurangnya promosi, 4. kurang kesadaran masyarakat. berdasarkan faktor eksternalnya diperoleh peluang dan ancaman dari pantai lombang diantaranya terdapat 3 peluang yaitu 1. Rencana kabupaten terkait visimisi, 2. meningkatnya wisatawan alam, 3. adanya kebijakan pemerintah. selain itu juga terdapat 4 ancaman bagi pantai lombang yaitu 1. kondisi keamanan yang kurang, 2. adanya krisis financial global, 3. adanya akulturasi Budaya, 4. kurangnya travel agent. setelah faktor-faktor internal dan eksternal didapatkan maka dianalisis dengan matriks IFE dan EFE. Pada matriks IFE didapat total skor 2,36 yang artinya pariwisata Pantai Lombang relative tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi pesaingnya, di mana nila rata-rata yaitu 2,50. dari matriks EFE didapat total skor 2,74 yang artinya bahwa pariwisata Pantai Lombang efektif dalam mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan kurang meminimalkan ancaman yang ada, di mana nilai rata-rata yaitu 2,50. Setelah itu, dilakukan analisis dengan matriks SWOT dan didapat tujuh strategi. Berdasarkan tujuh strategi tersebut dilakukan analisis matriks QSPM untuk menentukan strategi yang paling tepat untuk diterapkan dalam pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep yaitu melakukan pengembangan kegiatan ekonomi berbasis potensi wilayah dengan nilai TAS sebesar 5,61 yang artinya berdasarkan faktor-faktor kunci yang dipertimbangkan, strategi ini adalah strategi yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan faktor internal dan eksternal yang ada. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat dalam beberapa hal yaitu alat analisis dan adanya penerapan strategi pengembangan atau analisis pengembangan pada objek penelitian, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu dalam penentuan tempat atau wilayah penelitian, objek penelitian, dan waktu penelitian tersebut (Tabel 7). Pada penelitian di kawasan wisata PBB, penulis menggunakan dua analisis dalam tahap pencocokan strategi atau matching stage yaitu matriks IE dan matrik SWOT, kelebihannya adalah menentukan tingkat

41 keakuratan yang semakin besar pada tingkat kekonsistenan kedua alat analisis tersebut dalam menentukan alternatif strategi. Kekurangan dalam penelitian ini dalam tahap penentuan strategi prioritas yaitu dengan menggunakan QSPM yang lebih mengandalkan penilaian subjektif para pimpinan perusahaan atau pengambil keputusan di perusahaan, meskipun informasi yang didapat adalah objektif. Adapun ringkasan penelitian terdahulu dapa dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Tahun Judul Tujuan Alat Analisis Yugo Tri 2006 Analisis Strategi Menentukan strategi apa matriks Aryanto Pengembangan dan bagaimana scenario IFE, Kebun Wisata strategi yang dapat disusun matriks Pasir Mukti untuk mengembangkan EFE, (KaWePe), usaha KaWePe agar sesuai matriks Kecamatan Citeureup, dengan misi, serta tujuan pendiriannya, baik dalam IE, Matriks Kabupaten Bogor jangka panjang maupun SWOT, dalam jangka panjang dan matriks QSP Mardiana 2007 Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Pusat Perbelanjaan Mmodern Pada La Piazza, Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara Linawati 2009 Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat Mengidentifikasi dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, Menentukan alternatif strategi yang tepat bagi La Piazza, dan Menentukan prioritas strategi bagi La Piazza Mengidentifikasi faktorfaktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan ekstenal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh peternakan Trias Farm. Merumuskan alternatif strategi bagi peternakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan AHP matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, matriks

42 Tri Ariessiana Nusawanti Muhammad Reza 2009 Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal 2009 Analisis Pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep Trias Farm berdasarkan faktor internal dan eksternal perusahaan. Menentukan perioritas strategi yang tepat untuk diimplementasikan oleh peternakan Trias Farm dalam mengembangkan usahanya Menganalisis faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi Bagas Bakery. Menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery. Mengkaji kesesuaian antara alternative strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery Menganalisis faktorfaktor penyebab kurang berkembangnya Pantai Lombang. Merumuskan strategi yang sebaiknya diterapkan untuk mengembangkan pariwisata Pantai Lombang QSP matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, matriks QSP matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, matriks QSP

43 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Strategi Mengikuti modus opini istilah strategi dalam bahasa yunani disebut strategos. Kembali ke dalam bahasa Indonesia strategos berarti jendral atau perwira tinggi. Strategi tidak lain kata yang merupakan lambang pengertian yang dimiliki seseorang dan arbitrer. Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck dan Jauch, p.9, 1991) dalam David (2009). Dalam setiap perencanaan pembangunan konsep umum yang harus diperhatikan adalah tersedianya sumberdaya dan adanya perhatian yang khusus terhadap aspek kesinambungan (sustainable) dan kontinuitas (Soekartawi 1990). Menurut Dirgantoro (2001) Strategi merupakan sekumpulan pilihan kritis, perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran. Dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif dan sinergis ideal yang berkelanjutan. Strategi merupakan arah, cakupan, dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi. Definisi strategi menurut Fred R. David (2009) adalah sasaran bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah sekumpulan rencana yang disatukan dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis dan mengalokasikan sumber daya dalam upaya memenangkan persaingan untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi/perusahaan. Strategi pengembangan merupakan suatu upaya pengoptimalan pencapaian tujuan-tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Artinya upaya pengembangan telah dilakukan oleh perusahaan namun tujuannya belum optimal. Perusahaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kawasan wisata PBB Jakarta Selatan. Strategi dapat diterapkan dalam segala bentuk perusahaan, organisasi, dan

44 pemerintahan, dan lain-lain. Selain itu strategi juga dapat digunakan pada sektor bisnis, pariwisata, pertanian, dan lain-lain. Strategi pengembangan kawasan wisata PBB yaitu suatu sekumpulan rencana yang diintegrasikan untuk menghubungkan keunggulan Budaya dan wisata, dan mengalokasikan sumber daya dalam upaya mengembangkan kawasan untuk mencapai tujuan jangka panjang Konsep Manajemen Strategis Manajemen strategis penting untuk sebuah perusahaan, karena proses manajemen strategis secara signifikan dapat memperkuat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan untuk memiliki strategi yang baik dalam bersaing dengan sukses dalam lingkungan bisnisnya. Menurut Fred R. David (2009) manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang membuat sebuah organisasi mencapai tujuannya. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan peluang baru dan berbeda untuk masa yang akan datang. Manajemen strategis berfokus pada proses yang mengintegrasikan dan mengkoordinasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen untuk mencapai keberhasilan perusahaan. Dalam sebuah perusahaan besar dan kecil manajemen strategis bisa juga dijadikan sebagai taktik permainan sebuah perusahaan dalam menghadapi para pesaingnya. Manajemen strategis memungkinkan sebuah organisasi untuk lebih produktif dan reaktif dalam membangun masa depannya dengan mengarahkan dan mempengaruhi berbagai aktivitas dan mengontrol takdirnya sendiri. Menurut Jauch dan Glueck (1991) dalam David (2009), menajemen strategis merupakan sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Manajemen strategis akan membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan memanfaatkan peluang dimasa yang akan datang, sehingga memungkinkan bagi organisasi atau perusahaan untuk dapat mengantisipasi kondisi yang selalu berubah.

45 3.1.3 Proses Manajemen Strategis Menurut Fred R. David (2009) Proses manajemen strategis merupakan alur dimana penyusun strategis menentukan sasaran dan menyusun strategis. Proses manajemen strategis dinamis dan terus menerus. Satu perubahan disalah satu komponen utama dapat mendorong perubahan di salah satu atau semua komponen lainnya. Secara historis, manfaat utama dari manajemen strategis untuk membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis, dan rasional (Fred R.David, 2009). Proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap : perumusan strategi, penerapan strategi, dan penilaian starategi. 1. Perumusan Strategi Perumusan strategi mencangkup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategistrategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Isuisu perumusan strategi mencakup penentuan bisnis apa yang akan dimasuki, bisnis apa yang tidak akan dijalankan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, perlukah ekspansi atau diversifikasi operasi dilakukan, perlukah perusahaan ke pasar internasional, perlukah merger atau penggabungan usaha dibuat, dan bagaimana menghindari pengambilalihan yang merugikan. Keputusan perumusan strategi mendorong suatu organisasi atau perusahaan untuk komitmen pada produk, pasar, sumber daya, dan teknologi spesifik selama kurun waktu yang lama. 2. Penerapan Strategi Penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya. Penerapan strategi sering kali disebut juga tahap aksi dari manajemen strategis. Penerapan strategi dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategis, karena membutuhkan disiplin, komitmen, dan pengorbanan personal.

46 3. Penilaian Strategi Penilaian atau evaluasi strategi merupakan cara utama manager untuk memperoleh informasi kapan strategi tertentu tidak dapat berjalan dengan baik. Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi dimasa yang akan dating karena berbagai faktor eksternal dan internal terus-menerus berubah. Tiga aktivitas penilaian strategi yang mendasar adalah peninjauan ulang faktorfaktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi saat ini, pengukuran kinerja, dan pengambilan langkah korektif. Menjalankan Audit Eksternal Mengembang kan pernyataan Visi dan Misi Menetapkan Tujuantujuan Jangka Panjang Menciptakan, Mengevaluasi, dan memilih Strategi Mengimplementasikan starategi- isu manajemen Mengimplementasikan Strategipemasaran, keuangan, akuntansi, Litbang, dan Isu MIS Mengukur dan mengevaluasi Kinerja Menjalankan Audit Eksternal Gambar 1. Model Manajemen Strategis Komprehensif Sumber : David (2009) Berdasarkan Gambar 1,Proses manajemen strategis dapat dengan mudah dipahami dan diaplikasikan dengan menggunakan sebuah model. Sebuah model manajemen strategis yang komprehensif tidak menjamin keberhasilan suatu perusahaan tetapi merepresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis

47 untuk merumuskan, menerapkan, dan menilai strategis (David, 2009). Pada penelitian ini peneliti melakukan proses manajemen strategi hingga tahap perumusan strategi dimana adanya pemilihan strategi yang akan digunakan oleh perusahaan dalam penelitian ini yaitu kawasan wisata PBB Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Sangat penting bagi para manager dan eksekutif di perusahaan mana pun untuk sepaham mengenai visi dasar yang perusahaan ingin raih dalam jangka panjang. Mengembangkan pernyataan visi merupakan langkah pertama dari manajemen strategis, bahkan mendahului pembuatan pernyataan misi. Pernyataan visi untuk menjawab pertanyaan perusahaan kita ingin menjadi seperti apa?, perusahaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kawasan wisata perkampungan Budaya Betawi. Pernyataan misi adalah pernyataan tujuan yang secara jelas membedakan satu bisnis dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dengan merumuskan strategi. Secara umum sebuah pernyataan misi menggambarkan arah masa depan suatu organisasi. Tujuan dapat didefinisikan sebagai hasil-hasil spesifik yang ingin diraih oleh perusahaan terkait dengan misi dasarnya. Tujuan sangat penting bagi keberhasilan perusahaan dikarenakan menyatakan arah perusahaan, membantu dalam evaluasi, menciptakan sinergi, menjelaskan prioritas, memfokuskan koordinasi, dan menyediakan landasan bagi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta pengontrolan Aspek Lingkungan Perusahaan Mcleod (2001) dalam Timor (2008), menyatakan bahwa lingkungan adalah alasan utama keberadaan perusahaan. Pemilik perusahaan melihat perlunya penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan lingkungan tertentu dan menanamkan modalnya sehingga perusahaan dapat melaksanakan aktivitasnya. Lingkungan kemudian menyediakan sumberdaya yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa. Perusahaan yang berhasil memandang bisnis mereka dari luar ke dalam, menyadari bahwa lingkungan pemasaran selalu menimbulkan peluan serta ancaman baru dan mereka memahami pentinganya memantau dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah (Kotler, 2002).

48 Untuk penelitian ini lingkungan bisnis yang dimaksud adalah lingkungan di kawasan PBB. Lingkungan ini mencakup lingkungan di kawasan wisata PBB baik wisata air, agro, dan budaya, serta lingkungan masyarakat yang berada di Kawasan Wisata PBB Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah pengungkapan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga perusahaan akan bisa mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada dan sebaliknya ancaman yang muncul dari lingkungan perusahaan akan berusaha untuk menghindarinya. Peluang dan ancaman eksternal mengacu pada ekonomi, sosial Budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi, serta tren kompetisi yang secara signifikan dapat menguntungkan atau membahayakan organisasi dimasa depan (David 2006). Menurut David (2009) kekuatan lingkungan eksternal perusahaan dibagi menjadi lima kategori luas : 1. Kekuatan Ekonomi Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial dari beragam strategi. Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk juga iklim berbisnis. Jauch dan Glueck (1991) dalam David (2009), mengatakan bahwa perekonomian pada waktu sekarang dan dimasa yang akan datang dapat mempengaruhi keuntungan dan strategi perusahaan. Faktor-faktor ekonomi spesifik yang dianalisis dan didiagnostik kebanyakan perusahaan termasuk : (1) tahapan siklus bisnis yang terjadi, (2) gejala inflasi dan deflasi yang terjadi, (3) kebijakan keuangan, suku bunga, devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing, (4) kebijakan fiscal, dan (5) neraca perdagangan, surplus, atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. 2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Perubahan sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas hampir semua produk, jasa, pasar, dan konsumen. Organisasiorganisasi kecil,besar, laba, dan nirlaba di semua industry ditantang oleh

49 peluang dan ancaman yang muncul dari perubahan dalam variabel social, Budaya, demografi, dan lingkungan. Variabel utama dalam social, Budaya, demografi, dan lingkungan adalah: perilaku konsumsi, pertumbuhan penduduk, kepedulian terhadap etika, dan rata-rata tingkat pendidikan. Tren sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan membentuk cara orang hidup, bekerja, memproduksi, dan mengonsumsi. Tren-tren baru itu menciptakan jenis konsumen yang berbeda dan konsekuensinya, menciptakan kebutuhan akan produk, jasa, dan strategi yang berbeda pula. 3. Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum Faktor-faktor politik, pemerintah, dan hukum dapat mempresentasikan peluang dan ancaman utama baik bagi organisasi kecil maupuun besar. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha dalam berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negative bagi dunia usaha, demikian juga sebaliknya. Industri dan perusahaan sangat bergantung pada kontrak atau subsidi pemerintah, ramalan politik yang menjadi bagian terpenting dalam audit eksternal. Perubahan-perubahan dalam hukum paten, undang-undang antitrust, tarif pajak, dan aktivitas lobi dapat memberi pengaruh sgnifikan pada perusahaan. 4. Kekuatan Teknologi Perubahan dan penemuan teknologi yang revolusioner memiliki dampak yang dramatis terhadap organisasi. Kemajuan teknologi bisa sangat mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, konsumen, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif organisasi. Kemajuan teknologi juga dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan pengembangbiakan produk yang baru dan lebih baik, mengubah posisi biaya kompetitif dalam suatu industri, serta mengakibatkan produk dan jasa yang ada saat ini tidak berkembang lagi. 5. Kekuatan Kompetitif Bagian penting dari audit eksternal adalah mengidentifikasi perusahaan pesaing dan menentukan kekuatan, kelemahan, kapabilitas, peluang, ancaman, tujuan, dan strategi perusahaan pesaing. Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing penting bagi perumusan strategi yang berhasil.

50 Mengidentifikasi pesaing utama tidak mudah karena banyak perusahaan memiliki divisi-divisi yang bersaing di industri yang berbeda Analisis Lingkungan Internal Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Analisis lingkungan internal adalah analisis terhadap aktivitas perusahaan, hal ini berkaitan dengan identifikasi kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Analisis lingkungan internal membutuhkan pengumpulan, pemaduan informasi mengenai manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta operasi system informasi manajemen (David, 2009). Kekuatan atau kelemahan internal, ditambah dengan peluang atau ancaman eksternal dan pernyataan misi yang jelas, memberi landasan untuk menetapkan tujuan dan strategi. Menurut David (2009) kekuatan lingkungan internal perusahaan dibagi menjadi enam kategori luas : 1. Faktor Manajemen Fungsi manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 2. Faktor Pemasaran Pemasaran didefinisikan sebagai proses pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan, serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran pokok : 1) analisis konsumen, 2) penjualan produk atau jasa, 3) perencanaan produk dan jasa, 4) penetapan harga, 5) distribusi, 6) riset pemasaran, 7) analisis peluang. Memahami fungsi pemasaran ini membantu para penyusun strategi mengidentifikasi serta mengevaluasi kekuatan dan kelemahan pemasaran perusahaan.

51 3. Faktor Keuangan atau Akuntansi Kondisi keuangan perusahaan sebagai ukuran tunggal terbaik posisi kompetitif perusahaan dan daya tarik bagi investor. Faktor keuangan sering mengubah strategi yang ada dan rencana penerapan. Menurut James Van Horne (1974) dalam David (2009) fungsi keuangan terdiri atas tiga keputusan yaitu keputusan investasi, keputusan pembiayaan, dan keputusan dividen. 4. Faktor Produksi atau Operasi Faktor produksi/operasi mencakup semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa. Aktivitas produksi/operasi mempresentasikan bagian terbesar dari asset manusia dan modal suatu organisasi. Manajemen produksi/operasi menangani input, transformasi, dan output yang beragam dari satu industri dan pasar ke industri dan pasar yang lain. 5. Faktor Penelitian dan Pengembangan Banyak perusahaan pada sekarang ini tidak memiliki divisi litbang (penelitian dan pengembangan), tetapi banyak perusahaan bergantung pada aktivitas litbang yang berhasil untuk tetap bertahan. manajemen fungsi litbang yang efektif membutuhkan kemitraan yang strategis dan operasional antara fungsi litbang dengan fungsi-fungsi bisnis penting lainnya. Perusahaan yang ingin berkembang dalam industrinya harus menjaga semangat kemitraan dan sikap saling percaya antara manager umum dengan manager litbang. Kebanyakan perusahaan tidak mempunyai pilihan lain kecuali terus mengembangkan produk baru dan memperbaiki produk yang sudah ada karena kebutuhan dan selera konsumen yang berubah, teknologi yang baru, siklus hidup produk yang memendek, serta meningkatnya persaingan domestik dan asing. 6. Faktor Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen diperoleh dari evaluasi eksternal dan internal sebuah organisasi. Sistem informasi manajemen mengumpulkan data mengenai pemasaran, keuangan, produksi, dan hal-hal yang terkait dengan personalia secara internal, juga faktor social, Budaya, demografis,

52 lingkungan, ekonomi, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan kompetitif secara eksternal. Tujuan sistem informasi manajemen adalah meningkatkan kinerja sebuah bisnis dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. Sebuah sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan peranti lunak (software) dan peranti keras (hardware) komputer, dengan beragam model analisis, dan basis data Proses Analisis Perumusan Strategi Matriks Internal Faktor Evaluasi (IFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Pembuatan matriks evaluasi faktor internal (IFE) merupakan tahap akhir analisis lingkungan internal perusahaan yang berupa kekuatan dan kelemahan dengan beberapa variabel. Pembuatan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) merupakan tahap terakhir dari analisis lingkungan eksternal perusahaan yang berupa peluang dan ancaman dengan beberapa variabel. Hal ini dilakukan untuk merangkum kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebelum dimasukkan ke dalam analisis matriks IE dan matriks SWOT (David 2006). Manfaat dari analisis matriks IFE dan EFE bagi matriks IE yaitu untuk mengetahui posisi perusahaan relatif terhadap pesiangnya, dimana skor didapat dari penggabungan skor matriks IFE dan EFE. Sementara manfaat dari penilaian matriks IFE bagi matriks SWOT adalah memberikan gambaran bagi lembaga yang dinilai akan kekuatan apa yang perlu ditingkatkan dan kelemahan apa yang perlu diperbaiki untuk perkembangan usaha. Hasil dari kedua penilaian befungsi untuk menghasilkan strategi yang tepat pada matriks SWOT. Selain itu, manfaat matriks EFE bagi matriks SWOT yaitu dapat mengetahui seberapa efektif pengalokasian sumberdaya yang dimiliki sehingga dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Setelah dilakukan analisis matriks IFE dan EFE maka dilakukan analisis pada matriks IE dan matriks SWOT yang merupakan tahap dari pencocokan data Matriks IE Matriks IE merupakan matriks yang diperoleh dari hasil gabungan antara total skor pada matriks IFE dengan EFE. Matriks IE memposisikan berbagai divisi

53 organisasi dalam tampilan Sembilan sel sehingga disebut matriks portofolio. Manfaat dari penggunaan matriks IE yaitu mengetahui posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaingnya sehingga didapatkan alternatif strategi yang cocok sesuai dengan posisi yang ada yaitu tumbuh dan kembangkan, jaga dan pertahankan, serta tunai atau divestasi Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan akronim dari strengths (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Menurut David (2006), analisis SWOT adalah alat untuk mencocokkan faktor-faktor internal dan eksternal yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi : SO (strengths-opportunities), WO (weakness-opportunities), ST (strengths-threats) dan WT (weakness-threats). Analisis SWOT akan menghasilkan alternatif strategi yang layak untuk dipertimbangkan Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Matriks perencanaan strategi kuantitatif (QSPM) merupakan tahap akhir dari kerangka kerja analisis perumusan strategi, teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik dan alternatif strategi yang layak dipertimbangkan. QSPM merupakan teknik analisis dalam literatur yang didesain untuk menentukan daya tarik relatif dan alternatif tindakan yang layak (David 2006). Setelah melewati tahap input dan pencocokan, perusahaan harus dapat mengambil kepurusan tentang strategi terbaik dan yang paling cocok diterapkan dengan kondisi lingkungan internal dan eksternalnya. Analisis QSPM memungkinkan alternatif stratgei dievaluasi untuk mendapatkan alternatif strategi secara objektif berdasarkan penilaian intuitif yang baik terhadap faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David 2006) Jenis Strategi Strategi yang dapat digunakan oleh sebuah perusahaan bermacam-macam tergantung dengan tujuan perusahaan itu sendiri untuk menjalankannya. Menurut

54 Fred R.David, Strategi-strategi yang dapat dijalankan oleh sebuah perusahaan dikategorikan menjadi 4 strategi dan 11 tindakan, diluar dari lima strategi Generik Porter. Adapun keempat strategi tersebut adalah Strategi integrasi, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi defensif. Keempat strategi tersebut terbagi dalam 11 tindakan yaitu integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, diversifikasi yang terkait, diversifikasi yang tidak terkait, penciutan, divestasi, dan likuidasi. Adapun ringkasan keempat strategi dan 11 tindakan tersebut pada Tabel 8, berikut : Tabel 8. Jenis Strategi Alternatif dan Definisinya Jenis Strategi Tindakan Definisi INTEGRASI Integrasi Ke Depan Memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau peritel Integrasi Belakang ke Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan Integrasi Horizontal Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing INTENSIF Penetrasi Pasar Mencari pangsa pasar yang lebih besar unutk produk atau jasa melalui upaya pemasaran yang lebih baik Pengembangan Pasar Pengembangan Produk Memperkenalkan produk atau jasa ke wilayah geografis baru Mengupayakan peningkatan penjualan melalui perbaikan produk atau pengembangan produk DIVERSIFIKASI Diversifikasi Terkait Menambah produk atau jasa namun masih berkaitan Diversifikasi Tidak Terkait Menambah produk atau jasa yang baru namun tidak berkaitan DEFENSIF Penciutan Pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan aset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun Divestasi Likuidasi Penjualan suatu divisi atau bagian dari perusahaan Penjualan seluruh aset perusahaan secara terpisah-pisah, untuk kekayaan berwujud

55 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Tahapan kerangka pemikiran operasional pada penelitian ini diawali dengan melakukan identifikasi visi, misi, dan tujuan kawasan wisata PBB. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi keseluruhan kawasan wisata PBB, mengenai sejarah, keadaan kawasan wisata PBB, dan perkembangannya. Hal ini dikarenakan strategi yang nantinya dibuat harus sesuai dengan visi, misi, dan tujuan kawasan wisata PBB sehingga nantinya diharapkan strategi yang dihasilkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan kawasan wisata PBB dalam mengatasi pemasalahan yang ada. Langkah selanjutnya, melakukan tahap input (input stage) melalui wawancara dengan pihak internal dan eksternal kawasan wisata PBB untuk melakukan identifikasi lingkungan internal dan eksternal kawasan wisata PBB. Kemudian melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal kawasan wisata PBB untuk memperoleh faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi kawasan wisata PBB. Analisis lingkungan internal diperoleh melalui bidang manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan operasi, Penelitian dan Pengembangan, dan Sistem Informasi Manajemen. Untuk analisis lingkungan internal ini dianalisis dengan matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal, meliputi bidang ekonomi, sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan, politik, pemerintah, dan hukum, faktor teknologi, dan kompetitif industri. Untuk analisis lingkungan eksternal ini dianalisis dengan matriks EFE. Tahap pencocokan (matching stage) untuk penelitian ini menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Tujuan penggunaan matriks IE adalah untuk mengetahui posisi kawasan wisata PBB yang terdapat dalam Sembilan sel di matriks IE. Selanjutnya, melakukan proses penentuan alternatif strategi menggunakan matriks SWOT. Hasil analisis matriks SWOT digunakan untuk menyusun alternative strategi terbaik yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan untuk masa sekarang ataupun masa depan. Kemudian tahap keputusan (decision stage) untuk merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik yang akan jadi prioritas strategi bagi kawasan wisata PBB dalam pencapaian tujuan. Alat analisis yang digunakan dalam tahap keputusan adalah matriks QSP. Pemilihan matriks QSP dilakukan dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan,

56 peluang, dan ancaman. Secara lebih lengkap, kerangka operasional digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. yang Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Identifikasi Visi, Misi, dan Tujuan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Permasalahan yang dihadapi : 1. Kecilnya tingkat pendapatan wisata kawasan wisata PBB 2. Biaya operasioanal dan biaya perawatan yang tinggi 3. Terhentinya pengembangan perluasan pembangunan kawasan wisata PBB 4. Sistem manajemen yang kurang terintegrasi dengan baik antara instansi dinas pemerintah pusat, dan pemerintah kota dengan Lembaga Pengelola PBB Analisis Lingkungan Kawasan wisata PBB Analisis Faktor Internal : 1. Manajemen 2. Produksi dan operasi 3. Keuangan 4. Pemasaran 5. Penelitian dan Pengembangan 6. Sistem Informasi Manajemen Analisis Faktor Eksternal : 1. Bidang ekonomi, 2. Bidang sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan, 3. Bidang politik, pemerintah, dan hukum, 4. Bidang teknologi, dan 5. Kompetitif industri Matriks IFE Matriks EFE Pencocokan Alternatif Strategi yang tepat (Matriks IE dan SWOT) Alternatif Strategi Prioritas Strategi (Matriks QSP) Strategi Pengembangan Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

57 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan objek studinya adalah kawasan wisata PBB di kecamatan Jagakarsa, Jakarta selatan, DKI Jakarta. Menurut Nazir (2003), studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu frase yang spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas, subjek penelitian dapat bersifat individu, kelompok, lembaga, organisasi maupun masyarakat. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kawasan wisata perkampungan Budaya Betawi di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan November 2010 Agustus 2010 dan proses pengumpulan data penelitian pada bulan April 2010 Juni Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung dengan Pemerintah Kotamadya Jakarta Selatan, Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB, masyarakat, atau tokoh masyarakat khususnya ketua RT/RW setempat, lembaga-lembaga non pemerintah atau instansi terkait dan pengunjung objek wisata yang memahami kondisi kawasan wisata PBB. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS), Dinas Pariwisata dan Budaya DKI Jakarta, Lembaga Pengelola perkampungan Betawi, dan beberapa dinas dan lembaga terkait lainnya. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan kalkulator dan program komputer Microsoft Excel yang disajikan dalam bentuk tabulasi guna memudahkan pemahaman. 4.4 Metode Pengumpulan Data Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive sampling. Responden dipilih secara sengaja dan memiliki pengetahuan baik Internal ataupun eksternal pada kawasan wisata PBB. Pemilihan responden

58 tersebut dilakukan atas dasar keterwakilan dari pemerintah dan masyarakat setempat. Responden yang diambil empat orang yang terdiri dari pihak internal dua orang dan pihak eksternal dua orang. Pihak internal terdiri dari orang-orang pengelola Kawasan Wisata PBB yaitu Koordinator Komite Tata Kehidupan dan Kebudayaan PBB, Koordinator Komite Kesenian dan Pemasaran PBB. Sedangkan dari pihak eksternal terdiri dari dua orang yaitu Kepala Bagian Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, dan Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan berbagai pihak lain untuk mendapatkan data pendukung mengenai kondisi umum antara lain fasilitas, lingkungan, dan kemasyarakatan di Kawasan Wisata PBB. Pihak yang diwawancarai oleh peneliti antara lain 30 orang pengunjung wisata, 5 orang pedagang, seorang ketua RT. 014 RW.08, dan 2 orang masyarakat PBB. 4.5 Metode Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan kerangka analisis perumusan strategi, dimana menggunakan tahap pemasukan data, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. 1. Tahap Pemasukan (Input Stage) Matriks Evaluasi Faktor Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Internal (IFE) Matriks SWOT 2. Tahap Pencocokan Matriks IE 3. Tahap Keputusan Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) Gambar 3. Kerangka Analisis Perumusan Strategi Sumber : David (2009) Tahap Pemasukan (Input Stage) Tahap input berisi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Tahap input terdiri dari Matriks EFE, Matriks IFE, dan Matriks Profil Kompetitif (CPM). Pada penelitian ini tahap input menggunakan Matriks EFE dan Matriks IFE yang akan mendorong para penyusun strategi untuk mengukur subjektivitas selama tahap awal proses perumusan strategi. Keputusan

59 dalam matriks input dalam matriks input menyangkut faktor-faktor eksternal dan internal. Analisis data dimulai dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan melalui matriks IFE, sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang di analisis secara kualitatif melalui matriks EFE. Pada matriks IFE, Setelah mengetahui faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan, maka dilakukan pembobotan, yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Kemudian diberikan peringkat 1 (sangat lemah) sampai dengan 4 (sangat kuat) pada setiap faktor untuk mengetahui seberapa besar kuat atau lemahnya faktor tersebut, faktor kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2. Pengolahan dan analisis internal kuantitatif digunakan dengan alat bantu komputer melalui program Microsoft Excel. Bentuk penilaian pembobotan faktor internal dalam matriks IFE dan bentuk matriks IFE untuk perusahaan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Pembobotan dalam Matriks IFE Faktor internal Strategi A B C Total A B C Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991)

60 Tabel 10. Matriks IFE Faktor Internal Strategi Kekuatan Kelemahan Total Sumber : David (2009) Bobot Peringkat Bobot x Peringkat Matrik EFE digunakan oleh para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, social, Budaya, demografi, lingkungan, politk, pemerintah, hukum, teknologi, dan kompetitif. Pada matriks EFE mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang berupa peluang dan ancaman perusahaan. Setelah diketahui faktor-faktor eksternal kemudian dilakukan Pembobotan yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Kemudian juga diberikan peringkat antara 1 sampai 4, dimana 4 = respons sangat bagus, 3 = respons di atas rata-rata, 2 = respons rata-rata, 1 =respons dibawah rata-rata, faktor peluang dan ancaman bisa mendapatkan peringkat 1, 2, 3, atau 4. Bentuk penilaian pembobotan faktor eksternal dan matriks EFE untuk perusahaan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 11. Pembobotan dalam Matriks EFE Faktor internal A B C. Total Strategi A B C. Total Sumber : Kinnear dan Taylor (1991)

61 Tabel 12. Matriks EFE Faktor Internal Strategi Bobot Peringkat Bobot x Peringkat Kekuatan Kelemahan Total Sumber : David (2009) Penentuan pembobotan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang telah dirumuskan bersama kepada pihak Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB dan Disparbud kotamadya Jakarta Selatan. Penetuan bobot dilakukan dengan cara metode paired comparison (Kinnear dan Taylor, 1991) dalam David (2009). Metode paired comparison digunakan untuk membandingkan setiap variable pada baris (horizontal) dengan variable pada kolom (vertical). Penentuan bobot setiap variable digunakan skala 1, 2, dan 3, skala yang digunakan untuk pengisisan kolom adalah : 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bobot setiap variable diperoleh dengan menentukan setiap variable terhadap jumlah nilai keseluruhan variable dengan menggunakan rumus : Keterangan : ai = bobot variable ke i Xi = nilai variable ke-i i n = 1,2,3,,n = jumlah variable ai = xi Xi

62 Langkah selanjutnya setelah pembobotan dan pemberian peringkat adalah pengalian keduanya antara pembobotan dan peringkat untuk menentukan skor bobot bagi masing-masing variable. Kemudian menjumlahkan skor bobot masingmasing variable untuk memperoleh skor bobot total perusahaan, yang nantinya skor ini akan dimasukan kedalam tahap selanjutnya yaitu tahap pencocokan melalui matriks IE Variabel Matriks IFE Variabel Matriks IFE adalah variabel-variabel yang menggambarkan kelemahan dan kekuatan dalam suatu area fungsional bisnis/organisasi. Variabel Matriks IFE didapatkan dengan cara melakukan audit internal sebelum penelitian dilaksanakan atau melalui proses pengumpulan informasi dan data-data faktual dari para karyawan, manager, dan orang-orang terkait dalam suatu perusahaan/organisasi. Proses audit internal harus memadukan informasi perusahaan/organisasi mengenai manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan operasi sistem informasi manajemen(david, 2009). Dalam penelitian ini diperoleh beberapa variable berdasarkan audit internal untuk matriks IFE sebagai berikut : a) Manajemen Variabel fungsi manajemen dalam penelitian ini sesuai dengan keadaan audit internal kawasan wisata PBB yaitu Sistem kekeluargaan antar karyawan Lembaga Pengelola PBB yang ramah, dan tingginya sifat tenggang rasa antar karyawan Sifat masyarakat lokal kawasan wisata PBB yang ramah dengan para pengunjung wisata Keadaan SDM pedagang PBB yang tidak terorganisir, menyebabkan harga barang kesenian dan cirri khas Betawi di PBB jadi mahal dan bersaing, serta kurang terkoordinirnya sampah-sampah yang dikarenakan pedagang di kawasan PBB d. Penguasaan lahan yang dikuasai pihak lain, hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat dari luar kawasan PBB yang membuka usaha pemancingan illegal di kawasan wisata PBB yang belum

63 termanfaatkan oleh Lembaga Pengelola sehingga mengurangi keindahan lingkungan kawasan PBB e. Kualitas dan intensitas SDM Lembaga Pengelola PBB hal yang dimaksudkan adalah adanya beberapa karyawan Lembaga Pengelola yang memiliki profesi lain sehingga mengurangi perhatian dan konsistensinya utuk menangani kawasan PBB, dan f. Kurang terintegrasinya koordinasi kebijakan pemerintah pusat, instansi dinas terkait, dengan Lembaga Pengelola PBB dalam pelaksanaan operasional PBB, sehingga menyebabkan terjadinya kebijakan pembangunan dan pengembangan kawasan PBB yang tidak searah antara satu sama lain b) Pemasaran Variabel pemasaran sesuai dengan audit internal untuk matriks IFE kawasan wisata PBB yaitu a. Letak kawasan PBB yang strategis dimana berada di samping jalan raya Jagakarsa II b. Memiliki website sendiri untuk kegiatan Promosi yang mana baru dibuatkan oleh pemerintah daerah Jakarta pada tahun 2008 dengan tujuan untuk promosi kawasan wisata PBB Pionir dalam wisata Budaya yang berinteraksi dengan wisata air dan agro, hal ini dikarenakan adanya usulan masyarakat kawsan PBB yang menginginkan wisata air, dan wisata agro yang mendukung wisata Budaya Betawi di wilayah kawasan PBB. Harga tiket masuk yang murah, menyebabkan adanya peningkatan pengunjung kawasan PBB. c) Keuangan/akuntansi Variabel Keuangan/akuntansi yang sesuai dengan audit internal untuk matriks IFE kawasan wisata PBB yaitu Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung pemerintah, hal ini menyebabkan modal pengembangan kawasan PBB tergantung pada ketersediaan dana APBD DKI Jakarta,

64 b. Laba operasional yang kecil, menyebabkan kecilnya tingkat gaji untuk para karyawan Lembaga Pengelola dan pengurus kawasan PBB, serta kecilnya pendapatan pemerntah daerah DKI Jakarta. d) Produksi/operasi Variabel Produksi/operasi yang sesuai dengan audit internal untuk matriks IFE kawasan wisata PBB yaitu a. Sarana dan Prasarana yang dapat dinikmati pengunjung berbeda dengan objek wisata lainya yaitu adanya wisata Air, Budaya, dan agro contohnya ada sarana bebek air, keramba apung, perahu kano, kayak, tanaman buah asli Betawi dan pagelaran seni tari Betawi Memiliki pemandangan/panorama yang indah setu babakan dan setu mangga bolong dengan luas ± 169 ha Menambah wawasan pengunjung dengan adanya sarana wisata Budaya dan agro, karena adanya museum wisata Budaya Betawi dan ciri khas makanan Betawi, serta buah-buahan Betawi Keadaan jalan di kawasan PBB yang belum tertata dengan baik dan rapi guide (pemandu wisata) PBB belum bekerja secara maksimal dikarenakan sedikitnya pengunjung wisata yang menggunakan jasa pemandu wisata. Kondisi sistem sanitasi kawasan PBB, hal ini menjadi perhatian penting dikarenakan bnyaknya system sanitasi yang buruk sehingga menyababkan terjadinya genangan air saat musim hujan g. Sifat masyarakat lokal kawasan wisata PBB yang ramah dan terbuka pada pengunjung wisata h. Ketersediaan tempat berbelanja/took/warung untuk membeli souvenir, dan i. Ketersediaan fasilitas penginapan, yang mana dapat mendukung fasilitas wisata di kawasan PBB untuk para wisatawan yang ingin menginap

65 e) Penelitian dan Pengembangan Variabel penelitian dan pengembangan yang sesuai dengan audit internal untuk matriks IFE kawasan wisata PBB yaitu belum adanya bagian penelitian dan pengembangan kawasan PBB dikarenakan bagian penelitian dan pengembangan ini hanya dilakukan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta. f) Operasi sistem informasi manajemen Variabel Operasi sistem informasi manajemen yang sesuai dengan audit internal untuk matriks IFE kawasan wisata PBB yaitu belum ada sistem informasi manajemen, dikarenakan kawasan wisata PBB ini belum cukup maju dalam penggunaan teknologi, hal ini terkait dengan keadaan kualitas tenaga kerjanya dan proses pengambilan keputusan operasinya berdasarkan atas musyawarah/mufakat baik dengan dinas, pemerintah daerah atau masyarakat.

66 Gambar 4. Variabel Matriks IFE Manajemen, Pemasaran, Keuangan/akuntansi, Produksi/operasi, Penelitian dan pengembangan, dan Operasi sistem informasi manajemen Harga tiket Sumber modal Laba operasional Penelitian dan pengembangan Guide (Pemandu Wisata) Keadaan jalan sistem sanitasi Sifat masyarakat lokal Ketersediaan tempat berbelanja SDM Pedagang SDM Lembaga Pengelola PBB Fasilitas penginapan Koordinasi pelaksanaan operasional Penguasaan lahan sistem informasi manajemen KEKUATAN DAN KELEMAHAN SUATU ORGANISASI

67 Variabel Matriks EFE Variabel Matriks EFE adalah variabel-variabel yang menggambarkan Peluang dan Ancaman dalam suatu area fungsional bisnis/organisasi. Variabel Matriks EFE didapatkan dengan cara melakukan audit eksternal yaitu mewawancarai para karyawan, manager, dan orang-orang terkait dalam suatu perusahaan/organisasi. Hal ini dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan, atau melalui proses pengumpulan informasi dan data-data faktual dari identifikasi dan evaluasi tren serta kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Tujuan audit eksternal harus mengembangkan daftar terbatas dari peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dan menghindari ancaman yang bisa merugikan perusahaan. Proses audit eksternal harus mampu mencari isu-isu terkini berdasar pada kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, Budaya, demografi dan lingkungan, kekuatan politik, pemerintah, dan hukum, kekuatan teknologi, dan kompetitif (David, 2009). Dalam penelitian ini diperoleh beberapa variable berdasarkan audit eksternal untuk matriks EFE pada kawasan wisata PBB sebagai berikut : a) Kekuatan Ekonomi Variabel kekuatan ekonomi yang sesuai dengan audit eksternal untuk matriks EFE kawasan wisata PBB yaitu Situasi kondisi perekonomian nasional (krisis global) b. Peningkatan APBD DKI Jakarta menurut Replubika (thursday, 03 December :10 ) APBD DKI Jakarta, yaitu tahun 2008 sebesar Rp 20,3 triliun; tahun 2009 Rp 23,96 triliun; tahun 2010 Rp 24,67 triliun, dan Tingginya tingkat UMR(Upah Minimum Regional) di Jakarta. b) Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Variabel kekuatan sosial, Budaya, demografi dan lingkungan yang sesuai dengan audit eksternal untuk matriks EFE kawasan wisata PBB yaitu Situasi keamanan nasional, terkait adanya teroris dan pemboman di Jakarta Kondisi alam yang tidak menentu, terkait dengan terjadinya banjir tahunan di Jakarta

68 Dukungan pemerintah pusat terhadap pengembangan kawasan wisata PBB sesuai dengan Perda DKI Jakarta Nomor 3 tahun 2005 d. Peningkatan jumlah penduduk DKI Jakarta, (lampiran 4), dan Wisata bagi konsumen menengah ke atas cenderung sebagai kebutuhan (perubahan gaya hidup). Pada dekade terakhir, pembangunan pariwisata di Indonesia maupun di mancanegara menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Konsumsi jasa dalam bentuk komoditas wisata bagi sebagian masyarakat negara maju dan masyarakat Indonesia telah menjadi salah satu kebutuhan sebagai akibat meningkatnya pendapatan, aspirasi dan kesejahteraannya. c) Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum Variabel kekuatan politik, pemerintah, dan hukum yang sesuai dengan audit eksternal untuk matriks EFE kawasan wisata PBB yaitu a. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih luas bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan potensinya, Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 21 dan pasal 22 (Lampiran 5) dan b. Adanya regulasi atau deregulasi pemerintah daerah, hal ini dapat menyebabkan adanya perubahan kebijakan bagi perkembangan kawasan wisata PBB, contohnya pergantian gubernur DKI Jakarta, Pergantian anggota DPRD, dll d) Kekuatan Teknologi Variabel kekuatan teknologi yang sesuai dengan audit eksternal untuk matriks EFE kawasan wisata PBB yaitu meningkatnya pengguna internet di Indonesia,hal ini dapat mempengaruhi pemasaran kawasan wisata PBB melalui website. e) Kekuatan Kompetitif Variabel kekuatan kompetitif yang sesuai dengan audit eksternal untuk matriks EFE kawasan wisata PBB yaitu timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta selatan.

69 Gambar 5. Variabel Matriks EFE kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, Budaya, demografi dan lingkungan, kekuatan politik, pemerintah, dan hukum, kekuatan teknologi, dan kompetitif pengguna internet Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah Dukungan pemerintah Wisata sebagai kebutuhan Otonomi daerah Kondisi perekonomian nasional Keamanan nasional Kondisi alam Persaingan antar wisata Jumlah penduduk tingkat UMR Peningkatan APBD PELUANG DAN ANCAMAN SUATU ORGANISASI

70 TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap pencocokan berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang masuk akal dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal dan internal utama. Tahap pencocokan terdiri dari Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix). Pada penelitian ini tahap pencocokan menggunakan Matriks IE yang berfungsi untuk melihat posisi perusahaan dan Matriks SWOT yang berfungsi untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. a) Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE menggambarkan posisi internal dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Sedangkan pada sumbu y da ri matriks IE menggambarkan posisi ekonomi dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Berikut ini merupakan ilustrasi mengenai matriks IE (Gambar 6). Tinggi 3,0 4,0 Menengah 2,00 2,99 Rendah 1,0 1,99 TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat Rata-rata Lemah 3,0 4,0 2,0 2,99 1,0 1,99 4,0 3,0 2,0 1,0 I II III IV V VI VII VIII IX Gambar 6. Matriks Internal Eksternal (IE) Sumber : David (2009) 3,0 2,0 1,0

71 Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang sesuai untuk posisi tersebut adalah strategi intensif atau strategi integratif. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum dipakai untuk divisi tipe ini. Ketiga, rekomendasi yang umum dipakai untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah tuai atau divestasi. Strategi yang sering dipakai untuk tipe ini adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi. b) Matriks SWOT Analisis SWOT merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul. Hasil analisis SWOT berupa sebuah matriks yang terdiri dari empat kuadran. Masing-masing kuadran merupakan perpaduan strategi antarfaktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Secara lengkap matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 13. Menurut David (2009), langkas-langkah dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut : 1. Mendaftarkan peluang eksternal 2. Mendaftarkan ancaman eksternal 3. Mendaftarkan kekuatan internal 4. Mendaftarkan kelemahan internal 5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel S-O 6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel W-O 7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel S-T

72 8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya pada sel W-T Tabel 13. Matriks Analisis SWOT F. Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W) F. Eksternal Peluang (O) Ancaman (T) S-O Strategi Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang S-T Strategi W-O Strategi Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang W-T Strategi Gunakan untuk ancaman kekuatan menghindari Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : David (2009) Tahap Keputusan (Decision Stage) Dalam perumusan strategi tahap terakhir yaitu tahap keputusan, yang digunakan untuk menentukan strategi alternatif terbaik. Matriks QSP menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dibangun pada tahap sebelumsebelumnya berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal (David, 2009). Namun, pada matriks QSP tidak setiap strategi alternatif yang diusulkan tahap pencocokan harus selalu dievaluasi. Terdapat enam langkah dalam mengembangkan QSPM :

73 1. Buatlah daftar berbagai peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal utama di kolom kiri QSPM. informasi ini harus diambil langsung dari matriks IFE dan matriks EFE. 2. Berikanlah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama tersebut. Bobot ini sama dengan bobot yang ada dalam matriks IFE dan matriks EFE. 3. Cermatilah matriks-matriks pada tahap pencocokan, dan mengidentifikasi berbagai strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan oleh perusahaan. Catat strategi-strategi ini di baris teratas QSPM. Kelompokkan berbagai strategi tersebut ke dalam satu rangkaian ekslusif, sebisa mungkin. 4. Tentukanlah Skor Daya Tarik (AS) didefinisikan sebagai nilai numerik yang mengindikasikan daya tarik relatif dari setiap strategi dirangkaian alternatif tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing factor internal atau eksternal kunci. Kisaran Skor Daya Tarik adalah 1 = tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tariknya rendah, 3 = daya tariknya sedang, dan 4 = memiliki daya tarik tinggi. 5. Hitunglah Skor Daya Tarik Total. Skor Daya Tarik Total didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah dua) dengan Skor Daya Tarik (langkah empat) dalam masing-masing baris. Total Skor Daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan penting eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi Skor Daya Tarik Totalnya, semakin menarik pula strategi alternatif tersebut. 6. Hitunglah jumlah keseluruhan Daya Tarik Total. Jumlahkan Skor Daya Tarik Total di setiap kolom strategi dari QSPM. Jumlah keseluruhan Daya Tarik Total menunjukan strategi yang paling menarik di setiap rangkaian alternatif. Skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mengingat semua factor eksternal dan internal relevan yang mempengaruhi keputusan strategis. Besarnya selisih antara jumlah

74 Keseluruhan Daya Tarik Total di rangkaian alternatif strategi tertentu menunjukan ketertarikan relatif satu strategi terhadap strategi yang lain. Keunggulan dari QSPM adalah bahwa rangkaian-rangkaian strateginya bisa dievaluasi secara berurutan atau bertahap, dan tidak ada batasan jumlah strategi yang dapat dievaluasi atau jumlah rangkaian strategi yang dapat dicermati sekaligus dalam menggunakan QSPM. Keunggulan lain dari QSPM adalah mendorong para penyusun strategi untuk memasukan faktor-faktor eksternal dan internal yang relevan ke dalam proses keputusan. QSPM dapat sangat membantu proses pemilihan strategi di perusahaan-perusahaan multidivisional karena banyak faktor utama dan strategi yang dapat dipertimbangkan secara sekaligus. QSPM tidak selalu memiliki keunggulan yang tanpa batasan, tetapi QSPM juga memiliki beberapa keterbatasan Keterbatasan QSPM adalah selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar. Pemeringkatan dan skor daya tarik membutuhkan keputusan penilaian, meskipun hal itu harus didasarkan pada informasi yang objektif. Keterbatasan lain dari QSPM adalah QSPM hanya akan baik digunakan dan bermanfaat sepanjang informasi prasyarat dan analisis pencocokan yang menjadi dasar penyusunannya. Untuk lebih mudahnya format matriks QSP berada dalam Tabel 14. Tabel 14. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrks QSPM) Faktor Kunci Bobot Faktor Eksternal - Peluang - Ancaman Faktor Internal - Kekuatan - Kelemahan Total Skor Daya Tarik 1,0 Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 AS TAS AS TAS Sumber : David, 2009

75 V. GAMBARAN UMUM PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI 5.1 Lokasi Perkampungan Budaya Betawi (PBB) terletak di Jl. Mochamad Kahfi II Setu Babakan Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Perkampungan Budaya Betawi (PBB) merupakan satu kawasan dengan komunitas yang ditumbuhkembangkan dengan Budaya Betawi meliputi hasil gagasan dan karya baik fisik maupun nonfisik yaitu kesenian, adat istiadat, foklor, kesasteraan, bahasa, tanaman dan bangunan yang bercirikan kebetawian. Selain itu PBB juga dilengkapi dengan dua buah setu alam yakni Setu Babakan, dan Setu Mangga Bolong yang memiliki potensi lingkungan alam dengan panorama yang asri dan indah, dimana disepanjang pinggiran setu tersebut ditanami tanaman yang bercirikan Betawi seperti kecapi, rambutan rapiah, sawo, melinjo, boni, secang, namnam, jamblang, jeruk purut, dan lain-lain. PBB yang memiliki luas seluruhnya ± 289 ha terletak di empat Rukun Warga (RW). yaitu RW 06, RW 07, RW 08, dan RW 09 Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pusat kegiatan Perkampungan Budaya Betawi berada di RW. 08, dimana disana terdapat pusat kegiatan wisata budaya betawi, kantor pengelola Perkampungan Budaya Betawi, museum/galeri mini, wisma, rumah adat, dan tempat penjualan souvenir. Lokasi Perkampungan Budaya Betawi yang berada dipinggiran kota Jakarta, jauh dari kesibukan dan kebisingan kota, serta dengan adanya perpaduan wisata Budaya, wisata agro, dan wisata air menjadikan Kawasan Wisata PBB sebagai objek wisata yang unik dan sangat menarik untuk dikunjungi. Walaupun PBB terletak di pinggiran kota jakarta, jarak PBB tidak jauh dari pusat kota Jakarta yaitu sekitar ± 42,5 km dari Bandara Internasional Seokarno-Hatta sehingga PBB dapat ditempuh ± menit dengan menggunakan kendaraan, dan sekitar ± menit jika ditempuh dari hotel-hotel berbintang di Jakarta. Untuk lebih jelasnya peta PBB dapat dilihat pada Lampiran 3.

76 PBB menjadi objek wisata satu-satunya di DKI Jakarta yang bercirikan Budaya Betawi oleh karena itu PBB menjadi andalan wisata Budaya di DKI Jakarta. PBB memberikan suatu nilai yang baru dalam dunia pariwisata khususnya Provinsi DKI Jakarta yaitu berwisata tidak hanya bergembira, tetapi dapat bernilai untuk pengembangan pengetahuan, pendidikan, dan pelestarian kebudayaan Betawi, yang didukung dengan wisata agro dan wisata air, seperti yang dimaksudkan oleh pak Arie Budiman (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwsata DKI Jakarta). Kawasan Wisata PBB dalam pembangunannya terbagi dalam lima zona wilayah yaitu zona pemukiman, zona seni Budaya, zona wisata air, zona wisata agro, dan zona industri. 1) Zona Permukiman adalah bagian dari Kawasan Pekampungan Budaya Betawi yang menjadi permukiman penduduk, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Rumah berarsitektur Betawi. b. Luas areal tertutup bangunan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) Zona seni Budaya adalah bagian dari Kawasan Perkampungan Budaya Betawi yang dijadikan pusat seni dan Budaya, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Bangunan berarsitektur Betawi. b. Dilengkapi fasilitas, sarana dan perlengkapan kesenian c. Pusat/tempat pagelaran, pameran, lomba, pelatihan, dan pendidikan kesenian Betawi. d. Museum/galeri Budaya Betawi 3) Zona Wisata Agro adalah bagian dari kawasan perkampungan Budaya Betawi yang dapat dilihat/dijumpai kegiatan dan kenyataan tata kehidupan agraris masyarakat Betawi, dengan bercirikan : a. Pohon dan tanaman khas Jakarta b. Buah dan sayuran khas Jakarta 4) Zona Wisata Air adalah Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong yang terpelihara, bersih, dan indah, dengan bercirikan :

77 a. Kehidupan unggas, b. Kehidupan ikan 5) Zona Wisata Industri adalah bagian dan Kawasan Perkampungan Budaya Betawi yang menjadi pusat industri Betawi, dengan bercirikan : a. makanan dan minuman olahan khas Betawi b. Hasil karya kerajinan khas Betawi c. Cideramata khas Betawi 5.2 Latar Belakang dan Sejarah Pada Era Tahun 1980an, Pemerintah DKI Jakarta membuat suatu paguyuban atau cagar Budaya yang bernuansa Betawi, yang didirikan di daerah Condet, Jakarta Timur. Namun Pemda DKI mendapat kendala, sebagian besar penduduk condet sudah bukan keturunan Betawi asli dan lebih banyak keturunan asli Arab dan Cina. Maka dari itu, Pemerintah memindahkan cagar Budaya Betawi dan memilih lokasi di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan tepatnya di Setu Babakan Kelurahan Serengseng Sawah yang diberi nama Perkampungan Budaya Betawi dengan alasan masyarakat sekitar adalah masyarakat yang masih keturunan Betawi dan berbudaya Betawi. Perkampungan Budaya Betawi (PBB) ini lebih dikenal dengan sebutan Perkampungan Setu Babakan. Hal ini memiliki sejarah tersendiri yaitu pada tahun 1940-an zaman VOC Belanda perkampungan ini dikenal dengan sawahnya yang luas ± 400 ha sehingga dikenal sebagai daerah Serengseng Sawah tetapi saat musim kemarau perkampungan ini selalu kekeringan dikarenakan pengairan hanya bersumber dari satu mata air alami yaitu empang Babakan yang terletak di Kampung Babakan oleh karena itu pemerintah Belanda memperluas pengairan empang Babakan dan menjadikannya sebagai danau/setu untuk menampung air hujan dan mata air babakan untuk mengairi sawah. Dalam Perkembangannya tahun an Kelurahan Serengseng Sawah mengalami dampak pembangunan yang pesat oleh pemerintahan daerah DKI Jakarta sehingga luas sawahnya jauh berkurang dan terciptanya dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong. Perkembangan pembangunan Budaya Betawi ini diawali dengan Festival Sehari Setu Babakan yang

78 dilaksanakan tanggal 13 Desember 1997 oleh Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan, kemudian melalui kebijakan yang berasal dari aspirasi masyarakat kepada pemerintah (bottom up) diwujudkanlah penataan lingkungan Kawasan Wisata PBB berdasarkan SK Gubernur No.92 tahun 2000 sebagai tempat pelestarian seni budaya tradisional Betawi, pengembangan daerah resapan air dan kawasan hijau, serta pemanfaatan wisata budaya, wisata agro, dan wisata air yang dilengkapi dengan dua buah setu yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong dengan luas seluruhnya ± 80 hektar. Selama perkembangannya PBB dikukuhkan keberadaannya dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2005 dengan penambahan luas menjadi ± 289 hektar meliputi kawasan pemukiman milik masyarakat ± 189 hektar, dan sisanya ± 100 hektar adalah milik pemerintah. 5.3 Visi, Misi, dan Tujuan Kawasan Wisata PBB Kawasan Wisata PBB dalam perkembangannya belum memiliki visi dan misi secara tertulis, namun Kawasan Wisata PBB sudah memiliki tujuan, sasaran dan fungsi secara tertulis yang tercantum dalam Sk.Gubernur No. 92 tahun 2000 dan dikukuhkan dengan Perda No. 3 tahun Adapun tujuan, sasaran, dan fungsi PBB sebagai berikut : 1. Tujuan Perkampungan Budaya Betawi : a. Membina dan melindungi secara sungguh-sungguh dan terus menerus tata kehidupan serta nilai-nilai budaya Betawi. b. Menciptakan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai seni budaya Betawi sesuai dengan akar budayanya. c. Menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi. d. Mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan nonfisik sehingga saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi. 2. Sasaran Perkampungan Budaya Betawi adalah sebagai berikut : a. Tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat khususnya penduduk setempat akan pentingnya lingkungan kehidupan komunitas berbudaya Betawi sebagai upaya untuk mempertahankan kelestarian keberadaan Perkampungan Budaya Betawi.

79 b. Terbina dan terlindunginya lingkungan perkampungan yang memiliki sistem nilai, sistem norma dan sistem kegiatan budaya Betawi. c. Dimanfaatkannya potensi lingkungan baik fisik maupun nonfisik guna kepentingan peningkatan kesejahteraan sosial. d. Terkendalinya pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Fungsi penetapan Perkampungan Budaya Betawi adalah sebagai berikut : a. Sarana pemukiman. b. Sarana ibadah. c. Sarana informasi. d. Sarna seni budaya. e. Sarana pendidikan, penelitian, pelestarian dan pengembangan. f. Sarana pariwisata. 5.4 Kondisi Fisik dan Iklim Secara topografi Perkampungan Budaya Betawi (PBB) terletak meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan mm/tahun, dan memiliki suhu C. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Data Iklim Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Iklim Tahun Curah hujan 2000 mm/tahun 2163,6 mm/ tahun Hari Hujan 159 hari 164 hari Temperatur Minimum 24, 3 0 C (Rata-rata) 26,7 0 C (Rata-rata) Temperatur Maksimum 32, 0 0 C (Rata-rata) 32,9 0 C (Rata-rata) Sumber : Data Wilayah Kelurahan Serengseng Sawah Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa PBB merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang tinggi dan hari hujan yang banyak sehingga memiliki ketersediaan air yang banyak, dan didukung dengan kemampuan daya tampung salah satu setu yang dimiliki PBB yaitu Setu Babakan memiliki volume daya tampung total ± m 3, pada musim kemarau debit air mencapai ±

80 m 3 dan musim hujan mencapai ± m 3. Secara fisik PBB terletak di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan yang terdiri dari 4 RW yaitu RW 06, RW 07, RW 08, dan RW 09 dan terdiri atas 50 RT, dengan pusat kegiatan wisata di RW 08. Kelurahan Serengseng Sawah seluas 674,70 hektar terdiri dari perumahan, pertanian, setu, pemakaman, fasilitas umum, jalan raya serta irigasi, dengan penggunaan lahan terbesar pada pemukiman dan setu sedangkan lahan terkecil pada irigasi. Penggunaan lahan yang mengalami peningkatan adalah setu yaitu Setu Babakan, Setu Mangga Bolong, dan Setu Salam UI, hal ini sesuai dengan adanya Perda No. 3 tahun 2005 untuk perluasan PBB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Penggunaan Lahan Kelurahan Serengseng Sawah Peruntukan Lahan Luas (Ha) Perumahan 501,05 366,10 366,10 366,10 366,10 Industri 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Fasilitas Umum 37,00 17,00 17,00 17,00 17,00 Pemakaman 20,00 4,76 4,76 4,76 4,76 Jalan Raya 28,00 28,00 28,00 28,00 28,00 Pertanian 20,00 61,00 61,00 61,00 61,00 Setu Babakan, Mangga Bolong, 54,00 196,21 196,21 196,21 196,21 Salam UI Irigasi 2,05 1,63 1,63 1,63 1,63 Total 662,79 674,70 674,70 674,70 674,70 Sumber : Data Wilayah Kelurahan Serengseng Sawah Perkampungan Budaya Betawi (PBB) memiliki batas fisik sebagai berikut : Sebelah utara : Jl. Moch. Kahfi II Jl. H. Pangkat Sebelah Timur : Jl. Desa Putra, Jl. Pratama, Jl. Lapangan Merah, dan Jl. Mangga Bolong Timur Sebelah Selatan : Batas Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan Kota Depok Sebelah Barat : Jl. Moch. Kahfi II

81 5.5 Kondisi Sosial dan Kependudukan Perkampungan Budaya Betawi ini terletak di Kelurahan Serengseng Sawah, Kelurahan yang memiliki 19 RW dengan jumlah penduduk yang terus meningkat yaitu jumlah penduduknya jiwa, jumlah kepala keluarga KK, dan semua penduduknya berkewarganegaraan Indonesia, sehingga dapat dikatakan penduduk di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) yang berjumlah jiwa dan 5000 KK dari 4 RW secara langsung adalah warga Negara Indonesia, dan tidak ada keturunan asing (Cina, Arab dan lain-lain). Seperti ciri khas Betawi pada umumnya, masyarakat di PBB sebagian besar memeluk agama Islam. Kawasan Wisata PBB yang terletak di RW 06, RW 07, RW 08, dan RW 09 memiliki jumlah penduduk tertinggi di Kelurahan Serengseng Sawah, hal ini dikarenakan adanya daya tarik wisata PBB sejak tahun 2000 sehingga banyaknya masyarakat luar PBB yang pindah ke PBB dengan tujuan untuk berdagang ataupun melakukan kegiatan usaha oleh karena itu sebagian besar mata pencaharian masyarakat PBB adalah karyawan swasta dan pedagang. Dimana pedagang tersebut biasanya membuka warung, industri rumah tangga, rumah makan, dan lain-lain, seperti halnya disebutkan dalam Conference on International Travel and Tourism tahun 1963 bahwa pariwisata seharusnya menimbulkan kegiatan ekonomi di sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.

82 Tabel 17. Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian (tahun 2009) Penduduk Kelurahan Serengseng Sawah Jumlah Penduduk RW Tahun Mata Pencaharian (Th 2009) Pekerjaan Orang Tani Nelayan Buruh Pedagang Karyawan Swasta PNS ABRI Pensiunan Pertukangan Pemulung Jasa Pengangguran Ibu Rumah Tangga Pelajar Balita Total Jumlah Sumber : Kecamatan Jagakarsa (2010) 5.6 Fasilitas Suatu objek wisata haruslah didukung oleh fasilitas dan sarana prasarana pelengkap pariwisata agar menjadi suatu objek pariwisata yang diminati wisatawan. Oleh karena itu objek pariwisata harus dilengkapi oleh unsur-unsur pariwisata yang terdiri atas fasilitas dan sarana prasarana pendukung seperti tour operator atau guide, angkutan/transportasi, akomodasi penginapan, tempat makan/restoran, travel agent, souvenirshop, atraksi wisata dan tempat yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan seperti tempat menjual dan mencetak film, kamera, kartu pos, dan lain-lain (Pendit 2006). PBB merupakan tempat pariwisata yang didukung oleh unsur-unsur pariwisata yang cukup lengkap untuk menarik minat wisatawan. Fasilitas dan sarana prasarana di PBB ditumbuhkembangkan dengan konsep budaya Betawi, karena program wisata yang ditawarkan PBB haruslah bernilai edukatif yaitu

83 tujuan utamanya adalah pengunjung mendapatkan pengetahuan mengenai ciri khas kebudayaan Betawi dan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat PBB. Fasilitas dan sarana prasarana pendukung kegiatan wisata yang saat ini terdapat di Kawasan Wisata PBB Setu Babakan, yaitu : a. Wisma penginapan Kawasan Wisata PBB memiliki 1 wisma Betawi yang memiliki 3 ruangan dan teras yang cukup luas serta dikondisikan baik, wisma terletak diantara panggung dan wisata air Setu Babakan. Saat ini wisma tidak dapat difungsikan secara khusus dan sebagai mana mestinya dikarenakan sangat jarangnya pengunjung yang menginap/bermalam di wisma PBB. Untuk itu, pengelola menyewakan tempat tersebut kepada pengunjung untuk acara yang mereka inginkan, seperti acara keluarga/arisan, perpisahan sekolah, maupun acara rapat untuk pengelola ataupun pengunjung. Wisma ini disewakan pada hari biasa, dengan tarif Rp ,00 / hari, sedangkan untuk hari libur dan Sabtu, Minggu Rp ,00 / hari dan mampu menampung ± 100 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota pengelola, untuk harga sewa pada hari Sabtu dan Minggu, lebih besar daripada hari biasa. Hal ini disebabkan karena pada hari Sabtu dan Minggu, kawasan PBB mengadakan acara pagelaran seni Betawi yang ditampilkan di panggung. Sehingga dengan adanya pagelaran seni tersebut, diharapkan pengunjung dapat terhibur dan dapat ikut berinteraksi dengan cara mengikuti latihan kesenian Betawi tanpa harus membayar (gratis) mulai dari menari, bermain musik, berpantun, berlenong, hingga belajar pencak silat Betawi (Beksi) pada pukul WIB. Lain halnya dengan hari biasa, dimana hiburan di panggung tidak nampak atau sepi, hanya ada latihan rutin kesenian Betawi setiap hari Rabu dan Kamis dan pengunjung tidak dapat ikut beriteraksi untuk mengikuti latihannya. Adapun fasilitas yang terdapat pada wisma Betawi, seperti 3 tempat tidur kecil, 8 kursi lenong, 2 meja marmer, 2 lemari pakaian, 2 meja belajar, dan kursi santai. Dengan rencana awal, pembangunan wisma ini dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan para tamu yang berkunjung dan

84 ingin bermalam di PBB Setu Babakan. Namun karena tidak adanya permintaan untuk menggunakan wisma oleh pengunjung sebagai tempat peristirahatan, maka wisma ini difungsikan sebagai balai pertemuan yang disewakan untuk umum. b. Galeri (museum mini) Galeri Betawi yang terletak di belakang kantor pengelola, merupakan bangunan yang memiliki ruangan paling besar dan luas yang dikondisikan baik. Bangunan galeri Betawi ini berfungsi sebagai gedung untuk memamerkan hasil industri rumah tangga, prototype alat musik dan pakaian adat. Namun belum banyaknya koleksi seni galeri menyebabkan ruangan ini masih berupa ruangan yang kosong atau aula oleh karena itu ruangan ini digunakan atau disewakan sebagai tempat perkumpulan keluarga atau arisan dan acara-acara tertentu oleh pengunjung. Ruangan yang dapat digunakan yaitu seluruhnya, baik dalam maupun luar ruangan atau teras mampu menampung ± orang sehingga pengunjung pun menjadi lebih leluasa dalam melakukan kegiatan. Dalam penyewaan galeri, tarif yang berlaku pada hari Minggu Rp ,00 sedangkan untuk hari biasa (Senin-Sabtu) Rp ,00. Galeri ini juga dilengkapi halaman dengan hamparan rumputnya yang luas dan taman bersantai di halaman depannya yang sejuk dilengkapi dengan beberapa tanaman bunga yang indah, sehingga pengunjung yang membawa keluarganya dapat menikmati keindahan taman yang tertata dan tumbuh subur. c. Rumah adat Seluruh perumahan masyarakat di PBB diharuskan memiliki rumah yang berarsitektur kebudayaan Betawi karena agar tercerminnya edukasi arsitektur bangunan/rumah Betawi kepada para pengunjung. Hal ini juga diatur dalam Perda No. 3 pasal 8 tahun 2005 tentang pembangunan di Kawasan Wisata PBB yang diarahkan untuk menjaga kelestarian budaya Betawi, keserasian bangunan, dan lingkungan yang mencerminkan ciri khas budaya Betawi. Dalam proses pembangunannya rumah masyarakat di PBB

85 direnovasi dengan dana Pemda melalui Dinas Pekerjaan Umum yang berkoordinasi dengan pengelola dan RT/RW setempat. Rumah adat Betawi juga disediakan khusus untuk para pengunjung wisata yang berlokasi di kawasan wisata budaya, lebih tepatnya di samping kantor pengelola. Rumah adat ini biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan rapat pengelola atau disewakan kepada pengunjung untuk mengadakan acara tertentu yang sesuai izin pengelola seperti arisan, perpisahan sekolah, acara foto pernikahan, dan acara pernikahan berkonsep kebudayaan Betawi. Rumah adat ini disewakan dengan tarif pada hari biasa Rp ,00/hari, sedangkan pada hari libur dan Hari Minggu dengan tarif Rp ,00/hari. Menurut hasil wawancara dengan pengelola, harga sewa rumah adat Betawi lebih murah dibandingkan dengan wisma dan galeri dikarenakan bagian rumah yang dapat disewakan hanya bagian luar/teras rumah saja yang berkapasitas ± 50 orang. Rumah adat ini berkondisikan baik, karena selain dipelihara oleh pengelola, bangunan ini pun merupakan tempat tinggal penduduk yang direnovasi oleh Pemda DKI Jakarta sebagai rumah adat. Selain itu, pemerintah pun menambah dan membuat fasilitas yang merupakan ciri khas dari budaya Betawi, seperti bale-bale dan kursi lenong yang merupakan tempat beristirahat sejenak dan biasanya digunakan oleh para tamu untuk melepas lelah dengan menikmati keindahan dan kenyamanan kawasan Setu Babakan. d. Teater terbuka/panggung kesenian Teater terbuka adalah sebuah panggung kesenian yang berlokasi di zona seni dan budaya PBB dan biasa digunakan untuk menampilkan suatu atraksi budaya Betawi. Atraksi yang biasa ditampilkan antara lain seni tari, seni musik, dan seni drama. Panggung teater terbuka ini memiliki luas 60 m 2 dengan beberapa komponen yang terdapat di dalam panggung, seperti 4 buah microphone, 1 tape recorder, 2 speaker, 2 lemari kaca hias, 2 buah toilet, 1 audio mix, dan 8 buah kursi. Panggung teater terbuka memiliki peranan yang besar dalam kegiatan seni budaya baik musik, tari maupun teater serta biasa digunakan juga sebagai acara pertemuan atau perpisahan sekolah. Dalam hal

86 kegiatan kesenian, masyarakat sekitar yang mendaftarkan dirinya untuk mengikuti kegiatan kesenian Betawi, biasanya melakukan latihan rutin setiap hari Rabu dan Kamis di panggung teater ini. Selain itu panggung ini juga digunakan untuk pagelaran kesenian rutin pada hari Sabtu dan Minggu. Bagi wisatawan, dengan tersedianya panggung ini, dapat memberikan hiburan dan kesenangan tersendiri dan memberikan pengetahuan kebudayaan Betawi dari atraksi kesenian yang ditampilkan. e. Kantor Pengelola Kantor pengelola yang terletak di zona seni budaya merupakan bangunan untuk para pengurus Lembaga Perkampungan Budaya Betawi melaksanakan tugas, fungsi, dan kegiatan pengelolaan PBB sehari-harinya. Fungsi utama dari kantor pengelola yaitu sebagai tempat pengelolaan PBB, ruang rapat para Komite PBB dan pusat informasi serta pelayanan umum bagi para wisatawan, peneliti, mahasiswa, dan pelajar untuk melakukan wawancara, kegiatan admisnistrasi, dan penelitian. Dalam menjalankan fungsi utamanya pengelola bekerjasama dengan Satuan Gerakan Sosial Perkampungan Budaya Betawi (Satgas PBB) dan Badan Musyawarah (Bamus) Betawi untuk menjaga keamanan dan melakukan kegiatan rutinnya sehari-hari di Kawasan Wisata PBB, baik kegiatan kesenian, atau adanya kegiatan tertentu seperti Pekan Desember dan Pagelaran Nuansa Islami ataupun adanya kegiatan insidental yang dapat meningkatkan jumlah pengunjung wisata. Fungsi lain dari kantor pengelola adalah sebagai taman bacaan/ perpustakaan mini yang berkoleksikan buku-buku bercirikan budaya Betawi dan sebagai tempat penjualan souvenir Betawi yang menjual beberapa barang hasil karya kerajinan masyarakat PBB, seperti baju, makanan, minuman, hiasan dinding, jam, gantungan kunci, dan lain-lain. Dengan adanya kantor pengelola, pengunjung yang datang atau ingin mengetahui lebih lanjut tentang kawasan PBB, dapat bertanya atau wawancara kepada pihak pengelola. Biasanya pengeunjung yang datang ke kantor pengelola memiliki tujuan, seperti : menyewa tempat, wawancara penelitian, membaca buku, dan

87 membeli aksesoris yang berada di kantor pengelola. Dalam keadaan tertentu kantor pengelola juga dapat disewakan kepada pengunjung dengan tarif yang belum ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan pihak pengelola, tetapi bagian yang dapat disewakan hanyalah ruang tengah dan teras depan serta halaman kantor. Kantor pengelola yang berkondisikan baik dan cukup aman ini dilengkapi dengan bebrapa komponen, seperti 8 kursi lenong, 2 meja besar, 3 lemari besar, 2 kursi tunggu,1 meja baca, 3 show case, 8 meja kantor, 11 kursi kantor, 2 set komputer, 1 buah mesin faks, toilet, dan dapur. f. Tempat peribadatan Dengan adanya kebutuhan dari pengunjung, maka pemerintah DKI membangun sebuah masjid yang berjarak ± 1 km yang terletak di RW 07 dalam PBB, dan masjid ini merupakan sarana pendukung dari PBB. Masjid Raya Baitul Makmur ini, merupakan tempat beribadah yang cukup luas yaitu sekitar ± 1900 m 2 dengan daya tampung ± 1000 orang. Masyarakat memandang bangunan masjid ini sebagai bangunan yang menarik, dimana masjid ini menampilkan ciri khas dari budaya Betawi itu sendiri, contohnya seperti lisplang yang berbentuk runcing-runcing atau disebut dengan belalang. Selain Masjid Raya Baitul Makmur, PBB masih terdapat dua tempat peribadatan lainnya yaitu Masjid At-Taubah dan mushola Al-Falaah. Masjid At-Taubah yang terletak di RW 08 ± 200 m dari zona seni budaya PBB memiliki ciri arsitektur yang sama dengan Masjid Raya Baitul Makmur yaitu bercirikan ciri khas budaya Betawi. Pengunjung wisata juga dimudahkan dengan keberadaan mushola Al- Falaah yang terletak di pusat kegiatan wisata yaitu zona seni budaya sehingga pengunjung tidak perlu berjalan jauh untuk ke tempat peribadatan. Untuk saat ini pengelola hanya membangun masjid dan mushola, tetapi tidak tempat ibadah untuk agama lain. Hal ini disebabkan, mayoritas penduduk kawasan PBB menganut agama Islam. g. Toilet/Wc umum Kawasan Wisata PBB Setu Babakan, memiliki 1 buah toilet yang terpisah antara pria dan wanita yang terletak di zona wisata seni budaya

88 berdekatan dengan mushola dan dikondisikan dengan baik dan terawat (menurut para pengunjung wisata). h. Warung-warung Betawi Hal yang mendukung suatu kawasan wisata yaitu dengan adanya tempat makan, souvenir shop, dan tempat berbelanja bagi wisatawan. Kawasan PBB Setu Babakan, memiliki warung-warung Betawi ± warung yang difungsikan sebagai tempat makan, penjualan souvenir, dan tempat berbelanja. Warung Betawi ini menjual makanan dan minuman Betawi seperti, kue irian, rengginang, soto Betawi, gado-gado, sayur asem, bir pletok, dan lain-lain. Dalam hal ini banyak warung - warung dengan jumlah ± kedai yang berdiri secara illegal dan tidak menjual makanan dan minuman serta souvenir Betawi. Warung-warung ilegal ini juga tidak tertata dengan rapi dan tidak terkoordinir sehingga membuat kawasan PBB terkesan kumuh dan tidak tertata dengan baik. Selain itu juga dengan banyaknya pedagang keliling yang berjualan di pinggir Setu Babakan membuat wisatawan yang sedang berjalan-jalan merasa kurang nyaman, sehingga perlu adanya perbaikan, penataan, pengkoordinasian pedagang-pedagang di PBB sesuai dengan perda No.3 tahun 2005 yaitu kawasan PBB sebagai kawasan yang ditumbuhkembangkan dengan bercirikan khas Budaya Betawi. 5.7 Potensi Wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) merupakan pilihan utama para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, karena memiliki beragam potensi dan daya tarik yang luar biasa. Selain itu para wisatawan juga dapat menikmati tiga objek wisata sekaligus di PBB yakni : wisata budaya Betawi, wisata Air, dan wisata agro. Untuk memasuki zona wisata para wisatawan tidak dikenakan biaya masuk per orang (gratis), tetapi jikalau wisatawan menggunakan kendaraan maka dikenakan biaya parkir, hanya sebesar Rp untuk motor dan Rp ,00 untuk mobil, dan tiket masuk ini hanya dikenakan pada hari Sabtu-Minggu dan hari Libur. Ketiga potensi objek wisata ini sangat berperan pula dalam pengambangan kawasan wisata PBB, berikut potensi obyek wisata yang terdapat di kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB), antara lain :

89 Wisata Budaya Dilihat dari segi arsitektur bangunan khas Betawi, Kawasan Wisata PBB memiliki kekhasan yang dapat menarik perhatian minat wisatawan. sebagai contoh, PBB memilki nuansa kampung Betawi yang kental, salah satunya rumah masyarakat yang berarsitektur atau bernuansakan Betawi. Rumah yang berornamen Betawi ini, biasanya dikenal dengan gigi belalang. Menurut sejarah orang orang Betawi tempo dulu, mempercayai mitos pada serangga yaitu belalang. Hal ini disebabkan, karena belalang mempunyai sifat peka terhadap tempat tinggal dan memiliki gigi yang sangat kuat. Untuk itu, ciri dari bangunan rumah Betawi adalah gigi belalang. Nilai arsitektur gigi belalang diterapkan pada bangunan-bangunan di PBB, seperti pada masjid, mushola, warung, rumah masyarakat, panggung kesenian, kantor pengelola, wisma, galeri/museum mini PBB, dan bangunan pintu masuk gerbang Bang Pitung PBB. Pintu masuk gerbang Bang Pitung, merupakan pintu masuk menuju kawasan Perkampungan Budaya Betawi yang berkondisikan baik. Dinamakan gerbang Bang Pitung, karena Bang Pitung merupakan salah satu contoh pahlawan yang biasa lebih dikenal oleh wisatawan. Dari segi arsitektur bangunan khas Betawi, terdapat sedikit perbedaan pada arsitektur Betawi tempo dulu dan sekarang. Pada Betawi tempo dulu, bagian lantai masih terbuat dari kayu atau bambu dan berbentuk rumah panggng serta menggunakan papan berlapiskan anyaman kulit bambu yang berfungsi sebagai alas rumahnya. Selanjutnya pada bagian dindingnya, menggunakan bambu yang berfungsi sebagai pengisi dinding. Lain halnya dengan bangunan Betawi zaman sekarang, pada bagian lantai sudah menggunakan semen, serta dindingnya terbuat dari tembok. Persamaan bangunan Betawi tempo dulu dan sekarang dapat dilihat dari teras rumahnya dimana bagian lisplang masih berarsitektur gigi belalang, dan rumah Betawi ciri khasnya memiliki teras atau serambi depan yang sangat luas. Dengan adanya serambi depan yang terbuka, dan luas serta hanya dibatasi dengan halaman depan, hal ini mencirikan bahwa orang Betawi dalam menerima tamu

90 tidak pilih pilih serta merupakan sifat keterbukaan dari masyarakat Betawi terhadap orang lain dan sekitarnya. Hal yang menarik lainnya, yaitu pada atraksi wisata seni Budaya. Dengan adanya atraksi wisata tersebut, masyarakat khususnya orang Betawi dari berbagai daerah di Jakarta dapat ikut serta menampilkan kegiatan atau kesenian Betawi. Sehingga dapat dikatakan, bahwa atraksi wisata Budaya, merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya menumbuhkembangkan kembali nilai-nilai tradisional yang dikemas sehingga layak tampil, layak tonton, dan layak jual. Atraksi wisata Budaya di PBB mulai aktif dari tahun 2001 sejak tanggal 20 Januari 2001, dimana diresmikannya PBB oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Selama perkembangannya atraksi seni Budaya sangat berkembang pesat, hal ini dikarenakan adanya dukungan Pemerintah daerah, masyarakat PBB dan masyarakat Betawi di seluruh wilayah Jakarta untuk mengadakan pagelaran seni Budaya Betawi di PBB. Pagelaran seni budaya Betawi di PBB terlaksana dengan adanya kerjasama antara lembaga pengelola dengan Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan dan beberapa organisasi/sanggar seni budaya Betawi di Jakarta. Pagelaran seni budaya Betawi dilaksanakan di panggung pagelaran PBB di zona seni budaya yang biasanya ditampilkan setiap akhir pekan, Hari Sabtu dan Minggu dari pukul WIB yang biasanya mempertunjukan kesenian Betawi, seperti topeng Betawi, Lenong, Jipeng, Gambang Keromong, dan lain-lain. Adapun, atraksi wisata budaya yang dapat dinikmati secara langsung, antara lain : a. Pagelaran Seni Tari Pagelaran Seni Tari Betawi ini biasanya, ditampilkan setiap hari Sabtu dan Minggu mulai dari pukul WIB. Selain pagelaran seni tari Betawi, ada juga latihan seni Budaya Betawi bersama-sama dengan pengunjung wisata yang diadakan setiap hari Minggu pukul WIB, dimana pengunjung dapat ikut berinteraksi dalam mempelajari seni Budaya Betawi tanpa harus dipungut bayaran sedikitpun (gratis). Selain itu latihan rutin kesenian Betawi ini diadakan setiap hari Rabu dan Kamis pukul! WIB. Adapun jenis tari-tarian yang terdapat di PBB, seperti Tari

91 Sim Sim, yang merupakan tarian yang diambil dari gerak dan permainan anak anak dari daerah Betawi. Selain itu terdapat pula tari Ondel Ondel, yang diiringi dengan lagu Ondel Ondel dan biasanya tarian ini diperagakan oleh anak anak TK dan SD. b. Pagelaran Seni Musik Selain terdapat pagelaran seni tari Betawi, biasanya tarian tersebut diiringi pula dengan musik khas Betawi. Musik yang biasanya dimainkan yaitu Gambus dan Gambang Kromong. Musik Gambus ini beraliran timur tengah dan lagu-lagunya biasanya bernuansa Arab. Biasanya musik gambus hanya ditampilkan 2 atau 3 minggu sekali pada akhir pekan. Selain itu, salah satu musik khas Betawi, yaitu Gambang Kromong selalu muncul baik pada hari-hari perayaan maupun acara pagelaran seni. c. Pagelaran Seni Teater atau Drama Atraksi lainnya yang dapat ditampilkan, yaitu seni drama/teater Betawi. Seni drama ini biasa ditampilkan setiap akhir pekan maupun perayaan hari besar seperti HUT DKI Jakarta. Biasanya, seni drama ini ditampilkan atau dimainkan pula oleh masyarakat PBB pada waktu malam hari yang tujuannya untuk menghibur masyarakat PBB dan sekitar PBB. Seni drama Betawi di PBB terkadang menampilkan tokoh-tokoh Betawi, untuk menarik minat jumlah pengunjung wisata dan untuk menghibur para wisatawan. Adapun seni drama yang ditampilkan di PBB, seperti Wayang Wong Betawi yang biasa dijumpai pada acara-acara perkawinan dan sunatan yang dimainkan oleh 8-10 orang. Selain itu ada juga drama khas Betawi yaitu Lenong Betawi yang bercerita tentang banyak hal contohnya seperti cerita Si Pitung dan Bang Jampang, yang menceritakan tentang kepahlawanan mayarakat Betawi dan mempunyai misi agar masyarakat Betawi dapat mencontoh keberanian para pahlawannya untuk bersifat sederhana dan berani membela kebenaran. Seni drama lenong Betawi biasanya dimainkan oleh orang, yang didiringi dengan Tari Lenong, musik tanjidor, terompet, dan gendang.

92 5.7.2 Wisata Air Kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) yang bercirikan wisata seni Budaya, memiliki panorama alam yang indah dan sejuk. Hal ini karena didukung dengan adanya objek wisata air. Wisata air di PBB ini dibina oleh Dinas Perikanan, dan Kelautan, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, tapi dalam pengelolaannya sepenuhnya diberikan kepada Lembaga Pengelola untuk mengembangkannya. Obyek wisata air yang terdapat di kawasan PBB, yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Kawasan wisata Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong, memiliki perbedaan. Adapun perbedaan yang dimiliki oleh kawasan wisata air Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong, Antara lain : a. Wisata Air Setu Babakan Wisata Air Setu Babakan memiliki panorama alam yang indah, sejuk, dan asri, dengan ditumbuhi banyak pepohonan yang menjulang tinggi dan rindang. Sehingga para wisatawan dapat berteduh dibawah pepohonan sambil melihat pemandangan setu serta aktivitas masyarakat PBB yang mencari ikan di setu dengan menggunakan jala dan getek. Setu Babakan pada awalnya memiliki luas ± 40 ha dan digunakan sebagai usaha keramba jaring apung oleh masyarakat sekitar PBB. Namun sejak dikeluarkannya Sk.Gub No.92 tahun 2000 keramba jaring apung mulai dilarang keberadaanya, dikarenakan terkesan kotor dan kumuh sehingga mengotori danau Setu Babakan, serta adanya perbedaan tujuan pengembangan dari pihak Dinas Perikanan dan Kelautan dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Edie (Kabid. Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta) Setu Babakan kini mengalami perluasan menjadi ± 50 ha yang bisa menjadikan Setu babakan sebagai Setu terluas di Jakarta yang mampu menampung air sekitar m 3 air, dan tanggung jawab perluasan dan pengerukan setu dibebankan kepada Dinas Pekerjaan Umum bekerja sama dengan Lembaga Pengelola berdasarkan kebijakan top down dari pemerintah daerah. Dengan adanya perluasan pada Setu Babakan, maka diharapkan wisatawan dapat melakukan banyak aktivitas baik wisata, olahraga, ataupun hanya untuk

93 melepas lelah dan menikmati panorama setu. Setu Babakan ini, paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, karena selain memiliki panorama alam yang indah, wisatawan juga dapat melakukan aktivitas rekreasi. Saat ini kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan wisatawan, antara lain sepeda bebek air, memancing, dan bahkan ada beberapa mahasiswa, masyarakat, ataupun Tentara Nasional Indonesia yang melakukan kegiatan olahraga di Setu Babakan atau di sekitar Setu Babakan, seperti kano, dayung, berenang, arung jeram, bulu tangkis, bersepeda, lari pagi, flying fox, dan lain-lain. Untuk rekreasi dengan menggunakan sepeda bebek air, wisatawan cukup membayar dengan tarif yang telah disesuaikan yaitu sebesar Rp 5.000,00/orang. Dengan menggunakan sepeda bebek air, wisatawan dapat mengelilingi kawasan wisata air Setu Babakan dan tentunya dengan batasbatas yang sudah ditentukan untuk menjaga keamanan dan keselamatan para wisatawan. Wisata bebek air ini ada sejak awal tahun 2007 atas bantuan hibah dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI, untuk sementara pengelolaan wisata bebek air dilakukan oleh koperasi Pasir Mukti pimpinan bang Elie di PBB, hal ini dikarenakan dalam pengelolaan wisata bebek air, pihak pengelolanya harus memiliki badan hukum, dan Lembaga Pengelola sebagai organisasi pengelola PBB belum memiliki badan hukum oleh karena itu dikelola kepada koperasi Pasir mukti. b. Wisata Air Setu Mangga Bolong Wisata Air Setu Mangga Bolong memiliki luas ± 17 ha, dan berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Edie (Kabid. Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta) dan Pak Syarifudin (Dinas Pekerjaan Umum) wisata Setu Mangga Bolong akan mengalami perluasan menjadi ± 20 ha. Kawasan Setu Mangga Bolong jarang ditumbuhi pepohonan sehingga menimbulkan suasana yang cukup panas. Selain itu belum adanya pengelolaan yang fokus terhadap pengembangan Setu Mangga Bolong menjadi kawasan ini terbengkalai dan terkesan kurang terawat. Hal ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menjadikan Setu Mangga

94 Bolong sebagai areal peternakan perikanan, keramba jaring apung, atau pun memancing. Kawasan Setu Mangga Bolong merupakan kawasan yang paling jarang dikunjungi oleh wisatawan, dikarenakan lokasinya yang cukup jauh dari zona wisata seni Budaya PBB yatiu sekitar ± 1 km, namun ada beberapa masyarakat sekitar PBB yang berekreasi kesana. Hal ini disebabkan, karena rumah mereka yang sangat berdekatan dengan lokasi Setu Mangga Bolong, sehingga masyarakat melakukan rekreasi wisata. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan, yaitu memancing yang merupakan suatu kegemaran atau hobi saja, dan olahraga lain seperti bulu tangkis, bersepeda, atau pun flying fox yang dilakukan oleh para mahasiswa MAPALA UI Wisata Agro Zona Wisata Agro yang memiliki luas ± 600 m 2, merupakan suatu bentuk kegiatan pariwisata, yang memanfaatkan usaha-usaha pertanian (agro) sebagai obyek wisata. Adapun tujuan disediakannya wisata agro ini, yaitu untuk memperkenalkan tanaman/buah-buahan yang bercirikan khas Betawi kepada para pengunjung wisata. Selain itu tujuan lain dari wisata agro ini adalah untuk rekreasi wisata, keperluan ilmu pengetahuan/penelitian, dan dapat memberikan peluang usaha dibidang pertanian pada masyarakat PBB. Biasanya zona wisata agro dikunjungi oleh mahasiswa dan pelajar yang ingin melakukan penelitian atau pengamatan, bahkan wisatawan asing dan nusantara pun ingin mengetahui tumbuhan yang dimiliki oleh kawasan PBB sebagai ciri khas Betawi. Zona wisata Agro di PBB sepenuhnya dikelola oleh Lembaga Pengelola PBB dan dibina melalui Dinas Periwisata dan Kebudayaan DKI. Daya tarik dan keunikan yang terdapat pada wisata agro di PBB yaitu bahwa lokasi wisata agro yang tidak hanya berada dilokasi zona wisata agro, tetapi juga berada dihalaman/pelataran rumah-rumah penduduk PBB dan disekeliling Setu Babakan yang ditumbuhi dengan berbagai macam tanaman obat dan buah-buahan yang bercirikan Khas Betawi. Dengan demikian, bila

95 musim buah datang, maka pengunjung wisata dapat mengunjungi rumahrumah penduduk untuk mencoba memetik buah dari pelataran rumah penduduk, ataupun wisatawan dapat juga memetiknya di areal zona wisata agro dan di sekeliling Setu Babakan. Pada awalnya tahun 2003 sebelum terbentuknya Lembaga Pengelola, perkembangan wisata agro ini dilakukan atas kerjasama Sudin Kebudayaan Jakarta Selatan Selaku pengelola sementara PBB yang bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI serta Pemerintah daerah Jakarta Selatan melalui program wajib tanam tanaman obat dan buah bercirikan khas Betawi kepada masyarakat PBB, dan untuk bibit tanamannya dibagikan secara gratis melalui kantor pengelola, oleh karena itu wisata agro juga terdapat di rumah-rumah penduduk. Adapun beberapa tanaman obat/ buah yang berada di PBB, sebagai berikut : 1) Belimbing Tanaman belimbing yang cukup banyak ditemui rumah-rumah masyarakat di PBB,yaitu belimbing besi, belimbing pasar minggu, dan belimbing Dewi. Dari ketiga belmbing tersebut, belimbing Dewi yang paling dicari-cari oleh pengunjung, karena belimbing ini burbuah 3-4 kali setahun, dan pengunjung pun dapat membelinya dalam jumlah banyak dengan membayar kepada pemilik rumah sesuai dengan kesepakatan, karena belum adanya harga baku yang ditetapkan pengelola ataupun pemilik rumah. Tanaman belimbing ini memiliki keistimewaan yaitu berbuah tidak mengenal musim, selain itu belimbing juga banyak mengandung vitamin C yang juga bermanfaat untuk menurunkan darah tinggi. Maka selain untuk menarik minat wisatawan belimbing juga menjadi tanaman yang dapat bermanfaat untuk masyarakat PBB baik untuk obat, bumbu dapur, melepas dahaga ataupun meningkatkan penghasilan masyarakat. 2) Rambutan Pada musim rambutan, hampir seluruh halaman rumah dan kebun masyarakat PBB dihiasi warna hijau, kuning, dan merahnya buah rambutan. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat PBB, musim rambutan biasanya terjadi antara bulan September hingga bulan Januari atau tergantung

96 dari suhu dan cuaca. Pohon rambutan yang banyak ditemui di PBB adalah rambutan Cilebak dan rambutan Rapiah atau yang biasa dikenal oleh masyarakat Betawi dengan sebutan rambutan Cipelat. Para pengunjung pun dapat juga membeli rambutan Cipelat dengan membayar seiklasnya kepada pemilik rumah sesuai dengan kemampuan pengunjung, karena belum ada harga baku yang ditetapkan oleh Lembaga Pengelola ataupun pemilik rumah. Biasanya pengunjung paling banyak ditemui mengunjungi wisata agro saat terjadinya musim rambutan, hal ini juga dikarenakan adanya Pekan Desember, dimana adanya Festival Sehari Setu Babakan yang dilaksanakan setiap tanggal 13 Desember untuk mengenang tanggal 13 Desember 1997, pertama kalinya Setu Babakan dikenal dan didukung oleh masyarakat sebagai Perkampungan Setu Babakan yang bercirikan kebudayaan Betawi. 3) Tanaman lainnya Bibit tanaman buah, tanaman obat, dan tanaman hias/bunga yang langka juga menjadi objek yang tidak kalah menariknya, seperti : Buah Boni, Jambu Bol, Dukuh Condet, Menteng, Mengkudu, Kweni, Sawo Duren, Durian Sitokong, Sirih Merah, Kumis Kucing, Jamblang, dan Durian Cipaku. Disamping wisata Budaya, wisata air, dan wisata agro, Lembaga Pengelola juga mengadakan beberapa kegiatan menarik untuk meningkatkan daya tarik wisata dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat PBB, diantaranya Pasar malam Betawi yang dilaksanakan setiap hari kamis malam Jum at mulai Pukul WIB di areal pintu gerbang Bang Pitung hingga wisata air Setu Babakan ± sepanjang 1 km. Pasar malam Betawi ini menjual berbagai jajanan, makanan, minuman, pakaian, pernak-pernik souvenir Betawi, dan juga barang-barang dagangan lainnya baik yang bercirikan Betawi atau pun hasil karya sendiri. Pedagang yang berdagang di Pasar malam Betawi ini ada yang berasal dari masyarakat PBB atau pun sekitar PBB.

97 5.8. Tenaga Kerja Tenaga kerja di PBB terdiri atas 10 orang Costumer service, 4 orang Satpam, 2 orang Staf administrasi, dan 12 orang anggota Komite Lembaga Pengelola PBB. Semua tenaga kerja di PBB adalah tenaga kerja kontrak atau honorer. Jam kerja yang diterapkan untuk karyawan Costumer service, Staf, dan Komite adalah tujuh jam dalam sehari dari pukul WIB. pada hari biasa (selasa-jum at) ditambah 1 jam istirahat dari pukul WIB dan dari pukul WIB pada akhir pekan(sabtu dan Minggu) dan hari libur. Sedangkan untuk satpam diterapkan 12 jam kerja tanpa hari libur, dan adanya system shift yang disesuaikan dengan jadwal pengelola dan adanya jumlah pengunjung wisata. Karyawan di PBB memiliki keunikan tersendiri, dimana hari liburnya adalah hari senin tidak seperti karyawan biasanya. Hal ini dikarenakan hari senin adalah hari dimana para karyawan/pekerja memulai kesibukannya sehingga sangat jarang pengunjung datang ke PBB. Sedangkan pada hari libur atau akhir pekan (Sabtu dan Minggu) karyawan di PBB masuk, karena pengunjung wisata sangat banyak yang datang ke PBB dan adanya pagelaran seni Budaya diakhir pekan. Sistem pemeriksaan kehadiran dilakukan setiap hari melalui absensi harian yang diisi pada saat masuk kerja. Sedangkan pengawasan terhadap karyawan dilakukan oleh anggota Komite sebagai pelaksana tugas harian yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kerja. Semua karyawan yang bekerja di PBB berasal dari orang Betawi asli atau keturunan Betawi, baik dari masyarakat PBB atau pun luar PBB sehingga dapat dikatakan masih memiliki hubungan kekerabatan/kekeluargaan walaupun hubungan /kekerabatan/kekeluargaan yang sudah cukup jauh. Tujuan Pemerintah dalam mengangkat seluruh tenaga kerja di PBB adalah orang betawi semua, agar dapat melestarikan Budaya Betawi dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Betawi itu sendiri. Hal ini berdasarkan pengalaman pengembangan Kampung Condet tahun 1970an yang dikelola oleh pemerintah dan akhirnya tidak mengalami kemajuan dan tidak dapat dikembangkan.

98 Para karyawan di PBB memiliki beberapa perbedaan dalam hal pengrekrutan, penggajian, latar belakang pendidikan, dan lokasi kependudukan. Para pekerja costumer service, satpam, dan staf pengelola biasanya berasal dari masyarakat PBB, sedangkan untuk Komite pengelola dapat berasal dari masyarakat PBB atau pun dari luar PBB. Sistem rekruitmen pekerja di PBB berbeda-beda caranya. Untuk satpam diseleksi oleh PT. Garda Indonesia, costumer service diseleksi oleh 3 dinas yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas pekerjaan umum, dan Dinas Pertamanan, sesuai dengan kebutuhan dan rekomendasi pengelola, sedangkan untuk staf diseleksi oleh para anggota komita Lembaga Pengelola sesuai dengan kebutuhan administarasi pelaksanaan kerja pengelola PBB. Pengrekrutan dan seleksi karyawan oleh lembaga pengelola dan dinas yang berdasarkan rekomendasi pengelola masih bersifat kekeluargaan dan sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk Komite Lembaga Pengelola PBB diseleksi melalui DPRD DKI Jakarta dan diputuskan melalui SK.Gub No. 754 tahun Latar belakang pendidikan yang ada pada karyawan PBB dimulai dari lulusan SLTA hingga lulusan pasca sarjana, dimana untuk costumer service dengan lulusan SLTA, untuk Satpam dengan lulusan SLTA dan D3, dan untuk Staf dengan lulusan D3 dan Sarjana. Sedangkan untuk para Komite Lembaga Pengelola dengan lulusan Sarjana dan Pasca Sarcana, dikarenakan para Komite Lembaga Pengelola haruslah memiliki kemampuan dalam manajemen dan kepemimpinan, tujuannya untuk dapat mengembangkan dan mengelola PBB dengan baik. Sistem penggajian karyawan di PBB pun berbeda-beda berdasarkan pengrekrutan dan penseleksiannya. Para costumer service digaji oleh masingmasing dinas yang merekrutnya seperti 4 orang costumer service yang bertugas mengurus taman di PBB digaji oleh Dinas Pertamanan DKI, 4 orang costumer servis yang bertugas untuk menjaga kebersihan/pengairan Setu Babakan digaji oleh Dinas Pekerjaan Umum DKI, dan 2 orang costumer service yang bekerja untuk mengurus kebersihan kantor pengelola digaji oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwsata DKI. Para Satpam digaji per bulannya oleh PT.Garda Indonesia, dan para staf pengelola digaji oleh pengelola melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI, sedangkan untuk para Komite Lembaga Pengelola digaji per

99 bulannya oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta. Gaji yang didapatkan oleh para karyawan sudah termasuk uang transportasi, makan, dan tunjangan kesehatan. Walaupun terdapat perbedaan dalam hal pengerekrutan, dan penggajian pada karyawan, tetapi pelaksanaan tugas seluruh karyawan sehari-hari di PBB dikoordinasikan dibawah wewenang para Komite Lembaga Pengelola sebagai badan yang bertanggungjawab untuk mengelola PBB. Dalam mengelola PBB, Lembaga Pengelola meminta bantuan dan bekerja sama dengan Satuan Gerakan Sosial (Satgas) PBB yang beranggotakan masyarakat PBB dalam hal menjaga keamanan dan kebersihan di wilayah PBB. Secara keseluruhan karyawan yang bekerja di PBB bisa dikatakan memiliki gaji dibawah UMR DKI Jakarta sehingga motivasi karyawan di PBB hanyalah untuk melestarikan Budaya Betawi agar tetap ada, dan berkelanjutan tidak seperti nasib kampung Condet. 5.9 Struktur Organisasi Saat diresmikannya PBB tanggal 20 Januari 2001, belum ada struktur organisasi yang jelas untuk mengelola PBB sehingga PBB dikelola melalui Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan dan dibantu oleh para masyarakat PBB yang sudah lama tinggal di kampung Setu Babakan. Dalam perkembangan perluasan PBB dari luas 165 ha (tahun 2000) menjadi luas 289 ha (tahun 2005), terdapat banyak tanah masyarakat Betawi asli yang terkena perluasan dan dipersengketakan untuk dibeli oleh pemerintah menjadi areal wisata PBB. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota DPRD komisi B, mengingat bahwa adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2000 Tentang Lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa Lingkungan hidup di luar pengadilan, maka penyelesaian tanah sengketa di PBB dilakukan pemerintah dengan cara merangkul para sesepuh Betawi dari berbagai organisasi Betawi diantaranya Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan Bamus Betawi untuk dapat menjelaskan tujuan dan maksud baik pemerintah terhadap kampung Setu Babakan yang akan dijadikan Kawasan Wisata PBB. Oleh karena itu para sesepuh Betawi ikut serta pula dalam pengelolaan di PBB, hingga pada tahun 2008 diputuskan secara resmi struktur Komite Lembaga Pengelola PBB yang

100 beranggotakan 13 orang yang berasal dari kalangan masyarakat Betawi di PBB dan para sesepuh Betawi yang merupakan orang-orang non Pemerintahan. Sesuai dengan SK.Gub No.754 tahun 2008 (pada Lampiran 4) dan tugas, fungsi, kegiatan, tujuan serta kedudukannya secara jelas ditetapkan pada Pergub. No.129 tahun Pengurus Lembaga Pengelola PBB, seperti dimaksudkan yaitu orang Betawi yang non pemerintahan, hal ini dikarenakan pembelajaran pemerintah dari pengalaman kampung condet yang gagal dikembangkan oleh pemerintah sebagai kampung Betawi, sehingga adanya harapan pemerintah agar masyarakat Betawi itu sendiri yang dapat mengembangkan dan melestarikan PBB sebagaimana mestinya. Adapun alasan lain berdasarkan wawancara dengan anggota DPRD komisi B yaitu agar pengembangan PBB nantinya tidak menjadi proyek-prroyek pemerintah semata dan menghindari adanya indikasi penyelewangan dana pemerintah. Keberadaan Lembaga Pengelola PBB ini sangat berperan dalam pengembangan kawasan PBB ke depannya, berikut adalah tujuan, struktur, dan tugas fungsi Lembaga Pengelola di PBB, antara lain : 1) Tujuan dibentuknya Lembaga Pengelola : a) Memelihara dan melindungi tata kehidupan dan nilai Budaya Betawi, b) Menciptakan dan menumbuhkembangkan seni Budaya Betawi c) Menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik, baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi. d) Mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik atau non fisik sehingga saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi. 2) Struktur Lembaga Pengelola, terdiri dari : a) Ketua b) Komite tata kehidupan dan Budaya c) Komite kesenian dan pemasaran d) Komite pengkajian, pelatihan dan pendidikan, dan e) Komite pengawasan dan pengendalian 3) Tugas Lembaga Pengelola, adalah melaksanaan pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi.

101 4) Fungsi Lembaga Pengelola, sebagai berikut : a) Penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi, b) Penyusunan rencana strategi/pembangunan jangka menengah Perkampungan Budaya Betawi, c) Penyusunan rencana kerja tahunan pengelola Perkampungan Budaya Betawi, d) Penyediaan, pemeliharaan, dan perawatan sarana dan perlengakapan kesenian, e) Penyelenggaraan kegiatan pelestarian dan pengembangan seni Budaya Betawi dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi, f) Pengajuan kerja sama pelestarian dan pengembangan seni Budaya Betawi dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat, g) Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian pembangunan dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi, dan h) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas fungsi, kegiatan, dan pemanfaatan anggaran. 5) Lembaga Pengelola PBB yang dipimpin oleh seorang ketua lembaga dan terdiri atas empat Komite memiliki tugas, sebagai berikut : Ketua Lembaga mempunyai tugas : a) Memimpin Pelaksanaan tugas, fungsi, dan kegiatan Lembaga Pengelola b) Melaksanakan koordinasi dengan masyarakat dan pihak swasta dalam rangka mengoptimalkan pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi c) Mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan, dan mengevalusi pelaksanaan tugas Komite-Komite, dan d) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas, fungsi, dan kegiatan Lembaga Pengelola. Komite Tata Kehidupan dan Budaya, mempunyai tugas : a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang tata kehidupan dan Budaya,

102 b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang tata kehidupan dan Budaya, c) Menyusun rencana kerja Komite Tata keidupan dan Budaya d) Melaksanakan pembinaan kehidupan keagamaan masyarakat dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi e) Melaksanakan sosialisasi, dan internalisasi tata kehidupan dan Budaya Betawi, f) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas. Komite Kesenian dan Pemasaran, mempunyai tugas : a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Kesenian dan Pemasaran, b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Kesenian dan Pemasaran, c) Menyusun rencana kerja Komite Kesenian dan Pemasaran d) Melaksanakan pergelaran, pameran, dan lomba Kesenian Betawi, e) Melaksanakan sosialisasi, publikasi, dan pemasaran Kesenian dan Pemasaran f) Melaksanakan penyadiaan, pemeliharaan, dan perawatan sarana dan perlengkapan kesenian, g) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas. Komite Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan, mempunyai tugas : a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan, b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan, c) Menyusun rencana kerja Komite Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan, d) Melaksanakan Pengkajian,dan Pendokumentasian Budaya Betawi, e) Melaksanakan pelatihan dan pendidikan seni Budaya Betawi, f) Memfasilitasi rencara kerja sama pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi, dan

103 g) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas. Komite Pengawasan dan Pengendalian, mempunyai tugas : a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengawasan dan Pengendalian, b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengawasan dan Pengendalian, c) Menyusun rencana kerja Komite Pengawasan dan Pengendalian, d) Melaksanakan pemantauan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan pembangunan dan pemanfaatan dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi baik yang dilakukan oleh Pemerntah Daerah maupun oleh instansi Pemerintah Pusat, masyarakat, dan swasta. e) Melaksanakan koordinasi dengan SKPD/UKPD yang bertanggung jawab dalam penegakan peraturan daerah dan/atau aparat penegakan hukum, dan f) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas. Untuk pengelolaan keuangan dan pelaksana tugas harian, Komite Lembaga Pengelola menugaskan kepada anggota Komite Indra Sutisna, S.Kom dan dibantu oleh 2 orang staf administrasinya yaitu Sarwanih, dan Irma, S.E. Hal ini dikarenakan para Komite Lembaga Pengelola memiliki pekerjaan lain, yaitu : 1. dr. H. Abdul Syukur, SKM sebagai mantan purnawirawan TNI kini sebagai dosen, dokter dan pengusaha 2. Drs. H. Rusdi Saleh * sebagai pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi, dan mantan pegawai TVRI 3. H. Irwan Syafiie sebagai pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi 4. Indra Sutisna, S.Kom sebagai mantan Dewan Kelurahan, kini sebagai pelaksana tugas harian di PBB 5. dr. H. Sibroh Malisi, MARS* sebagai pengurus Bamus Betawi, Ketua Satgas PBB, dan Dokter 6. Taufik Abdullah, S.Pd sebagai pengajar di Jakarta International School 7. Hj. Poppy Sri Suryani sebagai ketua Persatuan Wanita Betawi dan mantan Walikota Jakarta Pusat

104 8. Drs. H. Amarullah Asbah * sebagai pengurus di Bamus Betawi 9. Drs. H. Yoyo Muchtar sebagai Direktur PD. Pasar Jaya 10. Abdul Azis Kafia, S.si, M,Si sebagai Pengurus Bamus Betawi dan mantan anggota DPRD DKI Jakarta 11. Ir. H. Agus A. Asenie, Dipl-Ing* sebagai konsultan publik 12. Ir. H. Rudi Saputra, MT sebagai Direktur Kemahasiswaan Institut Sains Teknik Nasional 13. H. Abdul Khalid, BA sebagai Dosen Dikarenakan banyaknya Komite yang memiliki pekerjaan lain sehingga perhatian dan loyalitas Komite terhadap PBB kurang terlihat dengan baik. Semua Komite di Lembaga Pengelola diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban yang nantinya laporan pertanggungjawaban ini secara tertulis disampaikan kepada Gubernur melalui kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta. Lembaga Pengelola juga mendapatkan pembinaan dan motivator dari Sudin kebudayaan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta melalui bagian Pemberdayaan Masyarakat.

105 VI. IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan perusahaan. Pada umumnya lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. 6.1 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada di dalam perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang di miliki Perkampungan Budaya Betawi. Informasi dan data mengenai keadaan internal Perkampungan Budaya Betawi didapatkan melalui hasil wawancara dan penyebaran kuesioner kepada tujuh karyawan Lembaga Pengelola PBB diantaranya dua orang costumer service, dua orang satpam, dua orang staf administrasi, dan seorang Komite sebagai pelaksana tugas harian serta didukung dengan pengamatan dilapangan yaitu mewawancarai ± 30 wisatawan yang pernah 4 kali melakukan kunjungan ke PBB, dimana Metode yang digunakan adalah purposive sampling methode. Adapun faktor-faktor yang terkait dengan analisis lingkungan internal Perkampungan Budaya Betawi yaitu manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan operasi, sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan Manajemen Untuk menganalisis manajemen Perkampungan Budaya Betawi, maka perlu menganalsis Lembaga Pengelola PBB sebagai pengelola PBB. Terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji untuk analisis manajemen, antara lain aspek perencanaan, pengeorganisasian, pemotivasi kerja, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian. a) Perencanaan Perencanaan dalam sebuah perusahaan terdiri atas aktivitas menajerial terkait dengan persiapan untuk perusahaan di masa depan. Perencanaan dalam tugasnya mencakup penetapan tujuan, penggunaan strategi, penentuan sasaran

106 dan fungsi, dan pengembangan kebijakan. Saat ini pengembangan perencanaan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi sudah memiliki perencanaan tertulis untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang tercantum pada Pergub. No.151 tahun Hal ini terlihat juga dari adanya tujuan, sasaran, dan fungsi yang jelas dari Perkampungan Budaya Betawi yang dicantumkan dalam Perda No.03 tahun 2005 serta adanya pelaksana perencanaan pengembangan PBB yang dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola seperti dijelaskan pada Pergub.129 tahun Walaupun sudah adanya perencanaan yang jelas tetapi belum dapat dilaksanakan sepenuhnya secara maksimal oleh Lembaga Pengelola PBB, sebagai contoh belum adanya penertiban pedagang, belum adanya lahan parkir yang memadai, pembangunan jalan yang belum merata, dan sedikitnya karyawan Komite yang menetap di kantor Lembaga Pengelola. b) Pengorganisasian Struktur organisasi Lembaga Pengelola seperti terlihat pada Lampiran 4, yang menunjukan bahwa posisi manajemen puncak dipegang oleh ketua lembaga yang memiliki tangung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan tugas, fungsi, dan kegiatan Lembaga Pengelola. Lembaga Pengelola memiliki struktur organisssai yang jelas yang dicantumkan dalam Pergub no.129 tahun 2007 dan diputuskannya personil Komite Lembaga Pengelola dalam SK.Gub 754 tahun Walaupun perencanaan PBB dan pengorganisasian struktur organisasi Pengelola PBB sudah jelas tapi dalam pelaksanaannya masih kurang maksimal, karena pelaksana tugas harian di Lembaga Pengelola yang hanya dibebankan kepada 1 orang anggota Komite dan 2 orang staf dianggap terlalu sedikit sehingga terkesan terjadinya rangkap jabatan dan tidak terkoordinasi antar Komite dan kurangnya pelayanan terhadap wisatawan saat ramai pengeunjung. Hal ini juga dikarenakan dengan jadwal rapat antar Komite Lembaga Pengelola yang hanya 1 bulan sekali dan tidak pernah ditetapkan secara jelas waktunya kapan dan dimana.

107 c) Pemotivasi Kerja Pendekatan yang dilakukan oleh ketua Komite Lembaga Pengelola untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan di PBB didasarkan pada sifat dasar untuk melestarikan dan menumbuhkembangkan kebudayaan Betawi bersamasama selamanya. Sehingga para Komite pun ikut mengembangkan sikap saling memiliki Perkampungan Budaya Betawi kepada semua karyawan, sehingga rasa saling memiliki terhadap PBB pun dapat menjadi sikap untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan PBB. Sikap saling memiliki PBB tersebut menjadi motivasi yang tinggi bagi seluruh karyawan, walaupun dapat dikatakan gaji para karyawan di PBB di bawah Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta sehingga mereka bekerja atas dasar sosial karena ingin memajukan Kebudayaan Betawi. d) Pengelolaan Staf Pengelolaan/Penempatan Staf dalam perusahaan berpusat pada manajemen personalia atau sumber daya manusia. Termasuk di dalamnya yaitu gaji atau upah, tunjangan karyawan, rekrutmen, pemecatan, pelatihan, pengembangan manajemen, pengembangan karier, prosedur keluhan, kebijakan pendisiplinan, dan kehumasan. Secara umum, pengerekrutan karyawan untuk costumer service, staf, dan satpam di PBB hampir seluruhnya secara kekeluargaan, tidak melalui prosedur yang formal, terstruktur, dan profesional. Hal ini dikarenakan dalam prosesnya tidak ada tes tertulis atau pun wawancara dalam pengrekrutan kerja, hanya berdasarkan rekomendasi para angota Komite dan masyarakat PBB. Sedangkan dalam pengrekrutan personil Komite Lembaga Pengelola menggunakan prosedur yang formal, terstruktur, dan sistematis, karena melalui rapat pemilihan dengan DPRD, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah Jakarta Selatan serta unsur Badan Musyawarah Betawi. Tetapi berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan angota DPRD komisi B, Kasie. Pemberdayaan Masyarakat Suku Dinas Kebudayaan, dan Kabid Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI, dan anggota Komite, pemilihan personil Komite ini dapat dikatakan lebih banyak

108 unsur kharismatik dan politiknya bukan berdasarkan sisi profesionalisme manajemen atau pun kemampuannya kepemimpinannya, sehingga menyebabkan adanya kesenjangan sosial kerja antara Komite dengan karyawan dan juga dapat menyebabkan prosedur keluhan karyawan kepada ketua Komite menjadi terasa enggan dan sulit. Oleh karena itu prosedur keluhan karyawan dapat disampaikan melalui anggota Komite pelaksana tugas harian yaitu Indra Sutisna, S.Kom untuk nantinya disampaikan dalam rapat Komite yang berlangsung 1 bulan sekali. Dalam hubungan kerja antara Komite dengan karyawan dapat dikatakan kurang terjalin dengan baik begitu juga Komite dengan masyarakat PBB sehingga masyarakat PBB kurang mengetahui para personil dan struktur organisasi Lembaga Pengelola PBB. Hal ini mengakibatkan lebih banyak masyarakat PBB yang mengenal Indra Sutisna, S.Kom sebagai ketua Lembaga Pengelola dan dr. Sibroh Malisi, MARS sebagai wakilnya atau pun sebaliknya, ini adalah bukti bahwa kurang memasyarakatnya para Komite Lembaga Pengelola dikarenakan kesibukan para komite pengelola memiliki pekerjaan lain. Untuk gaji, tunjangan serta kontrak kerja bagi costumer service dan staf belum ada secara pasti dan jelas dikarenakan masih bersifat kekeluargaan dan sesuai kebutuhan pengelola, sedangkan untuk satpam dan Komite sudah ditentukan secara jelas, tetapi para anggota Komite merasa tenggang rasa dan bertanggung jawab serta ingin merasakan hal yang sama kepada karyawan lain dengan cara mendapatkan gaji yang disama rata kan kepada semua karyawan. Para karyawan di PBB dirasa sulit untuk mendapatkan peluang karier dan pengembangan manajemen karena sifat pengelolaan secara umum masih kekeluargaan dan sesuai kebutuhan pengelola, selain itu untuk personil Komite ditentukan secara sistematik melalui prosedur yang tertulis di Pergub No.129 tahun 2007 sehingga dirasa sulit untuk para karyawan dapat mencapai posisi top manajemen atau middle manajemen di Komite Lembaga Pengelola. Untuk pelatihan dan pendidikan karyawan dan Komite belum ada standar baku dan bersifat insidental tergantung kebutuhan dan dana yang tersedia di Lembaga Pengelola.

109 e) Pengendalian Pengendalian pada perusahaan umumnya mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan hasilnya sejalan dengan yang direncanakan. Pada Perkampungan Budaya Betawi pengendalian tertulis ada pada Perda No.3 tahun 2005 dan Pergub No.151 tahun 2007 antara lain tentang : Pembangunan rumah dan pedagang di lingkungan PBB harus bercirikan Budaya Betawi. Sedangkan untuk pengendalian kerja karyawan dan komite belum ada SOP tertulis dan masih bersifat kekeluargaan ataupun insidental seperti jam masuk kerja, masuk tidaknya karyawan dan rapat kerja karyawan. Untuk pengendalian kinerja komite dilakukan setiap 6 bulan sekali oleh pemerintah daerah dalam rapat pertanggungjawaban Lembaga Pengelola PBB yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI dan dilaporkan kepada Gubernur DKI Jakarta Pemasaran Pemasaran merupakan proses pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan, serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran pokok : a) analisis konsumen, b) penjualan produk atau jasa, c) perencanaan produk dan jasa, d) penetapan harga, e) distribusi, f) riset pemasaran, g) analisis peluang. Berikut merupakan penjelasan mengenai fungsi pemasaran di Perkampungan Budaya Betawi. a. Analisis Konsumen Konsumen didalam penelitian ini yaitu pengunjung wisatawan di PBB. Berdasarkan data dan hasil wawancara dengan pengunjung wisata di PBB, kebanyakan wisatawan yang datang ke PBB yaitu lebih banyak wisatawan nusantara dibandingkan dengan wisatawan mancanegara, dan untuk wisatawan nusantara lebih banyak berasal dari Jabodetabek. Selama ini PBB belum menetapkan biaya/tarif masuk per pengunjung per orang, karena sesuai dengan target pasarnya yaitu wisatawan kalangan menengah kebawah. Keinginan dan harapan wisatawan yang paling banyak yaitu fasilitas rekreasi dan jenis wisatanya lebih ditingkatkan lagi khususnya wisata petualangan (adventure),

110 selanjutnya penataan pedagang dan zona wisata yang lebih rapi dan tertata dengan baik. Adapun keinginan lain dari pengunjung wisatawan dan masyarakat setempat yaitu terjaganya kebersihan, adanya tempat sampah dan WC yang cukup terjangkau, adanya ciri khas wisata agro (seperti salak condet). Tujuan wisatawan ke PBB lebih banyak adalah sebagai objek rekreasi wisata dan lepas dari rutinitas keseharian, objek rekreasi yang dimaksud adanya pergelaran rutin Sabtu-Minggu dan adanya objek wisata Bebek Air. b. Penjualan Produk atau Jasa Penjualan produk/jasa meliputi banyak aktivitas pemasaran seperti iklan, promosi, publisitas, hubungan dengan konsumen, dan hubungan dengan diler. Penjualan Produk/Jasa di PBB yang dimaksud adalah Produk Wisata yang ditawarkan yang berada di PBB yaitu adanya wisata Budaya, Wisata Agro, dan Wisata Air, serta didukung dengan adanya hutan kota. Iklan yang dilakukan dalam pemasaran PBB belum ada secara komersil, namun sudah banyak artikel, tulisan jurnalistik, dan berbagai liputan media televisi dan radio yang memuat tentang PBB seperti majalah Bisnis Indonesia, TVRI, TV7, Trans TV, dan lain-lain. Promosi yang telah dilakukan PBB untuk meningkatkan wisatawan yaitu dengan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan DKI yaitu dengan cara melakukan wajib kunjung sekolah-sekolah (SD,SMP,SMA) ke PBB. Alat promosi saat ini untuk mempromosikan PBB antara lain adanya papan penunjuk jalan Setu Babakan sebagai tanda arah menuju PBB Setu Babakan, adanya Gerbang Bang Pitung sebagai pintu masuk PBB, dan pamflet PBB untuk para pengunjung. Semua media promosi yang ada adalah atas kerjasama PBB dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pekerjaan Umum, serta Sudin Kebudayaan Jakarta Selatan, untuk saat ini belum ada media promosi online dari Pengelola PBB seperti website, dan , dikarenakan kurangnya pengetahuan staf dan pelaksana tugas harian serta kurangnya koordinasi dan tenaga teknis terkait kebijakan promosi tersebut. c. Perencanaan Produk dan Jasa

111 Perencanaan produk/jasa di PBB yang sedang disusun oleh para komite Lembaga Pengelola dengan adanya Master Plan pembangunan pengembangan PBB yaitu akan diperluasnya Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong masingmasing menjadi 50 ha dan 20 ha, selanjutnya akan dibuat suatu pulau wisata Agro khusus pertanian bercirikan tanaman dan buah-buahan Betawi, akan dibuatnya Wisata Arung Jeram yang akan menyusuri Kampung Babakan dari Setu Babakan hingga jalan Desa Putra, akan dibuatnya Wisata flying fox yang akan melalui Setu Babakan dimulai dari zona wisata seni Budaya (jalur barat Setu Babakan) hingga jalur timur Setu Babakan, dan akan dibuatnya lahan parkir bermotor dan mobil yang berdampingan dengan wisata Agro. Rencananya pembangunan Master Plan ini berlangsung antara , dimulai dari pekan Desember 2010 di PBB yang akan dikoordinasikan dengan pihak Pemerintah, maupun pihak swasta, serta masyarakat terkait sehingga nantinya PBB menjadi lebih profesional dan meningkatkan kesejateraan sosial masyarakat Betawi pada khususnya dan masyarakat jakarta pada umumnya. d. Penetapan Harga Penetapan harga di PBB untuk tiket masuk per orang belum ada sehingga dapat dikatakan PBB merupakan tempat wisata gratis bagi setiap orang dan memiliki daya tarik dan keunggulan sendiri. Tetapi Penetapan harga di PBB dilakukan pada harga tiket masuk parkir kendaraan, harga wisata Bebek Air dan harga sewa untuk wisma, galeri, dan rumah adat. Dalam hal pencatatan pengunjung wisatawan pihak lembaga pengelola melakukannya dengan cara mencatat jumlah wisatawan dibelakang bukti tiket masuk kendaraan, yang nantinya setiap minggu akan diakumulasikan dan digunakan sebagai data jumlah pengunjung wisatawan PBB. Menurut Umar (1999), Penetapan harga dapat menghasilkan penerimaan bagi perusahaan dan menunjukan posisi perusahaan dalam persaingan. Penetapan harga yang dlakukan oleh sebuah perusahaan, pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan pendekatan, yaitu (1) Berdasarkan biaya, yaitu dengan memberikan atau meambahkan suatu mark up baku untuk labanya, (2)analisis pulang pokok, yaitu penggunaan konsep dengan pulang-

112 pokok yang menunjukan total biaya dan jumlah pendapatan yang diharapkan pada beberapa tingkat volume pulang-pokok, (3) berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei untuk harga barang yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung kepada konsumen, dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga dilakukan setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan komite Lembaga Pengelola untuk penetapan harga tiket masuk kendaraan pada awalnya hanya Rp ,00/kendaraan berdasarkan analisis pulang-pokok, yang didasari atas adanya kebutuhan dana untuk menutupi kekurangan dana mengadakan pergelaran seni Budaya di PBB pada akhir tahun Dalam perkembangannya ada kenaikan penetapan harga pada tiket masuk kendaraan menjadi Rp /motor dan Rp /mobil pada tahun 2009 dikarenakan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan anggota lembaga pengelola. Harga tiket masuk kendaraan pengunjung wisata di PBB hanya diberlakukan pada hari Sabtu-Minggu dan hari Libur sedangkan untuk hari Senin-Jum at tidak diberlakukan tiket masuk kendaraan atau gratis biaya masuk., hal ini dikarenakan pada hari Sabtu-Minggu dan hari libur jumlah pengunjung cukup banyak.penetapan harga ini didasari atas kekurangan dana dari pengelola untuk mengadakan pergelaran seni Budaya, dan untuk penetapan harga pastinya digunakan hasil penelitian dari berbagai mahasiswa yang melakukan penelitian di PBB dengan mengacu pada persepsi kesediaan pengunjung untuk membayar tiket masuk kendaraan di PBB. Selain itu untuk penetapan harga wisma, galeri, dan rumah adat berdasarkan analisis pulangpukok juga, hal ini karena didasarkan untuk menutupi kekurangan dana untuk biaya operasional PBB diantaranya gaji karyawan, insentif karyawan, dan pergelaran seni Budaya serta untuk mengadakan berbagai kegiatan di PBB. Pada penetapan harga wisata Bebek Air dilakukan oleh Koperasi Pasir Mukti pimpinan bang Elie berdasarkan persaingan yaitu bang Elie melakukan survei pasar harga wisata Bebek Air pada wisata Ceria di Kukusan, Depok, Jawa Barat, yang lokasinya berdekatan dengan PBB yaitu seharga Rp.

113 10.000,00/orang, sehingga ditetapkan bahwa harga wisata Bebek Air harus dibawah pesaing dekatnya. Pada awalnya tahun 2007 penetapan harga wisata Bebek Air adalah Rp ,00 / orang, namun karena sedikit pengunjung, maka tahun 2009 adanya perubahan penetapan harga yang dilakukan berdasarkan persepsi pengunjung melalui penelitian para mahasiswa di PBB yaitu seharga Rp ,00 / orang, Sehingga pengunjung wisata Bebek Air dapat meningkat secara perlahan. Berikut adalah gambaran umum mengenai penetapan harga dalam aktivitas wisata di PBB (Tabel 18). Tabel 18. Penetapan Harga dalam Aktivitas Wisata di PBB Unit/Jenis Penetapan Harga Tiket Masuk Kendaraan Sewa Wisma, dan Galeri Sewa Rumah Adat Tiket Wisata Bebek Air Penetapan Harga/ Tahun Rp /kendaraan Tetap Rp /motor Rp /mobil Rp /hari libur dan Tetap Tetap Sabtu-Minggu Rp /hari biasa (Senin-Jum at) Rp /hari libur dan Tetap Tetap Sabtu-Minggu Rp /hari biasa (Senin-Jum at) Belum ada Rp. Rp ,00/orang 5.000/orang Sumber : Data Primer (diolah) Berdasarkan wawancara dan penyebaran kuesioner terhadap pengunjung penentuan harga tiket masuk termasuk murah, sedangkan wisata Bebek Air dan penyewaan tempat termasuk harga yang sesuai. e. Distribusi Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menyalurkan, mengirim, serta menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen. Menurut Umar (1999), biasanya hampir sebagian besar perusahaan atau seorang produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun suatu

114 saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsemen. Dalam penelitian ini produk/jasa yang dimaksud adalah produk wisata yang ditawarkan di PBB yaitu wisata Agro, Air, dan Budaya sedangkan distribusinya melalui travel agent, event organizer, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI. Tetapi selama ini Lembaga Pengelola belum mengadakan kerjasama dengan para travel agent dan event organizer karena masih kurangnya tenaga teknis harian pengelola dan belum adanya analisis pemasaran untuk menyediakan paket tour atau wisata kepada travel agent dan event organizer. Selama ini pengelola hanya bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam memasarkan produk wisata di PBB melalui website DISPARBUD DKI. f. Riset Pemasaran Menurut Fred R. David (2009), Riset pemasaran adalah pengumpulan, pencatatan, dan penganalisisan data yang sistematis mengenai berbagai persoalan terkait dengan pemasaran produk/jasa. Riset pemasaran di Lembaga Pengelola PBB dalam perkembangannya berada dibawah koordinasi Komite Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan dan Komite Kesenian dan Pemasaran. Riset pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pengelola sendiri selama ini belum ada yang secara tertulis hanya berdasarkan pengamatan semata dan bersifat subjektif serta insidental sehingga hasilnya pun belum maksimal. g. Analisis Peluang Analisis peluang dalam pengembangan PBB berada dibawah komite Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan terkait dengan tugasnya di Lembaga Pengelola. Namun hingga sekarang ini belum adanya analisis peluang yang dilakukan secara tertulis melalui analisis biaya manfaat, dan risiko yang diperoleh PBB dalam pengembangannya terkait keputusan pembangunan dan pemasaran di PBB.

115 6.1.3 Keuangan/Akuntansi Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal ini tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alatalat produksi yang dimiliki. Dalam mendirikan Perkampungan Budaya Betawi pada awalnya modal berasal dari masyarakat berupa, lahan, bangunan, dan alatalat kesenian, selanjutnya permodalan didukung dari pihak pemerintah hingga sekarang ini. Pihak pemerintah provinsi DKI melakukan dukungannya secara penuh melalui adanya penganggaran khusus dari APBD untuk operasional di PBB melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI. Tetapi dalam pengelolaan keuangan secara profesional diserahkan kepada pihak Disparbud DKI, hal ini dikarenakan lembaga Pengelola adalah lembaga independent dan bukan lembaga pemerintah. Sebagian besar sumber permodalan, pengembangan, dan biaya operasional PBB dari tahun 2001 hingga sekarang ini dapat dikatakan sangat tergantung dengan APBD Provinsi DKI Jakarta. Pihak Lembaga Pengelola hingga saat ini juga belum bisa untuk melakukan peminjaman kepada lembaga keuangan atau pun pihak swasta lainnya untuk meningkatkan modalnya dalam upaya pengembangan PBB dan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat di PBB dikarenakan lembaga pengelola belum memiliki badan hukum organisasi yang jelas secara notaris dan kurangnya tata kelola keuangan secara profesional. Berdasarkan wawancara dan data primer yang diperoleh pendapatan paling besar bagi lembaga pengelola yaitu tiket masuk parkir dan sewa tempat baik rumah adat, galeri, dan wisma. Sementara untuk pengelolaan pendapatan wisata Bebek Air dikelola oleh koperasi Pasir Mukti, karena pihak pengelola belum memiliki badan hukum untuk berwenang mengelola wisata Bebek Air tersebut. Pendapatan dan Pengelolaan wisata Bebek Air ini menjadi permasalahan keuangan dan hukum bagi Lembaga Pengelola, dimana koperasi Pasir Mukti tidak pernah memberikan laporan dan hasil pendapatannya kepada Lembaga Pengelola serta tidak pernah adanya koordinasi dari pihak koperasi kepada pihak Pengelola atau pun sebaliknya.

116 Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Imron S, S.pd, MM (Kasie Pemberdayaan Masyarakat Sudin Kebudayaan yang juga mantan pengelola PBB ) bahwasanya beliau ini menyaksikan langsung penyerahan hibah wisata Bebek Air dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kepada Pengelola melalui kopersi Pasir Mukti sebagai pengelola sementara, seharusnya koperasi tersebut melaporkan keuanganya kepada Pengelola dan berkoordinasi dalam pengelolaannya karena diatur dalam Perda No.3 tahun 2005, begitu pun yang dikatakan Bang Indra S, S.Kom (anggota komite Lembaga Pengelola). Adapun laporan keuangan dana operasional pada Perkampungan Budaya Betawi, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara serta literatur yang didapatkan. Dapat diketahui bahwa adanya peningkatan biaya operasional yang didanai oleh APBD DKI Jakarta kepada lembaga pengelola Kawasan Wisata PBB seiring dengan adanya peningkatan jumlah APBD DKI Jakarta Selain itu dapat diketahui pula honororium karyawan di PBB ± 1 juta rupiah, sehingga kurang tingkat kesejahteraan bagi para karyawan di PBB Produksi/operasi Suatu komoditas jasa, pariwisata juga dapat dipahami menggunakan pendekatan produk. Artinya, pariwisata merupakan suatu komoditas yang sengaja diciptakan untuk merespon kebutuhan masyarakat (McIntosh, Goeldner, dan Ritchie,1995). Produksi yang ada pada PBB yaitu kegiatan terkaitan melakukan pelayaan dan pergelaran wisata baik wisata agro, air dan Budaya kepada wisatawan untuk merespon kebutuhan mereka. Dalam perkembangan saat ini PBB menjadi tempat satu-satunya di Jakarta yang mengintegrasikan wisata Budaya dengan wisata air, dan wisata agro dengan konsep interaksi kampung wisata Betawi, sehingga PBB menjadi pionir dan juga memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan tempat konsep wisata lain di Jakarta. Selain itu PBB juga memiliki letak yang strategi, dengan jarak dan waktu tempuh yang tidak terlalu lama dari bandara Internasional Soekarno-Hatta yaitu sekitar ± 60 menit. Adapun beberapa produk wisata yang ditawarkan PBB sebagai berikut :

117 a) Wisata Agro Konsep wisata agro di PBB memiliki tiga lokasi yaitu di zona wisata agro, pemukiman penduduk dan di sekeliling bantaran Setu Babakan. Koleksi tanaman wisata agro PBB didominasi oleh tanaman buah yang bercirikan khas Betawi, walaupun ada beberapa tanaman hotikultur lainnya. Konsep wisata agro di PBB memberikan keistimewaan tersendiri dan tidak seperti konsep wisata agro pada umumnya, dimana pengunjung dapat dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat Betawi di PBB untuk menikmati tanaman buah yang masak di halaman-halaman dan pelataran rumah mereka, dan pengunjung pun dapat membelinya dalam jumlah banyak dengan harga kesepakatan pada pemilik rumah. Pengunjung wisata juga dapat menikmati masaknya tanaman buah di zona wisata agro dan sekeliling bantaran Setu Babakan secara gratis, tapi harus menunggu hingga tiba musim buahnya dan berburu waktu dengan pengunjung wisata yang lain untuk mendapatkannya. b) Wisata Air/ Tirta Wisata air/tirta di PBB didukung dengan adanya dua buah setu yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Biasanya pengunjung menggunakan dan memanfaatkan setu babakan untuk berolahraga air seperti dayung, kano, perahu naga, memancing, dan lain-lain. Selain itu pengunjung juga dapat menikmati keindahan panorama alam Setu Babakan secara langsung dengan menggunakan wisata Bebek Air cukup membayar Rp /orang, dan jam operasi wisata bebek air ini setiap hari dari jam WIB. Pengunjung juga dapat menyaksikan masyarakat PBB yang memanfaatkan Setu Babakan untuk mencari ikan dengan menjalanya. Untuk Setu Mangga Bolong belum dikelola dengan baik oleh lembaga pengelola sehingga terkesan terbengkalai dan tidak terawat, hal ini dimanfaatkan oleh masyarakat pendatang untuk menjadikan setu mangga bolong sebagai budidaya perikanan. Hal ini pun terjadi ada Setu Babakan, dimana luas seluruhnya Setu Babakan adalah 50 ha dan yang termanfaatkan baru ± 40 ha sehingga ± 10 ha terbengkalai dan dimanfaatkan warga pendatang dan sekitar PBB tanpa izin pengelola dan

118 Pemda DKI sebagai usaha pemancingan, budidaya perikanan, atau tempat tinggal sementara berupa gubuk-gubuk. c) Wisata Seni Budaya Pergelaran yang ditawarkan dalam wisata seni Budaya Betawi yaitu pergelaran seni tari, seni musik, dan teater/drama. Pergelaran seni Budaya di PBB biasanya dilaksanakan rutin pada hari Sabtu-Minggu dari jam WIB. Untuk mengadakan pergelaran ini Lembaga Pengelola bekerja sama dengan Suku Dinas Kebudayaan dan berbagai lembaga/organisasi kebudayaan Betawi serta berbagai sanggar seni Betawi. Setiap sanggar seni yang ingin tampil di PBB haruslah mendapatkan surat izin dari Lembaga Kebudayaan Betawi dan rekomendasi dari Suku Dinas daerah asal sanggar tersebut, hal ini untuk menjaga kualitas seni buadaya Betawi yang akan tampil di PBB. Dalam Pergelaran seni Budaya Betawi ini para pengunjung juga dapat ikut berinteraksi dalam pelatihan seni Budaya Betawi bersama pengunjung yang dilaksanakan pada hari minggu jam WIB. Seluruh produk wisata di PBB secara umum memiliki jam operasi waktu kunjung setiap hari dari jam WIB. Kebutuhan wisatawan tidak hanya terbatas pada produk wisata yang ada, tetapi sarana pelengkap unsurunsur pariwisata. Sarana pelengkap unsur-unsur pariwisata yang terdapat di PBB yaitu adanya Alat transportasi Delman dan Andong, sifat ramah-tamah para masyarakat Betawi terhadap pengunjung, tersedianya tempat peribadatan, jalan dan tempat parkir. Namun untuk jalan dan tempat parkir di PBB masih dalam pengembangan dan belum merata pembangunannya, sehingga adanya jalan di zona wisata air PBB yang masih tanah, dan terlihat kotor dan becek saat terjadinya musim hujan. Sedangkan untuk lahan parkir, PBB belum memiliki lahan parkir yang cukup luas untuk bis-bis pariwisata yang berkunjung ke PBB, sehingga untuk saat ini lahan parkir bis menggunakan lapangan bola dan jalan masuk PBB. Hal ini mengakibatkan terjadinya kepadatan dan kemacetan kendaraan di depan pintu masuk PBB.

119 6.1.5 Penelitian dan Pengembangan Menurut Fred R. David (2009) Perusahaan yang ingin berkembang dalam industrinya harus menjaga semangat kemitraan dan sikap saling percaya antara manager umum dengan manager litbang. Manajemen fungsi litbang yang efektif membutuhkan kemitraan yang strategis dan operasional antara fungsi litbang dengan fungsi-fungsi bisnis penting lainnya. Penelitian dan Pengembangan untuk Perkampungan Budaya Betawi berada dibawah Komite Pengkajian, Pelatihan, dan Pendidikan di Lembaga Pengelola. Hingga saat ini penelitian dan pengembangan PBB belum berjalan sebagaimana mestinya dan masih bersifat insidental dan sesuai kebutuhan, dikarenakan hanya diadakannya rapat komite satu bulan sekali dan bersifat insidental serta hanya berlangsung 2 jam. Selain itu juga didukung kurangnya tenaga kerja teknis dimana pelaksana tugas harian hanya 1 orang anggota komite dengan 2 orang staf sehingga yang benar-benar memahami masalah sehari-hari di PBB hanya pelaksana tugas harian Sistem Informasi Manajemen Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis dan menyediakan landasan bagi semua keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen di Lembaga Pengelola masih bersifat sederhana dan belum berupa model analisis atau basis data. Hal ini dikarenakan belum adanya (software) peranti lunak yang digunakan komite Lembaga Pengelola dalam melakukan analisis/kajian dalam upaya pengembangan PBB. Selain itu sistem informasi manajemen Lembaga Pengelola juga memiliki keterbatasan dikarenakan hanya tersedia 2 komputer dan belum memiliki akses internet. 6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-

120 faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi Perkampungan Budaya Betawi Lingkungan Jauh Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan jauh yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan faktor kompetitif. Berikut ni merupakan penjelasan mengenai lingkungan jauh Perkampungan Budaya Betawi, yaitu : 1) Politik, Pemerintah, dan Hukum a) Politik dan Hukum Stabilitas politik dan hukum merupakan aspek penting yang mempengaruhi dalam dunia pariwisata. Keadaan politik dan keamanan yang tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap destinasi pariwisata, kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Berikut ini merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan Perkampungan Budaya Betawi : i. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota jakarta No.1873 tahun 1987 tentang Penguasaan Perencanaan/Peruntukan Bidang tanah Untuk Pembangunan Kawasan Situ Babakan Wilayah Jakarta Selatan ii. Peraturan Menteri dalam negeri No.3 tahun 1997 tentang Pemberdayaan dan Pelestarian serta Pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat dan Lembaga Adat di Daerah. iii. Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta no. 9 tahun 1999 tentang Pelestaraian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya. iv. Surat Keputusan Gubernur no. 92 tahun 2000 dan Peraturan daerah DKI Jakarta No. 3 tahun 2005 tentang Penataan dan Penetapan Perkampungan Budaya Betawi. Dalam peraturan ini Pemerintah Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta menetapkan tujuan, sasaran, dan fungsi dari Perkampungan

121 Budaya Betawi, selain itu didalam peraturan ini juga membahas tentang pengelolaan, pembangunan, dan pengembangan Perkampungan Budaya Betawi kedepannya. Sejak diterbitkannya kedua peraturan ini maka pengukuhan keberadaan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan menjadi Jelas dan didukung sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Dalam perkembangan nya dari peraturan Sk,Gub no.92 tahun 200 ke Perda no.3 tahun 2005 adanya penambahan luas Perkampungan Budaya Betawi dari 165 ha menjadi 289 ha. v. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 21 dan pasal 22. Peraturan ini mengenai Otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang lebih luas bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi daerahnya masing-masing. Peraturan ini membuka peluang besar kepada pemerintah DKI Jakarta untuk meningkatkan pengembangan pariwisatanya khususnya wisata Budaya. vi. Peraturan Gubernur No. 151 tahun 2007 tentang Pembangunan Perkamoungan Budaya Betawi di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Administrasi Jakarta Selatan. Berdasarkan peraturan ini pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dilaksanakan dengan prinsip : efisien, efektitifitas, transparansi, akuntabilitas, pelestarian dan pengembangan, dan keseimbangan. Kebijakan pembangunan PBB dalam peraturan ini membahas tentang adanya zona-zona tertentu diantaranya ; zona permukiman, zona seni Budaya, zona wisata agro, zona wisata wisata air, dan zona wisata industri. Dengan adanya berbagai zona di PBB diharapkan dapat membuat daya tarik pariwisata dan mengintegrasikan berbagai potensi alam yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat PBB. Semua pihak diberikan kesempatan yang sama dalam pengembangan dan pembangunan PBB yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat, dengan tetap menyesuaikan dengan tujuan pendirian PBB. Anggaran pembangunan

122 vii. viii. PBB dapat berasal dari APBD, swasta, dan masyarakt untuk memenuhi target pengembangan pembangunan jangka panjang, menengah, dan pendek. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 tahun 2007, Tentang Pedoman fasilitasi organisasi kemasyarakatan bidang Kebudayaan, Keraton, dan lembaga adat dalam pelestarian dan pengembangan Budaya daerah. Dalam peraturan ini Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap satuan kerja perangkat daerah provinsi dalam pemberian fasilitas terhadap ormas kebudayaan, keraton dan lembaga adat dalam pelestarian dan pengembangan Budaya daerah di daerah provinsi. Ormas kebudayaan, keraton dan lembaga adat yang melaksanakan kegiatan pelestarian dan pengembangan Budaya daerah dengan dukungan dana dari anggaran pendapatan dan belanja daerah melaporkan hasil pelaksanaan kegiatannya kepada kepala daerah untuk bahan evaluasi. Ormas kebudayaan, keraton dan lembaga adat yang telah terdaftar pada pemerintah daerah dapat menjadi mitra kerja pemerintah daerah dalam pelaksanaan program pelestarian dan pengembangan Budaya daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007, Tentang Pedoman Pelestarian Dan Pengembangan Adat Istiadat Dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat. Dalam kebijakan ini pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial Budaya masyarakat yang dimaksudkan, untuk memperkokoh jati diri individu dan masyarakat dalam mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk pelaksanaan pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial Budaya masyarakat, dapat dibentuk Satuan Tugas (Satgas) di Kecamatan dan Desa/Kelurahan yang berasal dari masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat dilaksanakan secara koordinatif dan terpadu dengan program pemberdayaan masyarakat yang ada di tingkat provinsi/kota dengan prinsip transparansi, partisipatif, dan akuntabilitas serta mencerminkan nilai-nilai Budaya lokal yang ada dan berkembang di masyarakat.

123 ix. Peraturan Gubernur Nomor 129 Tahun 2007, Tentang Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi. Dalam penindaklanjutan peraturan-peraturan yang ada di atas (dg), maka dibuat Pergub. No. 129 tahun 2007, yang berfungsi sebagai landasan hukum pengangkatan personil Komite Lembaga Pengelola, beserta dengan penjelasan tugas, fungsi, kedudukan, tujuan dan pertanggungjawaban. x. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata No. 42 tahun 2009 dan No. 40 tahun 2009 Tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan. Kebijakan pemerintah untuk melestarikan kebudayaan daerah bertujuan agar setiap daerah menjaga jatidirinya masing-masing dan menumbuhkan kebanggaan nasional. Pemerintah daerah melaksanakan pelestarian kebudayaan di daerah melalui perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan karya Budaya untuk kepentingan pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan itu sendiri. Dalam pelaksanaannya Pemerintah Daerah harus menumbuhkembangkan partisipasi dan kreativitas masyarakat berasaskan kegotongroyongan, kemandirian, dan keadilan. Dengan berlandaskan beberapa undang-undang di atas maka pemerintah Daerah dan Pusat mengadakan program PNPM pariwisata yang bertujuan untuk mengembangkan industri pariwisata yang berlandaskan keaslian kebudayaan daerak tersebut. Program PNPM Pariwisata ini diberikan kepada kampung/desa wisata yang memiliki potensi daerah untuk mengembangkan kebudayaan dan keasrian daerah tersebut. Pemerintah dalam program ini memberikan dana hibah sebesar 60 juta hingga 100 juta rupiah untuk mengembangkan industri budaya dan industri pariwisata yang dapat menggambarkan keaslian kebudayaan daerah tersebut. Pada tahun 2010 ini Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan meningkatkat target program PNPM pariwisata ini menjadi pengembangan

124 200 desa wisata bercirikan kebudayaan daerah dengan dana total 20 milyar Rupiah, dan berdasarkan data yang didapatkan dari Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, nantinya dana PNPM pariwisata ini pada akan meningkat hingga memenuhi target ± 1000 desa/kampung wisata yang bercirikan keaslian dan keasrian daerahnya masing-masing. Adapun perkembangan dana PNPM pariwisata dapat dillihat pada Tabel 19. Tabel 19. Alokasi Pendanaan Program PNPM Pariwisata Tahun Alokasi Pendanaan (Milyar Rupiah) , , , ,5 Sumber : Pusat Informasi dan Humas Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan (2010) Dalam penentuan desa/kampung wisata yang masuk kedalam program PNPM Pariwisata haruslah mengajukan proposal industri budaya ataupun industri pariwisata yang akan dikembangkan dalam desa/kampung wisata tersebut. Perkampungan Budaya Betawi dalam kategorinya termasuk kedalam desa/kampung wisata yang melestarikan keaslian dan keasrian budaya daerahnya, diharapkan dengan adanya program ini pihak pengelola dapat membuat proposal pengajuan industri pariwisata ataupun industri budaya yang dapat dikembangkan di PBB sehinga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Perkampungan Budaya Betawi. b) Anggaran Pemerintah Dalam pengembangan Perkampungan Budaya Betawi Pemerintah Daerah ikut peran besar dalam kontribusinya mengembangkan pembangunan PBB dan dan permodalannya terkait biaya operasional kerja PBB. Dana Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta ini bersumber dari APBD dan disalurkan melalui SKPD Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI

125 Jakarta. Dalam pengelolaan keuangan APBD ini dikelola secara profesional oleh Disparbud DKI, dan disalurkan kepada komite Lembaga Pengelola PBB per bulannya melalui Bang Indra Sutisna, S.Kom sebagai pelaksana tugas harian pengelola PBB. Secara tidak langsung jikalau adanya kenaikan APBD DKI maka ada pula kenaikan pemberian dana operasional oleh Pemerintah DKI, meskipun kenaikannya tidak sebesar kenaikan APBD. Dana Operasional ini digunakan pengelola untuk pembayaran gaji karyawan, uang rapat, uang makan, pengembangan teknologi dan informasi, pemeliharaan gedung, dan lain-lain. Adapun besarnya APBD DKI Jakarta dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI yang diberikan untuk biaya operasional PBB dapat dilihat pada Tabel 20. berikut : Tabel 20. APBD DKI Jakarta dan Dana Operasioanal PBB Tahun Anggaran Growth Anggaran Growth Pendapatan dan (persen) Operasional (persen) Belanja Daerah PBB ,26 triliun Juta ,3 triliun 16,64 207,19 Juta 3, ,9 triliun 25, Juta 3, ,5 triliun 8,94 - (data hilang karena ada merger SKPD) - (data hilang karena ada merger SKPD) ,3 triliun 4,10 234,78 Juta - (data hilang karena ada merger SKPD) ,96 triliun 18,03 242,52 Juta 3, ,67 Triliun 2, Juta 3,08 Sumber Data : DPRD dan Lembaga Pengelola Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa kenaikan APBD memberikan peluang bagi dana pengembangan dan pelaksanaan tugas lembaga pengelola untuk mengembangkan Perkampungan Budaya Betawi. Untuk memanfaatkan peluang ini lembaga pengelola harus dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan terorganisasi dengan manajemen yang baik dan profesional serta

126 terjalinnya kerjasama yang terkoordinir antara lembaga dengan berbagai instansi pemerntah, dan swasta, ataupun masyarakat. c) Pergantian Kepemimpinan di Pemerintahan Pergantian kepemimpinan di Pemerintah Daerah khususnya pada Gubernur dan pimpinan dinas dapat mempengaruhi kerjasama yang terjalin dengan pihak pengelola Perkampungan Budaya Betawi. Berdasarkan wawancara dengan Kepala seksi Pemberdayaan Suku Dinas Kebudayaan dan pihak pengelola PBB, adanya proses pergantian Gubernur DKI Jakarta dari Sutiyoso ke Fauzi Bowo membuat beberapa dampak bagi PBB, antara lain terlambatnya proses peraturan tentang PBB, adanya merger antara dinas pariwisata dengan dinas kebudayaan DKI sehingga membuat beberapa data keuangan dan konsep kerjasama PBB hilang, adanya pergantian kepala dinas, dan kepala suku dinas DKI membuat konsep kerjasama PBB dan pihak dinas terkait menjadi tak terorganisir. Adanya pergantian pergantian gubernur membuat biaya operasional PBB kini tidak melalui suku dinas kebudayaan lagi, tetapi melalui dinas pariwisata dan kebudayaan DKI. Tetapi dampak pergantian kepemimpinan pemerintahan tidak hanya terjadi pada masa proses pergantian Gubernur DKI Jakarta saja tetapi juga terjadi pada saat proses pergantian Menteri yang dulu memimpin Departemen kini memimpin Kementerian. Adapun beberapa dampak kerjasama dengan pengelola PBB akibat adanya proses pergantian kepemimpinan di Pemerintahan, dapat dilihat pada Lampiran 2. d) Keamanan dan Isu-isu Global Hal lain yang cukup mempengaruhi dunia pariwisata yaitu keamanan dan isu-isu global. Pada umumnya para wisatawan yang ingin berwisata kesuatu tempat dipengaruhi oleh kondisi keamanan dan isu-isu global, seperti adanya terorisme, isu bom, isu penyakit flu babi (H1N1) atau flu burung (H5N1), dan lain-lain. Kondisi keamanan yang kondusif dapat membawa pengaruh positif bagi para wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, begitu pula sebaliknya. Untuk isu-isu penyakit global efeknya lebih terasa bagi wisatawan mancanegara, dimana suatu negara/daerah asal wisatawan dapat

127 memberlakukan travel warning untuk daerah kunjungan wisata yang terkena isu penyakit global hingga waktu yang belum ditentukan. Adapun Kondisi keamanan dan isu-isu global yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 21. dan bentuk grafiknya pada Lampiran 5. Tabel 21. Pengaruh Peristiwa/Kejadian terhadap Indonesia Tahun Peristiwa/Kejadian Dampak bagi Indonesia Desember 2004 Tsunami Aceh Travel warning berbagai September 2004 Bom Australia negara, AS, Uni Eropa, Canada, Australia, new Juni 2005 Flu Burung Zealand, PBB, dan beberapa negara asia. Oktober 2005 Mei 2006 Jan Juli 2009 Juli 2009 Bom Bali II Gempa Yogjakarta Isu Flu Babi Bom di JW Marriot dan Ritz Carlton Jan-Des kecelakaan maskapai penerbangan Indonesia Penurunan jumlah wisatawan ataupun perlambatan peningkatan wisatawan dan percepatan waktu kunjung wisatawan. Larangan terbang dari Uni Eropa untuk semua maskapai penerbangan Indonesia Sumber Data : Departemen Perhubungan, detiknews.com, mascayo.com, dan Departemen Pariwisata dan Kebudayaan 2) Ekonomi Faktor ekonomi memiliki dampak terhadap daya tarik potensial dari beragam strategi. Pada umum kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan pariwisata yang terdapat pada daerah tertentu. Sebagai contoh, Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukan pertumbuhan kearah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung peningkatan destinasi pariwisata yang berkembang di suatu daerah melalui peningkatan industri pariwisata antara lain ; penginapan, restoran, kelancaran transportasi, travel agent, souvenir shop, dan lain-lain. Jikalau adanya peningkatan industri pariwisata maka dapat meningkatkan fasilitas pendukung pariwisata, sehingga dapat meningkatkan daya tarik dan

128 dapat meningkatkan kunjungan wisatawan terhadap objek wisata di suatu daerah tersebut. Begitu pun pada kondisi sebaliknya, dimana jika pertumbuhan negatif maka secara tidak langsung dapat menghambat pertumbuhan pariwisata. Adapun beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah, antara lain ; a) Pertumbuhan Ekomoni Kondisi perekonomian DKI Jakarta secara agregat menunjukan adanya perubahan penurunan, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat dikatakan pertumbuhan yang positif namun fluktuatif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada tahun 2007 sebesar 6,44 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2006 yang sebesar 5,95 persen. Hal ini disebabkan perekonomian pada tahun 2007 berada dalam kondisi normal, dimana setelah perekonomian tahun 2006 sedikit melambat sebagai dampak dari kenaikan harga BBM pada bulan Oktober Kondisi yang sudah membaik di tahun 2007 relatif terjaga dan stabil sampai dengan tahun Meskipun sedikit melambat bila dibandingkan tahun 2007, karena di tahun 2008 (bulan Mei) Pemerintah kembali menaikkan harga BBM. Selain itu krisis keuangan global yang berawal dari krisis keuangan sub-prime mortgage di Amerika Serikat mulai dirasakan dampaknya secara global pada akhir tahun 2008, sehingga Indonesia khususnya Jakarta juga tidak dapat terlepas dari dampaknya. Krisis keuangan global makin dirasakan dampaknya pada 2009, perekonomian Jakarta hanya tumbuh sebesar 5,01 persen. Pada tahun 2010 triwulan I, pertumbuhan ekonomi jakarta hanya naik sedikit sekali sebesar 0,01 persen sehingga pertumbuhan menjadi 5,02 persen. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Agus Suherman, hal ini diakibatkan kegiatan pembangunan dan konstruksi belum dilaksanakan secara maksimal oleh pemerintah DKI Jakarta. Namun menurut Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta, Sukri Bey, tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dapat

129 memenuhi target sebesat 5,25 persen bahkan diprediksikan bisa mencapai 6 persen. Berikut ini merupakan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun Tabel 22. Pertumbuhan Ekonomi Dki Jakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun Tahun Pertumbuhan Ekonomi (persen) Penyebab ,95 Kenaikan harga BBM pada bulan Oktober ,44 Perekonomian kondisi normal ,18 menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008 krisis keuangan global November ,01 krisis keuangan global November 2008 Ledakan Bom J.W. Marriot dan Ritz Carlton 17 Juli 2010* 5,02 kegiatan pembangunan atau konstruksi belum dilaksanakan secara maksimal Keterangan : *) Triwulan I 2010 Sumber Informasi : DPRD DKI Jakarta Sumber Data : BPS DKI Jakarta dan BPKD DKI Jakarta Berdasarkan Tabel 22, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2010 menunjukan pertumbuhan yang meningkat positif dibandingkan pertumbuhan ekonomi sebelumnya. Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik ini maka diharapkan mampu mendukung kelancaran dan perkembangan berbagai usaha dalam industri pariwisata yang berada di DKI Jakarta. Industri pariwisata yang dimaksud yaitu industri pendukung destinasi pariwisata antara lain restoran, hotel, jasa travel, akomodasi da transportasi, dimana dalam pemasukan data pada PDRB termasuk sektor tersier. Laju pertumbuhan ekonomi yang semakin baik juga ditandai dengan Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) atas dasar harga konstan

130 yang semakin meningkat. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun maka digunakan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai harga dasar, dimana dalam perhitungannya menggunakan harga pada tahun Adapun nilai PDRB ini dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan DKI Jakarta menurut Lapangan Usaha pada tahun (Milyar Rupiah) Uraian Tahun SEKTOR PRIMER , , , ,31 Pertanian 293,87 298,41 300,72 301,75 Pertambangan/Penggalian 933,06 937,34 940,36 899,56 SEKTOR SEKUNDER , , , ,31 Industri Pengolahan , , , ,65 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.075, , , ,26 Bangunan , , , ,40 SEKTOR TERSIER , , , ,7 Perdagangan, Hotel & Restoran , , , ,12 Pengangkutan dan Komunikasi , , , ,58 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan , , , ,43 Jasa-Jasa , , , ,54 P D R B DKI JAKARTA , , , ,30 Sumber : Badan Pusat Statistik DKI Jakarta (2009) Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui bahwa PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh DKI Jakarta mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukan adanya hubungan positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan nilai PDRB harga konstan yang dihasilkan.

131 b) Sumber Daya Lapangam Usaha Untuk mengetahui struktur ekonomi suatu daerah tertentu maka dapat digunakan PDRB atas harga berlaku. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga berlaku menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah serta nilai PDRB yang besar menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. Berikut ini merupakan struktur ekonomi DKI Jakarta pada tahun dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah), Uraian Tahun SEKTOR PRIMER Pertanian Pertambangan/Penggalian SEKTOR SEKUNDER Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan SEKTOR TERSIER Perdagangan, Hotel, & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa P D R B DKI JAKARTA Growth (persen) - 12,89 19,59 11,75 Sumber : BPS DKI Jakarta Berdasarkan Tabel 24, secara keseluruhan dalam empat tahun terakhir tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti. Pada tahun 2009 Secara tidak langsung perkembangan industri pendukung pariwisata merupakan sektor yang menyumbangkan total nilai PDRB yang paling besar

132 di DKI Jakarta yaitu berkisar Rp milyar melalui sektor tersier. Sehingga dapat menjadikan stimulus bagi pengembangan dunia pariwisata DKI Jakarta dan juga dapat menjadi salah satu sektor yang dapat menyerap tenaga kerja. c) Pendapatan Asli Daerah DKI Jakarta Sektor Pariwisata Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang positif mampu mendukung kelancaran dan perkembangan industri pendukung dunia pariwisata. Laju pertumbuhan industri pendukung pariwisata dapat ditandai juga dengan Laju Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata yang mengalami penigkatan. Adapun nilai Laju pendapatan asli daerah sektor pariwisata dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pariwisata Tahun (dalam Milyar Rupiah) Tahun Pajak (Milyar Rp) Hotel Restoran Hiburan Retribusi Jumlah Growth (persen) ,90 433,26 168,15 2, , ,60 491,70 188,22 3, ,91 12, ,98 649,64 249,66 4, ,88 26, ,66 753,19 267,31 11, ,25 7,37 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Berdasarkan Tabel 25, adanya peningkatan PDRB atas harga kostan menurut lapangan usaha juga diikuti peningkatan PAD sektor pariwisata sebagai gambaran adanya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. PAD sektor pariwsata ini berasal dari pajak yang dikenakan pada industri pendukung pariwisata, antara lain hotel, restoran, retribusi pedagang dan parkir, dan tempat-tempat hibutran. Peningkatan tertinggi PAD sektor pariwisata berada pada tahun 2008 yang dikarenakan banyanya programprogram Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk bertujuan meningkatkan promosi pariwisata DKI Jakarta.

133 3) Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Perubahan sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan memiliki dampak yang besar atas semua produk, jasa, pasar, dan konsumen Perubahan yang terjadi dalam variabel sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan menjanjikan perubahan yang sulit diduga, karena pada variabel demografi dan lingkungan berhubungan dengan alam, dan variabel sosial dan Budaya berhubungan sikap psikologi masyarakat yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan dunia ini. Adapun penjelasan dari variabel sosial, Budaya, demografi, dan lingkungan sebagai berikut : a) Sosial dan Budaya Faktor sosial Budaya terhadap pariwisata khususnya Kawasan Wisata PBB dapat dilihat dari dua variabel, diantaranya jumlah penduduk, dan partisipasi dukungan masyarakat kota dan daerah, i. Jumlah Penduduk Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap perkembangan dunia pariwisata yaitu adanya peningkatan wisatawan, dimana didukung dengan adanya peningkatan penduduk di Indonesia dan Mancanegara. Terkait dengan penelitian PBB, wisatawan yang berkunjung lebih banyak berasal dari Wisatawan Nusantara, dimana berasal dari Indonesia atau khususnya Jabodetabek. Indonesia merupakan salah satu negara ke empat di dunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Potensi jumlah penduduk indonesia yang besar sering menjadi sasaran negara-negara tetangga dalam memasarkan pariwisata dalam negerinya. Adapun peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama periode dapat dilihat pada Tabel 26. Berdasarkan Tabel 26, dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan jumlah penduduk indonesia setiap tahunnya rata-rata sebesar 1,262 persen. Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

134 Tabel 26. Peningkatan Jumlah penduduk Indonesia selama periode Tahun Jumlah penduduk (Juta Orang) Pertumbuhan (persen) , ,550 1, ,642 1, ,523 1, ,1 1, * 234,2 1,34 Keterangan : *) Data Sementara 2010 Sumber : Badan Pusat Statistika Indonesia (diolah) DKI Jakarta merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia dan mengalami pertumbuhan penduduk rata-rata sekitar. DKI Jakarta dalam perkembangan pembangunannya termasuk ke dalam wilayah metropolitan yaitu Jakarta, Bogor, Tanggerang, dan Bekasi, yang lebih dikenal dengan sebutan Jabotabek. Jabotabek merupakan Salah satu kawasan metropolitan kedua yang memiliki jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di dunia setelah Tokyo. Adapun peningkatan jumlah penduduk Jabotabek selama periode Sensus Penduduk dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Jumlah Penduduk Jabotabek Selama Periode Sensus Penduduk (Ratus Ribu Orang) KOTAMADYA SP 1980 SP 1990 SP 2000 *SP Mei 2010 Jakarta Pusat 1, , ,29 Jakarta Utara , , , Jakarta Barat 1, , , , Jakarta Selatan 1, , , , Jakarta Timur 1, , , , DKI Jakarta 6, , , , KAB+KODYA Bogor 2, , , , Tangerang 1, , , ,740,80 Bekasi 1, , , , BOTABEK 5, , , , JABOTABEK 11, , , , Growth (persen) 44,48 38,51 1,85 Keterangan : *) Data Perhiutngan Perkiraan Sementara Sensus Penduduk Mei 2010 Sumber : BPS DKI Jakarta

135 Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan penduduk Jabotabek setiap tahunnya menunjukan angka yang selalu positif. Jumlah penduduk Indonesia dan kawasan Jabotabek yang semakin meningkat merupakan pasar yang potensial untuk dunia pariwisata dan peluang bagi para pengembang pariwisata di Indonesia dan di Dunia. PBB adalah salah satu tempat pariwisata yang cukup menarik dengan tiga objek wisatanya yaitu wisata air, agro, dan Budaya. Hal ini dapat menjadi daya tarik sendiri bagi para penduduk di Indonesia dan Jabotabek khususnya, selain itu PBB juga merupakan objek wisata Budaya Betawi satu-satunya di Jakarta yang didukung dengan keindahan dua buah setu yaitu setu mangga bolong dan setu babakan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan peningkatan jumlah pengunjung wisata di PBB (Lampiran 6a dan 6b). ii. Partisipasi Dukungan Masyarakat Kota dan Daerah Salah satu faktor sosial yang mendukung kelancaran suatu objek pariwisata, salah satunya melibatkan partisipasi dukungan masyarakat. Suatu objek pariwisata tanpa adanya dukungan masyarakat di luar objek pariwisata, maka akan terhambat dalam hal promosi, transportasi, akomodasi, dan lainlain. Untuk itu cukup penting pengaruh partisipasi dan dukungan masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Dalam objek wisata perkampungan Budaya Betawi partisipasi dan dukungan mayarakat dapat tersalurkan secara langsung melalui semakin berkembangnya berbagai Kesenian yang ada di jakarta, baik sanggar tari, drama, musik, ataupun gedung pagelaran. Selain itu masyarakat Jakarta dan Indonesia juga kini mulai meningkatkan perhatiannya terhadap cagar Budaya, dan situs-situs Budaya sebagai bentuk kepeduliannya kepada kebudayaan jatidiri bangsa, Adapun bentuk partisipasi dan dukungan masyarakat terhadap pariwisata dapat dilihat pada pertumbuhan banyaknya organisasi dan sanggar budaya yang bercirikan Budaya Betawi di Kecamatan Jagakarsa (Tabel 28).

136 Tabel 28. Jenis Kebudayaan dan Kesenian di Kecamatan Jagakarsa No Jenis Kesenian dan Kebudayaan Tahun Tari Tanjidor Topeng Wayang Kulit Orkes Melayu Rebana Qasidah Vocal Group Gambang Kromong Band Orkes Gambus Reog Ponorogo Seni Lukis Reog Dog dog Pencak Silat Lenong Ketimpring Marawis/Nasyid Jumlah Sumber Data : Kecamatan Jagakarsa b) Demografi wilayah dan Lingkungan Selain sosial dan Budaya masyarakat, sisi lain pendukung pariwisata dapat dilihat pada kondisi demografi dan lingkungannya. Hal ini untuk melihat bagaimana kondisi sejarah suatu wilayah, yang dilihat dari sisi keadaan terhadap bencana alam, gempa, banjir, dan tsunami atau lain-lain. Jakarta yang terletak di daerah pesisir pantai, beberapa daerahnya secara geografis berada di bawah permukaan laut sehingga dalam sejarahnya Jakarta sering sekali terkena banjir. Banjir yang terjadi di Jakarta hingga tahun 2005 memiliki siklus lima tahunan, tetapi karena adanya perubahan iklim dan cuaca global mengakibatkan banjir di Jakarta memiliki siklus tahunan. Kondisi ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi dunai pariwisata yang berada di DKI Jakarta, sehingga dapat menurunkan jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan pariwisata. Adapun beberapa peristiwa banjir banjir di jakarta yang

137 mempengaruhi Kawasan Wisata PBB dapat dilihat pada Tabel 29, sedangkan lokasi dan siklus banjir yang terjadi di Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 29. Peristiwa Banjir di Jakarta yang mempengaruhi Pariwisata Kawasan Wisata PBB Tahun 9-13 Februari Januari Januari hingga 7 Maret 2005 Februari 2006 Jumlah Lokasi Rawan Banjir Tahun Jumlah Lokasi Rawan Banjir 92 titik genangan Februari 2007 ± 20 kelurahan tergenang air 152 titik Februari dan 167 titik genangan November 2008 genangan, ± 23 Kelurahan 72 titik genangan termasuk bandara Seokarno-Hatta ± 20 Kawasan tergenang air Februari dan November 2009 Februari 2010 tergenang air ± 150 titik genangan, 22 Kelurahan ±158 titik genangan Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Satkorlak PBP DKI 4) Teknologi Globalisasi salah satunya dicirikan dengan semakin pesatnya kemajuan dalam teknologi informasi, sehingga batas geografis bukan halangan lagi untuk saling berhubungan dari tempat yang saling berjauhan. Internet, merupakan hasil kemajuan tersebut dimana setiap orang dapat menjelajahi dunia informasi hanya dengan menggunakan sebuah perangkat yang dinamakan komputer. Dunia pariwisata merupakan salah satu industri yang memanfaatkan teknologi ini sebagai media informasi dan promosi. Melalui berbagai jaringan search engine dan situs-situs pariwisata, dapat diketahui informasi seputar pilihan objek wisata yang ada di seluruh dunia dengan berbagai karakteristik dan keunggulannya. Namun dalam perkembangan teknologi informasi ini belum termanfaatkan oleh objek wisata Perkampungan Budaya Betawi. PBB belum memiliki website dan sendiri untuk kepentingan promosi dan informasinya di dunia maya, hal ini karena belum adanya sumber daya manusia yang dapat

138 mendukung kebijakan tersebut. Dalam pelaksanaan pergelaran wisata Budaya, pengelola sudah menggunakan sound sistem dan teknologi audio tapi dalam penampilan video film masih terkendala belum adanya alat proyektor dan layar film. Pada penggunaan teknologi bagi wisata air dan agro belum ada dan masih bersifat tradisional Analisis Lingkungan Indusri Lingkungan industri merupakan Lingkungan usaha yang berada disekitar usaha yang memiliki pengaruh terhadap usaha. Lingkungan industri dapat dilihat sebagai pada persaingan antar usaha sejenis, ancaman masuknya pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar-menawar pemasok, dan kekuatan tawar-menawar konsumen. Adapun penjelasannya sebagai berkut : Persaingan/Kompetitif Persaingan yang terjadi pada Kawasan Wisata PBB secara langsung dengan pihak industri pariwisata lain dapat dikatakan tidak ada, karena belum ada kawasan/tempat wisata seni & Budaya betawi seperti di PBB, selain itu PBB juga didukung dengan adanya wisata air dan agro yang secara sekaligus dikelola dalam pengelolaan wisata yang sama. Tetapi persaingan secara tidak langsung dapat dilihat pada perkembangan industri wisata agro dan wisata air di Jakarta. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan usaha pariwisata dibidang wisata agro dan wisata air di Jakarta. Bertambahnya jumlah industri wisata agro dan air di Jakarta berarti semakin tinggi pula tingkat persaingan yang terjadi diantara pelaku usaha industri pariwisata di bidang wisata agro dan air. Selain itu wisata agro dan air yang dijalankanpun semakin beragam, yaitu mulai dari yang skala kecil hingga besar. Secara umum, persaingan yang terjadi dalam industri wisata agro dan air adalah persaingan dalam suasana alam, lingkungan, akomodasi, aksesibilitas transportasi, dan sarana prasarana pendukung, seperti dilengakapi dengan unsur fasilitas pariwisata yaitu tempat makan, penginapan, toilet, tempat parkir, tempat ibadah, dan lain-lain. Demikian juga adanya unsur hiburan/rekreasi, agar dapat

139 memperluas pengetahuan dan pengalaman para pengunjung terhadap wisata agro dan air Ancaman Pendatang Baru Keberadaan suatu industri pasti tidak akan lepas dari ancaman masuknya pendatang baru, sehingga masuknya pendatang baru dapat berimplikasi terhadap pelaku usaha di industri yang telah ada. Hambatan memasuki wisata agro relatif kecil. Suasana alam dan lingkungan menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam wisata agro, akan tetapi untuk menjadikan suatu tempat menjadi wisata agro yang alami, asri, dan nyaman membutuhkan waktu dan proses yang relatif panjang. Sehingga dengan memanfaatkan potensi daerah dari suatu tempat yang memiliki panorama alam yang indah, dan lingkungan yang asri untuk dikembangkan menjadi wisata agro, dapat menjadi solusi yang potensial bagi pengembang industri wisata agro sekarang ini. Para pelaku usaha industri pariwisata tidak begitu sulit dalam pengembangan pembangunan wisata agro yang hanya membutuhkan lahan yang tidak terlalu luas, dan dengan dukungan pemerintah daerah yang ada serta bekerja sama dengan masyarakat. Sedangkan dalam industri wisata air, aksesibilitas transportasi, sarana dan prasarana serta adanya hiburan/rekreasi menjadi faktor yang sangat diperhatikan, sehingga daya dukung modal pelaku usaha sangat berpengaruh dalam pengembangan industri wisata air ini. Adapun beberapa lokasi wisata agro dan air di Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada perkembangan pembangunan wisata agro dan air sekarang ini, para pelaku usaha lebih bersifat kreatif sehingga wista agro dan air dijadikan dalam suatu wisata baru yang lebih dikenal wisata outbound dan wisata alam, ataupun melalui konsep pendidikan sekolah dengan fasilitas wisata agro, air, outbound dan alam yang dilebih kita kenal dengan nama Sekolah Alam. Selain adanya sekolah alam terdapat ancaman lain yang berasal dari industri wisata dan industri pendukung pariwisata yang semakin berkembang secara ilegal di wilayah sekitar PBB antara lain usaha pemancingan, tambak ikan/ternak ikan, dan pertanian. Semua usaha tersebut berkembang di sekitar Setu

140 Babakan dan Setu Mangga Bolong di daerah yang belum dikembangkan oleh pihak pengelola PBB. Namun dalam perkembangannya ternyata usaha-usaha tersebut berdiri tanpa izin pihak pengelola PBB dan kini semakin banyak dan semakin luas. Adapun beberapa nama penggarap usaha dan luasnya dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Pelaku usaha tanpa izin di sekitar PBB Nama Jenis Usaha Luas (ha) Sarmilih Pemancingan ± 1,5-2 Maih Pemancingan ± 1-1,5 Manin Pemancingan ± 1 Janih Pemancingan ± 0,8 Surya Ternak Ikan / keramba ± 1,5-2 jaring apung Nafis Ternak Ikan / keramba ± 0,5 jaring apung Aditiya Pertanian ± 0,2 Sumber : Data Primer Ancaman Produk/Objek Wisata Substitusi Ancaman produk/objek wisata substitusi pariwisata adalah produk/objek wisata lain yang memiliki tujuan dan fungsi yang sama dengan objek wisata di suatu industri pariwisata dan dapat mempengaruhi keberadaan objek wisata tersebut selama di dunia pariwisata. Keberadaan objek wisata substitusi dapat menjadi ancaman bagi PBB jika objek wisata substitusi tersebut mempunyai harga masuk yang lebih murah namun memiliki keunggulan dan fasilitas wisata yang sama dengan objek wisata yang ditawarkan PBB. Ataupun harga masuk yang sama dengan objek wisata PBB namun memiliki keunggulan dan fasilitas yang lebih bagus dari yang ditawarkan PBB. Selain itu dapat pula adanya objek wisata yang harga masuknya tinggi, namun memiliki keunggulan dan fasilitas serta karakter tersendiri sehingga memiliki keunikan yang lebih dari objek wisata yang ditawarkan PBB. Oleh karena itu, faktor harga masuk, keunggulan wisata, dan fasilitas wisata sering digunakan oleh pelaku industri pariwisata sebagai alat dalam menghadapi

141 keberadaan objek wisata substitusi. Perkembangan objek wisata di Jakarta kini semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga ancaman objek wisata substitusi semakin tinggi pula. Kehadiran wahana-wahana yang unik, udara sejuk, lokasi strategis, atau nilai histori dari suatu tempat juga dapat mempengaruhi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Secara umum yang dihadapi oleh wisata PBB adalah persaingan dengan objek wisata lain yang sudah lebih dahulu terkenal dan diingat masyarakat ataupun yang baru berdiri namun memiliki keunggulan wisata tersendiri. Ancaman masuknya objek wisata substitusi terhadap PBB terjadi melalui objek wisata air, dan wisata agro yang juga tersedia di PBB. Pada perkembangan pembangunan wisata agro dan air sekarang ini, para pelaku usaha lebih bersifat kreatif sehingga wista agro dan air dijadikan dalam suatu wisata baru yang lebih dikenal wisata outbound dan wisata alam, ataupun melalui konsep pendidikan sekolah dengan fasilitas wisata agro, air, outbound dan alam yang dilebih kita kenal dengan nama Sekolah Alam. Kawasan Wisata PBB sebagai salah satu pendatang baru di dunia pariwisata bukan hanya bersaing dengan sesama wisata agro dan air di Jakarta saja, tetapi juga di kawasan Depok, dan Ciganjur, Jawa Barat. Taman Mini Indonesia Indah, Taman Impian Jaya Ancol, dan Taman Anggrek Ragunan, adalah beberapa contoh objek wisata yang sudah terkenal dan diingat lebih dahulu akan keunggulan wisatanya dibandingkan dengan PBB. Sedangkan untuk di wilayah luar Jakarta PBB dihadapi dengan objek wisata substitusi yang belum lama berdiri yaitu Kolam ceria, Wisata Pemancingan, Bebek Air,dan Agro Ceria, serta Sekolah Alam Ciganjur, yang dikelola oleh pihak swasta sehingga lebih cepat berkembang dalam meningkatkan daya tarik pengunjung wisatawan, Walaupun belum lama dikenal masyarakat dan dengan harga masuk yang cukup mahal dibandingkan dengan PBB. Selain itu konsep pola pendidikan anak usia dini dari sekolah alam cukup banyak menarik minat usia dini dan para orang dewasa untuk mengunjungi wisata yang disediakan oleh sekolah alam antara lain wisata agro, air, outbond, alam, dan lain-lain. Sama Halnya dengan Kolam Ceria dan Wisata Air Ceria yang berkonsep

142 wisata air dan kolam untuk rekreasi keluarga, sehingga seluruh anggota keluarga dari berbagai umur dapat menikmati objek wisata yang ditawarkan seperti memancing, bebek air, kolam renang, lapangan futsal, outbond, dan wisata taman bunga dan buah. hal ini menunjukan bahwa sebagian masyarakat menengah keatas tidak terlalu melihat harga sebagai tolak ukur di dunia pariwisata, melainkan adalah kualitas, pelayanan, keunggulan wisata, dan manfaat yang didapat dari berwisata. Sehingga rekreasi pada objek wisata untuk kalangan menengah keatas kini tidak lagi dirasakan sebagai kebutuhan yang ekslusif. World Tourism Organization (WTO) menyatakan bahwa dunia pariwisata cenderung mengalami pergeseran orientasi wisata. Wisatawan berkeinginan untuk dapat terlibat dalam bentuk aktivitas di luar lapang, kepedulian akan persoalan ekologi dan konservasi alam, kemajuan iptek dan berkeinginan untuk berinteraksi secara mendalam dengan masyarakat dan lingkungannya. Hal ini mengakibatkan adanya isu dan dampak positif terhadap perkembangan wisata sekolah alam, Kolam Ceria, dan Wisata Air Ceria. Sehingga adanya peningkatan pembangunan wisata sekolah alam di berbagai daerah di Indonesia. Kondisi ini seharusnya dapat ditangkap secara positif oleh PBB dan Lembaga Pengelola PBB dengan terus meningkatkan kualitas objek wisata mengikuti laju persaingan dan perubahanperubahan pengembangan objek wisata. Dengan harus diadakannya upaya inovasi, pengembangan dan pemasaran yang efektif oleh PBB, diharapkan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata dan berdampak positif terhadap tingkat kunjungan wisatawan serta pendapatan PBB Kekuatan Tawar - Menawar Konsumen atau Pengunjung Wisata (Wisatawan) Kekuatan tawar konsumen atau pengunjung wisata dikatakan cukup kuat, jika wisatawan terkonsentrasi atau besar jumlahnya, berkunjung dalam jumlah banyak, dan wisatawan menghadapi biaya peralihan yang kecil. Untuk wisatawan PBB dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar yang cukup kuat. Hal ini karena pada umumnya wisatawan yang berkunjung ke PBB berasal dari wisatawan nusantara dan khususnya berasal dari Jabotabek, sehingga biaya peralihan untuk memilih objek wisata lain yang berada di Jabotabek dapat dkatakan kecil. Selain

143 itu, wisatawan juga memiliki alternatif pilihan objek wisata yang sangat beragam sehingga wisatawan pun dapat memilih objek wisata mana yang terbaik dengan harga masuk, keunggulan wisata dan fasilitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah objek wisata yang terdapat di DKI Jakarta dan sekitarnya, dimana masing-masing objek wisata menawarkan harga, keunggulan, dan fasilitas yang semakin bervariasi dan kreatif dalam menarik minat wisatawan. Oleh karena itu, pengembangan dan diferensiasi objek wisata mungkin dapat menjadi alternatif bagi PBB dalam menciptakan keunggulan, harga, dan fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan objek lain.

144 VII. FORMULASI STRATEGI Identifikasi Faktor Kekuatan dan kelemahan Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal Kawasan Wisata PBB, maka diperoleh beberapa faktor strategi internal yang berupa kekuatan dan kelemahan Kawasan Wisata PBB. Adapun faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi Kawasan Wisata PBB (PBB) adalah sebagai berikut : Letak Kawasan PBB yang strategis Lokasi PBB yang strategis dapat mempengaruhi kelancaran transportasi dan kecepatan waktu menuju PBB. Lokasi PBB dikatakan strategis karena dekat dengan akses transportasi masal/angkutan umum, dekat dengan pintu tol Tanjung Barat, dekat dengan pusat kota jakarta sebagai tempat hotel berbintang, dan dekat dengan bandara Internasional Soekarno-Hatta, sehigga mudah dan cepat untuk diakses dengan kendaraan. Sehingga memudahkan para wisatawan yang ingin berkunjung ke wisata PBB, dan hanya memerlukan waktu ± menit dari bandara Soekarno-Hatta. Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. Para pengunjung wisata PBB dapat menikmati 3 objek wisata sekaligus yang ditawarkan oleh pengelola PBB, antara lain wisata air, Budaya, dan agro. Ketiga objek wisata tersebut memiliki keunggulan masing-masing, pada objek wisata Budaya, pengunjung dapat berinteraksi mengikuti latihan seni tari, musik, dan drama di PBB dengan gratis. Pada wisata Agro, pengunjung dapat memetik buah-buahan di halaman rumah masyarakat betawi secara langsung dengan harga fleksibel sesuai kesepakatan dengan pemilik rumah betawi. Pada wisata air, pengunjung dapat menikmati wisata bebek air yang dimanfaatkan melihat sekekeliling setu babakan. Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota

145 Pemandangan/ panoraman yang indah, dan asri ditawarkan oleh setu babakan, sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke PBB. Selain itu setu babakan juga dilengkapi dengan hutan kota seluas ± 15,5 Ha untuk resapan air dan sebagai tempat penelitian bagi para pengunjung, LSM dan mahasiswa. Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB Masyarakat betawi secara umum dikenal oleh orang lain bersifat terbuka dan ramah, begitu pula dengan sikap masyarakat betawi di PBB yang ramah-tamah pada wisatawan. Keramah-tamahan tersebut dapat terlihat saat kita melakukan wisata agro kerumah masyarakat dan saat adanya pementasan seni tari, musik, dan drama oleh masyarakat betawi di PBB. Satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Sejak Kampung Condet Betawi tidak lagi menjadi objek wisata kampung betawi karena sudah banyaknya penduduk di luar keturunan betawi, maka Kawasan Wisata PBB di Setu Babakan kini menjadi satusatunya objek wisata seni & Budaya Betawi yang berada di Jakarta yang berkonsep tipe desa/kampung terbuka, dimana pengunjung dapat menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat betawi Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata. PBB Selain menawarkan 3 objek wisata dan hutan kota yang ada, juga memiliki dua buah setu yaitu setu mangga bolong dan setu babakan yang memiliki luas masing-masing 20 Ha dan 40 ha. Para pengunjung biasanya dapat melakukan berbagai aktifitas di sekitar setu babakan dan mangga bolong ini, antara lain memancing, arung jeram, flyingfox,olehraga kano, perahu, berenang, bersepeda, bulu tangkis, menjala, danlain-lain.

146 7) Motivasi kerja karyawan tinggi Motivasi karyawan PBB dan pelaksana tugas harian PBB untuk melestarikan dan memajukan kesenian Budaya masyarakat betawi dirasakan sangat tinggi. Hal ini tergambarkan dengan jam kerja karyawan selama 7-8 jam per hari dengan hari libur senin padahal gaji/upah karyawan berada dibawah Upah Minimum Regional DKI Jakarta. 8) Retribusi masuk yang murah Kawasan Wisata PBB hingga saat ini belum menetapkan adanya penarikan retribusi masuk pengunjung (per orang) sehingga wisata PBB dapat dikatakan gratis untuk per orangan dan PBB hanya memberlakukan karcis parkir kendaraan untuk pengunjung yang membawa kendaraan bermotor sebesar RP /kendaraan, dan ini dapat dikatakan murah karena pengeunjung dapat menikmati keindahan 3 objek wisata hanya dengan Rp tersebut. Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi Perkampugan Budaya Betawi adalah sebagai berikut : Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah Sumber modal pengembangan PBB kini hanya bergantung pada APBD DKI melalui kerjasama dengan dinas-dinas terkait. Namun sebenarnya PBB secata tertulis pada peraturan Gubernur 129 tahun 2007 dapat melakukan kerjasama dengan berbagai pihak antara lain pihak swasta, dan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Pembangunan Jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang. Aspek sarana dan prasarana pendukung pariwisata di PBB yang masih kurang memadai yaitu jalan dan lahan parkir. Jalan di dalam PBB mulai dari objek wisata air ke menuju objek wisata seni Budaya belum dibangun secara merata sehingga terlihat kotor,dimana dapat tergenang air jikalau hujan turun. Lahan parkir di PBB sangat kurang luas, sehingga parkir kendaraan tidak teratur dan tidak mencukupi. Hal ini begitu terlihat saat adanya bis-bis pariwisata yang mengunjungi PBB, dimana bis-bis

147 tersebut parkir di depan pintu masuk bang pitung PBB karena lahan parkir PBB yang tidak mencukupi. Selain itu hal ini juga menjadi kelemahan yang berarti saat terjadinya musim liburan tiba dan adanya lebaran idul fitri dan idul adha, dimana pengunjung banyak yang menggunakan bis-bis pariwisata sehingga dapat menimbulkan kemacetan di sepanjang pintu masuk PBB. Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin. Tata letak dan lokasi pedagang di PBB saat ini kurang terkoordinir dan tidak beraturan, serta banyaknya bangunan pedagang yang tanpa izin pengelola PBB. Hal ini membuat PBB terlihat tidak teratur dalam manata pedagang di PBB dan para pedagang terkesan kumuh, sehingga kurang memiliki daya tarik. Selain itu para pedagang juga menggunakan pakaian seadanya dan terkesan pedagang tidak rapi dalam berpakaian dan kurang sopan. Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite Manajemen komite pengelola saat ini belum optimal karena hanya ada satu orang pelaksana tugas harian di PBB yang berasal dari anggota komite, hal ini membuat adanya kesan perangkapan jabatan dan etos kerja yang kurang dari anggota komite yang lain. Hal ini disebabkan oleh para anggota komite umumnya memiliki pekerjaan/profesi lain, dan gaji yang kecil yang diterima oleh para anggota komite. Kurang optimalnya manajemen pengelola juga terlihat pada rapat anggota komite pengelola yang hanya 2 jam dalam 1 bulan sekali dan bersifat insidental. Sehingga menyebabkan kurang terorganisirnya informasi manajemen dan keluhan para karyawan yang ada. Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB Dalam menata PBB pihak pengelola memiliki keterbatasan dalam mengelola keuangan pemerintah, sulitnya melakukan kerjasama dengan pihak swasta, dan terkendalanya pengelolaan objek wisata bebek air.

148 Semua hal tersebut dikarenakan lembaga pengelola PBB belum memiliki badan hukum tersendiri. Sehingga pengelola sangat terbatas dalam mengupayakan peningkatan modal dan pendapatannya. 6) Belum memiliki dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran. Di era kemajuan teknologi sekarang ini lembaga pengelola belum memiliki dan website sendiri, sehingga media promosi dan pemasaran PBB dirasa sangat kurang oleh wisatawan. Belum adanya website dan bukan dikarenakan kurangnya tenaga ahli, tetapi lebih dirasakan kurangnya SDM pelaksana tugas harian tersebut. 7) Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan Seluruh karyawan di PBB dapat dikatakan berasal dari keturunan betawi asli sehingga masih memiliki hubungan kekerabatan/kekeluargaan. Hal ini membuat sistem pengendalian yang ada di pengelola PBB pun bersifat kekeluargaan. Pengrekrutan karyawan pun yang dilakukan oleh pengelola dan dinas berdasarkan rekomendasi komite masih bersifat kekeluargaan tanpa tes seleksi dan wawancara hanya berdasarkan kepercayaan dan kekerabatan. Pengendalian manajemen yang bersifat kekeluargaan antara lain, pada proses izin jam kerja, rapat kerja karyawan, dan pelaksanaan tugas sehari-hari. Selain itu Pengendalian lain yang bersifat kekeluargaan yang didasarkan pada perasaan tidak enak para karyawan PBB dan pelaksana tugas harian untuk memberikan sanksi atau teguran terhadap komite pengelola yang jarang berada dikantor pengelola dan hanya mengadakan rapat 1 kali per bulan dan hanya 2 jam, hal lain juga dikarenakan para anggota komite pengelola merupakan para sesepuh keturunan orang betawi asli, dan memiliki kharisma di mata masyarakat PBB ataupun Betawi pada umumnya. 7.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Kawasan Wisata PBB Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal PBB, maka diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman bagi

149 Kawasan Wisata PBB. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi Kawasan Wisata PBB, antara lain : Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB Untuk mengembangkan dan melestarikan seni dan kebudayaan masyarakat Betawi dan menjaga keasrian lingkungannya pemerintah memberikan dukungan penuh kepada objek wisata PBB dalam hal kerjasama dengan dinasdinas terkait. Antara lain : adanya pelaksanaan program seni Budaya yang diselenggarakan atas kerjasama Suku Dinas Kebudayaan dengan Lembaga Pengelola PBB, dan adanya kerjasama Departemen Pertanian dengan lembaga pengelola untuk penanaman tanaman di sekitar setu babakan, dan beberapa kerjasama lainnya. Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan Bagi masyarakat kalangan menengah keatas kini wisata sudah menjadi kebutuhan bukan lagi terlihat sebagai kebutuhan tersier, hal ini terlihat pada pengamatan saya, dimana faktor harga kini tidak terlalu menjadi tolak ukur untuk kalangan menengah keatas dalam menikmati dunia pariwisata tetapi lebih menekankan pada fasilitas pendukung pariwisata dan manfaat yang ditawarkan oleh objek wisata. PBB sangat berpotensi untuk memperluas target pasarnya dikarenakan memiliki manfaat pada objek wisatanya, keindahan alam yang dimilikinya, dan interaksi Budaya yang ditawarkannya. Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek sebesar 12,85persen Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek membawa peluang positif bagi perkembangan PBB dikarenakan wisatawan yang berkunjung ke PBB lebih banyak yang berasal dari Jabotabek. Sehingga secara tidak langsung adanya peningkatan potensi wisatawan yang dapat mengunjungi PBB dari adanya peningkatan jumlah penduduk Jabotabek. Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI. Pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta dan peningkatan APBD DKI Jakarta yang semakin membaik dapat mendukung kelancaran dan perkembangan berbagai usaha pendukung di dunia pariwisata dan juga dapat

150 membuka lapangan kerja baru untuk masyarakat dan juga dapat meningkatkan pengeluaran wisatawan pada dunia pariwisata sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari sektor Pariwisata. Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB Adanya peningkatan perhatian masyarakat ditunjukan dengan meningkatnya jumlah organisasi betawi, sanggar kesenian betawi, dan jumlah LSM atau ormas pelestari dan pemerhati budaya. Hal ini membawa dampak positif bagi pelestarian, dan pengembangan objek wisata Perkampungan Budaya Betawi, karena dengan semakin berkembangnya sanggar seni budaya Betawi maka semakin meningkatnya kerjasama pergelaran seni budaya betawi di PBB dengan para pemiliki sanggar. Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan memiliki program PNPM pariwisata yang bertujuan untuk mengembangkan industri usaha budaya atau industri pariwisata yang mendukung keaslian dan keasrian kebudayaan daerah. Perkembangan program PNPM ini nantinya pada tahun 2014 akan menjadikan 1000 desa/kampung wisata di seluruh indonesia yang memiliki keaslian/keasrian kebuadayaan baik melalui industri budayanya ataupun industri pariwisatanya. Adapun perkembangan besarnya dana hibah yang diberikan pemerintah semakin meningkat per tahunnya menjadikan program ini sebagai peluang bagi perkembangan Kawasan Wisata PBB yang mana termasuk kedalam kategori desa/kampung wisata yang bercirikan keaslian dan keasrian kebudayaan daerah. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi Kawasan Wisata PBB, antara lain : 1. Situasi keamanan (teroris,bom, dan isu global) dan Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta). Secara tidak langsung kondisi keamanan (teroris,bom, dan isu global) dan lingkungan alam yang tidak menentu dapat membawa dampak negatif bagi pandangan masyarakat dalam negeri dan luar negeri terhadap wilayah DKI

151 Jakarta. Hal ini dapat menurunkan kepercayaan luar negeri terhadap keamanan dan kenyamanan mereka ketika berada di Jakarta, sedangkan untuk masyarakat dalam negeri adanya banjir dapat mempersulit akses transportasi dan akomodasi menuju ke jakarta ataupun keluar wilayah jakarta. Objek wisata PBB yang terdapat di Jakarta mengalami dampak negatif tersebut. Hal ini dikarenakan wisatawan yang berkunjung ke PBB lebih banyak yang berasal dari Jabotabek, dan beberapa wilayah di jabotabek terkena dampak banjir jakarta sehingga menyulitkan masyarakat untuk berwisata. 2. Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil. Walaupun tidak adanya persaingan di objek wisata seni Budaya betawi di jakarta tetapi persaingan pariwisata di PBB berasal dari objek wisata agro dan air. Menigkatnya jumlah objek wisata agro dan air di jakarta dan sekitar PBB membawa dampak persaingan usaha dalam objek wisata, sehingga perlu adanya peningkatan variasi wisata dan peningkatan manfaat yang ditawarkan oleh PBB. Timbulnya persaingan wisata agro dan air ini dikarenakan hambatan masuk yang kecil untuk objek wisata agro dan air. Dalam mendirikan objek wisata agro, pelaku usaha cukup memiliki lahan yang tidak terlalu luas dan memiliki keasrian alam maka pelaku usaha sudah dapat mendirikan objek wisata agro ataupun pelaku usaha bekerjasama dengan masyarakat dan pemerintah daerah untuk memanfaatkan potensi daerah pedesaannya menjadi objek wisata agro. Sedangkan untuk wisata air, pelaku usaha dapat memanfaatkan danau/kali yang berada di suatu daerah untuk membuat wisata air, seperti bebek air, arung jeram, perahu kano, dan lain-lain. 3. Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan Adanya pergantian kepemimpinan di pemerintahan membawa pengaruh terhadap kerjasama yang tercipta dengan lembaga pengelola. Kurangnya koordinasi setelah dan prores pergantian kepemimpinan pemerintahan menyebabkan konsep kerjasama dinas terkait dan lembaga pengelola menjadi tak terarah dan kurang terkomunikasi dengan baik, sehingga adanya

152 perlambatan kerjasama, bahkan adanya pengulangan konsep kerjasama dikarenakan adanya data yang hilang karena pergantian tersebut. 4. Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB Adanya kawasan yang belum termanfaatkan dari sebagian luas Kawasan Wisata PBB khususnya wilayah danau setu babakan dan setu mangga bolong, mengakibatkan banyaknya masyarakat luar yang menggunakan lahan tersebut untuk berbagai kegiatan usaha tanpa se-izin pengelola PBB antara lain tambak ikan/ternak ikan, pemancingan, pertanian dan lain-lain. 7.3 Analisis Matriks IFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal Kawasan Wisata PBB yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga pemberian kuesioner kepada empat orang responden, yaitu pelaksana tugas harian Anggota Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB Komite Tata Kehidupan dan Budaya, Koordinator Kesenian dan Pemasaran Komite Lembaga Pengelola PBB, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan, dan Kepala Bagian Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Pengisian kesioner ini tidak hanya melibatkan pihak internal Kawasan Wisata PBB tetapi juga melibatkan pihak eksternal di luar Kawasan Wisata PBB, sehingga hasil pengisian kuesioner lebih bersifat objektif. Kuesioner diisi oleh masing-masing responden untuk pembobotan dengan menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkat (rating) untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan peringkat (rating) pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Kemudian dilanjutkan dengan pencarian nlai rata-rata hasil pembobotan dan peringkat dari seluruh responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkat dari seluruh responden masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan pemeringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada

153 Kawasan Wisata PBB dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui total bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot ratarata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks IFE pada Kawasan Wisata PBB (Tabel 31). Tabel 31. Analisis Matriks IFE Kawasan Wisata PBB Faktor Strategi Internal Bobot Rata- Rata Rating Rata- Rata Total Bobot Skor Rata- Rata FAKTOR KEKUATAN Letak Kawasan PBB yang strategis Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB Satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata Motivasi kerja karyawan tinggi Retribusi masuk yang murah TOTAL KEKUATAN FAKTOR KELEMAHAN Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB Belum memiliki dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan TOTAL KELEMAHAN JUMLAH TOTAL IFE Sumber : Data Primer

154 Pada Tabel 31, menunjukan faktor strategi internal apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama bagi Kawasan Wisata PBB. Kekuatan utama Kawasan Wisata PBB adalah variabel kekuatan dengan nilai total bobot skor ratarata terbesar sedangkan kelemahan utama adalah variabel kelemahan dengan nilai total bobot skor rata-rata terkecil. Adapun kekuatan utama pada Kawasan Wisata PBB adalah satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi di Jakarta dengan total bobot skor rata-rata sebesar 0,325. Tingginya total bobot skor ratarata yang terdapat pada variabel tersebut karena keunggulan yang dimiliki PBB dalam memberikan objek wisata seni & Budaya betawi beserta adanya interaksi dengan masyarakat betawi itu sendiri sehingga timbulnya keasrian wisata kebudayaan Betawi. Kelemahan utama bagi Kawasan Wisata PBB adalah Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite dengan total bobot skor rata-rata sebesar 0,071. Kondisi ini terlihat dari sedikitnya pelaksana tugas harian di lembaga pengelola dan adanya rapat komite pengelola hanya 1 bulan sekali dan hanya berlangsung 2-3 jam. Akan tetapi secara keseluruhan total rata-rata tertimbang dari matriks IFE sebesar 2,884 yang mengindikasikan bahwa Kawasan Wisata PBB memiliki posisi internal yang kuat karena mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki. 7.4 Analisis Matriks EFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategi eksternal pada Kawasan Wisata PBB yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuesioner kepada kelima responden seperti halnya pengisian kuesioner untuk lingkungan internal Kawasan Wisata PBB. Untuk pemberian bobot pada variabel peluang dan ancaman juga menggunakan paired comparison matriks. Selanjutnya diberikan pemeringkatan (rating) untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman. Adapun pembobotan dan pemeringkatan pada variabel peluang dan ancaman untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Kemudian dilanjutkan dengan pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan

155 pemeringkatan (rating) dari seluruh responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkat (rating) dari seluruh responden untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan pemeringkatan (rating) untuk variabel peluang dan ancaman pada Kawasan Wisata PBB dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Kemudian dapat diketahui total bobot skor rata-rata dari tiap variabel, nilai ini diperoleh dengan cara mengalikan antara bobot ratarata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks EFE pada Kawasan Wisata PBB (Tabel 32). Tabel 32. Analisis Matriks EFE Kawasan Wisata PBB Faktor Strategi Internal Bobot Rata- Rata Rating Rata- Rata Total Bobot Skor Rata- Rata PELUANG Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah TOTAL PELUANG ANCAMAN Situasi keamanan (teroris,bom, dan isu global) di Jakarta Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta) Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB TOTAL ANCAMAN JUMLAH EFE Sumber : Data Primer

156 Tabel 32, menunjukan faktor strategi eksternal mana yang menjadi peluang dan ancaman pada Kawasan Wisata PBB. Peluang utama dan ancaman utama bagi Kawasan Wisata PBB yaitu variabel peluang dan variabel ancaman yang memiliki total bobot skor rata-rata terbesar. Peluang utama yaitu dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB dengan total bobot skor rata-rata sebesar 0,522. Hal ini terlihat pada beberapa peraturan dukungan pemerintah terhadap cagar Budaya, pelestarian Budaya, dan pengembangan Budaya baik yang secara langsung untuk PBB atau pun yang secara umum. Ancaman utama bagi Kawasan Wisata PBB yaitu adanya regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan dengan total bobot skor rata-rata sebesar 0,222. Adapun total bobot skor rata-rata dari matriks EFE sebesar 3,098 yang mengindikasikan bahwa Kawasan Wisata PBB berada di atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. 7.5 Analisis Matriks IE Setelah diperoleh total bobot skor rata-rata dari matriks IFE (2,884) dan EFE (3,098) (Lampiran 13 dan 14), kemudian hasil tersebut dapat digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan melalui matriks IE. Berikut ini merupakan hasil matriks IE pada Perkampungn Budaya Betawi (Gambar 7). Berdasarkan Gambar 7, hal ini menunjukan bahwa posisi Kawasan Wisata PBB berada pada kuadran II yang memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang tinggi. Rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang sesuai untuk posisi tersebut adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang. integrasi kedepan, dan integrasi horizontal).

157 TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE Tinggi 3,0 4,0 Menengah 2,00 2,99 Rendah 1,0 1,99 TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat Rata-rata Lemah 3,0 4,0 2,0 2,99 1,0 1,99 4,0 3,0 2,0 1,0 I II 1,0 Gambar 7. Matriks Internal Eksternal (IE) Kawasan Wisata PBB Sumber : Data Primer III IV V VI VII VIII IX 3,0 2,0 7.6 Analisis Matrks SWOT Analisis Matriks SWOT menggunakan data yang telah diperoleh dari matrks IFE dan EFE. Empat strategi utama yang disarankan yaitu strategi SO (strengths and opportunities), WO (weakness and opportunities), ST (strengths and threats), dan WT (weakness and threats). Adapun hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan analisis matriks SWOT maka alternatif atau pilihan strategi yang dapat diberikan untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB adalah sebagai berikut : 1) Strategi S-O Strategi ini dibuat berdasarkan penggunaan kekuatan internal Kawasan Wisata PBB untuk memanfaatkan peluang yang ada. Berikut ini merupakan alternatif strategi S-O yang dapat ditawarkan untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB : a) Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam pengembangan kegiatan wisata di PBB. Strategi ini diterapkan karena PBB memiliki banyak keunggulan dari objek wisata yang dimilikinya untuk ditawarkan kepada pihak sponsor

158 swasta ataupun masyarakat antara lain letak yang strategis, memilik tiga objek wisata yang berbeda sekalius, satu-satunya objek wisata seni Budaya betawi di Jakarta, memiliki dua buah setu alam, memiliki hutan kota, dan memiliki pemandanagn setu yang indah, selain itu didukung dengan keterbukaan masyarakat PBB dengan keramah-tamahannya dan motivasi kerja karyawan yang tinggi. Dengan keunggulan yang ada diharapkan dapat membuka terciptanya penawaran kerjasama dengan pihak swasta/masyarakat dalam mengadakan pengembangan kegiatan wisata di PBB seperti adanya eventevent kesenian, event acara-acara amal, ataupun berbagai acara lain yang dapat meningkatkan daya tarik wisatawan yang ingin berkunjung ke PBB dan dapat menjadi promosi kepada pihak sponsor dan PBB itu sendiri. Hal ini dikarenakan sedikitnya event-event acara baik tentang kesenian ataupun acara amal dan lain-lain, sehingga dengan adanya strategi ini PBB dapat memanfaatkan peluang yang ada seperti adanya peningkatan jumlah penduduk jabotabek, adanya dukungan pemerintah berupa undang-undang yang mendukung kerjasama antara PBB dengan pihak swasta,adanya kecenderungan wisata sebagai kebutuhan bagi kalangan menengah keatas, adanya peningkatan perekonomian dan APBD DKI Jakarta dan adanya peningkatan perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB. b) Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti flyingfox dan arung jeram. Kalangan menengah keatas kini menganggap wisata sebagai suatu kebutuhan, pernyataan inilah yang mendukung PBB melakukan strategi ini. Objek wisata yang menarik dan bermanfaat harus didukung pula dengan rekreasi wahana wisata lain sebagai pendukungnya sehingga dapat menarik minat kunjungan wisata pada PBB. Objek wisata yang kecenderungan disukai oleh kalangan menengah keatas yaitu arung jeram, dan flyingfox oleh karenanya wisata pendukung ini diharapkan dapat meningkatkan target wisatawan PBB ke kalangan menengah ke atas,

159 sehingga PBB dapat menjadi obek wisata untuk semua kalangan. Terlaksananya alternatif strategi ini juga dengan adanya dukungan pemerintah berupa undang-undang yang berlaku untuk mengembangkan PBB dan adanya peningkatan perekonomian DKI dan APBD DKI sehingga nantinya dana operasional PBB dapat dimanfaatkan pula untuk pengembangan objek wisata pendukung ini. 2) Strategi W-O Strategi ini dibuat untuk mengatasi kelemahan internal Kawasan Wisata PBB dengan memanfaatkan peluang yang ada. Berikut ini merupakan alternatif strategi W-O yang dapat ditawarkan untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB : a) Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas pekerjaan umum dan Satgas PBB. Sebenarnya ketersediaan pedagang di PBB sudah cukup banyak dan menjadi pendukung objek wisata PBB, namun tata letak dan perizinan pedagang ini menjadi masalah. Sehingga diperlukannya strategi ini untuk mengatasi kelemahan utamanya yaitu ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ ruko/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah berupa adanya undang-undang pengelola PBB dan peningkatan APBD DKI. Hal ini menjadi peluang kerjasama pengelola PBB untuk membenahi dan membina pedagang yang berada di lingkungan PBB agar lebih terkoordinir dan tertata dengan baik. Sehingga nantinya jikalau sudah terkelola dengan baik maka dapat menjadi peluang pendapatan bagi pengelola PBB yang berasal dari retribusi pedagang dan dapat mengurangi ketergantungan PBB dengan APBD DKI. Manfaat lain dari diterapkannya strategi ini adalah untuk meningkatkan pembangunan jalan dan lahan parkir di PBB sehingga nantinya dapat menjadi peningkatan fasilitas PBB dan meningkatkan kunjungan wisatawan dengan adanya kecenderungan wisata sebagai

160 kebutuhan dan peningkatan jumlah penduduk Jabotabek. Selain itu belum optimalnya manajemen pengelola karena kecilnya gaji, nantinya diharapkan dengan adanya paguyuban pedagang dapat menjadi opini tersendiri yang dapat memperbaiki manajemen pengelola dan meningkatkan gaji, koordinasi dan tingkat etos kerja pengelola. b) Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB. Sering dengan adanya program PNPM Pariwisata dan adanya kelemahan pedagang PBB yang tidak terorganisir dan tak berizin maka diharapkan bentuk kerjasama dengan kementerian UKM dapat membina para pedagang dan masyarakat agar bisa terorganisir dengan baik. Secara tidak langsung tindakan strategi ini memanfaatkan peluang lainnya yaitu adanya peningkatan masyarakat jakarta terhadap PBB sehingga nantinya masyarakat jakarta juga dapat ikut berkontribusi dalam program PNPM ini. Adanya peningkatan perekonomian dan APBD DKI diharapkan nantinya dapat memanfaatkan dana pengembangan pemerintah untuk pendukung program PNPM ini, dan adanya dukungan pemerintah terhadap PBB berupa undang-undang. Sumber daya manusia pedagang dan masyarakat PBB diharapkan nantinya pandai dan kreatif dalam membuat usaha souvenir, makanan khas, dan lain-lain, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dan pedagang di PBB. Selain itu juga, produk hasil kerjasama ini nantinya diharapkan dapat menjadi produk unggulan di PBB sehingga meningkatnya zona industri PBB melalui souvenir, makanan, minuman, dan lain-lain. Dengan adanya produk unggulan dari PBB diharapkan juga nantinya dapat meningkatkan jumlah wisatawan ke PBB berdasarkan adanya peluang peningkatan jumlah penduduk Jabotabek dan wisata sebagai kebutuhan, serta perhatian masyarakat terhadap PBB.

161 c) Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja. Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya, karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya, sehingga sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset perusahaan yang secara tidak langsung mendukung kelancaran usaha. Penerapan tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki kondisi manajemen di lembaga pengelola dan nantinya dapat meningkatkan perkembangan PBB. Diharapkan nantinya dengan adanya perbaikan manajemen pengelola maka pengrekrutan dan pengendalian manajemen pengelola menjadi lebih baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan dapat memanfaatkan peluang peningkatan perekonomian dan APBD DKI untuk mengembangkan konsep wisata baru bagi PBB, sehingga dapat menjadi sumber penghasilan bagi PBB dan dapat mengatasi sumber modal PBB yang tergantung dari APBD DKI. Dengan adanya pendapatan yang meningkat diikuti dengan ketersediaan manajemen pengelola yang baik diharapkan dapat meningkatkan pemasaran promosi PBB melalui adanya dan website, dan juga dapat membuat pengurusan badan hukum bagi PBB sehingga nantinya PBB dapat dipercaya oleh pihak swasta dan masyarakat dalam menjalin kerjasama. Selain itu dengan adanya strategi ini maka dapat mengatasi pedagang yang tanpa izin dan juga secara tidak langsung nantinya dapat memperluas lahan parkir di PBB dengan semakin tertatanya pedagang di PBB. Strategi ini dapat terlaksana atas dasar dukungan pemerintah dan meningkatnya perhatian masyarakat terhadap PBB dikarenakan perhatian masyarakat yang memberi banyak opini kepada lembaga pengelola sehingga dapat dimanfaatkan dalam pembentukan strategi ini. Adanya pemanfaatan dukungan pemerintah ini dikarenakan adanya keputusan

162 undang-undang terkait dengan kepengurusan pengelola PBB, selain itu dukungan pemerintah juga dapat terjadi sangat berarti saat adanya pergantian pengeurus pengelola karena anggota komite pengelola dipilih melalui DPRD DKI Jakarta berdasarkan masukan dari masyarakat, dan tingkat profesionalisme dan manajemen yang dimiliki calon pengurus PBB nantinya. 3) Strategi S-T Strategi ini dibuat dengan menggunakan kekuatan Kawasan Wisata PBB untuk menghindari ancaman yang ada. Berikut ini merupakan alternatif strategi S-T yang dapat ditawarkan untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB : a) Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer dan dinas kebudayaan dan pariwisata DKI Jakarta untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB Penerapan strategi ini dengan menggunakan semua kekuatan yang dimiliki PBB diharapkan nantinya PBB dapat menjalin kerjasama dengan event organizer dan travel agent untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata PBB. Sehingga nantinya timbul peningkatan kepercayaan dan daya tarik para pengunjung wisata dengan adanya jaminan kepercayaan juga dari event organizer dan travel agent mereka. Sehingga secara langsung dapat menghindari ancaman dari pesaing wisata agro dan air serta adanya kondisi keamanan dan banjir yang melanda jakarta. Selain itu dengan adanya kerjasama ini maka adanya pergantian ditingkat pemerintahan secara tidak langsung dapt dihindari karena pengembangan pemasaran dan promosi dilakukan dengan pihak swasta. Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour (IFT) dan masyarakat PBB Dengan adanya penerapan strategi ini diharapkan penggunaan semua kekuatan internal PBB dapat mengatasi ancaman adanya penggunaan lahan oleh pihak lain untuk usaha pemancingan tanpa izin. Dengan adanya kerjasama dengan pihak swasta ini juga diharapkan tidak mempengaruhi adanya pergantian ditingkat pemerintahan yang selama ini

163 terjadi dikarenakan kerjasama PBB bersifat monoton hanya dengan pihak pemerintah saja. Selain itu kerjasama pembentukan wisata pemancingan ini juga dapat menghindari ancaman dari pihak pesaing yang melakukan wisata memancing juga pada objek wisata airnya, sehingga diharapkan wisata pemancingan ini dapat menjadi terobosan peningkatan wisatawan ke PBB dan berdasarkan pengalaman yang diperoleh IFT dalam melakukan usaha pemancingan maka diharapkan dapat menghindari ancaman akibat banjir yang ada di Jakarta. 4) Strategi W-T Strategi ini dibuat dengan cara meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Berikut ini merupakan alternatif strategi S-T yang dapat ditawarkan untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB : a) Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hukum Penerapan strategi ini untuk mengurangi kelemahan pengelola yang belum meiliki badan hukum sehingga terkendala dalam melakukan kerjasama terkait pembiayaan dengan pihak swasta ataupun pengelolaan keuangan dari pemerintah. Sehingga strategi ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pihak swasta dalam pendaanan pengembangan modal pada PBB dan dapat mengurangi ketergantungan permodalan PBB dari APBD DKI. Dengan meningkatnya permodalan maka pengelola secara tidak langsung dapat meningkatkan lahan parkir dan jalan yang kurang sehingga fasilitas di PBB semakin baik sehingga dapat meningkatkan daya tarik pengunjung terhadap objek wisata PBB dan menghindari adanya persaingan di wisata agro dan air. Selain itu dengan adanya badan hukum pengelola maka adanya pergantian di pemerintahan akan dapat dihindari pengaruhnya dikarenakan keuangan APBD dapat dikelola secara langsung oleh pengelola PBB. Diharapkan pula dengan adanya badan hukum maka akan adanya manajemen pengelola yang lebih optimal dan dapat membuat pengrekrutan dan pengendalian manajemen pengelola lebih baik lagi.

164 Dengan adanya badan hukum pengelola maka pengelola dapat bertindak tegas kepada para pedagang yang berdagang di PBB tanpa izin dan membuat tata letak pedagang yang tidak rapi, maka secara tidak langsung pengelola dapat mengurangi ketersediaan pedagang yang tidak terkoordin dan tanpa izin. b) Bekerja sama dan ikut serta dengan Asosiasi Wisata Agro Indonesia untuk pengembangan wisata agro. Strategi ini dimaksudkan untuk meminimalisir manajemen pengelola yang kurang optimal, dalam pengelolaan objek wisata di PBB, tujuannya untuk mengetahui cara pengembangan wisata agro agar tanaman/buah dapat berkembang dengan cepat dan berbuah di setiap bulannya sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisata dan menghindari adanya ancaman persaingan wisata agro. Selain itu meningkatnya produktivitas wisata agro dan meningkatnya jumlah wisatawan secara tidak langsung juga dapat meningkatkan pendapatan PBB dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat PBB itu sendiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan modal terhadap APBD DKI dan dapat pula nantinya meningkatkan pembangunan jalan dan lahan parkir yang kurang. Dengan masuknya wisata PBB pada AWAI maka diharapkan pengelola belajar dari para pelaku usaha agro yang mana diantaranya juga belum memiliki dan website tapi dapat berkembang, selain itu diharapkan pengelola dapat mengetahui jumlah pelaku usaha lain yang bersaing di wisata agro dan dapat mengetahui keunggulan dan kelebihannya. Pembelajaran dari pengalaman para pelaku wisata agro diharapkan dapat meminimalisir ancaman keadaan lingkungan yang tidak menentu di jakarta untuk mengelola perkembangan usaha agro. c) Membuat dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan pemasaran Pembuatan dan website ini diharapkan dapat meminimalisir kelemahan PBB yang belum memiliki website dan . Penggunaan

165 dan website ini nantinya digunakan untuk menghindari ancaman dari keadaan keamanan dan situasi alam yang tidak menentu kepada para pengunjung wisata di dunia maya, sehingga nantinya diharapkan para pengunjung nmengetahui bahwa PBB dalam kondisi aman dan tidak terkena dampak lingkungan yang tidak menentu di Jakarta, dan dapat membuat kepercayaan bagi wisatawan untuk tetap mengunjungi PBB. Selain itu pembuatan dan website ini juga bertujuan untuk mencari donasi atau modal dan pengembangan kerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk pengembangan PBB sehingga PBB tidak tergantung pada dana APBD DKI dan tidak terpengaruh dengan adanya pergantian kepemimpinan di pemerintahan. Diharapkan juga dengan penerapan strategi ini PBB bisa mendapatkan pegawai ahli untuk pengelola dengan cara membuka iklan lowongan kerja untuk staf dan karyawan PBB sehingga nantinya pengrekrutan dan pengendalian tidak lagi bersifat kekeluargaan tapi profesional. Berdasarkan Alternatif strategi yang diperoleh maka dapat dijabarkan kesesuaiannya menurut Strategi yang didapatkan dengan menggunakan matriks IE yaitu berada pada sel II dengan strategi Integrasi dan Intensif yang dapat dilihat pada Tabel 33, berikut :

166 Tabel 33. Pengelompokan Alternatif Strategi ke Dalam Jenis Strategi Matriks IE pada Kawasan Wisata PBB. Jenis Strategi Tindakan Alternatif Strategi INTEGRASI Integrasi Ke Depan Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB Integrasi ke Mencari sponsor dari pihak swasta dan Belakang masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas pekerjaan umum dan Satgas PBB Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB Integrasi Horizontal Bekerja sama dan ikutserta dengan (AWAI) untuk pengembangan wisata agro INTENSIF Penetrasi Pasar Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara profesional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hukum Membuat dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan pemasaran Pengembangan Memperluas target pasar dari seluruh Pasar Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram Pengembangan Membuat wisata pemancingan berkonsep Produk ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan masyarakat PBB 7.7 Analisis Matriks QSP (QSPM) Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahap pencocokan, yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap akhir dari analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik. Adapun alat analisi yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan ini adalah Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM). Teknik ini menggunakan input dari analisis tahap masukan dan hasil pencocokan

167 dari analisis tahap pemaduan untuk menentukan secara ojektif diantara alternatif strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor strategi internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Nilai AS (Attravtiveness Score) menunjukan daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai As diperoleh melalui kuesioner yang ditujukan kepada Ketua Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB. Nilai TAS (Total Attractiveness Score) dari responden diperoleh dari hasil perkalian antara bobot dan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total Attractiveness Score) dari responden dengan cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari masingmasing faktor internal dan eksternal. Adapun perhitungan QSPM dari responden dapat dilihat pada Lampiran 16. Berdasarkan hasil perhitungan STAS (Sum Total Attractiveness Score) pada Lampiran 16, maka prioritas strategi alternatif terbaik yang dilakukan saat ini adalah memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara profesional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja dengan STAS sebesar 6,356. Memperbaiki keadaan struktur organisasi pengelola dan sistem manajemennya dianggap menjadi hal yang paling berpengaruh terhadap semua strategi yang ditawarkan oleh karena itu strategi ini menjadi perioritas strategi. Selain itu kurangnya tenaga kerja pelaksana tugas sehari-hari di PBB yang dikarenakan pengelola memiliki pekerjaan lain, sehingga menyebabkan beberapa tugas terjadi perangkapan jabatan, dan kurang maksimal sehingga pengembangan PBB pun terkesan lambat dan kurang terorganisir dengan baik. Adapun prioritas strategi untuk pengembangan Kawasan Wisata PBB, dapat dilihat pada Tabel 34.

168 Tabel 34. Prioritas Alternatif Strategi Kawasan Wisata PBB Alternatif Strategi Prioritas Strategi Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara 1 professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja. Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan 2 bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan Masyarakat PBB Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event 3 organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB 4 Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan 5 Kementerian Pariwisata dan Kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara 6 yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan 7 (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas terkait dan Satgas PBB Membuat dan Website PBB untuk meningkatkan promosi PBB 8 Bekerja sama dan ikut serta dengan Asosiasi Wisata Agro Indonesia 9 untuk pengembangan wisata agro Membentuk Sekretariat Pengelola PBB yang berbadan hukum 10 Dalam melakukan pelaksanaan alternatif strategi yang ditawarkan maka ada beberapa persiapan yang harus dilakukan Pengelola PBB antara lain dapat dilihat pada Lampiran 17. Untuk menentukan strategi mana yang terlebih dahulu diprioritaskan maka urutan penerapan strateginya dapat melihat pada hasil dari matriks QSP (QSPM). Meskipun demikian, implementasi dari formulasi strategi ini diserahkan sepenuhnya kepada pengelola Kawasan Wisata PBB.

169 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada Kawasan Wisata PBB, maka terdapat kesimpulan yang diperoleh, sebagai berikut : 1) Dalam identifikasi lingkungan internal Kawasan Wisata PBB terdapat kekuatan dan kelemahan utama. Kekuatan utama PBB yaitu Kawasan Wisata PBB sebagai satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Sedangkan kelemahan utama yang perlu di atasi yaitu belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite. Dalam identifikasi eksternal, PBB memiliki peluang yang paling berpengaruh yaitu dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB. Sedangkan Ancaman yang paling mempengaruhi PBB yaitu Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB. 2) Kawasan Wisata PBB dalam penerapan Strategi IE tergolong dalam sel II, dimana dalam kondisi tumbuh dan kembangkan sehingga strategi yang lebih baik digunakan yaitu strategi intensif atau strategi integrasi. Adapun strategistrategi tersebut digunakan pula dalam analisis matriks SWOT dalam menentukan alternatif strategi yang ditawarkan yaitu 1) mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat, 2) membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram, 3) Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang, 4) melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB, 5) Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen, 6) Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer, 7) Membuat wisata pemancingan, 8) Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hukum, 9) Bekerja sama dan ikutserta dengan (AWAI) untuk pengembangan wisata agro, 10) Membuat dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan pemasaran.

170 3) Prioritas strategi yang diperoleh melalui matriks QSP (QSPM) untuk Kawasan Wisata PBB yaitu memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja dengan nilai STAS sebesar 6, Saran Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada Kawasan Wisata PBB, maka beberapa saran yang dapat menjadi masukan Kawasan Wisata PBB, antara lain : 1) Pihak pengelola sebaiknya melakukan pencataan dan pendataan secara baik dan benar terkait jumlah wisatawan dan jumlah kendaraan yang masuk agar nantinya dapat digunakan untuk pencatatan keuangan dan pengembangan PBB. 2) Pihak lembaga pengelola sebaiknya membuat standar operasional prosedur dalam proses manajemen PBB untuk memperbaiki sistem manajemen lembaga pengelola. 3) Pihak pengelola sebaiknya mencari pengembang usaha perairan, baik dari pihak swasta ataupun masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang tidak termanfaatkan oleh PBB.

171 DAFTAR PUSTAKA Aryanto Analisis Strategi Pengembangan Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe), Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Asosiasi Wisata Agro Indonesia Pengertian Dasar Wisata Agro. Makalah Disampaikan dalam Penelitian Wisata Agro di Yogyakarta tanggal Juli Yogyakarta David Strategic Management Consept. Jakarta : Salemba Empat David Strategic Management Consept. Jakarta : Salemba Empat. [Deptan] Departemen Pertanian Membangun Pilar Wisata Agro Indonesia. database. deptan. go. id/agrowisata/viewfitur. [18 Januari 2009] Deptan, Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani pada Dirgantoro C Manajemen Stratejik. Jakarta : Grasindo Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Thursday, 03 December :10. APBD DKI 2010 Sebesar Rp 24,67 Triliun. Republika : Hal. 11 Harahap H Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada PT. Taman Safari Indonesia. Cisarua, Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Linawati Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Ayam Arab Petelur di Trias Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Mardiana Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Pusat Perbelanjaan Modern pada La Piazza, Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Nazir Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Nuryanti W Pariwisata Budaya.Yogyakarta. Gajahmada University Press Hlm 2-3 Nusawanti TA Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

172 Pendit NS (a) Ilmu Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramitha Pendit NS (b) Sebuah Pengantar Perdana : Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Pitana PG Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi Offset Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri (a) Sosiologi Pariwisata : Kajian Sosiologi terhadap Struktur, Sistem, dan Dampak-dampak Pariwisata. Yogyakarta : ANDI Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri (b). Pengantar Ilmu periwisata. Yogyakarta : ANDI Reza M Analisis Pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Soekartawi Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan : Dengan Pokok Bahasan Khusus Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta : Rajawali Pers Wardiyanta Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta : ANDI Yoeti AO Tours and Travel marketing. Jakarta : Pradnya Paramitha

173 LAMPIRAN Lampiran 1. Grafik Indeks Daya Saing Gabungan Destinasi Internal Indonesia Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI (2007)

174 Lampiran 2. Ringkasan Permasalahan kerjasama yang ada Dalam Pengelolaan Kawasan Wisata PBB terkait Pergantian Kepemimpinan. Pemerintahan. TAHUN PERMASALAHAN KEGIATAN 2001 Penanaman Pohon di PBB yang berlokasi sama 2002 Pengembangan/penggusuran keramba jaring apung di Setu Babakan 2003 Penganggaran rutin dan kegiatan kebudayaan Pembangunan perumahan Betawi dan jalan masuk PBB 2003 Pembangunan saluran air Setu Babakan 2007 Pembentukan Komite Lembaga Pengelola PBB 2007 Pengelolaan Wisata Bebek Air di Setu Babakan Pengembangan Kewirausahaan warung Betawi dan masyarakat Betawi KOORDINASI DINAS/LEMBAGA TERKAIT Dinas Pertamanan Departemen Pertanian Departemen kehutanan Dinas Perikanan Dan Kelautan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Suku Dinas Kebudayaan Dinas Perumahan Dinas Pekerjaan Umum Suku Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pertamanan Bamus Betawi dan Lembaga Kebudayaan Betawi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Suku Dinas Kebudayaan Lembaga Pengelola Suku Dinas Kebudayaan Koperasi Pasir Mukti Kementerian Pariwisata Dan Kebudayaan Kementerian Koperesi dan UKM Lembaga Pengelola SEBAB PERMASALAHAN Proses pergantian di tingkat Departemen Proses pergantian kepala Dinas dan kepala Suku Dinas Proses pergantian Gubernur Proses Pergantian ditingkat Kementerian

175 Lampiran 3. Peta Lokasi Kawasan Wisata PBB Pusat Kegiatan PBB Keterangan : = Lahan termanfaatkan = Lahan tidak termanfaatkan Sumber Data : Kelurahan Jagakarsa. 157

176 Lampiran 4. Struktur Kepengurusan Lembaga Pengelola Kawasan Wisata PBB Berdasarkan SK Gubernur No.754/2008 KETUA \ Komite Tata Kehidupan dan Budaya 1. Drs. H. Rusdi Saleh * 2. H. Irwan Syafiie 3. Indra Sutisna, Komite Kesenian dan Pemasaran 1. dr. H. Sibroh Malisi, MARS* 2. Taufik Abdullah, S.Pd 3. Hj. Poppy Sri Suryani Komite Pengkajian, Pelatihan dan Pendidikan 1. Drs. H. Amarullah Asbah * 2. Drs. H. Yoyo Muchtar 3. Abdul Azis Kafia, S.si, M,Si Komite Pengawasan dan Pengendalian 1. Ir. H. Agus A. Asenie, Dipl-Ing* 2. Ir. H. Rudi Saputra, MT 3. H. Abdul Khalid, BA Keterangan : *) merupakan Koordinator Komite Sumber : Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi

177 Lampiran 5. Grafik Peristiwa Terkait yang Berpengaruh Pada Pariwisata Sumber : Departemen kebudayaan dan pariwisata RI (2007) 159

178 Lampiran 6a. Data Kunjungan Wisatawan Kawasan Wisata PBB Per Bulan Selama Periode Tahun Bulan Tahun JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES Jumlah * Keterangan :*) Data Sementara Tahun 2010 Sumber : Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Lampiran 6b. Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara Ke Kawasan Wisata PBB Selama Periode Tahun Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara Mahasiswa LSM, Masyarakat Mahasiswa dan Pelajar LSM, Masyarakat Tahun dan Pelajar Lembaga, Umum Lembaga, Umum Jumlah Pemerintah Pemerintah Jumlah

179 Lampiran 7. Daerah Rawan banjir JABODETABEK Daerah Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Lokasi 1. Matraman Dalam 2. Mangga Dua 3. Kalipasir Kwitang 4. Karang Anyar 5. Bunderan HI, Kebon Kacang, Teluk Betung 6. Serdang 7. Pejompongan/AL 8. Gunung Sahari 9. Jatipinggir 10. Cempaka Putih 1. Kapuk Kamal 2. Sungai Bambu 3. Kapuk Kamal Sediatmo 4. Papanggo 5. Pantai Indah Kapuk 6. Yos Sudarso 7. Kapuk Muara, Teluk Gong, Muara Angke 8. Sunter Timur, Kodamar 9. Pluit 10. Perum Walikota Jakarta Utara 11. Pademangan Barat 12. Kelapa Gading 13. Pademangan Timur 14. Rawa Badak, Tugu, Lagoa 15. Sunter Agung 16. Tugu Utara 17. Sunter Jaya 18. Semper 19. Lagoa Buntu 20. Dewa Ruci, Dewa Kembar 21. Kebon Bawang 22. Rorotan / Babek ABRI 23. Waraka 1. Rawa Buaya 2. Tomang Rawa Kepa 3. Duri Kosambi 4. Jati Pulo 5. Tegal Alur 6. Pinangsia 7. Kapuk Kedang/Poglar 8. Mangga Besar 9. Cengkareng 10. Tanjung Duren 11. Kembangan Green Garden 12. Grogol 13. Meruya Jakarta Timur Jakarta Selatan Bekasi 14. Sukabumi Utara 15. Pesing 16. Kelapa Dua 17. Krendang, Duri Utara 18. Duri Kepa 19. Jelambar 1. ASMI, Perintis 2. Pulo Mas 3. Pulo Nangka 4. Rawa Bunga 5. Kebon Nanas 6. Cipinang Jaya 7. Cipinang Indah, Cipinang Muara, Cipinang Melayu 8. Malaka Selatan, Pondok Kelapa 9. Buluh Perindu, Tegal Amba 10. Halim Perdanakusuma 11. Kramat Jati 12. Kampung Rambutan, Ciracas, Cibubur 13. Ujung Menteng 1. IKPN 2. Pondok Pinang 3. Cireundeu Permai 4. Kebalen, Mampang Prapatan 5. Tegal Parang 6. Petogogan 7. Pondok Karya 8. Damai Jaya 9. Pulo Raya 10. Setiabudi Barat 11. Bukit Duri, Kebayoran Baru, Bidara Cina, Kampung Melayu 12. Pengadegan, Kalibata, Rawa Jati, Gang Arus 13. Cipulir, Ciledug Raya 1. Muaragembong 2. Perumahan Cempaka Mas 3. Cabangbungin 4. Perumnas I Bekasi 5. Desa Sukakarsa 6. Perumnas II Bekasi 7. Desa Sukakarya 8. Kaliabang Tengah 9. Cibarusah 10. Harapan Baru 11. Jayalaksana 12. Harapan Jaya 13. Sukadanau 14. Perumahan Perwira

180 Tanggerang 15. Sukatani 16. Teluk Pucung 17. Perumahan Jatibening Permai 18. Kayu Ringin 19. Perumahan Bumi Satria Kencana 20. Duta Kranji 21. Pondok Mitra Lestari 22. Duren Jaya 23. Perumahan Kemang Ifi 24. Aren Jaya 25. Perumahan Pondok Gede Permai 26. Villa Kartini 27. Villa Jatirasa 28. Karang Kitri 29. Perumahan Mustika Jaya 30. Perumahan Jaka Kencana 31. Perumahan Dosen IKIP, Mandosi, Jatiasih 32. Kemang Pratama 33. Perumahan Nusa Pala, Jatiasih 34. Pondok Hijau Permai 1. Komplek Perumahan Perdagangan, Karang Tengah 2. Benda 3. Ciledug Indah 4. Tajur 5. Periuk 6. Pondok Arum 7. Pamulang Depok Bogor 8. Ciputat 9. Paku Jaya 1. Depan terminal Depok 2. Sawangan Asri 3. Kampung Sawah, Pancoran Mas 4. Taman Duta, Cimanggis 1. Cikaret 2. DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung 3. Empang 4. DAS Cisadane 5. Bondongan 6. DAS Cipakancilan 7. Batutulis 8. Bantarjati 9. Pamoyanan 10. Kedunghalang 11. Cipaku 12. Cibuluh 13. Genteng 14. Ciparigi 15. Muarasari 16. Katulampa 17. Lawanggintung 18. Baranangsiang 19. Harjasari 20. Sukasari 21. Rancamaya 22. Gunungbatu 23. Bojongkerta 24. Cilendek Barat 25. Mulyaharja 26. Tanah Sareal 27. Pakuan Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Jakarta Selatan, Satuan Koordinasi Pelaksana Pengendalian Banjir dan Pengungsi (Satkorlak PBP) DKI Jakarta, kompas.com, dan hupelita.com

181 Lampiran 8. Wisata Agro dan Air di Jakarta dan sekitar Kawasan Wisata PBB Nama Lokasi Jenis Wisata Taman Impian Jakarta Air dan Jaya Ancol Utara Agro Taman Mini Indonesia Indah Taman Anggrek Ragunan Kebun Bibit Ragunan Hutan Kali Pesanggerahan Setu Babakan Kebun Bibit Cilangkap Kolam Ceria I dan II Kampung Asri Banjar Sari Kampung Agrowisata Rajawati Wisata Pemancingan, Bebek Air, dan Agro Ceria Taman Balai Benih Ikan Sekolah Alam Ciganjur Jakarta Selatan Jakarta Selatan Agro dan Air Luas 552 Ha 165 Ha Tahun Berdiri Harga Masuk per Pengunjung Pengelola 1964 Rp Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat 1970 Rp Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat Pemerintah, dan Swasta Agro 8 Ha 1976 Rp Rp Jakarta Agro 8 Ha 1989 Rp Rp Pemerintah Selatan Jakarta Agro (tidak Masyarakat Km diketahui ) Jakarta Air dan Gratis Masyarakat Selatan Agro Ha Agro 19, Ha Jakarta Air dan 1, Rp (I) Swasta Selatan Agro Ha dan Rp (II) Jakarta Agro 1, Gratis Masyarakat Selatan ha Jakarta Agro 12, (tidak Masyarakat Selatan Ha diketahui Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta selatan Agro dan Air Perikanan Air 2,5 Ha 1,2 Ha Agro 2,5 ha ) 2005 Rp Swasta (tidak diketahui ) Pemerintah 2008 Rp Swasta Sumber data : Direktori Wisata Agro Departemen Pertanian (2008) (diolah)

182 Lampiran 9. Rating IFE Kawasan Wisata PBB Rating Faktor Internal Kekuatan Indra Sutisna Amrullah Asbah Joesuf Imran S Letak Kawasan PBB yang strategis ,75 Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota ,75 Retribusi masuk yang murah ,25 Motivasi kerja karyawan tinggi Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB ,75 Satu-satunya tempat kawasan wisata perkampungan Budaya Betawi yang berada di Jakarta Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata ,5 Ratarata KELEMAHAN Belum memiliki dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin ,5 Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite ,75 Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB

183 Lampiran 10. Pembobotan IFE Kawasan Wisata PBB Pembobotan Faktor Internal Kekuatan Indra Sutisna Amrulla h Asbah Joesuf Imran S Rata-rata Letak Kawasan PBB yang strategis 0,078 0,071 0,071 0,078 Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. 0,090 0,076 0,081 0,075 Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota 0,064 0,071 0,060 0,061 Retribusi masuk yang murah 0,052 0,062 0,060 0,073 Motivasi kerja karyawan tinggi 0,066 0,064 0,060 0,073 Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB 0,071 0,071 0,069 0,075 Satu-satunya tempat kawasan wisata perkampungan Budaya Betawi yang berada di Jakarta. 0,085 0,076 0,083 0,080 Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata 0,059 0,060 0,055 0,063 KELEMAHAN Belum memiliki dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran 0,043 0,057 0,050 0,041 Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah 0,083 0,071 0,069 0,058 Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan 0,076 0,081 0,090 Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang 0,073 0,069 0,067 0,068 Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin 0,047 0,062 0,067 0,053 Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite 0,036 0,040 0,040 Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB 0,076 0,067 0,079 0,078

184 Lampiran 11. Rating EFE Kawasan Wisata PBB Rating Raktor Eksternal PELUANG Indra Sutisna Amrulla h Asbah Joesuf Imran S Rata-rata Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek ,75 Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB ,75 Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah ,25 ANCAMAN Situasi keamanan (teroris,bom, dan isu global) di Jakarta Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta) Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB ,5

185 Lampiran 12. Pembobotan EFE Kawasan Wisata PBB Pembobotan Raktor Eksternal PELUANG Indra Sutisna Amrullah Asbah Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB 0,128 0,128 0,139 0,128 0,131 Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan 0,117 0,094 0,089 0,106 0,101 Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek 0,089 0,078 0,100 0,100 0,092 Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI 0,122 0,133 0,100 0,139 0,124 Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB 0,128 0,106 0,089 0,094 0,104 Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah 0,056 0,083 0,083 0,072 0,074 Joesuf Imran S Ratarata ANCAMAN Situasi keamanan (teroris,bom, dan isu global) di Jakarta 0,061 0,072 0,106 0,083 0,081 Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta) 0,086 0,086 0,073 0,078 0,081 Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil 0,072 0,083 0,094 0,094 0,086 Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan 0,111 0,117 0,094 0,122 0,111 Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB 0,117 0,106 0,106 0,061 0,097

186 Lampiran 13. Total Bobot Skor IFE Kawasan Wisata PBB Satu-satunya tempat kawasan wisata perkampungan Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. Letak Kawasan PBB yang strategis Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata Retribusi masuk yang murah Motivasi kerja karyawan tinggi Jumlah variabel kekuatan KELEMAHAN Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin Belum memiliki dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan IFE Jumlah variabel kelemahan

187 Lampiran 14. Total Bobot Skor EFE Kawasan Wisata PBB PELUANG Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah Jumlah variabel peluang ANCAMAN Situasi keamanan (teroris,bom, dan isu global) di Jakarta Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta) Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB EFE Jumlah variabel ancaman

188 Faktor Eksternal Lampiran 15. Analisis Matriks SWOT Kawasan Wisata PBB Faktor Internal Peluang (Opportunities-O) Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek Peningkatan perekonomian DKI Jakarta dan APBD DKI Jakarta dapat meningkatkan destinasi pariwisata DKI Meningkatnya perhatian masyarakat Jakarta terhadap PBB Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah Ancaman (Threats-T) Situasi keamanan (teroris,bom, isu global ) Kondisi alam yang tidak menentu (banjir di Jakarta) Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta karena hambatan masuk yang kecil Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintahan Adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha pemancingan tanpa izin pengelola PBB Kekuatan (Strength-S) Letak Kawasan PBB yang strategis 2. Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan Kelemahan (Weakness-W) Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah Pembangunan Jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ ruko/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin. adanya hutan kota. Belum optimalnya manajemen komite Sifat masyarakat lokal yang pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan ramah tamah di PBB adanya pekerjaan lain dari anggota komite. Satu-satunya tempat kawasan Belum adanya badan hukum untuk pengelola wisata seni & Budaya masyarakat Betawi yang berada di Jakarta Memiliki dua buah setu yaitu setu PBB 6. Belum memiliki dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran babakan dan setu mangga bolong 7. Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang sebagai objek alam pendukung bersifat kekeluargaan pariwisata 7. Motivasi kerja karyawan tinggi 8. Retribusi masuk yang murah Strategi SO 1. Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB. (S 1,2,3,4,5,6,7,8 dan O 1,2,3,4,5 ) 2. Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram. (S 1,2,3,4,5,6,7,8 dan O 1,2,3,4,5 ) 3. Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB (S 1,2,3,4,5,6,7,8 dan O 1,2,3,4,5 ) Strategi ST 1. Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB(S 1,2,3,4,5,6,7,8 dan T 1,2,3,4 ) 2. Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan masyarakat PBB. (S 1,2,3,4,5,6,7,8 dan T 3,4,5 ) Strategi WO 1. Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas pekerjaan umum dan Satgas PBB (W 1,2,3,4 dan O 1,2,3,4,5 ) 2. Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB (W 1,2,3,4 dan O 1,2,3,4,5,6 ) 3. Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja. (W 1,2,3,4,5,6,7 dan O 1,2,3,4,5,6 ) Strategi WT 1. Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hukum (W 1,2,3,4,5,7 dan T 3,4,5 ) 2. Bekerja sama dengan (AWAI) untuk pengembangan wisata agro. (W 1,4,6,7 dan T 1,2,3,4 ) 3. Membuat dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan pemasaran. (W 1,4,6,7 dan T 1,2,3,4 )

189 Lampiran 16. Perhitungan Matriks QSPM Alternatif Strategi Pada Kawasan Wisata PBB FAKTOR PENENTU Alternatif Strategi (Total Attractive Score) Peluang S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Dukungan Pemda ke PBB 0,511 0,383 0,511 0,511 0,383 0,511 0,383 0,383 0,383 Wisata bagi masyarakat sebagai kebutuhan 0,317 0,317 0,317 0,317 0,317 0,317 0,317 0,317 0,317 Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek 0,250 0,167 0,250 0,167 0,167 0,250 0,250 0,250 0,250 Peningkatan perekonomian dan APBD DKI 0,383 0,511 0,383 0,383 0,383 0,256 0,383 0,383 0,383 Meningkatnya perhatian masyarakat pada PBB 0,350 0,350 0,350 0,233 0,350 0,350 0,350 0,350 0,350 Adanya program PNPM pariwisata 0,139 0,139 0,139 0,139 0,139 0,069 0,069 0,139 0,069 Ancaman Adanya teroris dan bom DKI 0,200 0,200 0,133 0,133 0,200 0,133 0,067 0,133 0,067 Banjir tahunan di DKI 0,259 0,259 0,173 0,173 0,259 0,259 0,086 0,173 0,173 Adanya persaingan antara wisata agro dan wisata air 0,233 0,233 0,156 0,233 0,233 0,233 0,156 0,156 0,156 Regulasi atau deregulasi perubahan kepemimpinan Pemda 0,342 0,342 0,342 0,342 0,342 0,342 0,342 0,342 0,342 Penggunaan lahan oleh pihak lain 0,111 0,111 0,333 0,333 0,222 0,333 0,111 0,222 0,222 Kekuatan Letak PBB yang strategis 0,224 0,224 0,224 0,224 0,224 0,224 0,224 0,224 0,224 3 potensi wisata berbeda : Air, Agro dan Budaya 0,332 0,249 0,249 0,249 0,249 0,249 0,249 0,249 0,249 panorama setu yang indah 0,203 0,203 0,203 0,203 0,203 0,203 0,135 0,203 0,203 Retribusi masuk yang murah 0,114 0,114 0,114 0,114 0,171 0,114 0,114 0,114 0,114 Motivasi kerja karyawan tinggi 0,131 0,131 0,196 0,196 0,196 0,196 0,196 0,196 0,196 Sifat masyarakat ramah tamah 0,214 0,214 0,143 0,214 0,214 0,214 0,214 0,214 0,214 Pionir wisata Budaya Betawi di DKI 0,242 0,242 0,161 0,242 0,242 0,242 0,242 0,242 0,242 Memiliki dua buah setu 0,178 0,178 0,178 0,178 0,119 0,178 0,178 0,119 0,178 Kelemahan Belum memiliki dan website 0,150 0,150 0,050 0,100 0,150 0,150 0,150 0,150 0,200 modal pengembangan tergantung APBD 0,154 0,232 0,232 0,232 0,232 0,232 0,232 0,232 0,232 pengrekrutan dan pengendalian kekeluargaan 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,314 0,157 0,235 jalan dan lahan parkir yang kurang 0,143 0,214 0,214 0,214 0,214 0,214 0,071 0,143 0,214 warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin 0,109 0,109 0,219 0,164 0,164 0,109 0,109 0,109 0,109 Belum optimalnya manajemen pengelola 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 pengelola PBB belum berbadan hukum 0,214 0,142 0,142 0,142 0,142 0,214 0,285 0,214 0,214 SUM TAS 5,853 5,764 5,761 5,786 6,356 5,865 5,942 5,342 5,527 5,650

190 Lampiran 17. Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Pengelola Kawasan Wisata PBB Sebelum Penerapan Strategi Strategi Persiapan yang Harus Dilakukan Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing dengan membuat variasi wisata pendukung seperti Flyingfox dan arung jeram Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas pekerjaan umum dan Satgas PBB Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara profesional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB Membuat proposal kegiatan kerjasama wisata dan berbagai bentuk perjanjian kerjasama yang akan ditawarkan Membuat daftar jumlah sponsor yang akan ditawari kerjasama Menyiapkan karyawan yang bertugas untuk kegiatan kerjasama wisata Menentukan lokasi pendirian wisata Merancang lay out wisata Menentukan karyawan yang nantinya bertugas di objek wisata tersebut Menentukan harga tiket objek wisata Menjaga hubungan baik dengan wisatawan Menentukan lokasi toko/warung Merancang lay out toko/warung Menjaga hubungan baik dengan pedagang melalui musyawarah/rapat pedagang Membuat data jumlah pedagang Menyiapkan karyawan yang akan melakukan kerjasama Menentukan iuran rutin pedagang Menyiapkan karyawan yang akan mengurus kerjasama ini nantinya Menyiapkan proposal kerjasama dan bentuk perjanjian kerjasamanya Membuat data pedagang dan masyarakat yang ingin ikut pelatihan Merancang struktur organisasi yang optimal dan melibatkan Keuangan. Membuat SOP kerja Membuat prasyarat dan kualifikasi pengrekrutan kerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya Memberikan pelatihan manajemen kepada pengelola Membuat daftar jumlah biro perjalanan yang akan ditawari kerjasama Membuat berbagai variasi paket wisata kerjasama Menentukan karyawan yang bertugas melakukan kerjasama Menyiapkan karyawan guide wisata

191 Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan masyarakat PBB Membentuk sekretariat pengelola PBB yang berbadan hukum Bekerja sama dan ikutserta dengan (AWAI) untuk pengembangan wisata agro Membuat dan Website PBB untuk meningkatkan promosi dan pemasaran Menentukan lokasi pendirian wisata Merancang lay out wisata Menentukan karyawan yang nantinya bertugas di objek wisata tersebut Menentukan harga tiket objek wisata Menyiapkan proposal kerjasama dan bentuk perjanjian kerjasamanya Membuat kerjasama dengan notaris Membuat profil pengelola PBB Mempersiapkan keperluan legalitas pendukung keberadaan pengelola PBB Menyiapkan proposal kerjasama dan bentuk perjanjian kerjasamanya Menentukan karyawan yang melakukan tugas kerjasama ini Mempersiapkan/menambah karyawan yang ahli dibidang teknologi informasi Mempersiapkan informasi dan konten pemasaran yang akan ditawarkan Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang teknologi informasi

192 Lampiran 18. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PBB Identitas Responden Nama : Pekerjaan : Jabatan Alamat : : Peneliti, Mochamad Setyadi H Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2010

193 PENENTUAN FAKTOR INTERNAL Faktor Internal dalam penelitian ini adalah factor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) yang berasal dari dalam kawasan PBB itu sendiri. Tujuan : Menentukan factor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB yang dilakukan oleh para responden. Petunjuk Pengisian : 1. Berikan tanda ( ) pada kolom Kekuatan pada table 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB. 2. Berikan tanda ( ) pada kolom Kelemahan pada table 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kelemahan dalam pengambangan Kawasan Wisata PBB. Catatan : Pengisian faktor-faktor internal pada halaman berikutnya.

194 Tabel Faktor-Faktor Strategi Internal No. Faktor-Faktor Strategi Internal Kekuatan kelemahan 1. Letak Kawasan PBB yang strategis 2. Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. 3. Belum memiliki dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran 4. Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota 5. Retribusi masuk yang murah 6. Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah 7. Motivasi kerja karyawan tinggi 8. Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite 9. Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang 10. Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB 11. Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin 12. Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan 13. Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB 14. Satu-satunya tempat kawasan wisata Kawasan Wisata PBB yang berada di Jakarta. 15. Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata

195 PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL Faktor Eksternal dalam penelitian ini adalah factor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Wisata Kawasan Wisata PBB (PBB) yang berasal dari luar kawasan PBB itu sendiri. Tujuan : Menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok Peluang dan Ancaman dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB yang dilakukan oleh para responden. Petunjuk Pengisian : 1. Berikan tanda ( ) pada kolom Peluang pada table 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi peluang dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB. 2. Berikan tanda ( ) pada kolom Ancaman pada table 1 berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi ancaman dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB. Catatan : Pengisian faktor-faktor eksternal pada halaman berikutnya.

196 Tabel Faktor-Faktor Strategi Eksternal No. Faktor-Faktor Strategi Eksternal Peluang Ancaman 1. Dukungan pemerintah daerah terhadap pengembangan kawasan wisata PBB melalui SK.Gub No. 92 Tahun 2002 dan diperkuat dengan perda No.3 tahun 2005 serta UU otonomi daerah 2. Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan 3. Situasi keamanan (teroris dan bom di Jakarta) 4. Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta) 5. Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta selatan 6. Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek 7. Peningkatan APBD DKI Jakarta sebesar 2,96 persen 8. Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintah daerah dan dinas terkait. 9. Meningkatnya perhatian masyarakat Indonesia terhadap pariwisata Budaya dan agrowisata 10. Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah, 11. Adanya penggunaan lahan pemda oleh pihak lain.

197 PEMBERIAN NILAI PERINGKAT (RATING) FAKTOR-FAKTOR INTERNAL Tujuan : Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur masingmasing variable terhadap kondisi lingkungannya (kawasan PBB). Variabel faktor internal ini terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan kawasan wisata PBB. Petunjuk Pengisian : 1. Tentukan nilai peringkat (rating) berdasarkan pada kemampuan perusahaan dalam faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB dengan menggunakan tanda ( ) pada pilihan Bapak/Ibu. 2. Penentuan nilai peringkat (rating) berdasarkan keterangan berikut : Identitas peringkat Definisi Nilai 4 Jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan utama bagi PBB 3 Jika faktor tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil bagi PBB 2 Jika faktor tersebut kurang berpengaruh/kelemahan kecil bagi PBB 1 Jika faktor tersebut sangat kurang berpengaruh/kelemahan besar bagi PBB Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi pengembangan kawasan wisata PBB, terhadap faktor-faktor berikut ini. Catatan : Pengisian faktor-faktor internal pada halaman berikutnya.

198 Tabel Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis No. Faktor-Faktor Strategi Internal Letak Kawasan PBB yang strategis 2. Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. 3. Belum memiliki dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran 4. Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota 5. Retribusi masuk yang murah 6. Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah 7. Motivasi kerja karyawan tinggi 8. Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite 9. Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang 10. Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB 11. Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin 12. Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan 13. Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB 14. Satu-satunya tempat kawasan wisata Kawasan Wisata PBB yang berada di Jakarta. 15 Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata

199 PEMBERIAN NILAI PERINGKAT (RATING) FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL Tujuan : Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur masingmasing variable terhadap kondisi lingkungannya (kawasan PBB). Variabel faktor eksternal ini terdiri dari faktor peluang dan ancaman dalam pengembangan kawasan wisata PBB. Petunjuk Pengisian : 1. Tentukan nilai peringkat (rating) berdasarkan pada kemampuan perusahaan dalam faktor-faktor peluang dan ancaman dalam pengembangan Kawasan Wisata PBB dengan menggunakan tanda ( ) pada pilihan Bapak/Ibu. 2. Penentuan nilai peringkat (rating) berdasarkan keterangan berikut : Identitas peringkat Definisi Nilai 4 Jika faktor tersebut berpengaruh sangat baik/respon sangat baik bagi PBB 3 Jika faktor tersebut berpengaruh baik/respon baik bagi PBB 2 Jika faktor tersebut berpengaruh sedang/respon umum bagi PBB 1 Jika faktor tersebut kurang berpengaruh/respon buruk bagi PBB Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi pengembangan kawasan wisata PBB, terhadap faktor-faktor berikut : Catatan : Pengisian faktor-faktor eksternal pada halaman berikutnya.

200 Tabel Penentuan Peringkat Faktor-Faktor Strategi Eksternal No. Faktor-Faktor Strategi Eksternal Dukungan pemerintah daerah terhadap pengembangan kawasan wisata PBB melalui SK.Gub No. 92 Tahun 2002 dan diperkuat dengan perda No.3 tahun 2005 serta UU otonomi daerah 2. Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan 3. Situasi keamanan (teroris dan bom di Jakarta) 4. Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta) 5. Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta selatan 6. Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek 7. Peningkatan APBD DKI Jakarta sebesar 2,96 persen 8. Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintah daerah dan dinas terkait. 9. Meningkatnya perhatian masyarakat Indonesia terhadap pariwisata Budaya dan agrowisata 10. Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah, 11. Adanya penggunaan lahan pemda oleh pihak lain.

201 PEMBOBOTAN FAKTOR INTERNAL (Kekuatan dan Kelemahan) Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal mengenai tingkat kepentingan pada faktor-faktor strategis dalam pengembangan kawasan wisata PBB. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar tingkat kepentingan faktor tersebut dalam menentukan keberhasilan pengembangan kawasan wisata PBB. Petunjuk pengisian : 1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap pengembangan Kawasan Wisata PBB. 2. Untuk menentukan bobot setiap variable digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kuesioner adalah 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Contoh : Letak Kawasan PBB yang strategis (point A yang horizontal) kurang penting dari faktor Belum adanya retribusi masuk pengunjung (per orang) (point E yang vertical) maka nilai kolom E = 1 Letak Kawasan PBB yang strategis (point A yang horizontal) sama penting dari faktor Belum adanya retribusi masuk pengunjung (per orang) (point E yang vertical) maka nilai kolom E = 2 Letak Kawasan PBB yang strategis (point A yang horizontal) lebih penting dari faktor Belum adanya retribusi masuk pengunjung (per orang) (point E yang vertical) maka nilai kolom E = 3 Catatan : Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Strategis Internal yang akan Bapak/Ibu isi ada pada halaman berikutnya

202 Tabel Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Strategis Internal Faktor-Faktor Strategi Internal A B C D E F G H I J K L M N 0 TOTAL BOBOT (A) Letak Kawasan PBB yang strategis (B) Memiliki 3 potensi wisata berbeda yaitu Wisata Budaya, Air dan Agro. (C) Belum memiliki dan website sebagai pendukung media informasi dan pemasaran (D) Memiliki pemandangan/panorama setu yang indah didukung dengan aliran kali setu babakan dan adanya hutan kota (E) Retribusi masuk yang murah (F) Sumber modal pengembangan (ketersediaan dana) tergantung APBD pemerintah (G) Motivasi kerja karyawan tinggi (H) Belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite (I) Pembangunan jalan yang tidak merata dan lahan parkir PBB yang kurang (J) Sifat masyarakat lokal yang ramah tamah di PBB (K) Ketersediaan tempat berbelanja/ toko/ restoran/ warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin (L) Sistem pengrekrutan dan pengendalian yang bersifat kekeluargaan (M) Belum adanya badan hukum untuk pengelola PBB (N) Satu-satunya tempat kawasan wisata Kawasan Wisata PBB yang berada di Jakarta. (O) Memiliki dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong sebagai objek alam pendukung pariwisata TOTAL

203 PEMBOBOTAN FAKTOR EKSTERNAL (Peluang dan Ancaman) Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor eksternal mengenai tingkat kepentingan pada faktor-faktor strategis dalam pengembangan kawasan wisata PBB. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar tingkat kepentingan faktor tersebut dalam menentukan keberhasilan pengembangan kawasan wisata PBB. Petunjuk pengisian : 1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap pengembangan Kawasan Wisata PBB. 2. Untuk menentukan bobot setiap variable digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kuesioner adalah Catatan : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Contoh : Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan (point B yang horizontal) kurang penting dari faktor Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta) (point D yang vertical) maka nilai kolom E = 1 Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan (point B yang horizontal) sama penting dari faktor Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta) (point D yang vertical) maka nilai kolom E = 2 Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan (point B yang horizontal) lebih penting dari faktor Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta) (point D yang vertical) maka nilai kolom E = 3 Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Strategis Eksternal yang akan Bapak/Ibu isi ada pada halaman berikutnya.

204 Tabel Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Strategis Eksternal Faktor-Faktor Strategi Eksternal A B C D E F G H I J K TOTAL BOBOT (A) Dukungan pemerintah daerah terhadap pengembangan kawasan wisata PBB melalui SK.Gub No. 92 Tahun 2002 dan diperkuat dengan perda No.3 tahun 2005 serta UU otonomi daerah (B) Wisata bagi masyarakat Indonesia cenderung sebagai kebutuhan (C) Situasi keamanan (teroris dan bom di Jakarta) (D) Kondisi alam yang tidak menentu (banjir tahunan di Jakarta) (E) Timbulnya persaingan antara wisata agro dan wisata air di Jakarta selatan (F) Peningkatan jumlah penduduk Jabotabek (G) Peningkatan APBD DKI Jakarta sebesar 2,96 persen (H) Regulasi atau deregulasi pemerintah daerah melalui adanya perubahan kepemimpinan (perubahan jabatan) di pemerintah daerah dan dinas terkait. (I) Meningkatnya perhatian masyarakat Indonesia terhadap pariwisata Budaya dan agrowisata (J) Adanya program PNPM pariwisata yang bertujuan mengembangkan usaha bercirikan Budaya asli daerah, (K) Adanya penggunaan lahan pemda oleh pihak lain. TOTAL

205 Lampiran 19. Kuesioner tahap Pengambilan Keputusan Prioritas (QSPM) PENENTUAN ATTRACTIVE SCORE (AS) Tujuan : 1. Untuk menetapkan daya tarik relatif (relative attractive) dari alternatifalternatif strategi yang terpilih melalui analisis SWOT. 2. Untuk menetapkan strategi alternatif mana yang paling di prioritaskan untuk diimplementasikan oleh Lembaga Pengelola untuk pengembangan PBB. Alternatif strategi yang didapatkan dari analisis SWOT : 1) Mencari sponsor dari pihak swasta dan masyarakat dengan melakukan kerjasama dalam kegiatan wisata di PBB. 2) Memperluas target pasar dari seluruh Indonesia hingga mancanegara yaitu kalangan menengah keatas dan para turis asing 3) Membentuk Paguyuban Pedagang PBB dan Menata letak bangunan (lanskap) pedagang/toko/warung di sekitar kawasan wisata PBB dengan melakukan kerja sama kepada dinas terkait dan Satgas PBB 4) Bekerjasama dengan kementerian UKM dan koperasi dan Kementerian Pariwisata dan kebudayaaan untuk melakukan pembinaan dan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat dan pedagang di PBB 5) Memperbaiki struktur organisasi dan sistem manajemen secara professional untuk meminimalisir perangkapan jabatan, dan meningkatkan produktivitas kerja. 6) Bekerjasama dengan biro perjalanan wisata (travel agent) atau event organizer dan dinas kebudayaan dan pariwisata DKI Jakarta untuk menawarkan berbagai variasi paket wisata di PBB 7) Membuat wisata pemancingan berkonsep ramah lingkungan bekerjasama dengan Indonesia Fishing Tour dan masyarakat. 8) Membentuk Sekretariat Pengelola PBB yang berbadan hukum 9) Bekerja sama dengan Direktorat Wisata Agro Departemen Pertanian untuk pengembangan wisata agro dan air 10) Membuat dan Website PBB untuk meningkatkan promosi PBB Petunjuk Pegisian Tabel Skor Daya Tarik (Attractive Score) : Tentukan Attractive Score (AS) atau daya tarik dari faktor eksternal (Peluang dan Ancaman) dan faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan) untuk setiap alternatif strategi. Dalam menentukan nilai daya tarik unutk faktor internal dan faktor eksternal dengan mengajukan pertanyaan Apakah faktor ini akan mempengaruhi strategi yang akan dibuat. Nilai daya tarik tersebut adalah 4 = Faktor tersebut sangat mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih 3 = faktor tersebut cukup mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih 2 = faktor tersebut sedikit mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih 1 = faktor tersebut tidak mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih

206 Tabel Skor Daya Tarik (Attractive Score) Peluang Dukungan Pemda ke PBB Wisata bagi masyarakat sebagai kebutuhan Peningkatan jumlah penduduk DKI Peningkatan APBD DKI Meningkatnya perhatian masyarakat pada PBB Adanya program PNPM pariwisata Ancaman Adanya teroris dan bom DKI Banjir tahunan di DKI Adanya persaingan antara wisata agro dan wisata air Regulasi atau deregulasi perubahan kepemimpinan Pemda Penggunaan lahan oleh pihak lain Kekuatan Letak PBB yang strategis 3 potensi wisata berbeda : Air, Agro dan Budaya panorama setu yang indah Retribusi masuk yang murah Motivasi kerja karyawan tinggi Sifat masyarakat ramah tamah Pionir wisata Budaya Betawi di DKI Memiliki dua buah setu Kelemahan Belum memiliki dan website modal pengembangan tergantung APBD pengrekrutan dan pengendalian kekeluargaan jalan dan lahan parkir yang kurang warung yang tidak terkoordinir dan tanpa izin Belum optimalnya manajemen pengelola pengelola PBB belum berbadan hukum Bob ot

207 Lampiran 20. Dokumentasi Kawasan Wisata PBB WISATA AIR WISATA AGRO WISATA BUDAYA 189

ASPEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN PARIWISATA

ASPEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN PARIWISATA ASPEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN PARIWISATA 1. Aspek Penawaran Pariwisata Menurut Medlik 1980 dalam Ariyanto 2005, ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata adalah: a) Attraction

Lebih terperinci

SEGMENTASI WISATAWAN

SEGMENTASI WISATAWAN SEGMENTASI WISATAWAN Berbicara tentang kepariwisataan, pasti tidak akan terlepas dengan orang yang melakukan kegiatan/perjalanan wisata atau dikenal dengan istilah wisatawan. Banyak definisi atau batasan

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Referensi Utama: Utama, I Gusti Bagus Rai. (2015). Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url http://www.deepublish.co.id/penerbit/buku/547/pengantar-industri-pariwisata

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

Pariwisata Mc. Intosh dan Goelder

Pariwisata Mc. Intosh dan Goelder Pariwisata adalah suatu kegiatan Berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan, turisme. Pariwisata Berasal dari Bahasa Sanksekerta, yaitu Pari yang berarti banyak, penuh atau berputar-putar

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara pada saat ini lebih fokus berorientasi kepada industri non migas seperti industri jasa yang didalamnya termasuk industri pariwisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat kompleks, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, sudah

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. World Tourism Organization (WTO)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami perubahan. Kegiatan pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis pengolahan data, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Dapat diketahui faktor eksternal dan internal Hotel

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI BAURAN PEMASARAN (Studi Kasus : Liefde Cafe&Restaurant, Bogor)

ANALISIS STRATEGI BAURAN PEMASARAN (Studi Kasus : Liefde Cafe&Restaurant, Bogor) ANALISIS STRATEGI BAURAN PEMASARAN (Studi Kasus : Liefde Cafe&Restaurant, Bogor) SKRIPSI SAUD PARTOGI HAMONANGAN SITORUS H34076138 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan oleh laut, Indonesia merupakan salah satu Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan oleh laut, Indonesia merupakan salah satu Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar, yaitu; Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua dan belasan ribu pulau

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata dan muncul pada dekade tahun

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami

I. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar 439 juta, maka dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sudah diakui sebagai industri terbesar abad ini, dilihat dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sudah di kenal di dunia karena memiliki daya tarik yang unik dan beragam serta memiliki kekhasan

Lebih terperinci

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri pariwisata di dunia saat ini sangat pesat dan memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pengembangan pariwisata, bukan hanya sekadar peningkatan perolehan devisa bagi negara, akan tetapi lebih jauh diharapkan pariwisata dapat berperan sebagai katalisator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata dunia dapat dilihat dari perkembangan kedatangan wisatawan yang terjadi pada antarbenua di dunia. Benua Asia mempunyai kunjungan wisatawan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Budiyono (2003:44) menyatakan bahwa: aktivitas manusia di muka bumi dimulai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Budiyono (2003:44) menyatakan bahwa: aktivitas manusia di muka bumi dimulai dengan II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Manusia di dalam usaha untuk mempertahankan hidup di muka bumi, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhannya dengan melakukan berbagai kegiatan,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang sangat menarik telah secara serius memperhatikan perkembangan sektor pariwisata, dapat dilihat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati Indonesia dapat terlihat dari banyaknya flora dan fauna negeri ini. Keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Produk yang ditawarkan berupa atraksi wisata, tempat hiburan, sarana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman. BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian xviii

DAFTAR ISI Halaman. BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian xviii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASARAT GELAR... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata ini menjadi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata ini menjadi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata dianggap sebagai salah satu sektor yang berkembang relative pesat pada saat ini, bahkan pariwisata telah menjadi industri terbesar di dunia. Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang sifatnya sudah berkembang dan sudah mendunia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan perekonomian. Hal ini karena Pariwisata merupakan ujung tombak dan kemajuan perekonomian suatu

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki trend kontribusi positif terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Menurut data BPS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan

Lebih terperinci

Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami. peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar

Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami. peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar 439 juta, maka dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Indonesia yang sangat strategis karena berada di dua benoa yakni Benoa Asia dan Benoa Australia sehingga Indonesia mempunyai iklim tropis dan hal ini

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP SKRIPSI MOHAMMAD REZA H34051684 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 0 ANALISIS STRATEGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Pembangunan Kepariwisataan di Provinsi Bali

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN MARLIA PRATIWI.

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah memiliki sumber daya alam dan potensi masing-masing dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya dapat menentukan prioritas

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A.14105704 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SARI

Lebih terperinci

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata saat ini telah menjadi sektor industri yang sangat besar di dunia. Pertumbuhuan pariwisata saat ini merupakan bentuk nyata dari perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia wisata di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya tempat wisata yang berdiri dimasing-masing

Lebih terperinci