HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI STRES DENGAN AGRESIVITAS PADA ANGGOTA KEPOLISIAN RESKRIM DI JAKARTA
|
|
- Johan Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI STRES DENGAN AGRESIVITAS PADA ANGGOTA KEPOLISIAN RESKRIM DI JAKARTA Dewi Utami, Rani Agias Fitri ABSTRACT This research is examined to understand the relationship between stress perception with aggressiveness among reskrim police in Jakarta. The Participant of this research are reksirim police in Jakarta. This research used Perceieved Stress Scale (PSS) and The Aggression Questionnaire. Method of this research is correlational. Based on this research the result coming out with a significance value of 0,034 and correlational value of -0,150. Furthermore, this research found that there is a significant relationship between stress perception with aggressiveness among reskrim police in Jakarta. (DU) Keyword : Stress Perception, Aggressiveness, Reskrim Police ABSTRAK Tujuan penelitian ini ialah ingin melihat hubungan antara persepsi stres dengan agresivitas pada anggota kepolisian reskrim di Jakarta. Partisipan dalam penelitian ini aialah anggota kepolisian reskrim di Jakarta. Penelitian ini menggunakan Perceieved Stress Scale (PSS) dan The Aggression Questionnaire. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasional. Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai signifikansi p = 0,034 dan korelasi sebesar r = -0,150. Sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi stres dengan agresivitas pada anggota kepolisian reskrim di Jakarta. (DU)
2 Kata Kunci : Persepsi Stres, Agresivitas, Polisi Reskrim PENDAHULUAN Kekerasan maupun pembunuhan bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat, sudah banyak tindak kriminalitas yang terjadi di jaman sekarang ini. Pelakunya pun tak hanya segelintir dari masyarakat Indonsia tapi anggota kepolisian pun juga dapat melakukan hal tersebut. Telah terjadi kekerasan terhadap dua orang mahasiswa UPI yang dilakukan oleh Kanit Reskrim Polsek Padang Timur pada tanggal 23 Januari 2013, karena dikira hendak melawan polisi. Pemukulan ini terjadi saat polsek Padang Timur melakukan razia helm pada pengendara sepeda motor (Pratomo, 2013). Kemudian, telah terjadi penembakan yang dilakukan anggota polisi Reskrimsus Polda Jawa Tengah pada tanggal 13 Juli 2014 terhadap seorang suami pembantu rumah tangga. Hal ini terjadi karena korban mengancam ibu pelaku yang diduga mencampuri urusan rumah tangga korban. Pelaku yang tidak senang dengan perilaku korban pun mendatangi rumahnya untuk meminta keterangan, namun terjadi percekcokan antara pelaku dan korban yang berujung pada penembakan (Assifa, 2014). Seperti yang masyarakat ketahui Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara untuk menegakkan hukum yang bertugas untuk memelihara keamanan negara. Kepolisian terbagi dalam bidang seperti Lalu Lintas (Lantas), Intelejen, Brimob, Harkam, dan Reserse Kriminal (Reskrim). Menurut Wasono (2014) dalam penelitiannya mengenai perbandingan rating peristiwa yang menimbulkan stres antara anggota kepolisian fungsi reserse dan Sabara di Jakarta, ditemukan ada lima kejadian yang menempati urutan tertinggi dalam rating stres untuk fungsi reserse yaitu ikut berpartisipasi dalam korupsi di kepolisian, diskors, penyalahgunaan obat-obatan terlarang secara pribadi, mengonsumsi alkohol saat bertugas dan terlibat secara pribadi dalm peristiwa penembakan (Wasono, 2014). Reskrim sendiri adalah satuan fungsi teknis Polri yang bertugas melaksanakan penegakan hukum dan berbeda dengan bagian Polri lain yang hanya melakukan pencegahan saja. Tugas reskrim lebih tepatnya melakukan upaya penegakan hukum dengan melaksanakan Penyelidikan dan Penyidikan. Resiko dalam pekerjaan anggota kepolisian reskrim bukanlah resiko yang ringan. Segala sesuatunya harus dijalankan sesuai prosedur yang telah ditetapkan, namun ada pula sanksi yang diberikan, jika anggota kepolisian melakukan pelanggaran terhadap prosedur yang ada. Kondisi tersebut dapat menjadi sebuah tekanan bagi anggota kepolisian reskrim, dimana ada dua sisi yang harus mereka hadapi. Sisi pertama mereka harus menegakkan hukum dan menjalankan prosedur yang ada. Namun disisi lain mereka harus melindungi diri sendiri dari ancaman-ancaman yang diberikan oleh pelaku kejahatan. Tekanan yang dihadapi oleh anggota reskrim dalam bekerja dapat menyebabkan terjadinya stres. Stres sendiri didefinisikan sebagai respon seseorang terhadap suatu kejadian yang menantang atau mengancam (Feldman, 2005). Cohen, Kamarack and Mermelstein mendefinisikan persepsi terhadap stress adalah sejauh mana individu menemukan kehidupannya yang tidak terduga, beban yang berlebihan dan tidak dapat dikontrol mencakup intrapersonal, interpersonal atau situasi ekstrapersonal dalam kehidupan seseorang dipersepsikan sebagai stress (dalam Yarcheski, Mahon, Yarcheski & Hanks, 2010). Sumber-sumber intrapersonal, interpersonal atau situasi ekstrapersonal akan berdampak somatik dan behavioral. Untuk somatik dampaknya seperti sering lupa, mengalami kegelisahan cemas, berkeringat, insomnia atau cepat marah. Untuk dampak secara behavioral yang menimbulkan agresi seperti membanting barang, memukul meja, memukul orang, dan lain-lain (Koeswara dalam Mumtahinnah, 2011). Aronson mendefinisikan bahwa agresivitas adalah perbuatan sengaja yang bertujuan untuk merugikan orang lain atau menyakiti orang lain (Aronson, Wilson & Akert, 2007). Menurut Buss and Perry agresivitas memiliki empat dimensi. Pertama adalah Physical Aggression yaitu kecenderungan untuk melukai orang lain dengan melakukan tindakan fisik seperti memukul. Kedua adalah Verbal Aggression yaitu menyakiti atau merugikan orang lain merupakan komponen motor dalam perilaku. Ketiga ada Anger yang melibatkan dorongan fisiologis dan persiapan dalam agresi merupakan komponen emosional dan afeksi perilaku. Serta keempat Hostillity yaitu perasaan sakit atau ketidakadilan merupakan komponen kognitif perilaku (Buss and Perry,1992). Berdasarkan hasil penelitian di Polresta Malang menunjukkan tingkat stres kerja polisi pada kategori sedang yaitu sebanyak 56%, tingkat frustrasi polisi pada kategori sedang yaitu sebanyak 69% dan memiliki tingkat perilaku agresi pada kategori sedang yaitu sebanyak 74%. Hasil analisis korelasionalmenunjukkan ada hubungan stres kerja dan perilaku agresi, sehingga semakin tinggi stress kerja maka perilaku agresi juga semakin tinggi (Zahro, 2007).
3 METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek yang bekerja sebagai anggota kepolisian reskrim pria maupun wanita yang bekerja minimal 1 tahun di wilayah Jakarta, mulai dari staf hingga Kepala Satuan (Kasat) Reskrim. Subjek yang di ambil sebanyak 200 orang dari total populasi sebanyak 568 orang. Dalam penelitian ini peneliti membahas mengenai persepsi stress dan agresivitas. Untuk itu penelitian ini akan menggunakan alat ukur Perceieved Stress Scale (PSS) dari Sheldon Cohen yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Dalam alat ukur ini terdiri dari 10 item. Ada empat item yang memiliki nilai positif yaitu item 4,5,7 & 8 dengan skala yang digunakan adalah 0-4 dengan keterangan 0 tidak pernah, 1 hampir tidak pernah, 2 kadang-kadang, 3 hampir sering dan 4 sangat sering. Sedangkan untuk agresivitas peneliti juga telah mengadaptasi alat ukur The Aggression Questionnaire dari Buss & Perry alat ukur ini terdiri dari empat dimensi yaitu Physical Aggression (PA), Verbal Aggression (VA), Anger (A) dan Hostility (H). Alat ukur ini memiliki 29 item dengan skala likert 1-5 dengan keterangan 1 (sangat tidak menggambarkan diri saya) dan 5 (sangat menggambarkan diri saya). Dalam hal pendekatan/informasi peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mempelajari sebuah fenomena yang kontekstual, yang berarti fenomena ini tidak dapat dipahami tanpa ada konteks dimanapun fenomena ini muncul (Myers & Hansen, 2011). Desain penelitian ini merupakan desain Non Eksperimen. Metode non eksperimen digunakan untuk mempelajari sebuah perilaku didalam situasi yang berjalan dengan apa adanya (natural) untuk menggali kejadian yang unik, atau digunakan sebagai sampel data pribadi (Myers & Hansen, 2011). Berdasarkan tujuan yang ada peneliti menggunakan korelasional. Korelasional itu sendiri adalah salah satu desain penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua sifat, peristiwa atau perilaku (Myers & Hansen, 2011). HASIL DAN BAHASAN Penelitian ini mengambil subjek sebanyak 200 orang dari Polres-polres yang tersebar di lima daerah Jakarta yaitu Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Utara dengan total populasi sebanyak 586 orang. Dari 200 subjek seluruhnya berjenis kelamin pria dengan keterangan usia yaitu 23% usia tahun, 18% usia 29-33, 29% usia 34-38, 53% usia 39-43, 64% usia dan 13% usia Kemudian dari hasil yang didapatkan 88% subjek telah bekerja selama lebih dari 5 tahun, serta 84,5% dari subjek memiliki pangkat Bripda-AIPTU. Langkah selanjutnya adalah melihat korelasi antara kedua variabel, berikut adalah hasil uji korelasi antara PSS daan AQ : Tabel 1 Uji korelasi Perceieved Stress Scale (PSS) dengan The Aggression Questionnaire TotalPSS totaltaq Spearman s rho Total PSS Correlation Coefficient ,150 Sig. (2-tailed). 0,034 Total TAQ Correlation Coefficient -0, Sig. (2-tailed) 0,034. Berdasarkan data diatas diperoleh bahwa hubungan antara kedua variabel yaitu variabel PSS dan AQ memiliki nilai signifikan sebesar (p) = 0,034 dengan angka korelasi r = -0,150. Oleh karena itu dengan nilai signifikansi 0,034 maka H 0 ditolak dan H a diterima, sehingga hal ini menunjukkan kedua variabel yaitu PSS dan AQ memiliki hubungan negatif yang signifikan. Nilai korelasi sebesar -0,150
4 menunjukkan bahwa tingkat korelasi sangat lemah dan tanda negatif menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang terbalik tidak searah. Tidak searah yang dimaksud adalah apabila persepsi stres tinggi maka agresivitas rendah, begitu juga sebaliknya apabila tingkat stres rendah maka agresivitas tinggi. Penelitian ini memiliki analisa tambahan yang bertujuan untuk menambah informasi. Analisa tambahan ini sendiri terdiri atas korelasi antara Perceieved Stress Scale (PSS) dengan masing-masing dimensi dari agresivitas. Berikut ini adalah tabel analisa tambahan tersebut : Tabel 2 Uji korelasi dimensi PA Total PSS Total AQ Spearman s rho Total PSS Correlation Coefficient ,086 Sig. (2-tailed). 0,178 Sumber : Hasil olah data SPSS Hasil yang didapat menggunakan korelasi dari Spearman menunjukkan bahwa nilai korelasi kedua variabel bernilai 0,178 ini berarti nilai tersebut > 0,05 maka H 0 diterima dan H a ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara PSS dengan physical aggression pada anggota kepolisian reskrim di Jakarta. Dibawah ini merupakan korelasi PSS dengan dimensi kedua agresi yaitu VA : Tabel 3 Uji korelasi dimensi VA Total PSS Total AQ Spearman s rho Total PSS Correlation Coefficient ,174 Sig. (2-tailed). 0,014 Sumber : Hasil olah data SPSS Hasil yang didapat menggunakan korelasi dari Spearman menunjukkan bahwa nilai korelasi kedua variabel bernilai 0,014 ini berarti nilai tersebut < 0,05 maka maka H 0 ditolak dan H a diterima yang berarti ada hubungan antara PSS dengan verbal aggression pada anggota kepolisian reskrim di Jakarta. Dibawah ini merupakan korelasi PSS dengan dimensi ketiga agresi yaitu A :
5 Tabel 4 Uji korelasi dimensi A Total PSS Total AQ Spearman s rho Total PSS Correlation Coefficient ,151 Sig. (2-tailed). 0,033 Sumber : Hasil olah data SPSS Hasil yang didapat menggunakan korelasi dari Spearman menunjukkan bahwa nilai korelasi kedua variabel bernilai 0,033 ini berarti nilai tersebut < 0,05 maka maka H 0 ditolak dan H a diterima yang berarti ada hubungan antara PSS dengan anger pada anggota kepolisian reskrim di Jakarta. Dibawah ini merupakan korelasi PSS dengan dimensi keempat agresi yaitu H : Tabel 5 Uji korelasi dimensi H Total PSS Total AQ Spearman s rho Total PSS Correlation Coefficient ,058 Sig. (2-tailed). 0,415 Sumber : Hasil olah data SPSS Hasil yang didapat menggunakan korelasi dari Spearman menunjukkan bahwa nilai korelasi kedua variabel bernilai 0,415 ini berarti nilai tersebut > 0,05 maka maka H 0 diterima dan H a ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara PSS dengan hostility pada anggota kepolisian reskrim di Jakarta. Dapat dilihat dari keempat tabel diatas menunjukkan bahwa dimensi VA (0,014) dan A (0,033) memiliki hubungan dengan persepsi stres karena nilai yang dimiliki VA dan A < 0,05, sedangkan dimensi PA (0,179) dan H(0,415) tidak memiliki hubungan dengan persepsi stres karena nilai yang dimiliki > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa VA dan A ada hubungan yang negatif, semakin tinggi persepi stres maka agresivitas menurun sedangkan untuk PA dan H tidak memiliki hubungan dengan persepsi stres. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengolahan data tersebut ialah ada hubungan yang signifikan antara persepsi stres dengan tingkat agresivitas dengan nilai signifikasi 0,034 dan nilai korelasi r = -0,150. Hubungan yang signifikan tersebut namun memiliki nilai korelasi yang negatif yang berarti apabila persepsi stres tinggi maka tingkat agresifitas rendah, begitu juga sebaliknya apabila persepsi stres rendah maka agresi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa saat anggota kepolisian mempersepsikan adanya stres maka agresi yang dimiliki menurun, namun saat anggota kepolisian reskrim tidak mempersepsikan adanya stres maka agresi yang dimiliki tinggi.
6 Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi stres dengan tingkat agresivitas pada anggota kepolisian reskrim di Jakarta. Menurut peneliti hubungan yang negatif tersebut terjadi karena ketika subjek mengalami stres, maka subjek akan melakukan upaya coping sebagai usaha untuk mengontrol, mengurangi atau belajar mengenai toleransi dengan ancaman yang menyebabkan stress (Feldman, 2005). Koping sendiri memiliki 3 bentuk, pertama adalah coping berdasarkan emosi yaitu usaha seseorang mengatur emosinya saat menghadapi stres dan mencari jalan untuk merubah persepsi mereka mengenai masalah tersebut (Feldman, 2005). Kemudian kedua adalah coping berdasarkan masalah yaitu memodifikasi sumber stres dengan cara merubah perilaku atau mengembangkan sebuah rencana untuk menghadapi stres (Feldman, 2005). Serta bentuk coping yang ketiga adalah religius, dimana menurut Rammohan, Rao & Subbakrishna (dalam Utami, 2012) melalui berdoa, ritual dan keyakinan agama dapat membantu seseorang dalam koping saat mengalami stres kehidupan. Hal ini terjadi karena melalui aktivitas tersebut akan muncul pengharapan dan kenyamanan. Dalam coping emosi dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya ialah self-control yaitu usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan (Wahyuni, 2013). Mengatur perasaan dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dapat melakukan olahraga. Sebuah berita online menyatakan bahwa emosi negatif seperti stres atau sedih bisa diredakan dengan olahraga. Beberapa jenis olahraga tertentu bisa melepaskan hormon serotonin yang membuat merasa senang dan positif. Bahkan Mental Health Foundation, organisasi kesehatan non-profit di Inggris telah menunjukkan bukti bahwa olahraga baik untuk pengobatan depresi. Aktivitas fisik juga bisa menambah kepercayaan diri dan membuat berpikir positif (Hestianingsih, 2013). Sehingga apabila seseorang sudah dapat merasakan emosi yang positif dan dapat mengatur perasaannya akan menghindari hal-hal yang berhubungan dengan agresivitas. Kemudian upaya mengatasi stres dapat dilakukan subjek dengan berfokus pada masalah. Berada dalam situasi stres karena sulit mendapatkan informasi yang diperlukan dari tersangka, maka subyek dapat mengatasinya stres yang dialami dengan mengubah perilakunya. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengubah pendekatan ke tersangka, jika tadinya mengancam dengan kekerasan maka diubah dengan pendekatan persuasif. Menggunakan kekerasan sebagai bagian dari prosedur penyelidikan dan penyelidikan, seperti yang tertuang dalam Undang nomor 8 tahun 1981 KUHP Pasal 5 ayat 1(a) dan pasal 7 ayat 1(a) yaitu penyelidikan adalah menerima laporan atau pengaduan seseorang tentang tindak pidana, mencari keterangan atau bukti menyuruh berhenti seseorang serta menanyakan tanda pengenal dan lain sebagainya. Sedangkan wewenang penyidik antara lain adalah melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan lain-lain. Sehingga hal ini merupakan hal yang wajar dan diasumsikan sering dilakukan oleh subjek, namun apa bila cara tersebut tidak efektif dan justru menimbulkan stres, maka akan diupayakan cara yang lain. Kondisi ini lah yang akhirnya membuat stres yang dialami subjek tidak berkembang ke arah agresivitas. Coping religius diasumsikan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, karena norma keagamaan sangat kental di Indonesia. Ketika subjek mempersepsikan adanya tekanan, maka upaya yang dilakukan adalah berdoa, bersembahyang atau melakukan ritual keagamaan yang lain. Saat ini lah subjek akan merasakan kedekatan dengan Tuhan, sehingga membuatnya menghindari perilaku yang secara sengaja menyakiti orang lain (agresivitas), seperti mencaci atau menghina orang lain atau perasaan marah yang ada didalam dirinya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Juniarly dan Hardjan (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi koping religius dan kesejahteraan subjektif, semakin rendah stres. Dengan kata lain stres dapat diprediksi berdasarkan koping religius dan kesejahteraan subjektif (Juniarly dan Hardjan, 2012). Hal inilah yang membuat subjek dalam penelitian ini tidak melakukan perilaku agresi meskipun ia sedang mempersepsikan adanya stres. Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa PSS memiliki korelasi negatif di dalam dua dimensi agresi yaitu Verbal Aggression (VA) dan Anger (A), yang berarti semakin tinggi persepsi stres, maka semakin rendah agresivitas dan juga semakin rendah persepsi stres, maka semakin tinggi agresivitas. Hal ini dapat terjadi karena ketika subjek mempersepsikan adanya stres, maka subjek akan fokus ke dalam diri sendiri dan melakukan upaya reflektif (koping emosi atau koping masalah), sehingga menghindari interaksi dengan orang lain. Strategi coping yang berfokus emosi biasanya dilakukan bila individu menilai tidak ada yang dapat dilakukan terhadap situasi yang dihadapinya atau bila individu menilai situasinya memiliki tingkat ancaman yang tinggi. Maka strategi ini dapat disebut sebagai reaksi difensif (Primaldhi, 2008). Menurut Lazarus & Folkman (1984) Strategi Coping berfokus masalah merupakan tindakan yang ditampilkan oleh individu yang bertujuan untuk menimbulkan perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial terhadap hal yang menimbulkan stres tersebut. Individu melakukan coping jenis ini bila ia menilai bahwa situasinya mungkin dapat diubah atau situasi yang tingkat
7 ancamannya sedang. Pada strategi coping jenis ini, individu mencoba memecahkan masalah yang sedang dihadapinya dengan melakukan perubahan trerhadap dirinya dan lingkungannya (dalam Primaldhi, 2008). Hal ini lah yang mungkin dapat menjadikan persepsi stres tinggi namun agresivitas rendah. Sebaliknya ketika subjek tidak sedang mempersepsikan adanya stres, maka akan banyak melakukan interaksi dengan orang lain. Hal ini dapat mendorong tingginya kemungkinan untuk melakukan verbal aggression dan menunjukkan anger. Verbal aggression sendiri banyak dilakukan dalam interaksi seharihari dalam bentuk humor. Karena dibungkus dengan humor, unsur verbal aggression tanpa disadari bahwa hal tersebut sebenarnya bertujuan untuk menyakiti orang lain. Hal itu membuat sulitnya mengenali verbal aggression disebabkan oleh tidak adanya bukti fisik dan biasanya terjadi dalam ruang lingkup teman dekat (Sasnida, 2012). Dalam interaksi tersebut terdapat juga kemungkinan subjek tersinggung dengan orang lain dan menunjukkan kemarahan (Anger) kepada orang lain akibat penyataan-pernyataan yang kurang menyenangkan. Kemungkinan lain yang menyebabkan hubungan negatif yang signifikan antara persei stres dengan agresivitas ialah variabel lain yang lebih memiliki hubungan yang positif. Seperti hasil yang didapat oleh Nurmalia (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tipe kepribadian A memberikan hubungan yang positif sebesar 23,4% untuk agresivitas (Nurmalia, 2010). Selain itu, pengambilan data dilakukan peneliti dalam suasana bulan Ramadhan. Hal ini dapat menyebabkan tingkat agresivitas anggota kepolisian reskrim rendah, karena seperti yang diketahui bulan ramadhan ialah bulan dimana umat muslim berpuasa dan menahan hawa nafsu termasuk melakukan perilaku agresi. Meskipun dalam data kontrol penulis tidak meminta subjek menyebutkan agama, namun penduduk di Indonesia mayoritas adalah umat muslim, sehingga diasumsikan subjek dalam penelitian ini juga banyak yang tergolong sebagai Muslim. Menurut hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, tercatat sebanyak penduduk Indonesia memeluk Agama Islam. Jika dihitung persentasenya jumlah tersebut setara dengan 87,18% dari total penduduk Indonesia. Persentase sebesar itu juga merupakan rata-rata dari persentase penganut Islam di setiap propinsi (Suryanto, 2013). Kemudian hasil penelitian ini menyatakan bahwa persepsi stres yang dimiliki anggota kepolisian reskrim masuk kedalam golongan tinggi. Hal ini disebabkan karena proses pengambilan data dilakukan pada masa Pemilu Presiden Subjek-subjek sendiri memiliki tugas menjaga keamanan saat pemilu berlangsung, dimana hal ini meningkatkan intensitas kesibukan subjek. Tuntutan pekerjaan yang harus dilakukan tersebut dapat menyebabkan subjek mempersepsikan adanya tekanan yang tinggi. Dari hasil yang telah didapat dalam penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara stress dengan dimensi Physical Aggression (PA) dan Hostility (H). Ketidakterkaitan antara stres dengan physical aggression dapat terjadi karena kekerasan fisik merupakan hal yang dibutuhkan subjek dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota kepolisian Reskrim. Sesuai dengan Protap Kapolri tentang Penanggulangan Anarki nomor 1 tahun 2009 nomor 2(f) yang menyebutkan menangani pelaku kejahatan anggota kepolisian memiliki prosedur yang sudah ditetapkan untuk bertindak apabila pelaku kejahatan melakukan perlawanan fisik. Prosedur penanggulangannya seperti melumpuhkan dengan menggunakan tangan kosong lunak, tangan kosong keras, kendali tangan tumpul, senjata kimia contohnya gas air mata atau alat lain yangs sesuai standar Polri dan kendali dengan senjata api. Sebagai bagian dari tugas, meskipun subjek mempersepsikan ada atau tidaknya stres, maka kekerasan fisik tetap dapat terjadi. Ketidakterkaitan antara stres dengan hostility dapat terjadi karena saat melakukan penyelidikan anggota kepolisian reskrim memang seharusnya memiliki rasa ketidakpercayaan agar tidak mendapatkan buktibukti yang diragukan kebenarannya. Rasa ketidakpercayaan itu masuk kedalam dimensi Hostility. Seperti Physical Aggression, sebagai dari bagian pekerjaan maka hostility akan tetap ada meskipun subjek memperspesikan ada atau tidaknya stres. Untuk penelitian yang akan dilakukan dimasa yang akan datang, alangkah baiknya mempertimbangkan waktu dalam pengambilan data agar tidak memberikan dapak secara sginifikan terhadap hasil penelitian. Serta untuk hasil yang maksimal sebaiknya melakukan wawancara untuk menggali hasil yang lebih dalam pada subjek penelitian yang menalami persepsi tinggi dan agresivitas rendah untuk memahami fenomena yang sebenarnya terjadi. Saran praktis yang dapat peneliti berikan untuk anggota kepolisian ialah agar dapat lebih bisa mengontrol persepsi stres yang ada didiri masingmasing, agar dapat menjalani tugas dengan sebaik-baiknya. Cara mengontorol persepsi stres tersebut dapat melakukan konseling dengan bagian psikologi yang ada dilingkungan kepolisian. Apabila didalam ruang lingkup kepolisian tidak ada program konseling, alangkah baiknya hal ini dapat menjadi perhatian para pimpinan yang menjabat untuk membuat program konseling agar para anggota kepolisian dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
8 REFERENSI Aronson, E., Wilson, T. D., Akert, R. M. (2007). Social Psychology : (6 th Ed). New Jersey : Pearson Education, Inc. Assifa, F. (2014) Seorang Polisi Tembak Mati Suami Pembantu Rumah Tangga. Diperoleh tanggal 27 Agustus 2014 dari bantu.rumah.tangga Buss, A. H and Perry, M. (1992). The Aggresion Quisionare. United States : University of Texas Feldman, R. S. (2005). Essential of Understanding Psychology: (6thEd). New York: McGraw-Hill. Hestianingsih. (2013). 5 Aktivitas Olahraga yang Bisa Menghilangkan Stres. Diperoleh pada tanggal 1 September 2014 dari aktivitas-olahraga-yang-bisa-menghilangkan-stres Juniarly, A., & Hadjam, M. N. R. (2012). Peran Koping Religius dan Kesejahteraan Subjektif Terhadap Stres pada Anggota Bintara Polisi di Polres Kebumen, 1, 17, Mumtahinnah, N. (2011). Hubungan antara Stres dengan Agresi pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Bekerja. Jakarta : Universitas Gunadarma. Myers, A., & Hansen, C. H. (2011). Experimental Psychology: (7th Ed). China : Wadsworth, Cengage Learning. Nurmalia. (2010). Pengaruh Persepsi Tentang Lingkungan Kerja Fisik dan Tipe Kepribadian Terhadap Agresivitas Polisi Lalu Lintas. Skripsi S1. Universitas Islam Negeri, Jakarta. Posedur Tetap Kapolri Tentang Penanggulangan Anarki Nomor : PROTAP/1/X/2010 tanggal 8 Oktober 2010 Pratomo, Y. (2013). Mahasiswa alami trauma akibat dianiaya perwira polisi. Diperoleh tanggal 27 Agustus 2014 dari Primaldhi, A. (2008) Hubungan Antara Trait Kepribadian, Strategi Coping, dan Stres Kerja. Jurnal Psikoloi Sosial, 14, Risjawan, H. (2014). Gejala dan Dampak Stres. Diperoleh tanggal 29 Agustus 2014 dari Sasnida, T. (2012). Kekerasan Verbal Berbalut Humor. Diperoleh tanggal 28 Juli 2014 dari Suryanto, H. (2013). Presentase Jumlah Umat Islam Berbagai Daerah di Indonesia. Diperoleh tanggal 23 Juli 2014 dari Utami, M. S. (2012) Religiusitas, Koping Religius, dan Kesejahteraan Subjektif. Jurnal Psikologi, 39, Wahyuni, E. T. (2013). Coping Stres Pada Anak Jalanan, 01, 02, Wasono, A. (2014). Perbandingan Rating Stres Peristiwa yang Menimbulkan Stres antara Anggota Polri Fungsi Reserse dan Sabhara di Jakarta, 1, 11, Yarcheski, T. J., Mahon, N. E.,Yarcheski, A. and Hanks, M. M. (2010). Perceived Stress and Wellness in Early Adolescents Using the Neuman Systems Model, 26, Zahro, Syelvy Ferdiana. (2007). Hubungan Stres Kerja Dan Frustrasi Dengan Perilaku Agresi Pada Polisi Di Polresta Malang. Malang: Universitas Negeri Malang
9
Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran
Bab 5 Simpulan, Diskusi dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kekerasan maupun pembunuhan bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat, sudah banyak tindak kriminalitas yang terjadi di jaman sekarang ini. Pelakunya pun tak hanya
Lebih terperinciBab 3. Metode Penelitian
Bab 3 Metode Penelitian 3. 1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3. 1. 1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel 1 : Persepsi Stres Definisi Operasional : Tinggi rendahnya persepsi terhadap stres
Lebih terperinciHUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP. Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara religiusitas dengan
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciAgresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan
HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental design). Desain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak kriminalitas dilakukan oleh remaja (Republika, 2 0 0 5 ). Tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan bagian yang terintegrasi dari sistem pertahanan nasional Indonesia. Sejak kelahirannya, TNI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari subjek penelitian, metode dan desain penelitian. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai definisi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan di jabarkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, prosedur
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis
BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis 3. 1. 1. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan semua hal dalan suatu penelitian yang datanya ingin diperoleh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresivitas 2.1.1 Definisi Agresivitas Agresi adalah pengiriman stimulus tidak menyenangkan dari satu orang ke orang lain, dengan maksud untuk menyakiti dan dengan harapan menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siswanto (2007) menjelaskan bahwa agresi merupakan salah satu koping tindakan langsung. Koping dalam tindakan langsung merupakan usaha tingkah laku yang dijalankan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1.1 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri dan keberadaannya diharapkan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemungkinan terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat yang dapat. mengenai pembegalan yang meresahkan masyarakat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini dengan semakin bertambahnya penduduk, berkembangnya teknologi, bertambahnya sarana/prasarana dan perkembangan ekonomi di negara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. metode pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2002) bahwa penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian dalam suatu penelitian ilmiah digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
Lebih terperinciBAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Stres Berkendara
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan dan Pembahasan Penelitian Pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan temuan ataupun hasil penelitian variabel stres berkendara dan disiplin berlalu lintas. Data yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik korelasional
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Menurut Arikunto (1998), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, kasus tindak kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut tidak hanya terjadi di tempat yang rawan kriminalitas saja tetapi juga banyak terjadi di berbagai
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers Ragnarok Online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat
Lebih terperinciPENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA
PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian
Lebih terperinciLAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelayanan masyarakat (public service) (Maslach dalam Jones,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stres kerja merupakan hasil reaksi emosi dan fisik akibat kegagalan individu beradaptasi pada lingkungan kerja, dimana terjadi ketidak sesuaian antara harapan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini sesuai dengan karakteristik pendekatan kuantitatif
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja yang merupakan masa-masa dimana banyak terjadi perubahan dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan fenomena yang diberitakan melalui berbagai jenis
Lebih terperinciANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI I. D A S
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AGRESIVITAS PADA POLISI YANG MENDAPATKAN INVENTARIS SENJATA API
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AGRESIVITAS PADA POLISI YANG MENDAPATKAN INVENTARIS SENJATA API Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh
Lebih terperinciPERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK
PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI 12-20 TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK Online game yang mengandung unsur kekerasan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di Indonesia pada tahun 2013 adalah 342.084 kasus sehingga dapat ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang. Setiap orang memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kebahagiaan
Lebih terperinciAbstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara derajat stress dan coping stress pada guru SLB B X Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SLB B X Bandung yang berjumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyidikan adalah merupakan kegiatan/proses yang dilakukan oleh penyidik kepada tersangka yang melakukan perbuatan pidana. Seseorang dapat dikatakan tersangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan fase perkembangan yang sangat penting, dimulai dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki seseorang akan dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap masalah yang muncul akan selalu memerlukan penyelesaian, baik penyelesaian dengan segera maupun tidak. Penyelesaian masalah merupakan sesuatu yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,
Lebih terperinciKesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua negara di dunia pasti memiliki institusi yang bertugas sebagai badan pertahanan dan keamanan negara, tak terkecuali Indonesia. Sebelum reformasi, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. lalu lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga, setelah penyakit jantung koroner
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 menyatakan kecelakaan lalu lintas menjadi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. A. Rangkuman Penelitian Seluruh Subjek. dibuat table sebagai berikut :
BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Penelitian Seluruh Subjek 1. Intensitas Tema dan Matriks Antar Tema Berdasarkan data yang didapat dari ketiga subjek yang telah diseleksi, maka tema yang muncul dalam
Lebih terperinciANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI I. PENDAHULUAN
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan
Lebih terperinciPelanggaran Hak-Hak Tersangka 2013 Wednesday, 01 January :00 - Last Updated Wednesday, 22 January :36
Sejak 2 Januari 29 Desember 2013, Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) melakukan pemantauan atau penelitian tentang dugaan pelanggaran hak-hak manusia yang difokuskan pada pelanggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti sampel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan kriminal yang tidak seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Psikolog di
Lebih terperinciBAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR
BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR A. Tinjauan Terhadap Unit Kendaraan Bermotor (Unit Ranmor) Polda Sumatra Utara
Lebih terperinciHubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf
Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Helda Novia Rahmah, Ahmad, Ratna Mardiati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriminalitas dalam bentuk tindak pelecehan seksual saat ini marak terjadi dalam lingkungan masyarakat. Laporan kasus tindakan pelecehan seksual selalu ada dari
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan hal yang tidak asing lagi. Kecelakaan lalu lintas jalan raya merupakan permasalahan yang semakin lama menjadi semakin majemuk dan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2003).
Lebih terperinciSTRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG (Studi Kasus di Polrestabes Kota Semarang) Tri Yuli Arfianto Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak berpisahnya Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dari tubuh organisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan Departemen Pertahanan dan Keamanan,
Lebih terperinciLAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Di samping itu Pasal 27 Ayat 1 (1) Undang -
I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yakni Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Di samping itu Pasal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang memungkinkan masyarakat memiliki kebebasan untuk dapat menyampaikan aspirasinya tanpa perlu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu
43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah
38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang menjadi anggota populasi, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan masyarakat, sehingga berbagai dimensi hukum
Lebih terperinciPENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB IV ANALISI HASIL. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil seluruh Andikpas baru sebanyak 43
37 BAB IV ANALISI HASIL 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengambil seluruh Andikpas baru sebanyak 43 orang. Karakteristik sampel yang diambil memiliki usia kisaran 14-19 tahun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).
BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).
Lebih terperinciSTRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI. Skripsi
STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Diajukan oleh : DONA ENDARJANTI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciPEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat berbeda dalam sifat dan substansinya (Rahardjo, 2010)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polisi adalah profesi yang unik dan rumit. Dikatakan unik karena untuk merumuskan masalah secara tuntas adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Polisi merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciRANGKUMAN HASIL PENELUSURAN KONDISI PSIKOLOGIS ANAK BERISIKO MELAKUKAN AGRESIVITAS. Endang Ekowarni
RANGKUMAN HASIL PENELUSURAN KONDISI PSIKOLOGIS ANAK BERISIKO MELAKUKAN AGRESIVITAS Endang Ekowarni Data: Usia & Jenis Kelamin No Responden Usia Jenis Kelamin 15 th 16 th 17 th L P 1 Siswa SMK 2 5 4 10
Lebih terperinciSTANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENGGELEDAHAN TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA Menimbang : Semakin berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mempunyai peran paling besar terhadap tumbuh kembang anak, terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak memulai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas segala kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupannya. Seringkali hal ini yang mendasari berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas adalah sebuah permasalahan yang sering disajikan di berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kriminalitas adalah sebuah permasalahan yang sering disajikan di berbagai media, baik itu media elektronik sampai media cetak, yang terjadi baik di kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini peran dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan sangatlah penting dalam setiap sendi
Lebih terperinciMENURUNKAN PERILAKU AGRESIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAY SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 10 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016
MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAY SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 10 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Oleh Fitriana Pratiwi 132012026 PROGRAM STUDI BIMBINGAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Anak Nakal Pengertian masyarakat pada umumnya tentang anak adalah merupakan titipan dari Sang Pencipta yang akan meneruskan keturunan dari kedua orang tuanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan Penyelidik. Dalam Pasal 1 angka 1 KUHAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah banyak dilakukan dengan fokus pada beragam jenis kejahatan. Mengenai hal ini Hale dalam (Gadd
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,
Lebih terperinci