KARSINOMA HEPATOSELULAR
|
|
- Yandi Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REFERAT HALAMAN SAMPUL KARSINOMA HEPATOSELULAR Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh Nurul Attikah Zain Diajukan Kepada : dr. Hj. Arlyn Yuanita, M.Kes, Sp.PD BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD SETJONEGORO WONOSOBO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014 HALAMAN PENGESAHAN REFERAT KARSINOMA HEPATOSELULAR
2 Disusun Oleh: Nurul Attikah Zain Disetujui oleh: Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo dr. Hj. Arlyn Yuanita, M.Kes., Sp.PD 2
3 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang berkat rahmat dan hidayah- Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan mini referat yang berjudul Karsinoma Hepatoselular sebagai syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan profesi kedokteran di bagian Ilmu Penyakit Dalam. Dalam penyusunan mini referat ini telah melibatkan banyak pihak, sehingga penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. dr. Hj. Arlyn Yuanita, M.Kes., Sp.PD selaku dokter pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing dalam menjalani stase Ilmu Penyakit Dalam serta dalam penyusunan mini referat ini. 2. dr. H. Suprapto, Sp.PD atas bimbingan dan bantuanya selama menjalani kepanitraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Setjonegoro Wonosobo. 3. dr. Widhi Prassidhasunu, Sp.PD atas bimbingan dan bantuanya selama menjalani kepanitraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Setjonegoro Wonosobo. 4. Rekan-rekan Co-Assistensi dan Perawat Bangsal Cempaka atas bantuan dan kerjasamanya. Penulis berharap bahwa mini referat ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Wonosobo, 22 September 2014 Penulis 3
4 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL i HALAMAN PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv BAB I 1 PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN PENULISAN 1 C. MANFAAT PENULISAN 2 BAB II 3 TINJAUAN PUSTAKA 3 D. Definisi 3 B. Faktor Resiko KHS 3 C. Patofisiologi KHS 7 D. Penegakan diagnosis KHS 8 E. Terapi KHS 13 F. Prognosis KHS 16 BAB IV 17 KESIMPULAN 17 BAB V 18 DAFTAR PUSTAKA 18 4
5 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah utama kesehatan di dunia adalah kanker. Diagnosis kanker yang paling sering ditemukan di masyarakat antara lain ialah kanker paru, payudara dan kolorektal, sedangkan kanker yang paling sering menimbulkan kematian ialah kanker paru, gaster, dan hati. 1 Karsinoma hepatoselular (KHS) merupakan tumor ganas primer hati terbanyak (80%) dan menduduki urutan kelima kanker di dunia (tumor ganas hati primer lainnya ialah kolangiokarsinoma, sarkoma, mesenkimoma, sarkoma mesenkimoma, dan hemangioendotelioma infantil. KHS diperkirakan mencapai 5% dari seluruh keganasan dengan kasus per tahun. Angka kejadian KHS ini bergantung pada faktor sosioekonomi dan lebih banyak pada laki daripada perempuan dengan perbandingan 4:1. Insidennya bervariasi menurut area geografis karena adanya perbedaan faktor penyebab utama dan diperkirakan akan terus bertambah dalam tahun-tahun mendatang baik di Asia dan Amerika. KHS terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di Indonesia, khususnya Jakarta, KHS paling banyak ditemukan pada pasien berusia 50 hingga 60 tahun. 2 Majunya perkembangan teknologi serta riset mengenai kanker dalam beberapa waktu terakhir telah meningkatkan modalitas terapi yang memberikan harapan untuk sekurang-kurangnya perbaikan pada kualitas hidup pasien. 3 B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Referat ini diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat dalam mengikuti pendidikan profesi dokter dibagian Ilmu Penyakit Dalam. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui lebih lanjut tentang karsinoma hepatoselular secara komprehensif sehingga tepat dalam pemberian terapi, menyelamatkan jiwa pasien, dan meningkatkan derajat kesehatan. 1
6 C. MANFAAT PENULISAN Referat ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca dalam memahami karsinoma hepatoselular, mulai dari diagnosis, terapi, dan prognosis karsinoma hepatoselular. 2
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Definisi Kanker didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan sel yang yang tidak teratur serta merupakan suatu invasi atau metastasis jaringan. Nama lain kanker adalah neoplasma. Fenotip ganas pada kanker sering membutuhkan mutasi pada gen berbeda yang dapat mengatur proliferasi sel. Mutasi yang menyebabkan kanker akan mengaktifkan jaringan transduksi sinyal sehingga menimbulkan penyimpangan proliferasi sel dan gangguan diferensiasi sel. 3 Sel normal mempunyai suatu mekanisme perlindungan, dimana ketika sel normal rusak, maka sel akan mengaktifkan suicide pathway untuk mencegah kerusakan pada organ. Pada sel kanker, mekanisme ini tidak terjadi, sehingga sel rusak tidak mengalami apoptosis dalam jangka waktu yang lama. 3 Tumor hati dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas hati, yang lebih banyak didapati daripada tumor jinak, sendiri dibagi menjadi tumor primer dan sekunder, yang primer yakni karsinoma hepatoselular (KHS) berasal dari sel hepatosit dan yang berasal dari sel epitel bilier disebut kolangiokarsinoma (KK), sedangkan yang sekunder disebabkan oleh metastase tumor ganas organ lain. Tumor ganas hati primer berasal dari sel embrional disebut hepatoblastoma dan sering ditemukan pada anak-anak. Sebanyak 85% keganasan pada hati ialah KHS, sedangkan sisanya merupakan Cholangiocarcinoma (CC) dan sistoadenokarsinoma, dan yang lain. 3,4 A Faktor Resiko KHS Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya KHS, antara lain infeksi virus hepatitis, sirosis hati, paparan karsinogen kimia, obesitas, diabetes mellitus (DM), 3, 5, 6 pecandu alkohol. Tabel 1. Faktor Resiko Karsinoma Hepatoseluler. 3 3
8 Tersering 1. Sirosis hati dari penyebab apapun 2. Infeksi kronis hepatitis B atau C 3. Konsumsi etanol kronis 4. Non-Alkohol steatohepatitis (NASH) 5. Aflatoksin B 1 atau mikotoksin lain Jarang 1. Sirosis bilier primer 2. Hemochromatosis 3. Defisiensi antitrypsin α-1 4. Non-Alkohol steatohepatitis (NASH) penyakit penyimpanan glikogen 5. Citrullinemia 6. Porfiria cutanea tarda 7. Keturunan tyrosinemia 8. Wilson's Disease 1. Infeksi Virus Hepatitis Penelitian cose control dan cohort menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat carrier hepatitis B kronis dengan peningkatan kejadian KHS. Pada orang Taiwan, carier laki-laki yang mempunyai antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) positif memiliki resiko 98 kali lipat lebih besar untuk menjadi KHS dibandingkan individu dengan HbsAg-negatif. Kejadian KHS pada orang pribumi di Alaska meningkat secara nyata berhubungan dengan prevalensi infeksi virus hepatitis B (HBV) yang tinggi. 6 KHS yang disebabkan oleh HBV tidak selalu bermula dari sirosis hati. Karsinogenitas HBV terhadap hati disebabkan proses inflamasi kronik, peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi sel HBV DNA ke dalam DNA sel penjamu dan aktivitas protein spesifik HBV yang berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya, perubahan hepatosit dari kondisi inaktif menjadi sel yang aktif bereplikasi menentukan tingkat karsinogenesis hati. Siklus sel dapat diaktifkan secara tidak langsung oleh kompensasi proliferatif sebagai respon nekroinflamasi sel hati. Proliferasi sel juga dapat dipicu oleh ekspresi berlebihan dari suatu atau beberapa gen yang berubah akibat HBV. 6 KHS pada orang kulit hitam di Afrika tidak berhubungan dengan sirosis hati, namun KHS pada ras Afrika memiliki diferensiasi buruk dan bersifat sangat agresif. Peningkatan angka insidensi KHS di Jepang dalam tiga dekade terakhir diperkirakan disebabkan oleh hepatitis C. Antibodi terhadap HCV telah ditemukan sebanyak 76% dari pasien dengan KHS di Jepang, Italia, dan Spanyol dan 36% di Amerika Serikat. Berbeda dengan KHS disebakan oleh HCV, KHS jarang terjadi 4
9 pada carier HBV sebelum terjadi sirosis hati. KHS yang disebabkan oleh HCV cenderung lebih cepat berkembang menjadi sirosis dibandingkan dengan HBV. 2, 7 2. Sirosis Hati Sirosis hati merupakan faktor resiko utama KHS di dunia dan melatarbelakangi lebih dari 80% kasus KHS. Setiap tahun tiga sampai lima persen dari pasien sirosis hati akan menderita KHS, dan KHS merupakan penyebab kematian pada sirosis hati. Prediktor utama KHS pada SH adalah jenis kelamin laki-laki, peningkatan alfa feto protein (AFP) serum, beratnya penyakit dan tingginya aktivitas proliferasi sel hati Karsinogen Kimia Karsinogen kimia alami yang paling kuat berasal dari tumbuhan, jamur, dan bakteri, seperti pohon-pohon semak yang mengandung alkaloid pyrrollizidine serta asam tannic dan safrol. Polutan seperti pestisida dan insektisida dikenal karsinogen binatang pengerat. 3 Kasinogen yang berasal dari jamur Aspergillus, disebut aflatoksin B1. Produk aflatoksin dapat ditemukan dalam biji-bijian yang disimpan di tempat yang panas, tempat-tempat lembab, kacang dan nasi disimpan tidak dalam lemari es. Kontaminasi aflatoksin bahan pangan berkorelasi baik dengan tingkat insidensi di Afrika dan China. Pada daerah endemik di Cina, bahkan hewan ternak seperti bebek telah mengidap KHS. Berdasarkan percobaan pada binatang diketahui bahwa AFB1 bersifat karsinogen. Metabolit AFB epoksid merupakan karsinogen utama dari kelompok utama aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satu mekanisme karsinogenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53. 3, 8 4. Obesitas Suatu penelitian kohort prospektif pada lebih dari individu di Amerika Serikat dengan masa pengamatan selama 16 tahun menunjukkan adanya peningkatan angka mortalitas sebesar lima kali akibat kanker hati pada kelompok 5
10 individu dengan berat badan tertinggi (Indeks Massa Tubuh (IMT) : Kg/m 2 ) dibandingkan dengan kelompok individu yang IMT-nya normal. Obesitas merupakan faktor resiko utama untuk non-alchoholic fatty liver disease (NAFLD), khususnya non alchoholic steatohepatis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian dapat berlanjut menjadi KHS Diabetes Mellitus (DM) DM merupakan faktor resiko penyakit hati kronik maupun untuk KHS melalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatis non alkoholik (NASH). DM juga dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin like growth factors (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker Alkohol Pada dasarnya alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenic, namun peminum berat alkohol (>50-70 g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita KHS melalui sirosis hati alkoholik. Hanya sedikit bukti adanya efek karsinogenik langsung dari alkohol. Alkoholisme juga meningkatkan resiko terjadinya sirosis hati dan KHS pada pengidap infeksi HBV atau HCV. Pada sirosis alkoholik terjadinya KHS juga meningkat bermakna pada pasien dengan HBsAg-positif atau anti HCV-positif. Ini menunjukkan adanya peran sinergistik alkohol terhadap infeksi HBV maupun infeksi HCV. Efek hepatotoksik alkohol bersifat dose-dependent, sehingga asupan sedikit alkohol tidak meningkatkan resiko terjadinya KHS. 3 D. Patofisiologi KHS Mekanisme karsinogenesis KHS belum sepenuhnya diketahui. Transformasi maligna hepatosit dapat terjadi melalui peningkatan turnover sel hati yang diinduksi oleh cedera (injury) dan regenerasi kronik dalam bentuk inflamasi dan kerusakan oksidatif DNA. Hal ini dapat menimbulkan perubahan genetik seperti perubahan kromosom, aktivasi onkogen selular, inaktivasi gen supresor tumor, aktivasi telomerase, serta induksi faktor-faktor pertumbuhan maupun angiogenik. Hepatitis virus kronis, alkohol dan penyakit metabolik seperti hemokromatosis dan defisiensi antitrypsin-alfa 1 berpotensi menginflamasi sel 6
11 hati kemudian berkembang menjadi sirosis hati yang pada akhirnya 3, 4, 8 bertransformasi menjadi KHS. Selama masa hidupnya, sel normal sering terpapar dengan berbagai tekanan (stress) endogen maupun eksogen yang dapat menyebabkan mutasi dan mengarah ke pembentukan neoplasma. Gen p53 merupakan suatu gen supresor tumor yang berfungsi menghentikan siklus G1 checkpoint dan G2 checkpoint dengan menghambat CDK (Cyclin D Kinase) serta menginduksi proses apoptosis yang diatur secara negatif oleh mekanisme umpan balik. 4 Mekanisme umpan balik yang ada pada sel normal tidak terjadi pada KHS dikarenakan inaktivasi p53 yang disebabkan oleh kelainan kromosom, mutasi genetik dan kerusakan DNA. 4 Infeksi HBV dihubungkan dengan kelainan di kromosom 17 maupun di lokasi yang berdekatan dengan gen p53. Pada kasus KHS, lokasi integrasi HBV DNA di dalam kromosom sangat bervariasi, oleh karena itu, HBV mungkin berperan sebagai agen mutagenik insersional non selektif. Integrasi dapat menyebabkan terjadinya beberapa perubahan dan selanjutnya mengakibatkan proses translokasi, duplikasi terbalik, delesi dan rekombinan. Semua perubahan ini dapat berakibat hilangnya gen-gen supresi tumor maupun gen-gen seluler penting lain. Dengan analisis Southern Blot, sekuen HBV yang telah terintegrasi ditemukan di dalam jaringan tumor, namun tidak ditemukan di luar jaringan tumor. Produk gen X, lazim disebut HBx, dapat berfungsi sebagai transaktivator transkripsional dari berbagai gen seluler yang berhubungan dengan kontrol pertumbuhan. Sehingga dapat memunculkan hipotesis bahwa HBx mungkin terlibat pada hepatokarsinogenesis oleh HBV. 6 Di wilayah endemik HBV ditemukan hubungan yang bersifat dosedependent antara pajanan AFB1 dalam diet dengan mutasi pada kodon 249 dari p53. Mutasi ini spesifik untuk KHS dan tidak memerlukan integrasi HBV ke dalam DNA tumor. Mutasi gen p53 terjadi pada sekitar 30% kasus KHS di dunia, dengan frekuensi dan tipe mutasi yang berbeda menurut wilayah geografik dan etiologi tumornya. 6 Infeksi kronik HCV dapat berujung pada KHS setelah berlangsung puluhan tahun dan umumnya didahului oleh terjadinya sirosis. Hal ini 7
12 menunjukkan bahwa KHS dapat terjadi melalui proses inflamasi hati kronik yang diikuti oleh regenerasi dan sirosis akibat infeksi HCV. 6 Metastasis intrahepatik KHS dapat melalui pembuluh darah, saluran limfe atau infiltrasi langsung. Metastasis ekstrahepatik dapat melibatkan vena hepatika, vena porta atau vena kava. Pada beberapa kasus dapat terjadi metastasis pada varises oesophagus dan paru. Metastasis sistemik tersering ialah ke kelenjar limfoid hingga mediastinum. Bila metastasis sampai di peritoneum, dapat menimbulkan asites hemoragik, yang berarti sudah memasuki stadium terminal. 8 E. Penegakan diagnosis KHS Gambaran umum karsinoma hepatoselular beragam, dapat tidak bergejala hingga adanya gejala berat berupa nyeri hebat dengan atau tanpa hepatomegali, gejala gagal faal hati, perdarahan varises, asites hemoragik, perdarahan intraperitoneal mendadak tanpa trauma, akut abdomen mendadak, syok hipovolemik, dan metastasis jauh di tempat lain dengan atau tanpa gejala klinis. 3, 9 Timbulnya KHS sering tidak terduga sampai terjadi penurunan kondisi pada pasien sirosis yang sebelumnya stabil. 3,9 Gejala klinis KHS antara lain cachexia, nyeri perut, penurunan berat badan, kelemahan, abdominal fullness, asites, penyakit kuning, dan mual seringkali menyebabkan kesalahan diagnosis. 3 Perut bengkak dan perdarahan intra abdomen menunjukkan adanya trombosis vena porta akibat tumor atau pendarahan dari tumor nekrotik. Asites disebabkan oleh penyakit hati kronis yang mendasarinya atau dikarenakan tumor berkembang dengan pesat. Nekrosis atau perdarahan akut ke dalam rongga peritoneum dapat menyebabkan kematian. Pada negara yang memiliki program surveilans aktif, KHS cenderung diidentifikasi sedini mungkin. Ikterus dapat terjadi karena gangguan pada saluran intrahepatik oleh penyakit hati yang mendasarinya, sedangkan hematemesis disebabkan oleh adanya varises oesophagus akibat hipertensi portal. Nyeri tulang terlihat pada 3-12% pasien, namun pada beberapa pasien mungkin dapat tidak menunjukkan gejala yang 3, 8, 9 berarti. 8
13 Tabel 2. Gejala dan tanda klinis karsinoma hepatoselular menurut Flickinger. 3 Gejala Insiden% Nyeri abdomen 91 Masa abdomen 43 Penurunan berat badan 35 Lemah 31 Penurunan nafsu makan dan rasa penuh 27 Muntah 8 Ikterus 7 Tanda Klinis Hepatomegali 89 Splenomegali 65 Asites 52 Ikterus 41 Febris 38 Bising hati (hepatic bruit) 28 Penegakkan diagnosis KHS memerlukan pemeriksaan klinis, laboratorium, pencitraan, seperti ultrasonografi dan angiografi, dan petanda tumor, seperti alfafetoprotein (AFP). Mengingat hubungan yang erat antara karsinoma hepatoselular, hepatitis B dan C, dan sirosis, diperlukan pemeriksaan rutin untuk mencari karsinoma hepatoselular pada fase dini. Akan tetapi karsinoma hepatoselular jarang ditemukan pada tahap dini. 6, 9 Gambar 1. Diagnosis KHS 6 Karsinoma hepatoselular jarang ditemukan pada tahap dini karena : 1. Pertumbuhan cepat dengan waktu ganda sel 10 hari 2. Gejala dan tanda tidak nyata karena tumor tersembunyi di dalam hati 3. Tidak menyebabkan gangguan faal hati 4. Penyebaran intrahepatik 5. Perkembangan intrahepatik 6. Perkembangan multifokal 7. Penyebaran ekstrahepatik agak lambat 8. Tanda biokimia sama-samar dan tidak khas 9
14 1. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembesaran hati (hepatomegali) dengan massa yang dapat di palpasi. Studi epidemiologi di Afrika menunjukkan presentasi khas pada pasien muda berupa massa yang berkembang pesat intra abdomen. Hepatomegali adalah tanda dari pemeriksaan fisik yang paling umum, terjadi pada 50-90% pasien. Bruit ditemukan pada 6-25% pasien sedangkan asites terjadi pada 30-60% pasien. Bruit pada tumor atau friction rub dapat terdengar melalui auskultasi ketika prosesnya telah meluas ke permukaan hati. Splenomegali disebabkan karena hipertensi portal. Weight loss dan penurunan massa otot disebabkan oleh tumor yang tumbuh dengan cepat. Demam ditemukan pada 10-50% pasien, dari penyebab yang tidak jelas. Tanda-tanda penyakit hati kronis dapat ditemukan, seperti ikterus, dilatasi vena abdomen, eritema palmar, ginekomastia, atrofi testis, dan edema perifer. 3 KHS yang kecil dapat dideteksi lebih awal dengan pendekatan radiologi yang akurasinya 70 95% dan melalui tumor marker alphafetoprotein yang akurasinya 60 70%. 9 Kriteria diagnosa KHS menurut PPHI Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia), yaitu : 1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri. 2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml. 3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (CT Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron Emission Tomography (PET) yang menunjukkan adanya KHS. 4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS. 5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS. Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya satu yaitu kriteria empat atau lima Pemeriksaan Penunjang a. Penanda Tumor Alfa-fetoprotein (AFP) adalah protein serum normal yang disintesis oleh sel hati fetal, sel yolk sac dan sedikit sekali oleh saluran gastrointestinal fetal. 10
15 Rentang normal AFP serum adalah 0-20 ng/ml. Kadar AFP meningkat pada 60% -70% dari pasien KHS, dan kadar lebih dari 400 ng/ml adalah diagnostik atau sangat sugestif untuk KHS. Nilai normal juga dapat ditemukan juga pada kehamilan. Penanda tumor lain untuk KHS adalah des-gamma carboxy prothrombin (DCP) atau PIVKA-2, yang kadarnya meningkat pada hingga 91% dari pasien KHS, namun juga dapat meningkat pada defisiensi vitamin K, hepatitis kronis aktif atau metastasis karsinoma. Ada beberapa lagi penanda KHS, seperti AFP-L3 (suatu subfraksi AFP), alfa-l-fucosidase serum, dll, tetapi tidak ada yang memiliki agregat sensitivitas dan spesifitas melebihi AFP, AFP-L3 dan PIVKA-2. 3 Penderita sirosis atau penderita dengan antigen HBs positif serta SGOT dan SGPT yang meningkat dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin AFP dan ultrasonografi untuk mencari tumor hati yang masih kecil. Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan laboratorium dasar, seperti darah lengkap, transaminase, albumin dan waktu protrombin. 3 Pada tingkat dini, dapat ditemukan peningkatan kadar AFP, dimana nilai AFP di atas 500 μg/l merupakan tanda positif untuk KHS, walaupun sensitifitasnya hanya 60%. Oleh karena itu, diperlukan petanda yang lebih sensitif, seperti pemeriksaan soluble interleukin-2 reseptor levels, yang sangat menjanjikan. Selain faktor independen, seperti status serum HbeAg, serum alanin aminotransferase dan sirosis hati, kenaikan HBV DNA sebanyak kopi/ml merupakan prediktor kuat untuk resiko karsinoma hepatoselular. 3 b. Gambaran Ultrasonografi (USG) USG memberikan sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. CT-scan merupakan pemeriksaan pilihan di beberapa pusat kesehatan, dan sensitivitasnya mencapai 88%. MRI kurang sensitif dibandingkan CT helical. 3, 9 USG tumor massif unifokal menunjukkan densitas meninggi yang heterogen, sedangkan pada jenis nodular dan jenis difus, terlihat gambaran densitas rendah yang heterogen. USG dapat pula menentukan trombus di dalam cabang vena porta. Keadaan ini memperlihatkan karsinoma hepatoselular lanjut 11
16 sehingga pengobatan embolisasi tidak boleh dilakukan. Hasil pemeriksaan ultrasonografi dapat menemukan karsinoma hepatoseluler dalam stadium dini dengan diameter kurang dari 5 cm sebanyak 60%. 3, 9 Dua karakteristik kelainan vaskular berupa hipervaskularisasi massa tumor (neovaskularisasi) dan trombosis oleh invasi tumor. 3, 8 Perkembangan yang cepat dari gray-scale ultrasonografi menjadikan gambaran parenkim hati lebih jelas. Keuntungan hal ini menyebabkan kualitas struktur echo jaringan hati lebih mudah dipelajari sehingga identifikasi lesi-lesi lebih jelas, baik merupakan lesi lokal maupun kelainan parenkim difus. Pada hepatoma/karsinoma hepatoselular sering diketemukan adanya hepar yang membesar, permukaan yang bergelombang dan lesi-lesi fokal intrahepatik dengan struktur eko yang berbeda dengan parenkim hati normal. 3 Gambar 2.. USG KHS (Dokumentasi Penulis) c. Biopsi 12
17 Biopsi jarum dilakukan bila diagnosis masih diragukan. Dengan tuntunan ultrasonografi, jarum khusus ditusukkan melalui kulit mencapai tumor kemudian dilakukan aspirasi. Selain itu, dapat juga dilakukan penyuntikan alkohol untuk skleroterapi. 3, 9 F. Terapi KHS Terapi dan prognosis bergantung pada klasifikasi Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC). Pada stadium dini, bergantung pada faal hati, dapat dilakukan terapi kuratif dengan reseksi, transplantasi hati atau ablasi perkutaneus. Ketahanan hidup 5 tahun mencapai 50 70%. Pada stadium intermediate, dapat dilakukan kemo-embolisasi. Ketahanan hidup 3 tahun mencapai 50%. Pada stadium lanjut, tidak ada terapi yang efektif. Median ketahanan hidup kurang dari 1 tahun. Pada stadium akhir, terapi bersifat paliatif. 3, 10 Gambar 3. Algoritme Terapi KHS a. Reseksi Hati Reseksi hati dikerjakan pada tumor tunggal, tanpa sirosis atau dengan sirosis yang terkompensasi dengan kadar bilirubin normal dan tanpa hipertensi 13
18 portal. Ketahanan hidup 5 tahun dapat mencapai 70 %. Anjuran kemoembolisasi atau kemoterapi tidak banyak memberi faedah. 3 Reseksi lobus atau segmen dilakukan berdasarkan percabangan vena porta menurut Couinaud. Menurut sistem ini, ada 8 segmen yang dapat direseksi. Hati mempunyai daya regenerasi besar sehingga walaupun separuh hati direseksi, regenerasi terjadi tanpa mengurangi faal. Kriteria reseksi ialah tidak ada metastase jauh, tumor terbatas di satu lobus atau satu segmen, dan pascalobektomi sisa jaringan hati masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh. 3,10 Perlu dilakukan pemantauan bersinambungan untuk mengantisipasi timbulnya kekambuhan. Menurut analisis multivariat terhadap tingkat serum aspartat transaminase, jumlah nodul yang lebih dari satu dan adanya trombus 3, 10 tumor merupakan faktor resiko kekambuhan yang nyata. Gambar 5. Klasifikasi Couinaud b. Tranplantasi hati Transplantasi ditujukan pada penderita yang tidak memenuhi kriteria reseksi, pada tumor tunggal yang berukuran kurang dari 5 cm atau tumor multipel (2 sampai 3 tumor) dengan ukuran masing-masing tidak lebih dari 3 cm, tanpa 14
19 invasi vaskular dan penyebaran ekstrahepatik, serta tanpa kontraindikasi untuk transplantasi. Sementara menunggu donor, dapat dilakukan terapi perkutaneus. 3 c. Ablasi Perkutan Ablasi radio frekuensi perkutan merupakan pilihan bila penderita bukan kandidat pembedahan. Injeksi etanol perkutan dilakukan bila terdapat kontraindikasi tindakan ini, injeksi dilakukan subkapsuler dekat kantung empedu atau jantung. Injeksi alkohol perkutan dilakukan bila tumor berukuran kurang dari 3 cm. Hasilnya kurang baik jika dibandingkan dengan ablasi radio frekuensi. Ablasi perkutan memberikan hasil baik bila tumor berukuran kurang dari 2 cm dengan nekrosis mencapai 100% pada 90% kasus. Pada penyakit lanjut (besar atau multifokal) tanpa invasi vena porta, dengan fungsi hati baik, dapat dilakukan kemoembolisasi transarterial. 3 d. Tatalaksana non bedah Tata laksana karsinoma hepatoseluler non bedah dapat berupa pemberian kemoterapi intraarteri, embolisasi melalui arteri, radiasi, penyuntikan alkohol 97% alkohol intratumor, hipertermia dengan kombinasi kemoterapi. Embolisasi dilakukan melalui arteri hepatika atau cabang arteri hepatika yang menuju tumor dengan kombinasi pemberian sitostatik sisplatin, mitomisin, dan adriamisin. Dengan cara paliatif ini, tumor dapat mengalami nekrosis dan mengecil. Penyuntikan intratumor dengan bahan nekrotan dilakukan dengan tuntunan ultrasonografi. Radiasi dan maupun kemoterapi merupakan terapi nonkuratif yang hanya memberi hasil baik untuk waktu terbatas. 3 G. Prognosis KHS Prognosis KHS ialah dubia ad malam. Kemoterapi regional maupun sistemik baik sebagai adjuvan ataupun neo-adjuvan dapat meningkatkan kesembuhan. Faktor yang menurunkan angka harapan hidup adalah jarak antara kolektomi dan reseksi hepar yang kurang dari 1 tahun, terdapat lebih dari 3 15
20 metastasis, metastasis kalenjar limfe yang positif pada saat kolektomi, dan tidak adanya reseksi hepatektomi berulang. 3 16
21 BAB IV KESIMPULAN 1. Ada hubungan kausal yang erat antara sirosis hati dan infeksi virus hepatitis B dan C dengan terjadinya karsinoma hepatoselular 2. Tumor hati primer meluas melalui 4 cara yaitu : perluasan sentrifugal, melalui parasinusoid, sistem portal dan kalenjar getah bening. 3. Pada tumor hati stadium dini, dapat dilakukan terapi secara operatif dengan tingkat ketahanan hidup sampai 5 tahun. Apabila sudah stadium lanjut, tidak ada terapi yang efektif. 17
22 BAB V DAFTAR PUSTAKA 1. Jemal, Ahmedin., Freddie Bray., Melissa M. Center., Jacques Ferlay., Elizabeth Ward., David Forman Global Cancer Statistic. CA Cancer J Clin.61: D. Poon, B. O. Anderson, L. T. Chen et al Management of hepatocellular carcinoma in Asia: consensus statement from the Asian Oncology Summit. The Lancet Oncology. 10; 11: Jones, P.A., Baylin, S.B Harrison s Principlesof Internal Medicine. (17 th ed). United States of America: The McGraw-Hill Companies 4. Kumar V, Fausto N, Abbas A (editors) Robbins & Cotran Pathologic Basis of Disease (7th ed.). Saunders 5. El-Serag., Hashem B., Howard Hampel., Fariba Javadi The association between diabetes and hepatocelullar carcinoma: a systemic review of epidemiological evidence. Clinical Gastroenterology and Hepatology 4 (3): Tanaka, M.; Katayama, F.; Kato, H.; Tanaka, H.; Wang, J.; Qiao, Y. L.; Inoue, M Hepatitis B and C virus infection and hepatocellular carcinoma in China: A review of epidemiology and control measures. Journal of epidemiology / Japan Epidemiological Association 21 (6): T. Umemura, T. Ichijo, K. Yoshizawa, E. Tanaka, and K. Kiyosawa Epidemiology of hepatocellular carcinoma in Japan. Journal of Gastroenterology. 44; 19: Twite, Kerry. (2009). Porth Pathophysiology: Concepts of Altered Health States. New York: Lippincott Williams&Wilkins. 9. El-Serag HB, Marrero JA, Rudolph L, Reddy KR Diagnosis and treatment of hepatocelullar carcinoma. Gastroenterology 134 (6): M. F.Yuen, J. L. Hou, A.Chutaputti Hepatocellular carcinoma in the Asia pacific region. Journal of Gastroenterology and Hepatology. 24; 3: Praktikan Wonosobo, 29 September 2014 Dokter Pembimbing Nurul Attikah Zain dr. H. Arlyn Yuanita., Sp. Pd 18
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan kanker terbanyak kelima pada laki-laki (7,9%) dan ketujuh pada wanita 6,5%) di dunia, sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hati merupakan organ tubuh manusia yang terbentuk dari berbagai tipe sel, seperti hepatosit, epitel biliaris, endotel vaskuler, sel Kupfer, sel stelata, sel limfoid,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan kumpulan gangguan hati yang ditandai dengan adanya perlemakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perut di bawah diafragma. Beratnya gr atau 2,5 % dari berat badan orang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Hati 2.1.1 Anatomi Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari
Lebih terperinciKanker Hati. Liver Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Hati Kanker hati merupakan kanker pembunuh nomor 3 setelah kanker paru-paru dan kanker usus besar. Ada sekitar 1.800 kasus baru yang terjadi setiap tahunnya di Hong Kong. Dari semua kasus baru yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah utama pada beberapa negara dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan kedua tersering pada keganasan daerah kepala leher di beberapa Negara Eropa (Chu dan Kim 2008). Rata-rata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatoma ( karsinoma hepatoseluler ) merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu di Asia dan Afrika
Lebih terperinciEtiology dan Faktor Resiko
Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor
LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas epitel nasofaring. Etiologi tumor ganas ini bersifat multifaktorial, faktor etnik dan geografi mempengaruhi risiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai macam penyakit hati kronik. Istilah sirosis pertama kali diperkenalkan oleh Laennec
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciHepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini
Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut
Lebih terperinciPenyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15
Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau
Lebih terperinciSIROSIS HEPATIS R E J O
SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan
Lebih terperinciHasil. Hasil penelusuran
Pendahuluan Karsinoma hepatoselular (KHS) adalah keganasan kelima tersering di seluruh dunia, dengan angka kematian sekitar 500.000 per tahun. Kemajuan dalam pencitraan diagnostik dan program penapisan
Lebih terperinciETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B
HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis merupakan infeksi yang dominan menyerang hepar atau hati dan kemungkinan adanya kerusakan sel-sel hepar. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari
Lebih terperinciKanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.
Lebih terperinciKanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas (Baughman, 2000). Hepatitis merupakan suatu
Lebih terperinciKanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko
Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
Lebih terperincia. Tujuan terapi.. 16 b. Terapi utama pada hepatitis B.. 17 c. Alternative Drug Treatments (Pengobatan Alternatif). 20 d. Populasi khusus
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERNYATAAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 23.500 kasus karsinoma tiroid terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian penyakit lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Sebuah penelitian yang
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Lebih terperinciKanker Testis. Seberapa tinggi kasus kanker testis dan bagaimana kelangsungan hidup pasiennya?
Kanker Testis Apa yang dimaksud dengan kanker testis? Kanker testis merupakan tumor ganas pada jaringan testis. Kanker testis dibagi menjadi 2 jenis yaitu sel spermatogonium kanker dan sel spermatogonium
Lebih terperinciBAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.
BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia (Shibuya et al., 2006).
Lebih terperinciDEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya
ASKEP CA. HEPAR DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya sebagian besar fungsi hepar. Kanker
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri
78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciEtiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis Oleh Rosiana Putri, 0806334413, Kelas A Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi
Lebih terperinciyang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Hati Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau kurang lebih 25% dari berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar kuadran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang mempunyai spektrum sangat luas dan kompleks. Penyakit ini dimulai dari neoplasma ganas yang paling jinak sampai neoplasma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik di belahan dunia Barat maupun di Indonesia. Kanker kolorektal (KKR) jenis
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker kolon dan rektum merupakan salah satu kanker yang sering dijumpai baik di belahan dunia Barat maupun di Indonesia. Kanker kolorektal (KKR) jenis sporadik
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Hepatitis D
Asuhan Keperawatan Hepatitis D Hepatitis D (sering disebut Hepatitis Delta) adalah suatu peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus Hepatitis D (HDV) adalah virus
Lebih terperincisex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fatty adalah akumulasi triglycerid lemak lainnya di hepatosit. Paling umum disebabkan peningkatan enzim. Penyebab yang mendasari fatty dapat berhubungan alkohol
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hepatitis B 2.1.1 Definisi Virus hepatitis adalah gangguan hati yang paling umum dan merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia.(krasteya et al, 2008) Hepatitis B adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.
BAB I PENDAHULUAN Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol, menyaring
Lebih terperinciLeukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan
Lebih terperinciPenyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nodul tiroid adalah masalah klinis umum pada masyarakat dan kejadian nodul tiroid telah meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan ultrasonografi tiroid
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciPeranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru. Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health
Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian utama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang sering, insidennya masih belum diketahui dengan pasti. Massa pada leher dapat terjadi pada semua
Lebih terperinciRINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk
RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan salah satu penyakit yang mulai mendapat perhatian dari penduduk dunia. NAFLD adalah istilah yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan paling sering pada wanita dan diperkirakan jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun terdapat
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah
Lebih terperinciDistribusi Geografis dan Tingkat Keparahan Pasien Karsinoma Hepatoseluler Etiologi Virus Hepatitis B di RS.Dr Kariadi LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
Distribusi Geografis dan Tingkat Keparahan Pasien Karsinoma Hepatoseluler Etiologi Virus Hepatitis B di RS.Dr Kariadi LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah kesehatan perempuan di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini terkait dengan tingginya
Lebih terperinciPERANAN USG ABDOMEN DENGAN KONTRAS DALAM EVALUASI NODUL HATI
LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI PERANAN USG ABDOMEN DENGAN KONTRAS DALAM EVALUASI NODUL HATI Oleh: dr. Afiyah PPDS Ilmu Penyakit Dalam Juli 2011 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPATOLOGI DEPARTEMEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu berarti
Lebih terperinciPendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi
Pendahuluan Kanker mata adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis tumor yang terjadi di berbagai bagian mata. Hal ini terjadi ketika sel-sel dalam atau di sekitar mata berubah
Lebih terperinciPeran Contrast Enhanced Ultrasound (CEUS) dibandingkan CT Scan dalam diagnosis Karsinoma Hepatoseluler
Peran Contrast Enhanced Ultrasound (CEUS) dibandingkan CT Scan dalam diagnosis Karsinoma Hepatoseluler Pendahuluan Karsinoma Hepatoseluler (KHS) adalah jenis tumor yang banyak ditemukan di dunia, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium
Lebih terperinciDefinisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura.
Mesothelioma Pendahuluan Mesothelioma berhubungan erat dengan paparan asbes. Mesothelioma merupakan kasus yang jarang. Individu yg mempunyai riwayat paparan dengan asbes mempunyai resiko lebih besar menderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum merupakan penyakit yang mengerikan. Banyak orang yang merasa putus harapan dengan kehidupannya setelah terdiagnosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan yang menyerang daerah kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum diketahui
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KLINIS PASIEN KARSINOMA HEPATOSELULER: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE
KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN KARSINOMA HEPATOSELULER: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE 2010-2012 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan pada hati atau infeksi pada hati yang disebabkan oleh bermacam-macam virus. Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang menjadi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hati Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat rata-rata 1500 gram pada badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma prostat ialah keganasan pada laki-laki yang sangat sering didapat. Angka kejadian diduga 19% dari semua kanker pada pria dan merupakan karsinoma terbanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes tipe 2 merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan menurunnya kerja insulin secara progresif (resistensi insulin), yang diikuti dengan ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada zaman modern ini, seluruh dunia mengalami pengaruh globalisasi dan hal ini menyebabkan banyak perubahan dalam hidup manusia, salah satunya adalah perubahan gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia. Satu diantara 4 kematian di Amerika disebabkan karena kanker. Kanker kolorektal merupakan salah satu
Lebih terperinciLimfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden karsinoma kolorektal masih cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari kematian karena kanker
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul dari permukaan dinding lateral nasofaring (Zeng and Zeng, 2010; Tulalamba and Janvilisri,
Lebih terperinciABSTRAK. Etiopatogenesis Karsinoma Nasofaring (KNF) Rabbinu Rangga Pribadi, Pembimbing: dr. Freddy Tumewu A., M.S.
ABSTRAK Etiopatogenesis Karsinoma Nasofaring (KNF) Rabbinu Rangga Pribadi, 2005. Pembimbing: dr. Freddy Tumewu A., M.S. Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas kepala dan leher yang paling banyak
Lebih terperinciHepatitis C: Bom Waktu didalam Hati
Hepatitis C: Bom Waktu didalam Hati Apa hati itu? Hati adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Berat sekitar 1,5-3 kg pada orang dewasa. Apa saja fungsi hati? Membuat bahan yang diperlukan tubuh u/
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolelitiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di dalam kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al., 2002). Kolelitiasis
Lebih terperinci