Kata Kunci: medical malpraktek, hubungan pasien-dokter dan miskomunikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci: medical malpraktek, hubungan pasien-dokter dan miskomunikasi"

Transkripsi

1 Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: e-issn: Vol. 2, No 8 Agustus 2017 MEMAHAMI DAN MENGURAI PENYEBAB MEDICAL MALPRAKTICE Harmono Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Harmono1508@gmail.com Abstraks Memperoleh pelayanan kesehatan yang maksimal adalah hak azasi manusia demikian halnya juga dengan memilih serta menjalankan profesi dengan tenang dan nyaman juga adalah hak azasi manusia. Hal ini terjadi menunjukan semakin tingginya sekesadaran manusia akan haknya. Dalam menggunakan atau memenuhi hak azasi manusia itu sering kali antar manusia yang satu dan yang lainnya saling bersinggungan bahkan terbuka terjadinya sengketa. Seperti halnya dalam dunia kesehatan yang dulu jauh dari hingar-bingar urusan hukum, seiring dengan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat, maka hubungan dokter-pasien yang semula hanya didasarkan pada kepercayaan dengan pengharapan untuk mendapat kesembuhan sekarang sering kali bermuara pada urusan hukum. Dengan metoda penelitian yuridis normatif dan menggunakan Undang-undang yang terkait dengan profesi kesehatan sebagai data primer berikut putusan pengadilan yang terkait, penulis mencoba meneliti tentang faktor-faktor yang mendorong terjadinya sengketa medik dan penulis menemukan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang memicu terjadinya sengketa medik adalah; terjadinya misorientasi dari pengertian medical malpraktik dari para dokter maupun yang disebabkan dikarenakan buruknya komunikasi antara dokter dan pasien terutama pada saat proses pemberian persetujuan tindakan medis (informed consen). Kata Kunci: medical malpraktek, hubungan pasien-dokter dan miskomunikasi Pendahuluan Dunia kedokteran yang dahulu seakan tak terjangkau oleh hukum, dengan berkembangnya kesadaran warga perihal perlindungan hukum membuat dunia kesehatan beralih dari yang awal adalah hubungan keperdataan menjadi pidana. Maraknya malpraktek yang terjadi akhir akhir ini membuat pasien merasa cemas begitupun dengan dokter. Indonesia merupakan negara hukum bahkan jika malpraktek itu terjadi pasien dapat mengangkatnya sebagai tindak pidana. Hal ini membuat pasien dan Dokter menyadari bahwa mereka mendapatkan perlindungan hukum yang sama dan adil. 49

2 Harmono Jika hal ini terjadi secara terus menerus dan dibiarkan begitu saja dapat memberi dampak negatif yang sangat besar. Tidak dapat dipungkiri dokter merupakan manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Bahkan dapat melanggar kode etik dan norma - norma hukum. Soerjono Soekanto dan Kartono Muhammad berspekulasi bahwanya belum terdapat parameter terkait batas pelanggaran mengenai kode etik dan pelanggaran hukum. Dibutuhkan pemahaman yang baik dalam memahami fenomena kode etik dan profesi Kedokteran. Sejauh ini tidak terdapat parameter yang tepat yang dapat digunakan jika dokter melanggar kode etik maupun melakukan perbuatan pelanggaran dokter terhadap pasien. Beberapa pasien khawatir untuk mengungkapkan pelayanan yang diberikan praktisi kesehatan. Sebab, karena menurut mereka, hal itu dapat mempengaruhi proses pengobatan yang diberikan dokter pada mereka selaku pasien. Banyak sebagian dari mereka memilih bungkam dan pasrah terhadap pelayanan yang diberikan. Namun, ada juga pasien yang menuntut karena adanya pelanggaran prosedural yang dilakukan oleh dokter. Pada proses pelaksanaannya, kasus yang melibatkan dokter dan pasien umumnya menyangkut kualitas pelayanan, dimana pelayanan yang dipermasalahan pasien adalah pelayanan yang tidak maksimal serta menyalahi prosedural kesehatan biasanya mereka dapat dokter lain. Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa saat ini pasien dengan dokter memiliki kedudukan yang sama adalah pasien memiliki hak untuk mempertimbangkan dan memilih melakukan operasi atau tidak. Pasien dapat menuntut hingga ganti rugi apabila mendapatkan pelayanan dokter yang dapat berbuntut kerugian bagi pasien. Begitupun dengan dokter, mereka merasa terancam terhadap tuntutan yang disampaikan oleh pasien. Dan Menganggap hal ini sebagai Intervensi Hukum. Adanya KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia) yang mengatur dan/atau mengawasi dokter dalam bekerja dirasa sudah cukup sebagai acuan dokter dalam menjalankan profesinya dengan baik. Disamping itu, dokter dapat kehilangan martabatnya jika terpaku terhadap hukum. Merekapun menuntut perlindungan hukum yang adil untuk dokter agar dapat menjalankan profesinya dengan baik. Sehingga baik pasien maupun dokter tidak rugi satu sama lain. 50 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

3 Memahami Dan Mengurai Penyebab Medical Malpraktice Hingga saat ini, Perlindungan hukum baik dari kubu pasien maupun dokter masih menjadi Persoalan. bukan sekedar tanggung jawab tapi juga kesadaran terhadap hukum. Dokter harus memahami dengan baik mengenai etika dan hukum kedokteran. Begitu juga dengan kesalahpahaman mengenai medical malpractice, yang dapat menghadiahkan sanksi ancaman pidana dan dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma etis profesi. Medical malpractice dalam istilah sederhana kerap disandingkan dengan malpraktik, atau kesalahan dan/atau bukan kesalahan kesalahan yang dilakukan tim medis yang mengakibatkan kerugian bagi pasien. Dalam pengertian lain malpraktik adalah praktik dokter atau praktisi medis yang salah, tidak mengikuti prosedur maupun kode etik yang berlaku (Yunanto: 2009). Namun, menurut etimologi, malpraktik merupakan kata yang terbagi atas dua elemen, yakni mal dan praktik. mal sendiri berarti salah, kurang tepat, atau tidak selaras dengan tata aturan yang berlaku. Jika dikaitkan dengan elemen selanjutnya praktik maka malpraktik adalah tindakan yang dilakukan tim medis, yang dimana dalam pelaksanaannya tidak mengikuti prosedur yang berlaku (Setiadi: 2006). Merujuk dari pendapat di atas, Setiadi menambahkan bahwa dalam proses malpraktik harus terdapat beberapa hal, seperti adanya ketidaksengajaan, kecerobohan, kesem-bronoan, dan kekurangan mampuan yang tidak pantas, yang dipunyai oleh sang pengembang tugas. Dalam pandangan lain malpraktik diartikan sebagai perbuatan jahat atau ketidakcermatan seorang ahli dalam mengembang kewajibannya secara hukum (Soejatmiko: 2001). Di samping pengertian di atas Vironika menegaskan bahwa malpraktik ada kesalahan dalam pelaksanaan profesi yang menimbulkan beberapa kewajiban yang wajib dilaksanakan dokter (Komalasari: 1998). Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah yang diterapkan untuk mencari data valid untuk kemudian digunakan sebagai material dalam memahami, memecahkan, dan mengantisifikasi suatu masalah (Sugiyono: 2009). Sedangkan dalam perspektif lain, metode penelitian merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berbicara perihal cara-cara penelitian (Wirartha: 2006). Secara umum penulis menggunakan deskriptif analisis sebagai metode penelitian tunggal. Metode deskriptif sendiri adalah metode yang menjabarkan, mendeskripsikan, dan/atau memberikan gambaran atas objek yang sedang Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus

4 Harmono diteliti menggunakan data penelitian yang terkumpul (Sugiyono: 2009). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan. Melalui teknik tersebut penulis mengumpulkan data terkait malpraktik di wilayah medis. Merujuk dari teknik di atas penulis berkesimpulan bahwa data yang terkumpul disini adalah data skunder mengingat penulis tidak mendapat data langsung dari subjek penelitian. Hasil dan Pembahasan A. Hasil dan Pembahasan Pelayanan kesehatan pada umumnya memiliki tujuan untuk melaksanakan pencegahan dan/atau pengobatan atas penyakit, termasuk di dalamnya adalah pelayanan medis yang dilakukan atas dasar hubungan pasien dan dokter atas tugas dan kewajiban masing-masing. Keterkaitan antara dokter dan pasien yang masing masing memiliki hak dan Kewajiban disebut dengan transaksi terapeutik. Pelayanan medis yang baik wajib diberikan dokter kepada pasiennya. Prosedur Diagnosis yang sesuai aturan, pemberian terapi, tindakan medik yang dilakukan sesuai standar pelayanan medik, serta tindakan wajar lainnya yang memang diperlukan bagi kesembuhan pasien. Adanya usaha tinggi yang dilakukan dokter atau praktisi medis memiliki tujuan untuk kesembuhan pasien. Kadang pula hasil yang didapat berbanding terbalik dengan yang diharapkan oleh pasien maupun dokter. Pasien yang berobat, gagal untuk disembuhkan. Bahkan adapula pasien yang mengalami cacat hingga berujung pada kematian. Hal ini membuat pasien menduga bahwa tindakan dokter sebagai penyebabnya. Kondisi ini yang kemudian menyudutkan dokter dan praktisi kesehatan dan beberapa dari pasien maupun kerabat pasien menuduh mereka melakukan malpraktik. 1. Jenis Malpraktek a. Malpraktek Etik Malpraktik diartikan sebagai tindakan dokter atau praktisi medis yang bertentangan dengan kode etik dunia kesehatan yang berlaku. Etika kedokteran dapat sendiri diartikan sebagai seperangkat standar etis, aturan, norma, prinsip yang berlakuk bagi dokter. 52 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

5 Memahami Dan Mengurai Penyebab Medical Malpraktice Ngesti Lestari berspekulasi bahwa malpraktik etik adalah dampak buruk atas kemajuan teknologi kedokteran. Kemajuan dalam hal teknologi kedokteran ternyata dapat berdampak yang tak diharapkan, walaupun bertujuan untuk memberikan kenyamanan, kemudahan dan keamanan untuk pasien. Serta memudahkan dokter dan praktisi kesehatan unuk melakukan diagnosis cepat, tepat dan akurat sehingga rehabilitasi untuk pasien dapat dilakukan dengan lebih cepat. Di samping hal-hal yang disampaikan di atas, kemajuuan teknologi kedokteran memiliki dampak buruk lain, seperti: 1) Komunikasi dokter dan pasien menjadi lebih berkurang; 2) Kepentingan bisnis menjadi kerabat dekat dari etika kedokteran yang harusnya dijunjung tinggi dalam dunia kesehatan; 3) Meningginya harga pelayanan kesehatan, dsb. Adapun contoh penyalah gunaan kemajuan teknologi di bidang kedokteran penulis rangkum dalam uraian berikut: 1) Dibidang diagnostik Pemeriksanaan kondisi pasien di laboratorium kadang menjadi suatu hal yang tidak diperlukan saat ada dokter yang menangani untuk pemeriksanaan lebih lanjut. Namun, beberapa oknum laboratorium kadang menggunakan kata hadiah untuk mendorong dokter memeriksakan pasiennya ke laboratorium. Secara tidak langsung, berkat anjuran dokter, pasien pun kemudian memeriksanakan kondisi ke tubuhnya ke laboratorium dan mengeluarkan biaya lebih untuk hal tersebut. 2) Dibidang terapi Beberapa perusahaan yang menawarkan antibiotik kadang menawarkan hal lebih pada dokter. Hal tersebut kemudian mempengaruhi pertimbangan dokter untuk memberikan resep, terapi, maupun tindakan pada pasien. Yang lebih parah dari itu, dokter kadang tidak ambil pusing terkait terapi yang harusnya diterima pasien dan hanya mengindahkan terapi yang dianjurkan perusahaan untuk mengejar hal lebih untuknya. Secara tidak langsung hal tersebut adalah malpraktik etik yang dilakukan dokter. Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus

6 Harmono b. Malpraktek Yuridik Soedjatmiko berpendakan bahwa malpraktik yurudik terbagi atas beberapa jenis, yaitu: 1) Malpraktek Perdata (Civil Malpractice) Malpraktik ini timbul saat tidak adanya realisasi atas isi perjanjian transaksi terapeutik oleh dokter atau tenaga kesehatan lain. Di samping itu malpraktik in juga terjadi apabila terdapat pelanggaran hukum sehingga berujung pada kerugian yang diderita pasien akibat tindakan yang dilakukan dokter. Terdapat beberapa pembagian terkait tidak dipenuhinnya perjanjian. Adapun pembagian yang dimaksud adalah: a) Tidak melaksanakan isi kesepakatan; b) Terlambat melakukan tindakan yang telah disepakati; c) Tidak sempurna dalam pelaksanaan hal-hal yang telah disepakati; d) Melaksanakan hal yang harusnya tidak dilaksanakan; Adakalanya seorang pasien tidak harus memberikan bukti kelalaian seorang dokter. Dalam hukum terdapat istilah res ipsa loquitor yang berarti fakta sudah berbicara. Hal seperti yang dimaksud terjadi akibat kesalahan yang jelas-jelas terlihat seperti tertinggalnya kain kasa di dalam perut atau belum tertutupnya lubang jahitan pada kulit yang berujung pada tindakan lanjutan. Dalam kondisi ini, untuk membersihkan namanya dari tudingan negatif, dokter diperkenankan memaparkan klarifikasi untuk membuktikan bahwa dirinya tidak sedang dalam kondisi kurang konsentrasi. 2) Malpraktek Pidana (Criminal Malpractice) Malpraktik ini terjadi apabila pasien kehilangan nyawa dan/atau meninggal, mengalami cacat seumur hidup, atau hal lain yang membuat praktisi kesehatan tidak dapat menangani dan menyembuhkannya. a) Malpraktek pidana karena kesengajaan (intensional) Malpraktik jenis ini adalah malpraktik yang dilakukan dengan kondisi sadar. Adapun contoh dari malpraktik jenis ini adalah aborsi tanpa kaitan medis, pembocoran rasia dokter, euthanasia, dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut. 54 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

7 Memahami Dan Mengurai Penyebab Medical Malpraktice b) Malpraktek pidana karena kecerobohan (recklessness) Malpraktik ini adalah tindakan dokter dan praktisi kesehatan yang menyalahi etik namun bukan ditimbulkan akibat suatu kesengajaan, melainkan ketidaksengajaan yang dikategorikan sebagai suatu tindak pidana. c) Malpraktek pidana karena kealpaan (negligence) Malpraktik ini terjadi akibat kelalaian dan/atau kondisi alpa dokter maupun praktisi kesehatan yang menyebabkan kerugian bagi pasien namun bisa ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Salah satu contoh malpraktik jenis ini adalah tertinggalnya instrumen bedah atau alat lain pada tubuh pasien. d) Malpraktek Administratif (Administrative Malpractice) Malpraktik ini adalah malpraktik yang berkaitan dengan administrasi seperti tidak adanya lisensi dokter yang bertugas atau hal lain yang memiliki kaitan yang sama. 2. Kewajiban Dokter dan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan a. Hak dan Kewajiban Pasien Pasien sebagai klien palayanan medis merupakan orang yang membutuhkan pertolongan dokter untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Sedangkan dokter orang yang bertindak sebagai orang yang memberi pertolongan pada pasien yang membutuhkan pertolongan di lingkup dunia kesehatan. Berbicara mengenai hak pasien tentunya tidak terlepas dari konsep hak asasi manusia yang bersumber pada hak seseorang dalam bidang kesehatan atau The Right of Self Determination. Walaupun antara hak asasi manusia dengan hak atas pelayanan kesehatan itu sama-sama pentingnya, akan tetapi seringkali hak atas pelayanan kesehatan itu dianggap lebih mendasar. Dalam hubungan keduanya, posisi pasien cenderung lebih lemah dibandingkan dengan posisi dokter itu sendiri. Pasien seringkali kurang mengerti dan kurang paham bagaimana prosedur untuk mendapatkan hak atas pelayanan kesehatan bagi dirinya. Hal ini yang kemudian menyebabkan ditentukannya hak-hak pasien dalam menghadapi para dokter yang mengobatinya itu. Pasien dan dokter sesungguhnya sama-sama subjek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Pada Musyawarah ke-34 Asosiasi Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus

8 Harmono Kedokteran Sedunia (World Medical Association) di Lisbon, September 1981, untuk pertama kalinya dideklarasikan hak-hak pasien. Hak tersebut termasuk kebebasan pasien memilih dokter, dan dirawat oleh dokter memiliki mempunyai kebebasan untuk membua putusan klinis, hak untuk menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi yang akurat, hak untuk mengharapkan bahwa dokternya akan merahasiakan rincian kesehatan dan pribadinya, hak untuk mati dalam kondisi bermartabat, dan hak untuk menerima maupun menolak layanan secara moral maupun spiritual. Di Indonesia, sebenarnya masih ada dokter yang enggan memberikan waktunya untuk memberikan informasi yang cukup kepada pasien sekaligus juga bersedia mendengarkan keluhan dan informasi kesehatan pasien secara lengkap. Padahal, informasi dan penjelasan dari pasien tersebut sangat penting bagi dokter untuk melakukan tindakan medis yang selanjutnya. Selain itu, dokter juga berkewajiban untuk memberi tahu kondisi dan penyakit yang diderita oleh pasiennya secara lengkap dan jelas. Hak pasien telah termaktub dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan serta Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Secara umum, menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 4 sampai pasal 8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan, akses pada sumber daya, pelayanan kesehatan yang cukup aman, bermutu dan terjangkau, menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, mendapatkan informasi dan edukasi kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab, dan informasi tentang data kesehatan dirinya. Lebih rinci, hak-hak pasien dalam UU No. 36 Tahun 2009 mengenai Kesehatan itu diantaranya meliputi: 1. Hak untuk menerima dan menolak segala hal yang berbentuk pertolongan. Pada pasal 56 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa, setiap waktu berhak untuk menolak setiap tindakan kesehatan yang diberikan padanya setelah mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pertolongan tersebut. Hanya saja ketentuan ini tidak berlaku apabila pasien menderita penyakit menulur yang penyebarannya relatif cepat dan membahayakan orang banyak. 56 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

9 Memahami Dan Mengurai Penyebab Medical Malpraktice 2. Hak atas rahasia pribadi. Ketentuan ini diatur dalam pasal 57 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Ayat pertama menjelaskan bahwa, setiap orang berhak menutupi dan/atau menyembunyikan rahasia kesehatan pribadi yang telah disampaikan pada penyelenggara kesehatan. Namun pada ayat kedua dikatakan bahwa, hak atas rahasia pribadi ini tidak berlaku apabila ada perintah undang-undang untuk membukanya; perintah pengadilan; izin yang bersangkutan; kepentingan masyarakat; atau kepentingan orang tersebut. Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian. Dalam pasal 58 ayat pertama dikatakan bahwa, setiap individu berhak menyampaikan tuntutan dalam bentuk ganti rugi terhadap individu lain, baik bergelar praktisi kesehatan, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menyebabkan kerugian atasnya. Namun, tuntutanpraktisi kesehatan melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecatatan seorang pada kondisi darurat. 3. Selain dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, hakhak pasien juga terdapat Kodeksi antara lain sebagai berikut: a. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar Setiap orang berhak untuk hidup karena hal ini merupakan salah satu hak asasi manusia. Begitu pula seorang pasien, ia memiliki hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar. Oleh karena itu, para dokter tidak boleh melakukan malpraktik medis terhadap pasiennya dan tidak boleh melakukan tindakan yang dapat membahayakan dan merugikan kondisi tubuh pasien. Hak mendapat aneka pelayanan kedokteran dan kesehatan yang manusiawi dengan orientasi pada standar profesi kedokteran. b. Hak mendapat penjelasan mengenai diagonisis serta terapi dari dokter yang menangani. c. Hak memperoleh penjelasan ini berhubungan dengan hak atas informasi. Dengan kata lain, pasien berhak mendapat segala informasi terkait kondisi kesehatannya dari dokter amupun praktisi kesehatan. berkaitan dengan hak atas informasi. Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus

10 Harmono 4. Pasien berhak untuk menolak prosedur kesehatan maupun kontrak terapeutik. Hal ini diakibatkan oleh hak asasi pasien untuk menentukan dirinya sendiri. 5. Pasien berhak mendapat informasi dan/atau penjelasan terkait riset dokter yang akan diikutinya serta menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran tersebut. Seseorang pasien berhak untuk mengetahui secara lengkap dan jelas mengenai riset kedokteran yang akan diikutinya dan berhak untuk menentukan apakah ia akan ikut serta atau tidak. 6. Hak untuk dirujuk kepada dokter spesialis bila perlu, dan dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau perlu pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut dalam keadaan tertentu, seseorang pasien berhak untuk dirujuk kepada dokter spesialis oleh dokter yang sedang mengobatinya dan kembali lagi kepada dokter yang mengobatinya setelah selesai konsultasi dengan dokter spesialis tersebut. 7. Hak atas kerahasiaan atau rekam medik yang bersifat pribadi Dalam melaksanakan profesinya, setiap profesional berkewajiban untuk merahasiakan keterangan yang diperoleh oleh kliennya. Keterangan klien yang harus dirahasiakan ini merupakan rahasia jabatan yang harus dijaga dan dipegang teguh oleh para professional. Di dalam dunia kedokteran, rahasia jabatan ini disebut sebagai rahasia kedokteran. Hak pasien atas kerahasiaan penyakitnya ini dilindungi denagn pasal 322 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang kemudian diperjelas dalam pasal 48 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. 8. Hak untuk memperolah penjelasan tentang peraturan rumah sakit Seorang pasien berhak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai peraturan-peraturan yang berlaku di rumah sakit tempat ia dirawat. 9. Hak untuk berhubungan dengan keluarga, penasihat atau rohaniwan dan lainlainnya yang diperlukan selama perawatan di rumah sakit Seorang pasien berhak untuk tetap dapat berkomunikasi dengan keluarga maupun kerabat-kerabatnya selama ia dirawat di rumah sakit tersebut. Sehingga, pihak rumah sakit tidak boleh melarang pasiennya untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan kerabatnya. 58 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

11 Memahami Dan Mengurai Penyebab Medical Malpraktice 10. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang perincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Rotgen, Ultrasonografi (USG), CT- Scan, Magnetik Imaging (MRI) dan sebagainya, (kalau dilakukan) biaya kamar bedah, kamar bersalin, imbalan jasa dokter dan lain-lainnya. Berkaitan dengan imbalan jasa yang diberikan oleh pasien kepada dokter, dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran belum mengatur imbalan jasa ini. Yang berlaku selama ini, jasa dokter mengacu pada kesepakatan dalam ikatan profesi dalam keahlian masingmasing di daerah praktik kedokteran dilakukan. Sedangkan hak-hak pasien menurut pasal 52 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, adalah sebagai berikut. Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak untuk: a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3); b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; c. Mendapatkan pelayanan sesuai denagn kebutuhan medis; d. Menolak tindakan medis; e. Mendapatkan isi rekam medis. Selain memiliki hak-hak seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, seorang pasien juga mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhinya. Kewajiban-kewajiban pasien ini telah diatur dalam pasal 53 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yaitu sebagai berikut ; Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban: a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya; b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi; c. Memenuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkaitan dengan kewajiban pasien dalam memberikan informasi yang lengkap dan jujur, ada doktrin contributory negligence yang dapat diterjemahkan Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus

12 Harmono sebagai pasien turut bersalah. Inti dari doktrin ini adalah bahwa dalam hal medis pun tidak hanya dokter atau tenaga kesehatan lainnya saja yang dapat melakukan suatu kelalaian, akan tetapi seorang pasien pun dapat melakukan suatu kesalahan mengenai pemberian informasi yang tidak lengkap dan jujur mengenai kondisi tubuh dirinya. Menurut Guwandi, tidak saja dokter atau perawat yang bisa dianggap lalai, pihak pasien pun bisa turrut bersalah sehingga dapat menyebabkan penyakitnya bertambah buruk. Prof. Picard dalam buku Legal Liability of Doctors and Hospitals in Canada, mengatakan bahwa seorang pasien juga mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu terhadap dokternya dan juga terhadap dirinya sendiri. Di dalam melakukan kewajibannya, pasien diminta untuk memenuhi standar pasien yang wajar. b. Hak dan Kewajiban Dokter Sebelumnya, telah dijelaskan mengenai hak dan kewajiban pasien. Oleh karena itu, pada subbab ini akan dijelaskan hak dan kewajiban dokter. Profesi dokter, dalam menjalankan kewajibannya berlaku Aegroti Salus Lex Suprema, yang artinya keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi atau yang paling utama. Kewajiban dokter mencakup: 1. Kewajiban umum; 2. Kewajiban terhadap penderita atau pasien; 3. Kewajiban terhadap teman sejawat; 4. Kewajiban terhadap diri sendiri. Di Indonesia, kewajiban dokter atau dokter gigi diatur dalam pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Adapun isi dari pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, adalah sebagai berikut. Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban: a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien; 60 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

13 Memahami Dan Mengurai Penyebab Medical Malpraktice b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan; c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan e. Menambah ilmu pengetahun dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi. Selain memiliki kewajiban-kewajiban, dokter juga mempunyai hak-hak tertentu dalam menjalankan profesi tersebut. Menurut pasal 50 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, hak dokter atau dokter gigi adalah sebagai berikut. Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak: a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melakukan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; b. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional; c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; atau d. Menerima imbalan jasa. 1. Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) a. Pengertian Informed Consent Di dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, disebutkan mengenai persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi. Dalam hal akan dilakukan suatu tindakan medis terhadap pasiennya, maka dokter atau dokter gigi perlu mendapatkan persetujuan dari pasien atau wakil sah dari pasien tersebut. Hal ini dikarenakan tidak semua jalan pikiran dan pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki dokter atau dokter gigi sesuai dan Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus

14 Harmono sejalan dengan apa yang diinginkan oleh Pasien atau keluarganya. Oleh karenanya, maka diperlukan suatu lembar persetujuan tindakan medis atau informed consent. Secara istilah, informed consent dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter setelah pasien menerima penjelasan lengkap dari dokter. Menurut Komalawati, yang dimaksud dengan informed consent adalah suatu kesepakatan/persetujuan pasien atau upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapay dilakukan untuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi. Informed consent merupakan syarat subjektif untuk terjadinya transaksi terapeutik yang bertumpu pada dua macam hak asasi sebagai hak dasar manusia, yaitu hak atas informasi dan hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Pasien merupakan seseorang yang paling memiliki kepentingan terhadap hal-hal yang akan terjadi pada dirinya sendiri dan segala akibat yang akan didapatnya. Maka dari itu, dalam transaksi terapeutik dengan adanya informed consent tersebut merupakan hak pasien yang harus dipenuhi sebelum ia menjalani suatu tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap penyakitnya tersebut. Secara hukum, hak adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh seseorang untuk berbuat sesuatu maupun tidak berbuat sesuatu. Jadi, pasien berhak dan bebas untuk menentukan apakah mau menyetujui atau tidak menyetujui tindakan medis dimaksud. Consent (persetujuan) merupakan dasar yuridis untuk pembenaran dilakukannya tindakan medic atau operasi. Misalnya, ketika seorang pasien akan dioperasi oleh dokter, maka tentu didalam tindakan operasi itu dokter akan menggunakan pisau. Kalau sebelumnya tidak ada persetujuan dari pasien yang bersangkutan, maka dokter dapat dianggap melakukan penganiayaan, karena tindakannya tersebut memenuhi unsur-unsur penganiayaan pada pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Namun, hal tersebut tidak berlaku jika: 1) Orang yang dilukai tersebut memberikan persetujuannya; 2) Tindakan tersebut berdasarkan indikasi medik dan ditujukan pada suatu tujuan yang konkret; 62 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

15 Memahami Dan Mengurai Penyebab Medical Malpraktice 3) Tindakan medik tersebut dilakukan sesuai ilmu kedokteran (Notoatmodjo, 2010: 99) Oleh karena itu, bagi para dokter, sebelum melakukan suatu tindakan medik terhadap pasien haruslah memberikan informasi yang lengkap dan jelas mengenai tindakan medik yang akan diberikan. Informasi yang disampaikan tersebut bisa secara lisan. Adapun pernyataan persetujuan tindakan medik dari pasien itu juga bisa disampaikan secara lisan ataupun tulisan. Kalau resiko medik yang mungkin akan terjadi tergolong tinggi, maka harus dibuat persetujuan secara tertulis. Tapi, kalau tindakan medik yang akan dilakukan memiliki tingkat resiko yang rendah, maka cukup pernyataan secara lisan saja. Ketika seorang dokter akan menyampaikan informasi mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap Pasien, maka dalam menyampaikan informasi tersebut dokter tersebut harus menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pasien tersebut. Hal lain yang perlu dijelaskan oleh dokter adalah mengenai besaran biaya yang akan ditanggung oleh pasien apabila tindakan medik itu jadi dilakukan. Karena, kalau dari awal tidak diberikan perkiraan biaya yang harus dibayar, maka seringkali akan menimbulkan rasa kaget dari pasien atau keluarga pasien, bias saja biayanya tergolong tinggi sehingga pihak keluarga pasien belum menyiapkan biaya yang cukup. Suatu informasi dan penjelasan dari dokter dianggap cukup, apabila telah mencakup beberapa hal di bawah ini, yaitu: 1) Tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medik yang akan dilakukan; 2) Tata cara tindakan medik yang akan dilakukan; 3) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; 4) Alternative tindakan medik lain yang tersedia serta resiko masing-masing; 5) Prognosis penyakit apabila tindakan medik tersebut dilakukan; 6) Diagnosis. (Notoatmodjo, 2010:99) Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus

16 Harmono Kesimpulan Medical Malpraktek adalah suatu praktek pelayanan kesehatan khususnya yang dilakukan oleh para dokter yang tidak sesuai dengan standar profesi maupun standar operasinal prosedur yang berakibat timbulkan kerugian yang diderita oleh pasien, baik kerugian fisik maupun materil. Medical Malpraktic dapat dihindari manakala baik tenaga kesehatan khususnya para dokter maupun masyarakat sebagai pasien mamahami hak dan kewajibanya masing-masing sebagaimana yang termaktub dalam perjanjian tereupatic, baik secara tertulis maupun lisan. 64 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

17 Memahami Dan Mengurai Penyebab Medical Malpraktice IBLIOGAFI HM. Soedjatmiko Masalah Hukum Medik Dalam Malpraktek Yuridis. dalam kumpulan makalah seminar tentang Etika dan Hukum Kedokteran RSUD dr. Syaiful Anwar Malang. h. 3. Komalasari, Veronika Hukum dan Etika dalam Praktik Kedokteran. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Notoatmodjo Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Setiadi, Edi Pertanggungjawaban pidana Dalam Kasus Mal Praktek Dokter, Makalah pada seminar sehari Penegakan Hukum Terhadap Malpraktek, kerjasama antara IKAHI dan IDI Cabang Sekayu di Sekayu. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Wirartha, Made I Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi Offset Yunanti, Ari Hukum Pidana Malpraktik Medik. Yogyakarta: ANDI Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L Inform Consent Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L 1 PENDAHULUAN Malpraktek pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional (profesi) yang bertentangan dengan Standard Operating Procedure

Lebih terperinci

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi: Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang Menurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas,

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN MALPRAKTIK

PEMBUKTIAN MALPRAKTIK Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 PEMBUKTIAN MALPRAKTIK Syarifah Hidayah

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA Oleh : I Gede Indra Diputra Ni Md. Ari Yuliartini Griadhi Bagian Hukum

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN - DOKTER

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN - DOKTER HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN - DOKTER dr. Meivy Isnoviana, S.H. Hak dan kewajiban dokter, berkaitan erat dengan transaksi terapeutik Transaksi terapeutik : terjadinya kontrak antara dokter dengan pasien 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat

BAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara maju maupun negara berkembang di dunia ini menganut berbagai sistem hukum, apakah sistem hukum kodifikasi maupun sistem hukum-hukum lainnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pengetahuan masyarakat seiring pesatnya perkembangan teknologi dan kemudahan dalam mendapatkan informasi, membuat masyarakat lebih kritis terhadap pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Informed Consent, kesehatan, medis

ABSTRAK. Kata kunci : Informed Consent, kesehatan, medis ABSTRAK INDRA SETYADI RAHIM, NIM 271409137, Implementasi Informed Consent di Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Dibawah bimbingan I DR. Fence M. Wantu S.H., M.H dan bimbingan II Dian Ekawaty Ismail

Lebih terperinci

vii DAFTAR WAWANCARA

vii DAFTAR WAWANCARA vii DAFTAR WAWANCARA 1. Apa upaya hukum yang dapat dilakukan pasien apabila hak-haknya dilanggar? Pasien dapat mengajukan gugatan kepada rumah sakit dan/atau pelaku usaha, baik kepada lembaga peradilan

Lebih terperinci

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina Hospital by laws Dr.Laura Kristina Definisi Hospital : Rumah sakit By laws : peraturan Institusi Seperangkat peraturan yang dibuat oleh RS (secara sepihak) dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan,dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya 1 BAB I PENDAHULUAN Akhir-akhir ini di beberapa media baik media cetak maupun elektronik nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya akan di sebut RS) yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

CURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E.

CURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E. CURICULUM VITAE Nama : Sagung Putri M.E. Purwani,SH.,MH TTL : Denpasar, 13 Maret 1971 Pekerjaan : Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana Alamat : Jl. Anyelir No. 22 Denpasar Tlp./Fax : (0361) 233641,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS

BAB III TINJAUAN TEORITIS BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Sosial 1. Hukum Kesehatan Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditunaikannya dimana ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditunaikannya dimana ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Profesi dokter dipandang sebagai profesi yang mulia dan terhormat dimata masyarakat. Namun pada pelaksanaannya, seorang dokter memiliki tanggungjawab besar yang

Lebih terperinci

Masalah Malpraktek Dan Kelalaian Medik Dalam Pelayanan Kesehatan. Written by Siswoyo Monday, 14 June :21

Masalah Malpraktek Dan Kelalaian Medik Dalam Pelayanan Kesehatan. Written by Siswoyo Monday, 14 June :21 Di dalam berbagai tulisan bahwa penggunaan istilah malpraktek (malpractice) dan kelalaian medik (medical negligence) di dalam pelayanan kesehatan sering dipakai secara bergantian seolah-olah artinya sama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi mewujudkan hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia, dimana dalam Pasal 25 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan setiap orang berhak atas taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan keinginan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sekarang adalah era reformasi.dengan bertambah cerdasnya masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan keinginan untuk menambah pengetahuan, mengetahui

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

HAK PASIEN MENDAPATKAN INFORMASI RESIKO PELAYANAN MEDIK 1 Oleh : Rocy Jacobus 2

HAK PASIEN MENDAPATKAN INFORMASI RESIKO PELAYANAN MEDIK 1 Oleh : Rocy Jacobus 2 HAK PASIEN MENDAPATKAN INFORMASI RESIKO PELAYANAN MEDIK 1 Oleh : Rocy Jacobus 2 ABSTRAK Tujuan dilakukan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana hak pasien mendapatkan informasi resiko

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban. Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban. 1. Pernyataan mana tentang Rekam Medik (RM) yang tidak benar: a. Pemaparan isi RM hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien. 1. Tanggung Jawab Etis

Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien. 1. Tanggung Jawab Etis Tanggung Jawab Hukum Dokter Terhadap Pasien 1. Tanggung Jawab Etis Peraturan yang mengatur tanggung jawab etis dari seorang dokter adalah Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Lafal Sumpah Dokter. Kode etik

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Status hukum dan peraturan tentang catatan kesehatan harus dijaga oleh institusi pelayanan kesehatan. Istitusi kesehatan

Lebih terperinci

SENGKETA MEDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN 1. Dr.M.Nasser SpKK.D.Law 2

SENGKETA MEDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN 1. Dr.M.Nasser SpKK.D.Law 2 SENGKETA MEDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN 1 Dr.M.Nasser SpKK.D.Law 2 Ada dua jenis hubungan hukum antara pasien dan dokter dalam pelayanan kesehatan, yaitu hubungan karena terjadinya kontrak terapeutik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Bragolan Kabupaten Purworejo BPJS Kesehatan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri

disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri Informed Consent adalah istilah yang telah diterjemahkan dan lebih sering disebut dengan Persetujuan Tindakan Medik. Secara harfiah, Informed Consent terdiri dari dua kata, yaitu : Informed dan Consent.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, dikenal dengan istilah transaksi terapeutik. Menurut Veronica

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, dikenal dengan istilah transaksi terapeutik. Menurut Veronica BAB 1 PENDAHULUAN Dalam hal pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh seorang dokter terhadap pasien, kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban, adanya hak dan kewajiban dikarenakan adanya perjanjian.

Lebih terperinci

Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Pelayanan Kesehatan Memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau merupakan hak dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosi harapan dan kekhawatiran makhluk insani. perjanjian terapeutik adalah Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. emosi harapan dan kekhawatiran makhluk insani. perjanjian terapeutik adalah Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal mengenai umat manusia sudah dikenal adanya hubungan kepercayaan antara dua insan, yaitu manusia penyembuh dan penderita yang ingin disembuhkan. Dalam zaman

Lebih terperinci

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI Halaman Judul Panduan. i Daftar isi. ii Keputusan Karumkital Marinir Cilandak... iii Lampiran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV (empat) skripsi ini, maka penulis menarik beberapa point kesimpulan dan saran yang merupakan cangkupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia karena kesehatan merupakan modal utama manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Melaksanakan upaya kesehatan yang

Lebih terperinci

lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat

lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat Praktisi status akreditasi sebagai mengunjungi petugas medis (apapun namanya) pada setiap lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat praktek mereka. Praktisi

Lebih terperinci

KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM

KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM PEMBUKTIAN PERKARA MALPRAKTEK DI BIDANG KEDOKTERAN 1 Oleh: Agriane Trenny Sumilat 2 ABSTRAK Kesehatan memiliki arti yang sangat penting bagi setiap orang. Kesehatan menjadi

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA MALPRAKTEK MENURUT UU NO.36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN KUHP.

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA MALPRAKTEK MENURUT UU NO.36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN KUHP. BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA MALPRAKTEK MENURUT UU NO.36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN KUHP. A. Pengaturan tindak pidana malpraktek menurut UU.No.36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan Hak Azasi Manusia

Lebih terperinci

Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta * Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta *Kesehatan dlm kosnep duni internasional adalah a state of complete physical, mental and social, well being and not merely the

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN

PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN A Tujuan Sebagai proses pemberian informasi kepada pasien agar pasien memahami hak dan kewajibannya sebagai pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan hal yang baru dalam kehidupan, sebab hal tersebut banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena

Lebih terperinci

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di

Lebih terperinci

PANDUAN INFORMED CONSENT

PANDUAN INFORMED CONSENT PANDUAN INFORMED CONSENT A. PENGERTIAN Persetujuan tindakan medik atau yang sering di sebut informed consent sangat penting dalam setiap pelaksanaan tindakan medic di rumah sakit baik untuk kepentingan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) 444168, Fax. (0342) 444289 Kembangarum - Sutojayan - Blitar PERJANJIAN KERJA ANTARA RUMAH SAKIT UMUM AULIA DAN DOKTER No. Yang bertanda tangan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KODE ETIK KEDOKTERAN/MEDICOLEGAL DAN PATIENT SAFETY

KODE ETIK KEDOKTERAN/MEDICOLEGAL DAN PATIENT SAFETY KODE ETIK KEDOKTERAN/MEDICOLEGAL DAN PATIENT SAFETY ANANG TRIBOWO IDI CABANG PALEMBANG HOTEL AMELIA, 1-2 APRIL 2017 PEMAHAMAN ETIKA ETIKA K. BERTENS 1997 ETIKA DAN ETIKET MORAL TATA KRAMA/ SOPAN SANTUN

Lebih terperinci

tindakan pendidikan serta kondisi dan situasi pasien.

tindakan pendidikan serta kondisi dan situasi pasien. Informed Consent Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medik (PTM) adalah suatu cara bagi pasien untuk menunjukkan preferensi atau pilihannya. Secara harifiah Informed Consent memiliki dua unsur yaitu:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR BIOETIKA. Oleh: E. Suryadi Fakultas Kedokteran UGM

PRINSIP DASAR BIOETIKA. Oleh: E. Suryadi Fakultas Kedokteran UGM PRINSIP DASAR BIOETIKA Oleh: E. Suryadi Fakultas Kedokteran UGM Pendahuluan: Pengertian Bioetika Awalnya adalah Etika bioteknologi yaitu suatu studi masalah etika terkait produksi, penggunaan dan modifikasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER MANDIRI Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTEK DI BIDANG MEDIS. dalam undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTEK DI BIDANG MEDIS. dalam undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTEK DI BIDANG MEDIS 1.1 Ganti Kerugian Pengertian mengenai ganti kerugian tidak ditemukan dalam KUHP, namun pengertian mengenai ganti kerugian dapat dilihat menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal dimana hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN. optimal dimana hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dimana hal ini merupakan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN KORBAN MALPRAKTIK OLEH TENAGA MEDIS MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN KORBAN MALPRAKTIK OLEH TENAGA MEDIS MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN KORBAN MALPRAKTIK OLEH TENAGA MEDIS MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Idha Sri Suryani dan Siti Fatimah (E-mail: sitifatimah456@gmail.com)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dokter adalah seseorang yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatan serta dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang sakit (pasien)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Justru yang utama dan mendasar ada di dalam Undang Undang Praktek. kelalaian dalam melaksanakan profesi dalam undang-undang praktek

BAB I PENDAHULUAN. Justru yang utama dan mendasar ada di dalam Undang Undang Praktek. kelalaian dalam melaksanakan profesi dalam undang-undang praktek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem hukum Indonesia yang salah satu komponennya adalah hukum substantif, diantaranya hukum pidana, hukum perdata dan hukum administrasi. Justru yang utama dan mendasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun tenaga kesehatan yang ada di tempat-tempat tersebut belum memadai

I. PENDAHULUAN. maupun tenaga kesehatan yang ada di tempat-tempat tersebut belum memadai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan pengobatan kepada masyarakat atau pasien yang membutuhkan pertolongan. Pelayanan

Lebih terperinci

I S D I Y A N T O NIM : C

I S D I Y A N T O NIM : C TANGGUNG JAWAB DOKTER DALAM MELAKUKAN OPERASI BEDAH JANTUNG DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SARDJITO YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah memajukan kesejahteraan bangsa. Salah satunya adalah dalam bidang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah memajukan kesejahteraan bangsa. Salah satunya adalah dalam bidang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan nasional yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 adalah memajukan kesejahteraan bangsa. Salah satunya adalah dalam bidang kesehatan (Hanafiah dan Amir,

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. III/No. 3/Mei-Jul/2014. MATINYA ORANG KARENA KELALAIAN PELAYANAN MEDIK (CRIMINAL MALPARCTICE) 1 Oleh: Gladys Jenniver Sondakh 2

Lex Crimen Vol. III/No. 3/Mei-Jul/2014. MATINYA ORANG KARENA KELALAIAN PELAYANAN MEDIK (CRIMINAL MALPARCTICE) 1 Oleh: Gladys Jenniver Sondakh 2 MATINYA ORANG KARENA KELALAIAN PELAYANAN MEDIK (CRIMINAL MALPARCTICE) 1 Oleh: Gladys Jenniver Sondakh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana standart profesi medik

Lebih terperinci

HUBUNGAN DOKTER - PASIEN SERTA HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER - PASIEN

HUBUNGAN DOKTER - PASIEN SERTA HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER - PASIEN HUBUNGAN DOKTER - PASIEN SERTA HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER - PASIEN Djaja Surya Atmadja Bagian Ilmu Kedokteran Forensik-Medikolegal Fak. Kedokteran Univ. Indonesia HUBUNGAN DOKTER PASIEN KONTRAK TERAPEUTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan kumpulankumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan kumpulankumpulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan kumpulankumpulan peraturan-peraturan tertulis atau kaidah-kaidah dalam suatu masyarakat sebagai susunan sosial, keseluruhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedokteran adalah suatu profesi yang di anggap tinggi dan mulia oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kedokteran adalah suatu profesi yang di anggap tinggi dan mulia oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedokteran adalah suatu profesi yang di anggap tinggi dan mulia oleh masyarakat, di karenakan dengan keahlian dan kemampuanya di bidang medis, sehingga tidak sedikit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada

I. PENDAHULUAN. mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini profesi kesehatan merupakan salah satu profesi yang banyak mendapatkan sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdianya kepada masyarakat yang sangat kompleks.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal dimana hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum

BAB I PENDAHULUAN. optimal dimana hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dimana hal ini merupakan

Lebih terperinci

PENGATURAN TINGKAT KESALAHAN DOKTER SEBAGAI DASAR PENENTUAN GANTI RUGI PADA PASIEN KORBAN MALPRAKTEK

PENGATURAN TINGKAT KESALAHAN DOKTER SEBAGAI DASAR PENENTUAN GANTI RUGI PADA PASIEN KORBAN MALPRAKTEK PENGATURAN TINGKAT KESALAHAN DOKTER SEBAGAI DASAR PENENTUAN GANTI RUGI PADA PASIEN KORBAN MALPRAKTEK Oleh Kadek Arini Ida Bagus Putra Atmadja Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Malpractice

Lebih terperinci

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana

Lebih terperinci

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN JAKARTA, INDONESIA 2013 Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Rumah Sakit Rawamangun Paduan Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan keluhan jasmani danrohani kepada dokter yang. merawat, tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan keluhan jasmani danrohani kepada dokter yang. merawat, tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rahasia kedokteran berkaitan erat dengan hak asasi manusia, seperti tertulis dalam United Nation Declaration of Human Right pada tahun 1984 yang intinya menyatakan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum) BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN Peraturan tertulis maupun tidak tertulis, dilihat dari bidang pengaturannya, dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: 25 1. Peraturan Non Hukum

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK Kesehatan merupakan hal yang harus dijaga oleh setiap manusia, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Pelayanan dokter haruslah sesuai

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Pelayanan dokter haruslah sesuai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua masyarakat ingin dilayani dan mendapat kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Pelayanan dokter haruslah sesuai dengan Pasal 50

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Sehat merupakan suatu keadaan yang ideal oleh setiap orang. Orang yang sehat akan hidup dengan teratur, mengkonsumsi makanan bergizi, berolah raga, bersosialisasi

Lebih terperinci

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu KELOMPOK 19 Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas

Lebih terperinci

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Rumah Sakit xy Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran 1. Umum a. Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung

Lebih terperinci

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN -1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Aspek Etik dan Hukum Kesehatan

Aspek Etik dan Hukum Kesehatan Aspek Etik dan Hukum Kesehatan Latar Belakang berlakunya etik sebagai norma dalam kehidupan manusia : - Kata etik atau etika, berasal dari dua kata yunani yang hampir sama bunyinya namun berbeda artinya.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

Apa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018

Apa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018 Apa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018 Pendahuluan Saat ini ada beberapa kasus hukum yang melibatkan dokter maupun tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam 12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Dalam kondisi sehat, orang dapat berpikir dan melakukan segala aktifitasnya secara optimal dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles

BAB I PENDAHULUAN. Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentang isi keadilan sukar untuk memberi batasannya. Aristoteles membedakan adanya dua macam keadilan sebagaimana dikutip oleh Sudikno Mertokusumo dalam bukunya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kejahatan, menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehinga masyarakat puas

II. TINJAUAN PUSTAKA. kejahatan, menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehinga masyarakat puas 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penegakan Hukum Pidana Sistem peradilan pidana adalah sistem dalam suatu masyarakat untuk menangulangi kejahatan, dengan tujuan mencegah masyarakat menjadi korban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menakutkan. Ketakutan akan penyakit HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menakutkan. Ketakutan akan penyakit HIV/AIDS yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat dunia. Penyakit HIV/AIDS sampai sekarang masih dianggap sebagai penyakit yang menakutkan. Ketakutan

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : 35240258861 Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude Hasil Evaluasi Peran dan Fungsi Perawat Puskesmas Daerah Terpencil (Depkes

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015 IMPLEMENTASI PEMERINTAH UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN AKIBAT PELAYANAN KESEHATAN 1 Oleh: Robinson Konyenye 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM

BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM 3.1 Kronologi kasus Ayah Ana Widiana Kasus berikut merupakan kasus euthanasia yang terjadi pada ayah dari Ana Widiana salah

Lebih terperinci

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG

LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG LILIK SUKESI DIVISI GUNJAL HIPERTENSI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM R.S. HASAN SADIKIN / FK UNPAD BANDUNG OUTLINE PENDAHULUAN TENAGA KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG TUGAS & WEWENANG PERAWAT PENDELEGASIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dasar moral dari adanya suatu persetujuan tindakan kedokteran adalah menghormati martabat manusia (respect for person), yang mana setiap individu (pasien)

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER KEPADA PASIEN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK

TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER KEPADA PASIEN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER KEPADA PASIEN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK Oleh Made Hadi Setiawan A.A.Gede Agung Dharma Kusuma Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper titled

Lebih terperinci

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Lex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Lex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017 KAJIAN HUKUM MENGENAI PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) DALAM PELAYANAN KESEHATAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERJANJIAN 1 Oleh: Octovian E. Sitohang 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM 1. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 2. PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 647/Menkes/SK/IV/2000

Lebih terperinci

Kata kunci : tingkat pengetahuan hak dan kewajiban pasien atas informasi medis. Kepustakaan : 17 ( )

Kata kunci : tingkat pengetahuan hak dan kewajiban pasien atas informasi medis. Kepustakaan : 17 ( ) TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN ATAS INFORMASI MEDIS PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR Yani 1, Sri Sugiarsi 2, Rohmadi 2 Mahasiswa APIKES

Lebih terperinci