FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL DI POLIKLINIK PABRIK GULA CAMMING PTP NUSANTARA X (PERSERO) KAB.BONE
|
|
- Suharto Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL DI POLIKLINIK PABRIK GULA CAMMING PTP NUSANTARA X (PERSERO) KAB.BONE Hasriana 1, Sukriyadi 2, H.Muhammad Yusuf 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 Poltekkes Kemenkes Makassar ABSTRAK sentral adalah timbunan lemak di dalam rongga perut yang meliputi dinding luar usus dan bukan berupa timbunan lemak di bawah kulit perut menjadi factor resiko penyakit jantung coroner karena menyebabkan kerentangan seseorang terhadap diabetes mellitus sekaligus juga hipertensi, dyslipidemia, dan pembengkakan jantung (Suharjo, 2008). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara umur, status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruhkaryawan pabrik gula camming PT nusantara X (persero) yang berjumlah 834 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode Nonprobability Sampling dengan teknik purposive sampling, didapatkan 90 responden sesuai dengan Kriteria Inklusi dan Eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan program statistic (SPSS) Versi Uji statistik dilakukan dengan menggunakan chi square dengan ά = 0,05 Pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral (p=0.000), terdapat hubungan antara Status Gizi dengan kejadian obesitas sentral (p=0.000), dan tidak terdapat hubungan antara Aktifitas Fisik dengan kejadian obesitas sentral (p=0,525). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara umur dan Status Gizi Terhadap kejadian sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PT Nusantara X (Persero) Kab.Bone Kata Kunci :, Umur, Status Gizi, Aktivitas Fisik PENDAHULUAN Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Review atas epidemic obesitas yang dilakukan Low, Chin dan Deurenberg- Yap (2009) memperlihatkan bahwa prevalensi kelebihan berat (overweight) di negara maju berkisar dari 23.2% di Jepang hingga 66.3% di Amerika Serikat, sedangkan di Negara berkembang berkisar dari 13.4% di Indonesia sampai 72.5% di Saudi Arabia. Adapun prevalensi kegemukan (obesity) di negara maju berkisar dari 2.4% di Korea Selatan hingga 32.2% di Amerika Serikat, sedangkan di Negara berkembang berkisar dari 2.4% di Indonesia sampai 35.6% di Saudi Arabia (Low, Chin & Deurenberg-Yap 2009). Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011, tingkat obesitas di dunia telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak Bahkan, hampir 43 juta anak-anak balita mengalami kelebihan berat badan (overweight) pada Sungguh sebuah fakta yang amat mengkhawatirkan. Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Indonesia (HISOBI) pada 6000 orang membuktikan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia semakin meningkat. Apabila dibandingkan dengan data pada tahun 1998, angka kejadian obesitas pada pria meningkat hingga mencapai 9,16% (1998 : 2,5%) dan 11,02% pada wanita (1998 : 5,9%) (HISOBI, 2004). Prevalensi nasional obesitas umum (usia >15 tahun) di Indonesia diperkirakan sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obes) dan prevalensi obesitas sentral sebesar 18,8% (KemenKes, 2010). Prevalensi obesitas nasional di Indonesia lebih besar pada wanita (23,8%) dibanding pria (13,9%). Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak pusat. sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan dengan obesitas umum, Prevalensi obesitas sentral pada penduduk barat dan timur tinggi. Prevalensi obesitas sentral pada laki-laki AS meningkat dari 37% (periode ) menjadi 42.2% (periode ), sedangkan prevalensi obesitas sentral pada perempuan AS meningkat dari 55.3% menjadi 61.3% pada periode yang 594
2 sama (Li et al. 2007). Pada laki-laki dan perempuan Eropa, obesitas sentral yang didefinisikan menurut kriteria lingkar perut definisi lokal (menggunakan nilai cut-off cm untuk laki-laki dan cm untuk perempuan) secara berturut-turut adalah 21% dan 24% di Belgia, 8% dan 13% di Perancis, 23% dan 65% di Spanyol, dan 18% dan 39% di Turki (Wittchen et al 2006). Di Indonesia, prevalensi obesitas sentral di Kota Padang didapatkan sebesar 12.1% pada laki-laki dan 46.3% pada perempuan (Kamso 2007), sedangkan di Denpasar diperoleh sebesar 51.1% (Gotera et al. 2006). Riskesdas 2007 menemukan prevalensi obesitas sentral sebesar 18.8% (Balitbangkes Depkes 2008). Data Riskedas 2007 juga menyebutkan bahwa 55% masyarakat kota menderita obesitas sentral, sedangkan di pedesaan hanya 1.5%. Angka yang terpaut jauh. Prevalensi pada penduduk umur 15 tahun ke atas menurut karakteristik subjek provinsi Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa, prevalensi obesitas sentral pada laki-laki 8,3 %, pada perempuan 26,8% dan prevalensi obesitas sentral tertinggi berdasarkan karakteristik pekerjaan pada ibu rumah tangga sebesar 33,4% (Riskesdas 2007). Prevalensi obesitas sentral untuk Sulawesi Selatan tahun 2007 adalah 18,3% sedikit lebih rendah dari angka nasional (18,8%). sentral dapat terjadi karena adanya perubahan gaya-hidup, seperti tingginya konsumsi minuman beralkohol, kebiasaan merokok, tingginya konsumsi makanan berlemak, rendahnya konsumsi sayuran dan buah, dan rendahnya aktivitas fisik. Selain itu, peningkatan umur, perbedaan jenis kelamin, dan status sosial ekonomi diduga juga berhubungan dengan kejadian obesitas sentral. Peningkatan prevalensi obesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif. sentral berhubungan dengan peningkatan sindrom metabolik, aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal, hipertensi dan dyslipidemia. PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) (Persero) Pabrik Gula Camming merupakan salah satu perusahaan BUMN atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidan Perkebunan terletak di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun Menurut bagian Administratur yang bertindak Sebagai pemimpin, mengendalikan dan mengkordinisir secara fisik pelaksanaan tugas bagian tata usaha dan keuangan Pabrik Gula Camming Pada tahun 2012 mengungkapkan bahawa Pabrik Gula Camming sekarang hanya memiliki hektare lahan pertanaman tebu dan menghasilkan ton gula. Tercatat Pada tahun 2012 Pabrik gula camming memiliki jumlah karyawan sebanyak 834 pada Luar masa giling. Menurut data poliklink Pabrik Gula Camming pada bulan februari 2013, jumlah pekerja yang sakit dan mendaptakan pelayanan yaitu, sebanyak 384. Berdasarkan hasil uraian di atas yang membahas tentang terjadinya peningkatan kejadian sentral pada setiap tahun dan melihat berbagai resiko yang dapat ditimbulkan oleh, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kabupaten Bone dari tanggal 27 Juni sampai dengan 5 Juli Sedangkan pengumpulan datanya dilakukan dari tanggal 28 juni sampai dengan 31 juni Unit sampel (unit observasi) adalah karyawan yang bekerja di PTP Nusantara X (Persero) Kabupaten Bone, telah bekerja minimal 1 tahun, berumur 25 tahun ke atas, dan mengalami obesitas sentral (Kasus), serta yang tidak mengalami obesitas sentral (Kontrol). Jumlah sampel yang diobservasi 90 karyawan. Unit analisis adalah obesitas sentral dengan Variabel independen (umur, status gizi dan aktivitas fisik). Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional untuk melihat adanya untuk mengetahui hubungan antara Umur, status nutrisi dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas sentral. Pengumpulan data dan pengolahan data Dalam penelitian data dikumpulkan dengan menggunakan teknik koesioner disusun dengan mengacu pada uraian pada definisi operasional variabel penelitian. Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi koesioner yang disediakan), selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS for Windows dengan urutan sebagai berikut : 1. Selecting. Seleksi merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori. 2. Editing. Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban. 595
3 3. Koding Koding merupakan tahap selanjutnya dengan member kode pada jawaban dari responden tersebut. 4. Tabulasi Data Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis Data Setelah memperoleh nilai skor dari tabel, selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan: a. Analisis Univariat Dilakukan untuk variable yang dianggap terkait dengan penelitian. b. Analisis Bivariat Analisis data ditujukan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui adanya hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan ujin statistik dengan tingkat kemaknaan (α) : 0,05, uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square, dengan menggunakan jasa komputer program SPSS HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan dengan kejadian di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone n % Dari tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang tidak obesitas sentral adalah 45 (50 %), Sedangkan responden yang mengalami obesitas sentral adalah 45 (50 %) orang. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur dengan Kejadian di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone Umur n % Tahun Tahun Tahun Dari tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang pernah obesitas di umur tahun adalah 30 (33,3 %), responden yang pernah obesitas di umur tahun adalah 28 (31,1 %), responden yang pernah obesitas di umur tahun adalah 1 (1,1 %) Sedangkan responden yang tidang pernah obesitas adalah 31 (34,4 %)orang. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi dengan Kejadian di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone Status Gizi n % Normal Kurus Gemuk Dari tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang berstatus gizi normal - kurus adalah 41 (45,6 %), Sedangkan responden yang berstatus gizi Gemuk adalah 49 (54,4 %) orang. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik dengan Kejadian di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone Aktivitas Fisik n % Sedang Ringan Berat Dari tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik berstatus sedang - ringan adalah 49 (54,4 %), Sedangkan jumlah responden yang memiliki aktivitas fisik berstatus Berat adalah 41 (45,6 %) orang. Tabel 5. Distribusi Hubungan Umur dengan Kejadian di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone Umur Total n % n % n % , , , , , Total p =0,
4 Dari hasil uji Chi-square diperoleh niai p =0,000 dengan tingkat kemaknaan α =0,05. Hal ini menunjukkan nilai p< α, ini berarti Ha diterima atau ada hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone. Tabel 6. Distribusi Hubungan Status Gizi dengan Kejadian di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone Status Gizi Normal - Kurus Total N % n % N % Gemuk Total p =0,000 Dari hasil uji Chi-square diperoleh niai p =0,000 dengan tingkat kemaknaan α =0,05. Hal ini menunjukkan nilai p< α, ini berarti Ha diterima atau ada hubungan antara Status Gizi dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone. Tabel 7. Distribusi Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone sentral Aktifitas Fisik Sedang Ringan Total n % n % n % Berat Total p =0,525 Dari hasil uji Chi-square diperoleh niai p =0,525 dengan tingkat kemaknaan α =0,05. Hal ini menunjukkan nilai p> α, ini berarti Ha ditolak atau tidak ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone. PEMBAHASAN 1. Hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004). Berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai hitung p = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada hubungan antara umur dengan dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone. Hal ini didukung oleh penelitian yang didapat sebelunya, menjelaskan bahwa Umur merupakan faktor risiko obesitas sentral yang tidak dapat diubah. Seiring dengan bertambahnya umur, prevalensi obesitas sentral mengalami peningkatan (Martins&Marinho 2003; Erem et al 2004). Peningkatan umur akan meningkatkan kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak pusat (Chang et al. 2000; Demerath et al. 2007). Aekplakorn et al. (2007) menemukan bahwa prevalensi obesitas sentral meningkat sampai dengan umur 44 tahun dan menurun kembali pada umur tahun. Prevalensi obesitas sentral ditemukan lebih tinggi pada sampel dengan umur lebih tua (Janghorbani et al. 2007). Pada umur lebih tua terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang memicu penumpukan lemak perut. Kantachuvessiri et al. (2005) menyatakan bahwa pada umur tahun seseorang cenderung obesitas dibandingkan dengan umur yang lebih muda. Hal ini diduga karena lambatnya metabolisme, kurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi konsumsi pangan yang lebih sering. Melihat hasil di atas, menurut peneliti bahwa ada kaitan erat antara umur dengan kejadian obesitas sentral di pabrik gula camming terutama pada umur antara tahun yang mana pada hasil penelitian ini menunjukkan anggka yang cukup tinggi yaitu 66,6 % persen dari 90 sampel. Hal ini dapat di dukung dengan sebuah hasil penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa factor risiko obesitas yang pertama adalah umur, hal ini di duga karena terjadinya penumpukan lemak perut dengan bertambahya umur seseorang. (Kantachuvessiri et al. (2005) menyatakan bahwa tingginya risiko obesitas pada umur yang lebih tua diduga 597
5 karena pada seseorang yang lebih tua terjadi penurungan metabolisme, rendahya aktivitas fisik dan peningkatan frekuensi konsumsi pangan, disamping itu, umur yang lebih tua biasanya kurang begitu memperhatikan ukuran tubuhnya. Padahal, pada umur lebih tua terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang memicu penumpukan lemak perut. 2. Hubungan antara Status gizi dengan kejadian obesitas sentral Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005) Berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai hitung p = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada hubungan antara Status Gizi dengan dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010, angka overweight dan obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun tercatat sebanyak 27,1%. prevalensi obesitas pun lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding dengan pedesaan, dan lebih tinggi pada kelompok masyarakat bependidikan lebih tinggi serta bekerja sebagai PNS/TNI/Polri/Karyawan. Sedang berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi (26,9%) dibanding laki-laki (16,3%). Kelebihan berat badan dan obesitas menjadi masalah global yang serius. Jika masyarakat tidak segera menyadari dengan mulai mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, maka resiko menderita penyakit degeneratif pun akan semakin meningkat. Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: I, II dan III. Adapun berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu: obesitas sentral dan obesitas umum. Untuk penduduk barat, seseorang dikatakan obesitas apabila IMT-nya 30 kg/ m 2 atau lingkar perut 102 cm pada pria dan 88 cm pada wanita, sedangkan untuk penduduk Asia, IMTnya >25 kg/m 2 atau lingkar perut 90 cm pada pria dan 80 cm pada wanita (WHO 2000) Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011, tingkat obesitas di dunia telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak Bahkan, hampir 43 juta anak-anak balita mengalami kelebihan berat badan (overweight) pada Sungguh sebuah fakta yang amat mengkhawatirkan. Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Indonesia (HISOBI) pada 6000 orang membuktikan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia semakin meningkat, Prevalensi nasional obesitas umum (usia >15 tahun) di Indonesia diperkirakan sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obes) dan prevalensi obesitas sentral sebesar 18,8% (KemenKes, 2010). Prevalensi obesitas nasional di Indonesia lebih besar pada wanita (23,8%) dibanding pria (13,9%). Menurut peneliti, sesuai denga hasil penelitian yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian obesitas sentral pada karyawan pabrik gula camming. Itu dapat dihubungkan dengan dua factor yaitu adanya peningkatan asupan makanan dan penurunan pengeluaran energy. Untuk menjaga berat badan yang stabil diperlukan keseimbangan antara energy yang masuk dan energy yang keluar, dan inilah salah satu hal yang menjadi masalah, dikarenakan sulitnya bagi seseorang untuk mengatur asupan dan pengeluaran energinya. Asupan makanan semakin meningkat karena ketersediaan beragam makanan siap saji yang makin bervariasi, mudah di dapat, nikmat dan murah. 3. Hubungan Aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral Aktivitas fisik merupakan upaya pencegahan peningkatan berat badan dan secara signifikan berkontribusi untuk menurunkan berat badan dalam jangka panjang dan mengurangi risiko kesehatan yang berhubungan dengan penyakit kronis (Jakicic&Otto 2005). Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa penurunan aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan lingkar perut (Erem et al. 2004; Slentz et al. 2004; Zhang et al. 2008; Besson et al. 2009). Berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai hitung p = 0,525 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha ditolak Ho diterimaatau tidak 598
6 ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone. Berdasarkan hasil penelitian dari 90 orang, 41 (45,6%) orang yang memiliki aktivitas fisik tingkat berat dengan kondisi tidak obesitas sentral22 (24,4%) orang dan kondisi obesitas sentral19(21,1%) orang, sedangkan 49 (54,4%) orang yang memiliki aktivitas fisik tingkatsedang ringan dengan kondisi tidak obesitas sentral23(25,6%) orang dan kondisi obesitas sentral26 (28,9%) orang. Hubungan Aktifitas fisik dengan kejadian obesitas sentral dalam penelitian ini tidak konsisten dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Melihat hasil di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa hal ini bisa saja terjadi dikarenakan, penelitian dilaksanakan diluar masa giling, sehingga kebanyakan responden datang hanya sekedar ngobrol atau bercengkrama dengan sesama karyawan dengan disertai Kebiasan mereka merokok. Melihat hal tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sanya dari kebiasaan merokok itulah yang bisa saja menjadi factor dominan pencetus tinbulnya kejadian obesitas pada beberapa karyawan. Hal ini dapat didukung dari hasil sebuah penelitian yang menyatakan bahwa merokok dapat meningkatkan resisten insulin dan berhubungan dengan akumulasi lemak pusat Chiolero et al. (2008). Xu et al. (2007) menyatakan bahwa merokok berhubungan negatif dengan peningkatan berat badan (IMT) tetapi positif berhubungan dengan lingkar perut pada laki-laki. Merokok dalam jangka waktu lama berpengaruh pada obesitas sentral daripada obesitas umum. Chiolero et al. (2008) mengenai hubungan merokok pada berat tubuh, distribusi lemak tubuh dan resistensi insulin memperlihatkan bahwa di satu sisi, nikotin meningkatkan pengeluaran energy dan menurunkan nafsu makan pada perokok, sedangkan di sisi yang lain, perokok berat memiliki berat badan lebih tinggi daripada perokok ringan atau tidak merokok, jika merokok diimbangi dengan gaya hidup yang tidak baik misalnya diet yang tidak sehat. Selanjutnya sesuai hasil yang di dapat pada penelitian ini, dapat dihubungkan pula dengan sebuah pendapat pada penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa Rendahnya aktivitas fisik berhubungan positif dengan obesitas pada perempuan tetapi tidak pada laki-laki (Janghorbani et al. 2007). Pada penelitian ini responden rata rata berjenis kelamin laki laki. sentral dikatakan bahwa tidak saja dipengaruhi oleh Faktor aktifitas saja, namun dapat pula dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, perubahan gaya hidup seperti mengkonsumsi minuman beralkohol (Dornetal.2003;Riserus&Ingelsson2007), tingginya konsumsi makanan berlemak (Garaulet et al. 2001), rendahnya konsumsi sayuran dan buah (Drapeau et al.2004; Newby et al.2003). Faktor lain yang diduga dapat menjadi faktor terjadinya obesitas yaitu status Kawin, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 responden, jumlah responden yang berstatus Kawin adalah 83 (92,2 %), Sedangkan jumlah responden yang berstatus belum kawin adalah 7 (7,8 %) orang. Janghorbani et el (2007) menjatakan bahwa prevalensi obesitas lebih tinggi pada sampel yang telah menikah, hal ini dikarenakan seseorang yang sudah menikah akan menyesuaikandiri dengan pasanganya. Penyesuaian ini dapat mempengaruhi pola pikir dan perubahan gaya hidup seseorang seperti perubahan perilaku makan. Melihat terdapatnya hasil penelitian yang bertentangan dengan teori yang ada, maka penelitian lanjutan sangat dibutuhkan. Pada penelitian ini Aktivitas fisik berhubungan negativ dengan kejadian obesitas sentral. Penelitian yang dapat dilakukan adalah penelitian mengenai pengaruh kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan konsumsi makanan, berlemak, konsumsi makan/minum manis, factor genetic dan etnis dengan kejadian obesitas sentral. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone maka dapat diambil kesimpulan bahwa Faktor Umur berhubungan dengan Kejadian di poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone, Faktor Status Gizi berhubungan dengan Kejadian di poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone, dan Faktor Aktivitas Fisik tidak berhubungan dengan Kejadian di poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone. 599
7 SARAN Adapun saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini demi penyempurnaan penelitian yaitu, Bagi Para karyawan pabrik gula camming, hendaknya untuk senangtiasa menjaga pola hidup menjadi lebih sehat dengan kondisi status gizi normal dan memiliki berat badan yang ideal.disarankan pula untuk senangtiasa memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi sehari hari untuk menjaga keberlansungan kehidupan kita, dengan berbagai jenis makanan sebagai suplai nutrisi yang kita butuhkan demi memiliki tubuh yang sehat.bagi para pemberi pelayanan kesehatan (poliklinik)di pabrik gula Camming agar tetap memberikan informasi bagi para karyawan, untuk membantu memilih pola diet sehat terutama pada umur 30 tahun ke atas serta menjelaskan tata cara dan manfaat dari diet sehat tersebut. Bagi peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lain yang berhubungan dengan penyebab terjadinya obesitas sentral. DAFTAR PUSTAKA Agatston.A South Beach Diet. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia. Elya sugianti Faktor risiko obesitas sentral pada orang dewasa di sulawesi utara, gorontalo dan dki Jakarta. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia - Institut Pertanian Bogor Gotera W, Aryana S, Suastika K, Santoso A, Kurwardhani T Hubungan antara obesitas sentral dengan adiponektin pada pasien geriatri dengan penyakit jantung koroner. J Peny Dalam. 7: Hidayat A,A,A Keterampilan Dasar praktik klinik kebidanan.jilid I,. Salemba Medika. Jakarta. IGPS Aryana, RA Tuty Kuswardhan1, K Suastika, A Santoso Korelasi Antara Dengan Adiponektin Pada Lansia Dengan Penyakit Jantung Koroner.Dempasar Kamso S Dislipidemia dan obesitas sentral pada lanjut usia di Kota Padang. J Kes Mas Nas. 2: Low S, Chin MC, Deurenberg-Yap M Review on epidemic of obesity. Ann Acad Med Singapore. 38:57-65 Li C, Ford ES, McGuire LC, Mokdad AH Increasing trends in waist circumference and abdominal obesity among U.S. adults. Obesity.15: Suharjo.J.B Gaya Hidup dan Penyakit Moderen.Kanisius. Yogyakarta. Indonesia Saraswati. N. P % Diet Sehat dan Hebat. Cetakan Pertama. Syura Media Utama. Yogyakarta. Wati. E.K, Proverawati.A, Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi kesehatan. Cetakan Kedua. Nuha Medika. Yogyakarta. Wittchen HU et al International day for the evaluation of abdominal obesity: rationale and design of a primary care study on the prevalence of abdominal obesity and associated factors in 63 countries. Eur Heart J. 8(suppl B): B26-B
BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan
Lebih terperinciGambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.
102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM). Permasalahan obesitas sekarang ini semakin banyak begitu pula
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Besarnya masalah overweight dan obesitas telah diakui sebagai masalah kesehatan global oleh Badan Kesehatan Dunia yaitu World Health Organization (WHO). Dalam beberapa
Lebih terperinciHUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN
HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara
1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Peningkatan kemakmuran seseorang ternyata diikuti dengan perubahan gaya hidup. Pola makan mulai bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan menuju Indonesia sehat. fisik, mental dan sosial. Semua aspek tersebut akan mempengaruhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sehat jiwa raga sepanjang kehidupan adalah impian dari setiap orang. Sejak kemerdekaan Indonesia berkembang menjadi negara yang mempunyai visi menjadi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak dengan status gizi lebih merupakan salah satu tantangan paling serius dalam bidang kesehatan masyarakat di abad 21. Hal ini merupakan masalah global yang prevalensinya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian a. Kondisi Puskesmas Tapa Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Kartika 7
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak
Lebih terperinci2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini menjaga penampilan merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang wanita dapat menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai
Lebih terperinciAKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA DI KELURAHAN TANAH PATAH KOTA BENGKULU
AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA DI KELURAHAN TANAH PATAH KOTA BENGKULU Nurul Khairani, Santoso Ujang Effendi, Lara Wirda Utamy Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Tri Mandiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu tantangan yang paling serius. Masalahnya adalah global dan terus mempengaruhi negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi dan defisiensi menjadi penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan
Lebih terperinciKORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU
KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif
Lebih terperinciJurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH DI RT 05 DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Seventina Nurul Hidayah Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram no.09
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciGAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI
49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan
Lebih terperinciOleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Siti Nuryati, STP, MSi Muhammad Aries
ANALISIS STATUS GIZI DAN GAYA HIDUP SEBAGAI FAKTOR RISIKO HIPERTENSI & DM DI JAKARTA: IMPLIKASINYA PADA PENCEGAHAN MASALAH GIZI LEBIH, HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah gizi ganda diantaranya prevalensi gizi kurang dan meningkatnya prevalensi obesitas. Obesitas tidak lagi di anggap sebagai masalah kesehatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
68 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi, terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus dan komplikasinya telah menjadi masalah masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, kematian, dan kecacatan di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia telah meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja tentunya ingin menampilkan tampilan fisik yang menarik. Banyak remaja putra berkeinginan membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mengubah pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat. Mereka lebih memilih makanan yang mengandung lemak dan kalori tinggi dengan serat rendah (Nugrahaeni,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat terjadi seiring dengan meningkatnya arus globalisasi, perkembangan teknologi dan industri. Hal ini juga mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, definisi sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan yang berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial atau tingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis atau diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering ditemui di hampir semua
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas hidup manusia. Umumnya setiap orang ingin mencapai usia panjang dan tetap sehat, berguna, dan bahagia.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi obesitas dewasa (>18 tahun) di Indonesia mencapai 19,7% untuk laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
Lebih terperinciPROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH ( IMT ) DAN LINGKAR LENGAN ATAS ( LILA ) DENGAN KADAR GULA DARAH DAN KOLESTEROL PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis penyakit. Penyakit menular sudah digantikan oleh penyakit yang tidak menular seperti penyakit degeneratif, metabolik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk
Lebih terperinci