Ringkasan Tugas Akhir / Skripsi. Nama, NPM : Jonathan Prabowo, Drs. Arief Sudarmaji, M.T

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ringkasan Tugas Akhir / Skripsi. Nama, NPM : Jonathan Prabowo, Drs. Arief Sudarmaji, M.T"

Transkripsi

1 Ringkasan Tugas Akhir / Skripsi Nama, NPM : Jonathan Prabowo, Pembimbing : 1. r. Prawito 2. rs. Arief Sudarmaji, M.T Judul (Indonesia) : Rancang Bangun Alat Ukur Konsentrasi Gula Terlarut Berbasiskan Mikrokontroller. Judul (Inggris) : esign of Microcontroller-based Polarimeter for Measuring issolved Sugar Concentration. Abstrak Telah dibuat sebuah alat ukur konsentrasi gula telarut berbasiskan mikrokontroler dengan prinsip polarisasi linier gelombang elektromagnet dan pemutaran bidang getar gelombang oleh zat optik aktif menjadi dasar pembuatan alat ukur ini. Sistem instrumentasi ini terdiri dari lampu natrium sebagai sumber cahayanya, sepasang polarisator dan analisator, tabung untuk larutan gula, motor servo sebagai pemutar analisator, sebuah sensor fotodioda OPT 101 sebagai pendeteksi intensitas cahaya yang keluar dari analisator. Mikrokontroler di gunakan sebagai pengendali proses pengukuran maupun pengolah datanya. Hasil pengukuran ditampilkan di LC. Kata Kunci : Mikrokontroler, Lampu Natrium, OPT 101, Polarisator, Analisator. Abstract A microcontroller-based instrumentation system for measuring dissolved sugar concentration has been built. The Principle of polarization of electromagnetic wave and the rotation of the vibration plane of electromagnetic wave by opticactive material is used as the basis of the development of this instrument. This System consist of a sodium lamp as a light source, a pair of polarizer and 1 Universitas Indonesia

2 analyzer, glass tube for sugar solution, servo motor as a analyzer rotator, an OPT 101 photodiode sensor as light intensity detector for the light passing through the analyzer. A microcontroller is used as a process controller and as a data processor. The result of the measurement is displayed on the LC. Keywords : Microcontroller, Sodium Lamps, OPT101, Polarisator, the analyzer. 1. PENAHULUAN Pemilihan penggunaan polarimeter untuk acuan dasar pembuatan alat ukur konsentrasi gula terlarut, tak lain untuk membuktikan kebenaran metode fisika yang berhubungan dengan intensitas gelombang cahaya sebagai parameter ukurnya. Hubungan empiris dalam metode tersebut yang kemudian akan diaplikasikan ke dalam suatu instrumentasi sebagai suatu inovasi dalam ilmu Pengetahuan Fisika. Cahaya merupakan gelombang elektromagnet yang terdiri dari getaran medan listrik dan getaran medan magnet yang saling tegak lurus. Bidang getar kedua medan ini tegak lurus terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara umum dapat dikatakan gelombang elektromagnet yang vektor-vektor medan listrik dan medan magnetnya bergetar kesemua arah pada bidang tegak lurus arah rambatnya dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu polarisator maka sinar yang diteruskan mempunyai getaran listrik yang terletak pada satu bidangsaja dan dikatakan sinar terpolarisasi bidang (linear). Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka sinar yang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator diteruskan seluruhnya. Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap arah analisator maka tak ada sinar yang diteruskan. an bila arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya sebagian. Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik aktif akan mengalami pemutaran bidang polarisasi. [2] 2 Universitas Indonesia

3 Pembuatan alat ukur ini, yaitu dimulai dari pemahaman terhadap gelombang cahaya, lalu penerapan aplikasinya, serta pembuatan programnya. Sensor yang digunakan adalah photodioda dengan tipe OPT 101. Rangkaian elektronik dan komponen yang digunakan berupa minimum sistem, rangkaian power supply, motor servo, dan rangkaian sensor cahaya OPT 101 untuk mengukur intensitas cahaya dari lampu natrium sebagai sumber cahayanya yang melewati lensa polarisator, tabung kaca, dan analisator dengan mikrokontroler sebagai sistem pengendalinya. Pada rangkaian minimum sistem, digunakan mikrokontroler untuk mengontrol kerja alat yang telah di program dan juga mengolah data AC serta menampilkan data pada LC. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polarisasi Cahaya Polarisasi Cahaya Polarisasi merupakan peristiwa perubahan arah bidang getar dari gelombang elektromagnetik atau gelombang cahaya dari suatu gelombang yang acak menjadi tearah, yaitu saat vektor listrik dan magnetnya tegak lurus pada arah rambatnya. Terpolarisasi / terkutub artinya memiliki satu arah getar tertentu saja. Polarisasi cahaya adalah terserapnya sebagian arah bidang getar cahaya yang arah bidang getarnya satu arah. Polarisasi ini juga disebut polarisasi linear karena terletak pada statu garis lurus. Gejala polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan gelombang longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Cahaya dinyatakan sebagai gelombang elektromagnetik yang transversal tegak lurus dengan arah rambatnya, tiap-tiap warna cahaya disebut sebagai cahaya monokromatik. Cahaya monokromatik ini dapat dihasilkan oleh suatu alat yang disebut polarimeter dengan menggunakan lampu natrium. Interaksi cahaya terpolarisasi dengan suatu bahan dapat diamati dengan polarimeter. 3 Universitas Indonesia

4 Gambar 2.1 Gelombang Cahaya Terpolarisasi. [3] 2.2 Polarisasi Karena Penyerapan Selektif Penjelasan mengenai polarisasi karena penyerapan selektif menggunakan suatu cara yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah menggunakan polaroid yang akan meneruskan gelombang gelombang yang arah getarnya sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua gelombang pada arah getar lainnya. Pada gambar di bawah ini (gambar 2.2) tampak dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut analisator. Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi dari cahaya tak terpolarisasi (cahaya alami). Analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya yang terpolarisasi. [4] Gambar 2.2 Cahaya Terpolarisari Karena Penyerapan Selektif. [1] Prinsip kerja sistem adalah sebagai berikut, seberkas cahaya alami menuju polarisator. i sini cahaya dipolarisasi secara vertikal, yaitu hanya komponen vektor medan listrik E yang sejajar dengan sumbu transmisi saja yang diteruskan sedangkan lainnya diserap. Cahaya terpolarisasi yang masih mempunyai kuat 4 Universitas Indonesia

5 medan listrik belum berubah menuju analisator, sudut antara sumbu transmisi analisator dan polarisator adalah (ϕ ). 2.3 Larutan Optik Aktif Zat yang dapat memutar bidang polarisasi yang disebut zat optik aktif atau zat Polaroid, diantaranya adalah sodium sulfat, terpentil larutan gula, dan natrium klorat. alam percobaan ini menggunakan larutan gula sebagai polaroidnya. Larutan gula merupakan zat optik aktif yang dapat memutar bidang polarisasi sehingga terjadi pergeseran sudut putar larutan ( Δ ϕ ) pada bidang polarisasi. Semakin besar nilai konsentrasi larutan gula (C) maka semakin besar juga nilai sudut putar larutan (ϕ ) pada bidang polarisasi. Larutan gula tersebut mempunyai komposisi gula dan air. Bahan untuk membuat larutan gula menggunakan gula pasir dan air aquades. Proses pembuatannya dengan cara mengukur massa gula dengan menggunakan timbangan digital dan mengukur volume air menggunakan gelas ukur, kemudian gula tersebut di larutkan dengan air (gambar 2.10). Nilai konsentrasi larutan gula dapat ditentukan dengan persamaan dibawah ini. [4] C = (2.4) Keterangan : C = Konsentrasi larutan gula (gr/ml) m = Massa gula (gr) Vair = Volume air (ml) Pada percobaan ini menggunakan beberapa larutan gula yang mempunyai nilai konsentrasi larutan gula yang bervariasi. Untuk mendapatkan variasi nilai konsentrasi larutan gula yaitu dengan mengubah atau memvariasikan massa gula (m) tersebut dan masing masing gula yang mempunyai massa gula yang berbeda- 5 Universitas Indonesia

6 beda dilarutkan dengan air yang volume airnya (Vair) konstan. engan demikian variasi nilai konsentrasi larutan gula digunakan pada percobaan untuk mendapatkan data sudut putar larutan yang bervariasi sehingga didapatkan data pergeseran sudut putar larutan yang bervariasi juga. 2.4 Perancangan Sistem Mekanik Pada proses percobaan yang akan dilakukan dengan menggunakan alat ukur ini yaitu, ketika sistem akan dijalankan untuk melakukan percobaan, mula-mula masukkan larutan gula sebagai zat polaroidnya ke dalam tabung larutan gula, dengan nilai konsentrasi larutan gula yang bervariasi. Komposisi larutan gula terdiri dari gula yang dilarutkan dengan air. Pada saat tombol start di tekan, maka sistem akan berjalan, cahaya dari lampu natrium akan memancarkan cahaya lalu cahaya tersebut akan melewati polarisator, kemudian cahaya akan terpolarisasi. Blok diagram (gambar 3.1) ini merupakan simulasi dari cara kerja alat ukur konsentrasi gula terlarut dengan polarimeter, dimana sistem ini menggunakan motor servo sebagai penggerak ketika sensor cahaya OPT 101 mendeteksi intensitas cahaya untuk membentuk sudut putaran. Pada polarimeter terdapat polarisator dan analisator. Polarisator adalah polaroid atau filter polarisasi yang dapat mempolarisasi cahaya, sedangkan analisator adalah polaroid atau filter polarisasi yang dapat menganalisa cahaya yang terpolarisasi yang telah melewati larutan gula sebagai zat polaroidnya. Pada sistem kerja alat ini menggunakan lampu natrium sebagai sumber cahaya, serta mikrokontroler sebagai pengontrol sistem kerja alat tersebut. 6 Universitas Indonesia

7 Gambar 2.3 Blok iagram Sistem Alat Ukur Konsentrasi Gula. Cahaya terpolarisasi tersebut akan melewati tabung yang berisi larutan gula, Larutan gula tersebut sebagai zat optik atau zat polaroid yang dapat memutar bidang polarisasi, dan larutan gula juga sebagai objek pengukuran. Kemudian cahaya akan melewati analisator, dan cahaya tersebut akan dideteksi oleh sensor cahaya OPT 101. Analisator tersebut berputar membentuk sudut putar larutan ( ϕ 1) yang dibentuk oleh larutan gula pada bidang polarisasi, kemudian proses berputarnya analisator yaitu menggunakan motor servo yang dihubungkan dengan belt dan memutarnya secara otomatis diproses oleh mikrokontroler yang telah diprogram. Cara kerja motor servo memutar analisator secara otomatis yaitu ketika sensor cahaya OPT 101 mendeteksi intensitas cahaya maka menghasilkan output tegangan yang mempunyai nilai besaran tertentu, kemudian mikrokontroler yang telah di program akan membaca nilai output dari sensor cahaya OPT 101 kemudian akan di konversi menjadi nilai AC. Nilai AC tersebut sebagai input pulsa untuk motor servo, kemudian motor servo akan berputar dan analisator yang dihubungkan dengan motor servo menggunakan belt akan ikut berputar juga. Ketika analisator berhenti berputar maka motor servo tersebut akan membaca nilai sudut putar larutan ( ϕ 1 ) yang dibentuk oleh perputaran analisator, lalu nilai tersebut akan ditampikan oleh LC dan busur derajat yang dilengkapi dengan jarum penunjuk nilai derajat. Nilai sudut putar larutan ( ϕ 1 ) didapatkan ketika sensor cahaya OPT 101 mendeteksi intensitas cahaya paling terang kemudian 7 Universitas Indonesia

8 dibaca oleh mikrokontroler sebagai nilai AC paling tinggi, dan ketika sensor cahaya OPT 101 mendeteksi intensitas cahaya paling terang maka mikrokontroler yang telah diprogram akan memberi instruksi kepada analisator untuk berhenti berputar secara otomatis. Gambar 2.4 isain Ukuran Perancangan Sistem Mekanik Alat. 3. METOE PENELITIAN Polarimeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran optik pada bidang polarisasi yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optik aktif yang terdapat dalam larutan dan dinamakan larutan optik aktif. Polarimeter ini merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh suatu larutan optik aktif. Larutan optik aktif adalah larutan yang dapat memutar bidang polarisasi sehingga terjadi pergeseran sudut putar larutan pada bidang polarisasi, larutan optik aktif pada percobaan polarimeter ini menggunakan larutan gula seperti yang dijelaskan pada teori larutan optik aktif. alam alat ukur 8 Universitas Indonesia

9 polarimeter ini cahaya monokromatik yang dihasilkan dengan menggunakan lampu natrium dimana warna lampu berwarna kuning dan alat ukur polarimeter ini menggunakan sensor cahaya OPT 101 untuk mendeteksi intensitas cahaya. Pada proses percobaan polarimeter, mula-mula sudut yang dibentuk saat itu adalah ϕ 0, diantara analisator dan polarisator diletakkan tabung larutan yang berisi larutan gula, sehingga sebelum cahaya akan melewati analisator, cahaya yang terpolarisasi oleh polarisator tersebut akan melewati tabung berisi larutan gula terlebih dahulu. Larutan gula tersebut sebagai larutan optik aktif yang akan memutar bidang polarisasai. Kemudian analisator berputar membentuk sudut putar larutan ( ϕ 1 ) yang dibentuk oleh larutan gula pada bidang polarisasi. Jadi, pergeseran sudut putar larutan ( Δ ϕ ) pada bidang polarisasi, dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan dibawah ini. [4] Keterangan : Δ ϕ = Pergeseran sudut putar larutan ( ) ϕ 0 = Sudut putar larutan mula mula ( ) ϕ 1 = Sudut putar larutan ( ) Δ ϕ = ϕ 1 ϕ 0 (2.5) Pada gambar dibawah ini (gambar 2.12) dijelaskan cara kerja alat ukur polarimeter. Nilai pergeseran sudut putar larutan gula bergantung pada panjang larutan dalam tabung (L), konsentrasi larutan gula (C) dan sudut putar jenis larutan gula [α pada bidang polarisasi. Persamaan matematis pergeseran sudut putar larutan gula ( Δ ϕ ) dapat dinyatakan dengan menggunakan persamaan dibawah ini. [4] Keterangan : Δϕ = Δ ϕ = Pergeseran sudut putar larutan ( ) LC[α (2.6) 9 Universitas Indonesia

10 L = Panjang larutan dalam tabung (cm) C = Konsentrasi larutan gula (gr/ml) [α = Sudut putar jenis larutan gula ( cm²/gr) Gambar 2.12 Cara Kerja Alat Ukur Polarimeter. [9] Secara teori, nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) adalah 66,5 cm²/gr dan nilai sudut putar jenis larutan gula menurut teori akan dibandingkan dengan nilai sudut putar jenis larutan gula yang didapatkan dari percobaan dengan menggunakan alat ukur polarimeter. engan melakukan analisa pada variasi nilai pergeseran sudut putar larutan ( Δ ϕ ) yang diperoleh, maka nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) pada percobaan polarimeter ini dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan dibawah ini ini. [4] [α (2.7) Setelah didapatkan data sudut putar jenis larutan gula ([α ), maka proses selanjutnya yaitu menentukan nilai konsentrasi gula terlarut. Nilai konsentrasi gula terlarut tersebut mula-mula belum diketahui, maka untuk menentukan nilai konsentrasi gula terlarut pada alat ukur polarimeter ini yaitu dengan menggunakan persamaan dibawah ini. [4] C ( Universitas Indonesia

11 4. HASIL AN PEMBAHASAN 4.1 Pengambilan ata AC Pengambilan data tegangan pada fotodioda atau sensor cahaya OPT 101 pada sistem, ketika mendeteksi cahaya dengan menggunakan port AC pada chip ATmega AC (Analog to igital Conventer) adalah pengubah input analog menjadi data digital. AC pada chip Atmega 8535 memiliki resolusi 10 bit, yang merupakan nilai ketelitian untuk hasil pengkonversian data AC Resolusi AC menentukan ketelitian nilai hasil konversi AC. engan resolusi sebesar ini maka output yang dihasilkan merupakan 10 bit data digital. Sinyal input dinyatakan dalam 1023 (2ⁿ -1) nilai diskrit dengan n merupakan jumlah bit data digital AC. Sehingga pembacaan untuk nilai AC berkisar dari angka decimal Resolusi sinyal analog pada chip ini adalah sebesar 5mV. Semakin besar resolusi AC maka semakin baik tingkat ketelitiannya Kontras Rendah (Low Contrast) Gambar 4.8(b) menunjukan pada bagian Supra-Slice untuk target kontras 1% diameter terendah dapat dilihat sampai 3 mm, target contrast 0.5% diameter terendah dilihat sampai 5 mm, dan target contrast 0.3% hanya dapat dilihat pada diameter 15.0 mm. Pada sub-slice target kontras 1% untuk panjang 7 mm diameter terendah dapat dilihat sampai 5 mm, panjang 5 mm diameter terendah dapat dilihat sampai 5 mm, dan panjang 3 mm dapat dilihat 5 mm. Perhitungan kontras dan diameter diperoleh dengan persamaan 3.2 dapat dilihat pada Tabel 4.3. Untuk Gambar 4.6(a) tidak dapat dianalisa karena keterbatasan kualitas hasil citra. Vin ata AC = 1023 (4.1) Vref Keterangan : ata AC = Nilai register output AC. 11 Universitas Indonesia

12 Vin Vref = Tegangan input. = Tegangan referensi (VCC = 5 Volt C). Tabel 4.1 ata AC. Tegangan (V) AC Grafik 4.1 ata AC. 12 Universitas Indonesia

13 4.2 Menentukan Nilai Sudut Putar Jenis Larutan Gula Pengambilan ata Percobaan Ke-1 Tabel 4.2. ata Sudut Putar Percobaan Ke-1 No. M (gr) V (ml) C (gr/ml) φ φ Δφ engan didapatkan data variasi nilai pergeseran sudut putar larutan pada percobaa ke-1 ini (tabel 4.2), maka data tersebut kemudian akan di analisa untuk mencari nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) pada percobaan ke-1. Tabel 4.3. Perhitungan ata Sudut Putar Percobaan Ke-1 No. C (gr/ml) X Δφ Y X² XY Σ Universitas Indonesia

14 ata pada tabel 4.3 tersebut dapat digambarkan pada grafik data percobaan ke-1 dibawah ini (grafik 4.2). Pada pengolahan data percobaan ke-1 seperti pada tabel 4.3 maka akan didapatkan nilai (Σx)² = 0,3969. Kemudian data tersebut dapat di gambarkan pada grafik data percobaan ke-1 (gambar 4.2). Analisa data percobaan ke-1 ini yaitu ketika nilai konsentrasi larutan gula ditambahkan dari konsentrasi larutan gula sebelumnya, maka sudut putar yang dihasilkan akan lebih besar nilainya dari sudut putar sebelumnya. Grafik 4.2 ata Percobaan ke-1. Setelah perhitungan pada data percobaan ke-1 dilakukan, maka didapatkan variasi data pergeseran sudut putar larutan gula dan data konsentrasi larutan gula. ata tersebut digunakan untuk menentukan nilai sudut putar jenis larutan gula dengan melakukan analisa perhitungan pada data tersebut. engan menggunakan persamaan 4.3 dan persamaan 4.4 pada perhitungan dengan metode least square, maka didapatkan dari hasil perhitungan tersebut nilai a sebesar 382, 80 dan nilai b sebesar 1542,85. Kemudian dengan menggunakan persamaan 4.5, maka didapatkan nilai sudut putar jenis larutan gula 77,1 cm²/gr. [α sebesar 14 Universitas Indonesia

15 4.2.2 Pengambilan ata Percobaan Ke-2 Tabel 4.4. ata Sudut Putar Percobaan Ke-2. No. M (gr) V (ml) C (gr/ml) φ φ Δφ engan didapatkan data variasi nilai pergeseran sudut putar larutan pada percobaa ke-2 ini (tabel 4.4), maka data tersebut kemudian akan di analisa untuk mencari nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) pada percobaan ke-2. Tabel 4.5. Perhitungan ata Sudut Putar Percobaan Ke-2. No. C (gr/ml) X Δφ Y X² XY Σ Universitas Indonesia

16 ata pada tabel 4.5 tersebut dapat di gambarkan pada grafik data percobaan ke-2 seperti di bawah ini (grafik 4.3). Pada pengolahan data percobaan ke-2 seperti pada tabel 4.5 maka akan didapatkan nilai (Σx)² = Analisa data percobaan ke-2 ini sama seperti percobaan sebelumnya (percobaan ke-1) yaitu ketika nilai konsentrasi larutan gula ditambahkan dari konsentrasi larutan gula sebelumnya, maka sudut putar yang dihasilkan akan lebih besar nilainya dari sudut putar sebelumnya. Jadi, semakin besar nilai konsentrasi larutan gula (C) maka semakin besar juga nilai sudut putar larutan (ϕ ) pada bidang polarisasi. Grafik 4.3 ata Percobaan ke-2. Setelah perhitungan pada data percobaan ke-2 dilakukan, maka didapatkan variasi data pergeseran sudut putar larutan gula dan data konsentrasi larutan gula. ata tersebut digunakan untuk menentukan nilai sudut putar jenis larutan gula dengan melakukan analisa perhitungan pada data tersebut. engan menggunakan persamaan 4.3 dan persamaan 4.4 pada perhitungan dengan metode least square, maka didapatkan dari hasil perhitungan tersebut nilai a sebesar 282,85 dan nilai b sebesar 1439,78. Kemudian dengan menggunakan persamaan 4.5, maka didapatkan nilai sudut putar jenis larutan gula 71,9 cm²/gr. [α sebesar 16 Universitas Indonesia

17 4.2.3 Pengambilan ata Percobaan Ke-3 Tabel 4.6. ata Sudut Putar Percobaan Ke-3. No. M (gr) V (ml) C (gr/ml) φ φ Δφ engan didapatkan data variasi nilai pergeseran sudut putar larutan pada percobaa ke-3 ini (tabel 4.6), maka data tersebut kemudian akan di analisa untuk mencari nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) pada percobaan ke-3. Tabel 4.7. Perhitungan ata Sudut Putar Percobaan Ke-3. No. C (gr/ml) X Δφ Y X² XY Σ Universitas Indonesia

18 ata pada tabel 4.7 tersebut dapat di gambarkan pada dari grafik data percobaan ke-3 seperti dibawah ini (grafik 4.4). Pada pengolahan data percobaan ke-3 seperti pada tabel 4.7 maka akan didapatkan nilai (Σx)² = Analisa data percobaan ke-3 ini sama seperti percobaan sebelumnya (percobaan ke-1 dan percobaan ke-2) yaitu ketika nilai konsentrasi larutan gula ditambahkan dari konsentrasi larutan gula sebelumnya, maka sudut putar yang dihasilkan akan lebih besar nilainya dari sudut putar sebelumnya. Jadi, semakin besar nilai konsentrasi larutan gula (C) maka semakin besar juga nilai sudut putar larutan (ϕ ) pada bidang polarisasi. Grafik 4.4 ata Percobaan ke-3. Setelah perhitungan pada data percobaan ke-3 dilakukan, maka didapatkan variasi data pergeseran sudut putar larutan gula dan data konsentrasi larutan gula. ata tersebut digunakan untuk menentukan nilai sudut putar jenis larutan gula dengan melakukan analisa perhitungan pada data tersebut. engan menggunakan persamaan 4.3 dan persamaan 4.4 pada perhitungan dengan metode least square, maka didapatkan dari hasil perhitungan tersebut nilai a sebesar 106,39 dan nilai b sebesar 1255,83. Kemudian dengan menggunakan persamaan 4.5, maka didapatkan nilai sudut putar jenis larutan gula 62,79 cm²/gr. [α sebesar 18 Universitas Indonesia

19 4.2.4 Pengambilan ata Percobaan Ke-4 Tabel 4.8. ata Sudut Putar Percobaan Ke-4. No. M (gr) V (ml) C (gr/ml) φ φ Δφ engan didapatkan data variasi nilai pergeseran sudut putar larutan pada percobaa ke-4 ini (tabel 4.8), maka data tersebut kemudian akan di analisa untuk mencari nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) pada percobaan ke-4. Tabel 4.9. Perhitungan ata Sudut Putar Percobaan Ke-4. No. C (gr/ml) X Δφ Y X² XY Σ Universitas Indonesia

20 ata pada tabel 4.9 tersebut dapat di gambarkan pada dari grafik data percobaan ke-4 seperti di bawah ini (grafik 4.5). Pada pengolahan data percobaan ke-3 seperti pada tabel 4.7 maka akan didapatkan nilai (Σx)² = Analisa data percobaan ke-3 ini sama seperti percobaan sebelumnya (percobaan ke-1, percobaan ke-2, dan percobaan ke-3) yaitu ketika nilai konsentrasi larutan gula ditambahkan dari konsentrasi larutan gula sebelumnya, maka sudut putar yang dihasilkan akan lebih besar nilainya dari sudut putar sebelumnya. Jadi, semakin besar nilai konsentrasi larutan gula (C) maka semakin besar juga nilai sudut putar larutan (ϕ ) pada bidang polarisasi. Grafik 4.5 ata Percobaan ke-4. Setelah perhitungan pada data percobaan ke-4 dilakukan, maka didapatkan variasi data pergeseran sudut putar larutan gula dan data konsentrasi larutan gula. ata tersebut digunakan untuk menentukan nilai sudut putar jenis larutan gula dengan melakukan analisa perhitungan pada data tersebut. engan menggunakan persamaan 4.3 dan persamaan 4.4 pada perhitungan dengan metode least square, maka didapatkan dari hasil perhitungan tersebut nilai a sebesar dan nilai b sebesar 1182,47. Kemudian dengan menggunakan persamaan 4.5, maka didapatkan nilai sudut putar jenis larutan gula cm²/gr. [α sebesar 20 Universitas Indonesia

21 4.5 Menentukan Nilai Konsentrasi Gula Terlarut Pengambilan ata Percobaan ke-1 Proses pengambilan data percobaan ke-1 yaitu mengukur nilai konsentrasi gula terlarut kemudian membandingkan data konsentrasi hasil percobaan dengan data konsentrasi riil. Nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) dari hasil percobaan sebelumnya yang digunakan untuk percobaan ke-1 ini yaitu sebesar 62,79 cm²/gr. dan menggunakan persamaan 2.8 untuk menentukan perhitungan nilai konsentrasi gula terlarut. ata perbandingan nilai konsentrasi gula terlarut (konsentrasi riil) dengan nilai konsentrasi gula terlarut dari hasil percobaan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.9. ata Perbandingan Nilai Konsentrasi Gula Terlarut. Konsentrasi Gula Riil Konsentrasi Gula Hasil Percobaan No M (gr) V (ml) C (gr/ml) φₒ φ₁ Δφ C (gr/ml) , , , , , , , , ari tabel data hasil percobaan diatas (tabel 4.9), didapatkan data konsentrasi gula terlarut hasil percobaan, data tersebut kemudian di bandingkan dengan konsentrasi gula riil. ari hasil percobaan berikut, dapat dilakukan percobaan berikutnya untuk mengukur konsentrasi gula terlarut, dan dari hasilnya dapat di tentukan nilai kesalahan literatur dari hasil pengukuran dan nilai standar 21 Universitas Indonesia

22 deviasi. Nilai tersebut untuk mengetahui ketelitian pada percobaan dengan menggunakan alat ukur polarimeter Pengambilan ata Percobaan ke-2 Setelah melakukan percobaan ke-1 untuk mengukur nilai konsentrasi gula terlarut, maka selanjutnya dilakukan pengukuran ke-2 untuk menentukan nilai perhitungan kesalahan literatur dan standar deviasi dengan menggunakan nilai sudut putar jenis larutan gula. Nilai sudut putar jenis larutan gula ([α )yang digunakan pada percobaan ke-2 sama dengan percobaan ke-1 yaitu 62,79 cm²/gr. Proses pengambilan data percobaan ke-2 ini yaitu dengan prosedur yang sama, mula-mula dengan menggunakan sampel larutan gula (konsentrasi riil) seakanakan sampel larutan gula tersebut belum diketahui nilai konsentrasinya. Kemudian mengukur nilai pergeseran sudut putar larutan gula, setelah diketahui nilai pergeseran sudut putar larutan gula, kemudian mengukur nilai konsentrasi gula terlarut. Percobaan ke-2 ini dilakukan 8 kali pengukuran, untuk menentukan nilai kesalahan literatur dan standar deviasi setelah dibandingkan nilai konsentrasi gula (konsentrasi riil) dengan nilai konsentrasi gula terlarut hasil pengukuran. ari nilai kesalahan litertur dan nilai standar deviasi dapat diketahui ketelitian pada percobaan dengan alat ukur polarimeter. ata pengukuran nilai pergeseran sudut putar larutan gula dengan menggunakan konsentrasi gula riil dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 22 Universitas Indonesia

23 Tabel 4.10 ata Pengukuran Nilai Pergeseran Sudut Putar Larutan Gula. Setelah didapatkan data pengukuran nilai pergeseran sudut putar larutan gula, maka dapat di tentukan nilai konsentrasi gula terlarut. alam pengukuran untuk menentukan nilai konsentrasi gula terlarut ini dilakukan 8 kali pengukuran dan dari data tersebut dilakukan perhitungan untuk menghitung nilai rata-rata konsentrasi gula terlarut. Nilai rata-rata konsentrasi gula terlarut ini digunakan untuk perhitungan dalam menentukan kesalahan literatur dan standar deviasi. ata pengukuran konsentrasi gula terlarut dapa dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.11 ata Pengukuran Konsentrasi Gula Terlarut. Konsentrasi Gula Riil ata Pengukuran Konsentrasi Gula Terlarut C (gr/ml) Nilai Rata-rata No. M (gr) V (ml) C (gr/ml) C (gr/ml) ,04 0 4,8 6,1 8,2 7,2 2,4 0 8,2 5, ,06 2,4 0 3,2 9,6 0 6,4 2,4 1,6 5, ,08 4,0 1,6 5,7 0 9, , , ,10 8,2 2,4 5,7 4,8 6,4 0 8,0 4,1 4, ,12 6,4 7,6 0 7,6 3,2 2,9 0,1 4,8 5, ,15 8,2 5,7 2,9 3,2 1, ,4 1,6 5, ,18 5,7 0 4,0 1,6 3, ,2 5,7 4, ,20 0 8,2 6,4 8,0 3,2 5,7 8,2 8,2 6,0 23 Universitas Indonesia

24 Kemudian setelah didapatkan nilai konsentrasi gula terlarut, dilakukan perhitungan untuk menentukan kesalahan luteratur dan standar deviasi. ata hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada berikut. Tabel 4.12 ata Perhitungan kesalahan literatur dan standar deviasi. Konsentrasi Riil ata Perhitungan No M (gr) V (ml) C (gr/ml) Kesalahan Literatur Standar eviasi ,04 25% 0, ,06 16% 0, ,08 52% 1, ,10 42% 1, ,12 50% 2, ,15 53% 3, ,18 58% 5, ,20 62% 6,04 Pada data perhitungan kesalahan literatur dan standar deviasi (tabel 4.12), maka dapat ditentuakn ketelitian pada pengukuran dengan alat ukur polarimeter ini. Ketelitian pada pengukuran dengan alat ukur polarimeter ini masih kurang sempurna, karena terdapat nilai yang tinggi pada kesalahan literatur. Nilai yang tinggi pada kesalahan literatur mungkin disebabkan beberapa faktor, yaitu panasnya lampu natrium ketika lampu natrium dinyalakan terlalu lama pada proses pengukruan dan lampu natrium tersebut menyebabkan terganggunya proses sumber pencahayaan pada alat ukur polarimeter dan kurang bersihnya tabung larutan gula ketika penggantian larutan gula pada pengukuran konsentrasi larutan berikutnya. 24 Universitas Indonesia

25 5. KESIMPULAN AN SARAN 5.1 Kesimpulan ari Pengamatan yang dilakukan, maka penulis mempunyai beberapa kesimpulan diantaranya : 1. Nilai konsentrasi larutan gula berbanding lurus dengan nilai sudut putar larutan yang terukur. 2. ari Grafik hubungan nilai konsentrasi larutan gula dan sudut putar larutan gula, bahwa Semakin besar nilai konsentrasi larutan gula (C) maka semakin besar juga nilai sudut putar larutan (ϕ ) pada bidang polarisasi. 3. Nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) yang didapatkan pada percobaan ke-1 sebesar 77,1 cm²/gr. 4. Nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) yang didapatkan pada percobaan ke-2 sebesar 71,9 cm²/gr. 5. Nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) yang didapatkan pada percobaan ke-3 sebesar 62,79 cm²/gr. 6. Nilai sudut putar jenis larutan gula ([α )yang didapatkan pada percobaan ke-4 sebesar cm²/gr. 7. Secara teori nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) sebesar 66,5 cm²/gr. an nilai sudut putar yang digunakan untuk menentukan konsentrasi gula terlarut menggunakan nilai pada percobaan ke-3 sebesar 62,79 cm²/gr, karena nilai tersebut mendekati dari nilai sudut putar jenis larutan gula ([α ) secara teori. 25 Universitas Indonesia

26 5.2 Saran alam melakukan pengujian ini, ternyata alat ukur polarimeter ini masih belum maksimal atau sempurna. Berikut ini merupakan beberapa saran untuk penyempurnaan dalam pembuatan dan penygujian selanjutnya. 1. Memperhatikan kondisi lampu natrium ketika sedang pengukuran agar tidak menggangu sumber pencahayaan. 2. Pada alat ukur polarimeter ini agar ditambahkan komponen yaitu kolimator untuk filter atau penyaring langsung dari lampu natrium. AFTAR ACUAN [1] Jenkins, Francis A dan Harvey E White Fundamentals of Optics. Singapura : Mc Graw Hill Book Co. ( ). [2] Tippler, Paul Fisika untuk Sains dan Teknik, jilid 2 (terjemahan). Jakarta : Erlangga. ( ). [3] Sarojo, Ganijanti Abi Seri Fisika asar ; Gelombang dan Optika, Edisi ketiga. Jakarta ; Jurusan Fisika FIPIA Universitas Indonesia. (93-187). [4] Khanafiyah, Siti Modul Mata Kuliah Optika. Semarang: Jurusan Fisika FMIPA Unnes. (3-7). [5] Sears, Francis wetson Optics, Third Edition. Addison-wesley Publishing Company, Inc. ( ). [6] Halliday, dan Resnick, R Fisika Jilid 2, Edisi ketiga. Jakarta: Penerjemah Pantur Silaban Ph. dan rs. Erwin Sucipto. Erlangga ( ). [7] dibuka pada tanggal 11 Oktober 2012 Pukul WIB. [8] dibuka pada tanggal 11 Oktober 2012 pukul 9.23 WIB. 26 Universitas Indonesia

27 [9] dibuka pada tanggal 12 Oktober 2012 pukul WIB. [10] dibuka pada tanggal 12 Oktober 2012 pukul WIB. [11] dibuka pada tanggal 12 Oktober 2012 pukul WIB. [12] dibuka pada tanggal 12 Oktober 2012 pukul WIB. 27 Universitas Indonesia

Pembuatan Alat Ukur Pola Distribusi Intensitas Difraksi Cahaya Berbasis Mikrokontroller

Pembuatan Alat Ukur Pola Distribusi Intensitas Difraksi Cahaya Berbasis Mikrokontroller Pembuatan Alat Ukur Pola Distribusi Intensitas Difraksi Cahaya Berbasis Mikrokontroller Akhmad Yuniar, Prawito Departemen Fisika Instrumentasi, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424 akhmad_yun@yahoo.com, prawito@sci.ui.ac.id

Lebih terperinci

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI)

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) Abstrak Percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan sudut putar jenis larutan optis aktif, dengan alat yang digunakan yaitu polarimeter. Dimana Sinar

Lebih terperinci

ANALISIS SUDUT PUTAR JENIS PADA SAMPEL LARUTAN SUKROSA MENGGUNAKAN PORTABLE BRIX METER

ANALISIS SUDUT PUTAR JENIS PADA SAMPEL LARUTAN SUKROSA MENGGUNAKAN PORTABLE BRIX METER ANALISIS SUDUT PUTAR JENIS PADA SAMPEL LARUTAN SUKROSA MENGGUNAKAN PORTABLE BRIX METER Skripsi Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat pendidikan Strata Satu (S-1) Sebagai Sarjana Sains pada

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR INDEKS BIAS KACA DENGAN METODE BREWSTER BERBASIS MIKROKONTROLER

RANCANG BANGUN ALAT UKUR INDEKS BIAS KACA DENGAN METODE BREWSTER BERBASIS MIKROKONTROLER RANCANG BANGUN ALAT UKUR INDEKS BIAS KACA DENGAN METODE BREWSTER BERBASIS MIKROKONTROLER Fajrina Ashri, Prawito, Lingga Hermanto Departemen Fisika, Sarjana FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 fajrina.ashri@gmail.com

Lebih terperinci

Key words : external electrics field, non-linear optics, polarization, polarization angle

Key words : external electrics field, non-linear optics, polarization, polarization angle ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK LUAR TERHADAP SUDUT PUTAR POLARISASI SINAR LASER DALAM LARUTAN GULA DAN GLISERIN Oleh: Linda Perwirawati, K.Sofjan Firdausi, Indras M Laboratorium Optoelektronik & Laser

Lebih terperinci

P O L A R I M E T E R

P O L A R I M E T E R P O L A R I M E T E R I. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan mampu menggunakan polarimeter untuk mengukur polarisasi suatu cahaya II. Tujuan Praktikum 1. Memahami teori

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI GULA DI DALAM LARUTAN DENGAN KONSTANTA VERDET HESTY RIYAN P M

PENENTUAN KONSENTRASI GULA DI DALAM LARUTAN DENGAN KONSTANTA VERDET HESTY RIYAN P M PENENTUAN KONSENTRASI GULA DI DALAM LARUTAN DENGAN KONSTANTA VERDET HESTY RIYAN P M0204031 DETERMINATION OF SUGAR CONCENTRATION IN SOLLUTION WITH VERDET CONSTANT ABSTRAK Pada penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN SISTEM 3.1 Rangkaian Blok Diagram Fungsi Setiap Blok Gambar 3.1 Rangkaian Blok Diagram Blok Suplay Blok Fotodioda : Sebagai Sumber Tegangan : Sebagai pendeteksi cahaya Blok Mikrokontroller

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISI MATERIAL POLARIMATER. Oleh: :ahmad zainollah NIM : Kelompok :1A

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISI MATERIAL POLARIMATER. Oleh: :ahmad zainollah NIM : Kelompok :1A LAPORAN PRAKTIKUM ANALISI MATERIAL POLARIMATER Oleh: Nama :ahmad zainollah NIM :115090300111006 Kelompok :1A Asisten :yuni LABORATURIUM FISIKA METRIAL JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGONTROLAN INTENSITAS PENERANGAN LAMPU PIJAR MENGGUNAKAN PENGATURAN FASA SILICON CONTROLLED RECTIFIER (SCR)

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGONTROLAN INTENSITAS PENERANGAN LAMPU PIJAR MENGGUNAKAN PENGATURAN FASA SILICON CONTROLLED RECTIFIER (SCR) RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGONTROLAN INTENSITAS PENERANGAN LAMPU PIJAR MENGGUNAKAN PENGATURAN FASA SILICON CONTROLLED RECTIFIER (SCR) Tugas Akhir Untuk memenuhi persyaratan mencapai pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori atau hukum rangkaian elektronika dan teori komponen komponen yang digunakan sebagai alat bantu atau penunjang pada proses analisa Photodioda. Pembahasan

Lebih terperinci

MICROWAVES (POLARISASI)

MICROWAVES (POLARISASI) 1 MICROWAVES (POLARISASI) I. Tujuan Percobaan a. Mengetahui fenomena polarisasi b. Mengetahui bagaimana sebuah polarisator dapat digunakan untuk mengubah polarisasi dari radiasi gelombang mikro (microwaves).

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Rancang Bangun Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga dihasilkan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PUTARAN OPTIK TERHADAP KONSENTRASI MINYAK KULIT BIJI METE DENGAN PENAMBAHAN PELARUT NON- POLAR MENGGUNAKAN POLARIMETER

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PUTARAN OPTIK TERHADAP KONSENTRASI MINYAK KULIT BIJI METE DENGAN PENAMBAHAN PELARUT NON- POLAR MENGGUNAKAN POLARIMETER LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PUTARAN OPTIK TERHADAP KONSENTRASI MINYAK KULIT BIJI METE DENGAN PENAMBAHAN PELARUT NON- POLAR MENGGUNAKAN POLARIMETER (The Influence of Optical Rotation to Concenntration

Lebih terperinci

PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR

PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR 10 Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 1, Oktober 2010 PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR Emmilia Agustina Abstrak: Kayu

Lebih terperinci

Gambar 1. Mekanisme hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa

Gambar 1. Mekanisme hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa LAJU INVERSI GULA Sukrosa Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu maupun dari bit. Selain pada tebu dan bit, sukrosa terdapat pula pada tumbuhan lain, misalnya dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Gula Dalam Darah Manusia Terhadap Sudut Putar Sumbu Polarisasi Menggunakan Alat Polarmeter Non-Invasive

Pengaruh Kadar Gula Dalam Darah Manusia Terhadap Sudut Putar Sumbu Polarisasi Menggunakan Alat Polarmeter Non-Invasive Pengaruh Kadar Gula Dalam Darah Manusia Terhadap Sudut Putar Sumbu Polarisasi Menggunakan Alat Polarmeter Non-Invasive 1) Muhammad Lailia Nurafik, 2) Sutrisno, 3) Yoyok Adisetio Laksono Jurusan Fisika

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Penyaji Minuman Otomatis Berbasis Mikrokontroler ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BERBAGAI LARUTAN GULA SAKAROSA TERHADAP SUDUT PUTAR JENIS CAHAYA MERAH, HIJAU DAN KUNING

PENGARUH KONSENTRASI BERBAGAI LARUTAN GULA SAKAROSA TERHADAP SUDUT PUTAR JENIS CAHAYA MERAH, HIJAU DAN KUNING PENGARUH KONSENTRASI BERBAGAI LARUTAN GULA SAKAROSA TERHADAP SUDUT PUTAR JENIS CAHAYA MERAH, HIJAU DAN KUNING Mita Kusuma Purwasih Universitas Ahmad Dahlan, jalan Pramuka 42, Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi

Lebih terperinci

OTOMATISASI TITRASI ASAM BASA BERBASIS MIKROKONTROLER ABSTRACT

OTOMATISASI TITRASI ASAM BASA BERBASIS MIKROKONTROLER ABSTRACT OTOMATISASI TITRASI ASAM BASA BERBASIS MIKROKONTROLER Oleh: Fahrunnisa, Arfan Eko Fahrudin, S.Si., M.Eng., Iwan Sugriwan, S.Si., M.Si. Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

Pemutaran Bidang Getar Gelombang Elektromagnetik

Pemutaran Bidang Getar Gelombang Elektromagnetik Pemutaran Bidang Getar Gelombang Elektromagnetik Alwi Rofi i Shidiq dan Agus Purwanto Pusat Studi Getaran dan Bunyi, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY ABSTRAK Gelombang elektromagnetik terjadi karena bergetarnya

Lebih terperinci

PENGARUH KOSENTRASI GULA DAN VARIASI MEDAN LISTRIK DALAM MADU LOKAL TERHADAP PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI

PENGARUH KOSENTRASI GULA DAN VARIASI MEDAN LISTRIK DALAM MADU LOKAL TERHADAP PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI PENGARUH KOSENTRASI GULA DAN VARIASI MEDAN LISTRIK DALAM MADU LOKAL TERHADAP PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI Khalimatun Ninna; Unggul P.Juswono; Gancang Saroja Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Ukur Efisiensi Lampu Pijar Berbasis Mikrokontroler

Rancang Bangun Alat Ukur Efisiensi Lampu Pijar Berbasis Mikrokontroler Rancang Bangun Alat Ukur Efisiensi Lampu Pijar Berbasis Mikrokontroler Yuanita Adriana, Prawito, Arief Sudarmaji Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 yuanfigo07_inter@yahoo.com ABSTRACT Telah

Lebih terperinci

STUDI EFEK KERR UNTUK PENGUJIAN TINGKAT KEMURNIAN AQUADES, AIR PAM DAN AIR SUMUR

STUDI EFEK KERR UNTUK PENGUJIAN TINGKAT KEMURNIAN AQUADES, AIR PAM DAN AIR SUMUR Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 11., No.1, Januari 2008, hal 9-18 STUDI EFEK KERR UNTUK PENGUJIAN TINGKAT KEMURNIAN AQUADES, AIR PAM DAN AIR SUMUR Kristantyo Sukarsono, Indras Marhaendrajaya, K. Sofjan

Lebih terperinci

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar. PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar Abstrak Penerapan teknologi otomatis dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SIFAT OPTIS AKTIF LARUTAN GULA DAN GARAM DALAM MEDAN LISTRIK LUAR MENGGUNAKAN LASER DIODA ABSTRACT

PERBANDINGAN SIFAT OPTIS AKTIF LARUTAN GULA DAN GARAM DALAM MEDAN LISTRIK LUAR MENGGUNAKAN LASER DIODA ABSTRACT PERBANDINGAN SIFAT OPTIS AKTIF LARUTAN GULA DAN GARAM DALAM MEDAN LISTRIK LUAR MENGGUNAKAN LASER DIODA Oleh: Endri Ernawati, K.Sofjan Firdausi, Indras M Laboratorium Optoelektronik & Laser Jurusan Fisika

Lebih terperinci

PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK PADA LARUTAN GULA

PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK PADA LARUTAN GULA PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK PADA LARUTAN GULA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika Jurusan Studi Fisika Oleh : RIDWAN SEKTI NUGROHO NIM :

Lebih terperinci

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller Tanu Dwitama, Daniel Sutopo P. Politeknik Batam Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: tanudwitama@yahoo.co.id, daniel@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR

PENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR Berkala Fisika ISSN : 11-9 Vol.9, No.1, Januari, hal 31-3 PENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR Hari Wibowo, Eko Sugiyanto, K. Sofjan Firdausi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Krisis energi bukanlah permasalahan yang baru, namun sudah menjadi hal yang diprediksikan pasti akan terjadi. Sumber energi minyak yang selama ini menjadi andalan akan

Lebih terperinci

Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula

Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula I. JUDUL : Inversi Gula II. TANGGAL PERCOBAAN : Rabu, 14 Desember 2011 III. TUJUAN : Menentukan orde reaksi dari reaksi inversi gula menggunakan polarimeter IV. TINJAUAN PUSTAKA : Istilah laju atau kecepatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Dasar Perancangan Sistem Perangkat keras yang akan dibangun adalah suatu aplikasi mikrokontroler untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, 41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 I Nyoman Benny Rismawan 1, Cok Gede Indra Partha 2, Yoga Divayana 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA SISTEM

BAB III ANALISA SISTEM BAB III ANALISA SISTEM 3.1 Gambaran Sistem Umum Pembuka pintu otomatis merupakan sebuah alat yang berfungsi membuka pintu sebagai penganti pintu konvensional. Perancangan sistem pintu otomatis ini merupakan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK Mardian Peslinof 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Identifikasi Kebutuhan Proses pembuatan alat penghitung benih ikan ini diperlukan identifikasi kebutuhan terhadap sistem yang akan dibuat, diantaranya: 1. Perlunya rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

Fungsi Kerja Dan Tetapan Planck Bedasarkan Efek Fotolistrik

Fungsi Kerja Dan Tetapan Planck Bedasarkan Efek Fotolistrik Fungsi Kerja Dan Tetapan Planck Bedasarkan Efek Fotolistrik Intan Masruroh S, Anita susanti, Reza Ruzuqi, dan Zaky alam Laboratorium Fisika Radiasi, Departement Fisika, Fakultas Sains dan Terknologi, Universitas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang terus berkembang. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang terus berkembang. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia memiliki kemampuan berpikir yang terus berkembang. Seiring dengan berjalannya waktu, manusia terus berpikir dan berusaha untuk membuat suatu alat bantu yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014. Perancangan alat penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERHITUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNET TERHADAP DAYA PADA SEBUAH TRANSMITER FM

ANALISIS DAN PERHITUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNET TERHADAP DAYA PADA SEBUAH TRANSMITER FM ANALISIS DAN PERHITUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNET TERHADAP DAYA PADA SEBUAH TRANSMITER FM Akhmad Dzakwan Jurusan Fisika FMIPA Unila Jl. S. Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung, 35145 ABSTRACT

Lebih terperinci

Input ADC Output ADC IN

Input ADC Output ADC IN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil yang diperoleh dari pengujian alat-alat meliputi mikrokontroler, LCD, dan yang lainnya untuk melihat komponen-komponen

Lebih terperinci

PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN TEKNIK DIFRAKSI FRAUNHOFER MENGGUNAKAN CELAH SEMPIT BERBENTUK LINGKARAN

PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN TEKNIK DIFRAKSI FRAUNHOFER MENGGUNAKAN CELAH SEMPIT BERBENTUK LINGKARAN PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN TEKNIK DIFRAKSI FRAUNHOFER MENGGUNAKAN CELAH SEMPIT BERBENTUK LINGKARAN Skripsi: Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : Diah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF

PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF Berkala Fisika ISSN : 11-966 Vol 1, No., Oktober 7 hal. 18-186 PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF Lilik Eko Jatwiyono, Heri Sugito, K. Sofjan

Lebih terperinci

SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP

SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 11, No.3, Juli 2008 hal 97-102 SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP Rahmadi Setyawan, Evi Setiawati, Indras Marhaendrajaya, K. Sofjan Firdausi. Jurusan Fisika Universitas

Lebih terperinci

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA. Tugas Akhir

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA. Tugas Akhir RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA Tugas Akhir Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Setelah perancangan alat selesai, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian dan analisa alat yang bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 KODE: L - 4 JUDUL PERCOBAAN : ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN DI SUSUN OLEH: TIFFANY RAHMA NOVESTIANA 24040110110024 LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Cara Kerja Sistem Dalam cara kerja sistem dari alat yang akan dibuat dapat di tunjukan pada gambar blok diagram 4.1 sebagai berikut : Gambar 4.1 Diagram Blok Cara Kerja Sistem

Lebih terperinci

PENGUKURAN ROTASI OPTIK SPESIFIK LARUTAN GALAKTOSA, FRUKTOSA, DAN LAKTOSA

PENGUKURAN ROTASI OPTIK SPESIFIK LARUTAN GALAKTOSA, FRUKTOSA, DAN LAKTOSA PENGUKURAN ROTASI OPTIK SPESIFIK LARUTAN GALAKTOSA, FRUKTOSA, DAN LAKTOSA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Oleh: Elisabeth

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation Bab III Perancangan Perangkat Keras Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Dalam perancangan perangkat keras sistem Steel Ball Magnetic Levitation ini dibutuhkan pengetahuan dasar tentang elektromagnetik,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA 50 BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan rangkaian yang telah dibuat bekerja sesuai dengan landasan teori yang ada dan sesuai dengan tujuan pembuatan

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. VI, No. 1 (2016), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. VI, No. 1 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Timbangan Digital Berbasis Sensor Beban 5 Kg Menggunakan Mikrokontroler Atmega328 Edwar Frendi Yandra a, Boni pahlanop Lapanporo a *, Muh. Ishak Jumarang a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI Asrul Rizal Ahmad Padilah 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 asrul1423@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK Salah satu kelemahan robot dengan roda sebagai alat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN RAUTAN PENSIL PINTAR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

RANCANG BANGUN RAUTAN PENSIL PINTAR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 Ali Firdaus, Rancang Bangun Rautan Pensil Pintar 31 RANCANG BANGUN RAUTAN PENSIL PINTAR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 Ali Firdaus *1, Rahmatika Inayah *2 1 Jurusan Teknik Komputer Politeknik; Negeri

Lebih terperinci

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016 JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016 Realiasasi Sensor Temperatur LM35DZ Sebagai Sensor Kecepatan Aliran Fluida Berbasis Mikrokontroler ATMega32 dengan Media Penyimpan Data

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari Sistem Pendorong pada Model Mesin Pemilah Otomatis Cokorda Prapti Mahandari dan Yogie Winarno Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma J1. Margonda Raya No.100, Depok 15424

Lebih terperinci

APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph

APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph Oleh : Rahardianti Ayu K. (1106 100 042) Dosen Pembimbing : Drs. Hasto Sunarno, M.Sc PENDAHULUAN Selama dua dekade terakhir, pembangunan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Intrumentasi Pengukur Kecepatan Arus Air Berdasarkan Sistem Kerja Baling-Baling

Rancang Bangun Intrumentasi Pengukur Kecepatan Arus Air Berdasarkan Sistem Kerja Baling-Baling Rancang Bangun Intrumentasi Pengukur Kecepatan Arus Air Berdasarkan Sistem Kerja Baling-Baling 1)Wahyu Kresno Edhy, 1) Abdul Muid, 1) Muh. Ishak Jumarang 1)Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA AKIBAT PEMBERIAN MEDAN LISTRIK STATIS PADA GLISERIN

PENGAMATAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA AKIBAT PEMBERIAN MEDAN LISTRIK STATIS PADA GLISERIN PENGAMATAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA AKIBAT PEMBERIAN MEDAN LISTRIK STATIS PADA GLISERIN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Niken Larasati

Lebih terperinci

OTOMATISASI KERAN DISPENSER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 MENGGUNAKAN SENSOR FOTODIODA DAN SENSOR ULTRASONIK PING

OTOMATISASI KERAN DISPENSER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 MENGGUNAKAN SENSOR FOTODIODA DAN SENSOR ULTRASONIK PING OTOMATISASI KERAN DISPENSER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52 MENGGUNAKAN SENSOR FOTODIODA DAN SENSOR ULTRASONIK PING Gusrizam Danel, Wildian Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: izambungsu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Dalam perancangan dan implementasi sistem akan dijelaskan tentang cara kerja sistem terdapat dalam garis besar perancangan sistem dan diikuti dengan penjelasan

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply, 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 1.1 Hasil dan Pembahasan Secara umum, hasil pengujian ini untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan perancangan yang telah ditentukan. Pengujian

Lebih terperinci

Pengukuran Pulse Width Modulation sebagai Pengatur Resistansi Sensor Cahaya

Pengukuran Pulse Width Modulation sebagai Pengatur Resistansi Sensor Cahaya LABORATORIUM ELEKTRONIKA (1115004) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 2017 1 Pengukuran Pulse Width Modulation sebagai Pengatur Resistansi Sensor Cahaya Mohammad Istajarul Alim, Muchamad Fauzy, Diky Anggoro

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung pada bulan Desember 2013 sampai

Lebih terperinci

PERCOBAAN e/m ELEKTRON

PERCOBAAN e/m ELEKTRON PERCOBAAN e/m ELEKTRON A. TUJUAN 1. Mempelajari sifat medan magnet yang ditimbulkan oleh kumparan Helmholtz.. Menetukan nilai e/m dengan medan magnet. B. PERALATAN 1. Seperangkat peralatan e/m. Sumber

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PERAGA PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR (SD) Jl. Lontar no 1 Semarang, Indonesia

RANCANG BANGUN ALAT PERAGA PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR (SD) Jl. Lontar no 1 Semarang, Indonesia RANCANG BANGUN ALAT PERAGA PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR (SD) 1 Diana Endah Handayani, 2 Wawan Kurniawan 1 Program Studi Pendidikan Guru SD, IKIP PGRI SEMARANG

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DETEKTOR KECEPATAN DAN ARAH ANGIN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S52

RANCANG BANGUN DETEKTOR KECEPATAN DAN ARAH ANGIN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S52 Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer RANCANG BANGUN DETEKTOR KECEPATAN DAN ARAH ANGIN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S52 THE DESIGN OF WIND SPEED AND DIRECTION DETECTOR WITH MICROCONTROLLER AT89S52 Albert Mandagi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran sistem Gambaran cara kerja sistem dari penelitian ini adalah, terdapat sebuah sistem. Yang didalamnya terdapat suatu sistem yang mengatur suhu dan kelembaban pada

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF

PENENTUAN KOEFISIEN ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF PENENTUAN KOEFISIEN ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF Oleh : Lilik Eko Jatwiyono/ J2D 002 207 2007 INTISARI Telah dilakukan studi optis tak linier terutama mengenai pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan sensor putaran berbasis serat optik dilakukan di Laboratorium Optik dan Fotonik serta Laboratorium Bengkel Jurusan

Lebih terperinci

Cara Penentuan Nilai BRIX kadar gula Dalam Tanaman Tebu. Oleh: Khairul Nurcahyono

Cara Penentuan Nilai BRIX kadar gula Dalam Tanaman Tebu. Oleh: Khairul Nurcahyono Cara Penentuan Nilai BRIX kadar gula Dalam Tanaman Tebu Oleh: Khairul Nurcahyono Dalam industri gula dikenal istilah-istilah pol, brix dan HK (hasil bagi kemurnian). Istilah-istilah ini terdapat analisa

Lebih terperinci

Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Berbasis Mikrokontroler At Mega 328 Sebagai Alat Pendeteksi Kekeruhan Air

Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Berbasis Mikrokontroler At Mega 328 Sebagai Alat Pendeteksi Kekeruhan Air Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Berbasis Mikrokontroler At Mega 328 Sebagai Alat Pendeteksi Kekeruhan Air Trisha Gustiya1,a), Rouf1,b), Dian Nur Aini1,c), dan Hendro2,d) 1 Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara otomatis dengan menggunakan sensor PIR dan sensor LDR serta membuat

BAB III METODE PENELITIAN. secara otomatis dengan menggunakan sensor PIR dan sensor LDR serta membuat 3.1 Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat sistem penerangan pada rumah secara otomatis dengan menggunakan sensor PIR dan sensor LDR serta membuat sistem

Lebih terperinci