BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen Kapasitas Ton/tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen Kapasitas Ton/tahun"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR I. A. Latar Belakang Perkembangan industri di ASEAN, khususnya di Indonesia, mengalami peningkatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari waktu ke waktu. Fenomena ini disebabkan oleh salah satunya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap suatu produk. Dengan dipenuhinya kebutuhan masyarakat tersebut, maka masyarakat tersebut akan makmur. Industri makanan dan consumer goods merupakan salah satu industri yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bahanbahan pangan, pemanis atau daily product seperti pasta gigi, sabun, shampoo dan sebagainya. Kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat konsumsi masyarakat. Ditambah lagi dengan akan diberlakukannya ASEAN Economic Community yang merupakan suatu kawasan dimana diterapkan perdagangan bebas baik dari segi ekspor impor komoditas maupun tenaga kerja sehingga adanya keleluasaan akan akses ekonomi dapat memperluas jaringan pasar hingga skala regional ASEAN sehingga pelaku industri dapat mengambil keuntungan yang jauh lebih besar. Maka, industri makanan merupakan salah satu industri yang sangat penting demi menjaga kemakmuran masyarakat, termasuk di ASEAN, khususnya di Indonesia. Sorbitol atau yang juga dikenal dengan nama glusitol adalah senyawa polyol atau gula dengan gugus hidroksil (-OH) yang secara luas pada banyak sekali industri makanan sebagai pemanis maupun agen humektan (mengontrol perubahan kelembaban antara produk dengan udara), skin conditioning agent dan agen thickening dalam indutri kosmetik. Sorbitol memiliki tingkat pemanis 60% lebih rendah dari pemanis sukrosa dan mengandung kalori 1/3 lebih sedikit dibandingkan sukrosa sehingga saat dikonsumsi sebagai gula diet atau bahan baku pemanis untuk makanan diet karena secara lambat dimetabolisme oleh tubuh manusia. Sorbitol umumnya dapat diperoleh dengan reduksi glukosa dengan mengganti gugus aldehid pada struktur molekul glukosa menjadi gugus alkohol. Bab I. Pengantar 1

2 Industri Fast-Moving Consumer Goods (FMCG), Sorbitol digunakan dalam memproduksi mouthwash dan pasta gigi. Beberapa gel trasparan hanya dapat dibuat dengan sorbitol, karena memiliki index bias yang cukup tinggi untuk formulasi transparan. Sedangkan dalam industri farmasi, Sorbitol digunakan sebagai eksipien farmasi dalam membuat tablet untuk meningkatkan kualitas fisik obat dengan mempengaruhi transport obat dalam tubuh manusia dan sebagai obat pencahar nonstimulan karena memberikan efek pencahar dengan mendesak air ke dalam usus besar sehingga merangsang pergerakan usus. Telah ditegaskan Generally Recognised As Safe (GRAS) oleh US Food and Drug Administration dan telah disetujui untuk digunakan pangan di Eropa dan negara-negara lain di seluruh dunia (McAllister, 2011). Melihat berbagai aplikasi Sorbitol, dapat disimpulkan pentingnya Sorbitol sebagai Intermediate Raw Material bagi produk-produk off-market lainnya. Gambar 1.1. Kebutuhan Sorbitol di dunia (Sumber : US ITC, 2010). Kebutuhan Sorbitol di dunia saat ini sekitar ton per tahun dan diperkirakan masih terus bertambah tiap tahun dengan laju 2,3%. Negara dengan kebutuhan Sorbitol terbesar adalah Cina, dengan kebutuhan sekitar 30% dari total kebutuhan global. Sebagian besar Sorbitol di Cina digunakan sebagai bahan baku Bab I. Pengantar 2

3 vitamin C. Negara-negara lain dengan kebutuhan Sorbitol terbesar di dunia adalah Amerika Serikat, kawasan Eropa Barat, dan Jepang. Akan tetapi, negara pengimpor Sorbitol terbesar adalah Jepang, yaitu 19% impor dunia. Hal ini karena produksi Sorbitol Jepang tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya (US ITC, 2010). Posisi Indonesia sebagai produsen Sorbitol sangat strategis. Di Indonesia berdiri pabrik Sorbitol dibawah bendera PT. Sorbitol Inti Murni yang telah memproduksi Sorbitol sejak tahun 1983 telah mencatat produksi pemanis hingga Metric Tons (MT) pada tahun 2007 dimana 73% diantaranya adalah Sorbitol. Sehingga saat ini mencatatkan prestasi sebagai produsen Sorbitol terbesar di Asia Pasifik yang telah mendistribusikan Sorbitol ke hampir lebih dari 70 negara di dunia.dan terbesar kedua di dunia setelah Roquette Freres dari Perancis. I. B. Tinjauan Pustaka a) Pemilihan Proses Sorbitol adalah senyawa monosakarida polyhydric alcohol dikenal dengan nama lain glusitol dengan rumus kimia C6H14O6. Sorbitol merupakan gula alkohol atau Polyol yang digunakan secara luas pada banyak sekali industri makanan sebagai pemanis maupun agen humektan (mengontrol perubahan kelembaban antara produk dengan udara) dan agen thickening. Sorbitol umumnya dapat diperoleh dengan reduksi glukosa dengan mengganti gugus aldehid pada struktur molekul glukosa menjadi gugus alkohol. Gambar 1.2. Struktur Molekul Sorbitol Bab I. Pengantar 3

4 Sorbitol dapat disintesis dengan berbagai cara dari berbagai jenis bahan baku, dengan kondisi operasi serta konversi yang berbeda. Dalam pembuatan sorbitol dari bahan baku pati dari tepung melalui dua tahap proses utama yaitu konversi pati atau starch menjadi glukosa dengan proses hidrolisis dan sintesis Sorbitol dari gula melalui proses hidrogenasi dengan penggunaan gas hidrogen. Sumber pati yang digunakan adalah tepung tapioka dengan kadar pati 89,6 %. 1. Proses Hidrolisis Pati dari Tepung Tapioka menjadi Glukosa Glukosa sebagai hasil antara tidak terdapat bebas di alam. Glukosa merupakan gugus sakarida yang paling sederhana dan dapat diperoleh dengan memecah polisakarida seperti pati. Pemecahan rantai polisakarida dilakukan dengan hidrolisis Reaksi yang terjadi antara lain : Reaksi utama (C6H10O5)n + nh2o C6H10O5 (1) Reaksi samping 2(C6H10O5)n + nh2o C12H22O11 (2) 3(C6H10O5)n + nh2o C18H32O16 (3) Hidrolisis Pati dengan Katalis Asam Pada proses hidrolisis pati menggunakan katalis asam ini, diperlukan kondisi suhu yang tinggi agar dapat memecah komponen dari pati menjadi glukosa. Larutan asam yang digunakan biasanya memiliki konsentrasi yang pekat, misalnya larutan H2SO4, HCl, dan sebagainya. Untuk mekanisme proses hidrolisis pati dengan katalis asam ialah sebagai berikut : Proses hidrolisa dilakukan dalam tangki converter yang terbuat dari baja tahan karat dengan dilengkapi pipa saluran uap pemanas dan pipa saluran udara yang dihubungkan dengan kompresor untuk mengatur tekanan udara didalamnya. Larutan suspense yang mengandung 18-20% pati di dalam air dialirkan masuk ke dalam converter lalu ditambahkan lartutan HCl hingga ph mencapai nilai = 2,3 Bab I. Pengantar 4

5 Kemudian larutan tersebut dipanaskan dalam converter hingga mencapai suhu o C dan tekanan 3 kg/cm 2. Proses ini memakan waktu antara menit agar menghasilkan derajat hidrolisa yang diinginkan. Setelah dicapai suhu yang diinginkan, kemudian hidrolisat ditampung pada tangki penahan agar proses hidrolisa berlangsung secara sempurna. Hidrolisis Pati dengan Katalis Asam-Enzim Hidrolisis pati menggunakan asam dan enzim ini memerlukan suhu dan ph yang sesuai dalam pengoprasiannya. Dalam proses ini, hidrolisa yang terjadi secara parsial di mana untuk pertama menggunakan asam, kemudian dilanjutkan dengan proses sakarifikasi dengan menggunakan enzim glukoamilase. Konversi enzim biasanya dilakukan pada ph 4,5-7 dengan suhu optimum o C. Untuk komposisi akhir dari hidrolisat bergantung pada pengaturan hidrolisa asam mula-mula, dan tipe enzim serta tingkat sakarifikasi enzim. Hidrolisis Pati dengan Katalis Enzim Proses hidrolisis pati untuk pembuatan glukosa dari pati, memerlukan terjadinya reaksi enzimatis sebagai berikut: [C6H10O5]n -amilase n(c6h10o5)x + xnh2o n(c6h10o5)x x glukoamila se nc6h12o6 Pembuatan sirup glukosa yang umumnya berbahan dasar dari pati, tahapan prosesnya meliputi likuifikasi, sakarifikasi, penjernihan, dan pemekatan. Proses diawali dengan pencampuran larutan pati dengan air pada tangki pencampur. Selanjutnya larutan pati yang telah dicampur dengan air ditambah dengan CaCl2. Penambahan ini bertujuan sebagai aktivator. Selanjutnya dilakukan penambahan enzim -amylase atau yang biasa disebut dengan liquefying pada larutan pati dan dilakukan pemanasan dengan jet cooker sampai 105 o C selama 5 menit. Kemudian larutan pati dialirkan ke reaktor likuifikasi untuk mengalami proses hidrolisa selama ±2 jam. Pada proses likuifikasi ini terjadi pemutusan rantai ikatan panjang polisakarida menjadi dekstrin dan sejumlah kecil karbohidrat. Bab I. Pengantar 5

6 Untuk proses selanjutnya yaitu penambahan HCl pada larutan pati untuk menurunkan ph, agar kondisi optimum dari enzim glukoamylase tercapai. Proses hidrolisa dari dekstrin menjadi glukosa membutuhkan waktu 1 jam. Filtrasi dilakukan menggunakan cartridge filter, yang bertujuan untuk memisahkan kotoran (impurities) yang tidak larut. Filtrat yang mengandung enzim glukoamylase selanjutnya dipisahkan dengan ultrafiltration membrane untuk recycle enzim glukoamylase kembali ke reaktor sakarifikasi. Proses pertukaran ion dilakukan untuk menghilangkan ion-ion yang terkandung pada larutan glukosa, seperti Cl - dan Na +. Proses ini dilakukan pada penukar ion, vessel berisi resin yang telah diaktivasi dan dapat menukarkan ion positif terlarut dengan ion H + (pada kation exchanger) dan ion negatif terlarut dengan OH - (pada anion exchanger). Apabila resin yang digunakan telah jenuh, perlu dilakukan proses regenerasi, yang bertujuan untuk mengaktifkan resin sehingga dapat digunakan kembali. Pada proses pemekatan dilakukan dengan menggunakan evaporator, tahap evaporasi ini dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi sirup glukosa yang diinginkan. (Lilian, 1961) 2. Proses Konversi Glukosa menjadi Sorbitol Proses Reduksi Elektrolitik Industri Sorbitol pertama kali dibangun pada tahun 1937 dan menggunakan proses elektrolitik. Larutan D-glukosa atau disebut juga dekstrosa, yang juga mengandung sodium sulfat dielektrolisis. Hidrogen yang berada pada katoda amalgam mereduksi dekstrosa menjadi sorbitol. Pemurnian dan recovery larutan sorbitol dilakukan dengan metode yang sama dengan yang saat ini digunakan. (Faith, 1975) Pada bagian elektrolisis ini dilengkapi dengan sumber arus yang tidak berfluktuasi elektroda yang dipakai adalah amalgam sebagai katoda dan timbal sebagai anoda sedangkan larutan yang dipakai NaOH dan Na2SO4. Pada prinsipnya dextrosa akan direduksi dengan H2 sebagai hasil proses elektrolisis diatas. Dari proses diatas akan menghasilkan sorbitol. Bab I. Pengantar 6

7 Untuk proses reduksi elektrolitik faktor-faktor yang yang mempengaruhi hasil dan kualitas yaitu densitas arus, konsentrasi, temperatur, komposisi elektroda serta elektrolitik dan promotornya. Proses Hidrogenasi Katalitik Proses hidrogenasi monosakarida seperti glukosa dengan gas hidrogen bertekanan tinggi terjadi dalam reaktor Fixed Bed kontinyu untuk memperoleh konversi Sorbitol yang tinggi. Proses terjadi dalam kondisi operasi moderat dan dapat mencapai konversi secara kuantitatif dari umpan terhadap yield Sorbitol mencapai 98 W% dengan menggunakan katalis nikel yang sangan aktif dan selektif dalam zona reaksi dan meningkatkan kondisi proses berupa temperatur dan kecepatan liquid space. (Chao, 1980) Reaksi hidrogenasi glukosa menjadi Sorbitol yang terjadi adalah sebagai berikut : CHO CH2OH H C OH H C OH HO C H HO C H Raney Nickel + H2 H C OH H C OH H C OH H C OH CH2OH CH2OH Rayne Nickel C6H12O6 + H2 C6H1406 Glukosa Hidrogen Sorbitol Bab I. Pengantar 7

8 3. Justifikasi Proses Ada dua proses yang dipilih untuk perancangan pabrik ini, antara lain proses hidrolisis pati menjadi glukosa dan konversi glukosa menjadi Sorbitol. Untuk proses pertama yang dipilih, proses hidrolisis pati menjadi glukosa adalah proses hidrolisis tepung tapioka dengan katalis enzim untuk proses liquifikasi dan sakarifikasi. Dasar pertimbangan pemilihan proses ini adalah karena handling material yang lebih mudah (tidak korosif) dan konversi glukosa yang sangat besar, namun kekurangan pada proses ini adalah waktu reaksi yang lebih lambat dan reaksi kompleks. Perbangingan antara proses hidrolisis dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1.1. Perbandingan Antara Proses Hidrolisis Pati menjadi Glukosa Uraian Aspek teknis 1. Operasi - Tekanan ( kg/cm 2 ) - Suhu ( 0 C ) - ph 2. Proses - DE - Reaksi samping - Daya korosi Aspek Ekonomi 1. Kebutuhan asam 2. Biaya peralatan 3. Energi 4. Investasi Hidrolisis Pati dengan Katalis Asam Asam-enzim Enzim-enzim , % Ada Tinggi Banyak Mahal Besar Tinggi , % Ada tinggi Banyak Mahal Besar Tinggi , % - Rendah Sedikit Murah Kecil Rendah Setelah diperoleh dari sirup glukosa dari proses hidrolisis pati menjadi glukosa. Glukosa dinetralisir dalam ion exchanger kemudian dilanjutkan ke proses selanjutnya yakni proses sintesis Sorbitol dari glukosa dengan reduksi. Ada dua proses yang umumnya digunakan dalam proses ini, yakni reduksi elektrolitik atau hidrogenasi katalitik. Dasar pertimbangan dalam pemilihan proses reduksi ini antara lain: Bab I. Pengantar 8

9 Tabel 1.2. Perbandingan Proses Konversi Glukosa menjadi Sorbitol Parameter Proses Reduksi Glukosa menjadi Sorbitol Reduksi Elektrolitik Hidrogenasi Katalitik 1. Segi Proses Bahan Baku Glukosa Glukosa Katalis Konversi Reaksi Rendah Nikel Tinggi Dalam proses reduksi dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai produk yang diinginkan. Kualitas Produk Rendah Tinggi Untuk bahan baku dari sirup glukosa, produk sorbitol yang dihasilkan kurang begitu bagus. bagus. 2. Segi Ekonomi Harga dari elektroda dan membran sangat mahal. Dalam proses hidrogenasi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai proses yang diinginkan lebih cepat. Bila dibandingkan dengan proses reduksi, produk sorbitol yang dihasilkan lebih Bahan tambahan seperti gas hidrogen dan katalis nikel mudah dijangkau serta efektif. (Faith, 1975) Melihat dari pertimbangan diatas maka dimilih proses hidrogenasi katalitik karena lebih menguntungkan dari segi proses dan ekonomi dilihat dari konversi dan kualitas produk yang dihasilkan. 4. Finishing Produk Penggunaan Sorbitol dalam industri farmasi dan beberapa industri makanan, Sorbitol diperoleh dengan hidrogenasi hidrolisat pati atau dengan hidrogenasi gula digunakan dalam fase liquid maupun kristal atau bubuk. Hal ini dapat diperoleh dengan evaporasi menjadi sorbitol cair dengan konsentrasi 70% sesuai dengan demand pasar pada umumnya dan dalam bentuk padat baik oleh kristalisasi dan dengan spray drying. Bab I. Pengantar 9

10 b) Market Analysis (Penentuan Kapasitas Produksi) 1. Potensi Pasar yang Ada. Sorbitol adalah senyawa gula dengan gugus hidroksil sehingga dinamakan polyol atau gula akohol. Sorbitol, yang merupakan building block, memiliki cakupan aplikasi yang luas, mulai dari aplikasi untuk produk bernilai jual tinggi seperti bahan tambahan pada makanan dan farmasi hingga aplikasi pada produksi dengan kapasitas besar seperti agen humektan dan stabilizer dalam dunia bakery and pastry, placticizer dalam pembuatan kapsul gelatin, bulking agent untuk pembuatan sugar-free solutions dan sirup, non-cariogenic sweetening agent untuk permen, dan chewing gums. Dari, sisi harga, pada tahun 2014, harga Sorbitol cair pada pasar domestik di Indonesia berada dikisaran Rp , - per kg curah atau USD 904 per ton dengan syarat free on board (FOB) dikarenakan nilai tukar rupiah yang sedang menurun sedangkan harga Sorbitol cair US berada di kisaran USD per metrik ton. (ICIS, 2014) Harga dari Sorbitol padat di Indonesia bisa mencapai 2-3 kali lipat dari harga dalam fase cairnya dan tentunya dapat dinaik lagi jika nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat dan akan turun apabila kapasitas produksi global meningkat yang diiringi dengan peningkatan efisiensi teknologi serta performa alat. Pabrik Sorbitol akan dibuat dari bahan baku glukosa dan gas hidrogen dengan proses hidrogenasi katalitik karena konversi bahan baku yang besar dan kualitas produk yang tinggi. Bahan baku glukosa dibuat dari hidrolisis pati dengan katalis asam. 2. Kapasitas Pabrik yang Sudah Ada Tabel 1.3. Produsen Sorbitol Di Indonesia dan Kapasitasnya Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas Produksi (Ton/Tahun) PT Sorbitol Inti Murni Pasuruan PT Sama Satria Pasifik Sidoarjo 6700 PT Budi Kimia Raya Lampung 6000 Total kapasitas (Sumber : COPYRIGHT 2002 P.T. Data Consult, Inc) Bab I. Pengantar 10

11 Pasar ekspor sebenarnya menjadi prioritas utama bagi produsen Sorbitol Indonesia, karena selain importir luar negeri selalu membayar tunai, mereka juga cenderung melakukan kontrak penjualan jangka panjang. Oleh sebab itu kompetisi di pasar internasional dapat mendorong produsen Sorbitol Indonesia selalu mengikuti perkembangan produk dan teknologi di luar negeri. Hingga saat ini sudah cukup banyak produsen Sorbitol didunia. Produsen yang paling besar antara lain Roquette Freres, Lille, Perancis; Nikken Fine Chemicals Co., Ltd., Japan, dan Towakasei Kogyo Co.,Ltd., Japan dengan masing-masing berkapasitas metric ton/th. Di Amerika sendiri pertumbuhan rata-rata produksi Sorbitol mencapai 6,3% di tahun Harga dari Sorbitol liquid 70% di tahun berkisar antara $ 0,33 0,84 /kg. Tabel 1.4. Produsen Sorbitol di Amerika dan Kapasitasnya Tahun 1975 Nama Perusahaan Kapasitas Produksi (Metric ton / th ) ICI United States, New Castle, Del Hoffmann-LaRoche, Belvidere, N. J Pfizer, Groton, Conn Lonza, Mapleton, Ill Merck, Danville, Pa Total kapasitas (Othmer, 1960) Kapasitas produksi Sorbitol dengan bahan baku glukosa ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan Sorbitol yang semakin melonjak dan mengimbangi produksi Sorbitol di pabrik lain yang semakin berkurang. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan dan pasar global sorbitol, maka pabrik Sorbitol dengan bahan baku sirup glukosa ini berusaha memenuhi kebutuhan Sorbitol dalam negeri dan kebutuhan sorbitol di dunia dengan kapasitas pabrik sebesar. 3. Kapasitas Produksi Dari pabrik Sorbitol di Indonesia yang berkapasitas besar, Indonesia masih belum dapat mencukupi kebutuhan Sorbitol. Sebab Indonesia masih mengimpor Bab I. Pengantar 11

12 sebanyak 3466,476 ton per tahun pada tahun 2013 (tabel 1.5) dari Prancis, China, Jepang, Amerika serikat dan lain-lain. Tabel 1.5. Impor Sorbitol di Indonesia Tahun Tahun Kebutuhan Impor Sorbitol (ton/tahun) , , , , ,476 (Sumber : comtrade.un.org/db) Dari data di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan Sorbitol di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Hal ini juga didukung dengan kapasitas ekspor Sorbitol di Indonesia memiliki kecenderungan menurun setiap tahunnya. Berikut adalah kapasitas ekspor di Indonesia. Tabel 1.6. Ekspor Sorbitol di Indonesia Tahun Tahun Kebutuhan Ekspor Sorbitol (ton/tahun) , , , , ,99 (Sumber : comtrade.un.org/db) Dari data pada tabel 1.5 dan 1.6, menunjukkan bahwa pemenuhan akan kebutuhan Sorbitol di Indonesia masih belum tercukupi. Perlu adanya pabrik dengan kapasitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan Sorbitol di Indonesia tanpa harus mengurangi kemampuan ekspor dan mencukupi kebutuhan impor sorbitol dari luar negeri. Perkiraan kebutuhan impor sorbitol di Indonesia dapat dengan membuat plot grafik hubungan impor Sorbitol dengan tahun seperti pada gambar 3. Bab I. Pengantar 12

13 Kebutuhan Impor, ton Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen Tahun Sumber : Gambar 1.3. Kebutuhan Impor Sorbitol di Indonesia Dari grafik diatas ditarik garis linear sehingga didapatkan persamaan : y = kebutuhan Impor (ton) x = tahun y = 543,67 x ,954 Sedangkan kemampuan ekspor Sorbitol di Indonesia dapat dengan membuat plot grafik hubungan impor Sorbitol dengan tahun seperti pada gambar 4. Bab I. Pengantar 13

14 Kapasitas Ekspor, ton Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen Tahun Sumber : Gambar 1.4. Kapasitas Ekspor Sorbitol Indonesia ke Dunia Dari gambar diatas ditarik garis linear sehingga didapatkan persamaan : y = kemampuan ekspor (ton) x = tahun y = -5650,9526 x ,66 Pabrik direncanakan akan didirikan pada tahun Sehingga kebutuhan impor dan kemampuan ekpsor sorbitol dapat di prediksikan sebagai berikut : Impor y = 543,67 (2017) ,954 = 6095,66 ton per tahun Ekspor y = -5650,9526 (2017) ,66 = 46225,31 ton per tahun Dalam menentukan kapasitas produksi dari pabrik sorbitol ini diinginkan pada tahun 2017, pabrik ini dapat memenuhi seluruh kebutuhan impor pada tahun tersebut dan kemampuan ekspor dapat terjaga seperti tahun 2013 tanpa adanya penurunan atau bahkan bertambah kapasitas ekspor. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dipilih kapasitas produksi sebanyak ton per tahun untuk menekan kebutuhan impor dan tetap menjaga kemampuan ekspor ke luar negeri. Bab I. Pengantar 14

15 c) Pemilihan Lokasi Indonesia merupakan negara dengan produksi singkong yang cukup besar dengan Provinsi Lampung sebagai daerah produsen terbesar di Indonesia. Provinsi Lampung ini juga banyak terdapat industri tepung tapioka yang nantinya digunakan sebagai bahan baku pembuatan Sorbitol. Data produksi tepung tapioka di Lampung disajikan dalam table berikut ini : Tabel 1.7. Produksi Tepung Tapioka di Provinsi Lampung No Perusahaan Lokasi (Kabupaten) Kapasitas Produksi (ton/tahun) 1 PT. Bumi Lampung Permai Lampung Tengah PT. Sinar Labuhan Bandar Lampung PT. Huma Indah Mekar Lampung Utara PT. Wira Kencana Karya Lampung Utara PT. Great Giant Pine Lampung Tengah PT. Wira Tapioka Mandiri Bandar Lampung PT. Eka Inti Tapioka Murni Lampung Tengah PT. Wilang Sari Lampung Tengah Total Sumber : tanamanpangan.deptan.go.id, 2013 Berdasarkan referensi data diatas, pemilihan Provinsi Lampung sebagai lokasi pendirian pabrik Sorbitol sangat menguntungkan mengingat melimpahnya bahan baku. Untuk pemilihan lokasi ini direncanakan akan didirikan di Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung. Kecamatan Seputih Mataram mempunyai luas daerah sebesar 9478 Ha dengan luas wilayah perairan teknis sebesar 3927 Ha. Dari 9478 Ha luas daerah tersebut, sekitar 16% menjadi lahan pertanian. Berikut adalah aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam pemilihan Kecamatan Seputih Mataram sebagai lokasi pembangunan pabrik. Bab I. Pengantar 15

16 Sumber : Gambar 1.5. Peta Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung Berikut ini adalah kondisi wilayah dari Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) tahun Kondisi wilayah ini dapat disajikan basis desain data pabrik sorbitol yang akan direncanakan mulai beroperasi tahun Kelembapan udara rata-rata = 59% - 95% Suhu udara rata-rata = 23 o 32 o Celcius Gempa = tidak ada data Kecepatan angin rata-rata = 23 km/jam Kabupaten Lampung Tengah terletak sekitar 75 kilometer dari ibukota provinsi Lampung, yaitu Kota Bandar Lampung dan berdekatan dengan Teluk Lampung terdapat sebuah pelabuhan yaitu Pelabuhan Panjang dimana kapal-kapal dalam dan luar negeri dapat merapat. Secara umum pelabuhan ini merupakan faktor yang sangat penting bagi kegiatan ekonomi penduduk Lampung dan ada pelabuhan penyeberangan Bakauheni, yang merupakan tempat transit penduduk dari Pulau Jawa Bab I. Pengantar 16

17 ke Sumatera dan sebaliknya. Dengan demikian Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu gerbang Pulau Sumatera bagian selatan. Alasan pemilihan kabupaten Lampung Selatan sebagai lokasi pabrik adalah : 1. Bahan Baku Kabupaten Lampung Selatan berada di Provinsi Lampung yang merupakan daerah penghasil tepung tapioka dengan jumlah besar sehingga akan memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik Sorbitol.(tanamanpangan.deptan.go.id, 2013). Bahan baku berupa gas hidrogen dari PT. Air Production yang berlokasi di Cilegon, Banten dengan transport darat dan laut. 2. Transportasi Kabupaten Lampung Tengah dekat dengan Kota Bandar Lampung yang mana merupakan gerbang menuju pulau Jawa. Di pulau Jawa, terutama daerah industri di Jawa Barat banyak yang menggunakan Sorbitol sebagai bahan bakunya, diantaranya Unilever. Selain itu di kabupaten ini juga terdapat pelabuhan panjang sebagai sarana transportasi dan distribusi bahan hingga luar negeri dan dalam upaya mendukung transportasi hasil di bidang industri dan agroindustri, pemerintah Propinsi Lampung sejak tahun 2006 telah melakukan kerjasama dengan pihak swasta melalui peningkatan akses jalan melalui pilot project pada ruas jalan yaitu Sp. Penawar Rawa Jitu dan Seputih Surabaya Sadewa serta pada tahun berikutnya diprogramkan juga untuk ruas-ruas jalan yang strategis. Pada tahun 2005, rencana pembukaan jalan pada daerah terisolir sudah masuk dalam program bekerjasama dengan Kabupaten Lampung Barat dan Tanggamus dengan melibatkan TNI dan masyarakat. Propinsi Lampung merupakan pintu gerbang pulau Sumatera dengan tingkat arus lalu lintas yang semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu alternatif mengatasi permasalahan ini sebenarnya sudah digagas oleh Pemerintah Provinsi dengan pembuatan jalan tol dan pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS). 3. Air Pemenuhan kebutuhan utilitas air diperoleh dari sungai Way Tulang Bawang dan anak-anak sungainya, luas areal river basin ini adalah 10,150 km 2, panjang Bab I. Pengantar 17

18 seluruhnya 753,5 km dan cabang-cabang sungai 9 (sembilan buah). Daerah ini memiliki kepadatan pola aliran 0,07 dan frekuensi pola airan 0, Bahan Bakar dan Power, serta Utilitas lainnya. Sumber energi untuk di bagian boiler penghasil steam dan sumber panas digunakan gas alam yang disuplai dari PT Air Liquide, Banten dengan alasan harga miyak bumi dan gas alam yang diprediksi masih merosot hingga 2 tahun ke depan. Kebutuhan listrik untuk operasional pabrik disediakan dari PLTA yang akan dibangun pada Wilayah Sungai Mesuji-Tulang Bawang dengan potensi listrik sebesar 216 MW. 5. Bahan Buangan dan Gangguan terhadap Lingkungan Secara umum, kepadatan penduduk di Kecamatan Seputih Mataram tidak tinggi, yaitu sekitar 388/km 2 sehingga operasional pabrik ini tidak akan terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari dari masyarakat. Selain itu, sebagai industri yang concern terhadap lingkungan, limbah/buangan dari pabrik ini akan diolah terlebih dahulu sebelum dilepas ke lingkungan sesuai baku mutu yang berlaku sehingga meminimalkan bahkan meniadakan dampak negatif dengan adanya operasional pabrik ini. 6. Tenaga Kerja UMK Lampung Tengah adalah Rp yang merupakan UMK terendah dibanding UMK kabupaten lain di Provinsi Lampung apalagi jika dibandingkan dengan UMK di kawasan industri besar yang mencapai dua kali lipatnya. Jumlah pencari kerja di Lampung Tengah tahun 2012 mencapai 1149 orang dengan komposisi tamat SD, tamat SLTP/sederajat/, tamat SLTA/sederajat, diploma, sarjana adalah 9, 70, 930, 93, dan 47. Di sisi lain jumlah perusahaan di Lampung Tengah adalah 647 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja orang sedangkan di Kecamatan Seputih Mataram ada 12 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 46 orang. Tentunya dengan didirikannya pabrik ini, pabrik ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pencari kerja baik di Lampung secara umum atau di Seputih Mataram secara khusus sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Bab I. Pengantar 18

19 7. Iklim dan Gempa Secara geografis, letak astronomis Lampung Tengah berada antara 104 o o 50 Bujur Timur dan 4 o 30 4 o 15 Lintang Selatan. Berdasarkan pemantauan cuaca yang dilakukan di Lampung Tengah tercatat rata-rata curah hujan di tahun 2012 antara 4 mm hingga 425 mm. Intensitas curah hujan yang tinggi dialami pada bulan Januari hingga mencapai puncaknya di bulan Maret. Setelah itu, intensitas curah hujan berangsur-angsur mengalami penurunan. 8. Faktor-faktor Ekonomi, Sosial dan Hukum Secara umum, nilai IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Provinsi Lampung pada tahun 2007 telah mencapai 70,1. Hal ini berarti status pembangunan manusia di Provinsi Lampung sudah mencapai menengah ke atas. Sedangkan IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2007 terdapat variasi, yakni berkisar antara terendah 66,95 (Kabupaten Lampung Barat) dan tertinggi 75,38 (Kota Metro). Kabupaten lain dengan nilai IPM terendah adalah Kabupaten Lampung Selatan dan Way Kanan. Di Kecamatan Seputih Mataram sendiri, fasilitas dan sarana kesehatan terbilang masih rendah. Di kecamatan tersebut hanya ada satu rumah bersalin dan satu tempat praktik dokter. Sedangakan di bidang pendidikan, kecamatan ini mempunyai 75 PAUD, 31 SD, 6 SLTP/MA/MT dan 6 SMU/STM/SMEA dengan jumlah siswa total di semua jenjang sebanyak siswa. Dengan pembangunan pabrik ini diharap kondisi sosial masyarakat Seputih Mataram bisa terangkat melalui program-program Corporate Social Responsibility (CSR). Meskipun angka Crime Index Provinsi Lampung secara umum masih cukup tinggi, namun secara umum dapat dikatakan bahwa stabilitas daerah cukup terjamin. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin menurunnya konflik sosial. Sementara itu, guna mengantisipasi perkembangan terorisme, maka telah diambil berbagai langkah, antara lain: melaksanakan koordinasi dengan berbagai instansi terkait guna antisipasi terhadap potensi atau perkembangan terorisme; meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini terhadap ancaman terorisme serta gangguan terhadap keamanan dan Bab I. Pengantar 19

20 ketertiban umum; sosialisasi mengenai perkembangan serta bahaya terorisme, serta meningkatkan peran Komunitas Intelejen Daerah (Kominda) Lampung. Bab I. Pengantar 20

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, penting bagi Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk meningkatkan pembangunan di segala bidang termasuk dari sektor industri. Salah

Lebih terperinci

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisis Enzim

Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisis Enzim Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisis Enzim disusun oleh : Rizky Destya R 2309 030 008 Vivi Dwie Suaidah 2309 030 082 Pembimbing : Ir.Agung Subyakto, M.S. D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Produksi gula indonesia dari tahun 2010 2012 terus mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan kebutuhan nasional akan gula, seperti tergambar dalam tabel di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ubi kayu, ubi jalar, sorgum, dan talas. Kemanisan gula yang terbuat dari pati juga hampir

BAB I PENDAHULUAN. ubi kayu, ubi jalar, sorgum, dan talas. Kemanisan gula yang terbuat dari pati juga hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya kita mengenal gula yang dihasilkan dari tebu sehingga disebut dengan gula tebu. Padahal gula juga dapat dibuat dari bahan yang mengandung pati, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manihot utilissima (Singkong). Selama ini manihot utilissima biasanya digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Manihot utilissima (Singkong). Selama ini manihot utilissima biasanya digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat melimpah. Namun hasil pertanian tersebut sebagian besar belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan industri kimia di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Salah satu bahan yang banyak digunakan dalam industri

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BAB II URAIAN PROSES 2.1. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul C 6 H 5 CH 2 OH. Proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan

I. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan I. PENDAHULUAN Pabrik adalah sarana untuk memproduksi barang kebutuhan manusia. Tujuan pendirian pabrik adalah untuk bisa mendapatkan nilai tambah, biasanya nilai tambah tersebut secara ekonomi, yaitu

Lebih terperinci

Pra Desain Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dengan Hidrogenasi Katalitik

Pra Desain Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dengan Hidrogenasi Katalitik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-33 Pra Desain Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dengan Hidrogenasi Katalitik Hellen Kartika Dewi, Debra Arlin Puspasari,

Lebih terperinci

Pabrik Sirup Glukosa dari Talas dengan Proses Hidrolisis Enzim

Pabrik Sirup Glukosa dari Talas dengan Proses Hidrolisis Enzim Pabrik Sirup Glukosa dari Talas dengan Proses Hidrolisis Enzim disusun oleh : M. Harisul Ulum 2307 030 010 Andry Yunastriana UP 2307 030 023 Pembimbing : Ir.Agung Subyakto, M.S. D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

dengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun oleh :

dengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun oleh : Pabrik Sirup Fruktosa dari Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun oleh : Dian Agustin Putri Utami 2309 030 034 Dosen Pembimbing : Niendya Zulvira Tiara Sari 2309 030 072 Prof. Dr. Ir. Danawati

Lebih terperinci

PRA DESAIN PABRIK SORBITOL DARI TEPUNG TAPIOKA DENGAN HIDROGENASI KATALITIK

PRA DESAIN PABRIK SORBITOL DARI TEPUNG TAPIOKA DENGAN HIDROGENASI KATALITIK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 PRA DESAIN PABRIK SORBITOL DARI TEPUNG TAPIOKA DENGAN HIDROGENASI KATALITIK Hellen Kartika Dewi, Debra Arlin Puspasari, dan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kebutuhan bahan kimia dalam negeri masih banyak didatangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan

I. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan I. PENDAHULUAN Pabrik adalah sarana untuk memproduksi barang kebutuhan manusia. Tujuan pendirian pabrik adalah untuk bisa mendapatkan nilai tambah, biasanya nilai tambah tersebut secara ekonomi, yaitu

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Asam Suksinat Dari Maleat Anhydride Dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun A.

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Asam Suksinat Dari Maleat Anhydride Dan Hidrogen dengan Kapasitas ton/tahun A. BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Perkembangan ekonomi Indonesia belakangan ini memang bisa dikatakan sangat lambat. Hal ini bisa di identifikasi dari nilai mata uang rupiah yang terus menurun dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis gula yang terjadi belakangan ini mengakibatkan konsumsi pemanis selalu melampaui produksi dalam negeri, sehingga Indonesia terpaksa mengimpor pemanis dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka memasuki pembangunan jangka panjang, pemerintah menitikberatkan pembangunan nasional pada sektor industri. Dengan berbagai kebijakan yang diambil, pemerintah

Lebih terperinci

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton. BAB I. PENGANTAR Perkembangan industri di Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan di segala bidang, terutama industri yang bersifat padat modal dan teknologi Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Pertumbuhan industri kimia di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan banyaknya pendirian pabrik yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK 116 BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik merupakan salah satu pertimbangan penting dalam upaya mendirikan suatu pabrik, karena harus dapat memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan industri di Indonesia, pemerintah berupaya meningkatkan pertumbuhan industri kimia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dalam era industrialisasi sekarang ini, industri kimia mengalami perkembangan yang sangat pesat, jumlah dan jenis industri kimia dari tahun ke tahun semakin bertambah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun. 1 Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara-negara

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, 7 BB II URIN PROSES.. Jenis-Jenis Proses Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol, atau phenyl carbinol. Benzil alkohol mempunyai rumus molekul 6 H 5 H OH. Proses pembuatan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Dodekilbenzena sulfonat adalah salah satu produk intermediet untuk bahan baku pembuatan deterjen sintetik, shampo, pasta gigi, dan sabun cuci. Selain

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Salah satu industri petrokimia yang berkembang pesat dewasa ini adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester akrilat ini ikut

Lebih terperinci

Pabrik Sirup Glukosa dari Ubi Jalar (Ipomoea batatas ) dengan Proses Hidrolisa Enzim

Pabrik Sirup Glukosa dari Ubi Jalar (Ipomoea batatas ) dengan Proses Hidrolisa Enzim Pabrik Sirup Glukosa dari Ubi Jalar (Ipomoea batatas ) dengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun Oleh : 1. Tantri Kusuma Wardani ( 2309 030 016 ) 2. Ryan Rizhaldi Baril ( 2309 030 057 ) Dosen pembimbing :

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES. sodium klorat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: Larutan NaCl jenuh dielektrolisa menjadi NaClO 3 sesuai reaksi:

BAB II DESKRIPSI PROSES. sodium klorat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: Larutan NaCl jenuh dielektrolisa menjadi NaClO 3 sesuai reaksi: BAB II DESKRIPSI PROSES A. Macam macam Proses Kapasitas produksi sodium klorat di dunia pada tahun 1992 ± 2,3 juta ton dengan 1, 61 juta ton diproduksi oleh Amerika Utara. Proses pembuatan sodium klorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet, Kapasitas 10.000 ton / tahu BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Metil benzoat merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan dalam industri. Kegunaanya antara lain sebagai pelarut cat, zat aditif untuk pestisida,

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 20.150 TON/TAHUN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia tiap tahunnya mengalami peningkatan yang begitu cepat dan mempunyai dampak terhadap tumbuhnya berbagai industri yang terkait.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molases dengan Proses Fermentasi Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molases dengan Proses Fermentasi Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Di zaman yang semakin berkembang dan modern ini, Indonesia perlu lebih meningkatkan taraf hidup bangsa yaitu dengan pembangunan dalam sektor industri.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka memasuki pembangunan jangka panjang, pemerintah menitikberatkan pembangunan nasional pada sektor industri. Dengan berbagai kebijakan yang diambil, pemerintah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain.

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi di sektor minyak dan gas bumi, sehingga minyak dan gas bumi dapat dijadikan komoditi penting untuk

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS 36.000 TON/TAHUN Oleh : SISKAWATI DYAH SULISTYA UTAMI Dosen Pembimbing : Dr. Ir. H. Ahmad M. Fuadi, M.T. Hamid

Lebih terperinci

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin dari Aseton dan HCN BAB I PENDAHULUAN

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin dari Aseton dan HCN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan industri sebagai bagian dari usaha pengembangan jangka panjang diarahkan untuk mencapai struktur ekonomi yang lebih kuat, yaitu struktur ekonomi dengan titik

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia di indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan hal itu kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang dalam industri

Lebih terperinci

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia Prarancangan Pabrik Etil Alkohol dari Molase BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi. Logikanya, minyak bumi (fossil fuel) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dengan berkembangnya teknologi saat ini dalam berbagai bidang, Indonesia dituntut agar dapat bersaing dengan negara-negara dalam bidang industri. Diperlukan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Kaprolaktam dari Asam Benzoat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kaprolaktam dari Asam Benzoat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI TEPUNG TAPIOKA DAN AIR KAPASITAS TON/TAHUN

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI TEPUNG TAPIOKA DAN AIR KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI TEPUNG TAPIOKA DAN AIR KAPASITAS 55.000 TON/TAHUN Oleh : Siti Fatimah D 500 030 077 Dosen Pembimbing : Rois Fatoni, S.T., MSc. Denny

Lebih terperinci

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri di dunia serta khususnya di Indonesia, semakin banyak diversifikasi usaha yang telah dilakukan. Indonesia sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bidang pembangunan yang paling diharapkan dapat memacu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bidang pembangunan yang paling diharapkan dapat memacu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satu bidang pembangunan yang

Lebih terperinci

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang sedang menggalakkan pembangunan di bidang industri. Dengan program alih teknologi, perkembangan industri di Indonesia khususnya industri

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR I.1. Pemilihan Proses

BAB I PENGANTAR I.1. Pemilihan Proses BAB I PENGANTAR Asam fumarat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus kimia HO 2 CCH=CHCO 2 H. Senyawa ini berupa senyawa kristal dan merupakan isomer asam dikarboksilat tak jenuh asam maleat. Senyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan manfaat dalam perkembangan industri di Indonesia. Salah satu

I. PENDAHULUAN. memberikan manfaat dalam perkembangan industri di Indonesia. Salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mendukung bangkitnya pembangunan nasional khususnya dalam sektor industri kimia, maka perlu didirikan pabrik yang dapat memberikan manfaat dalam perkembangan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

Disusun oleh: Ferlyna Sari ( ) Siti Nurhajijah ( ) Pembimbing : Ir. Budi Setiawan, M.T

Disusun oleh: Ferlyna Sari ( ) Siti Nurhajijah ( ) Pembimbing : Ir. Budi Setiawan, M.T Disusun oleh: Ferlyna Sari (2309 030 040) Siti Nurhajijah (2309 030 042) Pembimbing : Ir. Budi Setiawan, M.T Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopermber

Lebih terperinci

PRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI

PRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI PRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI Oleh : Dewi Istiqoma S. (2308 030 016) Pradita Anggun S. (2308 030 018) Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik Perekonomian bangsa yang belum stabil, banyak disebabkan oleh. tingginya suhu politik dan keamanan yang belum terjamin. Pada masa sulit seperti ini,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan katalis asam dengan asetaldehida. Paraldehida digunakan sebagai antioksidan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia sebagai bagian negara-negara di dunia harus siap untuk menghadapi era perdagangan bebas yang sudah dimulai. Indonesia bisa dikatakan masih

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia, salah satu caranya dengan pembangunan industri kimia. Salah satu bentuk industri kimia yaitu industri

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat-Sodium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat-Sodium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia yang begitu cepat sangat berdampak terhadap berbagai industri yang terkait. Salah satu industri yang cukup baik untuk dikembangkan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Monoethylamin dari Ethanol dan Amoniak Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Monoethylamin dari Ethanol dan Amoniak Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN Kapasitas 5.000 ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan industri di Indonesia, pemerintah beruapaya meningkatkan pertumbuhan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik 1 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik BAB I PENDAHULUAN Perkembangan industri merupakan bagian dari usaha pengembangan ekonomi masyarakat jangka panjang yang di arahkan untuk menciptakan struktur ekonomi

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 30000 TON PER TAHUN Disusun Oleh : Gita Lokapuspita NIM L2C 008 049 Mirza Hayati

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kalium hidroksida (KOH) atau yang juga dikenal dengan nama caustic potash merupakan senyawa anorganik basa kuat yang juga termasuk dalam golongan heavy chemical industry.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Xylen dari Etil Benzen Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Pembangunan di bidang industri kimia di Indonesia semakin pesat perkembangannya. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya beberapa pabrik kimia di Indonesia. Kegiatan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai bagian dari negara yang mengikuti perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) harus siap berkembang terutama pada bidang ekonominya untuk menghadapi

Lebih terperinci

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan SINTESIS BUTANOL Salah satu jenis produksi industri kimia yang dibutuhkan dalam jumlah yang terus meningkat adalah industri n-butanol. n-butanol yang memiliki rumus kimia C 4 H 9 OH, merupakan produk hasil

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BEKATUL DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM. 1. Aristia Anggraeni S.

TUGAS AKHIR PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BEKATUL DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM. 1. Aristia Anggraeni S. TUGAS AKHIR PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BEKATUL DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM Oleh : 1. Aristia Anggraeni S. 2. Aulia Kartika D. 2310030017 2310030037 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Danawati HP. M.Pd.

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON/TAHUN 1 PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 25000 TON/TAHUN O l e h : Anita Hadi Saputri NIM. L2C 007 009 Ima Winaningsih NIM. L2C 007 050 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Pentaeritritol dari Asetaldehid dan Formaldehid dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentaeritritol adalah alkohol yang mempunyai empat gugus OH dan berbentuk kristal berwarna putih yang tidak berbau. Pentaeritritol merupakan produk intermediet, diproduksi

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era industrialisasi dan perdagangan bebas ini, perlu adanya pengembangan dalam perindustrian di Indonesia. Oleh karena itu, perlu didirikan suatu industri yang

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK. A. Lokasi Pabrik. Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam

TATA LETAK PABRIK. A. Lokasi Pabrik. Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK GIPSUM DARI KALSIUM HIDROKSIDA DAN ASAM SULFAT KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK GIPSUM DARI KALSIUM HIDROKSIDA DAN ASAM SULFAT KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK GIPSUM DARI KALSIUM HIDROKSIDA DAN ASAM SULFAT KAPASITAS 415.000 TON PER TAHUN Oleh : DLIA ISLAMICA Dosen Pembimbing 1. Dr. Ir. H. Ahmad M Fuadi, MT 2. Emi Erawati,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Molase Molase adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu. Meningkatnya produksi gula tebu Indonesia sekitar sepuluh tahun terakhir ini tentunya akan meningkatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bidang yang dapat menunjang perkembangan negara Indonesia adalah bidang industri, terutama industri kimia. Namun industri kimia dalam negeri masih

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia berpengaruh pada pembangunan di sub-sektor industri.

I. PENDAHULUAN. Indonesia berpengaruh pada pembangunan di sub-sektor industri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri nasional diarahkan guna meningkatkan daya saing agar mampu menerobos pasar internasional dan mempertahankan pasar dalam negeri. Perkembangan yang pesat

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi ASEAN khususnya di Indonesia mulai ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional. Pembangungan nasional di berbagai sektor

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75. A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR Saat ini Asia Tenggara adalah produsen biodiesel terbesar di Asia dengan total produksi 1.455 juta liter per tahun. Hal ini didukung dengan ketersediaan tanaman kelapa,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Aluminium Fluorida dari Asam Fluosilikat dan Aluminium Hidroksida Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Aluminium Fluorida dari Asam Fluosilikat dan Aluminium Hidroksida Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia adalah negara luas yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia berlimpah yang saat ini sedang berkembang dan melakukan perluasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI ISOBUTANA, UDARA DAN PROPILEN KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI ISOBUTANA, UDARA DAN PROPILEN KAPASITAS TON/TAHUN LAPORAN TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI ISOBUTANA, UDARA DAN PROPILEN KAPASITAS 31.500 TON/TAHUN Oleh : Ika Ratna Sari D 500 040 039 Dosen Pembimbing : Akida Mulyaningtyas, S.T., MSc.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Memasuki era globalisasi sektor industri mengalami perkembangan pesat, termasuk didalamnya perkembangan sub sektor industri kimia. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Di era global seperti sekarang ini, pembangunan disekitar industri mengalami perkembangan yang sangat cepat termasuk didalamnya pembangunan di sub

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan 45 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari objek penelitian. Menurut

Lebih terperinci

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto BIOETHANOL Kelompok 12 Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto PENGERTIAN Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi.

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK MONOSODIUM GLUTAMAT DARI MOLASSES DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK MONOSODIUM GLUTAMAT DARI MOLASSES DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS TON PER TAHUN 0 LAPORAN TUGAS PERANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK MONOSODIUM GLUTAMAT DARI MOLASSES DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS 15.150 TON PER TAHUN Oleh : Budi Utami D 500 040 026 Dosen pembimbing : 1. Kusmiyati,

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK ASAM LAKTAT DARI MOLASES DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK ASAM LAKTAT DARI MOLASES DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS TON PER TAHUN LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK ASAM LAKTAT DARI MOLASES DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS 15.150 TON PER TAHUN Oleh : Teguh Purwanto D 500 040 033 Dosen Pembimbing : Farida Nurcahyani,

Lebih terperinci