Implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil. Di Kabupaten Minahasa. Oleh : Gary Rawung
|
|
- Hadian Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil Di Kabupaten Minahasa. Oleh : Gary Rawung ABSTRAK Gary Rawung, , Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulangi. Penelitian ini berjudul Implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa Studi Kasus di Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Minahasa. Dibawah Bimbingan dari Drs. Novie Reflie Pioh, MSi dan Drs. Albert Wuysang. Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka reformasi birokrasi di Indonesia, penataan dengan strategi penundaan penerimaan calon pegawai negeri sipil dan penghitungan kembali jumlah kebutuhan pegawai negeri disetiap instansi terlebih khusus di daerah, maka dapat menstabilkan kembali sistem perekrutan pegawai negeri sipil secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini melibatkan 10 (sepuluh) orang responden antara lain Kepala, Sekretaris dan Staf Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dilakukan melalui wawancara (interview), dan Dokumentasi. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana implementasi kebijakan Moratorium calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada maka dapat disimpulkan dalam penelitian ini sehubungan dengan implementasi kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa adalah dengan melakukan penataan pegawai negeri sipil dengan strategi penundaan penerimaan calon pegawai negeri sipil dan penghitungan kembali jumlah kebutuhan pegawai negeri sipil. Tujuan pemerintah membuat kebijakan pelaksanaan moratorium calon pegawai negeri sipil adalah agar terlaksana secara efektif program penataan sistem kepegawaian Negara dalam rangka reformasi birokrasi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan, penataan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan ( business process) dan sumber daya manusia aparatur. Reformasi
2 Birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Proses reformasi birokrasi belum berjalan dengan maksimal sesuai dengan yang diharapkan, hal ini ditandai dengan pertumbuhan Pegawai Negeri Sipil yang tidak efektif dan efisien. Beberapa daerah di Indonesia telah mengalami pembengkakkan jumlah dalam pegawai negeri sipil yang tidak diikuti dengan pelayanan yang efektif dan efisien. Sistem perekrutan CPNS yang tidak efisien, analisis jabatan dan kebutuhan pegawai negeri sipil tidak berjalan sebagaimana diinginkan. Peningkatan jumlah pegawai negeri sipil di daerah yang begitu besar mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan antara jumlah Pegawai Negeri Sipil dengan ketersediaan anggaran, serta tidak seimbangnya jumlah PNS dengan kualitas pelayanan publik yang ada. Pemerintah, dalam rangka reformasi birokrasi telah mengeluarkan satu kebijakan yakni Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang tertuang dalam peraturan bersama Menteri PAN&RB, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan, Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011. Tujuannya yaitu : 1. Guna mengatasi pertumbuhan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tidak efektif dan efisien 2. Untuk melakukan penataan organisasi dan Pegawai Negeri Sipil 3. Penghematan anggaran belanja pegawai. Menurut Hogwood dan Gunn (1990), Kebijakan Publik adalah seperangkat tindakan Pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Kebijakan moratorium CPNS ini adalah satu kebijakan yang dibuat pemerintah guna mengatasi persoalan dalam birokrasi, dan hal ini harus diikuti dengan implementasi kebijakan. Dalam implementasi kebijakan tentunya ada kendala-kendala yang dapat menghambat proses implementasi, menurut Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn dalam Subarsono (2008:99) mengemukakan, ada 6 variabel dapat menjadi kendala -kendala dalam implementasi kebijakan, yaitu : a) Standar dan sasaran kebijakan, b) Sumberdaya, c) Hubungan antar Organisasi, d) Karakteristik agen pelaksana, e) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi, f) Diposisi Implementor. Variabel-variabel kendala dalam implementasi kebijakan adalah faktor-faktor yang bisa menjadi kendala dalam implementasi kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di kabupaten Minahasa. Untuk mengetahui lebih dalam terhadap permasalahan yang dihadapi
3 Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kebijakan moratorium CPNS, maka dinilai perlu untuk dilakukan penelitian, dengan mengangkat judul yaitu Implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam Implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menjelaskan implementasi kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di kabupaten Minahasa. 2. Untuk Mengetahui kendala-kendala apa yang di hadapi dalam implementasi kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa. II. METODE PENELITIAN A. Dasar dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan dasar penelitian Kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. (Creswell, 1998:15) Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian Studi Kasus. Menurut Stark dan Torrance (2005) studi kasus merupakan sebuah metodologi penelitian yang berusaha memotret keadaan dari perspektif responden atau narasumber. Lebih terinci bahwa jenis penelitian yang digunakan yaitu Studi Kasus yang bersifat Descriptive, yaitu mensyaratkan adanya teori yang sudah dibangun sebelum dimulainya penelitian. B. Fokus dan Lokasi Penelitian Fokus penelitian ini adalah Implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa, pelaksana/implementor kebijakan di Daerah yaitu Pemerintah kabupaten Minahasa yakni Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah sebagai
4 lembaga teknis yang mengatur bidang Kepegawaian. Sedangkan Lokasi penelitian dilakukan di Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah (BKDD) Kabupaten Minahasa. C. Informan Penelitian Informan-informan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten Minahasa yang yang difokuskan di Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah (Kepala Badan, Kepala Bidang, Anggota Kepegawaian). D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan untuk memperoleh data penelitian menggunakan cara: 1. Data sekunder diperoleh melalui: Studi kepustakaan yang bersumber pada laporan-laporan, dokumen-dokumen langsung, serta yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, terutama mengenai implementasi kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa. 2. Data Primer diperoleh melalui: Data primer dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur, dalam hal ini narasumber tidak harus menjawab semua pertanyaan utama yang telah disiapkan dan peneliti dapat menggunakan pertanyaan probing pada beberapa atau bahkan semua pertanyaan utama. Wawancara juga dapat didukung dengan menggunakan alat-alat pelengkap seperti tape recording, dll. E. Teknik Analisis Data Proses analisis data didasarkan pada penyederhanaan dan interpretasi data yang dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah proses pengumpulan data. Proses ini terdiri dari tiga sub proses yang saling berkaitan yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Miles dan Huberman, 1992: 15-20). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Minahasa memiliki luas wilayah km 2, secara astronomis Kabupaten Minahasa terletak pada koordinat N E. Dengan
5 jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak jiwa. Kabupaten Minahasa memiliki 23 pembagian wilayah (Kecamatan). Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Minahasa adalah lembaga teknis daerah yang dibentuk berdasarkan peraturan daerah kabupaten Minahasa Nomor 4 Tahun 2008 tanggal 28 April 2008 tentang Organisasi dan tata kerja Inspektorat, Bappelitbangda Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja. Badan Kepegawaian dan Diklat daerah merumuskan kebijakan teknis di bidang Kepegawaian yang bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris daerah Kabupaten Minahasa. VISI dari Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Minahasa yaitu : Terwujudnya Manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Minahasa yang profesional dan transparan. Serta misinya yaitu : Melaksanakan Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Melaksanakan Pelayanan Administrasi Kepegawaian, Melaksanakan Analisa Perencanaan dan Pengembangan Pegawai Negeri Sipil, Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia bidang Aparatur, Melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil. Tugas Pokok dan Fungsi BKDD Kabupaten Minahasa, berdasarkan pada Peraturan Daerah untuk mengoptimalkan kinerja secara efisien, efektif dan professional dikeluarkan Peraturan Bupati Minahasa Nomor 43 Tahun 2008 tanggal 27 Agustus tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Badan kepegawaian dan Diklat daerah. Tugas Pokok yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang kepegawaian yang menjadi kewenangan daerah yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dan fungsi, yaitu : Penyampaian penyusunan peraturan perundang-undangan Daerah di bidang Kepegawaian sesuai dengan norma, standard an prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan ; Perencanaan dan Pengembangan Kepegawaian Daerah; Penyiapan Kebijakan Teknis Pengembangan Kepegawaian Daerah; Penyiapan dan Pelaksanaan Pengangkatan, kenaikan pangkat, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma, standart dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; Penyelenggaraan Administrasi Pegawai Negeri Sipil Daerah;
6 Pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian Daerah; Penyampaian sistem informasi Kepegawaian Daerah kepada BKN; Penyedian calon pejabat struktural dan fungsional tertentu bagi semua satuan perangkat daerah; Penyelenggaraan diklat di bidang kepegawaian dengan perangkat daerah; B. Implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Di Kabupaten Minahasa. Implementasi Kebijakan Moratorium CPNS di Kabupaten Minahasa, kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Bersama Tiga Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara& Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Nomor 22/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011, tentang penundaan sementara penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil. Implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana melaksanakan aktifitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Sebagaimana diungkapkan Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Parsons (1995: 461), bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh (organisasi) pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Van Meter dan Van Horn juga mengatakan bahwa tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik di realisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Pada intinya kebijakan publik adalah suatu kegiatan yang terorganisir guna mengatasi suatu persoalan/masalah. Bentuk kegiatan implementasi dari kebijakan bersama tiga menteri tentang moratorium CPNS adalah dengan melakukan program penataan organisasi dan penataan pegawai negeri sipil. Kebijakan tersebut dibuat guna mengatasi laju pertumbuhan pegawai negeri sipil yang tidak efisien, pembengkakan struktur pegawai negeri sipil dibeberapa daerah, dan untuk melakukan penataan terhadap organisasi dan penataan pegawai negeri sipil. Dampak negatif dalam proses perekrutan pegawai negeri sipil selama ini yaitu tidak diikutinya analisis jabatan dan kebutuhan pegawai negeri sipil. Sebagaimana yang sering terjadi di daerah kabupaten minahasa. Perekrutan pegawai
7 negeri sipil tidak diikuti dengan kebutuhan sebenarnya, dan pola penerimaan sering diintervensi kepentingan politik. Kemudian terkait dengan pelaksanaan kebijakan moratorium CPNS di Kabupaten Minahasa, dari hasil pendataan oleh Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Minahasa bahwa memang jumlah pegawai negeri sipil di Kabupaten Minahasa begitu banyak yang anggaran belanja pegawainya memakan 60% anggaran APBD Kabupaten Minahasa. Dengan adanya moratorium CPNS ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pemerintah, salah satunya dapat diorganisir dan ditata kembali jumlah pegawai negeri sipil yang ada di Minahasa, terlebih dalam melakukan penambahan pegawai negeri dapat dilakukan penghitungan jumlah kebutuhan yang sebenarnya. Proses pelaksanaan Implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa dilaksanakan dengan beberapa tahapan penting, yaitu sebagai berikut. 1. Sosialisasi dan Pembinaan Pegawai Negeri Sipil Kebijakan moratorium calon pegawai negeri sipil merupakan kebijakan nasional yang dikeluarkan oleh kerjasama tiga kementerian. Dalam hal ini sangat diperlukan informasi secara aktif terhadap para pelaksana dibawah yakni pemerintah daerah hingga unsur satuan kerja perangkat daerah yang ada di kecamatan. Dalam hal ini, informasi yang diberikan harus jelas baik dari kementerian, pemerintah daerah/kabupaten hingga ke kecamatan. Cara yang dilakukan pemerintah yaitu dengan dilakukan sosialisasi. Sosialisasi bertujuan untuk memberikan informasi tentang program kebijakan moratorium CPNS. Guna untuk mendukung proses penataan pegawai negeri sipil dalam kerangka moratorium CPNS ini, pemerintah daerah juga melaksanakan pembinaan khusus di dalam lingkup SKPD Kabupaten Minahasa. Pembinaan dilakukan guna memacu produktifitas pegawai negeri yang, kurangnya produktifitas dan disiplin kerja dari para pegawai negeri sipil menjadi sorotan di dalam masyarakat. b. Penghitungan jumlah kebutuhan pegawai negeri sipil di daerah. Pelaksanaan penghitungan jumlah kebutuhan pegawai negeri sipil di Kabupaten Minahasa dilakukan secara bersama melalui pedoman yang dikeluarkan Menteri PAN&RB Nomor 26 Tahun 2011, yaitu digabungkan beberapa unsur instansi terkait dan melakukan analisis kebutuhan pegawai negeri sipil. Tahapan penghitungan jumlah
8 kebutuhan pegawai tercantum dalam Kep.Men.PAN Nomor: KEP/75/M.PAN/7/2004, dan tugas dari pemerintah kabupaten yaitu : 1) Mengumpulkan dan menyajikan data perumusan jumlah kebutuhan pegawai dilingkungannya, 2) Merumuskan jumlah pegawai dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten, 3) Menyampaikan hasil perumusan kebutuhan pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten kepada Tim Provinsi. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan penghitungan jumlah kebutuhan pegawai negeri sipil di Kabupaten Minahasa, melalui pedoman Peraturan Menteri PAN&RB no 26 tahun 2011, yaitu : 1) Adanya analisis jabatan 2) Memperkirakan persediaan pegawai 3) Menghitung kebutuhan pegawai 4) Menghitung keseimbangan antara kebutuhan dan persediaan. c. Penataan struktur organisasi melalui roling jabatan Pegawai Negeri Sipil. Dalam rangkaian pelaksanaan kebijakan Moratorium CPNS, sebagaimana diungkapkan dalam pasal 3 peraturan bersama Tiga Menteri yakni tentang Penundaan sementara penerimaan CPNS, bahwa pemerintah daerah perlu melaksanakan penataan dalam lingkup organisasi pegawai negeri sipil di daerah. Selama kebijakan moratorium calon pegawai negeri sipil dijalankan, ada beberapa tahapan yang pemerintah daerah terlebih khusus Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Minahasa, salah satunya yaitu penataan struktur organisasi. Maksud dari pentaan sruktur organisasi disini yaitu adanya roling jabatan, dan roling jabatan ini dilakukan guna untuk efektifitas kinerja birokrasi, dan salah satu alasan yaitu untuk menguji produktifitas dan keseriusan kerja dari para pegawai negeri sipil yang ada. Karena dalam rangka reformasi birokrasi ini pemerintah telah mengeluarkan program pensiun dini, jadi dalam hal ini jika ada pegawai negeri tidak bisa dan tidak sanggup untuk melaksanakan tugasnya maka kami dapat menawarkan program pensiun dini tersebut. C. Hasil Pelaksanaan dan Penataan Dalam Implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa. Setelah pelaksanaan penataan dalam proses moratorium calon pegawai negeri sipil (CPNS), Pemerintah daerah telah merencanakan ada beberapa instansi yang masih
9 memerlukan tenaga pegawai. Program utama dalam kebijakan ini yaitu penghitungan jumlah kebutuhan pegawai negeri sipil, dari proses penataan dan penghitungan jumlah kebutuhan pegawai negeri sipil, ada beberapa tenaga pegawai yang dibutuhkan di Kabupaten Minahasa yaitu ada pada tenaga fungsional yakni tenaga guru, kesehatan dan tenaga penyuluh, dan jumlah kebutuhan pegawai yang dianalisis yaitu mencapai 50 formasi, berdasarkan hasil analisis jabatan, analisis beban kerja dan analisis organisasi. Namun, hasil jumlah kebutuhan pegawai negeri sipil yang telah dikeluarkan masih perlu dibahas oleh dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) karena mengingat anggaran belanja pegawai di Kabupaten Minahasa yang telah melebihi 50% anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). D. Kendala-Kendala Dalam Implementasi Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa Berdasarkan hasil penelitian dan Wawancara dengan pihak pemerintah, baik Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah dan Pemerintah Kabupaten Minahasa serta masyarakat, serta mengacu pada model implementasi yang telah dikembangkan oleh Edward III yang dikembangkan oleh Donald S. Van Meter dan Carl E.Van Horn, ditemukan bahwa terjadi beberapa permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa. 1. Sasaran kebijakan yang menimbulkan multiintepretasi Standar kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) ini secara hukum telah jelas dan tepat berdasarkan tujuan dilaksanakannya kebijakan ini yaitu dalam rangka reformasi birokrasi. Permasalahan yang terjadi dari kebijakan ini yaitu sasaran kebijakan yang belum sepenuhnya menyentuh titik permasalahan yang ada. Multiintepretasi terjadi diantara pelaksana (implementor) kebijakan moratorium CPNS di Kabupaten Minahasa, banyak pegawai yang mengetahui bahwa kebijakan ini sasarannya yaitu kepada masyarakat karena dengan melakukan pemberhentian penerimaan calon pegawai negeri sipil, setiap masyarakat yang ingin berkarir dalam birokrasi dapat dipastikan harus beralih untuk mencari kerja di tempat lain atau dalam hal ini terpaksa harus menunggu hingga penerimaan CPNS dibuka kembali. Persoalan multiintepretasi yang terjadi dikalangan Badan kepegawaian daerah yaitu karena beberapa pegawai tidak mengetahui secara rinci penjelasan dalam peraturan bersama
10 tiga menteri tentang moratorium calon pegawai negeri sipil ini. Kebijakan ini dipahami setelah adanya komunikasi yang intensif dengan pihak pengelola kebijakan. 2. Sumberdaya manusia kurang produktif Kurang produktifnya para pelaksana kebijakan moratorium CPNS di Kabupaten Minahasa juga diakibatkan karena system kerja yang lebih berorientasi pada tugas masing-masing pegawai negeri, sifat kerja yang lebih menunggu kendali dan aba-aba dari atasan sangat mempengaruhi produktifitas kerja pegawai negeri sipil. 3. Komunikasi Yang Kurang Efektif Komunikasi menjadi kendala dalam implementasi kebijakan moratorium CPNS di Kabupaten Minahasa, komunikasi yang kurang efektif terjadi karena unsur pelaksana yang terdiri dari berbagai pihak dan instansi, hal ini mengakibatkan komunikasi menjadi tidak efektif, seringkali informasi yang masuk tertahan pada pihak pelaksana lain. IV. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri sipil yang dituangkan dalam Peraturan bersama Menteri Negara Pendayagunaan aparatur Negara & Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan, Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor Tahun 2011, Nomor 141/PMK.01/2011 Telah dilaksanakan di Daerah Kabupaten Minahasa. Hasil dari pelaksanaan penataan pegawai negeri sipil dan penataan organisasi di Kabupaten Minasaha, yaitu : - Penghitungan jumlah kebutuhan pegawai negeri sipil yang menghasilkan pembagian jumlah kebutuhan pegawai negeri sipil di Kabupaten Minahasa yaitu pada tenaga fungsional yakni tenaga guru dan tenaga medis/kesehatan. - Penghitungan dan pendataan tenaga honorer daerah yakni berjumlah 593 orang yang terbagi dalam beberapa organisasi pemerintah daerah. 2. Implementasi kebijakan Moratorium CPNS di Kabupaten Minahasa belum berjalan dengan baik, masih terdapat masalah dan kendala-kendala yang dominan yang sering terjadi dalam setiap implementasi kebijakan. Masalah-masalah dan Kendala-kendala yang terjadi di Kabupaten Minahasa yaitu : a. Sasaran Kebijakan yang menimbulkan multiintepretasi b. Sumberdaya manusia yang kurang produktif
11 c. Karakteristik agen pelaksana yang dipengaruhi oleh aturan dan hubungan/pola kerja yang berbeda. B. Saran Adapun saran yang diberikan oleh penulis dalam rangka mengatasi masalahmasalah dalam lingkup kebijakan yang ditemukan di Kabupaten Minahasa yaitu : 1. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam membuat suatu kebijakan perlu mempertimbangkan standar kebijakan dapat lebih diperjelas dan terperinci sehingga setiap pelaksana kebijakan tidak akan mengalami multiinterpretasi, serta dapat melihat titik permasalahan yang ada sehingga sasaran kebijakan tidak pincang dan berdampak terhadap unsur yang tidak diinginkan terkena dampak. 2. Pemerintah daerah perlu membangun suatu kinerja yang produktif dan proaktif. Kinerja pegawai negeri sipil selama ini lebih dipengaruhi oleh tugas yang telah ditetapkan tanpa diterapkannya suatu kinerja yang proaktif dan produktif. 3. Untuk kesuksesan suatu kebijakan terlebih dalam rangka reformasi birokrasi, pemerintah perlu membangun hubungan yang baik antar organisasi/instansi di dalam setiap satuan kerja birokrasi. Komunikasi dan koordinasi yang baik akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. 4. Merespon permasalahan pembengkakkan jumlah pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Minahasa, tidak akan dapat diatasi hanya dengan pelaksanaan moratorium calon pegawai negeri sipil. Namun, mengingat wilayah Kabupaten Minahasa yang masih begitu besar, terbagi dalam 23 daerah Kecamatan, keadaan ini tidak seimbang dengan rasio anggaran pendapatan dengan pengeluaran daerah yang ada. Sehingga dinilai perlu untuk dilakukan pemekaran daerah guna mengatasi jumlah pegawai negeri sipil dapat dilakukan dengan didistribusikannya sebagian pegawai negeri sipil ke daerah otonom baru yang akan terbentuk. DAFTAR PUSTAKA 3. Samodra Wibawa, Kebijakan Publik, proses dan analisis. Intermedia, Jakarta. 4. Dr. Riant Nugroho, Publik Policy. Gramedia Jakarta 5. Subarsono, AG, 2006, Analsis Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar, Yagyakarta 6. Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Press, 2005.
12 7. Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, hal Edward III, George C (edited), Public Policy Implementing, Jai Press Inc, London-England. 9. S. Lijan Poltak, Reformasi Pelayanan Publik. Bumi Aksar. Jakarta. 10. Creswell, J.W. (2003) Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches 2 nd Edition, Sage, Thousand Oaks, CA. 11. Stark, S. & Torrance, H. (2005) Case Study, in Research Methods in the Social Sciences, B. Somekh & C. Lewin (eds), Sage Publication, London. Dokumen : Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 perubahan atas Uu No 8 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Bersama Tiga Menteri, No. 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, No Tahun 2011, No. 141/PMK.01/2011, Tentang Penundaan Sementara Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil. PP Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Rapat Kerja Komisi II DPR RI Dengan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi, Kepala BPKP, Dan Kepala BKN. Senin, 3 Oktober 2011, Ruang Rapat Komisi II DPR-RI (KK. III/Gd Nusantara) Benny D Setianto Mission Impossible? presentasi dalam diskusi membangun argument Hukum untuk Moratorium, diselenggarakan oleh HuMa, hotel cemara, Jakarta 27 April 2011.
BAB II LATAR BELAKANG DIBERLAKUKANNYA MORATORIUM CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS)
BAB II LATAR BELAKANG DIBERLAKUKANNYA MORATORIUM CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) A. Pengertian Moratorium CPNS Dalam suatu bidang hukum, moratorium (dari Latin, morari yang berarti penundan) otorisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesuksesan sebuah penyelenggaraan tugas pemerintahan, terutama pada penyelenggaraan pelayanan public kepada masyarakat sangat tergantung pada kualitas SDM Aparatur.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA YANG DIBENTUK DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERSENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado Website :
PEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado 95124 Website : email : bkdkotamanado@yahoo.com TELAAHAN STAF Kepada : Kepala Badan Kepegawaian Dan Diklat Kota Manado
Lebih terperinciI. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PEDOMAN
BAHAN SOSIALISASI PERATURAN MEN.PAN-RB NOMOR : 26 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH PEGAWAI KEBUTUHAN NEGERI SIPIL YANG TEPAT UNTUK DAERAH KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan
Lebih terperinciPOKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI I. PENDAHULUAN 1. Langkah pertama kebijakan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciprofesional, bersih dan berwibawa.
PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG 1. Visi Visi Badan Kepegawaian Daerah adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai BKD melalui penyelenggaraan tugas dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PADANG
238 PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG DENGAN
Lebih terperinciARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA
ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG TEPAT UNTUK DAERAH Assalammu alaikum Wr.Wb
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sulawesi Utara Dalam upaya mewujudkan rencana pembangunan jangka menengah daerah 2010-2015
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU,
PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama, kelembagaan yang efektif dan efisien dengan tata laksana yang jelas dan
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR Jakarta, 27 Februari 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO
1 PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 12 TAHUN 2007 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 873 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI
Lebih terperinciRENCANA KERJA (RENJA)
RENCANA KERJA (RENJA) BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014 Rencana Kerja (RENJA) Tahun
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PERTEMUAN PENYUSUNAN BEZETTING, KEBUTUHAN CPNS DAN PERENCANAAN REDISTRIBUSI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2012
KERANGKA ACUAN PERTEMUAN PENYUSUNAN BEZETTING, KEBUTUHAN CPNS DAN PERENCANAAN REDISTRIBUSI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2012 A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi pada hakikatnya merupakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PADANG
427 PADANG KOTA TERCINTA PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA PADANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Lokasi BP3AKB Jl. Soekarno Hatta no. 458 Bandung, Telp , Fax
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian 1.1.1 Profil Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Provinsi Jawa Barat Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan Dasar hukum terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Latihan
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN A. Telaahan terhadap kebijakan nasional dan propinsi Adanya moratorium pegawai yang yang dijelaskan pada Peraturan Bersama Kementrian Pendayagunaan Aparatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO
PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LEMBAGA TEKNIS DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciTUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
13 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana dimaklumi bahwa setiap akhir tahun, Dinas berkewajiban untuk menyampaikan Laporan Evaluasi Hasil Rencana Kerja (LAPTAH) sebagai bahan penyusunan Laporan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH
- 1 - BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah
Lebih terperinciBUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA
BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya
Lebih terperinciBadan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Yang menjadi dasar hukum dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi serta penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) B PMPT Provinsi Jawa Barat sebagai
Lebih terperinciTENTANG BUPATI BANYUWANGI
BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 696 /KEP/429.011/2013 TENTANG TIM PELAKSANA PENGADAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI TENAGA HONORER KATEGORI II KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN
Lebih terperinciProfil Badan Kepegawaian Daerah Kota Mataram
Profil Badan Kepegawaian Daerah Kota Mataram Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, bahwa untuk kelancaran pelaksanaan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 23 /KPTS/013/2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 23 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2008 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 3 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2008 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERTANYAAN BAPAK AHMAD SAMSUDIN TENAGA HONORER DARI KENDAL, JAWA TENGAH Tanggal 23 April 2010
PENJELASAN ATAS PERTANYAAN BAPAK AHMAD SAMSUDIN TENAGA HONORER DARI KENDAL, JAWA TENGAH Tanggal 23 April 2010 Bapak Ahmad dan teman-teman tenaga honorer di Kendal yang terhormat, Terima kasih atas informasi
Lebih terperinciPENETAPAN FORMASI DAN PELAKSANAAN PENGADAAN PNS
PENETAPAN FORMASI DAN PELAKSANAAN PENGADAAN PNS www.jakarta.go.id I. PENDAHULUAN Pasca reformasi 1998, semua instansi pemerintahan mulai berbenah. Salah satu pembenahan yang terus mendapat perhatian adalah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO
1 PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN STAF AHLI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong kinerja aparatur pemerintah. Tuntutan kinerja untuk lebih professional, bermoral, bersih dan beretika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam
BAB III METODE PENELITIAN III.1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat Deskriptif yaitu untuk mengetahui atau
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN UTARA
1 GUBERNUR KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN LEMBAGA
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.
Menimbang : BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (BKPP) 1. Sejarah singkat Sesuai dengan Qanun* kota Langsa no.4 tahun 2007 tentang Pembentukan dan Penataan Susunan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT
BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciT BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG
NOMOR 3 T BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2013 SERI E TENTANG PEMBERIAN UANG MAKAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG INFORMASI JABATAN
WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG INFORMASI JABATAN DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN. ~ Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 22 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 22 TAHUN 2000 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 22 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 22 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebagai penyelenggara pemerintah di Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, berdasarkan informasi yang
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010-2015 Place Photo Here, Otherwise Delete Box Rencana Strategis (RENSTRA) KATA PENGANTAR Dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA DUMAI
KOTA DUMAI PEMERINTAH KOTA DUMAI PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN ADMINISTRASI, KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLaporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2015
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciAji Yerico Defriandi 1
ejournal Ilmu Pemerintahan, 2016, 4 (3): 1081-1092 ISSN 2477-2458, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright2016 IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN DAN KANTOR DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN DAN KANTOR DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG
-1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WAY KANAN
Lebih terperinciTUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
14 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Dokumen Renja BKD adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, dan bersumber dari dokumen
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah singkat Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah singkat Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Reformasi birokrasi Pemerintah daerah merupakan kebutuhan dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance).
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinci2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya
No.1802, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Lebih terperinciBAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan
BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN KEPUTUSAN DAN SURAT-SURAT BIDANG KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk. mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa berpendapatan menengah dan memiliki tingkat pendidikan semakin tinggi, mempunyai kehidupan politik yang semakin demokratis, serta rakyat
Lebih terperinciMengingat. 1. Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah Jis Undang-Undang Nomor 21 Drt. Tahun 1957 Jo Undang- 2.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESISIR SELATAN,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BANJARBARU
1 PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN AKTE PERKAWINAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO.
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN AKTE PERKAWINAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO. Oleh : ANCELLA VENTI RUMINGGU ABSTRAK Ancella Venti Ruminggu,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG SASARAN KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIK a. VISI DAN MISI Visi yang tercantum dalam Rencana Strategis, yaitu : Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Bandung yang BERMARTABAT melalui
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 107 Tahun : 2016
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 107 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG KRITERIA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/ 11/M.PAN/08/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/ 11/M.PAN/08/2007 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI NEGARA
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Perubahan-perubahan ini didorong oleh beberapa
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pegawai merupakan salah satu aset utama suatu instansi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program
Lebih terperinciANALISA KEBUTUHAN PEGAWAI KABUPATEN NABIRE
ANALISA KEBUTUHAN PEGAWAI KABUPATEN NABIRE Suripto Peneliti Muda Puslitbang. SIOAN-LAN Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat, Gedung B Lt. 5 Lembaga Administrasi Negara email : suripto@lan.go.id, suripto3x@rocketmail.com,
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 28 TAHUN 2013
PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN KONDISI KERJA KEPADA PEJABAT/ PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2013
Lebih terperinciPENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN
PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN OKTOBER 2012 1. Krisis ekonomi Tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi.
Lebih terperinciWALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER
Lebih terperinci