BAB I LATAR BELAKANG. mulai berkembang dan mulai banyak diminati oleh masyarakat. Ilmuwan

Transkripsi

1 1 BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Psikologi merupakan ilmu keprofesian yang membahas mengenai ilmu kejiwaan manusia. Keberadaan ilmu Psikologi sendiri di Indonesia sudah mulai berkembang dan mulai banyak diminati oleh masyarakat. Ilmuwan Psikologi baik para dosen, psikolog atau pun guru besar membentuk lembaga yang bergerak untuk memperkokoh dan mengembangkan ilmu Psikologi. Psikologi di Indonesia memiliki beberapa lembaga keprofesian yang sudah diakui oleh pemerintah yaitu HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dan AP2TPI (Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia). Tidak hanya ilmuwan Psikologi saja yang ingin terus mengembangkan ilmu Psikologi, tetapi mahasiswa di Indonesia yang mengemban ilmu Psikologi pun ikut serta dalam mengembangkan ilmu psikologi sehingga membentuk ILMPI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia). Organisasi merupakan suatu wadah dari sekelompok individu untuk berkumpul dan bersatu dengan berbagai aktivitas dan rutinitas yang sama. Menurut Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam, dan ILMPI termasuk kedalam kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan

2 2 pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, anggota melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Sebuah kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian kelompok antara individu-individu yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan cara mengerjakan tugas dan program-program untuk mencapai tujuannya. Kelompok merupakan tempat dimana dapat menjadi ruang untuk individuindividu dapat menambah ilmu dan pengetehauan sesuai dengan keinginan individu. Dalam kelompok, individu dapat memperoleh banyak pengetahuan dan juga pengalaman yang mungkin saja belum pernah ditemuinya. Menurut Atmosudiro (2004) organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara kelompok orang-orang yang harus bekerja sama secara tertentu (melalui sistem) untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan bersama. Salah satu organisasi yang kita temui sehari-hari adalah organisasi kemahasiswaan, yang dimana merupakan wadah dari sekelompok mahasiswa yang dibentuk oleh mahasiswa untuk mencapai suatu tujuan dikalangan mahasiswa. Banyak organisasi mahasiswa baik bentuk organisasi formal maupun non formal. Organisasi tersebut dapat berupa komunitas, unit kegiatan mahasiswa maupun ikatan-ikatan mahasiswa yang memiliki tujuan yang sama karena memiliki latar belakang yang sama. Selain untuk meningkatkan peran mahasiswa yang dapat mengimplementasikan tridharma perguruan tinggi, organisasi kemahasiswaan dibentuk antara lain juga karena sebagai mahasiswa tentu saja banyak sekali pengetahuan dan pengalaman

3 3 yang ingin dicari. Salah satunya dengan mengikuti organisasi, Mahasiswa akan memperoleh berbagai pengetahuan baru dan juga tentu saja banyak pengalaman yang belum didapatkan pada masa duduk dibangku sekolah menengah atas. Bagi mahasiswa yang merasa membutuhkan pengalaman dan ilmu yang lebih selain dari ilmu yang didapat di ruang kelas maka akan memberanikan diri untuk mengikuti kegiatan diluar kelas salah satunya dengan berorganisasi. Setiap pengurus organisasi dituntut untuk memiliki tugas dan tanggungjawab yang besar agar dapat mencapai tujuan organisasi dan juga dapat menjadikan organisasinya menjadi lebih baik. Agar organisasi tetap bisa meraih sukses di masa-masa mendatang, maka organisasi harus mampu belajar dan berubah dengan cepat sesuai dengan tuntutan pasar, oleh karena itu maka diperlukan pengurus yang berkompeten dan juga bertanggung jawab untuk sebuah organisasi. Pengurus organisasi harus memiliki semangat dan komitmen yang tinggi untuk organisasinya. Sebagai sumber daya yang menggerakkan dan mengarahkan organisasi, pengurus organisasi harus selalu diperhatikan, dijaga, dipertahankan, serta dikembangkan. Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) merupakan sebuah wadah organisasi kemahasiswaan psikologi Indonesia pada tingkat eksekutif dalam lingkup nasional yang berlandaskan Tridharma Perguruan Tinggi. ILMPI merupakan sebuah organisasi atau sebuah kelompok formal. Hal ini sesuai dengan pendapat Gerungan (2004) yang menyatakan bahwa kelompok formal adalah

4 4 kelompok yang bersifat resmi dan didukung dengan peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang tertulis serta memiliki pembagian tugas, peranan-peranan, hierarki, norma pedoman tingkah laku dan konvensi-konvensi yang dirumuskan secara tegas dan tertulis. Anggota ILMPI merupakan lembaga eksekutif mahasiswa Psikologi dari universitas yang ada di seluruh Indonesia. ILMPI merupakan Ikatan Organisasi Mahasiswa sejenis (IOMS) berdasarkan Surat Keputusan Dikti No: 82/DIKTI/Kep/2012. ILMPI memiliki tujuan bersama yaitu Indonesia Tersenyum Bersama Psikologi. ILMPI terbagi menjadi VI wilayah, guna untuk mempermudah koordinasi antar anggota baik dalam satu wilayah ataupun antar wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya. Wilayah tersebut terdiri dari : wilayah I meliputi daerah Sumatera, wilayah II meliputi daerah Jakarta, Banten dan Jawa Barat, wilayah III meliputi Jawa Tengah dan Kalimantan, wilayah IV meliputi Daerah Istimewa Yogyakarta, wilayah V meliputi Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan Bali, wilayah VI meliputi daerah Sulawesi, maluku dan Papua. Organisasi ILMPI terdiri dari beberapa badan yang bergerak demi mencapai tujuan bersama ILMPI, yaitu Badan Kesekretariatan (BANSEK), Badan Informasi dan Komunikasi (BANINFOKOM), Badan Keuangan (BANKEU), Badan Pengembangan Organisasi (BPO), Badan Pengembangan dan Pengkajian Keilmuwan (BPPK) dan Badan Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (BPPM). ILMPI saat ini bergerak pada Undang- Undang (UUD) Kesehatan Jiwa, Rancangan UUD Keprofesian Psikologi dan

5 5 GEMAPERAK (Gerakan Mahasiswa Peduli Orang Tua dan Anak). Tidak hanya itu, ILMPI juga bergerak untuk pasca bencana dan isu-isu hangat yang ada di Indonesia. Berdasarkan observasi dan wawancara 7 orang pengurus ILMPI pada maret 2015 yang dilakukan oleh peneliti, didapat hasil bahwa pengurus Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) merasa semangat dalam pelaksanakan tugas organisasi sehingga dapat mencapai tujuan organisasi. Pengurus sudah merasa bahwa ILMPI adalah seperti keluarga yang harus dipertahankan, dan rekan kerja adalah saudara yang terus memotivasi untuk mempertahankan ILMPI. Pengurus merasakan adanya keterikatan emosi pada ILMPI dan merasa bahwa pengurus adalah bagian penting dari ILMPI. Namun, tidak semua pengurus ILMPI berpikir seperti itu, ada juga pengurus yang merasa malas dan tidak semangat untuk menjalankan tugasnya sehingga tidak optimal dalam berorganisasi, bahkan seringkali ada yang kurang bertanggung jawab terhadap tugasnya. Ada pula pengurus yang kurang merasa adanya keterikatan dengan ILMPI sehingga dengan mudahnya meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengurus, sehingga tidak dapat membangun hubungan yang baik dengan sesama pengurus. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak tercapainya tujuan utama dari pengurus untuk tergabung di ILMPI. Terdapat beberapa pengurus yang awalnya ingin bergabung di ILMPI hanya karena ingin mendapat sertifikat atau penghargaan-penghargaan yang akan menunjang karirnya dikemudian hari.

6 6 Penelitian yang dilakukan oleh Hanna Septiana dengan judul Hubungan antara Motivasi Kerja dan Sense of Community dengan Komitmen Organsasi pada Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Motivasi Kerja dan Sense of Community dengan Komitmen Organsasi pada pengurus Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara Motivasi Kerja dan Sense of Community dengan Komitmen Organisasi pada pengurus. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 9 Mei 2015 dengan mewawancarai 26 pengurus dan 8 mantan pengurus ILMPI diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar pengurus ILMPI memiliki keinginan yang besar untuk bertahan di ILMPI karena sudah mengenal banyak orang yang berada didalam ILMPI dan pengurus merasa loyal serta banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk ILMPI. Pengurus merasa cukup mengenal dan cukup dekat dengan ILMPI serta orang-orang didalamnya karena kerja tim, yang membuat pengurus mengerti bagaimana cara kerja ILMPI baik ditingkat wilayah ataupun nasional. Berjalannya organisasi ILMPI sudah cukup baik namun masih ada pengurus-pengurus yang merasa individual goal lebih penting dibanding tujuan kelompok karena merasa ILMPI sudah besar yang membuat mereka menjadi lupa untuk berjuang bersama.

7 7 Individual goal atau tujuan individu yang ada di ILMPI adalah karena ketika menjadi pengurus ILMPI merupakan suatu prestasi suatu kebanggan bisa menjadi pengurus yang notabennya ILMPI adalah sebuah organisasi bergengsi skala nasional yang sudah berbadan hukum serta diakui oleh pemerintah dan itu membuat sebagian pengurus memiliki tujuan individu dengan mereka mengejar jenjang karier organisasi yang ada di ILMPI dengan tujuan untuk menduduki posisi-posisi tertentu yang akan mengangkat namanya atau nama universitas dan mengesampingkan tujuan dari ILMPI itu sendiri. ILMPI adalah organisasi yang besar ketika yang terjadi adalah hal tersebut maka dengan begitu masih banyak pengurus yang fokus akan pengembangan individunya sendiri dibanding tujuan bersama ILMPI. Menurut data dari badan kesekertariatan ILMPI Nasional terdapat 23 pengurus dari 232 pengurus yang tidak diberikan piagam penghargaan dikarenakan hasil analisis jabatan dan penilaian kontribusi mereka berada dibawah standar. Data hasil wawancara peneliti dengan 5 orang pengurus harian nasonal pada 23 mei 2015 menyatakan bahwa hampir seluruh pengurus-pengurus tersebut lebih mementingkan kepentingan pengembangan diri sendiri dan memiliki ambisi untuk pencitraan diri guna menduduki jabatan strategis yang ada di ILMPI sehingga mereka mengesampingkan kepentingan bersama ILMPI dan lebih mementingkan kepentingan pribadi mereka. Hal ini membuat teman-teman satu badan mereka menilai kinerja mereka kurang baik. Pengurus yang menerima piagam penghargaan sebanyak 209 pengurus dan itu jauh lebih banyak sehingga ILMPI masih bisa

8 8 berjalan dengan stabil karena pengurus-pengurus tersebut memiliki tanggung jawab sebagai pengurus untuk terus menjalankan kewajibannya terhadap ILMPI. Menurut Dwityanto dan Amalia (2012) dalam penelitiannya dengan judul Hubungan antara Kohesivitas Kelompok dengan Komitmen Organisasi pada PT NA Pekalongan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi pada karyawan. Hasil penelitian tersebut mendukung teori Forsyth yang menyatakan bahwa kesatuan dalam kelompok dan kekuatan sosial merupakan aspek atau dimensi dalam kohesivitas kelompok. Pengurus mempunyai perasaan yang erat terhadap organisasinya, maka pengurus tersebut akan merasa betah, nyaman, senang melakukan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan organisasi sehingga pengurus tersebut tetap ingin bertahan pada organisasinya, dengan begitu dapat diprediksi akan mendorong munculnya perasaan kesatuan, rasa memiliki, dan kesetiaan terhadap organisasinya. Johnson dan Johnson (Budiharto, 2004) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai daya saling ketertarikan antar anggota kelompok yang menyebabkan anggota kelompok tersebut berkeinginan untuk tetap tinggal dalam kelompok tersebut, dan juga daya tarik antar individu dengan kelompok atau organisasinya. Kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi bercirikan adanya keinginan untuk menetapkan tujuan kelompok dan keinginan untuk mencapai tujuannya dengan baik. Hal lainnya yang merupakan dampak dari kohesivitas kelompok adalah

9 9 rendahnya tingkat kehadiran (absenteeism) dan keinginan untuk keluar (turnover). Kohesivitas adalah proses dinamis yang merefleksikan kecenderungan anggota kelompok secara bersama-sama untuk tetap bersatu dalam bekerja sama mencapai tujuan kelompok (Carron 2002). Kohesivitas kelompok dapat terwujud oleh beberapa hal, Forysth menyatakan bahwa ada empat faktor kohesivitas, yaitu social force (kekuatan sosial), group unity (kesatuan dalam kelompok), attraction (daya tarik), dan teamwork (kerja sama kelompok). Jika pengurus lebih mementingkan tujuan individu dibanding tujuan kelompok serta tidak memiliki rasa saling memiliki, rasa aman, keeratan antar pengurus, komunikasi yang kurang baik serta cenderung kurang dapat bekerjasama maka hal tersebut dapat berimbas pada kohesivitas kelompok didalam organisasinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berminat untuk melakukan penelitian Studi Deskriptif Kohesivitas Kelompok pada Pengurus Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah deskripsi kohesivitas kelompok pada pengurus Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia?

10 10 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kohesivitas kelompok pada pengurus Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia. D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis a. Dapat memperluas, dan mengembankan khasanah ilmu pengetahuan di bidang psikologi, khususnya psikologi sosial mengenai kohesivitas kelompok. b. Mendapatkan pengalaman dalam penulisan karya ilmiah serta merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam aplikasi ilmu psikologi, untuk menerapkan teori dalam membuktikan gambaran secara empiris mengenai kohesivitas kelompok. 2. Praktis a. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui cara meningkatkan kohesivitas dalam sebuah kelompok. b. Bagi Pengurus ILMPI Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak atau yang terkait dalam memberikan solusi atas fenomena pada organisasi untuk dapat meningkatkan kohesivitas kelompok pengurus ILMPI.