PENYESUAIAN MAKNA DALAM PENGURANGAN FONEM PADA PERCAKAPAN GEORGE & LENNIE DALAM NOVEL OF MICE AND MEN OLEH JOHN STEINBECK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYESUAIAN MAKNA DALAM PENGURANGAN FONEM PADA PERCAKAPAN GEORGE & LENNIE DALAM NOVEL OF MICE AND MEN OLEH JOHN STEINBECK"

Transkripsi

1 Linguistika Akademia Vol.2, No.2, 2013, pp. 183~196 ISSN: PENYESUAIAN MAKNA DALAM PENGURANGAN FONEM PADA PERCAKAPAN GEORGE & LENNIE DALAM NOVEL OF MICE AND MEN OLEH JOHN STEINBECK Laila Maisaroh ABSTRACT Reduction in the use of words or phonemes of speech is language problem which is closely related to the understanding of the meaning. The problem of meaning in this case due to the lack of codification in writing or spelling. One form of phoneme reduction occurred in American society is to be found in a novel by John Steinbeck's "Of Mice and Men". In the novel there are many conversations that use non-standard English. It happened for several reasons, and one of them is due to circumstances that are very influential at the time. This study aims to reveal the relation of meaning even if there is a reduction in the writing that allows phonemes occur in raw conversations. The method used is the Delisi method where the analysis is focused on the words which have experienced in the non-standard written language. The results of the analysis indicate that there is a reduction in the level of morphoplogy and semantic, for example at the level of morphology with the process of contraction, which is oftenin the case of the case abbreviation or contraction of the phonemes in the word but in terms of semantics it doesn t change the meaning. In addition, other analyzes also showed that people with low education greatly affects the language they use every day. ABSTRAK Pengurangan fonem dalam penggunaan kata atau ujaran merupakan permasalahan bahasa yang erat kaitannya dengan pemahaman makna. Masalah pemaknaan dalam hal ini disebabkan oleh ketidakbakuan dalam penulisan atau spelling. Salah satu bentuk pengurangan fonem terjadi di kehidupan masyarakat Amerika yang terdapat di dalam sebuah novel karya John Steinbeck yang berjudul of Mice and Men. Pada novel tersebut terdapat banyak percakapan yang menggunakan bahasa Inggris tidak baku. Hal itu terjadi karena beberapa alasan, dan salah satunya adalah karena keadaan yang sangat berpengaruh pada masa itu. Kajian ini bertujuan untuk mengungkap relasi makna sekalipun terdapat pengurangan fonem dalam penulisan yang memungkinkan terjadi di dalam percakapan tidak baku tersebut. Metode yang digunakan yaitu metode delisi karena analisisnya difokuskan pada kata-kata yang mengalami pelesapan di dalam bahasa tidak baku yang tertulis. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengurangan fonem pada tataran morfologi dan semantik, misalnya pada tataran morfologi dengan terjadinya proses kontraksi,di mana sering terjadi penyingkatan atau penyusutan fonemfonem pada suatu kata namun dari segi semantiknya hal tersebut tidak merubah

2 184 maknanya. Selain itu, analisis lainnya juga menunjukkan bahwa orang-orang yang berpendidikan rendah sangat mempengaruhi bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Kata kunci: fonetik; bahasa standar, makna. A. PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar (Kusno Budi Santoso, 1990: 1). Komunikasi sendiri ialah suatu proses dengan mana informasi individual ditukarkan melalui sistem simbol, tanda, atau tingkah laku. Dari definisi di atas kita dapat menyimak bahwa komunikasi sebagai satu proses melibatkan (1) pihak yang berkomunikasi, (2) informasi yang dikomunikasikan dan (3) alat komunikasi (Chaedar Alwasilah, 1985: 9). Dalam hal ini terdapat jenis atau macam dari sebuah bahasa sebagai alat komunikasi yaitu bahasa baku atau bahasa formal dan bahasa tidak baku atau tidak formal, misalnya yang sering dipergunakan dalam percakapan sehari-hari di dalam sebuah masyarakat yaitu bahasa tidak baku. Bahasa tersebut sering terjadi karena beberapa sebab, salah satunya karena keadaan yang membuat seseorang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang tidak baku tersebut. Fenomena bahasa yang tidak baku bisa terjadi di manapun dan kapanpun. Seperti misalnya bahasa baku yang terjadi di kehidupan masyarakat Amerika di sekitar abad ke-19 yang salah satunya tertuang di dalam sebuah novel karya John Steinbeck yang berjudul Of Mice and Men. Di dalam novel tersebut diceritakan sedikit mengenai kehidupan sosial yang terjadi di masa itu. Karena begitu sangat pentingnya arti sebuah bahasa hingga hal tersebut bisa menunjukkan apa yang sedang terjadi pada sebuah masyarakat di negara tertentu. Namun sayangnya, negara Amerika yang mengakui bahasa inggrisnya sebagai bahasa nasionalnya, ternyata kebanyakan bahasa yang digunakan sehari-harinya adalah bahasa yang tidak baku. Dan hal tersebut sangat bertentangan dengan kaidah bahasa inggris yang sebenarnya. Contoh penggunaan bahasa yang tidak baku tersebut yang terdapat di dalam sebuah novel Of Mice and Men yaitu: Gi me that mouse! Jika dilihat dari segi prinsip kesopanannya dalam pragmatik, si mitra tutur tersebut Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 :

3 Linguistika Akademia ISSN: masih bisa menerimanya. Atau dengan kata lain tuturan tersebut masih tergolong sopan karena si mitra tutur tersebut memiliki hubungan yang sangat dekat dengan si penutur (George&Lennie). Akan tetapi secara grammatikal, hal tersebut tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Inggris Modern. Contoh tersebut tampak sederhana bilamana diucapkan, namun jika ditulis seperti yang terdapat di dalam Of Mice and Men akan sedekit sulit untuk dipahami. Sehubungan dengan hal tersebut, maka muncul pertanyaan yaitu, jenis-jenis pengurangan fonem apa sajakah yang menyebabkan beberapa percakapan antara George dan Lennie menjadi tidak baku? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka metode yang digunakan untuk mengkaji bahasan tersebut ialah dengan menggunakan metode delisi atau pelesapan. Dan, tujuan penulisan jurnal ini dimaksudkan agar para pembaca dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan dalam bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat tertentu. B. LANDASAN TEORI Teori Bahasa Baku pertama kali diperkenalkan oleh linguis aliran Praha yang bernama B. Havranek dan Mathesius. Bahasa baku atau formal ialah bentuk bahasa yang digunakan dalam suasana formal atau resmi atau dalam suasana pembicaraan yang sungguhsungguh (Kusno Budi Santoso, 1990: 121). Apabila dihubungkan dengan kaidah atau norma bahasa, maka bentuk formal adalah bentuk pemakaian bahasa (baik lisan maupun tulisan) yang senantiasa berdasar pada norma atau kaidah bahasa yang berlaku. Sedangkan bentuk tidak formal adalah bentuk bahasa yang digunakan dalam suasana tidak formal atau tidak resmi, atau dalam suasana pembicaraan yang tidak sungguh-sungguh, misalnya dalam pergaulan sehari-hari antarteman, dalam suasana santai, dan sejenisnya. Dalam bahasa tidak formal, unsur yang ditekankan adalah adanya saling mengerti, suasana keakraban, santai, dan bebas. Oleh karena itu, dalam bentuk bahasa tidak formal kaidah atau norma bahasa tidak sepenuhnya ditaati oleh para pemakainya, baik lisan maupun tulisan. Penyesuaian Makna dalam Penggurangan Fonem pada (Laila Maisaroh)

4 186 Sehubungan dengan uraian di atas, maka dalam paper ini yang lebih banyak dibahas adalah bentuk bahasa tidak baku atau tidak formal. Sedangkan bentuk formalnya akan diuraikan sebagai kata imbangan, sekaligus sebagai bahan perbandingan analisis datanya. Menurut B. Havranek dan Mathesius ciri bahasa ada dua yaitu: 1. Flexible Stability (Kestabilan yang luwes): bahasa baku meski distabilkan dengan kodifikasi yang fleksibel seperti dalam kebudayaan. Hal ini diperoleh dengan grammar atau tata bahasa. 2. Intellectualization (intelektualisasi): bahasa baku berkecenderungan menuju sistemasi hubungan yang semakin meluas. Hal ini diperoleh dengan leksem (kosakata). Pembahasan dalam penelitian ini berkaitan erat dengan beberapa disiplin ilmu linguistik, salah satunya yaitu pragmatik. Di dalam segi pragmatik ini yang akan lebih ditekankan yaitu tentang prinsip kesantunan di mana sedikitnya terdapat tiga macam skala pengukur peringkat kesantunan yang sampai dengan saat ini banyak digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian kesantunan (Kunajana Rahardi, 2005: 66). Ketiga skala kesantunan tersebut ialah: Skala Kesantunan Leech Di dalam skala kesantunan Leech yang dikutip oleh Kunjana melalui Leech (1983) terdapat lima poin penting di antaranya: - Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur, maka akan dianggap tidak santunlah tuturan itu. - Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang disampaikan si penutur kepada si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan dianggap santunlah tutran itu. Sebaliknya, apabila pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan memilih bagi Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 :

5 Linguistika Akademia ISSN: si penutur dan si mitra tutur, tuturan tersebut akan dianggap tidak santun. - Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap tidak santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tidak langsung, maksud sebuah tuturan, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. - Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin jauh jarak peringkat sosial (rank rating) antara penutur dan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak peringkat status sosial di antara keduanya, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur itu. - Social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial di antara keduanya, akan menjadi kurang santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin jauh jarak peringakat sosial antara penutur dan mitra tutur, akan semakin santunlah tuturan yang digunakan itu. Skala Kesantunan Brown and Levinson Seperti yang dikutip Kunjana melalui Brown and Levinson (1987) terdapat tiga skala penentu tinggi rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan, yaitu: - Social distance between speaker and hearer (skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur) banyak ditentukan oleh parameter perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural. Berkenaan dengan perbedaan umur antara penutur dan mitra tutur, lazimnya didapatkan bahwa semakin tua umur seseorang, peringkat kesantunan dalam bertuturnya akan semakin tinggi. Sebaliknya, orang yang masih berusia muda lazimnya cenderung memiliki peringkat kesantunan yang rendah di dalam kegiatan bertutur. Kemudian jika dilihat dari jenis Penyesuaian Makna dalam Penggurangan Fonem pada (Laila Maisaroh)

6 188 kelaminnya, orang yang berjenis kelamin wanita, lazimnya memiliki peringkat kesantunan lebih tinggi dengan orang yang berjenis kelamin pria. Hal tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa kaum wanita cenderung lebih banyak berkenaan dengan sesuatu yang bernilai estetika dalam keseharian hidupnya. Sebaliknya, pria cenderung jauh dari hal-hal tersebut karena lazimnya, ia banyak berkenaan dengan kerja dan pemakaian logika dalam kegiatan keseharian hidupnya. Sedangkan jika dilihat dari segi latar belakang sosiokultural seseorang, maka orang yang memiliki jabatan tertentu di dalam masyarakat, cenderung memiliki tingkat kesantunan lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan orang, seperti misalnya petani, pedagang, buruh dan lain-lain. Demikian pula, orang-orang kota cenderung memiliki peringkat kesantunan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat desa. Pada zaman dahulu, para punggawa kerajaan terkenal memiliki kesantunan bertutur relatif tinggi dibandingkan dengan orang-orang kebanyakan, seperti pedagang, petani, buruh dan sebagainya. - The speaker and hearer relative power (peringkat status sosial atau peringkat kekuasaan antara penutur dan mitra tutur yang didasarkan pada kedudukan asimetrik antara si penutur dan mitra tutur. Sebagai contoh, dapat disampaikan bahwa di dalam ruang periksa sebuah rumah sakit, seorang dokter memiliki tingkat kekuasaan lebih tinggi dibandingkan dengan seorang pasien. Sejalan dengan itu, di sebuah jalan raya seorang polisi lalu lintas dianggap memiliki peringkat kekuasaan lebih besar dibandingakan dengan seorang dokter rumah sakit yang pada saat itu kebetulan melanggar peraturan lalu lintas. Sebaliknya, polisi yang sama akan jauh di bawah seorang dokter rumah sakit dalam hal peringkat kekuasaannya apabila sedang berada di sebuah ruang periksa rumah sakit. - The degree of imposition associated with the required expenditure of goods or services atau skala peringkat tindak tutur yang didasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur yang satu dengan tindak tutur lainnya. Sebagai contoh, Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 :

7 Linguistika Akademia ISSN: dalam situasi yang sangat khusus, bertamu di rumah seorang wanita dengan melewati batas waktu bertamu yang wajar akan dikatakan sebagai tidak tahu sopan santun dan bahkan melanggar norma kesantunan yang berlaku pada masyarakat tutur itu. Namun demikian, hal yang sama akan dianggap sangat wajar dalam situasi yang berbeda. Pada saat di suatu kota terjadi kerusuhan dan pembakaran gedung-gedung dan perumahan, orang berada di dalam rumah orang lain atau rumah tetangganya bahkan samapai pada waktu yang tidak ditentukan. Skala Kesantunan Robin Lakoff Seperti yang dikutip oleh Kunjana melalui Robin Lakoff (1973), terdapat tiga ketentuan untuk dapat dipenuhinya kesantunan di dalam kegiatan bertutur. Ketiga ketentuan tersebut yaitu: - Formality scale, yakni skala formalitas. Dinyatakan bahwa agar para peserta tutur dapat merasa nyaman dan kerasan dalam kegiatan bertutur, tuturan yang digunakan tidak boleh bernada memaksa dan tidak boleh berkesan angkuh.. Di dalam kegiatan bertutur, masing-masing peserta tutur harus dapat menjaga keformalitasan dan menjaga jarak yang sewajarnya dan senatural-naturalnya antara yang satu dengan yang lainnya. - Hesitancy scale, yakni skala ketidaktegasan atau sering kali disebut dengan skala pilihan menunjukan agar penutur dan mitra tutur dapat saling merasa nyaman dan kerasan dalam bertutur, pilihan-pilihan dalam bertutur harus diberikan oleh kedua belah pihak. Orang tidak diperbolehkan bersikap terlalu tegang dan terlalu kaku di dalam kegiatan bertutur karena akan dianggap tidak santun. - Equality scale, yakni peringkat kesekawanan atau kesamaan yang menunjukan bahwa agar dapat bersifat santun, orang haruslah bersikap ramah dan selalu mempertahankan persahabatan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Agar tercapai maksud yang demikian, maka penutur haruslah dapat menganggap mitra tutur sebagai sahabatnya. Dengan demikian, rasa kesekawanan dan kesejajaran sebagai salah satu prasyarat kesantunan akan dapat tercapai. Penyesuaian Makna dalam Penggurangan Fonem pada (Laila Maisaroh)

8 190 Penelitian kesantunan mengkaji penggunaan bahasa (language use) dalam suatu masyarakat bahasa tertentu. Masyarakat tutur yang dimaksud adalah masyarakat dengan aneka latar belakang situasi sosial dan budaya yang mewadahinya. Namun, dalam penelitian ini, si penulis jurnal membatasi dengan hanya memberi sedikit gambaran tentang disiplin pragmatik. Dari teori-teori linguistik dan pendekatan-pendekatan berkaitan dengan pemaknaan kata dengan adanya pengurangan morfem atau ketidakbakuan bahasa dalam analisis ini ialah menggunakan theory Bahasa baku didukung oleh pendekatan pragmatik skala kesantunan oleh Robin Lakoff. C. PEMBAHASAN Berikut akan dibahas mengenai pengurangan fonem-fonem yang terdapat dalam percakapan antara George&Lennie di dalam novel l Of Mice and Men. 1. It s on y a mouse, George It is only a mouse, George Di dalam novel John Steinbeck yang berjudul Of Mice and Men, terdapat percakapan antara George dan Lennie yaitu it s on y a mouse, George. Kalimat tersebut memiliki makna bahwa Lennie hanya sekedar ingin memberi tahu George bahwa itu hanyalah seekor tikus. It di sini merujuk pada seekor tikus. Dalam percakapan tersebut terdapat penyimpangan pada tataran morfologi. Penyimpangan tersebut dapat dilihat pada kata on y. Dalam hal ini, penyimpangan kaidah morfologi ini terjadi pada tataran kata dengan penghilangan fonem di tengah kata atau kata tersebut bisa dikatakan telah mengalami penyingkatan kata. Penyingkatan kata tersebut disebut dengan istilah sinkop. Sinkop adalah proses penghilangan atau penanggalan fonem di tengah-tengah kata tanpa perubahan makna kata (Henry Guntur Tarigan, 2009: 97). Berikut dapat dibandingkan dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang mengalami sinkop, misalnya seperti: tidak menjadi tak; cahaya menjadi cahya; tahu menjadi tau dan lain sebagainya. Hal demikian juga terjadi di dalam kosakata bahasa Inggris seperti yang terdapat dalam percakapan antara George dan Lennie yang ada di dalam Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 :

9 Linguistika Akademia ISSN: novel Of Mice and Men yaitu kata on y dengan menghilangkan fonem l di dalam kata only yang menjadi on y. Dalam hal ini sang penulis novel berupaya untuk menyederhanakan kata yang digunakan dalam novelnya dengan menghilangkan sebuah fonem di tengah kata. Selain terdapat penyimpangan dalam tataran morfologi, juga terdapat penyimpangan kalimat yang dilihat dari segi pragmatiknya, terdapat dua bahasan yaitu dari segi bentuk dan nilai komunikatif serta prinsip kesantunannya. Jika dilihat dari segi bentuk dan nilai komunikatifnya, kalimat yang dituturkan oleh Lennie kepada George merupakan kalimat deklaratif, yakni dalam bahasa Indonesia merupakan kalimat yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada si mitra tutur (Kunjana Rahardi, 200: 74). Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia dapat merupakan tuturan langsung dan dapat pula merupakan tuturan tidak langsung. Sedangkan jika dilihat dari prinsip kesantunannya, kalimat yang diucapkan oleh Lennie kepada George merupakan kalimat yang tidak formal namun tetap santun, yaitu seperti yang telah diuraikan di atas yakni merujuk pada Equality scale yang dicetuskan oleh Robin Lakoff di mana tuturan tersebut bisa dikatakan santun, jika si penutur dan mitra tutur memiliki hubungan yang erat atau bersahabat erat satu sama lainnya. Hal tersebut juga terjadi pada hubungan antara George dengan Lennie, di mana di dalam novel tersebut mereka berdua merupakan sahabat yang saling melengkapi sejak mereka masih kecil. 2. Gi me that mouse! Give me that mouse! Pada percakapan berikutnya ini terdapat kalimat gi me that mouse. Kalimat ini merupakan kalimat perintah yang bermakna bahwa George meminta Lennie untuk memberikan tikusnya kepada George. Dalam kalimat tersebut, terdapat penyimpangan pada tataran morfologinya, yaitu apokop, yakni proses penghilangan atau penanggalan fonem pada akhir kata tanpa perubahan makna kata tersebut. Berikut ini disertakan apokop dalam bahasa Indonesia, misalnya test menjadi tes; standard menjadi standar; dan kakak menjdai kaka. Sama halnya dengan kosakata bahasa Inggris yang terdapat dalam percakapan antara George dan Lennie tersebut yaitu dengan menghilangkan dua fonem ve pada kata give yang menjadi Penyesuaian Makna dalam Penggurangan Fonem pada (Laila Maisaroh)

10 192 gi saja. Sedangkan jika dilihat dari segi pragmatiknya, kalimat tersebut tergolong kalimat imperatif biasa, yaitu sebuah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan oleh si penutur. Kalimat imperatif biasa, lazimnya memiliki ciri-ciri berikut: (1) berintonasi keras, (2) di dukung dengan kata kerja dasar, dan (3) berpartikel pengeras lah (Kunjana Rahardi, 2005: 79). Dalam hal ini, kalimat yang digunakan sebagai pembandingnya misalnya adalah Usir kucing itu!. Kalimat tersebut dituturkan misalnya dituturkan oleh seorang ibu yang sedang jengkel dengan kucing peliharaannya yang baru saja menghabiskan ikan goreng di meja makan. Sama halnya dengan kalimat yang diucapkan oleh George kepada Lennie. Kedua kalimat tersebut berintonas keras (tanda seru) dan didukung kata kerja dasar usir dan give meski kata give tersebut mengalami apokop dalam tataran morfologinya. Kendati demikian kata tersebut tidaklah merubah makna atau artinya. Kemudian selain dilihat dari segi bentuk kalimatnya, kalimat tersebut juga dapat dilihat dari segi prinsip kesantunannya. Jika dilihat dari segi kesantunannya, kalimat yang dituturkan oleh George kepada Lennie di dalam novel Of Mice and Men termasuk kalimat yang santun, mengingat dengan prinsip kesantunan yang dinyatakan oleh Lakoff, yakni equality scale (skala kesekawanan atau kesejajaran) yang telah kita tahu bahwa hubungan antara George dan Lennie begitu sangat dekat/ akrab. Jadi meskipun kalimat tersebut tidaklah formal/resmi, namun kalimat tersebut tetap santun ketika diucapakan oleh si penutur dan mitra tutur yang memiliki hubungan yang sangat erat, dekat dan akrab. 3. You gonna be sick like you was last night You are going to be sick like you were last night Tuturan tersebut dituturkan oleh George kepada Lennie. Dalam tuturan tersebut, George ingin memberi tahu Lennie bahwa Lennie akan sakit seperti malam sebelumnya. Yang menjadi masalah dalam tuturan atau kalimat tersebut yaitu pada tataran morfologinya. Jika dilihat dari segi tataran morfologinya, kalimat tersebut mengalami penyimpangan dalam hal kontraksi. Kontraksi merupakan penyingkatan, penyusutan, atau penciuman fonem dalam kata, tanpa perubahan makna dari kata tersebut (Henry Guntur Tarigan, Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 :

11 Linguistika Akademia ISSN: : 99). Pembandingnya dalam contoh kosakata bahasa Indonesia misalnya seperti tak ada menjadi tiada; matahari menjadi mentari; tidak akan menjadi takkan; dan bagai itu menjadi begitu. Dalam kalimat yang diucapkan oleh George You gonna be sick like you was last night, kata yang mengalami kontraksi yakni kata gonna yang seharusnya menjadi going to tersebut telah mengalami kontraksi. Namun ternyata kalimat tersebut juga mengalami penyimpangan grammatikal. Yang menjadi masalah dalam kalimat yang diucapkan oleh George tersebut dalam tataran sintaksisnya yaitu dihilangkannya kata kerja utama are yang seharusnya menjadi You are going to be sick like you were last night. Selain itu, setelah subjek you seharusnya kata kerja yang mengikutinya disesuaikan dengan subjeknya. Seperti yang kita tahu bahwa dalam kaidah bahasa Inggris, subjek you selalu diikuti oleh kata are (present tense) atau were (past tense). Jika kalimat tersebut menandakan kejadian di masa lampau, seharusnya setelah kata You kata kerja utamanya yaitu were. Namun si penulis novel John Steinbeck merubahnya menggantinya dengan kata was. Sehingga kalimat tersebut mengalami penyimpangan grammatikal pada tataran sintaksisnya. Kemudian, jika dilihat dari bentuk kalimat dalam segi pragmatiknya, kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif, yaitu kalimat yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada si mitra tutur. Dalam kalimat tersebut George berusaha memberitahu Lennie jika ia akan sakit seperti malam sebelumnya. Sehingga kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif. 4. And then you forget em And then you forget them Dalam percakapan and then you forget em yang dituturkan oleh George kepada Lennie, kalimat tersebut mengandung makna bahwa George memberi tahu kepada Lennie jika Lennie pasti akan melupakan kata-kata yang telah diuacapkan George sebelumnya. Dalam novel tersebut, Lennie merupakan tokoh yang memiliki karakter seperti anak kecil, meski badan Lennie begitu besar. Sehingga George sering menasihati Lennie dengan menyuruh Lennie untuk mengingat pesan yang telah diucapkan George kepadanya. Kemudian yang menjadi masalahnya dalam percakapan tersebut ialah adanya penyimpangan grammatikal pada tataran Penyesuaian Makna dalam Penggurangan Fonem pada (Laila Maisaroh)

12 194 morfologinya. Pada tataran morfologinya, kata yang terdapat dalam kalimat tersebut telah mengalami mengalami afresis, yaitu proses penghilangan fonem pada awal kata tanpa adanya perubahan dalam makna kata (Henry Guntur Tarigan, 2009: 95). Dengan kata lain, baik bentuk semula maupun bentuk sesudah penghilangan atau penanggalan fonem tersebut, mempunyai makna yang sama. Katakata yang mengalami afresis dalam kalimat tersebut yakni em yang seharusnya menjadi them.kata tersebut mengalami afresis dengan dihilangkannya dua fonem pada awal kata, yakni fonem t dan fonem h. Contoh pembandingnya dalam kosakata bahasa Indonseia misalnya seperti ibunda menjadi bunda; engkau menjadi kau; dan besok menjadi esok. Kemudian jika dilihat dari bentuk dan nilai komunikatif kalimatnya dari segi pragmatiknya, kalimat tersebut tergolong ke dalam kalimat deklaratif, yakni bersifat informatif atau memberi informasi kepada si mitra tutur. 5. What d you take outa that pocket? What would you take out of that pocket? Pada tuturan selanjutnya what d you take outa that pocket?, tuturan tersebut memiliki makna bahwa Gerorge bertanya kepada Lennie apa yang akan dia keluarkan dari kantongnya tersebut. Dalam kalimat ini, terjadi penyimpangan pada tataran grammatikal yaitu pada kata what d dan kata outa. Kata what d yang seharusnya ditulis menjadi what would telah mengalami kontraksi, yakni penyusutan atau penyingkatan fonem dalam kata tanpa merubah makna kata tersebut. Dalam kata what d tersebut terdapat empat fonem yang mengalami penyusutan, yaitu fonem w, o, u, dan fonem l. Namun kata tersebut juga bisa dikatakan telah mengalami afresis, dengan hilangnya empat fonem yang berada di awal kata. Selain kata what d, kata yang telah mengalami penyimpangan pada tataran morfologinya yaitu kata outa. Kata tersebut mengalami kontraksi dengan berubah menjadi kata outa yang seharusnya ditulis out of. Kemudian jika dilihat dari bentuk dan nilai komunikatif kalimatnya, kalimat tersebut tergolong ke dalam kalimat interogatif, yaitu kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 :

13 Linguistika Akademia ISSN: D. KESIMPULAN Dalam penelitian tentang beberapa percakapan antara George dan Lennie yang terdapat di dalam novel Of Mice and Men, telah ditemukan beberapa penyimpangan grammatikal yaitu penyimpangan grammatikal pada tataran morfologi dan penyimpangan grammatikal pada tataran sintaksis. Meskipun di dalam setiap percakapan penyimpangan grammatikalnya berbedabeda, namun kebanyakan penyimpangan tersebut terjadi pada tataran morfologinya, yakni dengan banyaknya kata-kata yang telah mengalami penyusutan atau penghilangan fonem baik di awal kata (afresis), atau di tengah kata (sinkop), maupun di akhir kata tersebut (apokop) namun meskipun demikian, penyimpangan tersebut tidak merubah makna kata tersebut. Selain afresis, sinkop, dan apokop, juga terdapat yang mengalami kontraksi, yaitu penyingkatan atau penyusustan fonem dalam kata tanpa merubah makna kata tersebut. Jika dilihat dari tataran sintaksisnya, hanya ada sedikit percakapan yang mengalami penyimpangan pada tataran sintaksisnya. Meski terdapat banyak penyimpangan yang terjadi dalam beberapa percakapan antara George dan Lennie di dalam novel Of Mice and Men karya novelist John Steinbeck ini, namun sang penulis memang sengaja melakukannya. Di dalam novel tersebut, sang penulis berusaha menggambarkan keadaan kehidupan yang sedang terjadi di tempatnya (Amerika) dengan mengilustrasikannya ke dalam beberapa percakapan di dalam novel tersebut. Jika dibaca sekilas oleh seorang pembaca, mungkin pembaca tersebut mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan makna-makna yang terdapat dalam setiap percakapan tersebut. Namun sang penulis memang sengaja menulis sedemikan rupa guna memperoleh nilai estetika dengan membuat percakapan-percakapn tersebut menjadi sulit untuk dipahami, karena jika suatu karya sastra semakin sulit dipahami atau diinterpretasikan, maka semakin tinggi nilai karya sastra tersebut. Mungkin sang penulis juga mempunyai tujuan agar karya sastranya tersebut dapat memiliki nilai sastra yang tinggi. Jadi, dalam penelitian ini sang penulis mampu mengungkapkan penyimpangan-penyimpangan grammatikal dari beberapa percakapan sebuah novel yang terjadi pada tataran morfologi dan sintaksisnya. Peneliti lain diharapkan melakukan Penyesuaian Makna dalam Penggurangan Fonem pada (Laila Maisaroh)

14 196 penelitian yang lebih dalam tentang penyimpangan-penyimpangan grammatikal pada tataran linguistik yang lain, khususnya penyimpangan-penyimpangan grammatikal yang terjadi di dalam karya-karya sastrawan lainnya. E. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa Print. Brown, Penelope and S.C. Levinson Universal in Language Usage: Politeness Phenomena, dalam Easther N, Goody 9ed) Question and Politeness. Canbridge: Canbridge and University Press. Leech, Geoffrey N Principles of Pragmatics. London: Longman, Semantics. New York: Penguin Books L.td. Levinson, Stephen C Pragmatics. London: Canbridge Universuty Press. Palmer. Semantics (2 nd Ed). New York: Cambridge University Press Print. Rahardi, Kunjana. Pragmatik Kesatuan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Print. Santoso, Kusno Budi. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Print. Steinbeck, John. Of Mice and Men. New York: Penguin Book Print. Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa Print. Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian penulisan. Hal ini dikarenakan hasil dari suatu karya ilmiah haruslah

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR Oleh: Nanang Maulana Email: abiemaulana7@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mathla ul Anwar

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini media sosial twitter banyak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk memperoleh informasi maupun untuk berkomunikasi. Pengguna

Lebih terperinci

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU Netty Nurdiyani Politeknik Negeri Semarang nettynurdiyani@ymail.com Abstrak Surat pembaca merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ARTIKELE-JOURNAL Diajukanuntukmememenuhisebagianpersyaratanmemeperolehgelar SarjanaPendidikan (S. Pd.)

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik I Made Rai Arta 1 Abstrak Tulisan ini memuat kajian prinsip kerjasama dan kesantunan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai berlakunya konstitusi. Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mulai berlakunya konstitusi. Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaanya setelah proklamasi kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting bagi manusia untuk menjaga hubungan dengan manusia lain, bahkan sejak lahir di dunia. Salah satu bentuk umum dari komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam

Lebih terperinci

MEMAHAMI MAKNA PADA KATA-KATA MUTIARA HAMKA (HAMKA QUOTES): TINJAUAN KESANTUNAN BERBAHASA

MEMAHAMI MAKNA PADA KATA-KATA MUTIARA HAMKA (HAMKA QUOTES): TINJAUAN KESANTUNAN BERBAHASA MEMAHAMI MAKNA PADA KATA-KATA MUTIARA HAMKA (HAMKA QUOTES): TINJAUAN KESANTUNAN BERBAHASA Paramita Ida Safitri S2 PBI Universitas Sebelas Maret paramita7717@gmail.com Abstrak Kata mutiara merupakan kata

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA Diana Tustiantina 1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dianatustiantina@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RASMIAYU

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN IMPERATIF DALAM DIALOG FILM LASKAR ANAK PULAU KARYA ARY SASTRA EJOURNAL

ANALISIS TUTURAN IMPERATIF DALAM DIALOG FILM LASKAR ANAK PULAU KARYA ARY SASTRA EJOURNAL ANALISIS TUTURAN IMPERATIF DALAM DIALOG FILM LASKAR ANAK PULAU KARYA ARY SASTRA EJOURNAL diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) OLEH: LUCKY MAHARDIKA YULINDA

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Analisis Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa.

Analisis Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa. 127 Analisis Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa Syahdan 1), Destina Kasriyati 2), Refika Andriani 3) 1 Universitas Lancang Kuning E-mail: syahdantengku@gmail.com 2 Universitas

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat

Lebih terperinci

SKALA KESANTUNAN BENTUK TUTURAN DIREKTIF BERDASARKAN PERSEPSI SISWA DI SMAN 1 SURAKARTA

SKALA KESANTUNAN BENTUK TUTURAN DIREKTIF BERDASARKAN PERSEPSI SISWA DI SMAN 1 SURAKARTA Skala Kesantunan Bentuk Direktif... (Nurul Masfufah) SKALA KESANTUNAN BENTUK TUTURAN DREKTF BERDASARKAN PERSEPS SSWA D SMAN 1 SURAKARTA Nurul Masfufah Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur mashfufahnurul@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa sumber kajian yang dijadikan acuan dari penelitian ini yaitu hasil penelitian sebelumnya.

Lebih terperinci

PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA. Kuswoyo Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun

PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA. Kuswoyo Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun Pendekatan Pragmatik 213 PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA Kuswoyo Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun Email: koesahmad@gmail.com Abstrak Pendekatan pragmatik berdasar

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri individu yang beretika adalah individu tersebut santun berbahasa. Santun berbahasa adalah bagaimana bahasa menunjukkan jarak sosial diantara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu

BAB I PENDAHULUAN. dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kamus bahasa Inggris Oxford, Bahasa adalah sistem komunikasi dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu (2000; 240).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan

Lebih terperinci

JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA. Woro Retnaningsih IAIN Surakarta

JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA. Woro Retnaningsih IAIN Surakarta JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA Woro Retnaningsih IAIN Surakarta woro_solo@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindak tutur jenis apa saja yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAHASA LISAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I SEKINCAU

BAHASA LISAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I SEKINCAU BAHASA LISAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I SEKINCAU Oleh Andre Setyawan Edi Suyanto Eka Sofia Agustina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Abstract The problem

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT Kesantunan berbahasa merujuk pada keaadaan yang menunjukkan

Lebih terperinci

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh EKANA FAUJI A 310 080 133 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 UNIVERSITASS

Lebih terperinci

Lersianna Saragih *)

Lersianna Saragih *) Pragmatik dan Pemahaman Lintas Budaya Lersianna Saragih *) Abstrak Artikel ini menguraikan tentang perlunya penguasaan kebudayaan komunitas pengguna bahasa asing yang hendak dipelajari (bahasa target),

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA

UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA Gusdi Sastra dan Alex Dermawan Fak. Sastra Universitas Andalas Abstrak

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan bahasa dengan manusia sangat erat, sebab tumbuh dan berkembangnya bahasa senantiasa bersama dengan berkembang dan meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) WILDASARI NIM 110388201136

Lebih terperinci

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV digilib.uns.ac.id Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV No. Jenis Tindak Tutur Nomor Data Jumlah data Mengkritik A. Mengkritik Langsung 1. Penilaian Negatif 01, 02,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang informasi yang dituturkan oleh komunikator memiliki maksud terselubung. Oleh karena itu, setiap manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah HERU SUTRISNO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS

LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS BY DESI KURNIA NIM 105110101111028 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES FACULTY OF CULTURAL STUDIES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinonimi adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun, memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata atau padanan kata.

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN PADA TEKS PENGUMUMAN KARYA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI TAHUN AJARAN 2015/2016:TINJAUAN PRAGMATIK

PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN PADA TEKS PENGUMUMAN KARYA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI TAHUN AJARAN 2015/2016:TINJAUAN PRAGMATIK PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN PADA TEKS PENGUMUMAN KARYA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI TAHUN AJARAN 2015/2016:TINJAUAN PRAGMATIK Wahyu Hartiningrum dan Yunus Sulistyono Program Studi Bahasa

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON SKRIPSI Oleh JANJI WIJANARKO NIM 09340080 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Percakapan adalah sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk menyampaikan ide, pendapat, komentar, atau perasaannya. Sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia karena bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan alat untuk menuangkan pikiran, baik secara lisan, tulisan,

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER Suci Indah Karunia Suciindah590@gmail.com Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala hal yang dilakukan seseorang tak terlepas dari bagaimana ia memaknai tindakannya, begitu pula dalam berkomunikasi yang menjadikan bahasa sebagai kunci pokoknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011 REVIEW JOURNAL OF PRAGMATICS; Is there a need for a maxim of politeness? Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pragmatik oleh Santana Adiputra 180110070013 Devina Christania 180110070015 Dewi Arumsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai dua peran dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yaitu sebagai pemberi informasi dan sebagai penerima informasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk menyampaikan pesan atau informasi dan berinteraksi dengan sesamanya, maka dari itu manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

Swasti Nareswari. Student Number: ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC UNIVERSITY SEMARANG 2004

Swasti Nareswari. Student Number: ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC UNIVERSITY SEMARANG 2004 THE REALIZATION OF THE JAVANESE REQUEST PATTERN: A CASE STUDY OF A JAVANESE FAMILY A THESIS By Swasti Nareswari Student Number: 00.80.0016 ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi Pena pppp Vol.7,m,m[Type No.2 text]njnj Desember 2017 ISSN 2089-3973 PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi ABTRACT The results of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi perlu memperhatikan pilihan kalimat yang digunakan agar. penutur baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi perlu memperhatikan pilihan kalimat yang digunakan agar. penutur baik secara lisan maupun tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimat memiliki peran penting sebagai wujud tuturan dalam komunikasi dan wujud interaksi dengan sesama manusia. Penutur dalam berkomunikasi perlu memperhatikan pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan. Tujuan pembuatan makalah ini salah satunya adalah untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia dan bertujuan untuk :

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan. Tujuan pembuatan makalah ini salah satunya adalah untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia dan bertujuan untuk : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagaialat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Namun seiring perkembangan semua itu telah berubah seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA Ratna Susanti, S.S.,M.Pd. Politeknik Indonusa Surakarta ratnasusanti19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh EKA PUTRI ANDAYANI NIM 120388201067 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah dasar, karena dengan bahasa diharapkan siswa dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya.

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA Ika Wahyu Prasetya 33, Parto 34, Rusdhianti Wuryaningrum 35 Abstract : his research is motivated by one of the speak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian

Lebih terperinci