BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian Pustaka Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan baik dari skripsi, jurnal, maupun penelitian lainnya ditemukan beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Nandini (2013) dalam skripsinya yang berjudul Efektifitas Permainan Sugoroku dalam Mengingat Kosakata (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013). Nandini mengkaji beberapa permasalahan yang terkait dengan penguasaan kosakata bahasa Jepang dari siswa kelas XI di SMA Negeri 8 Bandung yaitu bagaimanakah penguasaan kosakata para siswa sebelum dan sesudah dilakukannya permainan sugoroku, efektivitas permainan sugoroku dalam mengingat kosakata bahasa Jepang dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran kosakata dengan menggunakan permainan sugoroku. Metode yang digunakan dalam penelitian Nandini adalah metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap hal lain dalam kondisi yang terkendalikan. Perlakuan yang dimaksud adalah diberikannya permainan sugoroku pada kelas eksperimen dengan tujuan agar mengetahui perubahan yang signifikan sebelum dan sesudah diterapkannya permainan sugoroku. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian Nandini adalah berupa tes dan 11

2 12 angket. Teori yang digunakan dalam menganalisa permasalahan adalah teori media pembelajaran. Hasil penelitian Nandini menunjukkan bahwa sebelum diberikan permainan sugoroku, nilai rata-rata siswa dalam penguasaan kosakata bahasa Jepang adalah 7,587. Seletah diberikannya permainan sugoroku, nilai rata-rata siswa dalam penguasaan kosakata bahasa Jepang adalah 9,033. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan permainan sugoroku akan lebih efektif dalam meningkatkan kosakata bahasa Jepang dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. Tanggapan dari para siswa melalui angket yang disebarkan menunjukkan bahwa permainan sugoroku dapat membantu dan mempermudah dalam memingat kosakata bahasa Jepang. Selain itu, permainan sugoroku mampu meningkatkan pembendaharaan kosakata dan tampilannya juga menarik. Penelitian Nandini dan penelitian ini memiliki persamaan yaitu sama-sama meneliti tentang permainan tradisional Jepang. Permainan yang dikaji dalam penelitian Nandini adalah permainan sugoroku. Permainan sugoroku merupakan salah satu permainan tradisional Jepang yang menggunakan papan dan dadu sebagai sarana permainan. Para pemain akan melempar dadu dan akan melangkah sesuai dengan angka yang keluar pada dadu. Permainan sugoroku serupa dengan permainan ular tangga. Penelitian Nandini dapat dijadikan acuan dalam menganalisis permainan tradisional Jepang. Perbedaan penelitian Nandini dengan penelitian ini adalah penelitian Nandini meneliti permainan tradisional Jepang dari sisi pendidikan yaitu efektifitasnya dalam meningkatkan kosakata bahasa Jepang terhadap siswa.

3 13 Sedangkan penelitian ini meneliti permainan tradisional dari sisi mitosnya dalam masyarakat Jepang, selain itu dalam penelitian ini juga meneliti tentang bentuk dari permainan kokkuri san, ushi no koku mairi, shinrei shashin dan hangonko. Yudiawati (2013) dalam skripsinya yang berjudul Mitologi Jepang dalam Komik Naruto Karya Masashi Kishimoto. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian Yudiawati adalah mitologi Jepang yang terdapat dalam komik Naruto karya Masashi Kishimoto beserta penggambaran mitologi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian Yudiawati adalah metode kepustakaan dan teknik catat atau tulis, metode deskriptif analisis, dan metode informal. Yudiawati menggunakan teori antropologi sastra dari Endraswara dan teori semiotika dari Danesi untuk menganalisis permasalahan dalam penelitiannya. Hasil penelitian Yudiawati menunjukkan bahwa dalam komik Naruto terdapat hal-hal yang berkaitan dengan mitologi Jepang, khususnya yang berkaitan dengan dewa dan youkai. Komik Naruto memiliki nama-nama jurus yang menggunakan nama dewa-dewi dalam kepercayaan Shinto, yaitu Izanagi no Mikoto, Izanami no Mikoto, Amatersu Oomikami, Tsukiyomi no Mikoto dan Susanoo no Mikoto. Selain terdapat mitologi mengenai dewa-dewi dalam kepercayaan Shinto, dalam komik Naruto juga terdapat beberapa monster yang disebut dengan biju, dan tiga diantaranya memiliki penggambaran menyerupai youkai dalam mitologi Jepang. Ketiga biju tersebut ialah Ichibi no Shukaku yang menyerupai Tanuki, Nibi no Matatabi yang menyerupai Nekomata, dan Kyuubi no Kurama yang menyerupai Kitsune. Unsur mitologi dalam komik Naruto sangat kuat, walaupun mitologi tersebut digambarkan

4 14 dalam bentuk yang berbeda, namun penggambarannya tidak terlepas dari mitos-mitos yang ada. Persamaan penelitian Yudiawati dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang mitologi dan makhluk supernatural yang terdapat dalam masyarakat Jepang. Selain itu, youkai yang berwujud kitsune dan tanuki yang muncul dalam bentuk biju (monster) dalam komik Naruto yang dikaji dalam penelitian Yudiawati dapat dijadikan acuan dalam meneliti kitsune dan tanuki yang muncul dalam permainan kokkuri san pada penelitian ini. Perbedaan penelitian Yudiawati dengan penelitian ini adalah penelitian Yudiawati hanya meneliti tentang youkai dalam wujud biju (monster) yang muncul pada komik Naruto, sedangkan penelitian ini lebih meneliti permainan dan sekaligus youkai yang muncul pada permainan supernatural yang terdapat dalam komik Jigoku Sensei Nube. Sentana (2012) dalam tesisnya yang berjudul Pewarisan Permainan Tradisional di Desa Sulahan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Sentana mengkaji tentang permainan tradisional di Desa Sulahan dengan tiga pokok permasalahan, yaitu proses pewarisan permainan tradisional di Desa Sulahan, bentuk teks gending plalianan, serta fungsi dan makna yang terkandung dalam permainan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian Sentana adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara untuk memperoleh data primer dan studi pustaka untuk memperoleh data sekunder. Teori yang digunakan adalah teori semiotika dan dibantu dengan pendekatan antropologi sastra.

5 15 Hasil penelitian Sentana menunjukkan bahwa analisis pewarisan permainan tradisional di desa Sulahan meliputi proses pewarisan, identifikasi permainan tradisional, dan selayang pandang penggiat permainan tradisional Bali. Analisis bentuk teks gending plalianan meliputi kedudukan gending plalianan, bentuk teks, gaya bahasa, dan hubungan gending plalianan dengan plalianan. Fungsi yang ditemukan dalam permainan adalah fungsi pendidikan, fungsi imajinatif, fungsi pengenalan terhadap alam, fungsi hiburan, dan fungsi mencairkan batas strata sosial. Sedangkan makna yang terdapat dalam permainan tradisional di desa Sulahan terdiri dari makna religi dan makna etika. Penelitian Sentana dengan penelitian ini memiliki persamaan yaitu samasama mengkaji tentang permainan tradisional. Penelitian Sentana mengkaji tentang pewarisan permainan tradisional yang terdapat di Desa Sulahan, khususnya permainan yang sering dimainkan oleh anak-anak dan memiliki gending atau nyanyian pada saat dilakukannya permainan tersebut. Perbedaannya adalah penelitian Sentana hanya meneliti tentang permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak yang berada di Desa Sulahan dan masing-masing permainan tersebut memiliki nyanyian. Sedangkan penelitian ini lebih meneliti permainan tradisional yang terdapat dalam masyarakat Jepang yang bisa dimainkan oleh segala usia, baik oleh anak-anak, remaja, ataupun dewasa dan permainan tradisional yang dikaji dalam penelitian ini adalah yang bersifat magis, sehingga dapat juga meneliti permainan tersebut dari segi mitosnya.

6 16 Rachmi (2003) dalam tesisnya yang berjudul Nini Thowong Pertunjukan Boneka Magis Rakyat Jawa Kontinuitas dan Perubahannya. Rachmi mengkaji tentang permainan Nini Thowong yang dimainkan pada jaman dulu dan pada masa sekarang sebagai seni pertunjukan dalam penelitiannya. Teori yang digunakan dalam penelitian Rachmi adalah teori sosiologi tentang perubahan sosial menurut Gert dan Mills, serta menggunakan pendekatan multidisiplin yaitu pendekatan antropologi, etnomusikologi, dan musikologi. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif untuk mengungkapkan makna atau simbol dari Nini Thowong sebagai cermin dari filsafat Jawa. Hasil penelitian Rachmi menunjukkan bahwa permainan Nini Thowong berfungsi sebagai seni pertunjukan hiburan dan juga sebagai media ritual magis seperti meminta hujan dan lain-lain. Permainan Nini Thowong hanya bisa dilakukan pada hari tertentu seperti pada hari senin atau malam jumat kliwon. Boneka Nini Thowong harus dibaringkan pada tempat yang menakutkan (wingit) dan pada saat pembuatan boneka harus disertai dengan mantra, kemenyan, dan ritual. Saat ini peran permainan Nini Thowong sebagai ritual hampir hilang, kalaupun hal tersebut ada maka hanya merupakan suatu bagian dari pertunjukan dan hanya sebagai simbol. Penelitian Rachmi dengan penelitian ini memiliki persamaan yaitu sama-sama meneliti tentang permainan tradisional yang bersifat magis atau mistis. Permainan yang dikaji dalam penelitian Rachmi adalah permainan Nini Thowong yang merupakan salah satu permainan tradisional Indonesia asal pulau Jawa. Permainan Nini Thowong merupakan suatu ritual untuk memanggil roh atau arwah dengan

7 17 menggunakan boneka perempuan yang dilengkapi dengan nyanyian sebagai salah satu syarat untuk memanggil roh tersebut. Penelitian Rachmi meneliti tentang permainan Nini Thowong beserta perubahan fungsi permainan tersebut dalam masyarakat, sehingga penelitian Rachmi dapat dijadikan acuan dalam meneliti permainan tradisional dalam masyarakat khususnya yang bersifat mistis. Perbedaannya adalah penelitian Rachmi meneliti permainan tradisional dari segi perubahan fungsinya dalam masyarakat, sedangkan penelitian ini meneliti permainan tradisional dari segi bentuk permainan dan mitos permainan tradisional Jepang. Selain itu, Penelitian Rachmi hanya meneliti satu buah permainan tradisional, sedangkan penelitian ini meneliti empat permainan tradisional Jepang yang bersifat magis atau mistis. 1.2 Konsep Konsep merupakan kata kunci yang digunakan dalam sebuah penelitian. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah mitos dan permainan tradisional. Berikut akan dipaparkan konsep tersebut Mitos Setiap daerah memiliki kepercayaan dan mitosnya masing-masing. Mitos merupakan cerita tentang bangsa, dewa, dan makhluk adikodrati lain yang di dalamnya sudah mengandung penafsiran bahkan juga alam gaib (Ratna, 2011:110). Mitos secara etimologis berasal dari kata myth yang berarti dongeng atau cerita yang dibuat-buat. Sedangkan dalam bahasa Yunani disebut dengan muthos yang berarti

8 18 Tuhan, manusia yang memiliki kekuatan super, dan dewa-dewa (Eliade, 1987:261). Mitos menghadirkan masa lalu dan masa yang akan datang sekaligus. Melalui mitos manusia bisa terhubung dengan nenek moyang, dengan keturunannya, dan dengan yang berada di luar jangkauannya (Putra, 2001:80-81). Danesi (2010: ) menyatakan bahwa mitos merupakan cerita yang tokoh dan karakternya adalah para dewa, para pahlawan, dan makhluk mistis, plotnya berputar di sekitar asal muasal benda-benda atau di sekitar makna benda-benda, dan settingannya adalah dunia metafisika atau yang berlawanan dengan dunia nyata. Mitos menciptakan suatu pengetahuan metafisika untuk menjelaskan tentang asalusul, tindakan, dan karakter manusia yang berbeda jika dibandingkan dengan kehidupan nyata. Sampai saat ini mitos digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dan nilai-nilai moral kepada anak-anak. Menurut Hariyono (1996:72), mitos merupakan sebuah cerita tentang kejadian atau peristiwa alam atau kehidupan manusia yang mampu memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sikap sekelompok orang. Semua cerita tentang masa lalu bisa disebut mitos apabila cerita tersebut diyakini dan dapat memengaruhi kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan mitos terkait dengan sejarah suci (Eliade, 1959:95-97). Dari beberapa pendapat ahli yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa mitos merupakan cerita mengenai kehidupan dewa-dewa, pahlawan, dan makhluk gaib dalam dunia metafisika atau dunia di luar akal sehat yang dijadikan asal-usul suatu kehidupan yang memengaruhi kehidupan manusia.

9 19 Mitos dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dan nilai moral kehidupan karena di dalamnya terdapat contoh perbuatan yang baik dan buruk Permainan Tradisional Setiap daerah dan negara di dunia pada umumnya memiliki permainan tradisional. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari Danandjaja (1987:171) yang mengatakan bahwa setiap bangsa di dunia mempunyai permainan rakyat tradisional karena permainan rakyat termasuk juga kedalam foklor yang merupakan salah satu warisan budaya lisan. Istilah permainan berasal dari kata main. Arti kata main adalah melakukan permainan untuk bersenang-senang dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tanpa menggunakan alat. Jadi main adalah kata kerja, sedangkan permainan merupakan kata benda jadian untuk memberi sebutan pada sesuatu yang jika dilakukan dengan baik akan membuat senang hati si pelaku (Direktorat Permuseuman, 1998:1). Sedangkan dalam bahasa Jepang, istilah bermain disebut dengan asobu yang berarti bermain, bersenang-senang, bermalas-malasan dan menganggur (Matsura, 2005:37). Istilah permainan dalam bahasa Jepang disebut dengan asobi yang berarti permainan, main-main, plesiran, hiburan, kesenangan, dan jalan-jalan (Matsura, 2005:37). Sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk bersenang-sedang dan mengisi waktu luang. Istilah tradisional berasal dari akar kata tradisi yang berarti adat kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat atau anggapan bahwa caracara yang telah ada merupakan cara yang paling baik. Adat adalah aturan berupa perbuatan dan sebagiannya yang lazim duturuti atau dilakukan sejak dulu kala.

10 20 Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dilakukan. Namun adat berarti pula wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukuman dan aturanaturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi satu sistem. Sedangkan tradisional mempunyai arti sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. Tradisional juga memiliki arti menurut tradisi (Direktorat Permuseuman, 1998:1). Danandjaja (1987:171) membagi permainan menjadi dua golongan berdasarkan sifatnya yaitu permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Permainan untuk bermain lebih bertujuan untuk mengisi waktu luang, bersenang-senang, dan rekreasi, sedangkan permainan untuk bertanding lebih bertujuan untuk melakukan kompetisi. Permainan tradisional yang diteliti dalam penelitian ini adalah permainan Kokkuri san, ushi no koku mairi, shinrei shashin, dan hangonko yang merupakan golongan permainan untuk bermain (play). 1.3 Kerangka Teori Teori merupakan perangkat pengertian, konsep, proposisi yang mempunyai kolerasi, dan telah diuji kebenarannya (Ratna, 2004:1). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori antropologi sastra dan teori semiotika Teori Antropologi Sastra Antropologi sastra merupakan celah baru dalam penelitian sastra. Antropologi sastra adalah penelitian yang mencoba untuk menggabungkan dua disiplin ilmu yaitu antropologi dan sastra. Para peneliti yang menggunakan teori antropologi sastra bisa

11 21 mengungkapkan berbagai hal yang berhubungan dengan bidang antropologi, serta dapat leluasa memadukan kedua bidang tersebut secara interdisipliner, karena baik sastra maupun antropologi sama-sama membahas tentang manusia (Endraswara, 2008:107). Secara definitif antropologi sastra adalah studi mengenai karya sastra dengan relevansi manusia. Dengan melihat pembagian antropologi menjadi dua macam, yaitu antropologi fisik dan antropologi kultural, maka antropologi sastra dibicarakan dalam kaitannya dengan antropologi kultural, dengan karya-karya yang dihasilkan oleh manusia, seperti: bahasa, religi, mitos, sejarah, hukum, adat istiadat, dan karya seni, khususnya karya sastra. Antropologi sastra memusatkan perhatian pada kompleks ide, yang merupakan salah satu dari tiga macam kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia, yaitu: kompleks ide, kompleks aktivitas, dan kompleks benda (Ratna, 2004:351). Penelitian antropologi sastra dapat menitikberatkan pada dua hal. Pertama, meneliti tulisan-tulisan etnografi yang bermuatan sastra untuk memahami aspekaspek estetikanya. Kedua, meneliti karya sastra dari sudut pandang etnografi, yaitu untuk memahami aspek-aspek budaya masyarakat. Dengan demikian, penelitian antropologi sastra dapat memahami karya sastra dari pandangan antropologis atau sebaliknya karya etnografis dipahami dari penggunaan sarana sastra (Endraswara, 2008:107). Karya sastra diciptakan oleh sastrawan berdasarkan pengalaman sehari-hari dalam kehidupannya. Apa yang dilihat, diraba, dicecap, dan dirasakan dalam

12 22 kehidupan dibumbui imajinasi, diekspresikan melalui kata-kata yang indah untuk dipersembahkan kepada pembaca. Pengalaman sastrawan dalam kehidupan tidak berbeda dengan kehidupan sehari-hari orang awam, namun karena sastrawan memiliki daya imajinasi yang tinggi maka mereka mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan ke dalam kata-kata yang indah. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam karya sastra tidak hanya mengandung data sosiologis, melainkan juga mengandung data antropologis. Data sosiologis dan antropologis dalam karya sastra saling bersinggungan, tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Aspek-aspek antropologis yang terkandung dalam karya sastra meliputi: sistem pengetahuan, adatistiadat, sistem kekerabatan, sistem peralatan hidup, dan teknologi, mata pencaharian, kesenian, serta sistem kepercayaan dan agama (Sudikan, 2007:5-6). Penelitian ini menggunakan teori antropologi sastra sebagai landasan untuk meneliti mitos-mitos yang terdapat pada permainan Kokkuri san, ushi no koku mairi, shinrei shashin, dan hangonko dalam komik Jigoku Sensei Nube karya Makura Shou dan Okano Takeshi dengan mencari aspek-aspek kebudayaan yang terdapat dalam karya sastra tersebut Teori Semiotika Semiotika adalah ilmu yang membahas tentang tanda-tanda dalam kehidupan masyarakat, semua yang hadir dalam kehidupan dianggap sebagai tanda atau gejala dan memiliki sifat tersendiri sesuai maknanya (Danesi, 2010:5-6). Tanda adalah segala sesuatu baik itu warna, isyarat, kedipan mata, objek, dan lain-lain. Untuk mencari tanda dari suatu gambar diperlukan membongkar kembali akar-akar budaya dari setiap komponen yang ada. Misalnya, sebuah gambar bola lampu yang menyala

13 23 di dalam sebuah balon pikiran, hal tersebut menunjukkan suatu tanda dari sebuah ide yang sangat bagus. Bola lampu secara umum dianggap sebagai perumpamaan terhadap suatu gagasan yang bagus atau hebat. Penggunaan balon pikiran untuk memagari lampu menyala berasal dari tradisi buku komik yang menaruh perkataan dan pikiran dalam sebuah bentuk balon (Danesi, 2010:7-8). Pada penelitian ini, digunakan teori semiotika dari Danesi untuk menganalisis tanda-tanda yang terdapat dalam komik, seperti ekspresi wajah karakter, gerakan atau bahasa tubuh, pakaian, dan lain sebagainya. Komik merupakan sebuah karya sastra yang telah lama menjadi sasaran para pakar semiotika. Komik adalah narasi yang diceritakan melalui sejumlah gambar yang diatur di dalam garis-garis horizontal, strip, atau kotak yang disebut dengan panels dan dibaca seperti teks verbal dari kiri ke kanan (Danesi, 2010:223).

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari permainan. Permainan dapat dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Permainan dapat

Lebih terperinci

MITOS PERMAINAN KOKKURI SAN, USHI NO KOKU MAIRI, SHINREI SHASHIN, DAN HANGONKO DALAM KOMIK JIGOKU SENSEI NUBE KARYA MAKURA SHOU DAN OKANO TAKESHI

MITOS PERMAINAN KOKKURI SAN, USHI NO KOKU MAIRI, SHINREI SHASHIN, DAN HANGONKO DALAM KOMIK JIGOKU SENSEI NUBE KARYA MAKURA SHOU DAN OKANO TAKESHI SKRIPSI MITOS PERMAINAN KOKKURI SAN, USHI NO KOKU MAIRI, SHINREI SHASHIN, DAN HANGONKO DALAM KOMIK JIGOKU SENSEI NUBE KARYA MAKURA SHOU DAN OKANO TAKESHI NI WAYAN SUARJI INDRAWATI 1201705023 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI. Kajian pustaka berisi tentang penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI. Kajian pustaka berisi tentang penelitian-penelitian yang telah dilakukan 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi tentang penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa data yang telah berhasil dikumpulkan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. memiliki relevansi dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. memiliki relevansi dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dipergunakan untuk mendukung penelitian ini lebih lanjut. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dan juga menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dan juga menjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang diperoleh dari studi pustaka, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat mitos tersebut berasal. Tokoh-tokoh dalam mitos umumnya adalah para dewa atau makhluk setengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam (intrinsik) dan luar (ekstrinsik). Pada gilirannya analisis pun tidak terlepas dari kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

MITOLOGI JEPANG DALAM KOMIK NARUTO KARYA MASASHI KISHIMOTO

MITOLOGI JEPANG DALAM KOMIK NARUTO KARYA MASASHI KISHIMOTO 1 MITOLOGI JEPANG DALAM KOMIK NARUTO KARYA MASASHI KISHIMOTO Ni Luh Putu Natalia Arik Yudiawati Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract: Mythology concepts are often included

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan tradisional antara lain Ndolalak, Jathilan, Srandul, Reog, Nini

BAB I PENDAHULUAN. permainan tradisional antara lain Ndolalak, Jathilan, Srandul, Reog, Nini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permainan tradisional merupakan suatu permainan yang pada dasarnya tersebar secara lisan. Dalam masyarakat Jawa, dikenal beberapa macam jenis permainan tradisional

Lebih terperinci

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara,

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk juga dalam berkomunikasi. Tarigan (1993:2) menyebutkan. membuat kalimat dan berkomunikasi. Begitu pula sebaliknya, semakin

BAB I PENDAHULUAN. termasuk juga dalam berkomunikasi. Tarigan (1993:2) menyebutkan. membuat kalimat dan berkomunikasi. Begitu pula sebaliknya, semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosakata merupakan salah satu elemen penting yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari bahasa. Penguasaan kosakata berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan sebuah negara yang dianggap telah maju oleh negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan sebuah negara yang dianggap telah maju oleh negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang dianggap telah maju oleh negaranegara di dunia. Tidak heran jika dikatakan demikian, dalam bidang ekonomi Jepang terkenal memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan disampaikan secara turun menurun. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah Seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan mengandung nilai-nilai luhur. Aktivitas yang terdapat dalam tradisi secara turuntemurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MITOLOGI YANG DIGAMBARKAN DALAM KOMIK NARUTO

BAB III ANALISIS MITOLOGI YANG DIGAMBARKAN DALAM KOMIK NARUTO BAB III ANALISIS MITOLOGI YANG DIGAMBARKAN DALAM KOMIK NARUTO 3.1 Mitologi-mitologi dalam komik Naruto Naruto adalah salah satu karya dari Masashi Kishimoto, yang menceritakan tentang seorang anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam informasi yang diterima dari seseorang kepada orang lain. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam informasi yang diterima dari seseorang kepada orang lain. Oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi dengan manusia. Untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang tidak terlepas dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pandangan yang popular, masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa BAB IV ANALISIS DATA A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaen Mojokerto Setelah data berhasil diuji menggunakan teknik korelsi product

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA SEJARAH BUDAYA/ ANTROPOLOGI PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar belakang masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena bahasa merupakan alat komunikasi yang diperlukan untuk berinteraksi dengan sesama manusia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tradisi lisan merupakan obyek kajian yang cukup kompleks. Kompleksitas kajian tradisi lisan, semisal upacara adat dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III ini mencakup lokasi penelitian, langkah-langkah atau cara-cara

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III ini mencakup lokasi penelitian, langkah-langkah atau cara-cara 89 BAB III METODE PENELITIAN A. Pengantar Bab III ini mencakup lokasi penelitian, langkah-langkah atau cara-cara yang ditempuh dalam rangka menjaring data yang berhubungan dengan penelitian serta langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan hal di luar teks sastra seperti pembaca dan pengarang. Sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan hal di luar teks sastra seperti pembaca dan pengarang. Sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian sastra tidak hanya menyangkut penelitian mengenai teks sastra, tetapi juga berkaitan dengan hal di luar teks sastra seperti pembaca dan pengarang. Sebuah

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi D E F I N I S I Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi atau akal. Kebudayaan berarti hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif yang mempunyai hubungan erat dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut membentuk karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 2.1.1 Sastra Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, kreasi bukan sebuah imitasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. A. Kenapa (Harus) Mitos?

Bab I. Pendahuluan. A. Kenapa (Harus) Mitos? Bab I Pendahuluan A. Kenapa (Harus) Mitos? Pertanyaan tersebut acap kali dilontarkan ketika penulis mulai melakukan kajian dan menulis buku ini. Tentu saja dilontarkan dengan berbagai macam nada, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan cerminan dari suatu bangsa, bangsa yang menjunjung tinggi kebudayaan pastilah akan selalu dihormati oleh negara lainnya. Budaya yang terdapat dalam

Lebih terperinci

MATERI STUDI RELIGI JAWA

MATERI STUDI RELIGI JAWA MATERI STUDI RELIGI JAWA Bahasa dan sastra; karya sastra Jawa Kuna yang tergolong tua; karya sastra Jawa Kuna yang bertembang; karya sastra Jawa Kuna yang tegolong muda; karya sastra yang berbahasa Jawa

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat penting dalam pembentukan

Lebih terperinci