I. KASUS SONY ELECTRONICS II. PROSES GLOBALISASI. 2. Reaksi Pemerintah: 1. SEI hendak meninggalkan Indonesia, karena merasa tidak kompetitif lagi,

Transkripsi

1 GLO-KAL-ISASI PROSES GLOBALISASI DAN LOKALISASI I. KASUS SONY ELECTRONICS INDONESIA II. PROSES GLOBALISASI III. KEMANDIRIAN LOKAL I. KASUS SEI Kompas 29/11, 02-03/ SEI hendak meninggalkan Indonesia, karena merasa tidak kompetitif lagi, berdasarkan berbagai alasan: frekuennya unjuk rasa karyawan; penyelundupan produk elektronik yang mengganggu harga jual SEI; Ketidakpastian hukum dan perilaku birokrasi yang meningkatkan biaya operasi. 2. Reaksi Pemerintah: Menaker: emosional; menutupi masalah; gertak untuk boikot produk Sony. Menperindag: tidak dapat berbuat apa-apa, karena kebijakan relokasi Sony untuk efisiensi. Menko Perekonomian: menerima kenyataan kebebasan perusahaan bergerak dalam pasar bebas. 1

2 3. Pelajaran dari kasus Sony: Pasar global kian kompetitif; persaingan mutu pelayanan birokrasi antar negara. Pemerintah tidak berdaya terhadap tindakan relokasi perusahaan. Kesempatan kerja sangat bergantung pada kebijakan perusahaan multinasional yang relatif kian bebas menetapkan lokasi perusahaan. II. PROSES GLOBALISASI 1. Proses meningkatnya arus manusia, produk, informasi, dan nilai, melintas batas negara nasional secara cepat dan intensif, karena revolusi teknologi transportasi dan komunikasi. 2. Masalah: keseimbangan arus X dan M; arus yang tampak dan yang tidak tampak; polarisasi kekuatan ekonomi, politik, dan kebudayaan. GLOBALISASI: cepat dan intensif TRAUMA 1930-AN DAN PD II 1. Depresi 1930-an: pengangguran; menurunnya investasi dan perdagangan dunia karena beggar-my-neighbour policies ; deflasi karena runtuhnya standar emas. 2. Perang Dunia II: munculnya pemerintahan otoriter dan gagalnya Liga Bangsa-Bangsa dalam pencegahan perang. 2

3 TANGGAPAN KEYNES: DAMPAK PADA EKONOMI MAKRO ABAD XX 1. Lahirnya The General Theory of Employment, Interest and Money (1936): demand-side economics dengan Visible Hand dari Pemerintah yang mengimbangi kekurangan Invisible Hand dari Pasar pada tingkat makro-nasional. 2. Melalui Konperensi Bretton Woods menggagaskan kelahiran IMF, World Bank, dan ITO sebagai regulator pada tingkat makro-global (Global Visible Hand). 3. Catatan: Gagasan Keynes pada tingkat nasional dan global sangat mempengaruhi perkembangan Teori Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro Abad XX. VISI KEYNES: TIGA PILAR GLOBAL GOVERNANCE DI BIDANG EKONOMI 1. IMF: pemberi bantuan likuiditas jangka pendek untuk mengatasi kesulitan neraca perdagangan negara anggota; bergerak pada sisi Demand. 2. World Bank: pemberi pinjaman untuk investasi jangka panjang; bergerak pada sisi Supply. 3. ITO: mendorong perdagangan dunia dalam dalam persaingan bebas, berdasarkan comparative advantage negara maju dan negara berkembang. 4. Catatan: Muncul tiga organisasi global yang mempengaruhi global governance, tetapi tidak ada global government. PBB, yang dilahirkan kemudian, setelah Bretton Woods, ternyata tidak dapat berperanan sebagai Global Government. 3

4 Dalam Negeri ARUS GLOBALISASI M M Tampak Tidak Tampak X X X: Ekspor; M: Impor Luar Negeri DAMPAK GLOBALISASI Antara lain tampak pada 3 kecenderungan: 1. Ekonomi lokal diserap kedalam ekonomi global, dengan kekuatan yang terkon- sentrasi pada TNCs. 2. Terancamnya jati-diri masyarakat lokal oleh arus barang, informasi, gaya hidup, dan nilai eksternal, yang dapat melahirkan konflik dan sikap mengada-ada pada pihak yang tidak percaya diri. 3. Terancamnya kelestarian lingkungan hidup karena konsumsi global yang melebihi daya dukung alam serta polusi yang diakibatkannya. 4. Tiga kecenderungan di atas melahirkan sebuah kecenderungan lain: lahirnya kekuatan lokal yang menghadang kekuatan globalisasi. DAMPAK GLOBALISASI PADA KEBIJAKAN NASIONAL DI NEGARA BERKEMBANG Deficit spending untuk tujuan pembangunan nasional dihadang oleh spekulasi pedagang valas yang mengakibatkan capital outflow. Kebijakan perpajakan nasional dihadang oleh persaingan pajak antar negara, dan mekanisme transfer keuangan TNCs. 4

5 Kebijakan nasional dapat dihadang oleh gugatan di forum organisasi internasional, seperti ILO dan WTO, sebagai pelanggaran kesepakatan bersama. TNCs memasukkan aliran modal, teknologi, dan manajemen, tetapi kurang dibarengi akuntabilitas terhadap negara yang dimasukinya, misalnya tentang kelestarian lingkungan alam dan sosial-budaya setempat, seperti kasus Freeport di Papua, yang dapat melahirkan reaksi rasional dan emosional. PELAKU ADU KEKUATAN 1. Pemerintah nasional cenderung menurun kekuatannya: terlalu besar untuk mengerjakan yang kecil pada tahap lokal; terlalu kecil untuk mengerjakan yang besar, pada tahap antar-negara; ada downward delegation dan upward delegation. 2. Badan antar negara yang lama, seperti PBB, cenderung ketinggalan struktur organisasi dan pola kebijakannya. 3. Blok pasar bersama muncul sebagai kekuatan baru, yang dapat menghadang kebijakan badan antar negara yang lama. 4. Global Civil Society dengan multi anggota yang longgar: kekuatan baru yang lintas batas negara; menampilkan diri sebagai watchdog terhadap penyalahgunaan kekuasaan pemerintah, dunia usaha, badan-badan internasional dan nasional. Setiap ada formal summit meeting antar negara ada pula the other summit meeting yang cenderung berseberangan. LOKALISASI 1. Lokalisasi adalah kekuatan masyarakat lokal untuk menampilkan jati-dirinya sebagai reaksi terhadap kekuatan globalisasi. 2. Reaksi ini dapat muncul secara spontan dan terlepas-lepas, mau pun melalui pilihan yang sadar dan terpadu; dapat menjadi sumber penggalangan kekuatan positif mau pun negatif, terutama kalau ditunggangi emosi SARA. 5

6 3. Otonomi Daerah dapat memperbesar peluang penampilan jati-diri daerah, baik rasional mau pun emosional. Perlu adanya konsep Glokalisasi serta Kemandirian Lokal di dalam Kemitraan dengan subyek pembangunan lain pada skala yang lebih luas, di dalam batas hukum dan HAM yang universal. GLO-KAL-ISASI: SERAP-SELEKSI-INOVASI 1. Serap potensi iptek dengan penguasaan bahasa global, seperti bahasa Inggris dan komputer. 2. Seleksi melalui nilai yang menjadi jati-diri. 3. Inovasi: paduan baru unsur global dan lokal, sesuai dengan voice of the customer, yang merupakan moving target dalam lingkungan yang terus-menerus berubah. KECENDERUNGAN DI PENTAS GLOBAL Mengemukanya perbedaan: maju- terkebelakang; kaya-miskin; kuat-lemah; pusat-pinggiran. Yang tidak mandiri dan percaya diri berperilaku mengada-ada to be somebody ; Naisbitt: the more global we become, the more tribal we act. Kebutuhan: kemandirian lokal di pentas global. III. KEMANDIRIAN LOKAL 1. Sebuah konsep akademik tentang pembangunan; lahir dalam pasca orde baru; memadukan - bukan mempertentangkan - kekuatan global dan kekuatan lokal; untuk pembangunan berkelanjutan. 2. Kemandirian lokal adalah: Kemandirian subyek pembangunan (orang perorangan, kelompok, organisasi, daerah, bangsa) 6

7 untuk meningkatkan kesejahteraannya; dengan menggunakan sumberdaya yang ada padanya (human capital, nature-made capital, men-made capital, social capital, spiritual capital) secara terpadu dan berkelanjutan; menuju kemandiriannya yang lebih tinggi, dalam kemitraan dengan subyek pem- bangunan lain pada skala yang lebih luas; berdasarkan hukum dan HAM yang universal. Hubungan internaleksternal 3. Modal Fisik Buatan Pemetaan Lima Modal? 2. Modal 4. Modal S D A Sosial 1. Modal S D M 5. Modal Spiritual TAHAP PENERAPAN KEMLOK 1. Tahap Perorangan (Individual): individual mastery. 2. Tahap Organisasi (Institusional): learning organization. 3. Tahap Masyarakat Lokal: learn to be effective; learn to be efficient; learn to grow. 7