BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan tempat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan tempat"

Transkripsi

1 2.1. Perumahan dan Lingkungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan tempat bermain anak-anak, sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan, dan pusat kesehatan masyarakat, serta harus bebas banjir merupakan standar perumahan yang baik. Pada dasarnya standar arsitektur bangunan untuk perumahan umum (public housing) ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal agar dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan (Chandra, 2007). Lingkungan perumahan memiliki beberapa variabel diantaranya: ventilasi, jenis dinding, lantai, sumber air, sumber penerangan, saluran pembuangan air, cara pembuangan sampah, dan lain-lain. Variabel-variabel lingkungan rumah tersebut harus memiliki kualitas standar yang didasarkan atas penilaian mutu mateial yang digunakan serta cara dan bentuk penggunaannya Persyaratan Rumah Sehat Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di dalam rumah, lingkungan rumah dan perumahan dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi penghuninya. Ketentuan teknis kesehatan yang harus dipenuhi untuk melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan merupakan persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman bahwa pemukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas

2 umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lainnya di kawasan perkotaan atau di kawasan perdesaan. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut: 1. Lokasi a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya. b. Tidak terletak pada daerah bekas pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang. c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan. 2. Kualitas udara Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut: a. Gas H 2 S dan NH 3 secara biologis tidak terdeteksi; b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg sampai maksimal 150 µg/m 3 ; c. Gas SO 2 maksimum sebesar 0,10 ppm; d. Debu maksimum 350 mm 3 /m 2 per hari. 3. Kebisingan dan getaran a. Kebisingan dianjurkan 45 db.a, maksimum 50 db. A; b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik. 4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg; b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg;

3 c. Kandungan Kadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg; d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg. 5. Prasarana dan sarana lingkungan a. Memiliki taman untuk bermain anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan; b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit; c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak menggangu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata; d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan; e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persayaratan kesehatan; f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan; g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat kerja, tempat hiburan, kesnian, dan lain sebagainya; h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya; i. Tempat pengolahan makana ( TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan. 6. Vektor penyakit a. Indeks lalat harus memenuhi syarat; b. Indeks nyamuk harus dibawah 5 %. 7. Penghijauan

4 Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan, dan kelestarian alam. Selain makanan dan pakaian, rumah menjadi salah satu kebutuhan minimal manusia. Rumah juga dapat melindungi manusia dari cuaca seperti panas, dingin, hujan, dan angin. Selain kebutuhan-kebutuhan standar di atas, rumah juga merupakan tempat dimana suatu keluarga hidup, bersosialisasi satu dengan yang lain dan melakukan pola hidup dan perilaku keluarga. Kehidupan manusia yang dalam sehari dihitung 24 jam, lebih dari 50% waktu tersebut dihabiskan di dalam rumah. (Aulia, 2008). Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment dari WHO (1974), antara lain (Chandra, 2007) : 1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat istirahat. 2. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan kamar mandi. 3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran. 4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya. 5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular. 6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi. Dalam penilaian rumah sehat menurut Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal PPM & PL Tahun 2002 yang menjadi parameter rumah yang dinilai diantaranya adalah: 1. Kelompok komponen rumah, meliputi: a. Langit-langit b. Dinding c. Lantai d. Jendela kamar tidur e. Jendela ruang keluarga & ruang tamu

5 f. Ventilasi g. Sarana pembuangan asap dapur h. Pencahayaan 2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi: a. Sarana air bersih b. Sarana pembuangan kotoran c. Sarana pembuangan air limbah d. Sarana pembuangan sampah 3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi: a. Membuka jendela kamar tidur b. Membuka jendela ruang keluarga c. Membersihkan rumah dan halaman d. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban e. Membuang sampah pada tempat sampah 2.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian TPA Namo Bintang adalah salah satu areal tempat pembuangan akhir sampah sebagian Kota Medan dan daerah sekitarnya yang terletak di ujung sebelah Timur Dusun II Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. TPA ini juga berbatasan dan memiliki jarak yang cukup dekat dengan Desa Baru Dusun III. Luas dari TPA Namo Bintang adalah ± 16,8 km 2. Sejak dioperasikan pemakaiannya pada tanggal 15 Juli 1987 oleh petugas Dinas Kebersihan Kota Medan dengan volume sampah m 3 per hari dan pengelolaan dari pukul WIB setiap harinya, mengakibatkan lokasi TPA Namo Bintang menjadi perbukitan yang dipenuhi sampah. Jarak lokasi TPA Namo Bintang dari pusat Kota Medan sekitar 15 km. Untuk mempermudah pendistribusian sampah maka dibagi menjadi 3 jalur menuju lokasi TPA. Pada

6 jalur yang pertama dan kedua digunakan untuk truk yang memasuki wilayah TPA sedangkan jalur yang ketiga digunakan untuk truk yang keluar dari wilayah TPA. Disekitar lokasi TPA Namo Bintang banyak berdiri rumah-rumah penduduk, sebagian telah ada sebelum TPA tersebut berdiri. Disamping itu tampak lahan-lahan kosong yang juga akan disiapkan sebagai daerah pemukiman. Kondisi dan situasi TPA Namo Bintang dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1 Kondisi dan Situasi TPA NAmo Bintang Tahun 2010 No Uraian Data 1. Lokasi : - Desa - Kecamatan - Kabupaten NamoBintang Pancur Batu Deli Serdang 2. Luas : 16,8 km 2 3. Pemilik Lahan atau Pengelola Dinas Kebersihan Kota Medan 4. Jarak Lahan : - Pemukiman - Sungai - Pantai - Pusat Kota 5. Kondisi Tanah : - Aspal 500 m 5 km (Sungai Tuntungan) 15 km (Belawan) 15 km Tanah Liat - - Lapisan Dasar 6. Pengoperasian 5 Juli Sistem Pemusnahan Open Dumping 8. Fasilitas Penunjang : - Truk - Incenerator - Compousting 108 buah Ada (rusak) Ada (rusak) Sumber : Data Dinas Kebersihan Kota Medan Tahun 2010 dikutip dari Siregar, Sampah Padat Menurut defenisi (WHO), sampah adalah segala sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut (Chandra, 2007): 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya. a. Organik, misalnya., sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

7 b. Anorganik, misalnya., logam, pecah belah, abu, dan lain-lain. 2. Berdasarkan dapat atau tidaknya terbakar. a. Mudah terbakar, misalnya., kertas plastik, daun kering, kayu. b. Tidak mudah terbakar, misalnya., kaleng, besi, gelas, dan lain-lain. 3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk. a. Mudah membusuk, misalnya., sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya. b. Sulit membusuk, misalnya., plastik, karet, kaleng, dan sebagainya. 4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya. b. Rubbish, terbagi menjadi dua : 1) Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya., kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya. 2) Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya., kaca, kaleng, dan sebagainya. c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri. d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia. e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alamiah. f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya., garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan. g. Abandond vehiche, berasal dari bangkai kendaraan. h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung.

8 Contruction waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung. Seperti tanah, batu, dan kayu. i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri. j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair. k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan radioaktif Pengolahan Sampah Pengolahan sampah merupakan proses antara sebelum dilakukan pembuangan di TPA yang bersifat optimal. Tujuan dilakukan pengolahan adalah untuk memanfaatkan TPA secara lebih optimal dengan melakukan pengurangan volume, pemanfaatan kembali (daur ulang sampah), pemanfaatan energi dan pembuatan kompos. Teknik dan cara pengolahan sampah dapat dilakukan dengan beberapa metode (Sastrawijaya, 2009; Rusdi, 2010), yaitu: 1. Daur ulang (Recycling) Salah satu teknik pengolahan sampah untuk memanfaatkan kembali benda-benda yang masih memiliki nilai ekonomis, seperti: kertas, plastik, karet, kaca/gelas, serta dapat pula mengurangi volume dan berat sampah sebelum pengolahan lebih lanjut atau di buang ke TPA. 2. Pengomposan (Composting) Composting adalah sistem pengolahan sampah dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme/bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos. Proses biodekomposisi sampah organik dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik tergantung kepada tersedianya oksigen untuk proses tersebut. Cara pengomposan ini adalah salah satu cara yang sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Teknologi

9 komposting menghasilkan kompos yang akan digunakan sebagai pupuk maupun penguat struktur tanah. 3. Pemadatan (Balling) Balling merupakan sistem pengolahan sampah secara pemadatan dengan menggunakan alat pemadat (compactor) yang dapat dilakukan di transfer station, ataupun dilokasi TPA. Sampah padat yang dihasilkan diangkut dan dibuang ke TPA dengan metode sanitary landfill. Pembuangan sampah yang sebelumnya dilakukan proses pemadatan akan meningkatkan kapasitas TPA karena pengurangan volume sampah serta mengurangi material tanah penutup. 4. Pembakaran (Inceneration) Teknik ini dapat dilakukan terhadap sampah yang dapat dibakar habis. Pembakaran merupakan metode pengolahan sampah secara kimiawi dengan proses oksidasi (pembakaran) dengan maksud stabilitasi dan reduksi volume dan berat sampah. Setelah proses pembakaran akan dihasilkan abu yang volume serta beratnya jauh lebih kecil/rendah dibandingkan dengan sampah sebelumnya. Sampah yang akan dibakar harus memenuhi syarat minimum karakteristik sampah untuk pembakaran, seperti jumlah kandungan air, kadar abu, serta nilai kalornya baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan. Agar incenerator layak digunakan dan tercapai pembakaran sempurna pada suhu ºC karakteristik sampah harus mempunyai nilai kalor minimum 800 kcal/kg sehingga ekonomis karena tidak perlu menambah bahan bakar tambahan dan mengurangi tingkat pencemaran udara serta tidak menimbulkan bau Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Pembuangan akhir sampah adalah merupakan rangkaian/proses terakhir dalam sistem pengolahan sampah pada suatu tempat yang dipersiapkan, aman, serta tidak mengganggu

10 lingkungan. Sistem pembuangan akhir (TPAS) menurut Sastrawijaya (2009) adalah sebagai berikut: 1. Sistem Open Dumping (pembuangan terbuka) Sistem open dumping adalah sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam pembuangan sampah. Sampah hanya dibuang/ditimbun di suatu tempat tanpa adanya perlakuan khusus sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat perkembangan vektor penyakit (lalat, tikus, kecoa), menyebarkan bau, mencemari udara, air permukaan dan air tanah, bahaya kebakaran dan menimbulkan asap tebal yang berkepanjangan. Keuntungan menggunakan sistem ini antara lain: a. Investasi awal paling murah dibandingkan dengan sistem lainnya b. Biaya operasi rendah c. Tidak memerlukan teknologi tinggi d. Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan volume sampah e. Dapat menampung berbagai jenis sampah tanpa harus disortir terlebih dahulu, kecuali sampah yang diklasifikasikan berbahaya atau beracun. Kerugian antara lain: a. Potensi pencemarannya sangat tinggi sehingga lokasinya harus berjauhan dari wilayah pemukiman kota. b. Memerlukan lahan yang relatif luas. 2. Sistem Controlled Landfill Controlled landfill adalah sistem open dumping yang telah diperbaiki atau ditingkatkan dan peralihan teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada sistem ini penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPAS penuh dengan timbunan sampah yang dipadatkan atau setelah mencapai tahap/periode tertentu. Penutupan tanah ini

11 tidak dilakukan setiap hari, tetapi dengan periode waktu yang lebih panjang dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan adanya pencemaran, tetapi dengan biaya yang masih relatif rendah. 3. Sistem Sanitary Landfill Pada sistem ini penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setiap hari, yaitu pada setiap akhir operasi sehingga setelah operasi berakhir tidak akan terlihat adanya timbunan sampah. Dengan cara ini pengaruh timbunan sampah terhadap lingkungan akan sangat kecil tergantung pada kondisi topografi lokasi. Sistem sanitary lanfill ini dapat dilaksanakan dengan sistem area, sistem trench, gabungan antara sistem area dan sistem trench dan sistem progresif Pencemaran Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komposisi campuran gas tersebut tidak konstan. Udara yang normal merupakan campuran gas yang meliputi Nitrogen sebesar 77,5%; Oksigen sebesar 20,94%; Argon sebesar 0,93%; dan Karbon dioksida sebesar 0,032%. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali (Nugroho, 2005). Sebagian besar udara dalam lapisan troposfer selalu berputar-putar dan terus bergerak, menjadi panas oleh sinar matahari, kemudian bergerak lagi diganti oleh udara dingin yang akan menjadi panas kembali, begitu seterusnya. Terjadinya pergerakan udara dalam lapisan troposfer adalah proses fisik yang merupakan faktor utama untuk mendeteksi iklim dan cuaca di permukaan bumi dan juga dapat mendistribusikan bahan kimia tercemar dalam lapisan troposfer (Darmono, 2001). Menurut Chambers dan Masters dalam Mukono (2006), yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu sehingga dapat dideteksi oleh

12 manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Menurut U.S. Public Health Service dalam Dara (2004), polusi udara dapat diartikan sebagai kehadiran kontaminan ataupun kombinasi dari beberapa kontaminan dalam jumlah besar dan waktu tertentu yang berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Keputusan Menteri Negara dan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1991 menyatakan bahwa pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem, maupun iklim. Gangguan kesehatan seperti saluran pernafasan dan organ penglihatan pada umumnya adalah gangguan yang bisa terjadi akibat pencemaran udara. Bronchitis dan emphysema adalah salah satu dampak kronis dari pencemaran uadara (Mulia, 2005). Beberapa macam komponen pencemar udara yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara, diantaranya adalah: 1. Karbon monoksida (CO) 2. Nitrogen oksida (NO x ) 3. Belerang oksida (SO 4. Hidrokarbon (HC) 5. Partikel (Fardiaz, 1992) x )

13 2.8. Penyebab Pencemaran Udara Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu mendapatkan perhatian serius. Keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan sekitarnya sangat mempengaruhi komposisi udara terutama uap air. Dalam udara terdapat oksigen (O 2 ) untuk bernafas, karbon dioksida (CO 2 ) untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun, dan ozon (O 3 ) untuk menahan sinar ultraviolet. Kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO 2 seperti pembusukan tanaman, pembakaran, atau sekumpulan massa manusia dalam ruangan terbatas yaitu karena proses pernafasan (Sunu, 2001). Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu akan tergantung pada keadaan geografis dan metereologi setempat (Whardana, 2004). Secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam, yaitu: 1. Faktor internal yang terjadi secara alamiah a. Debu yang berterbangan akibat tiupan angin b. Abu/debu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi, termasuk gas-gas vulkanik c. Proses pembusukan sampah organik d. Kebakaran hutan 2. Faktor eksternal karena ulah manusia a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil b. Debu dan gas-gas akibat aktivitas industri c. Pemakaian zat-zat kimia seperti pestisida yang disemprotkan ke udara.

14 Tabel Jenis-jenis Pencemaran Udara No. Pencemaran Udara Jenisnya 1. Menurut Bentuk 1. Gas 2. Partikel 2. Menurut Tempat 1. Ruangan (indoor) 2. Udara Bebas (outdoor) 3. Gangguan Kesehatan 1. Irritansia 2. Anestesia 3. Toksis 4. Susunan Kimia 1. Anorganik 2. Organik 5. Menurut Asalnya 1. Primer 2. Sekunder Sumber: Woodwell, 1973; Tollison, 1978; Riyadi, 1982; Sitopu, Mangku; Pencemaran Udara Dalam Ruangan (Indoor Air Pollution) Polusi tidak hanya menyerang di udara terbuka. Di dalam ruangan pun terdeteksi rawan polusi udara. Bahkan, polusi di dalam ruangan dinyatakan sebagai salah satu dari lima besar polusi yang berisiko mengancam kesehatan masyarakat modern. USA Environmental Protection Agency (EPA), menemukan bahwa derajat polusi udara, dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan polusi dalam ruangan. Pencemaran udara ruangan berupa pencemaran udara di dalam ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung tinggi (Kastiyowati, 2001). Pengertian Indoor Air Quality dari USA Environmental Protection Agency (EPA) adalah hasil interaksi antara tempat, suhu, sistem gedung (baik desain asli maupun modifikasi terhadap struktur dari sistem mekanik), teknik konstruksi, sumber kontaminan (material, peralatan gedung, serta sumber dari luar) dan pekerja (Joviana, 2009). Kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) ditentukan secara sengaja ataupun tidak sengaja oleh penghuni ruangan itu sendiri. Ada gedung yang secara khusus diatur, baik suhu maupun frekuensi pertukaran udaranya dengan memakai peralatan ventilasi khusus, adapula yang dilakukan dengan mendayagunakan keadaan cuaca alamiah dengan mengatur bagian gedung yang dapat dibuka. Kualitas udara dalam ruangan juga dipengaruhi oleh temperatur dan kelembapan yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan

15 penghuninya. Dengan demikian kualitas udara tidak bebas dalam ruangan sangat bervariasi. Apabila terdapat udara yang tidak bebas dalam ruangan maka bahan pencemar udara dalam konsentrasi yang cukup memiliki kesempatan untuk memasuki tubuh penghuninya (Keman, 2005) Sumber Polutan Dalam Ruangan Bahan partikel yang terdapat di dalam ruangan dapat saja sama dengan di luar ruangan, hanya saja kadarnya berbeda. Partikel di dalam ruangan dapat terdiri dari partikel debu rumah, partikel asap rokok, dan bahan alat kecantikan (parfum, hair spray, dan lainlain). Perbedaan bahan polutan di dalam dan di luar ruangan tergantung dari beberapa faktor seperti: a. Gaya hidup individu (life style) b. Keadaan sosial ekonomi c. Struktur gedung d. Kondisi bahan polutan di dalam dan di luar ruangan e. Ventilasi dan sistem pendingin ruangan (AC) f. Geografi dan geologi Bahan polutan berupa gas, dan partikel di dalam ruangan (indoor), yaitu gas karbon monoksida (CO), oksigen (O 2 ), karbon dioksida (CO 2 ), amoniak (NH 3 ), dan polutan partikel hidup (Mukono, 2006). Asap rokok, asap yang berasal dari dapur atau pemakaian obat nyamuk menjadi sumber polutan dalam ruangan. Sumber lain dari bahan polutan di dalam ruangan bisa juga berasal dari perlengkapan pekerja seperti pakaian, sepatu, ataupun perlengkapan lainnya yang dibawa masuk ke dalam rumah dan tempat kerja (Situmorang, 2011) SO 2 (Sulfur dioksida)

16 Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap gas lain. Ciri lainnya yaitu tidak berwarna bersifat iritan kuat bagi kulit dan selaput lendir, bau yang tajam, tidak terbakar dan tidak meledak (Fardiaz, 1992) Sumber dan Distribusi SO 2 (Sulfur dioksida) Gas SO2 (Sulfur dioksida) dihasilkan dari pembakaran senyawa-senyawa yang mengandung unsur belerang. Gas SO 2 (Sulfur dioksida) yang terdapat di udara biasanya bercampur dengan gas SO 3 (Sulfur trioksida) dan campuran ini diberi simbol sebagai SOx. Sumber emisi gas Sulfur dioksida yang terbanyak berasal dari alam. Pembakaran yang tidak bergerak, proses dalam industri, limbah padat, dan pembakaran limbah pertanian adalah merupakan sumber emisi. Sebagian SO2 yang berada di atmosfer akan diubah menjadi SO 3 - selanjutnya akan menjadi H 2 SO 4 oleh proses-proses fotolisis-penguraian zat oleh cahayadan katalisis yaitu efek yang dihasilkan oleh sejumlah kecil zat pada saat berlangsungnya suatu reaksi kimia (Sunu, 2001). Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur misalnya pembakaran batu arang, kayu, minyak bakar, akan menghasilkan kedua bentuk Sulfur dioksida, tetapi jumlahnya relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Meskipun udara yang tersedia dalam jumlah yang cukup, SO2 selalu terbentuk dalam jumlah yang cukup besar. Mekanisme pembentukan SO x dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut: S + O 2 SO 2 2SO 2 + O 2 2SO 3 Sulfur dioksida sebagai salah satu bahan pencemar yang berasal dari aktivitas manusia hanya terkonsentrasi pada daerah tertentu dimana bahan pencemar tersebut dihasilkan sedangkan Sulfur dioksida yang berasal dari alam biasanya menyebar secara merata.

17 Dampak SO 2 (Sulfur dioksida) Terhadap Lingkungan Konsentrasi dan kontak SO2 dapat mempengaruhi kerusakan tanaman. Ini bisa terjadi apabila kontak yang dilakukan oleh SO 2 pada konsentrasi yang tinggi dengan waktu yang singkat, gejala yang tampak pada tanaman adalah menjadi kering dan mati, serta warna yang tampak memucat. Jika kontak yang terjadi berlangsung dalam waktu yang lama akan menyebabkan kerusakan kronis, yang ditandai dengan menguningnya warna daun akibat terhambatnya mekanisme pembentukan khlorofil. Kerusakan akut pada tanaman disebabkan karena kemampuan tanaman untuk mengubah SO2 yang disebut absorbsi H 2 SO 4 kemudian menjadi sulfat. Garam-garam tesebut terkumpul pada ujung atau tepi daun. Sulfat yang terbentuk pada daun terkumpul dengan sulfat yang diabsorbsi melalui akar, dan jika akumulasi cukup tinggi terjasi gejala kronis yang disertai dengan gugurnya daun Dampak SO 2 (Sulfur dioksida) Terhadap Kesehatan SO2 merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama bagi penderita penyakit kronis sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Meskipun pada konsentarsi yang relatif rendah, penderita tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO 2 (Sunu, 2001). Iritasi sistem pernafasan adalah dampak polutan SOx terhadap manusia, beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO 2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada konsentrasi 1-2 ppm. SO 2 dianggap sebagai polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita riwayat penyakit kronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Individu yang memiliki gejala tersebut sangat sensitif terhadap kontak SO 2, meskipun dengan konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau lebih (Fardiaz, 1992). Sulfur dioksida adalah senyawa yang mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan bagian atas yang tidak lebih dalam dari larynx. Spasme temporer otot-otot polos

18 pada bronchioli dapat timbul akibat kadar SO 2 yang rendah. Apabila kadar SO 2 semakin tinggi maka akan mengakibatkan peradangan yang hebat pada selaput lendir dan bila pada konsentrasi yang rendah (6-12 ppm), akan tetapi pemaparan terjadi berulang-ulang maka dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia dan metaplasia sel-sel epitel. Metaplasia ini dicurigai dapat berubah menjadi kanker (Soemirat, 2009). Dalam Permenkes No Tahun 2011 mengenai Pedoman Penyehatan Udara Dalam Rumah menyatakan bahwa dampak SO Tabel 2.3. Pengaruh SO2 Terhadap Manusia Konsentrasi (ppm) Pengaruh 3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya 8-12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan 20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi mata 20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan batuk 20 Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu yang lama Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu singkat (30 menit) Berbahaya walaupun hanya kontak dalam waktu singkat Sumber: Kirk dan Othmer yang dikutip dari Fardiaz (1992) 2 (Sulfur dioksida) lainnya diantaranya adalah dapat mempengaruhi sistem pernafasan dan gangguan fungsi paru, menyebabkan iritasi pada mata, memicu asma dan bronkhitis serta tekanan darah rendah, nadi cepat dan sakit kepala.

19 2.11. Kerangka Konsep Jarak TPA Namo Bintang ke Perumahan Komponen Rumah : 1. Langit-langit atau plafon 2. Konstruksi dinding rumah 3. Jendela kamar tidur 4. Jendela ruang keluarga & ruang tamu 5. Ventilasi 6. Sarana pembuangan asap dapur SO 2 ( Sulfur dioksida ) Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah : 1. Suhu Udara 2. Kecepatan angin 3. Kelembaban Udara Hipotesis Hipotesis Mayor 1. Ada hubungan antara jarak rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dioksida) dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. 2. Ada hubungan antara komponen rumah dengan kadar SO di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Hipotesi Minor 1. Ada hubungan antara langit-langit rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dioksida) dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. 2 (Sulfur dioksida) dalam rumah

20 3. Ada hubungan antara konstruksi dinding rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dioksida) dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. 4. Ada hubungan antara jendela kamar rumah dengan kadar SO 2 (Sulfur dioksida) dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. 5. Ada hubungan antara jendela ruang keluarga & ruang tamu rumah dengan kadar SO (Sulfur dioksida) dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Ada hubungan antara ventilasi dengan kadar SO 2 (Sulfur dioksida) dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. 7. Ada hubungan antara sarana pembuangan asap dapur dengan kadar SO2 (Sulfur dioksida) dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 yaitu melalui upaya kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama rumah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya orang lebih banyak menghabiskan

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 LAMPIRAN III UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Pasal 1 (1.1) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd. Adalah: sisa dari segala macam kegiatan manusia yang fungsinya sudah berubah dari keadaan awal. Karakteristik limbah: a) Fisik: bau tidak sedap, warnanya

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberi silang pada salah satu huruf di lembar jawab! 1. Di Indonesia, pengaturan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT. 1 PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT. Pencemaran Udara 2 3 Regulasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara 4 Pencemaran Udara Masuknya atau

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan. Parameter rumah yang dinilai

Lebih terperinci

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA Pengelolaan lingkungan diperlukan agar lingkungan dapat terus menyediakan kondisi dan sumber daya yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Lingkungan abiotis terdiri dari atmosfer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran suatu penyakit merupakan akibat dari hubungan interaktif antara manusia dan lingkungannya. Agent penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui udara,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 1. Akhir-akhir ini suhu bumi semakin panas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena efek rumah kaca. Faktor yang mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh

Lebih terperinci

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan pencemaran tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

BAB VII KEBAKARAN HUTAN

BAB VII KEBAKARAN HUTAN BAB VII KEBAKARAN HUTAN Api merupakan faktor ekologi potensial yang mempengaruhi hampir seluruh ekosistem daratan, walau hanya terjadi pada frekuensi yang sangat jarang. Pengaruh api terhadap ekosistem

Lebih terperinci

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN RUMAH DAN JARAK RUMAH TERHADAP KADAR SO 2 DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) NAMO BINTANG KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 Shinta

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN KONSEP PENCEMARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran : - Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.

Lebih terperinci

DAMPAK PEMANFAATAN BATUBARA TERHADAP KESEHATAN. Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP & PL DEPKES

DAMPAK PEMANFAATAN BATUBARA TERHADAP KESEHATAN. Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP & PL DEPKES DAMPAK PEMANFAATAN BATUBARA TERHADAP KESEHATAN Dit. Penyehatan Lingkungan Ditjen PP & PL DEPKES Jenis batubara BATUBARA? C (%) H (%) O (%) N (%) C/O Wood 50,0 6,0 43,0 1,0 1,2 Peat 59,0 6,0 33,0 2,0 1,8

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal /.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Standar Kompetensi : 1.7. Memahami saling ketergantungan dalam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PEDAMPINGAN UNTUK MENGATASI MASALAH SANITASI PADA PEMUKIMAN KUMUH DI KAMPUNG SANGER, SARIO MANADO

IDENTIFIKASI DAN PEDAMPINGAN UNTUK MENGATASI MASALAH SANITASI PADA PEMUKIMAN KUMUH DI KAMPUNG SANGER, SARIO MANADO IDENTIFIKASI DAN PEDAMPINGAN UNTUK MENGATASI MASALAH SANITASI PADA PEMUKIMAN KUMUH DI KAMPUNG SANGER, SARIO MANADO Herawaty Riogilang Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi hera28115@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Masyarakat Sub Pokok Bahasan : SPAL yang memenuhi standar kesehatan. Sasaran : Waktu : Tempat : I. A. Tujuan Instruksi Umum Setelah mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hujan asam merupakan salah satu indikator terjadinya pencemaran udara. Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang masuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara Karbon Dioksida 0,03% Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara Apa Itu Pencemaran Udara? Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), Sumber Pencemaran udara bebas : Alamiah,

Lebih terperinci

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG Pengolahan Sampah Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang: Penanganan sampah/problem tentang sampah khususnya di daerah perkotaan belum bisa teratasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar belakang Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Menimbang : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! UJI KOMPETENSI SEMESTER II Latihan 1 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini yang tidak termasuk kriteria teknologi ramah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Ana Wahyuningtyas. Untuk SD Kelas iii semester 1. Universitas Sanata Dharma

Ana Wahyuningtyas. Untuk SD Kelas iii semester 1. Universitas Sanata Dharma Ana Wahyuningtyas Untuk SD Kelas iii semester 1 Universitas Sanata Dharma Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena saya bisa menyelesaikan buku IPA ini. Buku IPA ini diharapkan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT PEMERINTAH PEMILIK USAHA SEHAT, merupakan suatu keadaan sejahtera (badan, jiwa,dan sosial). Hidup Produktif - Sosial - Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Gambar 2.1 organik dan anorganik BAB II SAMPAH DAN TEMPAT SAMPAH 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR OLEH ELGA MARDIA BP. 07174025 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN -14- LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udarajuga merupakan

Lebih terperinci

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview

Rumah? Perumahan? PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT. Ns. Eka M. 6/6/2011. Overview Overview PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN SEHAT?? Ns. Eka M. Rumah? Perumahan? Prasarana, adalah Kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Mis : Jaringan

Lebih terperinci

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua makhluk hidup memerlukan udara, udara merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan. Udara yang ada disekitar kita tidak sepenuhnya bersih. Pada saat ini,

Lebih terperinci

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar STRUKTUR BUMI 1. Skalu 1978 Jika bumi tidak mempunyai atmosfir, maka warna langit adalah A. hitam C. kuning E. putih B. biru D. merah Jawab : A Warna biru langit terjadi karena sinar matahari yang menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat dimana terjadi perubahan cuaca dan iklim lingkungan yang mempengaruhi suhu bumi dan berbagai pengaruh

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci