PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Made Wahyu Utami NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET 2016 i

2

3

4

5 MOTTO Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. (Mahatma Gandhi) Attānameva pațhamam patirūpe nivesaye attaňňamanusāseyya na kilisseyya paņdito Hendaknya orang terlebih dahulu mengembangkan dirinya sendiri dalam hal-hal yang patut, dan selanjutnya melatih orang lain. Orang bijaksana yang berbuat demikian tak akan dicela (Dhammapada 12:2) v

6 PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk: 1. Hyang Widhi Wasa, semoga skripsi ini menjadi salah satu bagian dari wujud ibadahku kepadamu. 2. Almamater UNY sebagai wujud dedikasiku. 3. Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta. vi

7 PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN Oleh: Made Wahyu Utami NIM ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman dengan model active learning tipe index card match. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjeknya adalah siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman yang berjumlah 31 siswa. Desain PTK menggunakan model Kemmis dan Taggart yang meliputi perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan catatan lapangan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi kegiatan guru, dan catatan lapangan. Analisis data yang digunakan deskriptif kuantitatif untuk menganalisis keaktifan siswa serta kualitatif untuk menganalisis aktivitas guru dan keaktifan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model active learning tipe index card match dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman. Persentase setiap butir pengamatan keaktifan siswa meningkat dari pra tindakan pada kegiatan visual persentase sebesar 32,26%, pada siklus I sebesar 91,40%. Aktivitas lisan pada pra tindakan sebesar 11,61%, pada siklus I menjadi 58,71%. Aktivitas mendengarkan, pada pra tindakan sebesar 20,00%, pada siklus I sebesar 70,32%. Aktivitas menulis pada pra tindakan persentase sebesar 43,55%, pada siklus I sebesar 80,65%. Aktivitas mental pada pra tindakan 0,00%, pada siklus I sebesar 72,90%. Data tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I, keaktifan siswa sudah meningkat namun peningkatan persentase pada tiga butir indikator pengamatan keaktifan siswa belum mencapai 75% sehingga dibutuhkan pelaksanaan siklus II. Pada siklus II diperoleh hasil peningkatan yaitu 96,77% pada aktivitas visual, 89,03% pada aktivitas lisan, 93,55% pada aktivitas mendengarkan, 85,48% pada aktivitas menulis, dan 93,55% pada aktivitas mental. Persentase pada siklus II menunjukkan seluruh indikator pengamatan pengamatan keaktifan siswa telah mencapai 75%. Peningkatan keaktifan siswa sejalan dengan peningkatan ratarata hasil belajar siswa. Hal ini dapat diihat dari peningkatan ketuntasan KKM yang mengalami peningkatan dari pra siklus, siklus I sampai sikus II. Pada pra tindakan rata-rata nilai siswa 48,26, siklus I 81,77, dan siklus II berhasil mencapai 90,48. Kata kunci: model active learning tipe index card match, keaktifan siswa, IPA vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi guna memenuhi tugas akhir. Adapun judul skripsi ini yaitu PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE INDEX CARD MATCHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan menuntut ilmu di UNY. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan izin dalam penyusunan skripsi ini. 3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan izin dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ketua Jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan izin dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. viii

9 6. Kepala Sekolah Dasar Negeri Demakijo 1 Sleman yang telah memberikan izin penelitian, 7. Guru-guru SD Negeri Demakijo I Sleman yang telah membantu dalam pelaksanaan penel itian. 8. Kedua orang tuaku, Bapak Wayan Setiawan dan Ibu Made Sukerti yang selalu memberi motivasi, doa serta dukukan baik secara moril maupul materiil. 9. Keluarga yang selalu memberi semangat dan doa. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Yogyakarta, Maret 2016 Penulis l\'1-z \ry--- '- Made Wahyu Utami lx

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN..... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI..... DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... hal i ii iii iv v vi vii viii x xii xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. B. Identifikasi Masalah. C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah. E. Tujuan Penelitian.. F. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Alam B. Keaktifan Siswa C. Model Active Learning Tipe Index Card Match.. D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar... E. Penelitian Relevan. F. Kerangka Berpikir x

11 G. Hipotesis Tindakan... H. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian.. B. Model Penelitian... C. Subjek dan Objek Penelitian. D. Tempat dan Waktu Penelitian... E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian. G. Validasi... H. Teknik Anlisis Data.. I. Indikator Keberhasilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. B. Pembahasan.. C. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 01. Contoh Card Soal yang Dipakai dalam Penelitian... Gambar 02. Contoh Card Jawaban yang Dipakai dalam Penelitian Gambar 03. Model PTK Kemmis dan Taggart. Gambar 04. Diagram Batang Keaktifan Siswa Pra Tindakan... Gambar 05. Diagram Batang Peningkatan Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus I Gambar 06. Diagram Batang Peningkatan Persentase Keaktifan Siswa pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II.. Gambar 07. Siswa menyimak dan menanggapi apersepsi guru. Gambar 08. Guru Menyampaikan Tujuan Pembelajaran Gambar 09. Siswa Membaca Materi Batuan yang Keluar saat Gunung Api Meletus Gambar 10. Siswa Melakukan Diskusi Materi dengan Kelompok.. Gambar 11. Guru Membimbing Diskusi Kelompok Kecil.. Gambar 12. Siswa Menulis Jawaban LKS.... Gambar 13. Guru Menjelaskan Materi Pelajaran.. Gambar 14. Guru Menjelaskan Aturan Penggunaan Index Card. Gambar 15. Siswa Menerima Kartu Indeks secara Acak.. Gambar 16. Siswa Mencari Pasangan Kartu Indeks..... Gambar 17. Siswa Duduk Berdekatan dengan Siswa yang Membawa Pasangan Kartu.... Gambar 18. Siswa Memberi Nama Pada Kartu Indeks. Gambar 19. Guru Mengecek Siswa saat Membaca Materi... Gambar 20. Guru Membagikan dan Menjelaskan Aturan Penggunaan Kartu Indeks Gambar 21. Guru Memandu Presentasi Gambar 22. Siswa yang Duduk Tenang Bisa Memulai Presentasi... Gambar 23. Siswa Mengecek Kebenaran Hasil Presentasi... Gambar 24. Siswa Mengumpulkan Kartu Indeks..... Gambar 25. Guru Membacakan Aturan Pengisian Lembar Evaluasi... Gambar 26. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi.... hal xii

13 Gambar 27. Siswa Menyimak apersepsi guru... Gambar 28. Siswa Menyimak Tujuan Pembelajaran.... Gambar 29. Guru Membagikan Materi Pelapukan Batuan... Gambar 30. Siswa Membaca Materi Pelapukan Batuan... Gambar 31. Siswa Melakukan Diskusi Gambar 32. Siswa Mengisi LKS Gambar 33. Guru Membimbing Diskusi Kelompok Kecil... Gambar 34. Guru Menyimak pertanyaan Siswa Gambar 35. Guru Menjelaskan Materi Pelapukan Batuan... Gambar 36. Guru Menulis Materi di Papan Tulis Gambar 37. Siswa Menyimak Aturan Penggunaan Kartu Indeks... Gambar 38. Siswa Menerima Kartu Indeks. Gambar 39. Siswa Mencari Pasangan Kartu Indeks. Gambar 40. Siswa Duduk sesuai Pasangan Kartu Indeks. Gambar 41. Siswa Menunjukkan Kartu Masing-masing.. Gambar 42. Siswa Diberi Kesempatan untuk Mencari Pasangan Kartu jika Dirasa Belum Sesuai.... Gambar 43. Siswa Mempresentasikan Hasil Mencari Pasangan Kartu Indeks Gambar 44. Guru Melempar Pertanyaan untuk Menguji Kebenaran Pasangan Kartu Indeks..... Gambar 45. Guru Membimbing Siswa Menyimpulkan Materi Pelajaran Gambar 46. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel 01. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator.. Tabel 02. Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa... Tabel 03. Kisi-kisi Instrumen Soal Evaluasi. Tabel 04. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa.. Tabel 05. Refleksi Siklus 1 dan Rencana Perbaikan. Hal xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 01. Surat-surat Penelitian... Lampiran 02. Hasil Validasi Instrumen... Lampiran 03. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.. Lampiran 04. Hasil Observasi Keaktifan Siswa... Lampiran 05. Hasil Observasi Kegiatan Guru.. Lampiran 06. Foto Dokumentasi Penelitian. Lampiran 07. Catatan Lapangan... Lampiran 08. Hasil Belajar Siswa. hal xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang menawarkan berbagai cara agar dapat mempelajari serta memahami gejala-gejala alam dan agar kita dapat hidup di alam ini. Sebagai sebuah produk, IPA tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya sebagai proses, sehingga IPA bukan hanya berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori tetapi IPA juga merupakan cara berpikir, cara bekerja, dan cara memecahkan masalah. Muatan kurikulum sekolah dasar meliputi sejumlah mata pelajaran, salah satunya adalah IPA. Tujuan mata pelajaran IPA di sekolah dasar tertuang pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yaitu untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri. Mata pelajaran IPA di sekolah dasar ditekankan pada pembelajaran sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (Sri Sulistyorini, 2007:39). Oleh karena itu, IPA untuk anak SD harus dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep harus disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya (Srini M. Iskandar, 1997:1). Model belajar yang cocok untuk anak adalah belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing) (Usman Samatowa, 2011:5). Pernyataan ini sejalan dengan John S. Richardson dalam Hendro 1

17 Darmodjo dan Jenny R.E Kaligi (1993:12) yang menyarankan digunakannya tujuh prinsip dalam proses belajar mengajar agar suatu kegiatan IPA dapat berhasil. Ketujuh prinsip itu adalah (1) prinsip keterlibatan siswa secara aktif, (2) prinsip belajar berkesinambungan, (3) prinsip motivasi, (4) prinsip multi saluran, (5) prinsip penemuan, (6) prinsip totalitas, (7) prinsip perbedaan individual. Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA saat ini menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang didukung pengajaran oleh guru. Salah satu ciri-ciri belajar adalah proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (William Burton dalam Oemar Hamalik, 2001:31). Dengan demikian sasaran utama kegiatan belajar adalah keaktifan siswa. Siswa dan kegiatannya merupakan subjek sekaligus objek, guru sebagai arsitek dan sutradara sekaligus pelaku dalam pengajaran (Nana Sudjana, 1990:59). Tanpa keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran maka kegiatan belajar mengajar tidak akan berlangsung baik. Guru berperan untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat menunjang keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang baik tentunya berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar bukanlah sebagai satusatunya sumber utama pengetahuan, melainkan guru berperan sebagai 2

18 fasilitator. Peran sebagai fasilitator tentu tidak mudah. Guru harus mampu memilih model dan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar dan mendesain sebuah suasana belajar yang membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif yang nantinya dapat mengantarkan siswa pada tujuan belajar yang ditetapkan. Pada pelaksanaan di lapangan seringkali metode ceramah menjadi pilihan dalam kegiatan belajar mengajar. Metode ini kurang menuntut adanya keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami (Oemar Hamalik, 2001:27). Rendahnya keaktifan siswa pada kegiatan belajar mengajar juga berpengaruh pada rendahnya pemahaman dan penguasaan materi yang disampaikan guru. Masalah yang sering muncul dalam kegiatan belajar mengajar IPA adalah kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPA seingga berdampak pada rendahnya hasil belajar. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada 10 Oktober 2015 dengan guru kelas VB SD Negeri Demakijo 1 yang menyatakan bahwa ketika guru menjelaskan siswa asyik dengan berbicara dengan teman dikelompoknya, ketika diberi pertanyaan tentang materi yang dijelaskan siswa tidak menjawab, dan ketika diberi kesempatan untuk bertanya siswa diam dan menunduk melihat kearah buku meskipun sudah ditunjuk oleh guru. Selain wawancara, untuk mengetahui penyebab kurang optimalnya hasil belajar IPA di kelas ini maka dilakukan pengamatan langsung pada 3

19 proses pembelajaran di kelas, penyebabnya diperkirakan seperti: (1) selama proses pembelajaran siswa terbagi menjadi enam kelompok namun tujuan duduk dengan kelompok belum tercapai, bahkan memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan yang tidak mendukung proses pembelajaran misalnya berbicara dengan teman dikelompoknya; berbuat usil dengan menyembunyikan alat tulis teman dikelompoknya; mengambil buku teman secara paksa sehingga menimbulkan keributan, (2) ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa yang duduk dikelompok bagian pojok belakang berbicara dengan teman sekelompok namun topik pembicaraan diluar materi pelajaran, (3) saat diberi tugas berupa soal, ada siswa yang sama sekali tidak mengerjakan, (4) ketika melakukan pembahasan soal, siswa menjawab cenderung siswa yang sama. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa kelas VB, didapatkan beberapa anggapan bahwa (1) IPA membosankan karena diberi banyak tugas di buku, (2) IPA sulit karena materi sangat banyak dan banyak menghafal. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa kelas VB. Rata-rata nilai ulangan harian IPA yaitu 60,32 dan rata-rata nilai ulangan tengah semester adalah 48,26. Tentu saja angka tersebut menunjukan hasil yang kurang optimal karena syarat ketuntasan minimal adalah 65,00. Agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar maka guru harus memilih model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk 4

20 aktif melakukan aktivitas belajar sehingga siswa mampu mempelajari suatu pelajaran dan tercermin dari hasil belajarnya. Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa yaitu active learning. Pembelajaran aktif adalah istilah payung bagi berbagai model pembelajaran yang berfokus kepada siswa sebagai penanggung jawab belajar (Warsono dan Hariyanto, 2013:5). Active learning dipandang dapat menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran sehingga dapat mengubah cara belajar yang berpusat pada guru (teacher center) menjadi belajar yang berpusat pada siswa (student center). Ada dua macam active learning yaitu active learning individual mandiri dan active learning kolaboratif (Warsono dan Hariyanto, 2013:5). Active learning individual mandiri memberikan kegiatan untuk siswa secara individu, sedangkan active learning kolaboratif membutuhkan partner untuk membentuk suatu kegiatan. Model active learning yang dipandang dapat mengatasi masalah kegiatan belajar mengajar IPA di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 adalah Active Learning tipe Index Card Matching. Model Active Learning tipe Index Card Matching adalah model yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas mencari pasangan kartu yang tepat. Diharapkan dengan model Active Learning tipe Index Card Matching dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPA dan menjadikan pembelajaran IPA menyenangkan bagi siswa, 5

21 sehingga dapat berpengaruh pada peningkatan hasil belajar IPA di kelas VB. Berkaitan dengan masalah belajar IPA di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 yang telah dikemukakan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Model Active Learning tipe Index Card Matching untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Ketika guru menjelaskan siswa asyik berbicara dengan teman dikelompoknya. 2. Ketika diberi pertanyaan tentang materi yang dijelaskan siswa tidak menjawab, dan ketika diberi kesempatan untuk bertanya siswa diam dan menunduk melihat kearah buku meskipun sudah ditunjuk oleh guru. 3. Selama proses pembelajaran siswa terbagi menjadi enam kelompok namun tujuan duduk dengan kelompok belum tercapai, bahkan memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan yang tidak mendukung proses pembelajaran misalnya berbicara dengan teman dikelompoknya; berbuat usil dengan menyembunyikan alat tulis teman dikelompoknya; mengambil buku teman secara paksa sehingga menimbulkan keributan. 6

22 4. Ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa yang duduk dikelompok bagian pojok belakang berbicara dengan teman sekelompok namun topik pembicaraan diluar materi pelajaran. 5. Saat diberi tugas berupa soal, ada siswa yang sama sekali tidak mengerjakan. 6. Ketika melakukan pembahasan soal, siswa menjawab cenderung siswa yang sama. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa kelas VB, didapatkan beberapa anggapan bahwa. 1. Siswa menganggap IPA membosankan karena diberi banyak tugas di buku. 2. Siswa mengatakan IPA sulit karena materi sangat banyak dan banyak menghafal. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti melakukan suatu batasan masalah pada meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman dengan model active learning tipe index card matching. Materi yang diambil adalah perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada batasan masalah dapat dikemukakan masalah sebagai berikut. Bagaimana penerepan model active learning tipe index 7

23 card matching dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman? E. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas VB SD Negeri Demakijo 1 dengan menggunakan model active learning tipe index card matching. F. Manfaat Penelitian a. Bagi siswa Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPA yang nantinya diharapkan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. b. Bagi guru Memberikan pengalaman menggunakan model active learning tipe index card matching yang nantinya diharapkan dapat menginspirasi guru untuk selalu mengembangkan model pembelajaran lainnya untuk mengurangi intensitas penggunaan metode ceramah. c. Bagi sekolah Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil berbagai kebijakan atau perbaikanperbaikan dalam pembelajaran, sehingga mutu pembelajaran menjadi lebih baik. 8

24 d. Bagi peneliti Memberi pengalaman untuk memilah dan memilih model pembelajaran kemudian menerapkan dalam rencana, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. 9

25 A. Ilmu Pengetahuan Alam BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses (Srini M. Iskandar, 1997:1). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006:484). Belajar IPA selain untuk memahami konsep konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, juga untuk mengembangkan berbagai nilai (Cross dalam Usman Samatowa, 2011:8). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen atau sistematis artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh satu orang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang konsisten (Usman Samatowa, 2011:3). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan produk berupa fakta, konsep, dan prinsip diperoleh melalui proses IPA yang dilakukan secara sistematis dan dapat diaplikasikan serta dikembangkat dalam masyarakat. 10

26 2. Tujuan Pembelajaran IPA Mata Pelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan besertan ciptaan-nya (Usman Samatowa, 2006:102). Selanjutnya tujuan IPA menurut Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis (1993:6) yaitu untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Mata Pelajaran IPA di SD/MI dalam standar isi KTSP bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (BSNP, 2006:484) Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan mata pelajaran IPA adalah menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan siswa 11

27 dalam memecahkan masalah serta meningkatkan kesadaran untuk menghargai dan memelihara alam ciptaan Tuhan. 3. Ruang Lingkup IPA Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang diberikan dari SD sampai SMP yang merupakan integrasi dari ilmu-ilmu alam. Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspekaspek berikut. 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.(bsnp, 2006: 485) Terdapat tujuh standar kompetensi yang dipelajari di kelas V SD terbagi atas beberapa kompetensi dasar. Dalam penelitian ini standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang digunakan yaitu: Tabel 01. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 7.Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan menyebutkan macammacam proses pelapukan batuan menyebutkan bahan batuan yang keluar pada saat gunung api meletus. daya alam menyebutkan faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan. 12

28 B. Keaktifan Siswa 1. Pengertian Keaktifan Siswa Keaktifan dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata aktif mendapat awalan ke- dan akhiran an yang berarti kesibukan; melakukan aktivitas. Belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri (John Dewey melalui Yatim Riyanto, 2012: 73). Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 2002:44). Dari pendapat ahli tersebut dapat dikatakan keaktifan adalah suatu keadaan dimana siswa melakukan kegiatan atau aktivitas, dalam hal ini siswa melakukan aktivitas untuk membangun pengalamannya dalam pembelajaran. Hal ini didukung pula oleh pendapat Mulyasa (2010: 187) proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. 2. Jenis Aktivitas Belajar Keaktifan siswa dalam kegiatan belajara mengajar muncul jika siswa melakukan aktivitas, seperti berpartisipasi dalam tugas belajar, mengajukan pertanyaan, berpendapat dan sebagainya. Ada berbagai macam jenis aktivitas belajar. Kegiatan belajar terbagi dalam 8 kelompok (Paul D.Dierich dalam Oemar Hamalik, 2001: 172), yaitu: 13

29 a. Aktivitas visual Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Aktivitas lisan (oral) Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertayaan, member saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. c. AKtivitas mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. d. Aktivitas menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. e. Aktivitas menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f. Aktivitas metrik Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. g. Aktivitas mental 14

30 Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. h. Aktivitas emosional Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatankegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegitan dan overlap satu sama lain. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar sangat bervariasi dan kompleks. Aktivitas-aktivitas tersebut nantinya akan mendukung keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini difokuskan kepada lima jenis aktivitas belajar siswa yaitu: a. Aktivitas visual meliputi, mengamati ciri-ciri batuan, mengamati media. b. Aktivitas lisan meliputi, mempresentasikan hasil mencari pasangan kartu, mengemukakan pendapat saat diskusi, menanggapi pertanyaan atau pernyataan, dan mengajukan pertanyaan. c. Aktivitas mendengarkan meliputi, menyimak presentasi dan menyimak informasi atau arahan. d. Aktivitas menulis meliputi, menulis hasil pengamatan pada LKS dan menulis informasi penting yang diperoleh selama proses pembelajaran. 15

31 e. Aktivitas mental meliputi, memecahkan masalah yang disajikan pada LKS, mencocokan media kartu indeks, dan menjawab pertanyaan pada evaluasi. 3. Mengaktifkan Siswa Keaktifan siswa dalam menjalani kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. Agar dapat mengembangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Mengembangkan keberanian dan rasa percaya diri peserta didik serta mengurangi perasaan-perasaan yang kurang menyenangkan. b. Memberi kesempatan pada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi secara aktif dan terarah. c. Melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar dan penilaian hasilnya. d. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter. e. Melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. (Mulyasa, 2010: 188) Selain adanya aktivitas belajar yang melibatkan siswa, motivasi juga yang mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar. Beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran menurut Masnur Muslich (2010: 68) yaitu: a. Siswa megetahui maksud dan tujuan pembelajaran Apabila siswa mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. 16

32 b. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung Keaktifan siswa akan timbul apabila terdapat fasilitas, sumber belajar yang menarik dan cukup untuk mendukung kegiatan belajar. Begitu juga dengan kondisi lingkungan yang kondusif akan membiat siswa bersemangat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. c. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap siswa Guru wajib membangun dan menjaga interaksi dengan siswa. Selain itu, pemberian apresiasi terhadap pendapat atau gagasan dari masing-masing siswa juga penting untuk menghargai potensi masing-masing siswa dan menjaga siswa untuk selalu percaya diri. d. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam KBM Penerapan pemberian reward atau punishment dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung secara konsisten dan adil. Hal ini akan berdampak negatif bagi siswa jika dalam penerapannya terjadi kesalahan. e. Adanya pemberian penguatan dalam KBM Penguatan merupakan pemberian respon terhadap aktivitas belajar siswa baik secara oral maupun perlakuan. Pemberian 17

33 penguatan penting untuk menumbuhkan motivasi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. f. Jenis kegiatan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan menantang Pemilihan kegiatan yang bersifat menarik, menyenangkan, dan menantang dapat menjaga keaktifan peserta didk dalam proses belajar mengajar. g. Penilaian hasil belajar dilakukan secara serius, objektif, teliti, dan terbuka Penilaian dilaksanakan sesuai dengan ketentuannya dan hasil penilaian harus diumumkan secara terbuka. Hasil penilaian sangat berpengaruh pada semangat siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas dilakukan dengan memberikan sejumlah aktivitas yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan serta memunculkan hal-hal yang dapat menumbukan motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. C. Model Active Learning tipe Index Card Matching 1. Pengertian model active learning Active learning atau pembelajaran aktif adalah istilah payung bagi berbagai model pembelajaran yang berfokus pada siswa sebagai penanggung jawab belajar (Warsono dan Hariyanto, 2013:5). Active 18

34 learning mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang apat dilakukannya selama pembelajaran (Warsono dan Hariyanto, 2013:12). Centre for Research on learning and Teaching University of Michigan mengemukakan pembelajaran aktif adalah suatu proses yang memberikan kesempatan kepada para siswa terlibat dalam tugas-tugas pemikiran tingkat tinggi seperti menganalisis, melakukan sintesis, dan evaluasi. Pembelajaran siswa aktif diperkenalkan di Indonesia pada satuan pendidikan dasar dan menengah pada tahun 1980-an sebagai pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) (Warsono, 2013:7). Esensi CBSA yang diterapkan saat itu adalah pertama, belajar hakikatnya merupakan hasil proses interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya yang dapat dicapai melalui proses yang bersifat aktif. Ada dua dimensi agar pembelajaran dapat berlangsung aktif, yaitu (a) kebermaknaan bahan serta proses belajar mengajar, dan (b) modus kegiatan belajar-mengajar (David Ausumbel dalam Warsono, 2013:7). Kedua, hal yang harus ditekankan pada pendekatan ini adalah usaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa setinggi mungkin. Terkait hal-hal diatas, ada tujuh dimensi implementasi pembelajaran siswa aktif yang dikemukakan oleh Mc Keachie melalui Warsono (2013:8) yang meliputi: a. Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan pembelajaran; b. Penekanan kepada aspek afektif dalam pembelajaran; 19

35 c. Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajarmengajar, terutama yang berbentuk interaksi antar murid; d. Penerimaan guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa yang kurang relevan atau karena siswa berbuat kesalahan; e. Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok; f. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan sekolah; g. Jumlah waktu yang digunakan menangani masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa active learning atau pembelajaran aktif adalah model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar yang optimal. Hal ini dipertegas oleh John Dewey sebagai tokoh pragmatism dengan slogannya yaitu learning by doing. Sedangkan, Confucius melalui Mel Silberman (2001:1) menyatakan: Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham. Pernyataan-pernyataan ini membicarakan bobot penting pembelajaran aktif, yang bermakna bahwa siswa harus melakukan aktivitas dalam belajar untuk mencapai pengalaman belajar yang baik. 2. Peran guru dan siswa dalam model active learning a. Peran guru Peran seorang guru adalah sebagi pemimpin belajar (learning manager) dan fasilitator belajar (Nana Sudjana, 2009:29). Pernyataan tersebut sejalan dengan Warsono dan hariyanto (2013:20) peran fungsional guru dalam active learning adalah sebagai fasilitator. Dari pernyataan-pernyataan diatas maka peran pokok guru dalam belajar adalah fasilitator, guru menyediakan 20

36 berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Tugas pokok fasilitator atau peran guru saat tatap muka di kelas menurut Tylee dalam Warsono (2013:21) adalah: 1) menilai para siswa 2) merencanakan pembelajaran, 3) mengimplementasi rancangan pembelajaran, dan 4) melaksanakan evaluasi proses pembelajaran. b. Peran siswa Pelaksanaan model active learning berfokus pada peran siswa dalam pembelajaran. Adapun peran siswa menurut Warsono dan Hariyanto (2013:9) 1) belajar secara individual maupun kelompok untuk mempelajari dan menerapkan konsep, prinsip, dan hukum keilmuan, 2) membentuk kelompok untuk memecahkan masalah, 3) berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, 4) berani bertanya, mengajukan pendapat, serta mengungkapkan kritik yang relevan, 5) tidak sekedar melakukan pemikiran tingkat rendah, tetapi juga melaksanakan pemikiran tingkat tinggi seperti menganalisis, membuat sintesis, melakukan observasi, dan membuat prediksi, 21

37 6) menjalin hubungan sosial sebagai bentuk interaksi pembelajaran, 7) berkesempatan menggunakan berbagai sumber belajar dan media belajar yang tersedia atau dibawanya sendiri dari rumah sebagai hasil improvisasinya, karena telah diberitahu oleh guru tentang jenis pembelajaran yang akan dilaksanakan hari itu, dan 8) berupaya menilai proses dan hasil belajarnya sendiri, walau tidak secara formal. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran siswa dalam active learning adalah siswa sebagai pelaksana pembelajaran dengan difasilitasi oleh guru. Siswa aktif melaksanakan berbagai aktivitas yang telah direncanakan oleh guru sesuai dengan tujun pembelajaran. 3. Active learning tipe index card matching Active Learning menawarkan berbagai tipe pembelajaran yang melibatkan dan mendukung keaktifan siswa dalam pembelajaran. Tipetipe active learning menurut Hisyam Zaini, Bermawy, dan Sekar Ayu (2008:24) yaitu true or false, bernar salah berantai, debat pendapat, reading aloud, kekuatan dua kepala, semua bisa jadi guru, member pertanyaan mendapat jawaban, bangkitkan minat, index card matching, teta teki silang, dan belajar terus. Penelitian ini menggunakan active 22

38 learning tipe index card matching. Index card matching merupakan salah satu tipe dari pembelajaran aktif yang memungkinkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada kawan sekelas (Mel SIlberman, 2001:232). Dalam Bahasa Indonesia, Index card matching berarti mencocokan kartu indeks. Index dalam bahasa Indonesia indeks menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan daftar kata atau istilah penting yang terdapat pada buku cetakan (biasanya pada akhir buku) tersusun menurut abjad yang memberikan informasi mengenai halaman tempat kata atau istilah itu ditemukan. Card dalam bahasa Indonesia yaitu kartu. Kartu menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang untuk berbagai keperluan. Matching dalam bahasa Indonesia artinya cocok atau sebanding. Dalam kegiatan ini mencocokkan dua hal atau lebih yang dapat dipasangkan. Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa index card matching merupakan urutan kegiatan yang memungkinkan siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan kartu yang telah didesain dalam kartu soal dan kartu jawaban yang nantinya meminta siswa untuk mecocokan kartu sesuai dengan pasangannya. Index card yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kertas tebal berbentuk persegi panjang dengan ukuran 15cm x 10cm, yang 23

39 berisi soal atau jawaban. Soal atau jawaban di tuliskan pada card yang berbeda, dimana satu card berisikan satu buah soal atau jawaban. Apa ciri-ciri batu apung? Gambar.01 contoh card persoalan yang dipakai dalam penelitian Berwarna keabu-abuan, berpori-pori, ringan, dan dapat terapung dalam air Gambar. 02 contoh card jawaban yang dipakai dalam penelitian 4. Langkah-langkah active learning tipe index card matching Langkah-langkah penerapan model active learning tipe index card matching menurut Mel Silberman (2001: 232) yaitu: a. Pada kartu indeks yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan dengan jumlah yang sama dengan stengah jumlah siswa. b. Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing pertanyaan itu. c. Campurkan dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali agar benar-benar tercampuraduk. d. Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini merupakan latihan pencocokan. Sebagian siswa mendapat pertanyaan tinjauan dan sebagian lain mendapat kartu jawabannya. 24

40 e. Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Yaitu kartu yang berupa soal dengan kartu yang cocok atau yang merupakan jawaban dari kartu soal tersebut. f. Bila semua pasangan yang cocok telah duduk bersama, perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa lain dengan membacakan keras-keras pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk memberikan jawabannya. Pada penelitian ini langkah-langkah model active learning tipe index card matching dikembangkan menjadi langkah persiapan dan pelaksanaan. Langkah-langkah persiapan model active learning tipe index card matching yaitu: a. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyemai satu setengah jumlah siswa. b. Pada kartu terpisah tulislah jawaban bagi setiap pertanyaanpertanyaan tersebut. Adapun langkah-langkah model active learning tipe index card matching yaitu: a. Menjelaskan aturan pelaksanaan index card matching. b. Berikan satu kartu pada setiap siswa secara acak. Sebagian memegang pertanyaan dan sebagian lain memegang jawaban. c. Perintahkan siswa menemukan pasangan kartu yang sesuai. 25

41 d. Siswa yang telah menemukan pasangan kartu, diarahkan untuk duduk bersama. e. Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, arahkan peserta didik untuk mempresentasikan hasil pasangan kartu indeks. 5. Keunggunlan dan kelemahan Setiap model belajar memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri dalam penerapannya. Berikut ini keunggunalan dan kelemahan model active learning tipe index card match a. Keunggulan Keunggulan dari model active learning tipe index card matching antara lain: 1) menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar, 2) materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, 3) mampu menciptakan suasana belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar, 4) mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar, dan 5) penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain. 26

42 b. Kelemahan Kelemahan model active learning tipe index card matching yaitu: 1) Guru harus meluangkan waktu lebih 2) Membutuhkan waktu yang lama untuk persiapan. 3) Suasana kelas menjadi gaduh saat siswa mencari pasangan kartu. 4) Guru harus mampu mengelola kelas. (SekolahDasar.Net, 2013). Penjelasan diatas menunjukkan bahwa penerapan index card match ini dapat membantu dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Kelemahan model ini cenderung pada persiapan yang dilakukan oleh guru. Guru harus meluangkan waktu untuk mendesain kartu indeks yang sesuai dengan materi. D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Anak pada hakikatnya secara aktif membangun pikirannya sendiri melalui aktivitas-aktivitas yang berada pada lingkungan fisik dan sosialnya (Jean Piaget dalam Suharjo, 2006:35). Masing-masing anak memiliki karakteristik tersendiri. Dengan adanya karakteristik yang khas ini, maka anak didik memiliki variasi kelebihan dan kekurangan, serta memiliki kebutuhan, cita-cita, kehendak, perasaan, kecenderungan, dan motivasi yang berbeda (TIM Dosen IKIP Malang melalui Suharjo, 2006:36). 27

43 Siswa sekolah dasar berusia antara 6-12 tahun (Suharjo, 2006:37). Otak anak pada usia ini memiliki kemampuan besar untuk menyusun ribuan sambungan antar neuron. Oleh sebab itu, untuk terus meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif anak, proses pematangan otak harus diiringi dengan peluang untuk mengalami suatu dunia yang lebih luas. Dalam hal ini pendidikan harus memberikan lebih banyak kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang memungkinkan otaknya berkembang (Desmita, 2011:94). Minat anak pada usia sekolah dasar tertuju pada macam-macam aktivitas, semakin banyak ia berbuat maka makin bergunalah aktivitas tersebut bagi usaha pengembangan kepribadiannya (Abu Ahmadi dan Munawar Soleh, 2005: 117). Sedangkan menurut Desmita (2011:35) anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Pada usia ini perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna dan terkoordinasi dengan baik (Desmita, 2011:79). Siswa kelas V SD berada pada usia antara tahun. Untuk memperhalus keterampilan motorik pada usia ini dibutuhkan berbagai aktivitas fisik, seperti permainan informal (Desmita, 2011:80). Kegiatan belajar mengajar dikelas perlu didesain dengan model pembelajaran yang memperhatikan karakteristik siswa sekolah dasar khususnya siswa kelas V untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan model active learning tipe index card matching. Dengan model ini, siswa melakukan kegiatan mencocokan kartu indek sesuai dengan pasangannya. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar siswa dapat melihat, berbuat sesuatu, 28

44 terlibat aktif, serta mengalami langsung pembelajaran. Diharapkan berdampak pada pengembangan sikap dan peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA. E. Penelitian Relevan Penelitian yang relevan ini dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian yang relevan dengan penelitian penulis dan menunjukkan pentingnya untuk melakukan penelitian ini. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai berikut: 1. Penelitian tentang penerapan model active learning tipe index card matching terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa (penelitian tindakan kelas) E-Jurnal Universitas Lampung oleh Uswatun Uriah (2013) dengan judul Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe ICM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Index Card Matching pada mata pelajaran PKn kelas IVA SDN 1 Metro Barat berdampak pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa pada siklus I (52,40%), pada siklus II (60,33%) terjadi peningkatan sebesar 7,92%, pada siklus III (77,40%) dan terjadi peningkatan sebesar 17,77%. Ratarata hasil belajar siswa pada siklus I (60,19), pada siklus II (73,08) meningkat sebesar 12,89, pada siklus III (80,19) dan terjadi peningkatan sebesar 7,11. 29

45 2. Penelitian tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui strategi pembelajaran aktif index card matching E-Jurnal Universitas Surakarta oleh Edi Eryanto (2013) dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika melalui Strategi Pembelajaran Aktif Index Card Matching pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 3 Gondangrejo Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika yang dapat dilihat dari meningkatnya indikatorindikatornya meliputi: 1) siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru sebelum tindakan 20,58%, siklus I 47,06% dan siklus II 64,70%, 2) siswa mampu mengajukan pertanyaan sebelum tindakan 14,71%, siklus I 41,18% dan siklus II 67,65%, 3) siswa mampu mengemukakan pendapat sebelum tindakan 11.76%, siklus I 35,29% dan siklus II 61,76%, 4) siswa mampu mempresentasikan hasil pekerjaan sebelum tindakan 29,41%, siklus I 58,82% dan siklus II 82,35%. Siswa yang nilainya tuntas KKM sebelum tindakan 17,65%, siklus I 48,48% dan siklus II 75,76%. Hasil uraian di atas disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran aktif Index Card Matching dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. 3. Penelitian tentang penggunaan model kooperatif tipe index card matching dalam peningkatan pembelajaran IPA 30

46 E-Jurnal Universitas Sebelas Maret oleh Novita Muktiani (2013) dengan judul Penggunaan Model Kooperatif Tipe Index Card Matching dalam Peningkatan Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Karangrena 01 Maos Tahun Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Index Card Matching dalam pembelajaran IPA secara tepat, dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPA. F. Kerangka berpikir Kegiatan belajar mengajar yang baik adalah yang memungkinkan siswa untuk aktif melakukan aktivitas yang nantinya berpengaruh pada pencapaian kualitas belajar yang baik. Pada pelaksanaannya, kegiatan belajar mengajar cenderung berpusat pada guru sehingga kurang memberi peluang pada siswa untuk aktif melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya berpengaruh pada penurunan kualitas belajar siswa. Keadaan yang demikian, menuntut adanya sebuah pemecahan masalah dengan memilih pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sebagai alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan adalah active learning tipe index card matching. Model active learning tipe index card matching merupakan sebuah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif dalan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model ini memiliki keunggulan yaitu siswa dapat mengembangkan kemampuannya sendiri dan kemampuan pasangannya. Model active learning tipe index card matching diterapkan 31

47 dalam IPA bertujuan untuk membantu masalah-masalah siswa yang kurang aktif sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa yang nantinya berpengaruh pada hasil belajar siswa. G. Hipotesis tindakan Berdasarkan kerangka berpikir dan kajian teori yang, maka dari itu hipotesis yang dapat diajukan adalah penggunaan model active learning tipe index card matching dengan melibatkan seluruh siswa untuk mencari pasangan kartu kemudian mempresentasikan hasil pasangan kartu dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. H. Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel dalam penelitian ini: a. Model active learning tipe index card matching yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah berikut: Langkah-langkah dalam persiapan model active learning tipe index card matching yaitu: 1) Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyemai satu setengah jumlah siswa. 2) Pada kartu terpisah tulislah jawaban bagi setiap pertanyaanpertanyaan tersebut. Adapun langkah-langkah model active learning tipe index card matching yaitu: 1) Menjelaskan aturan pelaksanaan index card matching. 32

48 2) Berikan satu kartu pada setiap siswa. Sebagian memegang pertanyaan dan sebagian lain memegang jawaban. 3) Perintahkan siswa menemukan pasangan kartu yang sesuai. 4) Siswa yang telah menemukan pasangan kartu, diarahkan duduk bersama. 5) Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, arahkan peserta didik untuk mempresentasikan hasil pasangan kartu indeks. b. Keaktifan belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, dan kegiatan mental. 33

49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ni menggunakan model penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan (2) melaksanakan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2011:9). Salah satu pola PTK adalah pola kolaboratif yaitu PTK dirancang dan dilaksanakan oleh suatu tim yang biasanya terdiri atas guru, kepala sekolah, dosen LPTK, dan orang lain yang terlibat dalam tim peneliti (Wina Sanjaya, 2009:9). Kolaboratif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru kelas yang bersangkutan dan bekerja sama dengan peneliti yang bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas yaitu keaktifan siswa. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas VB sebagai pelaku tindakan. Hal ini dimaksudkan agar setiap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas mendapat hasil yang objektif. B. Model Penelitian Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart. Model ini memiliki tiga alur kerja yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan dan observasi, dan (3) refleksi (Fitri Yuliawati dkk, 2012:24). 34

50 Gambar 3. Model PTK Kemmis dan Taggart (Stephen Kemmis dan Robin McTaggart, 1990:11) Adapun langkah-langkah penelitian secara rinci pada setiap siklus sebagai berikut: 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Peneliti berkonsultasi dengan guru kelas tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi permasalahan pada pembelajaran IPA di kelas VB. b. Peneliti bersama guru kelas menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada model active learning tipe index card matching dengan materi pokok Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. c. Menyiapkan media pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS) dan media kartu indeks yang sesuai dengan materi. 35

51 d. Peneliti menyusun lembar observasi siswa dan guru pada pembelajaran IPA dengan menerapkan model active learning tipe index card matching. 2. Tindakan dan observasi Pada tahap tindakan guru melaksanakan pembelajaran dengan model active learning tipe index card matching yang telah direncanakan. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas pola kolaboratif, peneliti melakukan kerja sama dengan guru kelas melaksanakan pembelajaran. Guru berperan untuk melaksanakan proses pembelajaran dan peneliti berperan sebagai observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya serta mendokumentasikan kegiatan yang dilaksanakan. 3. Refleksi Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh melalui observasi. Refleksi dilakukan untuk upaya evaluasi bagi peneliti dan guru. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan model active learning tipe index card matching pada pembelajaran IPA. Pada refleksi ini, peneliti akan memutuskan siklus akan dilanjutkan atau tidak. 36

52 C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1, Guyangan, Nogotirto, Gamping, Sleman, dengan jumlah seluruh siswa sebanyak 31 yang terdiri dari 21 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun objek dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPA. D. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Demakijo 1 Kecamatan Nogotirto, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada bulan Januari sampai Februari di kelas VB semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan mengambil standar kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Kompetensi dasar 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Indikator menyebutkan macam-macam proses pelapukan batuan; menyebutkan bahan batuan yang keluar pada saat gunung api meletus; menyebutkan faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik yang digunakan adalah 1. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan satu teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana Syaodih, 2010:220). 37

53 Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati atau diteliti (Wina Sanjaya, 2009:86). Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran melalui model active learning tipe index card matching. Aspek aktivitas siswa yang diamati meliputi: (1) visual, (2) lisan, (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) mental. Aspek aktivitas guru yang diamati meliputi kesesuaian rencana dan implementasi pembelajaran serta keterampilan guru dalam menggunakan model active learning tipe index card matching. 2. Tes Tes merupakan pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran (Wina Sanjaya, 2009:99). Pada penelitian ini tes yang digunakan sebagai alat pengukur kemampuan kognitif siswa sebagai data pendukung keaktifan siswa dalam tindakan. 3. Catatan lapangan Catatan lapangan merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru (Wina Sanjaya, 2009: 98). Catatan lapangan digunakan untuk mengetahui segala aktivits siswa dan guru selama melakukan tindakan, sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan tindakan. 38

54 F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Eko Putro Widoyoko, 2012:51). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik sehingga lebih mudah untuk diolah. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa. 1. Lembar observasi Lembar observasi digunakan untuk mengamati dan mengumpulkan informasi aktivitas yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi kegiatan guru dan lembar obserbasi kegiatan siswa berupa cek point ( ) dengan pilihan ya dan tidak. Tabel 02. Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa Indikator Sub Indikator Nomor Visual Membaca Mengamati 1 poin a, b, c. Lisan Bertanya 2 poin a, b, c, d, e. Berpendapat Diskusi Presentasi Mendengarkan Mendengarkan presentasi 3 poin a, Mendengarkan penjelasan atau b, c, d, informasi e. Menulis Menulis jawaban LKS 4 poin a, Mencatat materi b Mental Menjawab LKS dan evaluasi 5 poin a, Mencocokan kartu Membuat kesimpulan b, c, d, e. 39

55 2. Tes Hasil Belajar Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan model active learning tipe index card matching. Dalam hal ini tes berupa soal objektif berjumlah sepuluh soal yang disusun oleh peneliti bersama dengan guru kelas sesuai dengan materi yang dipilih dalam penelitian. Tabel 03. Kisi-kisi Instrumen Soal Evaluasi Indikator Sub Indikator Nomor Soal Jumlah Soal menyebutkan Menyebutkan jenis batuan 2,4 2 bahan batuan yang keluar Menyebutkan jenis batuan 9 1 pada gunung meletus. saat api beku Membedakan ciri-ciri batu pada batuan beku, endapan, dan metamorf 1,6, 7,8 Menyebutkan manfaat batuan 3,5 2 4 Menyebutkan asal batuan 10 1 menyebutkan macam-macam proses pelapukan batuan. menyebutkan faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan. Menyebutkan jenis pelapukan 2,3, 4 4,5 Menjelaskan pelapukan 1 1 Membedakan jenis pelapukan menurut gambar Membedakan faktor penyebab pelapukan 7,8,9 3 6,10 2 Jumlah Soal 20 40

56 3. Catatan lapangan Catatan lapangan dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil pengamatan tindakan di dalam pembelajaran di kelas. Catatan lapangan berisikan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan model active learning tipe index card matching, sehingga dapat diketahui hambatan dan kendala yang ditemui dalam pembelajaran. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kamera digital. Alat tersebut digunakan untuk membantu melakukan pengamatan. G. Validasi Instrumen Validasi instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk yang dapat dilakukan dengan expert judgement dari dosen ahli. Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli, para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun tersebut (Sugiyono, 2010:352). Instrumen yang divalidasi adalah lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi kegiatan guru. Expert judgement dilakukan dengan dosen expert Ibu Unik Ambar Wati, M.Pd pada tanggal 15 Januari 2016 dengan hasil terlampir pada lampiran 02 halaman 93. H. Teknik Analisis Data Mengetahui keefektifan suatu model dalam pembelajaran diperlukan analisis data. Menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai 41

57 informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Wina Sanjaya, 2011:106). Pada penelitian ini digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan deskriptif kuantitatif sesuai dengan hasil yang diperoleh. 1. Analisis lembar observasi a. Analisis lembar observasi guru digunakan untuk mengamati keterlaksanaan RPP yang telah disusun. Dalam penelitian ini lembar observasi guru dianalisis dengan menggunakan kata-kata yang diolah menjadi kalimat yang bermakna. b. Analisis lembar observasi siswa digunakan sebagai pedoman untuk mengamati keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model active learning tipe index card matching. Data dalam lembar observasi keaktifan siswa berupa pemberian check point ( ) pada pernyataan ya dan tidak dengan skor 1 pada pilihan ya dan skor 0 pada pilihan tidak. Data dari lembar observasi keaktifan siswa dianalisis dengan deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan data berupa angka kemudian dicari persentasenya. Perhitungan untuk persentase keaktifan siswa menggunakan rumus berikut. (Ngalim Purwanto, 2013:102) 42

58 Keterangan: NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap Menentukan kriteria penilaian tentang hasil observasi aktivitas siswa, maka dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Adapun kriteria persentase tersebut menurut Ngalim Purwanto (2010: 103 ) adalah sebagai berikut. Tabel 04. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Prenstase (%) Keterangan Sangat Baik Baik Cukup Kurang 54 Sangat Kurang I. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan yang ingin dicapai penelitian ini adalah: Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila presentase keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA 75% dari jumlah siswa keseluruhan. 43

59 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diuraikan adalah data mengenai keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebelum menggunakan model active learning tipe index card matching dan pelaksanaan tiap-tiap siklus untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model active learning tipe index card matching. 1. Deskripsi Kondisi Awal Siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 dalam penelitian ini berjumlah 31 siswa, terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Berdasarkan hasil pengamatan sebelum dilakukan tindakan selama proses pembelajaran siswa terbagi menjadi enam kelompok namun tujuan duduk dengan kelompok belum tercapai bahkan memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan yang tidak mendukung proses pembelajaran misalnya berbicara dengan teman dikelompoknya; berbuat usil dengan menyembunyikan alat tulis teman dikelompoknya; mengambil buku teman secara paksa sehingga menimbulkan keributan, ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa yang duduk dikelompok bagian pojok belakang berbicara dengan teman sekelompok namun topik pembicaraan diluar materi pelajaran, saat diberi tugas berupa soal ada siswa yang sama sekali tidak mengerjakan, ketika melakukan pembahasan soal siswa menjawab cenderung siswa yang sama. 44

60 Persentase Hal ini berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa kelas VB. Rata-rata nilai ulangan harian IPA yaitu 60,32 dan rata-rata nilai ulangan tengah semester adalah 48,26. Tentu saja angka tersebut menunjukan hasil yang kurang optimal karena syarat ketuntasan minimal adalah 60,5. 2. Pra Tindakan Pra tindakan dilakukan sebelum pelaksanaan siklus I yaitu pada Sabtu 16 Januari 2016 pukul dengan melakukan observasi aktivitas untuk mengukur keaktifan siswa pada pelajaran IPA, lembar penyajian data yang digunakan terdapat pada lampiran 2, halaman 106. Data keaktifan siswa sebagai berikut: 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 32,26 11,61 20,00 43,55 0,00 aktivitas % Pra Tindakan Gambar 04. Diagram Batang Keaktifan Siswa Pra Tindakan Berdasarkan diagram batang di atas prersentase rata-rata yang diperoleh siswa pada aktivitas visual yaitu 32,26%, aktivitas lisan persentase rata-rata yang diperoleh yaitu 11,61%, pada aktivitas mendengarkan diperoleh persentase rata-rata 20%, pada aktivitas 45

61 menulis persentase rata-rata yang diperoleh yaitu 43,55% dimana persentase menulis ini merupakan perolehan tertinggi dari aktivitas yang diukur, sedangkan aktivitas mental persentase rata-rata yang diperoleh yaitu 0%. Data tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada mata pelajara IPA masih sangat rendah karena kurang dari 75%. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru harus mampu memilih model pelajaran yang dapat meningkatkan kekatifan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data hasil observasi yang diperoleh, peneliti merencanakan sebuah penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kekatifan siswa kelas VB pada pelajaran IPA dengan model active learning tipe index card matching. 3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 mata pelajaran IPA dilakukan dalam dua siklus, dengan dua pertemuan pada masing-masing siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran Siklus pertama dilakukan pada Rabu dan Sabtu, 20 dan 23 Januari 2016 dengan materi batuan yang keluar saat gunung api meletus. Siklus kedua dilakukan pada Rabu dan Kamis, 27 dan 28 Januari 2016 dengan materi pelapukan batuan. Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Taggart yang mencakup tiga tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) 46

62 tindakan dan observasi, (3) refleksi. Ketiga tahapan tersebut dilaksanakan pada setiap siklus. a. Perencanaan Tindakan Siklus I Siklus I dimulai dengan membuat desain pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi batuan yang keluar saat gunung api meletus. 1) Pada tahap perencanaan tindakan peneliti dan guru berkolaborasi menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa. 2) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS, dan lembar evaluasi. Soal evaluasi disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dari guru kelas. 3) Meyiapkan kartu pertanyaan dan jawaban sebagai media pembelajaran dalam active learning tipe index card matching. 4) Menyusun lembar observasi dan catatan lapangan. Lembar observasi digunakan untuk mengukur keaktifan siswa dan mengamati aktivitas guru selama pembelajaran IPA berlangsung. Catatan lapangan digunakan untuk hal-hal yang terjadi selama proses tindakan yang tidak terekam oleh lembar observasi. 5) Menyiapkan kamera yang digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas siswa dan guru selama tindakan. 47

63 6) Peneliti dan guru melakukan simulasi langkah model active learning tipe index card matching sebelum memberikan tindakan kepada siswa. b. Tindakan Siklus I 1) Pertemuan Pertama pada Siklus I Pertemuan pertama pada siklus I dilakukan pada Rabu, 20 Januari 2016 dengan materi batuan yang keluar pada saat gunung api meletus. Pembelajaran dilaksanakan pada jam pelajaran pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2 x 35 menit pukul guru bertindak sebagai pengajar, peneliti sebagai observer, dan dua orang observer pendamping. (1) Kegiatan awal Pada kegiatan awal sebelum proses pembelajaran, guru bersama peneliti menyiapkan RPP, LKS,media kartu indeks, dan lembar evaluasi. Guru terlebih dahulu menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan berbaris, berdoa, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Guru melakukan presensi sekaligus peneliti memasangkan kartu pengenal yang berisika nomor presensi kepada siswa untuk memudahkan mengamati aktivitas siswa. Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan apersepsi anak-anak apakah kalian tahu fenomena gunung meletus?, tahu bu siswa menjawab saling bersahutan. 48

64 ketika gunung meletus, apa saja yang dikeluarkan?, wedus gembel bu, asap bu, api, debu, kerikil siswa menjawab saling bersahutan. ya betul sekali, nah api yang keluar itu disebut lava yang nantinya akan menjadi batuan. Nah sekarang kita akan belajar tentang batuan yang keluar saat gunung api meletus (Lampiran 6, Gambar 07). Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran (Lampiran 6, Gambar 08). (2) Kegiatan inti Pada kegiatan inti, siswa ditugaskan untuk membaca materi batuan yang keluar pada saat gunung api meletus (Lampiran 6, Gambar 09), kemudian mendiskusikan materi tersebut dengan kelompok (Lampiran 6, Gambar 10). Guru membimbing siswa berdiskusi dalam kelompok (Lampiran 6, Gambar 11). Hasil diskusi dituliskan kedalam LKS yang disediakan (Lampiran 6, Gambar 12). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kemudian menjelaskan materi pelajaran (Lampiran 6, Gambar 13). Tindakan selanjutnya yaitu: Tahap pertama, guru menyampaikan aturan penggunaan index card matching. Seluruh siswa menyimak dengan serius (Lampiran 6, Gambar 14). 49

65 Tahap kedua, siswa menerima kartu indeks secara acak (Lampiran 6, Gambar 15). Tahap ketiga, guru mengarahkan siswa untuk mencari pasangan kartu sesuai pertanyaan/ jawaban yang tertera pada kartu. Dua orang siswa nampak bertanya kepada guru. Siswa lain tetap sibuk mencari pasangan kartu yang sesuai. Seluruh siswa terlihat sangat bersemangat mencari pasangan kartu disertai juga dengan suara yang kencang (Lampiran 6, Gambar 16). Tahap empat, guru mengarahkan siswa yang sudah menemukan pasangan kartu untuk duduk berpasagan. Pada tahap ini, siswa perempuan yang harus berpasangan dengan siswa laki-laki terlihat malu untuk duduk berpasangan (Lampiran 6, Gambar 17). (3) Kegiatan penutup Pada kegiatan penutup, siswa ditugaskan untuk mengisi nama sendiri dan nama pasangan pada kartu untuk memudahkan presentasi pada pertemuan selanjutnya. Guru menugaskan siswa untuk membaca materi di rumah. Mata pelajaran IPA berada di jam pelajaran pertama dan kedua sehngga tidak ditutup dengan doa (Lampiran 6, Gambar 18). 50

66 2) Pertemuan Kedua pada Siklus I Pertemuan kedua pada sikus I dilaksanakan pada Sabtu, 23 Januari 2016 dengan melanjutkan materi batuan yang keluar pada saat gunung api meletus. Pembelajaran dilaksanakan pada jam pelajaran ketiga dan keempat dengan alokasi waktu 2 x 35 menit pukul (1) Kegiatan awal Kegiatan awal dilakukan dengan memberi kartu pengenal berupa nomor presensi kepada siswa. Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengingat materi pelajaran. Siswa menjawab secara bersahutan. (2) Kegiatan Inti Siswa diberi kesempatan untuk membaca materi batuan yang keluar saat gunung api meletus dan guru berkeliling untuk memantau siswa (Lampiran 6, Gambar 19). Sebelum membagikan kartu indeks sesuai nama siswa, guru kembali membacakan petunjuk penggunaan kartu indeks dan menjelaskan bahwa saat ini hanya akan dilakukan tahap terakhir yaitu presentasi hasil mencocokan kartu indeks (Lampiran 6, Gambar 20). Siswa diarahkan untuk duduk tenang, pasangan siswa yang duduk paling tenang disilakan untuk 51

67 presentasi pertama (Lampiran 6, Gambar 22). Guru melemparkan pertanyaan kepada siswa lain setiap pasangan siswa selesai presentasi untuk membuktikan kebenaran pasangan kartu indeks (Lampiran 6, Gambar 23). (3) Kegiatan Penutup Siswa ditugaskan mengumpulkan kartu indeks, kemudian guru membacakan aturan pengisian soal evaluasi (Lampiran 6, Gambar 24 dan 25). Dua orang siswa menawarkan diri untuk membagikan soal evaluasi. siswa yang sudah selesai mengerjakan soal evaluasi diperbolehkan untuk istirahat. Pelajaran tidak ditutup dengan doa dan salam karena setelah jam istirahat akan kembali dilanjutkan dengan mata pelajaran lain (Lampiran 6, Gambar 26). c. Observasi Tindakan Sikus I 1) Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pada pertemuan pertama, secara keseluruhan guru melaksanakan pelajaran dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pada RPP. Guru cukup menguasai pelajaran dengan model active learning tipe index card matching karena sebelumnya sudah dilakukan diskusi langkah kerja dan simulasi sederhana. guru menyiapkan 52

68 ruang belajar, media pembelajaran, dan membawa RPP yang disusun. Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan baik dan runtut, mulai dari menyiapkan siswa untuk belajar, melakukan apersepsi yang sesuai dan mengaitkan dengan pengalaman siswa, serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru terlihat menguasai kelas dengan berpindah dari kelompok satu ke kelompok lainnya untuk memastikan siswa tetap terkondisikan. Kegiatan inti, guru membimbing diskusi kelompok kecil secara bergantian, memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan merespon pertanyaan siswa. Memasuki langkah index card matching guru sesekali bertanya kepada peneliti apakah saya sudah melakukan dengan baik?. Pada pertemuan ini langkah index card matching dilakukan sampai langkah ke empat yaitu mencari pasangan kartu indeks dan duduk berdekatan sesuai pasangan. Saat proses pembelajaran berlangsung guru kurang memanfaatkan papan tulis untuk menulis materi-materi yang dianggap penting, guru menyampaikan secara lisan kepada siswa. Pada jam istirahat, guru dan peneliti melakukan diskusi untuk merefleksi pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Pada pertemuan kedua, guru lebih percaya diri untuk melaksanakan pembelajaran. Guru mengajak siswa 53

69 mengingat materi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca kembali materi batuan yang keluar saat gunung api meletus. Guru membagikan kartu indeks sesuai dengan nama siswa yang terdapat pada kartu. Sebelum membimbing siswa untuk mempresentasikan hasil mencari pasangan kartu indeks, siswa diarahkan untuk duduk tenang. Guru membimbing presentasi hasil mencari pasangan kartu indeks. Guru melempar pertanyaan kepada siswa lain setiap pasangan siswa selesai melakukan presentasi untuk mengonfirmasi kecocokan kartu. Guru menugaskan siswa untuk mengumpulkan kartu indeks, kemudian membacakan petunjuk pengisian soal evaluasi. Pada kegiatan penutup ini guru melewatkan satu kegiatan yaitu membimbing siswa membuat kesimpulan. Selama proses pembelajaran guru menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang baik dan jelas. 2) Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pada penelitian ini peneliti membuat kartu tanda pengenal berupa nomor presensi siswa untuk memudahkan peneliti dalam mengamati aktivitas siswa. Peneliti yang bertindak sebagai observer mengajak dua orang teman 54

70 observer untuk bekerja sama mengamati aktivitas siswa dan guru. Observer satu mengobservasi siswa yang berada pada kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3, observer dua mengobservasi siswa yang berada pada kelompok 4, kelompok 5, dan kelompok 6 serta observer tiga mengobservasi aktivitas guru. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa siklus I menunjukan adanya peningkatan dari pra tindakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan pada butir butir indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model active learning tipe index card matching. Hasil observasi pada aktivitas visual menunjukkan bahwa 27 dari 30 siswa yang hadir membaca materi pelajaran. Saat dibagikan LKS, 28 siswa membaca isi dari LKS dengan sungguh-sungguh. Setelah dibagikan kartu indeks, seluruh siswa mengamati kartu dengan sungguhsungguh untuk mencari pasangan yang sesuai dengan petunjuk. Hasil observasi aktivitas lisan menunjukkan bahwa 25 siswa melakukan aktivitas diskusi dalam kelompok dengan baik, ketika guru membuat pertanyaan atau pernyataan ada 8 siswa yang menaggapi. Saat diberi 55

71 kesempatan bertanya hanya 2 siswa yang melakukan aktivitas bertanya terkait hal-hal yang kurang jelas kepada guru. Pada kegiatan presentasi, seluruh siswa melakukan presentasi hasil mencocokan kartu dengan baik dan menggunakan bahasa yang jelas. Namun, siswa perempuan yang berpasangan dengan laki-laki Nampak malu-malu dengan suara pelan saat presentasi. Hasil observasi aktivitas mendengarkan menunjukkan bahwa seluruh siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru, 23 siswa mendengarkan penjelasan guru terkait materi dan 30 siswa mendengarkan petunjuk penggunaan kartu indeks dengan sungguh-sungguh. Namun, karena antusias yang tinggi dalam mencari pasangan kartu, siswa berpindah-pindah dan membuat keributan dengan membaca isi kartu dengan suara kencang agar dapat segera menemukan pasangan kartu. Ketika guru membimbing presentasi, 8 siswa yang duduk di kelompok depan bergurau dengan teman dan tidak mendengarkan presentasi. Ketika ada siswa yang menyampaikan pertanyaan, hanya 4 siswa yang memperhatikan. Hasil observasi aktivitas menulis menunjukkan bahwa siswa 24 siswa menulis jawaban LKS. Siswa 56

72 menulis jawaban pada LKS secara bergantian dalam kelompok masing-masing.aktivitas menulis inti-inti materi dilakukan oleh 26 siswa, sisanya hanya membaca. Hasil observasi aktivitas mental menunjukan bahwa 23 siswa menjawab pertanyaan pada LKS. Seluruh siswa aktif dalam kegiatan mencari pasangan yang cocok dengan kartu indeks masing-masing, siswa berpindah-pindah sembari mencocokan isi kartu indeks dengan teman yang ditemuinya. Pada kegiatan mental selanjutnya yaitu mengerjakan soal evaluasi,seluruh siswa mengerjakan sendiri dengan sungguh-sungguh. d. Refleksi Tindakan Siklus I Refleksi pada sikus I bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru dan peneliti melakukan evaluasi terhadap langkah-langkah pembelajaran yang telah dilakukan untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan, evaluasi, dan diskusi dengan guru ada beberapa hal yang dapat direfleksikan agar pelaksanaan pembelajaran IPA dengan model active learning tipe index card matching di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman dapat meningkatkan keaktifan siswa. Ditinjau dari kualitas proses pembelajaran IPA dengan model active learning tipe index card matching mengalami 57

73 Persentase peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya partisipasi siswa secara aktif dan keantusiasan siswa mengikuti tahap-tahap pembelajaran dengan model active learning tipe index card matching pada siklus I. Namun masih ada beberapa siswa yang bergurau saat diminta untuk mengikuti tahap-tahap pembelajaran. Hasil keaktifan siswa diperoleh dari perhitungan butir indikator keaktifan siswa pada setiap pertemuan (Lampiran 2, halaman 107). Persentase keaktifan siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari pra tindakan. Akan tetapi, beberapa indikator keaktifan peningkatannya belum mencapai 75%. Pada penelitian ini ditetapkan bahwa penelitian dikatakan berhasil apabila mengalami peningkatan 75%. Berikut ini diagram peningkatan kekatifan siswa dari pra tindakan hingga siklus I. 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 32,26 91,40 11,61 58,71 20,00 70,32 43,55 80,65 0,00 72,90 Aktivitas % Pra Tindakan % Siklus I Gambar 05. Diagram Batang Peningkatan Persentase Keaktifan siswa pada Siklus I 58

74 Diagram diatas menunjukkan bahwa pada siklus I keseluruhan aspek sudah mengalami peningkatan dari pra tindakan. Aktivitas visual mengalami peningkatan dari 32,26% menjadi 91,40%. Aktivitas lisan mengalami peningkatan dari 11,61% menjadi 58,71%. Aktivitas mendengarkan mengalami peningkatan dari 20% menjadi 70,32%. Aktivitas menulis mengalami peningkatan dari 43,35% menjai 80,65%. Kegiatan mental mengalami peningkatan dari 0% menjadi 72,90%. Persentase aktivitas lisan, mendengarkan dan mental belum dapat disebut berhasil karena belum mencapai 75%. Pada penelitian ini ditetapkan bahwa penelitian dikatakan berhasil apabila mengalami peningkatan 75%. Pada siklus I masih terdapat kendala dan hambatan yang dighadapi peneliti dan guru selama melakukan tindakan. Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan, berikut merupakan temuan refleksi siklus I dan rencana perbaikan. 59

75 Tabel 05. Refleksi Siklus I dan Rencana Perbaikan No. Temuan Refleksi Rencana Perbaikan 1. Guru mengaku takut melakukan Melakukan simulasi dan kesalahan ketika melakukan diskusi sebelum tahapan index card matching. melaksanakan tindakan di kelas. 2. Siswa yang mendapatkan Siswa yang mendapatkan pasangan kartu dengan siswa pasangan kartu dengan lawan jenis merasa malu dan meminta guru untuk bertukar siswa lawan jenis diberi penguatan oleh guru bahwa pasangan kartu. ini adalah sebuah 3. Siswa sangat bersemangat sehingga sulit untuk tidak mengeluarkan suara yang kencang saat mencari pasangan kartu. 4. Guru belum menggunakan papan tulis sebagai media untuk mencatat pokok materi. 5. Guru melewatkan satu langkah pada kegiatan penutup pembelajaran yaitu membimbing siswa membuat kesimpulan, sehingga peneliti belum dapat mengobservasi siswa saat membuat kesimpulan 6. Persentase aktivitas lisan, mendengarkan, dan mental sudah meningkat namun belum mencapai 75%. permainan. Sebelum mencari pasangan kartu indeks, guru dan siswa membuat perjanjian untuk tidak bersuara terlalu kencang. Jika ada yang melanggar maka akan diberi sanksi berupa teguran sampai ditulis di papan ribut. Guru mencatat materi pokok di papan tulis, untuk memudahkan pemahaman siswa. Melakukan simulasi dan diskusi sebelum melaksanakan tindakan di kelas. Diasakan siklus II untuk meningkatkan persentase tiap-tiap aktivitas. a. Perencanaan Tindakan Siklus II Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I yang belum mencapai target keberhasilan penelitian. Pada siklus II juga dirancang penelitian dengan menggunakan model active learning tipe index card matching pada pelajaran IPA 60

76 materi pelapukan batuan. Perbedaan siklus I dan siklus II penambahan beberapa kegiatan. Hal ini berdasarkan pertimbangan hasil refleksi siklus I. Sama seperti siklus I, siklus II dimulai dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi pelapukan batuan. 1) Pada tahap perencanaan tindakan peneliti dan guru berkolaborasi menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa. 2) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS, dan lembar evaluasi. Soal evaluasi disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dari guru kelas. 3) Meyiapkan kartu pertanyaan dan jawaban sebagai media pembelajaran dalam active learning tipe index card matching. 4) Menyusun lembar observasi dan catatan lapangan. Lembar observasi digunakan untuk mengukur keaktifan siswa dan mengamati aktivitas guru selama pembelajaran IPA berlangsung. Catatan lapangan digunakan untuk hal-hal yang terjadi selama proses tindakan yang tidak terekam oleh lembar observasi. 61

77 5) Menyiapkan kamera yang digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas siswa dan guru selama tindakan. 6) Peneliti dan guru melakukan simulasi langkah model active learning tipe index card matching sebelum memberikan tindakan kepada siswa. b. Tindakan Siklus II 1) Pertemuan Petama pada Siklus II Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan hari Rabu, 27 Januari 2016 pada jam pelajaran pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yaitu pukul Guru sebagai pengajar, peneliti sebagai observer 1, dan dua orang teman peneliti sebagai observer 2 dan observer 3. (1) Kegiatan awal Sebelum pembelajaran dimulai, guru dan peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS, kartu indeks, dan lembar evaluasi serta melakukan diskusi tentang pelaksanaan pembelajaran. Guru menyiapkan siswa untuk memasuki ruang kelas, berdoa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Guru melakukan presensi kehadiran siswa sekaligus memberikan kartu pengenal berupa nomor presensi. 62

78 Guru dan siswa mengingat pelajaran sebelumnya dan mengaitkan materi batuan yang keluar saat gunung api meletus dengan materi pelapukan batun. Siswa menyimak apersepsi yang diberikan guru tentang pelapukan batuan (Lampiran 6, Gambar 27). Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pelajaran (Lampiran 6, Gambar 28). (2) Kegiatan inti Guru menggali pengetahuan siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan. Guru membagikan materi pelapukan batuan (Lampiran 6, Gambar 29). Siswa ditugaskan untuk membaca materi pelapukan batuan dan berdiskusi bersama kelompok (Lampiran 6, Gambar 30 dan 31). Siswa menuliskan hasil diskusi pada LKS (Lampiran 6, Gambar 32). Guru membimbing siswa dalam diskusi dan pengisian LKS (Lampiran 6, Gambar 33). Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang kurang jelas kemudian guru menjelaskan materi dan menulis inti materi di papan tulis (Lampiran 6, Gambar 34, 35, dan 36). 63

79 Guru mengumumkan bahwa pelajaran hari ini masih menggunakan kartu indeks. Selanjutnya masuk ke tahapan index card matching, yaitu: Tahap pertama, guru menyampaikan petunjuk penggunaan kartu indeks. Ada salah satu siswa yang menyatakan bahwa dirinya masih ingat petunjuk penggunaan kartu indeks. Guru mengocok kartu indeks agar tercampur antara pertanyaan dengan jawaban sambil menyampaikan bahwa ketika mencari pasangan kartu indeks, siswa tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan suara yang kencang (Lampiran 6, Gambar 37). Tahap kedua, guru membagikan kepada siswa secara acak. Siswa diminta untuk menganggat kartu indeks yang didapatkan kemudian diarahkan untuk mengamati isi dari kartu indeks yang didapatkan (Lampiran 6, Gambar 38). Tahap ketiga, siswa disilakan untuk mulai mencari pasangan kartu indeks. Guru memperingati siswa untuk tidak mengeluarkan suara kencang dengan memanggil nama siswa (Lampiran 6, Gambar 39). 64

80 Tahap keempat, guru mengarahkan siswa untuk duduk dengan teman yang membawa pasangan kartu. Kemudian guru mengarahkan siswa mengangkat kartu indeks masing-masing untuk memfokuskan siswa (Lampiran 6, Gambar 40 dan 41). (3) Kegiatan penutup Pada kegiatan ini, siswa ditugaskan untuk memberi nama pada kartu indeks untuk memudahkan pembagian kartu pada pertemuan selanjutnya. Selanjutnya siswa mengumpulkan kartu indeks kepada guru. Guru mengingatkan siswa untuk membaca materi pelapukan batuan di rumah. Pertemuan pertama pada sikus II tidak ditutup dengan doa karena akan dilanjutkan dengan pelajaran lainnya. 2) Pertemuan Kedua pada Siklus II Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan hari Kamis, 24 Januari 2016 pada jam pelajaran ketiga dan keempat dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yaitu pukul perpindahan jadwal IPA atas permintaan guru, karena pada hari Sabtu, 30 Januari 2016 akan diselenggarakan. 65

81 (1) Kegiatan awal Pertemuan kedua pada siklus II diawali dengan memberikan tanda pengenal berupakartu yang berisi nomor presensi pada masing-masing siswa. Guru bertanya jawab dengan siswa terkait materi pelapukan batuan. Siswa diberi kesempatan untuk membaca kembali materi pelapukan batuan. (2) Kegiatan inti Siswa menerima kartu indeks masing-masing dan ditugaskan untuk mencocokan kembali kartu indeks dengan pasangannya. Siswa diberi kesempatan untuk mencari pasangan kartu indeks jika dirasa kurang sesuai (Lampiran 6, Gambar 42). Guru menyiapkan siswa untuk presentasi. Presentasi dimulai oleh siswa yang duduk tenang dan siap (Lampiran 6, Gambar 43). Setelah masing-masing pasangan membacakan hasil menocokkan kartu indeks, guru melemparkan pertanyaan kepada siswa lain untuk mengonfirmasi kecocokan antara jawaban dan pertanyaan kartu indeks (Lampiran 6, Gambar 44). (3) Kegiatan penutup Siswa diminta untuk mengumpulkan kartu indeks. Guru memandu siswa untuk membuat 66

82 kesimpulan (Lampiran 6, Gambar 45). Selanjutnya siswa menyimak aturan pengerjaan soal evaluasi. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu (Lampiran 6, Gambar 46). Siswa yang sudah selesai mengerjakan soal evaluasi diperbolehkan mengumpulkan dan kembali duduk ketempat semula. Setelah seluruh siswa mengumpulkan, guru menutup pelajaran dengan salam dan siswa diperbolehkan istirahat. c. Observasi Siklus II 1) Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II Pada pertemuan pertama siklus II, secara keseluruhan guru melaksanakan pelajaran dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pada RPP dan lebih percaya diri dibandingkan dengan siklus I. Guru menguasai pelajaran dengan model active learning tipe index card matching karena sebelumnya sudah dilakukan diskusi langkah kerja dan simulasi sederhana. guru menyiapkan ruang belajar, media pembelajaran, dan membawa RPP yang disusun. Kegiatan pendahuluan dilakukan dengan baik dan runtut, mulai dari menyiapkan siswa untuk 67

83 belajar, melakukan apersepsi yang sesuai dan mengaitkan dengan pengalaman siswa, serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru terlihat menguasai kelas dengan berpindah dari kelompok satu ke kelompok lainnya untuk memastikan siswa tetap terkondisikan. Kegiatan inti, guru membimbing diskusi kelompok kecil secara bergantian, memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan merespon pertanyaan siswa. Saat memasuki langkah index card matching guru sudah mantap melakukan tahapan-tahapan Pada pertemuan ini langkah index card matching dilakukan sampai langkah ke empat yaitu mencari pasangan kartu indeks dan duduk berdekatan sesuai pasangan. Guru sudah melakukan perbaikan beberapa aktivitas sesuai hasil refleksi siklus I. Guru menulis materi pokok pada papan tulis. Pada jam istirahat, guru dan peneliti melakukan diskusi untuk merefleksi pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan pembelajaran dengan runtut. Guru mengajak siswa mengingat kembali materi pelapukan batuan, 68

84 kemudian menugaskan siswa untuk membaca materi pelapukan batuan. Guru membagikan kartu indeks sesuai nama yang tertulis pada kartu indeks dan membacakan aturan penggunaan kartu indeks. Siswa diminta untuk mengangkat kartu yang didapatkan. Guru membimbing presentasi, dan mendampingi siswa yang mendapat pasangan lawan jenis agar tidak malu untuk mempresentasikan hasil mencocokan kartu. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan materi pelajaran. Guru menugaskan siswa mengumpulkan kartu indeks dan menjelaskan petunjuk pengerjaan soal evaluasi. Guru menugaskan kepada siswa untuk tetap membaca materi pelajaran di rumah. selama proses pembelajaran, guru menggunakan bahasa Indonesia dan sesekali menggunakan bahasa Jawa yang baik dan jelas. Guru menutup pelajaran dengan salam. 2) Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pada penelitian ini peneliti membuat kartu tanda pengenal berupa nomor presensi siswa untuk memudahkan peneliti dalam mengamati aktivitas siswa. Peneliti yang bertindak sebagai observer 69

85 mengajak dua orang teman observer untuk bekerja sama mengamati aktivitas siswa dan guru. Observer satu mengobservasi siswa yang berada pada kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3, observer dua mengobservasi siswa yang berada pada kelompok 4, kelompok 5, dan kelompok 6 serta observer tiga mengobservasi aktivitas guru. Hasil observasi aktivitas siswa siklus II menunjukkan adanya peningkatan dari pra tindakan dan siklus I. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan pada butir butir indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model active learning tipe index card matching. Hasil observasi pada aktivitas visual menunjukkan bahwa 30 dari 30 siswa yang mengikuti pelajaran membaca materi pelajaran pelapukan batuan. Seluruh siswa membaca isi LKS di masing-masing kelompok. Saat dibagikan kartu indeks, seluruh siswa mengamati isi kartu indeks yang didapatkan (Lampiran 2, halaman108). Hasil observasi aktivitas lisan menunjukkan bahwa seluruh siswa melakukan diskusi dengan 70

86 kelompok. Ketika guru bertanya dan memberi kesempatan bertanya, 24 siswa menanggapi pertanyaan guru. Pada kegiatan presentasai seluruh siswa melakukan presentasi materi dengan menggunakan bahasa lisan yang jelas. Hasil observasi aktivitas mendengarkan menunjukkan bahwa seluruh siswa mendengarkan tujuan pelajaran dan penjelasan guru terkait materi pelapukan batuan. Seluruh siswa juga mendengarkan petunjuk penggunaan kartu indeks dari guru. Hasil observasi aktivitas menulis menunjukkan bahwa 27 siswa mencatat inti pelajaran dan 26 siswa menulis LKS dalam kelompok secara bergantian, siswanya hanya membantu teman dengan membacakan jawaban. Hasil aktivitas mental menunjukkan bahwa seluruh siswa menjawab pertanyaan pada LKS dengan baik. Seluruh siswa aktif mencari pasangan kartu indeks dengan berpindah-pindah untuk mencari isi pasangan kartu yang sesuai. Karena antusias yang tinggi dan ingin cepat menemukan pasangan, beberapa siswa membaca isi kartu dengan 71

87 kencang, namun hal itu tidak berlangsung lama karena mendapat teguran dari guru. Kegiatan yang terakhir yaitu mengerjakan soal evaluasi, seluruh siswa megerjakan soal evaluasi secara individu. d. Refleksi Tindakan Siklus II Refleksi tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru dan peneliti melakukan evaluasi untuk menentukan kelanjutan siklus. Ditinjau dari kualitas proses pembelajaran IPA dengan model active learning tipe index card matching mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya partisipasi siswa secara aktif dan keantusiasan siswa mengikuti tahap-tahap pembelajaran dengan model active learning tipe index card matching pada siklus II. Hasil keaktifan siswa diperoleh dari perhitungan butir indikator keaktifan siswa pada setiap pertemuan. Persentase keaktifan siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari pra tindakan dan siklus I. Pada siklus II setiap indikator sudah mencapai peningkatan 75%. Hal ini menunjukkan bahwa model active learning tipe index card matching berhasil meningkatkan keaktifan 72

88 Persentase siswa pada mata pelajaran IPA kelas VB SD Negeri Demakijo 1. Berikut ini diagram peningkatan persentase keaktifan siswa pra tindakan, siklus I, dan siklus II. 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 96,77 91,40 93,55 93,55 89,03 85,48 80,65 70,32 72,90 58,71 43,55 32,26 20,00 11,61 0,00 Aktivitas % Pra Tindakan % Siklus I % Siklus II Gambar 06. Diagram Batang Peningkatan Persentase Keaktifan Siswa pada Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II Diagram diatas menunjukkan bahwa pada siklus II Keseluruhan aspek mengalami peningkatan dari pra tindakan dan siklus I. Aktivitas visual mengalami peningkatan dari 91,40% menjadi 96,77%. Aktivitas lisan mengalami peningkatan dari 58,71% menjadi 89,03%. Aktivitas mendengarkan mengalami peningkatan dari 70,32% menjadi 93,55%. Aktivitas menulis mengalami peningkatan dari 80,65% menjadi 73

89 85,48%. Aktivitas mental mengalami peningkatan dari 72,90% menjadi 93,55%. Seluruh aktivitas pada siklus II mengalami peningkatan mencapai 75%. Dari perolehan tersebut, penelitian ini dikatakan berhasil dan siklus dihentikan pada siklus II. B. Pembahasan Hasil Penelitian Mata pelajaran IPA di sekolah dasar ditekankan pada pembelajaran sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (Sri Sulistyorini, 2007:39). Oleh karena itu, IPA untuk anak SD harus dimodifikasi agar anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide dan konsep-konsep harus disederhanakan agar sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya (Srini M. Iskandar, 1997:1). John S. Richardson dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligi (1993:12) menyarankan menggunakan tujuh prinsip dalam proses belajar mengajar agar suatu kegiatan IPA dapat berhasil. Ketujuh prinsip itu adalah (1) prinsip keterlibatan siswa secara aktif, (2) prinsip belajar berkesinambungan, (3) prinsip motivasi, (4) prinsip multi saluran, (5) prinsip penemuan, (6) prinsip totalitas, (7) prinsip perbedaan individual. Agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar maka guru harus memilih model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif melakukan aktivitas belajar sehingga siswa mampu mempelajari suatu pelajaran dan tercermin dari hasil belajarnya. Salah satu model yang 74

90 dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa yaitu active learning tipe index card matching. Active learning dipandang dapat menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran sehingga dapat mengubah cara belajar yang berpusat pada guru (teacher center) menjadi belajar yang berpusat pada siswa (student center). Tahap pertama dalam model active learning tipe index card matching adalah siswa menyimak penjelasan guru tentang petunjuk index card matching dengan butir indikator pengamatan dari aspek aktivitas mendengarkan yaitu mendengarkan penjelasan arahan/petunjuk penggunaan index card/ kartu indeks. Selanjutnya, tahap model active learning tipe index card matching yaitu siswa menerima kartu indeks secara acak dan mengamati isi dari kartu indeks dengan butir indikator pengamatan dari aspek aktivitas visual yaitu mengamati media berupa kartu indeks dan aspek aktivitas mental yaitu mencari pasangan kartu indeks yang sesuai serta aspek aktivitas lisan yaitu menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan bertanya menggunakan bahasa yang jelas. Tahap ketiga, siswa yang sudah mendapatkan pasangan kartu duduk berdekatan dengan teman yang memegang kartu yang sesuai dengan miliknya. Siswa kembali mencocokkan pasangan kartu, jika dirasa belum cocok siswa kembali mencari kartu indeks lain. Aktivitas tersebut masuk pada aspek aktivitas mental yaitu mencocokkan ini pada pasangan kartu indeks. Selanjutnya siswa mempresentasikan hasil mencari dan mencocokkan pasangan kartu indeks dengan butir pengamatan aspek 75

91 aktivitas lisan yaitu mempresentasikan hasil mencocokan kartu indeks dan aspek aktivitas mendengar yaitu mendengarkan presentasi dari teman. Kemudian guru melemparkan pertanyaan kepada siswa lain untuk mengonfirmasi kebenaran pasangan kartu, siswa menjawab pertanyaan guru dengan butir pengamatan aspek aktivitas lisan yaitu menanggapi pertanyaan/pertnyataan guru. Pada aktivitas presentasi ini juga diamati penggunaan bahasa yang jelas oleh guru dan siswa. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar muncul jika siswa melakukan aktivitas, seperti berpartisipasi dalam tugas belajar, mengajukan pertanyaan, berpendapat dan sebagainya. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa diatas sesuai dengan kegiatan belajar menurut Paul D.Dierich dalam Oemar Hamalik (2001: 172), belajar terbagi dalam 8 kelompok yaitu kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan menggambar, kegiatan metrik, kegiatan mental, dan kegiatan emosional. Kegiatan atau aktivitas yang terdapat dalam model active learning tipe index card matching tersebut dapat memunculkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dikarenakan langkah-langkah pada model active learning tipe index card matching terdapat aktivitas yang melibatkan siswa untuk berpikir dalam berdiskusi, menyelesaikan LKS, mencocokkan isi pada kartu, mempresentasikan hasil mencocokkan kartu sehingga menumbuhkan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam membahas materi. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, 76

92 penggunaan model active learning tipe index card matching dalam pembelajaran IPA di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini dibuktikan dengan data hasil pengamatan keaktifan siswa pra tindakan sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus II setiap aktivitas yang diamati mengalami peningkatan 75%. Persentase paling tinggi 96,77% yaitu pada aktivitas visual, hal ini dikarenakan masing-masing siswa mendapatkan materi yang wajib dibaca untuk memudahkan siswa mengisi LKS dan mengikuti langkah index card matching. Persentase tertinggi kedua 93,55% yaitu pada aktivitas mental dan mendengarkan, siswa sangat berantusias dan ingin tahu terhadap kartu indeks yang dibawa oleh guru menyebabkan siswa menyimak dengan baik setiap penjelasan dan arahan guru serta ikut aktif dalam proses pembelajaran. Persentase tertinggi ketiga 89,03 % yaitu aktivitas lisan, siswa dengan berani mempresentasikan pasangan kartu yang di peroleh, aktif menanggapi pertanyaan atau pernyataan yang diberikan guru ketika pelajaran berlangsung. Terakhir dengan persentase 85,48% yaitu aktivitas menulis, setiap pertemuan siswa memiliki tugas untuk menyelesaikan LKS, evaluasi dan mencatat inti-inti materi. Pencapaian hasil belajar yang lebih baik juga dibuktikan dengan nilai rata-rata perolehan siswa pada pra tindakan mencapai 48,26, pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 81,77, kemudian pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 90,48 (Lampiran 7, halaman 145). Peningkatan 77

93 hasil belajar siswa ini terjadi karena setiap siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga materi yang dipelajari akan cepat dipahami. Pembelajaran aktif adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, jadi siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai dengan lebih baik (Nana Sudjana, 1996:20). Hal ini mendukung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan keaktifan siswa juga perpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model active learning tipe index card matching dalam pembelajaran IPA di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman dapat meningkatkan keaktifan siswa, hal ini sejalan dengan pernyataan Warsono dan Hariyanto (2013:12) active learning mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang apat dilakukannya selama pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran membuat pelajaran lebih bermakna. Pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dalam pembelajaran bertujuan untuk menjadikan siswa lebih memahami materi dan pelajaran lebih menyenangkan yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam penelitian ini, perbaikan yang diakukan guru selama tindakan dapat terlihat dari meningkatnya keaktifan siswa setiap siklus. 78

94 C. Keterbatasan Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Sleman memiliki keterbatasan yang perlu diungkapkan yaitu: aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran IPA menggunakan model active learning tipe index card matching kurang menunjukkan adanya keterampilan proses IPA. 79

95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan penggunaan model active learning tipe index card match dalam pelajaran IPA khususnya materi perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dengan cara mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban dapat meningkatkan keaktifan siswa. Model ini dapat melibatkan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran. Tahap pertama guru membacakan aturan penggunaan kartu indeks, kemudian mengocok kartu indeks hingga tercampur antara kartu soal dengan jawaban. Tahap kedua guru membagikan kartu indeks kepada siswa secara acak. Tahap ketiga siswa dipersilakan untuk mencari pasangan kartu indeks yang sesuai. Tahap keempat siswa diarahkan untuk duduk bersama sesuai dengan pasangan kartu. Langkah kelima siswa mempresentasikan hasil mencocokkan kartu indeks. Kegiatan tersebut membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan persentase keaktifan siswa dari pra tindakan hingga siklus II. Pada siklus I, keaktifan siswa sudah meningkat namun peningkatan persentase pada tiga butir indikator pengamatan keaktifan siswa belum mencapai 75% sehingga dibutuhkan pelaksanaan siklus II. Pada siklus II seluruh indikator pengamatan pengamatan keaktifan siswa telah mencapai 75%. Hal ini 80

96 menandakan bahwa penelitian ini telah berhasil dan siklus dihentikan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat diihat dari peningkatan ketuntasan KKM yang mengalami peningkatan dari pra siklus, siklus I sampai sikus II. Pada pra tindakan rata-rata nilai siswa 48,26, pada siklus I rata-rata nilai siswa mencapai 81,77, dan pada siklus II rata-rata nilai siswa berhasil mencapai 90,48. B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan di atas, dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Model active learning tipe index card match dapat dijadikan salah satu cara melaksanakan model pembelajaran inovatif di sekolah. 2. Bagi guru Penggunaan model active learning tipe index card match dalam pembelajaran IPA hendaknya dijadikan alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dan diharapkan guru selalu kreatif dan inovatif dalam mengemas pembelajaran seperti model active learning tipe index card match sehingga dapat meningkatkan keaktifan yang nantinya berpengaruh pada prestasi belajar. 3. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pembanding bagi peneliti lainnya yang berminat untuk meneliti masalah ini lebih luas. 81

97 DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi KTSP. Jakarta: Kemendiknas. Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Edi Eryanto. (2013). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika melalui Strategi Pembelajaran Aktif Index Card Match pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 3 Gondangrejo Tahun Ajaran 2012/2013. Diakses melalui pada 26 Oktober 2015 pukul Eko Putro Widoyoko. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Fitri Yuliawati, Jamil Suprihatiningrum, dan M. Agung Rokhimawan. (2012). Penelitian Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidikan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kagilis. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud. Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Masnur Muslich. (2007). KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Melvin L. Silberman. (2001). Active Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. M. Ngalim Purwanto. (2013). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa. (2010). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. 82

98 Nana Sudjana. (1996). Cara belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Nana Sudjana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Novia Muktiani. (2013). Penggunaan Model Kooperatif Tipe Index Card Match dalam Peningkatan Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Karangrena 01 Maos Tahun Diakses melalui Respository.uksw.edu pada 5 November 2015 pukul Oemar Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Srini M. Iskandar. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud. Sri Sulistyorini. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana. Stephen Kemmis dan Robin McTaggart. (1990). The Action Research Planner. Victoria: Deaking University Press. Suharjo. (2006). Mengenal pendiidkan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Jakarta: Depdiknas. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Usman Samatowa. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Uswatun Uriah. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe ICM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar. Diakses melalui pada 23 Oktober 2015 pukul

99 Warsono dan Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks. Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Yatim Riyanto. (2012). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. -. (2000). Metode Pembelajaran Index Card Match. Diakses dari pada 15 Oktober 2015 pukul

100 LAMPIRAN

101 Lampiran 01. Surat-surat Penelitian

102 85

103 86

104 87

105 88

106 89

107 90

108 91

109 92

110 Lampiran 02. Hasil Validasi Instrumen

111 Hasil Validasi Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa Indikator Sub Indikator Nomor Aktivitas Hasil Validasi Visual Membaca Mengamati 1 poin a,c 1 poin b a. Membaca materi pelajaran pada buku. b. Membaca LKS yang dibagikan guru. Lisan Bertanya 2 poin c a. Melakukan diskusi materi Berpendapat pelajaran. 2 poin b,e b. Menanggapi Diskusi 2 poin a pertanyaan/pernyataan guru. Presentasi 2 poin d c. Menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada guru d. Mempresentasikan hasil mencocokan kartu. e. Menggunakan bahasa lisan yang baik. Mendengarkan Mendengarkan presentasi Mendengarkan penjelasan atau informasi Menulis Menulis jawaban LKS Mencatat 3 poin f a. Mendengarkan penjelasan guru b. Menyimak tujuan pembelajaran 3 poin a, c. Mendengarkan pertanyaan dari b, d, e, c teman d. Mendengarkan penjelasan teman e. Mendengarkan arahan/ petunjuk yang diberikan guru f. Mendengarkan presentasi teman 4 poin b a. Mencatat inti-inti materi pelajaran b. Menulis jawaban LKS 4 poin a 93 a. Membaca materi pelajaran pada buku. b. Mengamati media yang diberikan c. Membaca LKS yang dibagikan guru. a. Melakukan diskusi materi pelajaran. b. Menanggapi pertanyaan/pernyataan guru. c. Menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada guru d. Mempresentasikan hasil mencocokan kartu. e. Menggunakan bahasa lisan yang baik. a. Mendengarkan penjelasan guru b. Menyimak tujuan pembelajaran c. Mendengarkan pertanyaan dari teman d. Mendengarkan penjelasan teman e. Mendengarkan arahan/ petunjuk yang diberikan guru f. Mendengarkan presentasi teman a. Mencatat inti-inti materi pelajaran b. Menulis jawaban LKS

112 Mental materi Menjawab LKS dan evaluasi Mencocokan kartu Membuat kesimpulan 5 poin a, e a. Menjawab pertanyaan pada LKS b. Mencari pasangan kartu 5 poin b, c c. Mencocokkan isi pada pasangan kartu 5 poin d d. Membuat kesimpulan materi pelajaran e. Mengerjakan soal evaluasi a. Menjawab pertanyaan pada LKS b. Mencari pasangan kartu c. Mencocokan isi pada pasangan kartu d. Membuat kesimpulan materi pelajaran e. Mengerjakan soal evaluasi 94

113 Hasil Validasi Lembar Observasi Kegiatan Guru No. Kegiatan Guru dalam RPP Kegiatan Guru Hasil Validasi 1. Pembuka 1. Mengucap salam 2. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing 3. Presensi 4. Memberi apersepsi 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran Pra pembelajaran a. Menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran b. Membawa RPP yang telah disusun Pembuka a. Menyiapkan siswa untuk melakukan pembelajaran b. Melakukan apersepsi sesuai materi c. Menyampaikan tujuan pembelajaran d. Mengaitkan materi dengan pengalaman Pra pembelajaran a. Menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran b. Membawa RPP yang telah disusun Pembuka a. Menyiapkan siswa untuk melakukan pembelajaran b. Melakukan apersepsi sesuai materi c. Menyampaikan tujuan pembelajaran d. Mengaitkan materi dengan Inti 1. Guru membimbing diskusi 2. Memeriksa masing-masing siswa 3. Memancing siswa untuk bertanya terkait materi yang kurang jelas 4. Menjelaskan materi-materi yang kurang dipahami siswa 5. Menyiapkan index card 6. Membacakan aturan ICM (LANGKAH 1) 7. menggabungkan kartu soal peserta didik Inti a. Membimbing diskusi b. Penguasaan materi pelajaran c. Melaksanakan pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai d. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa e. Merespon positif partisipasi (pertanyaan, mengajukan pendapat) peserta didik f. Melaksanakan pembelajaran secara runtut g. Menggunakan media sesuai petunjuk h. Menunjukan keterampilan dalam menggunakan media 95 pengalaman peserta didik Inti a. Membimbing diskusi b. Penguasaan materi pelajaran c. Melaksanakan pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai d. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa e. Merespon positif partisipasi (pertanyaan, mengajukan pendapat) peserta didik f. Melaksanakan pembelajaran secara runtut g. Menggunakan media sesuai petunjuk h. Menunjukan keterampilan dalam

114 dan kartu jawaban menjadi satu, kemudian kocok seluruh card hingga tercampur, 8. membagikan kartu kepada siswa (LANGKAH 2) 9. mengarahkan siswa untuk mencari pasangan kartu (secara bersamaan siswa diminta untuk membuka kartu, kemudian mencari pasangan masing-masing) (LANGKAH 3) 10. mengarahkan siswa untuk duduk berpasangan sesuai kartu (LANGKAH 4) 11. memandu presentasi siswa (arahkan setiap pasangan untuk menguji soal dan jawaban) (LANGKAH 5) 12. membimbing siswa menarik kesimpulan materi pelajaran 13. mengawasi siswa mengerjakan evaluasi 14. berdoa i. Memandu presentasi hasil penggunaan media j. Menggunakan bahasa lisan dengan jelas k. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar l. Membimbing siswa membuat kesimpulan penutup a. Melakukan refleksi materi pelajaran b. Menguasai kelas dengan baik menggunakan media i. Memandu presentasi hasil penggunaan media j. Menggunakan bahasa lisan dengan jelas k. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar l. Membimbing siswa membuat kesimpulan penutup a. Melakukan refleksi materi pelajaran b. Menguasai kelas dengan baik 96

115 Hasil Validasi Instrumen Tes Soal Evaluasi Indikator Sub Indikator Nomor Soal Jumlah Soal Menyebutkan jenis batuan 2,4 2 menyebutkan bahan batuan Menyebutkan jenis batuan 9 1 yang keluar beku pada saat Membedakan ciri-ciri batu 1,6, 4 gunung api pada batuan beku, endapan, 7,8 meletus. dan metamorf Menyebutkan manfaat batuan 3,5 2 Menyebutkan asal batuan menyebutkan macam-macam proses pelapukan batuan. Menyebutkan jenis pelapukan 2,3, 4 4,5 Menjelaskan pelapukan 1 1 Membedakan jenis pelapukan menurut gambar 7,8, menyebutkan faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan. Membedakan faktor penyebab pelapukan 6,10 2 Jumlah Soal 20 97

116 Soal Evaluasi Siklus I 1. Warna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, ringan, terapung dalam air. Dari pendinginan magma yang bergelembung-gelembung gas. Batu yang memiliki cirri-ciri seperti diatas adalah. a. batu basal c. batu granit b. batu konglomerat d. batu apung 2. Batuan yang terbentuk karena pembekuan magma dan lava adalah. a. batuan sedimen c. batuan metamorf b. batuan beku d. batuan endapan 3. Batu yang digunakan sebagai alat pemotong atau ujung tombak oleh manusia purba adalah. a. batu granit c. batu obsidian b. batu basal d. batu kapur 4. Batuan yang terbentuk karena pengendapan adalah. a. batuan beku c. batuan malihan b. batuan sedimen d. batuan metamorf 5. Batu yang digunakan sebagai bahan baku semen adalah. a. batu serpih c. batu pualam b. batu breksi d. batu kapur/ gamping 6. Batu pada gambar di samping adalah. a. batu granit c. batu obsidian b.batu tulis d. batu kapur 7. Batu pada gambar di samping adalah. a. batu pasir c. batu apung b. batu gamping d. batu bara 8. Di bawah ini yang merupakan batu apung adalah. 98

117 a. c. b. d. 9. Di bawah ini jenis batuan beku yang benar adalah. a. batu apung, batu granit, batu batu obsidian b. batu apung, batu pasir, batu pualam c. batu apung, batu bara, batu konglomerat d. batu apung, batu kapur, batu granit 10. Batuan di dalam kerak bumi yang panas dan cair disebut. a. magma c. lumpur b. lava d. abu 99

118 Soal Evaluasi Siklus II Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar. 1. Pelapukan batuan akan membentuk. a. udara c. tanah b. air d. gas 2. Jenis pelapukan yang benar dibawah ini adalah. a. pelapukan fisika, pelapukan udara, pelapukan biologi b. pelapukan fisika, pelapukan kimia, pelapukan biologi c. pelapukan biologi, pelapukan geografi, pelapukan fisika d. pelapukan sendiri, pelapukan biologi, pelapukan kimia 3. Pelapukan yang disebabkan karena perubahan suhu yang terjadi berulang ulang yaitu. a. pelapukan fisika c. pelapukan biologi b. pelapukan kimia d. pelapukan geografi 4. Pelapukan yang terjadi karena hujan asam yaitu. a. pelapukan fisika c. pelapukan biologi b. pelapukan kimia d. pelapukan geografi 5. Pelapukan pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas makhluk hidup. a. pelapukan fisika c. pelapukan biologi b. pelapukan kimia d. pelapukan geografi 6. Salah satu faktor yang memengaruhi pelapukan fisika yaitu. a. suhu c. hujan asam b. lumut d. aktivitas makhluk hidup 7. Gambar di samping menunjukan pelapukan. a. pelapukan biologi b. pelapukan kimia c. pelapukan fisika d. pelapukan geografi 100

119 8. Gambar di samping menunjukan pelapukan. a. pelapukan biologi b. pelapukan kimia c. pelapukan fisika d. pelapukan geografi 9. Gambar di samping menunjukan pelapukan. a. pelapukan biologi b. pelapukan kimia c. pelapukan fisika d. pelapukan geografi e. 10. Penyebab pelapukan biologi yang benar adalah. a. perubahan suhu b. lumut yang tumbuhg di atas batu c. hujan asam d. benturan ombak 101

120 Lampiran 03. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

121 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Satuan Pendidikan : SD Negeri Demakijo 1 Kelas/ Semester : VB/1 Mata Pelajaran : IPA Alokasi waktu : 4x35menit/ 2 kali pertemuan A. Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. B. Kompetensi dasar 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. C. Indikator menyebutkan bahan batuan yang keluar pada saat gunung api meletus. D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah melakukan kegiatan diskusi dan mencocokan kartu indeks, siswa dapat menyebutkan bahan batuan yang keluar saat gunung api meletus dengan benar. E. Materi Pokok Batuan yang keluar pada saat gunung api meletus F. Model Active Learning tipe index card match (Sebelum pembelajaran) 1. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan sesuai indikator pembelajaran. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyemai satu setengah jumlah siswa. 2. Pada kartu terpisah tulislah jawaban bagi setiap pertanyaanpertanyaan tersebut. (Pembelajaran) 1. Menjelaskan aturan pelaksanaan index card matching. 2. Berikan satu kartu pada setiap siswa. Sebagian memegang pertanyaan dan sebagian lain memegang jawaban. 3. Perintahkan siswa menemukan pasangan kartu yang sesuai. 4. Siswa yang telah menemukan pasangan kartu, duduk bersama. 5. Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, arahkan peserta didik untuk mempresentasikan hasil pasangan kartu indeks. 102

122 G. Langkah Pembelajaran No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi waktu 1. Pembuka 1. Mengucap salam 2. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing 3. Presensi 4. Memberi apersepsi 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran Inti 6. Guru membimbing diskusi 7. Memeriksa masing-masing siswa 8. Memancing siswa untuk bertanya terkait materi yang kurang jelas 9. Menjelaskan materi-materi yang kurang dipahami siswa 10. Menyiapkan index card 11. Membacakan aturan ICM (LANGKAH 1) 12. menggabungkan kartu soal dan kartu jawaban menjadi satu, kemudian kocok seluruh card hingga tercampur, 13. membagikan kartu kepada siswa (LANGKAH 2) 14. mengarahkan siswa untuk mencari pasangan kartu (secara bersamaan siswa diminta untuk membuka kartu, kemudian mencari pasangan masingmasing) (LANGKAH 3) 15. mengarahkan siswa untuk duduk berpasangan sesuai kartu (LANGKAH 4) 16. memandu presentasi siswa (arahkan setiap pasangan untuk menguji soal dan jawaban) (LANGKAH 5) 17. membimbing siswa menarik kesimpulan materi pelajaran 18. mengawasi siswa mengerjakan evaluasi 19. berdoa Pembuka 1. Mengucap salam 2. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing 3. Presensi 4. Menanggapi apersepsi 5. Menyimak tujuan pembelajaran Inti 6. melakukan diskusi dengan kelompok 7. mengerjakan LKS 8. bertanya materi yang kurang jelas 9. menyimak penjelasan guru 10. menyimak aturan ICM (LANGKAH 1) 11. menerima kartu indeks (LANGKAH 2) 12. mencari pasangan kartu (LANGKAH 3) 13. duduk bersama teman sesuai pasangan kartu (LANGKAH 4) 14. membacakan hasil pasangan kartu (LANGKAH 5) 15. membuat kesimpulan 16. mengerjakan soal evaluasi 17. berdoa 10 menit 45menit 15 menit 103

123 H. Sumber dan Media 1. Sumber Wiwik Winarti, dkk Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Haryanto Sains Jilid 5 untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga 2. Media Index card I. Penilaian 1. Jenis penilaian: Tes dan non tes 2. Prosedur penilaian: penilaian produk dan keaktifan 3. Instrumen Penilaian a. Produk 1) LKS kriteria skor Siswa melengkapi tabel dengan jawaban benar 5% - 25% 25 Siswa melengkapi tabel dengan jawaban benar 26%-50% 50 Siswa melengkapi tabel dengan jawaban benar 51%-75% 75 Siswa melengkapi tabel dengan jawaban benar 76% % Siswa melengkapi tabel dengan jawaban benar 91% % 2) Soal objektif Nilai = jumlah benar x 10 3) nilai akhir = b. Keaktifan *terlampir Guru Kelas Yogyakarta, 20 Januari 2016 Peneliti Wahyuni, S.Pd NIP Made wahyu Utami NIM

124 PROSES PEMBENTUKAN TANAH 1. BATUAN Lapisan kerak bumi pada dasarnya (sebagian besar) terbentuk dari batuan. Tiga jenis batuan yang membentuk lapisan kerak bumi adalah batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga jenis batuan itu dibedakan berdasarkan cara pembentukannya. a. Batuan beku Batuan beku ialah batuan yang terbentuk karena pembekuan magma dan lava. Di dalam kerak bumi terdapat batuan yang masih cair dan sangat panas and terdapat di dalam perut bumi. Jadi, magma merupakan bahan cair yang sangat panas yang terdapat didalam perut bumi. Magma yang mencapai permukaan bumi disebut lava. Pendinginan magma dan lava menyebabkan magma dan lava membeku menjadi batuan beku. No. Nama batu batu apung Ciri-ciri a. Warna keabuabuan, berpori-pori, bergelembung, ringan, terapung dalam air b. Terbentuk dari pendinginan magma yang bergelembunggelembung gas c. Digunakan untuk mengampelas/ memperhalus kayu 105

125 batu obsidian batu granit batu basal a. Hitam, seperti kaca, tidak ada Kristalkristal. b. Terbentuk dari lava permukaan yang mendingin dengan cepat. c. Digunakan untuk alat pemotong dan ujung tombak oleh manusia purba. a. Terdiri atas Kristal-kristal kasar, warna putih sampai abu-abu, kadang-kadang jingga. b. Terbentuk dari pendinginan magma yang terjadi dengan lambat di bawah permukaan bumi. c. Digunakan sebagai bahan bangunan. a. Terdiri atas Kristal-kristal yag sangat kecil, berwarna hijau keabu-abuan dan berlubang-lubang. b. Terbuat dari pendinginan lava yang mengandung gelembung gas, tetapi gasnya telah menguap. 106

126 b. Batuan sedimen atau batuan endapan Batuan sedimen atau batuan endapan ialah batuan yang terbentuk karena pengendapan. Batuan endapan pada awalnya merupakan hasil pelapukan dan pengikisan batua yang dihanyutkan oleh air atau terbawa oleh tiupan angin. Kemudian endapan ini menjadi karena tekanan atau karena ada zat-zat yang merekat pada bagian-bagian endapan tersebut. No. Nama batu Ciri-ciri a. Material kerikilkerikil bulat, batubatu dan pasir yang merekat satu sama lainnya. b. Dari bahan-bahan yang lepas-lepas Batu konglomerat yang karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. c. Digunakan untuk bahan bangunan. a. Jelas terlihat terlihat tersusun dari butir-butir pasir, warna abuabu, kuning, merah b. Dari bahan-bahan yang lepas-lepas Batu pasir yang karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. c. Digunakan untuk bahan bangunan. 107

127 Batu gamping (kapur) Batu breksi a. Agak lunak, warna putih, keabu-abuan, membentuk gas karbon dioksida kalau ditetesi asam b. Dari cangkang binatang lunak seperti siput, kerang dan binatang laut yang telah mati. Rangkanya yang terbuat dari kapur tidak musnah, tetapi memadat berbentuk kapur. c. Digunakan sebagi bahan baku semen a. Gabungan pecahanpecahan yang berasal dari letusan gunung berapi b. Terbentuk karena bahan-bahan ini terlempar tinggi ke udara dan mengendap di suatu tempat. c. Digunakan untuk bahan bangunan. c. Batuan metamorf atau batuan malihan Batuan metamorf atau malihan ialah batuan yang berasal dari batua sedimen dan batuan beku yang mengalami perubahan karena panas dan tekanan. 108

128 No. Nama batu Ciri-ciri a. Campuran warna yang berbeda-beda, dapat mempunyai pita-pita warna, Kristal-kristalnya sedang sampai kasar, bila ditetesi asam Batu pualam mengeluarkan bunyi mendesis. b. Terbentuk bila batu kapur mengalami perubahan suhu dan tekanan tinggi a. Abu-abu kehijauhijauan dan hitam, dapat dibelah-belah menjadi lempenglempeng tipis b. Terbentuk bila batu serpih kena suhu dan Batu sabak tekanan tinggi 109

129 LEMBAR KERJA SISWA Nama kelompok: Ayo diskusi! Indikator : menyebutkan bahan batuan yang keluar pada saat gunung api meletus Tujuan : siswa mampu menyebutkan jenis-jenis batuan yang keluar pada saat gunung api meletus Pertanyaan utama: sebutkan jenis-jenis batuan! Petunjuk pengerjaan: 1. Bacalah materi yang telah dibagikan. 2. Diskusikan materi dengan teman kelompokmu. 3. Tulislah informasi yang kamu peroleh pada kolom dibawah ini No. Nama batuan Proses terbentuknya batuan Jenis batuan. No. Nama batu Ciri-ciri

130 .... Jenis batuan.. No. Nama batu Ciri-ciri..... Jenis batuan. No. Nama batu Ciri-ciri.. 111

131 .. Kesimpulan 112

132 Kunci Jawaban Soal Evaluasi 1. D 6. C 2. B 7. B 3. C 8. B 4. B 9. A 5. D 10. A 113

133 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Satuan Pendidikan : SD Negeri Demakijo 1 Kelas/ Semester : VB/1 Mata Pelajaran : IPA Alokasi waktu : 4x35menit / 2 kali pertemuan A. Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. B. Kompetensi dasar 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. C. Indikator menyebutkan macam-macam proses pelapukan batuan menyebutkan faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan. D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah melakukan kegiatan diskusi dan mencocokan kartu indeks, siswa dapat menyebutkan macam-macam proses pelapukan dengan benar. 2. Setelah melakukan kegiatan diskusi dan mencocokan kartu indeks, siswa dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan dengan benar. E. Materi Pokok Pelapukan batuan F. Model Active Learning tipe index card match (Sebelum pembelajaran) 1. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan sesuai indikator pembelajaran. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyemai satu setengah jumlah siswa. 2. Pada kartu terpisah tulislah jawaban bagi setiap pertanyaanpertanyaan tersebut. (Pembelajaran) 1. Menjelaskan aturan pelaksanaan index card matching. Jelaskan bahwa ini adalah latihan permainan 2. Berikan satu kartu pada setiap siswa. Sebagian memegang pertanyaan dan sebagian lain memegang jawaban. 3. Perintahkan siswa menemukan pasangan kartu yang sesuai. 4. Siswa yang telah menemukan pasangan kartu, duduk bersama. 5. Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, arahkan peserta didik untuk mempresentasikan hasil pasangan kartu indeks. 114

134 G. Langkah Pembelajaran No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi waktu 1. Pembuka 1. Mengucap salam 2. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing 3. Presensi 4. Memberi apersepsi 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran Pembuka 1. Mengucap salam 2. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing 3. Presensi 4. Menanggapi apersepsi 5. Menyimak tujuan pembelajaran 10 menit Inti 6. Guru membimbing diskusi 7. Memeriksa masing-masing siswa 8. Memancing siswa untuk bertanya terkait materi yang kurang jelas 9. Menjelaskan materi-materi yang kurang dipahami siswa 10. Menyiapkan index card 11. Membacakan aturan ICM (LANGKAH 1) 12. menggabungkan kartu soal dan kartu jawaban menjadi satu, kemudian kocok seluruh card hingga tercampur, 13. membagikan kartu kepada siswa (LANGKAH 2) 14. mengarahkan siswa untuk mencari pasangan kartu (secara bersamaan siswa diminta untuk membuka kartu, kemudian mencari pasangan masingmasing) (LANGKAH 3) 15. mengarahkan siswa untuk duduk berpasangan sesuai kartu (LANGKAH 4) 16. memandu presentasi siswa (arahkan setiap pasangan untuk menguji soal dan jawaban) (LANGKAH 5) 17. membimbing siswa menarik kesimpulan materi pelajaran 18. mengawasi siswa mengerjakan evaluasi 19. berdoa 115 Inti 6. melakukan diskusi dengan kelompok 7. mengerjakan LKS 8. bertanya materi yang kurang jelas 9. menyimak penjelasan guru 10. menyimak aturan ICM (LANGKAH 1) 11. menerima kartu indeks (LANGKAH 2) 12. mencari pasangan kartu (LANGKAH 3) 13. duduk bersama teman sesuai pasangan kartu (LANGKAH 4) 14. membacakan hasil pasangan kartu (LANGKAH 5) 15. membuat kesimpulan 16. mengerjakan soal evaluasi 17. berdoa 45menit 15 menit

135 H. Sumber dan Media 1. Sumber Wiwik Winarti, dkk Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Haryanto Sains Jilid 5 untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga 2. Media Index card A. Penilaian 1. Jenis penilaian: Tes dan non tes 2. Prosedur penilaian: penilaian produk dan keaktifan 3. Instrumen Penilaian a. Produk 1) LKS kriteria Siswa melengkapi tabel dengan jawaban benar 5% - 25% 25 Siswa melengkapi tabel dengan jawaban benar 26%-50% 50 Siswa melengkapi tabel dengan jawaban benar 51%-75% 75 Siswa melengkapi tabel dengan jawaban benar 76%- 90% Siswa melengkapi tabel dengan jawaban benar 91%- 100% 2) Soal objektif Nilai = jumlah benar x 10 3) nilai akhir = b. Keaktifan *terlampir skor Guru Kelas Yogyakarta, 20 Januari 2016 Peneliti Wahyuni, S.Pd NIP Made wahyu Utami NIM

136 1. PELAPUKAN BATUAN MEMBENTUK TANAH Pelapukan batuan merupakan awal pembentukan tanah. Ada beberapa jenis pelapukan. Pada mulanya, sebelum ada makhluk hidup, pelapukan terjadi secara fisika dan kimia. Setelah makhluk hidup menempat muka bumi, makhluk hidup juga berperan juga untuk terjadinya pelapukan. a. Pelapukan fisika Pelapukan fisika dapat disebabkan karena perubahan suhu. Perubahan suhu terjadi berulang ulang, yaitu dari panas menjadi dingin, dan dari dingin menjadi panas. Peruahan suhu anatara siang dan malam, antara musim panas dan musim dingin menyebabkan batuan menjadi pecahan-pecahan, sehingga unkuran batu makin lama makin kecil. Pelapukan fisika juga terjadi karena terpaan angin dan air serta karena tarikan gaya gravitasi bumi. Contohnya Bebatuan di pantai akan terkikis karena benturan ombak. Bebatuan sekian lama akan semakin habis karena terkikis. 117

137 b. Pelapukan kimia Oksigen dan uap air di udara mudah bersatu dengan berbagai zat. Batuan dapat terkikis dan lapuk karena air hujan. Air hujan secara alami mengandung asam dari karbondioksida. Keasaman air hujan dapat meningkat oleh gas-gas buangan industri. Gas buangan industri tersebut misalnya belerang dioksida. Belerang dioksida dapat bereaksi dengan uap air dan gas-gas lain di udara. Hal ini mengakibatkan terjadinya hujan asam. Hujan asam semakin mempercepat terjadinya pelapukan. Contohnya patung yang terbuat dari batu terkikis akibat hujan. c. Pelapukan biologi Pelapukan biologi adalah pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas makhluk hidup. Contohnya lumut yang 118

138 tumbuh di batuan, lumut mengeluarkan zat asam yang lama-lama dapat menghancurkan batuan. 119

139 LEMBAR KERJA SISWA 2 Nama kelompok: Ayo diskusi! Indikator : menyebutkan faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan. Tujuan menyebutkan macam-macam proses pelapukan batuan. : siswa mampu menyebutkan macam-macam dan faktor pelapukan batuan Pertanyaan utama: ada berapa macam pelapukan batuan? Apa saja faktor pelapukan batuan? Langkah kerja 1. Perhatikan gambar yang dibawakan oleh guru! 2. Tulislah informasi yang kamu peroleh tentang pelapukan batuan No. Jenis pelapukan Penjelasan Kesimpulan 120

140 Kunci Jawaban Soal Evaluasi 1. C 2. B 3. A 4. B 5. C 6. A 7. C 8. A 9. B 10. B 121

141 Lampiran 04. Hasil Observasi Keaktifan Siswa

142 Ar.,r slswa I r{a r r:ld.\ka\ c Msduu r r srr iu!)iurf.lsgrmr (r! [hnl riu, r,ft \rels! irq ({lri b' r( i Drn 'N, l, nl ' d(li &{rir"d"r, 1)2

143 nerdo*rku rlha Ddln uk MBu.ri La ru i4dtls!p1,,,,",, 123

144 i M{de4.rriI &dul{dt!!r lnger uii h! 124

145 Lampiran 05. Hasil Observasi Kegiatan Guru

146 Lembar Observasi Kegiatan Guru Pra Tindakan No. Kegiatan Indikator Ya Tidak 1. Pra pembelajaran a. Menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran b. Membawa RPP yang telah disusun 2. Pendahuluan a. Menyiapkan siswa untuk melakukan pembelajaran b. Melakukan apersepsi sesuai materi c. Menyampaikan tujuan pembelajaran d. Mengaitkan materi dengan pengalaman peserta didik 3. Inti a. Membimbing diskusi b. Penguasaan materi pelajaran c. Melaksanakan pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai d. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa e. Merespon positif partisipasi (pertanyaan, mengajukan pendapat) peserta didik f. Melaksanakan pembelajaran secara runtut g. Menggunakan media sesuai petunjuk h. Menunjukan keterampilan dalam menggunakan media i. Memandu presentasi hasil penggunaan media j. Menggunakan bahasa lisan dengan jelas k. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar l. Membimbing siswa membuat kesimpulan 4. Penutup a. Melakukan refleksi materi pelajaran Jumlah

147 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I No. Kegiatan indikator Ya Tidak 1. Pra pembelajaran c. Menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran d. Membawa RPP yang telah disusun 2. Pendahuluan e. Menyiapkan siswa untuk melakukan pembelajaran f. Melakukan apersepsi sesuai materi g. Menyampaikan tujuan pembelajaran h. Mengaitkan materi dengan pengalaman peserta didik 3. Inti m. Membimbing diskusi n. Penguasaan materi pelajaran o. Melaksanakan pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai p. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa q. Merespon positif partisipasi (pertanyaan, mengajukan pendapat) peserta didik r. Melaksanakan pembelajaran secara runtut s. Menggunakan media sesuai petunjuk t. Menunjukan keterampilan dalam menggunakan media u. Memandu presentasi hasil penggunaan media v. Menggunakan bahasa lisan dengan jelas w. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar x. Membimbing siswa membuat kesimpulan 4. Penutup b. Melakukan refleksi materi pelajaran Jumlah

148 Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II No. Kegiatan indikator 1. Pra pembelajaran e. Menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran f. Membawa RPP yang telah disusun 2. Pendahuluan i. Menyiapkan siswa untuk melakukan pembelajaran j. Melakukan apersepsi sesuai materi k. Menyampaikan tujuan pembelajaran l. Mengaitkan materi dengan pengalaman peserta didik 3. Inti y. Membimbing diskusi z. Penguasaan materi pelajaran aa. Melaksanakan pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai bb. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa cc. Merespon positif partisipasi (pertanyaan, mengajukan pendapat) peserta didik dd. Melaksanakan pembelajaran secara runtut ee. Menggunakan media sesuai petunjuk ff. Menunjukan keterampilan dalam menggunakan media gg. Memandu presentasi hasil penggunaan media hh. Menggunakan bahasa lisan dengan jelas ii. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar jj. Membimbing siswa membuat kesimpulan 4. Penutup c. Melakukan refleksi materi pelajaran Ya Tidak Jumlah

149 Lampiran 06. Foto Dokumentasi Penelitian

150 FOTO DOKUMENTASI SIKLUS I Gambar 07. Siswa Menyimak dan Menanggapi Apersepsi dari Guru Gambar 08. Siswa Menyimak Tujuan Pembelajaran Gambar 09. Siswa Membaca Materi Batuan yang Keluar saat Gunung Api Meletus 128

151 Gambar 10. Siswa Melakukan Diskusi Materi dengan Kelompok Gambar 11. Guru Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Gambar 12. Siswa Menulis Jawaban LKS 129

152 Gambar 13. Guru Menjelaskan Materi Pelajaran Gambar 14. Guru Menjelaskan Aturan Penggunaan Index Card Gambar 15. Siswa Menerima Kartu Indeks secara Acak 130

153 Gambar 16. Siswa Mencari Pasangan Kartu Indeks Gambar 17. Siswa Duduk Berdekatan dengan Siswa yang Membawa Pasangan Kartu Gambar 18. Siswa Memberi Nama Pada Kartu Indeks 131

154 Gambar 19. Guru Mengecek Siswa saat Membaca Materi Gambar 20. Guru Membagikan dan Menjelaskan Aturan Penggunaan Kartu Indeks Gambar 21. Guru Memandu Presentasi 132

155 Gambar 22. Siswa yang Duduk Tenang Bisa Memulai Presentasi Gambar 23. Siswa Mengecek Kebenaran Hasil Presentasi Gambar 24. Siswa Mengumpulkan Kartu Indeks 133

156 Gambar 25. Guru Membacakan Aturan Pengisian Lembar Evaluasi Gambar 26. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi 134

157 FOTO DOKUMENTASI SIKLUS II Gambar 27. Siswa Menyimak apersepsi guru Gambar 28. Siswa Menyimak Tujuan Pembelajaran Gambar 29. Guru Membagikan Materi Pelapukan Batuan 135

158 Gambar 30. Siswa Membaca Materi Pelapukan Batuan Gambar 31. Siswa Melakukan Diskusi Gambar. 32 Siswa Mengisi LKS 136

159 Gambar 33. Guru Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Gambar 34. Guru Menyimak pertanyaan Siswa Gambar 35. Guru Menjelaskan Materi Pelapukan Batuan 137

160 Gambar 36. Guru Menulis Materi di Papan Tulis Gambar 37. Siswa Menyimak Aturan Penggunaan Kartu Indeks Gambar 38. Siswa Menerima Kartu Indeks 138

161 Gambar 39. Siswa Mencari Pasangan Kartu Indeks Gambar 40. Siswa Duduk sesuai Pasangan Kartu Indeks Gambar 41. Siswa Menunjukkan Kartu Masing-masing 139

162 Gambar 42. Siswa Diberi Kesempatan untuk Mencari Pasangan Kartu jika Dirasa Belum Sesuai Gambar 43. Siswa Mempresentasikan Hasil Mencari Pasangan Kartu Indeks Gambar 44. Guru Melempar Pertanyaan untuk Menguji Kebenaran Pasangan Kartu Indeks 140

163 Gambar 45. Guru Membimbing Siswa Menyimpulkan Materi Pelajaran Gambar 46. Siswa Mngerjakan Soal Evaluasi 141

MODEL ICM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PELAJARAN IPA KELAS VB SDN DEMAKIJO 1

MODEL ICM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PELAJARAN IPA KELAS VB SDN DEMAKIJO 1 Peningkatan Keaktifan Siswa... (Made Wahyu Utami) 803 MODEL ICM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PELAJARAN IPA KELAS VB SDN DEMAKIJO 1 INCREASING OF 5 th GRADE STUDENTS ACTIVITY ON SCIENCE THROUGH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pelajaran matematika menurut peneliti merupakan suatu pelajaran pokok dari kehidupan ini. Dan pelajaran matematika dapat mendapatkan respon positif dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI METODE OUTDOOR STUDY PADA SISWA KELAS IV DI MI AL ISLAM SURUPAN NGUNTORONADI WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar 2.1.1. Pengertian Aktivitas Belajar Sanjaya (2009: 130) mengungkapkan bahwa aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik akan tetapi juga meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING INDEX CARD MATCH

PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING INDEX CARD MATCH PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING INDEX CARD MATCH SALAH SATU ALTERNATIF PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SDN 1 SUGIHMANIK KEC.TANGGUNGHARJO KAB. GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012-2013

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan penting dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan adanya pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI I GOMBANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Menurut UU SISDIKNAS NO.20 tahun 2003 sebagaimana yang dikutip oleh Sri Hartini bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KAUMAN LOR 01 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU

PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU Hanifli hanafli.sman9@gmail.com SMAN 9 Pekanbaru ABSTRACT This research is motivated by

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS Nurhayati, Nila Kurniasih, Dita Yuzianah Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK Oleh: Winarsih, Supriyono, Mujiyem Sapti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran merupakan persiapan kita di masa depan, dalam hal ini masa depan kehidupan anak yang ditentukan oleh orang tuanya. Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). PTK merupakan penelitian berupa tindakan yang dilakukan guru di dalam kelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Suarni, Haeruddin, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu aktivitas yang melibatkan bukan hanya penguasaan kemampuan akademik, tapi juga pengembangan emosional, interaksi sosial dan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 2.1.1.1 Pengertian IPA Sains berasal dari kata "science" yang berarti ilmu. sains adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS 5 SD NEGERI TUNTANG 02 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

Pemanfaatan Index Card Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V SDN 4 Barenglor dalam Pembelajaran IPS. Nela Rofisian.

Pemanfaatan Index Card Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V SDN 4 Barenglor dalam Pembelajaran IPS. Nela Rofisian. Pemanfaatan Index Card Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V SDN 4 Barenglor dalam Pembelajaran IPS Nela Rofisian PGSD Universitas Widya Dharma Klaten rofisian@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Barat III Desa Cikampek Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUICK ON THE DRAW

ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUICK ON THE DRAW ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUICK ON THE DRAW PADA MATERI TEORI KINETIK GAS DI KELAS XI IPA SMA XAVERIUS

Lebih terperinci

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Desi Susanti 1, Pebriyenni 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS) PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS) PADA SISWA KELAS III B SD NEGERI GAMOL SLEMAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Erlinda Guru SDN 018 Rantau Sialang erlinda916@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA-KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PERCOBAAN SEDERHANA BERBASIS BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 2 MUARA BATU Juwairiah 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match. dapat mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Bahri (2006: 5) secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match. dapat mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Bahri (2006: 5) secara BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk mempermudah dalam penyampaian

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA A. Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep 1. Model Pembelajaran Tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek 114 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN BAGIAN TUMBUHAN MELALUI METODE KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 MALASAN KECAMATAN

Lebih terperinci

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU Hadi Guru Matematika SMP Negeri 1 Palu Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

Lebih terperinci