Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Afirmasi Transportasi Perdesaan TA 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Afirmasi Transportasi Perdesaan TA 2015"

Transkripsi

1 Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Afirmasi Transportasi DIREKTORAT KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 2015

2 KATA PENGANTAR Laporan Akhir Koordinasi Strategis Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi DAK Afirmasi Transportasi disusun dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program/ Kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas No. 04/M.PPN/2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kegiatan dan Anggaran di Lingkungan Kantor Kementerian PPN/Bappenas. Pelaksanaan Koordinasi Strategis Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi DAK Afirmasi Transportasi Perdesaan ini dimaksudkan untuk koordinasi perumusan arah kebijakan DAK, melakukan perencanaan teknis, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan DAK. Hasil-hasil yang telah dicapai dalam penerapan proses perencanaan, koordinasi dan pelaksanaan program di lapangan, khususnya dibeberapa lokasi sebagai studi kasus akan dilihat dan diidentifikasi permasalahan dan kendala apa saja yang dihadapi serta berupaya memberikan saran untuk perbaikan proses perencanaan dan pelaksanaan program/ kegiatan pada tahun yang akan datang. Laporan Koordinasi Strategis Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi DAK Afirmasi Transportasi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritiknya sebagai penyempurnaan dalam pelaksanaan pemantauan perencanaan dan program/kegiatan pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan pada tahun berikutnya. Jakarta, Desember 2015 Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappenas Ir. R. Aryawan Soetiarso Poetro, MSi i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GRAFIK... v DAFTAR GAMBAR... vi BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Tujuan... I Sasaran... I Keluaran Yang Diharapkan... I Ruang Lingkup Kegiatan... I Metodologi... I-5 BAB II GAMBARAN UMUM DAK AFIRMATIF DAERAH TETINGGAL DAN PERBATASAN II Gambaran Umum Dana Alokasi Khusus... II Dana Alokasi Khusus Sub Bidang Transportasi Perdesaan II Kebijakan... II Alokasi... II Petunjuk Teknis DAK... II Indikator Keberhasilan... II-5 BAB III PERENCANAAN DAK AFIRMASI SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDEDAAN TAHUN III Panitia Kerja Dana Transfer Ke Daerah... III Koordinasi Perencanaan DAK di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan TA III-4 BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI DAK AFIRMATIF SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN IV DAK Tahun 2015 di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan... IV DAK Afirmatif Tahun IV Dana Alokasi Khusus Afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan Tahun IV Aspek Perencanaan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi... IV Aspek Penganggaran DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi... IV Dana Alokasi Khusus Afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan Tahun IV Aspek Perencanaan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi... IV-6 ii

4 4.5 Aspek Penganggaran DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi... IV Mekanisme Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA IV Hasil Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA IV Kabupaten Gorontalo Utara..... IV Kabupaten Sintang..... IV Kabupaten Jayawijaya..... IV Kabupaten Sambas..... IV Kabupaten Gorontalo Utara..... IV-18 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... V Kesimpulan.... V Rekomendasi... V-2 iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ruang Lingkup Kegiatan DAK Yang Memihak Daerah Tertinggal dan Perbatasan... II-1 Tabel 3.1 Permasalahan Perencanaan DAK di Daerah Tertinggal dan Perbatasan... III-5 Tabel 3.2 Usulan Redistribusi DAK Transportasi Perdesaan di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan... III-6 Tabel 4.1 Alokasi Afirmasi Sub Bidang Transportasi IV-9 Tabel Kabupaten Dengan Selisih DAK Tahun Terbesar IV-16 Tabel 4.3 Alokasi DAK Infrastruktur Transportasi di Kabupaten Sintang IV-21 Tabel 4.4 Alokasi DAK Transportasi di Kabupaten Jayawijaya... IV-23 Tabel 4.5 Alokasi DAK Afirmasi di Kabupaten Sambas... IV-26 iv

6 DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Rata-rata Alokasi DAK di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan... IV-1 Grafik 4.2 Perbedaan Rata-rata Alokasi DAK Daerah Maju dengan Daerah Tertinggal... IV-2 Grafik 4.3 Total Alokasi DAK Terendah dan Tertinggi Tahun IV-3 Grafik 4.4 Distribusi DAK Afirmatif Tahun IV-4 Grafik 4.5 Perbedaan Rata-rata Alokasi DAK Daerah Maju dengan Daerah Tertinggal... IV-5 Grafik 4.6 Distribusi DAK Transportasi Perdesaan Per Wilayah... IV-5 Grafik Daerah Tertinggal Penerima DAK Transportasi Perdesaan Terendah dan Tertinggi TA IV-15 Grafik 4.8 Prosedur Pelaporan DAK... IV-17 v

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 DAK Transportasi di Kabupaten Gorontalo Utara TA IV-19 Gambar 4.2 DAK SPDT di Kabupaten Gorontalo Utara TA IV-20 Gambar 4.3 DAK SPKP di Kabupaten Sintang TA IV-22 Gambar 4.4 DAK SPDT di di Kabupaten Jayawijaya TA IV-24 Gambar 4.5 Kondisi Sebelum dan Sesudah Adanya Moda Transportasi DAK SPDT... IV-25 Gambar 4.6 Jalan dan Jembatan DAK SPKP Di Kabupaten Sambas IV-27 vi

8 BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah memberikan arahan baru bagi pelaksanaan pembangunan agar dapat berjalan dengan efektif, efisien, dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan. Selain itu, kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal diharapkan dapat mendorong peningkatan kapasitas dan kapabilitas pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik yang lebih baik, serta menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Dalam rangka mewujudkan komitmen pemerintah untuk mendorong pelaksanaan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah dengan mengalokasikan anggaran transfer ke daerah di dalam APBN. Pada tahun 2015 terdapat 4 (empat) mekanisme anggaran transfer daerah, yaitu: (1) Dana Perimbangan; (2) Dana Otonomi Khusus; (3) Dana Keistimewaan DIY; dan (4) Dana Transfer lainnya. Salah satu alokasi yang berperan penting dalam pembangunan daerah adalah mekanisme Dana Perimbangan. Dana perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Ketiga komponen Dana Perimbangan tersebut merupakan trilogi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya mengingat tujuan dari ketiganya adalah saling melengkapi. Berdasarkan Undang-Undang No 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah, Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus merupakan salah satu komponen dana perimbangan yang memiliki peran penting dalam pengurangan kesenjangan antar wilayah dan peningkatan pembangunan infrastruktur khususnya di daerah tertinggal, karena sesuai amanat Peraturan Pemerintah No 55/2005 tentang Dana Perimbangan, Dana Alokasi Khusus hanya dapat digunakan untuk mendanai kegiatan yang bersifat fisik. Mengingat strategisnya peran DAK tersebut maka di dalam pengelolaannya harus dilakukan secara efektif, efisien dan mencerminkan suatu semangat tata pemerintahan yang baik (good governance) mulai dari aspek kebijakan, perencanaan, alokasi, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasinya. I-1

9 Pendahuluan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan merupakan daerah yang memerlukan pemihakan dari pemerintah pusat karena masih minimnya berbagai sarana dan prasarana serta pelayanan dasar di wilayah tersebut. Daerah tertinggal merupakan suatu daerah kabupaten yang masyarakat dan wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Ketertinggalan daerah tersebut diukur berdasarkan kriteria ekonomi, sumber daya manusia, infrastruktur, aksesibilitas dan celah fiskal. Oleh karena itu, diperlukan upaya pembangunan daerah yang terencana dan sistematis agar Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan tersebut dapat mengejar ketertinggalannya dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia yang telah maju terlebih dahulu. Semenjak tahun 2014, pemerintah menyusun kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) afirmatif yang ditujukan untuk daerah tertinggal dan kawasan perbatasan. Dengan demikian, DAK Bidang Sarana Dan Prasarana Daerah Tertinggal (DAK-SPDT) dan DAK Bidang Sarana Dan Prasarana Kawasan Perbatasan (DAK-SPKP) yang semula merupakan bidang tersendiri dalam DAK dilebur menjadi DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan. DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan ini merupakan salah satu mekanisme penyaluran dana yang menunjukkan keberpihakan pemerintah untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang tercantum dalam RPJMN khususnya pada dimensi pembangunan Nawacita ke-3, yaitu Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Melalui Dana Alokasi Khusus ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan. Dalam proses pemanfaatan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan, salah satu tahapan awal yang harus dilalui adalah persiapan dan perencanaan teknis. Dalam upaya melakukan perencanaan yang komprehensif terhadap pemanfaatan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan yang diarahkan untuk mendukung kebijakan pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan diperlukan adanya tinjauan lapangan untuk mengetahui fakta yang terjadi dilapangan untuk kemudian dilakukan diskusi mengenai pematangan konsep, pemetaan kebutuhan pembangunan serta perolehan data dan informasi mengenai rencana pengembangan sarana dan prasarana di daerah tertinggal dengan melibatkan beberapa SKPD yang terkait. Pemanfaatan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan khususnya pada kawasan perbatasan merupakan upaya pengurangan keterisolasian fisik wilayah di kecamatan perbatasan dan kawasan pulau kecil terluar berpenduduk. I-2

10 Pendahuluan Berdasarkan hasil Monitoring yang telah dilakukan Bappenas dalam pengelolaan DAK SPDT dan DAK SPKP dan juga DAK afirmatif Transportasi Perdesaan, terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan aspek keuangan, teknis, kelembagaan, dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dalam aspek keuangan, permasalahan utama adalah belum optimalnya kinerja DAK bagi daerah karena ketidaksesuaian (mismatch) antara alokasi dan kebutuhan daerah. Dalam aspek teknis, terdapat permasalahan yang berkaitan dengan masih belum optimalnya kebijakan teknis DAK. Dalam aspek kelembagaan, terdapat permasalahan yang berkaitan dengan belum mantap dan optimalnya koordinasi kelembagaan antara pusat dan daerah, belum terbentuknya tim koordinasi di pusat dan provinsi, serta belum optimalnya kinerja tim koordinasi di wilayah kabupaten. Dalam aspek tata kepemerintahan yang baik (good governance) terdapat permasalahan yang berkaitan dengan masih rendahnya kinerja penerapan prinsip transparansi, akuntabilitas dan partisipasi dalam pengelolaan DAK. Oleh karena itu, untuk mendukung operasionalisasi fungsi Bappenas dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi diperlukan dukungan kegiatan yang bersifat lintas kedeputian dan lintas direktorat dalam bentuk koordinasi strategis. Kegiatan koordinasi strategis tersebut secara terbatas telah berjalan sejak tahun Sementara, pada tahun 2008 Bappenas telah membentuk Tim Koordinasi Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus (TKP2E-DAK) melalui Surat Keputusan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No. Kep. 010A /M.PPN/01/2008 Selanjutnya untuk mendukung operasionalisasi TKP2E-DAK telah dibentuk pula Sekretariat TKP2E-DAK Bappenas melalui Surat Keputusan Sekretaris Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor. Kep. 027 A/SES/01/2008 tentang Pengangkatan Kepala Sekretariat Koordinasi Perencanaan, Pemantauan, Dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Untuk mendukung keberlanjutan operasionalisasi fungsi Bappenas maka pada tahun 2015 diperlukan kegiatan Koordinasi Strategis Penyusunan Kebijakan, Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan yang didukung oleh Tim Koordinasi Penyusunan Kebijakan, Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi DAK (TKPKP2E-DAK) Bappenas, serta dibantu oleh Sekretariat TKPKP2E-DAK Bappenas. Untuk pelaksanaan kegiatan koordinasi strategis penyusunan kebijakan, perencanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK tahun 2015 ini, laporan difokuskan pada pelaksanaan evaluasi DAK SPDT dan DAK SPKP tahun 2014, serta pelaksanaan DAK Afirmasi Transportasi Perdesaan than Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan anggaran dan waktu pelaksanaan pemantauan. I-3

11 Pendahuluan 1.2. Tujuan Kegiatan Koordinasi Strategis Penyusunan Kebijakan, Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan bertujuan untuk: 1. Melakukan koordinasi dalam perumusan arah kebijakan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2016; 2. Melakukan perencanaan teknis DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2016; 3. Melakukan pemantauan pelaksanaan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan 2015; 4. Melaksanakan evaluasi DAK SPDT dan DAK SPKP TA Sasaran Sasaran kegiatan Koordinasi Strategis Penyusunan Kebijakan, Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan adalah: 1. Tersusunnya arah kebijakan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2016; 2. Tersusunnya perencanaan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2016; 3. Terlaksananya pemantauan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi ; 4. Terlaksananya evaluasi DAK SPDT dan DAK SPKP TA Keluaran yang Diharapkan Keluaran kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Arah Kebijakan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan dalam RKP Tahun 2016; 2. Laporan Pemantauan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan Tahun 2015; 3. Laporan Evaluasi DAK Bidang Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal (DAK SPDT) Tahun Ruang Lingkup Kegiatan 1. Penyusunan Arah Kebijakan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan dalam RKP 2016 Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun rancangan arah kebijakan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan dalam RKP tahun Perencanaan Teknis DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2016 I-4

12 Pendahuluan Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun rencana teknis DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan tahun Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat lintas kementerian/lembaga. 3. Pemantauan Pelaksanaan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Kegiatan ini bertujuan untuk memantau pelaksanaan DAK afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan di daerah terpilih tahun Evaluasi DAK Bidang Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal (DAK SPDT) TA 2014 Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan DAK Bidang Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal (DAK SPDT) tahun Metodologi Untuk mencapai tujuan dan sasaran evaluasi pengelolaan DAK Bidang Sarana Prasarana Daerah Tertinggal 2014, metode yang digunakan adalah: 1. Pengumpulan hasil evaluasi DAK SPDT. 2. Pengolahan hasil evaluasi DAK DAK SPDT. 3. Pelaksanaan FGD untuk membahas pengelolaan DAK SPDT TA 2014 dalam usaha melihat perkembangan dan permasalahan yang dihadapi di daerah dengan melibatkan pemerintah daerah terkait. 4. Pelaksanaan penyusunan laporan evaluasi DAK SPDT TA I-5

13 BAB GAMBARAN UMUM DAK AFIRMATIF DAERAH TERINGGAL DAN PERBATASAN 2.1. Gambaran Umum Dana Alokasi Khusus Kebijakan DAK secara umum telah menunjukkan keberpihakan terhadap daerah tertinggal dan perbatasan. Hal tersebut tercantum pada RKP 2015, khususnya dari aspek perencanaan dan juga pengalokasian. Pemihakan pada aspek perencanaan DAK secara umum ditunjukkan bahwa program dan kegiatan DAK yang diatur dalam petunjuk teknis masing-masing bidang DAK perlu mengakomodir kebutuhan sarana dan prasarana daerah tertinggal, perbatasan, terluar, terpencil, pesisir dan kepulauan. Sedangkan pemihakan pada aspek pengalokasian terlihat bahwa pengalokasian DAK memprioritaskan daerah tertinggal, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah pesisir dan kepulauan, yang merupakan kriteria khusus dalam pengalokasian DAK. Pada tahun 2015, terdapat dua kelompok bidang DAK, yaitu DAK Pelayanan Dasar, dan DAK Non Pelayanan Dasar. Sedangkan bidang DAK pada tahun 2015 sebanyak 14 bidang. Dari seluruh bidang DAK, terdapat 3 (tiga) bidang yang menunjukkan adanya keberpihakan secara tertulis dalam RKP 2015, yaitu DAK bidang Pendidikan, DAK bidang Kesehatan dan DAK Bidang Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi. Pemihakan tersebut tercantum dalam ruang lingkup DAK di setiap bidang sebagaimana terdapat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Ruang Lingkup Kegiatan DAK yang Memihak Daerah Tertinggal dan Perbatasan Bidang DAK bidang Pendidikan Ruang Lingkup Pembangunan rumah dinas/mess guru SD, SMP, SMA/ SMK di daerah 3T (tertinggal, terluar dan terpencil) DAK Bidang kesehatan Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas terutama di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan kepulauan.; Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan terutama di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan kepulauan.; Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Mampu PONED di terutama di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan kepulauan.; II-1

14 Gambaran Umum DAK SPDT Bidang DAK Bidang Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi Ruang Lingkup Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Perdesaaan pada desa-desa miskin/rawan air serta terpencil dan tertinggal dengan sumber air baku yang relatif mudah/dekat. Sumber: Perpres No 43/2014 tentang RKP 2015 Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) bertujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Selain itu, penglaokasian DAK juga bertujuan untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dan pengurangan ketimpangan antar wilayah dengan memperhatikan pengalokasian DAK kepada daerah-daerah tertinggal, perbatasan, terluar, terpencil, pesisir dan kepulauan. Sebagai wujud dari keberpihakan tersebut maka disusun kebijakan DAK afirmatif. Pada tahun 2015, terdapat 5 (lima) bidang DAK yang mendapat alokasi DAK afirmatif, yaitu sebagai berikut: 1. DAK Bidang Infrastruktur irigasi; 2. DAK Bidang Infrastruktur air minum; 3. DAK Bidang Infrastruktur sanitasi; 4. DAK Sub Bidang Infrastruktur jalan; dan 5. DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan. Pada tahun 2015, dilakukan restrukturisasi bidang DAK sehingga lebih fokus dan berdampak signifikan. Restrukturisasi bidang DAK berdampak terhadap pengalihan Dana Alokasi Khusus Bidang Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal (DAK SPDT) dan Dana Alokasi Khusus Bidang Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan (DAK SPKP) kedalam Dana Alokasi Khusus Sub Bidang Transportasi Perdesaan (DAK Transdes) dalam bentuk DAK afirmatif. Penyederhanaan tersebut dilakukan mengingat output yang dihasilkan pada ketiga bidang tersebut memilik kemiripan, yaitu sarana dan prasarana transportasi. Selanjutnya akan dibahas lebih rinci mengenai DAK afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan yang merupakan transformasi dari DAK SPDT dan DAK SPKP 2.2. Dana Alokasi Khusus Sub Bidang Transportasi Perdesaan Kebijakan a. Kebijakan Umum Kebijakan umum DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan (Transdes) diarahkan untuk memenuhi komitmen pemerintah daerah untuk menetapkan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) yang merupakan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pengembangan Kawasan Strategis II-2

15 Gambaran Umum DAK SPDT Cepat Tumbuh di Daerah. Mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK) Sub Bidang Transportasi Perdesaan dilakukan dalam rangka percepatan pembangunan di KSCT dengan meningkatkan aksesibilitas masyarakat pelaku usaha di KSCT. b. Kebijakan Afirmatif Berbeda dengan kebijakan umum, kebijakan afirmatif DAK Sub Bidang Transdes diprioritaskan untuk daerah tertinggal dan kawasan perbatasan. Lokasi kegiatan DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan di daerah tertinggal diutamakan dilakukan di desa-desa terpencil dan terisolir, sedangkan di kawasan perbatasan diutamakan di lokasi prioritas (lokpri) kecamatan perbatasan antar negara. Pemilihan daerah tertinggal mengacu pada enam kriteria dasar, yaitu perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan (celah fiskal), aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta berdasarkan keberadaannya di daerah perbatasan antarnegara dan gugusan pulau kecil, daerah rawan bencana, dan daerah rawan konflik. Sedangkan kawasan perbatasan mengacu pada Rencana Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2014 dan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun Selain itu, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat juga mengamanatkan memberikan prioritas pertama pada pembangunan infrastruktur transportasi. Kebijakan khusus DAK Sub Bidang Transdes tahun 2015 antara lain adalah sebagai berikut: 1. Ruang lingkup kegiatan DAK Sub Bidang Transdes Tahun 2015 yaitu : a. Pembangunan dan peningkatan jalan poros wilayah dan jembatan non status, serta dermaga/tambatan perahu, yang meliputi antara lain: b. Pembangunan jalan poros wilayah berupa pekerjaan galian dan timbunan tanah untuk menyiapkan badan dan bahu jalan yang dilanjutkan dengan pembangunan konstruksi pondasi, perkerasan, dan permukaan bidang jalan; c. Peningkatan perkerasan jalan poros wilayah/jalan non status berupa peningkatan jalan tanah, jalan setapak ke jalan kerikil/jalan aspal atau dari jalan kerikil/agregat ke jalan aspal; d. Pembangunan jembatan non status. Untuk pemilihan jenis struktur dan bahan konstruksi jembatan agar disesuaikan dengan kondisi topografi dan ketersediaan material; e. Pembangunan dermaga/tambatan perahu (jetty/quay) berupa pekerjaan pengerukan dasar laut/perairan yang dilanjutkan dengan pekerjaan konstruksi pondasi dan lantai dermaga; II-3

16 Gambaran Umum DAK SPDT f. Pengadaan sarana angkutan penumpang dan barang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah, seperti mini bus, pick up, dump truck, dan kapal (kapal kayu/kapal fiberglass/kapal mesin tempel) dan bus potong 2. Peran Bappeda dan SKPD pengelola DAK Sub Bidang TransdesTahun 2015 : Dalam rangka optimalisasi penggunaan DAK Sub Bidang Transdes serta sinergitas pemanfaatan DAK seluruh bidang dan sumber pendanaan lain maka Bappeda diharapkan melakukan koordinasi dengan SKPD-SKPD Pengelola bidang-bidang DAK di daerah dalam hal : a. Proses perencanaan, yang meliputi penetapan menu kegiatan, lokasi, pengelola, dan kelompok penerima manfaat; b. Penganggaran, c. Pelaksanaan dan; d. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan. Dalam aspek pelaksanaan, beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: a. Pembangunan dan peningkatan jalan poros wilayah melalui DAK Transdes harus disinergikan dengan program pembangunan jalan kabupaten/kota, provinsi dan nasional dan dikoordinasikan dengan Bappeda kabupaten/kota dan provinsi; b. Penyusunan Daftar Ruas Jalan Prioritas non status kabupaten/kota adalah dengan mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut (1) sesuai dengan kebijakan nasional, yaitu membuka aksesibilitas jalan poros wilayah sehingga dapat memberikan akses keluar masuk orang dan barang; (2) penanganan jalan non status bersifat integrative dengan ruas-ruas jalan lain seperti jalan kecamatan, jalan kabupaten/kota, jalan provinsi dan jalan nasional; (3) pemilihan ruas jalan diprioritaskan untuk membuka akses jalan ke daerah yang potensial; dan (4) penyusunan program penanganan ditentukan oleh tingkat kebutuhan dan aksesibilitas pada wilayah tersebut 3. Untuk keberlanjutan pemanfaatan sarana dan prasarana yang dibangun, pemerintah daerah harus menyatakan komitmennya untuk membiayai pemeliharaan jalan; Alokasi Daerah penerima DAK Sub Bidang Transdes tahun 2015 didasarkan pada Perpres Nomor 162 Tahun 2014 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TA.2015 pada Lampiran 17 dan Lampiran 18. Total alokasi DAK reguler Sub Bidang Transdes Tahun 2015 adalah sebesar Rp Milyar, sedangkan alokasi untuk DAK afirmatif untuk Sub Bidang Transdes sebesar Rp Milyar. II-4

17 Gambaran Umum DAK SPDT Petunjuk Teknis DAK a. Tujuan DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan Tujuan DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan adalah untuk menjamin kelancaran mobilitas masyarakat dan distribusi barang/jasa melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi wilayah di pusat-pusat pertumbuhan kawasan yang memiliki sektor basis potensial seperti di KSCT, KAPET, KSPN, dan KPI; serta membuka keterisolasian daerah tertinggal dan kawasan perbatasan. b. Sasaran DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan Sasaran DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan adalah meningkatnya ketersediaan dan kemudahan aksesibilitas masyarakat di daerah terhadap pelayanan konektivitas wilayah dari sentra-sentra produksi menuju outlet-outlet pemasaran di tingkat lokal, nasional, internasional, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pusatpusat pertumbuhan seperti wilayah KSCT, KAPET, KSPN, dan KPI serta memudahkan aksesibilitas masyarakat dalam menunjang kegiatan ekonomi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan Tahun 2015 yatu: a. Terbangunnya, terpelihara jalan poros wilayah dan jembatan non status, serta dermaga/tambatan perahu; b. Tersedianya sarana transportasi perdesaan II-5

18 BAB PERENCANAAN DAK AFIRMASI SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN 2016 Pada tahun 2016, perencanaan DAK melalui berbagai tahapan pelaksanaan pembahasan di antara pemerintah dan juga antara pemerintah degan DPR. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika DAK untuk daerah tertinggal dan kawasan perbatasan masih berupa bidang tersendiri dan dapat menyusun dokumen kesepakatan Trilateral Meeting DAK secara mandiri, sejak tahun 2014, seiring dengan meleburnya DAK SPDT dan SPKP menjadi DAK afirmatif, maka tidak dilakukan penyusunan dokumen kesepakatan Trilateral Meeting DAK secara mandiri, melainkan menginduk pada dokumen kesespakatan DAK Trsnportasi Perdesaan yang disusun oleh Direktorat Transporasi Bappenas dengan Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II, Kementerian Dalam Negeri. Mengingat keterbatasan kewenangan, maka upaya yang dilakukan oleh Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal dalam mengawal perencanaan DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan antara lain adalah: a. Mengirimkan memorandum kepada Direktorat Otonomi Daerah selaku koordinator DAK secara umum mengenai arah kebijakan dan focus prioritas penanganan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan sebagai panduan bagi seluruh bidang DAK khususnya DAK afirmasi dalam menyusun arah kebijakan DAK setiap program yang memihak pada daerah tertinggal dan kawasan perbatasan b. Berpartisipasi dalam forum Panitia Kerja Dana Transfer ke Daerah yang dilakasnakan antara pemerintah pusat dan DPR c. Berkoordinasi dengan Direktorat Transporasi Bappenas; Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II Kementerian Dalam Negeri; dan Direktorat Dana Perimbangan Kementerian Keuangan dalam rangka penyusunan Petunjuk Teknis pelaksanaan DAK afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan 2016 dan koordinasi perencanaan DAK 2017 afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan Panitia Kerja Dana Transfer ke Daerah Setelah perumusan kesepakatan melalui forum Trilateral Meeting DAK, selanjutnya melalui pembahasan pembahasan antara pemerintah dengan DPR dalam forum Panitia Kerja Dana Transfer ke Daerah yang dilakukan pada 29 Oktober Beberapa kesespakatan pembahasan DAK baiks ecara umum dan juga secara khuss yang terkait dengan afirmasi terhadap daerah tertinggal dan perbatasan antara laina dalah sebagai berikut: III-1

19 BAB V Prencanaan DAK Afirmasi Transdes TA ) Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu mendanai kegiatan fisik dan nonfisik yang merupakan urusan daerah sesuai dengan kebutuhan daerah dan prioritas nasional. 2) Tujuan pengalokasian DAK adalah untuk: Membantu daerah dalam mendanai kegiatan sesuai kebutuhan dan prioritas nasional yang disampaikan melalui mekanisme bottom up (proposal based), dengan memperhatikan masukan DPR-RI dalam rangka mendukung percepatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas layanan publik; Mendanai kebutuhan, infrastruktur, sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat dan kegiatan nonfisik; dan Untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional. 3) DAK Fisik, meliputi: DAK Reguler, terdiri atas 10 bidang, termasuk DAK Fisik dari pengalihan Tugas Pembantuan, dan percepatan pembangunan infrastruktur; DAK Afirmasi; dan DAK Infrastruktur Publik Daerah. 4) DAK Nonfisik, meliputi: a. Bantuan Operasional Sekolah (BOS); b. Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (TPG PNSD); c. Tambahan Penghasilan Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (Tamsil Guru PNSD); d. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB); e. Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2); f. Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); g. Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM dan Ketenagakerjaan. 1) DAK Fisik DAK Fisik TA 2016 sebesar Rp85.453,6 miliar. a) DAK Reguler DAK Reguler TA 2016 sebesar. Rp55.094,3 miliar. Pokok Pokok Kebijakan 1. Bidang DAK Reguler Tahun 2016 meliputi : A. Dimensi Pembangunan Manusia: 1. Pendidikan 2. Kesehatan dan Keluarga Berencana 3. Infrastruktur Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi III-2

20 BAB V Prencanaan DAK Afirmasi Transdes TA 2016 B. Dimensi Sektor Unggulan: 4. Kedaulatan Pangan 5. Energi Skala Kecil 6. Kelautan dan Perikanan 7. Kehutanan dan Lingkungan Hidup C. Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan: 8. Transportasi 9. Sarana Perdagangan, Industri Kecil dan Menengah, dan Pariwisata 10. Prasarana Pemerintahan Daerah 2. Sebagai dasar alokasi, Daerah wajib menyampaikan usulan kepada Pemerintah. 3. Tidak ada kewajiban penyediaan Dana Pendamping. 4. Maksimal 5% dari alokasi DAK per daerah dapat digunakan untuk penunjang kegiatan fisik. b) DAK Afirmasi DAK Afirmasi TA 2016 sebesar Rp2.820,7 miliar. Pokok-pokok kebijakan DAK Afirmasi Tahun 2016 meliputi: 1. Menggunakan pendekatan wilayah sebagai kebijakan afirmasi untuk mempercepat pembangunan di daerah perbatasan, tertinggal, dan/atau kepulauan. 2. Jumlah daerah yang masuk kategori perbatasan, tertinggal, dan/atau kepulauan dikoordinasikan dengan Bappenas, Kemendes PDTT, BNPP, Kemendagri. DAK Afirmasi diperuntukkan bagi Bidang Infrastruktur Dasar: a. Infrastruktur Transportasi (sub bidang jalan dan sub bidang transportasi perdesaan); b. Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum; dan c. Infrastruktur Irigasi. 3. Sebagai dasar alokasi daerah wajib menyampaikan usulan kepada Pemerintah untuk mendanai pembangunan/rehabilitasi infrastruktur dasar di luar yang didanai dari DAK Reguler dan belanja murni APBD. 4. Besaran alokasi DAK didasarkan pada data kebutuhan teknis dan usulan percepatan pembangunan infrastruktur dari daerah (proposal based), diluar yang didanai dari DAK reguler dan belanja murni APBD; 5. Tidak ada kewajiban penyediaan Dana Pendamping. 6. Maksimal 5% dari alokasi DAK per daerah dapat digunakan untuk penunjang kegiatan fisik. III-3

21 BAB V Prencanaan DAK Afirmasi Transdes TA 2016 Pengalokasian DAK Afirmasi Menggunakan bobot kebutuhan teknis (data teknis yang telah diverifikasi oleh K/L) untuk Subbidang Jalan, Transportasi Perdesaan, Irigasi, Sanitasi dan Air Minum; Mengacu pada ketersediaan pagu DAK Afirmasi; Memperhatikan daerah tertinggal, daerah perbatasan dan/atau daerah kepulauan; Mempertimbangkan tingkat kemampuan keuangan daerah (KKD); dan Mempertimbangkan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Koordinasi Perencanaan DAK di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan TA 2016 DAK Transportasi secara menyeluruh sangat bermanfaat dalam meningkatkan konektivitas khususnya di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan Dengan meningkatkan aksesibilitas maka diharapkan dapat mendorong tumbuhnya berbagai aktivitas ekonomi masyarakat dan juga dapat meningkatkan akses masyarakat menuju pelayanan kesehatan dan pendidikan sehingga secara tidak langsung juga dapat mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut menunjukkan bahwa DAK Transportasi berperan dalam inisiasi konsep DAK Kewilayahan khususnya dalam penanganan permasalahan transportasi wilayah secara terpadu, pembangunan jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan non status, pembangunan perlengkapan keselamatan transportasi, pembangunan dermaga/tambatan perahu dan pengadaan moda transportasi darat dan air. Dalam hal ini, pembangunan transportasi diprioritaskan untuk menghubungkan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan ke pusat-pusat pertumbuhan wilayah (kawasan strategis). Sedangkan ruas-ruas jalan yang dibangun dan bantuan moda transportasi diprioritaskan untuk membuka keterisolasian daerah tertinggal dan wilayah perbatasan. Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan DAK Transportasi secara umum di daerah tertinggal dan perbatasan dan juga khususnya DAK afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan sebagaimana terdapat pada Tabel 3.1 dibawah ini. Secara umum, upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut terbagi menjadi dua bagian yang yang dapat dilakukan dalam konteks tahun 2016 dan juga tahun 2017, yaitu: (1) Penajaman Juknis DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan 2016; dan (2) Redistribusi alokasi DAK Afirmasi Bidang Transdes III-4

22 BAB V Prencanaan DAK Afirmasi Transdes TA 2016 Tabel 3.1. Permasalahan Perencanaan DAK di Daerah Tertinggal dan Perbatasan NO Kendala Upaya yang perlu dilakukan 1 Berkurangnya alokasi DAK sarana dan prasarana untuk kawasan perbatasan yang cukup drastis dari Rp 12.5 Milyar tahun 2010 dan Rp 17.6 Milyar tahun 2014 menjadi Rp 4.75 Milyar tahun Terdapat 2 kawasan perbatasan yang tidak mendapat alokasi DAK afirmasi Bidang Transdes 2016, yaitu Kabupaten Indragiri Hilir dan Aceh Besar 3 Belum adanya kejelasan informasi pengalokasian dana DAK bidang Transdes untuk daerah tertinggal yang juga merupakan kawasan perbatasan 4 Berdasarkan hasil monitoring pada beberapa lokasi perbatasan menunjukkan bahwa alokasi DAK afirmasi bidang Transportasi Perdesaan tidak dialokasikan pada kecamatan Lokpri Redistribusi alokasi DAK Afirmasi Bidang Transdes 2017 Penajaman Juknis DAK Afirmasi Bidang Transdes 2016 Untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas, telah dilakukan pertemuan pada tanggal 23 November 2015 yang diinisiasi oleh Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal dengan mengundang Direktorat Otonomi Daerah dan Direktorat Transporasi Bappenas; Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II Kementerian Dalam Negeri; dan Direktorat Dana Perimbangan Kementerian Keuangan dalam rangka penyusunan Petunjuk Teknis pelaksanaan DAK afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan 2016 dan koordinasi perencanaan DAK 2017 afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan Menyikapi berkurangnya alokasi DAK Transportasi Perdesaan di kawasan perbatasan, serta adanya kabupaten perbatasan yang tidak mendapatkan alokasi DAK Transportasi Perdesaan, maka diperlukan redistribusi alokasi DAK Afirmasi Bidang Transportasi Perdesaan pada tahun Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan penyesuaian dalam perhitungan alokasi DAK afirmasi Transportasi Perdesaan TA 2017 per kabupaten/kota dengan memberikan bobot yang lebih besar pada kawasan perbatasan. Hal tersebut diperlukan mengingat selama ini kabupaten perbatasan hanya diperhitungkan dalam hal dapat atau tidak. Seharusnya kabupaten perbatasan diberikan bobot yang lebih besar sehingga tidak hanya sekedar mendapatkan alokasi DAK, tetapi juga mendapat alokasi DAK yang lebih besar dibandingkan daerah lainnya. Apabila daeah perbatasan tersebut juga merupakan daerah tertinggal, maka diperlukan alokasi minimal dua kali lipat mengingat masalah yang dihadapi lebih besar, yaitu tidak hanya menghubungkan lokasi pusay produksi ke pusat-pusat pertumbuhan, tetapi juga membuka keterisolasian kecamatan lokpri di kawasan perbatasan. Sebelum DAK SPKP dilebur menjadi DAK Transportasi Perdesaan pada tahun 2015, kawasan perbatasan mendapatkan alokasi DAK SPKP dengan rata-rata sebesar Rp 17.6 Milyar. Untuk mendorong peningkatan rata-rata alokasi DAK Transportasi III-5

23 BAB V Prencanaan DAK Afirmasi Transdes TA 2016 Perdesaan di kawasan perbatasan dari Rp 4.5 Milyar menjadi Rp 17.6 Milyar merupakan hal yang sangat berat. Yang memungkinkan untuk dilakukan adalah memberikan bobot yang lebih besar pada kawasan perbatasan agar kawasan perbatasan mendapatkan alokasi yang leih besar, setidaknya mencapai di atas Rp 10 Milyar per kabupaten. Hasil exercise pada Tabel 3.2 dibawah ini menunjukkan beberapa alternatif distribusi DAK sehingga setiap kawasan perbatasan mendapatkan rata-rata diatas Rp 10 Milyar (mendekati rata-rata alokasi DAK SPKP tahun 2014) dan rata-rata daerah tertinggal masih lebih tinggi dibandingkan Rp 4,1 Milyar (ratarata alokasi DAK SPDT tahun 2014) Tabel 3.2. Usulan Redistribusi DAK Transportasi Perdesaan di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Tahun Dating 122 kab (Rp Milyar) Katas 41 kab/kota (Rp Milyar) Keterangan , , , , , , ,0 Exercise , , , ,0 Usulan redistribusi 4.414, ,0 Usulan redistribusi Terkait dengan perencanaan DAK Transportasi Perdesaan TA 2017, diusulkan beberapa hal antara lain memisahkan alokasi DAK afirmasi Bidang Transportasi Peredsaan dalam Lampiran Perpres APBN untuk kawasan perbatasan dan tertinggal. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan kebingungan bagi pemerintah daerah khususnya yang terdapat di daerah tertinggal yang juga merupakan kawasan perbatasan. Sedangkan untuk meningkatkan besaran alokasi DAK Transportasi Pedesaan untuk kawasan Perbatasan maka diperlukan penambahan data teknis baru yang dapat mengkatrol besara alokasi dana DAK TRansportasi Perdesaan di kawasan perbatasan. Selain koordinasi perencanaan DAK Transportasi Perdesaan TA 2017, diperlukan juga upaya penajaman petunjuk teknis pelaksanaan DAK Transportasi Perdesaan TA 2016 untuk mengantisipasi beberapa permasalahan teknis yang ditemui berdasarkan hasil monitoring pelaksanaan DAK Transportasi, antara lain ketidakjelasan informasi pengalokasian dana DAK Transportasi Perdesaan untuk daerah tertinggal yang juga merupakan kawasan perbatasan, serta pengalokasian bantuan DAK Transportasi Perdesaan di kawasan perbatasan yang tidak dialokasikan pada kecamatan Lokpri. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut disepakati beberapa hal sebagai berikut: III-6

24 BAB V Prencanaan DAK Afirmasi Transdes TA Menghilangkan kata prioritas dan diutamakan menjadi dialokasikan atau dilakukan agar menghindari ketidakjelasan peraturan. Beberpa perubahan tersebut antara lain: o Kebijakan afirmatif DAK Sub Bidang Transportasi Perdesaan dialokasikan untuk daerah tertinggal dan kawasan perbatasan. o Lokasi kegiatan DAK afirmatif di daerah tertinggal dilakukan di desa-desa tertinggal yang diprioritaskan untuk terentaskan sesuai target RPJMN dengan mengacu pada Indeks Pembangunan Desa o Lokasi kegiatan DAK afirmatif di kawasan perbatasan dilakukan di lokasi prioritas (lokpri) kecamatan perbatasan antar negara 2. DAK afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan untuk daerah tertinggal yang merupakan kawasan perbatasan sepenuhnya dialokasikan di kecamatan Lokpri kecuali apabila kebutuhan akses terhadap seluruh desa di kecamatan Lokpri sudah terpenuhi 3. Hal tersebut akan dituangkan dalam juknis dan disampaikan dalam sosialisasi DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan tahun 2016 yang akan dilakukan tanggal 3-4 Desember 2015 di Puri Denpasar. III-7

25 BAB PEMANTAUAN & EVALUASI DAK AFIRMATIF SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN DAK Tahun 2015 di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan Rata-rata total DAK di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada awal munculnya kebijakan pengalokasian DAK di tahun 2003, rata-rata daerah tertinggal mendapat alokasi DAK sebesar Rp 7.3 Milyar. Pada tahun-tahun berikutnya mengalami peningkatan dimana pada tahun 2010 menjadi Rp 43,6 Milyar dan semakin meningkat hingga mencapai Rp 90.9 Milyar pada tahun Hal tersebut juga terjadi di kawsan perbatasan yang mengalami peningkatan rata-rata alokasi DAK setiap tahunnya. Pada tahun 2015 terlihat bahwa rata-rata kawasan perbatasan mendapat alokasi DAK sebesar Rp 84.4 Milyar. Peningatan rata-rata alokasi DAK di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan dapat dilihat pada Grafik 4.1 dibawah ini Grafik 4.1 Rata-rata Alokasi DAK di Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan , , , , , Daerah Tertinggal Daerah Maju Daerah Perbatasan Sumber: PMK DAK dan Perpres 162/2014 Rincian APBN 2015, diolah *diluar alokasi DAK Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) Peningkatan alokasi terhadap daerah tertinggal dan daerah perbatasan seperti terdapat pada Grafik 4.1 berbanding terbalik dengan kondisi di daerah maju. Meskipun rata-rata alokasi di daerah maju mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan. Pada tahun 2003, berbedaan rata-rata alokasi DAK di daerah maju terpaut Rp 1.2 Milyar atau sebesar 17% dibandingkan daerah tertinggal. Sedangkan pada tahun 2015 perbedaan rata-rata alokasi DAK di daerah maju terpaut Rp 38.7 Milyar atau sebesar 42.6% dibandingkan daerah tertinggal. Hal tersebut menunjukkan adanya keberpihan penganggaran yang ditunjukkan oleh pemerintah melalui skema dana perimbangan yaitu Dana Alokasi Khusus dalam mendukung percepatan IV-1

26 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan. Perbedaan rata-rata alokasi DAK di daerah maju dan daerah tertinggal terdapat pada Grafik 4.2 dibawah ini. Grafik 4.2 Perbedaan Rata-rata Alokasi DAK Daerah Maju dengan Daerah Tertinggal Perbedaan Rata-rata Alokasi DAK (Rp juta) , , , , , ,00 0, ,00 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% -10,0% Perbedaan (Rp juta) % Sumber: PMK DAK dan Perpres 162/2014 Rincian APBN 2015, diolah *diluar alokasi DAK Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) Pada Grafik 4.3 dibawah ini terlihat bahwa sepuluh kabupaten yang mendapatkan alokasi DAK terbesar merupakan daerah tertinggal yang berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kabupaten yang mendapatkan total alokasi DAK terbesar adalah Kabupaten Merauke yaitu sebesar Rp Milyar, sedangkan kabupaten yang mendapatkan alokasi DAK terendah adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu yaitu sebesar Rp Milyar. Hal tersebut merepresentasikan kebutuhan pembangunan di daerah tertinggal dan perbatasan yang masih sangat tinggi terutama dalam peningkatan sarana dan prasarana transportasi. IV-2

27 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Grafik 4.3 Total Alokasi DAK Terendah dan Tertinggi Tahun 2015 Kab. Ogan Komering Ulu Kab. Penajam Paser Utara Kab. Tanjung Jabung Barat Kab. Berau Kab. Tabalong Kab. Tana Tidung Kab. Paser Kab. Batanghari Kab. Muara Enim Kab. Sleman Kab. Yalimo Kab. Nduga Kab. Lanny Jaya Kab. Ketapang Kab. Mamberamo Tengah Kab. Pegunungan Bintang Kab. Tolikara Kab. Puncak Jaya Kab. Puncak Kab. Merauke Sumber: Perpres 162/2014 Rincian APBN 2015, diolah *diluar alokasi DAK Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) 4.2. DAK Afirmatif Tahun 2015 Pada tahun 2015 terdapat 5 (lima) bidang DAK yang mendapatkan DAK Afirmatif, yaitu: (1) Infrastruktur Irigasi; (2) Infrastruktur Air Minum; (3) Infrastruktur Sanitasi; (4) Infrastruktur Jalan dan (1) Transportasi Perdesaan. Hal tersebut menunjukkan peningkatan keberpihakan terhadap daerah tertinggal dan perbatasan dibandingkan tahun 2014 dimana pada tahun 2014 hanya terdapat 2 (dua) bidang DAK yang mendapatkan DAK afirmatif, yaitu: (1) Pendidikan dan (2) Infrastruktur Jalan. Pada Grafik 4.4 terlihat bahwa alokasi DAK afirmatif terbesar adalah pada bidang Transportasi Perdesaan, yaitu mencapai 44 % dari total DAK Afirmatif. Hal tersebut disebabkan karena adanya pengalihan dari DAK SPDT dan DAK SPKP tahun 2014 menjadi DAK afirmatif sub bidang Transportasi Perdesaan. DAK afirmatif terbesar kedua adalah DAK Bidang Jalan yaitu sebesar 20 % dari total DAK afirmatif. IV-3

28 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Grafik 4.4 Distribusi DAK Afirmatif Tahun % 18% 10% Irigasi Air Minum 8% Sanitasi 20% Jalan Transpotasi Perdesaan Sumber: Perpres 162/2014 Rincian APBN 2015, diolah *diluar alokasi DAK Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) 4.3. Dana Alokasi Khusus Afirmatif Sub Bidang Transportasi Perdesaan Tahun 2015 Sejalan dengan kenaikan total alokasi DAK di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, terdapat kenaikan rata-rata alokasi DAK Bidang Sarana Prasarana Daerah Tertinggal (SPDT). Pada tahun 2010 rata-rata alokasi DAK SPDT sebesar Rp 1.3 Milyar dan mengalami peningkatan menjadi Rp 5.8 Milyar pada tahun Namun kondisi tersebut berbeda dengan rata-rata alokasi DAK Bidang Sarana Prasarana Kawasan Perbatasan (SPKP) yang justru mengalami penurunan cukup drastis. ). Pada tahun 2010 rata-rata alokasi DAK SPKP sebesar Rp 12.5 Milyar dan Rp 17.6 Milyar tahun Akan tetapi pada saat terjadi restrukturisasi bidang DAK dimana DAK SPDT dan DAK SPKP dilebur kedalam DAK afirmasi sub bidang Transdes, justru alokasi rata-rata DAK SPKP mengalami penurunan signifikan sebesar 73% dibandingkan tahun 2014, yaotu menjadi Rp 4.75 Milyar pada tahun Hal tersebut menunjukkan bahwa semangat restrukturisasi bidang DAK yang bertujuan agar lebih fokus dan berdampak signifikan terhadap pembangunan justru berdampak negatif khususnya pada masyarakat di kawasan perbatasan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan kebijakan untuk meningkatkan keberpihakan khususnya terhadap kawasan perbatasan. Secara lebih rinci, rata-rata alokasi DAK SPDT dan SPKP terdapat pada Grafik 4.5 dibawah ini. IV-4

29 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Grafik 4.5 Perbedaan Rata-rata Alokasi DAK Daerah Maju dengan Daerah Tertinggal , , , , , , , , , , Rata2 DAK SPDT 1.288, , , , , ,2 Rata2 DAK SPKP , , , , ,9 Rp Juta Sumber: PMK DAK dan Perpres 162/2014 Rincian APBN 2015, diolah *DAK SPDT & SPKP tahun 2015 merupakan DAK Afirmasi Transdes Total alokasi DAK Transportasi adalah sebesar Rp Milyar (satu milyar dua ratus empat puluh tujuh ribu tujuh ratus tujuh puluh milyar rupiah) atau setara dengan 3.48 % dari total alokasi DAK reguler dan DAK Afirmatif. Distribusi DAK Transportasi Perdesaan pada 7 (tujuh) wilayah pulau besar terdapat pada Grafik 4.6 dibawah ini. Grafik 4.6 Distribusi DAK Transportasi Perdesaan Per Wilayah 4% 16% 21% 8% 8% Jawa Kalimantan 13% Maluku Nusra 30% Papua Sulawesi Sumatera Sumber: Perpres 162/2014 Rincian APBN 2015, diolah *diluar alokasi DAK Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) IV-5

30 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Sebaran DAK Ttansportasi Perdesaan di daerah tertinggal terdapat di 7 Kepulaun besar di Indonesia. Pulau Sumatera 46 Kabupaten, Papua 35 Kabupaten, Pulau Sulawesi 34 Kabupaten, Nusa Tenggara 28 Kabupaten, Pulau Kalimantan 16 Kabupaten, Kepulauan Maluku 15 Kabupaten, dan Pulau Jawa sebanyak 9 Kabupaten. Pada Grafik 4.6 terlihat bahwa sebaran DAK Transportasi Perdesaan paling tinggi terdapat di wilayah Papua yaitu sebesar Rp Milyar atau 30.5% dari total DAK Transportasi Pedesaan. Hal tersebut telah sesuai dengan kondisi ketertinggalan di wilayah Papua yang menghadapi permasalahan ketertinggalan yang lebih berat dan kebutuhan pembangunan yang juga lebih banyak. Sedangkan wilayah Sumatera mendapatkan alokasi DAK Transportasi Pedesaan kedua terbesar setelah Papua yaitu sebesar Rp Milyar atau 20.9% dari total DAK Transportasi Pedesaan. Hal tersebut juga relevan karenameningat distribusi daerah tetinggal yang paling banyak terdapat di wilayah Sumatera Aspek Perencanaan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2015 Tata cara perencanaan kegiatan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi secara umum mengikuti aturan dan mekanisme perencanaan pembangunan dan penganggaran di daerah dengan tahapan sebagai berikut: a. Pemerintah daerah menyusun proposal usulan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi dan mengirimkan proposal tersebut kepada pemerintah pusat (Bappenas, Kementerian Keuangan dan K/L teknis); b. Rencana kegiatan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi di daerah tertinggal dituangkan dalam dokumen Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS). c. Selanjutnya didalam dokumen PPAS ditetapkan capaian sasaran kegiatan, tolok ukur kegiatan, dan sasaran kinerja kegiatan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi yang ditetapkan oleh daerah. d. Setelah KUA-PPAS ditetapkan, maka rencana DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi ditampung dalam dokumen anggaran berdasarkan nomenklatur urusan pemerintahan dan SKPD selaku pengelola dan penanggungjawab kegiatan. e. Selanjutnya SKPD pengelola dan penanggungjawab kegiatan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi menyusun RKA-SKPD berdasarkan KUA-PPAS yang telah disepakati. f. Pada saat daerah menerima Peraturan Presiden tentang penetapan APBN Tahun 2015 berikut alokasi DAK masing-masing daerah (termasuk didalamnya DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi ), dan daerah tersebut IV-6

31 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan sedang melakukan pembahasan KUA dan PPAS, maka daerah dapat secara langsung menambahkan kegiatan dan pagu alokasi DAK bidang pembangunan perdesaaan di daerah tertinggal ke dalam Rancangan KUA-PPAS untuk dibahas bersama dengan DPRD. g. Pada saat daerah menerima Peraturan Presiden tentang penetapan APBN Tahun 2015 berikut alokasi DAK masing-masing daerah (termasuk didalamnya alokasi DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi ), dan daerah tersebut telah selesai menetapkan KUA-PPAS maka kegiatan dan pagu alokasi DAK bidang pembangunan perdesaaan ditampung dalam dokumen APBD Perubahan. Sedangkan proses perencanaan arah kebijakan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi di tingkat pusat dimulai sejak awal tahun anggaran 2014 seiring dengan penyusunan dokumen Rencana Kerja Pemerintah TA Proses perencanaan dilakukan melalui koordinasi secara intensif antara pihakpihak sebagai berikut: a. Direktorat Otonomi Daerah Bappenas mengkoordinasikan kebijakan dana alokasi khusus agar sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah untuk tahun yang akan datang sehingga terjadi integrasi antara prioritas nasional dan kebutuhan daerah, khususnya di daerah tertinggal. b. Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Bappenas sebagai koordinator dalam perencanaan pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan bekerjasama dengan Direktorat Transportasi Bappenas yang merupakan mitra kerja Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II, Kementerian Dalam Negeri melakukan koordinasi dalam penyusunan arah kebijakan dan ruang lingkup kegiatan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi c. Dirjen BAKD DKementerian Dalam Negeri melakukan koordinasi terhadap monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan dana alokasi khusus serta koordinasi kode rekening untuk jenis belanja masing-masing kegiatan yang ditugaskan agar tidak terjadi kesalahan dalam pembahasan di masing-masing SKPD pengelola DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan di SKPD yang telah ditetapkan oleh Bupati. d. Dirjen Perimbangan Keuangan melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga dalam rangka menyusun kriteria khusus untuk mendapatkan indeks daerah yang termasuk dalam katagori daerah tertinggal serta koordinasi terhadap pelaksana masing-masing kementerian/ lembaga. e. Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II, Kementerian Dalam Negeri, adalah unit pelaksana DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2015 yang melakukan koordinasi teknis dan indeks teknis serta IV-7

32 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan pembinaan/koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan oleh daerah sebagai pengelola dana tersebut. Tahapan selanjutnya setelah penyusunan arah kebijakan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi dalam RKP 2015 serta penyusunan petunjuk teknis. Penyusunan petunjuk teknis DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi dilakukan oleh ementerian Dalam Negeri dengan koordinasi intensif dengan Direktorat Transportasi dan DIrektorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, serta menjaring saran dan masukan dari kementerian/lembaga terkait lainnya. Petunjuk Teknis DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2015 ditetapkan melalui Permendagri Nomor 103 Tahun Aspek Penganggaran DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2015 Alokasi DAK per kabupaten setiap tahunnya cenderung meningkat. Rata-rata DAK per kabupaten untuk kabupaten tertinggal saat ini sudah lebih besar dibandingkan daerah maju. Tetapi, daerah tertinggal memiliki permasalahan yang lebih parah, kebutuhan yang lebih banyak dan keterbatasan kapasitas fiskal daerah, dibanding daerah maju. Oleh karena itu diperlukan peningkatan rata-rata alokasi DAK seluruh bidang pada daerah tertinggal. Untuk mewujudkan peningkatan rata-rata alokasi DAK di daerah tertinggal diperlukan advoaksi terhadap K/L pengelola bidang DAK lainnya dengan didukung data teknis yang mencerminkan kebutuhan daerah tertinggal per bidang DAK. Perlu adanya kerja keras pemerintah pusat yang didukung oleh pemerintah daerah dalam penyusunan basis data tersebut. DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi diberikan dengan tujuan untuk mendukung upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang dapat membuka keterisolasian wilayah serta mendukung arus distribusi orang dan barang dari daerah pusat-ousat produksi menuju pusat-pusat distribusi dalam rangka pengembangan ekonomi lokal. Penghitungan alokasi DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2015 dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: 1. Penentuan daerah tertentu yang layak menerima DAK melalui mekanisme perhitungan yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan. 2. Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah berdasarkan perhitungan yang dilakukan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keungan Kementerian Keuangan. Penentuan daerah tertentu yang layak mendapatkan alokasi DAK harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Langkah-langkah IV-8

33 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan untuk menentukan daerah tertentu yang layak mendapatkan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan daerah yang memenuhi kriteria umum, yaitu daerah yang memiliki kemampuan keuangan daerah dibawah rata-rata nasional. Apabila memenuhi kriteria umum yang ditunjukkan dengan Indeks Fiskal Neto (IFN), maka daerah tersebut layak memperoleh alokasi DAK. Untuk menjaga peruntukan DAK agar tepat sasaran, maka alokasi DAK ditentukan dengan melihat keberadaan dana lainnya di daerah yang bersangkutan, seperti PAD, DBH, dan DAU. 2. Menentukan daerah yang memenuhi kriteria khusus, yaitu kabupaten yang termasuk kategori daerah Tertinggal dan atau daerah tertinggal yang memiliki karakteristik sebagai kabupaten kepulauan dan daerah pesisir. 3. Selanjutnya, daerah yang telah memenuhi kriteria umum dan kriteria khusus diatas akan dilihat kelayakannya berdasarkan kriteria teknis yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Pada Tahun 2015, DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan dialokasikan untuk 196 kabupaten yang terdiri dari 183 kabupaten tertinggal dan 40 kabupaten perbatasan termasuk didalamnya 27 kabupaten tertinggal yang merupakan kawasan perbatasan. Besaran alokasi DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi terdapat pada Tabel 4.1 dibawah ini: Tabel 4.1 Alokasi Afirmasi Sub Bidang Transportasi NO KABUPATEN KATAS TRANSPORTASI PERDESAAN (Rp juta) 1 Kab. Aceh Barat 5354,55 2 Kab. Aceh Besar 4853,14 3 Kab. Aceh Selatan 4918,48 4 Kab. Aceh Singkil 5589,55 5 Kab. Aceh Timur 5785,92 6 Kab. Simeulue 5825,64 7 Kab. Nagan Raya 5811,1 8 Kab. Aceh Jaya 5321,83 9 Kab. Aceh Barat Daya 4744,71 10 Kab. Gayo Lues 4920,62 11 Kab. Bener Meriah 5002,18 12 Kab. Pidie Jaya 4968,91 13 Kab. Nias 5310,81 14 Kab. Tapanuli Tengah 5026,78 15 Kab. Pakpak Bharat 5067,03 16 Kab. Nias Selatan 5980,78 17 Kab. Nias Barat 6018,74 18 Kab. Nias Utara 5768,86 19 Kab. Kepulauan Mentawai 7785,76 IV-9

34 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan NO KABUPATEN KATAS TRANSPORTASI PERDESAAN (Rp juta) 20 Kab. Padang Pariaman 5577,84 21 Kab. Pesisir Selatan 5074,15 22 Kab. Sijunjung 4952,21 23 Kab. Solok 5103,95 24 Kab. Pasaman Barat 6446,71 25 Kab. Dharmasraya 5803,29 26 Kab. Solok Selatan 5339,01 27 Kab. Natuna V 5814,37 28 Kab. Kepulauan Anambas V 4544,76 29 Kab. Lahat 4506,09 30 Kab. Musi Rawas 5257,78 31 Kab. Ogan Komering Ilir 5298,28 32 Kab. Banyuasin 5889,2 33 Kab. Ogan Ilir 5228,33 34 Kab. Ogan Komering Ulu Selatan 5136,85 35 Kab. Empat Lawang 4714,97 36 Kab. Bangka Selatan 4932,39 37 Kab. Kaur 5147,09 38 Kab. Seluma 5634,22 39 Kab. Mukomuko 5637,47 40 Kab. Lebong 4826,1 41 Kab. Kepahiang 4716,63 42 Kab. Bengkulu Tengah 5182,87 43 Kab. Lampung Barat 5661,17 44 Kab. Lampung Utara 5007,71 45 Kab. Way Kanan 5152,04 46 Kab. Pesawaran 5165,27 47 Kab. Garut 4916,16 48 Kab. Sukabumi 5102,51 49 Kab. Lebak 5183,77 50 Kab. Pandeglang 5352,98 51 Kab. Bangkalan 4923,35 52 Kab. Bondowoso 4600,6 53 Kab. Pamekasan 5104,67 54 Kab. Sampang 5314,48 55 Kab. Situbondo 4890,45 56 Kab. Bengkayang V 6429,08 57 Kab. Landak 5630,42 58 Kab. Kapuas Hulu V 6173,29 59 Kab. Ketapang 8208,42 60 Kab. Sambas V 5561,67 61 Kab. Sanggau V 6113,54 IV-10

35 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan NO KABUPATEN KATAS TRANSPORTASI PERDESAAN (Rp juta) 62 Kab. Sintang V 6868,36 63 Kab. Sekadau 5978,47 64 Kab. Melawi 7927,61 65 Kab. Kayong Utara 5923,81 66 Kab. Seruyan 5618,75 67 Kab. Barito Kuala 5154,05 68 Kab. Hulu Sungai Utara 5269,87 69 Kab. Kutai Barat 5520,82 70 Kab. Malinau V 5709,98 71 Kab. Nunukan V 5733,43 72 Kab. Kepulauan Sangihe V 5541,46 73 Kab. Kepulauan Talaud V 6597,43 Kab. Kepulauan Siau 74 Tagulandang Biaro 5015,97 75 Kab. Boalemo 5430,94 76 Kab. Pohuwato 5173,85 77 Kab. Gorontalo Utara 5345,52 78 Kab. Banggai 4854,34 79 Kab. Banggai Kepulauan 5135,04 80 Kab. Buol 5001,53 81 Kab. Toli-Toli 4924,49 82 Kab. Donggala 4779,71 83 Kab. Morowali 5762,36 84 Kab. Poso 4798,3 85 Kab. Parigi Moutong 4678,95 86 Kab. Tojo Una-Una 5385,99 87 Kab. Sigi 4622,34 88 Kab. Jeneponto 4634,52 89 Kab. Pangkajene dan Kepulauan 4812,17 90 Kab. Kepulauan Selayar 5082,06 91 Kab. Toraja Utara 5156,13 92 Kab. Majene 5219,24 93 Kab. Mamuju 6132,9 94 Kab. Polewali Mandar 5109,16 95 Kab. Mamasa 6336,44 96 Kab. Mamuju Utara 6081,52 97 Kab. Buton 5276,5 98 Kab. Konawe 5687,95 99 Kab. Muna 5468, Kab. Konawe Selatan 5667, Kab. Bombana 6093, Kab. Wakatobi 5472, Kab. Kolaka Utara 6108,92 IV-11

36 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan NO KABUPATEN KATAS TRANSPORTASI PERDESAAN (Rp juta) 104 Kab. Konawe Utara 5772, Kab. Buton Utara 6183, Kab. Bima 4819, Kab. Dompu 4893, Kab. Lombok Barat 4869, Kab. Lombok Tengah 4980, Kab. Lombok Timur 5485, Kab. Sumbawa 4945,7 112 Kab. Sumbawa Barat 4977, Kab. Lombok Utara 4715,1 114 Kab. Alor V 6003, Kab. Belu V 5766, Kab. Ende 4937,2 117 Kab. Flores Timur 5418, Kab. Kupang V 5820, Kab. Lembata 5432, Kab. Manggarai 5643, Kab. Ngada 4826, Kab. Sikka 4807, Kab. Sumba Barat 5461, Kab. Sumba Timur 5333, Kab. Timor Tengah Selatan 5544, Kab. Timor Tengah Utara V 5591, Kab. Rote Ndao V 5940, Kab. Manggarai Barat 6022, Kab. Nagekeo 5262, Kab. Sumba Barat Daya 5932, Kab. Sumba Tengah 5059, Kab. Manggarai Timur 5557, Kab. Sabu Raijua V 6496, Kab. Maluku Tenggara Barat V 7034, Kab. Maluku Tengah 5463, Kab. Buru 5160, Kab. Seram Bagian Barat 5893, Kab. Seram Bagian Timur 7036, Kab. Kepulauan Aru V 7048, Kab. Maluku Barat Daya V 6764,1 141 Kab. Buru Selatan 7124, Kab. Halmahera Tengah 6348, Kab. Halmahera Barat 5553, Kab. Halmahera Timur 5943, Kab. Kepulauan Sula 7219,01 IV-12

37 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan NO KABUPATEN KATAS TRANSPORTASI PERDESAAN (Rp juta) 146 Kab. Halmahera Selatan 5743, Kab. Halmahera Utara 6002, Kab. Pulau Morotai V 6946, Kab. Biak Numfor 5786, Kab. Jayawijaya 11461,8 151 Kab. Merauke V 9901, Kab. Mimika 8220, Kab. Nabire 7506,1 154 Kab. Paniai 10476, Kab. Puncak Jaya 22063, Kab. Kepulauan Yapen 6872, Kab. Sarmi 9808, Kab. Keerom V 8125, Kab. Yahukimo 11765, Kab. Pegunungan Bintang V 14865, Kab. Tolikara 17766, Kab. Boven Digoel V 8589, Kab. Mappi 8907, Kab. Asmat 10365, Kab. Waropen 8037, Kab. Supiori V 6913, Kab. Mamberamo Raya 8940, Kab. Mamberamo Tengah 14447, Kab. Yalimo 14059, Kab. Lanny Jaya 13330, Kab. Nduga 10052, Kab. Puncak 16253, Kab. Dogiyai 9845, Kab. Intan Jaya 13584,7 175 Kab. Deiyai 9694, Kab. Sorong 6650, Kab. Sorong Selatan 6284, Kab. Raja Ampat V 8183, Kab. Teluk Bintuni 8696,3 180 Kab. Teluk Wondama 8970, Kab. Kaimana 7227, Kab. Maybrat 6270, Kab. Tambrauw 8381,84 JUMLAH ,09 Sumber : Perpres 162/2014 Rincian APBN 2015 *diluar alokasi DAK Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) IV-13

38 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Saat ini terdapat beberapa isu yang dihadapi dalam pengalokasian kebijakan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi diantaranya 1. Penilaian terhadap proposal DAK dari pemerintah daerah; 2. Penentuan suatu kabupaten mendapat alokasi DAK atau tidak; dan 3. Operasionalisasi kriteria khusus yang dirasakan kurang memberikan pemihakan pada daerah tertinggal, tidak hanya dari sisi dapat-tidak dapat dan juga besarannya. Pada tahun 2014 pemerintah menetapkan kebijakan bahwa proses perencanaan DAK untuk tahun 2015 disusun berdasarkan proposal based. Namun demikian, terdapat kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya, yaitu proposal yang disampaikan oleh pemerintah daerah sangat beragam kualitasnya. Terdapat proposal yang hanya mengusulkan sedikit output tetapi juga terdapat proposal yang mengusulkan sangat banyak output tanpa didukung dengan data teknis yang relevan. Selain itu, tidak terdapat rencana kebutuhan jangka menengah (mid term planning) sehingga menyulitkan dalam proses penilaian teknis terhadap proposal tersebut. Berdasarkan hasil review terhadap proposal DAK diketahui bahwa terdapat daerah yang pada dasarnya berhak untuk mendapatkan alokasi DAK tetapi pada kenyataannya tidak mengusulkan proposal, sedangkan di sisi lain juga terdapat daerah yang pada dasarnya tidak berhak untuk mendapatkan alokasi DAK tetapi menyampaikan proposal. Disamping kualitas proposal DAK yang beragam kualitasnya, terdapat kabupaten yang secara teknis berhak mendapatkan alokasi DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi, dan telah menyampaikan proposal usulan DAK tetapi tidak mendapatkan alokasi DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi, yaitu Kabupaten Indragiri Hilir dan Aceh Besar. Kedua kabupaten tersebut merupakan kawasan perbatasan yang layak mendapatkan alokasi DAK. Permasalahan lain adalah dasar perhitungan dalam penentuan besaran alokasi DAK untuk setiap kabupaten. Berdasarkan Grafik 3.1 dibawah ini terlihat bahwa terdapat ketimpangan yang cukup tinggi antar kabupaten penerima DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi terendah dengan tertinggi. Kabupaten yang menerima alokasi DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi terendah adalah Kabupaten Lahat di Sumatera yang mendapat alokasi sebesar Rp 4.5 Milyar, sedangkan alokasi DAK tertinggi terdapat di Kabupaten Puncak Jaya dengan alokasi sebesar Rp 22 Milyar. IV-14

39 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Grafik Daerah Tertinggal Penerima DAK Transportasi Perdesaan Terendah dan Tertinggi TA 2015 Kab. Lahat Kab. Kepulauan Anambas Kab. Bondowoso Kab. Sigi Kab. Jeneponto Kab. Parigi Moutong Kab. Empat Lawang Kab. Lombok Utara Kab. Kepahiang Kab. Aceh Barat Daya Kab. Jayawijaya Kab. Yahukimo Kab. Lanny Jaya Kab. Intan Jaya Kab. Yalimo Kab. Mamberamo Tengah Kab. Pegunungan Bintang Kab. Puncak Kab. Tolikara Kab. Puncak Jaya Sumber: Perpres 162/2014 Rincian APBN 2015 *diluar alokasi DAK Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) Selain dari sisi ketimpangan antar kabupaten penerima DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi, terdapat permasalahan dari sisi besaran alokasi yang didapatkan antara tahun 2014 dengan Dalam kondisi perencanaan jangka panjang, seharusnya terdapat pola rencana pemenuhan kebutuhan jangka menengah pada setiap kabupaten. Hal tersebut dijadikan dasar dalam pengalokasian anggaran pada tahun selanjutnya. Namun demikian, mengingat perencanaan DAK meurpakan perencanaan yang bersifat tahunan tanpa memperhatikan perencanaan jangka menengahnya, maka yang terjadi adalah pengalokasian dana dilakukan secara insidental dan parsial per tahun tanpa melihat histori tahun sebelumnya dan rencana pada tahun yang akan datang. Hal tersebut mengakibatkan adanya selisih alokasi DAK yang cukup signifikan antara tahun 2014 dengan tahun 2015 dan mempersulit daerah dalam pembangunan di wilayahnya. Pada Tabel 4.2 dibawah ini terdapat daftar 10 kabupaten yang mendapatkan pengurangan alokasi DAK Transportasi terbesar pada tahun 2015 dibandingkan dengan alokasi yang diterima pada tahun Hal tersebut terjadi mengingat tahun 2015 adalah tahun transisi pasca penggabungan DAK SPDT dan DAK SPKP menadi DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan. Kabupaten yang mengalami pengurangan alokasi DAK seluruhnya merupakan kabupaten perbatasan. Permaslaahan Utama yang menyebbakan tingginya selisih antara tahun 2014 dengan 2015 adalah pengaloaksian DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA 2015 yang memberikan bobot sama pada seluruh kabupaten tertinggal dan IV-15

40 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan perbatasan, padahal seharusnya kabupaten tertinggal yang merupakan kawasan perbatasan mendapatkan alokasi yang lebih besar karena tidak hanya bertujuan untuk menghubungkan daerah pusat produksi menuju pusat distribusi tetapi juga bertujuan untuk membuka keterisolasian wilayah kecamatan yang berbatasan langsng dengan negate tetangga (lokpri). Tabel Kabupaten Dengan Selisih DAK Tahun Terbesar Pulau Kab DAK Afirmasi DAK SPDT & Transdes 2015 SPKP 2014 Selisih Maluku Kab. Maluku Barat Daya 6, ,946.9 (17,182.8) Maluku Kab. Maluku Tenggara Barat 7, ,478.7 (19,444.0) Papua Kab. Pegunungan Bintang 14, ,988.4 (20,122.6) Papua Kab. Keerom 8, ,423.3 (22,297.5) Sulawesi Kab. Kepulauan Talaud 6, ,351.9 (22,754.5) Papua Kab. Merauke 9, ,322.4 (23,420.6) Maluku Kab. Pulau Morotai 6, ,377.4 (23,431.4) Kalimantan Kab. Nunukan 5, ,987.0 (30,253.6) Sulawesi Kab. Kepulauan Sangihe 5, ,813.6 (36,272.1) Papua Kab. Supiori 6, ,227.2 (36,313.4) Sumber: Perpres 162/2014 Rincian APBN 2015 *diluar alokasi DAK Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) Dari hasil pemantauan pelaksanaan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan ditemukan bahwa proses koordinasi antara Kemendagri dengan Pemerintah Daerah (Bappeda dan SKPD terkait sebagai satker) yang belum berjalan dengan baik. Pergantian staf baik di pusat dan juga di daerah menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya missed komunikasi dan missed koordinasi. Selain itu, Anggaran kas daerah yang terbatas mengakibatkan pemerintah daerah tidak dapat menghadiri rapat sosialisasi yang diadakan oleh Kemendagri dan berakibat kurangnya informasi mengenai DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan 4.6. Mekanisme Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA Mekanisme pelaporan baik dari sisi alur dan jadwal diatur dalam Surat Edaran Bersama (SEB) 3 (tiga) Menteri antara Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Menteri Dalam Negeri, dengan Menteri Keuangan Nomor: 0239/M.PP/11/2008, SE 1722/MK07/2008, 900/3556/SJ tanggal 21 November 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK). IV-16

41 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Berdasarkan SEB 3 menteri, jenis laporan yang dihasilkan dari kegiatan pemantauan teknis pelaksanaan DAK terdiri dari: 1. Laporan triwulanan, memuat perencanaan pemanfaatan DAK, kesesuaian DPA-SKPD dengan petunjuk teknis, perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan permasalahan yang timbul sesuai dengan form sebagaimana terdapat pada Anak Lampiran 2 dan 3; 2. Laporan penyerapan DAK, merupakan laporan yang disampaikan kepada Menteri Keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 04/PMK.07/2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah; 3. Laporan akhir merupakan laporan pelaksanaan akhir tahun yang disusun Sedangkan mekanisme pelaporan pelaksanaan teknis DAK sebagaimana terdapat pada bagan alir dibawah ini: Grafik 4.8 Prosedur Pelaporan DAK GAMBAR: ALUR PE DAK MENTERI KEUANGAN REKAPITULASI TRIWULAN PENYERAPAN AKHIR REKAPITULASI TRIWULAN PENYERAPAN AKHIR HASIL REKAP DAN REVIEW PEMERINTAH PUSAT GUBERNUR BAPPENAS MENTERI DALAM NEGERI MENTERI TEKNIS REKAPITULASI TRIWULAN REKAPITULASI TRIWULAN REKAPITULASI TRIWULAN AKHIR AKHIR AKHIR REKAPITULASI TRIWULAN REKAPITULASI TRIWULAN REKAPITULASI TRIWULAN PENYERAPAN PENYERAPAN AKHIR AKHIR HASIL REKAP DAN REVIEW HASIL REKAP DAN REVIEW DIREKAP DAN DIREVIEW HASIL REKAP DAN REVIEW PROVINSI SEKDA KAB/KOTA REKAPITULASI TRIWULAN AKHIR PENYERAPAN SKPD PROVINSI TRIWULAN BUPATI/ WALIKOTA REKAPITULASI TRIWULAN KABUPATEN/KOTA SEKDA KAB/KOTA REKAPITULASI TRIWULAN AKHIR PENYERAPAN SKPD KAB/KOTA TRIWULAN KETERANGAN: Alur pelaporan secara langsung Tembusan Laporan Sumber : Kementerian Dalam Negeri Berdasarkan hasil evaluasi, didapati bahwa pelaksanaanya masih belum mengikuti aturan yang terdapat dalam SEB. Pada umumnya daerah tidak membuat laporan triwulanan baik dari SKPD kepada kepala daerah maupun kepala daerah kepada kementerian teknis terkait. Dari hasil kunjungan lapangan diketahui bahwa tiap SKPD sebagai satker tidak melaporkan Laporan triwulanan DAK Afirmasi Sub IV-17

42 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Bidang Transportasi Perdesaan ini ke Bappeda Kabupaten maupun Bappeda Provinsi sebagian besar SKPD langsung melaporankan laporan triwulanan ke Kemendagri Kepatuhan dalam pelaporan teknis berbeda dengan pelaporan penyerapan yang diatur dalam PMK No. 201/PMK.07/2012 tentang pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran transfer ke daerah. Pemerintah daerah cenderung patuh dalam membuat pelaporan penyerapan, karena adanya tuntutan bahwa pelaporan menjadi syarat pencairan dana sehingga memaksa seluruh pemerintah daerah untuk membuat pelaporan penyerapan. Untuk menghindari kejadian serupa berulang ditahun berikutnya dibutuhkan ketegasan dari seluruh instansi terkait di tingkat pusat yang mengatur mekanisme pelaporan yang dapat membuat pemerintah daerah mematuhi aturan yang berlaku. Rendahnya tingkat kepatuhan pemerintah daerah dalam menyerahkan pelaporan diidentifikasi karena beberapa faktor, antara lain: Pemerintah pusat baik Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan kementerian teknis terkait tidak memberikan ketegasan, baik reward ataupun punishment kepada pemerintah daerah yang patuh dan tidak patuh. Hal ini menjadi pembiaran dalam beberapa tahun terakhir, sehingga pemerintah daerah cenderung tidak mempedulikan peraturan tersebut. Kemendagri sebagai kementerian teknis yang bertanggung jawab masih kurang proaktif dalam berkomunikasi dengan pemerintah daerah terkait dalam rangka mendisiplinkan penyerahan laporan. Masih terbatasnya kapasitas aparatur pemerintah daerah yang notabene seluruhnya merupakan daerah tertinggal menjadi salah satu faktor rendahnya tingkat pelaporan Hasil Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan DAK Afirmasi Sub Bidang Transportasi Perdesaan TA Pada kurun waktu tahun 2015 telah dilakukan 4 (empat) kali kunjungan ke daerah dalam rangka evaluasi pelaksanaan DAK Sarana Prasarana Daerah Tertinggal (SPDT) dan DAK Sarana Prasarana Kawasan Perbatasan (SPKP) tahun 2014 dan pemantauan DAK afirmatif Transportasi Perdesaan tahun 2015, yaitu: (1) Kabupaten Gorontalo Utara; (2) Kabupaten Sintang; (3) Kabupaten Wamena dan (4) Kabupaten Sambas. Hasil kunjungan lapangan adalah sebagai berikut Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Gorontalo Utara adalah salah satu kabupaten dari tiga kabupaten di Provinsi Gorontalo dengan status daerah tertinggal yang belum terentaskan pada akhir RPJMN Secara umum kondisi infrastruktur Kabupaten Gorontalo Utara masih memprihatikan. Hampir semua aspek masih berada di bawah rata-rata IV-18

43 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan daerah tertinggal. Dalam hal infrastruktur jalan, masih terdapat 91,87 persen jalan tidak mantap di kabupaten ini, jauh di atas rata-rata daerah tertinggal yakni sebesar 55,41 persen. Untuk bidang kelistrikan, tingkat elektrifikasi Kabupaten Gorontalo Utara ini sudah cukup baik yaitu mencapai 86,25 persen. Sedangkan untuk bidang sarana informasi komunikasi, terdapat 42,28 persen desa tidak terjangkau sinyal seluler dan bahkan terdapat 91,87 persen desa tidak terjangkau siaran TVRI. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Gorontalo Utara antara lain meliputi: (1) Lemahnya kualitas SDM; (2) Kurangnya lapangan kerja; dan (3) Minimnya insftrastruktur penunjang. Kondisi minimnya infrastruktur penunjang di Kabupaten Gorontalo Utara ini secara khusus meliputi permasalahan pada bidang perhubungan seperti terbatasnya jumlah angkutan umum yang melayani masyarakat untuk beraktivitas, baik dalam aspek ekonomi maupun pendidikan. Sebagai salah satu upaya solusi akan hal tersebut, pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara bekerjasama dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi melalui DAK transportasi dan DAK SPDT. Output DAK Bidang Transportasi Perdesaan TA 2014 di Kabupaten Gorontalo Utara adalah moda transportasi berupa bus yang dioperasikan sebagai bus sekolah. Bus sekolah ini ditempatkian di tiga titik kecamatan pinggiran yang memiliki jarak tempuh yang jauh dari permukiman warga ke sarana dan prasarana pendidikan. Dengan adannya bus sekolah diharapkan dapat meningkatkan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Kabupaten Gorontalo Utara yang masih rendah yaitu sebesar 6.9 tahun. Gambar 4.1. DAK Transportasi di Kabupaten Gorontalo Utara TA 2014 Sumber: Hasil Monev Dit KKDT, 2015 IV-19

44 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Sedangkan output yang dihasilkan dari DAK SPDT TA 2014 di Kabupaten Gorontalo Utara adalah berupa bantuan truk untuk mengangkut hasil panen warga menuju pusat-pusat pengolahan atau pusat distribusi dan penjualan. Truk tersebut sangat bermanfaat dalam memperlancar arus barang dari pusat produksi menuju pusat distribusi khususnya pasar. Saat ini, pasar sebagai penentu pertumbuhan ekonomi masih terbatas. Di Kabupaten Gorontalo Utara, masih terdapat 102 desa dengan bangunan pasar semi permanen. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, diharapkan upaya peningkatan aksesibilitas produk pertanian menuju pusat-pusat distribusi ditunjang dengan pembangunan pasar desa yang lebih layak sehingga kebutuhan nasyarakat dapat tersalurkan pada hampir seluruh desa, tidak terkonsentrasi pada kecamatan-kecamatan tertentu yang sulit untuk diakses oleh masyaraat yang tinggal di perdesaan. Gambar 4.2. DAK SPDT di Kabupaten Gorontalo Utara TA Kabupaten Sintang Sumber: Hasil Monev Dit KKDT, 2015 Pembangunan kawasan perbatasan menjadi salah satu prioritas dalam Dimensi Pembangunan yaitu Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan, sekaligus menjadi agenda prioritas (Nawa Cita) ke-3 yang merupakan penjabaran visi misi Presiden yaitu Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah- Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan. Arah kebijakan pembangunan kawasan perbatasan pada tahun difokuskan pada percepatan pembangunan kawasan perbatasan di berbagai bidang sebagai beranda depan negara dan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara IV-20

45 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan tetangga secara terintegrasi dan berwawasan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan semakin kuatnya pertahanan keamanan nasional. Salah satu upaya pemerintah dalam mendukung percepatan pembangunan di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan kemampuan anggaran dan juga pada kawasan perbatasan adalah melalui mekanisme DAK baik secara regular dan juga DAK afirmatif. Alokasi DAK untuk Kabupaten Sintang, baik DAK reguler maupun afirmatif terdapat pada Tabel 4.1 di bawah ini Tabel 4.3. Alokasi DAK Infrastruktur Transportasi di Kabupaten Sintang No Jenis Bantuan Infrastruktur Jalan Sarpras Daerah Tertinggal Keselamatan Transportasi Darat Sarpras Kawasan Perbatasan Nilai Bantuan (Rp Juta) , , , , , , , , , ,01 335,44 348,52 463, , , , ,87-5. Transportasi Perdesaan , , ,51 Sumber: Bappeda Kabupaten Sintang, 2015 Pemanfaatan DAK, terutama DAK SPKP untuk membuka keterisolasian di kawasan perbatasan sudah dilakukan secara optimal di Kabupaten Sintang meskipun belum seluruhnya terbuka keterisolasiannya. Output yang dihasilkan dari DAK SPKP adalah pembangunan jalan non status di kecamatan lokpri. Manfaat yang dihasilkan dari DAK SPKP tersebut adalah terbukanya konektivitas seluruh desa (29 desa) di Kecamatan Ketungau Hulu dan 3 desa di Kecamatan Ketungau Tengah yang merupakan dua kecamatan lokpri perbatasan. Meskipun akses menuju seluruh desa telah terhubungkan, namun masih belum dapat membuka akases kepada seluruh dusun-dusun yang terdapat di kecamatan lokpri. Akan tetapi, dengan dileburnya DAK SPKP ke dalam DAK Transportasi Perdesaan pada tahun 2015 memunculkan kebingungan bagi pemerintahan di daerah karena DAK hasil leburan tersebut, seperti DAK transportasi perdesaan yang bisa dialokasikan ke daerah non perbatasan sehingga anggaran yang sebelumnya optimal digunakan untuk membangun perbatasan, pada tahun 2015 tidak ada yang dialokasikan untuk membangun kecamatan lokpri perbatasan. IV-21

46 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Gambar 4.3. DAK SPKP di Kabupaten Sintang TA 2014 Sumber: Hasil Monev Dit KKDT, 2015 Kondisi infrastruktur transportasi, khususnya jalan di kawasan perbatasan dan daerah tertinggal di Kabupaten Sintang masih sangat sulit dilalui. Hal ini ditunjukkan dengan panjang jalan yang rusak mencapai km dari total (56%) dengan kondisi permukaan jalan yang masih tanah mencapai km dari total km (92%) sehingga dapat dikatakan Kabupaten Sintang mengalami kondisi darurat aksesibilitas. Untuk daerah tertinggal, salah satu lokus yang masih sangat terisolir adalah Kecamatan Ambalau dimana hanya dapat ditempuh melalui jalur sungai dan kendaraan roda dua. Untuk jalan poros perbatasan, yakni ruas Sintang-Jasa, di antara kabupaten perbatasan lain seperti Kabupaten Sambas pada ruas Sambas-Aruk, Kabupaten Sanggau pada ruas Tanjung-Entikong, Kabupaten Kapuas Hulu pada ruas Putussibau-Nangau Badau dan Kabupaten Bengkayang pada ruas Bengkayang-Jagoi Babang, hanya Kabupaten Sintang yang masih belum memiliki status atau non-status sedangkan yang lain sudah berstatus jalan strategis nasional sehingga pemerintah pusat, yakni PU tidak dapat membangun pada ruas tersebut karena bukan kewenangannya. Hal tersebut merupakan salah satu kendala yang menjadikan akses ke perbatasan menjadi sulit. Akan tetapi, dengan inisiasi BPPD dalam membuka keterisolasian di perbatasan, jalan poros Sintang-Jasa dapat dibuka dan dipelihara melalui MoU yang ditandatangani Bupati Sintang dengan perusahaan di sekitar jalan poros dan jalan lokal yang menghubungkan desa-desa perbatasan, terutama perusahaan sawit seperti PT. KSA yang menangani 124 km dari total 206 km jalan poros dari Kecamatan Ketungau Tengah hingga Kecamatan Ketungau Hulu IV-22

47 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan sehingga yang dahulunya akses tersebut sulit dilalui dan dapat ditempuh hingga 10 jam, sekarang dapat ditempuh hanya sekitar 4-5 jam. Hal ini memudahkan masyarakat perbatasan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka dan memasarkan hasil pertanian dan perkebunannya ke ibukota kabupaten. Potensi di kawasan perbatasan Kecamatan Ketungau Tengah dan Kecamatan Ketungau Hulu sangat tinggi, baik di sektor pertanian, perikanan, perkebunan, maupun pertambangan. Investasi tertinggi di kawasan perbatasan terdapat di sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit dimana terdapat 6 perkebunan kelapa sawit yang sudah berinvestasi yaitu PT Permata Lestari Jaya, PT Permindo Lestari, Kiara Sawit Abadi, Prima Jaya Grup, PT Permata Lestari Jaya, PT Duta Agro Prima serta 2 Konsesi HTI Unggul Inti Jaya (Total Ha). Meskipun perkebunan kelapa sawit merupakan investasi utama di kawasan perbatasan, masyarakat yang menentukan daerahnya akan dikembangkan di sektor mana seperti masyarakat yang mayoritas berkebun karet tidak sesuai dengan perkebunan sawit sehingga pemda pun tidak mengembangkan perkebunan sawit di sana begitu pula dengan masyarakat yang mayoritas bertanam lada. Berdasarkan perhitungan BPPD, masyarakat perbatasan tidak minim dalam penghasilan yang ditunjukkan dengan total pendapatan tahunan yang mencapai Milyar rupiah. Hal ini dikarenakan tingginya perdagangan lintas batas indonesia-malaysia dari hasil bumi masyarakat, khususnya dari hasil lada dan karet Kabupaten Jayawijaya Kabupaten Jayawijaya merupkan salah satu daerah tertingga di Provinsi Papua yang menghadapi permasalahan ketetinggalan yang berat. Berdasarkan peringkat ketertinggalan, Kabupaten Jayawijaya menempati peringkat ke 108 dari total 122 kabupaten, atau termasuk kedalam daftar 15 kabupaten tertinggal dengan nilai indeks komposit ketertinggalan paling parah. Salah satu indikator ketertinggalan yang paling krusial adalah pada aspek eknomi dimana persentase penduduk miskin sangat tinggi yaitu mencapai 41.8%. Tabel 4.4. Alokasi DAK Transportasi di Kabupaten Jayawijaya No. Jenis Bantuan Nilai Bantuan (Rp Juta) Infrastruktur Jalan 13, Sarpras Daerah Tertinggal 7, , Keselamatan Transportasi Darat Transportasi Perdesaan 7, ,80 IV-23

48 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Pada tahun 2014, Kabupaten Jayawijaya mendapat alokasi DAK Sarana Prasarana Daerah Tertinggal (SPDT) sebesar Rp 6.3 Milyar. Alokasi tersebut digunakan untuk pengadaan moda transportasi darat berupa mobil angkutan orang dan barang dengan spesifikasi sistem penggerak 4x4 (double gardan). Kebutuhan akan moda transportasi dengan spesifikasi double gardan tersebut sangat diperlukan mengingat kondisi geogafis dan topografi Kabupaten Jayawijaya yang berupa lembah dengan dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya. Gambar 4.4. DAK SPDT di di Kabupaten Jayawijaya TA 2014 Sumber: Hasil Monev Dit KKDT, 2015 Moda transportasi tersebut digunakan sebagai sarana angkutan umum masyarakat dan sangat bermanfaat untuk membantu mendistribusikan hasil bumi masyarakat di wilayah perdesaan menuju pusat-pusat distribusi. Plat mobil dari kendaraan tersebut sudah berwarna kuning sehingga secara resmi diperbolehkan untuk memungut retribusi dan memberikan pemasukan terhadap pendapatan daerah. Biaya yang ditarik dari masyarakat untuk setiap perjalanan ke ibu kota kecamatan di Wamena berkisar antara Rp 150 ribu untuk penumpang yang berada di bak muatan terbuka, dan Rp 400 ribu untuk penumpang yang berada di dalam cabin. Sebelum adanya mobil ini, masyarakat mengangkut hasil bumi untuk dipasarkan ke pasar di Wamena dengan berjalan kaki sebagaimana terdapat pada Gambar 4.5 dibawah ini. Dengan demikian, keberadaan moda transportasi yang dihasilkan dari DAK SPDT ini diharapkan dapat mendorong pereknomian masyarakat khususnya di wilayah perdesaan. IV-24

49 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan Gambar 4.5. Kondisi Sebelum dan Setelah Adanya Moda Transportasi DAK SPDT Kabupaten Sambas Sumber: Hasil Monev Dit KKDT, 2015 Kabupaten Sambas adalah salah satu kabupaten tertinggal yang juga merupakan kawasan perbatasan Negara di Provinsi Kalimantan Barat. Kondisi capaian pembangunan di Kabupaten Sambas pada tahun 2014 menunjukkan capaian yang cukup baik, yang ditunjukkan dengan tingkat kemiskinan yang relatif rendah yaitu sebesar 9.9%, dan kondisi ketersediaan beberapa sarana dan prasarana yang cukup baik antara lain rasio elektrifikasi sebesar 96.25% serta 65.2% desa dengan kondisi jalan beraspal. Meskipun kondisi di Kabupaten Sambas relatif lebih baik dibandingkan daerah tertinggal lainnya, namun Kabupaten Sambas yang juga merupakan kawasan perbatasan masih menghadapi berbagai permasalahan, khususnya di kecamatan lokpri perbatasan dan desa-desa terpencil antara lain: 1. Rendahnya penghasilan masyarakat di perbatasan akibat dari akumulasi beberapa faktor, yakni rendahnya mutu SDM, infrastruktur pendukung ekonomi, rendahnya produktivitas masyarakat dan belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam. 2. Tingginya kesenjangan tingkat ekonomi antar masyarakat, sehingga menyebabkan adanya potensi daya tarik/ ketergantungan ekonomi yang lebih besar ke negara tetangga. 3. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk di kawasan perbatasan 4. Merupakan daerah rawan berlangsungnya kegiatan-kegiatan illegal (illegal logging, illegal labour, pencurian dan penyeludupan), dikarenakan lemahnya pembinaan dan pengendalian teritorial, sehingga pemanfaatan sumber daya dan lahan dapat dilakukan oleh kedua masyarakat negara tanpa memperhatikan batas-batas negara Dana Alokasi Khusus di Kabupaten Sambas sangat bermanfaat dalam pembangunan berbagai sarana dan prasarana dasar dan penunjang ekonomi. Pada Tabel 4.3 dibawah ini terlihat alokasi DAK di Kabupaten Sambas yang terkait dengan afirmasi pada daerah tertinggal dan kawasan perbatasan. Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa secara umum terdapat peningkatan alokasi DAK di Kabupaten Sambas. Akan IV-25

50 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan tetapi, terdapat pengurangan alokasi DAK khususnya terkait dengan DAK afirmatif bagi kawasan perbatasan. Pada tahun 2014, DAK SPDT dan DAK SPKP di kawasn perbatasan adalah sebesar Rp 12.5 Milyar, akan tetapi pasca restrukturisasi DAK Afirmasi Transportasi Perdesaan mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 55.5% menjadi Rp 5.5 Miyar pada tahun Kondisi tersebut sangat mempengaruhi rencana pembukaan keterisolasian khususnya di kecamatan lokpri. Tabel 4.5. Alokasi DAK Afirmasi di Kabupaten Sambas NO URAIAN TA (Rp. juta) 1 DAK BIDANG INFRASTRUKTUR IRIGASI TA (Rp. Juta) TA (Rp. Juta) 3.779, , ,18 - Tambahan 7.334, ,24 2 DAK BIDANG 1.615, , ,93 INFRASTRUKTUR AIR MINUM - Tambahan 1.289, ,46 3 DAK BIDANG 1.224, , ,84 INFRASTRUKTUR SANITASI - Tambahan 1.071, ,54 4 DAK BIDANG , , ,99 INFRASTRUKTUR JALAN - Tambahan 5.404, , ,93 5 DAK BIDANG SARANA DAN PRASARANA PEDESAAN UNTUK DAERAH TERTINGGAL 6 DAK SARANA & PRASARANA KAWASAN PERBATASAN 7 DAK TRANSPORTASI PEDESAAN 3.029, , , , , , ,67 Tahun 2014, Kabupaten Sambas menerima DAK SPDT sebesar Rp Milyar dengan Sharing DAK sebesar Rp juta sehingga totalnya menjadi Rp Milyar. Instansi yang melakukan kegiatan adalah Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sambas. DAK SPDT digunakan untuk pembangunan 20 paket dermaga dan pembangunan 3 paket jalan masuk menuju dermaga yang tersebar di 10 Kecamatan yaitu di Kecamatan Jawai Selatan, Kecamatan Sejangkung, Kecamatan Sambas, Kecamatan Teluk Keramat, Kecamatan Salatiga, Kecamtan Selakau, Kecamatan Semparuk, Kecamatan Sebawi, Kecamtan Sajingan Besar dan Kecamatan Galing. Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Paloh merupakan kawasan perbatasan di Kabupaten Sambas. Jalan dari Sambas hingga Sajingan Besar sudah IV-26

51 BAB V Pemantauan& Evaluasi DAK Aformasi Transortasii Perdesaan berstatus Jalan Nasional. Sedangkan jalan menuju dan di dalam Kecamatan Paloh masih sangat memerlukan perbaikan peningkatan jalan. DAK SPKP tahun 2014 adalah sebesar Rp Milyar dengan Sharing DAK sebesar Rp juta sehingga totalnya menjadi Rp Milyar. Instansi yang melakukan kegiatan adalah Dinas PU, Bina Marga, Pengairan, Energi Dan SDA Kabupaten Sambas. DAK SPKP digunakan untuk pembangunan jalan dan jembatan di kecamatan Paloh yang merupakan lokpri perbatasan, yaitu pembangunan 6 ruas jalan dengan total 2.98 Km, dan 2 buah jembatan beton. Gambar 4.6. Jalan dan Jembatan DAK SPKP Di Kabupaten Sambas 2014 Sumber: Hasil Monev Dit KKDT, 2015 Secara umum pelaksanaan DAK SPDT dan SPKP TA 2014 di Kabupaten Sambas tidak mengalami permasalahan yang berarti dan dapat dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dari masing-masing bidang DAK. Dalam penganggaran tidak terdapat permasalahan karena anggaran pada kegiatan tersebut sudah direncanakan berdasarkan perhitungan yang disesuaikan dengan Harga Standar Umum (HSU) Kabupaten Sambas TA Sedangkan beberapa kendala dalam pelaksanana DAK IV-27

POKOK-POKOK PERUBAHAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016

POKOK-POKOK PERUBAHAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN POKOK-POKOK PERUBAHAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016 Disampaikan Oleh : Sekretaris Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016 Disampaikan Oleh : Direktorat Dana Perimbangan Direktorat Jenderal Perimbangan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015 LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2015 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016 Jakarta, 10 Februari 2016 ARAH KEBIJAKAN DAK TA 2016 1. Mendukung implementasi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.855, 2017 KEMEN-DPDTT. DAK Fisik Afirmasi bidang Transportasi TA 2017. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014 Disampaikan pada: Rapat Konsolidasi DAK Bidang Dikmen TA 2014 Nusa Dua, 28 November 2013 AGENDA PAPARAN 1. Postur Dana Transfer

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN DAK SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN DAK SUB BIDANG TRANSPORTASI PERDESAAN TAHUN 2017 Direktorat Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah II DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH Jakarta, 2 Mei 2016 PENDAHULUAN ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas

Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas 1 VISI-MISI PEMBANGUNAN 2015-2019 DIJABARKAN MELALUI STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL RKP 2015*) RKP 2016 RKP 2017 RKP 2018 RKP 2019

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Kebijakan dan Tantangan Tahun 2017 & Arah Kebijakan Tahun 2018 DISAMPAIKAN DIREKTUR DANA PERIMBANGAN DITJEN PERIMBANGAN

Lebih terperinci

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Disampaikan oleh: Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Dr. Ahmad Yani, S.H., Akt., M.M., CA. MUSRENBANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, APRIL 2017

KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, APRIL 2017 K E M E N T E R I A N R E P U B L I K K E U A N G A N I N D O N E S I A KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, 10-21

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017

ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017 11/05/2016 15:46 ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017 Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Jakarta, April 2016 1 ARAHAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN DANA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA

PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA PEMERINTAH KUCURKAN TRILIUNAN RUPIAH BANGUN INFRASTRUKTUR PAPUA Detik.com Pemerintah berkomitmen mendorong pemerataan pembangunan di Indonesia guna mengurangi ketimpangan atau disparitas antara Kawasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBN ISBN:

Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBN ISBN: Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBN ISBN: 978-602-74661-8-0 Copyright @ 2017 Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Disusun oleh Pusat Kajian Anggaran Penanggungjawab Dr.

Lebih terperinci

BUKU SAKU: RAPAT KOORDINASI SINKRONISASI DAN HARMONISASI RENCANA KEGIATAN PER BIDANG DAK FISIK TINGKAT PROVINSI

BUKU SAKU: RAPAT KOORDINASI SINKRONISASI DAN HARMONISASI RENCANA KEGIATAN PER BIDANG DAK FISIK TINGKAT PROVINSI BUKU SAKU: RAPAT KOORDINASI SINKRONISASI DAN HARMONISASI RENCANA KEGIATAN PER BIDANG DAK FISIK TINGKAT PROVINSI Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - 1 Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2018 DAK TA.2018 DAK REGULER DAK AFIRMASI DAK PENUGASAN Untuk penyediaan pelayanan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN UMUM DANA ALOKASI KHUSUS

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN UMUM DANA ALOKASI KHUSUS KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN UMUM DANA ALOKASI KHUSUS Hotel Aryaduta Palembang 17 Februari 2016 OUTLINE KEBIJAKAN DAK TA 2016 PERUBAHAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018 KEBIJAKAN TAHUN 2018 - DirekturOtonomi Daerah Bappenas - REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA DEFINISI SESUAI UU No.33/2004 Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124 /PMK.02/2005 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 Menimbang : a. bahwa sesuai dengan hasil

Lebih terperinci

BADAN KEUANGAN DAERAH PROVINSIS SUMATERA BARAT PELAPORAN DAN REALISASI DARI DANA TRANSFER TA 2016

BADAN KEUANGAN DAERAH PROVINSIS SUMATERA BARAT PELAPORAN DAN REALISASI DARI DANA TRANSFER TA 2016 BADAN KEUANGAN DAERAH PROVINSIS SUMATERA BARAT PELAPORAN DAN REALISASI DARI DANA TRANSFER TA 2016 POSTUR DANA ALOKASI KHUSUS TA 2016 2015 2016 Jenis DAK Jenis I. DAK Fisik I. DAK Reguler 1. DAK Reguler

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015

KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015 KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015 DIREKTORAT Company JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN LOGO KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2014 POKOK -POKOK KEBIJAKAN DAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK.07/2003 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS NON DANA REBOISASI TAHUN ANGGARAN 2004 Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1 TRANSFER KE DAERAH & DANA DESA 2018 Fokus untuk : Meningkatkan pemerataan keuangan antardaerah; Meningkatkan kualitas dan mengurangi ketimpangan layanan publik

Lebih terperinci

Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011

Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 Belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 diarahkan untuk:

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017)

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Press Briefing Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) Jakarta, 13 April 2017 1 MENGAPA PERLU? DITETAPKAN PMK 50/PMK.07/2017 Adanya

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus)

Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus) 1 ii Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus) RINGKASAN EKSEKUTIF 1. SILPA daerah yang besar merupakan indikasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY Disampaikan Oleh : Direktur Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan DJPK Kementerian

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN DANA ALOKASI UMUM DAN TAMBAHAN DANA ALOKASI KHUSUS FISH( PADA ANGGARAN

Lebih terperinci

DAFTAR USULAN RENCANA KEGIATAN KABUPATEN / KOTA... YANG BERSUMBER DARI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) INFRASTRUKTUR PUBLIK TAHUN ANGGARAN 2017

DAFTAR USULAN RENCANA KEGIATAN KABUPATEN / KOTA... YANG BERSUMBER DARI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) INFRASTRUKTUR PUBLIK TAHUN ANGGARAN 2017 DAFTAR USULAN RENCANA KEGIATAN KABUPATEN / KOTA... YANG BERSUMBER DARI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) INFRASTRUKTUR PUBLIK TAHUN ANGGARAN 2017 NO. KEGIATAN TARGET DANA LOKASI Total DAK Infrastruktur Publik

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS NON DANA REBOISASI TAHUN ANGGARAN 2005 Menimbang : a.

Lebih terperinci

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN KEMENTERIAN DESA, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN NASIONAL PERCEPATAN TAHUN 2015-2019 ? adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA DIREKTORAT FASILITASI DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014

KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014 KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014 DR. Wirabrata, S.Si, M.Kes, MM, Apt Kepala Bagian Perencanaan Strategis, Kebijakan, dan Program Biro Perencanaan dan Anggaran DISAMPAIKAN PADA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Draft per 12 Oktober 2015 PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, DAN

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

AFIRMASI TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KAWASAN PERBATASAN NEGARA

AFIRMASI TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KAWASAN PERBATASAN NEGARA AFIRMASI TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN KAWASAN PERBATASAN NEGARA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 1 1 PENDAHULUAN 2 9 AGENDA PRIORITAS NAWA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 /PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2006

Lebih terperinci

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.371, 2015 KEMENPU PR. Dana Alokasi Khusus. Insfrastuktur. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahu

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahu No.477, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana. Desa. Transfer. Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/PMK.07/2016 TENTANG PENGELOLAAN TRANSFER KE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999 yang sekaligus menandai perubahan paradigma pembangunan

Lebih terperinci

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI REGULASI PENYEDIAAN AIR BERSIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PEMERINTAH PUSAT Penetapan pengembangan

Lebih terperinci

BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN 1. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara 2. UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah 3. UU 23/2014 tentang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 2010

KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 2010 KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 2010 Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bogor, 13 Oktober 2009 Dasar Hukum UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara UU No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128 / PMK.07 / 2006 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2007

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128 / PMK.07 / 2006 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2007 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128 / PMK.07 / 2006 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2007 MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh: MENTERIDALAMNEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Bangka Tengah, 7 April 207 2 PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN NASIONAL (Pasal

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN 2018

KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN 2018 REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA TRANSFER KHUSUS TAHUN 2018 BOEDIARSO TEGUH WIDODO DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN BALIKPAPAN, 7 MARET 2017 OUTLINE KONDISI KALIMANTAN TIMUR Sosial,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT REGIONAL DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016 Yogyakarta, Juni 2015

RUMUSAN RAPAT REGIONAL DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016 Yogyakarta, Juni 2015 RUMUSAN RAPAT REGIONAL DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016 Yogyakarta, 11-13 Juni 2015 Rapat Regional Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian Tahun 2015 merupakan pertemuan strategis

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

PELAPORAN DATA REALISASI PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN YANG BERSUMBER DARI DANA TRANSFER

PELAPORAN DATA REALISASI PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN YANG BERSUMBER DARI DANA TRANSFER PELAPORAN DATA REALISASI PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN YANG BERSUMBER DARI DANA TRANSFER Disampaikan Pada Acara : Rapat Penyajian dan Publikasi Data Informasi Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah

Lebih terperinci

DANA ALOKASI KHUSUS DALAM PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

DANA ALOKASI KHUSUS DALAM PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH DANA ALOKASI KHUSUS DALAM PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH A. Latar Belakang Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 PETUNJUK TEKNIS I. UMUM

Lebih terperinci

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak No.44, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon No.1289, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. DAU dan Tambahan DAK Fisik. APBNP TA 2017. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 /PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN PENYALURAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK TAHUN 2016

EVALUASI KEBIJAKAN PENYALURAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK TAHUN 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA EVALUASI KEBIJAKAN PENYALURAN DANA ALOKASI KHUSUS FISIK TAHUN 2016 Kabupaten Banjar, 22 November 2016 Bentuk Transfer APBN Tunai/RKUD dan Non Tunai/SBN APBD 2 Syarat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

KESIAPAN PENYALURAN TAHAP I DANA ALOKASI KHUSUS FISIK 2018 PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KESIAPAN PENYALURAN TAHAP I DANA ALOKASI KHUSUS FISIK 2018 PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANTOR WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU KESIAPAN PENYALURAN TAHAP I DANA ALOKASI KHUSUS FISIK 2018 PROVINSI KEPULAUAN RIAU BIDANG

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN SOSIALISASI PENGELOLAAN DANA DESA KEPADA APARAT PEMBINA DAN PENGAWAS DESA

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN SOSIALISASI PENGELOLAAN DANA DESA KEPADA APARAT PEMBINA DAN PENGAWAS DESA SOSIALISASI PENGELOLAAN DANA DESA KEPADA APARAT PEMBINA DAN PENGAWAS DESA 1 2 FILOSOFI DAN TUJUAN DANA DESA Dana Desa Untuk Peningkatan Kualitas Hidup FILOSOFI TUJUAN Dana Desa yang bersumber dari APBN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2016 KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun 2016. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5907) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.244, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Otonomi. Pemilihan. Kepala Daerah. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL

MULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL Deputi Bidang Pengembangan Regional Jakarta, 14

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.79, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPP. Dana Alokasi Khusus. Sarana. Prasarana. Kawasan Perbatasan. Petunjuk Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Rencana Kerja (RENJA ) 2015

Rencana Kerja (RENJA ) 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU-SPPN) yang telah dijabarkan secara teknis dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (L

2016, No Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1597, 2016 KEMENKEU. Dana Proyek. Desentralisasi. Rincian. Pedoman. TA 2016. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci