SEJARAH BURGERLIJK WETBOEK (BW)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEJARAH BURGERLIJK WETBOEK (BW)"

Transkripsi

1 SEJARAH BURGERLIJK WETBOEK (BW) Berbicara tentang sejarah Burgerlijk Wetboek atau yang disingkat dengan BW adalah kitab Hukum Perdata Tertulis yang dipakai sebagai hukum positif di Indonesia.Pada dasarnya hukum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hukum publik dan hukum privat,(hukum perdata).hukum publik merupakan ketentuan hukum yang mengatur tentang kepentingan umum,sedangkan hukum perdata mengatur kepentingan yang bersifat keperdataan.istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh prof.djojodiguno sebagai terjemahan dari burgerlijkrecht pada masa pendudukan Jepang.Disamping istilah itu,sinonoim hukum perdata adalah civielrecht dan privatrecht. Hukum perdata yang berlaku pada saat ini merupakan produk pemerintahan Hindia belanda yang berlaku di indonesia berdasarkan atas asas Konkordansi,artinya bahwa hukum yang berlaku di indonesia sama dengan ketentuan hukum yang berlaku di negeri Belanda.Disamping itu yang menjadi dasar hukum berlakunya berlakunya KUH Perdata di Indonesia adalah Pasal II aturan peralihan UUD 1945 dan masih dibutuhkan.kuh Perdata ditetapkan pada tahun 1848 dinegeri Belanda,sedangkan di indonesia ditetapkan pada tahun 1848.KUH Perdata terdiri atas empat buku,yaitu buku I tentang hukum orang,buku II tentang hukum benda,buku III tentang perikatan dan Buku IV tentang pembuktia dan daluwarsa. Dari keempat Buku tersebut belum ada yang dicabut secara total,namun ada beberapa bagian yang tidak berlaku lagi.hal ini disebabkan karena telah dicabut dengan berbagi UU yang baru.hal-hal yang telah dicabut,yaitu tentang hipotek dan perkawinan.hipotek yang diatur dalam Buku II telah dicabut dengan buku nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah,sedangkan perkawinan yang diatur dalam Buku I KUH Perdata telah dicabut dengan UU no 1 tahun 1974 tentang perwakinan dan peraturan pelaksanaannya.

2 Oleh karena UU yang mengatur tentang Hukum Perdata secara khusus di indonesia belum ada maka menjadi acuan didalam pengkajian dan penelaahan buku pengantar perdata tertulis (burgerlijk wetboek) ini adalah kepada KUH Perdata,yang merupakan produk pemerintahan Hindia Belanda.Hukum Perdata Belanda berasal dari hukum perdata Perancis yaitu Code Napoleon yang disusun berdasarkan hukum Romawi Corpus juris Civilis yang pada waktu itu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna.hukum privat yang berlaku di perancis dimuat dalam dua kodifikasi yang disebut Code civil (hukum perdata) dan code de Commerce (hukum dagang) sewaktu perancis menguasai belanda ( ).Kedua kodifikasi itu diberlakukan di negeri belanda yang masih dipergunakan terus hingga 24 tahun sesudah kemerdekaan Belanda dari Perancis (1813) Pada tahun 1814 Belanda mulai menyusun kitab undang-undang Hukum Perdata (Sipil) atau KUHS negeri Belanda,berdasarkan kodifikasi hukum belanda yang dibuat MR.J.M. KEMPER disebut ONTWERP KEMPER namun sayangnya Kemper meninggal dunia pada tahun 1824 sebelum menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh Nicolai yang menjabat sebagai ketua Pengadilan Tinggi Belgia keinginan Belanda tersebut terealisasi pada tanggal 6 juli 1880 dengan pembentukan dua kodifikasi yang baru diberlakukan pada tanggal 1 oktober 1838 oleh karena telah terjadi pemberontakan di Belgia. Yang akan dibahas dalam makalah ini adalah hukum PerdataEropa atau disebut dengan Burgelijk Wetboek (BW) yang kalauditerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia lazim disebut dengankitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPer)Dengan diundangkannya KUH Perdata dan Kitab Undang-undangDagang pada tahun 1847 untuk golongan Eropa dihindia Belanda, maka tugas-tugas kerja yang bersangkut pautdengan upaya kodifikasi yang diprakarsai dan ditata oleh eksponeneksponenbewuste rechtspolitiek untuk mengukuhkan supremasihukum di Hindia Belanda.3 Alasan diterapkannya KUH Perdata dihindia Belanda antara lain di sebutkan oleh Cowan yaitu: Pertama,hukum adat

3 yang tak tertulis akan menimbulkan ketidakpastian hukum, dan apabila orang hanya bersandar pada hukum adat makasulit untuk memperkirakan apa yang boleh dijangka akan diputusoleh hakim. Kedua, penerapan berbagai hukum untuk berbagai ragamgolongangolongan penduduk akan melahirkan situasi yangmembingungkan dan kritis.sudah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan hukumperdata adalah rangkaian peraturan yang mengatur hubungan antarawarga negara perseorangan dengan warga negara perseorangan yanglain. Sedangkan hukum perdata tertulis yang dimaksud dalammakalah ini adalah hukum perdata yang diatur di dalam KUHPerdata (Burgelijk Wetboek). Sejak awal kemerdekaan sudah ada usaha untuk mengantikanseluruh hukum kolonial dengan sistem hukum nasional, namunkegagalan karena adanya perbedaan pandangan dalam melihatpembangunan hukum, yaitu apakah harus mengunakan hukum nasional dan membuang sama sekali hukum sisa peninggalankolonial, di lain pihak masih banyak yang menghendaki berlakubersama-sama, selain itu ada pandangan untuk mengunakan hukumadat sebagai hukum nasional.hukum perdata semula berasal dari bangsa Romawi yaitulebih kurang 50 SM pada masa pemerintahan Yulius Caesar berkuasadi Eropah Barat yang sejak waktu itu hukum Romawi diberlakukandi Perancis walaupun bercampur dengan hukum asli yang sudah adasebelum orang Romawi menguasai Galis (Perancis). Keadaan sepertiini terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan Louis XVyaitu dengan diawalinya usaha kearah adanya kesatuan hukum yangkemudian menghasilkan suatu kodifikasi yang diberi nama CodeCivil Des Francois 7 pada 21 Maret 1804 yang kemudian pada 1807diundangkan kembali menjadi Code Napoleon.Kodifikasi ini sangat berbau Romawi tetapi para penyusunnyabanyak juga memasukkan kedalamnya unsur-unsur hukum asli yaituhukum adat Perancis Kuno (hukum Jerman) yang telah berlaku dieropah Barat sebelum orang-orang Romawi menguasai Perancis.Sebagai campuran ketiga di dalam isi Code Civil itu adalah hukumgereja atau hukum Katolik yang didukung oleh gereja Roma Katolikketika itu.

4 Pada 1811, Belanda di jajah oleh Perancis dan seluruh CodeCivil yang memuat ketiga unsur yaitu hukum Romawi, HukumGerman dan hukum Gereja diberlakukan di negeri Belanda dan olehkarena Indonesia pada waktu itu merupakan jajahan Belanda makahukum perdata Belanda yang sebagian besar berdasarkan pada CodeCivil itu diberlakukan pula untuk Indonesia sejak 1 Januari 1848dengan Staatsblad tahun 1847 No. 23. Namun demikian, hukum perdata di Indonesia agak berlainan dengan hukum perdata yangberlaku di negeri Belanda apalagi jika dibandingkan dengan CodeCivil Perancis, hanya asas-asasnya banyak diambil dari Code Civil.Berlakunya hukum perdata Belanda tersebut di Indonesia bertalian erat dengan politik hukum pemerintah Hindia Belanda yangmembagi penduduk Hindia Belanda menjadi 3 golongan yaitu: (1)Golongan Eropa yaitu semua orang Belanda, orang yang berasal darieropa, orang Jepang, orang yang hukum keluarganya berdasarkanazas-azas yang sama dengan hukum Belanda beserta anak keturunanmereka; (2) Golongan Timur Asing Tionghoa dan Timur Asing bukantionghoa misalnya orang Arab, India dan Pakistan; (3) Mereka yangtelah meleburkan diri dan menyesuaikan hidupnya dengan golonganbumi Putera.Penggolongan tersebut diatur dalam pasal 163 IS (Indische Staatsregeling) yang sampai sekarang masih tetap berlaku berdasarkanketentuan pasal 2 Aturan Peralihan Undang-undang Dasar Mengenai hukum apa yang berlaku bagi masing-masinggolongan diatur dalam pasal 131 IS yang menentukan, bahwa:pertama, bagi golongan Eropa berlaku hukum perdata dan hukumdagang yang berlaku di Negara Belanda atas dasar azaskonkordansi. Kedua, bagi golongan Timur Asing Tiongha berlakuhukum perdata yang diatur dalam BW dan Hukum Dagang yangdiatur dalam KUHD (WvK ) dengan beberapa pengecuaian dan penambahan sebagaimana diatur dalam stablad tahun 1917 Nomor129 jo Stb. Tahun 1925 Nomor 557. Pengecualian dan penambahanmeliputi : (a) Upacara Perkawinan; (b) Pencegahan Perkawinan; (c)kantor Pencatatan Sipil (Burgerlijk Stand); (d) Pengangkatan anak(adopsi); (e) Peraturan tentang kongsi. Bagi golongan timur

5 asingbukan Tinghoa berlaku hukum perdata Eropa sepanjang mengenaihukum harta kekayaan sedang mengenai hukum kekeluargaan danhukum waris tunduk pada hukum asli mereka sendiri. Hal inidiatur dalam Staatblad tahun 1924 Nomor 556 yang mulai berlakusejak 1 Maret Ketiga, dari golongan bumi putra berdasarkanketentuan pasal 131 ayat 6 IS berlaku hukum perdata adat yaitukeseluruhan peraturan hukum yang tidak tertulis tetapi hidup dalamtindakan tindakan rakyat sehari hari. Dalam pada itu hukumperdata adat masih belum seragam sesuai dengan banyaknyalingkungan hukum adat (adat rech skiringen) di Indonesia.Dalam pada itu, berdasarkan ketentuan pasal 131 ayat 2 ISperaturan peraturan untuk orang Eropa dapat diberlakukan untukgolongan Indonesia asli/timur Asing secara utuh maupun denganperubahan perubahan, untuk membuat peraturan baru yang berlakuuntuk semua golongan bersama- sama dan diadakan penyimpangan penyimpangan umum/masyarakat memerlukan. Pertama, beberapaketentuan BW dan WvK yang dinyatakan berlaku bagi golonganbumi putra, yaitu: (a) Pasal-pasal tentang perjanjian kerja atauperburuhan (Ps lama BW ); (b) Pasal pasal tentangpermainan dan perjudian pasal BW); (c) Pasal pasalmengenai hukum laut (buku II titel IV KUHD Stb Nomor 49).Kedua, beberapa peraturan yang berlaku bagi semua golongan(gemeen schappelijk recht), yaitu: (a) Undang undang Hak Pengarang(Auterswet St ); (b)peraturan umum tentang koperasi (Stb.tahun 1933 Nomor 108); (c) Ordonansi pemberantasan riba (Stb. 938No. 524); (d) Ordoonansi pengangkutan udara (Stb No. 98).Ketiga, beberapa peraturan yang secara khusus di buat untuk orangindonesia, yaitu: (a) Ordonansi perhimpuan Indonesia (Stb No.570 ); (b) Ordonansi maskapai andil Indonesia (Stb Nomor569) dan (c) Ordonansi perkawinan orang Indonesia Kristen (Stb. 1933Nomor 74 jo S Nomor 73)

6 DAFTAR PUSTAKA 3 Soetandjo Wingjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hlm.56 4Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, cet. XXVII, (Jakarta: Intermasa,1995), hlm Ibid. 6Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), hlm.4 7Wirjono Projodikoro, Azas-azas Hukum Perdata, Cet. IX, (Bandung: Sumur Bandung, 1983), hlm. 9.

BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya di Indonesia)

BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya di Indonesia) BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya di Indonesia) Erie Hariyanto (Dosen jurusan Syari ah STAIN Pamekasan, Jl. Raya Panglegur Km. 04 Pamekasan, email: erie.mh@gmail.com) Abstract

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

HUKUM PERDATA ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM. HUKUM PERDATA ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM. 1 HUKUM PERDATA Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara individu-individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum

Lebih terperinci

Hukum Perdata. Rahmad Hendra

Hukum Perdata. Rahmad Hendra Hukum Perdata Rahmad Hendra Hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi

Lebih terperinci

II. Istilah Hukum Perdata

II. Istilah Hukum Perdata I. Pembidangan Hukum Privat Hukum Hukum Publik II. Istilah Hukum Perdata = Hukum Sipil >< Militer (Hukum Privat Materil) Lazim dipergunakan istilah Hukum Perdata Prof.Soebekti pokok-pokok Hukum Perdata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun di Indonesia hukum yang diterapkan adalah hukum secara terlulis.

BAB I PENDAHULUAN. Namun di Indonesia hukum yang diterapkan adalah hukum secara terlulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum perdata adalah salah satu macam dari dua jenis hukum yang ada di Indonesia. Salah satu cara bagaimana masyarakat luas bisa mengetahui hukum hukum di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM JUAL BELI PASAL 1493 KUH PERDATA

BAB III ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM JUAL BELI PASAL 1493 KUH PERDATA 40 BAB III ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM JUAL BELI PASAL 1493 KUH PERDATA A. Gambaran Umum Tentang KUH Perdata. 1. Sejarah KUH Perdata Sejarah terbentuknya KUH Perdata di Indonesia tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Pendapat Umum, yang dimaksud dengan Hukum adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Pendapat Umum, yang dimaksud dengan Hukum adalah: BAB I PENDAHULUAN A. HUKUM PERDATA 1. Pengertian Hukum Perdata Para ahli banyak memberikan pengertian-pengertian maupun penggunaan istilah Hukum Perdata. Adapun pengertian-pengertian tersebut tergantung

Lebih terperinci

Definisi Hukum Dagang. Sejarah Hk Dagang. Kesimpulannya adalah: 9/16/2014. Hk Dagang yg kita pelajari adalah:

Definisi Hukum Dagang. Sejarah Hk Dagang. Kesimpulannya adalah: 9/16/2014. Hk Dagang yg kita pelajari adalah: Definisi Hukum Dagang Sejarah Hk Dagang Kuliah Hk Dagang FH UB Afifah Kusumadara, SH. LL.M. SJD. Hk Dagang yg kita pelajari adalah: Hk Dagang Barat, BUKAN: Hk Dagang Adat Hk Dagang Islam Hk Dagang yg kita

Lebih terperinci

HUKUM DAGANG ASAS-ASAS HUKUM DAGANG

HUKUM DAGANG ASAS-ASAS HUKUM DAGANG HUKUM DAGANG ASAS-ASAS HUKUM DAGANG KHARISMA WULAN FADHILA 201610110311019 IRVAN YUSRI SOLIHIN 201610110311021 GITANIA NUR SAFITRI 201610110311022 RHEZA MAULANA IHSAN PRAKOSO 201610110311023 Hukum yang

Lebih terperinci

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA ASAS-ASAS HUKUM PERDATA Hukum perdata yang dimaksud dalam hal ini adalah hukum perdata material (bukan hukum perdata formal), adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum yang mengatur hubungan hukum

Lebih terperinci

BAB III HIBAH DALAM DALAM PASAL 1688 KUH PERDATA. A. Sekilas tentang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB III HIBAH DALAM DALAM PASAL 1688 KUH PERDATA. A. Sekilas tentang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BAB III HIBAH DALAM DALAM PASAL 1688 KUH PERDATA A. Sekilas tentang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sesuai dengan judul di atas yaitu sekilas tentang Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),

Lebih terperinci

POKOK-POKOK HUKUM PERDATA

POKOK-POKOK HUKUM PERDATA POKOK-POKOK HUKUM PERDATA 1 m.k. hukum perdata 2 m.k. hukum perdata 3 m.k. hukum perdata 4 m.k. hukum perdata 5 PERBEDAAN COMMON LAW/ANGLO SAXON CIVIL LAW/EROPA KONT SISTEM PERATURAN 1. Didominasi oleh

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI.

HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI. HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI. A. PENDAHULUAN I. Pembidangan Hukum Privat Hukum Hukum Publik II. Istilah Hukum Perdata = Hukum Sipil >< Militer (Hukum Privat Materil) Lazim dipergunakan istilah

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata

Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata Modul 1 Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata Prof. Dr. Rosa Agustina, S.H., M.H., dkk. U PENDAHULUAN ntuk memahami hukum perdata, maka penting untuk diketahui pengertian dan ruang lingkup hukum perdata

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA TENTANG ORANG DAN HUKUM J= LUAR A. 7{.MtJj No. Klass.. f\fo _ Tgl. Hadiah/Bef;

PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA TENTANG ORANG DAN HUKUM J= LUAR A. 7{.MtJj No. Klass.. f\fo _ Tgl. Hadiah/Bef; PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA TENTANG ORANG DAN HUKUM J= LUAR A 7{.MtJj- Hadiah/Bef; --- -. = - _ --- --- No. Klass.. - --- ---1 f\fo. Dari ---.. _ Tgl... _ ------ I ---- --- '/ KATALOGDALAMTERBffAN Djaja

Lebih terperinci

Pengantar Hukum Dagang. Copyright by dhoni yusra

Pengantar Hukum Dagang. Copyright by dhoni yusra Pengantar Hukum Dagang Copyright by dhoni yusra Manusia adalah mahluk sosial Kebutuhan dasar Perdagangan Salah satu usaha manusia LATAR BELAKANG MUNCULNYA HUKUM DAGANG Dimulai ketika jaman romawi, hubungan

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA DALAM PERSPEKTIF BW

HUKUM PERDATA DALAM PERSPEKTIF BW 1'1 0b,.,JOI( REVISI KEEMPAT HUKUM PERDATA DALAM PERSPEKTIF BW \4:l~36 \tfr~ ly.~.,;ioq Oleh: DJAJA S. MELIALA, S.H., M.H. I HUKUM PERDATA DALAM PERSPEKTIF BW Oleh: DJA.JA S. MELIALA, S.H., M.H. Copyright

Lebih terperinci

Hukum Perdata, Hukum Pidana Dan Hukum Administrasi Negara

Hukum Perdata, Hukum Pidana Dan Hukum Administrasi Negara Hukum Perdata, Hukum Pidana Dan Hukum Administrasi Negara HUKUM PERDATA 1. Sejarah Hukum perdata (burgerlijkrecht) bersumber pokok burgerlijk wet boek (KHUS) atau kitab undang-undang hukum sipil yang berlaku

Lebih terperinci

PERLUASAN BERLAKUNYA HUKUM PERDATA

PERLUASAN BERLAKUNYA HUKUM PERDATA PERLUASAN BERLAKUNYA HUKUM PERDATA PENDAHULUAN: Pada awalnya KUH Perdata hanya berlakiu untuk gol. Eropa Perkembangan perdagangan antara masing-masing golongan dan banyaknya perusahaan Belanda di bidang

Lebih terperinci

BAB III HUKUM PERDATA

BAB III HUKUM PERDATA BAB III HUKUM PERDATA 1.1. Hukum Perdata yang Berlaku di Indonesia Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata

Lebih terperinci

TENTIR UJIAN TENGAH SEMESTER PENGANTAR HUKUM INDONESIA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM 2012

TENTIR UJIAN TENGAH SEMESTER PENGANTAR HUKUM INDONESIA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM 2012 TENTIR UJIAN TENGAH SEMESTER PENGANTAR HUKUM INDONESIA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM 2012 1. Pada saat ini terdapat beberapa aturan Hindia Belanda yang masih berlaku di Indonesia. Mengapa peraturan

Lebih terperinci

1. Perbedaan PIH dan PHI 2. Hukum dalam masyarakat 3. Pengetian dasar sistem hukum 4. Sumber Hukum 5. Klasifikasi/Pembedaan Hukum 6.

1. Perbedaan PIH dan PHI 2. Hukum dalam masyarakat 3. Pengetian dasar sistem hukum 4. Sumber Hukum 5. Klasifikasi/Pembedaan Hukum 6. 2006/2007 1. Perbedaan PIH dan PHI 2. Hukum dalam masyarakat 3. Pengetian dasar sistem hukum 4. Sumber Hukum 5. Klasifikasi/Pembedaan Hukum 6. Asas Konkordansi 7. Pluralisme di Indonesia 8. Pembidangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum kewarisan yang berlaku bagi warga negara Indonesia. Negara Indonesia memberlakukan tiga macam hukum

Lebih terperinci

BAB III HARTA BERSAMA MENURUT PASAL 124 DAN 125 KUH PERDATA. dengan istilah Burgerlijk Wetboek (BW) adalah kodifikasi hukum perdata yang

BAB III HARTA BERSAMA MENURUT PASAL 124 DAN 125 KUH PERDATA. dengan istilah Burgerlijk Wetboek (BW) adalah kodifikasi hukum perdata yang BAB III HARTA BERSAMA MENURUT PASAL 124 DAN 125 KUH PERDATA A. Penyusunan KUH Perdata 1. Sejarah penyusunan KUH Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang dikenal dengan istilah Burgerlijk

Lebih terperinci

Sejarah Terbentuknya Hukum Perdata (BW)

Sejarah Terbentuknya Hukum Perdata (BW) Sejarah Terbentuknya Hukum Perdata (BW) April 10, 2011 Alam S. Anggara Assignment, Law, Resume 4 Comments Sejarah terbentuknya Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) tak bisa dipisahkan dengan sejarah

Lebih terperinci

BAB III WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERSFTELLING) DALAM KUHPERDATA. yaitu segala hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan perorangan.

BAB III WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERSFTELLING) DALAM KUHPERDATA. yaitu segala hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan perorangan. BAB III WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERSFTELLING) DALAM KUHPERDATA A. Sekilas KUHPerdata Hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat materiil yaitu segala hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA FUNGSI UUPA 1. Menghapuskan dualisme, menciptakan unifikasi serta kodifikasi pada hukum (tanah)

Lebih terperinci

Pentingnya Penyempurnaan UU No.5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria 14 Desember 2007 oleh : Irvan Surya Hartadi, SH

Pentingnya Penyempurnaan UU No.5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria 14 Desember 2007 oleh : Irvan Surya Hartadi, SH Pentingnya Penyempurnaan UU No.5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria 14 Desember 2007 oleh : Irvan Surya Hartadi, SH Lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960 merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum waris yang berlaku di Indonesia dikenal sangat beragam, hal ini dikarenakan adanya pengaruh penggolongan penduduk yang pernah dilakukan pada masa Hindia Belanda,

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Konsepsi harta kekayaan di dalam perkawinan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) 1 adalah sebagai suatu persekutuan harta bulat, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Kewarganegaraan. dalam melaksanakan tugas pokok dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Kewarganegaraan. dalam melaksanakan tugas pokok dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga yang diberi nama Westen Boedelkamer atau Balai Harta Peninggalan berdiri pada tanggal 1 Oktober 1624 yang berkedudukan di Jakarta. Lembaga Balai Harta Peninggalan

Lebih terperinci

BAB. IV POLITIK HUKUM

BAB. IV POLITIK HUKUM BAB. IV POLITIK HUKUM I. PENGERTIAN POLITIK HUKUM POLITIK H U K U M CARA MENENTUKAN TUJUAN YANG AKAN DICAPAI DENGAN DIBUAT DAN DIBERLAKUKANNYA HUKUM CARA MENENTUKAN STRATEGI YANG DIPILIH UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN 23 BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN A. Pengertian Umum Pencatatan sipil merupakan hak dari setiap Warga Negara Indonesia dalam arti hak memperoleh akta autentik dari

Lebih terperinci

Pengantar. Hukum PERDATA. ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H. Joeni Arianto K - Pengantar Hukum Perdata

Pengantar. Hukum PERDATA. ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H. Joeni Arianto K - Pengantar Hukum Perdata Pengantar Hukum PERDATA ÉÄx{M Joeni Arianto Kurniawan, S. H. 1 Beberapa Definisi Hukum PERDATA Subekti: Hk perdata dalam arti luas meliputi semua hk privat materiil, yaitu segala hukum pokok ygmengatur

Lebih terperinci

Hukum Perdata disebut juga dengan hukum privat (privaatrechts) atau hukum sipil (civielrechts). Istilah perdata berasal dari bahasa Sangsekerta yang

Hukum Perdata disebut juga dengan hukum privat (privaatrechts) atau hukum sipil (civielrechts). Istilah perdata berasal dari bahasa Sangsekerta yang Hukum Perdata disebut juga dengan hukum privat (privaatrechts) atau hukum sipil (civielrechts). Istilah perdata berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti warga (burger), pribadi (privaat). Dari sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang meninggal. Pada umumnya yang digantikan adalah hanya hak dan kewajiban di bidang hukum kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balai Harta Peninggalan adalah suatu lembaga atau badan negara pelayanan hukum yang mempunyai tugas dan kewajiban melindungi Hak Asasi Manusia (HAM), terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui, manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini memiliki arti bahwa manusia dalam menjalani kehidupannya, tentu akan membutuhkan bantuan dari manusia

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP HEWAN PELIHARAAN YANG MENYEBABKAN KERUGIAN TERHADAP HEWAN PELIHARAAN LAIN SEBAGAI PERBUATAN YANG MELAWAN HUKUM

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP HEWAN PELIHARAAN YANG MENYEBABKAN KERUGIAN TERHADAP HEWAN PELIHARAAN LAIN SEBAGAI PERBUATAN YANG MELAWAN HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP HEWAN PELIHARAAN YANG MENYEBABKAN KERUGIAN TERHADAP HEWAN PELIHARAAN LAIN SEBAGAI PERBUATAN YANG MELAWAN HUKUM Oleh : Ni Made Astika Yuni I Gede Pasek Eka Wisanjaya Bagian

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Hukum Perdata di Indonesia

Sejarah Perkembangan Hukum Perdata di Indonesia Modul 1 Sejarah Perkembangan Hukum Perdata di Indonesia Drs. H. Dadang Sundawa, M.Pd. M PENDAHULUAN odul ini berjudul Sejarah Perkembangan Hukum Perdata modul ini merupakan modul pertama, yang membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya agar berjalan tertib dan lancar, selain itu untuk menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya agar berjalan tertib dan lancar, selain itu untuk menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat dan watak masing-masing yang berbeda, membutuhkan hukum yang mengatur kehidupannya agar berjalan tertib dan lancar, selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari seorang ayah,

Lebih terperinci

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI MODUL 8 UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN Hukum Perdata Dan Hukum Bisnis OLEH : M. BATTLESON SH DESKRIPSI : Hukum Perdata mengatur hubungan antara

Lebih terperinci

JAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A.

JAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A. JAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A. Latar Belakang Sifat pluralisme atau adanya keanekaragaman corak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BARANG GADAI MENURUT PASAL 1150 KUH PERDATA

PEMANFAATAN BARANG GADAI MENURUT PASAL 1150 KUH PERDATA BAB III PEMANFAATAN BARANG GADAI MENURUT PASAL 1150 KUH PERDATA A. Sejarah Singkat Tentang KUH Perdata dua hal yaitu Berbicara sejarah KUH Perdata, sekurang-kurangnya harus diungkap 1. Kodifikasi Hukum

Lebih terperinci

Peta Kompetensi Hukum Dagang dan Kepailitan /HKUM4207/4 sks

Peta Kompetensi Hukum Dagang dan Kepailitan /HKUM4207/4 sks xi D Tinjauan Mata Kuliah alam pergaulan masyarakat, terdapat hubungan orang dengan orang sebagai subjek hukum yang merupakan pengemban hak dan kewajiban. Hubungan tersebut merupakan hubungan hukum yang

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 ANALISIS YURIDIS KEHILANGAN HAK MEWARIS MENURUT KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Weidy V. M. Rorong 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah sistem pembagian

Lebih terperinci

SEJARAH HUKUM INDONESIA

SEJARAH HUKUM INDONESIA SEJARAH HUKUM INDONESIA GAMBARAN SEJARAH HUKUM INDONESIA ADAT VOC 1622-1799 AB RR IS JEPANG UUD 45 170845 RIS 1949 UUDS 1950 UUD 45 1959 SAAT INI INGGRIS SBL BLD PENJAJAHAN BELANDA SEBELUM BELANDA Hukum

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kuliah. Pengantar Hukum Indonesia (PHI) Dosen Pengampu: Dwi Nur Fauziah A, S.H, M.

HUKUM PERDATA. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kuliah. Pengantar Hukum Indonesia (PHI) Dosen Pengampu: Dwi Nur Fauziah A, S.H, M. HUKUM PERDATA Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kuliah Pengantar Hukum Indonesia (PHI) Dosen Pengampu: Dwi Nur Fauziah A, S.H, M.H Disusun oleh: Agung Saputra : 1574201051 Andi Barata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Indische Staatsregeling) dan Pasal 131 IS.

BAB I PENDAHULUAN. (Indische Staatsregeling) dan Pasal 131 IS. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Hukum Perdata di Indonesia bersifat pluralisme (beraneka ragam). Keanekaragamannya ini sudah berlangsung sejak jaman penjajahan Belanda. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia yang lahir di dunia ini, memiliki hak dan kewajiban yang diberikan hukum kepadanya maupun kepada manusia-manusia lain disekitarnya dimulai kepadanya

Lebih terperinci

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek

BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA A. Hukum kewarisan perdata Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek yang sering disebut BW adalah kumpulan peraturan yang mengatur mengenai kekayaan

Lebih terperinci

KISI UAS PPKN 20 Desember 2014

KISI UAS PPKN 20 Desember 2014 KISI UAS PPKN 20 Desember 2014 1. Asas Kekeluarganegaraan 2. Sistem Kekeluarganegaraan 3. Deninisi Hukum 4. Hukum Campuran 5. HAM 6. Pembagian / Jenis HAM 7. Pembangunan Nasional 8. Demokrasi PEMBAHASAN

Lebih terperinci

Pendahuluan Pengertian Hukum Perdata Hukum Perdata di Indonesia Dasar Hukum Berlakunya Hukum Perdata Eropa

Pendahuluan Pengertian Hukum Perdata Hukum Perdata di Indonesia Dasar Hukum Berlakunya Hukum Perdata Eropa Pendahuluan...11 1. Pengertian Hukum Perdata...11 2. Hukum Perdata di Indonesia...12 3. Dasar Hukum Berlakunya Hukum Perdata Eropa...16 4. Sejarah Terbentuknya Hukum Perdata (BW)...19 5. Kedudukan BW pada

Lebih terperinci

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

PENGANTAR HUKUM INDONESIA PENGANTAR HUKUM INDONESIA A. Hukum dalam Arti Tata Hukum 1. Pengertian Tata Hukum Jika kita berbicara hukum, maka hukum dalam bahasa Inggris Law, Belanda Recht, Jerman Recht, Italia Dirito, Perancis Droit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut lalu lintas hukum. Misalnya kantor pertanahan dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut lalu lintas hukum. Misalnya kantor pertanahan dapat mengetahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris menurut para sarjana adalah peraturan yang mengatur perpindahan kekayaan seorang yang meninggal dunia kepada satu atau beberapa orang lain. 1 Intinya

Lebih terperinci

Bahan Perkuliahan Hukum Perdata (Yusuf Faisal Ali., M.H)

Bahan Perkuliahan Hukum Perdata (Yusuf Faisal Ali., M.H) Bahan Perkuliahan Hukum Perdata (Yusuf Faisal Ali., M.H) Konsep dan Pengertian Hukum Perdata Hukum Perdata disebut juga dengan hukum privat (privaatrechts) atau hukum sipil (civielrechts). Istilah perdata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata tinjauan berasal dari kata tinjau yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata tinjauan berasal dari kata tinjau yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Kata tinjauan berasal dari kata tinjau yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa, dan meneliti untuk kemudian menarik kesimpulan. Sedangkan

Lebih terperinci

PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM INDONESIA. Abstrak

PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM INDONESIA. Abstrak  PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM INDONESIA Abstrak Hukum Harus dilaksanakan dan ditegakkan, karena hukum berfungsi sebagai pelindung kepentingan manusia. Penegakan hukum harus memperhatikan unsur kepastian

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Hukum Agraria

Ruang Lingkup Hukum Agraria RH Pendahuluan Definisi Hukum Agraria Dalam bahasa latin ager berarti tanah atau sebidang tanah. Agrarius - berladangan, persawahan, pertanian. KBBI Agraria- urusan pertanian atau pertanahan juga urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya.

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di lihat dari letak geografis kepulauan Indonesia yang strategis antara dua benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa oleh pendatang

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring.

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring. 28 BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata sebagai bagian dari KUH Perdata yang terdiri dari IV buku. Buku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum 1. Pengertian perlindungan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, selanjutnya disingkat dengann KBBI, pengertian perlindungan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian pasangan..., Rita M M Simanungkalit, FH UI, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian pasangan..., Rita M M Simanungkalit, FH UI, 2008. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebagaimana tersimpul dalam judul tesis ini, topik yang akan dibahas adalah perceraian pasangan suami isteri Kristen dan problematiknya. Alasan pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasional dan matematis baik kondisi ekonomi, kelayakan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. rasional dan matematis baik kondisi ekonomi, kelayakan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hikmah perkawinan untuk melahirkan dan menciptakan kesinambungan keturunan. Secara naluriah pasangan suami istri umumnya sangat mendambakan kehadiran anak.

Lebih terperinci

Sistem Hukum. Nur Rois, S.H.,M.H.

Sistem Hukum. Nur Rois, S.H.,M.H. Sistem Hukum Nur Rois, S.H.,M.H. Prof. Subekti sistem hukum adalah susunan atau tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang teratur,terkait, tersusun dalam suatu pola,

Lebih terperinci

1. Menghapuskan dualisme hukum tanah yang lama dan menciptakan

1. Menghapuskan dualisme hukum tanah yang lama dan menciptakan PEMBENTUKKAN UUPA DAN PERKEMBANGAN HUKUM TANAH DI INDONESIA Hukum Tanah Nasional Hukum tanah yang baru atau hukum tanah nasional mulai berlaku sejak 24 September 1960, dimuat dalam Undang Undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh

Lebih terperinci

SOSIALISASI RUU BHP : TELAAH SINGKAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG BALAI HARTA PENINGGALAN (RUU BHP)

SOSIALISASI RUU BHP : TELAAH SINGKAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG BALAI HARTA PENINGGALAN (RUU BHP) SOSIALISASI RUU BHP : TELAAH SINGKAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG BALAI HARTA PENINGGALAN (RUU BHP) Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA

BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA 25 BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA A. Hukum Waris di Indonesia Hukum Waris merupakan salah satu bagian dari hukum Perdata secara keseluruhan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG Oleh : Komang Padma Patmala Adi Suatra Putrawan Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT:

Lebih terperinci

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang)

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang) STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang) A. Latar Belakang Masalah Seorang WNI menikah dengan warga Negara Prancis

Lebih terperinci

PERSPEKTIF YURIDIS DAN SOSIOLOGIS TENTANG PERKAWINAN ANTAR PEMELUK AGAMA DI KABUPATEN WONOGIRI T A R S I

PERSPEKTIF YURIDIS DAN SOSIOLOGIS TENTANG PERKAWINAN ANTAR PEMELUK AGAMA DI KABUPATEN WONOGIRI T A R S I PERSPEKTIF YURIDIS DAN SOSIOLOGIS TENTANG PERKAWINAN ANTAR PEMELUK AGAMA DI KABUPATEN WONOGIRI TESIS Oleh : T A R S I NIM : R 100030064 Program Studi : Magister Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Administrasi

Lebih terperinci

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH Hukum Keluarga dan Waris HUKUM WARIS ISTILAH Didalam hukum waris dikenal istilah-istilah seperti pewaris, ahli waris, harta waris, boedel, testament, legaat, dan legitieme portie[1]. Yang dimaksud Pewaris

Lebih terperinci

Prof. Dr. I Ketut Oka Setiawan, SH. MH. SpN. HUKUM PERDATA MENGENAI ORANG DAN KEBENDAAN

Prof. Dr. I Ketut Oka Setiawan, SH. MH. SpN. HUKUM PERDATA MENGENAI ORANG DAN KEBENDAAN Prof. Dr. I Ketut Oka Setiawan, SH. MH. SpN. HUKUM PERDATA MENGENAI ORANG DAN KEBENDAAN HUKUM PERDATA MENGENAI ORANG DAN KEBENDAAN Prof. Dr. I Ketut Oka Setiawan, SH. MH. SpN. PENERBIT... Daftar Isi i

Lebih terperinci

BUKU AJAR HUKUM PERDATA DR. YULIA, S.H., M.H.

BUKU AJAR HUKUM PERDATA DR. YULIA, S.H., M.H. BUKU AJAR HUKUM PERDATA DR. YULIA, S.H., M.H. Penerbit CV. BieNa Edukasi Lhokseumawe 2015 2015 BieNa Edukasi All rights reserved. No part of this publication may be reproduced or transmitted in any form

Lebih terperinci

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Fakultas Hukum Oleh: MONA

Lebih terperinci

Perkembangan Hukum Perdata Sejak Kolonial Sampai Kemerdekaan

Perkembangan Hukum Perdata Sejak Kolonial Sampai Kemerdekaan Perkembangan Hukum Perdata Sejak Kolonial Sampai Kemerdekaan Sunarmi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah hukum mengandung pengertian yang luas yang meliputi

Lebih terperinci

Buku I mengenai Hukum Perorangan (Persoonrecht), Buku ke II mengenai Hukum Kebendaan (Zakenrecht), Buku ke III mengenai Hukum Perikatan

Buku I mengenai Hukum Perorangan (Persoonrecht), Buku ke II mengenai Hukum Kebendaan (Zakenrecht), Buku ke III mengenai Hukum Perikatan HUKUM PERJANJIAN RH Buku I mengenai Hukum Perorangan (Persoonrecht), Buku ke II mengenai Hukum Kebendaan (Zakenrecht), Buku ke III mengenai Hukum Perikatan (Verbintenissenrecht), Buku ke IV mengatur mengenai

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015 AHLI WARIS PENGGANTI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Patricia Diana Pangow 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kedudukan seseorang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak

Lebih terperinci

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan 46 BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata Sebelum penulis membahas waris anak sumbang dalam KUH Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan yang mana

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017 IMPLEMENTASI HUKUM BENDA/KEBENDAAN TERHADAP ANAK MENURUT HUKUM PERDATA 1 Oleh : Mohamad Govinda Khan 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hak kebendaan terhadap anak

Lebih terperinci

SISTEM HUKUM MAKALAH

SISTEM HUKUM MAKALAH SISTEM HUKUM MAKALAH Dibuat untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia di Bawah Bimbingan Dosen Bpk. FAUZUL ALIWARMAN, SHI., M.Hum. Ibu MAS ANIENDA TF, SH., MH. Oleh : KELOMPOK 3 KELAS

Lebih terperinci

BAB II CIDERA JANJI (WANPRESTASI) DALAM HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA. A. Pengertian dan Terjadinya Cidera Janji (Wanprestasi)

BAB II CIDERA JANJI (WANPRESTASI) DALAM HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA. A. Pengertian dan Terjadinya Cidera Janji (Wanprestasi) BAB II CIDERA JANJI (WANPRESTASI) DALAM HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA A. Pengertian dan Terjadinya Cidera Janji (Wanprestasi) 1. Pengertian perjanjian Penerapan hukum privat dalam masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

UNIFIKASI HUKUM PERDATA DALAM PLURALITAS SISTEM HUKUM INDONESIA Muhammad Noor 1

UNIFIKASI HUKUM PERDATA DALAM PLURALITAS SISTEM HUKUM INDONESIA Muhammad Noor 1 Muhammad Noor : Unifikasi Hukum Perdata Dalam Pluralitas Sistem Hukum Indonesia 115 UNIFIKASI HUKUM PERDATA DALAM PLURALITAS SISTEM HUKUM INDONESIA Muhammad Noor 1 Abstract Plurality in Indonesiasocial

Lebih terperinci

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) 0 TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan mengenai waris merupakan persoalan yang tidak dapat dilepaskan dari masalah yang terkait dengan bukti sebagai ahli waris. Bukti sebagai ahli waris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial ataupun mahluk pribadi tidak dapat hidup seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

SEMINAR SEHARI PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM MASYARAKAT INDONESIA

SEMINAR SEHARI PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM MASYARAKAT INDONESIA SEMINAR SEHARI PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM MASYARAKAT INDONESIA OLEH H.SISRUWADI, SH,M.Kn KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA YOGYAKARTA DALAM PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

C. HUKUM MENURUT TEMPAT BERLAKUNYA

C. HUKUM MENURUT TEMPAT BERLAKUNYA Penggolongan Hukum Menurut Drs. C.S.T. Kansil, S.H hukum digolongkan menurut sumber, bentuk, tempat berlakunya, waktu berlakunya, cara mempertahankan, sifatnya, wujudnya, dan isinya. Pembagian hukum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia yang ada di Indonesia. Bila kita liat pada KUHD perseroan terbatas tidak diatur secara terperinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang merupakan ketentuan yang mengatur pelaksanaan perkawinan yang ada di Indonesia telah memberikan landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang di dalamnya terdapat beraneka ragam kebudayaan yang berbeda-beda tiap daerahnya. Sistem pewarisan yang dipakai di Indonesia juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran, BAB I PENDAHULUAN Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran, perkawinan, dan kematian. Dengan adanya kelahiran maka berakibat pada timbulnya hak dan kewajban baik dari

Lebih terperinci

Hukum Perdata Internasional. Bagas Samudera

Hukum Perdata Internasional. Bagas Samudera Hukum Perdata Internasional Bagas Samudera Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional Awal Perkembangan Hukum Perdata Internasional Didalam perkembangan sejarah HPI, tampaknya perdagangan (pada taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan masalah kepengurusan dan kelanjutan hak-hak serta

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan masalah kepengurusan dan kelanjutan hak-hak serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia pada suatu saat pasti akan meninggal dunia. Dengan meninggalnya seseorang, maka akan menimbulkan suatu akibat hukum yang berkaitan dengan

Lebih terperinci