Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5 INDIKATOR EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN ISSN : Katalog BPS : Nomor Publikasi : Ukuran Buku : 21,5 cm x 16,5 cm Jumlah Halaman : x + 90 Halaman Naskah: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan Penyuting: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Serpong - Tangerang Selatan Dicetak oleh: Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

6 KATA PENGANTAR Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015 merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. Publikasi ini memberikan gambaran umum tentang keadaan perekonomian Kota Tangerang Selatan, terutama perkembangan dari berbagai indikator kinerja hasil pembangunan ekonomi di Kota Tangerang Selatan. Indikator dan analisis yang dicakup dalam publikasi ini meliputi angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun Dasar 2010 Kota Tangerang Selatan periode berikut tabel turunannya, seperti laju pertumbuhan ekonomi (LPE), struktur perekonomian, inflasi sektoral dan sebagainya. Selain itu juga ditampilkan analisis sektor basis dan analisis ketenagakerjaan. Ucapan terimakasih dan penghargaan disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini. Kepada para pengguna diharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan publikasi pada masa yang akan datang. Semoga publikasi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pengguna data pada khususnya. Serpong, Desember 2015 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan Faizin, M.Si, ME NIP

7 KATA PENGANTAR Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015 vii

8 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Kata Pengantar Kepala BPS Kota Tangerang Selatan Daftar Isi Daftar Tabel... Daftar Gambar.. Halaman I. Pendahuluan Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Sistematika Penulisan II. Konsep dan Definisi Produk Domestik Regional Bruto Pendapatan Perkapita Laju Pertumbuhan Ekonomi Indeks Harga Implisit Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Tenaga Kerja III. Tinjauan Ekonomi Kota Tangerang Selatan Tinjauan Umum Perekonomian Kota Tangerang Selatan Pendapatan Masyarakat Kinerja Perekonomian Struktur Perekonomian PDRB Penggunaan Koefisien Gini IV. Analisis Sektor Basis dan Ketenagakerjaan Analisis Location Quotient Analisis Shift-Share Incremental Capital Output Ratio Analisis Ketenagakerjaan iii v vii ix viii Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

9 DAFTAR ISi V. Analisis Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Inflasi Sektoral VI. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Rekomendasi Tabel Lampiran Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015 ix

10 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Halaman 3.1 PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha, Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha Tahun PDRB Perkapita Kota Tangerang Selatan Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha dan Andil Sektoral, Struktur Perekonomian Kota Tangerang Selatan Menurut Sektor, Hasil Penghitung PDRB Penggunaan Kota Tangerang Selatan Koefisien Gini dan Kriteria Bank Dunia Kota Tangerang Selatan, Nilai LQ Sektoral Kota Tangerang Selatan, 2008 dan Analisis Perubahan NTB Kota Tangerang Selatan dengan Metode Shift Share, Nilai Koefisien ICOR Kota Tangerang Selatan, Elastisitas dan Daya Serap Tenaga Kerja Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi di Kota Tangerang Selatan Periode x Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

11 DAFTAR TABEL Halaman 4.5 Penduduk 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut lapangan Pekerjaan di Kota Tangerang Selatan, Rincian Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran Indeks Implisit dan Inflasi Sektoral Kota Tangerang Selatan, Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015 xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 3.1 Kontribusi PDRB Menurut Sektor Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan (persen), Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Selatan, Distribusi PDRB Kota Tangerang Selatan,

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Sistematika Penyusunan Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

14

15 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistik sebagai dasar berpijak dalam menentukan strategi kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa masa lalu perlu dimonitor dan dievaluasi hasil hasilnya. Berbagai data statistik yang bersifat kuantitatif diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekono mi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Upaya pembangunan Kota Tangerang Selatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat terus dilakukan secara berkesinambungan. Pembangunan tidak hanya diarahkan kepada pembangunan fisik saja tetapi juga pembangunan non fisik. Perencanaan yang matang mutlak diperlukan agar pembangunan dapat dilakukan dengan optimal dan tentunya disesuaikan dengan visi dan misi Kota Tangerang Selatan. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

16 Perkembangan perekonomian di Kota Tangerang Selatan diharapkan berhasil memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat, diantaranya tercermin pada peningkatan pendapatan per kapita dan penurunan jumlah penduduk miskin. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas harus diiringi dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Hal tersebut sejalan dengan strategi pemerintahan saat ini dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dikenal dengan sebutan Tripple Track Strategy. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan daerah diperlukan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi yang harus dilakukan dengan cermat. Perencanaan dan evaluasi tersebut perlu diukur dengan alat yang tepat/sesuai, oleh karena itu dibutuhkan data/indikator statistik yang mendukung di berbagai sektor. Indikator-indikator ekonomi yang dibutuhkan sedapat mungkin mencerminkan potret atau gambaran riil perekonomian dari daerah yang bersangkutan. Dari berbagai macam data atau indikator yang ada, salah satu yang sangat dibutuhkan dalam melakukan perencanaan pembangunan daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara umum PDRB merefleksikan seluruh output yang dihasilkan oleh masyarakat suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. PDRB disajikan atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku. Melalui distribusi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dapat diketahui struktur perekonomian suatu wilayah. Selain itu kinerja perekonomian daerah yang dinilai dari

17 pertumbuhan ekonominya dapat diketahui melalui perkembangan nilai PDRB atas dasar harga konstan tiap tahunnya. Dengan mempertimbangkan berbagai manfaat yang diperoleh dari publikasi ini, maka ketersediaan data indikator makro ekonomi secara terus-menerus tiap tahunnya sangat diperlukan, bahkan perlu diperkaya jenis indikator berikut analisisnya. 1.2 Maksud dan Tujuan Publikasi Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015 disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai keadaan perekonomian Kota Tangerang Selatan Tahun Sedangkan tujuan penyusunan publikasi ini adalah: 1. Untuk mengetahui besarnya nilai PDRB Kota Tangerang Selatan tahun 2014 berikut seluruh indikator turunannya, yaitu: PDRB perkapita, laju pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian dan inflasi umum. 2. Untuk mengetahui distribusi pendapatan di antara masyarakat Kota Tangerang Selatan tahun Untuk mengetahui peran APBD dalam menunjang perekonomian Kota Tangerang Selatan. 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup analisis yang dibahas dalam publikasi ini meliputi data PDRB Kota Tangerang Selatan tahun 2014 berikut indikator Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

18 turunannya, yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi (LPE), struktur perekonomian dan inflasi sektoral. Selain itu juga dibahas koefisien Gini, peran APBD dalam menunjang perekonomian Kota Tangerang Selatan 1.4 Sistematika Penulisan Publikasi Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ini dibagi dalam 5 bab penulisan, yaitu: Bab 1 merupakan Pendahuluan, menerangkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. Bab 2 merupakan Konsep dan Definisi, berisi tentang penjelasan indikator yang dibahas dalam publikasi. Bab 3 merupakan Tinjauan Ekonomi Kota Tangerang Selatan, berisi tentang gambaran perekonomian Kota Tangerang Selatan selama tahun Bab 4 merupakan Analisis Sektor Basis dan Ketenagakerjaan, menerangkan tentang ketenagakerjaan dan sektor-sektor ekonomi unggulan di Kota Tangerang Selatan. Bab 5 merupakan Analisis Keuangan, berisi analisis peran APBD dalam menunjang perekonomian Kota Tangerang Selatan. Bab 6 merupakan Kesimpulan dan Rekomendasi, berisi tentang kesimpulan hasil analisis indikator makro ekonomi serta rekomendasi untuk meningkatkan kinerja perekonomian Kota Tangerang Selatan.

19 KONSEP DAN DEFINISI Produk Domestik Regional Bruto Pendapatan Perkapita Laju Pertumbuhan Ekonomi Indeks Harga Implisit Pembentukan Modal Tetap Bruto Tenaga Kerja Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

20

21 KONSEP DAN DEFINISI 2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah pada satu periode tertentu. PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Dalam menghitung PDRB atas dasar harga berlaku menggunakan harga barang dan jasa tahun berjalan, sedangkan pada PDRB atas dasar harga konstan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar). Klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 (2000=100) menggunakan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990) sedangkan pada PDRB tahun dasar 2010 (2010=100) menggunakan KBLI PDRB dapat didefinisikan berdasarkan tiga pendekatan yaitu : a. Pendekatan Produksi (Production Approach) PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (NTB) yang tercipta sebagai hasil proses produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah/region pada suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun. PDRB = NTB kategori NTB kategori 17 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

22 KONSEP DAN DEFINISI b. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu wilayah/region pada jangka waktu tertentu (biasanya setahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Termasuk sebagai Komponen penyusun PDRB adalah penyusutan barang modal tetap dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha). PDRB = Sewa tanah + Bunga/Deviden + Upah/Gaji + Keuntungan + Pajak Tidak Langsung Netto c. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori, dan ekspor neto di suatu wilayah/region pada suatu periode (biasanya setahun). Yang dimaksud dengan ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor. PDRB = Konsumsi (Ruta + Pemerintah) + Investasi (PMTB) + Inventori + Ekspor-Impor 10 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

23 KONSEP DAN DEFINISI Nilai PDRB akan sama walaupun dihitung dengan menggunakan tiga cara berbeda seperti yang telah disebutkan di atas. PDRB Kota Tangerang Selatan tahun 2014 dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi. Dari sisi pendekatan produksi (production approach), angka PDRB diperoleh dari hasil penghitungan total Nilai Produksi (kumulatif) seluruh sektor lapangan usaha perekonomian setelah dikurangi dengan Biaya Antara (biaya yang habis dalam proses produksi) yang disebut dengan Nilai Tambah Bruto (NTB). NTB dirumuskan sebagai berikut: PDRB = NTBi, NTBi = Nilai Produksi (Output)i Biaya Antarai Dimana i = sektor dalam PDRB, yaitu: A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B. Pertambangan dan Penggalian C. Industri Pengolahan D. Pengadaan Listrik dan Gas E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F. Konstruksi G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H. Transportasi dan Pergudangan I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J. Informasi dan Komunikasi K. Jasa Keuangan dan Asuransi L. Real Estat M,N. Jasa Perusahaan Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

24 KONSEP DAN DEFINISI O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U. Jasa lainnya 2.2. Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam kenyataannya penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk Kota Tangerang Selatan sulit dilakukan karena masih belum tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar Kabupaten/kota. Oleh karena itu sampai saat ini penyajian data pendapatan masih menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan demikian angka PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan gambaran "product originated". Sebagai proxy dari pendapatan perkapita, PDRB perkapita didapat dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) didapat dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan. Diperoleh dengan cara me ngurangi nilai PDRB pada tahun ke n terhadap nilai pada tahun ke n-1, dibagi dengan nilai pada tahun ke n-1, kemudian dikalikan dengan 100 persen. 12 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

25 KONSEP DAN DEFINISI LPE menunjukkan perkembangan agregat pendapatan dari satu waktu terhadap waktu sebelumnya. Dalam penghitungan LPE digunakan PDRB atas dasar harga konstan agar dapat menggambarkan pertumbuhan produksi barang dan jasa yang sesungguhnya (riil) sebagai akibat proses produksi tanpa dipengaruhi oleh kenaikan harga (inflasi) yang terjadi. LPE selama ini dijadikan alat ukur kinerja pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu daerah Indeks Harga Implisit Indeks Harga Implisit atau sering disebut juga Deflator PDRB merupakan indikator tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks Implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian dikalikan 100 persen. Laju pertumbuhan berantai indeks implisit tiap tahunnya dapat menggambarkan angka inflasi umum barang dan jasa pada seluruh sektor penyusun PDRB Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menjelaskan besarnya investasi fisik yang sudah direalisasikan pada suatu waktu tertentu (misalnya pada tahun tertentu). Investasi fisik ini mencakup bangunan, mesin-mesin, alat angkutan, dan barang modal lainnya, tidak termasuk nilai tanah. Dalam penghitungan PMTB, modal kerja (working capital) tidak ikut dihitung dan dalam PMTB masih terdapat nilai penyusutan. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

26 KONSEP DAN DEFINISI Secara konsepsi, PMTB dapat juga didefinisikan sebagai pengadaan, pembuatan dan pembelian barang modal (capital goods) baru dari dalam negeri dan barang modal baru maupun barang modal bekas dari luar negeri. Sedangkan barang modal adalah barang atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi dan mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih. Dalam hal ini, yang termasuk dalam PMTB adalah barang-barang modal yang digunakan untuk keperluan pabrik, kantor, maupun untuk usaha rumahtangga, tetapi tidak termasuk yang digunakan untuk konsumsi Rumah Tangga meskipun merupakan barang tahan lama, seperti kendaraan. PMTB berkaitan dengan barang-barang modal. Barang-barang modal dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu (a) barang modal dalam bentuk konstruksi (bangunan), baik berupa bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, bangunan lainnya seperti jalan raya, jembatan, instalasi listrik, jaringan komunikasi, bendungan irigasi, pelabuhan, dan sebagainya. (b) Barang modal dalam bentuk mesin dan peralatan; (c) Barang modal dalam bentuk alat transportasi (kendaraan); dan (d) Barang modal lainnya Tenaga Kerja Yang dimaksud dengan tenaga kerja dalam publikasi ini adalah penduduk usia kerja yang termasuk dalam angkatan kerja dan bekerja. Penduduk usia kerja menurut konsep dasar ILO (International Labour Organization) adalah penduduk berusia 15 tahun keatas. Konsep itulah 14 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

27 KONSEP DAN DEFINISI yang dipakai BPS dalam survei angkatan kerja nasional (Sakernas). Angkatan kerja terdiri atas penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan penganggur. Sedangkan pengertian bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam berturutturut dan tidak terputus dalam seminggu yang lalu. Penghasilan atau keuntungan mencakup upah/gaji/pendapatan termasuk semua tunjangan dan bonus bagi pekerja/karyawan /pegawai dan hasil usaha berupa sewa, bunga atau keuntungan, baik berupa uang atau barang bagi pengusaha. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

28

29 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Tinjauan Umum Perekonomian Kota Tangerang Selatan Pendapatan Masyarakat Kinerja Perekonomian Struktur Perekonomian Koefisien Gini

30

31 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Tinjauan Umum Perekonomian Kota Tangerang Selatan Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi persentase PDRB kelompok lapangan usaha yang terdiri dari kelompok lapangan usaha primer, kelompok lapangan usaha sekunder dan kelompok lapangan usaha tersier. Kelompok lapangan usaha primer terdiri dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian. Kelompok lapangan usaha sekunder terdiri dari lapangan usaha Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik, Gas; Pengadaan Air; Konstruksi. Kemudian kelompok lapangan usaha tersier terdiri dari lapangan usaha Perdagangan Besar dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Jasa Lainnya. Selama periode , struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kota Tangerang Selatan berada dikelompok lapangan usaha tersier yang terlihat dari besarnya kenaikan/penurunan peranan masingmasing kelompok lapangan usaha ini terhadap pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2014, kelompok lapangan usaha tersier memberikan sumbangan sebesar 73,07 persen yang mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 74,19 persen. Pada tahun 2014 kelompok lapangan usaha primer dan sekunder memberikan Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

32 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN sumbangan masing-masing sebesar 0,32 persen dan 26,62 persen. Kelompok lapangan usaha primer mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010 yang menyumbang sebesar 0,34, sedangkan kelompok lapangan usaha sekunder mengalami kenaikan dibanding tahun 2010 yang menyumbang sebesar 25,47 persen. Apabila dilihat menurut lapangan usahanya, pada tahun 2014, lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor memberikan sumbangan tertinggi sebesar 17,56 persen, kemudian disusul lapangan usaha Real Estate dan lapangan usaha Konstruksi masing-masing sebesar 16,21 persen dan 15,01 persen. Lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan hanya menyumbang 3,07 persen. Sementara peranan lapangan usaha lainnya secara keseluruhan menyumbang sebesar 36,71 persen. Gambar 3.1. Kontribusi PDRB Menurut Sektor Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan (persen), Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

33 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Tabel 3.1. Peranan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha (persen), A Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,34 0,33 0,30 0,29 0,32 B Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 C Industri Pengolahan 13,04 12,62 11,84 11,62 11,45 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,10 0,11 0,12 0,12 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,06 0,05 0,05 0,05 0,04 F Konstruksi 12,28 12,54 13,55 14,39 15,01 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 17,64 18,40 18,63 17,95 17,56 H Transportasi dan Pergudangan 2,52 2,62 2,70 2,91 3,07 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,09 3,08 3,14 3,22 3,36 J Informasi dan Komunikasi 12,33 12,55 11,94 10,91 10,86 K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,21 1,20 1,22 1,22 1,21 L Real Estat 17,04 16,52 16,46 16,65 16,21 M,N Jasa Perusahaan 3,01 3,03 3,12 3,28 3,42 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,12 1,20 1,21 1,20 1,25 P Jasa Pendidikan 8,11 7,90 8,19 8,73 8,96 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,96 4,73 4,58 4,35 4,05 R,S,T,U Jasa lainnya 3,14 3,12 2,95 3,12 3,14 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Catatan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

34 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Perekonomian Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 mengalami percepatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Selatan tahun 2014 mencapai 8,99 persen, sedangkan tahun 2013 sebesar 8,86 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 16,34 persen, disusul oleh lapangan usaha dengan laju pertumbuhannya di atas 10 persen yaitu lapangan usaha Jasa Perusahaan, lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, dan lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan dengan laju pertumbuhan masing-masing 12,62 persen, 11,86 persen, dan 11,61 persen. Sedangkan seluruh lapangan usaha ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2014 mencatat pertumbuhan yang positif. 22 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

35 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha (persen), Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 9,41 5,95 (2,59) (1,65) 3,06 B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan 8,58 3,81 0,72 8,38 7,66 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,83 9,77 12,00 10,37 1,83 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 11,38 5,92 0,85 5,59 5,97 F Konstruksi 7,56 9,26 12,66 12,52 9,14 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda 10,06 13,38 9,50 6,35 5,52 Motor H Transportasi dan Pergudangan 10,36 15,74 9,42 11,32 11,61 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,15 10,88 5,10 6,13 8,80 J Informasi dan Komunikasi 17,61 12,04 18,26 10,98 16,34 K Jasa Keuangan dan Asuransi 4,29 6,90 6,74 7,81 8,55 L Real Estat 8,32 8,60 9,41 12,00 9,76 M,N Jasa Perusahaan 7,39 9,01 9,03 9,83 12,62 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 3,21 3,15 4,57 2,57 11,86 Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 5,49 4,19 3,54 4,79 6,21 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,13 3,80 4,18 1,81 1,89 R,S,T,U Jasa lainnya 3,56 5,73 1,75 6,77 6,08 Produk Domestik Regional Bruto 8,72 8,81 8,66 8,86 8,99 Catatan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

36 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu salah satunya adalah laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara atau daerah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingkat aktivitas perekonomian yang menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Dengan demikian diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga ikut meningkat. Meningkatnya laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (LPE) pada tahun 2014 memberi gambaran bahwa telah terjadi peningkatan produksi barang dan jasa oleh para pelaku ekonomi di Kota Tangerang Selatan. Dengan inflasi sektoral (dilihat dari perkembangan indeks implisit PDRB) sebesar 5,36 persen, maka dapat dikatakan telah terjadi perbaikan pendapatan masyarakat Kota Tangerang Selatan pada umumnya. Jika disertai dengan pemerataan pendapatan, hal tersebut dapat secara langsung memperbaiki tingkat daya beli masyarakat. 24 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

37 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Peningkatan daya beli inilah yang akan menjadi salah satu faktor utama penggerak perekonomian di Kota Tangerang Selatan Pendapatan Masyarakat Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu indikator yang dinamakan PDRB per kapita. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Pada tahun 2014, secara agregat PDRB per kapita Kota Tangerang Selatan mencapai 36,97 juta rupiah, meningkat 11,38 persen bila dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 33,20 juta rupiah. Peningkatan tersebut, lebih tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan pada tahun-tahun sebelumnya selama periode berturut-turut sebesar 9,06 persen, 10,16 persen, 7,95 persen dan 9,91 persen. PDRB per kapita merupakan proxy ukuran pendapatan per kapita atau dengan kata lain, PDRB per kapita diasumsikan sebagai pendapatan per kapita. Kemampuan masyarakat untuk mengonsumsi produk barang/jasa sangat dipengaruhi oleh pendapatan per kapita. Apabila diperhatikan perkembangan daya beli masyarakat yang diasumsikan setara dengan peningkatan pendapatan per kapita yang dikoreksi oleh angka inflasi (Gambar 3), maka daya beli masyarakat di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 mengalami peningkatan Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

38 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN menjadi sebesar 2,98 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 1,83 persen. Namun, kondisi perubahan daya beli tahun 2014 lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang menunjukkan persentase yang jauh lebih baik. Tabel 3.3. PDRB per Kapita Kota Tangerang Selatan, Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) (5) (6) PDRB per Kapita (Juta Rp) 23,51 25,92 28,02 30,91 34,31 Indeks Perkembangan PDRB per Kapita (2010=100) 100,00 110,26 119,19 131,47 145,97 Pertumbuhan PDRB per Kapita 9,99 10,26 8,10 10,30 11,02 Catatan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara 3.3. Kinerja Perekonomian Kinerja perekonomian suatu daerah pada umumnya dinilai berdasarkan pencapaian angka laju pertumbuhan ekonomi (LPE) daerah tersebut. Pada sebuah daerah yang tergolong sebagai daerah berkembang angka LPE cenderung masih dapat didorong menjadi lebih tinggi setiap tahunnya. Sedangkan pada daerah yang tergolong maju angka LPE cenderung kecil dan stagnan karena biasanya kapasitas produksi sudah digunakan secara maksimal. 26 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

39 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Gambar 3.2. Laju Petumbuhan Ekonomi Kota Tangerang Selatan, Pertumbuhan ekonomi sendiri menunjukkan tingkat aktivitas/kegiatan perekonomian yang menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Dengan demikian diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

40 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Tabel 3.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha dan Andil, Lapangan Usaha LPE (%) Andil (Basis point) (1) (2) (3) (4) (5) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (1,65) 3,06 (0,00) 0,01 B Pertambangan dan Penggalian - - 0,00 0,00 C Industri Pengolahan 8,38 7,66 0,97 0,88 D Pengadaan Listrik dan Gas 10,37 1,83 0,01 0,00 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5,59 5,97 0,00 0,00 F Konstruksi 12,52 9,14 1,60 1,21 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda 6,35 5,52 1,18 1,00 Motor H Transportasi dan Pergudangan 11,32 11,61 0,31 0,32 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,13 8,80 0,19 0,26 J Informasi dan Komunikasi 10,98 16,34 1,52 2,30 K Jasa Keuangan dan Asuransi 7,81 8,55 0,09 0,10 L Real Estat 12,00 9,76 2,05 1,72 M,N Jasa Perusahaan 9,83 12,62 0,30 0,39 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 2,57 11,86 0,03 0,11 Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 4,79 6,21 0,35 0,44 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,81 1,89 0,08 0,08 R,S,T,U Jasa lainnya 6,77 6,08 0,19 0,17 Produk Domestik Regional Bruto 8,86 8,99 8,86 8,99 Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan 28 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

41 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Secara riil pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan dapat dikaji melalui perkembangan PDRB atas dasar harga konstan karena angka ini tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga. Pada tahun 2014 laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan sebesar 8,99 persen. Artinya, pada tahun 2014 total nilai tambah riil (tidak dipengaruhi perubahan harga) yang tercipta dari hasil produksi barang dan jasa di Kota Tangerang Selatan tumbuh sebesar 8,99 persen dan mengalami percepatan jika dibandingkan tahun Terciptanya pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (LPE) pada tahun 2014 memberi gambaran bahwa telah terjadi peningkatan produksi barang dan jasa secara riil oleh para pelaku kegiatan ekonomi di Tangerang Selatan dan peningkatannya lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang paling dominan di Kota Tangerang Selatan mampu tumbuh sebesar 5,52 persen mengalami perlambatan jika dibanding tahun 2013 yang tumbuh 6,35 persen. kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mampu memberikan andil sekitar 17,56 persen (1,00 basis point dari 8,99 basis point) dari LPE Kota Tangerang Selatan tahun Kategori informasi dan komunikasi dengan kontribusi terbesar kelima pertumbuhannya mengalami percepatan jika dibandingkan tahun lalu, yaitu dari 10,98 persen menjadi 16,34 persen. Kategori ini memberi andil sebesar 2,30 basis point dari LPE Kota Tangerang Selatan tahun Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

42 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Kategori unggulan lainnya, yaitu kategorti real estate dan konstruksi pertumbuhannya mengalami perlambatan dibanding tahun 2013, dimana untuk kategori real estate hanya tumbuh sebesar 9,76 persen dari 12,00 persen pada tahun 2013, sedangkan kategori konstruksi tahun 2013 tumbuh sebesar 12,52 persen melambat menjadi 9,14 persen di tahun Struktur Perekonomian Gambar 3.3. Struktur PDRB adhb Kota Tangerang Selatan, 2013 Struktur perekonomian Kota Tangerang Selatan selama ini didominasi oleh kategori perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebagai andalan. Kategori ini menyumbang 30 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

43 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN 17,56 persen terhadap pencipataan nilai tambah di Kota Tangerang Selatan dengan nilai nominal 8,997 trilyun rupiah. Kategori dengan kontribusi terbesar kedua adalah sektor real estate, dengan share sebesar 16,21 persen atau dengan nilai sekitar 8,302 triliun rupiah. Selanjutnya diikuti oleh kategori konstruksi yang mempunyai share sebesar 16,21 persen (7,690 trilyun rupiah). Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

44 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Tabel 3.4 Struktur Perekonomian Kota Tangerang Selatan Menurut Kategori, Lapangan Usaha Share (%) (1) (2) (3) (4) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,30 0,29 0,32 B Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 C Industri Pengolahan 11,84 11,62 11,45 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,12 0,12 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,05 0,05 0,04 F Konstruksi 13,55 14,39 15,01 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 18,63 17,95 17,56 H Transportasi dan Pergudangan 2,70 2,91 3,07 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,14 3,22 3,36 J Informasi dan Komunikasi 11,94 10,91 10,86 K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,22 1,22 1,21 L Real Estat 16,46 16,65 16,21 M,N Jasa Perusahaan 3,12 3,28 3,42 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 1,21 1,20 1,25 Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 8,19 8,73 8,96 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,58 4,35 4,05 R,S,T,U Jasa lainnya 2,95 3,12 3,14 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan 32 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

45 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Dalam tiga tahun terakhir, kecenderungan peranan kategori yang berbasis jasa mengalami fluktuasi. Sedangkan share dari sektor primer dalam tiga tahun tidak melewati 0,35 persen. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat daya beli masyarakat perkotaan sangat tinggi dan luas lahan pertanian semakin berkurang dan tidak menjanjikan terutama bagi para tenaga kerja muda. Maka pilihan lain yang tersedia adalah bekerja pada sektor industri atau bekerja pada sektor berbasis jasa. Perkembangan kategori berbasis jasa juga tidak terlepas dari potensi yang dimiliki Kota Tangerang Selatan, sehingga sektor yang terkait dengan budaya masyarakat perkotaan seperti perdagangan, hotel, restoran, angkutan, komunikasi dan jasa perorangan masih sangat memungkinkan untuk berkembang terus. Selain itu, bekerja pada sektor berbasis jasa cenderung mudah dan tidak memerlukan keahlian khusus sehingga tidak heran jika kategori ini banyak menampung pekerja. Pada tahun 2013 share sektor primer (agriculture) terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan sebesar 0,29 persen dan pada tahun 2014 kontribusinya turun menjadi 0,32 persen. Hal sebaliknya terjadi pada sektor berbasis jasa (services). Jika pada tahun 2013 kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan sebesar 73,54 persen, pada tahun 2014 meningkat menjadi 73,07 persen. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

46 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN 3.5. PDRB Pengeluaran Secara umum PDRB pengeluaran terdiri dari empat jenis pengeluaran yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran untuk investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto. Komponen lengkap PDRB menurut penggunaan adalah pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor). Y = Ch + Cn + Cg + Ii + Is + X M Dimana Y : PDRB (GRDP; gross regional domestic products) Ch : Konsumsi rumah tangga (households consumption) Cn : Konsumsi lembaga swasta non profit (private non-profit institutions consumption) Cg : Konsumsi pemerintah dan pertahanan (government consumption) Ii : Pembentukan Modal Tetap Bruto (gross fixed capital formations) Is : Perubahan persediaan (changes in stocks) X : Ekspor M : Impor 34 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

47 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Dilihat dari PDRB Pengeluaran Kota Tangerang Selatan tahun 2014, konsumsi rumahtangga merupakan distribusi terbesar dalam pembentukan PDRB penggunaan yaitu sebesar 77,42 persen. Pembentukan modal tetap bruto (investasi) merupakan konsumsi terbesar kedua setelah konsumsi rumahtangga yaitu sebesar 42,13 persen. Jika dilihat laju pertumbuhannya dari tahun 2013 ke tahun 2014, ternyata pertumbuhan tertinggi berada di konsumsi LNPRT dengan pertumbuhannya sebesar 16,00 persen. Sedangkan laju pertumbuhan untuk konsumsi rumahtangga sebesar 5,62 persen, pembentukan modal tetap bruto (investasi) sebesar 4,44 persen. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

48 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Tabel 3.6 Hasil Penghitungan PDRB Pengeluaran Kota Tangerang Selatan, 2014 Komponen (1) PDRB adhb (Trilyun Rp.) PDRB adhk (trilyun Rp.) Share (%) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a. s/d 1.g.) 39,66 34,18 77,42 5,62 1.a. Makanan, Minuman, dan Rokok 9,95 8,69 19,42 3,33 1.b. Pakaian dan Alas Kaki 1,46 1,30 2,84 5,98 1.c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 6,73 6,06 13,14 4,85 1.d. Kesehatan dan Pendidikan 3,24 2,78 6,33 7,22 1.e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 11,20 9,47 21,87 9,41 1.f. Hotel dan Restoran 4,95 3,93 9,66 7,21 1.g. Lainnya 2,13 1,94 4,16 (4,10) 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,11 0,10 0,22 16,00 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0,94 0,71 1,84 (1,50) 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.a. + 4.b.) 21,59 18,32 42,13 4,44 4.a. Bangunan 19,04 16,46 37,16 5,56 4.b. Non-Bangunan 2,55 1,87 4,97 (4,46) 5. Perubahan Inventori 2,47 2,36 4,82 (0,65) 6. Ekspor 33,60 26,37 65,59 20,44 7. Impor 47,14 39,23 92,02 9,88 LPE PDRB 51,23 42,82 100,00 8,99 Distribusi impor di Kota Tangerang Selatan cukup signifikan jika dibandingkan dengan ekspornya, dimana impor di Kota Tangerang Selatan memberikan kontribusi sebesar 92,02 persen sedangkan ekspornya hanya sebesar 65,59 persen. Hal ini menunjukan bahwa segala kebutuhan barang-barang di Kota Tangerang Selatan sangat 36 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

49 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN tergantung dari impor, baik impor luar negeri maupun impor antar daerah Koefisien Gini Di banyak negara, syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan adalah melalui pertumbuhan ekonomi. Namun seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat tidak akan secara langsung menaikkan kesejahteraan penduduk, khususnya mereka yang berpendapatan rendah. Pertumbuhan ekonomi tetap perlu walaupun tidak cukup untuk memberantas kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi akan lebih berarti apabila diikuti dengan menurunnya disparitas antara si kaya dan si miskin, terutama dalam hal pendapatan. Jika pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh si kaya, maka akan terjadi gap yang semakin besar antara si kaya dan si miskin. Bahaya laten yang menunggu adalah munculnya berbagai macam gejolak sosial akibat timbulnya kesenjangan tersebut. Ukuran standar yang biasa digunakan untuk mengetahui ketimpangan (disparitas) pendapatan adalah koefisien Gini (Gini Ratio). Angka Koefisien Gini berkisar antara 0 (kesetaraan mutlak) hingga 1 (ketimpangan mutlak). Bank Dunia membagi penduduk ke dalam tiga golongan pendapatan, yaitu 40 persen penduduk berpendapatan rendah, 40 persen penduduk berpendapatan sedang dan 20 persen penduduk berpendapatan tinggi. Kondisi ideal adalah jika koefisien gini mencapai angka 0 (kesetaraan mutlak) dimana 40 persen penduduk Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

50 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN berpendapatan rendah juga menikmati 40 persen dari total pendapatan, 40 persen penduduk bependapatan sedang menikmati 40 persen dari total pendapatan dan 20 persen penduduk berpendapatan tinggi menikmati 20 persen dari total pendapatan. Nilai koefisien gini Kota Tangerang Selatan tahun 2013 sebesar 0,38, artinya bahwa ketimpangan pendapatan yang terjadi di Kota Tangerang Selatan masih dalam taraf sedang (moderat), ini menggambarkan bahwa pendapatan antara si kaya dan si miskin terjadi gap/perbedaannya yang sedang, dengan kata lain bahwa pendapatan masyarakat menengah ke atas dengan masyarakat menengah ke bawah cukup berbeda. Hal ini dapat dilihat juga bahwa 40 persen penduduk yang berpenghasilan rendah, dapat menikmati 17,33 persen dari total pendapatan penduduk Kota Tangerang Selatan, sedangkan sisanya 53,38 persen dinikmati oleh 40 persen penduduk berpenghasilan menengah, dan 29,29 persen dinikmati oleh 20 persen penduduk penghasilan tinggi. Hal ini menjadi cerminan sudah adanya pemerataan pendapatan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 dengan ketimpangan rendah. 38 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

51 TINJAUAN EKONOMI KOTA TANGERANG SELATAN Tabel 3.7 Koefisien Gini dan Kriteria Bank Dunia Kota Tangerang Selatan, 2014 Uraian Tahun 2013 Tahun 2014 Koefisien Gini (Gini Ratio) Kriteria Bank Dunia - 40 % pendapatan rendah - 40 % pendapatan menengah - 20 % pendapatan tinggi (1) (2) (3) Sumber: BPS Kota Tangerang selatan 0,28 16,69 % 52,76 % 30,55 % 0,38 17,33 % 53,38 % 29,29 % Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

52

53 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN Analisis Location Quotient Analisis Shift Share Incremental Capital Output Ratio Analisis Ketenagakerjaan

54

55 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN 4.1. Analisis Location Quotient Penentuan komoditas unggulan nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi era globalisasi. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan fokus pada pengembangan sektor ekonom yang mempunyai keunggulan komparatif terhadap daerah lainnya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor ekonomi unggulan adalah metode Location Quetient (LQ). Secara matematik, Location Quotient atau lebih populer disebut dengan LQ diformulasikan sebagai perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diamati dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Analisis LQ salah satunya dilakukan untuk menentukan sektor basis atau sektor yang menjadi unggulan suatu daerah. Walaupun pada perkembangannya analisis LQ juga digunakan dengan berbasis pada data tenaga kerja dan pendapatan. Secara matematis, LQ diformulasikan sebagai berikut: LQ = ( ntbi / pdrb ) / ( NTBi / PDRB ), dimana: ntbi : Nilai tambah bruto sektor i di suatu daerah yang lebih kecil pdrbi : PDRB daerah yang lebih kecil Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

56 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN NTBi : Nilai tambah bruto sektor i di suatu daerah yang lebih luas PDRBi : PDRB daerah yang lebih luas Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi sektor basis antara lain penerapannya sederhana, mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Sedangkan kelemahannya adalah analisis LQ tidak bisa menjawab apa yang menyebabkan sebuah sektor menjadi sektor unggulan. Sealain itu, dalam analisis LQ juga diperlukan data pembanding antara dua wilayah pada periode yang sama. Hasil perhitungan analisis LQ menghasilkan 3 kriteria, yaitu: 1. LQ > 1, artinya sektor tersebut menjadi basis atau atau memiliki keunggulan komparatif. Komoditas di sektor tersebut tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri tapi juga dapat diekspor ke luar wilayah. 2. LQ = 1, artinya sektor tersebut tergolong non basis, tidak memiliki keungulan komparatif. Komoditas sektor tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri. 3. LQ < 1, artinya sektor tersebut tergolong non basis. Komoditas di sektor tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar wilayah. Berdasarkan hasil analisis LQ Kota Tangerang Selatan dibandingkan dengan Provinsi Banten, kategori jasa kesehatan dan 44 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

57 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN kegiatan sosial di Tangerang Selatan memiliki kemampuan yang relatif jauh lebih tinggi dibanding kategori yang sama di tingkat Provinsi Banten pada tahun Hal tersebut bisa dilihat melalui nilai LQ yang sebesar 3,46. Nilai LQ sebesar 3,46 artinya bahwa proporsi penciptaan nilai tambah kategori jasa kesehatan dan kegiatan sosial di Kota Tangerang Selatan 3,46 kali lebih besar daripada proporsi penciptaan nilai tambah sektor tersebut di Provinsi Banten. Untuk beberapa kategori yang masih tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Tangerang Selatan sehingga diperlukan pasokan atau impor dari luar wilayah Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2014, dari 17 kategori pembentukan PDRB ternyata 8 kategori yang harus mengandalkan impor dari luar wilayah Tangerang Selatan. Kedelapan kategori tersebut adalah kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, kategori Pertambangan dan Penggalian, kategori Industri Pengolahan, kategori Pengadaan Listrik dan Gas, kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, kategori Transportasi dan Pergudangan, kategori Jasa Keuangan dan Asuransi, dan kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Hasil penghitungan LQ selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

58 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN Tabel 4.1 Nilai LQ Sektoral Kota Tangerang Selatan, 2008 dan 2014 Kategori Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan 4.2. Analisis Shift Share Analisis Shift-Share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor di suatu wilayah (region) dengan wilayah yang lebih LQ (1) (2) (3) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,06 0,05 2. Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 3. Industri Pengolahan 0,32 0,31 4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,08 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,56 0,52 6. Konstruksi 1,61 1,45 7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,46 1,31 8. Transportasi dan Pergudangan 0,44 0,45 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,36 1, Informasi dan Komunikasi 2,96 2, Jasa Keuangan dan Asuransi 0,51 0, Real Estat 2,35 2, Jasa Perusahaan 3,44 3, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,64 0, Jasa Pendidikan 2,91 2, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,30 3, Jasa lainnya 2,33 1,85 Total 1,00 1,00 46 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

59 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN luas (nasional). Akan tetapi, berbeda dengan analisis LQ yang tidak dapat menjelaskan apa faktor penyebab perubahannya, analisis Shift- Share merinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Y r,i,t = ( Psi + Spr,i + Sdr,i ) Y : Perubahan NTB( NTB tahun t NTB tahun t-n ) P : Provincial atau wilayah yang lebih luas r : Region atau wilayah analisis i : Sektor PDRB t : Tahun PS : Provincial Share P : Proportional Shift D : Differential Shift Komponen Analisis Shift-Share : 1. Provincial Share Yaitu seandainya pertambahan Nilai Tambah Bruto regional sektor i sama dengan proporsi pertambahan Nilai Tambah Bruto nasional secara rata-rata. Ps i,t = Y r,i,t-n x ( Y N,t / Y N,t-n ) Y r,i,t-n Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

60 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN 2. Proportional Shift Yaitu melihat pengaruh sektor i secara nasional terhadap pertumbuhan Nilai Tambah Bruto sektor i secara region yang dianalisis. P r,i,t = { ( Y N,i,t / Y N,i,t-n ) ( Y N,t / Y N,t-n ) } x Y r,i,t-n 3. Differential Shift Menggambarkan penyimpangan antara pertumbuhan sektor i di wilayah analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional (disebut juga pengaruh keunggulan komparatif). D r,i,t = Y r,i,t ( Y N,i,t / Y N,i,t-n ) x Y r,i,t-n Total Perubahan Nilai Tambah Bruto (NTB) Kota Tangerang Selatan dari tahun 2008 ke tahun 2014 sebesar Rp ,18 milyar (51.230, ,09) yang terdiri atas: 1. Provincial Share : Rp ,45 milyar 2. Proportional Shift : Rp ,11 milyar 3. Differential Shift : Rp ,62 milyar 48 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

61 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN Tabel 4.2 Analisis Perubahan NTB Kota Tangerang Selatan dengan Metode Shift Share ( ) Sektor Growth Y Provincial Share (PS) Differential Shift (D) Proportional Shift (P) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 82,79 78,59 (1,20) 5,40 2. Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 2.920, ,02.272,48 (1.266,95) 4. Pengadaan Listrik dan Gas 31,26 27,70 (58,56) 62,11 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur 4,47 16,85 1,80 (14,18) Ulang 6. Konstruksi 5.319, ,65 358, ,80 7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda 4.862, ,71 693,39 75,21 Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 985,11 580,38 (444,06) 848,79 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.091,66 623,11 231,02 237, Informasi dan Komunikasi 2.925, ,63 631,87 (317,39) 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 331,80 285,23 (15,48) 62, Real Estat 4.168, ,09 716,06 (640,30) 13. Jasa Perusahaan 1.102,42 643,65 155,90 302, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 390,99 245,31 53,23 92,45 Wajib 15. Jasa Pendidikan 2.583, ,21 112,34 483, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 641, ,41 (232,70) (543,50) 17. Jasa lainnya 750,86 846,90 (175,59) 79,56 T O T A L , , , ,11 Cat: 1. Dibandingkan dengan Provinsi Banten 2. Penghitungan menggunakan data PDRB adhk 2010 (Milyar Rp.) Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa tambahan NTB di Kota Tangerang Selatan sebesar Rp ,18 milyar disebabkan oleh pengaruh positif dari pertambahan NTB Regional Provinsi Banten. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

62 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN Berdasarkan Tabel 4.2, pertumbuhan komponen proportional (P) Kota Tangerang Selatan periode tahun ada yang bernilai positif dan negatif. Nilai P postif, berarti perekonomian Kota Tangerang Selatan berspesialisasi pada sektor yang sama dan tumbuh cepat pada perekonomian Provinsi Banten. Sebaliknya apabila nilai P negatif, berarti perekonomian Kota Tangerang Selatan berspesialisasi pada sektor yang sama dan tumbuh lambat pada perekonomian Provinsi Banten. Pengaruh proportional shift sebesar Rp ,11 milyar, hal ini berarti bahwa perekonomian Kota Tangerang Selatan hampir di semua sektor yang sama dan tumbuh cepat pada perekonomian Provinsi Banten. Jika dilihat per kategorinya, untuk sektor pertanian dan sektor industri pengolahan nilai prportional shiftnya ( P ) negatif, hal ini disebabkan karena proporsi pertambahan NTB sektor pertanian dan industri pengolahan dari Kota Tangerang selatan terhadap PDRB Provinsi Banten sangat rendah, sementara sektor tersebut mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap pembentukan PDRB Provinsi Banten. Perubahan NTB oleh differential shift yang merupakan akibat keunggulan komparatif beberapa sektor di Kota Tangerang Selatan terhadap Provinsi Banten sebesar Rp 3.298,62 milyar. Nilai ini terjadi karena selama periode boleh dikatakan bahwa Kota Tangerang Selatan memiliki keunggulan komparatif cukup tinggi, pada kategori real estate, kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, dan kategori Informasi dan Komunikasi 50 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

63 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN dengan laju pertumbuhan masing-masing sektornya lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan pada sektor yang sama di Provinsi Banten Incremental Capital Output Ratio (ICOR) ICOR (Incremental Capital Output Ratio) merupakan sebuah koefisien yang digunakan untuk mengetahui berapa kebutuhan investasi guna menghasilkan penambahan output sebanyak 1 unit. Selain itu juga dapat dilihat terjadinya ineficiency dalam investasi, yaitu bila koefisien ICOR bernilai negatif atau nilai relatif besar. Kondisi investasi yang efisien akan terjadi pada koefisien ICOR yang nilainya relatif kecil. Dalam konsep ICOR, investasi yang dimaksud adalah total dari pembentukan modal tetap (fixed capital formation) dan stok barang yang terdiri dari gedung, mesin dan perlengkapan, kendaraan, stok bahan baku dan barang modal lainnya. Sedangkan output adalah nilai tambah bruto (NTB) yang merupakan selisih antara nilai produksi dengan biaya biaya untuk bahan baku dan penolong. Dalam penggunaan koefisien ICOR diasumsikan bahwa faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan tambahan output seperti penambahan tenaga kerja dan penggunaan teknologi pada mesin-mesin produksi dianggap konstan. Secara matematis ICOR dinyatakan sebagai rasio antara penambahan modal (investasi) terhadap tambahan output. ICOR dapat dinotasikan sebagai berikut: Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

64 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN ICOR = K / Y,, dimana : K = Investasi atau penambahan kapasitas Y = Pertumbuhan output Tabel 4.3 Nilai Koefisien ICOR Kota Tangerang Selatan, Tahun ICOR Lag 0 Lag 1 Lag 2 Lag 3 Lag 4 Lag 5 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ,37 5,64 2,85 8,15 4,91 11, ,20 3,63 10,39 6,26 14,04 13, ,93 14,10 8,49 19,06 18, ,82 9,53 21,38 20, *) 11,19 25,12 23, *) 24,80 23, **) 27,69 ICOR Rata-rata 13,29 13,60 13,40 13,45 12,36 12,19 Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan Cat: *) : Angka perubahan **) : Angka sementara 52 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

65 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN Nilai Koefisien ICOR Kota Tangerang Selatan tahun 2014 sebesar 27,69 yang berati bahwa untuk menghasilkan tambahan (increment) Rp. 1 juta output diperlukan tambahan modal Rp. 27,69 juta. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013, namun bermakna cukup positif karena untuk meningkatkan output (NTB) di Kota Tangerang Selatan dibutuhkan investasi yang cukup kecil dibanding tahun sebelumnya. Salah satu diantara kegunaan ICOR adalah untuk menghitung kebutuhan investasi riil (PMTB) dalam rangka mewujudkan target indikator ekonomi tertentu yang telah ditetapkan pemerintah dalam dokumen rencana pembangunan Analisis Ketenagakerjaan Analisis ketenagakerjaan yang akan dibahas disini sebatas hanya ingin mengetahui seberapa besar dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Tangerang Selatan. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa penyerapan tenaga kerja terjadi karena adanya pertumbuhan ekonomi, sedangkan faktor lainnya dianggap tetap (Ceteris paribus). Sebagai sumber informasi ketenagakerjaan digunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Kota Tangerang Selatan tahun Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

66 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN No Tabel 4.4 Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Kota Tangerang Selatan, Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, data diolah. Cat *) : Meliputi Kategori pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan besar dan eceran Dari hasil penghitungan PDRB Kota Tangerang Selatan, diperoleh angka LPE periode sebesar 8,99 persen, Laju pertumbuhan ekonomi ini lebih cepat jika dibandingkan Cepatnya laju pertumbuhan ekonomi terjadi hampir di semua sektor di atas kecuali sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan, serta sektor lainnya. Lapangan Pekerjaan Besarnya pengaruh dari pergeseran peran tenaga kerja terhadap sektor ekonomi dapat terlihat, dimana dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja pada tahun 2013 mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang Selatan. TK (Orang) LP TK (%) LPE 2012 (%) LPE 2013 (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ,63-1,65 3,06 2 Industri Pengolahan -81-0,17 8,38 7,66 3 Jasa - jasa ,46 9,01 10,38 4 Lainnya *) ,97 8,87 7,02 Total ,69 8,86 8,99 Pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh daya serap tenaga kerja di Tangerang Selatan terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah 54 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

67 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN tenaga kerja pada sektor jasa-jasa dan sektor lainnya sebagai sektor penyerap tenaga kerja cukup besar. Pada tahun 2014, sektor ini mampu menyerap 30,91 persen dan 60,38 persen tenaga kerja di Kota Tangerang Selatan. Tabel 4.5 Penduduk 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut lapangan Pekerjaan di Kota Tangerang Selatan, Tenaga Kerja Share No Lapangan Pekerjaan (%) (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ,55 2 Industri Pengolahan ,16 3 Jasa - jasa ,91 4 Lainnya *) ,38 Total ,00 Sumber: Sakernas, BPS Kota Tangerang Selatan Cat *) : Meliputi sektor pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air bersih; bangunan; angkutan dan komunikasi; Pada tabel dapat terlihat bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi yang sedikit ternyata dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di sektor tersebut. Berbeda hal dengan sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan serta sektor lainnya, walaupun penyerapan tenaga kerjanya Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

68 ANALISIS SEKTOR BASIS & KETENAGAKERJAAN meningkat signifikan jika dibandingkan tahun sebelumnya, ternyata tidak mampu mendongkrak laju pertumbuhan ekonominya. 56 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

69 ANALISIS KEUANGAN Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Inflasi Sektoral

70

71 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Peranan pemerintah daerah dalam menggerakkan perekonomian pada dasarnya terbagi menjadi tiga peran utama, yaitu pengatur, pengumpul dan penyedia (Teguh Dartanto, 2009). Sebagai pengatur, pemerintah bertugas menciptakan aturan main agar interaksi di antara pelaku ekonomi bersifat adil. Sebagai pengumpul, pemerintah bertugas mengumpulkan pendapatan dari pajak dan sumber pendapatan lain untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Sedangkan sebagai penyedia, pemerintah bertugas menyediakan jasa layanan publik, seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, infrastruktur fisik dan pemerataan pendapatan melalui penciptaan lapangan pekerjaan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia layanan publik, Pemerintah Kota Tangerang Selatan mempunyai dua sumber pengganggaran, yaitu yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) dan bantuan transfer dari Pemerintah Provinsi Banten (bagi hasil pajak) maupun Pemerintah Pusat (DAU, DAK, Dana Otonomi Khusus dan bagi hasil pajak dan SDA). Komponen pendapatan tersebut berikut alokasi penggunaannya disusun dalam sebuah sistem yang disebut anggran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Sebagai instrumen kebijakan, APBD menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah (Mardiasmo, 2003). APBD digunakan sebagai alat untuk Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

72 ANALISIS KEUANGAN menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja (SKPD). Pada tahun 2014, sumber pendapatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan masih mengandalkan dana perimbangan, baik DAU, DAK, maupun bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak. Walau demikian besarnya pendapatan dari dana perimbangan hanya sebesar 30,85 persen dari total pendapatan, pendapatan asli daerah sebesar 44,54 persen, dan sisanya adalah lain-lain pendapatan yang sah. Sumber pajak dan retribusi daerah yang dipungut oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan menyebabkan meningkatnya peranan PAD dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di Kota Tangerang Selatan. Menurut UU No. 28 Tahun 2009 Tentang pajak dan Retribusi Daerah, pemerintah kabupaten/kota diberi kewenangan untuk memungut sebelas jenis pajak, yaitu: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam (galian golongan c), pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Pemerintah Kota Tangerang Selatan atas persetujuan 60 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

73 ANALISIS KEUANGAN Depdagri sebenarnya masih dapat menggali potensi pajak lainnya selama memenuhi beberapa kriteria, diantaranya pajak tersebut tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif dan memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Pada tahun 2013, PAD Kota Tangerang Selatan tercatat sebesar 705,44 milyar rupiah, meningkat dibandingkan tahun 2012 yang hanya sebesar 576,30 milyar rupiah atau meningkat sebesar 22,41 persen. Tabel 5.1 Rincian Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran (ribuan rupiah) Pendapatan/Belanja (1) (2) (3) 1. Pendapatan a. Pendapatan asli daerah b. Dana perimbangan DAU + DAK Bagi hasil pajak dan SDA c. Lain-lain Pendapatan yang Sah Transfer pemerintah Provinsi Dana Penyesuaian (Pusat) Pendapatan Hibah Belanja a. Belanja pegawai b. Belanja barang dan jasa c. Belanja modal d. Belanja Lainnya Surplus/Defisit Sumber: DP2KAD Kota Tangerang Selatan Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

74 ANALISIS KEUANGAN Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD Kota Tangerang Selatan tidak berdampak pada pergerakan sektor riil. Hal ini disebabkan karena selain pemerintah sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pihak swasta juga ikut berperan dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang Selatn. Dari sisi pengeluaran, pos belanja terbesar pemerintah Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 dan tahun 2014 pos belanja pegawai yang paling dominan yaitu masing-masing sekitar 37,01 persen dan 35,30 persen, diikuti oleh belanja modal masing-masing 31,36 persen dan 33,91 persen. Walaupun pergeseran belanja pemerintah tidak mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan, karena di Kota Tangerang Selatan sebagai kota modern dimana perekonomiannya sangat dipengaruhi oleh sektor swasta Inflasi Sektoral Kenaikan harga atau lebih dikenal dengan inflasi yang diuraikan disini berbeda dengan inflasi yang dumumkan BPS setiap bulannya. Angka inflasi yang dipublikasikan BPS merupakan perubahan harga yang diukur langsung dari sisi konsumen melalui survei harga di pasar terhadap beberapa komoditas yang umum dikonsumsi masyarakat. 62 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

75 ANALISIS KEUANGAN Inflasi yang dimaksud dalam pubikasi ini sering disebut juga sebagai inflasi sektoral. Inflasi sektoral menggambarkan perubahan harga barang dan jasa secara umum pada seluruh sektor penyusun PDRB. Inflasi sektoral diperoleh dari pergerakan indeks harga implisit atau sering disebut juga sebagai deflator PDRB. Deflator PDRB diperoleh dengan cara membagi PDRB adhb dengan PDRB adhk kemudian dikali 100 persen. Tabel 5.2 Indeks Implisit dan Inflasi Sektoral Kota Tangerang Selatan, (Tahun dasar 2010) Sektor 2012*) 2013*) 2014**) (1) (2) (3) (4) PDRB adhb (Miliar Rp.) , , ,27 PDRB adhk (Miliar Rp.) , , ,77 Indeks Implisit/Deflator PDRB 108,26 113,54 119,63 Inflasi Sektoral 3,05 4,88 5,36 Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan Melalui Tabel 5.2 terlihat bahwa dalam tiga tahun terakhir inflasi sektoral berfluktuatif tetapi masih berada pada level 1 digit. Inflasi sektoral tahun 2014 sebesar 5,36 persen, meningkat cukup signifikan dibanding tahun 2013 sebesar 4,88 persen. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

76 ANALISIS KEUANGAN 64 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

77 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi

78

79 KESIMPULAN & REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Dari hasil kajian terhadap beberapa indikator ekonomi Kota Tangerang Selatan Tahun 2013, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. PDRB atas dasar harga berlaku untuk tahun dasar 2010 di Kota Tangerang Selatan tahun 2014 tercatat sebesar Rp ,94 juta, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp ,16 juta. 2. Pada tahun 2014 struktur perekonomian Kota Tangerang Selatan didominasi oleh kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, dengan share sebesar 17,56 persen. Kemudian diikuti oleh kategori real estate sebesar 16,21 persen, kategori konstruksi dengan sumbangan sebesar 15,01 persen. 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan tahun 2014 sebesar 8,99 persen. Terjadi percepatan pertumbuhan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,86 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori informasi dan komunikasi, yaitu sebesar 16,34 persen. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada kategori pengadaan listrik dan gas, yaitu sebesar 1,83 persen. 4. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebagai proxy dari pendapatan perkapita Kota Tangerang Selatan tahun 2013 tercatat Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

80 KESIMPULAN & REKOMENDASI sebesar Rp ,62. Sedangkan nilai PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2010 sebesar Rp , Berdasarkan hasil analisis location quotient, sektor jasa-jasa di Kota Tangerang Selatan memiliki keunggulan komparatif dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Banten dengan nilai koefisien LQ sebesar 1, PDRB Kota Tangerang Selatan selama tahun mengalami perubahan sebesar Rp ,18 milyar, dengan nilai provincial share dan Proportional Share masing-masing sebesar Rp ,45 milyar dan Rp ,11 milyar. Sedangkan nilai Differential Shift PDRB Kota Tangerang Selatan terhadap PDRB Provinsi Banten sebesar Rp ,62milyar. 7. Nilai koefisien Increment Capital Output Ratio (ICOR) Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 sebesar 27,69. Hal ini artinya untuk menghasilkan tambahan (increment) Rp. 1 juta output dibutuhkan tambahan investasi sebesar Rp. 27,69 juta. 8. Berdasarkan hasil analisis hubungan pertumbuhan ekonomi dengan daya serap tenaga kerja di Kota Tangerang Selatan periode tahun , bahwa penambahan tenaga kerja yang tidak terlalu besar di sektor perdagangan, hotel, dan restoran dapat mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. 68 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

81 KESIMPULAN & REKOMENDASI 9. Sumber pendapatan terbesar dalam APBD Kota Tangerang Selatan tahun 2014 pendapatan asli daerah yang mencapai Rp ,43 juta atau meliputi 44,54 persen dari total pendapatan. Sedangkan pos belanja terbesar berupa belanja pegawai, yaitu sebesar Rp ,92juta atau meliputi 35,30 persen dari total belanja. 10. Secara umum, inflasi sektoral yang dihitung berdasarkan pergerakan Indeks Implisit (Deflator PDRB) di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 mencapai 5,36 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 4,88 persen Rekomendasi Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu wilayah otonom di Provinsi Banten memiliki potensi ekonomi yang cukup besar, terutama dalam hal pengembangan sektor tersier. Sebagai kota penyangga DKI Jakarta dan juga sebagai kota mandiri, pekerja di Kota Tangerang Selatan banyak menggantungkan hidupnya pada sektor tersier. Hasil analisis LQ data PDRB menyatakan Kota Tangerang Selatan sebagai daerah basis perdagangan dan jasa-jasa. Hal ini disebabkan oleh besarnya peranan sektor tersebut dalam pembentukan nilai tambah di Kota Tangerang Selatan. Konsentrasi pemerintah terhadap sektor tersier akan mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi yang signifikan, dengan Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

82 KESIMPULAN & REKOMENDASI memperhatikan juga sektor-sektor lain sebagai pendukung perekonomian. Sebagai indikator utama dalam melihat kinerja pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi merupakan syarat penting bagi terciptanya kemakmuran tetapi belum cukup untuk mewujudkan masyarakat makmur yang adil dan sejahtera. Menurut Seer (1990), dalam proses pembangunan suatu negara atau wilayah ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan, yaitu kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pendapatan. Masyarakat makmur, adil dan sejahtera dapat diwujudkan melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan diikuti oleh usaha pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dicapai apabila pertumbuhan ekonomi diikuti oleh penciptaan lapangan pekerjaan baru sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran dan pada akhirnya mengurangi tingkat kemiskinan. Sebagai penutup, pelaksanaan otonomi daerah memang telah memberikan kewenangan yang besar bagi pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk menentukan sendiri arah dan kebijakan pembangunan sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah. Namun keterbatasan pemerintah daerah, terutama dalam hal penganggaran harus disikapi dengan cara meningkatkan efisiensi, efektifitas, profesionalitas aparatur dan akuntabilitas sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) demi terwujudnya masyarakat Kota Tangerang Selatan yang adil, makmur dan sejahtera. 70 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2014

83 TABEL LAMPIRAN

84

85 TABEL LAMPIRAN Tabel 1 PDRB Kota Tangerang Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (Juta Rupiah) Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan , , ,02 B. Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 C. Industri Pengolahan , , ,06 D. Pengadaan Listrik dan Gas , , ,93 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang , , ,17 F. Konstruksi , , ,50 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor , , ,48 H. Transportasi dan Pergudangan , , ,86 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum , , ,09 J. Informasi dan Komunikasi , , ,39 K. Jasa Keuangan dan Asuransi , , ,31 L. Real Estat , , ,77 M,N. Jasa Perusahaan , , ,16 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan , , ,23 dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan , , ,54 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial , , ,12 R,S,T,U. Jasa lainnya , , ,31 Produk Domestik Regional Bruto , , ,94 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

86 TABEL LAMPIRAN Tabel 2 PDRB Kota Tangerang Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, (Juta Rupiah) Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan , , ,84 B. Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 C. Industri Pengolahan , , ,38 D. Pengadaan Listrik dan Gas , , ,89 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang , , ,26 F. Konstruksi , , ,16 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor , , ,01 H. Transportasi dan Pergudangan , , ,95 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum , , ,60 J. Informasi dan Komunikasi , , ,74 K. Jasa Keuangan dan Asuransi , , ,65 L. Real Estat , , ,46 M,N. Jasa Perusahaan , , ,83 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan , , ,65 dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan , , ,08 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial , , ,92 R,S,T,U. Jasa lainnya , , ,74 Produk Domestik Regional Bruto , , ,16 74 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

87 TABEL LAMPIRAN Tabel 3 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Selatan ADH Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (persen) Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,86 9,88 24,83 B. Pertambangan dan Penggalian C. Industri Pengolahan 5,14 12,02 13,12 D. Pengadaan Listrik dan Gas 20,64 19,64 12,65 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3,95 6,36 7,04 F. Konstruksi 20,99 21,20 19,82 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 13,34 10,01 12,36 H. Transportasi dan Pergudangan 15,48 23,10 20,97 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 13,91 17,36 19,62 J. Informasi dan Komunikasi 6,47 4,33 14,31 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 14,71 13,61 14,03 L. Real Estat 11,58 15,48 11,78 M,N. Jasa Perusahaan 15,65 19,86 19,75 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 13,01 13,48 19,16 dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan 16,05 21,69 17,86 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,36 8,46 6,85 R,S,T,U. Jasa lainnya 5,78 20,79 15,37 Produk Domestik Regional Bruto 11,98 14,18 14,84 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

88 TABEL LAMPIRAN Tabel 4 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Selatan ADH Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, (persen) Tabel 4 Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (2,59) (1,65) 3,06 B. Pertambangan dan Penggalian C. Industri Pengolahan 0,72 8,38 7,66 D. Pengadaan Listrik dan Gas 12,00 10,37 1,83 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,85 5,59 5,97 F. Konstruksi 12,66 12,52 9,14 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,50 6,35 5,52 H. Transportasi dan Pergudangan 9,42 11,32 11,61 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,10 6,13 8,80 J. Informasi dan Komunikasi 18,26 10,98 16,34 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 6,74 7,81 8,55 L. Real Estat 9,41 12,00 9,76 M,N. Jasa Perusahaan 9,03 9,83 12,62 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 4,57 2,57 11,86 dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan 3,54 4,79 6,21 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,18 1,81 1,89 R,S,T,U. Jasa lainnya 1,75 6,77 6,08 Produk Domestik Regional Bruto 8,66 8,86 8,99 76 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

89 TABEL LAMPIRAN Tabel 5 Distribusi PDRB Kota Tangerang Selatan ADH Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (persen) Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,30 0,29 0,32 B. Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 C. Industri Pengolahan 11,84 11,62 11,45 D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,12 0,12 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,05 0,05 0,04 F. Konstruksi 13,55 14,39 15,01 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 18,63 17,95 17,56 H. Transportasi dan Pergudangan 2,70 2,91 3,07 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,14 3,22 3,36 J. Informasi dan Komunikasi 11,94 10,91 10,86 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,22 1,22 1,21 L. Real Estat 16,46 16,65 16,21 M,N. Jasa Perusahaan 3,12 3,28 3,42 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 1,21 1,20 1,25 dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan 8,19 8,73 8,96 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,58 4,35 4,05 R,S,T,U. Jasa lainnya 2,95 3,12 3,14 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

90 TABEL LAMPIRAN Tabel 6 Distribusi PDRB Kota Tangerang Selatan ADH Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen) Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,30 0,27 0,25 B. Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 C. Industri Pengolahan 11,53 11,48 11,34 D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,10 0,11 0,10 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,05 0,05 0,05 F. Konstruksi 12,78 13,21 13,23 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 18,53 18,10 17,52 H. Transportasi dan Pergudangan 2,70 2,76 2,83 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,04 2,97 2,96 J. Informasi dan Komunikasi 13,82 14,09 15,04 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,17 1,16 1,15 L. Real Estat 17,12 17,61 17,74 M,N. Jasa Perusahaan 3,03 3,06 3,16 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 1,02 0,97 0,99 dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan 7,40 7,12 6,94 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,54 4,25 3,97 R,S,T,U. Jasa lainnya 2,86 2,80 2,73 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 78 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

91 TABEL LAMPIRAN Tabel 7 Indeks Harga Implisit PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha (persen) Tabel 7 Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 110,03 122,93 148,89 B. Pertambangan dan Penggalian C. Industri Pengolahan 111,19 114,92 120,76 D. Pengadaan Listrik dan Gas 116,01 125,76 139,12 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 100,64 101,36 102,39 F. Konstruksi 114,81 123,66 135,77 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 108,84 112,59 119,89 H. Transportasi dan Pergudangan 108,29 119,75 129,80 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 111,59 123,40 135,67 J. Informasi dan Komunikasi 93,47 87,87 86,34 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 113,34 119,44 125,47 L. Real Estat 104,08 107,32 109,30 M,N. Jasa Perusahaan 111,69 121,90 129,62 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 127,71 141,30 150,52 dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan 119,89 139,22 154,49 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 109,14 116,27 121,93 R,S,T,U. Jasa lainnya 111,67 126,34 137,40 Produk Domestik Regional Bruto 108,26 113,54 119,63 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

92 TABEL LAMPIRAN Tabel 8. Angka Agregatif PDRB, Penduduk Pertengahan Tahun dan PDRB Perkapita Kota Tangerang Selatan, NILAI ABSOLUT URAIAN *) *) **) (1) (2) (3) (4) a. PDRB atas dasar harga berlaku , , ,94 (Juta Rp) b. PDRB atas dasar harga konstan , , , (Juta Rp) c. Jumlah penduduk pertengahan tahun (jiwa) , , ,00 d. PDRB perkapita atas dasar , , ,62 harga berlaku (Rp) e. PDRB perkapita atas dasar , , ,49 harga konstan 2000 (Rp) 2. Indeks Harga Implisit PDRB 3,05 4,88 5,36 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara 80 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

93 TABEL LAMPIRAN Tabel 9 Nilai LQ di Kota Tangerang Selatan PDRB ADHK 2010 (Milyar) Tangerang Selatan Banten LQ Lapangan Usaha * * * (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 87,46 108, , ,72 0,06 0,05 B. Pertambangan dan Penggalian 0,00 0, , ,99 0,00 0,00 C. Industri Pengolahan 3.422, , , ,91 0,32 0,31 D. Pengadaan Listrik dan Gas 29,36 42, , ,03 0,10 0,08 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur 15,23 20,99 255,78 329,28 0,56 0,52 Ulang F. Konstruksi 3.102, , , ,41 1,61 1,45 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 4.846, , , ,05 1,46 1,31 Sepeda Motor H. Transportasi dan Pergudangan 643, , , ,35 0,44 0,45 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 759, , , ,55 1,36 1,26 J. Informasi dan Komunikasi 2.553, , , ,06 2,96 2,91 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 327,70 494, , ,82 0,51 0,43 L. Real Estat 4.300, , , ,91 2,35 2,23 M,N. Jasa Perusahaan 716, , , ,08 3,44 3,20 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 301,23 424, , ,41 0,64 0,55 dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan 2.230, , , ,05 2,91 2,41 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.496, , , ,47 4,30 3,46 R,S,T,U. Jasa lainnya 909, , , ,64 2,33 1,85 Produk Domestik Regional Bruto , , , ,73 1,00 1,00 Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

94 TABEL LAMPIRAN Tabel 10 Analisa Shift Share Kota Tangerang Selatan, Growth Provincial Differential Proportional Lapangan Usaha Y Share (Ps) Shift (D) Share (P) (1) (2) (3) (4) (5) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 82,79 78,59 (1,20) 5,40 B. Pertambangan dan Penggalian C. Industri Pengolahan 2.920, ,02.272,48 (1.266,95) D. Pengadaan Listrik dan Gas 31,26 27,70 (58,56) 62,11 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur 4,47 16,85 1,80 (14,18) Ulang F. Konstruksi 5.319, ,65 358, ,80 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 4.862, ,71 693,39 75,21 Sepeda Motor H. Transportasi dan Pergudangan 985,11 580,38 (444,06) 848,79 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.091,66 623,11 231,02 237,53 J. Informasi dan Komunikasi 2.925, ,63 631,87 (317,39) K. Jasa Keuangan dan Asuransi 331,80 285,23 (15,48) 62,05 L. Real Estat 4.168, ,09 716,06 (640,30) M,N. Jasa Perusahaan 1.102,42 643,65 155,90 302,87 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 390,99 245,31 53,23 92,45 dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan 2.583, ,21 112,34 483,67 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 641, ,41 (232,70) (543,50) R,S,T,U. Jasa lainnya 750,86 846,90 (175,59) 79,56 Produk Domestik Regional Bruto , , , ,11 82 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

95 TABEL LAMPIRAN Tabel 11 Perkiraan Nilai Investasi, PDRB, dan ICOR Kota Tangerang Selatan, Tahun Investasi/PMTB PDRB adhk ICOR (Juta Rp.) (Juta Rp.) Lag 0 Lag 1 Lag 2 Lag 3 Lag 4 Lag , ,05 1,37 5,64 2,85 8,15 4,91 11, , ,81 7,20 3,63 10,39 6,26 14,04 13, , ,08 4,93 14,10 8,49 19,06 18, , ,35 15,82 9,53 21,38 20, , ,95 11,19 25,12 23, , ,02 24,80 23, , ,96 27,69 ICOR Rata-rata 13,29 13,60 13,40 13, ,19 Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Cat: *) : Angka Perubahan **) : Angka Sementara Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan

96 TABEL LAMPIRAN 84 Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017 No. 26/05/15/Th.XI, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- TUMBUH 4,27 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 64/11/36/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016 EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016 TUMBUH 5,35 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN SEBELUMNYA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 26/05/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,11

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 No. 28/05/36/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2015 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-217 Ekonomi Gorontalo Triwulan III- 217 tumbuh 5,29 persen Perekonomian Gorontalo berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 44/08/13/Th XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,32 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 45/08/Th.XIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,29 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 No. 35/05/33/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,5 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 No. 9/02//13/Th. XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 4,86 PERSEN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 TUMBUH 5,26 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 No. 11/2//13/Th XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,14 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH DALAM LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 No. 11/02/34/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN EKONOMI DAERAH

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 No. 027/05/16/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 TUMBUH 0,56 PERSEN DIBANDING TRIWULAN IV-2015 Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 54/11/36/Th.IX, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015 EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 29/5/13/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,46 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 27/05/36/Th.X, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 5,90 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2016 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2016 No. 062/11/16/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2016 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2016 TUMBUH 1,27 PERSEN DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian Provinsi Jambi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2017 No. 45/8/15/Th.XI, 7 Agustus 17 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-17 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-17 TUMBUH 1,8 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I-17 Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,51 x 21,59 cm : xvi + 115 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS Kabupaten Murung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015 No. 64/11/13/Th.XVIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- TUMBUH 4,71 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/Th.VIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,49 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 64/11/61/Th.XVIII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,23 PERSEN SEDIKIT MELAMBAT

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y) BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 29/05/76/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN I-2017 SECARA Q TO Q TERKONTRAKSI 7,48 PERSEN, NAMUN SECARA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 No. 38/08/36/Th.IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 TUMBUH 5,26 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN SEBELUMNYA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 93/11/21/Th.XI, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 4,64 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016 No. 09/02/14/Th. XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,23 PERSEN MEMBAIK DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA (0,22 PERSEN) Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 No. 74/11/51/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN III - 2016 TUMBUH SEBESAR 6,17% (Y-ON-Y) Total perekonomian Bali pada triwulanan III - 2016 yang diukur

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 No. 62/11/75/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 Perekonomian Gorontalo

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 15/02/21/Th.XI, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 TUMBUH 6,02 PERSEN Perekonomian Kepulauan Riau tahun 2015

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017 EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III- 2017 TUMBUH 6,49 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara berdasarkan besaran

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 27/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,24 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/08/53/Th.XVIII, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN TUMBUH 4,84 PERSEN Perekonomian NTT semester I tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015 No. 13/0/33/Th.X, 5 Februari 016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 TUMBUH 5, PERSEN MENCAPAI PERTUMBUHAN TERTINGGI SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jawa Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th.XIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III TUMBUH 5,44 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

Lainnya. Infokom. konstruksi. Perdagangan. Industri PDRB. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (q-to-q) Pertanian

Lainnya. Infokom. konstruksi. Perdagangan. Industri PDRB. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (q-to-q) Pertanian No. 33/05/33/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,1 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 26/05/32/Th.XVIII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,08 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2014 No. 09/02/31/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN EKONOMI JAKARTA TAHUN TUMBUH 5,95 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 10/02/73/Th. IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 TUMBUH 7,41 PERSEN PDRB MENURUT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/8/Th.XIX, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-217 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN SEMESTER I-217 TUMBUH 5,19 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 48/08/61/Th.XVIII, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- TUMBUH 4,01 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016 BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 07/01/53/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,18 PERSEN Perekonomian NTT yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 No. 12/02/82/Th.XVI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 5,77 PERSEN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN IV- 2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 6,54 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 47/8/61/Th.XIX, 5 Agustus 216 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-216 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-216 TUMBUH 4,21 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2015 No. 047/08/15/Th.IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2015 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2015 TUMBUH 1,5 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian Provinsi Jambi yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2016 No. 64/11/13/Th XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- TUMBUH 4,82 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran Produk

Lebih terperinci

https://binjaikota.bps.go.id

https://binjaikota.bps.go.id BPS KOTA BINJAI No. 1/10/1276/Th. XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BINJAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015 No. 11/2/36/Th.X, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 215 EKONOMI BANTEN TAHUN 215 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Banten tahun 215 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 No. 27/05/17/X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 4,99 PERSEN, MELAMBAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN I 2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017 Berita Resmi Statistik Bulan November Provinsi Bali No. 73/11/51/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BALI Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III Ekonomi Bali Triwulan III Tumbuh 6,22 Persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 No. 06/2/62/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 6,21 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kalimantan Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 No. 26/05/75/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,27 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian Gorontalo yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTT No. 07/05/53/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,60 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 27/05/73/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,52 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 No. 63/11/82/Th.XV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,56 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2015 Perekonomian Maluku

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 48/08/36/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2016 TUMBUH 5,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN SEBELUMNYA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016 No. 77/11/33/Th.X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- TUMBUH 5,6 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III-15 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci