Oleh : Risna Wahyu Ananda Putri NIM :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : Risna Wahyu Ananda Putri NIM :"

Transkripsi

1 35 IDENTIFIKASI BAKTERI Eschericia coli dan Salmonella sp. PADA JAJANAN BATAGOR DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI KELURAHAN PISANGAN, CIRENDEU, DAN CEMPAKA PUTIH KECAMATAN CIPUTAT TIMUR Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : Risna Wahyu Ananda Putri NIM : PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437H/ 2016M

2 Dengan ini saya menyatakan bahr*za: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatuilah Jakarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam sayaan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatuilah Jakarta. Ciputat, 12 Oktober 20i6

3 Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

4 Pembimbing I Kaprodi PSKPD Penguji I Suwarsono, M. Pd

5 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW yang telah memimpin kita menuju iman dan islam. Penelitian yang berjudul IDENTIFIKASI BAKTERI Eschericia coli dan Salmonella sp. PADA JAJANAN BATAGOR DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI KELURAHAN PISANGAN, CIRENDEU, DAN CEMPAKA PUTIH KECAMATAN CIPUTAT TIMUR disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam pembuatan laporan penelitian ini, penulis merasakan kesulitan, kebingungan, kecemasan ketika dalam prosesnya tidak sesuai dengan yang dibayangkan dan direncanakan. Namun dengan segala dukungan, doa dan bimbingan dari berbagai pihak, hambatan tersebut tidak menjadi berarti dan menurunkan semangat penulis untuk segera menyelesaikan laporan ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, diantaranya: 1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Flori Ratna Sari, Ph. D selaku Penanggung Jawab Riset untuk PSKPD angkatan Bu Yuliati, S.Si, M.Biomed dan dr. Achmad Luthfi, Sp. B, KBD selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberi arahan, bimbingan dan semangat v

6 dalam bentuk apapun kepada penulis hingga laporan penelitian ini dapat selesai dengan baik. Terima kasih atas waktu, tenaga dan pemikiran yang telah Ibu dan dokter berikan untuk kelancaran penelitian saya. 5. dr. Erike Anggraini Suwarsono, M. Pd dan dr. Meizi Fachrizal Achmad selaku dewan penguji pada sidang akhir penelitian penulis 6. Dr. Endah Wulandari, M. Biomed selaku Pembimbing Akademik yang memberikan doa dan dukungannya kepada penulis 7. Kementerian Agama, Pak Agus dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan sehingga penulis bisa menempuh pendidikan tinggi di PSKPD UIN Jakarta 8. Kedua orangtua penulis, Ayah Suri Marzuki, S.E dan Ibu Nanik Sri Martini, S. Pd yang selalu memberikan doa, semangat dan motivasi dengan cinta dan kasih sayang, serta memberikan banyak masukan, nasihat, bantuan tenaga, pikiran, moral, waktu dan material. 9. Adik penulis M. Ilham Nurhamdy yang selalu memberikan doa, semangat, dan menghiasi perjalanan penelitian ini dengan canda 10. Zahrotu Romadhon, Zenitra, dan Aris Rivadi kelompok risetku yang selalu saling melengkapi, mendukung, memberikan semangat dan bersukarela menghabiskan hari-hari panjang di lab Mikro 11. Sahabat yang juga keluarga luar biasa di tanah rantau: CSS MoRA UIN Jakarta. Tempat dimana bisa penulis temukan kakak dan adik yang membuat hari-hari panjang di kampus terasa singkat 12. Sahabat bermain Bani Izdihar : Kafa, Asis, Zami, Rifa i, Dekcu, Rani, Filzah, Dihar. Kalian lebih dari sekedar sahabat 13. Teman-teman BPH USMR: Arian, Fadli, Tanti, Jahlo, Icha, Witha, Ayuk Rani, Taya, Jami; dan seluruh USMR. Tempat yang menghiasi rutinitas kampus dengan kesibukan bersama kalian 14. Kak Novi, Mas Irul, Mas Fio dan Bapak Satpam Pascasarjana yang membantu kelancaran penulis melakukan penelitian di Lab Mikro kapanpun waktunya. vi

7 15. Teman sejawatku PSKPD TREITZ 2013 yang selalu bersama-sama melalui hari-hari sibuk dan menyenangkan di kampus. Semoga kita bisa lulus bersama-sama 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memperlancar proses pengerjaan laporan penelitian ini Dengan segala kejujuran dan kerendahan hati penulis sadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi pembahasan maupun penyusunannya. Oleh karena itu, saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat untuk penulis dan seluruh pihak, juga dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan atau sumber ide untuk penelitian lebih lanjut di bidang kedokteran. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Ciputat, 12 Oktober 2016 Risna Wahyu Ananda Putri vii

8 ABSTRAK Risna Wahyu Ananda Putri. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella sp. PADA JAJANAN BATAGOR DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI KELURAHAN PISANGAN, CIRENDEU, DAN CEMPAKA PUTIH KECAMATAN CIPUTAT TIMUR Pendahuluan: Selama tahun 2015 BPOM melaporkan 27 dari 61 kasus penyakit akibat makanan disebabkan oleh bakteri. Batagor sebagai salah satu jajanan yang digemari siswa Sekolah Dasar mengandung tahu, bakso, dan kuah kacang yang diduga mendukung kehidupan bakteri. Escherichia coli dan Salmonella sp. merupakan contoh bakteri yang dapat ditemukan pada jajanan ini. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui adanya cemaran bakteri pada batagor, keberadaan E. coli dan Salmonella sp., serta identifikasinya dengan uji biokimia. Metode: TPC (Total Plate Count) dengan menghitung jumlah koloni bakteri pada tiap sampel batagor serta identifikasi menggunakan media spesifik, pewarnaan Gram dan uji biokimia. Hasil dan kesimpulan: seluruh sampel tercemar bakteri dengan 4 dari 5 sampel jumlah koloni bakteri melebihi ambang batas normal. Ditemukan bakteri E. coli pada 2 sampel dan Salmonella sp. pada 3 sampel (jumlah sampel = 5) di media spesifik dan 100% cemaran enterobacteriaceae pada uji biokimia. Kata kunci : penyakit akibat makanan, batagor, TPC, Eschrichia coli, Salmonella sp. ABSTRACT Risna Wahyu Ananda Putri. School of Medicine State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta. IDENTIFICATION OF Escherichia coli AND Salmonella sp BACTERIA FROM BATAGOR SOLD AT PRIMARY SCHOOLS IN PISANGAN, CIRENDEU, AND CEMPAKA PUTIH EAST CIPUTAT Introduction: During 2015 BPOM reported 27 of the 61 cases of foodborne disease are caused by bacteria. Batagor as one of the favorite snacks of elementary school students containing tofu, meatballs, and a peanut sauce that allegedly support bacterial life. Escherichia coli and Salmonella sp. an example of a bacterium that can be found in these snacks. Aims: This study to determine the presence of bacterial contamination in batagor, the presence of E. coli and Salmonella sp. as well as identification with biochemical tests. Methods: TPC (Total Plate Count) to count the number of bacterial colonies on each sample batagor and identification using specific media, Gram staining and biochemical tests. Result and conclussion: All samples contaminated bacteria with 4 out of 5 samples the number of bacterial colonies exceeded the normal threshold. E. coli bacteria found in two samples and Salmonella sp. on 3 samples (sample size = 5) in specific media and 100% contamination enterobacteriaceae in biochemical tests. Key words: foodborne disease, batagor, TPC, Escerichia coli, Salmonella sp. viii

9 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN PANITIA UJIAN... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR BAGAN... xiii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR SINGKATAN... xv PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Akademis... 3 BAB TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori... 5 ix

10 2.1.1 Pangan Jajanan dan Kesehatan Pangan Jajanan Batagor dan Kemungkinan Cemaran Bakteri Escherichia coli Morfologi dan Taksonomi Esherichia coli Sifat Pertumbuhan Escherichia coli Patogenesis dan Penggolongan Escherichia coli Bakteri Salmonella sp Morfologi dantaksonomi Salmonella sp Sifat Pertumbuhan Salmonella sp Patogenesis Salmonella sp Pencegahan Pencemaran terhadap Makanan Teknik Pemeriksaan Mikroorganisme pada Makanan Perhitungan Koloni Bakteri Uji Biokimiawi Bakteri Uji Fermentasi Karbohidrat Uji MRVP Uji SIM (Sulfide Indol Motility) Uji Sitrat Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) Kerangka Teori Kerangka Konsep Definisi Operasional BAB METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian x

11 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Sampel Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Bahan Penelitian Cara Kerja Penelitian Tahap Persiapan Sterilisasi Alat dan Bahan Pengambilan dan Persiapan Sampel Pembuatan Media dan Penanaman Sampel Pembuatan Media NB dan Pengenceran Pembuatan Media dan Penanaman Sampel pada NA Pembuatan Media dan Penanaman Sampel pada EMB dan SSA Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram Pembuatan dan Identifikasi Bakteri dengan Uji Biokimia Managemen Data BAB HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan Hasil Kultur Bakteri dengan Metode TPC (Total Plate Count) Isolasi Bakteri dalam Media Spesifik dan Pewarnaan Gram Uji Biokimia terhadap Bakteri Keterbatasan Penelitian BAB xi

12 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 Bagan 2.1 Bagan 2.2 Bagan 3.1 DAFTAR BAGAN Kerangka Teori Kerangka Konsep Alur Penelitian Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 DAFTAR TABEL Penggolongan Hasil Penghitungan TPC Definisi Operasional Jumlah Koloni pada Setiap Sampel dengan Berbagai Pengenceran Jumlah Koloni Setiap Sampel Sesuai Rumus Interpretasi Penghitungan pada Setiap Sampel Identifikasi Bakteri Berdasarkan Warna Koloni yang Dihasilkan Uji Fermentasi Karbohidrat dari Media EMB Uji IMViC dan TSIA dari Media EMB Uji Fermentasi Karbohidrat dari Media SSA Uji IMViC dan TSIA dari Media SSA Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 DAFTAR GAMBAR Morfologi E. coli E. coli dalam Media EMB Hasil Pewarnaan Gram E. coli Skematik Sistem Sekresi pada EPEC Bakteri Salmonella typhi dengan Pewarnaan Tinta India Salmonella sp. dalam Media XLD Salmonella ruflles pada Usus Manusia Patogenesis Infeksi oleh Salmonella sp. Metode Cawan Tuang dan Perataan pada Kultur Mikroorganisme Gambar 2.10 Tabel Karakteristik Biokimia Spesies Enterobacteriaceae xiii

14 Gambar 2.11 Uji Penggunaan Sitrat Gambar 2.12 Berbagai Reaksi pada Uji TSIA Gambar 2.13 Tabel Karakteristik Biokimia Enterobacteriaceae Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Pertumbuhan Bakteri pada Sampel 1 di media NA Hasil Kultur Bakteri dari Sampel Batagor yang Diisolasi pada Media EMB dan SSA Hasil Pewarnaan Gram dari Kultur Bakteri Hasil Positif Uji Gula-gula Hasil Negatif Indol dan Positif Motilitas, Hasil Positif MR dan Negatif VP, Hasil +/+ gas pada TSIA dan Positif Sitrat, Hasil -/+ gas TSIA Hasil positif (warna media kuning) dan hasil negatif (warna media ungu) uji gula-gula Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 DAFTAR LAMPIRAN Hasil Penghitungan Penelitian Alat dan Bahan Alur Kerja Penelitian Hasil Penelitian Riwayat Penulis xiv

15 DAFTAR SINGKATAN TPC BPOM KLB WHO NA EMB SSA LT ST sp SPC MPN MR VP SIM TSIA NB KKU SDN : Total Plate Count : Badan Pengawas Obat dan Makanan : Kejadian Luar Biasa : World Health Organisation : Nutrient Agar : Eosin Methylen Blue : Salmonella Shigella Agar : Labile Toxin : Stabile Toxin : spesies (tunggal) : Standart Plate Count : Most Probable Number : Methyl Red : Voges-Proskauer : Sulfide Indol Motility : Triple Sugar Iron Agar : Nutrient Broth : Kristal Karbol Ungu : Sekolah Dasar Negeri xv

16 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pangan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah dan atau langsung disajikan siap santap oleh penjual di tempatnya berjualan untuk kalangan umum bukan yang disajikan oleh jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel. Peraturan pemerintah melalui BPOM dan UU no 7 tahun 1996 tentang pangan serta UU no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen telah menegaskan bahwa makanan apapun yang dijual harus sesuai dengan standar keamanan pangan di Indonesia, tetapi tetap saja masih banyak masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan makanan yang diolah atau disajikan. Hal ini mengakibatkan gangguan pada saluran cerna prevalensinya terus meningkat, termasuk salah satunya karena foodborne disease. Foodborne disease adalah penyakit akibat pangan yang terjadi segera setelah mengkonsumsi pangan atau disebut keracunan. Perjalanan foodborne disease ini membutuhkan penanganan yang cukup panjang agar penyebarannya benarbenar terputus. 1-4 Di Indonesia pada tahun 2015 BPOM mencatat adanya KLB keracunan pangan yaitu sebanyak 61 kejadian/kasus yang berasal dari 34 propinsi. KLB keracunan pangan ini bisa disebabkan oleh etiologi mikroba yang bersifat suspect maupun confirm. Data yang didapatkan adalah sebanyak 1 (1,64%) kejadian disebabkan oleh mikroba confirm yaitu Bacillus cereus dan 26 (42,62%) kejadian karena mikroba suspect diantaranya Escherichia coli, Salmonella sp. dan Staphylococcus aureus. Menurut jenis makanan yang paling sering menyebabkan keracunan pangan adalah masakan rumah tangga dengan 40,98% kejadian, pangan jajanan sebanyak 22,95%, pangan jasa boga 1, 2, 5 21,31% kejadian, dan pangan olahan 14,75% kejadian. 1

17 2 Salah satu penyebab dari penyakit akibat mengonsumsi makanan yang tercemar adalah bakteri, contohnya adalah Escherichia coli dan Salmonella sp. Escherichia coli merupakan salah satu flora normal yang ada di tubuh manusia, akan tetapi bakteri ini akan menjadi patogen dengan mekanisme virulensi yang berbeda apabila jumlahnya melebihi ambang batas di tubuh manusia. Sedangkan bakteri Salmonella sp. merupakan bakteri patogen di saluran cerna. Kedua bakteri ini dapat menimbulkan masalah pada saluran cerna, salah satunya adalah diare. 3, 4, 6 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yunaenah (2009) di lingkungan sekolah dasar di wilayah Jakarta Pusat, hasilnya menyebutkan bahwa 37 dari 65 sampel yang diteliti positif terkontaminasi E. coli dan melebihi ambang batas. Sedangkan penelitian lain dilakukan oleh Mega Mirawati dkk (2014) yang dilakukan di lingkungan salah satu sekolah dasar di daerah Pondok Gede Bekasi menunjukkan hasil positif terkontaminasi bakteri Salmonella pada 6 dari 13 sampel yang diuji. 8, 9 Berdasarkan beberapa laporan penelitian diatas, lingkungan sekolah dasar termasuk lingkungan yang rentan akan terjadinya penyakit akibat pangan. Jajanan di lingkungan sekolah dapat berupa makanan maupun minuman, salah satu contohnya adalah batagor. Batagor merupakan olahan jajanan yang terdiri dari tahu berisi adonan bakso, dapat pula diberi tambahan adonan ikan, tepung, dan otak-otak kemudian digoreng, diberi kuah kacang atau kuah bakso, saus, serta kecap manis. Makanan ini banyak dijual di lingkungan sekolah salah satunya sekolah dasar. Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya risiko tercemar oleh bakteri tersebut diatas, terlebih lagi terdapat air dalam pengolahannya. Batagor juga merupakan jajanan favorit kebanyakan 7, 10 anak di lingkungan sekolah dasar. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengindentifikasi jumlah koloni bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. pada jajanan batagor yang dijual di kantin sekolah dasar yang ada di kelurahan Pisangan, kelurahan Cirendeu, dan kelurahan Cempaka Putih.

18 3 1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat cemaran oleh bakteri pada jajanan batagor di Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur? Apakah jajanan batagor yang dijual di Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur mengandung bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp.? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya cemaran bakteri pada jajanan batagor di Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Tujuan Khusus Untuk mengetahui jumlah koloni bakteri yang terdapat di jajanan batagor di Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur dengan berbagai konsentrasi Untuk mengidentifikasi adanya bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. pada jajanan batagor di Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Akademis Untuk mengetahui adanya bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp pada jajanan batagor di Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur

19 4 Untuk menambah pengetahuan mengenai adanya cemaran bakteri pada jajanan di Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Manfaat Praktis Bagi Peneliti Dapat menerapkan ilmu dalam hal mata kuliah mikrobiologi yang telah didapat di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman peneliti dalam hal mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri dari makanan Menambah pengalaman dalam hal pembuatan karya ilmiah berkaitan dengan ilmu kedokteran Sebagai syarat kelulusan pendidikan pre-klinik di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bagi Institusi Akademis Menambah informasi mengenai proses identifikasi dan isolasi bakteri dari makanan Menumbuhkan semangat dan motivasi bagi peneliti lain untuk identifikasi dan isolasi bakteri dari makanan khususnya jajanan anak sekolah Bagi Masyarakat Memberi pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai kemungkinan adanya bakteri pada makanan khususnya jajanan di lingkungan sekolah Memberi pengetahuan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan dalam hal mengolah makanan

20 2.1 Landasan Teori BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pangan Jajanan dan Kesehatan Pangan Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 942 tahun 2003, pangan jajanan didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan di jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. 5 1, 2, 11 Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan diatas besar kemungkinan bahan makanan yang digunakan untuk makanan jajanan menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme yang tumbuh dalam makanan bisa bersifat menguntungkan maupun merugikan. Salah satu hal merugikan yang dapat ditimbulkan akibat mikroorganisme adalah kejadian kesakitan karena makanan yang tercemar atau dikenal dengan istilah foodborne disease termasuk diantaranya adalah diare (BAB >3x sehari dengan konsistensi cair atau encer). Gejala lain yang dapat timbul akibat makanan yang tercemar adalah mual, muntah, demam bahkan kejang-kejang. 3, 6 Menurut Departemen Kesehatan RI penyebab dari kejadian foodborne disease digolongkan menjadi 5 kelompok besar yaitu virus, bakteri, amoeba/protozoa, cacing/parasit, serta komponen lain bukan kuman seperti jamur, bahan pengawet, dan bahan pewarna. Kejadian foodborne disease yang disebabkan oleh bakteri terjadi melalui 2 mekanisme, yakni intoksikasi pangan dan infeksi pangan. Intoksifikasi disebabkan oleh adanya toksin pada bakteri yang terbentuk dalam makanan ketika bakteri bermultiplikasi sedangkan infeksi pangan terjadi akibat masuknya bakteri melalui makanan yang terkontaminasi dan menimbulkan reaksi pada tubuh akibat aktivitas bakteri tersebut Ada 2 jenis intoksikasi pangan yang terjadi akibat bakteri yaitu botulisme (toksin yang dihasilkan oleh Clostridium botullinum) dan stafilokoki (toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus). Pada

21 6 infeksi pangan juga digolongkan menjadi 2 golongan besar, yaitu (1) infeksi dimana makanan tidak menunjang pertumbuhan bakteri seperti patogen penyebab tuberkulosis (Mycobacterium bovis dan M. tuberculosis), brucellosis (Brucela aortus dan B. melitensis), difteri (Corynebacterium diphteriae), dan lain sebagainya serta, (2) infeksi makanan berfungsi sebagai media untuk pertumbuhan bakteri hingga mencapai jumlah yang memadai untuk menimbulkan infeksi pada pengonsumsi makanan tersebut, bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Salmonella spp., Listeria, Vibrio parahaemolyticus dan Enteropathogenic Escherichia coli. Dalam mengontaminasi makanan, mikroorganisme tersebut dapat melalui berbagai jalur seperti bahan baku pembuatan makanan, pekerja yang mengolah serta lingkungan tempat 3, 6, 13, 15, 16 mengolahnya. Kejadian foodborne disease yang disebabkan oleh bakteri dapat timbul apabila bakteri dari bahan mentah dapat bertahan hidup setelah dilakukan pengolahan dan jumlahnya cukup banyak, bakteri mengeluarkan toksin yang jumlahnya cukup untuk menimbulkan penyakit, dan bakteri terdapat pada peralatan makanan atau tangan pengolah sehingga 2, 6, 8, 17 menimbulkan pencemaran. Pencemaran yang terjadi baik menimbulkan foodborne disease maupun tidak dapat terjadi melalui 3 mekanisme, yaitu (1) pencemaran langsung (mikroorganisme atau zat pencemar lain langsung mencemari makanan), (2) pencemaran silang (zat pencemar berasal dari makanan lain yang satu ke makanan lainnya maupun dari peralatan pengolahan dan orang yang mengolah makanan), (3) pencemaran ulang (pencemaran yang terjadi pada makanan yang telah diolah namun menjadi media yang baik 8, 15 untuk pertumbuhan mikroorganisme) Jajanan Batagor dan Kemungkinan Cemaran Berbagai jenis makanan terutama makanan jajanan dapat mengalami pencemaran, termasuk salah satunya adalah batagor yang terdiri dari berbagai macam campuran bahan. Bahan-bahan pembuat

22 7 batagor seperti tepung tapioka, tahu, dan bahan tambahan lainnya. Tahu sebagai salah satu bahan dasar pembuatan batagor merupakan sumber protein nabati yang berasal dari kedelai. Proses pembuatan tahu terdiri dari pengolahan susu kedelai dan penggumpalan, serta tahapan perendaman. Jika dilihat dari komposisi nya tahu mengandung 70-90% air, 5-15% protein, 4-8% lemak, dan 2-5% karbohidrat, maka sudah pasti tahu banyak mengandung air. Proses pembuatan tahu juga bergantung pada kualitas air yang digunakan. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, karena ketika sudah jadi tahu harus segera terjual jika tidak akan terjadi perubahan warna, rasa, dan tekstur tahu yang disebabkan oleh bakteri yang ada pada air rendaman tahu. Tahu dikatakan berkualitas baik apabila memenuhi syarat mutu tahu menurut SNI yang diantaranya adalah bebas dari cemaran bakteri. Bakteri yang biasanya terdapat pada tahu adalah E.coli dan Salmonella sp. Bumbu kacang yang terdapat pada batagor juga merupakan media yang mudah dicemari oleh bakteri, selain terdiri dari air proses pembuatan bumbu kacang terkadang kurang 2, 18 memperhatikan higienitasnya, sehingga semakin mudah tercemar Bakteri Escherichia coli Morfologi dan Taksonomi Esherichia coli Bakteri ini termasuk dalam golongan bakteri oportunis serta flora normal yang hidup dan banyak ditemukan di usus besar manusia, bakteri berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,4-0,7 μm x 1,4μm maka bakteri ini dapat juga dikatakan sebagai bakteri kokobasil, bersifat Gram negatif dengan sebagian besar memiliki gerak positif dan pada beberapa strain memiliki kapsul. Berdasarkan struktur antigennya E. coli memiliki antigen O, H, dan K. Antigen O pada E. coli yang telah ditemukan saat ini berjumlah 150 tipe antigen, antigen H sebanyak 50 tipe antigen dan antigen K sebanyak 90 tipe antigen. Antigen O merupakan bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel yang beberapa diantaranya yang merupakan polisakarida O-spesifik mengandung gula yang unik. Sebuah

23 8 organisme pada genus Enterobacteriaceae dapat membawa beberapa antigen O, sehingga satu atau beberapa antigen O pada E. coli dapat sama dengan spesies lain seperti Shigella. Antigen O pada E. coli bersifat resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya dapat terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antigen K pada E. coli merupakan polisakarida dan bisa berhubungan dengan tingkat virulensi bakteri seperti yang terjadi pada perlekatan E. coli ke sel epitel sebelum akhirnya menginvasi saluran cerna atau saluran kemih. Gambar 2.1 Morfologi E. coli Sumber : Al-jaryan, Isra L.H. A. L (University of Babylon) Bakteri E. coli juga memiliki antigen lain yang bersifat manosa resisten yaitu CFAs I dan CFAs II. Kedua antigen ini berperan sebagai Colonization Factor untuk perlekatan dinding sel bakteri dengan enterosit sel atau jaringan tuan rumah. Bakteri ini termasuk dalam jenis anaerob fakultatif sehingga dapat hidup baik pada kondisi aerob maupun anaerob. Dikatakan aerob karena oksigen yang dimanfaatkan oleh bakteri digunakan sebagai akseptor elektron terminal, sedangkan bakteri ini juga memanfaatkan sifatnya yang mampu menggunakan reaksi fermentasi 2, 19, 20, 21 untuk memperoleh energi meskipun secara anaerob. Menurut Brooks GF et al dalam Jawetz Medical Microbiology (2010) taksonomi dari bakteri E. coli adalah sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo : Prokaryotae : Gracilicutes : Scotobacteria : Eubacteriales

24 9 Famili Genus Spesies : Enterobacteriaceae : Escherichia :Escherichia coli Sifat Pertumbuhan Escherichia coli Bakteri Escherichia coli merupakan jenis bakteri yang dapat tumbuh di media manapun. Termasuk dalam golongan Enterobacteriaceae yang sifatnya anaerob fakultatif. Serupa dengan golongan Enterobactericeae yang lain E. coli tidak dapat memproduksi sitokrom 19, 22, 23, 24 oksidase dan dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Suhu optimum untuk pertumbuhan E. coli yang patogen adalah 35ᵒC - 37ᵒC dan akan motil pada suhu tersebut. Akan tetapi rentang suhu untuk pertumbuhan dapat mencapai 7ᵒC untuk suhu terendah dan 44ᵒC untuk suhu tertinggi. Bakteri ini juga tumbuh optimum pada kisaran ph 4,4-8,5 dan relatif sensitif terhadap panas. Proses pasteurisasi dan 19, 25 pemasakan makanan terbukti dapat menginaktivasi bakteri ini. Morfologi koloni bakteri ini pada media non selektif seperti NA, SBA (Sheep Blood Agar) serta Chocolate Agar adalah berukuran kecil sampai sedang, lembab, halus serta berwarna keabuan. Sebagian besar 2, 24 strain bakteri ini bersifat hemolisis beta (β Hemolytic). Gambar 2.2 E. coli dalam media EMB Sumber : Virtual Interactive Bacteriology Laboratory, Michigan State University

25 10 Isolasi bakteri pada media spesifik seperti EMB (Eosin Methylen Blue) dan MAC agar yang mengandung satu atau lebih karbohidrat seperti laktosa dan sukrosa. Pada media MAC bakteri akan membentuk koloni berwarna pink yang menandakan bahwa bakteri ini meragi laktosa, sedangkan pada media EMB bakteri akan membentuk koloni berwarna hijau metalik (hijau kilap) yang berhubungan dengan kemampuan bakteri ini dalam meragi glukosa, laktosa, trehalosa serta xylosa. Pada uji biokimia lainnya bakteri ini mampu memproduksi indol dari triptofan, positif pada uji Methyl red dan negatif pada uji Voges-Proskauer. Bakteri ini juga tidak menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. 20, 24, 26 Gambar 2.3 Hasil pewarnaan Gram Escherichia coli Sumber : Jawetz (2010) Patogenesis dan Penggolongan Escherichia coli Escherichia coli merupakan jenis bakteri koliform yang secara normal terdapat pada usus manusia, sehingga bakteri ini digunakan sebagai indikator sanitasi. Keberadaan bakteri ini pada air atau makanan mengindikasikan adanya pencemaran oleh feses manusia ataupun hewan dan dapat menyebabkan terjadinya kelainan atau penyakit pada manusia. Sebenarnya oleh karena sifat bakteri ini yang merupakan flora normal pada usus manusia, keberadaan bakteri ini tidak membahayakan bahkan justru

26 11 memungkinkan bermanfaat pada saluran cerna. Akan tetapi apabila jumlahnya melebihi ambang batas maka dapat menimbulkan kelainan atau penyakit yang mekanismenya berbeda-beda tergantung dari sifat virulensi 2, 23, 27 bakteri tersebut. Pembagian E. coli menurut golongan dan penyakit yang akan ditimbulkannya dibedakan atas ekstraintestinal dan intraintestinal. Dimana pada infeksi ekstraintestinal E. coli terdiri dari UPEC (Uropathogenic Escherichia coli) dan MNEC (Meningitis/Sepsis Associated Escherichia coli). Sedangkan kelompok intraintestinal atau Diarrheagenic E. coli terbagi lagi menjadi EPEC (Enteropathogenic Escerichia coli), EIEC (Enteroinvasive Escherichia coli), ETEC (Enterotoxigenic Escherichia coli), EHEC (Enterohemorrhagic Escherichia coli), dan EAEC (Enteroaggregative Escherichia coli). Dibawah ini akan dijabarkan mengenai patogenesis serta penyakit yang ditimbulkan akibat bakteri E. 20, 24, 26, 27 coli kelompok intraintestinal. 1) Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC) Merupakan jenis E. coli yang menyebabkan terjadinya infantile diarrhea. Bakteri ini ditemukan menjadi penyebab diare terbanyak pada bayi balita <1 tahun dan jarang ditemukan pada dewasa. Menurut WHO pada negara berkembang ditemukan lebih dari 20% EPEC terdapat pada botol susu pada bayi usia <1 tahun. Bakteri ini melekat pada enterosit usus manusia menggunakan bundle-forming pili melalui mekanisme yang disebut A/E (Attachment / Effacing) atau perlekatan / penghapusan. Pili pada bakteri melekat menggunakan bantuan protein intimin, kemudian setelah melekat bakteri menginjeksikan sistem sekresi tipe III yang diantaranya terdapat protein sekresi (Esps) yang beredar di sitoplasma dan reseptor untuk intimin yang akan melekat dibawah membran sel host. Selanjutnya akan terjadi pembentukan pedestal 20, 24, dan kerusakan mitokondria yang memicu terjadinya apoptosis. 27

27 12 Karakteristik lesi yang ditimbulkan oleh bakteri ini yaitu adanya degenerasi brush border, hilangnya mikrovili serta adanya pembentukan pedestal. Gejala yang ditimbulkan adalah adanya watery diarrhea dengan feses yang cenderung berlendir yang mungkin terjadi akibat gangguan transport elektrolit pada membran 20, 24, 27 luminal, muntah dan demam ringan. Gambar 2.4 Skematik sistem sekresi pada EPEC Sumber : Sheris edisi 6 (2014) 2) Enteroinvasive Esherichia coli (EIEC) Bakteri ini merupakan penyebab diare yang sifatnya serupa dengan penyakit shigellosis yang terjadi akibat Shigella. Ditemukan umumnya pada anak usia <5 tahun di negara berkembang. Secara mekanisme maupun sifat serupa dengan Shigella, bakteri ini melakukan penetrasi lalu menginvasi dan merusak mukosa usus secara langsung. Sehingga karakteristik feses pada diare akibat EIEC cenderung berair namun adakalanya berdarah. Gejala lain yang muncul pada diare akibat EIEC adalah demam, nyeri abdomen hebat, dan muntah. Sama dengan Shigella, bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan bisa non motil. Telah dilaporkan bukti bahwa EIEC dapat bertransmisi dari manusia ke 20, 21, 24, 27 manusia melalui fecal-oral.

28 13 3) Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) Bakteri ini dikenal sebagai penyebab dari terjadinya traveler s diarrhea. Banyak ditemukan pada dewasa dan anak-anak terutama pada negara berkembang. ETEC juga merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi pada 2 tahun pertama kehidupan, selain itu juga menyebabkan terjadinya retardasi pertumbuhan, malnutrisi dan keterlambatan perkembangan pada daerah-daerah endemis ETEC. Karena dosis infeksius bakteri ini tinggi sehingga transmisinya dapat terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, sedangkan transmisi dari 2, 27 manusia ke manusia jarang terjadi. Patogenesis terjadinya diare akibat ETEC terjadi karena adanya kolonisasi bakteri pada reseptor spesifik di bagian proksimal usus halus dengan menggunakan fimbrae. Ketika strain ETEC sudah masuk, bakteri ini dapat mengeluarkan 1 atau 2 toksin sekaligus. Toksin yang dimiliki bakteri ini berupa LT (Heat-Labile Toxin) dan ST (Heat-Stabile Toxin). Toksin LT menyebabkan aktivasi adenilil siklase yang selanjutnya akan meningkatkan produksi camp dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus. Sedangkan toksin ST memicu stimulasi guanilil siklase yang meningkatkan produksi cgmp dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus. 19, 24, 27 Mekanisme patogenesis pada ETEC menyebabkan karakteristik diare menjadi bersifat watery diarrhea. Gejala lain yang dapat muncul adalah kram perut, mual yang biasanya tanpa disertai muntah ataupun demam. 20 4) Enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC) Merupakan strain E. coli penyebab terjadinya bloody diarrhea atau diare berdarah. Bakteri ini menyebabkan berbagai gangguan seperti haemorrhagic diarrhea, kolitis hingga sindrom

29 14 uremia hemolitik (HUS). Berbeda dengan beberapa strain yang lain, bakteri ini lebih banyak menyebabkan penyakit pada negaranegara maju dibanding negara berkembang berkaitan dengan proses pengolahan makanan pada industri makanan kemasan. Hal yang menjadi perhatian pada EHEC adalah virulensinya yang tinggi, rendahnya dosis infeksi (<100 organisme), serta reservoarnya (sapi/lembu). EHEC menyebabkan lesi A/E seperti yang ditimbulkan oleh EPEC, perbedaannya terdapat pada adanya toksin yang diproduksi oleh EHEC serta adanya pili khusus (long polar fimbrae / Lpf) yang digunakan untuk melekat lebih pada kolon dibandingkan pada usus halus. EHEC memproduksi 2 jenis sitotoksin yakni verotoxin I dan verotoxin II. Verotoksin I merupakan sitotoksin yang identik dengan Shiga toxin (Stx) yang diproduksi Shigella dysenteriae tipe I. Toksin ini menyebabkan kerusakan sel vero. Toksin ini juga dinetralkan oleh antibodi anti toksin Stx. Berbeda dengan verotoksin I, verotoksin II tidak dapat dinetralkan oleh antibodi Stx dimana toksin ini secara biologis sama dengan verotoksin I dan Stx akan tetapi berbeda secara 20, 24, 27 imunologis. Toksin pada EHEC menyebabkan terjadinya trombosis kapiler dan inflamasi pada mukosa kolon sehingga pada tahap lanjut dapat menyebabkan kolitis hemoragik. Gejala khas dari diare akibat EHEC adalah diare encer (berair) yang akan berlanjut menjadi bloody diarrhea disertai kram perut dan demam ringan atau bahkan tanpa demam. Pada feses pada diare akibat EHEC tidak ditemukan adanya leukosit, hal ini menjadi pembeda dengan 20, 27 diare disentri akibat Shigella dan diare akibat EIEC. 5) Enteroaggregative Escherichia coli (EAEC) Merupakan strain E. coli yang menyebabkan terjadinya diare kronis dengan jangka waktu >14 hari. Diare yang ditimbulkan bersifat watery diarrhea terkadang dapat disertai darah dan lendir.

30 15 Diare akibat EAEC pertama kali ditemukan pada bayi dan anakanak di negara berkembang. EAEC mmemiliki pili yang disebut Aggregative Adherence Fimbriae atau AAF yang membantunya melekat pada mukosa usus, akan tetapi tidak menimbulkan lesi A/E seperti yang terjadi pada EPEC dan EHEC. Mekanisme patogenesis pada EAEC juga menyebabkan adanya pembentukan mukus tebal yang merupakan biofilm dari bakteri pada permukaan 2, 19, 27 usus Bakteri Salmonella sp Morfologi dantaksonomi Salmonella sp. Bakteri Salmonella merupakan salah satu jenis bakteri yang berada pada keluarga Enterobacteriaceae. Spesies dari genus Salmonella bersifat Gram negatif, motil, berbentuk batang, dan bersifat anaerob fakultatif. Untuk membedakan spesies Salmonella dikelompokkan berdasarkan spesies, subspesies dan serotipe. Genus Salmonella dibagi menjadi 2 spesies yakni Salmonella enterica dan Salmonella bongori. Spesies S. Enterica dibagi lagi menjadi 6 subspesies diantaranya subspesies enterica atau subspesies I; subspesies salamae atau subspesies II; arizonae atau IIIa; diarizonae atau IIIb; houtenae atau IV; indica atau VI 2, 20, 27 Gambar 2.5 Bakteri Salmonella typhi dengan pewarnaan tinta india Sumber : Miller, Michael (1997)

31 16 Serupa dengan Enterbacteriaceae yang lain, Salmonella juga memiliki beberapa antigen spesifik. Antigen O atau antigen somatik dan antigen H atau antigen flagela merupakan struktur antigen primer pada bakteri ini. Beberapa strain juga mungkin memiliki antigen kapsular atau antigen K. Antigen O merupakan antigen yang bersifat heat-stable atau stabil terhadap panas merupakan lipopolisakarida (LPS) yang berada di membran luar dinding sel. Terdapat banyak antigen O berbeda pada masing-masing subspesies dari Salmonella, bahkan terdapat beberapa strain yang memiliki lebih dari satu antigen O. Berkebalikan dengan antigen O, antigen H merupakan antigen yang heat-labile atau labil terhadap panas dan terdapat dua fase antigen H, yakni fase I atau fase 2, 24, 27 spesifik dan fase II atau fase nonspesifik. Menurut Brooks GF et al dalam Jawetz Medical Microbiology (2010) bakteri Salmonella memiliki taksonomi sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Bacteria : Proteobacteria : Gamma proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae : Salmonella : S. Typhi, S. Paratyphi A, S.Thyphimurium, S. Choleraesuis, S.Enteriditis Sifat Pertumbuhan Salmonella sp. Salmonella merupakan jenis organisme yang kebanyakan dapat diisolasi dari usus manusia dan hewan. Beberapa serotipe dapat diisolasi dari manusia (misalnya: Salmonella serotipe Typhi), sedangkan yang lain seperti Salmonella serotipe Gallinarum dan serotipe IV biasanya berhubungan dengan hewan tertentu sebagai hostnya. Sehingga penyebaran bakteri ini dapat melalui feses yang kemudian mencemari makanan atau sumber air. Sumber infeksi Salmonella paling sering adalah air yang terkontaminasi feses, susu atau produk olahannya yang

32 17 terkontaminasi ataupun melalui tahap pasteurisasi yang tidak sempurna, hingga daging maupun telur hewan ternak. Kemungkinan pencemaran akan semakin meningkat apabila tidak melalui tahapan pemasakan yang 2, 20 sempurna. Selain melalui host nya, bakteri ini juga dapat hidup diluar tubuh makhluk hidup bahkan hingga berminggu-minggu. Bakteri ini dapat bertahan hidup di air selama 4 minggu dan akan tumbuh pada ph 7,2 baik di suasana aerob dan anaerob fakultatif. Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri ini adalah 35-37ᵒC, pertumbuhannya akan terhenti pada suhu <6,7ᵒC atau >46,6ᵒC. 2 Gambar 2.6 Salmonella sp. dalam media Xylose-Lisine-Deoxycholate (XLD) Sumber : Forbes BA, Sham DF, dkk., 2007 Salmonella merupakan bakteri yang dapat ditanam pada media spesifik. Media yang digunakan dibedakan berdasarkan tingkat selektifitas nya, antara lain media dengan selektifitas rendah seperti MAC dan EMB; media dengan selektifitas sedang seperti deoxycholate-citrate agar, SSA (Salmonella Shigella Agar), dan HE; serta media dengan selektifitas tinggi seperti bismuth sulfite agar dan brilliant green agar. Pada media spesifik akan terbentuk koloni berwarna jernih, tidak memfermentasi laktosa; dan koloni dengan titik hitam di tengahnya pada media yang mengandung indikator untuk produksi H 2 S. Sebagian besar Salmonella tidak memfermentasi laktosa; hasil uji Indol, Voges-Proskauer, fenilalanin, deaminase dan urease negatif; serta tidak tumbuh pada media yang 2, 24 mengandung kalium sianida.

33 Patogenesis Salmonella sp. Berdasarkan penyakit yang berhubungan dengan Salmonella, atau biasa disebut Salmonellosis, bakteri ini dibagi berdasarkan jenis tifoid dan non tifoid. Pada jenis non tifoidal, Salmonella biasanya menyebabkan infeksi pada intestinal yang disertai dengan diare, demam, dan kram abdomen yang biasanya berlangsung 1 minggu atau lebih. Jenis non tifoidal juga dapat menimbulkan terjadinya bakteremia, infeksi saluran kemih, dan osteomielitis akan tetapi kasusnya lebih jarang terjadi. Salmonellosis bisa menyerang seluruh usia, akan tetapi angka kejadian tertinggi masih ditempati oleh bayi dan anak-anak. 20 Berbeda dengan Escherichia coli yang merupakan flora normal pada tubuh manusia, sebagian besar Salmonella bersifat patogen pada hewan yang menjadi reservoir untuk menginfeksi manusia. Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini yaitu : 1) Gastroenteritis Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella enterica. Biasanya terjadi akibat transmisi dari hewan ke manusia yang terjadi melalui makanan. Dosis infektif dari spesies ini berkisar antara bakteri akan tetapi bervariasi menurut serotipenya dan masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan Shigella, sehingga penyebaran dari manusia ke manusia sangat jarang terjadi. 27 Patogenesis penyakit ini terjadi akibat adanya penempelan Salmonella pada enterosit usus halus menggunakan sistem injeksi tipe III, selanjutnya akibat penempelan ini terbentuklah kerutan pada sel host, kerutan tersebut membantu terjadinya endositosis bakteri secara transitosis dari apeks menuju membran basolateral. Bakteri yang telah berhasil masuk selanjutnya akan memperbanyak diri dan menimbulkan respon inflamasi, salah satunya memicu terjadinya apoptosis. Terjadinya respon inflamasi, apoptosis dan pengeluaran toksin oleh bakteri sampai saat ini diyakini menjadi penyebab utama terjadinya diare. Keluhan khas yang ditimbulkan oleh spesies ini adalah muntah 24, 27 dan diare.

34 19 Gambar 2.7 Salmonella ruffles pada usus manusia Sumber : Ryan KJ, Ray CG ) Demam Enterik (Demam Tifoid) Demam enterik disebabkan oleh Salmonella typhi sehingga sering juga disebut sebagai demam tifoid. Spesies ini belum diketahui memiliki reservoir dari hewan, sehingga transmisi utamanya adalah dari manusia ke manusia. Demam tifoid lebih banyak terjadi pada area tropis dan subtropics, setelah organisme masuk ke tubuh manusia, demam tifoid akan mulai muncul dalam rentang waktu 9-14 hari. Gejala dari penyakit ini tergantung pada jumlah organisme yang tertelan, semakin banyak maka akan semakin pendek masa inkubasi 20, 24, 27 nya. Salah satu hal yang membedakan Salmonella typhi dengan serotipe yang lain adalah kemampuannya untuk bertahan pada makrofag, karena organisme ini mampu menghambat metabolisme oksidatif sambil terus bereplikasi. Bakteri ini akan terus bertahan dan memasuki aliran darah sehingga akan menimbulkan demam pada penderita. Gejala lain yang akan dialami adalah malaise, anoreksia, sakit kepala terutama di bagian frontal, konstipasi, munculnya rose spot atau bintik merah hingga dapat terjadi kerusakan hati dan limpa pada tahap 2, 27 lanjut.

35 20 3) Bakteremia Bakteremia karena Salmonella dengan atau tanpa lesi fokal ekstraintestinal (pada paru, tulang, maupun meninges) disebabkan oleh Salmonella non tifoidal. Karakteristik utama dari penyakit ini adalah adanya demam berkepanjangan dan bakteremia intermiten. Serotipe yang berhubungan pada penyakit ini biasanya adalah serotipe Typhimurium, Paratyphi, dan Cholerasesuis. Infeksi Salmonella pada jenis ini dibagi menjadi 2 kelompok berbeda: (1)pada anak-anak dengan adanya demam, gastroenteritis, serta episode singkat bakteremia, dan (2) pada dewasa dengan bakteremia transien selama gastroenteritis atau adanya gejala menuju septikemia tanpa adanya gastroenteritis. Manifestasi lebih lanjut adalah terjadinya keganasan dan kelainan pada hepar. Gambar 2.8 Patogenesis infeksi oleh Salmonella sp. Sumber : Richard V, dkk Pencegahan Pencemaran terhadap Makanan Peraturan Pemerintah Undang-undang no.7 tahun 1996 mengenai pangan yang didalamnya terdapat pengertian mengenai keamanan pangan. Keamanan pangan yang dimaksud adalah kondisi dan upaya yang

36 21 diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang bisa mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Untuk mendukung keamanan pangan ini pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI membuat keputusan mengenai higiene sanitasi pangan yang berarti upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Prinsip higiene sanitasi terdiri dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, pengangkutan makanan, 1, 11, 14 penyimpanan makanan matang dan penyajian makanan. Prinsip pertama dalam higiene sanitasi adalah pemilihan bahan makanan. Dalam memilih bahan makanan diharuskan memilih bahan makanan yang baik karena menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.942 tahun 2003 tentang Makanan Jajanan bahan makanan seharusnya diperoleh dari penyedia yang telah terdaftar dan memiliki izin, dalam 11, 28 kondisi mutu yang baik, segar serta tidak busuk. Penyimpanan bahan makanan dapat dibagi berdasarkan lama makanan tersebut bertahan. Terdapat suhu-suhu tertentu yang harus dipenuhi dalam menyimpan bahan makanan agar tidak mudah rusak, diantaranya penyimpanan sejuk (fresh cooling) dengan suhu 10ᵒ-15ᵒC untuk minuman, buah, dan sayuran; penyimpanan dingin (chilling) dengan suhu 4ᵒ-10ᵒC untuk bahan makanan protein seperti ikan atau unggas yang akan segera diolah (biasanya dalam waktu 1-3 hari); penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu 0ᵒ-4ᵒC untuk makanan berprotein yang mudah rusak dalam 24 jam; penyimpanan beku (frozen) dengan suhu <0ᵒC untuk menyimpan daging dalam waktu lebih lama. Untuk makanan jenis telur, susu, dan olahannya dapat disimpan paling lama 1 minggu dalam 2, 29, 30 suhu dibawah -5ᵒC. Dalam mengolah bahan makanan, pengolah tentu harus memperhatikan kondisi dari peralatan yang digunakan, karena sangat mungkin terjadi pencemaran dari peralatan baik akibat biologis maupun

37 22 kimiawi. Menteri Kesehatan RI dalam Permenkes nomor 942 tahun 2003 tentang hygiene sanitasi makanan menyebutkan bahwa peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan harus sesuai dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi, dicuci dengan air bersih dan sabun, dikeringkan dengan alat pengering/lab yang bersih, lalu disimpan di tempat yang bebas pencemaran. Begitu pula jika menggunakan tangan kosong dalam proses pengolahan, maka pengolah harus memperhatikan 2, 11 kebersihan tangannya. Ketika bahan makanan sudah masak dan masih harus disimpan sebelum disajikan merupakan saat yang paling tepat untuk pertumbuhan bakteri. Beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada makanan masak adalah kadar air, jenis makanan, dan suhu makanan. Bakteri senang dengan makanan yang mengandung kadar air bebas (air yang tidak terikat dengan molekul) yang tinggi, seperti pada tahu. Selain makanan basah, bakteri juga senang hidup dan berkembang biak dalam makanan dengan kadar protein tinggi karena sebagian besar tubuh bakteri mengandung protein dan air. Suhu yang optimal yakni pada kisaran 37ᵒC juga sangat mendukung pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri akan melambat pada suhu kurang atau lebih dari 37ᵒC dan tidak akan tumbuh pada suhu 10ᵒC-60ᵒC. Untuk menghindari agar makanan masak tidak tercemar maka makanan seperti tahu, daging, dan lain-lain yang disimpan dalam lemari es harus ditutup, tangan harus dicuci jika akan memegang makanan, peralatan seperti pisau dan alas untuk memotong harus selalu dicuci, serta tidak menggunakan lap pengering peralatan untuk mengelap 2, 29, 31 tangan ataupun meja. Dalam pengangkutan makanan, prinsipnya adalah makanan harus diletakkan dalam wadah masing-masing dan tidak penuh. Perlu diperhatikan juga suhu ketika meletakkan makanan dalam wadah, karena makanan yang terlalu panas apabila diletakkan dalam wadah tertutup maka dapat terjadi proses kondensasi dimana uap yang mencair ini merupakan 2, 29 media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

38 23 Proses akhir yakni penyajian makanan juga memiliki beberapa prinsip, diantaranya memisahkan setiap jenis makanan. Makanan dengan kadar air tinggi seperti makanan berkuah, makanan berbumbu yang bahan dasarnya air (bumbu kacang, dan lain-lain) sebaiknya dipisahkan kuahnya. Peralatan untuk penyajian makanan juga harus bersih, sedapat mungkin 2, 29 selalu tertutup agar terhindar dari cemaran. Selain prinsip hygiene sanitasi yang diatur oleh Departemen Kesehatan, WHO juga memiliki prinsip pokok untuk menjamin keamanan makanan, diantaranya adalah pilih makanan yang sudah diproses, masak bahan makanan dengan sempurna (hingga matang), segera santap makanan, pastikan menyimpan makanan masak dengan benar, panaskan kembali makanan dengan benar, hindari kontak makanan dengan bahan mentah, perhatikan kebersihan tangan (cuci tangan sesering mungkin), lindungi makanan dari serangga atau binatang lain, gunakan air bersih dalam mengolah makanan serta jaga kebersihan tempat mengolah 2, 11, 14 makanan Teknik Pemeriksaan Mikroorganisme pada Makanan Kultur mikroorganisme merupakan salah satu tahapan atau langkah dalam menganalisis mikroorganisme secara kualitatif ataupun kuantitatif. Kultur dilakukan terhadap sampel ke dalam media secara in vitro atau teknik laboratorium. Tujuan dilakukannya kultur adalah untuk memperoleh isolat atau inokulum dari biakan campuran pada sampel, memperbanyak jumlah mikroorganisme, menghitung jumlah mikroorganisme, mengetahui sifat-sifat mikroorganisme serta membantu penegakan diagnosis dengan teknik uji sensitivitas. 2 Umumnya terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil kultur mikroorganisme diantaranya yaitu jenis media kultur, sifat morfologis atau fisiologis dari mikroorganisme dan teknik yang dilakukan. 2 Alat dan bahan yang digunakan pada kultur yaitu jarum inokulasi yang terdiri dari jarum dengan ujung bulat (jarum ose) dan jarum dengan

39 24 ujung meruncing (jarum ent) serta batang berbentuk L ; berbagai jenis media untuk pertumbuhan mikroorganisme yang terdiri dari media agar tegak (agar deep media), media agar miring (agar slant media), media lempeng agar (agar plate media), dan media cair (broth media); serta tempat yang digunakan untuk inkubasi (inkubator) dan ruang inokulasi (laminary flow). 2, 25 Dalam melakukan kultur terhadap mikroorganisme ada beberapa metode yang dapat dilakukan yaitu, (1) metode cawan gores (streak plate method), metode ini dilakukan dengan cara menggoreskan suspensi sampel pada media lempeng agar dengan menggunakan jarum inokulasi. Dapat dilakukan dengan teknik goresan T, goresan kuadran, goresan radian, dan goresan sinambung; (2) metode cawan tuang (pour plate method) yang dilakukan dengan mencampur media yang telah dicairkan bersama suspensi sampel untuk selanjutnya dituang pada cawan petri steril dan ditunggu hingga padat; (3) metode perataan (spread plate method), metode ini biasanya dilakukan untuk uji sensitivitas mikroorganisme terhadap agen kimiawi; (4) metode titik (spot method), dilakukan inokulasi menggunakan jarum ose pada permukaan media agar lempeng atau agar miring secara titik; (5) metode tusukan (deep method), metode ini dilakukan dengan meneteskan atau menusukan ujung jarum ose yang di dalamnya terdapat inokolum,kemudian dimasukan kedalam media. Metode tusukan biasanya dilakukan untuk uji motilitas atau pergerakan 2, 3, 25, 32, 33 mikroorganisme.

40 25 Gambar 2.9 Metode cawan tuang dan perataan pada kultur mikroorganisme Sumber : Tortora GJ Perhitungan Koloni Bakteri Perhitungan pertumbuhan bakteri dapat dilakukan setelah bakteri tumbuh pada media pembiakan. Perhitungan ini dapat dilakukan baik secara langsung dengan mikroskopis menggunakan Petroff-Hausser cell counter maupun secara tidak langsung dengan teknik hitung cawan (plate count), filtrasi atau penyaringan, MPN (most probable number), mengukur kekeruhan, aktivitas metabolime, berat kering sel hingga konsumsi nutrien pada bakteri. 2, 34 Pada metode penghitungan tidak langsung, salah satunya metode hitung cawan, bakteri dihitung menurut SPC (standart plate count). Bakteri yang dianggap sebagai satu koloni merupakan bakteri yang membentuk koloni berukuran besar, kecil atau menjalar. Selanjutnya penghitungan dapat dilakukan baik dengan menggunakan colony counter 2, 34, 35 maupun dihitung manual dengan memberi titik pada cawan. Hasil dari penghitungan ini dimasukkan kedalam beberapa kelompok seperti pada tabel dan dihitung dengan rumus jumlah koloni per sampel 35, 37 seperti berikut.

41 26 Tabel 2.1 Penggolongan hasil penghitungan TPC Jumlah koloni/ cawan petri Keterangan (Colony Form Unit) CFU Dapat dihitung, ideal menggunakan rumus >300 CFU TBUD (Terlalu Banyak/ Tidak Bisa Untuk Dihitung) <30 CFU TSUD (Terlalu Sedikit Untuk Dihitung) Tidak membentuk koloni dan Spreader >1/4 cawan petri Sumber : Harti AS, 2015 Koloni per ml = jumlah koloni per cawan x 1 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 Pelaporan hasil penghitungan koloni dilakukan sesuai dengan beberapa ketetapan sebagai berikut Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua, yaitu angka satuan dan desimal. Jika angka ketiga 5 maka ia harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka yang ke dua. 3. Jika semua pengenceran didapatkan angka 30 koloni per cawan petri, maka yang dihitung adalah jumlah koloni pada pengenceran terendah. Jumlah sebenarnya tetap dicantumkan 4. Jika semua pengenceran didapatkan angka 300 koloni per cawan petri, maka yang dihitung adalah jumlah koloni pada pengenceran tertinggi. Jumlah sebenarnya tetap dicantumkan 5. Jika pada dua cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan jumlah koloni antara dan perbandingan antara hasil pengenceran tertinggi dan terendah 2 maka hitung rata-ratanya untuk pelaporan. Jika perbandingan keduanya 2 maka ambil nilai terkecil untuk pelaporan 6. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) setiap pengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, sehingga

42 27 harus dihitung rata-ratanya terlebih dahulu. Pilih hasil duplo yang memiliki jumlah koloni antara Jika pada pengenceran yang terendah menghasilkan angka 0, misal 0 x 101 maka hasilnya dilaporkan sebagai (est < 101) Hasil penghitungan dari setiap pengenceran selanjutnya dimasukkan kedalam rumus berikut ini Uji Biokimiawi Bakteri Uji Fermentasi Karbohidrat Bakteri memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menggunakan karbohidrat untuk metabolisme. Penggunaan laktosa menjadi salah satu parameter penentu pada uji fermentasi karbohidrat. Hasil akhir dari fermentasi karbohidrat ditentukan oleh sifat mikroba, media yang digunakan, serta faktor lingkungan berupa ph dan suhu.24, 38 Fermentasi merupakan proses oksidasi biologi dengan karbohidrat sebagai substratnya. Beberapa jenis karbohidrat yang digunakan pada uji fermentasi karbohidrat antara lain, laktosa, maltosa, mannitol, dan sukrosa. Berbeda dengan glukosa yang dapat langsung masuk jalur fermentasi tahap pertama, laktosa, maltosa, mannitol, dan sukrosa harus dihidrolisis terlebih dahulu agar menjadi monosakarida penyusunnya. Laktosa akan menjadi glukosa dan galaktosa, maltosa menjadi dua molekuk glukosa, mannitol menjadi manosa atau galaktosa, serta sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.24, 38 Hasil positif pada uji fermentasi karbohidrat terlihat pada perubahan warna media menjadi kuning dan adanya gas yang terlihat pada tabung durham.38

43 28 Gambar 2.10 Tabel Karakteristik Biokimia Beberapa Spesies Enterobacteriaceae Sumber : Mishra, KS Uji MRVP Metabolisme karbohidrat pada bakteri akan menghasilkan produk berupa asam piruvat. Degradasi yang lebih lanjut dari asam piruvat akan menghasilkan asam campuran sebagai hasil akhir. Bakteri enterik akan melalui 2 jalur yang berbeda pada proses metabolisme asam piruvat yaitu fermentasi asam campuran atau jalur butilen glikol. Uji MRVP dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari fermentasi glukosa, dan masing-masing 24, 38 tes akan mendeteksi produk akhir dari jalur yang berbeda. Pengujian menggunakan metil merah dan voges-proskauer termasuk dalam uji IMViC yang terdiri dari uji indol, metil merah, vogesproskauer serta citrate / sitrat dimana masing-masing uji memiliki kemampuan yang berbeda terutama untuk identifikasi bakteri. 38 Uji metil merah digunakan untuk mengetahui adanya fermentasi asam campuran. Beberapa bakteri dapat memfermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai produk yang bersifat asam sehingga dapat menurunkan ph media pertumbuhannya hingga 5,0. Pada akhir pengamatan, indikator metil merah yang ditambahkan pada media akan menunjukkan perubahan ph menjadi asam dan media menjadi berwarna merah apabila hasil uji positif. Apabila suasana lingkungan basa maka 24, 38 media akan berwarna kuning dan hasilnya negatif.

44 29 Glukosa asam piruvat fermentasi asam campuran (ph 4,4) warna merah Uji pada indikator Voges-Proskauer metil merah digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang mampu memfermentasikan karbohidrat dengan hasil akhir 2,3-butanadiol sebagai produk utama yang kemudian bahan tersebut akan menumpuk di media pertumbuhan. Setelah dilakukan inkubasi, akan ditambahkan indikator berupa α-naftol dan KOH 40%. Asetoin yang merupakan senyawa pemula dalam sintesis 2,3-butanadiol akan terdeteksi setelah penambahan KOH 40% dan mengubah warna medium menjadi merah yang berarti hasil uji adalah positif. 24, 38 Glukosa asam piruvat asetoin diasetil + KOH + α- naftol kompleks merah 2,3-butanadiol Uji SIM (Sulfide Indol Motility) Mikroorganisme dapat menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Salah satu komponen asam amino yang lazim adalah asam amino triptofan. Asam amino triptofan akan dihidrolisis oleh enzim triptofanase dan menghasilkan indol, asam piruvat dan amonia. 24 Bakteri yang memiliki enzim triptofanase akan menghidrolisis asam amino triptofan yang memiliki gugus samping indol. Sehingga indol akan bereaksi dengan reagen kovach atau erlich dan menghasilkan senyawa para aminobenzaldehid yang tidak larut dalam air dan membentuk warna merah pada permukaan medium. Sedangkan hasil negatif berarti bakteri tidak dapat membentuk indol dari asam amino triptofan sebagai sumber 24, 30, 38 energi. Uji indol juga dapat digunakan untuk melihat adanya motilitas dari bakteri. Dengan menggunakan media SIM (Sulfide Indol Motility) dapat diketahui pergerakan bakteri. Apabila terdapat gambaran awan pada garis tusukan maka dapat dikatakan positif untuk motilitas. Selain itu dapat

45 30 diketahui pula untuk produksi H 2 S dengan terbentuknya presipitat 24, 38 berwarna hitam Uji Sitrat Uji sitrat digunakan untuk menentukan apakah bakteri menggunakan natrium sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Dengan adanya sitrat media menggunakan garam amonium sebagai satu-satunya sumber nitrogen. Bakteri yang dapat menggunakan sitrat akan menggunakan garam amonium dan menghasilkan amonia, sehingga asam akan dihilangkan dari medium dan menyebabkan peningkatan ph. Peningkatan ph akan mengubah warna medium dari hijau menjadi biru. Gambar 2.11 Uji penggunaan sitrat (tengah : hasil positif) Sumber : Mahon, CR Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) Media TSIA terdiri dari 3 jenis gula yaitu glukosa, sukrosa, dan laktosa. Terdapat juga tambahan fero sulfat dan sodium tiosulfat untuk mendeteksi produksi gas H 2 S. Hasil positif untuk produksi gas H 2 S adalah terbentuknya warna hitam pada media. 24 Media TSIA dibuat dengan cara dituang miring sehingga akan terbentuk bagian lereng dan dasar. Bagian lereng bersifat aerob sedangkan bagian dasar anaerob. Fenol merah digunakan sebagai indikator ph dimana akan berwarna kuning jika ph dibawah 6.8 (TSIA yang belum digunakan berwarna merah karena ph 7,4). Isolasi bakteri pada media TSIA dilakukan dengan menggunakan ose jarum yang digoreskan pada

46 31 permukaan lereng dan ditusuk tepat di tengah media. Hasil isolasi dituliskan dengan cara menyebutkan hasil pada lereng diikuti garis miring ( / ) dan hasil pada bagian dasar. Reaksi yang dapat timbul antara lain 24, 38 : a) lereng merah (-) / Dasar kuning (+) -/+, menandakan adanya fermentasi glukosa b) Lereng kuning (+) / Dasar kuning (+) +/+, fermentasi laktosa dan / atau sukrosa c) Lereng merah (-) / Dasar merah (-) -/-, tidak memfermentasi gula dan tidak membentuk gas ataupun H 2 S d) Ruang udara dibawah medium terbentuknya gas sehingga medium terangkat keatas e) Warna hitam pada medium terbentuknya H 2 S Gambar 2.12 Berbagai reaksi pada uji TSIA Sumber : Mahon, CR Gambar 2.13 Tabel karakteristik biokimia keluarga Enterobacteriaceae Sumber : Mahon, CR. 2015

47 Kerangka Teori Batagor Bakteri.. Tahu Adonan ikan Sumber protein hewani dan nabati Kadar protein dan air tinggi Kontaminasi saat pengolahan bahan Kuah kacang/k uah bakso Termasuk air bebas Suhu hangat Salmonella sp. Penetrasi di epitel usus Gangguan transpor elektrolit Sekresi cairan usus E. coli Permeabilitas epitel usus cairan Toksin LT dan ST Gangguan motilitas Waktu transit Media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri Rentan terjadi infeksi akibat pangan Foodborne disease Diare Bagan 2.1 Kerangka Teori 2.3 Kerangka Konsep Sampel batagor pengenceran Penanaman pada NA Penanaman di media EMB dan SSA Penghitungan koloni bakteri Jumlah koloni bakteri Pewarnaan Gram Uji biokimia Bagan 2.2 Kerangka Konsep Bakteri Salmonella sp. dan E. coli teridentifikasi

48 33 Variabel Bebas : Batagor yang telah dihaluskan dan dilakukan pengenceran Variabel Terikat : Jumlah koloni bakteri di media Nutrient Agar (NA), keberadaan E. coli dan Salmonella sp. serta hasil uji biokimia 2.4 Definisi Operasional Tabel 2.2 Definisi Operasional No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Bakteri Bakteri Gram negatif, Pewarnaan Warna, bentuk, - 1. Escherichia coli berbentuk batang pendek (kokobasil) Gram, isolasi bakteri EMB dan uji biokimia susunan, dan sifat bakteri Bakteri Bakteri Gram negatif, Pewarnaan Warna, bentuk, - 2. Salmonella sp. berbentuk batang panjang Gram, isolasi bakteri SSA dan uji biokimia susunan, dan sifat bakteri 3. Jumlah koloni bakteri Banyaknya jumlah bakteri dari sampel batagor dalam media NA (Nutrien Agar) Spidol dan hitungan manual Jumlah area tumbuh koloni Numerik Uji Biokimia Aktivitas yang diatur oleh Tabel hasil uji Karakteristik - 4. Bakteri enzim dengan menggunakan biokimia pada biokimia nutrisi dari lingkungan literature bakteri menurut sekitarnya jenis koloni

49 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian terhadap jajanan batagor ini menggunakan metode deskriptif dengan desain potong lintang dan menggunakan teknik TPC (Total Plate Count) untuk mengetahui jumlah koloni bakteri. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada bulan Januari 2016 sampai Juli Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Seluruh pangan jajanan batagor yang dijual di sekolah dasar negeri di Kelurahan Pisangan, Cirendeu, dan Cempaka Putih Ciputat Timur Sampel Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling sehingga jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 5 sampel 3.4 Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beker (250mL dan 500 ml), erlenmeyer (250mL dan 500mL), tabung ukur (100mL dan 10 ml), tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, bunsen, spatula, pinset, pipet, ose (bulat dan jarum), batang L, korek api, tip (1000μ dan 100μ), mikropipet (1000μL dan 100μL), blender, autoklaf, oven, inkubator, kulkas, laminar, vortex, timbangan, hot plate, magnetic stir, tisu, kapas, plastik tahan panas, handscoon, masker, larutan untuk 34

50 35 pewarnaan Gram (KKU, lugol, alkohol 90%, safranin), mikroskop, minyak immersi, kertas bekas, tabung durham Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah batagor, media Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar (NA), Salmonella Shigella Agar (SSA), Eosin Methylen Blue (EMB), media fermentasi karbohidrat, IMViC, citrate, dan indikator uji biokimia (erlich, methyl red, KOH) 3.5 Cara Kerja Penelitian Tahap Persiapan Sterilisasi Alat dan Bahan a. Sterilisasi Basah Alat dan bahan yang disterilisasi dengan autoklaf diantaranya adalah media NA, EMB, SSA, NB, uji biokimia (gula-gula, IMViC, TSIA) baik yang akan maupun telah digunakan serta tabung reaksi dan tip yang dibungkus plastik. Sterilisasi basah dilakukan menggunakan autoklaf pada suhu 121ᵒ C selama 1,5 jam. b. Sterilisasi Kering Alat dan bahan yang disterilisasi dengan oven diantaranya cawan petri, pinset, spatula yang sebelumnya telah dibungkus dengan kertas. Sterilisasi kering dilakukan menggunakan oven sampai suhu mencapai 150ᵒC Pengambilan dan Persiapan Sampel Sampel dibeli di lingkungan sekitar sekolah dasar negeri di Kecamatan Ciputat Timur yang menjual batagor yaitu terdapat 5 sekolah diantaranya SDN Cirendeu 01, SDN Pisangan 03, SDN Cempaka Putih 03, SDN Cempaka Putih 02, dan SDN Pisangan 05 dibeli dalam kondisi suhu bervariasi dalam kisaran waktu antara sampai

51 36 Sampel yang telah dibeli langsung dimasukkan kedalam kulkas dengan suhu 3ᵒC selama 3-4 jam agar kondisi makanan tidak mengalami perubahan. Ketika akan digunakan untuk pengujian, sampel dikeluarkan dari kulkas diblender hingga halus lalu ditimbang seberat 10gr Pembuatan Media dan Penanaman Sampel Pembuatan Media NB dan Pengenceran Media NB ditimbang sebanyak 2 gr, masukkan ke dalam gelas beker yang telah berisi akuades 153 ml. Kemudian panaskan dengan hotplate pada suhu 150 C. Setelah itu tuang pada 7 tabung reaksi sebanyak 9mL dan 90mL pada erlenmeyer 250mL. Lakukan sterilisasi di autoklaf pada suhu 121 C. Setelah dingin masukkan kedalam kulkas bersuhu 3 C. Sampel yang telah diblender hingga halus dan ditimbang seberat 10gr lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer yang telah berisi 90mL NB. Kemudian campuran sampel dan NB tadi di vortex hingga homogen. Lalu ambil sampel sebanyak 1mL menggunakan tip 1000μL, pindahkan ke dalam tabung reaksi 1 yang telah berisi NB sebanyak 9mL kemudian lakukan vortex kembali. Lakukan hal yang sama hingga tabung reaksi ke 6. Tabung reaksi ke 7 tidak dilakukan pengenceran dan dibiarkan hanya berisi NB untuk dijadikan sebagai kontrol negatif Pembuatan Media dan Penanaman Sampel pada NA Media NA ditimbang sebanyak 4 gr, masukkan ke dalam gelas beker yang telah berisi akuades 140 ml. Kemudian panaskan dengan hotplate pada suhu 150 C selama 15 menit. Setelah itu masukkan ke dalam tabung erlenmeyer 250mL. Lakukan sterilisasi di autoklaf pada suhu 121 C. Tuang media kedalam cawan petri sebanyak ±20mL, bila telah mengeras masukkan kedalam kulkas bersuhu 3 C. Setelah dilakukan pengenceran, ambil sebanyak 0,1mL menggunakan mikropipet dengan tip 100μL dari tabung reaksi lalu teteskan pada 2 cawan petri berisi NA. Beri label pada masing-masing

52 37 cawan mulai dari 2-1;2-2 hingga 5-1;5-2. Pada kontrol negatif ambil sebanyak 0,1ml dari tabung reaksi kontrol lalu teteskan pada satu cawan petri kemudian beri label kontrol. Siapkan batang L, rendam dalam alkohol. Lalu tiap akan digunakan keluarkan batang L dari alkohol dan dilewatkan diatas api 1-2 kali, diamkan hingga batang L tidak panas lagi. Goreskan pada permukaan media untuk meratakan larutan sampel. Cawan yang sudah berisi sampel selanjutnya diinkubasi selama 24 jam Pembuatan Media dan Penanaman Sampel pada EMB dan SSA Siapkan erlenmeyer dan gelas beker masing-masing berisi 40 ml akuades. Timbang media EMB sebanyak 1,5 gr masukkan ke dalam gelas beker yang telah berisi 40 ml akuades. Kemudian panaskan dengan hotplate pada suhu 150 C selama 15 menit. Setelah itu masukkan ke dalam tabung erlenmeyer 250mL. Sterilisasi erlenmeyer yang berisi akuades dan erlenmeyer yang berisi EMB di autoklaf pada suhu 121 C. Tuang media EMB kedalam cawan petri sebanyak ±20mL, bila telah mengeras masukkan kedalam kulkas bersuhu 3 C. Timbang media SSA sebanyak 2,4 gr. Masukkan media SSA yang telah ditimbang ke dalam akuades pada erlenmeyer yang telah di sterilisasi. Kemudian panaskan dengan hotplate pada suhu 150 C selama 15 menit. Tuang media kedalam cawan petri sebanyak ±20mL, bila telah mengeras masukkan kedalam kulkas bersuhu 3 C. Ambil 0,1ml larutan sampel dari pengenceran 10-1 lalu teteskan pada 2 cawan petri berisi EMB dan 2 cawan petri berisi SSA. Siapkan batang L, rendam dalam alkohol. Lalu tiap akan digunakan keluarkan batang L dari alkohol dan dilewatkan diatas api 1-2 kali, diamkan hingga batang L tidak panas lagi. Goreskan pada permukaan media untuk meratakan larutan sampel. Cawan yang sudah berisi sampel selanjutnya diinkubasi selama 24 jam.

53 Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram Bakteri yang telah tumbuh di media spesifik Salmonella Shigella Agar (SSA) dan Eosin Methylen Blue (EMB) diidentifikasi dengan menggunakan pewarnaan Gram. Mula-mula siapkan ose bulat, lalu panaskan ose hingga pijar kemudian ambil NaCl atau akuades steril menggunakan ose. Teteskan pada kaca objek yang sebelumnya telah diberi batas berbentuk oval dibagian bawahnya. Panaskan kembali ose hingga pijar, diamkan hingga tidak panas. Ambil koloni bakteri yang telah tumbuh pada media dengan ose, lalu oleskan pada kaca objek dan ratakan dengan NaCl atau akuades steril yang telah diteteskan sebelumnya (tidak melewati batas). Lewatkan kaca objek diatas api kecil atau diamkan hingga mengering sendiri. Letakkan kaca objek diatas rak pewarnaan. Teteskan Kristal Karbol Ungu (KKU) atau Gentian Violet, diamkan selama 5 menit, bilas dengan air mengalir. Teteskan Lugol, diamkan selama 1 menit, bilas dengan air mengalir. Teteskan alkohol sampai tidak ada lagi warna ungu yang luntur. Teteskan Safranin, diamkan 45 detik, bila dengan air mengalir. Lalu keringkan kaca objek dengan tisu (tidak di gosok atau diusap bagian atasnya). Teteskan minyak imersi diatas kaca objek lalu amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x.

54 Pembuatan dan Identifikasi Bakteri dengan Uji Biokimia a) Media Gula-gula Media gula-gula yang terdiri dari glukosa, laktosa, maltosa, mannitol, sukrosa ditimbang sebanyak 1 gr lalu masukkan ke dalam gelas beker yang telah berisi 100mL akuades. Lalu tambahkan pepton water sebanyak 1 gr ke dalam gelas beker. Panaskan dengan hotplate pada suhu 150ᵒC selama 10 menit. Selagi dipanaskan, beri sedikit brom kresol purpur sampai warna larutan berubah menjadi ungu. Setelah itu tuang sebanyak 4mL pada tabung reaksi dan masukkan tabung durham dan beri label masing-masing tabung reaksi. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 C. Setelah dingin masukkan kedalam kulkas bersuhu 3 C.. Bakteri yang telah tumbuh pada media EMB dan SSA selanjutnya diinokulasi pada media gula-gula. Panaskan ose bulat hingga pijar, diamkan beberapa saat lalu ambil koloni bakteri, masukkan ke dalam tabung reaksi, aduk dengan memutar dan menaik turunkan ose hingga koloni tercampur dengan larutan. Letakkan media pada inkubator selama 24 jam. Hasil positif pada uji gula-gula adalah adanya perubahan warna medium menjadi kuning dan positif membentuk gas apabila terdapat gelembung udara pada tabung durham. b) Media Methyl Red dan Voges-Proskauer Media methyl red dan voges-proskauer masing-masing ditimbang sebanyak 2,5 gr lalu masukkan ke dalam gelas beker yang telah berisi 50mL akuades. Panaskan dengan hotplate pada suhu 150ᵒC selama 10 menit. Setelah itu tuang sebanyak 4mL pada tabung reaksi. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 C. Setelah dingin masukkan kedalam kulkas bersuhu 3 C. Ambil koloni bakteri yang telah tumbuh pada media EMB dan SSA menggunakan ose bulat yang telah dipanaskan hingga pijar dan didiamkan beberapa saat. Masukkan ose ke dalam tabung reaksi, aduk

55 40 dengan memutar dan menaik turunkan ose hingga koloni tercampur dengan larutan. Letakkan media pada inkubator selama 24 jam. Hasil positif pada uji MRVP adalah terbentuknya warna merah pada medium setelah ditambahkan indicator methyl red untuk MR dan KOH untuk VP. c) Media Sulfide Indol Motility (SIM) Media SIM ditimbang sebanyak 2 gr lalu masukkan ke dalam gelas beker yang telah berisi 50mL akuades. Panaskan dengan hotplate pada suhu 150ᵒC selama 10 menit. Setelah itu tuang sebanyak 4mL pada tabung reaksi. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 C. Setelah dingin masukkan kedalam kulkas bersuhu 3 C. Siapkan ose jarum, panaskan hingga pijar lalu diamkan beberapa saat. Ambil koloni bakteri pada media EMB dan SSA lalu tusukkan pada media SIM secara lurus dan tepat ditengah. Letakkan media pada inkubator selama 24 jam. Hasil positif pada uji indol adalah terbentuknya warna merah pada medium setelah ditambahkan indikator erlich dan adanya hasil positif untuk motilitas adalah gambaran awan pada tempat tusukan d) Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) Media TSIA ditimbang sebanyak 1,5 gr lalu masukkan ke dalam gelas beker yang telah berisi 50mL akuades. Panaskan dengan hotplate pada suhu 150ᵒC selama 15 menit. Setelah itu tuang sebanyak 4mL pada tabung reaksi. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 C. Posisikan tabung secara miring sebesar 45ᵒ, setelah dingin masukkan kedalam kulkas bersuhu 3 C. Siapkan ose jarum, panaskan hingga pijar lalu diamkan beberapa saat. Ambil koloni bakteri pada media EMB dan SSA lalu goreskan ose pada permukaan media TSIA (bagian lereng/miring media), kemudian tusukkan ose secara lurus tepat di tengah media (sekali tusuk). Letakkan media pada inkubator selama 24 jam. Hasil positif pada uji TSIA adalah

56 41 adanya perubahan warna medium menjadi kuning dan terbentuknya gas sehingga medium terangkat keatas e) Media Simmon Citrate Agar (Sitrat) Media sitrat ditimbang sebanyak 1,5 gr lalu masukkan ke dalam gelas beker yang telah berisi 50mL akuades. Panaskan dengan hotplate pada suhu 150ᵒC selama 15 menit. Setelah itu tuang sebanyak 4mL pada tabung reaksi. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 C. Posisikan tabung secara miring sebesar 45ᵒ, setelah dingin masukkan kedalam kulkas bersuhu 3 C. Ambil koloni bakteri yang telah tumbuh pada media EMB dan SSA menggunakan ose bulat yang telah dipanaskan hingga pijar dan didiamkan beberapa saat lalu goreskan ose pada permukaan media Sitrat (bagian lereng media). Letakkan media pada inkubator selama 24 jam. Hasil positif pada uji sitrat adalah adanya perubahan warna media menjadi biru.

57 Alur Penelitian Sampel batagor dihaluskan dengan blender Pengenceran sampel dengam media NB Pengenceran 10-1 Pengenceran 10-2, 10-3,10-4,10-5 Kontrol negatif Media SSA dan EMB Agar Media NA Inkubasi selama 24 jam, suhu 37 C Pewarnaan Gram Uji Biokimia Penghitungan koloni bakteri Lihat bakteri dalam mikroskop (100x) Amati perubahan pada media uji Menghitung jumlah koloni bakteri Bagan 3.1 Alur Penelitian 3.7 Managemen Data Data penelitian hasil uji bakteri dari sampel batagor terhadap bakteri Escherichia coli serta Salmonella sp akan dijelaskan secara deskriptif dalam bentuk tabel untuk melihat jumlah bakteri yang terdapat pada batagor, hasil identifikasi bakteri E. coli dan Salmonella sp. dilakukan dengan pewarnaan Gram maupun uji biokimia.

58 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Hasil Kultur Bakteri dengan Metode TPC (Total Plate Count) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikerjakan dengan menanam sampel pada media agar Nutrient Agar (NA) tampak koloni bakteri yang tumbuh seperti tampak pada gambar berikut. Pengenceran 10-3 Pengenceran 10-4 Gambar 4.1 Pertumbuhan bakteri pada sampel 1 di media NA dengan konsentrasi pengenceran 10-3 dan 10-4 Berdasarkan gambar diatas, pada media NA tampak koloni berbentuk bulat, berwarma putih dan bersifat universal sehingga bisa ditumbuhi bakteri baik Gram positif maupun negatif, dan tujuan isolasi pada media ini untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Setiap koloni pada berbagai konsentrasi pengenceran yang telah tumbuh pada media NA dihitung, sehingga didapat hasil sebagai berikut. 43

59 44 Tabel 4.1 Jumlah Koloni pada Setiap Sampel dengan Berbagai Pengenceran Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Konsentrasi Keterangan : Sampel 1 : SDN Cirendeu 01 Sampel 4 :SDN Cempaka Putih 02 Sampel 2 : SDN Pisangan 03 Sampel 5 : SDN Pisangan 05 Sampel 3 : SDN Cempaka Putih 03 Selanjutnya untuk menentukan jumlah koloni bakteri pada setiap sampel, terlebih dahulu dilakukan perhitungan sesuai rumus perhitungan koloni per ml dan didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.2 Jumlah Koloni Setiap Sampel Sesuai Rumus Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Konsentrasi x x x x x x x x x x x x x x x x 10 5 Untuk menentukan rerata jumlah koloni pada tiap sampel dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus perhitungan rerata jumlah koloni bakteri tiap sampel dan didapatkan hasil sesuai tabel 4.3 Tabel 4.3 Interpretasi Penghitungan pada Setiap Sampel sampel Rata-rata jumlah Keterangan koloni (CFU/gram) Sampel 1 1,3 x 10 6 Melebihi ambang batas Sampel 2 2,3 x 10 4 Melebihi ambang batas Sampel 3 6,0 x 10 4 Melebihi ambang batas Sampel 4 1,1 x 10 3 Tidak melebihi ambang batas Sampel 5 3,1 x 10 5 Melebihi ambang batas Keterangan : CFU = Colony Form Unit

60 45 Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa 4 dari 5 sampel yang diuji seluruhnya memiliki jumlah koloni yang melebihi ambang batas. Berdasarkan keputusan Dirjen POM No 03726/B/SK/VII/89 bahwa ambang batas maksimum bakteri pada makanan adalah sejumlah 10 4 CFU/gram. 37 Sampel 1 memiliki jumlah koloni terbanyak dibandingkan dengan sampel yang lain dengan jumlah koloni 1,3 x 10 6 CFU/gram, sedangkan sampel 4 merupakan sampel dengan jumlah koloni paling sedikit yakni sejumlah 1,1 x 10 3 CFU/gram dan merupakan satu-satunya sampel yang tidak melebihi ambang batas. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jajanan batagor yang dijual di lingkungan sekolah dasar di wilayah Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih tidak layak dikonsumsi. Akan tetapi belum dapat ditentukan secara spesifik jenis bakteri yang tumbuh, karena hanya dihitung berdasarkan pertumbuhannya pada media NA. Selain ketentuan mengenai nilai ambang batas jumlah koloni yang ditetapkan oleh BPOM berdasarkan metode ALT (Angka Lempeng Total) atau TPC (Total Plate Count), BPOM melalui Badan Standarisasi Nasional juga membuat ketetapan mengenai nilai ambang batas jumlah cemaran mikroba pada makanan berdasarkan metode APM atau MPN (Most Probable Number) maka kategori jajanan batagor termasuk dalam jenis makanan olahan lainnya dengan ambang batas maksimum <3/g atau <3/ml untuk jenis koliform (Escherichia coli) dan negatif/25 g atau negatif/25 ml untuk Salmonella sp. 37 Penelitian terhadap ragam jajanan dilakukan oleh Tita Rialita dkk (2005) di lingkungan sekitar kampus Universitas Padjajaran Jatinangor Bandung didapatkan hasil tertinggi untuk MPN koliform sebanyak 240 sel/100 ml pada jajanan batagor. Sehingga disimpulkan dari rata-rata jumlah MPN pada jajanan batagor termasuk dalam risiko bahaya kategori tinggi karena melebihi ambang batas. Penelitian pada makanan jajanan juga dilakukan oleh Mega Mirawati dkk (2014) di salah satu sekolah dasar di daerah Pondok Gede

61 46 Bekasi dan menunjukkan hasil positif terkontaminasi bakteri Salmonella sp. pada 6 sampel dari 13 sampel sebesar 46% yang diuji menggunakan media SSA dan uji biokimia. Dari beberapa hasil penelitian diatas dan penelitian yang saya lakukan, ada banyak faktor yang mampu mempengaruhi tercemarnya makanan jajanan yang dijual. Faktor tersebut diantaranya adalah : 1. Sumber bahan makanan yang terlebih dahulu terkontaminasi 2. Proses pengolahan makanan yang terkontaminasi baik dari tempat maupun pengolah 3. Tahapan penyajian makanan yang meliputi tempat dan cara 4. Proses pemasaran makanan baik dari tempat makanan, tempat pemasaran dan sanitasi penjual makanan yang kurang baik Isolasi Bakteri dalam Media Spesifik dan Pewarnaan Gram Setelah diisolasi pada media NA (Nutrient Agar), yang bertujuan untuk mengetahui bakteri yang terdapat pada sampel makanan maka selanjutnya dilakukan isolasi pada media Eosin Methylen Blue (EMB) dan media Salmonella Shigella Agar (SSA). Sampel yang akan diinkubasi pada media EMB dan SSA diambil dari pengenceran 10-1 dan dilakukan inkubasi selama 24 jam dan didapatkan hasil seperti yang disajikan pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Identifikasi bakteri berdasarkan warna koloni yang dihasilkan Sampel EMB SSA 1 Pink, pink keunguan Pink 2 Hijau kilap logam, pink keunguan Pink, putih 3 Pink, ungu Pink putih, putih bertitik hitam 4 Hijau kilap logam, pink, pink keunguan Pink 5 Ungu Pink putih, putih bertitik hitam

62 47 Berdasarkan tabel 4.4 hasil isolasi pada media EMB yang menghasilkan koloni berwarna hijau kilat logam terdapat pada sampel 2 dan 4, menurut Connie R. Mahon et al (2015) bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang dapat memfermentasi laktosa dengan cepat dan memproduksi banyak asam sehingga menghasilkan koloni kilap logam dengan endapan pigmen hijau metalik. Pada tabel 4.4 juga ditemukan koloni berwarna pink, pink keunguan dan ungu, menurut Ryan dan Ray (2014) terdapat bakteri lain yang dapat tumbuh pada media EMB yaitu famili Enterobacteriaceae contohnya Klebsiella sp., Enterobacter aerogenes, dan Pseudomonas aeruginosa. Berbeda dengan E. coli bakteri Salmonella sp merupakan bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa, sehingga pada tabel 4.4 terbentuk koloni yang berwarna putih dan putih dengan titik hitam pada sampel 2, 3, dan 5. Menurut Connie M. R et al (2015) media SSA juga dilengkapi dengan Fe (besi) sehingga bakteri yang dapat memecah asam amino yang mengandung sulfur dan berikatan dengan air akan menghasilkan H 2 S dan endapan berupa garam FeS yang berwarna hitam. Gambar 4.2 Hasil Kultur Bakteri dari Sampel Batagor yang diisolasi pada media EMB dan SSA Dari hasil isolasi pada media EMB dan SSA, didapatkan dari total 5 sampel yang diuji 2 diantaranya (40%) mengandung E. coli dengan koloni yang berwarna hijau kilap logam dan 3 diantaranya (60%) mengandung

63 48 Salmonella sp. dengan koloni berwarna putih atau putih dengan bintik hitam di tengahnya. Menurut Yunaenah (2009) juga melakukan penelitian terhadap makanan jajanan termasuk batagor di lingkungan sekolah dasar di wilayah Jakarta Pusat yang diisolasi pada media EMB. Hasil yang didapatkan adalah 37 dari 65 sampel yang diteliti positif terkontaminasi E. coli. Penelitian juga dilakukan oleh Nindya Permata (2015) dengan sampel berupa makanan jajanan termasuk batagor yang diisolasi pada media spesifik SSA dan didapatkan hasil 4 dari 11 sampel positif mengandung Salmonella sp termasuk salah satunya pada batagor. Dengan demikian makanan jajanan batagor ini tidak layak konsumsi karena jumlah kontaminasi bakterinya melebih ambang batas. Penelitian lain dilakukan oleh Puspitasari RL (2013) dengan sampel makanan dan minuman yang didapat dari pedagang di sekitar sekolah dasar di daerah Sisingamangaraja dengan menggunakan media EMB, hasilnya menunjukkan bahwa batagor termasuk salah satu sampel makanan yang tercemar E. coli, dibuktikan dengan pertumbuhan koloni hijau kilap logam pada media EMB. Aditia Lasinrang dan Muthiadin Cut (2015) juga melakukan penelitian untuk mengetahui kualitas mikrobiologis pada jajanan di sekitar kampus II UIN Alauddin. Hasil penelitian menunjukkan adanya cemaran oleh coliform yang melebihi ambang batas yakni Coliform/gram pada sampel batagor dan batas nilai maksimum MPN adalah 10 coliform/gram. Pada penelitian ini bakteri yang telah tumbuh pada media EMB dan SSA dilakukan identifikasi dengan menggunakan pewarnaan Gram untuk mengetahui morfologi dari bakteri tersebut dengan hasil sebagai berikut.

64 49 \ Salmonella sp. Escherichia coli Gambar 4.3 Hasil Pewarnaan Gram dari Kultur Bakteri Berdasarkan hasil pewarnaan Gram yang diamati dengan mikroskop pada pembesaran 100x didapatkan 2 morfologi bakteri, yaitu bakteri yang berbentuk batang panjang, berwarna merah dan bersifat Gram negatif diduga bakteri Salmonella sp. dan bakteri dengan bentuk kokobasil (batang pendek), berwarna merah, dan bersifat Gram negatif yang diduga bakteri Escherichia coli Uji Biokimia terhadap Bakteri Uji biokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi setiap koloni yang tumbuh pada media EMB dan SSA, sehingga diperoleh sifat biokimia dan metabolisme bakteri tersebut. Hasil uji biokimia pada masing-masing koloni baik pada media EMB maupun SSA adalah sebagai berikut.

65 50 A. Inokulasi Bakteri pada Media EMB 1. Uji Fermentasi Karbohidrat Tabel 4.5 Uji Fermentasi Karbohidrat (gula-gula) dari media EMB Hasil Uji Biokimia Pink Pink Keunguan Warna Koloni Hijau Kilat Logam Ungu Glukosa +g +g +g +g Laktosa +g +g +g +g Maltosa +g +g +g +g Mannitol +g +g +g +g Sukrosa +g +g +g +g Hasil uji fermentasi karbohidrat didapatkan seluruh jenis koloni positif pada seluruh karbohidrat seperti glukosa, laktosa, maltosa, mannitol, dan sukrosa disertai dengan pembentukan gas. Menurut Harley (2012) perubahan warna media menjadi kuning karena adanya indikator phenol red akibat terbentuknya asam pada media uji fermentasi karbohidrat. Akan tetapi sesuai dengan hasil kultur pada media EMB dengan warna koloni yang terbentuk bergantung pada kemampuan bakteri dalam fermentasi laktosa, sehingga perubahan warna pada media uji karbohidrat juga bervariasi antara kuning pekat hingga kuning terang. Pada media EMB terdapat koloni hijau kilat logam yang merupakan koloni Escherichia coli, menurut Jorgensen (2015) E. coli dapat memfermentasi glukosa, laktosa, maltosa, mannitol dan sukrosa yang sesuai dengan hasil pada penelitian ini.

66 51 Gambar 4.4 Hasil Positif Uji Gula-Gula Menurut Connie R. Mahon et al (2015) apabila bakteri mampu memfermentasi semua karbohidrat maka artinya terjadi proses glikolisis yang menghasilkan produk akhir berupa piruvat yang akan dikonversi sehingga membentuk asam. Asam tersebut kemudian diubah menjadi H 2 dan CO 2 melalui mekanisme enzim hidrogen lyase sehingga menghasilkan gas, gas yang terbentuk akan terperangkap ke dalam tabung durham Uji IMViC dan TSIA Tabel 4.6 Uji IMVIC dan TSIA dari Media EMB Hasil Uji Biokimia Pink Pink Keunguan Warna Koloni Hijau Kilat Logam Ungu Indol Motility MR VP Citrate TSIA +/+ gas +/+ gas +/+ gas -/+ gas Hasil uji IMViC pada koloni berwarna pink dan hijau kilap logam menunjukkan hasil (-, +, -, +). Pada penelitian ini hasil uji indol tidak sesuai

67 52 dengan karakteristik bakteri E. coli yang indolnya positif. Hal ini dapat terjadi karena produksi indol oleh bakteri belum cukup untuk bereaksi dengan dimetylaminobenzaldehide yang ada pada reagen erlich sehingga tidak menghasilkan senyawa rosindol yang berwarna merah. Akan tetapi menurut Connie R. Mahon et al (2015) bakteri dari genus Escherichia sebagian besar indolnya positif dan beberapa kultur dapat juga indolnya neagtif. 45 Hasil uji IMViC pada koloni pink keunguan dan ungu menunjukkan hasil (-, -, -, +). Pada penelitian ini uji MR tidak sesuai, hal ini disebabkan koloni yang tumbuh merupakan famili Enterobacteriaceae selain E. coli contohnya Enterobacter aerogenes yang merupakan bakteri butanediol fermenter sehingga pada uji MR ph yang dihasilkan >4 dan tidak mengubah warna indikator methyl red. Menurut Harley (2012) hasil MR negatif dapat juga disebabkan karena produksi asam campuran hasil fermentasi belum cukup untuk mengubah ph hingga 5 dan mengubah warna indikator menjadi merah. A B c D Gambar 4.5 (A) Hasil negatif indol dan positif motilitas, (B) Hasil positif MR dan negatif VP, (C) hasil +/+ gas pada TSIA dan positif sitrat (D) hasil -/+ gas TSIA

68 53 Hasil uji TSIA pada koloni pink, pink keunguan, dan hijau kilap logam menunjukkan hasil +/+ gas sesuai dengan hasil uji fermentasi karbohidrat. Hasil tidak sesuai didapatkan pada koloni ungu yang positif pada semua fermentasi karbohidrat akan tetapi -/+ gas pada TSIA. Hal ini dapat terjadi karena menurut Prescott dan Harley (2012) bakteri E. coli dapat menunjukkan hasil (+) pada dasar media TSIA dan (+) atau (-) pada lerengnya. A. Inokulasi Bakteri pada Media SSA 1. Uji Fermentasi Karbohidrat Tabel 4.7 Uji Fermentasi Karbohidrat (gula-gula) dari Media SSA Hasil Uji Biokimia Warna Koloni Pink Putih Putih bertitik hitam Glukosa +g +g +g Laktosa +g - - Maltosa +g +g - Mannitol +g - - Sukrosa +g +g +g Berdasarkan hasil uji fermentasi karbohidrat pada koloni putih dan putih bertitik hitam menunjukkan hasil negatif pada laktosa dan mannitol. Menurut Brooks (2010) bakteri Salmonella sp. tidak memfermantasi laktosa sehingga tidak terjadi perubahan warna indikator phenol red akibat tidak adanya produksi asam.

69 54 Gambar 4.6 Hasil positif (warna media kuning) dan hasil negatif (warna media ungu) uji gula-gula Hasil uji biokimia tidak sesuai didapatkan pada koloni berwarna pink yang menunjukkan hasil positif pada semua karbohidrat. Menurut Harley (2012) terdapat bakteri yang dapat memfermentasi laktosa yang tumbuh pada media SSA contohnya Escherichia coli, Klebsiella sp., dan Enterobacter aerogene, sehingga menghasilkan koloni berwarna pink dan hasil positif pada semua uji fermentasi karbohidrat Uji IMViC dan TSIA Tabel 4.8 Uji IMVIC dan TSIA dari Media SSA Warna Koloni Hasil Uji Biokimia Pink Putih Putih bertitik hitam Indol Motility MR VP _ - - Citrate TSIA +/+gas -/+ gas -/+ gas

70 55 Hasil uji IMViC pada koloni pink menunjukkan hasil (-, +, -, +) yang sesuai dengan karakteristik bakteri Enterobacteriaceae yang memfermentasi laktosa seperti Escherichia coli. Hal ini didukung dengan hasil +/+ gas pada uji TSIA yang menunjukkan terjadi fermentasi laktosa 21, 24, 25 oleh bakteri tersebut. Hasil uji IMViC pada koloni putih menunjukkan hasil (-, -, -, +), pada penelitian ini hasil uji MR tidak sesuai dengan bakteri Salmonella sp. yang menghasilkan MR positif. Menurut Harley (2012) hasil MR negatif dapat terjadi karena produksi asam campuran hasil fermentasi belum cukup untuk mengubah ph hingga 5 dan mengubah warna indikator menjadi merah. Hasil uji IMViC pada koloni putih dengan titik hitam menunjukkan hasil (-, +, -, -) yang sesuai dengan karakteristik bakteri Salmonella sp. 24 Perbedaan hasil uji sitrat pada koloni putih dengan putih titik hitam dapat terjadi karena adanya perbedaan spesies. Menurut Breed, RS (1994) bakteri dari genus Salmonella merupakan bakteri yang dapat atau tidak dapat menggunakan garam amonium sebagai satu-satunya sumber nitrogen, sehingga dapat menghasilkan hasil (+) maupun (-) pada uji citrate. 46 Hasil uji TSIA pada koloni putih dan putih dengan titik hitam didapatkan hasil -/+ gas menurut Ryan dan Ray (2014) bakteri Salmonella sp. tidak memfermentasi laktosa sehingga tidak terjadi perubahan warna lereng pada media TSIA. 45 Penelitian terkait uji biokimia untuk identifikasi bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. dilakukan oleh Islam MM et al (2014) dengan sampel feses dan makanan ayam dengan menggunakan media SSA, EMB, dan Mac Conkey serta dilakukan uji biokimia. Hasil yang didapat dari koloni hijau kilap logam pada media EMB adalah positif pada laktosa, sukrosa, mannitol, indol, dan MR. Hasil uji TSIA didapatkan lereng dan dasar berwarna kuning serta menghasilkan gas (+/+g) sesuai dengan

71 56 karakteristik bakteri E. coli, sedangkan pada koloni berwarna putih yang tumbuh di SSA didapatkan hasil positif pada mannitol dan hasil negatif pada uji MR, laktosa, sukrosa, VP, dan indol. Pada hasil uji TSIA didapatkan lereng berwarna merah dan dasar kuning (-/+H2S) serta menghasilkan H 2 S 47, 48 sesuai dengan karakteristik bakteri Salmonella sp. 4.2 Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan beberapa keterbatasan antara lain: Tidak dilakukan pengukuran suhu sampel makanan jajanan saat dibeli Tidak dilakukan penilaian terhadap higienitas baik pada penjual, lingkungan serta dalam proses pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penyajian makanan Tidak dilakukan penilaian terhadap pengetahuan akan higienitas makanan pada penjual dan siswa sekolah dasar sebagai pembeli makanan Tidak dilakukan quality control terhadap media dan reagen indikator yang digunakan sehingga tidak diketahui kualitasnya Tidak diketahui secara pasti makanan tersebut menyebabkan diare terutama pada siswa sekolah dasar tempat sampel diambil karena tidak dilakukan penilaian terhadap hubungan kejadian diare dengan kontaminasi makanan jajanan

72 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Pada seluruh sampel jajanan batagor terdapat cemaran bakteri Jumlah koloni bakteri pada 4 dari 5 sampel yang diuji melebihi ambang batas normal yang ditetapkan Dirjen BPOM Diduga terdapat bakteri Escherichia coli dalam 2 sampel dari 5 sampel uji dan diduga terdapat bakteri Salmonella sp. dalam 3 dari 5 sampel uji pada sampel dengan berat 10 gram Hasil uji biokimia terhadap koloni pada media EMB dan SSA 100% menunjukkan adanya bakteri dari famili Enterobacteriaceae dari beberapa genus sehingga menghasilkan beberapa perbedaan reaksi 5.2 Saran Sesuai dengan keterbatasan penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut: Penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan dengan mengukur suhu makanan terlebih dahulu sehingga dapat diketahui suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri Penelitian lebih lanjut disertai dengan penilaian terhadap higienitas baik pada penjual, lingkungan serta dalam proses pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penyajian makanan sehingga dapat diketahui faktor penyebab terbanyak kontaminasi bakteri pada makanan Penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan pada reagen yang digunakan sehingga dapat meminimalisir terjadinya hasil uji biokimia yang tidak semestinya 57

73 58 Penilitian lebih lanjut dengan menilai hubungan kejadian diare pada siswa sekolah dasar dengan kontaminasi makanan jajanan Penelitian lebih lanjut dengan menilai pengetahuan penjual jajanan dan siswa sekolah dasar sebagai pembeli tentang higienitas makanan

74 DAFTAR PUSTAKA 1. Badan POM RI. Laporan Tahunan Badan POM Mei [cited 2016 Agustus 04]. Available from : 2. Lubis, P. A. H. Identifikasi Bakteri Escherichia coli serta Salmonella sp. yang Diisolasi dari Soto Ayam. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta Badan POM RI. Pengujian Mikrobiologi Makanan. Info POM Peengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Vol. 9, No. 2. Maret [cited 2016 Agustus 04]. Available from: pdf 4. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Pangan Jajanan Anak Sekolah. Info DATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI ISSN [cited 2016 Agustus 04]. Available from: 5. Supraptini. Kejadian Keracunan Makanan dan Penyebabnya Di Indonesia Jurnal Ekologi Kesehatan (3) : Badan POM RI. Keracunan Pangan Akibat Bakteri Patogen Bagian I. Sentra Informasi POM Pengawas Obat dan Makanan [cited 2016 Agustus 05]. Available from: 7. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Triwulan II [cited 2016 Agustus 05]. Available from: 8. Yunaenah. Kontaminasi E. coli pada Makanan Jajanan di Kantin Sekolah Dasar Wilayah Jakarta Pusat Tahun Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI. Jakarta

75 60 9. Mirawati, Mega dkk. Identifikasi Salmonella pada Jajanan yang Dijual di Kantin dan Luar Kantin Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (2) : Kamus Besar Bahasa Indonesia. [cited 2016 Agustus 02]. Available from: Kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. [cited 2016 Agustus 03]. Available from: Marda, Nurwafiah dkk. Analisis Mutu Mikrobiologis pada Pangan Jajanan Anak di SD Kompleks Lariangbangi Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar Badan POM RI. Keracunan Pangan Akibat Bakteri Patogen Bagian II. Sentra Informasi POM Pengawas Obat dan Makanan [cited 2016 Agustus 06]. Available from: Sugiri, Yoni Darmawan. Keamanan Pangan. BP3HK Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. [cited 2016 Agustus 06]. Available from: Setyorini, Endah. Hubungan Praktk Higiene Pedagang dengan Keberadaan Escherichia coli pada Rujak yang Dijual Di Sekitar Kampus Universitas Negeri Semarang. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Semarang Siagian, Albiner. Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber Pencemarannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat. USU. Medan Kurniawati, Desy. Studi Kualitatif Cara Pengolahan Makanan pada Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Solo Rahmawati, Fitri. Teknologi Proses Pengolahan Tahu dan Pemanfaatan Limbahnya. Fakultas Teknik. UNY. Yogyakarta. 2013

76 Sari, Mulia. Uji Bakteriologis dan Resistensi Antibiotik Terhadap Bakteri Escherichic coli dan Shigella sp pada Makanan Gado-Gado di Kantin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta Jorgensen, JH et al. Manual of Clinical Microbiology 11th edition Volume 1. Washington DC: ASM Press Halaman Brooks, GF et al. Jawetz, Melnick & Adelberg s Medical Microbiology 25th edition. New York: McGraw-Hill Companies Chapter Pommerville, JC. Alcamo s Fundamentals of Microbiology 9th edition. Canada: Jones and Bartlett Publishers Halaman Mishra SK, Agrawal Dipti. A Concise Manual of Pathogenic Microbiology. New Jersey: Wiley-Blackwell Halaman Mahon, CR. Textbook of Diagnostic Microbiology 5th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier Halaman Staf Pengajar FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara Kayser, FH. Medical Microbiology. New York: Thieme Stuttgart Halaman Ryan KJ, Ray CG. Sherris Medical Microbiology 6th edition. New York: McGraw-Hill Halaman Widiastuti, Kadek. Konsumsi Pangan yang Sehat dan Aman. Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali.[cited 2016 Agustus 10]. Available from: L%20HKS% pdf 29. Rahmi, HA. Manajemen Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan di Rumah Sakit Haji Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta Sari DA, Hadiyanto. Teknologi dan Metode Penyimpanan Makanan Sebagai Upaya Memperpanjang Shelf Life. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol.2 No Sarjono, PR dkk. Profil Kandungan Protein dan Tekstur Tahu Akibat Penambahan Fitat pada Proses Pembuatan Tahu. JSKA Vol. IX No

77 Tortora, GJ et al. Microbiology an Intoduction 12th edition. New York: Pearson Thomas, Margie dkk. Teknik Isolasi dan Kultur. Fakultas Kedokteran. USU. Medan Kusnadi dkk. Buku Teks Mikrobiologi FMIPA UPI. [cited 2016 Agustus 12]. Available from: KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusnadi,dkk/ BAB_IV_PERTUMB.BAKTERI.pdf 35. Harti AS, Dra., M.Si. MIKROBIOLOGI KESEHATAN: Peran Mikrobiologi dalam Bidang Kesehatan Edisi 1. Yogyakarta: Andi Halaman Rofi i, Fatkhan. Hubungan Antara Jumlah Total Bakteri dan Angka Katalase terhadap Daya Tahan Susu. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor Badan Standarisasi Nasional RI. Standar Nasional Indonesia (SNI) No tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta Lazuardi, Wirapraja dkk. Identifikasi Uji Biokimia Bakteri Bacillus sp. sebagai Bakteri Petrofilik Pendegradasi Kontaminan pada Proses Bioremediasi. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. IPB. Bogor Raharja, ZT. Identifikasi Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang dari Depot di Kelurahan Pisangan dan Cirendeu. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta Horvath RS, Ropp ME. Mechanism of Action of Eosin-Methylene Blue Agar in the Differentiation of Escherichia coli and Enterobacter aerogenes. International Journal of Systematic Microbiology Vol. 24 No. 2. April 1974, p

78 Liem Joshua, Drastini Yarsi. Identifikasi Escherichia coli O127:H7 pada Susu Sapi Perah dan Lingkungan Peternakan. Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 9 No. 2. September Yuswananda, NP. Identifikasi Bakteri Salmonella sp. pada Makanan Jajanan di Masjid Fathullah Ciputat Tahun Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta Puspitasari, RL. Kualitas Jajanan Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi Vol. 2 No. 1. Maret Aditia Lasinrang, Muthiadin Cut. Uji Kualitas Mikrobiologis pada Makanan Jajanan di Kampus II UIN Alauddin Makassar. Jurnal Ilmiah Biologi Vol.3 No. 2. Desember Halaman Prescott LM, Harley JP. Laboratory Exercises in Microbiology fifth edition. New York: McGraw-Hill Companies p Breed, RS et al. Bergey s Manual of Determinative Bacteriology 9th edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins p Tze, EE. Characterization of Escherichia coli Isolated from Village Chicken and Soil Samples. Faculty of Resources Science and Technology. University Malaysia. Sarawak Islam, MM et al. Isolation and Identification of Escherichia coli and Salmonella from Poultry Litter and Feed. International Journal of Natural and Social Sciences p. 1-7

79 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Penghitungan Penelitian Tabel 1 Jumlah Koloni pada Setiap Pengambilan dengan Teknik Duplo Kons entra si 10-2 ke ke ke ke ke ke ke ke 2 Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Penga mbila n 1 Penga mbila n 2 Penga mbila n 1 Penga mbila n 2 Penga mbila n 1 Penga mbila n 2 Penga mbila n 1 Penga mbila n 2 Penga mbila n 1 Penga mbila n Tabel 2 Jumlah Rata-rata Koloni pada Setiap Pengambilan Kons entra si Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Penga mbila n 1 Penga mbila n 2 Penga mbila n 1 Penga mbila n 2 Penga mbila n 1 Penga mbila n 2 Penga mbila n 1 Penga mbila n 2 Penga mbila n 1 Penga mbila n

80 65 Tabel 3 Jumlah Koloni pada Setiap Sampel Rata-rata Jumlah Bakteri (CFU/gram) 1,3 x ,3 x ,0 x ,1 x ,1 x 105 Konsen trasi Sampel Penghitungan Rata-Rata Jumlah Bakteri Sampel 1 Jumlah Bakteri = 1 5 x x x x = 1,3 x 106 Sampel 2 Jumlah Bakteri = 46 x x x x = 2,3 x 104 Sampel 3 Jumlah Bakteri = 13 x x x x = 6,0 x 104 Sampel 4 Jumlah Bakteri = 13 x x x x = 1,1 x 103 Sampel 5 Jumlah Bakteri = 13 x x x x = 3,1 x 105 Keterangan Melebihi ambang batas Melebihi ambang batas Melebihi ambang batas Tidak melebihi ambang batas Melebihi ambang batas

81 66 Lampiran 2 Alat dan Bahan Vortex Timbangan digital Hot plate Kulkas Kulkas Laminar air flow autoklaf Inkubator Oven

82 67 Lampiran 2 (lanjutan) Alat dan Bahan blender mikroskop Indikator uji biokimia Set pewarnaan Gram Bubuk Media Padat Bubuk Media cair Tabung reaksi dan rak Set alat laboratorium

83 68 Lampiran 3 Alur Kerja Penelitian Pembuatan media cair (NB) Sterilisasi bahan media Pembuatan media padat (NA, EMB, SSA) Menghaluskan sampel dengan blender Sampel ditimbang sebanyak 10gr Sampel dimasukkan ke NB Sampel pada media NB divortex Penanaman sampel pada media agar Ideentifikasi dengan uji biokimia

84 69 Lampiran 4 Hasil Penelitian 10-2 (1) 10-2 (2) 10-3 (1) 10-3 (2) 10-4 (1) 10-4 (2) 10-5 (1) 10-5 (2) kontrol

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Bakteri ini termasuk flora normal tubuh yang berbentuk batang pendek (kokobasil) berukuran 0,4-0,7 μm x 1,4 μm. Bersifat Gram negatif. E. coli memiliki 150 tipe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman

Lebih terperinci

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Parameter Fisika dan Kimia Air Sumur Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Rumah (Musca domestica) Lalat rumah (M. domestica) merupakan lalat yang paling umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. M. domestica

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Higienis dan Sanitasi Higienis adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosis 1. Pengolahan sosis Bahan dasar sosis adalah daging giling, dan bahan tambahan antara lain bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak, penyedap,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai penghasil energi yang digunakan tubuh dalam melakukan aktivitas demi kelangsungan hidupnya. Ada berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Keamanan pangan Menurut Undang-undang Republik Indonesia no. 18/2012 tentang pangan, bahwa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Minum Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat-syarat air minum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak

Lebih terperinci

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME MAKANAN DAN KEMASAN Bahan pangan mempunyai mikroflora spesifik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar karena makanan adalah sumber energi manusia. Makanan yang dikonsumsi manusia mempunyai banyak jenis dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. xvii

TINJAUAN PUSTAKA. xvii xvii TINJAUAN PUSTAKA Daging Ayam Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu serta organ dalam. Persentase bagian yang dipisahkan sebelum menjadi karkas adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Familia Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili Bovinae. Sapi banyak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bangsa ( breed) sapi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. sayap (terbang) yang berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. sayap (terbang) yang berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak menggunakan sayap (terbang) yang berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak menggunakan kakinya. Oleh karenanya daerah

Lebih terperinci

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Marselinus Laga Nur Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Bacilus cereus Gram-positif Aerobik membentuk endospora Tahan terhadap panas kering dan disinfektan kimia

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella sp PADA SIOMAY YANG DIJUAL DI KANTIN SD NEGERI DI KELURAHAN PISANGAN, CIRENDEU, DAN CEMPAKA PUTIH

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella sp PADA SIOMAY YANG DIJUAL DI KANTIN SD NEGERI DI KELURAHAN PISANGAN, CIRENDEU, DAN CEMPAKA PUTIH IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella sp PADA SIOMAY YANG DIJUAL DI KANTIN SD NEGERI DI KELURAHAN PISANGAN, CIRENDEU, DAN CEMPAKA PUTIH Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foodborne disease adalah penyakit yang ditularkan lewat makanan, dengan ciri berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala umum sakit perut, diare dan atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009) TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri Salmonella sp. Gambar 1. Mikroskopis kuman Salmonella www.mikrobiologi Lab.com) sp. (http//. Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013. Sterilisasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Salmonella spp. dengan Metode SNI

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Salmonella spp. dengan Metode SNI HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Salmonella spp. dengan Metode SNI Lima puluh contoh kotak pengangkutan DOC yang diuji dengan metode SNI menunjukkan hasil: empat contoh positif S. Enteritidis (8%).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Makanan dan minuman selain berfungsi dalam mendukung kesehatan juga bisa menjadi sumber penyakit bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli BAB II TINJAUAN PUSTAKA Escherichia coli merupakan bakteri komensal yang dapat bersifat patogen, bertindak sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia (Tenailon

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lebih terperinci

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Prodi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen pelengkap minuman (Hadi, 2014). Es batu termasuk produk yang penting dalam berbagai bidang usaha

Lebih terperinci

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rata-Rata Jumlah Bakteri yang Terdapat pada Feses Sapi Potong Sebelum (inlet) dan Sesudah (outlet) Proses Pembentukan Biogas dalam Reaktor Tipe Fixed-Dome Hasil perhitungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam 4 TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

PATOGENISITAS MIKROORGANISME PATOGENISITAS MIKROORGANISME PENDAHULUAN Pada dasarnya dari seluruh m.o yg terdapat di alam, hanya sebagian kecil saja yg patogen maupun potensial patogen. Patogen adalah organisme yg menyebabkan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut WHO yang dimaksudkan makanan adalah semua benda yang termasuk dalam diet manusia sama ada dalam bentuk asal atau sudah diolah. Makanan yang dikonsumsi hendaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan badan. Makanan yang dikonsumsi harus aman dan

Lebih terperinci

BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1. Materi Penelitian 2.1.1. Lokasi Sampling dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini sampel diambil dari lokasi-lokasi sebagai berikut: 1. Rumah Pemotongan Hewan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coliform Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob atau fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella sp. DAN Escherichia coli PADA BUMBU GADO-GADO, SIOMAY, DAN CILOK DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella sp. DAN Escherichia coli PADA BUMBU GADO-GADO, SIOMAY, DAN CILOK DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 1 IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella sp. DAN Escherichia coli PADA BUMBU GADO-GADO, SIOMAY, DAN CILOK DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coliform 1. Pengertian Coliform Coliform merupakan bakteri yang memiliki habitat normal di usus manusia dan juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya Escherechia,

Lebih terperinci

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan MIKROORGANISME PATOGEN Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan Sub Pokok Bahasan Definisi mikroorganisem pathogen Infeksi dan intoksikasi Jenis-jenis mikroorganisme pathogen dalam makanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Pencemaran Kuman Listeria monocytogenes

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Pencemaran Kuman Listeria monocytogenes HASIL DAN PEMBAHASAN Tiga puluh sampel keju impor jenis Edam diambil sebagai bahan penelitian. Sampel keju impor diambil didasarkan pada frekuensi kedatangan keju di Indonesia, dilakukan di Instalasi Karantina

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu dari beberapa bangsa sapi potong asli Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam penyediaan kebutuhan daging bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman dibutuhkan manusia untuk hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahu merupakan makanan yang biasa dikonsumsi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Asia lainnya. Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya

Lebih terperinci

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia ARTIKEL PENELITIAN ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA 1 Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia 1 Dosen Pengajar Program Studi D-III Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang observasi dan pemeriksaannya hanya dilakukan dalam satu waktu untuk memperoleh gambaran kualitas air

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang memiliki keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Kondisi tersebut tentu sangat potensial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk sekitar Kecamatan Semampir Surabaya dari 5 kelurahan diantaranya Ujung, Ampel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut

Lebih terperinci

Bacillius cereus siap meracuni nasi anda

Bacillius cereus siap meracuni nasi anda AWAS!! Bacillius cereus siap meracuni nasi anda 14 Mei 2008 Iryana Butar Butar Farmasi/B/078114094 Universitas Sanata Dharma Kingdom: Bacteria Phyllum : Firmicutes Classis : Bacilli Ordo : Bacillales Familia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode deskriptif. B. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, yang luas wilayahnya 64,79 KM atau sekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah 12.101,66 km 2 dengan jumlah penduduk 1.044.284 jiwa. Khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. E. coli termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, tiga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah produk pangan yang siap hidang atau yang langsung dapat dimakan, biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau di masak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Air Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2 atomhidrogen berikatan dengan sebuah atom oksigen melalui ikatan kovalen tersebut, sebesar 11,02

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes.

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes. ABSTRAK GAMBARAN POPULASI BAKTERI KOLIFORM PADA AIR CUCIAN ALAT MAKAN YANG DIGUNAKAN OLEH PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG JALAN SALAH SATU UNIVERSITAS KOTA BANDUNG Kiky Fitria, 2013. Pembimbing I : dr.

Lebih terperinci

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3 BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Tanpa adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan berfungsi untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni

TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni 5 TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni Taksonomi dan nomenklatur dari genus Campylobacter diperbaharui pada tahun 1991. Genus Campylobacter memiliki 16 spesies dan 6 subspesies (Ray & Bhunia 2008). Campylobacter

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. Penggemar makanan jajanan ini merata mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga pedagang makanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. selesai. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium FIKKES Universitas. Muhammadyah Semarang, Jl. Wonodri Sendang No. 2A Semarang.

METODE PENELITIAN. selesai. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium FIKKES Universitas. Muhammadyah Semarang, Jl. Wonodri Sendang No. 2A Semarang. 7 METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. A. Waktu Dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai bulan April 2007 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut SNI 01-3719-1995, minuman sari buah ( fruit juice) adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini sehingga sukar bagi kebanyakan kita untuk menyadari betapa gawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini sehingga sukar bagi kebanyakan kita untuk menyadari betapa gawat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Pemurnian air untuk pencegahan penyakit hampir universal di dunia barat kini sehingga sukar bagi kebanyakan kita untuk menyadari betapa gawat pencemaran air itu. Saring

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Kuta Selatan Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º46 58.7 LS dan 115º05 00-115º10 41.3 BT, berada pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dekke Naniura Pada masyarakat Batak terdapat beberapa makanan tradisional yang menggunakan ikan mas sebagai bahan dasarnya seperti dekke naniarsik dan dekke naniura. Dekke

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Shigella sp. TERHADAP JAJANAN CILOK PADA LINGKUNGAN SD NEGERI DI CIRENDEU, PISANGAN, DAN CEMPAKA PUTIH

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Shigella sp. TERHADAP JAJANAN CILOK PADA LINGKUNGAN SD NEGERI DI CIRENDEU, PISANGAN, DAN CEMPAKA PUTIH IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Shigella sp. TERHADAP JAJANAN CILOK PADA LINGKUNGAN SD NEGERI DI CIRENDEU, PISANGAN, DAN CEMPAKA PUTIH Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku dan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Bersih 2.1.1 Pengertian Air Bersih Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/XI/2002, terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persyaratan Biologis Untuk Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan manusia dapat bersumber dari produk hewani maupun nabati. Salah satu sumber protein hewani yang dikenal masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes

Lebih terperinci

: Clostridium perfringens

: Clostridium perfringens Clostridium perfringens Oleh : Fransiska Kumala W 078114081 / B Clostridium perfringens adalah salah satu penyebab utama infeksi luka berakibat gangrene gas. Seperti banyak clostridia, organisme ini banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta (BBKPSH) merupakan unit pelaksana teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian yang berkedudukan di Bandara Udara Internasional

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar 4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang bersifat patogen merupakan prioritas utama untuk dilakukan pada bidang kesehatan,

Lebih terperinci