Menggali Jati Diri Melalui Estetika Seni Tradisi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Menggali Jati Diri Melalui Estetika Seni Tradisi"

Transkripsi

1 See discussions, stats, and author profiles for this publication at: Menggali Jati Diri Melalui Estetika Seni Tradisi CONFERENCE PAPER NOVEMBER 2012 DOI: /RG AUTHOR: Julia - Universitas Pendidikan Indonesia Kampus 9 PUBLICATIONS 0 CITATIONS SEE PROFILE Available from: Julia - Retrieved on: 25 January 2016

2 Menggali Jati Diri Melalui Estetika Seni Tradisi Julia Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang Abstrak Berbagai fenomena yang melanda bangsa Indonesia telah memberikan arti baru terhadap kredibilitas dan identitas bangsa. Untuk memunculkan dan menghadirkan kembali ciri spesifik dan tipikal dari jati diri dan karakter bangsa, salah satu cara adalah dengan menelusuri dan mengidentifikasinya melalui seni tradisi sebagai salah satu bagian atau unsur kebudayaan, karena di sinilah kemurnian dari jati diri bangsa ini tersembunyi. Pengkajian dilakukan melalui pengamatan yang dikolaborasikan dengan pendekatan hermeneutik dan semiotik, untuk kemudian diinterpretasikan dan disandingkan ke dalam teori-teori yang relevan. Berdasarkan hasil kajian, didapatkan kesimpulan bahwa jika dimulai dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam seni dan budaya setempat, maka bangsa ini akan berbuat sesuai dengan kebaikan yang hidup dalam budayanya tersebut, karena budaya merupakan pakaian yang semestinya melekat dalam diri setiap bangsa, sehingga insan Indonesia dikatakan berkarakter dan memiliki jati diri manakala pakaian budayanya melekat dalam setiap ucapan dan perbuatannya. Kata Kunci: Jati diri, karakter, seni tradisi, budaya. Pendahuluan Adalah kenyataan bahwa bangsa Indonesia yang konsep hidupnya diatur atau bahkan berlandaskan atau berfalsafah pada nilai-nilai pancasila sebagai kolektivitas jati diri bangsa, ternyata banyak dikabarkan memiliki karakter yang buruk dalam kehidupan kesehariannya. Mulai dari siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terlibat genggeng motor seperti dikatakan oleh Imam Prasodjo bahwa siswa-siswa yang punya 'geng' inilah yang umumnya menjadi 'motor' tawuran pelajar (Supri, 2012), mahasiswa Perguruan Tinggi (PT) yang asik dengan demo tidak terpuji yang selalu disertai dan diwarnai dengan aktivitas pengrusakan bangunan dan fasilitas 1

3 umum, sampai pada pegawai negara yang sulit menghindar dari perbuatan tidak bermoral seperti korupsi yang tiada henti dan malah semakin menjadi-jadi. Gambaran tersebut dirasa cukup untuk menjelaskan bahwa dari mulai kader bangsa sebagai generasi penerus sampai pada manusia-manusia terpilih kepercayaan bangsa, semuanya terjerumus pada jurang kenistaan yang pada akhirnya memberikan sebuah representasi buruk dari karakter bangsa Indonesia sendiri kehadapan bangsa-bangsa di dunia pada umumnya, dan kehadapan masyarakat Indonesia sendiri pada khususnya. Ini memang sungguh memalukan dan memilukan, bahkan menjadi ironi dikala satu pihak berupaya habis-habisan supaya pendidikan memberikan arti dan berdampak mulia kepada manusia agar memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik sehingga berbuat hal-hal yang baik pula, dan pihak lainnya sebagai manusiamanusia yang terdidik namun terus saja mengamalkan perbuatan tidak terpujinya yang justru bertentangan dengan semua nilai-nilai kebaikan yang diperolehnya melalui pendidikan. Realita inilah yang sekarang perlu dikhawatirkan, karena jika terus terjadi secara berkala, maka dapat mengakibatkan terbentuknya budaya baru di dalam kehidupan bangsa Indonesia, karena budaya merupakan habituasi sekaligus manifestasi nilai-nilai keseharian yang hidup di dalam masyarakat, dan budaya dapat terbentuk dengan tidak mengenal sifat yang dikandungnya. Artinya, baik ataupun buruk nilai-nilai di dalamnya, jika sudah menjadi adat dan kebiasaan dari masyarakat tertentu, maka dapat menjadi budaya dari masyarakat tersebut. Sementara itu, suatu bangsa relatif cepat dikenal oleh bangsa-bangsa lain melalui budayanya - tentu saja bangsa Indonesia tidak mau dikenal sebagai bangsa berkarakter buruk yang disebabkan oleh budayanya yang buruk. Maka dari itu, tulisan ini berupaya mengkaji pola-pola budaya yang hidup di Indonesia sebagai representasi jati diri bangsa Indonesia melalui salah satu unsur kebudayaan yakni kesenian, atau yang disebut Edi Sedyawati (2011:3) sebagai identitas budaya bangsa Indonesia dari sisi kebudayaan yang diangkat dari berbagai tradisi suku-suku bangsa yang ada di Indonesia. Fokus kajiannya adalah mencari keterkaitan antara nilai-nilai yang terkandung dalam seni tradisi dengan 2

4 karakter bangsa Indonesia yang baru-baru ini diisukan sedang mengalami degradasi moral. Melalui kajian tersebut, diharapkan dapat diidentifikasi karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya dan seharusnya, atau yang sekarang disebut sebagai jati diri bangsa. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan pendekatan semiotik untuk menjabarkan berbagai fenomena yang sarat dengan simbol-simbol, dan pendekatan hermeneutik untuk menafsirkan berbagai gejala sosial yang terjadi supaya didapatkan berbagai makna beserta dengan kesimpulannya. Sumber data adalah realitas sosial yang dicermati melalui pengamatan dan disandingkan kepada sumber-sumber rujukan yang relevan. Pembahasan Seni Tradisi dan Budi Pekerti Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan telah memberikan pengaruh cukup besar terhadap perkembangan karakter bangsa Indonesia. Dengan kata lain, sifat dan perilaku sejati bangsa Indonesia dapat dilacak salah satunya melalui kesenian, terutama seni-seni tradisi, karena seni tradisi lebih murni merepresentasikan kondisi sosial masyarakat Indonesia. Melalui seni tradisi, dapat diidentifikasi pula berbagai persoalan potensi sifat manusia yang melekat di dalamnya sebagai konsekuensi dari syarat belajar seni tradisi dan sekaligus dampak dari belajar seni tradisi. Jika demikian, lantas apa kaitan antara seni tradisi dengan budi pekerti? Jawaban dari pertanyaan ini dapat dijelaskan melalui paparan berikut. - Kehalusan Rasa Siti Gazalba mengartikan budaya sebagai cara berpikir dan merasa untuk kemudian dinyatakan dalam seluruh kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat dalam suatu ruang dan waktu tertentu (AnneAhira.com, 2012). Maka dari itu, salah satu aspek yang tidak bisa lepas dan mutlak harus ada dalam belajar dan praktek seni tradisi adalah masalah rasa. Setidaknya ada dua jenis rasa yang digunakan manusia sebagai bahan mempelajari seni tradisi dan 3

5 sebagai dampak mempelajari seni tradisi. Pertama, rasa yang digunakan untuk merasakan berbagai unsur musik seperti ritmik dan melodi, sebut saja sebagai kepekaan rasa. Seorang calon seniman tidak akan bisa menjadi seniman profesional atau seniman sejati apabila ia memiliki masalah dalam kepekaan rasa. Misalnya, tidak dapat menirukan suara dengan pitc yang tepat sesuai dengan frekuensi suara yang dibunyikan - sebagian kalangan menyebutnya sebagai penyakit kebutaan, yakni buta nada, atau tidak dapat menyajikan ritmik dengan tepat sesuai dengan tempo dan nilai ritmik yang harus disajikan - sebagian kalangan juga menyebutnya sebagai penyakit kebutaan, yakni buta ritmik. Jenis rasa ini merupakan kebutuhan mutlak dalam belajar seni tradisi. Maka dari itu, salah satu faktor penunjang keberhasilan seorang seniman dalam mempelajari seni tradisi adalah memiliki kepekaan rasa. Dengan kata lain, tidak peka perasaannya maka tidak akan berhasil pula pembelajarannya. Kedua, rasa yang digunakan untuk merasakan berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar seperti munculnya iba seandainya ada orang yang memerlukan pertolongan atau terkena musibah, sebut saja sensitivitas rasa. Apabila seseorang berkecimpung dalam dunia rasa seperti halnya seorang seniman dalam kurun waktu yang relatif lama, maka kepekaan rasanya akan semakin tinggi. Manusia yang selalu bersentuhan dengan rasa kelanjutannya adalah munculnya sensitivitas rasa, sehingga manusia yang memiliki sensitivitas rasa pasangannya adalah berbuat kebaikan. Jenis rasa ini merupakan dampak dari belajar seni tradisi. Maka dari itu, salah satu faktor penunjang seseorang memiliki kebaikan, karena perasaannya sensitif terhadap lingkungan di sekitarnya. Dengan kata lain, tidak sensitif perasaannya maka tidak peduli terhadap lingkungannya. Apa yang menyebabkan manusia kurang memiliki sensitivitas rasa? Setidaknya ada dua penjelasan singkat: 1) karena manusia kurang bersentuhan dengan dunia seni apalagi sebagai praktisi seni. Kelemahannya adalah bangsa Indonesia senantiasa mengkotak-kotakan antara bidang seni dengan bidangbidang ilmu lainnya, sehingga jarang sekali muncul seorang ilmuwan yang juga seorang seniman. Akibatnya, tidak sedikit ilmuwan yang membabi buta dengan keilmuannya, tanpa memedulikan keadaan di sekitarnya, karena memang dalam 4

6 separuh kehidupannya hanya diisi dengan ilmu-ilmu yang mencerdaskan pikiran tanpa diimbangi dengan ilmu-ilmu yang menyentuh dan mengasah perasaan, dengan kata lain aspek kognitif didewakan sementara aspek afektif dilupakan. 2) karena manusia sejak dini mulai bersentuhan dengan seni yang bukan berasal dari habitatnya. Setiap bangsa memiliki seni tradisi yang tercipta dan lahir sesuai dengan kondisi lingkungan, karakter masyarakat dan latarbelakang budayanya, sehingga setiap genre seni yang lahir akan sangat tepat apabila dipelajari dan dikonsumsi lagi oleh masyarakatnya sendiri sebagai bahan pondasi wawasan dan perasaan budayanya. Sebagai contohnya, bangsa Indonesia kaya akan kekayaan alamnya seperti kayu dan bambu, sehingga masyarakatnya pun senantiasa berkreasi dan memiliki daya cipta sesuai dengan kondisi alam tersebut. Sebut saja masyarakat Priangan atau tatar Sunda, karena salah satu kekayaan alamnya terdiri atas hutan-hutan bambu, maka adalah wajar apabila di Priangan tercipta instrumen musik yang terbuat dari bambu, contohnya seperti suling. Instrumen yang terbuat dari bambu tersebut secara implisit memiliki karakter bunyi yang tercipta dengan sendirinya, seperti melankolis, syahdu, dan lembut karena memang bahan bambu tersebut memiliki keterbatasan untuk mengeluarkan bunyi-bunyi yang berfrekuensi tinggi atau bunyi keras. Selaras dengan karakter bunyi tersebut, implikasinya adalah pada pembentukan karakter masyarakat pemiliknya yang pada akhirnya juga memiliki karakter lembut, cinta damai, tidak haus kekuasaan, serta perilaku dan bahasanya yang santun, sehingga muncul kesan tidak keras dan tidak tegas yang notabene representasi dari kelembutan budayanya. Oleh sebab itu, masyarakat Priangan yang lahir di Priangan atau tinggal di Priangan, akan sangat tepat apabila memulai pengembaraannya dengan mempelajari seni tradisi masyarakatnya sendiri, sehingga akan timbul jati dirinya yang lembut dan berjiwa Priangan. Bahkan, terasa kontras manakala ada masyarakat Priangan yang berkarakter keras dan tegas, atau berperilaku dan berbahasa kasar. Seperti halnya anak-anak remaja yang semestinya belajar seniseni tradisi sendiri, namun malah belajar seni-seni tradisi bangsa lain yang 5

7 menampilkan kekerasan dan kemetalan, yang seharusnya belajar lagu-lagu daerah namun malah belajar lagu-lagu rock n roll. - Keikhlasan Hati Salah satu hal yang menarik adalah ihwal keikhlasan hati masyarakat yang memegang seni tradisi. Artinya, diperlukan kerelaan hati untuk mengakui bahwa inilah budaya sendiri, yang dipandang kampungan oleh manusia modern namun itulah sebenarnya jati diri budaya sendiri, karena manisfestasi nilai-nilai kebaikan masyarakat itu berada dalam budayanya sendiri. Tenggelam dalam seni tradisi itu sama saja dengan mengikhlaskan diri untuk menjadi bagian minoritas dalam dunia seni, karena yang mayoritas itu adalah seni-seni modern atau populer, sehingga seni-seni populer itu dapat dengan mudah ditemui dalam berbagai media dan para peminatnya senantiasa melimpah-ruah. Dalam pergulatan seni tradisi dan populer memang terdapat kesenjangan pandangan di masyarakat, dimana seni tradisi itu identik dengan kampung, orang tua atau para manula, sementara seni populer itu identik dengan kota, para remaja atau kawula muda, sehingga dipandang unik dan antik manakala ada generasi muda yang justru tergiur dengan seni-seni tradisi. Yang juga jadi masalah adalah kesiapan sikap dan mental untuk menghadapi pandangan masyarakat yang menganggap unik dan antik tersebut, karena keunikan tersebut dipandang pula sebagai ketidak modernan yang hidup di zaman modern atau kampungan. Hal ini pun pernah diungkapkan oleh Dieter Mack (2010:10), bahwa budaya desa/kampung dinilai seperti tertinggal, sedangkan budaya kota dianggap modern dan ditawarkan sebagai teladan. Maka dari itu, dalam hal inilah pentingnya kehadiran keikhlasan hati untuk dipandang sebagai manusia yang unik dan antik karena memertahankan ketradisian di tengah hiruk-pikuknya gemerlap kemodernan. 6

8 Seni Tradisi dan Jati Diri - Jati Diri adalah Orisinalitas Bagi seniman seni tradisi yang senantiasa menjaga orisinalitas ketradisiannya, mengubah karya seni tradisi yang telah ada dapat dianggap merusak tatanan nilai-nilai ketradisian sehingga menjadi tabu bagi mereka untuk mengubah seni-seni tradisi. Bahkan demi memertahankan orisinalitas tradisi itu, sebagian kalangan seniman tradisi di tatar Sunda lebih memilih untuk tidak menurunkan atau menyebarkan ilmu pengetahuannya daripada diturunkan namun kemudian diubah oleh generasi selanjutnya. Disatu sisi sikap ini dapat saja terkesan berlebihan, karena pada akhirnya ilmu tradisi terbawa mati tanpa sempat diwariskan terlebih dahulu, namun di sisi lain inilah kepatuhan yang timbul sebagai akibat dari kekecewaan terhadap usaha-usaha yang mengarah pada pengrusakan keorisinalitasan tradisi. Sikap ini tentu saja bertentangan dengan pemikiran di dunia modern, dimana manusia terkadang siap melakukan apa saja demi mendapatkan popularitas, dengan berbekal sedikit talenta pun manusia sekarang sudah berani melakukan publikasi, sementara manusia-manusia pemegang tradisi, mereka senantiasa tidak memerlukan kepopuleran, karena bagi mereka yang terpenting adalah bagaimana supaya kemurnian tradisi dapat terjaga di tengah arus globalisasi, sehingga tidak diwariskan pun tidak jadi masalah karena tetap murni daripada diwariskan namun justru menimbulkan masalah karena tercemari. Maka dalam jagat seni tradisi, sistem regenerasi itu nampaknya lebih tepat jika dikatakan mengacu pada falsafah jika muncul murid yang siap akan muncul guru yang hebat. Artinya, guru dalam seni tradisi itu tidak perlu mencari-cari murid yang pintar untuk meneruskan ilmunya, namun mereka justru akan muncul manakala ada murid yang dipandang gencar dalam menggali seni tradisi, secara talenta siap untuk diwarisi ilmu, dan dari pemikiran memiliki komitmen yang kuat dan siap untuk menjaga kemurnian tradisi. Jika sang guru sudah merasa pas dalam menemukenali muridnya, maka sudah dapat dipastikan kehebatan gurunya akan menjadi kehebatan muridnya. Seperti dituturkan oleh seorang seniman tradisi, Rukmana (Julia, 2011:94), jika seorang guru menyukai muridnya maka guru 7

9 tersebut akan sepenuh hati dalam mewariskan ilmunya. Artinya, menyukai karena kecerdasan, konsistensi dan kebaikan perilaku muridnya. - Budaya adalah Representasi Jiwa Setiap bangsa bisa saling memahami dan menghargai antara lain karena keunikan dan keragaman budayanya. Bahkan untuk bisa mengenali suatu bangsa dapat dilakukan dengan cara memahami budayanya, karena budaya bukan hanya sekedar kebiasaan yang terakumulasi melalui tampilan fisik saja, tapi juga akumulasi dari alam pemikiran. Maka dari itu, bangsa timur bisa mengenali bangsa barat melalui seni-seni atau hasil karya ciptanya, begitu pula bangsa barat bisa mengenali bangsa timur karena keragaman seni dan budayanya. Sebagai contohnya, dalam budaya barat mempelajari karya musik itu adalah dengan membaca notasi, sehingga bangsa timur takjub kepada mereka akan kemahirannya dalam membaca notasi (sight reading), karena dalam setiap pertunjukan para pemain selalu berhadapan dengan partitur, bahkan mungkin saja mereka tidak dapat lepas dari partitur. Begitu pula sebaliknya, dalam budaya timur mempelajari karya musik itu adalah dengan mendengar, sehingga bangsa barat takjub kepada mereka akan kemahirannya dalam belajar dan melakukan pertunjukan musik tanpa melihat atau menggunakan partitur. Dari sini, dapatlah kedua bangsa saling mengenali bahwa barat itu tidak pernah lepas dari partitur karena mereka berbudaya literat (baca-tulis), sementara timur itu lepas dari partitur karena mereka berbudaya oral tradisi (ucap-dengar). Maka dari itu, tidaklah mengherankan manakala kedua bangsa mengalami kesulitan disaat bertukar cara dalam belajar dan melakukan pertunjukan, karena memang jiwanya terkondisikan untuk berbuat sesuai dengan latarbelakang budayanya. Bahkan perlu waktu relatif lama untuk menjadi terbiasa berbuat sesuai dengan budaya bangsa lain, malah terkadang budaya asli sebagai representasi dari bangsanya justru muncul kembali setelah lama bersentuhan dengan budaya bangsa lain pun. Misalnya, ketika orang barat mempelajari gamelan di Indonesia, untuk sesaat bisa lepas dari budaya baca-tulisnya, karena mesti mengikuti tata cara orang Indonesia dalam mempelajari gamelan, namun setelah pembelajaran 8

10 selesai, mereka kembali ke budaya asalnya sehingga musik gamelan yang dipelajari ditulis kembali ke dalam bentuk notasi dan diajarkan lagi dengan menggunakan partitur. Dengan demikian, budaya memang representasi dari jiwa yang relatif sulit untuk diubah karena telah menjadi jati diri bangsa. Kesimpulan Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam seni tradisi merupakan bagian dari jati diri bangsa yang terakumulasi dari proses kehidupan sehari-hari, sehingga jika bangsa Indonesia memulai kebudayaan dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam seni dan budaya setempat, maka bangsa ini akan berbuat sesuai dengan kebaikan yang hidup dalam budayanya tersebut, karena budaya merupakan pakaian yang semestinya melekat dalam diri setiap bangsa, sehingga insan Indonesia dikatakan berkarakter dan memiliki jati diri manakala pakaian budayanya melekat dalam setiap ucapan dan perbuatannya. Begitupula masyarakat Sumedang, seandainya pendidikan budaya diabaikan begitu saja, maka itu merupakan suatu jalan untuk menjauhkan generasi mendatang dari nilainilai budayanya sendiri. Karena sampai saat ini, belum ada implementasi pendidikan budaya yang pasti di kabupaten Sumedang, sehingga diperlukan berbagai strategi implementasi pendidikan budaya yang jelas dan terarah di sekolah-sekolah. Daftar Pustaka AnneAhira: Arti Budaya - Pakar Budaya, Bahasa, dan Makna Budaya. (2012, 25 Oktober). AnneAhira Online. Diambil 25 Oktober 2012 dari: 25 Oktober Julia. (2011). Gaya Petikan Kacapi Tembang: Seputar Biografi Seniman Tembang Sunda. Bandung: Prodi Pendidikan Seni SPs UPI bekerjasama dengan CV. BintangWarliArtika. Mack, Dieter. (2010). Pendidikan Seni: Representasi Mental serta Konteks Budaya. Dalam Narawati, T & Masunah, J (Ed). (2010). Quo Vadis Seni 9

11 Tradisional V: Meningkatkan Pemahaman Silang Budaya Melalui Pendidikan Seni. Bandung: Prodi Pendidikan Seni SPs UPI. Sedyawati, Edi. (2011). Tradisi Sebagai Potensi Lokal Dalam Memperkuat Identitas Budaya Bangsa. Dalam Nurgaheni, T & Narawati, T (Ed). (2011). Quo Vadis Seni Tradisi 6: Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Seni di Masyarakat. Bandung: Prodi Pendidikan Seni SPs UPI. Supri, Agung. (2012, 24 Oktober). Menjamurnya 'Geng', Picu Tawuran Antarpelajar. Republika [Online], kolom nasional. Tersedia: [25 Oktober 2012]. Makalah disajikan dalam seminar internasional Budaya Membentuk Jati Diri dan Karakter Bangsa pada tanggal 13 November 2012 di FIB Universitas Andalas. 10

Membangun Kerjasama Kelompok Melalui Pembelajaran Ensemble Angklung Pada Mahasiswa PGSD

Membangun Kerjasama Kelompok Melalui Pembelajaran Ensemble Angklung Pada Mahasiswa PGSD See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291774943 Membangun Kerjasama Kelompok Melalui Pembelajaran Ensemble Angklung Pada Mahasiswa

Lebih terperinci

Pendidikan Musik di Sekolah Dasar (Menuju Implementasi Kurikulum 2013)

Pendidikan Musik di Sekolah Dasar (Menuju Implementasi Kurikulum 2013) See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291830599 Pendidikan Musik di Sekolah Dasar (Menuju Implementasi Kurikulum 2013) CONFERENCE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Kreativitas dan Pengalaman Musikal Mahasiswa PGSD

Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Kreativitas dan Pengalaman Musikal Mahasiswa PGSD See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291766445 Penciptaan Komposisi Musik Baru Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan Kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

Pengaruh Budaya Literasi Barat Terhadap Budaya Oraliti Timur Dalam Transmisi Musik Gamelan di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia

Pengaruh Budaya Literasi Barat Terhadap Budaya Oraliti Timur Dalam Transmisi Musik Gamelan di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia 1 Pengaruh Budaya Literasi Barat Terhadap Budaya Oraliti Timur Dalam Transmisi Musik Gamelan di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia Julia Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang ju82li@upi.edu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya sangat diperlukan bagi setiap insan manusia. Pendidikan diarahkan sebagai pondasi untuk membangun individu dan bangsa. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup kegiatan-kegiatan terarah dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

Mendidik Melalui Seni

Mendidik Melalui Seni See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291830624 Mendidik Melalui Seni CONFERENCE PAPER OCTOBER 2009 DOI: 10.13140/RG.2.1.3608.6806

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyanyi dapat dikatakan sebagai aktifitas bermusik yang paling mudah

BAB I PENDAHULUAN. Menyanyi dapat dikatakan sebagai aktifitas bermusik yang paling mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyanyi dapat dikatakan sebagai aktifitas bermusik yang paling mudah dilakukan oleh semua orang karena praktis dan tidak memerlukan media untuk melakukannya. Walaupun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Peranan Panakawan dan Denawa (Buta) pada pertunjukan seni tradisi Wayang

BAB V PENUTUP. Peranan Panakawan dan Denawa (Buta) pada pertunjukan seni tradisi Wayang BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Peranan Panakawan dan Denawa (Buta) pada pertunjukan seni tradisi Wayang Golek sebagai salah satu Kebudayaan dan Kesenian daerah Indonesia sangat penting bagi kelangsungan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu memproduksi film sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi adegan-adegan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu cita-cita besar dari kebijakan sistem pendidikan nasional saat ini adalah dapat terjadinya revolusi mental terhadap bangsa ini. Mengingat kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan manifestasi dari pranata sosial yang memberikan kontribusi besar bagi pola pikir maupun tuntunan berpijak dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hasil karya seni yang mengekspresikan ide, dimana ide merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni musik, bunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Seni Budaya merupakan satu mata pelajaran yang dituntut oleh kurikulum untuk diajarkan atau diberikan kepada peserta didik mulai tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

Membentuk Keindahan Moral Melalui Pendidikan Seni Berbasis Tradisi Lokal

Membentuk Keindahan Moral Melalui Pendidikan Seni Berbasis Tradisi Lokal See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291765542 Membentuk Keindahan Moral Melalui Pendidikan Seni Berbasis Tradisi Lokal CONFERENCE

Lebih terperinci

Inovasi Pembelajaran Kacapi Tembang Melalui Penerapan Sistem Notasi

Inovasi Pembelajaran Kacapi Tembang Melalui Penerapan Sistem Notasi See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291765638 Inovasi Pembelajaran Kacapi Tembang Melalui Penerapan Sistem Notasi CONFERENCE PAPER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, akan diuraikan simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dalam penelitian yang diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Secara Umum, Pendidikan seni yang dilaksanakan di SMK Negeri 10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Secara Umum, Pendidikan seni yang dilaksanakan di SMK Negeri 10 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Secara Umum, Pendidikan seni yang dilaksanakan di SMK Negeri 10 Bandung dengan berpacu kepada nilai-nilai budaya dan tradisi merupakan salah satu upaya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkharakter baik. Selain itu juga harus mempunyai kepribadian yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkharakter baik. Selain itu juga harus mempunyai kepribadian yang sehat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang harus mempunyai kedisiplinan baik, berakhlak mulia, menjaga emosi dengan baik, tangguh dan berkharakter baik. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Fokus Penelitian, Penegasan Istilah. A. Latar Belakang Di era globalisasi

Lebih terperinci

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Berbagai keragaman di setiap wilayahnya membuat Indonesia disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan bangga sebagai bangsa Indonesia. Salah satu pendidikan yang mampu menumbuhkan karakter Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan suatu konsep universal, dan diwajibkan setiap negara untuk memeberikan pendidikan yang layak bagi setiap warga negaranya. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Banyaknya pulau ini membuat Indonesia pun dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan manusia dimulai dari keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan dan pendidikan anak. Jika ingin membentuk anak yang shaleh, cerdas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menulis di sekolah saat ini masih belum terlaksana dengan baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu penyebab

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki suku bangsa yang beraneka ragam. Oleh karena itu, Indonesia kaya akan budaya dan adat istiadat. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan kesenian. Kesenian merupakan pencitraan salah satu sisi realitas dalam lingkungan rohani jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekayaan kesenian tradisi di Indonesia sangat banyak dan beragam, oleh karena itu amat disayangkan jika kesenian tersebut punah. Oleh karena itu, sudah sepatutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari beranekaragam budaya kesenian. Seni merupakan salah satu unsur budaya manusia yang keberadaannya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN Seni Rudat adalah sejenis kesenian tradisional yang semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Rudat merupakan jenis seni pertunjukan yang terdiri dari seni gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu ditanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dan diperoleh melalui proses belajar (Koentjaraningrat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain. Bahasa sebagai alat komunikasi dibagi menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 1 ayat 1. Pasal tersebut menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat yang di dalamnya memiliki nilai budaya dan melahirkan keunikan yang membedakan dengan bangsa lain. Adanya keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berhasilnya suatu proses kegiatan belajar mengajar itu dapat tercermin salah satunya dari minat belajar siswa mengikuti proses kegiatan tersebut. Sejalan

Lebih terperinci

URGENSI PENINGKATAN KOMPETENSI PENDIDIK SENI DAN PENGEMBANGAN KESENIAN SEKOLAH (Sebuah Opini) Oleh: Eko Santosa

URGENSI PENINGKATAN KOMPETENSI PENDIDIK SENI DAN PENGEMBANGAN KESENIAN SEKOLAH (Sebuah Opini) Oleh: Eko Santosa URGENSI PENINGKATAN KOMPETENSI PENDIDIK SENI DAN PENGEMBANGAN KESENIAN SEKOLAH (Sebuah Opini) Oleh: Eko Santosa Kesenian merupakan aspek kebudayaan yang paling banyak dibicarakan dibanding aspek yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai karakter yang ada pada diri anak bangsa seperti rasa peduli terhadap etika dan sopan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG Pembelajaran adalah suatu proses perubahan yang di alami oleh individu dalam mencapai sesuatu yang diharapkan. Pembelajaran dalam dunia pendidikan tentu saja merupakan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA Ramtia Darma Putri tyadhuarrma27@gmail.com Universitas PGRI Palembang Erfan Ramadhani erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai pondasi diri seseorang dalam kehidupan, mampu merubah kehidupan seseorang untuk berkembang. Pendidikan merupakan proses menuju perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pendidikan jasmani pada tingkat sekolah dasar meliputi pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk mengembangkan ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi 126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya. Salah satu contoh kekayaan budaya tersebut adalah beragamnya bahasa daerah yang tersebar di

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan pola tingkah laku yang dipelajari dan disampaikan dari satu generasi ke genarasi berikutnya karena kebudayaan merupakan proses belajar dan

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini adalah studi aplikatif terhadap materi penyadapan seni tradisi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini adalah studi aplikatif terhadap materi penyadapan seni tradisi 107 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian ini adalah studi aplikatif terhadap materi penyadapan seni tradisi di daerah Rancakalong Sumedang pada pembelajaran seni tari berbasis lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Pendidikan Indonesia merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan yang mempunyai Jurusan Pendidikan Seni Musik. Di dalam kurikulum Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Sunda telah lama bermukim dan tersebar di seluruh pelosok wilayah di Jawa Barat dan Banten, Indonesia. Mereka bahkan memiliki dialek bahasa tersendiri

Lebih terperinci

Strategi Membangun Kompetensi Profesional Guru Musik SD

Strategi Membangun Kompetensi Profesional Guru Musik SD See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291776285 Strategi Membangun Kompetensi Profesional Guru Musik SD WORKING PAPER JANUARY 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil analisis bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan umum sebagai berikut: SG Sunda yang dibelajarkan di JKSB merupakan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nama perkakas berbahan bambu merupakan nama-nama yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh penutur bahasa Sunda. Dalam hal ini, masyarakat Sunda beranggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa Barat atau yang lebih dikenal dengan etnis Sunda sangat kaya dengan berbagai jenis kesenian. Kesenian itu sendiri lahir dari jiwa manusia dan gambaran masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat tradisi sering kali tercabut dari akar budayanya,sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. membuat tradisi sering kali tercabut dari akar budayanya,sehingga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi serta perkembangan zaman di era globalisasi membuat tradisi sering kali tercabut dari akar budayanya,sehingga menjadi tersisih dan kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda yang tumbuh dan kembang sebagai hasil adaptasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angklung merupakan musik tradisional dari Jawa Barat yang cukup berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik tradisional yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi BAB VI KESIMPULAN Kajian media dan gaya hidup tampak bahwa pengaruh media sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi masyarakat tidak lain merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMIK UNGGAH-UNGGUH DI DIY BERJUDUL ORA ILOK!

PERANCANGAN KOMIK UNGGAH-UNGGUH DI DIY BERJUDUL ORA ILOK! PERANCANGAN KOMIK UNGGAH-UNGGUH DI DIY BERJUDUL ORA ILOK! PENCIPTAAN KARYA DESAIN Oleh : Yusup Amy Purwadi NIM 0911932024 PROGRAM STUDI S-1 DISAIN KOMUNIKASI VISUAL JURUSAN DISAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa Negara sangat strategis dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai salah satu pilar pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatnya perkembangan hubungan sosial juga semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012

AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012 122 ISBN: 978-602-70471-1-2 Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012 Hana Navi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, manusia tidak pernah terlepas dari pemakaian bahasa. Manusia sebagai makhluk sosial

Lebih terperinci