BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Ida Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6 BAB II LANDASAN TEORI Buku cerita anak Hat Opa einen Anzug an? dianalisis dengan menggunakan dua teori, yaitu teori makna dan teori konteks. Teori makna yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori makna menurut Gustav H. Blanke dalam bukunya yang berjudul Einführung in die semantische Analyse (1973). Selain itu, digunakan juga teori makna kontekstual dari buku yang berjudul Alltagssprache: Semantische Grundbegriffe und Analysebeispiele (1979) karya Hannapel/Melenk. Penelitian makna kosakata yang merujuk pada tema kematian dalam buku ini dilakukan dengan memperhatikan konteks yang ada. Hal ini penting dilakukan karena Blanke dalam buku Einführung in die semantische Analyse (1973: 107) menyatakan bahwa konteks merealisasikan, mengaktifkan, atau mengaktualisasikan makan yang tergantung di dalam sebuah kata. Dengan demikian, untuk memahami makna suatu kata, konteks yang ada harus dipahami terlebih dahulu. Selain itu, dijelaskan pula teori deiksis menurut Levinson dalam bukunya Pragmatik yang akan mendukung penelitian ini. Berikut ini, akan dijelaskan lebih lanjut teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1 Makna Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau aspek ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk atau ekspresi merupakan segi yang dapat diserap dengan panca indra, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya, segi isi atau makna merupakan segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tersebut (Blanke, 1973: 15). Lebih lanjut, Gustav Blanke (Ibid., hlm ) berdasarkan Roman Jakobson mengemukakan enam jenis kategori makna, yaitu sebagai berikut.
2 7 a) Makna intralingual-paradigmatis adalah makna unsur bahasa yang terbentuk dari hubungan sistematis antara suatu kata dengan kata yang lain dalam sebuah frase atau klausa. Makna ini disebut juga makna gramatikal. b) Makna referensial adalah makna yang berasal dari konteks pembicaraan c) Makna asosiatif adalah makna yang berasal dari imajinasi penerimaan pesan. d) Makna afektif atau makna emotif adalah makna yang berkaitan dengan nilai rasa atau emosi seseorang. Makna jenis ini mengacu pada nilai positif atau negatif yang dikandung dari suatu kata. e) Makna situatif atau pragmatis adalah makna yang berasal dari konteks situasi dan dari konvensi sosial budaya. f) Makna stilistis atau makna puitis adalah makna yang timbul dari alat-alat retorik yang menimbulkan efek estetis. Dalam penelitian ini hanya digunakan dua macam makna, yaitu makna referensial dan makna asosiatif karena hanya dua makna tersebut yang menunjang penelitian ini Makna Referensial Sebuah kata bermakna referensial jika mengacu pada acuannya. Misalnya ketika kita mendengar kata Elefant yang berarti gajah, di dalam benak kita akan muncul sebuah konsep atau referensi gajah, yaitu <Tier>, <groß>, <Säugetier>, dan <Vierbeinigkeit>. Konsep kata ini melambangkan sebuah objek yang disebut gajah. Selain itu, referensi sebuah objek juga berasal dari pengetahuan bersama Makna Asosiatif Makna asosiasi berasal dari asosiasi yang muncul dalam benak seseorang jika mendengar kata tertentu. Asosiasi ini dipengaruhi oleh faktor psikologis yang berasal dari sisi imajinasi dan psikis penerima berita, faktor pengetahuan, dan pengalaman seseorang. Makna denotative dan referensial kata Cottage adalah house dan cabin tetapi makna asosiatifnya dapat berupa lake, mountain, hiking, dan fishing bergantung pada pengalaman seseorang. Makna asosiasi dalam suatu masyarakat bahasa
3 8 memiliki persamaan karena faktor pengalaman, lingkungan, dan latar belakang budaya yang hampir sama Makna Kontekstual Menurut Hannapel/Melenk (1979: 127), makna kontekstual dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti yang tertera dalam bagan berikut ini. Stellung im Sprachsystem (Merkmale, Begriffsoppositionen, Bedeutungsvarianten) Typisierte Vorstellungen (Alltagwissen, Interpretationsschemata, Normen) Kontextbedeutung Kontext (Globalreferenz, Situation) Individuelle Vorstellungen (Erfahrungsbereich, Sachkenntis, Wertungen) Stellung im Sprachsystem (Posisi Makna dalam Sistem Bahasa) Stellung im Sprachsystem (posisi makna dalam sistem bahasa) dipengaruhi oleh ciri-ciri suatu kata (Merkmale) atau kata-kata yang berada disekeliling kata tersebut, oposisi makna suatu kata (Begriffsoppositionen), dan variasi makna suatu kata (Bedeutungsvarianten). Suatu kata mempunyai beberapa variasi makna. Hanya variasi makna yang tepat dan sesuai dengan kontekslah yang digunakan. Contoh kalimat Dieses Tulpe ist 100 Jahre alt. Nomina Tulpe dalam Wahrig (2006: 1505) memiliki dua makna, yaitu:
4 9 Tulpe (1) = Liliengewächs der gemäßigten Zone der Alten Welt mit aufrechten endständigen Einzelblüten: Tulipa (bunga tulip) Tulpe (2) = Bierglas mit Stiel (gelas anggur) Konteks dalam kalimat Dieses Tulpe ist 100 Jahre alt berfungsi seperti sebuah filter untuk menyeleksi dua variasi makna dari kata Tulpe, sehingga hanya variasi makna yang tepatlah yang akan digunakan untuk mengartikan kata Tulpe. Variasi makna kata Tulpe yang sesuai dengan konteks dalam kalimat Dieses Tulpe ist 100 Jahre alt adalah variasi makna kedua, yaitu gelas anggur. Variasi makna pertama bukanlah variasi makna yang sesuai dengan konteks karena variasi makna pertama berarti bunga tulip. Makna bunga tulip tidak tepat dengan konteks kalimat, karena bunga tulip tidak akan bertahan selama 100 tahun (usia bunga tulip tidak akan mencapai 100 tahun) Typisierte Vorstellungen/Stereotyp (Anggapan Khusus) Typisierte Vorstellungen (anggapan khusus) dipengaruhi oleh pengetahuan luar bahasa seseorang tentang suatu kata (Alltagwissen), interpretationschemata (skemata interpretasi) suatu kata, dan norma-norma sebuah kata (Normen). Typisierte Vorstellungen (anggapan khusus) memiliki kesamaan dengan stereotip. Dalam buku Alltagssprache, Hannapel/Melenk (1979: 253) memberikan definisi stereotip sebagai berikut: Stereotype sind vorurteilshafte Wortbedeutung. Der Ausdruck Stereotyp benennt einen besonderen Aspekte des Vorturteils: seine Verankerung in der Sprache. Menurut Hannapel/Melenk, stereotip adalah makna kata yang melekat pada suatu anggapan atau prasangka yang dikukuhkan dalam bahasa. Berdasarkan pengertian stereotip tersebut dapat disimpulkan bahwa stereotip adalah anggapan umum atau prasangka yang melekat pada makna kata, dan anggapan tersebut dimiliki secara kolektif oleh suatu masyarakat bahasa. Misalnya jika seseorang mendengar kata ibu,
5 10 strereotip yang muncul ketika mendengar kata itu adalah penuh kasih sayang, memiliki anak, dan lain sebaginya. Stereotip ikut membentuk makna asosiatif. Menurut Blanke, makna asosiatif adalah makna yang berasal dari asosiasi yang muncul dalam benak seseorang jika mendengar kata tertentu. Asosiasi ini dipengaruhi oleh faktor psikologis yang berasal dari sisi imajinasi dan psikis penerima berita, faktor pengetahuan, dan pengalaman seseorang (1973: 34). Perbedaan antara stereotip dengan makna asosiatif adalah makna asosiatif lebih bersifat individual, sedangkan stereotip bersifat kolektif dan terkait dengan masyarakat penuturnya. Pendidikan dan pengalaman seseorang mempengaruhi makna asosiatif tersebut, sehingga masing-masing individu memiliki makna asosiatf yang berbeda terhadap sebuah kata Individuelle Vorstellungen (Anggapan Pribadi) Individuelle Vorstellungen (anggapan pribadi) dipengaruhi oleh pengalaman seseorang (Erfahrungsbereich), pengetahuan seseorang (Sachkenntnis), dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang (Wertungen). Individuelle Vorstellungen (anggapan pribadi) adalah asosiasi yang benar-benar terikat dengan individu tertentu. Asosiasi ini bersifat individual, setiap pribadi memiliki asosiasi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena perbedaan ruang lingkup pengalaman, dan keahlian dalam bidang tertentu. Pengalaman seseorang dapat mempengaruhi wawasan berpikirnya Kontext (Konteks) Konteks dipengaruhi oleh Globalreferenz (referensi global) dan situasi (Situation) yang mengelilingi suatu kata. Menurut Hannapel/Melenk, konteks berfungsi sebagai filter dalam menetapkan makna suatu kata, maksudnya konteks menyeleksi makna yang tepat dari berbagai variasi makna suatu kata. Makna kata yang sesuai dengan konteks situasilah yang dipilih, sedangkan makna kata yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan konteks situasi akan disingkirkan.
6 Deiksis Salah satu cara untuk menerangkan hubungan antara bahasa dan konteks adalah dengan merefleksikan melalui struktur bahasa itu sendiri, yakni melalui deiksis (Levinson, 1983). Istilah deiksis berasal dari kata Yunani yang berarti menegaskan atau menunjuk. Deiksis digunakan untuk menentukan elemen-elemen di dalam bahasa yang secara langsung menunjuk pada suatu konteks dalam suatu teks. Kata-kata yang secara langsung menunjuk pada suatu konteks. Kata-kata yang mempunyai fungsi deiktis adalah kata-kata yang memiliki titik referensi yang tergantung pada pembicaraan atau penulis dan ditentukan oleh sudut pembicaraan atau penulis di dalam ruang dan waktu. Secara sederhana, Levinson (1983: 62) membagi deiksis ke dalam tida kategori, yakni deiksis persona, deiksis tempat, dan deiksis waktu Deiksis Persona Deiksis persona terdiri dari persona pertama, kedua, dan ketiga. Ciri-ciri yang dapat kita temukan di dalam pronominal adalah bahwa persona pertama merupakan pembicara, persona kedua merupakan kawan bicara, dan persona ketiga adalah pihak lain di luar pembicara dan kawan bicara Deiksis Waktu Sistem perhitungan dan pengukuran waktu di semua bahasa didasari oleh peredaran siang dan malam, lingkaran bulan, musim, dan tahun. Sistem tersebut dapat digunakan sebagai ukuran atau juga digunakan untuk menunjuk kapan terjadinya peristiwa. Deiksis erat kaitannya dengan peran pembicara. Misalnya, kata jetzt menunjukkan waktu pada saat si pembicara melakukan suatu ujaran. Deiksis waktu dapat ditandai dengan kala dan adverbia waktu yang mempunyai fungsi deiktis, seperti jetzt, dann, heutzutage, heute, morgen, gestern, dan sebagainya. Adverbia waktu seperti Morgen, Abend, dan Nacht tidak bersifat deiktis karena perbedaan masing-masing leksem ditentukan berdasarkan posisi planet bumi
7 12 terhadap matahari. Adverbia waktu bersifat deiktis apabila yang menjadi patokan adalah si pembicara. Kata jetzt menunjukkan waktu pada saat si pembicara mengucapkan kata itu (dalam kalimat), atau yang disebut saat tuturan. Kata gestern menunjukkan waktu satu hari sebelum saat tuturan, dan kata morgen menunjukkan waktu satu hari sesudah saat tuturan Deiksis Ruang Deiksis ruang atau tempat mengamati spesifikasi yang dihubungkan dengan titik labuh di dalam suatu petuturan. Spesifikasi lokasi tersebut dapat dilakukan dengan penggambaran atau penyebutan dan dengan penempatan. Penempatan dapat juga ditentukan oleh objek lainnya atau dengan titik referensi yang sudah pasti, misalnya Die Kirche ist 200 km von dem Bahnhof. Kalimat tersebut secara deiktis dapat ditentukan berdasarkan lokasi partisipan pada saat mengucapkan ujaran tersebut, misalnya Die Kirche ist 200 km von hier. Ada beberapa kata yang termasuk dalam deiksis ruang murni, misalnya adverbia hier, dort, dan pronomina demonstrativa dies, dan das. Adverbia hier dan dort sering dianggap sebagai dua hal yang dikontraskan, yang dipandang dari lokasi si pembicara. Dort menunjuk pada seseorang atau sesuatu yang jauh dari lokasi si pembicara, atau dapat juga dikatakan dekat dengan lokasi kawan bicara berada saat ujaran.
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Teori-teori yang saya manfaatkan dalam penelitian ini adalah teori makna Gustav Blanke (1973) dalam buku Einführung in die semantische Analyse, teori makna kontekstual Hannapel/Melenk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Univeristas Indonesia. 1 Buku cerita anak adalah segala jenis teks yang diproduksi untuk anak-anak. Pengarang buku cerita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia mengalami peristiwa kelahiran dan kematian. Berbeda dengan kelahiran, kematian merupakan suatu hal yang menakutkan dan menyedihkan. Meskipun demikian,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam Bab II ini, akan dikemukakan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis data. Teori-teori tersebut terdiri atas teori citra oleh, teori iklan oleh Nina Janich dan teori
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas
DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL Oleh : Adriani Rasinta Mananohas 070913004 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Jenis Kata. N o. Kata kerja (verba) Kata benda (nomina) Kata sifat (adjektiva) Adverbia. werben (um jmd.) gewinnen.
BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis makna kontekstual dan tanda pada 5 puisi Ingeborg Bachmann, yaitu Werbung, Trauerjahre, auf der obersten, Nacht der Liebe, dan ein neues Leben, dapat disimpulkan
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa adalah system tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan aleh para anggota kelompok tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan
Lebih terperinci1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis sebagai salah satu kajian pragmatik yang pemaknaan suatu bahasa harus disesuaikan dengan konteksnya. Pemakaian bahasa yang tidak teratur dan tidak
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Di dalam Grammatik tata bahasa bahasa Jerman terdapat aturan-aturan yang berbeda dengan bahasa lainnya, misalnya konjugasi verba yang disesuaikan degan subjek.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,
Lebih terperinci2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Pada umumnya, masyarakat Indonesia menguasai dua bahasa yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi dalam lingkungan menjalani hidup dengan normal.sejak lahir dia sudah bergaul denganmasyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Purwo menjelaskan bahwa sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan juga tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang. benar-benar ada dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang benar-benar ada dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para pembacanya, baik yang mengenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan
Lebih terperinciARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM
ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA, PENUNJUK, DAN WAKTU DALAM NOVEL SUNSET BERSAMA ROSIE KARYA TERE-LIYE ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM 110388201128 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Lebih terperinciHerlina Jasa Putri Hrp Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK
ANALISIS DEIKSIS BAHASA JERMAN Herlina Jasa Putri Hrp Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Artikel ini membicarakan deiksis dalam konteks wacana tulis bahasa Jerman yang bersumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna ucapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang dijadikan sebagai perantara dalam pembelajaran. Penggunaan bahasa sesuai dengan kedudukannya yaitu pada situasi resmi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Erdi Sunarwan, Muhammad Rohmadi, Atikah Anindyarini Universitas Sebelas Maret E-mail: sn_erdi@yahoo.com Abstract: The objective of this
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana
BAB V PENUTUP Bab V ini memuat dua aspek, yakni (1) simpulan dan (2) saran. Kedua aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. 5.1 Simpulan Sesuai dengan jumlah masalah yang telah dirumuskan, simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar suatu bahasa tidak terlepas dari latihan keterampilan berbahasa. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman terdapat empat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman dan penentuan apakah sebuah ujaran bersifat deiksis atau bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam menganalisis pemakaian bahasa adalah maksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pragmatik ialah ilmu bahasa yang mempelajari makna berdasarkan situasi dan tempat tuturan dilakukan. Levinson (dalam Suwandi, 2008: 64) menyatakan pragmatik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian kebahasaan yang berhubungan dengan kajian pragmatik khususnya pada kajian deiksis bukanlah hal yang baru lagi dalam penelitian bahasa. Sudah ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. Keterampilan menulis dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan
Lebih terperinciPEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI
PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciM.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA
M.K SEMANTIK Pertemuan Ke-4 RAGAM MAKNA Ragam Makna/Jenis Makna Berdasarkan jenis semantiknya Makna leksikal Makna gramatikal Berdasarkan ada tidaknya referen suatu kata Makna referensial Makna nonreferensial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Deiksis Linguistik adalah ilmu yang mencoba untuk memahami bahasa dari sudut pandang struktur internal (Gleason, 1961:2). Struktur internal linguistik ialah fonologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS
TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis merupakan istilah dari bahasa Yunani Kuno yang digunakan untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjuk melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri khas manusia yang membedakan dari makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat mengemukakan segala pengetahuan, perasaan, pikiran, gagasan,
Lebih terperinciRadio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 13 Hari Bunga Mawar
Pelajaran 13 Hari Bunga Mawar Reaksi terhadap gairah karnaval terbagi dalama redaksi Radio D. Compus menugaskan kedua redaktur berangkat ke Schwarzwald (Blackforest), pusat Karnaval di Jerman. Namun, tidak
Lebih terperinciRadio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak
Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak dan bertanya kepada laki-laki yang dianggap sebagai Raja Ludwig di istana Schloss Neuschwanstein. Tetapi secara kebetulan menemukan sesuatu yang menarik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada
Lebih terperinciRegister dalam Resep Masakan pada Deutsch Kochen für Anfänger di DW-TV Rusmiati
Register dalam Resep Masakan pada Deutsch Kochen für Anfänger di DW-TV Rusmiati Abstrak Skripsi ini berjudul Register dalam Resep Masakan pada Deutsch kochen für Anfänger di DW-TV. Acara tersebut menampilkan
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS CITRA PRODUK WIND: SEBUAH SKRIPSI METHA DWI DEPOK
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS CITRA PRODUK JASA KERETA API DEUTSCHE BAHN DALAM KOMIK RÜCKEN WIND: SEBUAH STUDI SEMANTIK DAN SEMIOTIK SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan struktur yang baku yang biasa disebut tata bahasa. Penguasaan tata bahasa merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Tipe studi ini melibatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi mengenai wacana sangat menarik untuk dilakukan terutama mengenai analisis wacana. Analisis wacana dapat berupa kajian untuk membahas dan menginterpretasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.
1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti melakukan pembatasan masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur
Lebih terperinciRadio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 01 Pulang Kampung
Pelajaran 01 Pulang Kampung mengendarai mobilnya menuju sebuah desa, di mana ibunya, Hanne, tinggal. Di sana, ia berharap bisa bersantai. Tetapi tidak lama kemudian, di desa yang tampak tenang ini, ia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses mental seseorang dapat mempengaruhi tuturan seseorang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses mental seseorang dapat mempengaruhi tuturan seseorang. Seseorang yang bertutur tidak akan pernah bisa lepas dari kondisi mental atau kondisi emosi yang sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci
Lebih terperinci2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciMasmimar Mangiang, Dasar-dasar Penulisan materi kuliah Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia
Menulis adalah merekonstruksi fakta, dan alat untuk merekonstruksi itu adalah bahasa. Kata atau pilihan kata menjadi sangat menentukan dalam hal mengungkapkan makna atau pengertian yang hendak kita nyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dalam masyarakat. Bahasa juga sebagai saluran perumusan ide atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai salah satu pranata manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa sebagai alat penyampaian informasi yang sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta memberikan berbagai informasi kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi
Lebih terperinciBAB 2 KERANGKA TEORI
BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1 Definisi Metafora Menurut Kurz yang mengutip Aristoteles, metafora berasal dari sebuah kata yang memiliki konteks. Definisi metafora menurutnya adalah sebagai berikut: Die Metapher
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN GAYA BAHASA PADA IKLAN DOVE BERBAHASA JERMAN DAN BERBAHASA INDONESIA DITINJAU DARI SEGI SINTAKSIS DAN SEMANTIS
ANALISIS PERBANDINGAN GAYA BAHASA PADA IKLAN DOVE BERBAHASA JERMAN DAN BERBAHASA INDONESIA DITINJAU DARI SEGI SINTAKSIS DAN SEMANTIS MAKALAH NONSEMINAR FANNY PUJI RAKHMI 1006701592 PROGRAM STUDI JERMAN
Lebih terperinciPENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI
PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman berbahasa setiap orang berbeda di setiap budaya. Berkumpulnya berbagai budaya di suatu tempat, seperti ibukota negara, menyebabkan bertemunya berbagai budaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan. Hal ini
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa tidak terlepas dari
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Semantik Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi umat manusia. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa tidak terlepas dari makna dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian
Lebih terperinci