DAMPAK PELATIHAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DI KABUPATEN BANDUNG. Oleh : Nataliningsih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK PELATIHAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DI KABUPATEN BANDUNG. Oleh : Nataliningsih"

Transkripsi

1 Ringkasan DAMPAK PELATIHAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Nataliningsih Metode penyuluhan pertanian partisipatif adalah suatu metode pembelajaran atau penyampaian informasi bagi petani yang ditujukan untuk memberdayakan petani atau kelompok tani agar mampu memecahkan sendiri masalah usahatani yang dihadapinya serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pelatihan atau training metode penyuluhan pertanian partispatif bagi petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas PPL dan berdampak pada peningkatkan kinerjanya. Pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partisipatif diselenggarakan bagi seluruh petugas Penyuluh Pertanian Lapangan se kabupaten Bandung, pelatihan berlangsung selama 15 minggu dengan akreditasi 269 jam 45 menit, yang terdiri dari belajar di kelas selama 112 jam pelatihan dan praktek di lapangan selama 157 jam pelatihan, pelaksanaan pelatihan mulai bulan bulan Februari 2007 bertempat di Balai Besar Diklat Agribisnis Hortikultura Kayu Ambon Lembang. Dampak pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partisipatif adalah peningkatan pengetahuan, sikap serta ketrampilan PPl dalam menjalankan tugasnya yang ditunjukkan dengan teridentifikasinya petani maju, kelompok tani unggulan, serta aspek khas dari setiap wilayah kerja petugas PPL yang dapat di kembangkan sebagai unggulan lokal daerahnya. Summary Method of participative agriculture extension of learning or delivering information that the obyective is for empowering farmers or farmer groups in order to have capability to solve their farmer business problem by themselves and able to improve their life welfare. Training method of participative agricultural extension for field agriculture extension worker (called PPL) expected able to knowledge and skill of PPL and give impact on performance improvement this training was intended for PPL in the Bandung District area. The training lasted 15 weeks with acredite of 269 training 45 minutes, consist of learning in the classroom for 112 training haours and practical in the field for 157 training hours, was carried out on February 2007 placed in BBDAH Kayu Ambon, Lembang. The training impact of Participave Agricultural Extension Method are improving knowledge, attitude and skill of PPL indoing their taskshown by capability to identificate improved farmer,superior farmer group, and specific aspect from each working area of PPL that can be improved as a local leading in their area. 1

2 I. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas usaha tani di pedesaan, perubahan-perubahan mana hendaknya menyangkut tingkat pengetahuan, kecakapan dan kemampuan sikap serta motif tindakan petani. Berkurangnya jumlah petani miskin dan meningkatnya pendapatan petani merupakan prasyarat terwujudnya kesejahteraan masyarakat tani yang menjadi sasaran dari pembangunan pertanian. Usaha untuk mewujudkan tujuan pembangunan pertanian tersebut mensyaratkan akan ketangguhan dari komponen-komponen sistem pertanian yang bertindak sebagai pelaku pembangunan pertanian. Komponen sistem pertanian tersebut antara lain : aparat pertanian, petani, lembaga ekonomi, dan lembaga sosial pedesaan. Salah satu ketangguhan komponen aparat pertanian adalah petugas penyuluhan mempunyai kepekaan terhadap masalah-masalah pertanian yang selalu berkembang, mampu mendorong daya kreativitas untuk mengembangkan keahlian, ketrampilan, dan produktivitasnya. Berdasarkan kenyataan di lapangan, latar belakang pendidikan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan sangat bervariasi dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam menyampaikan penyuluhan sangat rendah sehingga proses penyuluhan kurang berhasil yang ditunjukkan sedikitnya jumlah petani yang hadir saat penyuluhan. Kenyataan ini menimbulkan pertanyaan bagaimanakah cara petugas PPL dapat menyampaikan penyuluhan yang efektif dan efisien yang dapat memotivasi petani untuk meningkatkan usaha taninya. 2

3 Tujuan kegiatan pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partisipatif ini adalah 1) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petugas PPL dalam berkomunikasi dengan petani 2) Mengembangkan metode penyuluhan pertanian secara partisipatif dan memanfaatkan informasi inovasi untuk membantu memecahkan masalah-masalah usahatani petani 3) Memotivasi petugas PPL agar lebih kompeten dan mandiri dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya Rumusan masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang ada maka beberapa rumusan masalah penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kurikulum pembelajaran pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif yang diselenggarakan bagi petugas PPL di kabupaten Bandung? 2. Adakah dukungan atau hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pelatihan maupun penerapan hasil pelatihan yang telah diikuti oleh petugas PPL? 3. Bagaimanakah dampak pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif dalam menunjang kinerja petugas PPL dalam menjalankan tugasnya? 4. Apakah hasil praktek lapang yang dilakukan oleh petugas PPL setelah mengikuti kegiatan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif? 1.3. Tujuan penelitian 3

4 Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kondisi aktual tentang dampak pelaksanaan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif bagi petugas PPL dengan cara mengetahui, mengamati, mengkaji, menganalisis dan mendeskripsi tentang : 1. Kurikulum pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif bagi petugas PPL se Kabupaten Bandung. 2. Hambatan dan dukungan yang muncul selama pelatihan maupun dalam penerapan hasil pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif. 3. Dampak pelatihan terhadap kinerja petugas PPL dalam menjalankan tugasnya sebagai penyuluh pertanian. 4. Hasil praktek lapangan yang dilakukan oleh petugas PPL setelah mengikuti kegiatan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif. Tinjauan Pustaka Menurut Van Den Ban dan Hawkins (2003), pemilihan metode penyuluhan yang paling efektif adalah gabungan dari berbagai metode yang disukai tergantung pada : 1) tujuan, 2) ukuran dan tingkat pendidikan kelompok sasaran, 3) tingkat kepercayaan antara kelompok sasaran dan agen penyuluh, 4) ketrampilan penyuluh, 5) tenaga kerja serta sumber daya yang tersedia. Selanjutnya dikatakan oleh Rokhedi (2005), bahwa metode penyuluhan pertanian partisipatif adalah suatu metode pembelajaran dengan melibatkan petani secara langsung dalam mengidentifikasi masalah petani, merencanakan kegiatan penyuluhan serta mengevaluasi hasil kegiatan penyuluhan. Prinsip pembelajaran partisipatif menurut Sudjana (2000), adalah berdasarkan kebutuhan belajar, berorientasi pada tujuan kegiatan pembelajaran, berpusat pada peserta 4

5 didik dan berangkat dari pengalaman kerja. Sedangkan langkah-langkah dalam pembelajaran partisipatif adalah membantu peserta didik dalam menciptakan iklim belajar, menyusun kelompok belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar, menyusun tujuan belajar, merancang pengalaman belajar, melakukan langkah kegiatan pembelajaran dan menilai proses dan hasil kegiatan pembelajaran. Penyuluhan dalam arti umum merupakan sistem pendidikan yang bersifat non formal atau suatu sistem pendidikan di luar sistem persekolahan biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu tetap mengerjakan sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan sendiri. Sedangkan arti penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya (Sastraatmadja, 1993). Tujuan penyuluhan jangka pendek menurut Kartasapoetra (1998) adalah untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas usaha tani di pedesaan, perubahan perubahan mana hendaknya menyangkut tingkat pengetahuan, kecakapan dan kemampuan sikap serta motif tindakan petani. Sedangkan tujuan penyuluhan jangka panjang yaitu agar tercapai peningkatan taraf hidup masyarakat petani, mencapai kesejahteraan hidup lebih terjamin. Hal ini tercapai jika para petani dalam masyarakat itu telah melakukan better farming ( mengubah cara-cara usaha taninya dengan cara-cara yang lebih baik ), better business (berusaha yang lebih menguntungkan ) dan better living (berhemat tidak berfoya-foya setelah melangsungkan panenan, menabung, bekerja sama memperbaiki higinis lingkungan, mendirikan industri rumah 5

6 tangga dengan mengikut sertakan keluarganya guna mengisi kekosongan waktu selama menunggu panenan). Berdasarkan cepat lambatnya para petani menerapkan inovasi teknologi yang diterima melalui penyuluhan pertanian, Kartasapoetra (1998) membagi golongan petani menjadi 5 yaitu : 1. golongan innovator 2. penerap inovasi teknologi lebih dini (early adopter) 3. penerap inovasi teknologi awal (early majority) 4. penerap inovasi teknologi yang lebih akhir (late majority) dan 5. penolak inovasi teknologi ( laggard). Penggunaan teknologi tepat guna di Propinsi Jawa barat menurut Saleh (2005), lebih banyak dilakukan oleh masyarakat untuk proses produksi sektor usaha pertanian. Karena area wilayah Jawa barat didominasi sektor pertanian maka dibutuhkan aparat pertanian yang mempunyai kemampuan menggali informasi dari petani yang maju tetang inovasi teknologi yang digunakan dan menyampaikan informasi tersebut kepada petani lain untuk meningkatkan usaha taninya. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Rokhedi (2005),menunjukkan bahwa petugas PPL yang ada di Kabupaten Bandung rata-rata mempunyai jenjang pendidikan D III dengan berbagai disiplin ilmu, hal ini mempengaruhi ketrampilan petugas PPL dalam menjalankan tugasnya sebagai penyuluh pertanian. Berdasarkan kondisi ini maka ketrampilan petugas PPL dapat ditingkatkan melalui pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif yang hasilnya diharapkan dapat meningkatkan 6

7 pengetahuan, sikap serta ketrampilan petugas PPL. Dampak pelatihan adalah kinerja petugas PPL lebih efisien dan efektif dalam menjalakan tugasnya. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey. Pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partispatif diikuti oleh 86 orang PPl yang merupakan utusan dari 41 BPP (Balai Penyuluhan Pertanian ) se Kabupaten Bandung. Kegiatan pelatihan dibagi dalam 3 gelombang kegiatan pelatihan. Sebagai subyek penelitian dipilih secara purposif sebanyak 10 orang dari masing-masing gelombang kegiatan sehingga dengan 3 gelombang kegiatan pelatihan diperoleh 30 PPL. Sebagai data penunjang dilakukan wawancara dengan 3 orang widyaiswara (instruktur pelatihan ) dan lembaga penyelenggara program pelatihan. Teknik pengumpulan data dalan penelitian ini adalah observasi partisipatif, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan, sedangkan peneliti berperan sebagai instrument penelitian artinya peneliti berperan langsung berinteraksi dan berkomunikasi dengan sumber data dalam suatu wawancara sesuai data yang dibutuhkan. Pedoman wawancara terbuka disusun untuk membantu pelaksanaan pengambilan data dari subyek penelitian yang hasilnya dianalisis dan dideskripsikan sesuai tujuan penelitian. Cara kerja dalam penelitian ini adalah dengan melaksanakan kegiatan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif bagi petgas PPL dengan kurikulum sebagai berikut : 7

8 No Tahap an Kegiatan Lokasi Waktu metode Keteran gan akredita si 1 Sesi 1 1.Iidentifikasi masalah petani 2.Butir-butir analisis untuk penggalian informasi 3. Teknik observasi dan penggalian informasi 4. Kerangka acuan untuk analisis kasus. 2 Field Work 1 1.Pemilihan kasus petani maju dan kelompok tani unggulan di wilayah kerja PPl. 2. Penggalian informasi tentang kasus terpilih 3. Penetapan aspek khas dari kasus terpilih 4. Penyusunan lembaran informasi. 3 Sesi 2 Analisis kasus 1.Identifikasi aspek khas yang diamati 2.Kesimpulan informasi kasus 4 Field work 2 1.Penggalian informasi tambahan kasus terpilih. 2. Penyempurnaan lembaran informasi 5 Sesi 3 Metode-metode peyuluhan : 1.Persiapan aplikasi informasi 2. Penyusunan materi penyuluhan 6 Field work 3 1.Penyusunan akhir materi penyuluhan 2.Pemilihan sasaran penyajian materi penyuluhan 3.Uji coba penerapan informasi melalui penyajian penyajian materi penyuluhan pertanian. 7 Sesi 4 1.Pengalaman penerapan informasi 2. Tinjauan dan evaluasi program pelatihan 3. Penyusunan rencana tindak lanjut Kelas 6 hari Tatap muka, diskusi kelompok, presentasi kelompok Lapang an 7 hari Wawancara langsung, observasi lapangan Kelas 4 hari Tatap muka, diskusi kelompok, presentasi kelompok Lapang an 5 hari Wawancara langsung,oberva si lapangan Kelas 3 hari Tatap muka, demonstrasi pengoperasian komputer, camera digital, internet, penyusunan leaflet Lapanga n 7 hari Praktek lapang pengoperasian internet, camera digital, penyusunan leaflet untuk penyuluhan Kelas 2 hari Praktek lapang penyampaian leaflet, tatap muka di kelas. 53 jam 56 jam 28 jam 40 jam 24 jam 56 jam 12 jam 8

9 Hasil dan Pembahasan Prinsip pembelajaran partisipatif menurut Sudjana (2000), adalah berdasarkan kebutuhan belajar, berorientasi pada tujuan kegiatan pembelajaran, berpusat pada peserta didik dan berangkat dari pengalaman kerja. Selama pelatihan widyaiswara bertindak sebagai fasilitator yang membantu PPL melakukan kegiatan yang disusun dalam kurikulum tersebut. 1. Kurikulum proses pembelajaran pelatihan metode penyuluhan pertanian partsipatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan para PPL yang dijadikan sumber data penelitian setelah mengikuti proses pelatihan menunjukan bahwa kegiatan pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian partispatif ini dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan PPL dalam hal : 1. Metode dan teknik wawancara dengan petani 2. Teknik menyusun pedoman wawancara dengan petani 3. Metode dan teknik penggalian informasi dari petani 4. Teknik menyusun informasi 5. Teknik menyusun informasi sebagai materi penyuluhan 6. Metode dan teknik penyuluhan pertanian Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petugas PPL tersebut dapat dibuktikan dengan tersusunnya leaflet yang memuat informasi beserta gambarnya yang merupakan hasil wawancara dengan petani maju tentang aspek khas yang dapat dikembangkan didaerahnya, leaflet tersebut digunakan sebagai bahan penyuluhan sehingga penyuluhan 9

10 lebih efisien dan menarik minat petani mengikuti penyuluhan.leaflet yang disusun oleh petugas PPL mempermudah petani mengingat hasil penyuluhan yang telah diikutinya. 2. Hambatan dan dukungan selama pelatihan dan penerapan hasil pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif Yang menjadi hambatan selama pelaksanaan pelatihan adalah penggunaan teknologi tinggi dalam pembelajaran yaitu menggunakan kamera digital untuk membuat dokumentasi hasil informasi aspek khas petani maju, membuat lembar informasi yang memuat gambar hasil dokumentasi serta menyusun informasi yang diperlukan. Kegiatan ini menggunakan teknologi tinggi dimana tidak semua PPL mampu secara cepat mengikuti pengetahuan dan ketrampilan ini, oleh karena itu latihan yang terus menerus sehingga setiap PPL mampu menyusun informasi yang dapat menarik petani, untuk membantu kelancaran pelaksanaan penyuluhan. Dukungan muncul dari motivasi yang tinggi dari peserta pelatihan untuk mengikuti ketrampilan memahami perkembangan iptek yaitu pengoperasian internet dan camera digital dalam rangka penyusunan leaflet penyuluhan Hasil wawancara langsung dengan para PPL yang menjadi subyek penelitian tentang proses penerapan hasil pelatihan dalam melaksanakan tugas di lapangan mengatakan bahwa pengetahuan dan ketrampilan dalam wawancara sangat membantu pelaksanaan penyuluhan, dengan adanya penyusunan pedoman wawancara dapat memperlancar kegiatan wawancara dengan petani untuk menggali informasi dari petani. Informasi inovasi teknologi diperoleh dari petani maju atau kelompok tani unggulan, 10

11 sedangkan wawancara dengan petani kurang maju dilakukan untuk menggali masalah petani serta memecahkan masalah tersebut Kendala dalam penerapan hasil pelatihan adalah tidak setiap Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) mempunyai sarana teknologi tinggi yaitu komputer, internet maupun kamera digital yang digunakan untuk menyusun lembar informasi. Kendala ini menghambat keberhasilan proses transfer pengetahuan maupun inovasi teknologi dari petani maju ke petani kurang maju. Karena petani kurang maju akan lebih dapat menerima informasi inovasi teknologi jika ada bukti-bukti dokumentasi. 3. Dampak Pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partisipatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas PPL, dampak yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif adalah petugas PPL: a. Mampu menyusun rencana kegiatan penyuluhan. b. Mampu melakukan wawancara untuk penggalian informasi. c. Mampu menyusun lembar informasi inovasi teknologi d. Mampu menyampaikan informasi kepada petani e. Mampu mengevaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan. f. Mampu menyusun rencana tindak lanjut kegiatan penyuluhan. Yang ditunjukkan dengan tersusunnya Rencana Kegiatan Penyuluh (RKP), tersusunnya materi penyuluhan, leaflet penyebaran informasi yang dapat meningkatkan kinerja petugas PPL dalam menjalankan tugasnya sebagai penyuluh pertanian. 11

12 4. Hasil pelaksanaan Field Work (praktek lapangan) Kegiatan praktek lapangan yang merupakan kegiatan mempraktekan teori dan demonstrasi yang diperoleh selama proses pelatihan adalah praktek penggalian informasi dari petani maju dan kelompok tani unggulan serta informasi aspek khas produk pertanian lokal di wilayah kerja masing-masing petugas PPL. Hasil kegiatan ini adalah terkumpulnya data base informasi petani maju, kelompoktani unggulan serta aspek khas dari seluruh Kabupaten Bandung yang merupakan sumber informasi yang dapat diakses oleh petugas PPL lain yang membutuhkannya melalui website Sebagai contoh data informasi yang dapat diakses oleh petugas PPL dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung, yaitu tentang kelompok tani unggulan, maka informasi yang diperoleh adalah kelompok tani Sari Bumi 8 dengan aspek yang diamati penentuan pasar produksi bawang merah oleh kelompok secara langsung ke pasar induk, sedangkan informasi petani maju yaitu bapak Endang Sudirman dengan aspek khas yang diamati adalah usaha tani tanaman bawang tumpang gilir dengan cabe. Informasi ini memberikan pengetahuan kepada kelompok tani lain tentang bagaimana mengatur pemasaran bawang agar tidak mengalami kerugian, serta informasi cara bercocok tanam tumpang gilir antara bawang dengan cabe agar produksi maksimal. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1. Kurikulum Pelatihan Metode Penyuluhan Pertanian Partisipatif memuat pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh petugas PPL. 12

13 Saran 2. Hambatan yang timbul adalah berkaitan dengan ketrampilan pengoperasian komputer, internet dan kamera digital dan ketersediaan sarana di wilayah kerja petugas PPL, serta dukungan yang timbul karena adanya motivasi yang tinggi dari para peserta pelatihan untuk dapat mengikuti perkembangan iptek yang diajarkan. 3. Dampak pelatihan menunjukan meningkatnya kemampuan PPL dalam proses kegiatan penyuluhan mulai dari wawancara penggalian informasi, penyusunan lembar informasi, menyusun rencana penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, evaluasi kegiatan penyuluhan serta penyusunan rencana tindak lanjut penyuluhan yang dapat meningkatkan kinerja petugas PPL. 4. Hasil pelaksanaan praktek lapangan adalah tersusunnya database informasi petani maju dan kelompok tani unggulan yang dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi PPL dalam penyampaian materi penyuluhan. Kendala dari penerapan hasil pelatihan adalah ketersediaan sarana dan prasarana, oleh karena itu disarankan adanya dukungan lembaga terkait untuk menyediakan prasarana tersebut untuk memperlancar proses penyuluhan. Sebagai tindak lanjut penelitian ini adalah dilakukan penelitian pengembangan model penerapan hasil pelatihan untuk diterapkan pada petani kurang maju, sehingga dapat memanfaatkan informasi petani maju dan kelompok tani unggulan untuk memecahkan masalah petani maupun kelompok tani kurang maju dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Daftar Pustaka Kartasapoetra, 1998). Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina Aksara, Jakarta. Rokhedi, Identifikasi Status Kelompok tani di Kabupaten Bandung, BBDAH Kayuambon, Lembang, Bandung 13

14 Saleh F., 2005, Teknologi Tepat Guna, Masyarakat dan Kebudayaan, YP3M, Bandung. Sastraatmadja,1993. Penyuluhan Pertanian, Alumni, Bandung. Sudjana, Strategi Pembelajaran, Falah Production, Bandung. Van Den Ban dan Hawkins, 2003, Penyuluhan Pertanian, Kanisius, Yogjakarta. Riwayat penulis : Hj. Nataliningsih, MPd adalah dosen Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten yang diperbantukan di Universitas Bandung Raya. 14

DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELOMPOK TANI PEMULA

DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELOMPOK TANI PEMULA DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELOMPOK TANI PEMULA ( Studi kasus di kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung) Oleh : Nataliningsih Abstrak Penyuluhan pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING KABUPATEN DONGGALA. OLEH : SYAMSYIAH GAFUR, dkk

LAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING KABUPATEN DONGGALA. OLEH : SYAMSYIAH GAFUR, dkk LAPORAN PELAKSANAAN PELATIHAN PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN KERING KABUPATEN DONGGALA OLEH : SYAMSYIAH GAFUR, dkk BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu, usahatani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara, termasuk Indonesia. Pembangunan itu sendiri diartikan sebagai upayaupaya

I. PENDAHULUAN. negara, termasuk Indonesia. Pembangunan itu sendiri diartikan sebagai upayaupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebuah program yang selalu dilakukan oleh setiap negara, termasuk Indonesia. Pembangunan itu sendiri diartikan sebagai upayaupaya yang diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi. Hal ini karena pembangunan pertanian mampu menyediakan bahan pangan,

Lebih terperinci

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan

LOGO. Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan LOGO Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan Pelatihan Orientasi Program Perkuliahan Tujuan Substansi Isi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Kebijakan Perkuliahan 16 kali pertemuan tatap muka, termasuk Ujian

Lebih terperinci

Achmad Hufad dan Nataliningsih ABSTRACT

Achmad Hufad dan Nataliningsih ABSTRACT 1 Pengembangan Model Implementasi Penyuluhan Pertanian Partisipatif Pada Kelompok Tani Pemula (kasus pada beberapa kelompok tani pemula di kecamatan Cileunyi, Kecamatan Rancaekek dan Kecamatan Cilengkrang

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014 KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANG (PPL) DALAM PENERAPAN PANCA USAHATANI JAGUNG SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KEMAJUAN USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Agricultural Extension

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK MASYARAKAT PETANI BAWANG MERAH DI DESA NUSAJAYA HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA. Sofyan Samad 1, Sundari 2

IBM KELOMPOK MASYARAKAT PETANI BAWANG MERAH DI DESA NUSAJAYA HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA. Sofyan Samad 1, Sundari 2 IBM KELOMPOK MASYARAKAT PETANI BAWANG MERAH DI DESA NUSAJAYA HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA Sofyan Samad 1, Sundari 2 1 Study Program of Agro-technology Faculty of Agriculture Universitas Khairun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyebutkan bahwa penyuluhan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha untuk menjadikan sektor pertanian yang handal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan diperlukan pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah kualitas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sasaran utama dari pembangunan adalah pembangunan manusia seutuhnya, karena tanpa adanya perubahan yang terjadi didalam diri manusia yang dibangun, maka akan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 55 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Sebagai badan, suatu peran tidak dapat tumbuh dan berkembang sendiri tanpa adanya partisipasi masyarakat. Selain sebagai institusi ekonomi, peran juga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan di Indonesia secara umum akan berhasil jika didukung oleh keberhasilan pembangunan berbagai sektor. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN TEKNIS SPESIFIK LOKALITA

PANDUAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN TEKNIS SPESIFIK LOKALITA PANDUAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN TEKNIS SPESIFIK LOKALITA PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2 0 0 9 1 LATAR BELAKANG Penyuluhan Pertanian merupakan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Semua Peubah Bebas (Xi) Terhadap Peubah Tidak Bebas (Y)

V. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Semua Peubah Bebas (Xi) Terhadap Peubah Tidak Bebas (Y) V. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Semua Peubah Bebas (Xi) Terhadap Peubah Tidak Bebas (Y) Berdasarkan hasil penelitian terbukti, ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas (Umur petani, Tingkat pendidikan

Lebih terperinci

Dr. Ir. Benu Olfie L.S, MS. (Ketua) Ir. Celcius Talumingan, MP. (Anggota) Yolanda P. I Rori, SP. MSc. (Anggota) 2

Dr. Ir. Benu Olfie L.S, MS. (Ketua) Ir. Celcius Talumingan, MP. (Anggota) Yolanda P. I Rori, SP. MSc. (Anggota) 2 Kinerja Penyuluh Pertanian Terhadap Kelompok Tani Mega Mendiri Di Desa Kolongan Kecamatan Kalawat Marco Marsel Sambeka 1 Dr. Ir. Benu Olfie L.S, MS. (Ketua) Ir. Celcius Talumingan, MP. (Anggota) Yolanda

Lebih terperinci

TINGKAT EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENYULUHAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN TANJUNGSARI

TINGKAT EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENYULUHAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN TANJUNGSARI TINGKAT EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENYULUHAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN TANJUNGSARI Syahirul Alim Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

ARTIKEL KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DI DESA PAHALETEN KECAMATAN KAKAS CHRISTIAN MERAY Dosen Pembimbing :

ARTIKEL KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DI DESA PAHALETEN KECAMATAN KAKAS CHRISTIAN MERAY Dosen Pembimbing : ARTIKEL KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DI DESA PAHALETEN KECAMATAN KAKAS CHRISTIAN MERAY 050 314 044 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Benu Olfie L.S. MS 2. Dr. Ir. Gene H. M. Kapantow, MIKomp, MSc 3.

Lebih terperinci

PENGENALAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI PADI SAWAH DI DESA KEBUN KELAPA KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT

PENGENALAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI PADI SAWAH DI DESA KEBUN KELAPA KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT Volume 23 No. 1, Januari Maret 2017 p-issn: 0852-2715 e-issn: 2502-7220 PENGENALAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI PADI SAWAH DI DESA KEBUN KELAPA KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT Endang Sari Simanullang

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN :

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN : KARAKTERISTIK KEINOVATIFAN PETANI PADI SAWAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM KELOMPOK TANI ( Studi Kasus di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat) Eko Setiawan

Lebih terperinci

PERAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KELOMPOK TANI DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KELOMPOK TANI DI KABUPATEN SUKOHARJO AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal. 341-352 ISSN 2302-1713 PERAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KELOMPOK TANI DI KABUPATEN SUKOHARJO Rusita Dewi Saputri,Sapja Anantanyu,

Lebih terperinci

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Juni 2006, Vol. 2, No. 2 HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA (THE RELATIONSHIP

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah. PENDAHULUAN Latar Belakang Pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para petani di pedesaan sudah semestinya diperhatikan pada masa pembangunan saat ini. Kenyataannya kehidupan para petani di pedesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber

Lebih terperinci

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI DESA BELANGA KINTAMANI ABSTRACT

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI DESA BELANGA KINTAMANI ABSTRACT 1 PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI DESA BELANGA KINTAMANI SUKEWIJAYA, I M., RINDANG DWIYANI, I.A.MAYUN, N.N. ARI MAYADEWI, DAN COK. G.A. SEMARAJAYA Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG CAPAIAN KINERJA TAHUN No. Kegiatan Sasaran Indikator Target Realisasi % Capaian

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG CAPAIAN KINERJA TAHUN No. Kegiatan Sasaran Indikator Target Realisasi % Capaian BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG CAPAIAN KINERJA TAHUN 2014 No. Kegiatan Sasaran Indikator Target Realisasi % Capaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 DIKLAT TEKNIS PERLINDUNGAN PADI (1 DIKLAT

Lebih terperinci

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS (Kasus: Desa Gunung Manobot Kec. Lubuk Barumun Kab. Padang Lawas) Pinta Marito Daulay *), Yusak Maryunianta **) dan

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN KEBERDAYAAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PENYULUHAN DAN KEBERDAYAAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU PENYULUHAN DAN KEBERDAYAAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU THE ROLE AND EMPOWERMENT INDEPENNDENT SMALL HOLDER FARMERS OF RUBBER IN KELAYANG SUB-DISTRICT INDRAGIRI

Lebih terperinci

JUDUL PENGUATAN KELEMBAGAAN PENELITIAN, PELATIHAN DAN WORKSHOP TAHUN ANGGARAN 2010

JUDUL PENGUATAN KELEMBAGAAN PENELITIAN, PELATIHAN DAN WORKSHOP TAHUN ANGGARAN 2010 JUDUL PENGUATAN KELEMBAGAAN PENELITIAN, PELATIHAN DAN WORKSHOP TAHUN ANGGARAN 2010 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NTT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: Vol. 7, No. 1, Januari 2018

E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: Vol. 7, No. 1, Januari 2018 Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai Fasilitator dalam Penggunaan Metode Belajar Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi) (Kasus di Gapoktan Madani, Desa Sampalan Klod, Kecamatan Dawan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dimanfaatkan menjadi wadah yang berupaya mengakomodir kegiatan yang

I. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dimanfaatkan menjadi wadah yang berupaya mengakomodir kegiatan yang I. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelompok Tani Kelompok merupakan sekumpulan orang yang menjalin hubungan dengan tujuan yang sama dan kepentingan yang sama. Di masyarakat kelompok banyak

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12

2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12 No.2067, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. TRAINING OF FACILITATOR. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PELATIHAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Aliyah (MA) merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah. setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan pendidikan MA

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Aliyah (MA) merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah. setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan pendidikan MA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah Aliyah (MA) merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan pendidikan MA berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN UMUM BALAI LATIHAN KERJA

BAB 2 TINJAUAN UMUM BALAI LATIHAN KERJA BAB 2 TINJAUAN UMUM BALAI LATIHAN KERJA 2.1. Pengertian Balai Latihan Kerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), pengertian dari Balai Latihan Kerja dapat dijabarkan sebagai berikut : Balai

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MAGELANG

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MAGELANG STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MAGELANG Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Agribisnis Budi Pamilih

Lebih terperinci

Pengertian, Fungsi, dan Cakupan Administrasi Penyuluhan Pertanian

Pengertian, Fungsi, dan Cakupan Administrasi Penyuluhan Pertanian Modul 1 Pengertian, Fungsi, dan Cakupan Administrasi Penyuluhan Pertanian P PENDAHULUAN Ir. A. Suwandhi enyuluhan pertanian pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pendidikan formal bagi petani dan keluarganya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Kinerja berasal dari pengertian performance. Performance adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

KOMPETENSI PENYULUH DALAM MENGAKSES INFORMASI PERTANIAN (KASUS ALUMNI UT DI WILAYAH SERANG)

KOMPETENSI PENYULUH DALAM MENGAKSES INFORMASI PERTANIAN (KASUS ALUMNI UT DI WILAYAH SERANG) KOMPETENSI PENYULUH DALAM MENGAKSES INFORMASI PERTANIAN (KASUS ALUMNI UT DI WILAYAH SERANG) Nurul Huda (nurul@mail.ut.ac.id) Ludivica Endang Setijorini Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Terbuka ABSTRACT

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP KEPUTUSAN PETANI PADI ORGANIK DALAM MENJALIN KEMITRAAN DENGAN PERUSAHAAN BERAS PADI MULYA DI KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Oleh : Rita Tutik

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PENGANTAR PENGEMBANGAN MASYARAKAT Buku Ajar: PENGANTAR PENGEMBANGAN MASYARAKAT BS 31210 (2 SKS) KOORDINATOR: Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP., MSi NIP. 197809142000121001 PRODI AGRBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR,

Lebih terperinci

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN

PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN 102 PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN Leonardo R. Nyangko 1, Uli Karo Karo 2, Aam Hamdani 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI Jl. Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL 2-8 - 2011 PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT I. LATAR BELAKANG Mayoritas masyarakat Kabupaten Garut bermata

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunarungu jenjang SMALB termasuk dalam masa dimana siswa dituntut untuk siap memasuki dunia kerja, kemasyarakatan serta melanjutkan pendidikan ke jenjang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS

PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS Sanusi GURU SMP Negeri 10 Tambun Selatan Abstract: The researcher tries to solve problem of studying mathematic

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK Partisipasi Anggota Kelompoktani dalam Penyusunan...(Suwiton M. Anis, Lukman Effendy dan Elih Juhdi Muslihat) PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal PENGARUH VARIABEL-VARIABEL PENYULUHAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABAPATEN PIDIE JAYA Yunis 1*, zulkifli 2 1) Ekonomi pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan yang pelik dan komplek di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan yang pelik dan komplek di Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan yang pelik dan komplek di Indonesia adalah pengangguran yang setiap tahunnya terus bertambah. Untuk itu perlu perhatian dan penanganan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT Judul : I b M KELOMPOK TANI GEMAH RIPAH DESA KUCUR, DAU, MALANG Ketua : Prof. DR. Ir. Achmanu : NIP. 19430528 197307 1 001 Anggota : Ir. Muharlien, MP : NIP.

Lebih terperinci

PERAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DI DESA BATU TIMBAU KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUTAI TIMUR

PERAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DI DESA BATU TIMBAU KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUTAI TIMUR ejournal Ilmu Pemerintahan, 3, (1) 2015 : 433-442 ISSN 0000-0000, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 PERAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DI DESA

Lebih terperinci

CURAHAN WAKTU KERJA PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO JURNAL

CURAHAN WAKTU KERJA PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO JURNAL CURAHAN WAKTU KERJA PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO JURNAL SARFUDIN A. MADINA 6144 11 069 JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PIDIE NOMOR : 09 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PIDIE NOMOR : 09 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI PIDIE NOMOR : 09 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) SEBAGAI SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PIDIE BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN EDMODO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PEMASARAN DI SMK NEGERI 1 JEMBER TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN EDMODO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PEMASARAN DI SMK NEGERI 1 JEMBER TAHUN AJARAN 111 PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN EDMODO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PEMASARAN DI SMK NEGERI 1 JEMBER TAHUN AJARAN 2016/2017 Santhy Rahmawati Putri 1, Sri Wahyuni 1, Pudjo

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SMP Negeri 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui peningkatan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN NASIONAL DI SUMATERA UTARA

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN NASIONAL DI SUMATERA UTARA PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN NASIONAL DI SUMATERA UTARA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan merupakan subsektor yang sangat penting bagi Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan merupakan subsektor yang sangat penting bagi Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan merupakan subsektor yang sangat penting bagi Indonesia bahkan dunia. Terdapat banyak jenis tanaman yang tergolong dalam tanaman pangan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

Penyebar-luasan (informasi)

Penyebar-luasan (informasi) MAKNA PENYULUHAN 1) Penyebar-luasan (informasi) 2) Penerangan/penjelasan 3) Pendidikan non-formal (luar-sekolah) 4) Perubahan perilaku 5) Rekayasa sosial 6) Pemasaran inovasi (teknis dan sosial) 7) Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembelajaran fisika, yang sering menjadi permasalahan adalah lemahnya proses pembelajaran di kelas. Dimana dalam pembelajaran siswa lebih banyak dituntut dalam

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Tugas pokok penyuluhan pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan

Lebih terperinci

Implementasi Model Pembelajaran (Imam Supardi)1

Implementasi Model Pembelajaran (Imam Supardi)1 Implementasi Model Pembelajaran (Imam Supardi)1 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL

Lebih terperinci

SEBUAH PROSES PEMBERDAYAAN

SEBUAH PROSES PEMBERDAYAAN SEBUAH PROSES PEMBERDAYAAN Proses Empowering Anggota Kelompok Masyarakat Kegiatan Belajar dalam Kelompok Masyarakat Manusia yang Responsif Terampil Kolaboratif Mampu untuk memperbaiki/ meningkatkan kedudukannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Balai Penyuluh Pertanian (BPP) adalah home base bagi kelompok penyuluh pertanian dan desa binaan yang melakukan kontak langsung dengan petani.balai Penyuluhan

Lebih terperinci

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BESUKI TAHUN PELAJARAN 2012 / Mirna Winarni 1 Nur Cholifatuzzahro, S.Pd. 2

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BESUKI TAHUN PELAJARAN 2012 / Mirna Winarni 1 Nur Cholifatuzzahro, S.Pd. 2 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI POKOK MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN SEMESTER I KELAS II DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BESUKI

Lebih terperinci

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 148 ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENYULUH PERTANIAN DI KECAMATAN RANOMEETO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN Oleh: Hartina Batoa 1) dan Putu Arimbawa 1) ABSTRACT The purpose of this research were: 1) to analyzed

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DI SDN 11 RAWANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Indriani 1, Yusrizal 1, Hendrizal 1 1 Program

Lebih terperinci

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004: VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN Visi Pembangunan Pertanian Visi pembangunan pertanian dirumuskan sebagai : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Perceptions, Agricultural Extension Field, Farmers, The Importance of Role Extension

ABSTRACT. Keywords: Perceptions, Agricultural Extension Field, Farmers, The Importance of Role Extension PERSEPSI PENYULUH DAN PETANI TERHADAP PENTINGNYA PERAN PENYULUHAN PERKEBUNAN KOPI ARABIKA DI KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA THE PERCEPTIONS AGRICULTURAL EXTENSION FIELD AND

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI Amiruddin Saleh 1, Nia Rachmawati 2, Sutisna Riyanto 16 ABSTRACT The objectives of this research are: (1) to understand the communication process

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN PEMBUATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN NGANTANG

IMPLEMENTASI PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN PEMBUATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN NGANTANG 23 Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 2: 23-27, 2017 IMPLEMENTASI PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN PEMBUATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN NGANTANG Rudy Setiawan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

INTERAKSI PARTISIPATIF ANTARA PENYULUH PERTANIAN DAN KELOMPOK TANI MENUJU KEMANDIRIAN PETANI

INTERAKSI PARTISIPATIF ANTARA PENYULUH PERTANIAN DAN KELOMPOK TANI MENUJU KEMANDIRIAN PETANI INTERAKSI PARTISIPATIF ANTARA PENYULUH PERTANIAN DAN KELOMPOK TANI MENUJU KEMANDIRIAN PETANI RINGKASAN Penyuluhan pertanian (PP) menjadi penting sebagai upaya menuju kemandirian petani. Dengan berlakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah rangkaian upaya pembangunan manusia yang berkesinambungan dan dilakukan secara sengaja untuk meningkatkan kualitas yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN CIANJUR

PERANAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN CIANJUR PERANAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : Dandan Hendayana,SP Penyuluh Pertanian BPP Kec. Cijati (Dinas Pertanian TPH Kabupaten Cianjur) Besarnya jumlah penduduk di Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R DEPARTEMEN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. /Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

STUDI KASUS MENGENAI DAMPAK PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BUDIDAYA JAMUR MERANG DI DESA PUSEURJAYA KECAMATAN TELUKJAMBE TIMUR KABUPATEN KARAWANG

STUDI KASUS MENGENAI DAMPAK PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BUDIDAYA JAMUR MERANG DI DESA PUSEURJAYA KECAMATAN TELUKJAMBE TIMUR KABUPATEN KARAWANG STUDI KASUS MENGENAI DAMPAK PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BUDIDAYA JAMUR MERANG DI DESA PUSEURJAYA KECAMATAN TELUKJAMBE TIMUR KABUPATEN KARAWANG Oleh : Tika Santika Iyan Rosita Dewi Nur Nia Pujiawati Abstarct

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini adalah penelitian evaluatif (evaluation research) berdasarkan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini adalah penelitian evaluatif (evaluation research) berdasarkan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Penelitian ini adalah penelitian evaluatif (evaluation research) berdasarkan model CIPP (Context, Input, Process, Product) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2009, Vol. 07, No. 2 Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten

Lebih terperinci

Setu Budiardjo a a Guru Matematika SMK Negeri 5 Semarang. Jl. Dr. Cipto 121 Semarang Telp. (024)

Setu Budiardjo a a Guru Matematika SMK Negeri 5 Semarang. Jl. Dr. Cipto 121 Semarang Telp. (024) PENERAPAN METODE BELAJAR KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII TEKNIK KENDARAAN RINGAN-2 SMK NEGERI 5 SEMARANG DALAM MENYELESAIKAN TURUNAN FUNGSI Setu Budiardjo a a Guru Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH DASAR-DASAR AKUNTANSI II PADA POKOK BAHASAN ASET TETAP

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH DASAR-DASAR AKUNTANSI II PADA POKOK BAHASAN ASET TETAP PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH DASAR-DASAR AKUNTANSI II Fenny Trisnawati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau E-mail : fenny_tr@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapang Pertanian Tanaman Terpadu. Sekolah Lapangan Pertanian Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Lapang Pertanian Tanaman Terpadu. Sekolah Lapangan Pertanian Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2008, Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah meluncurkan salah satu program pemberdayaan petani dengan sebutan Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi yang diharapkan dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi yang diharapkan dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi yang diharapkan dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (JPTE) dalam mempelajari materi kuliah pemrograman komputer adalah mampu memahami

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL PLANTED QUESTION DI SDN 28 RAWANG TIMUR KECAMATAN PADANG SELATAN OLEH: SRI WAHYUNI NPM. 1110013411081 PROGRAM

Lebih terperinci