Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang berimplikasi terhadap pola sosial budaya masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang berimplikasi terhadap pola sosial budaya masyarakat"

Transkripsi

1 1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang berimplikasi terhadap pola sosial budaya masyarakat yang semakin terbuka dan kritis Pegawai Negeri sipil sebagai pelayan publik dituntut untuk dapat mempertahankan kredibilitasnya, melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat yang lebih profesional dan tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi. Sesuai dengan tujuan otonomi daerah, maka pendayagunaan Pegawai Negeri Sipil sebagai ujung tombak penyelenggaraan pemerintahan yang nota bene adalah tugas pelayanan masyarakat harus ditangani dan dikelola secara cermat, terintegrasi dan berkesinambungan agar tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan. Salah satu langkah kongkrit yang harus di usahakan untuk mempertahankan kredibilitas tersebut adalah dengan meningkatkan kinerja dan potensi yang ada pada Pegawai Negeri Sipil seoptimal mungkin. Dalam kondisi sekarang, peningkatan potensi dan kinerja seorang pegawai negeri sipil sebagai aparatur daerah tidak seperti yang di inginkan atau diharapkan, hal ini dapat dilihat atau terjadi pada PNS di kota Banjarmasin. Secara teori peningkatan potensi dan kinerja PNS berjalan sesuai yang direncanakan, seperti perbaikan aspek-aspek kehidupan masyarakat dan peningkatan tingkat pendidikan para PNS. Akan tetapi secara fakta dari segi hasil atau kenyataan dilapangan peningkatan potensi dan kinerja pegawai tidak berdampak luas terhadap fungsinya pada masyarakat dan masyarakat pun tidak merasakan dampak kemajuan atau kepuasan dari fungsi pemerintah. Contoh permasalahan ini terlihat seperti Walikota Banjarmasin, mengingatkan apraturnya untuk memperbaiki kinerjanya, terutama yang menyangkut pelayanan kepada masyarakat. (Banjarmasin Post, 2005), Kasus-kasus korupsi para

2 2 pejabat pemkab dan pemko Kal-Sel (Banjarmasin Post, 2005), Prihatinnya pelayanan kesehatan keluarga miskin di Banjarmasin (Banjarmasin Post, 2005). Kurangnya potensi dan kinerja tersebut berdasarkan pengamatan dari penulis dan fenomena yang terjadi pada Pegawai Negeri Sipil di Kalimantan Selatan, kota Banjarmasin khususnya, disebabkan mereka (rata-rata) meningkatkan kinerja dan kredibilitas atau potensi hanya untuk mencapai harga diri yang di inginkan. Padahal idealnya pencapaian harga diri dapat di iringi dengan peningkatan potensi dan kinerja yang ada dalam diri mereka. Seperti yang di ungkapkan Maslow (1994) bahwa mengembangkan harga diri yang positif bukan hanya soal membuat diri anda sendiri bahagia. Jjika anda berharap untuk bebas, itu adalah suatu tugas yang harus anda lakukan dengan sungguh-sungguh. Jika tidak, anda hanya dapat mengharapkan harga diri yang rendah. Pernyataan lain dari Maslow (Winardi, 2001) mengemukakan bahwa kebutuhan pokok akan penghargaan ini, apabila dimanfaatkan secara tepat, dapat menyebabkan timbulnya kinerja ke-organisasian yang luar biasa. Copersmith (Borualogo, 2004) menyebutkan harga diri atau self esteem adalah sebagai penilaian pribadi yang dilakukan individu mengenai perasaan berharga atau berarti dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. Baron dan Bryne (Mayasari dan Rochman, 2000) mengungkapkan harga diri adalah sebagai penilaian terhadap diri sendiri yang sering dilakukan seseorang, yang dapat dibuat dan dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki orang lain sebagai pembanding sejauh mana diri itu berharga dan dapat dihargai. Seiring dengan itu, Mccall dan Simmons (Alicia dan Peter, 2002) mengungkapkan self esteem adalah suatu alasan atau prinsip dalam perilaku seseorang untuk suatu hal yang penting dalam interaksinya.

3 3 Faktor yang mempengaruhi pencapaian harga diri seorang PNS di kota Banjarmasin yaitu jabatan (kekuasaan) atau motif berkuasa. Maslow (As ad 1982) mengungkapkan tentang tingkatan kebutuhan manusia tersebut dengan five hierarchy theory, yang salah satunya adalah esteem needs (kebutuhan akan harga diri). Situasi yang ideal adalah apabila prestige itu timbul akan prestasi, orang berprestasi biasanya juga akan jadi penguasa. McCelland (Mulyani, 1984) mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki motif berkuasa yang tinggi cenderung memiliki harga diri yang tinggi. Sejalan dengan itu, Lindgren (Mulyani, 1984) berpendapat motif berkuasa lebih mementingkan martabat (prestige). Dapat dikatakan bahwa motif berkuasa ini adalah dorongan untuk menguasai dan untuk memanipulasi orang lain untuk dapat mencapai martabat. Dalam kamus psikologi kekuasaan adalah kemampuan atau otoritas (wewenang) untuk mengontrol orang lain, kekuatan sosial atau derajat dimana seseorang memiliki suatu sifat. Veroff (Mulyani, 1984) mengungkapkan motif berkuasa adalah suatu disposisi yang mengarahkan perilaku menuju ke penguasaan dan pengontrolan orang lain. Lindgren (Mulyani, 1984) menggambarkan motif berkuasa sebagai suatu kebutuhan untuk mendominasi dan untuk mengontrol orang yang dikuasai. Maslow (1994) mengemukakan semua orang dalam masyarakat kita (dengan beberapa pengecualian patologis) mempunyai kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap, berdasar dan bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri, dan penghargaan dari orang lain. Kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk, status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat, atau apresiasi. Pemenuhan kebutuhan akan harga diri

4 4 membawa perasaan percaya pada diri sendiri, nilai, kekuatan, kapabilitas, dan kelaikan, perasaan dibutuhkan dan bermanfaat bagi dunia. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris hubungan antara motif berkuasa dan harga diri pada Pegawai Negeri Sipil di Kota Banjarmasin. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian secara ilmiah adalah memperkaya penelitian-penelitian psikologi, khususnya penelitian-penelitian di bidang psikologi sosial dan Psikologi lainnya pada umumnya. Hasil penelitian yang diperoleh agar dapat berguna sebagai referensi, bahan kajian atau pembanding bagi peneliti-peneliti berikutnya yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan harga diri dan motif berkuasa pada Pegawai Negeri Sipil. Secara praktis manfaat penelitian ini adalah diharapkan instansi pemerintahan akan mendapatkan informasi tentang adanya motif berkuasa pada Pegawai Negeri Sipil di Banjarmasin untuk mencapai harga diri. Apa tujuan mereka untuk memperdalam ilmu pengetahuan (pendidikan) dan meningkatkan pangkat atau jabatan. Selain itu sebagai aparatur daerah yang mempunyai fungsi pelayanan terhadap masyarakat untuk dapat meningkatkan kredibilitasnya. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri (Self Esteem) Harga diri adalah salah satu aspek kepribadian yang berperan bagi pemenuhan kebutuhan kebutuhan seseorang. Karena dari harga diri orang akan dapat melihat dirinya. Copersmith (Borualogo, 2004) mendefinisikan harga diri

5 5 atau self esteem adalah sebagai penilaian pribadi yang dilakukan individu mengenai perasaan berharga atau berarti dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. Secara garis besar harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, dimana individu menyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. Bacham dan O Malley (Leslie, 1997) mengungkapkan harga diri adalah sebagai penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, bagaimana seseorang menganggap dirinya sendiri dari berbagai titik pandang yang berbeda-beda, apakah sebagai orang yang berharga atau tidak. Seiring dengan itu, Ziller (Robinson dan Sharver, 1973) mengatakan harga diri adalah suatu konsep yang pasti dalam kehidupan sosial individu. Baron dan Bryne (Mayasari dan Rochman, 2000) mengungkapkan harga diri adalah sebagai penilaian terhadap diri sendiri yang sering dilakukan seseorang, yang dapat dibuat dan dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki orang lain sebagai pembanding sejauh mana diri itu berharga dan dapat dihargai. 2. Ciri-Ciri Harga Diri Ciri-ciri orang yang memiliki harga diri yang tinggi berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh adalah: a. Berpotensi. Longmore dan Demaris (Alicia dan Peter, 2002) mengungkapkan seorang yang merasa dirinya berharga mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan yang menganggap dirinya tidak berharga, sekalipun dalam keadaan yang tidak menguntungkan tapi dapat berbuat efektif. Coopersmith (Borualgo, 1989) mengungkapkan individu yang mempunyai harga diri tinggi adalah individu yang puas atas kemampuan dirinya, akan bereaksi terhadap stimulus dari lingkungan.

6 6 b. Berhasil. Coopersmith (Borualogo, 1989) mengemukakan individu dengan harga diri yang tinggi adalah individu yang berhasil, dapat menyelesaikan tugas-tugas dan permasalahannya dengan baik. c. Memahami diri sendiri. Frey dan Carlock (Koentjoro, 1989) mengungkapkan orang dengan harga diri tinggi mampu menghargai dan menghormati diri sendiri, berpandangan bahwa dirinya sejajar dengan orang lain. Cenderung tak menjadi perfect, mengenali keterbatasan dan berharap untuk tumbuh. Memahami secara realistic, mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, berusaha meningkatkan dan memperbaiki diri. d. Mampu mengontrol diri. Coopersmith (Borualogo, 1989) menyatakan individu dengan harga diri tinggi mampu mengontrol perilaku dirinya. Baumeister, et al (Alicia dan Peter, 2002) mengungkapkan orang yang mempunyai harga diri yang tinggi biasanya mempunyai perasaan dan emosi yang stabil. e. Kritis. Coopersmith (Borualogo, 1989) mengemukakan orang yang memiliki harga diri merasa memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, kritis terhadap permasalahan yang dihadapi. Sehingga mereka cenderung mampu menangani kritik-kritik yang ada dalam lingkungannya dan mampu mengekspresikan pendapatnya. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga diri adalah: a Keluarga Adler (2004) mengemukakan Ibu adalah orang yang sering dikenakan pada seorang anak, orang yang dengan siapa kita biasanya menghabiskan tahuntahun kita yang paling mudah dipengaruhi, sehingga ajaran-ajaran yang positif dan negatif dapat dengan mudah diserap pada saat tersebut. Keadaan

7 7 keluarga yang kurang harmonis antara bapak, ibu, dan anak sangat mempengaruhi perkembangan anak dalam kehidupan sosialnya pada masa dewasa, dimana seorang anak mulai menginginkan kebebasan untuk mencari jati dirinya sendiri. Selain itu, tinggi rendahnya harga diri yang dimiliki oleh orang tua juga sangat mempengaruhi tinggi rendahnya harga diri seorang anak ketika berinteraksi terhadap lingkungan sosialnya (Adler, 2004). b Konsep dan Nilai-nilai Symond, dkk (Koentjoro, 1989) mengemukakan berkembangnya harga diri dimulai sejak kemampuan persepsi individu mulai berfungsi melalui sejumlah nilai yang didapat dari interaksi sosialnya. Apabila konsep dan nilai-nilai tersebut dalam konteks yang salah/negatif, maka seseorang akan mempunyai tingkat harga diri yang rendah dalam kehidupan sosialnya. Karena kebanyakan orang dewasa menganut konsep-konsep, nilai dan keyakinan yang salah, semua ini diteruskan melalui sikap, tindakan dan reaksi seperti suatu penyakit menular. c Eksternal Faktor eksternal biasanya berupa keinginan-keinginan/kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicapai untuk dapat memperoleh dan meningkatkan gengsi atau harga diri. Maslow (1994) mengemukakan semua orang dalam masyarakat kita mempunyai kebutuhan akan rasa hormat diri, atau harga diri, dan penghargaan dari orang lain. Perwujudan kebutuhan tersebut seperti status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat, atau apresiasi. Seiring dengan itu, Mulder (Mulyani, 1984) mengemukakan kaum tani di Asia Tenggara, termasuk petani Jawa untuk

8 8 mengangkat gengsi/martabat mereka memilih menjadi seorang pegawai negeri, bukan petani. d Kebudayaan Maslow (1994) mengemukakan dua kebudayaan yang berbeda dapat memberikan dua cara pemuasan suatu keinginan tertentu, seperti harga diri yang sama sekali berbeda. Dalam masyarakat yang satu, orang memperoleh harga diri karena menjadi pemburu yang tangguh; dalam masyarakat lainnya karena menjadi dukun obat ternama atau prajurit yang berani, atau seorang yang sama sekali tidak beremosi dan sebagainya. e Lingkungan Harga diri dapat dicapai melalui bagaimana kita dapat dapat berinteraksi dengan lingkungan dan bagaimana seseorang dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada pada lingkungannya. Lingkungan meliputi sekolah, tempat bermain/nongkrong, dan tempat tinggal. Adler (2004) mengemukakan ajaran yang salah di sekolah, yang diberikan oleh guru akan berdampak pada perilaku yang negatif ketika seseorang berinteraksi dengan kehidupan sosialnya, dimana perilaku tersebut dapat menimbulkan perasaan rendah diri. Seiring dengan itu, Koentjoro (1989) mengemukakan akibat dari rasa frustasi individu karena merasa tidak mampu menghadapi berbagai macam masalah yang timbul dalam kehidupannya dan pelarian atas ketidakmampuannya yang negatif, maka individu akan mempunyai harga diri yang rendah. f Penampilan fisik. Masters dan Johnson (Mayasari dan Rochman, 2000) mengemukakan perubahan fisik yang diikuti dengan perubahan sosial dan psikologis yang

9 9 akan membawa perilaku seseorang dalam menilai diri sendiri dan mensejajarkan siapa saya dengan bagaimana orang lain melihat saya. Penilaian terhadap diri sendiri inilah yang membentuk harga diri seseorang berkaitan dengan penampilan fisik. Biasanya seorang laki-laki menunjukkan dengan penampilan kekuatan yang dimiliki pada orang lain, sementara seorang wanita menunjukkan kecantikan yang dimilikinya (Adler, 2004). Motif Berkuasa 1. Pengertian Motif Berkuasa Ahli-ahli psikologi berpendapat bahwa dalam diri individu ada sesuatu yang menentukan perilaku, yang bekerja dengan cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku tersebut. Faktor penentu perilaku tersebut disebut juga degan motif. Menurut Sherif dan Sherif (Sarwono, 2002) menyebutkan motif adalah istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah ke berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut. Sejalan dengan itu, As ad (1982; 1999) mengemukakan bahwa motif biasanya didefinisikan sebagai kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan (drives), atau desakan hati (impuls) dalam diri individu. Motif diarahkan pada tujuan, yang mungkin sadar atau tidak sadar. Motif ini timbul dan menguasai aktivitas seseorang serta menentukan arah yang umum dari tingkah laku individu. Sherif dan Sherif (Sarwono, 2002) membagi motif menjadi dua berdasarkan asalnya, sebagai berikut :

10 10 a. Motif biogenik. Motif ini berasal dari proses fisiologik dalam tubuh yang dasarnya adalah mempertahankan ekuilibrium dalam tubuh sampai batasbatas tertentu dan proses ini disebut homeostasis. b. Motif sosiogenik. Motif ini timbul karena perkembangan individu dalam tatanan sosialnya dan terbentuk karena hubungan antar-pribadi, hubungan antarkelompok atau nilai-nilai sosial, dan pranata-pranata. Motif sosiogenik ini sangat tergantung pada proses belajar. McCelland (Safaria, 2004) mengungkapkan bahwa motif prestasi, motif afiliasi, dan motif berkuasa merupakan salah satu motif yang ada pada individuindividu yang disebutnya sebagai motif sekunder. Motif sekunder ini merupakan kebutuhan yang muncul akibat proses belajar, manusia memiliki kebutuhan ini diakibatkan hasil interaksi dengan lingkungan. Motif sekunder ini merupakan motif-motif yang sangat penting ditekankan dalam organisasi, dikembangkan, dan ditumbuhkan, karena motif-motif ini menentukan keberhasilan suatu organisasi. Seperti yang di ungkapkan oleh McCelland tentang motif sekunder yang mana salah satunya adalah motif berkuasa. Berkuasa berasal dari kata kekuasaan, menurut Zenden (Charles, 2000) menyebutkan kekuasaan adalah sebagai kemampuan seseorang atau kelompok untuk mewujudkan kehendaknya dalam hubungan antar manusia meskipun boleh jadi mengakibatkan penolakan dari orang atau kelompok lain. Weber (Soekanto, 1990) menyebutkan kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau kelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauankemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkan tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu. Sejalan dengan

11 11 itu, Adler (As ad, 1999) memandang bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan atau mengatur aktivitas-aktivitas orang lain untuk memuaskan maksud-maksud seseorang. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain (As ad, 1982). McCelland (Safaria, 2004) dengan teori-teorinya tentang motif berkuasa (npo) mendefinisikan kekuasaan sebagai kebutuhan seseorang untuk dapat mempengaruhi, mengatur, dan mengontrol orang lain. McCelland (Siagian, 1989) mengemukakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain, karena penelitian dan pengalaman memang menunjukkan bahwa setiap orang ingin berpengaruh terhadap orang lain dengan siapa Ia melakukan interaksi. Lindgren (Mulyani, 1984) mengemukakan motif berkuasa sebagai suatu kebutuhan untuk mendominasi dan untuk mengontrol orang yang dikuasai dan lebih mementingkan martabat (prestige). Dapat dikatakan bahwa motif berkuasa ini adalah dorongan untuk menguasai dan untuk memanipulasi orang lain untuk dapat mencapai martabat. Sejalan dengan itu, Veroff (Mulyani, 1984) mengungkapkan dalam mengontrol orang lain ini orang yang mempunyai motif berkuasa yang tinggi juga memanipulasinya. Fenomena individu yang mempunyai motif berkuasa ini adalah bahwa individu tersebut menganggap dirinya sebagai orang yang dapat membuat keputusan bagi orang lain. 2. Ciri-Ciri Motif Berkuasa McCelland (As ad, 1999 dan Safaria, 2004) mengemukakan orang-orang yang memiliki motif berkuasa memiliki ciri-ciri, di antaranya adalah : a. Suka menolong. Orang yang memiliki motif berkuasa dalam hubungan organisasi berusaha untuk mengeksploitasi kawan kerjanya dan suka

12 12 menolong orang lain, karena dengan menolong akan merasa dirinya kuat dan yang ditolong adalah orang yang lemah. b. Aktif. Orang yang memiliki motif berkuasa biasanya suka masuk organisasi dan sangat aktif terhadap organisasi Ia berada. c. Mengumpulkan kekayaan. Pada orientasi kekuasaan orang-orang yang memiliki motif berkuasa suka mengumpulkan dan mencari barang-barang yang dianggap dapat menambah kekuatan dan kekuasaan pada dirinya, dan juga untuk dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan sebagai bentuk pemuasan diri. d. Mencerminkan prestige. Orang yang memiliki motif berkuasa berperilaku untuk mencerminkan martabat, dengan tujuan agar dirinya adalah seorang yang berharga, diakui, dihormati dan diterima oleh orang lain. e. Dominan. Orang yang mempunyai motif berkuasa yang tinggi akan menunjukkan sikap dominasi yang kentara atau sangat tampak seperti ingin menguasai forum, menjadi pemimpin, mengatur dan mempengaruhi orang lain, dan ingin pendapatnya diikuti orang-orang. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data numerik (angka) yang diolah dengan metode statistika. Metode pegumpulan data yang dilakukan adalah metode skala (alat ukur). Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Motif Berkuasa dan Skala Harga Diri yang dibuat sendiri oleh penulis. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang di ambil adalah Pegawai Negeri Sipil pria dan wanita pada instansi pemerintahan yang ada di Kota Banjarmasin. Subjek yang dipilih

13 13 adalah dengan latar belakang pendidikan minimal SLTA atau yang sederajat yang telah bekerja minimal 4 tahun, dengan usia tahun. Menurut penulis dengan latar belakang tersebut seorang PNS mulai paham, sudah paham dan sangat memahami sistem yang ada di Pemerintahan dan mempunyai ke inginan untuk berkuasa (menaikkan jabatan/pangkat) atau sudah pernah berkuasa (sebelumnya pernah mempunyai keinginan untuk menaikkan jabatan/pangkat). Pembahasan Hasil analisis data dengan analisa statistik korelasi Product Moment dari Pearson, menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara variabel harga diri dan motif berkuasa adalah sebesar rxy = dengan p= atau p < Pada tabel tanda ** menunjukkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan pada taraf kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara harga diri dan motif berkuasa pada Pegawai Negeri Sipil di kota Banjarmasin. Artinya Semakin tinggi harga diri yang dimiliki seorang PNS, maka semakin tinggi pula motif berkuasa yang dimiliki seorang PNS. Sebaliknya, semakin rendah harga diri seorang PNS, maka semakin rendah pula motif berkuasa seorang PNS. Hal ini menunjukkan hipotesis diterima. Dari hasil uji linearitas terhadap variabel harga diri dan motif berkuasa diperoleh hasil F = dengan p = karena p < 0.05 maka dapat dikatakan bahwa variabel harga diri dan motif berkuasa mempunyai korelasi yang linear, hal ini menunjukkan tinggginya harga diri seorang PNS searah dengan tingginya motif berkuasa seorang PNS. Subjek penelitian memiliki motif berkuasa untuk meningkatkan harga diri/memperoleh harga diri yang tinggi pada

14 14 instansi pemerintahan selama jenjang kariernya sebagai seorang pegawai negeri sipil. Berdasarkan nilai rata-rata empris skor harga diri subjek dan skor kategorisasi harga diri yaitu ( 112 < X = 136 ), hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Sementara itu berdasarkan nilai rata-rata empiris skor motif berkuasa dan skor kategorisasi motif berkuasa yaitu (83.6 < X = 106.4), hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat motif berkuasa yang sedang Kontribusi variabel motif berkuasa terhadap harga diri adalah Hal ini menunjukkan bahwa motif berkuasa mempengaruhi harga diri sebesar 32.4% pada PNS kota Banjarmasin. Sisanya sebesar 67.6% merupakan faktor lain yang berasal dari dalam dan luar diri subjek penelitian yang memungkinkan memberikan pengaruh terhadap harga diri. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1994) bahwa semua orang dalam masyarakat kita (dengan beberapa pengecualian patologis) mempunyai kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap, berdasar dan bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri, dan penghargaan dari orang lain. Kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk, status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat, atau apresiasi. Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri sendiri, nilai, kekuatan, kapabilitas, dan kelaikan, perasaan dibutuhkan dan bermanfaat bagi dunia. Seperti yang di ungkapkan Bapak Djaseran sekretaris Bappeda Kal-Sel dan beberapa temannya pada penulis, bahwa pencapaian jabatan bagi dirinya bukan dikarenakan faktor harga diri, tetapi lebih kepada bentuk prestasi.

15 15 Pegawai Negeri Sipil, khususnya yang ada di kota Banjarmasin, menurut Kabag Umum Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan bapak H. Husni, dan menurut beberapa subjek penelitian di kota Banjarmasin memang ada benarnya bahwa orang-orang di kota Banjarmasin memiliki motif berkuasa yang tinggi, seperti ingin menduduki jabatan yang penting dan ia akan melakukan apa saja untuk mencapai keinginan tersebut dan hal itu dilakukan karena pertimbangan sebuah nama/gengsi (martabat) yang ingin diraihnya. Namun ada juga pendapat dari Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan proses hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang di ajukan penulis diterima atau terbukti, dengan kesimpulan : a. Ada hubungan antara motif berkuasa dan harga diri pada Pegawai Negeri Sipil di kota Banjarmasin. Hubungan tersebut positif, yang berarti semakin tinggi harga diri yang dimiliki seorang PNS di kota Banjarmasin maka semakin tinggi motif berkuasa yang dimiliki seorang PNS di kota Banjarmasin. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah harga diri yang dimiliki seorang PNS di Banjarmasin maka semakin rendah motif berkuasa yang dimiliki seorang PNS di Banjarmasin. b. Berdasarkan diskripsi statistik data penelitian nilai rata-rata empirik harga diri dan nilai rata-rata empirik motif berkuasa dapat diketahui bahwa Pegawai Negeri Sipil di Banjarmasin memiliki tingkat harga diri yang tinggi dan motif berkuasa yang sedang. c. Berdasarkan kontribusi variabel harga diri terhadap motif berkuasa dalam penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri pada pegawai negeri sipil di kota

16 16 Banjarmasin memberikan sumbangan efektif sebesar 32.4 % terhadap motif berkuasa pada pegawai negeri sipil di kota Banjarmasin. 2. Saran a. Bagi subjek peneliti Berdasarkan latar belakang, teoritis penelitian dan hasil penelitian, Pegawai Negeri Sipil dengan tingkat harga diri yang tinggi harus mampu menggunakan motif berkuasa yang dimiliki dengan tujuan yang sesuai dengan hakekatnya. Dengan tingginya harga diri yang dimiliki seorang PNS di kota Banjarmasin, mereka harus mampu meningkatkan potensi dan kinerja mereka dan peningkatan tersebut untuk kepentingan umum, bukan hanya untuk diri sendiri. Kepada para pimpinan daerah dan pimpinan pemerintahan disarankan agar dapat mengelola dan mengamati secara cermat tujuan-tujuan yang di inginkan oleh para Pegawai Negeri Sipil ketika ingin meningkatkan potensi dan ketika ingin memperoleh kedudukan (jabatan) yang di inginkan. Saran ini juga ditujukan pada seluruh aparatur pemerintahan di seluruh Indonesia, baik yang ada di pemerintahan pusat atau pemerintahan daerah. b. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti yang selanjutnya, disarankan dapat meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga diri. Seperti faktor keluarga, prestasi, status ekonomi (kekayaan), dan faktor eksternal lainnya. Disamping itu dapat juga meneliti kebutuhan-kebutuhan apa saja yang yang dapat dipengaruhi oleh motif berkuasa. Disarankan juga dalam melakukan penelitian untuk lebih banyak melakukan observasi dan wawancara. Hal itu untuk dapat memperoleh data yang lebih detail dan mendalam.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik. M o t i f Motive motion Gerakan; sesuatu yang bergerak; menunjuk pada gerakan manusia sebagai tingkah laku. Rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Keadaan dalam diri subyek yang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan manusia lainnya.

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi tersebut. Budaya tersebut dapat tercermin pada perilaku para karyawan, kebijakan-kebijakan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dan diolah terlebih dahulu dengan menggunakan uji asumsi, yaitu uji normalitas dan uji linearitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan. membutuhkan adanya kepastian dalam menerima pelayanan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan. membutuhkan adanya kepastian dalam menerima pelayanan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan politik dan penyelenggaraan negara yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan kebutuhan masyarakat dalam

Lebih terperinci

Modul ke: Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi

Modul ke: Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Modul ke: 03 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Kompetensi Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa saja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

MOTIVASI PEGAWAI DI KANTOR CAMAT Pegaruh Motivasi Kerja Pegawai Terhadap Semangat Kerja Pegawai Di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur

MOTIVASI PEGAWAI DI KANTOR CAMAT Pegaruh Motivasi Kerja Pegawai Terhadap Semangat Kerja Pegawai Di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (1): 66-74 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 MOTIVASI PEGAWAI DI KANTOR CAMAT Pegaruh Motivasi Kerja Pegawai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (Dependent

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (Dependent BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (Dependent Variable) yaitu kinerja karyawan dan variabel bebas (Independent Variable) yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek kehidupan, salah satunya persaingan di dunia usaha terlebih usaha dalam bidang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data, langkah yang perlu peneliti lakukan adalah uji asumsi variabel penelitian. Uji asumsi yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian, kegiatan kegiatan, dan mencapai tujuan bersama (Muhammad, 2009, h. 23). Menurut UUD 1945 pasal 28, berorganisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi akan dikatakan menjadi organisasi yang produktif jika visi dan misi organisasi tersebut dapat tercapai. Hal terpenting dalam pencapaian usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dihadapi dan diatasi guna mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dihadapi dan diatasi guna mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perekonomian yang semakin kompleks dalam menuju era globalisasi, perusahaan menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang timbul yang harus dihadapi dan diatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era reformasi yang menuntut adanya perubahan dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena dalam proses penelitiannya menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan sumber daya manusia di dalam perusahaan sangat penting, oleh karena itu dibutuhkan manajemen sumber daya manusia agar pengelolaan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah dipandang sebagai sumber daya yang penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Manusia sebagai kunci keberhasilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KEBAHAGIAAN PADA WANITA KARIR YANG BELUM MENIKAH

HUBUNGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KEBAHAGIAAN PADA WANITA KARIR YANG BELUM MENIKAH HUBUNGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KEBAHAGIAAN PADA WANITA KARIR YANG BELUM MENIKAH Nama : Dea Alliqa Fitri NPM : 11511768 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Ursa Majorsy, SPsi, MSi. Quroyzhin Kartika

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI KANTOR KECAMATAN LONG HUBUNG KABUPATEN MAHAKAM ULU

PENGARUH KOMPETENSI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI KANTOR KECAMATAN LONG HUBUNG KABUPATEN MAHAKAM ULU ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (2): 267-277 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 PENGARUH KOMPETENSI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diubah dengan Undang Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. diubah dengan Undang Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era reformsi telah banyak perubahan di segala bidang termasuk reformasi Undang Undang No. 5 tahun 1974 tentang pemerintahan daerah yang diubah dengan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti sekarang ini satu hal yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perusahaan adalah kualitas manusia dalam bekerja, hal ini didukung oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan pada perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Posisi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Kekuatan setiap organisasi terletak pada sumber daya manusia, sehingga prestasi organisasi tidak terlepas dari prestasi setiap individu yang terlibat didalamnya,

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta. UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta adalah perusahan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila

BAB I PENDAHULUAN. ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Agama memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pengakuan akan kedudukan dan peran penting agama ini tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan global

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data dan linear atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pemerintah daerah adalah menampilkan aparatur yang profesional,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pemerintah daerah adalah menampilkan aparatur yang profesional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dewasa ini salah satu tantangan besar oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah adalah menampilkan aparatur yang profesional, memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas 7 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Merokok II.1.1 Definisi Merokok Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun (Santrock, 2003: 31). Lebih rinci, Konopka dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui penelitian, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui

Lebih terperinci

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari skala perilaku konsumtif dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Asumsi Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan Product Moment Pearson, maka dilakukan uji asumsi normalitas dan linearitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah salah satu faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah salah satu faktor yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia atau SDM adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan organisasi. Sebagai tenaga penggerak utama, faktor tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada dilingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di era globalisasi sekarang ini menimbulkan berbagai macam perubahan, salah satu dari perubahan tersebut ditandai dengan meningkatnya peran kaum

Lebih terperinci

dapat memuaskan baik bagi perusahaan maupun bagi individu itu sendiri. Kekhawatiran individu akan hasil yang ada akan sangat mempengaruhi performansi

dapat memuaskan baik bagi perusahaan maupun bagi individu itu sendiri. Kekhawatiran individu akan hasil yang ada akan sangat mempengaruhi performansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu yang bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan menginginkan keberhasilan dalam tugas yang dikerjakannya dan hasil dari pekerjaannya tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah berstandar internasional dan menjadi contoh bagi sekolah dasar negeri lainnya, guru lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam berbagai industri merupakan bagian yang tidak bisa dihi ndari. Banyak faktor yang mendukung tingginya persaingan di berbagai industri tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Rois Husnur

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan, teknologi dan perekonomian berkembang sangat pesat di jaman era

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan, teknologi dan perekonomian berkembang sangat pesat di jaman era 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, teknologi dan perekonomian berkembang sangat pesat di jaman era globalisasi seperti ini. Perusahaan tidak hanya bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akselerasi pembangununan sistem kinerja yang handal. Demikian halnya. perubahan paradigma masyarakat terhadap pemerintah, menuntur

BAB I PENDAHULUAN. akselerasi pembangununan sistem kinerja yang handal. Demikian halnya. perubahan paradigma masyarakat terhadap pemerintah, menuntur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika kehidupan masyarakat yang berubah begitu cepat di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya, memerlukan langkah penyesuaian dan akselerasi pembangununan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A PENGARUH KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laju pembangunan yang sedang berkembang dengan begitu cepat di hampir semua bidang kehidupan menuntut masyarakat untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PUSTAKAWAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PUSTAKAWAN MANDIRI LAPORAN AKHIR PENELITIAN PUSTAKAWAN PENGARUH PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN TERHADAP KINERJA PUSTAKAWAN DI UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA Oleh : Agustiawan, S.S NIP. 19790714

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kinerja Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TKD2) Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur

Kajian Tentang Kinerja Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TKD2) Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur Kajian Tentang Kinerja Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TKD2) Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur Soesilo Nugroho Oetomo 1, Adam Idris 2, Achmad Djumlani 3 Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama roda pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. utama roda pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur pemerintah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengelolaan negara tidak lepas dari peran aparatur pemerintah sebagai penggerak utama roda pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang dalam bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang dalam bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan suatu wadah yang di dalamnya terdapat aktivitas orang-orang dalam bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini menunjukkan kemajuan yang ada dalam masyarakat, masyarakat semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta perizinan penelitian pada pihak sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang dipekerjakan dalam suatu badan tertentu, baik pada lembaga pemerintah maupun badan usaha merupakan seorang pegawai (A.W. Widjaja, 2006). Pegawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi sekarang ini, teknologi dan ilmu pengetahuan sangat berpengaruh pada pola kehidupan manusia untuk secara terus menerus mengembangkan diri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang optimal terhadap kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi pada dasarnya merupakan wadah atau sarana untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja pada umumnya memang senang mengikuti perkembangan trend agar tidak ketinggalan jaman. Seperti yang dikutip dari sebuah berita alasan remaja menyukai belanja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah dan dibukanya kesempatan bagi pembentukan daerah otonom baru melalui pemekaran daerah, ditujukan untuk optimalisasi kinerja penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat (DISPARBUD JABAR) merupakan salah

Lebih terperinci