Perancangan Video Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang Artikel Ilmiah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perancangan Video Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang Artikel Ilmiah"

Transkripsi

1 Perancangan Video Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang Artikel Ilmiah Peneliti : Bhe, Vincent Kristandi ( ) T. Arie Setiawan Prasida, S.T., M.Cs. Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Maret 2015

2

3

4

5

6

7 Perancangan Video Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang 1) Bhe, Vincent Kristandi, 2) T. Arie Setiawan P., 3) Michael Bezaleel W. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia 1) 2) Abstract Mr. Rusman Pujiono (64 years) is a craftsman who fight for the existence of handmade, especially lukisan pelepah pisang. However, there are still many people who do not know the existence of the lukisan pelepah pisang. This is because as time goes by young people begin to leave the handmade with many reasons, so the existence of handmade and craftsmen decrease. In this research is made a video documentary as a media of information which is aimed for the society, especially for the young generations. This video documentary contains information about the profile of Mr. Rusman as a craftsman of lukisan pelepah pisang. The results of this video documentary is society more knowing the existence of lukisan pelepah pisang and the craftsmen. Keywords: Profile, Craftsmen, Documenter, Video, Lukisan Pelepah Pisang. Abstrak Rusman Pujiono (64 tahun) merupakan seorang pengrajin yang memperjuangkan eksistensi kerajinan tangan terutama lukisan pelepah pisang. Meskipun demikian, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan lukisan pelepah pisang tersebut. Hal ini dikarenakan seiring berjalannya waktu generasi muda mulai meninggalkan kerajinan tangan dengan berbagai macam alasan, sehingga keberadaan kerajinan tangan maupun pengrajin semakin berkurang. Dalam penelitian ini, dirancang sebuah video dokumenter sebagai media informasi yang ditujukan kepada masyarakat terutama generasi muda. Video dokumenter ini berisi informasi mengenai profil Bapak Rusman sebagai pengrajin lukisan pelepah pisang. Hasil dari video dokumenter ini supaya masyarakat semakin mengetahui keberadaan lukisan pelepah pisang serta pengrajinnya. Kata Kunci: Profil, Pengrajin, Dokumenter, Video, Lukisan Pelepah Pisang. 1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

8 1. Pendahuluan Generasi muda jaman sekarang mulai diterpa arus globalisasi sehingga banyak yang mulai meninggalkan kerajinan tangan. Ada beberapa alasan generasi muda meninggalkan kerajinan tangan seperti penghasilan yang didapat tidak sebanyak upah bekerja di pabrik, harus memiliki keterampilan khusus dan tidak bergengsi memiliki pekerjaan sebagai pengrajin, salah satunya kerajinan tangan kriya. Kejayaan kerajinan kriya berangsur-angsur padam. Sebab, pengrajin sudah kehilangan generasi penerusnya. Kini, tak ada lagi para pemuda yang berminat menekuni kerajinan ini. Sebab, generasi muda lebih memilih profesi lain, misalnya menjadi buruh pabrik atau TKI [1]. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara kepada 29 siswa SMA Kebon Dalem dan 13 mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang menyatakan bahwa tidak tertarik menjadi pengrajin karena tidak tahu ada kesuksesan yang dapat diraih jika menjadi pengrajin, dan tidak ada jenjang karier yang jelas. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rusman yang menyatakan bahwa merasa ironis karena jarang ada generasi muda yang mau belajar membuat kerajinan tangan sebagai salah satu upaya untuk melestarikan kerajinan tangan. Walau kerajinan tangan mulai ditinggalkan generasi muda, Bapak Rusman tetap memperjuangkan eksistensi kerajinan tangan di Kota Semarang. Bapak Rusman tetap dapat menyalurkan jiwa seninya dan berkreasi meski usianya sudah tergolong tidak produktif lagi (64 tahun). Bapak Rusman membuktikan hal tersebut melalui pemikiran inovatifnya yaitu memanfaatkan limbah batang atau pelepah pisang batu menjadi lukisan indah yang memiliki nilai jual tinggi. Pemikiran itu timbul saat Bapak Rusman menemukan masalah di lingkungan sekitar rumahnya, yaitu banyaknya limbah pelepah pisang batu. Meskipun demikian, jika limbah diolah secara benar maka dapat menjadi bermanfaat, salah satunya adalah sebagai bahan baku kerajinan. Kreasi kerajinan dari pelepah pisang sungguh tak terbatas karena sangat tergantung dari ide-ide pengrajin. Seperti pengaplikasian dibidang handycraft juga bermacam-macam, mulai dari tas, dompet, tempat tisu, kap lampu, bahkan lukisan [2]. Bapak Rusman mampu memanfaatkan limbah menjadi sebuah karya seni yang unik dan dapat membuat lukisan tanpa menggunakan sketsa (seni tempel atau kolase). Meskipun Bapak Rusman memperjuangkan eksistensi lukisan pelepah pisang, namun tidak banyak orang yang mengetahui keberadaan dari lukisan pelepah pisang tersebut. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara kepada 13 mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana dan 18 mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang yang menyatakan bahwa media informasi atau publikasi terhadap masyarakat masih kurang. Ada 14 mahasiswa yang menyatakan tertarik untuk membuat kerajinan tangan, namun tidak tahu harus belajar dengan siapa dan dimana, karena kurangnya media informasi mengenai pengrajin yang mau berbagi ilmu tentang bagaimana cara membuat kerajinan tangan. Berdasarkan latar belakang yang ada maka akan dibuat Video Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang. Video dokumenter ini termasuk genre profil, karena menyajikan profil dan aspek-aspek positif Bapak Rusman sebagai pengrajin lukisan pelepah pisang beserta aktivitasnya. Melalui video dokumenter

9 ini, diharapkan isi dari video yang disampaikan dapat menambah pengetahuan, diterima dengan baik dan cermat, sehingga ke depannya, masyarakat terutama generasi muda dapat mencontoh apa yang dilakukan Bapak Rusman Pujiono. 2. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berjudul Pembuatan Film Dokumenter Wanita Tangguh Dengan Kamera DSLR Berbasis Multimedia menghasilkan sebuah film dokumenter, dimana dalam penelitian tersebut menyajikan aktivitas Ibu Samikem setiap harinya. Permasalahan dari penelitian tersebut adalah masyarakat harus mengetahui perjuangan hidup, perjuangan seorang ibu sesungguhnya. Film dokumenter tersebut menyajikan realita keseharian Ibu Samikem berjualan nasi bungkus di sekitar Stasiun Balapan, Solo [3]. Kelebihan film dokumenter ini terletak pada konsep alur ceritanya. Penelitian yang berjudul Perancangan Video Dokumenter Batik Khas Di Pekalongan, Menggunakan Analisa SWOT menyajikan sebuah film dokumenter berupa media promosi mengenai batik khas Pekalongan [4]. Kelebihan film dokumenter ini terletak pada kegunaannya yaitu sebagai media informasi. Dari kedua penelitian tersebut, munculah ide untuk menghasilkan video dokumenter dengan menggabungkan kelebihan kedua penelitian terdahulu menjadi sebuah video dokumenter. Dalam video dokumenter ini mempresentasikan aktivitas Bapak Rusman yang telah berumur 64 tahun, namun semangat juangnya masih tinggi dengan usahanya dalam mengolah limbah pelepah pisang menjadi sebuah kerajinan tangan berupa lukisan. Selain itu, video dokumenter ini juga memberikan pengetahuan/informasi dan menjadi media informasi mengenai Bapak Rusman beserta karya lukisannya. Kelebihan video dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang dari kedua penelitian terdahulu adalah angle pengambilan gambar lebih bervariasi dan suara narator lebih jelas serta mudah dimengerti. Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat cultural education atau pendidikan budaya. Meski pada awalnya film diperlakukan sebagai komoditi yang diperjual-belikan sebagai media hiburan, namun pada perkembangannya film juga kerap digunakan sebagai media propaganda, alat penerangan bahkan pendidikan. Dengan demikian film juga efektif untuk menyampaikan nilai-nilai budaya [5]. Film juga sebagai penyampai pesan moral, informatif, sejarah maupun solusi atas tema-tema yang berkembang di masyarakat [6]. Film dokumenter adalah adegan nyata dan faktual (tidak boleh merekayasanya sedikitpun) yang direkam untuk kemudian dibentuk menjadi sefiksi mungkin menjadi sebuah cerita yang menarik, perlakuan inilah yang disebut creative treatment [7]. Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematograhy yang berasal dari bahasa latin kinema gambar. Pengambilan gambar adalah proses yang paling penting dalam produksi film dokumenter, maka diperlukan teknikteknik sinematografi yang baik seperti mengatur komposisi, pergerakan kamera dan ukuran shot [8]. Genre dokumenter dibagi menjadi 12 jenis, antara lain [9]:

10 1. Laporan Perjalanan adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog dan etnografi, dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-remeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain dari genre dokumenter ini adalah travelogue dan travel documentary. 2. Sejarah adalah genre dokumenter yang memiliki keakuratan data yang sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. 3. Biografi dibagi menjadi 3 sub-genre, antara lain: a. Potret adalah genre dokumenter yang lebih berkaitan dengan sosok seseorang, mengupas human interest seseorang. Biasanya berisi sanjungan atau simpati atau kritik pedas. b. Biografi adalah genre dokumenter yang cenderung mengupas kronologis penceritaan dari awal tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat tokoh meninggal atau saat kesuksesan tokoh). c. Profil adalah genre dokumenter yang menceritakan kehidupan tokoh secara kronologis tapi tidak mendalam, hanya untuk awalan. Memiliki banyak persamaan dengan kedua sub-genre yang lain namun juga memiliki perbedaan, terutama karena adanya unsur pariwara yang membahas aspek-aspek positif tokoh seperti keberhasilan yang diraih atau kebaikan yang dilakukan dan kegiatan dari tokoh tersebut. 4. Nostalgia adalah genre dokumenter yang hampir mirip dengan sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik kejadian dari seseorang atau satu kelompok. 5. Rekontruksi adalah genre dokumenter yang memberikan gambaran ulang terhadap peristiwa terjadi secara utuh, seperti peristiwa kriminal dan bencana. 6. Investigasi adalah genre dokumenter yang berhubungan dengan jurnalistik, biasanya aspek visual yang ditonjolkan, seperti kasus korupsi, penanganan bencana dan kartel atau mafia di sebuah negara. 7. Perbandingan dan Kontradiksi adalah genre dokumenter yang mentengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau permasalahan Negara. 8. Ilmu Pengetahuan adalah genre dokumenter yang menjelaskan suatu ilmu pengetahuan mengenai dunia binatang, teknologi, kebudayaan, tata kota, maupun kuliner. 9. Buku Harian adalah genre dokumenter yang mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, seringkali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detil. 10. Musik adalah genre dokumenter yang mendokumentasikan pertunjukan musik ataupun perjalanan tur keliling untuk mempromosikan album.

11 11. Association Picture Story adalah genre dokumenter yang mengandalkan gambar-gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk dibenak penonton. 12. Dokudrama adalah genre dokumenter yang menafsirkan ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk direkontruksi. Bapak Rusman Pujiono lahir di Tuban, 28 November Beliau mendapat kesempatan dari pemerintah kota untuk menuntut ilmu di Filipina bidang rotan selama 1 tahun. Pengalaman pertama bekerjanya diperoleh saat bekerja di pabrik rotan dan mebel kayu. Ketika berumur 50 tahun, Bapak Rusman memutuskan untuk pensiun dan melanjutkan usaha sendiri di rumahnya. Awalnya Bapak Rusman membuka usaha mebel, namun usahanya tersebut tidak bertahan lama karena bahan bakunya tergolong mahal. Selain itu, keadaan ekonominya sempat menurun drastis akibat uangnya habis digunakan untuk biaya operasi ginjal dan prostat yang membuatnya tidak bisa bekerja untuk jangka waktu lama karena harus beristirahat. Pada tahun 2005, Bapak Rusman mulai beralih profesi menjadi pengrajin kayu dan limbah batang pisang, meskipun yang dapat bertahan hingga saat ini hanya kerajinan tangan dari limbah batang pisang terutama lukisan batang pisang. Bapak Rusman juga sering menjadi pembicara atau motivator tentang usaha kerajinan tangan terutama lukisan limbah batang pisang. Semangat Bapak Rusman untuk berkarya dan berkreasi masih tinggi hingga sekarang, akan tetapi beliau sudah tidak dapat memproduksi kerajinan tangan dan lukisan limbah batang pisang dalam jumlah yang besar karena kondisi fisiknya yang semakin menurun dan usia yang terus bertambah. 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam film dokumenter mengenai Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang adalah metode gabungan (mixed methods). Metode gabungan adalah penggabungan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode gabungan merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan bentuk kuantitatif dan bentuk kualitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif, dan pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Metode gabungan ini lebih kompleks dari sekedar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data, juga melibatkan fungsi dari dua pendekatan ini secara kolektif [10]. Strategi desain yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah cyclic strategy. Cyclic strategy atau strategi berputar ini pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan linear strategy, hanya saja pada strategi ini ada kalanya suatu tahap perlu diulang kembali untuk menampung umpan balik (feed back) sebelum tahap berikutnya dilanjutkan [11]. Pengumpulan data yang digunakan dalam metode kualitatif meliputi pengamatan dengan berpartisipasi, wawancara mendalam, penyelidikan sejarah hidup, analisis konten. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interview mendalam. Observasi penelitian akan langsung dilakukan di Sumuradem, sedangkan wawancara dilakukan pada Bapak Rusman Pujiono, keluarga Bapak Rusman Pujiono, warga Sumur Adem dan anak-anak remaja.

12 Pembuatan video dokumenter ini melalui beberapa tahapan perancangan seperti yang terlihat pada Gambar 1. Permasalahan Pengumpulan Data Pra Produksi Film Statement Storyline Treatment Storyborad Produksi Shooting Recording Narasi Pasca Produksi Editing Revisi Evaluasi Pengujian Gambar 1 Bagan Tahapan Perancangan Video Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang Fase - fase yang terdapat dalam Gambar 1, antara lain : A. Permasalahan Fase permasalahan merupakan fase awal, karena pada fase ini ditemukan permasalahan yang akan dirancang menjadi sebuah film dokumenter. B. Pengumpulan data Setelah masalah diputuskan, masuk fase berikutnya yaitu pengumpulan data. Pengumpulan data berupa informasi untuk mendukung ide cerita film dokumenter tersebut, dengan cara melakukan observasi di tempat tokoh, serta melakukan wawancara dengan tokoh, keluarga tokoh, warga sekitar daerah tempat tinggal tokoh, dan anak-anak remaja.

13 C. Pra Produksi Informasi yang telah terkumpul akan diolah pada fase pra produksi. Pra produksi meliputi beberapa sub-tahapan, yaitu film statement, storyline, treatment, dan storyboard. D. Produksi Apabila fase pra produksi telah sesuai dengan konsep, masuklah pada fase produksi. Produksi terdapat dua sub-tahapan, yaitu pengambilan gambar (shooting) dan rekaman suara (recording narasi) E. Pasca Produksi Hasil dari fase produksi, yaitu video dan narasi yang telah direkam akan diproses pada tahapan editing yang termasuk dalam fase pasca produksi. F. Evaluasi Setelah melalui fase pasca produksi, masuklah pada fase evaluasi untuk menerima saran-saran perbaikan karya sebelum fase pengujian. G. Pengujian Pada fase pengujian, dilakukan pengujian dengan menggunakan media kuesioner. Setelah kuesioner dibagikan, hasil yang diperoleh akan menjadi pertimbangan kelayakan film dokumenter tersebut. Konsep dalam video dokumenter ini adalah sebagai berikut, menampilkan permasalahan yang diangkat dan menyajikan video dokumenter bergenre biografi profil yang berisi informasi mengenai usaha, rutinitas, profil dan aspek-aspek positif dari seorang pengrajin lukisan pelepah pisang yang ingin mempertahankan eksistensi handmade. Penonton dapat mengetahui bagaimana profil dari Bapak Rusman Pujiono, kegiatan apa saja yang dilakukan dengan usahanya membuat lukisan pelepah pisang sampai kesuksesan yang dicapainya. Alur cerita dalam video dokumenter ini adalah sebagai berikut, bagian opening menampilkan permasalahan yang diangkat berupa visualisasi generasi muda yang mulai terbawa arus globalisasi, generasi muda lebih tertarik dengan kehidupan modern seperti menghabiskan waktu di mall. Visualisasi tersebut dijadikan sebagai opening supaya penonton mengetahui permasalahan utama yang diangkat dalam film dokumenter ini. Selanjutnya scene 1 menampilkan pengenalan lokasi tempat tinggal Bapak Rusman dengan visualisasi berupa Gedung Lawang Sewu sebagai ciri khas Kota Semarang, gapura Jalan Sumur Adem serta bagian depan rumah Bapak Rusman. Melalui visualisasi ini masyarakat dapat mengetahui lokasi tempat tinggal Bapak Rusman, sehingga apabila mereka berminat untuk belajar atau membeli lukisan pelepah pisang, mereka dapat mengunjungi rumah Bapak Rusman. Visualisasi tersebut dijadikan sebagai scene 1, supaya penonton mengetahui inti dari film dokumenter ini adalah mengenai biografi seorang pengrajin lukisan pelepah pisang yang bernama Bapak Rusman. Selain itu scene 1 juga menampilkan proses

14 pemilihan bahan baku untuk membuat lukisan pelepah pisang dengan visualisasi berupa kegiatan Bapak Rusman memilih bahan baku di kebun pisang dekat rumahnya. Visualisasi tersebut ditampilkan setelah pengenalan profil Bapak Rusman, supaya penonton mengetahui rutinitas Bapak Rusman. Setelah itu bagian terakhir dari scene 1 adalah visualisasi proses pembuatan lukisan pelepah pisang. Visualisasi tersebut ditampilkan setelah proses pemilihan bahan baku untuk menampilkan kegiatan Bapak Rusman setelah memilih bahan baku lukisan. Pada scene 2 menampilkan prestasi yang telah dicapai oleh Bapak Rusman, berupa sertifikat, penghargaan, dan dipercaya sebagai motivator dalam beberapa seminar. Melalui visualisasi ini penonton dapat mengetahui kesuksesan yang telah diraih Bapak Rusman selama menjadi pengrajin lukisan pelepah pisang dan termotivasi untuk ikut membuat lukisan pelepah pisang. Visualisasi tersebut ditampilkan sebagai kesinambungan profil Bapak Rusman sebelum masuk ke visualisasi mengenai kegiatan Bapak Rusman lainnya. Berikutnya scene 3 menampilkan kegiatan Rusman lainnya, yaitu mengajari cara pembuatan lukisan pelepah pisang kepada Rizky dan Rani (anak penderita polio). Melalui visualisasi ini penonton dapat mengetahui dan menyadari bahwa kita memiliki potensi lebih untuk membuat lukisan pelepah pisang dibandingkan dengan Rizky dan Rani. Kemudian pada bagian closing menampilkan Rusman yang berharap supaya didirikan galeri handmade di Kota Semarang agar dapat menarik minat masyarakat khususnya generasi muda untuk membuat handmade. Film statement dalam video dokumenter ini adalah rutinitas Bapak Rusman Pujiono, pencapaian Bapak Rusman dalam mengolah limbah menjadi lukisan serta kerajinan tangan yang mulai ditinggalkan generasi muda akibat terpaan era globalisasi. Storyline dalam video dokumenter Biografi Pengrajin Pelepah Pisang memaparkan suasana mall di Semarang yang dipenuhi dengan anak-anak muda. Disalah satu konter, ada seorang remaja putri yang sedang sibuk menggunakan gadgetnya. Sementara itu di Jalan Sumur Adem, Semarang, tinggallah seorang bapak yang berprofesi sebagai pengrajin lukisan pelepah pisang yang bernama Rusman Pujiono. Selama musim panas, beliau mencari pelepah pisang yang telah mengering untuk dijadikan lukisan. Berkat usahanya, Bapak Rusman mendapatkan banyak penghargaan, serta dapat mengikuti berbagai pameran. Disela-sela kesibukannya tersebut, Bapak Rusman meluangkan waktu untuk mengajari Rizky dan Rani membuat lukisan pelepah pisang. Berikut treatment yang digunakan dalam video dokumenter ini: 1. Opening Menampilkan kehidupan modern generasi muda. 2. Scene 1 Pengenalan mengenai tempat tinggal dan profil Bapak Rusman. Wawancara dengan Bapak Rusman tentang kehidupan generasi muda jaman sekarang. Mempresentasikan proses pemilihan bahan baku lukisan pelepah pisang. Wawancara dengan Bapak Rusman tentang awal mula pembuatan lukisan pelepah pisang.

15 Menampilkan proses pembuatan lukisan pelepah pisang. Wawancara dengan Bapak Rusman tentang tujuan pembuatan lukisan pelepah pisang. 3. Scene 2 Mempresentasikan pencapaian Bapak Rusman berkat usahanya dalam membuat lukisan pelepah pisang. Aktivitas Bapak Rusman ketika pameran. Wawancara dengan Bapak Rusman tentang lukisan yang diminati masyarakat. 4. Scene 3 Menampilkan kegiatan lain Bapak Rusman yaitu mengajari anak didiknya membuat lukisan pelepah pisang. Wawancara dengan anak didik Bapak Rusman. 5. Closing Wawancara mengenai pesan dan harapan Bapak Rusman kepada masyarakat terutama generasi muda. Storyboard dalam Video Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Storyboard Bagian Opening.

16 Gambar 3. Storyboard Scene 2 dan 3. Gambar 4. Storyboard Scene 4 dan Closing.

17 Pada proses produksi dilakukan shooting dan recording untuk narasi. Seperti yang terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 merupakan proses shooting. Gambar 5 Hasil Shooting Gambar 6 Hasil Shooting Pada proses pasca produksi terdapat proses video editing, sound editing dan producing. Video yang sudah direkam akan digabungkan menjadi sebuah satu kesatuan. Dalam proses video editing ini, juga terdapat proses pengaturan cahaya dan warna video, agar kualitas gambar menjadi lebih baik. Selain itu, dalam proses video editing juga terdapat proses penulisan nama (identitas) narasumber. Sound editing adalah proses editing pada narasi yang telah direkam sebelumnya, meliputi noise reduction dan boost. Noise reduction berfungsi untuk mengurangi suara yang mengganggu suara narator, sehingga suara dari narator dapat terdengar lebih jelas dan jernih. Sedangkan boost berfungsi untuk menambah atau mengurangi frekuensi dari suara narator, sehingga suara yang dihasilkan tidak terlalu keras maupun pelan. Berikutnya ada proses penambahan backsound pada video dokumenter profil pengrajin lukisan pelepah pisang. Volume backsound akan disesuaikan dengan visualisasi dan narasi yang ada, sehingga audio dari backsound dan video maupun narrator akan lebih selaras. Proses terakhir adalah proses producing, setelah video dan audio selesai pada proses editing. Tahap evaluasi dilakukan untuk menerima saran-saran, dan perbaikan karya. Setelah tahap ini selesai akan dilaksanakan pengujian. Evaluasi dilakukan oleh Bapak George Nicholas Huawei. Hasil evaluasi video dokumenter profil pengrajin lukisan pelepah pisang mencakup visualisasi wawancara yang pertama disesuaikan dengan ucapan narasumber, narasi sudah bagus karena dapat menjelaskan visualisasi yang ditampilkan, namun suaranya kurang jernih. Selain itu, narasi opening dimulai saat visualisasi penggunaan gadget oleh generasi muda agar lebih sesuai, narasi dengan backsound sudah selaras dan cocok, alur video sudah jelas dan bagus, karena jalan ceritanya dapat dimengerti dan pesan tersampaikan. Kualitas video sudah bagus dan cocok untuk presentasi karena video terlihat jelas, angle kamera menarik karena terdapat bermacam-macam angle. Pada bagian pemilihan bahan baku pelepah pisang tidak terlalu lama, masih tergolong normal. Revisi dilakukan setelah mendapatkan saran dari tahap evaluasi. Ada 3 hal yang perlu direvisi dalam film dokumenter ini, antara lain pada wawancara yang pertama, visualisasi yang awalnya menampilkan seorang remaja yang sedang bermain permainan menari disebuah mall direvisi menjadi visualisasi seorang remaja sedang bermain playstation. Selanjutnya suara narator yang sebelumnya terdengar kurang jernih karena tidak memakai mic saat proses recording narasi,

18 telah direcording ulang menggunakan mic dan hasilnya suara narator terdengar lebih jelas. Selain itu, penempatan narasi opening yang sebelumnya kurang sesuai dengan visualisasi yang ditampilkan, direvisi menjadi narasi opening ditempatkan pada saat visualisasi penggunaan gadget oleh generasi muda. 4. Hasil Film Dokumenter Gambar 7 merupakan potongan scene dari bagian adegan opening Video Dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang. Gambar 7. Opening Gambar 7 menampilkan suasana mall di Kota Semarang yang banyak dikunjungi generasi muda dan menampilkan seorang remaja putri yang sedang sibuk dengan gadgetnya disalah satu konter mall. Pengambilan video menggunakan beberapa jenis shot, antara lain medium close up, long shot dan close up, sehingga penonton dapat melihat suasana mall dan yang sedang dilakukan oleh remaja putri. Gambar 8 Scene 1 Gambar 8 merupakan beberapa potongan adegan scene 1, yang pertama menunjukkan tempat tinggal dari pengrajin lukisan pelepah pisang dengan pengambilan video jenis shot long shot, agar penonton dapat melihat dan mengetahui dimana lokasi tempat tinggal pengrajin lukisan pelepah pisang. Kedua, menggunakan jenis shot, medium close up dan menggunakan jenis angle, high angle pada saat menampilkan tentang pengenalan Rusman Pujiono, agar penonton dapat melihat Bapak Rusman dan apa yang dilakukannya. Ketiga, menunjukkan hasil jadi lukisan pelepah pisang supaya penonton semakin tertarik dan penasaran dengan proses pembuatannya dengan menggunakan pengambilan video jenis angle, low angle. Keempat, menggunakan pengambilan video jenis shot, eye level yang menampilkan wawancara dengan Bapak Rusman Pujiono tentang tanggapannya terhadap generasi muda sekarang, supaya penonton seperti berbincang langsung dengan narasumber.

19 Gambar 9 Scene 1 Gambar 9 berisi penjelasan tentang proses pemilihan bahan baku utama lukisan pelepah pisang, dan wawancara dengan Bapak Rusman tentang alasannya memulai usaha lukisan pelepah pisang. Pengambilan video menggunakan jenis shot, long shot, medium close up dan extreme close up, serta menggunakan jenis angle, eye angle, sehingga penonton dapat melihat suasana kebun, proses pemilihan bahan baku dan pengelupasan bahan baku. Gambar 10 Scene 1 Gambar 10 merupakan penjelasan tentang proses pembuatan lukisan pelepah pisang dengan menggunakan jenis angle, high angle dan low angle, serta menggunakan jenis shot, close up dan extreme close up, supaya penonton dapat melihat dengan jelas pengrajin saat proses pembuatan dari lukisan pelepah pisang. Pada bagian wawancara menggunakan jenis shot, eye level dan close up dan komposisi sepertiga, agar penonton tidak terganggu dengan latar dari Bapak Rusman dan dapat mengerti apa yang diucapkan tentang kisahnya ketika mendidik generasi muda membuat lukisan pelepah pisang dan tidak ada anak didiknya yang mau melanjutkan.

20 The image part with relationship ID rid48 was not found in the file. Gambar 11 Scene 2 Gambar 11 merupakan potongan adegan scene 2 yang mempresentasikan berbagai macam prestasi dan penghargaan yang diperoleh Bapak Rusman berkat usaha lukisan pelepah pisangnya dan penjelasan Bapak Rusman tentang penghargaan yang telah didapatkan. Pengambilan video menggunakan pergerakan kamera tilt down, dengan jenis angle, high angle dan jenis shot, close up, supaya penonton dapat melihat apa yang tertulis di surat kabar dan sertifikat. Gambar 12 Scene 2 Gambar 12 mempresentasikan aktivitas Bapak Rusman ketika mengikuti pameran di Kawasan Simpang Lima Semarang, stand pameran Bapak Rusman ramai dikunjungi masyarakat yang tertarik dengan karyanya, dan aktivitas lain Rusman ketika pameran yaitu membuat lukisan pelepah pisang. Serta wawancara dengan Bapak Rusman tentang tema lukisan pelepah pisang yang paling diminati masyarakat. Pengambilan video menggunakan jenis shot, extreme long shot, medium close up, close up dan menggunakan jenis angle, high angle, agar penonton dapat melihat dimana tepatnya bazaar yang diikuti dan mengetahui suasana dari bazaar, serta penonton dapat melihat pengunjung yang mengunjungi

21 stand pameran Bapak Rusman dan apa yang dilakukan Bapak Rusman sewaktu pameran. Gambar 13 Scene 3 Gambar 13 merupakan potongan adegan scene 3 menunjukkan aktifitas lain Bapak Rusman ketika mengajari anak penderita polio yang merupakan satusatunya anak didik Bapak Rusman sekarang, dengan pengambilan video jenis shot, eye level, medium close up dan menggunakan jenis angle, high angle dan low angle, agar penonton dapat melihat Bapak Rusman serta ekspresinya saat memberi pengarahan dan pelajaran kepada anak didiknya yaitu Rizky dan Rani. Scene ini juga menunjukkan karya lukisan yang telah dibuat oleh anak didik Bapak Rusman dan wawancara dengan Rani tentang pendapatnya terhadap lukisan pelepah pisang Bapak Rusman serta keinginannya untuk meneruskan usaha lukisan pelepah pisang, dengan menggunakan jenis shot eye level, agar penonton dapat mengerti dengan jelas apa yang disampaikan. Gambar 14 Closing Scene terakhir merupakan bagian closing, dengan menggunakan jenis shot eye level dan close up, supaya penonton dapat menyimak dengan baik dan memahami yang disampaikan Bapak Rusman tentang harapan Bapak Rusman terhadap generasi muda dan handmade, serta karyanya lukisan pelepah pisang. Perancangan media dalam Perancangan Film Dokumenter Mengenai Biografi Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang digunakan sebagai video informasi bagi generasi muda terutama mahasiswa mengenai proses pembuatan dan keberadaan kerajinan tangan baru yang tergolong unik beserta pengrajinnya,

22 sehingga dapat menambah pengetahuan dan tertarik untuk mempelajarinya dan melestarikan kerajinan tangan. Target Audience dari video dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang adalah masyarakat, terutama mahasiswa dan karyawan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana dengan range usia tahun. Masa dewasa awal pada umumnya dimulai pada umur 18 sampai 40 tahun saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Individu dewasa awal dituntut memulai kehidupannya memerankan peran ganda seperti suami/istri, orang tua dan peran dalam dunia kerja (berkarir), dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Perkembangan pada individu dewasa awal dibagi menjadi beberapa tugas, antara lain, mulai bekerja, memilih pasangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga negara, dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan [12]. Pengujian video dokumenter Profil Pengrajin Pelepah Pisang menggunakan metode Kuantitatif dengan media kuesioner dan melibatkan 55 orang responden. Berikut hasil kuesioner yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Tabel Hasil Kuesioner No. Pernyataan Jawaban Total A B C D E 1 Angle (sudut pengambilan gambar) dalam video ini bagus 2 Pergerekan kamera (pengambilan gambar) dari video ini bagus Kualitas gambar dalam video ini bagus Penempatan kamera diatur dengan tepat sehingga mendapatkan pencahayaan yang baik Pengaturan cahaya video diatur dengan baik 6 Transisi (pergantian scene) yang digunakan dalam video ini bagus 7 Backsound yang digunakan sesuai dengan visualisasi (video yang ditampilkan) 8 Backsound dalam video ini menggunakan banyak lagu Volume backsound diatur lebih rendah ketika suara narator muncul 10 Narator membacakan narasi dengan jelas Nada bicara narator sudah sesuai dengan visualisasi (video yang ditampilkan) 12 Kecepatan bicara narator sesuai dengan visualisasi 13 Video ini mengandung pesan mengenai pentingnya melestarikan handmade 14 Pesan dalam video ini sudah sesuai dengan permasalahan (generasi muda mulai meninggalkan handmade) yang diangkat

23 15 Video ini memberikan pengetahuan baru mengenai cara pembuatan lukisan dari limbah pelepah pisang Total Dari hasil yang diperoleh kemudian dilakukan perhitungan menggunakan skala likert yang diperoleh menggunakan prensentase dari masing masing jawaban yang ada, adapun rumus perhitungan adalah sebagai berikut: Tk = Tj (Tr x Ts) x 100% Keterangan : Tk : total keseluruhan jawaban (dalam %) Tj : total dari setiap jawaban Tr : total responden Ts : total soal KUESIONER 0.7% 22.3% 5% 18.2% Jawaban A Jawaban B Jawaban C 53.8% Jawaban D Jawaban E Diagaram 15 Diagram Hasil Kuesioner Perhitungan persentase dari diagram seperti berikut: Jawaban A didapatkan dari perhitungan: 213 x 100% = 25,8% (55 x 15)

24 Jawaban B didapatkan dari perhitungan: 444 x 100% = 53,8% (55 x 15) Jawaban C didapatkan dari perhitungan: 121 x 100% = 14,7% (55 x 15) Jawaban D didapatkan dari perhitungan: 41 x 100% = 5% (55 x 15) Jawaban E didapatkan dari perhitungan: 6 x 100% = 0.7% (55 x 15) Berdasarkan hasil yang didapat, 53,8% responden menilai kualitas video dan kualitas suara narator dalam video dokumenter ini tergolong baik, karena angle pengambilan gambar dalam video ini bervariasi, kreatif, bagus dan pencahayaan dalam video ini tidak over ataupun under. Serta suara narator terdengar dengan jelas dan mudah dimengerti. 14,7% responden lain menilai kualitas suara dari backsound video dokumenter ini tergolong cukup, karena penggunaan backsound dinilai cukup sesuai dengan visualisasi yang ditampilkan. 5% responden lain menilai pesan yang terkandung dalam video dokumenter ini tergolong kurang, karena pesan yang disampaikan lewat video kurang mudah ditangkap atau dimengerti, namun 95% responden lain menilai pesan dalam video dokumenter ini sudah tersampaikan dengan baik dan mudah dimengerti. Secara keseluruhan responden setuju jika kualitas gambar sudah cukup bagus, namun responden menilai beberapa bagian dalam video ini pencahayaannya masih terlalu terang, tetapi tidak terlalu mengganggu atau menurunkan kualitas pencahayaan. Menurut responden, transisi yang digunakan masih kurang bervariasi, namun pemilihan dan penempatannya dinilai sudah bagus. Selain itu, responden menilai jumlah backsound dalam video ini masih kurang, namun pengaturan dan pemilihan backsound sudah baik. Menurut responden, ada beberapa bagian dalam video dimana suara narator terdengar kurang jelas, akan tetapi responden masih dapat mengerti apa yang diucapkan narator. Responden sangat setuju dengan pesan yang terkandung

25 dalam video ini, tetapi beberapa responden beranggapan bahwa pesan dalam video ini sedikit kurang sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Responden juga beranggapan bahwa video ini dapat menjadi media informasi dengan memberikan pengetahuan baru. 5. Simpulan Dari hasil penelitian, perancangan serta pengujian video dokumenter mengenai Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang, didapatkan kesimpulan bahwa video dokumenter yang telah diimplementasi dapat menjadi salah satu alternatif media informasi lukisan pelepah pisang, karena didukung dengan sinematografi yang bagus, backsound yang sesuai dengan visualiasi serta narasi yang terdengar jelas, sehingga keberadaan lukisan pelepah pisang semakin dikenal masyarakat, khususnya generasi muda. Selain itu, juga didapatkan kesimpulan bahwa pesan yang terkandung dalam video dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang tersampaikan dengan baik kepada responden. Adapun saran untuk pengembangan video dokumenter Profil Pengrajin Lukisan Pelepah Pisang ini adalah perancangan video dokumenter baru dengan kegunaan sebagai media promosi lukisan pelepah pisang agar masyarakat semakin berminat untuk melestarikan kerajinan tangan, termasuk lukisan pelepah pisang. 6. Daftar Pustaka [1] Winarsih, Ita Nina Kerajinan Kriya Ditinggalkan Generasi Muda. Diakses tanggal 26 Juni [2] Kaleka, Nobertus dan Hartono, Edi Tri Kerajinan Pelepah Pisang. Surakarta : ARCITA. [3] Hapsari, Diana Ayu & Urbani, Yunan H Pembuatan Film Dokumenter Wanita Tangguh Dengan Kamera DSLR Berbasis Multimedia. Surakarta [4] Putri, Intan, 2013, Perancangan Video Dokumenter Batik Khas Di Pekalongan, Menggunakan Analisa SWOT. [5] Trianton, Teguh Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu. [6] Pratista, Himawan Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. [7] Nugroho, Fajar Cara Pinter Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta: Indonesia Cerdas. [8] Bayu Tapa Brata, Vincent Videografi dan Sinematografi Praktis. Jakarta: Elex Media Komputindo. [9] Ayawaila, Gerzon R Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV-Institute Kesenian Jakarta Press. [10] Creswell, John W., 2010, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. [11] Sarwono, Jonathan dan Lubis, Hary Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta : ANDI [12] Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Dokumenter Episode ke 3 Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Menemukan Ide Untuk mendapatkan Ide, dibutuhkan kepekaan dokumentaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta Rasa INGIN

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

terhadap pemulung dapat sedikit diubah melalui tayangan film dokumenter, dengan menunjukkan beberapa fakta yang terdapat di lapangan [3].

terhadap pemulung dapat sedikit diubah melalui tayangan film dokumenter, dengan menunjukkan beberapa fakta yang terdapat di lapangan [3]. 1. Pendahuluan Permasalahan sampah merupakan salah satu hal bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas masyarakat di sebuah perkotaan terlebih kota yang padat oleh penduduk, permasalahan ini berjalan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter Ludruk Irama Budaya. Dalam implementasi karya ini, terdapat tiga proses utama yang dilakukan, yaitu produksi,

Lebih terperinci

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5 FEATURE-DOKUMENTER RISET OBSERVASI Pertemuan 5 1 Vincent Monnikendam Sineas Belanda, pembuat film dokumenter Mother Dao. Membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk mengumpulkan dan menyeleksi materi yang

Lebih terperinci

Produksi AUDIO VISUAL

Produksi AUDIO VISUAL Modul ke: Produksi AUDIO VISUAL Storyboard Shooting board Dorector board Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pendahuluan: Storyboard

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST 3.1 Tujuan Komunikasi Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan batiniah maupun lahiriah. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak selalu

Lebih terperinci

Perancangan Video Promosi Mengenal Sejarah di atas Rel

Perancangan Video Promosi Mengenal Sejarah di atas Rel Perancangan Video Promosi Mengenal Sejarah di atas Rel Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain Peneliti: Herdhi Ardianto (692011041) Martin Setyawan,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari 3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang eksistensi Ludruk sebagai seni tradisional.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan lebih rinci tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan Film Pendek Tentang

Lebih terperinci

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89 SOSIAL MEDIA Munif Amin Romadhon munifamin Munif Amin munifamin89 Apa itu Sinematografi? Berasal dari bahasa Yunani Kinema (gerakan) dan Graphoo atau Graphein (menulis / menggambar) Menulis dengan gambar

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan memiliki nilai seni yang tinggi dengan corak, serta tata warna yang khas milik suatu daerah yang menunjukan identitas bangsa

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Apa yang akan dibuat oleh penulis disini adalah sesuatu yang berhubungan dengan sebuah promosi bersifat komersial. Sebuah video promosi sebuah universitas di

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

Perancangan Video Promosi Wisata Keluarga Kampoeng Rawa Ambarawa Berbasis Infografis Artikel Ilmiah

Perancangan Video Promosi Wisata Keluarga Kampoeng Rawa Ambarawa Berbasis Infografis Artikel Ilmiah Perancangan Video Promosi Wisata Keluarga Kampoeng Rawa Ambarawa Berbasis Infografis Artikel Ilmiah Peneliti : Danang Kristanto / 692010064 Martin Setyawan, S.T., M.Cs. Program Studi Desain Komunikasi

Lebih terperinci

Perancangan Video Dokumenter Pasar Terapung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan Artikel Ilmiah

Perancangan Video Dokumenter Pasar Terapung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan Artikel Ilmiah Perancangan Video Dokumenter Pasar Terapung Muara Kuin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan Artikel Ilmiah Peneliti : Agustina Ciptadi (692009006) Anthony Y. M. Tumimomor, S. Kom., M. Cs. Program Studi Desain

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan Pemerintah kepada Warga Negara Indonesia yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan dan berjasa luar biasa bagi kepentingan Bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini penjelaskan proses produksi dalam film yang berjudul Kesenian Reog Bulkio, sebagai berikut: 4.1 Produksi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Kain Songket merupakan kain tenun tradisional dari masyarakat Palembang. kain songket sangat menarik dari warnanya yang khas, motif hiasnya yang indah. dalam pembuatan songket membutuhkan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan

Lebih terperinci

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada setiap produksi film maupun program televisi selalu melalui tahapan produksi yang sistematis. Demikian pula pada produksi dokumenter yang berjudul Teluk Kiluan.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap observasi tempat yang sesuai dengan tema lalu memilih lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film dokumenter merupakan rekaman kejadian yang diambil langsung saat kejadian nyata sedang terjadi. Film dokumenter juga berarti menampilkan kembali fakta yang ada

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan indera pendengaran manusia. Musik mampu menggambarkan suasana yang disampaikan lewat lirik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai agar data yang dikirim oleh pengirim bisa sampai ke penerima. Media yang dipakai bisa melalui

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person BAB 5 EVALUASI 5.1 Camera Person Sebuah program acara, seorang camera person sangat berperan penting dan bertanggung jawab atas semua aspek saat pengambilan gambar. Seperti pergerakan kamera, ukuran gambar,

Lebih terperinci

Perancangan Film Dokumenter Tentang Polusi Emisi Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kota Semarang) Artikel Ilmiah. Peneliti :

Perancangan Film Dokumenter Tentang Polusi Emisi Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kota Semarang) Artikel Ilmiah. Peneliti : Perancangan Film Dokumenter Tentang Polusi Emisi Kendaraan Bermotor (Studi Kasus : Kota Semarang) Artikel Ilmiah Peneliti : Tjan, Grafira Octaryan Santoso (692011029) Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs

Lebih terperinci

Bab III TAHAPAN PRA PRODUKSI

Bab III TAHAPAN PRA PRODUKSI Bab III TAHAPAN PRA PRODUKSI 3.1 Lokasi Produksi Salatiga. Lokasi yang akan menjadi bahan untuk produksi tugas akhir ini adalah kota 3.2 Sumber Informasi Sumber informasi yang peneliti pilih dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini menjelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

Bab V PASCA PRODUKSI

Bab V PASCA PRODUKSI Bab V PASCA PRODUKSI 5.1 PASCA PRODUKSI Setelah menjalani beberapa tahap pra-produksi dan produksi, kini memasuki tahap terakhir yang dimana tahap terakhir tersebut adalah proses editing. Proses editing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film masa kini yang penuh dengan efek, dan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari segi visual berkualitas? Herman Effendy (Jurkam) : Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan dan memiliki peran untuk menyampaikan apa yang disebut dengan pesan. Pesan bisa menjadi sebuah informasi

Lebih terperinci

Perancangan Video Dokumenter Rawa yang Menghidupi. ( Studi Kasus : Rawa Pening ) Artikel Ilmiah

Perancangan Video Dokumenter Rawa yang Menghidupi. ( Studi Kasus : Rawa Pening ) Artikel Ilmiah Perancangan Video Dokumenter Rawa yang Menghidupi ( Studi Kasus : Rawa Pening ) Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain Peneliti : Johan Suryajaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumedang larang merupakan sebuah kerajaan yang dipercaya oleh Kerajaan Padjajaran untuk meneruskan pemerintahan di tatar Sunda setelah Kerajaan Padjajaran terpecah.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Perancangan Video Virtual Reality Gunung Tangkuban Perahu ini termasuk dalam lingkungan non-fisik, yaitu sebagai media penyampaian cerita dongeng

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI MY MOM MY HERO

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI MY MOM MY HERO PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI MY MOM MY HERO Annisa Erintansari Binus University, Jakarta, DKI Jakart, Indonesia Abstrak Tugas akhir berjudul My Mom My Hero ini adalah untuk memberitahukan

Lebih terperinci

Pengertian Program Dokumenter Televisi

Pengertian Program Dokumenter Televisi Pengertian Program Dokumenter Televisi Modul ke: 01 Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter TV Merupakan Dasar Produksi Program Televisi ; 1. Dapat diproduksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN FILM FEATURE DINOYO HERITAGE ARTIKEL. Oleh : Wendy Goerid Ernanta NIM

PERANCANGAN FILM FEATURE DINOYO HERITAGE ARTIKEL. Oleh : Wendy Goerid Ernanta NIM PERANCANGAN FILM FEATURE DINOYO HERITAGE ARTIKEL Oleh : Wendy Goerid Ernanta NIM. 309253423054 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL JANUARI 2013 Lembar persetujuan

Lebih terperinci

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS Referensi DOKUMENTER dari Ide sampai ProduksI Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS DOKUMENTER PERTEMUAN 1 Dokumentaris Umumnya sineas dokumenter merangkap beberapa posisi : produser, sutradara, penulis

Lebih terperinci

PEMBUATAN FILM DOKUMENTER POTRET LUDRUK IRAMA BUDAYA DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI BERJUDUL BERTAHAN DEMI LESTARINYA BUDAYA BANGSA ABSTRACT

PEMBUATAN FILM DOKUMENTER POTRET LUDRUK IRAMA BUDAYA DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI BERJUDUL BERTAHAN DEMI LESTARINYA BUDAYA BANGSA ABSTRACT PEMBUATAN FILM DOKUMENTER POTRET LUDRUK IRAMA BUDAYA DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI BERJUDUL BERTAHAN DEMI LESTARINYA BUDAYA BANGSA Benyamin Handaya Sulaiman 07.51016.0004 DIV Komputer Multimedia, STIKOM

Lebih terperinci

BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER

BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER A. TREATMENT TEMA Seni modern Performance art sebagai seni alternative yang tengah berkembang di Indonesia. IDE CERITA Penulis memilih genre dokumenter Ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat

Lebih terperinci

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya. ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan adalah seni yang merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat tua keberadaannya. Salah satu bentuk kesusastraan yang sudah lama ada di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, baik yang bergabung dalam major label maupun indie label. Indie label dan

BAB I PENDAHULUAN. baru, baik yang bergabung dalam major label maupun indie label. Indie label dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia hiburan saat ini berkembang sangat pesat. Industri musik merupakan salah satu elemen dunia hiburan yang sifatnya menghibur dan sangat diminati oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipadukan dengan adanya perkembangan bidang multimedia

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipadukan dengan adanya perkembangan bidang multimedia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi informasi khususnya teknologi multimedia sekarang ini telah berkembang semakin pesat sehingga membuat kehidupan manusia sekarang ini menjadi

Lebih terperinci

Perancangan Film Dokumenter Advertorial Wisata Api Abadi Mrapen Di Kabupaten Grobogan

Perancangan Film Dokumenter Advertorial Wisata Api Abadi Mrapen Di Kabupaten Grobogan Perancangan Film Dokumenter Advertorial Wisata Api Abadi Mrapen Di Kabupaten Grobogan Artikel Ilmiah Peneliti : Riana Pramita Sari (692011015) Anthony Y.M Tumimomor, S.Kom., M.Cs. Yesaya Sandang, S.H.,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

ABSTRAK PROMOSI BUDAYA TRADISIONAL PERESEAN LOMBOK MELALUI FILM DOKUMENTER. Oleh David Chrisnanto NRP

ABSTRAK PROMOSI BUDAYA TRADISIONAL PERESEAN LOMBOK MELALUI FILM DOKUMENTER. Oleh David Chrisnanto NRP ABSTRAK PROMOSI BUDAYA TRADISIONAL PERESEAN LOMBOK MELALUI FILM DOKUMENTER Oleh David Chrisnanto NRP 1364903 Peresean merupakan salah satu dari sekian banyak warisan kekayaan budaya di Pulau Lombok. Peresean

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan lebih rinci tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan Film Dokumenter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB III TAHAPAN PRA PRODUKSI

BAB III TAHAPAN PRA PRODUKSI BAB III TAHAPAN PRA PRODUKSI 3.1 Lokasi Produksi Lokasi yang akan menjadi bahan untuk produksi video campaign ini adalah kota Salatiga, yang dipilih oleh peneliti karena kota Salatiga merupakan kota yang

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Film dokumenter ini menceritakan mengenai kehidupan masyarakat suku Baduy yang dimana terdapat problematika sosial budaya dalam konteks kepercayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, negara kepulauan yang menghubungkan dari Sabang sampai Merauke. Hasil atau produk Indonesia pun sebenarnya

Lebih terperinci

Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script

Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script Modul ke: 07 Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menyusun Shooting List Setelah sequence dan scene tersusun semua, salinlah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ASISTENSI LEMBAR ASITENSI KHUSUS KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ASISTENSI LEMBAR ASITENSI KHUSUS KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ASISTENSI LEMBAR ASITENSI KHUSUS KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kehidupan adalah suatu proses yang dilalui oleh makhluk hidup sebelum mencapai batas kematian. Menurut Ir. I Ketut Gede Yudantara, kehidupan adalah anugerah sekaligus

Lebih terperinci

Perancangan Film Dokumenter Falsafah Permainan Tradisional Jawa Makna dibalik Dolanan

Perancangan Film Dokumenter Falsafah Permainan Tradisional Jawa Makna dibalik Dolanan Perancangan Film Dokumenter Falsafah Permainan Tradisional Jawa Makna dibalik Dolanan Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain Peneliti: Yves Christio

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Kebutuhan akan informasi dan hiburan secara instan menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA Pada laporan penelitian tugas akhir Bab III ini, menjelaskan tentang metodologi dan perancangan karya. Dengan melakukan pengamatan, mengumpulkan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam pembuatan produksi sebuah film, pada dasarnya memiliki suatu rangkaian tahapan yang harus dilalui. Rangkaian tersebut akan membantu menentukan hasil proses produksi program

Lebih terperinci

Artikel Ilmiah. Peneliti : Derry Arviano Raditya ( ) Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.

Artikel Ilmiah. Peneliti : Derry Arviano Raditya ( ) Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs. Perancangan Infografis Profil Kota Salatiga Menggunakan Animasi 2D (Studi Kasus: Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan, dan Pariwisata Kota Salatiga) Artikel Ilmiah Peneliti : Derry Arviano Raditya

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. merancang naskah, hunting lokasi, merancang dan menyususl pada tahap prapoduksi

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. merancang naskah, hunting lokasi, merancang dan menyususl pada tahap prapoduksi BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan proses lanjutan dalam proses pembuatan video, merancang naskah, hunting lokasi, merancang dan menyususl pada tahap prapoduksi dan di implementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang

Lebih terperinci

Artikel Ilmiah. Peneliti: Adi Wahyu Hariyadi ( ) Anthony Y. M. Tumimomor, S. Kom., M. Cs.

Artikel Ilmiah. Peneliti: Adi Wahyu Hariyadi ( ) Anthony Y. M. Tumimomor, S. Kom., M. Cs. Perancangan Film Dokumenter Potret Kehidupan Rumah Gila (Studi Kasus: Rumah Rehabilitasi Orang Gila atau Stres Pondok Kasih Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang) Artikel Ilmiah Diajukan

Lebih terperinci

Sumber : Gambar 1.2 Pantai Pangandaran

Sumber :  Gambar 1.2 Pantai Pangandaran 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat obyek pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan tanaman budidaya yang penting di beberapa negara. Padi yang telah diolah menghasilkan beras yang dapat dimasak menjadi nasi. Nasi merupakan sumber karbohidrat

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : KI 2 : KI 3 : KI 4 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III ini akan menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan film dokumenter ini. 3.1 Metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat yang di dalamnya memiliki nilai budaya dan melahirkan keunikan yang membedakan dengan bangsa lain. Adanya keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun waktu tertentu. Ketika mengalami depresi, seseorang akan merasa sedih berkepanjangan, putus harapan,

Lebih terperinci

John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925).

John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual

Lebih terperinci

(Sumber: Film The Raid 2, TC 00:01:49-00:01:50)

(Sumber: Film The Raid 2, TC 00:01:49-00:01:50) A. METODE EDITING Dalam proses penyuntingan gambar, metode editing terbagi menjadi 2 yaitu cut dan transisi. 1. Cutting adalah proses pemotongan gambar secara langsung tanpa adanya manipulasi gambar. 2.

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Film animasi merupakan salah satu media hiburan berbasis audio visual yang cukup efektif dan efisien untuk mengenalkan dan menyampaikan sebuah pesan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan film pendek ini. 3.1 Metodologi Bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film dokumenter bergenre association picture story tentang budaya konsumtif. Hal ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stasiun televisi menayangkan berbagai jenis program acara setiap harinya dalam jumlah yang banyak dan beragam. Ada program berita yang terbagi menjadi hardnews dan

Lebih terperinci

Ketentuan Penulisan. Skripsi/Kajian Komunikasi

Ketentuan Penulisan. Skripsi/Kajian Komunikasi Skripsi / Kajian Komunikasi Skripsi/Kajian merupakan Tugas Akhir Mahasiswa yang berbentuk Karya Tulis Ilmiah dari hasil penelitian dan atau studi kepustakaan yang disusun menurut kaidah keilmuan Komunikasi

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Budaya Lokal Betawi Ondel-ondel Sejarah Ondel-ondel Bentuk Ondel-ondel Ornamen pada ondel-ondel dan pakaiannya. Data Ondel-ondel Boneka besar Topeng Rambut (kembang

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Program Sebelumnya

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Program Sebelumnya BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Sebelumnya Pada kesempatan kali ini penulis berkesempatan untuk membuat sebuah program features (human Interest)yang bertujuan untuk memberikan informasi serta mengupas

Lebih terperinci