ANALISIS PENGARUH PDRB, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH PDRB, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH PDRB, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Van Indra Wiguna JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 013

2 LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL Artikel Jurnal dengan judul : ANALISIS PENGARUH PDRB, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN Yang disusun oleh : Nama : Van Indra Wiguna NIM : Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 0 Agustus 013. Malang, 01 Agustus 013 Dosen Pembimbing, Dr. Rachmad Kresna Sakti, SE., Msi. NIP

3 ANALISIS PENGARUH PDRB, PENDIDIKAN, DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN Van Indra Wiguna Rachmad Kresna Sakti 1 Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB Malang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya kuchink_van87@yahoo.com ABSTRACT This study aims to: (1) determine the negative effect of Gross Domestic Product (GDP) on the poverty in the Central of Java in the period year of , () determine the negative effect of the education rate on the poverty in the Central of Java in the period year of , (3) determine the negative effects of unemployment rate on the poverty in the Central of Java in the period year of The method used is the method of multiple linear regression analysis (Ordinary Least Squares Regression Analysis) using panel data through fixed effects approach (Fixed Effects Model) with the help of software of E-Views 6. The data obtained from the Central Statistics Agency (CSA) in the of Central Java. The results showed that the GDP variable is negative and significant effect on poverty in the Central of Java, the education rate effect is negative and significant on poverty in the Central of Java, the unemployment rate effect is positive and significant on poverty in the Central of Java. This is the basis for the information and the policy considerations related parties to improve the system of growth and development in the Central of Java in the country in particular and Indonesia in general. Therefore, the results of this study are expected to provide a reference for the creation of growth and improvement of equitable development of all regions. Keywords: Poverty rate, GDP, level of education, Unemployment Rate ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh negatif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun , () mengetahui pengaruh negatif tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun , (3) mengetahui pengaruh negatif tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan menggunakan panel data melalui pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model) dengan bantuan software E-Views 6. Data yang diperoleh adalah dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah, tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah, tingkat pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. Hal tersebut kemudian yang menjadi dasar informasi dan pertimbangan kebijakan pihak-pihak yang berkaitan untuk memperbaiki sistem pertumbuhan dan pembangunan di Jawa Tengah pada khususnya dan di negara Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu, dari hasil penelitian ini selanjutnya diharapkan mampu memberikan referensi perbaikan demi terciptanya pertumbuhan dan pembangunan yang merata bagi semua daerah. Kata kunci: Tingkat Kemiskinan, PDRB, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengangguran. A. PENDAHULUAN Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang merata. Pemerataan pembangunan adalah pemerataan pembangunan pusat dan daerah seperti yang diharapkan dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 3 tahun 004 tentang pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 004 tentang perimbangan keuangan daerah. Maka, pemerintah pusat memberikan otonomi pemerintah daerah yang didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab sehingga daerah memiliki kewenangan untuk mengatur kepemerintahan daerahnya berdasarkan aspirasi masyarakatnya. Untuk keperluan tersebut diperlukan perencanaan yang lebih baik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat

4 pendidikan dan teknologi yang digunakan, meskipun pertumbuhan ekonomi dapat bergantung kepada banyak faktor. Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah yang termasuk dalam kriteria provinsi yang relatif tertinggal, karena nilai pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapitanya masih berada dibawah nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita rata-rata nasional. Dalam suatu proses pertumbuhan ekonomi, salah satu indikator yang digunakan untuk melihat adanya gejala pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara atau wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Melalui proses pertumbuhan ekonomi tersebut, dapat melihat kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan dan dicapai di Jawa Tengah selama periode tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk, karena pada prinsipnya pertumbuhan ekonomi harus dinikmati oleh penduduk. Jumlah penduduk perlu diperhatikan, karena selain sebagai subjek, penduduk juga merupakan objek pembangunan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek kependudukan akan mempengaruhi proses pembangunan serta tujuan yang hendak dicapai. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan peningkatan jumlah angkatan kerja yang cepat dan menyebabkan jumlah lapangan kerja menjadi sempit atau sedikit. Hal ini dapat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah. Tingkat pengangguran yang tinggi di suatu daerah menunjukkan kurang berhasilnya pembangunan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh PDRB, tingkat pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Tengah selama enam tahun terakhir dengan judul Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Berdasarkan judul tersebut, maka penulis akan memfokuskan penelitian pada permasalahan sebagai berikut : (1) Bagaimana pengaruh negatif PDRB terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun ? () Bagaimana pengaruh negatif tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun ? (3) Bagaimana pengaruh negatif tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun ?. Dengan memperhatikan rumusan masalah tersebut, maka penelitan ini bertujuan sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui pengaruh negatif PDRB terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun , () untuk mengetahui pengaruh negatif tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun , dan (3) untuk mengetahui pengaruh negatif tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun B. KAJIAN PUSTAKA Landasan Teori Kemiskinan Kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain, serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan kemiskinan bersifat multidimensional, artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan serta aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi. Menurut Sumitro Djojohadikusumo, pola kemiskinan ada empat yaitu, persistent poverty, cyclical poverty, seasonal poverty, dan accidental poverty. Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumber daya. Secara sosial, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan informasi dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas. Ukuran kemiskinan menurut Nurkse (1953) dalam Kuncoro, (1997) secara sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (Anonymous, 01) Kemiskinan Absolut, Relatif dan Kultural. Menurut Paul Spicker, penyebab kemiskinan dibagi menjadi empat mahzab, yaitu Individual explanation, Familial explanation, Subcultural explanation, dan Structural explanation.

5 Gambar 1 : Alur Lingkaran Setan Kemiskinan Sumber: Anonymous, 010 Menurut gambar di atas, apabila ditinjau lebih jauh lagi tentang kemiskinan, setidaknya akan didapati beberapa akar masalah yang harus segera dituntaskan agar dapat mengatasi semua permasalahan dari segala akar kemiskinan tersebut. Akar masalah kemiskinan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut : pertama, karena miskin, seseorang pasti memiliki pendapatan yang kecil. Karena pendapatannya kecil, daya beli informasi dan pengetahuannya rendah. Daya beli pengetahuan dan informasi yang rendah ini, akan menyebabkan si miskin tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Pengetahuan yang kurang, akan menyebabkan produktivitas seseorang menjadi kecil. Karena produktivitasnya yang kecil, akan menyebabkan jatuh miskin lagi. Kedua, karena miskin, seseorang pasti hanya akan memiliki tabungan yang kecil. Karena memiliki tabungan yang kecil, akan membuat kepemilikan modal seseorang menjadi rendah yang akan mengakibatkan produksinya rendah serta pendapatannya kecil. Karena pendapatannya kecil, akan mennyebabkan jatuh miskin lagi. Ketiga, karena miskin, seseorang pasti hanya akan memiliki kemampuan konsumsi yang rendah. Kemampuan konsumsi yang rendah akan membuat seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan papan, sandang, dan pangannya secara layak. Hal ini juga akan berdampak pada buruknya status gizi seseorang. Seseorang dengan status gizi yang buruk hanya akan memiliki produktivitas kerja yang buruk akan menyebabkan produksinya menjadi rendah, sehingga akan menyebabkan jatuh miskin lagi. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa penyebab kemiskinan adalah pemerataan pembangunan yang belum merata terutama di daerah pedesaan. Penduduk miskin di daerah pedesaan diperkirakan lebih tinggi dari penduduk miskin di daerah perkotaan. Penyebab yang lain adalah masyarakat miskin belum mampu menjangkau pelayanan dan fasilitas dasar seperti pendidikan, kesehatan, air minum dan sanitasi, serta transportasi. Gizi buruk juga masih terjadi di lapisan masyarakat miskin. Hal ini disebabkan terutama oleh cakupan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin yang belum memadai. Bantuan sosial kepada masyarakat miskin, pelayanan bantuan kepada masyarakat rentan (seperti penyandang cacat, lanjut usia, dan yatim-piatu), dan cakupan jaminan sosial bagi rumah tangga miskin masih kurang memadai. Makna dari lingkaran setan kemiskinan tersebut adalah keharusan semua pihak terutama pemerintah untuk memiliki keinginan yang kuat untuk memutus alur tersebut. Lingkaran itu tidak akan pernah terpotong apabila tidak ada satu bagian saja yang dihilangkan. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan pendapatan riil, juga untuk meningkatkan produktivitas, (Irawan dan M. Suparmoko, 199). Dalam melaksanakan kegiatan pembangunannya, ada faktor-faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara. Menurut Irawan dan M. Suparmoko, faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi yang meliputi sistem hukum, pendidikan, kesehatan, agama, pemerintah, dan sebagainya. Untuk mencapai keberhasilan kegiatan pembangunan, maka harus ada optimalisasi kinerja terhadap faktor-faktor penentu tersebut. Pertumbuhan Ekonomi dan Permasalahan Yang Dihadapi Menurut Prof. Simon Kuznets dalam P. Todaro (000), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, kelembagaan (institutional) dan ideologis. Kuznets juga mengemukakan bahwa ada enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh negara berkembang yang telah menjadi negara maju (developed country) atau wilayah maju, antara lain : 1. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi. 3. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi. 4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.

6 5. Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian dunia lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru. 6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar sepertiga bagian penduduk yang ada. Sedangkan menurut Sadono Sukirno (004), menjelaskan bahwa dalam analisis makroekonomi, pertumbuhan ekonomi memiliki dua pengertian yang berbeda. Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan suatu perekonomian yang telah mengalami perkembangan ekonomi dan mencapai taraf kemakmuran yang tinggi. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi bertujuan untuk menggambarkan permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh suatu negara atau suatu wilayah dalam jangka panjang. Masalah pertumbuhan ekonomi tersebut dibagi menjadi tiga aspek, yaitu : Aspek pertama adalah bersumber dari perbedaan antara tingkat pertumbuhan potensial yang dapat dicapai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya tercapai. Investasi yang dilakukan pada saat ini dapat menambah persediaan barang-barang modal di masa yang akan datang, sehingga potensi suatu negara atau wilayah untuk menghasilkan barang dan jasa akan bertambah. Kemajuan teknologi, pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan produktivitas juga dapat menambah produksi barang dan jasa. Namun, kenaikan faktor-faktor tersebut tidak selalu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Aspek kedua adalah meningkatkan potensi pertumbuhan. Ketika suatu negara atau wilayah akan meningkatkan pertumbuhan GDP pada jumlah tertentu untuk mengurangi permasalahan pengangguran yang terjadi, namun pada kenyataannya pertumbuhan GDP yang tercapai tidaklah sesuai yang direncanakan. Akibatnya, permasalahan pengangguran tidak dapat teratasi sehingga menyebabkan negara atau wilayah tersebut memikirkan cara untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonominya. Aspek ketiga adalah mengenai ketetapan pertumbuhan ekonomi yang berlaku dari satu tahun ke tahun selanjutnya. Perubahan pertumbuhan ekonomi yang dihadapi suatu negara atau wilayah bersifat fluktuatif. Di satu waktu dapat berkembang pesat, dan waktu tertentu dapat berjalan lambat atau lebih rendah dari tahun sebelumnya. Faktor-faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan menggunakan tingkat pendapatan nasional per kapita dari aspek ekonominya. Dalam suatu wilayah regional atau daerah, maka kesejahteraan masyarakat diukur melalui Produk Domestik Regional bruto (PDRB) per kapita. Pertumbuhan ekonomi yang diukur melalui PDRB per kapita tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya, Jumlah dan Kualitas Dari Penduduk dan Tenaga kerja, Kapital, Tingkat Teknologi, Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat. Pertumbuhan Ekonomi Regional Dalam pertumbuhan ekonomi regional, unsur regional atau wilayah dapat berbentuk provinsi, kabupaten, atau kota. Target pertumbuhan ekonomi antara satu wilayah dengan wilayah lain berbeda satu sama lain, hal ini dikarenakan potensi ekonomi yang ada di setiap wilayah juga berbeda, sehingga kebijakan yang diterapkan harus sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah atau daerah. Dikarenakan Indonesia telah masuk dalam era otonomi daerah, maka setiap daerah harus membuat dan menerapkan kebijakan yang dapat memaksimalkan potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Teori Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi Perkembangan teori-teori pertumbuhan dan pembangunan bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme proses pembangunan ekonomi di suatu negara atau wilayah, variabel-variabel yang digunakan dalam proses pembangunan, serta tingkat pertumbuhan suatu negara atau wilayah. Perkembangan teori-teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tersebut terdiri dari Mazhab Historis dan Mahzab Analitis yang terdiri dari teori Klasik, Teori Neo Klasik, Teori Keynesian, dan Teori Schumpeter. (Anonymous, 01) Mazhab Historis Mazhab Historismus melihat pembangunan ekonomi berdasarkan suatu pola pendekatan yang berpangkal pada perspektif sejarah. Fenomena ekonomi adalah produk perkembangan menyeluruh dan dalam tahap tertentu dalam perjalanan sejarah. Mazhab ini mendominasi pemikiran ekonomi di Jerman selama abad XIX sampai awal XX. 1. FRIEDRICH LIST (Cara Produksi) List dipandang sebagai pelopor yang memberikan landasan bagi pertumbuhan pemikiran ekonomi mazhab Historismus. Menurut List, sistem liberalisme yang laissez-faire dapat menjamin alokasi sumberdaya secara maksimal. Perkembangan ekonomi tergantung pada peranan pemerintah, organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan. Perkembangan ekonomi terjadi, jika dalam masyarakat ada kebebasan dalam

7 organisasi politik dan kebebasan perorangan. Perkembangan ekonomi, menurut List, melalui 5 tahap yaitu tahap primitif, beternak, pertanian, pertanian dan industri pengolahan (manufacturing), dan akhirnya pertanian, industri pengolahan (manufacturing) dan perdagangan. (Anonymous, 01). BRUNO HILDEBRAND (Cara Distribusi) Pemikiran Hildebrand menekankan evolusi dalam perekonomian masyarakat. Sebagai kritiknya terhadap List, Hildebrand mengatakan bahwa perkembangan ekonomi bukan didasarkan pada cara produksi ataupun cara konsumsi, tetapi pada cara distribusi yang digunakan. Oleh karena itu Hildebrand mengemukakan 3 sistem distribusi yaitu Perekonomian Barter (natura), Perekonomian Uang, Perekonomian Kredit. (Anonymous, 01). 3. KARL BUCHER (Produksi & Distribusi) Pendapat Bucher merupakan penggabungan atau sintesa dari pendapat List dan Hildebrand. Menurut Bucher, perkembangan ekonomi melalui 3 tahap yaitu Produksi untuk kebutuhan sendiri (subsistem), Perekonomian kota di mana pertukaran sudah meluas, Perekonomian nasional di mana peran pedagang menjadi penting. 4. W. W. ROSTOW Teori pembangunan ekonomi dari Rostow sangat terkenal dan paling banyak mendapatkan komentar dari para ahli ekonomi. Teori ini berawal dari artikel Rostow yang dimuat dalam Economics Journal (Maret 1956) dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth (1960). Menurut pengklasifikasian Todaro, teori Rostow dikelompokkan ke dalam model jenjang linear (linear stages mode). Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi dibedakan ke dalam 5 tahap, yaitu Masyarakat tradisional (the traditional society), Prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off), Tinggal landas (the take-off), Menuju kekedewasaan (the drive to maturity), dan Masa konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption). Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap adalah karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi. (Anonymous, 01) Mazhab Analitis Teori-teori pembangunan ekonomi yang termasuk dalam mazhab ini mengungkapkan proses pertumbuhan ekonomi secara logis dan konsisten, tetapi bersifat abstrak dan kurang menekankan kepada aspek empiris atau historisnya. A. TEORI KLASIK : A.1 ADAM SMITH ( ) Adam Smith terkenal sebagai pelopor pembangunan ekonomi dan kebijaksanaan laissez-faire, serta ekonom pertama yang banyak memberikan perhatian terhadap permasalahan pertumbuhan ekonomi. Adam Smith mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Menurut Smith, inti dari proses pertumbuhan ekonomi dibedakan menjadi dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu, pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Terdapat tiga unsur pokok dari sistem produksi suatu negara yaitu, sumber daya alam yang tersedia atau faktor produksi tanah, sumber daya insani atau jumlah penduduk, stok barang modal yang ada. (Anonymous, 01) Teori Adam Smith telah memberikan kontribusi yang besar dalam menunjukkan pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor penghambatnya. Namun demikian, ada beberapa kritik terhadap teori Adam Smith antara lain: 1. Pembagian Kelas dalam Masyarakat. Alasan Menabung 3. Asumsi Persaingan Sempurna 4. Pengabaian Terhadap Peranan Entrepreneur 5. Asumsi Stasioner A. DAVID RICARDO ( ) Pada intinya, proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan dari Ricardo tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith. Ciri-ciri perekonomian Ricardo, (Anonymous, 01) sebagai berikut: 1. Jumlah tanah yang terbatas.. Peningkatan atau penurunan tenaga kerja (penduduk) tergantung pada tinggi rendahnya tingkat upah minimal. 3. Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk melakukan investasi. 4. Kemajuan teknologi yang terjadi sepanjang waktu. 5. Sektor pertanian yang dominan.

8 Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan.penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan produk marginal (marginal product) yang dikenal dengan istilah the law of diminishing returns. Jika tenaga kerja yang dipekerjakan pada tanah tersebut menerima tingkat upah di atas tingkat upah minimal, maka jumlah penduduk (tenaga kerja) akan meningkat, sehingga dapat menurunkan produk marginal tenaga kerja dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat upah. Jika tingkat upah berada di bawah tingkat upah minimal, maka jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Tingkat upah akan meningkat lagi sampai tingkat upah minimal, sehingga menyebabkan jumlah penduduk konstan. Jadi, dari segi faktor produksi tanah dan tenaga kerja, terdapat suatu kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian ke arah tingkat upah minimum, yaitu berjalannya proses the law of diminishing returns. Terdapat beberapa kritik terhadap teori David Ricardo, (Anonymous, 01) antara lain : 1. Pengabaian Terhadap Pengaruh Kemajuan Teknologi. Pengertian yang Salah tentang Keadaan Stasioner 3. Pengabaian Terhadap Faktor-Faktor Kelembagaan 4. Teori Ricardo Tidak Termasuk Dalam Teori Pertumbuhan 5. Pengabaian Terhadap Suku Bunga B. TEORI NEO KLASIK (Solow-Swan) Teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi Klasik. Ekonom yang menjadi pelopor dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert Solow (Massachussets Institute of Technology) dan Trevor Swan (The Australian National University). Solow memenangkan hadiah Nobel Ekonomi pada tahun 1987 atas karyanya tentang teori pertumbuhan ekonomi yang dikenal dengan teori Solow-Swan. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan pada anggapan yang mendasari analisis Klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain, proses peningkatan pertumbuhan perekonomian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi. (Alexander,006) Selanjutnya, menurut teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio = COR) dapat berubah. Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, digunakan jumlah modal yang berbeda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda, sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang digunakan, maka tenaga kerja yang dibutuhkan akan lebih sedikit. Begitu juga sebaliknya, jika modal yang digunakan lebih sedikit, maka akan lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. Dengan adanya fleksibilitas ini, suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tidak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Sifat teori pertumbuhan Neo Klasik dapat digambarkan seperti pada Gambar.. Fungsi produksinya ditunjukkan oleh I, I, dan seterusnya. Dalam fungsi produksi tersebut, suatu tingkat output tertentu dapat diciptakan dengan menggunakan berbagai kombinasi modal dan tenaga kerja. Sebagai contoh, untuk menciptakan output sebesar I, kombinasi modal dan tenaga kerja yang dapat digunakan antara lain, (a) K3 dengan L3, (b) K dengan L, dan (c) K1 dengan L1. Dengan demikian, meskipun jumlah modal berubah tetapi tingkat output tidak mengalami perubahan. Selain itu, jumlah output dapat mengalami perubahan meskipun jumlah modal tetap. Sebagai contoh, meskipun jumlah modal tetap berada pada sebesar K3, jumlah output dapat diperbesar menjadi I, jika tenaga kerja digunakan ditambah dari L3 menjadi L3. Teori pertumbuhan Neo Klasik ini mempunyai banyak variasi, tetapi pada umumnya didasarkan kepada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas yang dikenal dengan fungsi produksi Cobb- Douglas.

9 Gambar : Fungsi Produksi Neo-Klasik Sumber: Anonymous, 01 Fungsi tersebut bisa dituliskan dengan cara berikut: di mana: = tingkat produksi pada tahun t = tingkat teknologi pada tahun t = jumlah stok barang modal pada tahun t...(.1) = jumlah tenaga kerja pada tahun t a = pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal. b = pertambahan output yang diciptakan pertambahan satu unit tenaga kerja. Nilai Tt, a dan b dapat diestimasi secara empiris. Tetapi pada umumnya, nilai a dan b ditentukan dengan menganggap bahwa a + b = 1, yang berarti bahwa a dan b nilainya adalah sama, dengan batas produksi dari masing- masing faktor produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai a dan b ditentukan dengan melihat peranan tenaga kerja dan modal dalam menciptakan output. C. TEORI KEYNESIAN (Harrod-Domar) Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh dua ekonom setelah Keynes, yaitu Evsey Domar dan R. F. Harrod. Domar mengemukakan teorinya tersebut pertama kali pada tahun 1947 dalam jurnal American Economic Review, sedangkan Harrod mengemukakan teorinya pada tahun 1939 dalam Economic Journal. Dikarenakan inti dari teori yang dicetuskan oleh Harrod dan Domar adalah sama, maka teori tersebut dikenal sebagai teori Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar merupakan perkembangan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap, karena tidak membicarakan permasalahan ekonomi jangka panjang. Sedangkan teori Harrod-Domar menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang (steady growth). (Anonymous,) Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi, yaitu : 1. Perekonomian dalam keadaan ketenagakerjaan yang penuh (full employment) dan barang-barang modal yang tersedia didalam masyarakat digunakan secara penuh.. Terdiri atas sektor, yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, yang berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak termasuk. 3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, yang berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol. 4. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya adalah tetap, demikian juga dengan ratio antara modal-output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR). COR dan ICOR yang tetap ini bisa dilihat pada Gambar.3. Dalam teori Harrod-Domar ini, fungsi produksinya berbentuk L, karena sejumlah modal hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu (modal dan tenaga kerja tidak substitutif). Untuk menghasilkan output sebesar Q1 diperlukan modal K1 dan tenaga kerja L1. Apabila kombinasi ini berubah, maka tingkat output juga akan mengalami perubahan. Untuk output sebesar Q, maka diperlukan stok modal sebesar K. Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan

10 nasionalnya untuk mengganti barang-barang modal seperti, gedung-gedung, peralatan, material yang telah mengalami penurunan fungsi (kerusakan). Namun demikian, untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Terdapat hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya stok modal (K) dan output total (Y), sebagai contoh, jika 3 rupiah modal diperlukan untuk menghasilkan kenaikan output total sebesar 1 rupiah, maka setiap tambahan bersih terhadap stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modaloutput tersebut. Gambar 3 : Fungsi Produksi Harold-Domar Sumber: Anonymous, 01 Besaran rasio modal-output (COR), yaitu 3 berbanding 1. Jika COR=k, rasio kecenderungan menabung (MPS)=s, yang merupakan proporsi tetap dari output total, dan investasi ditentukan oleh tingkat tabungan, maka dapat disusun model pertumbuhan ekonomi yang sederhana seperti berikut: 1. Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), oleh karena itu, persamaannya adalah S = s. Y...(.). Investasi (.), didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan dengan (K), maka persamaannya adalah : I = (K)...(.3) Tetapi, karena stok modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan output total (Y), seperti ditunjukkan oleh COR atau k, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : K Y k atau ΔK ΔY k atau K = k. Y...(.4) 3. Akhirnya, karena tabungan total (S) harus sama dengan investasi total (.), maka persamaannya adalah : S = I...(.5) Tetapi dari persamaan (.) di atas kita tahu bahwa S= s.y dan dari persamaan (.3) dan (.4), kita tahu bahwa I = (K) = k.(y). Oleh karena itu, model persamaan dari tabungan yang sama dengan investasi pada persamaan (.4) itu sebagai: S = s. Y = k. Y = K = I atau s. Y = k. Y sehingga dapat didapatkan persamaan sebagai berikut : ΔY Y Y s k...(.6) ΔY pada persamaan (.6), menunjukkan tingkat pertumbuhan output (persentase perubahan output). Persamaan (.6), merupakan persamaan Harrod-Domar yang disederhanakan, menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output ditentukan secara bersamaan oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output (COR = k). persamaan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output secara positif berhubungan dengan rasio tabungan. Semakin tinggi tabungan dan investasi, maka semakin tinggi output

11 yang dihasilkan. Sedangkan, hubungan antara COR dengan tingkat pertumbuhan output adalah negatif. Semakin besar COR, maka semakin rendah tingkat pertumbuhan output. Semakin tinggi tabungan dan investasi, maka akan meningkatan laju pertumbuhan perekonomian. Tingkat pertumbuhan ekonomi tergantung pada produktivitas dari investasi. Produktivitas investasi, yaitu jumlah tambahan investasi, yang dapat dihitung dengan kebalikan dari rasio modal - output (COR atau k), karena ( k 1 ) menggambarkan rasio output-modal atau rasio output- investasi. Selanjutnya, dengan mengalikan tingkat investasi baru yaitu s= I Y dengan produktivitasnya yaitu k 1, akan menghasilkan tingkat kenaikan output total. Dikarenakan s = didapatkan persamaan s. k 1 = Y I. ΔY I ΔY Y S 1, dan dapat dirumuskan dengan Y k (Anonymous, 010) 1, maka 1 ΔY Sebagai contoh perhitungan dari tingkat pertumbuhan ekonomi menurut Harrod-Domar ini adalah seperti di bawah ini; 1. Rasio modal-output (COR atau k) dari suatu negara adalah 3 dan rasio tabungan adalah 6 persen dari output total. Dengan menggunakan persamaan (.6), akan didapatkan hasil bahwa pertumbuhan ekonomi per tahun negara tersebut adalah persen. ΔY Y s k 6 3 persen. Jika tingkat tabungan sebesar 15 persen, maka pertumbuhan ekonomi negara terbentuk naik dari persen menjadi 5 persen per tahun. ΔY Y s k persen Ada beberapa kelemahan dari teori Harrod-Domar, antara lain : 1. MPS dan ICOR Tidak Konstan. Proporsi Penggunaan Tenaga Kerja dan Modal Tidak Tetap 3. Harga Tidak akan Tetap Konstan 4. Suku Bunga Berubah F. TEORI SCHUMPETER Teori Schumpeter pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang berbahasa Jerman pada tahun 1911 dan diterbitkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1934 dengan judul The Theory of Economic Development. Kemudian, Schumpeter menggambarkan teorinya lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul Business Cycle. Salah satu pendapat Schumpeter yang penting, yang merupakan landasan teori pembangunannya, adalah keyakinannya bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun, Schumpeter beranggapan bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami kemandegan (stagnasi). Pendapat ini sama dengan pendapat kaum Klasik. Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi, dan pelakunya adalah para inovator atau wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat dapat diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat. (Anonymous, 01). Schumpeter membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, meskipun keduanya merupakan sumber peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi produksi itu sendiri. Sebagai contoh, kenaikan output yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi yang lama. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi ini berarti perbaikan teknologi, seperti penemuan produk baru, pembukaan pasar baru, dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari sistem ekonomi yang bersumber dari kreativitas para wiraswastanya. (Anonymous, 01)

12 Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Adanya lingkungan yang menunjang kreativitas akan menimbulkan beberapa wiraswasta perintis (pioneer) yang menerapkan ide-ide baru dalam kehidupan ekonomi, seperti cara berproduksi baru, produk baru, bahan mentah, dan sebagainya. Namun, tidak semua perintis tersebut akan berhasil dalam melakukan inovasi. Bagi yang berhasil melakukan inovasi tersebut, akan menimbulkan posisi monopoli bagi pencetusnya. Posisi monopoli ini akan menghasilkan keuntungan di atas keuntungan normal yang diterima para pengusaha yang tidak berinovasi. Keuntungan monopolistis ini merupakan imbalan bagi para inovator dan juga merupakan faktor yang mempengaruhi para calon inovator untuk berinovasi, dikarenakan terdorong oleh adanya harapan memperoleh keuntungan monopolistis tersebut. Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu : 1. diperkenalkannya teknologi baru. menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal. 3. inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut. Proses peniruan (imitasi) tersebut pada akhirnya akan diikuti oleh investasi (akumulasi modal) oleh para peniru (imitator). Proses peniruan ini mempunyai pengaruh pada menurunnya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para inovator, dan penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat, yang berarti teknologi tersebut tidak lagi menjadi monopoli bagi pencetusnya. Menurut Schumpeter, sumber kemajuan ekonomi yang lebih penting adalah proses pembangunan ekonomi karena dapat meningkatkan output masyarakat. Schumpeter membedakan inovasi dan invensi (penemuan). Sebagai contoh, seseorang yang menemukan mesin uap dapat dikatakan sebagai inventor (penemu), namun bukan inovator. Sedangkan, pengusaha yang mendirikan perusahaan kereta api adalah inovatornya. Dengan kata lain, inovasi adalah penerapan pengetahuan teknologi di dunia ekonomi, komersial, dan kemasyarakatan. Sehingga, dapat dikatakan seorang inventor belum tentu sebagai seorang inovator, dan begitu pula sebaliknya. Menurut Schumpeter, ada 5 macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi yaitu : (Anonymous, 01) 1. diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada.. diperkenalkannya cara berproduksi baru. 3. pembukaan daerah-daerah pasar baru. 4. penemuan sumber-sumber bahan mentah baru. 5. perubahan organisasi industri sehingga efisiensi industri. Menurut Schumpeter, syarat-syarat terjadinya inovasi adalah tersedianya calon-calon pelaku inovasi (inovator dan wiraswasta) di dalam masyarakat dan adanya lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang dapat menunjang semangat untuk berinovasi dan pelaksanaan ide-ide inovasi tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan inovator atau entrepreneur adalah orang-orang yang masuk dalam dunia bisnis, yang mempunyai semangat dan keberanian untuk menerapkan ide-ide baru untuk menjadi kenyataan. Para inovator atau entrepreneur berani untuk mengambil resiko usaha, dikarenakan ide-ide baru (inovasi) tersebut belum pernah diterapkan secara ekonomis sebelumnya. Para inovator atau entrepreneur berani untuk mengambil resiko usaha, dikarenakan oleh adanya kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan monopolistis jika usahanya berhasil, dan adanya semangat dan keinginan untuk bisa mengalahkan persaingan inovasi melalui ide baru. Menurut Schumpeter, seorang inovator atau entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau wiraswasta biasa. Para pengusaha yang berani mencoba dan melaksanakan ide-ide baru dapat dikatakan sebagai entrepreneur. Sedangkan, pengusaha yang hanya mengelola secara rutin perusahaannya bukanlah seorang entrepreneur, tetapi hanyalah seorang manajer. Kunci dalam proses inovasi adalah terdapatnya lingkungan yang menunjang terjadinya inovasi. Menurut Schumpeter, sistem kapitalis dan bebas berusaha, yang didukung oleh lembaga-lembaga sosial politik yang sesuai, merupakan lingkungan yang paling dominan bagi timbulnya inovator dan semangat berinovasi. Selain itu, terdapat dua faktor lain yang menunjang terlaksananya inovasi yaitu tersedianya cadangan ide-ide baru secara memadai dan adanya sistem perkreditan yang dapat menyediakan dana bagi para entrepreneur untuk merealisasikan ide-ide tersebut. (Anonymous, 01) Cadangan ide-ide baru merupakan hasil-hasil penemuan para inovator. Peranan masyarakat yang berkembang dan dinamis merupakan salah satu unsur utama dari lingkungan inovasi. Sistem perkreditan, yang menyediakan dana bagi para pengusaha yang tidak memiliki dana yang memadai tetapi mempunyai rencana penggunaan dana, juga merupakan faktor penunjang bagi terwujudnya inovasi. Tanpa adanya sistem kredit, hanya para pengusaha yang mempunyai dana yang bisa menjadi inovator. Oleh karena itu, antara penyedia dana (lembaga perkreditan) dan calon inovator perlu bekerjasama. Berkaitan dengan sistem

13 kapitalis, Schumpeter mengemukakan beberapa pendapat. Pertama, yaitu sistem kapitalis merupakan sistem yang paling dominan bagi timbulnya inovasi, pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, menurut Schumpeter, bagi negara-negara sedang berkembang yang berusaha mengejar kemajuan ekonomi (pertumbuhan output) maka sistem kapitalis sesuai untuk diterapkan. Kedua, Schumpeter berpendapat bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis akan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat dan distribusi pendapatannya akan lebih merata. Distribusi pendapatan merata disebabkan oleh adanya inovasi-inovasi yang akan mengarah kepada barang-barang yang di konsumsi oleh masyarakat, sehingga barang-barang konsumsi ini menjadi banyak atau berlimpah. Ketiga, menurut Schumpeter bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis akan runtuh, karena adanya transformasi di dalam sistem tersebut menuju ke arah sistem yang lebih bersifat sosialistis. Ciri dari sistem kapitalis itu sendiri akan berubah dikarenakan keberhasilannya dalam mencapai kemajuan ekonomi dan kesejahteraan, sehingga akan menyebabkan terjadinya proses perubahan kelembagaan dan perubahan pandangan masyarakat yang jauh dari sistem kapitalis asli, seprti sistem tunjangan sosial bagi pengangguran dan orangtua yang semakin meluas, sistem sekolah murah atau gratis menjadi banyak, sistem asuransi yang semakin meluas, dan sebagainya. (Anonymous, 01) Gambar 4 : Proses Kemajuan Ekonomi Menurut Schumpeter Secara Skematis Sumber: Anonymous, 01 Gambar 4 merupakan skema teori pembangunan berdasarkan lima golongan teori yakni Teori aliran klasik yang dianut oleh Adam Smith, David Ricardo dan Thomas Robert Malthus, Teori Karl Marx, Teori Neo-Klasik, Teori Keynesian, dan Teori Schumpeter. Banyak teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh para ahli ekonom, namun yang paling terkenal adalah model pertumbuhan ekonomi Harord-Domar dan model pertumbuhan Solow-Swan (Neo-Klasik). (Anonymous, 01) Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Sedangkan pengertian pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Perbedaan antara keduanya adalah keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan. Sedangkan keberhasilan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, yaitu bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknologi. Pendidikan Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu negara. Jika dunia pendidikan suatu negara rendah, maka akan menyebabkan proses pembangunan menjadi terhambat. Sebab, pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan juga mempertahankan jati diri manusia suatu negara. Sehingga, setiap negara yang ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama karena pendidikan merupakan sarana untuk menghapus kebodohan serta kemiskinan. Namun, pendidikan di Indonesia selalu terhambat oleh tiga permasalahan, antara lain :

14 1. Kepedulian pemerintah yang rendah terhadap pendidikan dikarenakan kalah dari urusan yang lebih strategis yaitu Politik. Bahkan, pendidikan dijadikan sasaran politik untuk menuju kekuasaan agar dapat menarik simpati dari masyarakat.. Penjajahan terselubung. Di era globalisasi dan kapitalisme, dengan hutang negara yang semakin meningkat, badan atau organisasi donor pun mengintervensi secara langsung maupun tidak terhadap kebijakan ekonomi suatu bangsa. Akibatnya, terjadi privatisasi di segala bidang. Bahkan, pendidikan tidak luput dari proses privatisasi ini yang menyebabkan pendidikan menjadi semakin mahal yang tidak bisa di jangkau oleh masyrakat. Dan pada akhirnya, masyarakat tidak bisa mencapai pendidikan yang tinggi dan berakibat pada penurun kualitas sumber daya manusia di Indonesia. 3. Kondisi masyarakat yang tidak bisa mengadaptasikan dengan lingkungan yang ada. Hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian terhadap dunia pendidikan, dikarenakan masyarakat lebih mengutamakan kepentingan kebutuhan pangan daripada pendidikan. Akibatnya, kebodohan dan kemiskinan pun akan terjadi. Sehingga, kemiskinan menjadi sebuah reproduksi sosial, yang akan melahirkan generasi yang tidak terdidik akibat kurangnya pendidikan, dan kemudian menjadi bodoh serta akan mengalami kemiskinan. Pengangguran Sesuai dengan berlakunya Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan pada 1 Oktober 1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih. Perlu diketahui bahwa Indonesia tidak menentukan batas usia maksimum tenaga kerja, hal ini dikarenakan Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : (Rukmana, 01) 1. Angkatan kerja yang terdiri dari masyarakat yang bekerja dan masyarakat yang menganggur dan mencari pekerjaan.. Bukan angkatan kerja yang terdiri dari masyarakat yang bersekolah, golongan mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain. P. Todaro (000), menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jumlah angkatan kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya. Dengan kata lain, semakin banyak angkatan kerja yang digunakan dalam proses produksi maka output hasil produksi akan mengalami peningkatan sampai batas tertentu. Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Oleh sebab itu, menurut Sadono Sukirno (000) pengangguran dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain: 1. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam perekonomian. 3. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat. Menurut Edwards, 1974 dalam Lincolin (1997), bentuk-bentuk pengangguran adalah: 1. Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah para tenaga kerja yang mampu dan ingin untuk bekerja, tetapi tidak tersedia pekerjaan yang sesuai.. Setengah pengangguran (under unemployment), adalah para tenaga kerja yang secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah, sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan. 3. Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah para tenaga kerja yang bekerja penuh, tetapi intensitasnya lemah dikarenakan kekurangan gizi atau bernyakit. 4. Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah para tenaga keja yang mampu bekerja secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik. Menurut Tambunan (001), pengangguran dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan berbagai cara, antara lain: 1. Jika rumah tangga memiliki batasan likuiditas, yang berarti bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka pengangguran akan secara langsung mempengaruhi income poverty rate dengan consumption poverty rate.

15 . Jika rumah tangga tidak menghadapi batasan likuiditas, yang berarti bahwa konsumsi saat ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka peningkatan pengangguran akan menyebabkan peningkatan kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh dalam jangka pendek. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di negara yang sedang berkembang. Tingginya tingkat pengangguran, luasnya kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata memiliki hubungan yang saling berkaitan. Bagi para tenaga kerja yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, atau hanya bekerja paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin. Mereka yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah ke atas. Namun demikan, adalah salah jika beranggapan bahwa setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Masyarakat miskin pada umumnya menghadapi permasalahan terbatasanya kesempatan kerja, terbatasnya peluang mengembangkan usaha, melemahnya perlindungan terhadap aset usaha, perbedaan upah, serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah tangga. Oleh karena itu, salah satu mekanisme pokok untuk mengurangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan di Negara sedang berkembang adalah memberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin (Arsyad, 1997). Oleh sebab itu, pemerintah dapat menjalankan berbagai rencana untuk memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha yang layak guna mengurangi tingkat pengangguran. Rencana tersebut antara lain: 1. Meningkatkan efektifitas dan kemampuan kelembagaan pemerintah dalam menegakkan hubungan industrial yang manusiawi.. Meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan perlindungan kerja. 3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dalam rangka mengembangkan kemampuan kerja dan berusaha. 4. Meningkatkan perlindungan terhadap buruh migran di dalam dan luar negeri. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian tentang kemiskinan di berbagai negara telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara lain: 1. Rasidin K. Sitepul dan Bonar M. Sinaga (004) dengan judul Dampak Investasi Sumberdaya Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia : Pendekatan Model Computable General Equilibrium. Penelitiannya menganalisis tentang pengaruh investasi sumberdaya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan in Indonesia dengan menggunakan kombinasi model Komputasi Keseimbangan umum dengan metode Foster-Greer-Thorbecke.. Prima Sukmaraga (011) dengan judul Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Per Kapita,dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah. Penelitiannya menganalisis tentang pengaruh variabel Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per kapita, dan jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 008. Analisis yang dilakukan adalah analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) yang menggunakan data antar ruang (cross section) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 008 dengan bantuan software Eviews 4.1. Model yang digunakan adalah modifikasi model ekonometri sebagi berikut: Log(POVt)= β0 + β1log(ipmt)+ βlog(pdrbkt)+ β3log(ut)+е...(.7) 3. Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (008) dengan judul Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Penelitiannya menganalisis tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Analisis yang dilakukan adalah analisis Deskriptif dan ekonometrika dengan menggunakan metode Panel Data. Model yang digunakan adalah modifikasi model ekonometri sebagi berikut: Poverty = β0 + β1 PDRB + β Populasi + β3 Agrishare + β4 Industrieshare + β5 Inflasi + β6 SMP + β7 SMA + β8 DIPLOMA + β9 Dummy Krisis + ε...(.8) 4. Dicky Wahyudi, Tri Wahyu Rejekingsih (013) dengan judul Analisis Kemiskinan Di Jawa Tengah. Penelitiannya menganalisis tentang kemiskinan di Jawa Tengah dan melihat pengaruh kesehatan, pendidikan, pengeluaran pemerintah, pertumbuhan ekonomi dan pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. Model yang digunakan adalah modifikasi model ekonometri Least Square Dummy Variabel (LSDV), yaitu : Kit=β0+β1Hit+βEit+β3GEit+β4Git+β5Uit+α1D1+αD+α3D3+α4D4+α5D5+α6D6+α7D7 +α8d8+α9d9+α10d10+α11d11+α1d1+α13d13+α14d14+α15d15+α16d16+α17d17+α

16 18D18+α19D19+α0D0+α1D1+αD+α3D3+α4D4+α5D5+α6D6+α7D7+ α8d8+α9d9+α30d30+α31d31+α3d3+α33d33+α34d34+εit... (.9) C. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel penelitian merupakan construct atau konsep yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang nyata mengenai fenomena yang diteliti. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. 1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemiskinan yang ada di Provinsi Jawa Tengah menurut kota dan kabupaten pada tahun Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendidikan dan pengangguran yang ada di Jawa Tengah menurut kota dan kabupaten pada tahun Jenis Dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan penggabungan dari deret berkala (time series) dari tahun dan deret lintang (cross section) sebanyak 35 data mewakili kota dan kabupaten di Jawa Tengah yang menghasilkan 140 observasi. Adapun data dan sumber data yang diperlukan adalah: 1. Data persentase jumlah penduduk miskin daerah untuk masing-masing kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah tahun , yaitu dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam terbitan Data dan Informasi Kemiskinan.. Data persentase laju Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan untuk masingmasing kota dan kabupaten Jawa Tengah tahun , yaitu dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam terbitan PDRB Jawa Tengah. 3. Data persentase tingkat pendidikan yang diproksi dengan angka melek huruf untuk masing-masing kota dan kabupaten Jawa Tengah tahun , yaitu dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam terbitan Jawa Tengah Dalam Angka. 4. Data persentase jumlah pengangguran terbuka untuk masing-masing kota dan kabupaten Jawa Tengah tahun , yaitu dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam terbitan Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Jawa Tengah. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data kuantitatif, dan memiliki fungsi teknis untuk para peneliti dalam melakukan pengumpulan data sehingga angkaangka dapat diberikan pada obyek yang diteliti. Data yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka sebagai metode pengumpulan datanya, sehingga tidak diperlukan teknik sampling atau kuesioner. Periode data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun Sebagai pendukung, digunakan buku referensi, jurnal, surat kabar, serta browsing website internet terkait dengan masalah kemiskinan dan bahan kajian dalam peneltian ini. Metode Analisis Data Metode Analisis Data Panel Penelitian ini menggunakan analisis panel data sebagai alat pengolahan data dengan menggunakan program Eviews 6, dengan kombinasi antara deret waktu (time-series data) dan deret lintang (cross-section data). Gujarati (1995), menyatakan bahwa untuk menggambarkan data panel secara singkat, sebagai contoh pada data cross section, nilai dari satu variabel atau lebih dikumpulkan untuk beberapa unit sampel pada suatu waktu. Dalam data panel, unit cross section yang sama di teliti dalam beberapa waktu. Dalam model panel data, persamaan model dengan menggunakan data cross-section dapat ditulis sebagai berikut : Yi = β0 + β1 Xi+ εi..(3.1) i = 1,,..., N, dimana N adalah banyaknya data cross-section Sedangkan persamaan model dengan time-series adalah : Y t = β0 + β1 X t + ε t..(3.) t = 1,,..., T, dimana T adalah banyaknya data time-series Mengingat data panel merupakan gabungan dari time-series dan cross-section, maka model dapat ditulis sebagai berikut: Yit = β0 + β1 Xit + ε it..(3.3)

17 i = 1,,..., N ; t = 1,,..., T dimana : N = banyaknya observasi T = banyaknya waktu N T = banyaknya data panel Dalam analisis model panel data terdapat dua macam pendekatan yang terdiri dari pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect). Kedua pendekatan yang dilakukan dalam analisis panel data dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pendekatan efek tetap (Fixed effect) Salah satu kesulitan prosedur panel data adalah bahwa asumsi intersep dan slope yang konsisten sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, yang dilakukan dalam panel data adalah dengan memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk memperbolehkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit (cross section) maupun antar waktu (time-series). Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka dikenal dengan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable (LSDV).. Pendekatan efek acak (Random effect) Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap (fixed effect) akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Model panel data yang melibatkan korelasi antar error term karena perubahan waktu dan observasi dapat diatasi dengan pendekatan model komponen error (error component model) atau disebut juga dengan model efek acak (random effect). Ada empat pertimbangan pokok untuk memilih antara menggunakan pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect) dalam data panel, yaitu : 1. Apabila jumlah time-series (T) besar sedangkan jumlah cross-section (N) kecil, maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung yaitu fixed effect model (FEM).. Apabila cross-section (N) besar dan time-series (T) kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan berbeda jauh. Jadi, jika unit cross-section yang dipilih dalam penelitian diambil secara acak (random) maka random effect harus digunakan. Jika unit cross-section yang dipilih dalam penelitian tidak diambil secara acak maka dapat menggunakan fixed effect. 3. Apabila komponen error εi individual berkorelasi maka penaksir random effect akan bias dan penaksir fixed effect tidak bias. 4. Apabila cross-section (N) besar dan time-series (T) kecil, dan asumsi yang mendasari random effect dapat terpenuhi, maka penggunaan model random effect lebih efisien dibandingkan model fixed effect. Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas, berdistribusi normal atau tidak. Ada beberapa metode untuk mengetahui berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan metode J-B test dan metode grafik. Penelitian ini menggunakan metode J-B test yang dilakukan dengan menghitung skweness dan kurtosis, apabila nilai J-B hitung lebih kecil daripada nilai X² (Chi Square) tabel, maka nilai residual berdistribusi normal. Model untuk mengetahui uji normalitas adalah sebagai berikut: J B hitung = S 6 k 3 4..(3.4) Dimana S = Skewness statistik dan K = Kurtosis Jika nilai J B hitung lebih besar daripada nilai J-B tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual Ut terdistribusi tidak normal dan begitu pula sebaliknya. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas memiliki pengertian bahwa ada hubungan linear yang pasti diantara beberapa atau semua variabel independen (variabel yang menjelaskan) dari model regresi. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien regresi variabel tidak tentu dan kesalahan menjadi tidak terhingga. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Jika tidak terjadi korelasi di antara variabel independen, maka model regresi tersebut sesuai (model regresi yang bagus).

18 Namun, jika saling berkorelasi, maka variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Salah satu munculnya multikolinearitas adalah R sangat tinggi dan tidak satupun koefisien regresi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas secara skolastik. Model untuk mengetahui uji multikolinearitas adalah: KM = f (PDRB, MH, PG)..(3.5) PDRB = f (MH, PG)..(3.6) MH = f (PDRB, PG)...(3.7) PG = f (PDRB, MH)....(3.8) Penelitian menggunakan Auxiliary Regression untuk mengetahui adanya multikolinearitas. Kriterianya adalah jika R regresi persamaan utama lebih besar dari R regresi auxiliary, maka di dalam model tidak terdapat multikolinearitas. Uji Autokorelasi Autokerelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deret waktu) atau ruang (seperti dalam data deret lintang). Uji autokorelasi bertujuan menguji dalam model regresi linear terdapat korelasi antara faktor pengganggu pada periode waktu atau ruang tertentu dengan faktor pengganggu pada waktu atau ruang sebelumnya. Untuk melihat gejala autokorelasi, maka dilakukan pengujian menggunakan uji Durbin Watson. Tabel 1 : Kriteria Pengujian Durbin-Watson Hipotesis Nol Keputusan Kriteria Ada atokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl < d <du Ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du < d < 4-dl Tidak ada autokorelasi Jangan tolak du < d < 4-du Sumber : Anonymous, 01 Gambar 5 : Aturan Membandingkan Uji Durbin-Watson dengan Tabel Durbin-Watson Sumber : Anonymous, 01 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua pengamatan. Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi biar homoskedastisitas yaitu variasi residual sama untuksemua pengamatan. Secara ringkas walaupun terdapat heteroskedastisitas maka penaksir OLS (Ordinary Least Square) tetap tidak bias dan konsisten tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar (yaitu asimtotik). Menurut Gujarati (1995) bahwa masalah heteroskedastisitas nampaknya menjadi

19 lebih biasa dalam data cross section dibandingkan dengan data time series. Penelitian ini menggunakan uji Park untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Uji Park pada prinsipnya meregres residual yang dikuadratkan dengan variabel bebas pada model. Jika t-statistik > t-tabel maka ada heterokedastisitas, jika t- statistik < t-tabel maka tidak ada heterokedastisitas. atau Jika nilai Prob > 0,05 maka tidak ada heterokedastisitas, jika nilai Prob < 0,05 maka ada heterokedastisitas. Pengujian Kriteria Statistik Gujarati (1995) menyatakan bahwa uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kebenaran atau kesalahan dari hasil hipotesis nol dari sampel. Ide dasar yang melatarbelakangi pengujian signifikansi adalah uji statistik (estimator) dari distribusi sampel dari suatu statistik dibawah hipotesis nol. Keputusan untuk mengolah Ho dibuat berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data yang ada. Uji statistik terdiri dari pengujian koefisien regresi parsial (uji t), pengujian koefisien regresi secara bersama-sama (uji F), dan pengujian koefisien determinasi (uji- R ). Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual dan menganggap variabel lain konstan. (Bagus suryono, 01). Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. H0 : b1 = 0 tidak ada pengaruh antara variabel PDRB dengan kemiskinan. H1 : b1 < 0 ada pengaruh negatif antara variabel PDRB dengan kemiskinan.. H0 : b = 0 tidak ada pengaruh antara variabel melek huruf dengan kemiskinan. H1 : b < 0 ada pengaruh negatif antara variabel melek huruf dengan kemiskinan. 3. H0 : b3 = 0 tidak ada pengaruh antara variabel tingkat pengangguran dengan kemiskinan. H1 : b3 > 0 ada pengaruh positif antara variabel tingkat pengangguran dengan kemiskinan. Nilai t hitung dapat dicari dengan rumus: * t Bi Bi SE( Bi ).(3.9) dimana: Bi = parameter yang diestimasi Bi* = nilai hipotesis dari BI ( Ho : BI = Bi* ) SE(Bi) = simpangan baku Bi Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel, maka H0 ditolak, yang berarti salah satu variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.. Jika nilai t-hitung lebih kecil daripada nilai t-tabel, maka H0 diterima, yang berarti salah satu variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis yang digunakan : (Bagus suryono, 01) 1. H0 : b1, b, b3 = 0 semua variabel independen tidak mampu mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama. H1 : b1, b, b3 0 semua variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama Nilai F hitung dirumuskan sebagai berikut : R /( k 1) F.....(3.10) 1 R /( N dimana: k = jumlah parameter yang diestimasi termasuk konstanta N = jumlah observasi Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut : 1. H0 diterima dan H1 ditolak apabila nilai F hitung lebih kecil daripada nilai F tabel, yang berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel terikat secara signifikan.

20 . H0 ditolak dan H1 diterima apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, yang berarti variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat secara signifikan. Uji Koefisien Determinasi (uji R) Koefisien determinasi ( R ) menunjukkan ukuran atau kemampuan suatu model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Kriteria nilai R adalah antara nol dan satu. Jika nilai R kecil atau mendekati nol, hal ini berarti kemampuan satu variabel dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Namun, jika mendekati satu, hal ini berarti variable-variabel independen dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Kelemahan dalam penggunaan determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Hal ini dikarenakan setiap tambahan satu variabel berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted ( R ) pada saat mengevaluasi model regresi yang terbaik. Nilai koefisien determinasi diperoleh dengan rumus : (Bagus suryono, 01) * y R (3.11) y dimana: y* = nilai y estimasi y = nilai y aktual D. HASIL DAN ANALISIS Deskripsi Obyek Penelitian Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang letaknya diapit oleh dua provinsi, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Secara geografis Jawa Tengah terletak antara 5040 dan 8030 Lintang Selatan dan antara dan Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 63 km dan dari utara ke selatan adalah 6 km (tidak termasuk Pulau Karimunjawa). Luas wilayah Jawa Tengah sebesar hektar atau sekitar 5,04 persen dari luas Pulau Jawa dan 1,70 persen dari luas Indonesia, yang terdiri dari 991 ribu hektar (30,45 persen) lahan sawah dan,6 juta hektar (69,55 persen) bukan lahan sawah. Provinsi Jawa Tengah dengan pusat pemerintahan di Kota Semarang, secara administratif terbagi dalam 35 bagian, yaitu 6 kota dan 9 kabupaten dengan 565 kecamatan yang meliputi 787 desa dan 6 kelurahan. Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah terdiri atas 4 kota administratif, yaitu Purwokerto, Purbalingga, Cilacap, dan Klaten. Namun, sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 001, kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten. Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen). Secara administratif Provinsi Jawa Tengah berbatasan oleh : Sebelah Utara adalah Laut Jawa, Sebelah Timur adalah Jawa Timur, Sebelah Selatan adalah Samudera Hindia, Sebelah Barat adalah Jawa Barat. Persebaran penduduk pada umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten maupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal-Brebes-Slawi. Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun). Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian terbanyak adalah di sektor pertanian (4,34%), diikuti dengan perdagangan (0,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%). (Badan Pusat Satistik Jawa Tengah) Deskripsi Data Kemiskinan Dari data kemiskinan menunjukan bahwa persentase penduduk miskin provinsi Jawa Tengah tahun tertinggi berada di Kabupaten Brebes yaitu sebesar 39,44 persen di tahun 009. Dan persentase penduduk miskin terendah berada di Kota semarang yaitu sebesar 4, persen di tahun 005.

21 Tabel : Data Persentase Kemiskinan Jawa Tengah Tahun No. Kota/Kab Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Batang Kab. Blora Kab. Boyolali Kab. Brebes Kab. Cilacap Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Jepara Kab. Karanganyar Kab. Kebumen Kab. Kendal Kab. Klaten Kab. Kudus Kab. Magelang Kab. Pati Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Purbalingga Kab. Purworejo Kab. Rembang Kab. Semarang Kab. Sragen Kab. Sukoharjo Kab. Tegal Kab. Temanggung Kab. Wonogiri Kab. Wonosobo Kota Magelang

22 No. Kota/Kab Kota Pekalongan Kota Salatiga Kota Semarang Kota Surakarta Kota Tegal Sumber: Data dan Informasi Kemiskinan Jateng 010 Produk Domestik Regionl Bruto (PDRB) Dari data laju pertumbuhan PDRB menunjukkan bahwa laju PDRB yang terjadi di kota dan kabupaten di provinsi Jawa Tengah tahun menunjukkan angka yang fluktuatif dari masing-masing daerah. Laju PDRB dapat menunjukan kondisi perekonomian. Tabel 3 : Data Persentase Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Tahun No. Kota/Kab Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. Purbalingga Kab. Banjarnegara Kab. Kebumen Kab. Purworejo Kab. Wonosobo Kab. Magelang Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Sukoharjo Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Pati Kab. Kudus Kab. Jepara

23 No. Kota/Kab Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Temanggung Kab. Kendal Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Tegal Kab. Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal Sumber: PDRB Jawa Tengah Pendidikan (Angka Melek Huruf) Dari data tingkat melek huruf menunjukan bahwa tingkat Melek huruf di provinsi Jawa Tengah tahun terbesar yaitu berada di kota Pekalongan yaitu sebesar 97,30 persen di tahun 007 dan yang terendah berada di Kabupaten Kudus yaitu sebesar 75,0 persen pada tahun 005. Tabel 4 : Data Persentase Pendidikan (Angka Melek Huruf) Jawa Tengah Tahun No. Kota/Kab Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Batang Kab. Blora Kab. Boyolali Kab. Brebes Kab. Cilacap Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Jepara

24 No. Kota/Kab Kab. Karanganyar Kab. Kebumen Kab. Kendal Kab. Klaten Kab. Kudus Kab. Magelang Kab. Pati Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Purbalingga Kab. Purworejo Kab. Rembang Kab. Semarang Kab. Sragen Kab. Sukoharjo Kab. Tegal Kab. Temanggung Kab. Wonogiri Kab. Wonosobo Kota Magelang Kota Pekalongan Kota Salatiga Kota Semarang Kota Surakarta Kota Tegal Sumber: PDRB Jawa Tengah Pengangguran Dari data tingkat pengangguran menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di provinsi Jawa Tengah tahun terbesar berada di kota Magelang yaitu sebesar 17,81 persen ditahun 005. Dan yang terendah berada di Kabupaten Jepara yaitu sebesar 3,10 persen di tahun 006.

25 Tabel 5 : Data Persentase Pengangguran Jawa Tengah Tahun No. Kota/Kab Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Batang Kab. Blora Kab. Boyolali Kab. Brebes Kab. Cilacap Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Jepara Kab. Karanganyar Kab. Kebumen Kab. Kendal Kab. Klaten Kab. Kudus Kab. Magelang Kab. Pati Kab. Pekalongan Kab. Pemalang Kab. Purbalingga Kab. Purworejo Kab. Rembang Kab. Semarang Kab. Sragen Kab. Sukoharjo Kab. Tegal Kab. Temanggung Kab. Wonogiri Kab. Wonosobo Kota Magelang

26 No. Kota/Kab Kota Pekalongan Kota Salatiga Kota Semarang Kota Surakarta Kota Tegal Sumber: Keadaan Angkatan Kerja Provinsi Jawa Tengah Tabel dan Persamaan Berdasarkan rumusan masalah yang dijelaskan pada Bab I, maka diambil model persamaan pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di kota dan kabupaten Provinsi Jawa Tengah yaitu sebagai berikut : Y = AX1 + BX + CX3..(4.1) Dimana : Y : Kemiskinan X1 : PDRB X : Pendidikan (angka melek huruf) X3 : Pengangguran A, B, C : Koefisien Pengujian Statistik Analisis Regresi Uji Signifikansi parameter Individual (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen. Dalam regresi pengaruh jumlah penduduk, PDRB, pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun , dengan α = 5 persen dan degree of freedom (df) = 13 (n-k = 10-3), maka diperoleh nilai tabel sebesar 1,657 Tabel 5 : Nilai T-Statistik Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun Sumber : Pengolahan Data Eviews 6 Table di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel PDRB sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari nilai α (5%), maka variable PDRB berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan. Nilai probabilitas variabel PENDIDIKAN sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari nilai α (5%), maka variable PENDIDIKAN

27 berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan. Nilai probabilitas variabel PENGANGGURAN sebesar 0,0014. Nilai ini lebih kecil dari nilai α (5%), maka variable PENGANGGURAN berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F). Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan variabel independen yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dari regresi pengaruh jumlah penduduk, PDRB, pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun yang menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5 persen), dengan degree of freedom for numerator (dfn) = (k-1 = 3-1) dan degree of freedom for denominator (dfd) = 13 (n-k = 10-3), maka diperoleh F tabel sebesar 4,61. Dari hasil regresi pada Tabel 5, diperoleh F-statistik sebesar 103,88 dan nilai probabilitas F-statistik 0, Maka dapat disimpulkan bahwa variable independen secara bersama-sama berpengaruh variabel dependen (nilai F-hitung lebih besar daripada nilai F-tabel). Uji Koefisien Determinasi (Uji R) Koefisien determinasi ( R ) mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R yang kecil berarti kemampuan variable-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variable dependen. Dari hasil regresi pada Tabel 5 diperoleh nilai R sebesar 0, Hal ini berarti sebesar 99,3044 persen variasi kemiskinan di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi tiga variabel independennya yaitu PDRB (PDRB), Pendidikan (Melek huruf/mh), Pengangguran (PG). Sedangkan sebesar 0,6856 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Dari hasil regresi pada Tabel 5, maka didapatkan hasil Uji J-B Test dapat dilihat pada Gambar berikut: Gambar 6 : Hasil Uji Jarque-Bera Pengaruh PDRB, Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun Series : Standartdized Residuals Sample Odservations 10 Sumber : Pengolahan Data Eviews 6 Pada model persamaan pengaruh jumlah penduduk, PDRB, pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun dengan n = 10 dan k = 3, maka diperoleh degree of freedom (df) = 13 (n-k), dan menggunakan α = 5 persen diperoleh nilai χ tabel sebesar 14,34. Dibandingkan dengan nilai Jarque-Bera pada Gambar 6 sebesar 16,40643, maka dapat disimpulkan bahwa probabilitas gangguan μ1 regresi terdistribusi secara normal, karena nilai Jarque-Bera lebih kecil dibandingkan nilai χ tabel. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan keadaan dimana terdapat hubungan linear atau terdapat korelasi antar variabel independen. Dalam penelitian ini untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dilihat dari perbandingan antara nilai R regresi parsial (auxiliary regression) dengan nilai R regresi utama. Apabila nilai R regresi

28 parsial (auxiliary regression) lebih besar dibandingkan nilai R regresi utama, maka dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan tersebut terjadi multikolinearitas. Tabel 6 menunjukkan perbandingan antara nilai R regresi parsial (auxiliary regression) dengan nilai R regresi utama. Tabel 6 : R Auxiliary Regression Pengaruh PDRB, Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun No. Persamaan R Regresi Utama R Regresi Parsial 1 PDRB MH PG ,993 MH PDRB PG ,993 3 PG PDRB MH 0,07 0,993 Sumber : Pengolahan Data Eviews 6 Tabel diatas menunjukkan bahwa model persamaan pengaruh PDRB, pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun tidak mengandung multikolinearitas karena nilai R regresi parsial (auxiliary regression) tidak ada yang lebih besar dibandingkan nilai R regresi utama. Pengolahan Data Panel dengan E-Views Estimasi model Fixed Effect (FEM) Dalam estimasi ini dilakukan pengujian F-Test dan Chi-Square. Jika p-value lebih kecil dari 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Demikian juga sebaliknya. H0 : model mengikuti model pool. H1 : model mengikuti model Fixed Hasil estimasi model Fixed adalah sebagai berikut: Tabel 7 : Hasil Regresi Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun menggunakan Model Fixed. Sumber : Pengolahan Data Eviews 6 Sedangkan hasil redundant fixed effects tests adalah sebagai berikut:

29 Tabel 8 : Hasil redundant fixed effects tests pada Model Fixed. Sumber : Pengolahan Data Eviews 6 dari hasil test tersebut di atas, diperoleh nilai Cross-section F sebesar 0,0039 dan Cross-section Chi-square sebesar 0,0014. Nilai ini lebih kecil dari 5% (0,05). Sehingga H0 ditolak dan menerima H1, dan model mengikuti model fixed. Estimasi model Random Effect (REM) Dalam estimasi ini dilakukan pengujian Hausman (Hausmantest). Jika p-value lebih kecil dari 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Demikian juga sebaliknya. H0 : model mengikuti model random. H1 : model mengikuti model fixed Hasil estimasi model Random adalah sebagai berikut: Tabel 9 : Hasil Regresi Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun menggunakan Model Random. Sumber : Pengolahan Data Eviews 6 Sedangkan hasil redundant fixed effects tests adalah sebagai berikut: Tabel 10 : Hasil Hausman-tests pada Model Random. Sumber : Pengolahan Data Eviews 6

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya yang merupakan studi penelitian

Lebih terperinci

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori Pertumbuhan Ekonomi Dalam sejarah pemikiran ekonomi, ahli-ahli ekonomi yang membahas tentang proses pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi empat aliran yaitu aliran klasik, neo-klasik, Schumpeter,

Lebih terperinci

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis a. Frederich List ( ) 1) Masa berburu dan mengembara 2) Masa beternak dan bertani

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis a. Frederich List ( ) 1) Masa berburu dan mengembara 2) Masa beternak dan bertani Teori pertumbuhan ekonomi adalah teori yang membahas pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh negara ditinjau dari dua sudut. Pertama, membahas pertumbuhan ekonomi berdasarkan tahap-tahap tertentu (secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya dan Studi empiris yang dibahas

Lebih terperinci

Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), diantaranya

Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), diantaranya BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 4.1. Landasan Teori 4.1.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Para ekonom membedakan antara pembangunan ekonomi (Economic Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pengertian pertumbuhan ekonomi sudah banyak dirumuskan dengan sudut pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan tetapi bukan merupakan satu-satunya. Pembangunan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini disajikan berbagai teori yang akan digunakan dalam memecahkan permasalahan yang akan diteliti. Tinjauan teoritis ini meliputi pertumbuhan ekonomi, teori penciptaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Teori Pembangunan Ekonomi Macam-Macam Teori Pembangunan Ekonomi Teori Pembangunan Ekonomi (Keynesian) Teori Pembangunan Ekonomi (Rostow) Tahapan - Tahapan Pembangunan Ekonomi Oleh: Hendry Wijaya, SE.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik Product tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

TEORI UTAMA PEMBANGUNAN

TEORI UTAMA PEMBANGUNAN TEORI UTAMA PEMBANGUNAN MENURUT TODARO (1991;1994) Teori pertumbuhan linear. Teori perubahan struktural. Teori Dependensia. Teori neo-klasik. Teori-teori baru. Teori pertumbuhan linear Dasar pemikiran

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM : Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM : 1215151009 ABSTRAK Kemiskinan menjadi masalah besar di Provinsi

Lebih terperinci

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi Oleh: Junaedi A. Pendahuluan Perkembangan pemikiran tentang pembangunan ekonomi selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Dari perubahan pemikiran itu kemudian menimbulkan perubahan paradigma dalam

Lebih terperinci

MAKALAH PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. Oleh

MAKALAH PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. Oleh MAKALAH PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Oleh BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan fenomena penting yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan atau referensi untuk melakukan penelitian ini. Dengan adanya penelitian terdahulu

Lebih terperinci

melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan

melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan BAB IV LANDASAN TEORI 4.1 Arti Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah suatu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi. berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada satu tahun tertentu saja, melainkan memperlihatkan dan membandingkan

BAB II LANDASAN TEORI. pada satu tahun tertentu saja, melainkan memperlihatkan dan membandingkan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi mengukur perkembangan ekonomi dari suatu periode ke periode selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilihat hanya pada satu tahun

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Dana Perimbangan 2.1.1. Pengertian dan Pembagian Dana Perimbangan 2.1.1.1. Pengertian Dana Perimbangan Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akandibahas mengenai teori yang menjadi dasar pokok permasalahan. Teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI KETENAGAKERJAAN dan DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI. Uji Kompetensi

BAB I. KONDISI KETENAGAKERJAAN dan DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI. Uji Kompetensi BAB I KONDISI KETENAGAKERJAAN dan DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Bila di dalam suatu masyarakat tersedia sejumlah pekerjaan yang cukup, sehingga orang-orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

TEORI-TEORI PEMBANGUNAN

TEORI-TEORI PEMBANGUNAN TEORI-TEORI PEMBANGUNAN PENGELOMPOKAN TEORI Untuk mengelompokkan teori-teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi secara tepat dan sederhana bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Infrastruktur Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana secara umum diketahui sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pertumbuhan Ekonomi a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan produk nasional (GNP) karena ada peningkatan kuantitas

Lebih terperinci

Paradigma Pertumbuhan

Paradigma Pertumbuhan Paradigma Pertumbuhan Sir Roy Harrod (1900 1978) Evsey Domar (1914 1997) John Maynard Keynes (1883 1946) Model Pertumbuhan Harrod Domar Roy Harrod (1939) Evsey Domar (1946) John Maynard Keynes Tingkat

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan suatu perekenomian dari suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia hanya dua abad

Lebih terperinci

ANALISIS DATA PANEL TIDAK LENGKAP DENGAN TEKNIK ESTIMASI LEAST SQUARE DUMMY VARIABLE (LSDV) (Studi Kasus pada Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa)

ANALISIS DATA PANEL TIDAK LENGKAP DENGAN TEKNIK ESTIMASI LEAST SQUARE DUMMY VARIABLE (LSDV) (Studi Kasus pada Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa) ANALISIS DATA PANEL TIDAK LENGKAP DENGAN TEKNIK ESTIMASI LEAST SQUARE DUMMY VARIABLE (LSDV) (Studi Kasus pada Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa) SKRIPSI Oleh : IZATUN NISA J2A 606 027 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai sasaran tersebut maka pemerintah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. padahal pertumbuhan dan pembangunan itu berbeda. Menurut sadono sukirno

II. TINJAUAN PUSTAKA. padahal pertumbuhan dan pembangunan itu berbeda. Menurut sadono sukirno 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Ekonomi Banyak yang menilai bahwa pertumbuhan dan pembangunan ekonomi itu sama, padahal pertumbuhan dan pembangunan itu berbeda. Menurut sadono sukirno pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

ekonomi Tujuan Pembelajaran

ekonomi Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Semester 1 Kelas XI SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat menggunakan dan mengelola sumber-sumber daya yang ada dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat menggunakan dan mengelola sumber-sumber daya yang ada dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yaitu pemerintah bersama masyarakat menggunakan dan mengelola sumber-sumber daya yang ada dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun akan menimbulkan konsekwensi kebutuhan konsumsi juga bertambah dan dengan sendirinya dibutuhkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN Enni Sari Siregar STKIP Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan Email : ennisari056@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian dan Konsep Kemiskinan Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos,2002). Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka pangjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Prof. Simon Kuznet (1871) mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit untuk dihindari bagi suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju, namun pada

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI DKI JAKARTA

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI DKI JAKARTA DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 1 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI DKI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim dipergunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi sangat penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Junaidi, Junaidi; Z,Zulfanetti; Hardiani, Hardiani ABSTRAK Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi ketenaga kerjaan di Provinsi Jambi yang mencakup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK Dhani Kurniawan Teguh Pamuji Tri Nur Hayati Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fattah Demak Email : ujik_angkung@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik. Pembangunan ekonomi menurut Todaro dan Smith (2006) adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik. Pembangunan ekonomi menurut Todaro dan Smith (2006) adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan dapat dimaknai sebagai sesuatu yang berubah menjadi lebih baik. Pembangunan ekonomi menurut Todaro dan Smith (2006) adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di Negara manapun (Sumodiningrat, 2009). Di Indonesia kemiskinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh setiap negara di dunia dan setiap negara berusaha untuk mengatasinya. Kemiskinan adalah faktor yang

Lebih terperinci

VI. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

VI. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI 1. nuhfil Hananai VI. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI 6.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Secara singkat, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi ini dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi ini dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi berarti adalah perkembangan kegiatan yang terjadi dalam perekonomian yang mengakibatkan barang dan jasa yang diproduksi dimasyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyerapan tenaga kerja menjadi salah satu elemen penting dalam tercapainya pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin besar jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori-teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan hasil penelitian terdahulu

Lebih terperinci