BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bermain Pengertian Bermain Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain dilakukan tanpa adanya paksaan atau tekanan dari luar (Hurlock, 1991). Menurut tokoh-tokoh pendidikan anak-anak, seperti: Plato, Aristoteles, Frobel, Hurlock dan Spencer (dalam Satya, 2006) bermain adalah suatu upaya anak untuk mencari kepuasan, mencari kesenangan dengan melepaskan segala keinginannya yang tidak dapat tersalurkan, seperti: keinginan untuk menjadi presiden, raja, permaisuri dan lain-lain. Bermain sebagai kegiatan mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Menurut Catron dan Allen dalam bukunya Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model (1999) mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu.

2 2.1.2 Fungsi Bermain Fungsi utama bermain yaitu merangsang perkembangan sensoris-motorik anak, perkembangan dalam bersosialisasi, perkembangan kreativitas, perkembangan moral, perkembangan kesadaran diri, dan bermain digunakan sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995). 1. Perkembangan Sensoris-Motorik Pada saat melakukan permainan, sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan anak akan meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diperoleh anak seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan), dan stimulasi kinetik. 2. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar untuk mampu memecahkan masalah dari hubungan sosial. 3. Perkembangan Intelektual (Kognitif) Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek dimana hal tersebut dapat merangsang perkembangan kognitif dari anak.

3 4. Perkembangan Kreativitas Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar mengembangkan kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya untuk menghasilkan sesuatu hal yang baru. 5. Perkembangan Moral Anak akan mempelajari nilai yang benar dan salah yang didapat dari lingkungan, terutama dari orang tua dan guru. Dengan bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut pada dirinya sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. 6. Perkembangan Kesadaran diri Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuan diri dan membandingkannya dengan orang lain, kemudian menguji kemampuannya dengan mencoba peran baru dan mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tingkah lakunya terhadap orang lain. 7. Bermain sebagai Terapi Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas, sedih, dan merasa nyeri akibat penyakitnya. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Dengan melakukan permainan, anak akan terlepas dari ketegangan

4 dan stres yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (teknik distraksi) Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain pada Anak Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain yaitu: 1. Tahap perkembangan anak. Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya permainan merupakan salah satu alat stimulasi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. 2. Status kesehatan anak. Untuk dapat melakukan suatu permainan diperlukan energi, namun bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit. 3. Jenis kelamin anak. Semua jenis alat permainan dapat digunakan oleh anak lakilaki maupun anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas, dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan dapat dijadikan salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri (laki-laki atau perempuan). 4. Lingkungan yang mendukung. Lingkungan yang mendukung dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak dalam bermain.

5 5. Alat dan jenis permainan. Alat dan jenis permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak agar apa yang didapat anak dari kegiatan bermain tersebut dapat diaplikasikan ke dalam dirinya Bermain Origami 1. Definisi Origami Origami merupakan seni membuat bentuk yang tercipta dengan cara melipat kertas. Kata origami berasal dari bahasa Jepang, dari kata oru yang berarti melipat dan kami berarti kertas. Penggabungan kata tersebut mengubah kata kami menjadi gami, sehingga bukan orikami tetapi origami, artinya sama yaitu melipat kertas. Bahan dasar origami adalah kertas. Bahan dasar pembuatan origami sangat mudah diperoleh. Hal ini menjadikan origami sebagai seni yang dapat diakses oleh semua kalangan. Beberapa karakteristik kertas yang digunakan untuk origami, antara lain; tipis, kuat, tidak mudah robek, dan tidak sulit untuk dilipat. Kertas origami sebaiknya tidak terlalu tipis dan tidak terlalu lentur seperti kertas tissue, juga tidak terlalu tebal seperti kertas karton. Origami terdiri atas dua jenis model yaitu model tradisional dan model orisinal. Model tradisional merupakan model yang umum/popular dan biasanya tidak dikenal lagi siapa yang mendesain pertama kalinya, dan jumlahnya sangat banyak. Sementara model orisinal, merupakan karya-karya kontemporer buatan para pelipat kertas dan dicantumkan namanya sebagai hak cipta.

6 Tujuan dari seni ini adalah untuk mengubah kertas menjadi bentuk-bentuk lipatan melalui teknik-teknik melipat dan dengan demikian penggunaan lem tidak diperlukan dalam origami. Dasar dari lipatan origami sebenarnya sederhana, namun lipatan dasar tersebut dapat dikombinasikan dengan variasi yang berbeda sehingga membentuk suatu lipatan yang rumit. 2. Jenis Origami Origami mempunyai 3 tingkatan dilihat dari bentuk lipatannya, yaitu dimulai dari tingkatan dasar, menengah, dan lanjutan. 1) Tingkatan dasar (basic) Tingkatan dasar ditujukan untuk para pemula. Dalam tingkatan dasar, bentuk lipatan masih sangat sederhana dan bentuk-bentuk dari origami hanya sebatas bentuk awal untuk membentuk sesuatu. Ada beberapa contoh bentuk lipatan dasar, yaitu: lipatan dasar bentuk burung, lipatan dasar bentuk kodok, lipatan dasar bentuk ikan. 2) Tingkat menengah (intermediate) Pada tingkat menengah, anak-anak akan dilatih tentang keutamaan dalam melipat. Dimana pada tingkat menengah, ketelitian sudah mulai untuk dipergunakan karena bentuk lipatan yang sederhana namun mulai lebih kompleks dan lebih mendetail. Bentuk kupu-kupu merupakan bentuk yang sangat sering dibuat dalam tingkat menengah ini.

7 3) Tingkat lanjutan (advanced) Pada tingkat lanjutan, jenis lipatan menjadi sangat sulit karena bentuk-bentuk yang dibuat tidak lagi mengacu pada bentuk-bentuk yang biasa seperti kupukupu yang berada pada tingkat menengah, akan tetapi bisa dalam bentuk robot, naga, ataupun bentuk yang lain sangat beragam dan mempunyai tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Untuk anak usia dini bentuk lipatan masih berupa bentuk objek yang sederhana. Anak-anak belum dapat mengikuti tahapan lipatan yang kompleks. Belajar melipat pada anak dilakukan dengan beberapa tahap. Berdasarkan pembelajaran bagi anak usia dini, tingkat kesulitan melipat dikelompokkan berdasarkan usia. Untuk usia 2-3 tahun anak diharapkan dapat melipat kertas sembarangan. Usia 3-4 tahun, anak diharapkan dapat melipat kertas dengan berbagai bentuk (tidak beraturan). Pada tahap ini anak diberi kebebasan untuk melipat dengan sesuka hati mereka. Pada usia 4-5 tahun, anak diharapkan dapat melipat kertas lebih dari satu lipatan. Pada usia ini anak sudah mampu mengikuti petunjuk sederhana. Dan untuk usia 5-6 tahun, anak diharapkan dapat melipat kertas sampai menjadi suatu bentuk (origami). Penilaian untuk anak usia dini menekankan pada proses daripada hasil. Hasil evaluasi yang diberikan oleh pendidik anak usia dini sebaiknya tidak hanya dinilai dari karya anak, namun lebih kepada bagaimana anak tersebut berusaha untuk menghasilkan karyanya.

8 3. Manfaat Origami untuk Motorik Halus Origami adalah suatu seni melipat kertas sehingga menghasilkan berbagai macam bentuk, misalnya bentuk hewan, bunga atau alat transportasi. Origami dapat mengasah kemampuan motorik halus melalui keterampilan jari-jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua tangan bergerak, gerakan jari-jari otot tangan mengirimkan sinyal ke sistem saraf pusat memicu neuron melalui tangan (impuls motorik halus) mengaktifkan bagian bahasa otak (Shalev, 2005). Menurut Prof. Kawashima (2001), bermain origami dapat mengaktifkan otak depan, dimana bermain origami adalah sebuah kegiatan yang menggerakan tangan sambil berfikir untuk menghasilkan sesuatu. Selain menyenangkan, origami memiliki banyak manfaat lain, diantaranya dapat meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak. Membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf otak akan bekerja dengan baik sehingga akan berdampak positif bagi perkembangan otak anak usia prasekolah (Kobayashi, 2008). Latihan melipat kertas akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan anak, yaitu saat anak melipat dan menekan lipatan. Kekuatan bagian telapak dan jari dibutuhkan untuk memegang dan menggerakkan pensil (motorik halus) (Shalev, 2005).

9 2.1.5 Bermain Finger painting 1. Definisi Finger Painting Finger Painting berasal dari bahasa Inggris, finger artinya jari sedangkan painting artinya melukis. Jadi finger painting adalah melukis dengan jari. Solahudin (2008) menyatakan finger painting adalah teknik melukis dengan mengoleskan kanji pada kertas atau karton dengan jari atau telapak tangan. Dalam aktifitas ini dapat digunakan berbagai media dan warna, dapat menggunakan tepung kanji, adonan kue, pasir dan sebagainya. Aktifitas ini penting dilakukan sebab akan memberikan sensasi pada jari sehingga dapat merasakan kontrol jarinya dan membentuk konsep gerak membuat huruf. Witarsono (2009) mengemukakan finger painting adalah melukis dengan jari, melatih pengembangan imajinasi, memperhalus kemampuan motorik halus, dan mengasah bakat seni, khususnya seni rupa. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, finger painting adalah melukis dengan jari menggunakan berbagai media dan warna dan melatih pengembangan imajinasi serta kemampuan motorik halus pada anak. 2. Media Finger Painting Kegiatan finger painting yang diberikan kepada anak berupa kegiatan melukis dengan menggunakan media pasir dan kanji. Kanji dimasak dari tepung maizena yang diberi beraneka ragam warna yang menarik dari pewarna makanan.

10 Anak akan melukis dengan jari jemarinya dengan menggunakan kanji yang berbentuk lem. Begitu juga dengan media pasir, dimana anak akan melukis dengan cara menaburkan pasir di atas gambar yang sebelumnya sudah diberi lem agar pasir menempel. Tujuan dari pemberian warna pada pasir ataupun kanji adalah mengenalkan konsep dasar warna kepada anak. 3. Manfaat Finger Painting untuk Motorik Halus Anak Mewarnai gambar anak TK dapat dilakukan dengan baik, tentunya dengan bimbingan tersendiri dari pendidik yaitu dengan menerapkan teknik mewarnai yang tepat pada kertas mewarnai. Teknik mewarnai merupakan suatu cara atau panduan untuk memberikan anak-anak latihan mewarnai gambar, yang didalamnya terkandung nilai keindahan dan memiliki arti sendiri bagi penciptanya (Sabrina, 2011 : 15). Manfaat finger painting adalah dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan otot-otot kecil dan kematangan saraf, memberikan sensasi pada jari sehingga dapat merasakan kontrol gerakan jarinya dan membentuk konsep gerakan membuat huruf. Disamping itu, kegiatan finger painting juga mengenalkan konsep warna primer (merah, kuning, dan biru) untuk mengetahui kondisi emosi anak, melatih imajinasi dan kreativitas anak. Dibutuhkan kekuatan dari jari-jari tangan ketika anak mewarnai gambar dengan metode finger painting. Tanpa adanya tekanan, maka garis-garis tangan tidak akan terbentuk. Hal ini secara tidak langsung akan membuat otot-otot jari

11 dan tangan anak semakin kuat. Pada saat kegiatan finger painting juga dibutuhkan konsentrasi dan ketelatenan, pada saat melakukan kegiatan ini maka koordinasi antara tangan dan mata sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil yang baik. 2.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Definisi Perkembangan pada anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) anak dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1995). Sementara itu menurut Whalley & Wong (2000), perkembangan pada anak merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh anak yang dapat dicapai melalui kematangan pertumbuhan dan proses belajar. Menurut Moelichatoen (2004), motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan. Perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih (Harlimsyah & F.P, 2008). Menurut Nursalam dkk (2005), perkembangan motorik halus adalah kemampuan untuk mengamati sesuatu dan melakukan suatu gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil yang memerlukan koordinasi antara jari-jari, tangan, dan mata secara cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.

12 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak 1. Faktor Internal Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. 1) Jenis kelamin Fungsi reproduksi pada anak perempuan akan berkembang lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat dibandingkan anak perempuan. 2) Genetik Genetik adalah bawaan anak yang diwariskan dari orang tuanya yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. 3) Kelainan kromosom Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down s dan sindroma Turner s. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh pada perkembangan anak dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor prenatal, persalinan, dan pascanatal.

13 1) Faktor prenatal a. Toksin/zat kimia Beberapa obat seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. b. Radiasi Paparan radiasi dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan jantung. c. Infeksi Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung congenital. d. Kelainan imunologi Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kernikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak. 2) Faktor persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

14 3) Faktor pascapersalinan a. Nutrisi Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat makanan yang adekuat agar proses tumbuh kembang tidak terhambat. b. Lingkungan fisik dan kimia Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif dan zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak. c. Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya. d. Status sosial ekonomi Hal ini berpengaruh karena kemiskinan yang berkaitan dengan pemenuhan gizi yang kurang, kesehatan lingkungan yang buruk, serta pendidikan yang rendah yang menyebabkan ketidaktahuan mengenai pemenuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.

15 e. Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah Keterampilan motorik halus yang paling utama adalah kemampuan memegang pensil dengan tepat yang diperlukan untuk menulis. Pada awalnya anak memegang pensil dengan cara menggenggam seluruh pensil dan digunakan hanya untuk mencoret-coret. Cara ini dilakukan oleh anak usia 2-3 tahun. Setelah itu cara memegang pensil sudah berkembang lebih baik lagi, tidak menggunakan seluruh jari, melainkan hanya ibu jari dan telunjuk. Pada saat usia ini anak tidak lagi menggunakan lengan dan bahunya untuk ikut melakukan gerakan menulis atau menggambar, melainkan lebih banyak bertumpu pada gerakan jari. Karakteristik keterampilan motorik halus anak dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Usia 3 tahun Perkembangan motorik halus pada usia tiga tahun ditandai dengan kemampuan anak membangun menara dari sembilan sampai sepuluh kotak, secara benar memasukkan biji-bjian ke dalam botol berleher sempit, menggambar meniru lingkaran, garis menyilang, dan lingkaran dengan gambar wajah.

16 2. Usia 4 tahun Perkembangan motorik halus pada usia empat tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung ingin sempurna. Ditandai dengan kemampuan anak untuk menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti garis, anak mampu memilih gambar yang lebih panjang, dan anak sudah mulai mampu menggambar bujur sangkar, anak dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat talinya, dapat menyalin bentuk kotak, garis silang atau segitiga. 3. Usia 5 tahun Pada usia lima tahun, koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi. Tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. Ditandai dengan kemampuan untuk mengikat tali sepatu, menggunakan gunting atau pensil dengan baik, menulis angka atau beberapa huruf alphabet, dan menulis nama. 4. Usia 6 tahun Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai dengan kemampuan untuk menggunakan garpu, menggunakan sendok, menggunakan pisau, dan membuat sesuatu dari lilin/tanah liat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Faktor-faktor yang dapat mempercepat atau memperlambat perkembangan motorik menurut Rumini, S & Sundari, S (2004) antara lain ialah:

17 1. Faktor genetik Beberapa faktor keturunan yang dimiliki setiap individu dapat menunjang perkembangan motorik misalnya otot yang kuat, saraf baik, cerdas, yang menyebabkan motorik dari individu tersebut berkembang dengan baik dan cepat. 2. Faktor kesehatan pada periode prenatal Janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak keracunan, pemenuhan gizi dan vitaminnya cukup, akan membantu memperlancar perkembangan motorik anak. 3. Faktor kesulitan dalam kelahiran Bayi yang mengalami kesulitan dalam kelahiran, misalnya dalam proses persalinan dibantu dengan bantuan alat (vacum, tang) sehingga bayi beresiko mengalami kerusakan otak dan akan memperlambat perkembangan motorik bayi. 4. Kesehatan dan gizi Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca lahir akan mempercepat perkembangan motorik bayi dan akan menentukan kualitas yang baik pula dikehidupan selanjutnya. 5. Stimulasi Adanya rangsangan atau stimulasi, adanya bimbingan dan kesempatan anak untuk menggerakan semua bagian tubuh, akan mempercepat perkembangan motorik.

18 6. Perlindungan Perlindungan yang berlebihan terhadap anak sehingga anak tidak ada waktu untuk bergerak, misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik tangga tidak boleh, akan menghambat perkembangan motorik anak. 7. Prematur Kelahiran sebelum masanya disebut prematur, biasanya akan mempengaruhi keterlambat perkembangan motorik. 8. Adanya Kelainan Individu yang mengalami kelainan, baik fisik maupun psikis, social, mental, biasanya mengalami hambatan perkembangan motorik Pemantauan Perkembangan Motorik Halus Anak Pemantauan perkembangan motorik halus anak adalah hal penting untuk mengetahui adanya penyimpangan yang dapat dideteksi secara dini sehingga dilakukan intervensi dini dengan latihan/stimulasi apabila terdapat penyimpangan. Hal ini akan dapat membantu anak mencapai perkembangan normal kembali sesuai dengan umurnya (Adriana, 2011). Pemantauan perkembangan motorik halus anak yang dilakukan di pusat-pusat pelayanan kesehatan dapat dilakukan menggunakan skirining perkembangan menurut DENVER II (Denver Development Screening test / DDST II), di dalam DDST (deteksi perkembangan) ini mencakup empat aspek menurut Frankerburg (1981) yang

19 dikutip oleh Soetjiningsih (1995). Empat aspek tersebut salah satunya adalah perkembangan motorik halus. DDST (Denver Development Screening Test) merupakan salah satu metode pengkajian untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyimpangan dari perkembangan anak. DDST dapat digunakan untuk anak umur 0-6 tahun dan dilakukan dengan mengkaji tingkah laku dari anak apakah sudah sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya, memastikan anak yang mempunyai masalah khusus, memonitor anak yang beresiko mempunyai masalah perkembangan, membandingkan tingkah laku anak satu dengan lainnya yang mempunyai umur sama (Nugroho H.S.W, 2009). Dalam penilaian status perkembangan anak dengan DDST II ada beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, antara lain peralatan yang digunakan dan prosedur cara penilaian. Alat yang digunakan yaitu alat peraga: benang wol merah, boneka kecil dengan botol susu, cangkir plastik dengan pegangan, manik-manik, kubus (8 buah) warna merah-kuning-hijau-biru masing-masing 2 buah, permainan anak-anak, botol kecil berwarna bening, bola tenis, lonceng kecil, kertas dan pensil, lembar formulir DDST, buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara menilainya. Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan untuk mencoba (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis, memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F. Selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam

20 normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable). Perkembangan anak terlambat (abnormal) jika apabila terdapat dua keterlambatan atau lebih pada dua sektor atau lebih; atau dalam satu sektor didapatkan dua atau lebih keterlambatan dengan satu sektor atau lebih dengan satu keterlambatan, dan pada sektor tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. Meragukan: jika pada satu sektor diinterpretasikan dua keterlambatan atau lebih; atau pada satu sektor atau lebih didapatkan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus. Normal: apabila jika setiap keadaan dimana hasil tes tidak ada delay, tapi sesuai dengan tugas perkembangan atau hasil tes total normal walaupun terdapat satu keterlambatan pada salah satu sektor, namun dapat melewati garis usia.

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH A. Pengertian Perkembangan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran (KBBI, 2011). Budiman (2014) mengatakan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah salah satu bentuk kegiatan dibidang kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup keperawatan adalah keperawatan anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Keterampilan Motorik Menurut Wtarsono (2009) Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut

Lebih terperinci

DDST (DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST)

DDST (DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST) DDST (DENVE DEVELOPMENT SCEENING TEST) PENDAHULUAN Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu, dan merupakan indicator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena

Lebih terperinci

DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY

DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY 1 Bagus, seorang anak laki-laki berusia 30 bulan. Ibunya merasa bahwa putranya berbeda dg anak lainnya, perkembangan bicara & bahasanya

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pertumbuhan 1. Definisi Pertumbuhan Pertumbuhan (growth) menurut (Soetjiningsih dan Ranuh, 2015) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang secara khusus memperhatikan, menelaah, dan mengembangkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat besar baik secara fisik,maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya. Bermain dapat membebaskan

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya. Bermain dapat membebaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa, maka ia harus tumbuh menjadi orang dewasa yang cerdas dan sehat. Salah satu cara agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya kemampuan anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 13-59 BULAN OLEH : ASTIK UMIYAH Email: astikyoyok@gmail.com PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap rangsangan yang diberikan dari lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal, sehingga sejak dini, deteksi, stimulasi dan intervensi berbagai

Lebih terperinci

KPSP & PEMERIKSAAN DENVER II. Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII-

KPSP & PEMERIKSAAN DENVER II. Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII- KPSP & PEMERIKSAAN DENVER II Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII- TES DENVER II A. PENDAHULUAN Alat skrining perkembangan untuk menemukan secara dini anak yang berpotensial mempunyai

Lebih terperinci

BAB II SENI MELIPAT KERTAS (ORIGAMI)

BAB II SENI MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) BAB II SENI MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) II.1 Pengertian Origami Menurut kamus webster s Third New International (seperti yang dikutip Isao Honda, 1965) origami merupakan seni melipat kertas dari Jepang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah anak yang berumur 36-60

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes Definisi ANAK DULU: < 12 THN; < 15 THN; < 16 THN UU Tenaga Kerja, UU Perkawinan [UU No. 9 TAHUN 1979 ttg Kesejahteraan Anak: USIA < 21 thn dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Santrock (1995: 225) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA Siti Nur Kholifah, Nikmatul Fadillah, Hasyim As ari, Taufik Hidayat Program Studi D III Keperawatan Kampus Sutopo Jurusan

Lebih terperinci

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI REFERENSI 1. Tumbuh Kembang Anak Soetjiningsih EGC Jakarta, 1995 2. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan ---- Herawati Mansur, Salemba Medika 2009 3.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014). digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendampingan Orangtua Keluarga merupakan suatu ikatan antara dua orang atau lebih yang terikat dalam kelahiran, perkawinan, atau adopsi dan

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia mendapatkan pengetahuan salah satunya dari indera pendengaran. Melalui pendengaran manusia meniru apa yang dikatakan oleh manusia lain. Dari hasil

Lebih terperinci

BAB IV MELIPAT KERTAS UNTUK ANAK USIA DINI. Kata origami berasal dari bahasa Jepang, dari kata oru yang berarti

BAB IV MELIPAT KERTAS UNTUK ANAK USIA DINI. Kata origami berasal dari bahasa Jepang, dari kata oru yang berarti BAB IV MELIPAT KERTAS UNTUK ANAK USIA DINI A. Sejarah Origami Kata origami berasal dari bahasa Jepang, dari kata oru yang berarti melipat dan kami berarti kertas. Penggabungan kata tersebut mengubah kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambang Sujiono, dalam metode pengembangan fisik (2005:10) Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencangkup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap dasar yang sangat berpengaruh dan menjadi landasan untuk perkembangan selanjutnya (Adriana, 2013).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan yang sangat pesat dan perlu dilatih dengan cara yang tepat dan sesuai. Moeslichatoen (1999) mengemukakan bahwa seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya

Lebih terperinci

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi.

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. 1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu dari konsepsi sampai dewasa. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan bawaan 2. Pada periode tertentu ada masa percepatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Konsep Bermain 1.1. Defenisi Bermain Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Pembahasan : Tumbuh Kembang Anak dan Cara Deteksi Dini menggunakan KPSP Sasaran : Keluarga Bapak S Hari/Tanggal : Senin, 01 Agustus 2016 Tempat : Rumah Bapak S Waktu : Pukul

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan periode perkembangan yang sangat cepat seiring dengan terjadinya perubahan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa prasekolah adalah waktu untuk mempelajari apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan berperan penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan motorik halus anak merupakan sebuah koordinasi antara mata dan tangan yang melibatkan gerakan otot otot kecil. Keterampilan motorik halus sangat berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik, motorik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang penting. Bermain merupakan ciri khas anak. Bermain akan menghilangkan kejenuhan anak dan membuat anak menemukan kesenangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi matang. Anak mulai belajar ke tingkat yang lebih tinggi baik dari aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya karena diberikan akal dan pikiran. Manusia sebagai makhluk hidup tentunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga umur 6 tahun dengan cara merangsang dan membantu pertumbuhan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek

Lebih terperinci

DENVER II. Click Subdivisi to edit Pedsos Master subtitle style BIKA RSWS 4/28/12

DENVER II. Click Subdivisi to edit Pedsos Master subtitle style BIKA RSWS 4/28/12 DENVER II Click Subdivisi to edit Pedsos Master subtitle style BIKA RSWS Denver II Merupakan revisi dari Denver Developmental Screening Test ( DDST) dgn tujuan menemukan secara dini masalah penyimpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keseimbangan merupakan salah satu hal penting dalam proses pertumbuhan anak usia 10-12 tahun karena pada usia tersebut anak mulai mengalami perubahan baru, baik secara

Lebih terperinci

Workshop Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan bagi Guru RA. Hotel Bifa Yogyakarta 15 Maret 2011

Workshop Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan bagi Guru RA. Hotel Bifa Yogyakarta 15 Maret 2011 Workshop Peningkatan Kualitas Tenaga Kependidikan bagi Guru RA Hotel Bifa Yogyakarta 15 Maret 2011 1 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum 2 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PENDAHULUAN 3 Definisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu dengan selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja (Suganda Tanuwidjaya, 2002: 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU RAODATUL MUNAWARA 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah apakah ada hubungan kegiatan montase dengan

Lebih terperinci

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( ) GAMBARAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA BAYI USIA 6-12 BULAN YANG DIBERIKAN ASI DAN YANG DIBERIKAN SUSU FORMULA DI KELURAHAN LEBAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL PROVINSI JAWA TENGAH Naili Nur Meifanna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang A. Keterampilan Motorik Halus BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus Dini P. Daeng Sari (1996: 121) menyatakan bahwa motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas

Lebih terperinci

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL Oleh: dr. Nia Kania, SpA., MKes PENDAHULUAN Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Bermain a. Pengertian Bermain Bermain adalah pekerjaan anak, dalam bermain anak secara terusmenerus mempraktikan proses hidup yang rumit dan penuh stress,

Lebih terperinci

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DEFINISI Pertumbuhan Berkembangnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler Bertambah ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian

Lebih terperinci

Kegiatan Bermain Kreatif Untuk Anak Usia Dini Oleh: Nur Hayati, M.Pd

Kegiatan Bermain Kreatif Untuk Anak Usia Dini Oleh: Nur Hayati, M.Pd Kegiatan Bermain Kreatif Untuk Anak Usia Dini Oleh: Nur Hayati, M.Pd Pada rentang usia 3 sampai 5 tahun, anak mulai memasuki masa prasekolah yang merupakan masa persiapan untuk memasuki pendidikan formal

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH NINING DENGO NIM : 153 411 097 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlainan akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth)

BAB I PENDAHULUAN. berlainan akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumbuh kembang anak pada dasarnya merupakan dua peristiwa yang berlainan akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth) merupakan perubahan dalam ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses perkembangan pada anak di usia tiga tahun pertama terjadi sangat cepat dan merupakan masa yang paling sensitif karena masa tersebut dikaitkan dengan the golden

Lebih terperinci

Tumbuh kembang anak. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Tumbuh kembang anak. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Tumbuh kembang anak Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Pokok bahasan Pendahuluan Definisi pertumbuhan & perkembangan Tumbuh kembang janin Tumbuh kembang anak 0 5 tahun Tumbuh kembang anak 6 10 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Aktivitas kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan tangan, hal itu menunjukkan betapa pentingnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan anugerah terbesar yang dititipkan oleh Allah SWT. untuk dididik dan dibimbing agar menjadi individu yang beriman serta bertaqwa kepada Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu perhatian yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadahi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sering ditemukan oleh tenaga kesehatan. Semenjak dari masa kehamilan sampai meninggal manusia

Lebih terperinci

B AB II TINJAUAN PUSTAKA

B AB II TINJAUAN PUSTAKA B AB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberian Stimulasi 1. Pengertian Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap saat anak perlu

Lebih terperinci

Keywords: fine motor skill, trace, first grader

Keywords: fine motor skill, trace, first grader PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENJIPLAK PADA ANAK KELAS I DI SD NEGERI 9 TERANGUN Oleh: Yuliani Haj Mukaromah Sd Negeri 9 Terangun (yulianihaj@gmail.com) Abstrak Kegiatan ini bertujuan

Lebih terperinci

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL NASKAH PUBLIKASI DISUSUN OLEH : FAJAR RAHAYUNINGTYAS 201310104159

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manusia dalam tumbuh kembangnya memiliki beberapa tahapan. Manusia tidak semertamerta langsung menjadi dewasa, namun berproses dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa

Lebih terperinci

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI Rifka Gayatri 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penulisan ini adalah adakah peranan

Lebih terperinci

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL [Admin TK, TK ST. CAROLUS BENGKULU] - Berita Umum Sering kita sebagai orangtua melarang anak memegang gunting karena takut tangannya luka. Demikian juga ketika anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak prasekolah adalah anak yang mempunyai pribadi berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak prasekolah adalah anak yang mempunyai pribadi berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Prasekolah 2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah Anak prasekolah adalah anak yang mempunyai pribadi berbagai macam potensi. Agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Perkembangan (Development). lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Perkembangan (Development). lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Perkembangan Personal Sosial a. Perkembangan (Development). Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

Lebih terperinci

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Oleh Martha Christianti, S. Pd Anak usia dini bertumbuh dan berkembang menyeluruh secara alami. Jika pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian Anak Usia Dini 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut teori psychological needs Murray 1994 (Yulianti, 2009: 8) perilaku psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah

Lebih terperinci

BAB I1 LANDASAN TEORI

BAB I1 LANDASAN TEORI BAB I1 LANDASAN TEORI 2.1 KETERAMPILAN MOTORIK HALUS 2.1.1 Pengertian Motorik Halus Sumantri (2005), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti

Lebih terperinci

REFERAT ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DENVER TEST

REFERAT ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DENVER TEST REFERAT ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DENVER TEST Disusun oleh : Dennis Pratama, S.Ked (2006.04.0.0120) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA 2012 DENVER TEST DDST (Denver Developmental Screening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi

BAB I PENDAHULUAN. optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya pembangunan manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini

Lebih terperinci

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Penderita sindroma Down atau yang sering disebut sebagai down s syndrom mampu tumbuh dan berkembang jika terdeteksi sejak dini, yakni sejak lahir

Lebih terperinci

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara

Lebih terperinci

UKDW BAB Latar Belakang

UKDW BAB Latar Belakang BAB 1 1.1.Latar Belakang Bermain adalah hal yang sangat dibutuhkan, baik bagi user-user yang baru lahir sampai user-user yang sudah sekolah. Dengan bermain, user-user juga sedang melakukan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat BAB V PEMBAHASAN Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara baby spa dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kemampuan Motorik Halus

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kemampuan Motorik Halus 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Motorik Halus 2.1.1 Pengertian Kemampuan Motorik Halus Menurut Susanto (2011) motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus dilakukan

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang pengembangan anak usia dini di dalamnya termasuk perkembangan motorik halus, motorik halus yang akan diberikan anak usia dini adalah perkembangan pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak

BAB I PENDAHULUAN. tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran buah hati pasti sudah sangat berarti bagi orang tua, yang tentunya akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak pasti melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Anak 1. Pengertian Pembentukan kualitas sumber daya manusia yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses perkembangan. Perkembangan

Lebih terperinci