2 TINJAUAN PUSTAKA Kuda Sumba

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 TINJAUAN PUSTAKA Kuda Sumba"

Transkripsi

1 5 2 TINJAUAN PUSTAKA Kuda Sumba Kuda merupakan hewan istimewa yang membantu manusia dalam berbagai pekerjaan fisik. Keberadaan kuda sejak lama digunakan dalam bidang pertanian, industri, alat transportasi, kendaraan perang dan kuda pacu. Kuda memiliki kemampuan berlari dengan kecepatan yang baik dengan jarak tempuh yang jauh sehingga didomestikasi oleh manusia yang bertujuan menghasilkan alat bantu transpotasi bagi manusia. Beberapa negara di wilayah Amerika dan Eropa Barat memanfaatkan ternak kuda sebagai sumber pangan dengan mengkonsumsi dagingnya dalam memenuhi kebutuhan protein (Gill 2005). Kuda adalah anggota dari famili Equidae, genus Equus, dan spesies Equus caballus. Kuda yang dikenal saat ini (Equus cabalus), sejarahnya berasal dari daerah barat yaitu subspesies Equus ferus ferus dan daerah timur yaitu Equus ferus prewalskii (kuda liar mongolia) (Groves dan Ryder 2000). Menurut Pickeral (2004), kuda dibagi atas Heavy Horse, Light Horse dan Poni. Heavy Horse yaitu kuda yang digunakan untuk pekerjaan pertanian atau melakukan pekerjaan berat di beberapa negara di Eropa dan telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Light Horse yaitu istilah untuk kuda yang banyak digunakan sebagai kuda tunggangan untuk bekerja dan transportasi dengan bentuk tulang yang lebih kecil dibanding Heavy Horse. Kuda Poni adalah jenis kuda yang banyak digunakan sebagai kuda pacu dan tunggangan namun lebih banyak terdapat di daerah tertentu dengan ciri khas berbeda-beda. Di Indonesia terdapat beberapa jenis kuda Poni asli Indonesia seperti kuda batak, kuda padang, kuda jawa, kuda bali, kuda makasar, kuda sumbawa, kuda timor, kuda flores dan kuda sumba. Menurut Pickeral (2004), kuda sumba dan sumbawa jenis kuda poni memiliki banyak kesamaan. Kedua kuda ini berasal dari keturunan kuda purba, kuda cina dan kuda mongolia (Edward 1994; Soehardjono 1990). Kuda sumba memiliki 2 tipe yaitu kuda sandel dan kuda sumba. Kuda sandel merupakan hasil perkawinan antara jenis kuda sumba sebagai keturunan asli Indonesia dan kuda arab. Kuda sandel memiliki bentuk kepala yang proposional, mata besar, telinga kecil, mata waspada, cerdas, bulu lembut dan berkilau, kecepatan berlari yang cepat dan sangat aktif serta kuku kaki yang keras dan kuat. Kuda sandel digunakan dalam membantu proses pertanian namun dominan digunakan sebagai kuda pacu. Kuda sumba umumnya memiliki bentuk kepala yang lebih besar dibanding ukuran badan, leher pendek dan berotot, bahu lurus dan datar, bagian punggung yang panjang dan kuat, variasi warna kuda beragam, serta memiliki suhu darah hangat (Pickeral 2004). Kuda sumba sifatnya yang jinak dan cerdas, memiliki stamina dan daya tahan kuat, gerakan yang cepat dan tangkas. Kuda sumba telah menjadi bagian dari hidup masyarakat dan sangat erat kaitannya dengan budaya masyarakat Sumba. Kuda dalam kebudayaan Sumba, merupakan simbol kekuatan, kegagahan dan kesetiaan yang digunakan dalam setiap upacara adat seperti pada upacara kematian dan mahar untuk pernikahan (Sumijati 1998). Kuda sumba juga sering digunakan untuk pertandingan tradisional yang telah menjadi salah satu kegiatan adat istiadat yang biasa disebut

2 6 pasola. Selain digunakan dalam kegiatan kebudayaan, kuda sumba juga dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam kehidupan masyarakat, baik sebagai alat pertanian, transportasi maupun sebagai ternak pacu yang diperlombakan. Kuda sumba sangat jarang disembelih untuk dikonsumsi dagingnya atau diolah menjadi produk pangan asal hewan, kondisi ini menjadi salah satu alasan kuda sumba diperdagangkan ke luar wilayah Sumba, terutama wilayah Sulawesi Selatan untuk dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Populasi Kuda Sumba Menurut data statistik nasional yang berkaitan dengan kondisi peternakan kuda, jumlah populasi kuda nasional adalah pada tahun 2005 dan pada tahun 2010, data ini menunjukkan adanya peningkatan populasi kuda nasional. Berdasarkan data pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur yang menyebutkan bahwa seperempat populasi kuda nasional ada di Provinsi NTT dengan populasi yang juga meningkat yaitu dari tahun 2005 hingga Sebagian dari total populasi kuda di NTT berada di Pulau Sumba (Tabel 1) (BPS 2012). Secara umum populasi ternak besar di Provinsi NTT pada tahun 2009 tercatat sapi sebanyak ekor, kerbau ekor dan kuda ekor. Tabel 1 Jumlah populasi kuda di Provinsi NTT dan Nasional Tahun Wilayah Pulau Sumba NTT Indonesia Sumber: BPS Kabupaten Sumba Timur merupakan kabupaten yang terluas di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah Sumba Timur adalah hektar dengan kondisi alam berbukit-bukit, dengan hewan peliharaan umumnya adalah sapi, kerbau, dan kuda yang telah menyesuaikan diri dengan keadaan alam Sumba yang berpadang sabana luas. Kondisi peternakan di kabupaten Sumba Timur cukup potensial. Ternak babi, sapi dan kuda merupakan ternak yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat. Tahun 2009 tercatat sapi sebanyak ekor, kerbau ekor dan kuda ekor. Tingginya populasi di wilayah ini kaitan yang erat dengan kondisi daerah yang sangat luas dengan padang rumput sabana dan juga pengaruh faktor budaya. Upaya pengembangan subsektor peternakan di Sumba Timur mendapat perhatian yang besar dari pemerintah daerah. Potensi pengembangan susu kuda di Kabupaten Sumba Tengah juga cukup potensial yang dapat diamati melalui kondisi peternakan dengan luas wilayah ,74 hektar. Populasi ternak besar di Kabupaten Sumba Tengah pada tahun 2011 tercatat sapi sebanyak ekor, kerbau sebanyak ekor yang

3 tersebar di semua kecamatan dan kuda sebanyak Populasi ternak kuda yang berada di Pulau Sumba secara lengkap disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Populasi ternak di Pulau Sumba NTT tahun 2009 Kabupaten Jenis Ternak Sapi Kerbau Kuda Babi Kambing Sumba Timur Sumba Tengah Sumba Barat Sumba Barat Daya Pulau Sumba NTT Sumber: BPS Sintesis dan Laktogenesis pada Kuda Kuda memiliki dua puting susu pada bagian abdomen. Setiap puting memiliki dua duktus dan dua kisterna puting, yang masing-masing berhubungan dengan kisterna kelenjar yang terpisah juga sistem duktus dan alveoli (Frandson 1992; Akers dan Denbow 2008). Sejumlah alveolus membentuk lobuli dan beberapa lobuli akan membentuk satu lobus. Susu masuk ke lumen alveoli untuk kemudian masuk ke dalam saluran-saluran halus. Saluran halus akan menuju saluran yang lebih besar, masuk ke dalam kisterna ambing menuju ke kisterna puting (Gambar 1). Sumber: Akers dan Denbow Gambar 1 Alveoli dan sistem duktus kelenjar ambing

4 8 Sintesis susu pada kuda merupakan sebuah proses kontinu. Frekuensi pemerahan susu berdampak pada tekanan dalam kelenjar susu sehingga memengaruhi pengeluaran susu. Kelenjar susu adalah organ target untuk berbagai macam hormon seperti estrogen dan progesteron sedangkan proses laktasi dipengaruhi oleh prolaktin dan hormon pertumbuhan (Knigth 1998). Adanya rangsangan saraf dan tekanan dalam ambing mengakibatkan otot sirkuler mengendur dan susu dapat keluar. Alveolus sebagai tempat pembentukan susu, mengambil cairan dan komponen dalam darah melalui proses seleksi. Daya seleksi alveolus sangat istimewa dan kompleks dengan memilih bahan-bahan dalam darah yang diperlukan serta mengubahnya menjadi bahan dalam bentuk lain. Susu yang terbentuk, selanjutnya keluar dari sel epitel untuk masuk ke lumen alveoli dengan cara terjadi ruptur sel. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya tekanan osmotik sehingga susu dapat memasuki lumen alveoli (Aker dan Denbow 2008). Protein dalam susu merupakan komponen organik yang tersusun dari asam amino. Asam-asam amino dalam protein diperoleh dari dalam darah, asam lemak dalam ambing, imunoglobulin darah, serum albumin darah dan enzim darah. Lemak tersusun dari trigliserida yang merupakan gabungan gliserol dan asamasam lemak yang disintesis dalam alveolus. Lemak dalam susu ditemukan sebagai emulsi. Bagian lemak susu bersifat majemuk, yang terdiri atas trigliserida dan komponen lemak lainnya seperti diasylgliserida, monoasylgliserida, fosfolipid, glikolipid dan sejumlah asam lemak bebas. Lemak dalam susu disintesa dari asam lemak darah, disintesis dalam alveolus dan asam lemak yang berasal langsung dari pakan. Kelenjar ambing kuda memanfaatkan glukosa baik untuk energi maupun sumber karbon untuk proses lipogenesis (Frandson 1992). Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat dalam susu. Sifat susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Glukosa sangat penting dalam sintesis susu dan tidak dapat digantikan oleh bahan gula lain. Sebanyak 60-70% glukosa, asam lemak dan asam amino dalam darah, digunakan untuk mensintesa laktosa. Sintesa laktosa terjadi dalam badan Golgi (bagian dalam alveolus) pada bagian ekstraplasmik. Laktosa dalam susu berbentuk disakarida laktosa yang dihidrolisis oleh enzim β-galactosidase (lactase) menjadi glukosa dan galaktosa untuk dapat diserap oleh usus (Ebringer 2009). Kekurangan β-galactosidase menyebabkan intoleransi laktosa yang menimbulkan banyak gangguan, termasuk diare. Intoleransi laktosa bukanlah penyakit dan sekitar 70% dari populasi dunia intoleransi terhadap laktosa (Ingram et al. 2009). Kadar laktosa dalam susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam susu. Individu yang mengalami intoleransi laktosa menunjukkan toleransi terhadap susu fermentasi seperti yogurt dan kefir dibanding susu murni (Farnworth 2005). Pengaruh hormon sangat berperan dalam proses pengeluaran susu. Lobus posterior hipofise melepaskan oksitosin ke dalam darah. Oksitosin diangkut oleh darah ke seluruh tubuh hewan dan pada saat mencapai ambing, oksitosin menyebabkan kontraksi sel mioepitel di alveoli yang mengakibatkan penyempitan ukuran lumen alveoli sehingga mendesak susu masuk ke saluran. Saluran kecil memendek dan meluas untuk memberi ruang gerak bagi susu dalam alveoli masuk ke saluran yang lebih luas. Proses milk let down ditandai dengan pembengkakan kisterna yang mengakibatkan ambing mengeras (Akers 2002). Lama waktu dari saat pelepasan oksitosin sampai keluar melalui puting sekitar detik.

5 Hormon adrenalin juga dirangsang setelah oksitosin dihasilkan tetapi hormon ini bersifat menghambat pengeluaran susu. Bila pengeluaran adrenalin terjadi sebelum hormon oksitosin dikeluarkan akan mengakibatkan susu tertahan dimana proses terbalik dari milk let down. Untuk mencegah hal ini terjadi maka hewan perlu dihindari dari stres dan letih sebelum diperah. Hormon lain seperti prolaktin, estrogen, progesteron, diperlukan untuk perkembangan lobus di masa pertumbuhan sapi, pertumbuhan saluran reproduksi dan ambing. Prolaktin banyak dihasilkan saat masa kolostrum dan digunakan juga sebagai perangsang sekresi susu (Knigth 1998). Persiapan kelenjar ambing untuk proses laktasi menjelang akhir kebuntingan dipengaruhi oleh perubahan hormon spesifik. Pada banyak spesies, konsentrasi progesteron dan estrogen tinggi selama kebuntingan sehingga menginisiasi perkembangan alveolar lobus ambing. Peningkatan progesteron dan estrogen ditandai dengan peningkatan ukuran kelenjar ambing. Secara spesifik progesteron menghambat produksi susu namun saat kelahiran konsentrasi progesteron mengalami penurunan sehingga berefek pada peningkatan produksi susu (Heidler et al. 2003). Prolaktin memainkan peran utama untuk laktogenesis dan inisiasi tetapi tidak untuk menopang proses laktasi pada kuda. Konsentrasi prolaktin meningkat nyata selama hari terakhir kebuntingan dan saat melahirkan. Kadar maksimal prolaktin mencapai 2 sampai 3 hari setelah melahirkan, tetapi pada sebagian individu dapat terjadi pada 1 hingga 2 hari sebelum melahirkan. Prolaktin tidak hanya penting untuk inisiasi menyusui tetapi juga berperan penting dalam persiapan melahirkan. Konsentrasi prolaktin mengalami penurunan ke tingkat yang lebih rendah dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan (Heidler et al. 2003). Pengeluaran susu pada kuda dikendalikan oleh oksitosin yang selama proses kelahiran, isapan anak kuda saat menyusui dan pencucian ambing (Gore et al. 2008). Pengeluaran susu pada sebagian besar spesies dirangsang oleh oksitosin, yang dilepaskan dalam merespon stimulasi ambing dan puting susu. Pada kuda, pengeluaran oksitosin dapat hilang tanpa memengaruhi pengeluaran susu. Sekitar 80% kasus puncak oksitosin terjadi hanya setelah peningkatan tekanan intramamari dan pada sebagian kasus tekanan intramamari meningkat tanpa ada perubahan dalam pengeluaran oksitosin (Deichsel dan Aurich 2005). Secara fisiologis, kuda jantan mulai dewasa kelamin pada usia15 bulan sedangkan kuda betina akan mencapai pubertas atau masak kelamin pada umur 12 sampai 19 bulan. Panjangnya waktu antara permulaan suatu periode estrus sampai permulaan periode berikutnya bervariasi pada kuda antara 7 sampai 124 hari, namun angka rata-rata yang dilaporkan oleh banyak peneliti adalah 21 sampai 22 hari. Lama siklus estrus pada kuda sekitar 6 hari, tetapi dimungkinkan juga adanya variasi yang besar. Kehamilan pada kuda berkisar hari sedangkan masa laktasi berkisar 4-6 bulan (Gore et al. 2008). Kuda betina yang dikawinkan pada umur 3 tahun dan dirawat dengan cermat maka selama hidupnya dapat menghasilkan 10 sampai 12 ekor anak. Hal ini dikarenakan kuda betina masih dapat beranak meski telah mencapai umur 20 tahun atau lebih (Akers dan Denbow 2008). 9

6 10 Komposisi Susu Kuda Komposisi rata-rata susu kuda terdiri dari air 89.8%, dan bahan kering sebanyak 10.2%. Air sangat penting peranannya yaitu sebagai bahan sebar dari bahan kering susu. Air dalam susu diperoleh langsung dari cairan yang dikandung dalam darah melalui suatu proses selektif oleh alveoli. Bahan kering susu kuda terdiri dari protein 2.14%, lemak 1.21%, karbohidrat 6.37% dan sejumlah mineral dan vitamin (Uniacke-Lowe et al. 2010). Kandungan mineral dalam susu kuda telah dilaporkan lebih rendah dibandingkan ternak lainnya. Beberapa penelitian menyebutkan kandungan elemen mikro seperti kalsium berkisar mg/kg, fosfor mg/kg, magnesium mg/kg, sodium mg/kg dan potasium mg/kg. Kandungan elemen mikro pada susu kuda dilaporkan memiliki konsentrasi yang bervariasi (Csapó et al. 2009). Komposisi lemak dari susu kuda sangat rendah jika dibandingkan dengan susu manusia dan susu sapi (Csapó et al. 1995; German dan Dillard 2006). Dalam lemak susu terdapat 60-75% lemak yang bersifat jenuh, 25-30% lemak yang bersifat tak jenuh dan sekitar 4% merupakan asam lemak polyunsaturated. Lemak susu tidak hanya sumber komponen bioaktif lemak, juga penting sebagai pengirim media untuk nutrisi, termasuk vitamin larut lemak (Ebringer 2009). Efek antimikroba lemak susu pada infeksi usus didukung oleh hasil yang menunjukkan bahwa dengan diet makanan susu tinggi lemak mengurangi kolonisasi Listeria sp di usus tetapi tidak untuk Salmonella sp. Salmonella sp jauh lebih rentan terhadap aktivitas penghambatan lemak. Beberapa studi menunjukkan bahwa lemak berperan dalam pertahanan alami terhadap infeksi pada kulit dan membran mukosa (Uniacke-Lowe et al. 2010). Kadar laktosa di dalam susu kuda adalah 6.37% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa diperkirakan memiliki pengaruh besar pada mineralisasi tulang selama beberapa bulan pertama setelah kelahiran karena merangsang usus dalam penyerapan kalsium. Kandungan laktosa susu kuda yang tinggi mirip dengan susu manusia, diduga cocok untuk gizi bayi, terutama karena intoleransi laktosa jarang terjadi pada bayi dan anak di bawah usia dua tahun (Uniacke-Lowe et al. 2010). Berdasarkan komposisinya, susu kuda jauh berbeda dari susu beberapa ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Bila dibandingkan dengan susu sapi, susu kuda mengandung sedikit lemak, protein, garam-garam anorganik tetapi laktosa lebih tinggi dengan konsentrasi yang mendekati kandungan laktosa pada manusia. Komposisi susu beberapa jenis hewan secara lengkap disajikan dalam Tabel 3.

7 11 Tabel 3 Komposisi susu manusia dan beberapa spesies hewan Konsentrasi (%) Rasio Spesies Total padatan Protein Lemak Laktosa Kasein/Whey Manusia :1 (Homo sapiens) Sapi :1 (Bos taurus) Kuda :1 (Equus Caballus) Keledai :1 (Equus africanus asianus) Kerbau :1 (Bubalus bubalis) Domba :1 (Ovis aries) Kambing :1 (Capra hircus) Unta (Camelus dromedarius) :1 Sumber: Uniacke-Lowe et al Protein Susu Kuda Protein dalam susu merupakan komponen organik yang tersusun dari asam amino. Protein susu juga merupakan penentu kualitas susu sebagai bahan konsumsi. Kandungan protein susu kuda dewasa lebih rendah dari susu sapi, ada kemiripan secara kualitatif yang kuat dari protein utama yaitu kasein dan protein whey. Terdapat dua macam protein utama susu yaitu kasein dan whey yang membentuk substansi koloidal di dalam susu. Protein susu juga mengandung Nonprotein nitrogen (NPN) yang terdiri dari urea, peptida, asam amino dan amonia. NPN merupakan 10-15% dari total nitrogen dalam susu kuda. Dalam banyak kasus, susu dianggap sebagai imunomodulator yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Senyawa dalam protein whey, yaitu α-lactoalbumin, β-lactoglobulin, laktoferin, dan serum albumin laktoperoksidase berperan penting dalam pencegahan penyakit karena bersifat antimikroba, anti kanker dan imunostimulan. Protein susu dan peptidanya juga meningkatkan bioavailabilitas mineral dan elemen, seperti kalsium, magnesium, seng, mangan, selenium dan zat besi (Ebringer et al. 2008). Kasein adalah protein dominan pada susu sapi yaitu sekitar 80% dari total kadar protein susu, namun pada susu kuda, kandungan kasein lebih sedikit. Hal ini

8 12 berarti protein whey susu kuda lebih banyak dibanding susu sapi. Proporsi kasein yang lebih sedikit pada susu kuda dianggap sebagai penentu presipitasi maksimun dari kasein susu kuda yang terjadi pada ph 4.2 (Egito et al. 2002). Konsentrasi dan distribusi kasein dan protein whey susu sapi, susu manusia dan susu kuda, berbeda-beda (Tabel 4). Keseimbangan antara kasein dan whey diduga sebagai faktor penting dalam menentukan tingkat alergi protein susu sapi pada manusia dan modifikasi keseimbangan ini dapat mengurangi alergenisitas terhadap susu sapi. Rasio komposisi protein whey dan kasein pada susu kuda mendekati nilai rasio pada susu manusia sehingga susu kuda berpotensi menjadi susu alternatif pengganti susu sapi. Hal ini menjadi solusi yang baik bagi para penderita intoleransi protein susu sapi dengan gejala klinis berupa diare kronis setelah konsumsi susu sapi (Uniacke-Lowe et al. 2010). Tabel 4 Perbandingan senyawa protein utama dari susu kuda, manusia dan sapi Konsentrasi g/kg susu % komponen protein Spesies Total Protein Protein Kasein NPN Kasein NPN Protein whey whey Kuda Manusia Sapi Sumber: Malacarne et al Protein Whey Protein memiliki fungsi penting untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan menurunkan risiko terhadap banyak penyakit. Meskipun dalam jumlah sedikit, akan tetapi beberapa bagian dalam protein susu memiliki aktivitas antimikroba (Gorbenko et al. 2007). Protein whey sebagai sumber peptida antibakteri (Lo pez et al. 2006). Komposisi protein whey dalam susu kuda adalah β-lactoglobulin, α-lactoalbumin, imunoglobulin, albumin serum darah, laktoferin dan lisozim yang mirip dengan susu sapi. Selain β-lactoglobulin, semua protein whey yang ada pada susu kuda juga ada dalam susu manusia. Jumlah protein whey relatif berbeda antara berbagai spesies (Malacarne et al. 2002; Uniacke-Lowe et al. 2010). β-lactoglobulin dan α-lactoalbumin β-lactoglobulin (β-lg) adalah protein whey utama dalam susu dari banyak ruminansia dan juga ada pada susu hewan monogastrik namun tidak ditemui pada susu manusia. β-lg disintesis dalam sel-sel sekretori epitel kelenjar ambing di bawah kontrol prolaktin (Sawyer 2003). Fungsi β-lg secara nyata meningkatkan jumlah asam lemak yang berpotensi mengikat dan menggantikan setiap ikatan retinol dan berdampak pada metabolisme asam lemak dan transport retinol (Uniacke-Lowe et al. 2010). β-lg pada sapi sangat tahan pada kondisi pencernaan lambung dan dapat menyebabkan reaksi alergi. Kecernaan β-lg tidak seragam antara spesies, misalnya β-lg pada domba jauh lebih mudah dicerna daripada β-lg pada sapi (El-Zahar et al. 2005). β-lg bertanggung jawab terhadap reaksi alergi susu, yang memengaruhi 2-3% dari anak-anak. Mayoritas kasus alergi tersebut

9 hilang pada saat anak mencapai usia tiga tahun (Ebringer et al. 2008). Dalam komposisi protein whey, jumlah β-lg relatif tinggi, yang mewakili lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan protein. Molekul β-lg dapat mengikat vitamin A, vitamin D, kalsium, asam lemak, dan menyederhanakan proses absorpinya (Bealieu et al. 2006). β-lg dapat mendukung fungsi fisiologis yang berperanan penting dalam kesehatan manusia seperti antihipertensi, antimikroba, immunomodulator dan hipokolesterolemik (Uniacke-Lowe et al. 2010). α-lactoalbumin (α-la) merupakan sebuah protein yang ada pada susu mamalia dan memiliki karakteristik yang homolog dengan lisosim. Kalsium memainkan peran penting struktur α-la. Sintesis α-la terjadi dalam retikulum endoplasma yang diangkut ke aparatus golgi, berfungsi sebagai pengaturan dalam sintesis laktosa (Neville 2009). Peptida dalam α-la memiliki efek imunomodulator, diantaranya menstimulasi fagositosis dari makrofag sehingga α-la dianggap sebagai suatu senyawa yang memiliki daya antimikroba penting (Pellegrini 2003). α-la juga memiliki imunogensitas rendah dan mengurangi potensi alergi, serta memiliki aktivitas sebagai antikanker (Svensson et al. 2000). Penelitian lain juga menyebutkan α-la mampu mengurangi stres, yang ditunjukkan dengan peningkatan serotonin otak dan penurunan konsentrasi kortisol (Markus et al. 2002). Laktoferin Sejak dipurifikasi pertama kali pada tahun 1960 oleh Groves, laktoferin memiliki fungsi biologis yang beragam, seperti aktivitas antimikroba, aktivitas antioksidan, memengaruhi pertumbuhan limfosit, mengatur penyerapan zat besi dan mengatur produksi makrofag, granulosit dan neutrofil (Hua et al. 2008). Laktoferin merupakan ikatan glikoprotein dan besi, terdiri dari sebuah rantai polipeptida tunggal dengan massa molekul ~78 kda (Connely 2001). Secara umum, laktoferin adalah glikoprotein multifungsi, sebagai regulasi homeostasis zat besi, pertahanan host terhadap berbagai infeksi mikroba, aktivitas antiinflamasi dan perlindungan kanker. Laktoferin ditemukan berlimpah terutama dalam kolostrum, jumlah kecil juga ditemukan di air mata dan air liur. Ekspresi laktoferin dalam kelenjar susu sapi tergantung pada prolaktin, konsentrasi sangat tinggi selama awal kehamilan dan dinyatakan terutama di dekat duktus epitel dengan puting. Laktoferin dalam susu ditemukan dalam konsentrasi yang lebih kecil dari protein lainnya. Laktoferin pada susu kuda, susu manusia dan susu sapi mengandung masing-masing sekitar 0.6 g, 1.6 g dan 0.1 g laktoferin per kg (Uniacke-Lowe et al. 2010). Berdasarkan target aksinya, laktoferin memiliki fungsi baik sebagai immunosupressive, agen anti inflamasi, atau imunostimulan. Potensi imunosupressive dan antiinflamasi laktoferin dengan menghambat sitokin TNF, IL-1 dan IFN-γ, dan, stimulasi produksi IL-10. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas beberapa sel sistem kekebalan tubuh, termasuk limfosit dan makrofag (Hayashida et al. 2004) dan proliferasi limfosit T dan limfosit B (Beaulieu et al. 2006). Pertumbuhan bakteri dihambat oleh kemampuan laktoferin untuk menyerap zat besi dan juga untuk permiabilitas dinding sel bakteri dengan mengikat lipopolisakarida melalui N terminalnya. Laktoferin dapat menghambat infeksi virus dengan mengikat erat pada protein amplop dari virus dan juga untuk 13

10 14 merangsang pembentukan mikroflora menguntungkan di saluran pencernaan (Baldi et al. 2005). Laktoferin dan lisozim bekerja sinergis untuk menghilangkan bakteri Gram negatif secara efektif. Laktoferin mengikat oligosakarida pada membran luar bakteri, sehingga membuka pori-pori bagi lisozim dan mengganggu hubungan glikosidik dalam interior matriks peptidoglikan. Proses sinergis menyebabkan inaktivasi Gram negatif, misalnya, Escherichia coli dan bakteri Gram positif, misalnya Staphyococcus epidermis (Uniacke-Lowe et al. 2010). Pada bagian N-terminal dari laktoferin sapi dan manusia telah ditemukan aktivitas bakteriostatik yang kuat terhadap bakteri Gram negatif yang menghasilkan ikatan nonspesifik untuk muatan negatif dari membran terluar bakteri dan kemudian melepaskan lipopolisakarida, sehingga mengganggu daya permiabilitasnya. Bagian N terminal dari laktoferin unta lebih mirip laktoferin sapi dibanding laktoferin manusia (Kappeler et al. 1999). Laktoferin dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan, mencegah diare, dan memengaruhi mikroflora di usus babi dari infeksi bahkan dari stres (Wang et al. 2007). Konsentrasi laktoferin memengaruhi jumlah sel somatik dalam susu. Pada kambing, konsentrasi laktoferin meningkat selama masa mastitis dan dekat hubungannya dengan jumlah sel somatik (Hiss et al. 2008). Saat ini laktoferin digunakan sebagai pengawet makanan alami. Laktoferin juga dapat menghambat jamur dan kapang sebagaimana pada virus RNA dan DNA sehingga laktoferin berpotensi diaplikasikan pada peternakan ayam, babi dan makanan ikan (Naidu 2002). Lisozim Konsentrasi lisosim dalam susu kuda berkisar g/kg (Miranda et al. 2004). Susu manusia memiliki kandungan lisozim sebesar 0.3 g/kg susu. Konsentrasi lisozim dalam susu manusia sangat meningkat setelah bulan kedua laktasi, menunjukkan bahwa lisozim dan laktoferin berperan utama dalam menekan infeksi pada bayi yang menyusui selama akhir laktasi, dan melindungi kelenjar susu (Montagne et al. 1998). Lisozim dari susu kuda lebih stabil terhadap denaturasi dibanding lisozim pada manusia selama pasteurisasi pada 62 C selama 30 menit, tetapi pada 71 C selama 2 menit atau 82 C selama 15 detik, inaktivasi dari keduanya sama (Uniacke-Lowe et al. 2010). Lisozim pada susu kuda mengikat kalsium yang mampu meningkatkan stabilitas dan aktivitas enzim. Pengikatan kalsium oleh lisozim dianggap memiliki hubungan antara ikatan lisozim dan α-la. Struktur dari ikatan kalsium dan lisozim pada kuda, mirip dengan ikatan lisozim dan α-la dalam bentuk yang stabil. Lisozim susu kuda sangat resisten terhadap asam dan protease pencernaan sehingga dapat mencapai usus dalam bentuk yang relatif utuh (Uniacke-Lowe et al. 2010). Imunoglobulin Tiga kelas imnuglobulin (IgG, IgA, IgM), membentuk sistem pertahanan melawan infeksi yang umum ditemukan dalam susu. Proporsi relatif dari imunoglobulin dalam susu berbeda jauh antara spesies. IgG merupakan imunoglobulin utama dalam kolostrum kuda, sedangkan IgA adalah bentuk utama dalam susu kuda. Dalam susu sapi dan kolostrum, IgG merupakan imunoglobulin utama, dan IgA adalah imunoglobulin utama dalam kolostrum manusia dan susu

11 (Madureira et al. 2007). Pada ruminansia dan kuda, IgG tidak ditransfer ke uterus, oleh sebab itu bayi yang baru lahir bergantung pada kolostrum untuk memasok IgG (Uniacke-Lowe et al. 2010). Konsentrasi protein whey dalam susu kuda dapat diamati pada Tabel 5. Tabel 5 Konsentrasi protein whey pada susu kuda, manusia dan sapi Protein Konsentrasi (g/kg) Kuda Manusia Sapi Total Protein Whey β-lactoglobulin α-lactoalbumin Serum albumin Immunoglobulin IgG IgA IgM Laktoferin Lisozim x 10-4 Sumber: Uniacke-Lowe et al

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

4 POTENSI PEMANFAATAN SUSU KUDA SUMBA

4 POTENSI PEMANFAATAN SUSU KUDA SUMBA 17 4 POTENSI PEMANFAATAN SUSU KUDA SUMBA Abstract Mare's milk has long been used as a healthy drink and has a therapeutic effect. In Indonesia, sumbawa mare s milk has been used as a nutritious drink and

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu awal hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu 1. Pengertian ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garamgaram organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Ettawa Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing Kacang dengan kambing Ettawa sehingga mempunyai sifat diantara keduanya (Atabany,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Air Susu Ibu Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama alami untuk bayi yang memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi pada

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN MADU MADU ADALAH SUBSTANSI PEMANIS BUATAN ALAMI YANG DIPRODUKSI OLEH LEBAH MADU YANG BERASAL DARI BEBERAPA BUNGA ATAU SEKRESI TUMBUHAN. Kandungan Madu Gula

Lebih terperinci

Zat makanan yang ada dalam susu

Zat makanan yang ada dalam susu Zat makanan yang ada dalam susu Zat makanan yang ada dalam susu berada dalam tiga bentuk yaitu 1.larutan sejati (karbohidrat, garam anorganik dan vitamin) 2.larutan koloidal (protein dan enzim) 3.emulsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor peternakan berperan penting melalui penyediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang

I. PENDAHULUAN. vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi yang diperoleh dari hasil pemerahan hewan seperti sapi, kerbau, kuda, kambing dan unta (Usmiati, 2009). Komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Pakan Bahan pakan sapi perah terdiri atas hijauan dan konsentrat. Hijauan adalah bahan pakan yang sangat disukai oleh sapi. Hijauan merupakan pakan yang memiliki serat

Lebih terperinci

5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA

5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA 23 5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA Abstract The aim of this study were to determine the composition of sumba mare s milk. Determination of the chemical compositions of sumba mare's milk have

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan hasil sekresi kelenjar ambing (mamae) yang berasal dari pemerahan pada mamalia dan mengandung lemak, protein, laktosa, serta berbagai jenis vitamin (Susilorini,

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan antibodi sebagai respon terhadap vaksinasi dapat dideteksi melalui pengujian dengan teknik ELISA. Metode ELISA yang digunakan adalah metode tidak langsung. ELISA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produksi dan Kualitas Susu Sapi 2.1.1. Produksi susu Produksi susu merupakan faktor esensial dalam menentukan keberhasilan usaha sapi perah, karena jumlah susu yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Susu Kuda Sumbawa Kuda Sumbawa dikenal sebagai ternak penghasil susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan susu kuda. Susu kuda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi, atau ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara sempurna (tidak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK ILMU PASCA PANEN PETERNAKAN Kuliah TM 3 (16 Sept 2014) DUA SISI HASIL TERNAK 1 KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI SUSU SEGAR Buku: Walstra et al. (2006). Dairy Science

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2 PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2 Komposisi dan Nutrisi Susu Zat makanan yang ada dalam susu berada dalam 3 bentuk yaitu a) sebagai larutan sejati (karbohidrat, garam anorganik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ternak yang berperan penting untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini sudah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF Pokok Bahasan : Keperawatan Maternitas Sub Pokok Bahasan : ASI Eksklusif Tempat : Puskesmas Turen Sasaran : Masyarakat yang berobat di Puskesmas Turen Tanggal : Waktu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing 4 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing Kelenjar mamaria atau ambing pada sapi letaknya di daerah inguinal yang terdiri dari empat perempatan kuartir. Setiap kuartir memiliki satu puting, keempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Sapi Fries Holland (FH) berasal dari Propinsi Belanda Utara dan Propinsi Friesland Barat. Bulu sapi FH murni umumnya berwarna hitam dan putih, namun

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein, 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu adalah bahan makanan yang memiliki peran penting bagi manusia karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Payudara 8 Untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, organ payudara menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi

Lebih terperinci

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 % BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan yaitu pembuatan alat pemeras madu (Gambar 1 & 2) dan penyaring madu (Gambar 3). Pelaksanaan pembuatan ruang khusus pengolahan madu (Gambar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Seseorang pada umur produktif, susu dapat membantu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4. 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Kadar Albumin Darah Itik Cihateup Rata-rata kadar albumin darah itik Cihateup yang diberi ransum mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan GIZI & PANGAN PENDAHULUAN Gizi seseorang tergantung pada kondisi pangan yang dikonsumsinya Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum Berbeda Terhadap Total Protein Darah Ayam KUB Rataan total protein darah ayam kampung unggul Balitbangnak (KUB) pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Babi adalah binatang yang dipelihara dari dahulu, dibudidayakan, dan diternakkan untuk tujuan tertentu utamanya untuk memenuhi kebutuhan akan daging atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia telah banyak mengenal produk pangan fermentasi antara lain yang berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang gizi mendorong orang untuk mendapatkan bahan pangan yang sehat dan berkualitas agar dapat diandalkan untuk meningkatkan dan memenuhi

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

disusun oleh: Willyan Djaja

disusun oleh: Willyan Djaja disusun oleh: Willyan Djaja 0 PENDAHULUAN Produksi sapi perah dipengaruhi oleh factor genetic, lingkungan, dan interaksi genetic dan lingkungan. Factor genetic berpengaruh sebesar 30 % dan lingkungan 70

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein,

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin, dan mineral (Widodo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali dijual olahan susu fermentasi, salah satunya adalah yoghurt. Yoghurt memiliki nilai gizi yang lebih besar daripada susu segar karena terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Payudara 7 Berdasarkan letaknya,secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan IV, secara horizontal, mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineral Mikro Organik Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makluk hidup. Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu sebagai senyawa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar Nasional Indonesia nomor 01-3141-1998 didefinisikan sebagai cairan yang berasal dari ambing ternak

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales. 1 Strategi Pemberian Pakan Berkualitas Rendah (Jerami Padi) Untuk Produksi Ternak Ruminansia Oleh Djoni Prawira Rahardja Dosen Fakultas Peternakan Unhas I. Pendahuluan Ternak menggunakan komponen zat-zat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab. 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Kuda Menurut Blakely dan Bade (1991) secara umum klasifikasi zoologis ternak kuda adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Sub Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT

BIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT BIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT 1 2 . 3 . 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Biokimia Kuliah 2 POLISAKARIDA 17 POLISAKARIDA Sebagian besar karbohidrat dalam bentuk polisakarida. Suatu polisakarida berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mayarakat secara umum harus lebih memberi perhatian dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah FH merupakan sapi yang memiliki ciri warna putih belang hitam atau hitam belang putih dengan ekor berwarna putih, sapi betina FH memiliki ambing yang

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi neonatus, yang bersifat alamiah dan mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada dinding-dinding alveoli dalam pundi susu hewan yang sedang menyusui anaknya.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan Bidang Studi Topik Subtopik Sasaran : Ilmu keperawatan : Keperawatan maternitas : Asi eksklusif 6 bulan : Masyarakat Jam : 11:00 11.20 Hari/Tangga : Kamis/18

Lebih terperinci

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Sel disusun oleh berbagai senyawa kimia, seperti karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat dan berbagai senyawa atau unsur anorganik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Asi Eksklusif a. Definisi ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,

Lebih terperinci

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes PENDAHULUAN Bayi : Umur 0-12 bulan Bayi Cukup Bulan (Full term) Usia kehamilan Berat Badan Tinggi Badan : 270 290 hari : 2,7 3,2 kg : 48 50 cm 2. Bayi Prematur 3. Bayi BBLR Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak serta zat yang lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Usaha untuk meningkatkan konsumsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci