BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Metode Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pengertian model pembelajaran kooperatif yang dikutip dalam cooperatif learning oleh Huda (2015) menyampaikan pendapat para ahli sebagai berikut: ROGER, dkk. (1992) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Parker (1994) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Sementara itu, Davidson (1995) mendefinisikan pembelajaran kooperatif secara terminologis dan perbedaannya dengan pembelajaran kolaboratif. Menurutnya, pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari hari. Konsep ini memang dikenal sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi, dan perkumpulan manusia. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan mengelompokkan beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda untuk saling berinteraksi dan bekerja sama agar kemampuan dari masing-masing siswa dapat meningkat sesuai tujuan pembelajaran. b. Metode Pembelajaran Menurut Fathurrahman Pupuh (2007) dalam Strategi Pembelajaran oleh Hamruni (2011) : Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan 2

2 pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pembelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Secara garis besar metode yang sering digunakan dalam pembelajaran orang dewasa antara lain : 1) ceramah dan tanya jawab 2) demonstrasi/praktikum 3) diskusi kasus dan presentasi 4) simulasi/simposium/lokakarya 5) studi banding 6) dan lain-lain Menurut Sagala (2005:175) metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru untuk menyajikan materi pelajaran yang sesuai prinsip-prinsip pembelajaran untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. 3 c. Student Teams-Achievment Divisions (STAD) Student Teams-Achievment Divisions (STAD) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras dan etnis. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Slavin (1995) dan rekan-rekannya di Johns Hopkins University. Dalam STAD, siswa diminta untuk membentuk kelompokkelompok heterogen yang masing-masing terdiri dari 4-5 anggota. Setelah pengelompokkan dilakukan, ada sintak empat tahap yang harus dilakukan, yakni pengajaran, tim studi, tes dan rekognisi (Huda, 2015:201).

3 1. Tahap 1 : Pengajaran Pada tahap pengajaran, guru menyajikan materi pelajaran, biasanya dengan format ceramah-diskusi. Pada tahap ini, siswa seharusnya diajarkan tentang apa yang akan mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. 2. Tahap 2 : Tim Studi Pada tahap ini, para anggota kelompok bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah disediakan oleh guru. 3. Tahap 3 : Tes Pada tahap ujian, setiap siswa secara individual menyelesaikan kuis. Guru men-score kuis tersebut dan mencatat pemerolehan hasilnya saat itu serta hasil kuis pertemuan sebelumnya. Hasil dari tes individu akan diakumulasikan untuk skor tim mereka. 4. Tahap 4 : Rekognisi Setiap tim menerima penghargaan atau reward bergantung pada nilai skor rata-rata tim. Misalnya, tim-tim yang memperoleh poin peningkatan dari 15 hingga 19 poin akan menerima sertifikat sebagai TIM BAIK, tim yang memperoleh rata-rata poin peningkatan dari 20 hingga 24 akan menerima sertifikat TIM HEBAT, sementara tim yang memperoleh poin 25 hingga 30 akan menerima sertifikat sebagai TIM SUPER Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan metode pembelajaran kooperatif Student Team Achievment (STAD) adalah metode pembelajaran yang menyelesaikan tujuan pembelajaran dengan bekerja secara berkelompok dengan level kemampuan siswa yang berbeda dengan penilaian berdasarkan nilai skor tim. 4 d. Numbered Heads Together Numbered Head Together merupakan varian dari diskusi kelompok. Menurut Slavin (1995), metode ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

4 Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas (Huda, 2015 : 203) Sintak atau tahap-tahap pelaksanaan NHT pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya adalah sebagai berikut. 1. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok. 2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. 3. Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya. 4. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. 5. Guru memanggil salah satu nomor secara acak. 6. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahawa metode pembelajaran Numbered Head Together adalah metode pembelajaran yang mengedepankan aktivitas siswa untuk nantinya disampaikan kepada siswa lainnya. 5 e. Student Facilitator And Explaining Strategi Facilitator And Explaining merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka, memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekanrekannya dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa (Huda, 2015 : 228). Dalam cooperatif learning oleh Suprijono (2012 : 128) sintak pembelajaran Student Facilitator And Explaining sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/kd. 2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran. 3) Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. 4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa. 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. 6) Evaluasi. 7) Penutup.

5 6 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Student Facilitator And Explaining adalah salah satu metode pembelajaran aktif untuk melatih siswa untuk belajar mempresentasikan ide/pendapat tentang materi pelajaran kepada teman temannya.. 2. Kajian Padu Padan a. Pengertian Metode Padu Padan Metodepadu padan merupakan perpaduan antara beberapa metode pembelajaran dibawah model pembelajaran kooperatif yang dipadukandengan mengoptimalkan kelebihan sekaligus meminimalisir kekurangan dari masing-masing metode untuk proses pembelajaran. Metode padu padan disebut juga dengan istilah multi metode atau bahasa latinnya Multi methodes Menurut Tony Antony dalam Husen (1997:144) multi methodes adalah sebuah istilah untuk menyederhanakan bentuk umum yang melingkupi metode serta teknik pembelajaran di kelas. Multi methodes adalah menggabungkan dari tiga metode pembelajaran yaitu pembelajaran mandiri, pemecahan masalah kolaboratif, dan penyajian (Heydon 2007). Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan metode padu padan merupakan teknik pembelajaran dikelas yang menggabungkan beberapa metode yang meliputi pembelajaran mandiri, pemecahan masalah kolaboratif dan penyajian. b. Metode Pembelajaran Padu Padan Metode pembelajaran padu padan terdiri dari beberapa metode dibawah model pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Head Together,Student Facilitator And Explaining. Pada metode pembelajaran padu padan STAD diterapkan pada awal dan akhir pembelajaran, karena STAD merupakan metodepembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam tim belajar

6 7 tetapi sebelumnya pada awal pembelajaran terdapat tahap pengajaran yaitu penyampaian materi dari guru. Dengan metode STAD siswa dapat mengetahui materi apa yang akan mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. Sedangkan pada tahap akhir STAD terdapat tahap rekognisi, yaitu tahap peneriamaan penghargaan atau reward. Dengan adanya penghargaan diakhir pembelajaran memicu siswa untuk giat belajar selama proses pembelajaran. Alasan ini sejalan dengan penelitian Afiq (2010), yang menjelaskan bahwa STAD merupakan metode pembelajaran dikelas dengan pembentukan kelompok kecil agar siswa saling bekerja sama untuk menuntaskan materi yang dipelajari dengan baik. NHT diterapkan pada proses diskusi kelompok karena metode ini sesuai dengan keadaan yang ada dikelas untuk menciptakan pembelajaran yang lebih aktif dan menarik. Dalam NHT siswa diberikan nomor dan soal masing-masing oleh guru lalu siswa diminta untuk menyelesaikan soalnya serta berbagi jawaban kepada teman satu kelompoknya. Dengan NHT susasana pembelajaran menjadi lebih hidup dan aktivitas dari masing-masing siswa bisa terlihat, Yani (2013). Kelebihan metode pembelajaran NHT adalah melatih siswa untuk bekerja sama sekaligus bertanggung jawab atas diri sendiri untuk menyelesaiakan suatu persoalan. Kekurangan metode pembelajaran NHT memerlukan proses yang tidak sederhana karena setiap individu harus mengetahui jawaban dari teman satu kelompoknya. Sedangkan SFE merupakan metode pembelajaran dimana siswa belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan lainnya melalui gambar atau bagan. SFE diterapkan pada saat sesi presentasi penyampaian hasil diskusi kelompok. Penggunaan SFE dimaksudkan agar pada saat presentasi siswa lebih aktif menyampaikan kemampuannya secara maksimal kepada teman-temannya. Metode pembelajaran SFE menjadikan suasana presentasi menjadi lebih menyenangkan dan membantu siswa untuk berani berpendapat maupun bertanya, Lukas 2016.

7 8 c. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Padu Padan Prosedur metode pembelajaran padu padan hasil dari perpaduan tiga metode yaitu Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Head Together, Student Facilitator And Explaining, sebagai berikut : 1) Guru menyajikan materi pelajaran dengan format ceramah. Pada tahap ini siswa diajarkan tentang apa yang akan mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. 2) Guru memberikan pre test individu. 3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang. 4) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. 5) Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok. Tiap siswa pada masing-masing kelompok mengerjakan soal berdasarkan nomornya. 6) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. 7) Guru memanggil siswa secara acak siswa. 8) Guru memeberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui gambar atau bagan. 9) Guru menyimpulkan ide/pendapat siswa. 10) Guru mengevalusai pembelajaran. 11) Guru memberikan post test individu. 12) Setiap siswa menyelesaiakan soal ujian (post test) secara individual. Guru mencatat perolehan nilai saat itu. Hasil dari tes individu akan diakumulasikan untuk skor kelompok mereka. 13) Setiap kelompok akan menerima penghargaan atau reward bergantung pada nilai skor rata-rata kelompok.

8 a. Prestasi menyatakan : 3. Kajian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli disampaikan Admin (2012) dalam skripsi Dewi Pengertian prestasi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996: 186) adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sama halnya dengan pendapat A. Tabrani (1991 : 22) Prestasi adalah kemampuan nyata (actual ability) yang dicapai individu dari satu kegiatan atau usaha. Tidak jauh berbeda dengan pendapat W. S Winkel (1996 : 165) Prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai individu setelah melakukan usaha pembelajaran. 9 b. Belajar Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antar individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pembelajaran di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi pada kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (self regulated) (Hamruni, 2011: 48). Menurut E.C Tolman learning is an identifying character of man which he wishes to include as behaviour (Supriadie & Deni, 2012: 27). Pada umumnya para ahli psikologi berpendapat dan menerima pendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. Dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses berpikir menuju suatu perubahan yang relatif permanen. c. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi tujuan belajar

9 potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya (Zainul dan Nasoetion, 1996:28 dalam Purwanto, 2011). Menurut Benyamin S. Bloom, dkk (1956) dalam Evaluasi Pembelajaran (2012) prestasi belajar dapat dikelompokan kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai pada hal yang abstrak. Dalam buku Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur (Arifin, 2014:84-86) mengemukakan sebagai berikut : 1. Ranah kognitif meliputi hal-hal berikut : a) Tingkatan hafalan, mencakup kemampuan menghafal verbal atau menghafal paraphrse materi pembelajaran berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. b) Tingkatan pemahaman, meliputi kemampuan membandingkan (menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasikan dan menyimpulkan. c) Tingkatan aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan. d) Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolokan, memrinci, mengurai suatu objek. e) Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis, menggambar, dan sebagainya. 2. Ranah afektif merupakan perilaku yang mengandung atau menifestasi perasaan emosi yang bersumber dari keadaan stirred-up atau getaran di dalam diri sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu. Ada beberapa tingkatan dominan afektif yang dinilai adalah kemampuan peserta didik dalam : a) Memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya. b) Menikmati atau menerima nilai, norma serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika. c) Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi. d) Menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari. 10

10 3. Ranah psikomotorik adalah segala perilaku individu diwujudkan dalam bentuk gerakan atau perbuatan jasmaniah seperti berjalan, berlari, duduk, melompat, menari, menulis dan sebagainya. Ranah psikomotorik meliputi : a) Tingkatan penugasan gerakan awal berisi kemampuan peserta didik dalam menggerakkan sebagian anggota badan. b) Tingkatan gerakan semirutin meliputi kemampuan melakukan atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan. c) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu keberhasilan yang dicapai setelah melaksanakan usaha usaha belajar yang mencakup dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik Prestasi Belajar Siswa Prestasi Belajar siswa didapat dari penilaian (assesment), yang mengacu pada Penilaian Hasil Belajar Kurikulum Pada Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013 menjeaskan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran yang meliputi ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri (self assesment), penilaian teman sejawat (peerassessment) oleh peserta didik dan jurnal. Penilaian Kompetensi Pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan. Penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek dan penilaian portofolio.

11 a. Aktivitas 4. Kajian Keaktifan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan dalam keberlangsungan proses belajar mengajar dapat dilihat secara nyata dari interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar (Rosalia, 2005: 2). Menurut Zulfikri (2008:6) dalam skripsi Sherly, aktivitas belajar siswa dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu : 1) Visual Activities, segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam melihat, mengamat dan memperhatikan. 2) Oral Activities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengucapkan, melafazkan dan berfikir. 3) Listening Activities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam berkosentrasi menyimak pelajaran. 4) Motor Activities, segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat yang dimiliki. Berdasarkan langkah-langkah-langkah metode pembelajaran padu padan, aktivitas belajar siswa yang terjadi selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Siswa memperhatikan guru saat penyampaian materi 2) Siswa mendapat tugas sesuai nomor 3) Siswa berdiskusi dengan kelompok 4) Siswa saling berbagi jawaban dalam satu kelompoknya 5) Siswa menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas 12 b. Keaktifan Siswa Keaktifan siswa pada proses pembelajaran dapat berupa kegiatan fisik maupun non fisik. Kegiatan fisik yaitu suatu tindakan yang dilakukan secara nyata, sedangkan kegiatan non fisik dapat berupa visual, intelektual, dan lain sebagainya.

12 13 Menurut Sudjana (2010:61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal yaitu : 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah. 3) Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah. 5) Melaksanakan diskusi kelompok. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam memecahkan soal/ masalah. 8) Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas/ persoalan yang dihadapinya. Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda, tergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.jadi, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang berupa kegiatan fisik maupun non fisik yang dilakukan secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan prosedur model pembelajaran kooperatif Student FacilitatorAnd Explaining yang dikombinasikan dengan Snowball Throwing Blended (Lukas, 2016), keaktifan siswa selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok 2) Keaktifan siswa untuk bertanya selama proses pembelajaran 3) Keaktifan berpendapat selama proses pembelajaran 5. Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan Mata pelajaran Konstruksi Bangunan merupakan dasar pengetahuan tentang bangunan yang wajib dipelajari oleh peserta didik. Pada SMK Negeri 2 Sukoharjo, mata pelajaran konstruksi bangunan

13 14 diberikan untuk kelas X pada semester 1 dan semester 2. Mata Pelajaran konstruksi bangunan diajarkan selama 4x@45 menit dalam setiap pertemuan dan diberikan sebanyak dua kali pertemuan dalam seminggu. Menurut Silabus Kurikulum 2013 Materi Konstruksi Bangunan adalah sebagai berikut : a. Spesifikasi dan karakteristik kayu b. Spesifikasi dan karakteristik batu beton c. Spesifikasi dan karakteristik baja dan alumunium d. Spesifikasi dan karakteristik cat e. Spesifikasi dan karakteristik bahan adukan dan pasangan f. Jenis dan fungsi struktur bangunan g. Macam pondasi berdasarkan daya dukung tanah h. Macam pekerjaan utilitas pada bangunan i. Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Serta Lingkungan Hidup 6. Penelitian yang Relevan a. Penlitian Afiq (2010) Judul Penlitian : Penerapan Kombinasi Model STAD dan Jigsaw Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Hasil Penelitian : Dengan menerapkan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan presentase ketuntasan dari 49,94% pada akhir tindakan siklus I menjadi 74,19% di akhir tindakan siklus III. Penilaian aspek kreativiotas siswa didasarkan pada 3 hal yaitu, kemampuan siswa dalam mengemukakan ide, kemampuan siswa dalam merumuskan ide dan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide. Dengan menerapkan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan dengan

14 15 presentase ketuntasan dari 19,36% di akhir siklus I, menjadi 51,61% di akhir siklus II dan 74,19% di akhir siklus III. b. Penelitian Lukas (2016) Judul Penelitian : Penerapan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Blended dengan Student Facilitator and Explining Untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Bahan Bangunan Gedung Kelas X TGB SMK Negeri 4 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016 Hasil Penelitian :Dengan menerapkan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Blended dengan Student Facilitator and Explining dapat meningkatkan keaktifan siswa mulai dari prasiklus menuju siklus I kemudian berlanjut ke siklus II mengalami peningkatan. Pada prasiklus siswa masih kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus I siswa mulai aktif dalam mengikuti diskusi kelompok kemudian pada siklus II siswa sudah terlihat aktif dan tanggung jawab dalam mengikuti diskusi. Selain itu prestasi belajar siswa juga meningkat dari penilaian aspek kognitif dengan presentase ketuntasan 23,53% menjadi 70,6% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 82,35% pada siklus II. Penilaian aspek afektif dengan presentase ketuntasan 35,29% menjadi 67,64% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 82,35% pada siklus II. Penilaian aspek psikomotorik dengan presentase ketuntasan 41,17% menjadi 82,35% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 88,23% pada siklus II. c. Yani (2013) Judul Penelitian : Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS di Kelas X.1 Semester Genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013 Hasil Penelitian : Bahwa model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut terlihat pada analisis data

15 16 siklus I pertemuan pertama sebesar 55,88% dan pada siklus I pertemuan kedua sebesar 61,76%, siklus II pertemuan pertama ebesar 73,52% dan siklus II pertemuan kedua sebesar 79,41% dan siklus III pertemuan sebesar 85,29% dan siklus III pertemuan kedua sebesar 94,12% dan presentase ketuntasan sebesar 61,76%pada siklus Iimengalami peningkatan dengan presentase ketuntasan sebesar 76,47% dan pada siklus III mengalami peningkatan dengan presentase ketuntasan sebesar 91,18%. B. Kerangka Berpikir Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa. Untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik maka harus menggunakan suatu metode maupun model pembelajaran yang tepat. Tidak semua guru paham akan metode pembelajaran yang sudah berkembang saat ini. Sebagian dari guru masih menggunakan metode yang cenderung membuat suasana pembelajaran membosankan dan siswa menjadi kurang aktif. Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan merupakan mata pelajaran produktif di SMK Negeri 2 Sukoharjo yang fokus pada teori mengenai bahanbahan bangunan. Berdasarkan observasi sebelum penelitian pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan Kelas X TGB-B SMK Negeri 2 Sukoharjo menunjukkan guru kurang dapat merancang proses pembelajaran yang menarik keaktifan siswa dan memudahkan pemahaman siswa. Hal ini lah yang menyebabkan prestasi belajar dan keaktifan siswa masih kurang dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM). Penerapan metode pembelajaran padu padan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa. Dalam metode pembelajaran padu padan ini proses pembelajaran diawali dengan presentasi materi dari guru, lalu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Masingmasing siswa dalam kelompok diberi nomor. Guru memberi pertanyaan pada masing-masing kelompok dan setiap kelompok berdiskusi untuk menemukan

16 17 jawaban yang paling tepat. Siswa saling berbagi jawaban kepada siswa lain karena nantinya guru memanggil acak siswa untuk menyampaikan jawabannya didepan kelas. Siswa dituntut untuk aktif dalam berdiskusi dan saat presentasi didepan kelas, sehingga akan timbul rasa percaya diri pada siswa. Pembelajaran seperti ini akan menimbulkan rasa persaingan antar kelompok, sehingga masing-masing kelompok maupun dari individu siswa ingin menyampaikan hasil diskusi secara maksimal. Dari masing-masing siswa dapat menganalisis sendiri suatu materi sehingga tingkat pemahamannya terhadap materi akan lebih tinggi. Penguasaan materi yang maksimal serta keaktifan siswa yang baik akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian siswa dapat mencapai nilai batas kriteria ketuntasan minimum (KKM). Dari pemikiran yang disampaikan diatas dapat digambarkan kerangka berfikir dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : Kondisi Awal Prestasi belajar dan keaktifan siswa masih kurang Rencana Tindakan Metode Pembelajaran Padu Padan Prestasi belajar dan keaktifan siswa meningkat Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

17 18 C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah disampaikan, maka hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran kooperatif teknik Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Heads Together dan Student Facilitator And Explaining dapat diterapkan pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan. 2. Penggunaan metode pembelajaran teknik Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Heads Together dan Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Konstruksi Bangunan. 3. Pengguaan metode pembelajaran teknik Student Teams-Achievment Divisions (STAD), Numbered Heads Together dan Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan.

18 19

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pilihan pembelajaran atau model pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses transformasi pendidikan. Perkembangan teknologi seiring perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Sukoharjo, Jl. Solo- Wonogiri, Begajah, Sukoharjo KAB. SUKOHARJO 57511 Telp.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang 9 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: 2.1.1.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari peningkatan kualitas sumber daya manusia, komponen yang selama ini dianggap sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif TEORI BAB II KAJIAN KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Guru dituntut untuk menguasai berbagai macam model pembelajaran yang sesuai karakteristik materi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti pada bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang penting diajarkan sejak dini. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Karena komunikasi dapat mempermudah interaksi antara guru dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dari peranan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 34 Nomor 1 Tahun 2017 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Dyah Kartika Sari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait sehingga dapat membuahkan hasil belajar yang optimal. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait sehingga dapat membuahkan hasil belajar yang optimal. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental yang saling terkait sehingga dapat membuahkan hasil belajar yang optimal. Dengan demikian, belajar

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharuskan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar- mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. diharuskan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar- mengajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X AK 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FARIDA A 210

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi di era modern ini. Dalam mempelajari matematika tidak cukup bila hanya dibaca dihafal

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA Oleh: Leli Dwi Nugraheni, Mujiyem Sapti, Riawan Yudi Purwoko. Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) Tadjuddin * Abstrak: Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PENGUASAAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 NGUTER

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Darsono (2000:32) belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu Slameto

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Salvin, dalam Isjoni ( 2011:15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Model Pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Model Pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disusun oleh satuan pendidikan. Dengan mengacu kepada Standar Isi dan

I. PENDAHULUAN. disusun oleh satuan pendidikan. Dengan mengacu kepada Standar Isi dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning 2.1.1 Pengertian Model Cooperative Learning Cooperative learning dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Cooperative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan apa

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan generasi anak bangsa yang potensial dan bermutu. Salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika pembelajaran melibatkan lebih dari satu model pembelajaran akan. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Jika pembelajaran melibatkan lebih dari satu model pembelajaran akan. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan dengan yang lainnya. Jika pembelajaran melibatkan lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam pencapaian kualitas pendidikan adalah bagaimana

Lebih terperinci

Macam-Macam Model Pembelajaran

Macam-Macam Model Pembelajaran Medel pembelajaran kel.5 1. `Pembelajaran Istilah pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian suatu kajian teori sangat diperlukan, suatu kajian teori ini akan sangat membantu dalam penelitian. Dimana teori ini dijadikan suatu dasar atau patokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang, yang sedang membangun negaranya. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan model pembelajaran menjadi salah satu faktor utama dalam proses pembelajaran karena ketika menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA Oleh: Erny Untari ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Triyatno 1, John Sabari 2 1 Mahasiswa Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS Xl IPS 4 SMA NEGERI COLOMADU KARANGANYAR TAHUN

Lebih terperinci