PENINGKATAN JARINGAN TATA AIR UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN WAKTU TANAM DILAHAN RAWA PASANG SURUT DELTA TELANG II KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN JARINGAN TATA AIR UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN WAKTU TANAM DILAHAN RAWA PASANG SURUT DELTA TELANG II KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN"

Transkripsi

1 PENINGKATAN JARINGAN TATA AIR UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN WAKTU TANAM DILAHAN RAWA PASANG SURUT DELTA TELANG II KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN Momon Sodik Imanudin 1, Robiyanto H Suanto 2, Bakri 3 1 Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Kampus Unsri Inderlaya Km 32 Ogan Ilir Sumatera Selatan e- mail, momon_unsri@yahoo.co.id. Abstrak Indek pertanaman di lahan rawa pasang surut delta Telang II baru 100% (satu kali tanam), kondisi ini disebabkan karena infrastruktur jaringan tata air belum memadai, sehingga ketergenangan lahan masih tinggi pada saat musim tanam tiba. Keterlambatan musim tanam menyebabkan hilangnya kesempatan tanam kedua. Penelitian bertujuan untuk mengkaji kebutuhan infrastruktur peningkatan jaringan tata air dalam upaya peningkatan indek pertanaman. Metode penelitian adalah kaji terap dilapangan. Hasil pengkajian dan ujicoba lapangan menunjukan bahwa peningkatan jaringan melalui rehab saluran sekunder, tersier, dan pemasangan pintu air di tersier mampu mengendalikan muka air tanah di petak tersier. Kedalaman muka air tanah bisa diturunkan dan akibatnya petani bisa melakukan pengolahan tanah lebih cepat sehingga waktu tanam padi bisa dilaukan di bulan November. Percepatan waktu tanam ini berpeluang petani tanam padi dua kali, dan bahkan pada musim kemarau bepotensi tanam ke tiga untuk tanaman palawija. Aplikasi pintu air tipe kelep di saluran tersier efektif menahan air pasang dan mengeluarkan air pada saat surut secara otamatis. Dari kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa rekomendasi peningkatan jaringan di daearh Telang II adalah rehabilitasi rutin saluran sekunder, tersier dan pemasangan pintu air di dua sisi SPD (supai) dan SDU (pembuangan) Kata kunci: pasang surut, jaringan tata air, pintu air kelep. I. PENDAHULUAN Daerah reklamasi rawa pasang surut yang sebagian besar di cirikan tanah sulfat masam memiliki potensi yang baik dari segi luasan dan kesuburan tanah. Tanah ini pada kondisi tergenang cukup baik untuk tanaman padi. Permasalahan timbul bila lahan mengalami drainase berlebihan sehingga muka air tanah turun sampai batas lapisan pirit. Kondisi ini membuat lapisan pirit mengalami oksidasi (Widjaja-Adhi et al., 1992). Menurut Imanudin dan Susanto (07), pada kondisi alami yaitu tanpa operasi pengelelolaan air, hasil kajian lapangan menunjukkan bahwa pada lahan kategori luapan A, kedalaman lapisan pirit selalu berada dibawah muka air tanah baik pada musim hujan maupun pada saat musim kemarau. Sementara untuk kategori lahan tipe luapan C, lapisan pirit hanya pada musim hujan saja berada di bawah air tanah, selanjutnya pada musim kemarau muka air turun sampai dibawah lapisan pirit. Pada kondisi dimana muka air tanah turun sampai dibawah lapisan pirit maka akan terjadi proses oksidasi. Proses inilah yang berbahaya karena dari proses tersebut akan dihasilkan asam sulfat yang diikuti dengan

2 peningkatan kelarutan besi dan alumunium yang berbahaya bagi tanaman. Oleh karena itu dilahan tipe C pada musim kemarau ph tanah sangat rendah. Namun demikian seiring dengan datangnya musim hujan maka muka air tanah akan berangsur naik sehingga diikuti dengan kenaikan ph tanah. Kondisi status muka air relative terhadap lapisan pirit inilah yang menjadi kunci pengelolaan air dan tanah pada masing-masing unit pengembangan rawa (Imanudin et al., 10; 11). Salah satu cara yang efektif untuk mengelola lahan sulfat masam yaitu melalui pengelolaan air yang tepat (Imanudin dan Susanto., 07). Perbaikan kesuburan tanah akan berlaku bila pengendalian muka air sudah dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi lahan tesebut. Remidiasi secara kimiawi masih terlalu mahal dan juga dapat memperburuk kondisi lingkungan. Disisi lain pengetahuan petani untuk mengatur dan mengendalikan muka air tanah masih rendah disamping kondisi sistem jaringan yang belum optimum mendukung system usaha tani daerah rawa. Bila kondisi pengeloaan air ini dibiarkan tidak ada perbaikan maka kualitas tanah akan terus menurun dan diikuti produksi setidaknya sampai kurun waktu 10 tahun. Namun bila ada perbaikan tata air maka remidiasi pirit bisa dipercepat menjadi 3-5 tahun (Bronsjwijk et al, 1994.) Oleh karena itu jelas bahwa pendekatan pengelolaan air adalah masih merupakan alternatif yang paling baik dalam memperbaiki kualitas lahan rawa pasang surut. Tujuan utama dari pengelolaan air adalah membuang kelebihan air, menjaga muka air tanah yang diinginkan tanaman, pencucian dan pengelontoran bahan-bahan beracun, dan menghindari lahan dari bahaya banjir. Kondisi agrofisik lahan yang berbeda jelas akan mendapat respon status air yang berbeda sehingga telah berdampak pada produksi pangan masing-masing daerah tidak sama (Imanudin et al., 09). Pengelolaan air secara hati-hati sangatlah diperlukan agar kegiatan pertanian di lahan rawa pasang surut dapat berhasil dengan baik. Hal ini tidak mungkin bisa dicapai secara langsung dan juga tidak mungkin dapat dilakukan segera setelah lahan rawa direklamasi, dikarenakan pada pengembangan tahap awal umumnya jaringan salurannya masih berupa sistem terbuka, belum dilengkapi bangunan pintu pengatur air. Namun demikian, banyak diantara jaringan reklamasi yang ada saat ini sudah berada pada tahap pengembangan kedua. Pada jaringan reklamasi yang sudah berada tahap pengembangan kedua ini, biasanya sudah dilengkapi bangunan pintu pengatur air baik di jaringan saluran sekunder maupun saluran tersier, sehingga memungkinkan dapat mengatur muka air sesuai yang dikehendaki, termasuk pemasokan air irigasi dan pembuangan air drainase, asalkan jaringan saluran dan bangunan pengatur air dipelihara dan dioperasikan dengan benar (Imanudin et al., 11) Dari potensi dan kendala diatas maka dalam studi ini akan lebih difokuskan terhadap upaya-upaya perbaikan pengelolaan air di tingkat mikro (level petak tersier). Kondisi ini dilakukan mengingat sistem utama saat ini relatif sudah baik dimana saluran sebagaian besar sudah mengalami perbaikan. Penyusunan rekomendasi peningkatan ajringan tata air air di level tersier diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air tanaman sesuai dengan tempat dan waktu dan berdampak pada perbaikan kualitas lahan sehingga produktivitas pertanian meningkat. II. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Kegiatan pendataan sistem tata air dan kelengkapan jaringan dilakukan pada daerah reklamasi pasang surut Delta Telang II Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Untuk

3 kajian detil dilakukan pada area satu blok sekunder (250 ha) Primer 17-5S Desa Mulya Sari di Delta Telang II. Peta areal percontohan dapat dilihat pada Gambar 1. Pelaksanaan kegiatan adalah dimulai dari bulan Juni sampai bulan Oktober 11. B. Peralatan Gambar 1. Peta Areal Studi Delta Telang II Pengukuran dan identifikasi jaringan dilakukan secara langsung dilapangan. Adapun peralatan yang diperlukan adalah: mistar panjang, meteran 50m, tambang, tongkat ukur (stick), kamera, alat-alat pertukangan, alat-alat pertanian dan alat-alat tulis. C. Metode Dalam kegiatan ini dilakukan beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah dengan pengumpulan data sekunder (desk study), tahap kedua yaitu pengukuran jaringan dan pengematan visual kondisi jaringan, disikusi fokus group dengan masyarakat dan bimbingan taknis di lapangan secara langsung. Ujicoba peningkatan jaringan tata air melalui pendekatan partisipatif bersama kelompok tani. 1. Studi Meja (Desk Study) Data dan informasi dikumpulan dari dinas dan instansi terkait atau dari hasil studi-studi terdahulu. Data jaringan awal dan kondisi pertanian di wilayah kajian sebagai gambaran umum akan dikaji dan dievaluasi. Keterkaitan antara produksi dengan kondisi existing jaringan juga akan dilihat. 2. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer yang akan dilakukan adalah dengan metode survai langsung ke lapangan. Adapun kegiatan survai lapangan adalah:

4 a. Diskusi dan wawancara petani mengenai masalah dan kendala yang dihadapi dilapangan berkaitan dengan sistem tata air yang ada, b. Pengukuran jaringan tata air, meliputi pengukuran lebar atas, lebar bawah dan kedalaman pada setiap saluran (primer, sekunder, dan tersier). Titik sampling dilakukan pada bagian ujung ( dua arah muara, utara-selatan, atau barat-timur) dan ditengah saluran. c. Identifikasi keberadaan bangunan air (pintu air), dan tipe bangujan. Tipe d. Pengamatan tanah yaitu dilakukan dengan pengeboran untuk melihat kedalaman lapisan pirit, tekstur dan kesuburannya. Karakteristik tanah juga merupakan salah satu faktor pertimbangan dalam menyusun opsi pengelolaan air. e. Pemahaman tentang sistem pertanian didapat dengan wawancara langsung dengan petani (Format wawancara usaha tani, tata guna lahan dll terlampir) untuk mendapat informasi pola usaha tani, kondisi tanah, jaringan transportasi, kelembagaan, jaringan reklamasi rawa, penyediaan saprodi dan alsintan, penyediaan KUT dan lain-lain masalah terkait. Aktivitas usaha tani sangat erat kaitannya dengan kegiatan Operasi & Pemeliharaan, khususnya di tingkat tersier. f. Pengamatan hidrologi meliputi curah hujan, elevasi muka air pasang surut dan salinitas air (musim kemarau). Pengamatan hanya dilakukan pada areal percobaan (Pilot Monitoring). Data ini digunakan untuk simulasi komputer model dalam pembuatan petunjuk teknis operasi pintu air dan pengelolaan air di petak tersier dan sekunder. Pengamatan terhadap kinerja jaringan tata air dilakukan dengan penelusuran jaringan untuk melihat kondisi saluran dan keberadaan bangunan air. Kebersihan saluran juga digunakan sebagai indikator bahwa kegiatan Operasi & Pemeliharaan pernah berjalan. 1. Evaluasi Kinerja Jaringan Tata Air (Efektivitas) Sebagai tahap penilaian funsi saluran dan bangunan air adalah dengan metode pembobotan. Klasifikasi jaringan adalah baik, agak rusak, rusak, dan rusak berat. Dari informasi ini menjadi bahan untuk menyusun usulan program rehabilitasi jaringan ke pemerintah daerah. 2. Tindak Lanjut Kegiatan Tindak lanjut kegiatan yang meliputi pengamatan dan pengumpulan data, serta aplikasi peningkatan jaringan tata air mikro meliputi pembuatan gorong-gorong dan pemasangan pintu air. Untuk jaringan makro seperti perbaikan saluran sekunder akan disulkan dan dikerjakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin. Universitas Sriwijaya akan melakukan pendampingan melalui transfer pengetahuan dan teknologi dalam bentuk kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis. Selain itu pemerintah daerah akan terlibat dalam penggalian saluran tersier dan pemberian sarana produksi pertanian. Ada dua instansi yang terkait langsung yaitu dinas pertanian dan pengairan. D. Skenario Pengelolaan Air di Petak Tersier Menurut Imanudin et al., (10),opsi pengelolaan air menjadi dasar pertimbangan yang kemudian dijabarkan kedalam ketentuan pengoperasian bangunan-bangunan air yang ada. Hal ini berarti bahwa setelah tahap pengembangan pertama dimana jaringan salurannya masih berupa sistem terbuka untuk memfasilitasi terjadinya pematangan tanah dan membuang pembuangan air yang berlebihan keluar dari lahan, maka selanjutnya pada tahap pengembangan berikutnya adalah meningkatkan sistem pengelolaan air dilevel mikro

5 (tersier) dengan melengkapi bangunan pengatur air pada jaringan saluran yang ada. Adapun tujuan pengelolaan di tingkat mikro adalah: menjamin kecukupan air bagi tanaman; membuang air yang berlebih keluar dari lahan; mencegah pertumbuhan gulma tanaman (dengan mempertahankan genangan air disawah); mencegah memburuknya kualitas air; mencegah intrusi air asin. Dalam penelitian ini akan lebih difokuskan terhadap pengelolaan air dilevel mikro karena untuk sistem utama sebagian besar sudah dilakukan perbaikan oleh pemerintah. Sistem mikro (level petak tersier) adalah berkaitan langsung dengan petani dan pertumbuhan tanaman. Adapun Strategi pengelolaan air yang akan dibangun dalam adaptasi model pengelolaan air adalah sebagai berikut: Secara skematis diagram Konsep pembuangan air (drainage) dan pencucian tanah Konsep drainase terkendali (control drainage) dan Konsep air rembesan saluran (sub irrigation), dan Konsep irigasi pasang (tidal irrigation), Strategi pertama konsep drainase dan Pencucian Tanah: Pada tahap awal reklamasi rawa kegiatan yang paling awal dilakukan adalah membuat saluran drainase untuk membuang air berlebih. Pembuangan air (drainase) selanjutnya lebih disesuaikan dengan kebutuhan. Pada saat musim hujan atau air pasang berlimpah sehingga lahan tergenang air maka diperlukan drainase. Pembuangan air (drainase) ini sering juga dikaitkan dengan tujuan pencucian tanah. Karena akibat oksidasi pirit dan lahan yang banyak mengandung senyawa racun maka daerah perakarang tanaman harus dibersihkan. Profil muka air pada saat kondisi pembuangan (drainase) adalah dapat dilihat pada Gambar 2. ZONA PERAKARAN MUKA AIR Lapisan kedap Gambar 2. Profil muka air tanah pada kondisi pembuangan (drainase konvensional) tanpa operasi pintu. Strategi kedua Konsep Drainase Terkendali dan Penahanan Muka air (Control Drainage dan Water retention): Konsep ini bertujuan untuk mempertahankan muka air tanah sesuai dengan kebutuhan perakaran tanaman dan agar lapisan pirit tidak teroksidasi. Untuk konsep penahan air (water retention) lahan biasanya tidak memiliki potensi irigasi pasang, satu-satunya sumber air berasal dari curah hujan. Konsep ini harus dikombinasikan

6 dengan pembuangan air secara periodik untuk menjaga kualitas air. Konsep ini bisa dilakukan bila struktur bangunan air di level tersier sudah tersedia. Profil muka air dari sistem penahan air dan drainase terkendali dapat dilihat pada Gambar 3. Zona Perakaran Kenaikakan air kafiler dari muka air Muka air akibat Pintu Muka air akibat pengendalian Gambar 3. Air tanah dapat ditahan sebagai akibat dari penahanan pintu air di level tersir Strategi keempat adalah Irigasi Pasang Surut (Tidal Irrigation): Konsep ini dilakukan untuk tujuan pemenuhan air untuk tanaman padi. Hanya bisa dikerjakan bila air pasang mampu memasuk lahan. Kondisi ini terjadi hanya pada lahan tipologi A dan B. Bilamana kualitas airnya layak dan irigasi pasang surut memang memungkinkan, maka hal semacam ini tidak saja menjamin kecukupan air untuk tanaman padi, akan tetapi juga akan berdampak positif bagi peningkatan kualitas tanah. Air tergenang yang bertahan lama harus dicegah, dan unsur racun yang sudah ada dan terbentuk selama masa bera (tidak ada kegiatan pertanaman) harus bisa dibilas dari tanah pada periode-periode air surut. Bilamana memungkinkan, oksidasi pirit harus bisa dicegah. Kelebihan lain bilamana irigasi pasang surut memang memungkinkan adalah dimungkinkannya menanam padi jenis unggul sebagai pengganti padi jenis lokal, dan pertanaman bisa dimulai lebih awal. Dengan begitu, sangat terbuka peluang bertanam padi dua kali setahun. Profil muka air pada konsep irigasi pasang dapat dilihat pada Gambar 4. Muka air ZONA PERAKARAN Gambar 4. Penggenangan Lahan memanfaatkan air pasang (tidal irrigations)

7 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Perbaikan Jaringan Tata Air 1. Umum Jaringan tata air tersedia lengkap mulai dari saluran primer yang juga berfungsi sebagai jaringan navigasi, saluran sekunder yang terbagi menjadi 2 unit yaitu saluran pengairan desa (SPD) dengan posisi di pemukiman dan saluran drainase utama (SDU) menjadi batas blok sekunder sebelah luar serta saluran tersier yang menjadi penghubung utama lahan dengan saluran sekunder. Sistem saluran yang dibuat pada saat awal penempatan adalah sistem sisir. Sistem ini memiliki saluran tersier yang berselingan hanya terhubung dengan saluran SPD atau SDU saja. Jarak antar saluran tersier pada awalnya didisain sejauh 400 meter, saat ini sudah dihubungkan dengan jarak antar saluran 0m Sebelum projek dimana pada awal tahun 11, belum ada bangunan pengendali air baik yang sederhana maupun yang lebih baik seperti bendung atau pintu air. Air pasang dan hujan bebas keluar masuk dan tidak dapat diatur sehingga sumber air yang tersedia sia-sia. Saat ini kondisi saluran sudah berubah, tidak sama lagi dengan pada saat warga transmigrasi baru datang. Saluran tersier umumnya sudah ditambah dan jarak diantaranya jadi 0 meter. Ujung dan pangkalnya disambungkan ke saluran SPD dan SDU. Penyambungan ini dilakukan oleh petani sendiri dengan tujuan untuk memperlancar dan mempercepat lalu lintas air masuk dan keluar lahan. Petani juga membuat saluran tersier. Fungsi saluran ini selain memperlancar aliran air juga berfungsi sebagai batas kepemilikan lahan. Sampai dengan tingkat usahatani, petani juga membuat saluran cacing di lahan/ sawah agar sirkulasi air menjadi lebih lancar lagi. Pembuatan saluran cacing ini selain dilakukan oleh petani sendiri juga mendapat bantuan dari Dinas terkait. Saluran cacing ini selain berfungsi sebagai tempat keluar masuk air juga berfungsi sebagai jalan untuk pemeliharaan tanaman karena sistim tanam padi adalah tabur benih langsung sehingga tidak ada celah untuk jalan pemeliharaan. Pintu air sudah ada yang dibuat baik di saluran sekunder maupun di saluran tersier. Pintu di saluran tersier merupakan pintu ayun terbuat dari fiberglass. Kondisi saluran tergantung pada masa pelaksanaan usahatani yang dilakukan oleh petani. Umumnya petani masih tanam sekali setahun, sehingga pada saat ada pertanaman di sawah kondisi saluran bersih, tetapi pada saat bera saluran dibiarkan kotor seolah tidak diurus. Untuk itu bila indek pertanaman bisa ditingkatkan menjadi dua kali maka operasi dan pemeliharaan jaringan lebih iontensif dan kondisi saluran akan lebih terawatt. 2. Peningkatan Kinerja Makro Jaringan Kondisi jaringan pengairan yang ada harus dalam keadaan bersih agar air dapat lancar masuk dan keluar lahan sesuai dengan yang dikehendaki. Untuk itu saluran perlu dibersihkan. Pembersihan saluran dilakukan secara mekanis dengan menggunakan excavator. Sesuai dengan undang-undang yang berlaku, pembersihan saluran primer dan sekunder dilakukan oleh Dinas PU Pengairan, sedangkan untuk tersier dan tingkat usahatani dilakukan oleh Dinas Pertanian. Rehabilitasi Saluran Primer

8 Jaringan/saluran primer (Gambar 5), sudah dilakukan rehabilitasinya dengan membersihkan dinding serta memperdalam saluran dengan mengeruk lumpur yang ada dalam saluran. Dampak pemeliharaan seperti ini adalah dimensi saluran bertambah lebar maupun dalam, sehingga pengaliran air menjadi lancer dan sistem transportasi juga berjalan lancar. Gambar 5. Kondisi saluran primer baru direhabilitasi Rehabilitasi Saluran Sekunder Kondisi saluran sekunder juga sudah direhabilitasi. Metode yang dilakukan sama dengan saluran primer yaitu dengan membersihkan dinding serta mengeruk lumpur yang ada dalam saluran. Akibatnya dimensi saluran sekunder juga bertambah lebar dan dalam. Dengan dilakukan pembersihan ini diharapkan air lancar keluar masuk lahan, karena saluran tersier juga sudah dilakukan pembersihan juga (Gambar 6). Gambar 6. Saluran Sekunder sudah di rehabiliatsi 3. Peningkatan Kinerja Jaringan Tersier Aplikasi Pintu Air Tersier Tipe Klep Dalam pelaksanaan pengelolaan air di saluran tersier dengan menggunakan pintu klep/ayun sangatlah membantu petani. Hal ini terjadi karena cukup banyak waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan usahatani lainnya karena pengoerasian pintu dilakukan secara otomatis dengan energi penggerak air, Desain dan operasionalnya sangat sederhana dan dapat dengan mudah dipahami sehingga penerapan penggunaan pintu ini sangat dianjurkan di lokasi pasang surut. Untuk menghindari korosi dibunakan bahan dari fibe gelas. Karena saluran melalui jalan usaha tani maka pengaliran air dilewatkan melalui gorong-gorong

9 Proses Pembuatan Gorong-Gorong Dalam melaksanakan pembuatan gorong-gorong keterlibatan petani sangat dianjurkan dengan tujuan untuk mempertebal perasaan petani dalam hal rasa memiliki. Proses yang telah dilakukan adalah : - Diskusi dengan petani tentang perkiraan bentuk, tipe dan ukuran serta waktu pelaksanaan pembangunannya. - Pembuatan gambar teknis. - Pembelian bahan/material. - Penggalian lokasi gorong-gorong. - Pemotongan cerucuk gelam. - Pemotongan besi beton. - Pembuatan mal. - Penanaman cerucuk gelam. - Penyatuan besi beton dengan cerucuk gelam. - Pengecoran lantai bawah. - Pemasangan mal. - Pengecoran dinding. - Pembuatan mal lantai atas. - Pengecoran lantai atas. - Pembuatan buk. - Plester dinding luar. - Meratakan jalan dengan tinggi gorong-gorong. - Selesai. Rencana pembuatan gorong-gorong awalnya dituangkan dalam bentuk gambar teknis sesuai dengan hasil diskusi seperti terlihat pada Gambar 7. Sistem Kerja Pintu Air Secara ringkas, operasi pintu air sepenuhnya dikendalikan oleh tenaga air yang mengalir di saluran/gorong-gorong. Tekanan hidrostatis air yang dikandung sebagai akibat dari beda tinggi muka air digunakan untuk menutup dan membuka daun pintu ayun. Posisi daun pintu tergantung kondisi lahan dalam menyediakan air bagi tanaman. Sebagai contoh dapat dilihat pada sketsa Gambar 7. Mengeringkan Lahan. Posisi pintu ayun menghadap ke saluran sekunder. Pada saat pasang/banjir, muka air di saluran sekunder lebih tinggi dari pada di saluran tersier. Sebagai akibatnya air akan menekan pintu ayun ke dinding gorong-gorong dan gorong-gorong akan tertutup dan air tidak dapat mengalir. Pada saat surut/hujan maka kondisi muka air yang lebih tinggi di lahan/saluran tersier akan mendorong pintu ayun agar membuka sehingga air dapat dengan leluasa mengalir keluar dari lahan. Akibatnya lahan akan kering.

10 TAMPAK ATAS TAMPAK ATAS TAMPAK ATAS TAMPAK SAMPING TAMPAK SAMPING 37 Gambar 7. Rencana Teknis Gorong-Gorong TAMPAK SAMPING TAMPAK DEPAN TAMPAK DEPAN Menahan Air. Posisi pintu ayun menghadap ke saluran tersier. Pada saat pasang/banjir muka TAMPAK air DEPAN di saluran sekunder lebih tinggi dari di saluran tersier dan akan mengakibatkan air akan mendorong pintu ayun agar terbuka serta air akan bebas masuk ke saluran tersier/lahan. Sebaliknya pada saat surut, karena muka air di saluran tersier/lahan lebih tinggi dari di saluran sekunder maka air akan mendorong pintu ayun untuk menutup dan menekannya ke dinding gorong-gorong sehingga air tidak dapat mengalir keluar. Akibat dari keadaan ini adalah air tertahan di lahan.

11 Saluran Sekunder Lahan Saluran Sekunder Lahan Muka Air Pintu Air Gorong-Gorong Sal. Tersier Pintu Air Gorong-Gorong Muka Air Sal. Tersier Muka Air Muka Air Pasang/Banjir Surut/Hujan A. Mengeringkan Lahan Saluran Sekunder Muka Air Pintu Air Gorong- Gorong Lahan Sal. Tersier Muka Air Saluran Sekunder Muka Air Pintu Air Gorong- Gorong Lahan Muka Air Sal. Tersier Pasang/Banjir Surut/Hujan Rancang Inovasi Pintu Air Masa Depan B. Menahan Air Gambar 8. Sketsa Operasi Pintu Uyun Desain, Pembuatan dan Uji pintu air sederhana dengan bahan hanya berupa pintu klep, dimana rangka pintu dibuat permanen menyatu dengan gorong-gorong. Kelep pintu hanya daunnya saja terhubung pada engsel yang terpasang pada rangka dan bisa dibongkar pasang. Dengan system ini akan menghemat biaya karena bahan fiber yang diberi hanya berupa pintu ayun saja. Daun pintu ini bisa saja dibuat ditempat dengan bahan papan. Gambaran kondisi lapangan Peningkatan Jaringan Tersier dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 9). Gambar 9. Peningkatan jaringan Tersier

12 Kumulatif Tebal muka air (cm) Muka air tanah (cm) D. Pengaruh Operasi Pintu Air terhada Status Air Tanah dan Potensi Tanam Setelah Padi Pengamatan muka air tanah sebelum dan sesudah operasi pintu dapat dilihat pada Gambar 10. Pada kondisi bulan kemarau Juni-Agustus tahun 10 dimana lahan belum mendapat perlakuan peningkatan jaringan termasuk belum adanya operasi pintu air tersier menunjukan lahan tergenang. Ketergenangan berkisar antara 5- cm. Kondisi ini jelas tidak memungkinkan untuk budidaya tanaman palawija. Namun dengan masuknya program peningkatan jaringan dan operasi pintu air di saluran tersier menunjukan perubahan nyata, dimana muka air tanah selalu berada dibawah permukaan tanah -10- cm dibawah permukaan tanah, dan puncaknya bila air pasang ditahan maka pada bulan agustus terjadi drainase sempurna dan air tanah dapat turun sampai cm dibawah permukaan tanah. Kondisi ini jelas potensial untuk tanaman palawija atau hortikultura Hari Juni-Agustus Gambar 10. Dinamika air tanah sebelum dan sesudah operasi pintu air Analisis kelebihan air dengan menggunkan konsep kelebihan air 30 cm dibawah permukaan tanah menunjukan kelebihan air cukup besar yaitu pada tahun 10 (Gambar 11 ) yaitu bila air tidak dibuang dengan sirkulasi pasang surut maka akan terjadi akumulasi air sebesar 3500 cm. Sementara itu melalui peningkatan jaringan tersier maka operasi drainase pada saat surut berjalan maksimal dan suplai air dari irigasi pasang dapat ditahan oleh operasi pintu tersier. Akibatnyanya lahan dapat dikeringkan dan muka air tanah bisa turun. Kondisi ini terlihat dari kumulatif air bila lahan di drainase sempurna (Gambar 12 ). Kondisi lahan bahkan terjadi defisit air bila di hubungkan dengan batas kritis 30 cm diabwah permukaan tanah Hari Juni-Agustus Gambar 11. Kumulasi ketebalan air bila tidak terjadi proses pembuangan SEW- SEW-30

13 Tebal Air (cm) Hari Juni-Agustus 11 SEW- SEW-30 Gambar 12. Kumulasi ketebalan air pada kondisi lahan mengalami drainase total Perbaikan sistem jaringan tata air dilakukan juga di petak tersier. Saluran cacing dibuat setiap 6 meter dengan kedalaman cm cukup efektif dalam mengendalikan kelebihan air di petak tersier. Gambar 13 menunjukan pertumbuhan tanaman semangka cukupbaik dimana petani bisa panen sampai 2-3 kali. Tanaman ditanam pada musim kemarau dan sampai awal musim hujan masih panen. Untuk menjaga kondisi air di lahan petani masih memerlukan pompa, terutama pada saat kemaru bulan Agustus dimana muka air turun diabwah 70 cm, dan juga diperlukan untuk mengeluarkan air pada saat kelebihan air dibulan November karena curah hujan yang tinggi. Pompa air diopersikan untuk mengelurkan air dari petakan sawah sebanyak 6 jam selama durasi surut. Pengeluaran melalui tenaga gravitasi tidak cukup untuk membuang air. Gambar 13. Peningkatan jaringan berdampak pada lahan dapat ditanami tanaman semangka dimusim keamrau sampai awal musim hujan (November 11). Dari kondisi tersebut diatas maka pola tanam di areal studi delta Telang II yang tadinya hanya 100% saat ini sudah mampu menjadi 0%. Permasalah teknis sudah teratasi hanya saja aspek sosial dan kelembagaan perlu mendapat pembinaan. Petani untuk melakukan budidaya tanaman kedua memerlukan operasi dan pemeliharaan jaringan secara intensif, oleh karennya kekompokan petani sagat penting terutama dalam menentukan waktu tanam dan jenis tanaman apa yang dibudidayakan. Keterlambatan tanam akan berdampak kepada produksi, karena permasalahan tidak hanya air tetapi hama dan penyakit. Tikus merupakan masalah hama utama, bila petani hanya tanam sebagian maka peluang terserang hama tikus sangat tinggi. Oleh karena itu faktor lain harus juga diperhatikan.

14 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Daerah rawa Telang II mempunyi luasan sekitar Ha. Daerah Telang II terdapat saluran primer sebanyak 2 unit yaitu primer 19 dan primer 17. Secara keseluruhan rata-rata dengan kondisi sedang (50-60 %) dimana pada ujung daripada saluran (hulu) mengalami pendangkalan sehingga pada saat air surut transportai sungai kurang begitu lancar, untuk transportasi speedboot, ketek dan sejenisnya. Pada saat awal kegiatan hasil pendataan jaringan menunjukkan untuk saluran sekunder daerah rawa Telang II terdapat 68 unit, dengan kondisi bervariasi dari yang sedang (51-75 %) sampai dengan kondisi rusak sedang (26-50 %). Kondisi rusak sedang ini brkisar 6 unit (batang), hanya ada 1 unit (batang) yang dengan kondisi rusak yaitu di SDU 13 P17. Namun pada akhir tahun 11 kondisi makro yang meliputi jaringan primer dan sekunder sudah dalam kondisi 90% baik. Bahkan beberapa tempat di saluran sekunder sedang dibangun pintu air. Untuk saluran tersier kondisinya sedang dan sebagian rusak sedang. Sebagian besar harus mengalami pendangkalan. Karena saluran ini sangat penting untuk pembuangan dan pemasukan air ke lahan usaha tani. Melalui pendampingan dan usulan ke Pemda, saat ini 75% saluran tersier sudah direhabilitasi dan sudah dihubungkan ke saluran sekunder. Penguasaan lahan di Telang II berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, terlihat bahwa lahan pertanian yang dimiliki rata-rata mempunyai 2 ha. Secara keseluruhan luasan lahan yang dimiliki oleh petani sebagin besar diusahakan sendiri, hanya sebagian yang lahan pertanian disewakan. Ada beberapa desa yang sebagian lahan yang tidak diolah dan ditinggalkan seperti di desa Suka tani dan Muara Sugih. Sedangkan lahan yang sekarang beralih fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan perkebunan kelapa sawit didominasi oleh Desa Suka Damai, Desa Telang Sari dan desa Mulya Sari Kegiatan pertanian yang diusahakan penduduk/petani responden adalah menanam padi dengan varietas IR 64, Sanapi, Kotek semut, Lembung Sawo dan Kuning Sari. Varietas IR 64 adalah varietas unggul nasional, sedangkan varietas lainnya kemungkinan adalah varietas lokal. Sistem penanaman adalah dengan tabela (tabur benih langsung) sehingga tidak ada jarak tanam. Jumlah benih yang diperlukan adalah beragam antar 30 kg hingga 50 kg. Jumlah benih ini sangat tergantung dari luasan lahan dari kebiasaan petani dalam menyebar benih namun demikian pengelolaan tanah dilakukan secara sempurna. Pengelolaan tanah sebaran baik sangat membantu dalam pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan untuk pertumbuhan dan produksi adalah Urea, TSP, dan Kcl, dengan dosis pupuk Urea kg, TSP kg, dan Kcl kg. Dosis pupuk tersebut diatas bila dibandingkan dengan dosis anjuran adalah lebih rendah, sesuai dan lebih tinggi dari dosis anjuran. Hal yang lebih utama dalam pemberian pupuk ini sangat erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga. Kendala yang dihadapi petani adalah hama/penyakit dan pasca panen. Terlihat bahwa jenis hama yang dihadapi adalah wereng, sundep, belalang, tikus, ulat, tungro, kepik dan babi, dengan tingkat serangan masing-masing berbeda dari ringan hingga berat.

15 B. Saran Rekomendasi perbaikan tata air harus dilakukan agar budidaya tanaman pangan bisa dilakukan. Perbaikan tata air hendak difokuskan pada rehabilitas saluran tersier. Selain itu pembuatan pintu air tipe kelep melalui inovasi baru dimana rangka pintu dibuat permanen menyatu dengan gorong-gorong. Kelep pintu hanya daunnya saja terhubung pada engsel yang terpasang pada rangka dan bisa dibongkar pasang. Dengan system ini akan menghemat biaya karena bahan fiber yang diberi hanya berupa pintu ayun saja. Daun pintu ini bisa saja dibuat ditempat dengan bahan papan. Selain itu pintu air tidak khawatir di curi. Karena model sekarang rawan pencurian. Harga pintu air model saat ini berkisar 4-4,5 juta, sementara hasil modifikasi hanya rp 1,5-2 juta rupiah. Dan pintu aman dari pencurian. DAFTAR PUSTAKA Bronswijk, J.J.B., Groenenberg, J.E., Ritsema, C.J., Wijk van, A.L.M, Nugroho, K Evaluation of water management strategies for acid sulphate soils using a simulation model: A case study in Indonesia. Journal of Agricultural Water Management 27 (1995a): Imanudin, M.S. Armanto, E, Dan Bakri. 11. Penggunaan Teknologi GIS Dan Remote Sensing Dalam Penyusunan Zona Pengelolaan Air Di Daerah Reklamasi Rawa Pasang Surut (Kasus Delta Telang Kab Banyu Asin Sumatera Selatan). Dipresentasikan pada Seminar Nasional Geomatika Pengelolaan Sumberdaya dan Penanggulangan Bencana Alam. Bakusurtanal. Cibinong, 5-6 April 11. Imanudin, M.S.,, Armanto, E, And Susanto, R.H. 10. Developing Strategic Operation Of Water Management In Tidal Lowland Agriculture Areas Of South Sumatera, Indonesia. Paper presented in The 6th Asian Regional Conference of ICID Yogjakarta, 14 Oktober 10. Imanudin, M.S., Susanto, R.H, Armanto, E, and Bernas, S.M. 09. The Use of Drainmod Model for Developinf Strategic Operation of Water Management in The Tidal Lowland Agriculture Areas of South Sumatera Indonesia. Proceeding of International Seminar on Wetland and Sustainability, Kota Kinabalu Sabah Malaysia. Imanudin, M.S and Susanto, 08. Land And Water Management In Tidal Lowland Reclamation Areas Of South Sumatra. Makalah Kuliah Umum. Disampaikan dalam Seminar Sehari, tanggal 24 Maret 08. Di Departmen of Biological and Agricultural Engineering. Faculty of Engineering University Putera Malaysia Imanudin, M.S,, and Susanto, R.H. 07. Potensi Peningkatan Produktivitas Lahan pada beberapa Kelas Hidrotofografi Lahan Rawa Pasang Surut Sumatera Selatan. Prosiding Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah Indonesia Bagian Barat. Universitas Sriwijaya dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Palembang, 3-5 Juni 07. ISBN: Widjaja-Adhi, I. P. G., K. Nugroho, Didi Ardi S., dan A. S. Karama Sumber Daya Lahan Rawa: Potensi, Keterbatasan dan Pemanfaatan. Risalah PengembanganTerpadu Pertanian Lahan rawa Pasang Surut dan Lebak. Cisarua 3-4 Maret Hal

16

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: TEKNOLOGI PENGELOLAAN LAHAN PASANG SURUT UNTUK PERTANIAN PENDEKATAN FISIKA DAN HIDROLOGI Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Water Resource Management to Increase Sustainably of Rice Production in Tidal

Lebih terperinci

Prosiding Semnas Geomatika ISBN :

Prosiding Semnas Geomatika ISBN : PENGGUNAAN TEKNOLOGI GIS DAN REMOTE SENSING DALAM PENYUSUNAN ZONA PENGELOLAAN AIR DI DAERAH REKLAMASI RAWA PASANG SURUT (Kasus Delta Saleh Kab Banyu Asin Sumatera Selatan) oleh Momon Sodik Imanudin, Armanro,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Sementara itu areal pertanian produktif di daerah padat penduduk terutama di Jawa terus menyusut akibat

Lebih terperinci

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Penyusun IPG Widjaja-Adhi NP Sri Ratmini I Wayan Swastika Penyunting Sunihardi Setting & Ilustrasi Dadang

Lebih terperinci

Kajian Pola Pemanfaatan Lahan di Daerah Reklamasi Pasang Surut Delta Telang II Kabupaten Banyuasin

Kajian Pola Pemanfaatan Lahan di Daerah Reklamasi Pasang Surut Delta Telang II Kabupaten Banyuasin Kajian Pola Pemanfaatan Lahan di Daerah Reklamasi Pasang Surut Delta Telang II Kabupaten Banyuasin The Study of Land Use Pattern in Tidal Lowland Reclamations of Telang II Deltaic Areas of Banyuasin Regency

Lebih terperinci

5/15/2012. Novitasari,ST.,MT

5/15/2012. Novitasari,ST.,MT SISTEM TATA AIR MIKRO (TAM) Novitasari,ST.,MT TIK Mahasiswa akan dapat memahami prinsipprinsip sistem pengelolaan air pada sistem tata air mikro, tipekal zoning, tipekal jaringan saluran blok sekunder,

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Penyusun IPG Widjaja-Adhi NP. Sri Ratmini I Wayan Swastika Penyunting Sunihardi Setting & Ilustrasi Dadang Suhendar Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Areal Pasang Surut

Lebih terperinci

Tata at Ai a r Rawa (Makr

Tata at Ai a r Rawa (Makr SISTEM TATA AIR RAWA PASANG SURUT Tata Air Rawa (Makro) 1 PEDOMAN TEKNIS Tata Air Makro adalah : Penguasaan air ditingkat kawasan/areal reklamasi yang bertujuan mengelola berfungsinya jaringan drainase

Lebih terperinci

KAJIAN PENDUGA MUKA AIR TANAH UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN AIR PADA PERTANIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT: KASUS DI SUMATERA SELATAN NGUDIANTORO

KAJIAN PENDUGA MUKA AIR TANAH UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN AIR PADA PERTANIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT: KASUS DI SUMATERA SELATAN NGUDIANTORO KAJIAN PENDUGA MUKA AIR TANAH UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN AIR PADA PERTANIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT: KASUS DI SUMATERA SELATAN NGUDIANTORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber

Lebih terperinci

Kajian Aplikasi Sistem Drainase Bawah Tanah Untuk Budidaya Jagung Di Lahan Pasang Surut Telang II Sumatera Selatan

Kajian Aplikasi Sistem Drainase Bawah Tanah Untuk Budidaya Jagung Di Lahan Pasang Surut Telang II Sumatera Selatan Kajian Aplikasi Sistem Drainase Bawah Tanah Untuk Budidaya Jagung Di Lahan Pasang Surut Telang II Sumatera Selatan The Study of Subsurface Drainage for Corn Cultivation on Tidal Lowland Telang II South

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air 4 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air Budidaya jenuh air merupakan sistem penanaman dengan membuat kondisi tanah di bawah perakaran tanaman selalu jenuh air dan pengairan untuk membuat kondisi tanah jenuh

Lebih terperinci

1.5. Potensi Sumber Air Tawar

1.5. Potensi Sumber Air Tawar Potensi Sumber Air Tawar 1 1.5. Potensi Sumber Air Tawar Air tawar atau setidaknya air yang salinitasnya sesuai untuk irigasi tanaman amat diperlukan untuk budidaya pertanian di musim kemarau. Survei potensi

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala)

Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala) Prosiding Pekan Serealia Nasional, 20 ISBN : 978-979-8940-29-3 Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala)

Lebih terperinci

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008 UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN SAYURAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LAHAN BASAH DI INDONESIA YANG BERKELANJUTAN

PENGELOLAAN LAHAN BASAH DI INDONESIA YANG BERKELANJUTAN 1 PENGELOLAAN LAHAN BASAH DI INDONESIA YANG BERKELANJUTAN Syekhfani Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2 Pertanian Berkelanjutan Definisi: The ability to keep in existence; maintain or prolong; to

Lebih terperinci

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN Tanah sulfat masam merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

REKLAMASI TEKNIK PENGAIRAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

REKLAMASI TEKNIK PENGAIRAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 & 2 REKLAMASI TEKNIK PENGAIRAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JADFAN SIDQI FIDARI Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Reklamasi Pengertian reklamasi : Istilah reklamasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan air untuk pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, untuk tercapainya hasil panen yang di inginkan, yang merupakan salah satu program pemerintah

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi dan

Lebih terperinci

Lahan pasang surut dikenal sebagai lahan yang bermasalah

Lahan pasang surut dikenal sebagai lahan yang bermasalah TEKNIK PENCEGAHAN OKSIDASI PIRIT DENGAN TATA AIR MIKRO PADA USAHA TANI JAGUNG DI LAHAN PASANG SURUT Rustan Hadi 1 Lahan pasang surut dikenal sebagai lahan yang bermasalah (marginal) dan rapuh (fragile).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan-lahan sub optimal pada masa yang datang merupakan pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk. 1992 dan Suryana. 2004). Hal ini terkait dengan masih berlangsungnya

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya PENGETAHUAN RAWA RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik,

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN

PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN KATA PENGANTAR Pedoman Desain Optimasi Lahan Rawa dimaksudkan untuk memberikan acuan dan panduan bagi para

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN REKLAMASI RAWA PASANG SURUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Di Indonesia

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGOLAHAN TANAH BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGOLAHAN TANAH BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGOLAHAN TANAH BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PENGOLAHAN TANAH Tujuan Berlatih

Lebih terperinci

DRAINASE UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN LAHAN RAWA

DRAINASE UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN LAHAN RAWA DRAINASE UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN LAHAN RAWA E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang - 30139 ABSTRAK Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Peserta diklat diharapkan mampu memberikan air pada petakan tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan padi.

Peserta diklat diharapkan mampu memberikan air pada petakan tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan padi. PENGAIRAN 1. DEFINISI Pengairan adalah upaya pemberian air untuk pertumbuhan padi mulai dari persemaian sampai padi menjelang panen. Sebagaimana diketahui bahwa padi untuk pertumbuhan dan berproduksi adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN REKLAMASI RAWA PASANG SURUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Dinamika Waktu Tanam Tanaman Padi di Lahan Rawa Lebak Pulau Kalimantan

Dinamika Waktu Tanam Tanaman Padi di Lahan Rawa Lebak Pulau Kalimantan Dinamika Waktu Tanam Tanaman Padi di Lahan Rawa Lebak Pulau Kalimantan Nur Wakhid 1, Haris Syahbuddin 2, Izhar Khairullah 1 1 Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl. Kebun Karet, Loktabat Utara, Banjarbaru

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2010. Penanaman kedelai dilakukan pada bulan Mei 2010. Pada bulan tersebut salinitas belum mempengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

1) Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Cimanggu- Bogor 2) Institut Pertanian Bogor ABSTRACT

1) Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Cimanggu- Bogor 2) Institut Pertanian Bogor ABSTRACT PENILAIAN RISIKO IKLIM PADA SISTEM PERTANIAN EKOSISTEM LAHAN RAWA PASANG SURUT (Studi kasus di Delta Telang I, Delta Telang II dan Delta Air Saleh, Banyuasin, Sumatera Selatan) J.Agromet 22 (2):118-131,2008

Lebih terperinci

Oleh. Momon S Imanudin, Bakri dan Karimuddin Y.

Oleh. Momon S Imanudin, Bakri dan Karimuddin Y. MAKSIMALISASI PANEN HUJAN UNTUK PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA BUDIDAYA PADI MT1 (NOVEMBER-FABRUARI) DILAHAN PASANG SURUT TIPOLOGI B/C DAERAH SUGIHAN KANAN Oleh Momon S Imanudin, Bakri dan Karimuddin Y. Jurusan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI LAHAN LEBAK KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI LAHAN LEBAK KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN Volume 16, Nomor 1, Hal. 45-52 Januari Juni 2014 ISSN:0852-8349 PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI LAHAN LEBAK KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN Sri Ratmini dan Herwenita Balai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU Izhar Khairullah, Sutami, R. Humairie, dan M. Imberan Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Budidaya padi di

Lebih terperinci

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si PERMASALAHAN AIR TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR Dalam pengelolaan tata air makro pada lahan rawa lebak menggunakan SISTEM POLDER. Pada sistem polder diperlukan bangunan air,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi 102 PEMBAHASAN UMUM Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi dengan pembuatan saluran irigasi dan drainase agar air dapat diatur. Bila lahan tersebut dimanfaatkan untuk bertanam

Lebih terperinci

BAB I UMUM. A. Pendahuluan

BAB I UMUM. A. Pendahuluan LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 11/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 April 2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN REKLAMASI RAWA PASANG SURUT BAB I UMUM A. Pendahuluan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

Seminar Nasional: Inovasi untuk Petani dan Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian, ISBN

Seminar Nasional: Inovasi untuk Petani dan Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian, ISBN PENERAPAN SISTEM SURJAN UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI DAN PENINGKATAN PENDAPATAN DI LAHAN PASANG SURUT Desa Lagan Ulu Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjajung Jabung Timur, Jambi Dakhyar Nazemi, Y. Rina,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

3. Kualitas Lahan & Kriteria Pengembangan

3. Kualitas Lahan & Kriteria Pengembangan 20/03/2013 Zone i. Zone I : perairan air payau rawa pantai ii. Zone II : perairan air tawar rawa pasang surut iii. Zone III: perairan pedalaman rawa lebak 3. Kualitas Lahan & Kriteria Pengembangan Istilah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH DIMENSI DAN JARAK SALURAN DRAINASE TERHADAP DINAMIKA LENGAS TANAH ABSTRAK

PENGARUH DIMENSI DAN JARAK SALURAN DRAINASE TERHADAP DINAMIKA LENGAS TANAH ABSTRAK PENGARUH DIMENSI DAN JARAK SALURAN DRAINASE TERHADAP DINAMIKA LENGAS TANAH Dakhyar Nazemi dan K. Anwar Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Penelitian di lakukan pada lahan lebak tengahan,

Lebih terperinci

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH M. A. Firmansyah 1, Suparman 1, W.A. Nugroho 1, Harmini 1 dan

Lebih terperinci

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl Irian km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Pemanfaatan

Lebih terperinci

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN (Studi kasus Desa Panggang Marak, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah) Rosita Galib Balai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK. SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK. SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN LAHAN RAWA PASANG SURUT Merupakan lahan yang dipengaruhi oleh gerakan

Lebih terperinci

TATA SALURAN. TIK : Mahasiswa akan dapat memahami Sistem Tata Saluran dgn Kolam Pasang, dan dapat mendimensi saluran PENGATURAN TATA AIR LAHAN PASUT

TATA SALURAN. TIK : Mahasiswa akan dapat memahami Sistem Tata Saluran dgn Kolam Pasang, dan dapat mendimensi saluran PENGATURAN TATA AIR LAHAN PASUT TATA SALURAN TIK : Mahasiswa akan dapat memahami Sistem Tata Saluran dgn Kolam Pasang, dan dapat mendimensi saluran Novitasari, ST.,MT. PENGATURAN TATA AIR LAHAN PASUT REKLAMASI LAHAN PASUT UNTUK BUDIDAYA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tanam Pola tanam dapat didefinisikan sebagai pengaturan jenis tanaman atau urutan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang lahan dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN LAHAN RAWA LEBAK PENDAHULUAN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN LAHAN RAWA LEBAK PENDAHULUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN LAHAN RAWA LEBAK Siwi Purwanto Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Serealia Departemen Pertanian PENDAHULUAN Latar Belakang Berkurangnya lahan subur untuk usaha pertanian serta meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan

I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sulfat masam merupakan salah satu jenis lahan yang terdapat di kawasan lingkungan rawa dan tergolong ke dalam lahan bermasalah karena tanahnya memiliki sifat dakhil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 011 ISBN 78-0-147-0- 115 Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

Rismarini Zuraida dan A. Hamdan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru Kalimantan Selatan

Rismarini Zuraida dan A. Hamdan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru Kalimantan Selatan UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN SAYURAN DI LAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN: Kasus Desa Sungai Durait Tengah Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara Income Improvement of Rice and Vegetable

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan jangka panjang ke dua (PJP II) dan tahun terakhir pelaksanaan Repelita VI. Selama kurun waktu Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional dipusatkan dibidang pertanian. Salah satu sasaran pembangunan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : Pengairan Padi Tujuan berlatih: Setelah

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA Hendra Kurniawan 1 1 Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI RAWA LEBAK

PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI RAWA LEBAK LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08/PRT/M/2013 TANGGAL : 28 Agustus 2013 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI RAWA LEBAK PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN

Lebih terperinci

Bangunan Pengatur Elevasi Muka Air

Bangunan Pengatur Elevasi Muka Air Bangunan Pengatur Muka Air - Dedi Kusnadi Kalsim 1 Bangunan Pengatur Elevasi Muka Air Dedi Kusnadi Kalsim (dedikalsim@yahoo.com) 3 Februari 2017 Bangunan pengatur elevasi muka air bertujuan untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air sangat penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PETANI UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI DI LAHAN RAWA LEBAK DI KAB. TANAH LAUT ABSTRAK

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PETANI UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI DI LAHAN RAWA LEBAK DI KAB. TANAH LAUT ABSTRAK IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PETANI UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI DI LAHAN RAWA LEBAK DI KAB. TANAH LAUT Fadjry, Rafiek, D. Ismadi (1), M. Alwi, dan A. Budiman (2) (1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci