BAB 3 RIWAYAT HIDUP HAMKA
|
|
- Suparman Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 3 RIWAYAT HIDUP HAMKA 3.1 Haji Abdul Malik Karim Amrullah Hamka adalah salah satu sastrawan sekaligus ulama yang cukup populer dalam kesusastraan Indonesia pada tahun Dalam karya-karya yang dihasilkannya banyak pengetahuan Islam yang dapat digali oleh pembaca. Hal itu disebabkan oleh pengetahuan yang dimilikinya cukup beragam. Oleh karena itu, penulis berusaha menjelaskan apa saja yang dilakukan dan dialami Hamka semasa hidupnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi Hamka dalam menghasilkan karya-karyanya. Nama Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Dalam nama tersebut tercantum nama ayah dan kakeknya. Ayahnya bernama Muhammad Rasul / Abdul Karim Amrullah dan kakeknya bernama Muhammad Amrullah (Hamka, 1967: 57 58). Hamka sengaja menggabungkan nama kedua laki-laki yang sangat dihormati dalam hidupnya. Ia berharap dapat melakukan apa pun sama baiknya, seperti ayah dan kakeknya. Sebenarnya, nama pemberian kedua orang tua Hamka adalah Abdul Malik. Pemilihan nama tersebut karena ayah Hamka sangat menghormati salah satu gurunya sewaktu belajar Islam di Mekah, yaitu Sjech Ahmad Chatib (Hamka, 1967: 66). Oleh karena itu, ayahnya memberi nama yang sama dengan putra dari gurunya, yaitu Abdul Malik. Selain dikenal dengan Hamka, ia juga memiliki beberapa nama samaran, yaitu A.S. Hamid, Indra Maha, dan Abu Zaki (Hamzah, 1996:3). Hamka adalah putra dari pasangan Abdul Karim Amrullah dan Safiah (Hamka, 1967: 65). Dia dilahirkan di Sungai Batang, Maninjau, pada tanggal 16 Februari Ia merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Ayahnya adalah ulama terkenal di Sumatera Barat karena membawa paham-paham pembaruan Islam di Minangkabau, sedangkan Ibu Hamka yang bernama Safiah adalah istri kedua bagi ayahnya. Kehidupan masa kecil Hamka sangat dipengaruhi oleh keinginan dan harapan ayahnya. Salah satu harapan ayahnya adalah menjadikan Hamka sebagai ulama (Ali, 1983: 465). Oleh karena itu, ketika Hamka berumur enam tahun, ia 18
2 19 dibawa ayahnya ke Padang Panjang karena di sana menjadi tempat berkumpul orang-orang mempelajari agama Islam. Setelah itu, saat Hamka berumur tujuh tahun sudah belajar di sekolah desa dan malamnya belajar mengaji Al-quran pada ayahnya hingga tamat. Setelah itu dari tahun , ia belajar agama Islam di Diniyah School dan Sumatra Thawalib di Padang Panjang dan Parabek. Sumatra Thawalib adalah suatu sistem pendidikan yang didirikan oleh ayahnya sendiri. Selain itu, Sumatra Thawalib juga dikenal sebagai julukan bagi golongan yang memperoleh pendidikan Islam (Jassin, 1987: 121) Pada tahun 1924, Hamka pergi ke Yogyakarta. Saat itu ia baru berumur 15 tahun. Ia mulai tertarik mempelajari gerakan Islam. Di sana, ia mengikuti kursuskursus yang diadakan oleh Sarekat Islam (SI) di Yogyakarta. Dalam kursus yang diikutinya, ia mendengar ceramah dari H.O.S Cokroaminoto mengenai Sosialisma Islam, H. Fachrudin, tokoh Muhammadiyah, tentang keislaman, dan R.M Suryopranoto yang membahas sosiologi (Hamzah, 1993: 5). Pelajaran baru yang diperoleh Hamka menimbulkan semangat kesadaran Islam yang murni dalam dirinya. Oleh karena itu, ia turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial politik dan agama di Yogyakarta. Pada waktu yang sama, ia juga pergi ke Pekalongan. Di sana, Hamka tinggal dengan A.R. Sutan Mansyur, menantu ayahnya, untuk memperkuat gerakan Islam yang baru tumbuh dalam dirinya. Hamka mulai rajin berpidato untuk melancarkan gerakan Islam yang dipelajarinya sewaktu di Yogyakarta. Setelah dari Pekalongan, Hamka pulang ke Padang Panjang pada tahun Di Padang Panjang, Hamka tetap melanjutkan pergerakan Islamnya melalui berpidato di berbagai tempat, antara lain Muhammadiyah dan Tabligh Muhammadiyah. Kedua tempat tersebut didirikan oleh ayahnya, Abdul Karim Amrullah. Selain senang membagi pengetahuan yang didapatnya, Hamka juga rajin memperluas pengetahuannya melalui beberapa bacaan, seperti jurnal Seruan Azhar yang terbit di Mesir. Berdasarkan bacaan tersebut, ia memperoleh informasi tentang gerakan-gerakan Islam internasional, perjuangan Mustafa Kamal dan Ismed dalam membangun Turki baru, dan pemberontakan Hijaz oleh Ibnu Saud (Ali, 1983:472). Selain itu, ia juga berlangganan surat kabar Hindia Baru dan Bendera Islam. Bacaannya itu juga memperluas pengetahuan tentang gerakan
3 20 Islam di Indonesia. Pengetahuan luas yang dimiliki Hamka membuat dirinya semakin berkembang menjadi pribadi yang berkualitas. 3.2 Hamka dan Kegiatan Tulis-Menulis Pada tahun 1925, Hamka menulis majalah pertama yang bernama Khatib ul Ummah. Majalah tersebut berisi kumpulan pidato anak muda yang mengikuti kursus pidato di surau ayahnya (Ali, 1983: 471). Pada waktu yang sama, Hamka juga menerbitkan majalah Tabligh Muhammadiyah. Pada tahun 1927, ia berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji yang pertama. Selama di Mekah, Hamka menjadi koresponden pada harian Pelita Andalas di Medan. Semasa hidupnya, Hamka sudah menjalani naik haji sebanyak tujuh kali. Pulang dari Mekah, ia menulis pada majalah Seruan Islam di Tanjung Pura (Langkat). Selain itu, ia juga menulis pada Bintang Islam dan Suara Muhammadiyah di Yogyakarta. Setahun kemudian, Hamka menjadi pemimpin redaksi majalah Kemajuan Zaman. Dua tahun setelah naik haji, Hamka menikah dengan Siti Ramah, tunangannya semasa kecil, pada tanggal 5 April Ketika menikah, usia Hamka 21 tahun dan istrinya berusia 15 tahun. (Poeradisastra, 1996: 51). Pernikahan Hamka dengan Siti Ramah mendapatkan sepuluh orang anak, tujuh orang laki-laki dan tiga orang perempuan. Sejak pernikahan dan gelar hajinya, Hamka mulai mendapatkan tempat sebagai ulama terpandang di Minangkabau hampir menyamai nama ayahnya. Pada kenyataannya, sebelum Hamka menunaikan ibadah haji, sering kali ia mendapatkan kritik sebagai tukang pidato yang tidak berijasah (Ali, 1983: 471). Hal itu tidak dapat ditutupi karena Hamka mendapatkan berbagai macam pengetahuan tidak menempuh pendidikan formal, seperti sekolah. Ia mendapatkan pengetahuan secara otodidak dengan senang membaca berbagai jenis buku, belajar apa pun saat ia berpindah-pindah tempat tinggal, dan menimba ilmu kepada orang-orang yang pengetahuannya lebih luas daripada dirinya. Sebelum pindah ke Medan, Hamka sempat mengajar di Makasar dan menerbitkan majalah Al-Mahdi selama tiga tahun. Pada tahun 1935, ia bersama kawan-kawannya menerbitkan mingguan Islam di Medan, yaitu Pedoman
4 21 Masyarakat. Majalah itu dipimpinnya dari tahun Pada waktu itu, karangan yang diterbitkan dalam majalah tersebut, antara lain agama, filsafat, tasawuf, novel, roman, dan cerita pendek. Namun, kedatangan Jepang di Medan membuat Pedoman Masyarakat dibredel karena tidak sejalan dengan keinginan Jepang. Semasa penjajahan Jepang, Hamka diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Syu Sangi Kai) untuk masalah pemerintahan dan keislaman pada tahun Jabatan ini membuat posisi Hamka terpojok karena dianggap sebagai mata-mata penjajah dalam pribumi oleh teman-temannya. Pada kenyataannya, Hamka menerima tawaran tersebut karena percaya dengan janji Jepang yang akan memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Kepolosan Hamka dalam menanggapi janji semu tersebut dapat membuktikan bahwa jiwa politikus Hamka tidak lebih tajam dari jiwa berdakwah dan menulis dalam dirinya. Setelah pecah revolusi, Hamka kembali ke Sumatera Barat pada tahun Di sana, ia menulis untuk membuktikan bahwa dirinya bukan kaki tangan penjajah, melainkan bagian dari rakyat yang menginginkan perubahan. Melalui karya-karyanya, ia menyampaikan pemikiran tentang perubahan ke arah yang lebih baik. Buku-buku yang dihasilkan, antara lain Revolusi Pikiran, Revolusi Agama, dan Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi. Setelah berkecimpung dengan situasi revolusi di Sumatera Barat, Hamka pindah ke Jakarta pada tahun Di Jakarta, Hamka semakin giat menulis untuk mendokumentasikan apa yang sudah dialaminya. Pada waktu itu, orang banyak sudah mengakui kepiawaian Hamka dalam menulis, baik karya sastra maupun berbagai artikel keagamaan. Dengan keahliannya tersebut, pada tahun , Hamka diangkat menjadi anggota Badan Pertimbangan Kebudayaan dari Kementrian P.P dan K serta menjadi penasehat kementrian Agama. Di lingkungan pemerintahan, Hamka juga menjabat sebagai anggota Majelis Perhimpunan Haji (Jamil, 1983: 63). Pada waktu yang sama, Hamka menjabat sebagai dosen luar biasa pada perguruan tinggi Islam dan Universitas Islam di Makasar. Di samping itu, Hamka menjabat sebagai direktur periodik majalah Panji Masyarakat pada tahun
5 22 Pada tahun 1958, Hamka menerima gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar Mesir atas inisiatif mantan Duta Besar Mesir di Indonesia, Sajid Ali Fahmi Al-Amrousi. Gelar tersebut diberikan karena pidatonya yang berjudul Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia. Selain sebagai pengarang, Hamka juga ulama yang pandai berpidato. Keahliannya tersebut diwariskan oleh kakek dan ayahnya. Pada tahun 1959, Hamka memimpin majalah tengah bulanan, Panji Masyarakat. Majalah tersebut berisi tentang pengetahuan dan kebudayaan Islam. Namun, majalah tersebut dihentikan penerbitannya oleh penguasa perang Jakarta Raya pada tahun 1960 karena memuat tulisan Mohammada Hatta yang berjudul Demokrasi Kita (Hamzah, 1993: 6). Berbagai peristiwa penghentian penerbitan majalah yang pernah dipimpinnya tidak membuat Hamka jera untuk memimpin majalah kembali. Pada tahun 1962, Hamka kembali mendirikan majalah Gema Islam, majalah pengetahuan dan kebudayaan Islam. Namun, pada tahun 1964, majalah tersebut dihentikan penerbitannya karena Hamka dituduh melanggar Penpres Anti Subversif oleh pemerintahan Soekarno (Hamzah, 1993: 6). Hal itu menyebabkan Hamka ditahan di penjara sampai tahun Meskipun menjadi tahanan, tidak menyurutkan keinginan Hamka untuk tetap menulis. Semasa menjadi tahanan, Hamka menghasilkan satu buku yang berjudul Tafsir Al-Azhar. Setahun setelah keluar dari penjara, Hamka menerbitkan dan memimpin majalah Panji Masyarakat. Ia tidak gentar dengan kepemimpinan Soekarno yang telah membuat dirinya masuk ke dalam penjara selama dua tahun. Menurutnya, menulis adalah kegiatan yang harus tetap dilakukan agar dapat menyuarakan pemikirannya. Hamka kembali mendapatkan kepahitan dalam hidup ketika istrinya, Siti Rahmah, meninggal pada tanggal 1 Januari Namun, kesedihan Hamka ditinggalkan istri tidak terlalu lama dirasakannya. Pada tanggal 19 Agustus 1973, ia menikah kembali dengan Hajjah Siti Khadijah dari Cirebon. Setahun kemudian Hamka mendapatkan kembali gelar Doctor Honoris Causa. Gelar kedua yang diterimanya tersebut berasal dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Keaktifannya
6 23 berperan dalam masalah-masalah sosial dan keagamaan di Indonesia sebagai salah satu faktor penting atas pemberian gelar tersebut. Tahun berikutnya, 1975, Hamka menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia menjabat dari tahun (Hamzah, 1993: 7). Jabatan ini adalah jabatan terakhir yang dipegang sebelum akhir hayatnya. Hamka meninggal pada tanggal 24 Juli 1981 di rumah sakit Pertamina karena serangan jantung. 3.3 Hamka dan Kegiatan Politik Semasa hidup, Hamka tidak hanya disibukkan dengan kegiatan tulismenulis, tetapi ia juga turut serta berpolitik. Namun, aksi politiknya tidak terlalu tajam dibandingkan dengan aksi berdakwah dan untaian cerita yang dihasilkannya. Setahun setelah menikah, Hamka mendirikan cabang Muhammadiyah di Bengkalis dan menghadiri kongres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta (Ali, 1983: 472). Sejak saat itu, ia semakin sering menghadiri kongres Muhammadiyah ke berbagai daerah, antara lain Semarang dan Makasar. Pada tahun 1934, Hamka menjadi anggota tetap Majelis Konsul Muhammadiyah Sumatera Tengah. Pada awal tahun 1950-an, Hamka telah menjadi tokoh Muhammadiyah tingkat nasional. Ia terpilih sebagai anggota pimpinan pusat Muhammadiyah pada kongres Muhammadiyah ke-32. Jabatan tersebut dijalaninya sampai dengan tahun Hamka juga pernah menjadi ketua sekretariat Front Pertahanan Nasional (Ali, 1983: 476). Front tersebut beranggotakan seluruh partai politik dan perkumpulan sosial-ekonomi di Sumatera Barat. Front ini menginginkan keadaan yang lebih baik untuk masyarakat Minangkabau. Tidak hanya itu, Hamka juga pernah bergabung dengan partai Masyumi. Keikutsertaan Hamka di partai tersebut karena adanya keterkaitan dengan Muhammadiyah. Dalam partai tersebut, Muhammadiyah sebagai anggota istimewa Masyumi. Keikutsertaan Hamka dalam partai tersebut cukup berarti karena ia sering ikut serta dalam perundinganperundingan dengan Soekarno dan Hatta. Namun, ketika Hamka pindah ke Jakarta kegiatan politiknya semakin berkurang. Hal ini senada dengan yang telah diungkapkan sebelumnya, karir
7 24 politik Hamka tidak seindah ketika ia berdakwah dan menghasilkan karya. Dalam dirinya sangat kuat keinginan untuk berdakwah dengan berbagai cara, salah satunya menulis. 3.4 Hamka dan Karya-karyanya Karya-karya yang dihasilkan Hamka cukup beragam. Semasa hidupnya, sekitar 118 tulisan sudah dihasilkannya, karya sastra yang ditulisnya antara lain Merantau Ke Deli (1938), Didjemput Mamaknja (1930), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1939), Menunggu Bedug Berbunji (1950), Kenang-Kenangan Hidup I, II, III ( ), Di Bawah Lindungan Kabah (1938), Di Dalam Lembah Kehidupan (1941), Karena Fitnah (1938), Tuan Direktur (1939), Cemburu (1961), Cermin Penghidupan (1962), dan Lembah Nikmat (1959). Selain itu, ada tulisannya yang bernuansa Islam, antara lain Tasawuf Modern, Tafsir Al-Azhar (30 jilid), agama, filsafat, dan esai-esainya di majalah yang dipimpinnya. Banyak faktor yang mempengaruhi Hamka dalam menghasilkan karyanya, antara lain kehidupan baru yang ditemuinya ketika ia tinggal di berbagai tempat, pengalaman hidup yang dialaminya, dan bahan bacaannya. Hamka senang membaca berbagai jenis buku, salah satunya literatur kebudayaan Minangkabau. Bahan bacaan tentang kebudayaan Minangkabau yang dibaca olehnya, antara lain pantun, bakaba, dan pidato adat. Tidak hanya itu, Hamka pun menggemari berbagai buku terbitan Balai Pustaka dan cerita-cerita Tionghoa (Hamzah, 1993:4). Ia memanfaatkan berbagai bacaan tersebut dalam berkarya sehingga penyampaian ceritanya dapat mudah dipahami oleh pembaca. Di samping mempelajari kesusastraan Minangkabau, Hamka mendalami kesusastraan Arab karena hanya bahasa Arab yang dikuasainya dengan baik. Melalui bahasa Arab, Hamka membaca karya-karya Aristoteles, Plato, Pythagoras, Plotinos, Ptilemaios, dan lain-lain (Poeradisastra, 1996: 123). Sewaktu menetap di Medan, Hamka pun membaca karya sastra barat, seperti karya Goethe, Shakespeare, Guy du Paupassant, Maxim Gorki, Anton, dan lainlain.
8 25 Karya pertama yang dihasilkan Hamka adalah Si Sabariah pada tahun Karya pertamanya ini mengambil ide cerita dari kampung halamannya, yaitu Maninjau. Bahasa yang digunakan dalam karya tersebut adalah bahasa Minangkabau. Karya tersebut menggambarkan rasa simpati yang mendalam kepada pihak yang lemah, miskin, dan teraniaya (Poeradisastra, 1984: 125). Dalam novel tersebut, digambarkan ada sepasang suami istri yang miskin. Keadaan yang serba susah mendorong tokoh yang bernama si Pulai, suami Sabariah, untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Ia merasa tidak kuat lagi untuk menjalani hidup miskin. Kisah dalam cerita ini memberikan dorongan agar pembaca peduli dengan lingkungan sekitarnya. Selain mengambil ide cerita dari kampung halamannya, Hamka juga sering menuangkan pengalaman di tempat yang dikunjungi melalui sebuah karya sastra. Pengalaman naik haji memberi ilham yang sangat kuat bagi Hamka. Ketika pertama kali ke sana, ia merasakan bahwa manusia sama kedudukannya ketika menemui Allah. Oleh karena itu, ia menulis novel yang berjudul Di Bawah Lindungan Kabah. Masalah yang diangkat dalam novel ini adalah penggolongan dalam masyarakat Minangkabau berdasarkan harta, pangkat, dan keturunan yang membuat kedua anak manusia tidak dapat menikah (Hamzah, 1993: 23 24). Hamid dan Zainab tidak dapat menyatukan cintanya karena status mereka berdua berbeda jauh. Keluarga Zainab berstatus lebih tinggi daripada keluarga Hamid, baik dalam harta maupun keturunan. Karya tersebut adalah salah satu cara Hamka mengkritik adat Minangkabau yang sering membeda-bedakan orang berdasarkan harta, pangkat, dan keturunan. Menurutnya, adat itu bertentangan dengan agama Islam yang memandang kedudukan manusia sama di hadapan Allah. Hal yang membedakan adalah ketakwaan dan keimanan seseorang kepada Allah. Gambaran itu pun tidak dapat dinilai dari luar saja, seperti cara berpakaian karena itu adalah hubungan manusia dengan Allah yang bersifat lebih kompleks. Penekanan agama Islam pada cerita yang ditulis Hamka menjadi faktor penting dalam ceritanya. Hal tersebut menjadi salah satu ciri Hamka dalam tiap karya sastra dengan menyampaikan sesuatu yang seharusnya sejalan dengan agama Islam.
9 26 Hal itu pun kembali terulang dalam novel Hamka yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Ide cerita dalam novel tersebut muncul dari pergaulan Hamka dengan masyarakat Makasar. Ia banyak mendengar cerita mengenai kasih tak sampai karena perbedaan suku, terutama orang Minangkabau yang berusaha menjaga keasliannya. Kisah ini membahas nasib cinta dua anak manusia yang berakhir tragis. Zainudin memiliki darah Makasar dari ibunya, sedangkan Hayati adalah anak Minangkabau asli. Oleh karena itu, keluarga Hayati tidak mengijinkannya untuk menikah dengan orang dari luar daerah. Ketika Hayati dinikahkan dengan orang lain, Zainudin pergi dari kampung halaman menuju Surabaya untuk melupakan Hayati. Pada akhirnya, rumah tangga Hayati tidak bertahan lama kemudian ia menyusul Zainudin ke Surabaya. Namun, kedatangannya tidak mendapatkan tanggapan positif dari Zainudin. Akhirnya, Hayati pulang ke kampung halamannya dengan menumpang kapal Van Der Wijck. Tanpa diduga, kapal tersebut tenggelam dan Hayati menjadi salah satu korbannya. Zainudin menyesal dengan apa yang sudah diperbuatnya kepada Hayati sebelum ia meninggal. Kali ini, Hamka kembali mengangkat adat Minangkabau yang bertentangan dengan agama Islam yang menjadi dasar adat Minangkabau. Ia mengkritik adat Minangkabau yang mencegah perkawinan dengan orang dari luar daerah Minangkabau (Ali, 1994: 88). Kebanyakan masyarakat Minangkabau berusaha menjaga keaslian keturunannya dengan mengawinkan anaknya dengan orang yang satu suku atau satu kampung. Menurut mereka, dengan cara tersebut dapat mengurangi terjadinya hal-hal buruk pada perkawinan anaknya. Sebagai bagian dari masyarakat Minangkabau, Hamka menginginkan adanya perubahan dalam pelaksanaan perkawinan yang baik bagi masyarakat Minangkabau. Oleh karena itu, usahanya tidak berhenti dengan mengandalkan suara ketika ia berceramah. Namun, ia menuangkan gagasan tentang pelaksanaan adat Minangkabau yang absolut melalui tulisannya. Dalam berkarya, Hamka sebagai pengarang memiliki otoritas dalam menulis ceritanya. Dapat saja, tokoh dan tema yang dibahas adalah rekaan semata di pikirannya. Namun, ada satu hal yang tidak dapat dilepaskan dalam diri Hamka sewaktu menulis. Ia bertekad tetap berdakwah dalam keadaan apa pun juga.
10 27 Meskipun yang dikritik dalam karyanya adalah masyarakatnya sendiri, ia tidak goyah untuk melaksanakannya. Sama dengan karya-karya sebelumnya, Merantau Ke Deli juga mengkritik adat Minangkabau mengenai perkawinan dan budaya merantau. Tokoh yang bernama Leman, pemuda asli Minangkabau, merantau ke Deli untuk mencari pekerjaan. Di sana, ia menikah dengan perempuan bernama Poniem yang berasal dari Jawa. Saat mereka mengunjungi Minangkabau, timbul keinginan keluarga Leman untuk menikahinya dengan perempuan asli Minangkabau. Keluarganya menganggap belum lengkap jika Leman tidak memiliki istri dari kampung sendiri (Ali, 1994: 93). Akhirnya, pernikahan terjadi dan Poniem ditinggalkan oleh Leman. Dengan karya tersebut, Hamka mengkritik penilaian adat tentang pernikahan yang baik dari satu suku atau daerah saja. Pada kenyataannya, asal daerah yang sama, bukan jaminan pernikahan akan bertahan lama. Di samping itu, Hamka juga menggambarkan penilaian budaya merantau dari sudut pandang orang Minangkabau. Kebanyakan masyarakat Minangkabau beranggapan bahwa orang merantau yang pulang ke kampung pasti memiliki uang banyak dan jabatan tinggi. Jadi, harta yang banyak adalah ciri yang harus dimiliki orang merantau. Dalam kenyataannya, harta adalah bukan satu-satunya jaminan kehidupan akan menjadi bahagia. Hamka pun menginginkan perubahan penilaian masyarakat Minangkabau tentang keberhasilan merantau yang dilihat dari jumlah kekayaan. Dapat terlihat dari beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh Hamka menginginkan perubahan masyarakat Minangkabau dalam melaksanakan adatnya. Ia tidak ingin masyarakat Minangkabau menjadi masyarakat yang percaya bahwa adat itu baik selamanya digunakan dalam keadaan apa pun dan berbagai waktu. Selain itu, ia juga menginginkan adat itu dilaksanakan sesuai dasar adat Minangkabau, yaitu Al-quran.
11 BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN MAMAK TERHADAP KEMENAKAN DALAM DIDJEMPUT MAMAKNJA Seperti telah disinggung dalam bab-bab sebelumnya, penelitian ini menggunakan pendekatan intrinsik dan sosiologi sastra. Oleh karena itu, bab ini berisi analisis tema dan tokoh dalam Didjemput Mamaknja. Setelah itu, dikaitkan dengan pemikiran Hamka dan kondisi sosial Minangkabau pada saat karya dihasilkan. Oleh karena itu, permulaan bab ini akan dibahas mengenai hubungan mamak dengan kemenakan di Minangkabau. Pembahasan tersebut akan menjadi dasar dalam menilai hubungan mamak dan kemenakan dalam Didjemput Mamaknja. 4.1 Awal Mula Hubungan Mamak dan Kemenakan di Minangkabau Sejarah mengenai hubungan mamak dan kemenakan dalam adat Minangkabau sudah banyak dibicarakan oleh peneliti lain, seperti Edwar Djamaris (1991), A.A. Navis (1984), M.Nasroen (1957), dan Idrus Hakimy (1984). Namun, tidak ada salahnya penulis memaparkan kembali hal itu karena berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam tulisan ini. Aturan hubungan mamak dan kemenakan di Minangkabau dipercaya bermula dari kejadian yang dialami Datuak Katumanggungan, Datuak Parpatih Sabatang, dan Datuak Suri Dirajo 5. Ketiga datuak ini dipercaya sebagai orang yang menemukan Luhak Nan Tigo 6, yaitu 5 Datuak Suri Dirajo adalah mamak dari Datuak Katumanggungan dan Datuak Parpatih Sabatang. Datuak ini digambarkan sebagai orang yang bijaksana, tempat orang bertanya, dan meminta nasihat. Datuak ini memberikan petunjuk tentang teka-teki kayu tataran dan unggas yang diberikan oleh orang di seberang Minangkabau. Keberhasilan datuak menebak teka-teki tersebut membuat orang seberang itu merasa malu dan tidak berani lagi datang ke Minangkabau. Oleh karena itu, masyarakat Minangkabau sangat menghormati dirinya. Hal Datuak Katumanggungan dan Datuak Parpatih Sabatang adalah kemenakan dari Datuak Suri Dirajo. Mereka berdua adalah orang yang membagi negeri Minangkabau ke dalam dua sistem adat, yaitu Laras Koto Piliang dan Laras Bodi Caniago. Sistem pemerintahan Laras Bodi Caniago bersifat demokratis dengan ciri-ciri sekata, semufakat, sedangkan Laras Koto Piliang bersifat aristokratis dengan ciri-ciri beraja. Edwar Djamaris, Tambo Minangkabau, (Jakarta: 1991), hlm., Luhak adalah pembagian wilayah di Minangkabau berdasarkan pemimpinnya. Luhak bapanghulu, rantau barajo yang artinya pemerintahan luhak diatur oleh penghulu, sedangkan wilayah rantau diatur oleh raja yang berpusat di Pagaruyung. Pada dasarnya, wilayah luhak terletak di nagarinagari yang berada di selingkar Gunung Merapi, sedangkan wilayah rantau terletak di wilayah pelabuhan bagian timur atau bagian barat Minangkabau. Luhak dibagi menjadi tiga, yaitu 1. Luhak Agam, buminya hangat, airnya keruh, dan ikannya liar. 2. Luhak Tanah Datar, buminya lembang, airnya tawar,dan ikannya banyak. 28
12 29 Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluah Koto. Oleh karena itu, apa pun yang mereka sampaikan selalu diikuti sebagai bentuk penghormatan terhadap keberadaannya. Pada suatu hari, ketiga datuak tersebut bermusyawarah di Balairung Panjang, tempat orang membicarakan undang-undang hukum dan adat lembaga di tiap-tiap nagari, untuk membahas sesuatu. Akhirnya, mereka bermufakat untuk pergi ke Aceh (Djamaris, 1991: 53). Dalam perjalanannya, perahu yang mereka tumpangi terhalang oleh gunungan pasir ketika air laut surut. Setelah itu, para datuak menyuruh anak dan kemenakan mereka untuk memindahkan perahu tersebut. Namun, tak satu pun anak-anak mereka turun untuk menuruti permintaannya karena takut terbawa arus. Akhirnya, semua kemenakan dari para datuak, baik laki-laki maupun perempuan, memindahkan perahu tersebut agar mereka dapat meneruskan perjalanan. Maka perahu itu pun takalang di tepi pasir sebab pasang 10 (lah sudah) 10, menyintak surut 11. Maka berkata datuak 12 nan baduo itu kepada segala 13 anak kemenakan Kamu sekalian 13, 14 ( maukah engkau akan jadi kalang 14 perahu karena lah sudah takalang di tepi pasir) serta kita bangkitkan perahu (Maka sahut segala anak tadi, Takut aku akan jadi kalangan perahu itu. Maka berkata pula) (kepada segala kemenakan laki-laki dan perempuan,) ( Maukah engkau akan jadi kalang perahu? Maka sahut segala kemenakan itu, Jikalau demikian kata segala niniak moyang kami, mau kami jadi kalang perahu itu. Maka berjalanlah segala kemenakan itu ke tepi pasir.) Maka kemenakan sajolah nan membangkitkan perahu itu, serta menghela dia 20. (Maka perahu itu bangun dari atas kalangnya.) 21 (Djamaris, 1991: 227). Melihat kejadian tersebut, Cati Bilang Pandai 7, penasihat para datuak, mengatakan agar jangan memberikan semua hartanya kepada anak, berikan juga 3. Luhak Lima Puluah Koto, buminya sejuk, airnya jernih, dan ikannya jinak. A.A. Navis, Alam Terkembang Jadi Guru Adat dan Kebudayaan Minangkabau, (Jakarta: 1984), hlm Cati Bilang Pandai adalah bapak dari Datuak Parpatih Sabatang. Ia digambarkan sebagai orang yang pandai, terampil, dan banyak ilmunya. Ia berjasa membuatkan kembali mahkota raja yang jatuh ke laut. Ia pun turut berperan dalam menetapkan adat harta pusaka diwariskan kepada kemenakan.
13 30 kepada kemenakan. Menurutnya, peristiwa tadi menunjukkan bahwa kemenakan para datuak lebih rela mengorbankan nyawa untuk mamaknya dibandingkan anak kandungnya sendiri. 26 Hai Cati Bilang Pandai, apa sebabnya demikian? Maka berkata Cati Bilang Pandai, Ampun 28 beribu kali ampun, sekali 28 gawa beribu kali 29 ampun, karena 30 lah sudah dicobai 30 segala anak 31 ka mahelo perahu tiada mau anak 31. Itulah sebabnya maka 32 pindah *adat yang teradat*, eloklah kembalikan di datuak pusyaka sawah ladang 32 kepada kemenakan, karena baik 33 saja nan suka 33 pada anak dan jahat tiada suka pada anak. (Djamaris, 1991:227). Setelah mendengar alasan Cati Bilang Pandai tersebut, ketiga datuak setuju untuk menyebarkan kesepakatan tersebut ke Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluah Koto serta Laras Nan Dua. Laras atau lareh artinya aliran dari sistem pemerintahan. Di Minangkabau ada dua sistem, yaitu Koto Piliang dan Bodi Caniago. Sistem Koto Piliang digagas oleh Datuak Katumanggungan, sedangkan Bodi Caniago dipelopori oleh Datuak Parpatih Sabatang (Navis: 1984: 55). Sosok mereka bertiga sebagai keturunan yang menerapkan sistem pemerintahan pertama kali di Laras Nan Dua memberikan nilai tersendiri dalam membuat aturan warisan baru dalam adat Minangkabau. Penyebaran aturan warisan tersebut tidak menemui kesulitan karena sosok ketiga datuak tersebut sangat dihormati dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Berdasarkan hal tersebut, hubungan mamak dan kemenakan mempunyai aturan sendiri dalam adat Minangkabau. Seiring berjalannya waktu, aturan hubungan mamak dan kemenakan berkembang dengan bertambahnya tanggung jawab yang dimiliki oleh mamak kepada kemenakan. Selain memberikan warisannya, mamak juga harus menjaga harta pusaka keluarga, mendidik kemenakan, serta melindungi saudara perempuan dan kemenakannya. Oleh karena itu, hubungan mamak dengan kemenakan dianggap lebih kuat dibandingkan hubungan ayah dan anak (Samin, 1997: 59). Hal itu disebabkan kedudukan ayah dalam masyarakat Minangkabau termasuk ke dalam anggota keluarga asalnya sebelum menikah, sedangkan mamak termasuk ke dalam anggota keluarga ibunya
14 31 (samande 8 ). Oleh karena itu, mamak ikut bertanggung jawab terhadap kehidupan saudara perempuan dan kemenakannya Pengertian Mamak dan Kemenakan Masyarakat Minangkabau memakai sistem matrilineal dalam garis keturunan. Dalam sistem tersebut, anak-anak masuk ke dalam suku ibunya, bukan suku ayahnya. Namun, dalam sistem tersebut yang berkuasa adalah laki-laki dari pihak ibu. Kekuasaan tersebut selalu didasarkan pada mufakat, seperti bunyi pepatah Minangkabau, kamanakan ba rajo ka mamak, mamak ba rajo ka mufakat 9. Mamak adalah pemimpin dalam kaum atau sukunya atau saudara lakilaki dari pihak ibu (Samin, 1997:57). Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya bahwa kekuasaan keluarga Minangkabau berada di tangan mamak. Oleh karena itu, setiap kemenakan diwajibkan untuk patuh kepada mamak. Setiap perkataan yang diperintahkan mamak wajib dilakukan oleh kemenakan. Perintah mamak yang diikuti oleh kemenakan menunjukkan dirinya dihormati sebagai pemimpin keluarga besar dan sukunya. Seorang mamak berkewajiban mewakili keluarganya dalam pemilihan datuak 10 (kepala kaum). Keinginan dan harapan keluarganya dapat terwakili oleh keberadaan mamak dalam pemilihan tersebut. Hal itu semakin menegaskan bahwa kedudukan mamak cukup tinggi dan dihormati (Elfira, 2000: 14). Terlebih lagi, ada yang menggambarkan kedudukan mamak dengan menempatkan perintahnya di atas perintah yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat (Samin, 1997: 39). Gambaran tersebut juga dapat menunjukkan bahwa zaman dahulu adat Minangkabau memegang peranan penting dalam setiap sisi kehidupan masyarakatnya. 8 Mandèh má, iboe. Moehammad Thaib& Soetan Pamoentjak, Kamoes Bahasa Minangkabau Bahasa Melajoe, (Department Van Onderwijs En Eerdienst:1934), hlm kemenakan beraja kepada mamak, mamak beraja kepada mufakat. Dapat diartikan, kemenakan selalu mendengar apa pun yang dikatakan mamak, sedangkan mamak dalam mengambil keputusan untuk hal apa pun harus dimusyawarahkan terlebih dahulu untuk mencapai mufakat. 10 Datuak adalah kepala suku yang dipilih oleh beberapa nagari. Biasanya pemilihan datuak tersebut berdasarkan nama baik keluarga, pendidikan, dan jabatannya. Selain itu, Datuak bisa juga gelar yang diberikan kepada orang luar Minangkabau yang telah berjasa kepada Minangkabau.
15 32 Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, terjadi beberapa perubahan dalam pelaksanaan adat setelah disesuaikan dengan situasi saat ini. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan tersebut, antara lain pendidikan, tempat tinggal, dan pola pikir. Namun, perubahan tersebut tidak membuat adat hilang begitu saja karena sudah mengakar pada masyarakat adat tersebut. Gejala perubahan sosial tersebut merupakan gambaran masyarakat adatnya yang dinamis dan terbuka terhadap pandangan lain. Berdasarkan hubungan kekerabatan dengan saudara perempuannya, mamak meliputi mak adang 11 dan mak etek 12. Mak adang adalah panggilan bagi saudara laki-laki ibu yang lebih tua, sedangkan mak etek adalah panggilan bagi saudara laki-laki ibu yang lebih muda (Elfira, 2000:13). Selain itu, berdasarkan cakupan wilayahnya, mamak dalam masyarakat Minangkabau diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu 1. mamak rumah adalah saudara sekandung laki-laki ibu atau garis ibu serumah gadang yang terpilih menjadi wakil pembimbing anggota garis ibu terdekat. Tugasnya adalah memelihara, membina, dan memimpin kehidupan jasmaniah maupun rohaniah kemenakan-kemenakannya. 2. mamak kaum adalah seseorang yang dipilih di antara beberapa rumah atau tungganai yang terikat dalam hubungan darah (geneologis) yang disebut kaum. Mamak kaum bertugas mengurusi kepentingan-kepentingan kaum. 3. mamak suku adalah orang yang menjadi pimpinan suku. Orang-orang yang sesuku adalah satu keturunan menurut garis ibu dan satu sama lainnya merasakan dirinya berdusanak (bersaudara) ( Samin, 1997: 41). Jadi, mamak di Minangkabau mempunyai tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan tingkatannya.walaupun berbeda tingkatan, ia tetap menjadi pembimbing bagi kemenakan. Di sisi lain, hubungan mamak dengan kemenakan di Minangkabau tidak dibatasi oleh hubungan darah. Dalam struktur kebudayaan Minangkabau ada 4 jenis kemenakan, yaitu 1. kamanakan di bawah daguak (dagu), yakni kemenakan yang ada hubungan darah dengan mamak, baik yang dekat maupun yang jauh. Dalam hal ini, pengertian jauh dan dekat ditujukan pada jarak tempat tinggal mamak dan kemenakan. Selain itu, kemenakan tersebut berhak menerima warisan gelar dan harta pusaka dari kemenakannya. 11 Kata adang merupakan kependekan dari kata gadang, yang memiliki pengertian besar. 12 Kata etek merupakan kependekan dari kata ketek, yang memiliki pengertian kecil.
16 33 2. kamanakan di bawah dado (dada), yakni kemenakan yang ada hubungan dengan mamak karena suku sama, tetapi penghulunya 13 lain. Contohnya, si mamak dan kemenakan berasal dari suku Caniago tetapi pemimpin sukunya berasal dari suku Piliang. 3. kamanakan di bawah pusek (pusar), yakni kemenakan yang ada hubungan dengan mamak karena sukunya sama, tetapi berbeda nagarinya. Contohnya, si kemenakan bersuku Piliang tinggal di Tanah Datar namun mamaknya yang bersuku sama tinggal di Agam. Kemenakan golongan ini tak berhak menerima warisan gelar namun terbuka kemungkinan mendapatkan warisan harta pusaka. 4. kamanakan di bawah lutuik (lutut), yakni kemenakan yang berbeda suku dan nagari tetapi meminta perlindungan di tempatnya. Mamak bersedia menerima orang tersebut karena dapat membantu dan mendidiknya menjadi yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, kemenakan tidak berhak mendapatkan warisan gelar maupun harta pusaka. Namun, ia dapat memperoleh banyak pelajaran dari mamaknya (Navis, 1984: 136). Berdasarkan uraian di atas dapat terlihat hubungan mamak dengan kemenakan di Minangkabau tidak hanya dibatasi oleh pertalian darah. Peran mamak terhadap kemenakan kandung sama saja dengan perannya kepada kemenakan angkat. Hal itu disebabkan tidak ada pembedaan bagi mamak menjalankan perannya dalam membimbing kemenakan. Selain itu, penggolongan kemenakan di atas juga berkaitan dengan pembagian warisan keluarga secara matrilineal Peran Mamak dalam Kehidupan Kemenakan Dulu dan Kini Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, mamak berperan penting bagi kehidupan kemenakannya karena ikut bertanggung jawab dalam membimbing kemenakan. Dalam sistem matrilineal, pihak laki-laki di Minangkabau mempunyai peran ganda dalam kehidupannya, yaitu pelindung untuk anak dan kemenakannya. Oleh karena itu, adat mengumpamakan mamak sebagai payung yang akan dipakai di kala hujan dan ayah adalah payung yang akan dipakai di kala panas ( Nasroen, 1971: 156). Jadi, anak yang lahir di Minangkabau mempunyai pelindung kedua, selain kedua orang tuanya. Mereka dapat bergantung pada mamaknya dalam hal apa pun, seperti rasa takut dan sedih. Kemenakan berhak 13 Penghulu berasal dari kata hulu dengan awalan peng. Penghulu ialah pemimpin suku. A.A. Navis, Alam Terkembang Jadi Guru Adat dan Kebudayaan Minangkabau, (Jakarta: 1984), hlm. 131
17 34 mendapatkan perlindungan dari mamak karena hal tersebut merupakan salah satu tanggung jawab mamak. Selain sebagai pelindung, mamak juga berperan dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi saudara perempuan dan kemenakannya. Masalah yang terjadi dapat dicari jalan keluarnya oleh mamak. Salah satu contohnya adalah masalah keuangan yang dihadapi kemenakan. Mamak akan berusaha menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan pekerjaan atau mengikutsertakannya dalam mengelola sawah dan ladang sebagai harta pusaka. Jika kedua penyelesaian tersebut belum mampu menolong kemenakannya, beberapa bagian harta pusaka dapat dijadikan modal usaha bagi kemenakannya. Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat mamak tidak akan memberikan penyelesaian jangka pendek karena akan merugikan kehidupan kemenakannya di masa datang. Oleh karena itu, mamak memikirkan penyelesaian yang dapat menolong kemenakannya dalam jangka waktu lama. Hal tersebut menunjukkan bahwa mamak berusaha selalu memberikan solusi untuk masalah yang muncul dalam kehidupan kemenakan. Pemecahan masalah yang diberikan oleh mamak selalu mengutamakan kepentingan kemenakan. Mamak juga bertanggung jawab dalam mengurusi warisan keluarga. Warisan dibagi dua, yaitu sako dan pusako. Sako adalah jabatan atau gelar, sedangkan pusako adalah harta benda (Navis, 1984: 159). Biasanya, sako diwariskan kepada kemenakan laki-laki, sedangkan pusako diberikan kepada kemenakan perempuan. Selain memberikan warisan keluarga, ia tetap berkewajiban untuk mengembangkan harta pusaka demi kesejahteraan keluarga besarnya. Pengelolaan harta pusaka keluarganya berada di bawah kendali mamak. Semua kegiatan yang menggunakan harta pusaka pun harus seizin mamak dan hasil mufakat keluarga besar. Hal itu disebabkan peran mamak sebagai pemimpin dalam keluarganya. Jadi, mamak harus mempertimbangkan segala aspek kehidupan yang baik bagi kemenakan, termasuk pengelolaan harta untuk kehidupan kemenakan yang akan datang. Pendidikan yang dijalani oleh kemenakan pun tidak luput dari peran mamak. Ia bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan formal dan pendidikan agama bagi kemenakan (Samin, 1997: 61). Sistem kekerabatan yang
18 35 matrilineal menyebabkan seorang suami berada di luar keluarga istrinya. Hal tersebut memungkinkan kurangnya kewajiban dan peran ayah dalam pendidikan anaknya karena anak yang lahir dari perkawinan tersebut langsung masuk ke dalam anggota suku istrinya. Jadi, sudah menjadi kewajiban mamak untuk mendidik kemenakannya. Kewajiban mamak terhadap pendidikan kemenakannya, termasuk menangani masalah keuangan dalam proses pendidikan. Jika orang tua kemenakan kurang mampu melengkapi kebutuhan sekolahnya, mamak akan membantu sesuai dengan kebutuhan kemenakan. Jadi, mamak wajib membantu kemenakannya yang berada dalam kesusahan dengan segala daya upayanya. Mamak juga berkewajiban memberikan pengetahuan lain di luar pendidikan formal, seperti tata cara dalam upacara adat Minangkabau dan strategi menghadapi kehidupan pada waktu yang akan datang. Mamak memberikan kesempatan kemenakan ikut berperan aktif dalam pelajaran tersebut. Salah satunya, mengikutsertakan kemenakan dalam acara perundingan antarnagari dan perkawinan adat agar mendapatkan pengetahuan secara langsung. Mamak berharap kemenakannya berwawasan luas mengenai adat dan dapat menggantikan dirinya jika dirinya sudah tiada. Ketika kemenakan sudah dewasa, mamak juga bertanggung jawab untuk mencarikan jodoh bagi kemenakannya. Mamak mempunyai berbagai macam pertimbangan dalam memilih jodoh bagi kemenakannya, antara lain agama, keluarga, dan pendidikan. Jumlah kekayaan tidak menjadi pertimbangan dalam mencari jodoh kemenakannya karena itu dapat dicari dengan kerja keras. Pilihan yang diberikan mamak harus diterima oleh kemenakan dengan lapang dada. Hal itu terjadi dengan pertimbangan bahwa pilihan mamak adalah sesuatu yang terbaik bagi kemenakannya. Sama dengan pendidikan dan perlindungan, mamak pasti akan mengutamakan kepentingan kemenakan dalam calon jodoh. Selain itu, keputusan mamak tentang jodoh bagi kemenakannya sudah melalui musyawarah dengan golongan tua lainnya. Jadi, sudah dibicarakan baik dan buruknya bagi kehidupan perkawinan kemenakan. Tidak hanya itu, mamak juga ikut membantu menangani masalah perekonomian rumah tangga kemenakan. Mamak ikut mencarikan tempat tinggal
19 36 yang baik bagi kemenakan dan keluarganya, serta membantu mencarikan pekerjaan bagi suami kemenakan yang belum mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut membuktikan bahwa mamak tidak lepas tanggung jawab sewaktu kemenakannya sudah menikah. Mamak masih bertanggung jawab kepada kemenakannya semasa hidupnya. Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa peran mamak dalam kehidupan kemenakan cukup besar. Ia berperan sebagai ayah bagi keluarga Minangkabau karena ikut bertanggung jawab dalam kehidupan kemenakan sejak kecil hingga dewasa. Meskipun mamak ikut bertanggung jawab dalam kehidupan kemenakan, ia berusaha untuk tidak menggantikan peran ayah dalam kehidupan anaknya. Hal ini senada dengan istilah, anak dipangku, kamanakan dibimbing. Kewajiban ayah memenuhi kebutuhan sandang dan pangan keluarganya, serta mendidik keluarganya, sedangkan mamak ikut membantu memenuhi kebutuhan saudara perempuan dan kemenakannya, serta mendidiknya dengan tata kelakuan adat Minangkabau. Hal itu dilakukan agar kemenakan tidak lupa dengan ajaran adat asalnya. Selain itu, ia juga berperan dalam menjaga harta pusaka. Pemeliharaan harta pusaka ini dilakukan agar dapat digunakan sebaik-baiknya ketika dibutuhkan oleh kemenakan dan keluarga besar. Harta pusaka ini dapat digunakan bagi saudara perempuan yang membutuhkan dan memenuhi keperluan kemenakan, serta anggota keluarga yang sedang mengalami kesusahan. Saat ini, peran mamak dalam keluarga Minangkabau sudah berkurang dibandingkan dahulu. Hal itu dapat terlihat dari hubungan ayah dan anak yang lebih kuat daripada hubungan mamak dan kemenakan. Ayah berperan besar dalam membesarkan dan mendidik anaknya daripada mamaknya. Contoh lainnya, terlihat dari peran mamak dalam menentukan jodoh bagi kemenakan yang tidak terlalu besar. Saat ini, peran mamak hanya sebagai penasehat bagi kemenakan dalam memilih jodoh. Pandangan itu berlandaskan bahwa kemenakanlah yang akan menjalani kehidupan rumah tangga, tentu ia akan mencari seseorang yang bertanggung jawab terhadap dirinya dan anak-anaknya nanti. Ada berbagai faktor yang menyebabkan berkurangnya peran mamak dalam kehidupan kemenakan, antara lain semakin kuatnya hubungan keluarga
20 37 batih (inti) daripada keluarga samande (seibu). Jadi, kedua orang tua memegang peranan penting dalam membesarkan anaknya, terutama ayahnya. Dulu, ayah kandung hanya bertanggung jawab dalam pengasuhan anak ketika kecil. Setelah itu, tanggung jawab mamaklah untuk mendidik dan membimbing kemenakannya. Namun, sekarang tanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik diserahkan sepenuhnya kepada ayahnya. Hal ini mengakibatkan perubahan kedudukan ayah dalam masyarakat Minangkabau, dulu dianggap sebagai orang lua (luar) bagi istri dan anaknya, namun sekarang sudah memiliki otoritas penuh sebagai kepala keluarga. Budaya merantau juga turut serta dalam perubahan peran mamak terhadap kemenakan. Sistem patrilineal yang berbeda dengan sistem matrilineal di Minangkabau memberikan pandangan lain tentang peran ayah dan mamak dalam kehidupan kemenakan bagi keluarga Minangkabau yang merantau. Kebanyakan masyarakat Minangkabau di perantauan menempatkan peran ayah di atas peran mamak dalam membesarkan dan mendidik anaknya. Perubahan tersebut dapat membuktikan bahwa adat Minangkabau sejalan dengan agama Islam. Oleh karena itu, peran mamak saat ini meliputi menjaga nama baik suku dan kaumnya serta mengikuti upacara adat Minangkabau. Meskipun perannya berkurang, tidak menghilangkan keberadaannya di keluarga Minangkabau. Hal itu disebabkan dengan sistem matrilineal yang masih dianut oleh Minangkabau. Di samping itu, perubahan peran ini dapat memperjelas batas kewajiban masingmasing pihak dalam kehidupan kemenakannya. Ayah adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam membesarkan dan mendidik anaknya dibandingkan mamaknya. Begitu pula saat kemenakan sudah menikah, suami adalah orang yang wajib dipatuhi oleh istrinya. 4.2 Sinopsis Didjemput Mamaknja Sebelum memasuki analisis tema dan tokoh Didjemput Mamakanja, penulis memberikan sinopsis Didjemput Mamaknja agar dapat memudahkan pembaca memahami bahasan selanjutnya. Bahasan ini sengaja diletakkan sebelum memasuki analisis tema dan tokoh, bukan pada lampiran agar memudahkan pembaca dalam membacanya. Selain itu, penulis menjadikan sinopsis menjadi
21 38 subbab sendiri agar tidak menimbulkan kerancuan jika digabungkan dalam subbab yang lain. Cerita Didjemput Mamaknja diawali dengan pertemuan seorang penjual kulit kasur dengan pengguna jasanya. Penjual kulit kasurnya bernama Musa dan pengguna jasanya adalah Engku. Suatu hari, Engku ingin mengganti kulit kasur yang sudah lama rusak. Engku ini digambarkan sebagai seorang penulis. Sebenarnya, pagi hari itu, ia harus pergi ke kantor namun hatinya lebih memilih untuk melihat tukang kasur yang sedang mengganti kulit kasur anak-anaknya. Ternyata, Engku dan Musa terlibat pembicaraan yang cukup serius tentang kehidupan Musa. Ia mendengarkan dengan jelas setiap peristiwa yang diingat kembali oleh Musa. Kejadian tersebut sudah cukup lama dialami oleh Musa. Meskipun lelah melakukan pekerjaannya, Musa terlihat semangat untuk menceritakan apa yang telah dialaminya. Kilas balik kehidupan Musa diawali dengan gambaran kerja kerasnya untuk mencari nafkah bagi keluarga kecilnya. Selama dua tahun di perantauan, Musa dan istrinya, Ramah, mendapatkan seorang putra yang bernama Fauzi. Ia tidak kenal lelah menjajakan jualannya meskipun kadang-kadang pulang tanpa membawa hasil. Namun, ketidakberhasilan dan kelelahan Musa dapat terobati oleh kehadiran istri dan anak yang selalu mendukungnya. Ramah, sebagai istri, menerima dengan tulus apa pun yang didapatkan Musa dari usahanya. Namun, ketulusan istrinya yang menerima kehidupan sulit di rantau menimbulkan kekhawatiran dalam diri Musa. Ia takut Ramah akan tersiksa hidup dalam kemiskinan karena ia berasal dari keluarga yang kaya. Selain itu, kekhawatiran Musa juga ditimbulkan dari ketidakmampuannya untuk memenuhi keinginan keluarga besar Ramah. Mereka menginginkan Ramah dapat hidup lebih baik secara materi setelah menikah dengan Musa. Ramah adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak dan adiknya menikah dengan laki-laki yang dapat memenuhi kebutuhan materi dengan baik bagi keluarga Ramah. Suami kakak Ramah adalah saudagar besar di Bengkulu, sedangkan suami adiknya seorang saudagar barang hutan di kampung. Pernikahan Musa dengan Ramah sudah melalui aturan adat yang berlaku. Musa adalah suami pilihan mamak dan Ramah menerima apa pun yang telah ditetapkan mamaknya.
22 39 Pada awal pernikahan Musa dan Ramah sudah timbul konflik yang diakibatkan oleh kedua saudara Ramah. Musa dan Ramah tinggal di rumah keluarga Ramah pada awal pernikahan. Kedua saudara Ramah selalu menyindir ketidakmampuan Musa dalam memberikan yang sama baiknya dengan suami mereka. Keadaan tersebut dihadapi Ramah dengan tenang dan berusaha menguatkan hati suaminya. Ia pun tidak menunjukkan rasa kesal dan marah terhadap ulah kedua saudaranya. Ramah tetap menghormati suaminya dan tidak mengacuhkan perkataan saudaranya. Hal yang sebaliknya terjadi pada diri Musa, ia semakin merasa rendah diri dan tertekan dengan perkataan dan tingkah laku yang dilakukan oleh keluarga besar Ramah. Pada akhirnya, ia sempat berhari-hari tidak pulang ke rumah tersebut. Selama tidak pulang ke rumah tersebut, ia tinggal di rumah ibunya. Setelah itu, muncul keinginannya untuk merantau agar dapat menyelesaikan masalah yang ada. Ia meminta izin kepada ibunya untuk mengupas batang kayu manis yang ditanamnya sembilan tahun yang lalu untuk dijadikan ongkos merantau. Saat membayangkan harga batang kayu manis yang akan dijualnya, Musa melihat Ramah berjalan menuju rumah ibunya dengan muka sedih. Ramah langsung menuangkan kesedihannya kepada Musa. Ia meminta Musa untuk pulang bersamanya sambil menangis. Melihat keadaan tersebut, Musa pun menyampaikan isi hatinya kepada Ramah. Ia merasa tertekan dengan keadaan di rumah gadang, ditambah lagi dengan ketidakhadiran mamak dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Musa pun mengungkapkan bahwa perasaan sayangnya kepada Ramah tidak berubah sedikit pun. Mendengar pernyataan Musa tersebut, Ramah meminta maaf dan memintanya kembali tinggal di rumah keluarganya demi keutuhan rumah tangga mereka. Namun, Musa menyatakan keinginannya untuk merantau kepada Ramah. Tanpa diduga oleh Musa, Ramah menyatakan keinginannya untuk ikut serta merantau meskipun Musa sudah menggambarkan kehidupan sulit yang akan ditempuh selama merantau. Oleh karena itu, Musa merasa senang karena istrinya setia mendampingi apa pun keadaannya. Keinginan merantau pun mereka sampaikan kepada keluarga
23 40 Ramah. Tanggapan negatif yang diberikan oleh keluarga Ramah tidak menyurutkan keinginan Ramah merantau bersama suaminya. Akhirnya, Musa dan Ramah merantau ke Deli. Di Deli, Ramah hidup dalam keadaan yang berbeda dengan di kampung. Ia tinggal di rumah yang kecil dan hidup dalam kekurangan. Namun, keadaan tersebut tidak menimbulkan masalah untuknya. Ia lebih mementingkan kebebasan dalam mengatur rumah tangganya dan hal tersebut menimbulkan kebahagiaan untuknya. Begitu pula dengan Musa, ia merasakan kebahagiaan rumah tangga selama di rantau. Setelah lelah berkeliling menjajakan jualannya, ia selalu disambut dengan senyuman oleh istrinya. Pada saat di kampung, ia selalu menjadi pusat perhatian keluarga Ramah setelah pulang mencari nafkah, mereka ingin melihat apa yang dapat diberikan Musa kepada Ramah. Dapat dikatakan, selama di rantau Ramah dan Musa baru menemukan kebahagiaan sebenarnya dari berumah tangga. Di rantau pula, mereka mendapatkan seorang anak yang diimpik an selama berumah tangga. Kebahagiaan Ramah dan Musa tidak berlangsung lama karena mamak datang ke Deli untuk membawa pulang Ramah dan Fauzi ke kampung. Keluarga besar Ramah dan mamak mendengar kabar dari orang kampung yang pulang dari Deli bahwa Ramah tersiksa dalam perantauannya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membawa Ramah kembali ke kampung sebagai bentuk pertolongan. Keputusan ini menemui perlawanan dari Ramah. Ia menolak pulang ke kampung dan menjelaskan keadaan rumah tangganya yang sebenarnya kepada mamak. Ia tidak merasa kesulitan hidup dalam kekurangan. Baginya, kebahagiaan rumah tangga tidak dapat dilihat dan dinilai secara materi. Mamak pun melakukan segala upaya agar Ramah dapat pulang bersamanya. Namun, Ramah tetap menolaknya karena keinginannya menjaga kebahagiaan dan keutuhan rumah tangganya. Perlawanan Ramah kepada keinginan mamaknya tidak diikuti oleh Musa. Ia mengizinkan mamak membawa Ramah dan Fauzi kembali ke kampung. Tidak hanya itu, Musa pun menolak keinginan mamak untuk membiayai kepulangan Ramah dan Fauzi pulang ke kampung. Ia menyatakan kesanggupannya untuk
BAB 1 PENDAHULUAN. Kritik atas..., Silvy Riana Putri, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dapat mencerminkan pemikiran, kehidupan, dan tradisi yang ada dalam suatu masyarakat. Menurut Wellek dan Warren (1989: 109), pembaca karya sastra dapat
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu bentuk media yang digunakan untuk menerjemahkan ide-ide pengarang. Di dalam karya sastra, pengarang merefleksikan realitas yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan
Lebih terperinciTRILOGI NOVEL MARITO
TRILOGI NOVEL MARITO Izinkan Aku Memelukmu Ayah Dalam Pelarian Ketika Aku Kembali Marito, terlahir sebagai perempuan di suku Batak. Ia memiliki empat kakak perempuan. Nasibnya lahir di masa terpelik dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan pada umumnya selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan kesusastraan Indonesia. Perkembangan kesusastraan Indonesia sejalan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku
Lebih terperinciKajian Pakaian penghulu Minangkabau
Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Oleh : Diskadya Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom. Abstrak Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, dimana didalamnya terdapat berbagai
Lebih terperinciTujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)
PENGAMBILAM KEPUTUSAN DALAM KELUARGA MENURUT BUDAYA MINANGKABAU Oleh : Dra. Silvia Rosa, M. Hum Ketua Jurusan Sastra Daerah Minangkabau FS--UA FS Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jam gadang landamarknya Bukittinggi, baik bagi masyarakat lokal maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah lama luput dari perhatian pers, pada tahun 2013 Koto Gadang hadir kembali sebagai pusat perhatian baru bagi publik. Alasannya karena pembangunan great wall.
Lebih terperinciSUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA
RESENSI BUKU SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA Nia Kurnia Balai Bahasa Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 081321891100, Pos-el: sikaniarahma@yahoo.com Identitas Buku Judul Novel Pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan kini telah berkembang searah dengan kebutuhan masyarakat yang dinamis. Perkembangan ini tentunya mempengaruhi berbagai disiplin ilmu yang telah ada
Lebih terperinci06FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.
Modul ke: Folklore Fakultas 06FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta Mandra
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya
BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya kepemimpinan situasional. Teori yang akan dijelaskan sejalan dengan fokus penelitian yaitu gaya kepemimpinan penghulu Minangkabau.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.
42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi
Lebih terperinciLampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai
Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Praktek Pewarisan Harta Pusaka Tinggi Tidak Bergerak di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA A. Analisis Terhadap Kebiasaan Pembagian Waris Di Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan
Lebih terperinciBuku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24
Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan Indonesia tidak hanya memiliki pengaruh dalam keluarga, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam
Lebih terperinciDalam pelajaran ini saudara akan mempelajari...
Tugas Seorang Suami Seorang pemuda yang bahagia dengan cepat pulang ke rumah untuk memberitahukan orang tuanya kabar baik bahwa pacarnya telah berjanji untuk menikahinya. Tetapi sang ayah, daripada menanggapi
Lebih terperinciCinta yang Terselubung oleh Harta
Farras 1 Azzah Alzahra Farras Syafiie Achmadie Bahasa Indonesia 5 Desember 2013 Cinta yang Terselubung oleh Harta Identitas Buku Judul Buku : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Penulis : Prof. Dr. Haji Abdul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciPernikahan Kristen Sejati (2/6)
Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Nama Kursus   : Pernikahan Kristen yang Sejati Nama Pelajaran : Memilih Pasangan Kode Pelajaran : PKS-P02                    Pelajaran 02 - MEMILIH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waris adalah perpindahan harta milik atau perpindahan pusaka.sehingga secara istilah ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari tentang perpindahan harta pusaka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk hidup pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat hukum yang berkaitan dengan pengurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif
Lebih terperinciBAB II RIWAYAT HIDUP KH. ALI MAS UD
BAB II RIWAYAT HIDUP KH. ALI MAS UD A. Latar Belakang Kehidupan KH. Ali Mas ud atau biasa yang dipanggil mbah Ali Mas ud atau biasa juga dipanggil gus Ud atau biasa juga dikenal dengan mbah Ud merupakan
Lebih terperinciBAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO
A. Lingkungan Keluarga BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO Dokter Soedarso adalah seorang Pejuang kemerdekaan di Kalimantan Barat pada masa penjajahan Kolonial Belanda. Dokter Soedarso sebenarnya bukan
Lebih terperinciBAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Lebih terperinciWARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH
WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ENZI PATRIANI NPM 10080297 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinciTanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya
Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan
Lebih terperinciDITEBUS OLEH PENGORBANAN BESAR
DITEBUS OLEH PENGORBANAN BESAR As-Saffat 37:107 Assalamu alaikum! Kitab Suci Al-Qur an memberikan deskripsi ilustrasi mengenai kepatuhan kepada Firman dari Allah di dalam hidup Ibrahim. Kita harus mempertimbangkan
Lebih terperinciSurat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika
1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang menjadi kesimpulan
Lebih terperinciBAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan pendapat para tokoh mengenai gundik/selir, penulis secara garis
BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Secara keseluruhan pendapat para tokoh mengenai gundik/selir, penulis secara garis besar menjabarkannya sebagai berikut. Menurut isi dari novel Sembazuru, keluarga
Lebih terperinciPeranan H. Abdul Karim Amrullah dalam gerakan pembaruan Islam di Minangkabau awal abad XX. Oleh : Rudi Sutrisna NIM K BAB I PENDAHULUAN
Peranan H. Abdul Karim Amrullah dalam gerakan pembaruan Islam di Minangkabau awal abad XX Oleh : Rudi Sutrisna NIM K 4402514 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika melihat gerakan Islam di Minangkabau
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa peran perempuan pengarang dalam sejarah sastra Indonesia masih sukar untuk dipetakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umunmya sistem kekerabatan suku bangsa yang ada di Indonesia menarik garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat Minangkabau
Lebih terperinciHUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN
HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya
Lebih terperincimenghindari pikiran kotor dan perbuatan maksiat?. Saya mohon bantuan anda untuk menemukan solusinya
Cinta Segitiga Saya sedang bingung dengan problem yang tengah kuhadapi ini. Hanya Allah yang mengetahui kebingunganku ini karena saya tidak sanggup memecahkan problem yang satu ini. Akan tetapi saya tetap
Lebih terperinciTENTANG DUDUK PERKARANYA
P U T U S A N Nomor: 0098/Pdt.G/2008/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku
Lebih terperinciResensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR
69 Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR Feryanto W. K. 1 1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Lebih terperinciPersatuan Dalam al-quran dan Sunnah
Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersuka cita menyambut maulid Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal. Muslim Sunni merayakan hari kelahiran Rasulullah pada tanggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawin adalah perilaku mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar manusia berkembang biak. Oleh karena itu perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan
Lebih terperinciLIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun
LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan hidup dalam masyarakat dengan beraneka
Lebih terperinciyang berhubungan dengan aturan agama Islam. Hal yang wajib dilakukan secara tertib adalah melaksanakan shalat. Shalat merupakan tiang agama Islam
1 NYAI AHMAD DAHLAN Bangsa Indonesia pada umumnya, khususnya keluarga besar Muhammadiyah dan Aisiyah di manapun berada, selayaknyalah menyambut gembira Surat Keputusan Republik Indonesia, Jenderal Soeharto
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PEMBERIAN IZIN POLIGAMI TANPA ADANYA SYARAT ALTERNATIF PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KOTA MALANG NO. 913/Pdt.P/2003/PA.Mlg A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT
Menimbang: PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan
Lebih terperinciJUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU
Judul Skripsi JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU Latar Belakang Masalah Kebudayaan selalu dibedakan dengan budaya seperti yang dibunyikan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperinciKEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG
KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DESA MADU SARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciBAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA
BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA A. Relefansi Masa Turunnya Ayat dengan Masa Kini Ayat 15 dari surat Al-Ahqaf tersebut merupakan ayat makiyah. Sebelum al-qur an diturunkan, di daerah Makkah
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK
60 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK Salah satu asas kewarisan Islam adalah asas bilateral yang merupakan perpaduan dari dua
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisi penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan preposisi-preposisi
Lebih terperinciBAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau
Lebih terperinciHUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA
HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA Dalam peradilan atau dalam hukum Indonesia juga terdapat hukum waris adat. Selama ini, khususnya sebelum munculnya UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana di kalangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana di kalangan masyarakat dan merupakan kelompok kecil dari satuan-satuan organisasi di dalam Negara. Salah satu
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan
Lebih terperinciANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak
ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1 Abstrak Pandangan ketiga tokoh utama wanita tentang emansipasi dalam novel Tiga Orang Perempuan ada yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selain itu, karya sastra memberikan manfaat kepada pengarang dan pembaca
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu kreativitas manusia yang dijadikan sebagai sarana berekspresi yang di dalamnya mengandung unsur kehidupan dan keindahan. Selain itu,
Lebih terperinciSiapakah Yesus Kristus? (4/6)
Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM
62 BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM CUKUP UMUR DI DESA BARENG KEC. SEKAR KAB. BOJONEGORO Perkawinan merupakan suatu hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu tempat. Kebudayaan
Lebih terperinciKalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga
Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan belantara merupakan kebanggaan pada usia muda. Di tengah perjalanannya rombongan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seorang anak raja di Pagaruyung yang telah beranjak dewasa meminta izin kepada ayahandanya (Baginda raja) untuk berburu rusa, sebab pada masa itu mendapatkan
Lebih terperinciBAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA
BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA A. Analisis Tradisi Pelaksanaan Kewarisan Tunggu Tubang Adat Semende di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah pusako adalah tanah hak milik bersama dari pada suatu kaum yang mempunyai pertalian darah dan diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu,
Lebih terperinciBAB II BIOGRAFI HAMKA H atau bertepatan dengan 16 Februari 1908 M. 15. ajaran agama, ayahnya bernama Syeikh Abdul Karim Amrullah.
BAB II BIOGRAFI HAMKA A. Riwayat Hidup Hamka yang nama lenkapnya adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah dilahirkan disebuah Desa Tanah Sirah yang terdapat sungai Batang, ditepi Danau Maninjau Sumatra Barat
Lebih terperinciAsal Mula Candi Prambanan
Asal Mula Candi Prambanan Zaman dahulu ada sebuah kerajaan di Pengging. sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung. Joko bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah, ia
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciOleh: Windra Yuniarsih
Puncak Kebahagiaan Oleh: Windra Yuniarsih Perempuan adalah makhluk yang istimewa. Aku merasa beruntung dilahirkan sebagai perempuan. Meskipun dari keluarga sederhana tetapi kakiku dapat membawaku ke tempat
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu ikatan janji setia antara suami dan istri yang di dalamnya terdapat tanggung jawab dari kedua belah pihak. Perkawinan dilakukan
Lebih terperinci