PRODUK LEGISLATIF ^PELAKSANAAN KETETAPAN MPRS NO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUK LEGISLATIF ^PELAKSANAAN KETETAPAN MPRS NO"

Transkripsi

1 spenind/aüan tfembail-fteoduk PRODUK LEGISLATIF ^PELAKSANAAN KETETAPAN MPRS NO. XIX/MPRS/1966) IN D A N G - UNDANG TENTANG PERNJATAAN TIDAK BERLAKUNJA BERBAGAI UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG U NDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN BERBAGAI PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG MENDJADI UNDANG-UNDANG BUKU II FA K. H U K. K A A N IM U. l. ' N 1 ïs O L E H :, JK. W jhat DJENDERAL PEMBINAAN HUKUM DEPARTEMEN KEHAKIMAN

2 Perpustakaan Soediman Kartoiiadiprodjo FHUI Buku ini harus dikembalikan pada: (Keterlambatan pengembalian pada tanggal dibewah. ini dikenakan denda Rp. 500,- (ptxhaii/l buku)

3 P E N IN D JA U A N K EM BALI PRO DU K PUODUK L E G ISLA T IF (P E L A K S A N A A N K E T E T A P A N M PRS NO. X IX /M P R S / ) II 3 V 5 P UNDANG - UNDANG TENTANG PERNJATAAN T IQ ^ fk ^ S E ^ ^ R t^ J A BERBAGAI UNDANG - UNDANG DÄN I^ fa T jt fe v \ T PEMERINTAH PENGGANTI,t -Na>A^G 't ANG S» t ; UNDANG - UNDANG TENTANG PENETAPAN BERBAGAI PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG MENDJADI UNDANG - UNDANG DISU SU N O L E H : D IR E K T O R A T D JE N D E R A L P E M B IN A A N H U K U M D E P A R T E M E N K E H A K IM A N

4 P B K N 'S U ' A vs,; \ 'I T in H nl... /.z... Na. S ilsilah : 3 7 A x> / %? fr-a.c HUK

5 I S I - B U K U Hal. 1. Prakata 2. Surat Menteri Kehakiman kepada Presiden Republik Indonesia Rantjangan Undang-undang tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dan Rantjangan Undang-undang tentang Penetapan Beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang Amanat Presiden Republik Indonesia Rantjangan Undang-undang tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dan Rantjangan Undang-undang tentang Penetapan Berbagai Peraturan PeWierintah mendjadi Undang-undang... 9 \. *, ' V 4. Keterangan Pemerintah Rantjangan Undang-undang tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dan Rantjangan Undang-undang tentang Penetapan Beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang Pelaksanaan dari ketentuan dalam Ketetapan M.P.R.S. No. X I X / MPRS/1966 Surat Pimpinan M.P.R.S. kepada Presiden Republik Indonesia tertanggal 9 Djanuari 1969 No. 01/ Surat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua M.P.R.S. tertanggal- 31 Djanuari 1969 No. 09/P res./i/69,- -.Keputusan Pimpinan M.P.R.S. No. 001/B rr-.r., Rapat Kerdja antara Pemerintah dan Panitya Chusus D.P.R.-G.R Alasan pemberian persetudjuan oleh D.P.R.-G.R. Rantjangan Undang-undang tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undangundang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dan Rantjangan Undang-undang tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang Laporan Panitia Chusus Parkindo P.N.I. Murba Karya Pembangunan A-B Katholik ABRI Karya Pembangunan B dan C Parmusi Perti N.U. Sambutan Pemerintah (Menteri Kehakiman) Surat pimpinan D.P.R.-G.R. kepada Presiden Republik Indonesia Pengesahan Rantjangan Undang-undang tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dan Rantjangan Undang-undang tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang

6 9. Undang-undang- No. 6 Tahun 1969 tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Undang-undang No. 7 Tahun 1969 tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1969 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 7 tahun 1969 tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang....

7 P r a k a t a Buku ini adalah Bagian II dari serangkaian penerbitan buku-buku jan g berdjudul: Penindjauan kembali produk- legislatif negara diluar produk M.P.R.S. Isi buku ini mengenai pembentukan Undang-undang tentang P ernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Undang-undang No. 6 tahun 1969) dan Undang-undang tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang- (Undang-undang No. 7 tahun 1969). Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966 jo. No. X X X IX /M P R S / menetapkan antara lain nahwa dalam rangka pemurnian pelaksanaan U.U.D. 1945, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) jan g memuat materi jaiiig bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 ditindjau kembali. Sebagai pelaksanaan Ketetapan M.P.R.S. tersebut maka Pemerintah bersama-sama D.P.R.-G.R. telah mengadakan penindjauan kembali materi dari semua Undang-undang dan Perpu jan g dikeluarkan sebelum ketetapan M.P.R.S. tersebut Undang-undang- dan Perpu jan g materinja bertentangan dengan U.U.D. 1945, maupun jang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi kemudian dinjatakar. tidak berlaku dengan Undang-undang- No. 6 thn tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang- dan Perpu, sedangkan Perpu jan g materinja tidak bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 ditetapkan mendjadi Undang-undang dengan Undang-undang- No. 7 tahun 1969 tentang Penetapan berbagai Perpu mendjadi Undang-undang. Selandjutnja sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1969, tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 7 tahun 1969 tentang Penetapan berbagai Perpu mendjadi Undang-undang, maka Perpu2 jan g telah dinjatakan mendjadi Undang-undang itu disebut Undangundang no. sekian, dan tahun sekian (nomor dan tahun dari Perpu jan g bersangkutan) dengan dibubuhi huruf- Prp. Demikianlah dengan diundangkannja Undang-undang no. 6 tahun 1969 dan Undang-undang no. 7 tahun 1969 tersebut diatas, disamping Undang- nomor 25 tahun 1968 tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden dan Undang-undang no. 5 thn tentang Pernjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-undang janig telah diundangkan terlebih dahulu, maka telah selesailah tugas jan g diserahkan oleh Ketetapan M.P.R.S. no. X IX /M P R S /1966 jo. no X X X IX /M P R S /1 968 kepada Pemerintah bersama-sama DP.R.-G.R. untuk menindjau kembali produk2 legislatif jang berbentuk Penpres dan Perpres, maupun jan g berbentuk Undangundang dan Perpu dalam rangka pemurnian pelaksanaan Undang-undang Dasar Djakarta, Maret Direktur D jenderal Pembinaan Hukum Departemen Kehakiman, (Soagondo Soemodiredjo S.H.) 5

8

9 SURAT MENTERI KEHAKIMAN KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Rantjangan Undang-undang tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dan Rantjangan Undang-undang tentang Pernjataan Beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang sebagai Undang-undang telah disampaikan oleh Menteri Kehakiman kepada Presiden dengan surat tertanggal 27 Djuni 1968 No. R /1 0 1 /B C /S K /V 1968, jan g berbunji sebagai berikut: N om or: R /1 0 1 /B C /S k /V Lampiran: 2 (dua). Perihal: Pelaksanaan ketetapan MPRS N o.x IX /M P R S/1966. Djakarta, 27 Djuni Kepada JTH. PRESID E N R E P U B LIK IN D O N ESIA di DJAKARTA Sehubungan dengan surat kami kepada Bapak tertanggal 15 Maret 1968 No. R /27/B C /K /1968 perihal pelaksanaan Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S / 1966, bersama ini kami haturkan dengan hormat dua buah Rantjangan Undangundang: 1. tentang pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, dan 2. tentang Pernjataan beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang sebagai Undang-undang, untuk kemudian diadakan penindjauan lebih landjut bersama-sama dengan D.P.R.-G.R. Kedua Rantjangan Undang-undang tersebut pada pokoknja bermaksud: a. mentjabut Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang jang memuat materi jang tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945, b. menjatakan beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang memuat materi jang tidak bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945, sebagai Undang-undang. Kedua Rantjangan Undang-undang tersebut merupakan hasil penindjauan dari suatu inventarisasi dari perundang-undangan sedjak tanggal 5 Djuli 1959 jang djumlahnja ± 120 Undang -undang dan 120 Perpu. Sedangkan dari djumlah 120 Perpu ini, 85 sudah mendjadi Undang-undang melalui Undang-undang No. 1 7

10 tahun Perpu telah ditetapkan mendjadi Undang-undang dengan Undangundang penetapannja masing-masing, sehingga masih ada 10 jan g masih tetap berbentuk Perpu. Dengan demikian jan g ditindjau ada sebanjak 205 Undang-undang dan 10 Perpu. Dalam penindjauan itu ternjata ada beberapa Undang-undang ja n g memuat materi tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 dan atau situasi dan kondisi, tetapi masalahnja sedemikian pentingnja sehingga perlu ditampung masing-masing dalam Undang-undang baru jan g m aterinja sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 dan situasi dan kondisi. M isalnja: Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, Undang-undang tentang Perusahaan Daerah dan lain-lain sebagaimana tertjantum dalam lam piran II Rantjangan Undang-undang tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang. Kedua Rantjangan Undang-undang ini kami adjukan berhubung dengan waktu jan g dimaksudkan oleh Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S / dan No. X X X IX /M P R S/1968. M E N T E R I K E H A K IM A N ttd. Prof. Oemar Seno Ad j i S.H.

11 AMANAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Dengan surat tertanggal 16 Djuli 1968, No. Ii.04/P.U./H K /7/1968, Presiden telah menjampaikan kepada D.P.R.-G.R., Rantjangan Undang-undang tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang dan Rantjangan Undang-undang tentang Penetapan Beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang, untuk mendapat prioritas utama persidangan. Adapun isi surat tersebut adalah sebagai berikut: Nom or: R.04/P.U./H K /7/1968. S ifat:. Lam piran: 2 (dua). Perihal: R.U.U. tentang: 1. Pentjabutan U.U. dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-. 2. Penetapan beberapa P.P. Pengganti U. U. mendjadi Undang-. Kepada Jth. Djakarta, 16 Djuli K E T U A D E W A N P E R W A K IL A N R AK JAT GOTONG ROJONG di DJAKARTA Dengan ini Pemerintah menjampaikan: Rantjangan Undang-Undang tentang: 1. Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang; 2. Penetapan Beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang. Kedua Rantjangan Undang-undang tersebut adalah sebagai hasil penindjauan Pemerintah guna memenuhi tugas jan g telah diberikan oleh M.P.R.S. sebagaimana termaksud dalam Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966. Dengan memperhatikan ketentuan waktu jan g telah ditetapkan oleh Ketetapan M.P.R.S. No. XIX/M PRS/19G 6 dan Keputusan Pimpinan M.P.R.S. No /B / 1968, maka Pemerintah mengharapkan agar supaja kedua Rantjangan Undang- undang tersebut mendapat prioritas utama persidangan Untuk keperluan hal tersebut kami persilahkan Ketua D.P.R.-G.R. menghubungi Menteri jang bersangkutan (Menteri Kehakiman). PRESIDEN R E PU B LIK IN D O N ESIA, t.t.d. SOEHARTO D JE N D ERAL T.N.I. Tembusan: 1. Ketua M.P.R.S., 2. Menteri Kehakiman (dengan menundjuk suratnja tg'l No. R /1 0 1 / B C /V 1968) guna keperluan persidangan D.P.R.-G.R. Menteri Kehakiman perlu segera berkenan mengirimkan Rantjangan Undang-undang tersebut sebanjak 550 ganda kepada D.P.R.-G.R., 3. Menteri Negara Perhubungan M.P.R.S./D.P.R.-G.R./D.P.A. 9

12 EANTJANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR TAH U N 1968 TENTANG PEN TJABU TAN UNDANG-UNDANG DAN P E R A T U R A N P E M E R IN T A H PENGGANTI UN DANG-UNDANG DENGAN RAH M AT TU H AN JAN G M AH A ESA PRESIDEN R E PU B LIK IN DONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemurnian pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 perlu menindjau kembali produk-produk Legislatief jang berbentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, sebagaimana ditentukan dalam Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX/M PRS/196G tertanggal 5 Djuli 1959; b. bahwa Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang materinja bertentangan dengan Undangundang Dasar 1945 perlu ditjabut, dan bahwa pentjabutan tersebut perlu diatur dalam suatu Undang-undang; Mengingat : 1. Pasal 5 ajat (1) dan pasal 20 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S /1966; Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong-Rojong; MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TEN TAN G PEN TJA BU TAN U N DANG- UNDANG DAN PERATU R A N PEM ERIN TAH PEN GGAN TI UNDANG-UNDANG. Pasal 1. Terhitung sedjak disahkannja Undang-undang ini mentjabut Undang-undang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sebagaimana termaksud dalam Lampiran I dan II Undang-undang ini. Pasal 2. Pentjabutan Undang-undang jang tertjantum dalam Lampiran III Undangundang ini ditetapkan pada saat Undang-undang jang menggantikannja mulai berlaku. Pasal 3. Semua akibat hukum jang timbul dari pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sebagaimana termaktub dalam pasal 1 Undang-undang ini, diatur lebih landjut dengan Peraturan Pemerintah. 10 -c j I A A. H U K I

13 Pasal 4. Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. A gar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannja dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Djakarta, pada tanggal S E K R E T A R IS N E G A R A R.I. Disahkan di Djakarta. pada tanggal PRESID E N R E P U B LIK IN D O N E SIA ALAMSJAH MAJOR D JE N D E R A L T.N.I. (SOEHARTO) D JE N D E R A L T.N.I. Lembaran Negara R. I. No. R A N T JA N G A N P E N D JE LA SAN A TA S U N DANG-U N DANG NO. TAH U N 1968 P E N T JA B U T A N UNDANG-U N DANG DAN P E R A T U R A N P E M E R IN T A H PEN GG AN TI UN DANG-UNDANG A. UMUM: Dalam rangka pemurnian pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945, ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S /1966 menugaskan kepada Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong R ojong untuk menindjau kembali produk-produk Legislatief jang beibentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jan g memuat materi jang bertentangan dengan Undang-undang Dasar Dalam meng adakan penindjauan itu, terdapat beberapa Un,dang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang memuat materi jang bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945, misalnja Undang-undang No. 19 tahun 1964 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kekuasaan Kehakiman. Disamping itu ada pula jan g memuat materi jang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi, misalnja Undang-undang No. 12 tahun 1961 tentang Pembuatan Perdjandjian Persahabatan Republik Indonesia dan Republik R akjat Tiongkok. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang baik jang bertentangan dengan Undang-undang- Dasar 1945 maupun ja n g tidak sesuai dengan situasi dan kondisi, perlu ditjabut. 11

14 Akibat hukum jan g m u n g k i n timbul dari pentjabutan tersebut diatur lebih landjut dengan Peraturan Pemerintah. B. P A S A L DEM I P A SA L. Pasal 1. Tjukup djelas. Pasal 2. U ndang-undang dalam lam piran III memuat materi dan masalah-masalah ja n g psrlu ditampung dalam Undang-undang baru. Berhubung dengan waktu penjelesman Undang-undang pula untuk menghindari kekosongan hukum, maka pentjabutan Undang-undang itu ditetapkan pada saat Undang-undang jan g menggantikannja mulai berlaku. Pasal 3- dan 4. Tjukup djelas. T A M B A H A N LEM BARAN NEGARA NOMOR 12

15 LAMPIRAN I. U N D A N G -U N D A N G NOMOR TAH U N TE N TA N G P E N T JA B U T A N U N DANG-U N D AN G D A N P E R A T U R A N PE M E R IN T A H PEN G G AN TI U N DANG-UNDANG Nomor urut Nomor U.U./Tahun Lembaran Negara Tentang Keterangan 1. 28/ Dasar perhitungan Malayan Dollar untuk melakukan tarip padjak-padjak Negara di Daerah Kep. Riau /19( Pembuatan Perdjandjian Persahabatan Republik Indonesia dan Republik Rakjat Tiongkok / Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 3 tahun 1962 tentang penerimaan dan penggunaan W arga Negara A sing jang dengan sukarela turut serta dalam perdjoangan pembebasan Irian Barat (L.N. tahun 1962 No. 21) mendjadi Undang-undang / Gerakan Sukarelawan Indonesia / Pengeluaran pindjaman Obligasi konfrontasi / Pungutan istimewa atas import untuk pembiajaan pembangunan djalan raya lintas Sumatera. 13

16 L A M <P I R A N II. UN DANG-U N DANG NOMOR TAH U N TEN TA N G P E N TJA B U T A N U N DANG-UNDANG DAN P E R A T U R A N PEM E R IN TAH PEN GGAN TI UN DANG-UN DANG Nomor urut No. Lembaran Perpu/Tahun Negara Tentang Keterangan 1. 9/ Pengendalian harga. 2. 2/ Pelaksanaan Deklarasi Ekonomi dibidang Pembiajaan Im port dan Export. 3. 9/ Penangguhan pelaksanaan Pemungutan bea-bea dan tjukai di Daerah Tingkat II Kepulauan Riau. 4. 3/ Perobahan Undang-undang No. 4 Prp tahun 1959 dan Pentjabutan Undang-undang No. 32 Prp tahun 1960 dan Undang-undang No. 34 Prp tahun 1960 (L.N. tahun 1960 No. 94 dan L.N. tahun 1959 No. 91). 5. 5/ Nilai transaksi rupiah dan pembebanan atas Import. 14

17 LAMPIRAN III. U N DAN G -U N D AN G NOMOR TAH U N TEN TA N G P E N T JA B U T A N UN DANG-UN DANG DAN P E R A T U R A N PE M E R IN T A H PEN GGAN TI UNDANG-U N DANG Nomor urut Nomor U.U./Tahun Lembaran ^.,, Tentang Keterangan Negara 1. 3/ Pengesahan Undang-undang Darurat No. 3 tahun 1955 (L.N. tahun 1955 No. 15) tentang penundjukkan Pelabuhan Palembang mendjadi Perusahaan Negara dalam arti Indische Bedrijvenwet (Staatsblad 1921 No. 419) mendjadi Undangundang. 2. 5/ Perusahaan Daerah. 3. 2/ Bank Tabungan Negara / Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman / Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung, 6. 21/ Pengadilan Landreform / Pokok-pokok Pemerintah Daerah. 15

18 RANTJANGAN U N DANG-U N DANG No. TAH U N TEN TA N G P E N E T A P A N B E B E R A P A P E R A T U R A N PEM E R IN TAH PEN G G AN TI UNDANG-UNDANG M ENDJADI UNDAN G -U N DAN G. DENGAN RACHM AT TU H A N JANG M AH A ESA P RESID E N R E PU B LIK IN DON ESIA. Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemurnian pelaksanaan Undangundang Dasar 1945 perlu menindjau kembali produk-produk Legislatief jang berbentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, sebagaimana ditentukan dalam Ketetapan Madjelis Perm'usjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S /1966 tertanggal 5 Djuli 1966; b. bahwa peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang materinja tidak bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 perlu ditetapkan mcndjadi Undang-undang. Mengingat : 1. pasal 5 ajat (1) dan pasal 20 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S /1 966; Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong R ojong; MEMUTUSKAN : Menetapkan : U N DANG-UNDANG TEN TA N G P E N E T A P A N B E B E R A P A P E R A T U R A N P EM E RIN TAH PEN GGAN TI U N D A N G -U N DANG M ENDJADI U N DANG-UN DANG. Pasal 1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jan g tei'tjantum dalam Lampiran Undang-undang ini, ditetapkan mendjadi Undang-undang. 16

19 Pasal 2. Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. A gar supaja tiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penenipatannja dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Djakarta, pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di Djakarta, pada tanggal S E K R E T A R IS N E G A RA R.I. SOEHARTO Djenderal T.N.I. ALAMSJAH M ajor Djenderal T.N.I. L E M B A R A N N E G A R A REPU BLIK INDONESIA TAHUN No. 17

20 LAM PIR A N UNDANG-U N DANG N o: TAH U N TEN TA N G P E N E T A P A N P E R A T U R A N PEM E R IN TAH PEN G G AN TI UNDANG-U N DANG M ENDJADI U N DANG-UNDANG. Nomor No. Lembaran urut Perpu/Tahun Negara Tentang Keterangan 1. 7/ Penggunaan dan Pengawasan atas penggunaan dana-dana Investasi. 2. 8/ Perdagangan barang-barang dalam pengawasan / Penegasan dari pasal 16 ajat (6) Undang-undang No. 7 Drt. tahun 1955 (L.N. tahun 1955 No. 27) tentang pengusutan, penuntutan dan peradilan tindak pidana ekonomi / Perobahan dan tambahan Undangundang No. 21 taivun 1960 tentang Bank Pembangunan Indonesia (L.N. tahun 1960 No. 65). 5. 8/ Pemasukan Daerah Tingkat II Kepulauan Riau kedalam Daerah Pabean Indonesia. 6. 1/1963 Perobahan dan tambahan Undangundang No. 7 tahun 1960 (L.N. tahun 1960 No. 109 tentang Statistik. 7. 2/1965 Kebidjaksanaan Penerimaan Negara tahun

21 K E T E R A N G A N P E M E R IN T A H. Pada Sidang- Pleno D.P.R.-G.R. tanggal 12 Nopember 1968 Menteri Kehakiman Prof. Oemar Seno A dji S.H., atas nama Pemerintah menjampaikan Keterangan Pemerintah mengenai Rantjangan Undang-undang tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengg-anti Undang'-undang dan Rantjangan Undang-undang tentang Penetapan Beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang, sebagai berikut: Saudara Pimpinan dan para Anggota D.P.R.-G.R. jan g kami hormati. Perkenankanlah kami pertama-tama menjampaikan terima kasih kepada Sidang jan g terhormat atas kesempatan jan g diberikan kepada Pemerintah untuk menjampaikan keterangan berkenaan dengan disampaikannja dua buah R.U.U. untuk mendapatkan persetudjuan D.P.R.-G.R., jaitu R.U.U. tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang, dan R.U.U. tentang Penetapan beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang, sebagai landjutan dari dua buah R.U.U. lainnja jan g telah disampaikan terlebih dahulu, jaitu R.U.U. tentang Pentjabutan berbagai Pen.Pres dan Per.Pres, dan R.U.U. tentang Pernjataan berbagai Pen.Pres. dan Per.Pres sebagai Undang-undang. Penjampaian kedua buah R.U.U. ja n g kita hadapi sekarang ini, maupun kedua buah R.U.U. lainnja jan g telah diadjukan terlebih dahulu itu adalah sebagai langkah-langkah untuk merealisasikan ketetapan M.P.R.S. No. X I X / M PRS/1966 juncto No. X X X IX /M P R S /1968. Saudara Pimpinan dan para Anggota D.P.R.-G.R. jan g terhormat, Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966 menetapkan antara lain bahwa: Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang memuat materi jan g bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 ditindjau kembali, dan selama penindjauan kembali tersebut belum selesai, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tersebut tetap berlaku. Selandjutnja ditetapkan bahwa penindjauan kembali Undang-undang dan Perpu itu harus selesai dalam djangka waktu dua tahun sesudah dikeluarkan ketetapan M.P.R.S. tersebut, jaitu pada tanggal 5 D juli 1968, jan g kemudian oleh Ketetapan M.P.R.S. No. X X X IX /M P R S /1968 ditentukan bahwa apabila dipandang perlu Pimpinan M.P.R.S. dapat memberikan perpandjangan batas waktu paling lama sampai tanggal 5 Djuli Perpandjangan tersebut telah ditetapkan dalam Keputusan Pimpinan M.P.R.S. No. 274/B /1968, hingga 6 bulan terhitung mulai 5 Djuli 1968, djadi hingga 5 Djanuari Berfiubung dengan ketentuan-ketentuan tersebut diatas, maka semua materi Undang-undang dan Perpu jan g ditindjau kembali, ditjangkupkan dalam dua Rantjangan Undang-undang, jan g mengumpulkan dan membagikan Undangundang dan Perpu-perpu dalam sebuah R.U.U. ja n g hendak mentjabut Undangundang dan Perpu jang materinja bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 dan sebuah R.U.U. lainnja jan g hendak menetapkan beberapa Perpu mendjadi Undang-undang. Bentuk Rantjangan-rantjangan Undang-undang tersebut, sebagaimana pula halnja mengenai bentuk-bentuk R.U.U. tentang penindjauan kembali Penpres dan Perpres tersebut diatas, disebabkan karena waktu ja n g disediakan oleh 19

22 M.P.R.S. kepada Pemerintah dan D.P.R.-G.R. tidak memungkinkan kita untuk meletakkan satu persatu, masing-masing dalam suatu R.U.U., segala materi jan g diatur dalam Undang-undang atau Perpu jan g bersangkutan baik, ia bersifat pentjabutan Undang-undang dan Perpu, maupun penuangan Perpu rnendjadi Undang-undang, jan g kemudian masing-masing R.U.U. itu akan dibahas dalam tingkatan-tingkatan pembitjaraan di D.P.R.-G.R. sesuai dengan Peraturan Tata-tertib D.P.R.-G.R. Djelas kiranja bahwa pembitjaraan seperti demikian itu memerlukan waktu. Selain dari pada itu, tjara penjampaian kedua R.U.U. tersebut tidak mengurangi kesempatan untuk menelaah tiap-tiap Undang-undang- dan Perpu ja n g ditjantumkan dalam kedua R.U.U. tersebut, sehingga dapat ditarik kesimpulan Undangundang dan Perpu manakah jang hendak dituangkan dalam Undang-undang-. Saudara Pimpinan dan para Anggota D.P.R.-G.R. jan g terhormat, Dalam mengadakan penindjauan Undang-undang dan Perpu jan g memuat materi jan g bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945, terdapat beberapa Undang-undang dan Perpu jan g seluruh materinja pada saat ini tidak memerlukan pengaturan kembali, hingga Undang-undang dan Perpu tersebut dapat ditjabut, tanpa memerlukan penggantinja. Dalam pada itu terdapat pula beberapa Undang-undang jan g memuat materi jan g bertentangan dengan U.U.D. 1945, tetapi materi itu pada saat ini perlu diatur kembali dengan Undangundang. Misalnja Undang-undang No. 19 tahun 1984 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan Undang-undang No. 13 tahun 1965 tentang Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah A gung. A pabila Undang-undang tersebut ditjabut sebelum materinja ja n g masih diperlukan itu diatur dalam Undang-undang lain, maka hal tersebut akan menimbulkan suatu rechtsvacuum. Berhubung dengan hal-hal tersebut diatas maka Undang-undang dan Perpu didalam R.U.U. tentang Pentjabutan Undang-undang dan Perpu dikelompokkan dalam dua kategori, jaitu : 1). Undang-undang dan Perpu jan g segera dapat ditjabut terhitung sedjak disalikannja R.U.U. tersebut sebagai Undang-undang (tertjantum dalam lampiran I dan II dari R.U.U., tersebut); 2). Undang-undang ja n g materinja akan diatur kembali dengan Undang-undang lain, jan g pentjabutannja ditetapkan pada saat Undang->undang ja n g menggantinja mulai berlaku (tertjantum dalam lampiran III dari R.U.U. tsb.) ; Selandjutnja mengenai Perpu jan g mengandung materi jan g tidak bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945, sesuai dengan pasal 22 ajat (2) U.U.D. 1945, jan g menetapkan bahwa Perpu harus mendapat persetudjuan D.P.R., maka Perpu-perpu tersebut harus ditetapkan mendjadi Undang-undang. Berhubung dengan itu, maka R.U.U. tentang Penetapan beberapa Perpu mendjadi Undang-undang mentjantumkan dalam lam pirannja, Perpu-perpu ja n g ditetapkan mendjadi Undang-undang. Penetapan Perpu-perpu tersebut m endjadi Undang-undang tidak mengurangi kemungkinan untuk mengadakan perobahan ataupun penjempurnaan kelak, apabila dirasa perlu untuk mempertimbangkankannja. Sifat perobahan atau penjempurnaan itu pada umumnja adalah partieel, tanpa m enjinggung hal-hal fundamenteel jan g dituangkan dalam Undang-undang sebagai bentuk peraturan jan g harus mengganti Perpu tersebut. Oleh karena 20

23 itu dengan mengingat pula faktor waktu jan g menghendaki penjelesaian penindjauan kembali baik Penpres dan Pcrprcs, maupun Undang-undang serta Perpu, maka Perpu-perpu tersebut perlu dituangkan terlebih dahulu dalam Undangundang, sebelum kita memikirkan penjempurnaannja apabila kelak dirasakan kebutuhan untuk mengadakannja. Saudara Pimpinan dan para Anggota D.P.R.-G.R. ja n g terhormat, Demikianlah keterangan Pemerintah, jan g kiranja dapat dipergunakan sebagai bahan pelengkap untuk pembitjaraan-pembitjaraan lebih landjut, hingga memungkinkan Saudara-saudara Anggota jan g terhormat bersama-sama dengan Pemerintah untuk memenuhi djangka waktu jan g dimaksud dalam Keputusan Pimpinan M.P.R.S. No. 274/B/1968. Sekian dan terima kasih. 21

24 P E L A K S A N A A N D A R I K E T E N T U A N D A LAM K E T E T A P A N M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966. Dengan surat tertanggal 9 Djanuari 1969 No. 01; 11/69, Pimpinan M.P.R.S. meminta laporan kepada Presiden mengenai pelaksanaan Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966 sehubungan dengan telah diperpandjangnja djangka waktu pelaksanaan tersebut sampai tanggal 5 Djanuari Isi surat itu adalah seperti dibawah ini: N om or: 01/11.69 Lam piran: Keputusan Pimpinan Djakarta, 9 D januari M.P.R.S. No. 274/B/1968. Perihal: Pelaksanaan Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S / Kepada Jth. 1. Sdr. PRESIDEN R E P U B L IK IN D O N E S IA M A N D A TARIS M.P.R.S. 2. Sdr. PIM PIN A N D.P.R.-G.R. di D J A K A R T A, Menundjuk pada Keputusan Pimpinan M.P.R.S. No. 274/B/19G8 tanggal 2 D juli 1968 tentang Perpandjangan Djangka Waktu Pelaksanaan Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966 dan Ketentuan pasal 1 jo. pasal 2 Ketetapan M.P.R.S. No. X X X IX /M P R S /1 9 68, serta mengingat faktor waktu jan g mendesak, pim pinan M.P.R.S. minta laporan Saudara mengenai pelaksanaan Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966. Hal ini kami perlu guna tertibnja pelaksanaan Ketetapan-ketetapan M.P.R.S., chususnja Ketetapan No. X IX /M P R S /1966 serta menentukan perlu tidaknja perpandjangan waktu untuk kedua kalinja sesuai batas waktu maksimum sebagaimana diatur dalam Ketetapan M.P.R.S. No. X X X /M P R S/19G 8. Demikian untuk mendjadi perhatian. PIMPINAN M ADJELIS P ERM U SJA W A R ATAN R A K JA T S E M E N T A R A REPUBLIK IN D O N ESIA Ketua, t.t.fl. Dr. A. H. N A SU TIO N Djenderal T.N.I. 22

25 LAMPIRAN KEPUTUSAN P IM PIN A N M ADJELIS P E R M U S JA W A R A T A N R A K JA T SE M E N T A R A R E PU B LIK IN D O N ESIA No. 274/B/1968. TEN TA N G P E R P A N D JA N G A N D JANGKA W A K T U P E L A K S A N A A N K E T E T A P A N M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966. PIM PIN A N M ADJELIS P E R M U S JA W A R A T A N R A K JA T SE M E N T A R A R E PU B LIK IN D O N ESIA, Menimbang : a. bahwa penindjauan kembali produk-produk legislatief Negara diluar produk M.P.R.S. ja n g tidak sesuai dengan Undangundang Dasar 1945 jan g ditetapkan dalam Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S / belum selesai; b. bahwa oleh karenanja, perlu memperpandjang d jangka waktu bekerdja Pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakjat Gotong-Rojong untuk melaksanakan Ketetapan M adjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S /1966. Mengingat : 1. Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /196G ; 2. Ketetapan M.P.R.S. No. X X X IX /M P R S /1 9 6 S ; 3. Nota Pimpinan M.P.R.S. No. Nota l/p IM P /M P E S / tanggal 17 Oktober 1967; 4. Nota Pimpinan M.P.R.S. No. Nota 5/P IM P /M PR S/19G 8 tanggal 17 Djuni 1968; 5. Surat Presiden Republik Indonesia No. B -78/P R E S /7/1968 tanggal 1 Djuli 1968 ja n g berisi pengusulan perpandjangan waktu pelaksanaan Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S / MEMUTUSKAN: P E R T A M A : Memperpandjang djangka waktu bekerdja Pemerintah bersamasama Dewan Perwakilan Rakjat Gotong-Rojong untuk melaksanakan Ketetapan Madjelis Permusjawaratan R akjat Sementara No. XIX/M PRS/19G 6 dengan enam bulan terhitung mulai tanggal 5 Djuli

26 K E D U A : Keputusan ini berlaku mulai tanggal 5 Djuli K E T IG A : Menjampaikan salinan surat Keputusan ini kepada Presiden Republik Indonesia dan Pimpinan D.P.R.-G.R. untuk dilaksanakan. Ditetapkan di: Djakarta. Pada tanggal: 2 D juli PIMPINAN M ADJELIS P E R M U S JA W A R A T A N R A K JA T S E M E N T A R A R E P U B LIK IN D O N E SIA Ketua, t.t.d. Dr. A. H. N A SU TIO N Djenderal T.N.I. Wakil Ketua, t.t.d. W akil Ketua, t.t.d. OSA M ALIKI H. M. SO E BCH A N Z. E. Wakil Ketua, t.t.d. W akil Ketua, t.t.d. M. SIREGAR M A S H U D I M aj. Djen. T.N.I. Djawaban Presiden atas surat Pimpinan M.P.K.S. tersebut adalah sebagai berikut: Nomor: B. 09/P res/i/69. Djakarta, 31 Djanuari Sifat: Segera. Lampiran: Perihal: Pelaksanaan Ketetapan Kepada M.P.R.S. No. X IX /M P R S / 1966 di Saudara Ketua M.P.R.S. DJAKARTA. Memperhatikan surat Pimpinan M.P.R.S. tertanggal 9 Djanuari 1969 No. 01/11.69 perihal tersebut dalam pokok surat ini, bersama ini kami sampaikan bahwa Pemerintah telah melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagaimana tertjantum dalam Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S / jaitu dengan telah dikirimkannja 4 (empat) buah Rantjangan Undang-undang tentang: 24

27 1. Pentjabutan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden; 2. Pcrnjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai U ndang-undang; 3. Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dan 4. Penetapan beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang. Dalam surat kami tertanggal 1 Djuli 1968 No. B -78/P res/7/1968 telah kami kemukakan bahwa walaupun Pemerintah bersama D.P.R.-G.R. telah berusaha agar batas waktu sebagaimana tertjantum dalam pasal 4 Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /19G 6 jo Ketetapan M.P.R.S. No. X X X IX /M P R S /1 968 tersebut dapat ditepati namun mengingat tingkat pembahasan di D.P.R.-G.R. maka rantjangan-rantjangan Undang-undang tersebut diperkirakan tidak dapat selesai dalam batas waktu jan g telah ditetapkan. Sebagaimana Saudara Ketua ketahui maka dari Ke-empat Rantjangan Undang-undang tersebut telah dapat diselesaikan 1 (satu) buah jaitu Undang-undang Nomor 25 tahun 19G8 tentang Pentjabutan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden, sedangkan Rantjangan-rantjangan jan g lain sedang giat diusahakan penjelesaiannja. Demikian untuk mendjadi periksa seperlunja. PRESIDEN R E PU B LIK IN D O N ESIA Tembusan: SOEHARTO Djenderal T.N.I. 1. Saudara Pimpinan D.P.R.-G.R.;; 2. Saudara Menteri Kehakiman; 3. Saudara Menteri Penghubung Pemerintah, M.P.R.S./D.P.R.-G.R./D.P,A, Kemudian, Pimpinan M.P.R.S., mengeluarkan keputusan P IM PIN A N M.P.R.S. No. OOI/B 569 jang isinja memperpandjang untuk kedua kalinja djangka waktu pelaksanaan Ketetapan M.P.R.S. No. X IX/M PRS/19G 6 sebagai dibawah ini: KEPUTUSAN PIM PIN A N M ADJELIS PERM U SJA W A R A TAN R A K JA T SE M E N T A R A REPUBLIK IN DON ESIA No. 001/ 569. TEN TAN G PERPAN D JA N G A N DJANGKA W A K TU P E L A K SA N A A N K E T E T A P A N M.P.R.S. No. X IX /M P R S/

28 PIM PINAN M ADJELIS P E R M U SJA W A R A T A N R A K JA T S E M E N T A R A R E PU B LIK IN DON ESIA, Menimbang : a. bahwa dalam perpandjangan waktu 6 bulan, penindjauan kembali produk-produk legislatief Negara diluar produk M.P.R.S. jang ditetapkan dalam Ketetapan Madjelis Pei'- musjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S //1966 belum selesai. b. bahwa perlu memperpandjang d jangka waktu bekerdja Pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan R akjat Gotong- R ojong untuk melaksanakan Ketetapan Madjelis Perm usjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S/19G 6, sesuai batas waktu maksimum jan g ditetapkan dalam Ketetapan M.P.R.S. No. X XXIX /M PR S/19G 8. Mengingat : 1. Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1 9 G 6 ;; 2. Ketetapan M.P.R.S. No. X X X IX /M P R S / ; 3. Keputusan Pimpinan M.P.R.S. No. 274/B /1968; 4. Nota Pimpinan M.P.R.S. No. 01/1169; 5. Surat Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong-Rojong No. A 3.01/K /80/D P R -G R /1969 tanggal 28 Desember 1968 jan g diterima pada tanggal 11 Djanuari Surat Presiden R.I. No. B.09/P res/i/69 tanggal 31 Djanuari MEMUTUSKAN: P E R T A M A : Memperpandjang untuk kedua kalinja djangka waktu bekerdja Pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakjat Gotong- Rojon g melaksanakan Ketetapan Madjelis Permusjawaratan R akjat Sementara No. X IX /M P R S /1966 dengan enam bulan terhitung mulai tanggal 5 Djanuari 19G9. K E D U A : Perpandjangan djangka waktu termaksud pada diktum P E R T A MA, adalah jan g terachir sesuai batas waktu maksimum jang ditetapkan dalam Ketetapan M.P.R.S. No. X X X IX /M P R S / K E TIG A : Keputusan ini berlaku mulai tanggal 5 Djanuari 19G9. K E E M P A T : Menjampaikan salinan surat Keputusan ini kepada Presiden Republik Indonesia dan Pimpinan D.P.R.-G.R. untuk dilaksanakan. 26

29 Diputuskan di: Djakarta. Pada tanggal: 11 Pebruari M ADJELIS PIMPINAN P E R M U S JA W A R A T A N R A K JA T SE M E N T A R A R E P U B LIK IN D O N ESIA Ketua, A. H. N ASU TION Djenderal T.N.I. W akil Ketua, Wakil Ketua, OSA M ALIKI H. M. SOEBCH AN Z. E. W akil Ivetua, Wakil Ketua, M. SIREGAR M aj. Djen. T.N.I. MASHUDI M aj. Djen. T.N.I. 27

30 RAPAT KERDJA ANTARA PEMERINTAH DAN PANITIA CHUSUS D.P.R.-G.R. Setelah selesai pembitjaraan Tingkat IV dari R.U.U. tentang Pernjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-undang maka mulailah Panitia Chusus dengan Pemerintah membitjarakan dalam ting-kat IV mengenai R.U.U. tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dan R.U.U. tentang Penetapan beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang. Pada prinsipnja Panitia Chusus dapat menerima R.U.U. jan g diadjukan oleh Pemerintah, tetapi perlu diadakan perobahan seperlunja. Usul perobahan ja n g diadjukan adalah sebagai berikut: a. Berhubung dengan adanja ketentuan perpandjangan waktu maka setelah kata- Tap M PRS/1966 ditambah dengan juncto Tap M P R S /X X X I X / M PRS/1968. Perobahan ini dimasukkan baik dalam konsiderans M engingat maupun Menimbang. b. Panitia Chusus mengusulkan supaja pasal jan g menetapkan bahwa istilah2 jang bertentangan dengan Pantjasila, U.U.D. 45 dan Tap M.P.R.S. lainnja, jan g terdapat dalam R.U.U. tentang Penetapan beberapa Perpu mendjadi Undang-undang, dianggap tidak ada. Perubahan pasal ini adalah sesuai dengan apa jan g telah diputuskan dalam R.U.U. tentang Pernjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-undang-. c. Rantjangan Pendjelasan perlu mengalami perbaikan berhubung dengan tambahan jo. Tap M P R S /X X X IX /M P R S /1968 maupun karena penambahan pasal baru. Mengenai 7 Perpu dalam Lampiran R.U.U. tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang sebagai ja n g diadjukan oleh Pemerintah, disetudjui untuk didjadikan Undang-undang. Panitia Chusus masih hendak mengadakan penelitian mengenai Perpu No.G/19G4 tentang Peraturan Badan Pengawas Keuangan karena ada kemungkinan merupakan Perpu jan g tertinggal. Selandjutnja dalam pembitjaraan tingkat IV mengenai R.U.U. tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang disetudjui perobahan-perobahan sebagai berikut: Djudul Rantjangan Undang-undang jan g semula berbunji: Rantjangan Undang-undang N o... tahun... tentang Pentjabutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dirubah mendjadi Rantjangan Undang-undang N o... tahun... tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang. Perubahan djudul ini mengakibatkan perlu perobahan dalam diktum dan kata-kata pendjelasan m entjabut dalam pasal 1 diganti dengan m enjatakan tidak berlaku. 28

31 Kata Pentjabutan jan g tertjantum dalam pasal 2 dan 3 diganti dengan pernjataan tidak berlaku. Selain dari itu dalam pembitjaraan tingkat IV mengenai R.U.U. tentang Penetapan Beberapa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang disetudjui perobahan-perobahan sebagai berikut: a. Kata Beberapa dalam djudul diubah mendjadi B erbagai. Perubahan ini dimaksudkan untuk menjesuaikan dengan R.U.U. tentang Pernjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-undang. b. Dalam diktum ditambah pasal baru jaitu jan g berbunji sebagai berikut: Pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang ini diatur lebih landjut dengan Peraturan Pemerintah. Rumusan2 R.U.U. jan g disetudjui oleh Pemerintah dan Panitia Chusus itu kemudian disahkan dalam rapat pleno terbuka D.P.R.-G.R. tanggal 3 Djuli

32 ALASAN PEMBERIAN PERSETUDJUAN OLEH D.P.R.G.R. Dalam rapat pleno tanggal 3 Djuli 1969 para Anggota D.P.R.G.R. telah memberikan persetudjuannja terhadap R.U.U. tentang Pernjataan berbagai Penpres/Perpres sebagai Undang-undang,#) R.U.U. tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti U n dang-undang dan R.U.U. tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undanig-undang. Dengan didahului oleh laporan dari Wakil Panitia Chusus dan ditutup dengan sambutan Pemerintah, masing-masing W akil dari Fraksi dalam D.P.R.-G.R. mengemukakan alasan pemberian persetudjuannja sebagai berikut: K OLON EL A R IF IN T A M B U N A N S.H. (Wakil Panitia Chusus) : Pimpinan jan g terhormat, Bapak Wakil Pemerintah dan Saudara-saudara sekalian jan g terhormat. Kami mendapat kehormatan untuk bertindak sebagai Pelapor dari Panitia Chusus ini maka idjinkanlah kami untuk membatjakan laporan hasil-hasil kerdja daripada Panitia Chusus ini. Laporan kerdja ini dibagi atas 6 Bab jaitu : I. PEN D A H U L U A N II. K E S U L IT A N -K E S U L IT A N D AN H A M B A T A N III. T JA R A K E R D JA P A N IT IA CHUSUS IV. PEN PR ES DAN PERPRES V. U N DAN G -U N D AN G D AN PERPU, dan V I. P E N U TU P. B A B I. P E N D A H U L U A N 1. Didalam laporan kami sewaktu Pembitjaraan Tingkat V R.U.U. tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai PEN PR ES dan P E R P R E S ja n g kini sudah mendjadi U.U. No. 25 tahun 1968 L.N. No. 79,, kepada sidang ja n g terhormat ini telah diuraikan kesulitan-kesulitan serta hambatan-hambatan jan g dihadapi oleh Panitia Chusus didalam rangka merampungkan R.U.U. tersebut. Disebabkan kesulitan-kesulitan serta hambatan-hambatan ja n g sama dan jan g sering terletak diluar djangkauan daja-kemampuan Panitia Chusus masih djuga mengganggu, mempermainkan, mengantjam dan sering pula m engatjau kegiatan-kegiatan Panitia Chusus beserta para anggotanja, maka kesulitan-kesulitan serta hambatan-hambatan tersebut kami ulangi melaporkannja dalam risalah ini. *) T jatatan: Bahan2 pembentukan mengenai Undang2 tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undang2 dikumpulkan dalam Buku I Bagian Kedua.

33 Bukanlah tidak mustahil kiranja bahwa hal-hal jan g sama telah dialami atau masih akan dialami oleh Panitia-panitia lain dilingkungan D.P.R.G.R. kita mi. Semoga pengalaman-pengalaman dari pada Panitia Chusus ini dapat dim anfaatkan hendaknja oleh para angigota jan g terhormat sekalian. 2. Sementara itu Panitia Chusus ini telah mengalami suatu refreshing terhadap nama Panitia dan beberapa anggotanja. Nama Panitia semula,, jaitu Panitia Chusus R.U.U. tentang Pentjabutan berbagai P E N PR E S dan PERPRES & Pcrnjataan berbagai P E N PR E S dan P E R P R E S sebagai Undang-undang, di recall dan dimurnikan serta disesuaikan sehingga konsekwen dengan T A P M.P.R.S. No. X IX /1966 jan g merupakan sumber dan dasar dari pada kegiatan-kegiatan Panitia Chusus ini. ^ ama ^aiu Panitia ini adalah Panitia Chusus Pelaksanaan Ketetapan M adjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S /1966. Kami m enjingkatnja mendjadi PANSUSLAICTAP X IX. Djumlah anggota Panitia berdjumlah 41 orang jan g terdiri dari wakilwakil dari pada semua Fraksi jan g ada, djuga Fraksi PER TI. 3. Sebagaim ana telah diketahui TAP M.P.R.S. No. XIX/19GG m em uat 3 hal pokok: a. memndjau kembali produk-produk legislatif (diluar produk M.P.R.S.) jan g tidak sesuai dengan U.U.D. 1945; 1. ja n g berbentuk PEN PR ES dan PERPRES dengan perintjian: (d) ja n g sesuai dengan suara hati nurani Rakjat dituangkan dalam U.U.; (b) ja n g tidak sesuai supaja dinjatakan tidak berlaku. 2. jan g berbentuk U.U. dan P E R P U : b. batas waktu penindjauan adalah 5 Djuli 1968 jan g kemudian diperpandjang oleh T A P X X X IX hingga 1 Djuli 1969; c. selama penindjauan kembali belum selesai semua produk-produk legislatif tersebut masih tetap berlaku. II. K E S U L IT A N -K E S U L IT A N DAN H A M B A T A N -H A M B A T A N D jcnisvja. 4. Saudara-saudara sekalian, sebetulnja adalah lumrah djika setiap pekerdjaan mengalami kesulitan-kesulitan ataupun hambatan-hambatan. Itu sudah biasa. Tetapi djika kesulitan-kesulitan serta hambatan-hambatan itu sebetulnja tidak perlu timbul karena dapat dengan mudah ditjegah sebelumnja, maka hal demikian bukan merupakan hal jang biasa lagi. Sudah dapat dinamakan Luar biasa. ja n g dihadapkan kepada Panitia Chusus adalah kedua djenis kesulitankesulitan itu, dus jan g biasa maupun jan g Luar biasa. 5. Kesulitan-kesulitan serta hambatan-hambatan ini terletak dibidang: a. pengumpulan dan perlengkapan bahan-bahan. b. faktor waktu. c. bantuan administrasi. 31

34 Bidang-bidang ini saling djalin mendjalin sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain sehingga dapat hakekatnja merupakan aspek-aspek dari pada kesulitan-kesulitan serta hambatan tadi. Pengumpulan & pelengkapan bahan-bahan. 6. Kami jakin bahwa semua P E N P R E S -P E N P R E S dan P E R P R E S -P E R - P R E S dimuat didalam Lembaran-lembaran Negara sebagai mana halnja dengan P E R P U dan U.U., oleh karena itu seharusnja Pemerintah maupun D.P.R.G.R. ada mempunjai P E N P R E S -P E N P R E S dan P E R P R E S-P E R P R E S tersebut, sebab bukanlah lembaga tertinggi ini semuanja mempunjai kumpulan-kumpulan Lembaran Negara. T A P No. X IX memberikan tugas kepada Pemerintah maupun D.P.R.-G.R., akan tetapi kenjataan hanja Pemerintahlah ja n g dapat membantu Panitia Chusus untuk melengkapi koleksi-koleksi P E N PR E S dan P E R F R E S ja n g harus ditindjau itu. Untuk memperoleh hasil jan g memuaskan, untuk pengumpulan- dan pelengkapan bahan-bahan ini diperlukan suatu penelitian dari suatu Lembaga N egara sedjak tanggal 5 Djuli 196G. Akan tetapi setjara praktis djuiga Lem baga-lem baga Negara sesudah 5 Djuli 1966 perlu diteliti pula sebab ada d ju ga peraturan perundang-undangan sesudah tanggal 5 Djuli 1966 jan g mentjabut atau m engatur kembali P E N P R E S -P E N P R E S atau P E R P R E S-P E R P R E S. Chususnja mengenai penindjauan U.U. dan P E R P U tidak djelas apakah itu mentjakup semua P E R P U dan U.U. jan g masih berlaku sekarang, ataukah semua U.U. dan PER PU sedjak tahun 1945 ataukah hanja jan g terbentuk sedjak tanggal 5 Djuli 1959? F aktor waktu. 7. Setelah lewat lebih dari pada setahun sedjak dikeluarkannja T A P M.P.R S. No. X IX /1966, D.P.R.G.R. baru mempersoalkan beberapa P E N P R E S serta P E R P R E S. Itupun hanja setjara casuistis sadja. Suatu konsepsi setjara menjeluruh ja n g mentjakup seluruh P E N PR E S dan P E R P R E S maupun P E R P U dan U.U. seperti dikehendaki oleh T A P No. X IX, tidak terdapat. Dalam hal ini Pemerintah-lah jan g mengadjukan suatu konsepsi menjeluruh jan g tertuang dalam 4 buah R.U.U. jaitu masing-masing tentang: a. Pentjabutan berbagai P E N PR E S dan P E R P R E S ; b. Pernjataan berlakunja berbagai PE N PR E S dan P E R P R E S sebagai U.U.; c. Pentjabutan beberapa U.U. dan P E R P U ; d. Pernjataan beberapa PER PU M E N D JA D I U.U. 8. M.P.R.S. memberikan waktu 3 tahun untuk keperluan penindjauan itu, akan tetapi dalam kenjataannja Panitia Chusus hanja diberi waktu hanja satu tahun sadja. Sebagai perbandingan perlu kiran ja dikemukakan bahwa pada umumnja untuk menindjau sebuah R.U.U. sadja D.P.R.G.R. bersama-sama Pemerintah membutuhkan waktu bulanan malahan sering djuga tahunan! Bagaimanakah dengan P E N PR E S, P E R P R E S, U.U. dan P E R P U dalam djumlah ratusan jan g dilemparkan kehadapan Panitia Chusus ini? 32

35 Bantuan administrasi. bahan De n ^ f i I * * * administrasi disi bukan soal penjediaan bahan- Panitia r h f i Penstensilan serta distribusi surat-surat dilingkungan luaran suratku n ^ ^ mentjakup ^ t a r a lain pembuatan dan penge. Z T? kf PUtUSan 0leh Pedjabat-Pedjabat diluar Panitia Chusus jan g sangat menentukan bagi kegiatan-kegiatannja. d u d n^a 'l! p r,0 h 'l*us t 0betUlnja S6tjara form il sudah sempat mati karena hilaku h in ^ «t, Kcep tusan D-P.R.G.K. No. 27/D PRG R/IV/G 7-68 hanja ber. keluar, n f S Dj' anuari 1969 Panitia. Chusus hidup kembali setelah p l, n n,,! L kep^tusan D-P.R.G.R. No. 23/D P R G R /III/68-69 tertanggal Pebruari1196^ Keputusan Pimpinan M.P.R.S. No. 001/B/569 tertanggal mninv ir UI\ P a*iitia Chusus walaupun dalam keadaan mati tetap melakukan kegiatan-kegiatannja. Hambatan-hambatan lain. VTY10 Pem " d-jauan kembali ini bukan hanja diperintahkan oleh T A P No. tahi Siq r n ^ b.anjak T A P - T A P lainnja (sedjak Sidang Umum IV M.P.R.S.,,, Jan8' djuga memerintahkan penindjauan kembali walaupun tertudju X X IIia d s t) ^ P1 duk le8,isiatif sadja (umpamanja T A P No. X, X X I, X X II, _ lainnja tadi telah menghasilkan beberapa U.U. (umpa-,,,. 10 tahun 196G) dan beberapa R.U.U. jan g kini sedang dimasak oleh beberapa Panitia dan Bagian dilingkungan D.P.R.G.R. k j. j 1*1*. men*mkulkan kesulitan/hambatan jang sering mengatjau rentjana er ja a n pada Panitia Chusus. Selain sering terdjadi tunggu menunggu f d ' Sf. ^ ^ o & e se r beban antara sesama Panitia-panitia, maka sering djuga rintah u^an kesempatan bitjara alias rapat kerdja dengan pihak Peme- b i n t a n ^ h a k i m a n sehingga sering Bapak Menteri Kehakiman selaku b ar*b f 6- ^ an niendjadi bingung setjara tidak karuan. Ada kemungkinan Kph t' a u'* merupakan salah satu sebab dari pada sakitnja Bapak Menteri karenanya 8^erapa waktu jan g lalu, sehingga Panitia Chusus sangat dirugikan..^v. ^ ^nudian ada saatu gedjala jan g perlu djuga kita perhatikan bersama nampak6 ^ Jaran kf rdja kita, jaitu dalam pembitjaraan-pembitjaraan masih anggot a 3nja ke*"'dak seragaman pendapat atau penilaian diantara sesama mengen al^ ta dari fra ksi. Ataupun suatu fraksi berbeda-beda pendapatnja a Jang sama tetapi jan g dibahas dalam beberapa Panitia/Bagian. III. Sikap para anggota., T JA R A KERDJA P A N IT IA CHUSUS. hambat ^ ' ka kam' laporkan bahwa karena kesulitan-kesulitan dan hambatan- U U N&n ^ei S0but tadi sewaktu merampungkan R.U.U. jan g kini telah mendjadi pusin k i tahun 1968 para angg, ta Pailitia Chusus berebutan mentjari obat mind ^ d Maka f kal'!n' Pai a ang^ota Panitia dengan bermodalkan open sadia an goodwi11 ]lanja memerlukan tambahan makanan dan minuman e ab mengolah memasak dan memakan PE N PR E S-PE N PRES, P E R - 33

36 PR E S -P E R P R E S, U.U. dan P E R P U rupa-rupanja sekali ini hanja menimbulkan rasa lapar serta rasa dahaga jan g luar biasa pada para anggota Panitia. 13. Dengan kepala dingin beserta hati dingin dengan diselang-selangi oleh gelak tawa maupun oleh pertengkaran dan perdebatan ja n g sering mendapat interupsi dan tegen interupsi ja n g ternjata merupakan bahan ja n g essensiil guna menghidupkan pembitjaraan-pem bitjaraan, maka para anggota Panitia berhasil mengatasi segala kesulitan-kesulitan serta hambatan-hambatan ja n g dihadapinja. Perlu diberitahukan bahwa sistim atau tata tjara kerdja ja n g diketemukan sangat membantu Panitia dalam hal ini. SistimatiJc K erdja. 14. Adapun sistimatik kerdja Panitia adalah sebagai berikut: a. (1) Sebelum diadakan rapat-rapat Pleno terlebih dahulu Pimpinan Panitia menentukan garis-garis kebidjaksanaan rapat serta meneliti Persiapanpersiapan jan g diperlukan oleh, rapat berikutnja. Untuk memudahkan maka djuga dibuat form ulir-form ulir statistik-statistik serta komplikasikomplikasi pendapat-pendapat. (2) Pada para angtgota diberikan P.R. (pelcerdjaan rumah) ja n g harus selesai sebelum rapat berikutnja. (3) Djika timbul kesulitan-kesulitan jan g prinsipiil, maka pimpinan m engadakan rapat Team K erdja dimana F raksi-fraksi diwakili oleh hanja satu orang sadja. (4) Hasil-hasil rapat ditugaskan kepada suatu Sub Panitia Perumus untuk menuangkannja dalam pei-umusan-perumusan ja n g diperlukan. (5) Jang telah diperoleh kata sepakat dalam Panitia dirapat-kerdjakan dengan fihak Pemerintah. (6) Setjara periodik diadakan rapat dengan fihak Pimpinan D.P.R.G.R. cq. Koordinator untuk melaporkan Progres penindjauan. b. (1) Penindjauan dimulai dengan jan g mudah-mudah untuk kemudian m eningkat pada jan g kurang mudah dengan menggunakan legiger dari Pim pinan Panitia. (2) Soal-soal sulit ja n g tidak memungkinkan diperolehnja konsensus ja n g segera, pem bitjaraannja dibelakangkan dan ditunda. (3) Pemetjahan soal-soal sulit dimulai dengan menindjau tudjuan kemudian baru m aterinja. (4) Jang menjangkut materi jan g dibitjarakan oleh Panitia lain diadakan sinkronisasi kerdja. D jumlah rapat-rapat. 15. Suasana optimis meliputi Panitia frekwensi rapat-rapat dipertinggi sehingga sering para anggota Panitia setjara praktis hanja dapat m enghadiri rapat-rapat D.P.R.G.R. lainnja satu kali sadja dalam satu m inggu. 34

37 Djumlah rapat-rapat jan g telah diadakan Panitia Chusus adalah sbb. a. Rapat Pleno kali b. Rapat Pimpinan... 4 kali c. Rapat Team K erdja... 3 kali d. Rapat Sub Panitia Perumus... 5 kali e. Rapat kerdja dengan Pemerintah kali f. Rapat dengan Pimpinan D.P.R.G.R... 4 kali Djumlah rapat-rapat semuanja kali IV. PEN PR ES dan PER PRE S. Persoalan. 16. Persoalan jan g segera menondjol mengenai PEN PR ES dan PERPRES adalah bahwa: a. Pembentukan dan kehidupannja tidak sesuai dengan isi dan maksud surat Presiden kepada D.P.R. tertanggal 20 Agustus 1959 mengenai tempat serta kedudukan PE N PR E S, PERPRES dan K E PPR E S didalam dunia perundang- undangan kita. b. Sulit sekali untuk mengetahui: 1. berapa sebetulnja djumlah sebenarnja dari pada P E N PR E S dan P E R PRES ja n g pernah dikeluarkan. 2. berapa sebenarnja djumlah PEN PRES dan PER PRE S jan g masih berlaku. D j u vila h. 17. Djumlah P E N PR E S dan PER PRE S jan g telah dinjatakan tidak berlaku oleh Undang-undang No. 25 tahun 1968 adalah 15 buah P E N PR E S dan 58 buah PER PRE S. Kemudian Panitia berhasil meneliti djumlah 19 buah P E N PR E S dan 66 P E N PR E S jang masih berlaku. Kemudian lagi ternjata bahwa masih banjak lagi PEN PR ES dan PERPRES jan g ketjetjeran. Setelah diolah semuanja kemudian lagi ketahuan bahwa ada djuga jan g masih tertjetjer. Stock opname terachir menundjukkan bahwa sedjak keluar dari peti-es - nja, maka Panitia setjara total telah menindjau R.U.U. tentang Pernjataan berlakunja berbagai PEN PRES dan PERPRES sebagai Undang-undang didalam lampiran-lampirannja memuat 33 PEN PR ES dan 96 P E R PR E S. Usul Pemerintah. 18. Sebag'aimana telah diketahui kesimpang-siuran didalam pembuatan P EN PR ES dan PERPRES menimbulkan akibat pada penindjauannja. Suatu tjontoh dapat disebut disini, jaitu Perpres No. 10/1959 (L.N. tahun 1959 No. 128). Perpres ini djudulnja adalah larangan bagi Usaha Perdagangan Ketjil dan Etjeran jan g bersifat asing diluar Ibukota Daerah Swatantra Tingkat I dan II serta Karesidenan. 35

38 Panitia Chusus banjak kehilangan waktu karena Perpres ini djudulnja sangat menarik, akan tetapi kemudian ternjata bahwa Perpres tersebut hanja merupakan pelaksanaan lebih landjut daripada Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 2933/M tanggal 14 Mei Djadi djudul Perpres itu tidak sesuai dengan isinja. Panitia Chusus merasa dirinja keseleo dan tertipu ; tetapi untungnja Panitia Chusus tidak sendirian. Sebab Bapak Menteri Keuangan djuga terkena oleh Perpres tersebut. Kita lihat sadja pendjelasan ja n g diberikannja pada Undang-undang tentang Penanaman Modal Asing. Malahan djuga Sidang Umum M.P.R.S. tahun 1966 terpelant:ng karenanja. Sebab didalam T A P No. X X II/1966 pasal 63 disinggung djuga Perpres tersebut. Tjum a setjara tertulis tertera Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1959, padahal jan g dimaksudkan adalah Perpres No. 10 tahun M.P.R.S. menghendaki supaja Perpres tersebut ditingkatkan m endjadi Undang-undang, tetapi njatanja Perpres tersebut pada hakekatnja sama dengan Instruksi Menteri. Pemerintah dalam R.U.U. jan g diadjukan kepada D.P.R.G.R. membagi P E N PR E S dan P E R P R E S jan g hendak dinjatakan terus berlaku didalam dua golongan : a. PEN PRES/PERPRES, jan g isi dan tudjuannja sesuai dengan suara hati nurani rakjat sehingga dapat diperlukan sebagai Undang-undang biasa sebagaimana Undang-undang lainnja. b. P E N P R E S /P E R P R E S ja n g tidak dapat setjara total begitu sadja setjara sekaligus diperlukan sebagai Undang-undang disebabkan bentuknja atau memuat kata-kata dan rumusan-rumusan jan g perlu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan hasil Sidang-sidang M.P.R.S sedjak tahun 1966 dan U.U P E N P R E S dan P E R P R E S ini dinjatakan sebagai Undang-undang dengan ketentuan bahwa m aterinja ditampung dan dinjatakan bahan bagi penjusunan Undang-undang mengenai masalah bersangkutan. Pendapat Panitia Chusus. 19. Sesuai dengan T A P M.P.R.S. No. X IX tahun 1966 ja n g memerintahkan menindjau tudjuan dan isinja, maka Panitia Chusus dengan disepakati oleh Pemerintah mengadakan pembagian dalam 3 golongan: a. P E N P R E S /P E R P R E S jan g tudjuan maupun isinja beserta perumusan- perumusannja dapat diterima, didjadikan Undang-undang biasa (lampiran I dari pada R.U.U.). b. Tudjuannja dapat diterima, akan tetapi isi beserta perum usannja ada sebagian ja n g tidak sesuai dengan suara hati nurani rakjat, sehinigga didjadikan Undang-undang bersjarat jaitu dengan ketentuan-ketentuan bahw a: 1. M aterinja harus ditampung dan dituangkan dalam U ndang-undang baru sebagai penjempurnaan, perubahan atau penambahan Oampiran II dari pada R.U.U.). 2. P E N P R E S /P E R P R E S berlaku terus sebagai Undang-undang dan baru hapus kekuatannja apabila telah diperlakukan U ndang-undang baru sebagai penggantinja jan g menggunakan P E N P R E S /P E R P R E S tersebut sebagai bahan Oampiran II B ). 36

39 c. Tudjuannja dapat diterima, tetapi isinja merupakan materi jan g pada pokoklebih rendah tingkatnja dari pada Undang-undang dan ja n g biasanja pengaturannja termasuk wewenang Pemerintah. Oleh karena itu P E N P R E S -P E N P R E S /P E R P R E S -P E R P R E S tersebut diserahkan kepada Pemerintah dengan ketentuan-ketentuan: (1) agar diatur kembali guna kemudian menuangkannja dalam peraturan perundang-undangan jang sesuai dengan materi masing-masing (lampiran IIIA dari pada R.U.U.). (2) agar ditindjau lebih landjut dan P E N P R E S -P E N P R E S /P E R P R E S -P E R - PRES tersebut) hapus kekuatannja pada saat berlakunja peraturan perundang-undangan jang mengaturnja (lampiran III B ). Usul dan tjatatan. Panitia Chusus. 20. A da beberapa PEN PRES jan g merupakan makanan berat bagi Panitia Chusus sehingga hampir menimbulkan diarrhoeae, jaitu : PEN PRES No. 5/1959 PEN PR ES No. 7/1963 No. 7/1959 No. 11/1963 No. 5/1963 Walaupun berkat nafsu besar jan g diimbangi oleh tenaga besar dan. kesabaran jan g besar daripada para anggota Panitia maka achirnja makanan berat tersebut dapat djuga ditjernakan dengan baik, namun Panitia mohon perhatian terhadap tindakan-tindakan follow-up chususnja mengenai P E N P R E S -P E N - PRES tadi. Djuga bagi Panitia lain jang kini sedang membahas Perpres-perpres tertentu kami mohon perhatian bahwa hasil-hasil Panitia Chusus ini tidak mengurangi hak-hak dan wewenang-wewenang daripada Panitia itu dalam melakukan pembahasannja. Penjelesaian. 21. Berkat kerdja sama jang baik dengan fihak Pemerintah eq. Menteri Kehakiman beserta Stafnja dan berkat bantuan Panitia Chusus dan usaha-usaha dari fihak Koordinator dalam hal ini Sdr. Drs. Benig Mang Reng Say dan djuga tidak kalah pentingnja berkat dukungan moril dari Saudara-saudara sekalian, maka penindjauan sedjumlah 182 P E N P R E S /P E R P R E S dapat diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) minggu. Hasilnja dapat dilihat dalam final draft R.U.U. tentang Pernjataan berlakunja berbagai PEN PRES dan PERPRES sebagai Undang-undang jan g dilampirkan pada laporan ini dan Saudara-saudara para anggota jan g terhormat sekalian telah menerimanja. V. UNDANG-UN DANG D AN PER PU D j u m la h. 22. Panitia menjetudjui pendirian Pemerintah jaitu hanja produk-produk legislatif dizaman M ANIPOL dengan NASAK OM -nja sadja jan g perlu ditindjau kembali. 37

40 Kalau diikuti setjara letterlijk kata-kata dari hanja pasal 3 dari T A P M.P.R.S. No. X IX /1966 sadja, maka semua Undang-undang dan PERPU jang masih berlaku pada tanggal 5 Djuli 1960 harus ditindjau. Ini berarti suatu revisi1total jan g maha besar daripada hukum positip kita, Suatu pekerdjaan jan g diluar kemampuan Panitia Chusus sekalipun diikut sertakan seluruh anggota D.P.R.G.R. dan walaupun masa kerdjanja diperpandjang dengan 1 atau 2 ataupun 3 tahun. Bajangkan sadja, seluruh Lembaran-lembaran Negara dan Staatsbladen ja n g ribuan djumlahnja harus dibatja dan diteliti. 23. Menurut tjatatan Pemerintah sedjak tanggal 5 Djuli 1959 hingga 5 Djuli 1966 telah dikeluarkan sedjumlah 160 Undang undang dan 14 P E R P U. Untuk menolong D.P.R.G.R. maka semuanja itu telah diteliti dan hanja sedjumlah 13 Undang-undang dan 12 PER PU jan g memerlukan penindjauan jan g lebih teliti dan jang dimasukkan dalam lampiran-lampiran 2 buah R.U.U. Diantaranja 5 buah PERPU jan g dianggap perlu didjadikan Undang-undang. PER PU lainnja dan Undang-undang tersebut diatas disusulkan untuk dinjatakan tidak berlaku. T A P X IX menghendaki toetsing. 24. Panitia dapat pula menjetudjui pendirian Pemerintah, jaitu bahwa pada hakekatnja TAP M.P.R.S. No. X IX menghendaki suatu legislatif review. Atau dalam bahasa sehari-hari toetsing jan g berai'ti mengudji atau mengkadji. Hasil daripada review ini berupa pilihan antara dua: a. atau dinjatakan tidak berlaku. b. atau dinjatakan terus berlaku. 25. Lain halnja dengan penindjauan jan g dikehendaki oleh T A P -T A P M.P.R.S. jang lain seperti umpamanja T A P No. X, X X I, X X III, dsb., jan g bukan menghendaki toetsing. Penindjauan ini menghasilkan suatu pengaburan kembali dari pada materi jan g terkandung dalam Undang-undang jan g ditindjau. Dengan demikian teranglah kiranja perbedaan antara tugas Panitia Chusus ini dengan Panitia lain jan g djuga ditugaskan untuk melakukan penindjauan produk-produk legislatif. H a siln j a. 26. Pelaksanaan penindjauan U.U. dan Perpu agak lebih mudah djika dibandingkan dengan PEN PR E S-PE N P R E S dan P E R P R E S-PE R PR E S. Bentuk serta tjara-tjara pembuatannja dulu sudah memenuhi sjarat., sehingga sekiranja ada U.U. atau perpu jan g tertjetjer dan belum sempat ditindjau maka akibatnja tidak begitu pelik seperti dalam hal P E N P R E S dan PERPRES jan g pada tanggal 5 Djuli 1969 sudah harus tidak ada lagi. 27. Tentang peningkatan beberapa Perpu mendjadi U.U. diikuti preseden jan g telah terdjadi dengan timbulnja U.U. No. 1 tahun 1961 dulu, sehingga tidak ada menimbulkan kesulitan-kesulitan apa-apa. Mengenai pentjabutan beberapa U.U. dan Perpu ada sedikit persoalan jan g berhubungan dengan pelaksanaan T A P -T A P M.P.R.S. lain seperti telah disebut dimuka tadi, tetapi ini untuk dapat dengan sagera diselesaikan, 38

41 Kedua R.U.U. seperti dapat dilihat dalam Lampiran dan jan g Saudara jan g terhormat sekalian telah menerimanja, merupakan hasil penggodogan Panitia Chusus bersama-sama Pemerintah cq. Bapak Menteri Kehakiman. VI. PEN UTUP. 28. Sebagai achir laporan ini perlu kiranja diberitahukan bahwa mengenai pentjabutan serta penomeran PEN PRES-PENPRES, PER P R E S-PE R PR E S dan PERPU setelah berganti badju dan bentuk, oleh R.U.U. dibebankan kepada Pemerintah. Sebelum laporan ini ditutup kami atas nama Panitia Chusus Pelaksanaan T A P M.P.R.S. No. X IX/1966 merasa perlu untuk mengutjap banjak terima kasih atas goodwill serta kerdja sama jan g baik jang diberikan oleh Pimpinan Panitia-panitia dan Bagian-bagian dilingkungan D.P.R.G.R. ini, djuga atas bimbingan serta dorongan dari fihak koordinator, dan teristimewa jan g ditundjukkan oleh fihak Pemerintah dalam hal ini Bapak Menteri Kehakiman beserta Staf beliau. Demikianlah dengan mengutjapkan Alhamdulillah! maka kami mengachiri dan menutup laporan ini. Kemudian kami batjakan R.U.U. jang bersangkutan. NJ. TUTI HARAH AP SUDJANADIW IRJA S.H. (Fraksi Parkindo): Saudara Ketua, Wakil Pemerintah jang terhormat dan Sidang jang kami muljakan. Perkenankanlah kepada kami atas nama Fraksi kami, Fraksi Parkindo, mengutjapkan terima kasih atas kesempatan untuk mengemukakan stemmotivering mengenai 3 RUU jaitu: 1. RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undangundang. 2. RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai U n d a n g -u n d a n g dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, dan 3. RUU tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang. Saudara Ketua, Hadirin jang terhormat, Apa jang kita idam-idamkan/harapkan pada achir tahun jang lalu hari ini akan mendjadi realitas, jaitu menunaikan tugas kita jang diperintahkan oleh TAP X IX/M PR S/1966 jo. TAP XXX IX /M PR S/1968, tugas untuk membersihkan tertib hukum kita dari produk-produk legislatif jang tidak sesuai lagi dengan tuntutan hati nurani Rakjat atau ja n g merupakan p e n je le w e n g a n dari Undang-undang Dasar Dengan pengesahan ketiga RUU nanti maka selesailah sudah kita mendjalankan tugas kita, jaitu tugas dalam rangka pemurnian pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 dengan menindjau kembali Penpres, Undang-undang dan Perpu-Perpu jang dikeluarkan sedjak Dekrit Presiden 5 Djuli 1959 dalam waktu jang sudah ditentukan lebih dahulu. 89

42 Dengan ini Fraksi Parkindo mengutjapkan penghargaan jang sebesarbesarnja kepada Panitia Chusus Pelaksanaan Tap X IX /M P R S /1963 jan g dengan kesungguhan dan ketekunan telah menjelesaikan tugas kewadjibannja jang tidak ringan itu dalam waktu jan g sudah ditentukan lebih dahulu. Bukan sadja oleh karena kesungguhan dan ketekunan, akan tetapi d juga alhasil kerdjasama jang baik dari musjawarah antara anggota-anggota Panitia Chusus sendiri, jan g terdiri dari wakil-wakil semua golongan jang ada dalam DPR-GR. Dalam menganalisa kian banjaknja, katakanlah ratusan peraturan mengenai segala bidang kehidupan dalam masjarakat, nistjaja kita seringkali harus mau tidak mau terbentur pada berlainan pandangan dan perbedaan pendapat, jan g dapat disesuaikan atau dipertemukan hanja dengan kesadaran, bahwa jang ditjari adalah melantjarkan pekerdjaan demi kepentingan nasional, jaitu pemurnian tertib Hukum Negara. Semoga kesadaran ini selalu mendjadi landasan kerdja kita sekalian dalam mendjalankan tugas kita sebagai anggota badan legislatif jang tertinggi. Selain dari itu, Saudara Ketua, djelas pula bagi kita sekalian, bahwa selesainja pada waktunja pekerdjaan jang maha berat ini hanja telah dimungkinkan pula berdasarkan dan akibat kerdja sama jan g baik, saling pengertian dan penghargaan antara fihak Pemerintah dan fihak D PR, dalam hal ini antara Saudara Menteri Kehakiman dan stafnja pada satu pihak dan Panitia Chusus Pelaksanaan TAP X IX/M P R S/1966 dari DPR-GR pada lain pihak. Semoga kerdja sama sebaik ini tetap ada antara Pemerintah dan DPR dalam m enjelesaikan tugas-tugas kita sebagai badan legislatif tertinggi. Saudara Ketua, hadirin jang terhormat, djika kita bandingkan 3 RUU ini jang satu dengan jang lain, maka djelas bahwa RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai undang-undanglah ja n g memberi pekerdjaan jang paling bsrat. Setelah dibahas dalam lebih dari 40 kali rapat jang terdiri dari rapat pleno, rapat Pimpinan Panitia Chusus dan rapat-rapat kerdja dengan Pemerintah, maka RUU ini dalam bentuk final draft-nja menundjukkan banjak perobahan baik dalam teksnja dan pendjelasannja maupun dalam djumlah dan isi dari lampiran-lampirannja. Djika semua RUU ini terdiri dari 3 pasal, maka final draftnja memuat 6 pasal. Mengenai lam pirannja semula hanja ada dua lampiran, sekarang ada lima. Djika dalam RUU mula-mula hanja ada dua masalah (kemungkinan), jaitu menjatakan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undang-undang dan Undang-undang conditionil (dengan sjarat), maka dalam final draft-nja kita batja bahwa disamping peningkatan mendjadi Undang-undang dan/atau Undang-undang conditionil, djuga ada kemungkinan untuk menggunakan materi dari berbagai Penpres dan Perpres sebagai bahan untuk membuat Undang-undang baru untuk m engganti Undangundang jang akan dinjatakan tidak berlaku pada waktu berlakunja Undangundang jan g baru. Pun sebagaimana tertjantum dalam pasal 3, kemungkinan berdasarkan materinja pengembalian wewenang kepada Pemerintah untuk menuangkan berbagai Penpres dan Perpres dalam peraturan perundangundangan atau menggunakan materinja berbagai Penpres dan Perpres sebagai bahan untuk peraturan perundang-undangan jang sesuai dengan materi masing-masing. Saudara Ketua, sesudah membatja dan mempeladjari lam piran-lam piran dari RUU ini, kami fraksi Parkindo dapat menjetudjui pembagian Penpres dan Perpres dalam RUU ini dalam 5 golongan itu. Kami dapat memahami sepenuhnja bahwa mau tidak mau harus diadakan lampiran II b dan III b, pertama

43 supaja tidak akan timbul rechtvacuum dalam hal-hal jan g tertjantum dalam lampiran II b, kedua untuk memungkinkan pentjabutan atau menjatakan tidak berlakunja dari Penpres dan Perpres jang tertinggal, jang tidak tertjantum dalam Undang-undang 2 5 / 68 atau Undang-undang jan g lain. Saudara Ketua, berdasarkan semua ini, kami fraksi Parkindo dapat menjetudjui pengesahan RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undang-undang dengan sjarat bahwa Pemerintah selekas mungkin membuat peraturan pelaksanaan dari Undang-undang ini, untuk menghindarkan timbulnja akibat-akibat hukum jang tidak diingini, misalnja akibat hukum dari tertjantumnja Penpres 1 2 / 65 tentang Pengintegrasian Bank Dagang Negara kedalam Bank Indonesia, dalam lampiran III B. Mengenai RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undangundang dan Perpu dan RUU tentang Penetapan berbagai Perpu mendjadi Undang-undang, kami ingin kemukakan dengan singkat hal sebagai berikut. Sebagaimana halnja dengan Penpres-Penpres dan Perpres-Perpres jang tidak sesuai dengan tuntutan hati nurani rakjat dan jan g dikeluarkan sedjak Dekrit Presiden 5 Djuli 1959, maka demi pemurnian pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945, djuga Undang-undang dan Perpu-Perpu jan g materinja bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 dan jang dikeluarkan sedjak Dekrit Presiden 5 Djuli 1959, perlu dinjatakan tidak berlaku dengan suatu Undangundang. Djuga adalah wadjar djika Perpu-Perpu jang materinja tidak bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 dan jang dikeluarkan sedjak Dekrit Presiden 5 Djuli 1959, akan tetapi sampai sekarang belum ditingkatkan mendjadi Undang-undang, sekarang ditetapkan mendjadi Undang-undang. Berdasarkan ini Saudara Ketua, Fraksi Parkindo dapat menjetudjui pengesahan RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Perpu dan RUU tentang Penetapan berbagai Perpu mendjadi Undang-undang, sebagai Undang-undang, dengan harapan dan andjuran kepada Pemerintah agar selekas mungkin Pemerintah membuat pengaturan pelaksanaan dari kedua Undang-undang ini. Sekian dan terima kasih. A. MUIS HASAN (Fraksi P.N.I.): Assalamu alaikum w.w. Saudara Ketua, Wakil Pemerintah dan para rekan anggota DPR-GR jang terhormat. Sesudah melintasi masa jang relatif tidak dikatakan tjukup lama, maka achirnja pada hari ini kita sekalian dihadapkan kepada stemmotivering terhadap RUU jang penjelesaiannja tidak semudah seperti jang digambarkan orang, jaitu: 1. RUU tentang Pernjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-undang; 2. RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang; 3. RUU tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang2. 41

44 Pudji dan Sjukur kami pandjatkan kehadirat ALLAH SWT jang telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada Panitia Chusus jang bersangkutan dan Pemerintah (d.h.i. Saudara Menteri Kehakiman) dalam melaksanakan tugasnja. Atas nama Fraksi Partai Nasional Indonesia, kami dengan ini menjampaikan penghargaan dan terima kasih kami atas segala djerih-pajah jang telah mereka tjurahkan selama melakukan tugas itu dari awal sampai achir. Saudara Ketua, M.P.R.S. dalam Ketetapannja No. X IX/M P R S/1966 pasal 2 ajat (1) menugaskan kepada Pemerintah untuk bersama-sama DPR-GR menuangkan Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden jang isi dan tudjuannja sesuai dengan suara hati nurani rakjat dalam rangka pengamanan revolusi, dalam Undang-undang. Dalam ajat (2) diterangkan bahwa Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden jang bertentangan dengan Ketentuan tersebut pada ajat (1) dinjatakan tidak berlaku, pernjataan tidak berlaku itu diatur dalam Undang-undang. Kemudian dalam pasal 3 disebutkan bahwa Undangundang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang memuat materi jang bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 ditindjau kembali. Saudara Ketua, Ketentuan tersebut pada ajat (2) Ketetapan M.P.R.S. itu telah terlaksana dengan diserahkannja RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden (Undang-undang No. 25/1968) dalam sidang pleno tanggal 5 Desember Kini sebagai rentetan dari itu, kita tengah menjelesaikan tugas-tugas kita selandjutnja, seperti jang dikehendaki oleh Ketetapan M.P.R.S. tersebut, jaitu pasal 2 ajat (1) dan pasal 3-nja. Adalah suatu hal jang menarik, bahwa kita harus menilai penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan Presiden mana jang sesungguhnja isi dan tudjuannja sesuai dengan suara hati nurani rakjat. Bukanlah ini merupakan suatu tugas jang tampaknja ringan, padahal sebenarnja sangat berat? Namun Saudara Ketua jang terhormat, Pemerintah dan Panitia Chusus DPR-GR dengan segala ernst jang ada padanja, achirnja mentjapai djuga kata mufakat dalam melaksanakan ketentuan itu sebagai penelitian jan g maksimal, sebagai hasil kerdja jan g maksimal seperti jan g kita lihat pada lampiran-lampiran I, IIA, IIB, IIIA IIIB RUU tentang Pernjataan berbagai PENPRES dan PERPRES mendjadi Undang-undang. Djikapun masih terdapat kelemahan-kelemahan dari hasil penelitian ini, kami dari fraksi P.N.I. bisa lain untuk sekali lagi berkata: Itulah hasil maksimal jang bisa ditjapai. Begitupun pula dalam melaksanakan seperti jang ditjantumkan dalam pasal 3 Ketetapan M.P.R.S. jang kami sebutkan tadi. Karena itu setjara umum fraksi kami beranggapan bahwa dengan ketiga RUU ini sebagai produk-produk terachir dari pelaksanaan TAP M.P.R.S. No. X IX /M P R S/1966, Pemerintah dan DPR-GR telah mendjalani proses pemurnian Undang-undang Dasar 1945 dengan penuh tanggung djawab sebagai suatu kewadjiban sedjarah guna menegakkan hukum dan konstitusi. Dan dengan demikian kita sekalian telah melakukan suatu tugas jan g bersifat keharusan historis, sesudah bertahun-tahun dibawa oleh, hilir-mudiknja arus kekatjauan hukum dan penjelewengan-penjelewengan konstitusionil. Alhamdulillah kita tadinja tjepat menjadari hal itu. Kita mengharapkan kedjadian jang lewat itu tidak terulang lagi, tjukuplah satu kali dibuat kesalahan. 42

45 Saudara Ketua, Wakil Pemerintah dan Sidang jang terhormat, Dalam hubungan ini perkenankanlah kami, untuk atas nama Fraksi Partai Nasional Indonesia mengemukakan koreksi, harapan dan saran-saran kami sebagai berikut: 1. Pertama-tama ingin kami mintakan koreksi atas lampiran: IIA dari RUU tentang Pernjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden mendjadi Undang-undang, dimana pada PEN. PRES No. 22 dan 23 tahun 1965 tidak ada disebut djudulnja, misalnja PEN. PRES tentang apa, begitu pula terhadap Lampiran IIIA PER. PRES No. 3/ Dengan adanja Lampiran III dari RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang, maka chususnja jang menjangkut Ketetapan M.P.R.S. No. X X I/M P R S/1966 jaitu jang mengenai penindjauan kembali Undangundang No. 18 dan 19 tahun 1965 masing-masing mengenai Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan Desapradja, jang djangka waktunja berachir pada tgl. 5 Djuli 1969, tidak mendjadi persoalan lagi. Sebab dengan disahkannja RUU nanti Ketetapan M.P.R.S. itu pada hakekatnja telah dipenuhi; 3. Kepada Pemerintah kami mengharapkan, agar dalam waktunja jang tidak terlampau lama mengatur pelaksanaan dari ketiga RUU nantinja sesudah disahkan mendjadi Undang-undang, chususnja ketentuan jang dimaksud dalam pasal 3 RUU tentang Pernjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-undang jang berbunji. Terhitung sedjak disahkannja Undang-undang ini, menjatakan Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III A dan III B Undang-undang ini, diserahkan kewenangannja untuk menindjau lebih landjut dan mengaturnja kembali kepada Pemerintah guna menuangkannja dalam peratuian perundang-undangan atau didjadikan bahan bagi peraturan perundangundangan jang sesuai dengan materi masing-masing. 4. Untuk selandjutnja tata urutan perundangan menurut ketentuan Undangundang Dasar 1945 hendaknja selalu dipegang teguh; 5. Inisiatif DPR-GR sesuai dengan wewenang jang diberikan kepadanja menurut Tatatertib DPR-GR hendaknja tidak boleh dikendorkan, apalagi dimatikan. Karena itu kami mintakan perhatian Pemerintah akan ketentuan lebih landjut terhadap penjelesaian Usul Inisiatif Krom o Lawi dltk tentang RUU tentang Kearsipan Nasional (hubungan Penpres No. 19/1961). Usul inisiatif Djazim dkk tentang Pentjabutan Penpres No. //1963 tentang Lockout dll. lagi, dengan mengingat pasal 2 RUU tentang Pernjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden mendjadi Undang-undang. Demikianlah Saudara Ketua jang terhormat, pendapat terachir dari Fiaksi kami, Fraksi Partai Nasional Indonesia, terhadap ketiga RUU tersebut diatas. Kami jakin bahwa hanja DJIW A D JANGKAUAN KITA TIDAK TERLALU DJAUH DALAM M ENAFSIRKAN ISI UNDANG-UNDANG D ASAR K ITA, K ITA PASTI TIDAK A K A N TERGELINTJIR KEDALAM DJURANG K E K A - 43

46 TJAU AN DAN KESIMPANG KESIURAN HUKUM, K AREN A SESUNGGUH- NJA KITA H ANJA SATU, MEMPUNJAI UNDANG-UNDANG DASAR SADJA JAITU UNDANG-UNDANG DASAR TIDAK A D A LAIN DARI ITU, DAN BEGITUPUN HANJA MENGENAL SATU SADJA DASAR FILSA PAH NEGARA R.I. JAITU PAN TJASILA SEPERTI DIMAKSUD DALAM PREAM BULE UNDANG-UNDANG D ASAR 1945, PUN TIDAK A D A LAIN DARI ITU. H ANJA DJIKA KITA MEMPUNJAI PEGANGAN DAN PENGERTIAN DAN IK TIK AT JANG SAMA TENTANG ITU, INSJA ALLAH KITA A K A N TERHINDAR DARI SEGALA KESULITAN DAN KEHANTJURAN. Saudara Ketua, Wakil Pemerintah dan Sidang jang terhormat, Dengan kata-kata ini atas nama Fraksi Partai Nasional Indonesia kami menjatakan persetudjuan kami terhadap: 1. RUU tentang Pernjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-undang; 2. RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang; 3. RUU tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang; masing-masing mendjadi Undang-undang. Semoga Tuhan J.M.E. melimpahkan berkah dan RachmatNja terhadap segala amal dan perbuatan kita. Amien. Sekian, Wassalamu alaikum w.w. SAH AT M. NAINGGOLAN S.H. (Fraksi Partai M urba): Saudara Ketua jang terhormat, Wakil Pemerintah jang kami muliakan serta Dewan jang terhormat. Setelah lebih dari satu tahun dikerdjakan, maka sebentar lagi kita akan mengesahkan 3 RUU, jaitu RUU tentang pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undang-undang, RUU Pernjataan tidak berlakunja berbagai U n d a n g -u n d a n g dan Perpu dan RUU tentang Penetapan berbagai Undang-undang dan Perpu mendjadi Undang-undang. Saudara Ketua jang terhormat, Pengesahan 3 RUU termaksud merupakan kenjataan atas usaha jang konkrit diantara Pemerintah bersama-sama DPR-GR, didalam mendjalankan tugaskewadjiban jan g dibebankan oleh Undang-undang Dasar kepada mereka bersama-sama, didalam rangka penertiban didalam bidang Hukum, sebagai mana diamanatkan Tap. M.P.R.S. No. X IX tahun Maksud dan tudjuannja sudah djelas, sasaran daripada usaha tersebut tidak gelap dan kabur lagi, jakni agar supaja dengan pengesahan 3 RUU jang bersangkutan Rakjat lebih memperoleh perlindungan Hukum, lebih memperoleh Kesedjahteraan Umum. Saudara Ketua jang terhormat. Apabila melihat banjaknja, ja tidak kurang dari ratusan Penpres-Penpres ditambah puluhan Undang-undang dan Perpu, jang ditindjau kembali itu, maka djelaslah bahwa pekerdjaan penindjauan tersebut tidaklah sebegitu mudah. Praktek pembuatan undang-undang selama ini membuktikan, bahwa jang menindjau kembali sesuatu Undang-undang sadja menelan waktu jang lama, tetapi penindjauan ratusan Penpres-Penpres toh tidak sampai satu tahun. Sementara ada berpendapat, bahwa tjepatnja tugas Panitia Chusus selesai karena 44

47 materinja tidak berat, walaupun begitu banjak peraturan jang harus ditindjau. Pendapat itu sama sekali tidak benar, karena kenjataan banjak Penpres-Penpres jan g mengandung materi jang berat-berat. Mengapa begitu tjepat sekali? Djawabannja ringkas sekali. Jakni, bahwa kuntji utamanja terletak pada: berhubung dengan adanja penguasaan materi dibitjarakan disamping pandangan politis dari pada para anggota Panitia Chusus. Kuntji kedua jang utama, ialah sistim kerdja, dimana sebelum dimulai membahas materi, terlebih dahulu sudah ada pengarahan persoalan dengan sistim kerdja tahap-bertahap, dengan lebih dahulu menjelesaikan jang mudah-mudah lalu meningkatkan kepada jang lebih sulit diteruskan kepada jan g lebih sulit lagi, djadi ibarat mendaki gunung jang tinggi dengan sasarannja jang sudah djelas (jaitu: puntjak gunung). Terlalu seringnja kita wakil-wakil rakjat bitjara mengenai materi jang sama sekali tidak kita kuasai, atau kadang kala samar-samar, sehingga tidak berbitjara dengan bahasa jang sama dan satu, mengakibatkan terlambatnja tugas kita selesai. Kemudian, dari pihak Pemerintah sendiri didalam penjelesaian 3 RUU ini tidak kurang pengertian dan bantuannja, baik melalui pendjelasanpendjelasan resmi maupun melalui konsultasi-konsultasi jang lebih bersifat pribadi, sehingga perbedaan-perbedaan pendapat dan kelainan akan sesuatu soal dapat dipertemukan dengan tidak menjinggung perasaan pihak-pihak jang bersangkutan. Dan memang disinilah letaknja prinsip ( M usjawarah untuk Mufakat ), demokrasi jang bertanggung djawab. Bertitik tolak dari pada keterangan diatas tadi itu, sekedar tambahannja akan laporan Pimpinan Panitia Chusus jang bersangkutan, maka kiranja kami merasa perlu mengemukakan, bahwa: Kami mengkonstatir semula hasil Panitia jang bersangkutan jang akan disjahkan nanti, menimbulkan kegontjangan bagi semua fraksi-fraksi di DPR-GR. Suatu bukti, ialah ditundanja pengesahan 3 RUU tersebut jang sedianja pada minggu jang lewat. Memang kegontjangan tersebut adalah wadjar dan konsekwensi jan g logis, apabila mengingat: a. Keterangan tentang sistim kerdja dan penguasaan materi jang kami sebutkan diatas. b. Adanja keunikan jang mempunjai tjiri-tjiri chas, jakni bahwa keseluruhan materi Penpres Perpres, Undang-undang dan Perpu jang diselesaikan itu dibuat dengan djalan dan didalam keadaan darurat alias inkonstitusionil, sehingga apa bila ditempuh djalan k o n stitu sio n il pula, dengan mengingat landasan Undang-undang Dasar 45 didalam situasi dan kondisi sekarang. Saudara Ketua jang terhormat, sehubungan dengan pengesahan 3 RUU jang dimaksud diatas tadi, maka kami masih ingin mengemukakan pendapat terachir, jang usul saran atau sekedar pendjelasan sebagai berikut: I. Bahwa 3 RUU tersebut akan dilaksanakan nantinja. Djikalau tidak, maka akan sia-sialah djerih pajah kita selama lebih satu tahun itu, dan akibatnja rakjat akan dilanda kesengsaraan dan malapetaka, djadi sebaliknja daiipada harapan kita semua. Maka sebagai djaminan pelaksanaan ketiga-tiganja RUU jang akan mendjadi Undang-undang itu nanti, maka kami saiankan. A gar supaja Pemerintah memberikan laporan berkala (apakah sekali 3 ataukah sekali 6 bulan) kepada DPR-GR ini. 45

48 Maaf, kami bukan bermaksud untuk membebani Pemerintah. Maksud kami, ialah agar supaja dapat kami ikuti dari DPR-GR ini pelaksanaan daripada RUU-RUU jang dimaksudkan, chususnja RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undang-undang jang dimaksudkan dalam lampiran IIA, IIB dan IIIB. Hal laporan berkala ini bukan barang baru lagi sedjak tahun-tahun terachir ini, misalnja sadja APBN sudah berdjalan laporan berkala. Mengingat pula, bahwa ratusan djumlahnja Penpres Perpres jang kita tindjau itu sebagai tertjantum didalam Undang-undangnja jang bersangkutan, maka perlulah bagaimana pelaksanaannja setiap waktunja. II. Bahwa berkat toleransi dan konsensus jan g telah tertjapai didalam rapat2 kerdja, telah kita sepakati bersama, bahwa didalam diktum maupun pendjelasan Undang-undang jang bersangkutan tidak usah ditjantumkan batas waktu penjelesaian seluruh Penpres Perpres itu, tetapi tjukuplah didalam notulen sadja. Oleh karenanja kami mengingatkan kembali, notulen, supaja setjepat mungkin tamatlah riwajat hidup Penpres Perpres tersebut, sehingga apabila mungkin tahun depan 1970, jaitu tahun kedua Pelita, sebutan Penpres Perpres tidak akan kedengaran lagi. Semoga harapan kami. III. Bahwa, chususnja mengenai Penpres Perpres jang digolongkan kategorie IIB, jakni Penpres Perpres jang tidak memperoleh konsensus didalam rapat-rapat kerdja, agar supaja penjelesaiannja djuga djangan terlalu lama lagi. Tidak memperoleh konsensus artinja: tidak ditingkatkan mendjadi Undangundang dengan bersjarat, tetapi tidak ditjabut, jan g untuk mendjaga kevacuuman hukum maka bagaimanapun djuga tetap berlaku sebagai Undang-undang dengan sjarat selama belum ada peraturan perundangan baru sebagai penggantinja. Kelalaian terhadap hal ini, apakah kelalaian dipihak Pemerintah ataupun kelalaian dipihak DPR-GR ataupun kelalaian bersama-sama antara Pemerintah dan DPR-GR mengakibatkan kerugian bersama, jaitu perlindungan terhadap rakjat akan lebih lama barulah tertjapai. Oleh karenanja, baiklah kami sarankan kepada semua pihak melalui kesempatan ini, agar supaja didalam pembuatan undang-undang kita lebih bersikap tegas, dan supaja semua bagian-bagian di DPR-GR makin terkoordinir dan terintegrasi sehingga djangan terus menerus misalnja dibagian itu fraksi Z setudju mentjabut peraturan X, tetapi dibagian lain atau Panitia Chusus lain fraksi jang bersangkutan lantas tidak setudju. IV. Bahwa, chususnja mengenai kategori jang disebutkan dalam lampiran IIIB, maka baiklah kita berterus terang, untuk menghindarkan faham dan salah mengerti, Lampiran IIIB ini adalah djalan darurat, dan malahan keseluruhan lampiran-lampiran tersebut adalah djalan darurat, karena memang Penpres Perpres itu dibuat setjara darurat. Lampiran IIIB itu merupakan peraturan jang sesungguhnja sudah tidak ada lagi karena sudah ditjabut. Ditjabut dengan sesuatu peraturan lain atau undang-undang jan g baru selesai setelahnja Undang-undang No. 2-5 tahun 1968 diundangkan, jaitu 46

49 Undang-undang tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Penpres dan Perpres. Untuk menghindari kesimpang siuran demi mendjaga penjalahgunakan dan penjelewengan baru, kami harapkan follow-up lampiran IIIB ini tidak akan begitu lama dikeluarkan oleh Pemerintah. V. Bahwa chususnja mengenai RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja Berbagai Undang-undang dan Perpu sebagaimana terdapat didalam Lampiran III jang bersumber pada pasal2 Undang-undang tersebut, semakin tjepat penjelesaiannja semakin baik. Dan nasibnja Lampiran III ini sudah positif akan tidak berlaku, tetapi ada tetapinja, djikalau penggantiannja sudah ada. Penggantiannja memang akan ada, tetapi dengan bahasa lain, sedang dikerdjakan dan diolah sekarang ini. Anehnja sudah akan ditjabut dan tidak akan diberlakukan, tahu-tahu masih dipergunakan lagi, misalnja: Undang-undang No. 18 tahun Tanggal 25 hari Rabu, Djuni 1969 kita menerima pendjelasan dari Pemerintah (Departemen jang bersangkutan) bahwa Undang-undang No. 18 itu masih dipergunakan, tetapi pada bidang pembitjaraan lain, tidak boleh dipergunakan. Kami wakil rakjat pada bingung, dan mohon bantuan Pemerintah (c.q. Bapak Menteri Kehakiman dan Bapak Ketua Mahkamah Agung) pada kesempatan lain memberikan pendjelasan. Demikianlah pendapat terachir dari Fraksi kami Partai Murba, semoga harapan kami tersebut mendjadi kenjataan, maka dengan merasa lega kami njatakan persetudjuan atas pengesahan 3 RUU jang bersangkutan. Terima kasih, dan M ERDEKA 100%! NJ. S. SALJO S.H. (Fraksi Karya Pembangunan A ): Saudara Ketua, Saudara Menteri, Saudara-saudara Anggota DPR-GR dan semua hadirin jang terhormat, Hari ini Fraksi kami merasa sangat berbahagia dapat mengantarkan pengesahan tiga Rantjangan Undang-undang, jaitu: 1. RUU tentang Pernjataan berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-undang, 2. RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Perpu, 3. RUU tentang Penetapan berbagai Perpu mendjadi Undang-undang. Tiga Rantjangan Undang-undang tersebut adalah sebagian daripada suatu paket terdiri dari 4 Rantjangan Undang-undang dalam rangka melaksanakan tugas jang difatwakan oleh Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966. Ketetapan M.P.R.S. No. X IX/1966 tersebut memerintahkan untuk menindjau kembali semua Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden jan g dikeluarkan sedjak Dekrit 5 Djuli 1959, dan disamping itu djuga Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang memuat materi jang bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 harus ditindjau kembali. 47

50 DPR-GR dalam hal ini Panitya Chusus pelaksanaan Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /1966 bersama-sama dengan Pemerintah selama kurang lebih satu tahun telah mengadakan penilaian atas 77 Penetapan Presiden dan 178 Peraturan Presiden. Sebagian ketjil dari pada djumlah Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden tersebut ternjata sudah diatur kembali ataupun ditjabut. Dari djumlah jan g masih berlaku dalam penilaian Panitya Chusus bersama-sama dengan Pemerintah 15 Penetapan Presiden dan 58 Peraturan Presiden isi dan tudjuannja tidak sesuai dengan suara hati nurani rakjat, maka oleh sebab itu dinjatakan tidak berlaku, sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ajat (2) Ketetapan M.P.R.S. No. XIX/1966. RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden telah disjahkan dalam bulan Desember tahun 1968, telah mendjadi Undang-undang No. 25 tahun Saudara Ketua, dan hadirin jan g terhormat, Pasal 2 sub 1 Ketetapan M.P.R.S. No. X I X /1966 menentukan, bahwa Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden jang isi dan tudjuannja sesuai dengan hati nurani rakjat dalam rangka usaha pengamanan Revolusi dituangkan dalam Undang-undang. Ketetapan M.P.R.S. No. X IX/1966 tersebut maksudnja djelas memerintahkan suatu legislative review atas Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden maupun Undang-undang dan Perpu jang dikeluarkan sedjak Dekrit 5 Djuli 1959, dengan menggunakan Undang-undang Dasar 1945 dan suara hati nurani rakjat sebagai bahan pengudjiannja. Review tersebut menurut Ketetapan M.P.R.S. No. X I X /1966 sudah harus selesai pada tanggal 5 Djuli 1968, dan kemudian batas waktu itu diperpandjang sampai 5 Djuli 1969 berdasarkan Ketetapan M.P.R.S. No. X X X I X /1968. Jang mendjadikan persoalan sekarang ialah apakah sedjumlah Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden jang tidak tegas-tegas bertentangan isi dan tudjuannja dengan suara hati nurani Rakjat, dapat dinjatakan sebagai Undangundang tanpa penjempurnaan atau perubahan sedikitpun? Sebab dalam m engadakan Review materiel atas Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden tersebut, diketemukan hal-hal sebagai berikut: a. Ada Penpres dan Perpres jang tudjuannja dapat disetudjui, tetapi m aterinja memerlukan perobahan misalnja Penpres - Penpres No. X I/1968 mengenai Pemberantasan Kegiatan Subversi. Tidak ada seorangpun jan g akan menjangkal, bahwa pada dewasa ini masalah Subversi itu adalah masalah jang sangat gawat dan perlu ditanggulangi, namun begitu bunji ketentuan dalam Penpres no. 11 tahun 1963 tersebut demikian, luasnja, sehingga memberi peluang untuk segala tindakan dalam Kegiatan Subversi, b. Ada Penpres dan Perpres jan g baik tudjuannja maupun m aterinja pada umumnja dapat diterima, tetapi memerlukan perbaikan-perbaikan dan penjesuaian dengan perkembangan keadaan, c. Ada sedjumlah besar Perpres jang materinja tidak tjukup berat untuk dinjatakan didalam Undang-undang, d. Banjak istilah-istilah jan g tidak sesuai lagi, seperti kata-kata,,nasakom, Resopim, Demokrasi terpimpin dan sebagainja, 48

51 e. Ada sedjumlah Penpres dan Perpres jang sebenarnja perlu ditjabut, tetapi akibat hukumnja jang memerlukan penampungan chusus, sebab sementara ini telah mendjadi landasan hukum bagi berbagai pengaturan. Ternjata, bahwa hanja dua Penetapan Presiden dapat setjara langsung dinjatakan sebagai Undang-undang, jaitu: 1. Penpres No. 16 tahun 1963 mengenai Pembentukan Mahkamah Militer Luar Biasa, ialah karena mendjadi dasar hukum Peradilan Tokoh-tokoh Pimpinan Gerakan Tiga Puluh September/PKI, 2. Penpres No. 27 tahun 1965 tentang Pengeluaran uang Rupiah baru, ialah karena Peraturan tersebut berlaku setjara einm alig dan sudah berlaku. Selebihnja, 31 Penpres dan 96 Perpres hanja dapat dinjatakan sebagai Undang-undang dengan sjarat-sjarat perbaikan. Untuk menuangkan materinja kedalam Undang-undang baru, ataupun membuat Undang-undang baru dengan memakai Penpres dan Perpres tersebut sebagai bahan akan memakan waktu lama dan tidak mungkin selesai pada tanggal 5 Djuli Untuk keluar dari kesulitan himpitan-waktu tersebut, maka pasal 2 dan 3 RUU tentang pernjataan berbagai Penpres dan Perpres menjatakan Penpres dan Perpres tersebut sebagai Undang-undang dengan ketentuan, bahwa materinja ditampung atau didjadikan bahan bagi penjusunan Undang-undang jang baru. Sedjumlah 33 Penpres dan 96 Perpres dikelompokkan dalam 5 lampiran, jaitu: a. Lampiran I, memuat dua Penpres jang dinjatakan sebagai Undangundang tanpa perobahan, b. Lampiran II A dan II B, jang memuat Penpres dan Perpres jang harus mengalami revisi, djadi dinjatakan sebagai Undang-undang setjara conditioneel, dengan tjatatan, bahwa Penpres dan Perpres jang tertjantum dalam lampiran II B pada umumnja sudah ada didalam Undangundang jan g akan menggantikannja atau mengaturnja kembali, dan sedang mendjadi bahan pembahasan dalam Bagian-bagian dan Panitia Chusus lainnja, c. Lampiran III A jang memuat sedjumlah besar Peraturan Presiden jang materinja memerlukan revisi dan oleh karena tidak tjukup berat untuk dituangkan dalam bentuk Undang-undang, maka kewenangan untuk mengaturnja kembali diserahkan kepada Pemerintah, guna menuangkannja dalam Peraturan Perundang-undangan jang pada pokoknja lebih rendah daripada Undang2, d. Lamph'an III B jang memuat beberapa Penpres dan sedjumlah Perpres jang pada umumnja dapat segera diatur kembali atau ditjabut oleh Pemerintah, dengan Peraturan perundang-undangan jang sesuai dengan materi masing-masing. Selama Undang-undang dan Peraturan perundang-undangan lainnja jang menggantikan Penpres dan Perpres tersebut belum dikeluarkan, Penpres dan Perpres tersebut atas kekuatan RUU ini akan berlaku sebagai Undang-undang. Hal ini menimbulkan dua masalah penting, jaitu: satu soal waktu jang diperlukan untuk membuat penggantinja, jang semestinja setjepat mungkin, Pemerintah 49

52 dalam hal ini, kalaupun tidak terikat setjara juridis, terikat setjara m oril untuk dalam waktu sesingkat-singkatnja untuk membuat RUU penggantinja. DPR-GR dalam hal ini mempunjai hak inisiatif dan dapat berlom ba-lom ba dengan Pemerintah. Soal kedua ialah, soal nomenclatuur, soal penjebutan Penpres dan Perpres jan g telah mendjadi Undang-undang itu. Pasal 5 RUU ini menjatakan bahwa ketentuan-ketentuan pelaksanaan itu diatur dengan Peraturan Pemerintah misalnja penjebutan itu dapat berbunji Undang-undang N o.../p N P /1 960, untuk menundjukkan, bahwa Undang-undang berasal dari Penpres dan Perpres. Prioritas waktu chususnja kami mohon untuk lampiran III B dan II B jan g antara lain memuat Penpres dan Perpres-Perpres soal Kepartaian dan Kegiatan Politik. Saudara Ketua dan Sidang jan g terhormat, RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undang-undang ini dimaksudkan untuk mendjadi wadah juridis bagi Penetapan Presiden dan Perpres ja n g telah ditindjau kembali setjara juridis jaitu dengan m engudjinja kepada Undang-undang Dasar 1945 maupun filosofis dan realistis, jaitu dengan m engudjinja kepada suara hati nurani rakjat. Lebih dari itu tidak dapat dilakukan sebab waktu tidak mengidjinkan untuk menggantikannja dengan Undang-undang satu persatu. Tetapi proses penggantian telah berdjalan, dan sedjumlah Penpres dan Perpres telah ditjabut, karena sudah diganti dan tidak perlu lagi. Sekianlah mengenai soal Penpres dan Perpres. RUU tentang Penetapan Perpu mendjadi Undang-undang dan RUU tentang tidak berlakunja berbagai Perpu dan Undang-undang sifatnja lebih sederhana daripada penindjauan kembali Penpres dan Perpres. Pertama oleh karena bentuk juridisnja tidak m enjim pang dari Ketentuan Undang-undang Dasar 45, dan kedua oleh sebab djumlah tidak begitu banjak. Seluruhnja Pemerintah telah menindjau 160 Undang-undang dan 14 Perpu, tetapi Undang-undang jang perlu ditjabut berdjumlah 13. D ari djumlah Perpu- Perpu ada jang sudah didjadikan Undang-undang, dan ada jan g sudah ditjabut. Dalam Pembitjaraan pada tingkat IV Undang-undang dan Perpu tersebut tidak mengalami banjak kesulitan. Jang istimewa sifatnja adalah lampiran III, pada RUU tentang pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Perpu, jaitu jang memuat 7 buah Undang-undang jang perlu diatur kembali, karena tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 45 serta situasi dan kondisi, tetapi pada waktu ini belum ada penggantinja ataupun sudah ada RU U ja n g baru, tetapi sedang dibahas dalam DPR-GR. Sedjumlah Undang-undang tersebut setjara declaratoir dinjatakan tidak berlaku, tetapi tidak berlakunja itu baru pada saat dikeluarkan Undang-undang jan g menggantikan. Pernjataan tersebut perlu agar supaja tidak ada keraguraguan, lagi bahwa Undang-undang itu telah ditindjau dan dinilai termasuk product legislatif jang harus diganti menurut Ketentuan Ketetapan M.P.R.S. No. X I X /1966, misalnja Undang-undang No. 19 tahun 1964 tentang Ketentuanketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan lain-lain. Saudara-saudara Ketua, Saudara Menteri dan Saudara jan g terhormat, Dengan pengertian bahwa dengan pengesahan 3 RUU ini harus setjepatnja dilaksanakan follow -upnja, maka Fraksi kami, Fraksi K arya Pembangunan A dapat m enjetudjui RUU jan g 3 buah ini. Sekian dan terima kasih. 50

53 J.B. OETORO S.H. (Fraksi K atolik): Saudara Ketua, Saudara2 Wakil Pemerintah dan Sidang jang terhormat. Dengan selesainja penindjauan kembali produk-produk legislatif Negara diluar produk M.P.R.S. jan g tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945, maka pelaksanaan Undang-undang Dasar 45 telah dimurnikan, setidak-tidaknja sepandjang mengenai kerangkanja. Pelaksanaan Tap X IX /M P R S/1966, m engingat faktor waktu jang tidak memadai, pada kenjataannja tak dapat diartikan lain ketjuali penertiban perundang-undangan agar sesuai dengan sumber Tertib Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundangan R.I. sebagaimana ditegaskan dalam Tap. X X /M P R S /1966. Sedangkan mengenai isi daripada peraturan perundang-undangan jang oleh Tap. XIX/M PRS/1966 diperintahkan untuk ditindjau kembali, ketjuali jang dinjatakan tidak berlaku, meskipun pada hari ini R U U -RU U -nja akan disjahkan, pada hemat kami masih perlu dikadji dan diudji lebih landjut sesuai dengan urgensinja masing-masing. Urgensi daripada pengkadjian kembali itu, Sdr. Ketua, dapat kita lihat dari proses pembahasan beberapa RUU baik jang datang dari pihak Pemerintah maupun RUU inisiatip jan g pada waktu ini sedang digarap oleh beberapa Bagian dan Panitia Chusus, dan jang djumlahnja dapat diharapkan akan bertambah dalam waktu jang singkat. Saudara Ketua, disahkannja ketiga RUU jang kita bitjarakan hari ini mempunjai arti jan g penting. Oleh karena dengan demikian dihapuskan pula bangunan-bangunan hukum jang ketjuali inkonstitusionil, djuga telah mengkatjau-balaukan dunia perundang-undangan kita, sehingga membuka pintu lebar-lebar bagi penjalah gunaannja. Dengan hapusnja bangunan-bangunan hukum jan g inkonstitusionil itu dan dilaksanakannja Undang-undang Dasar 45 dalam kerangka jan g murni, sekarang kita dapat memusatkan diri pada pengisian kerangka pelaksanaan Undang-undang Dasar 45 jang murni sesuai dengan Tap. X X /M P R S /1966 jaitu pengisian perundang-undangan kita dengan djiwa dan pandangan hidup Bangsa Indonesia Pantjasila sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 45. Dalam rangka pengisian perundang-undangan kita dengan tjara dan pandangan hidup Bangsa inilah Saudara Ketua, kami ingin mohon perhatian chusus atas RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres sebagai Undang-undang, chususnja atas lampiran II A, II B, I I I A dan III B. Sebenarnja persetudjuan didjadikannja Penpres dan Perpres dalam lampiran II A dan II B mendjadi undang-undang Kondisionil, adalah karena faktor waktu jan g tidak memungkinkan untuk menjempurnakannja, sedangkan untuk menjatakannja tidak berlakunja pun tidak dapat dibenarkan karena beberapa bagiannja sangat dibutuhkan, dengan kskatjauan hukum sebagai alternatifnja. Jang kami maksudkan disini misalnja adalah Penpres 11/1963, jang menurut penilaian kami berisi pasal-pasal jang lebih djahat daripada pasal 153 bis dan pasal 153 ter jan g dipakai untuk mendjerat para pedjuang kemerdekaan didjaman kolonial dahulu dan dihapuskan oleh Pemerintah R.I. 45. Oleh karena itu adalah mendjadi kewadjiban moril DPR maupun Pemerintah untuk dalam waktu sesingkat mungkin menjempurnakannja. Untuk maksud ini akan lebih effek tif apabila dibentuk suatu Panitia Negara. Dalam hal ini Fraksi Katolik akan berusaha untuk membantu sedjauh kemampuan kami. Sedangkan mengenai lampiran III A dan III B Saudara Ketua, kami serahkan sepenuhnja kepada kebidjaksanaan Pemerintah, jang kami jakin, tanpa 51

54 melupakan sama sekali kenjataan-kenjataan jang ada, akan mendudukkan persoalannja pada proporsi jang- sesuai dengan sumber Tertib Hukum Pantjasila. Dalam hal ini kami maksudkan misalnja: Perpres No. 11/1960, 3/1960 dan sebagainja. Saudara Ketua, dengan alasan-alasan dan tjatatan-tjatatan diatas, Fraksi Katolik mengantar tiga RUU ini dengan persetudjuan untuk disahkan mendjadi Undang-undang. Terima kasih. A KB. POL. I. SABIKI SOSROHARDJONO (Fraksi A.B.R.I.): Assalamu alaikum w.w. Jang terhormat Saudara Ketua DPR-GR, W akil dari Pemerintah ja n g kami hormati, Sidang Dewan Perwakilan Rakjat jang mulia. Dengan iringan do a sukur kehadirat Tuhan Jang Maha Esa, serta utjapan terima kasih kepada Saudara Ketua dan Sidang jan g mulia atas pemberian kesempatan bagi kami untuk berbitjara dimimbar ini, perkenankanlah saja atas nama Fraksi A BR I mengemukakan sekelumit pendapat fraksi A B R I berkenan dengan pembitjaraan tingkat V, dalam rangka penjelesaian atau tepatnja akan disjahkannja 3 RUU tentang: 1. Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres mendjadi undang-undang. 2. Pernjataan tidak berlakunja berbagai Perpu dan Undang-undang dan 3. Pernjataan berbagai Perpu mendjadi Undang-undang. Setjara kebetulan kami mendapat kehormatan turut mendjadi anggota panitia Chusus RUU Pentjabutan berbagai Penpres dan Perpres dan RUU pernjataan berbagai Penpres dan Perpres mendjadi undang-undang itu ja n g dibentuk berdasarkan surat keputusan Dewan Perwakilan R akjat Gotong R ojong tanggal 28 Juni 1968 No. 27/D PRG R/67-68, jan g diberi batas waktu bekerdja selama 6 bulan, terhitung sedjak tanggal 5 Juli 1968 hingga tanggal 5 Djanuari Sesuai dengan laporan jan g telah dikemukakan oleh Pimpinan Panitia Chusus ini dimuka sidang pleno DPR-GR jang terhormat jan g sudah ditindjau kembali adalah sedjumlah: 77 Penpres dan 178 Perpres, jan g pernah dikeluarkan oleh Presiden sedjak dekritnja tgl. 5 Juli 1959 hingga tahun 1966, sebelum Sidang umum M.P.R.S. jang ke-iv, dan sedjumlah 13 Undang-undang dan 12 Perpu, jan g diusulkan oleh fihak Pemerintah, kapada DPR-GR. Dalam tempo 6 bulan itu, sebagaimana sidang jang mulia ini maklum Panitia Chusus tersebut hanja dapat menjelesaikan RUU tentang pentjabutan berbagai Penpres dan Perpres, jang sekarang sudah mendjadi Undang-undang No. 25/1968. Oleh karena itu dengan surat keputusan DPR-GR, tgl. 12 Februari 1969 No. 23/D P R G R /III/68-69, masa kerdja Panitia Chusus penindjauan Penpres dan Perpres itu diperpandjang 6 bulan lagi, terhitung mulai tgl. 5 Djanuari 1969 hingga tgl. 5 D juli 1969, sesuai izin dari Pimpinan M.P.R.S. ja n g diberikan berdasarkan pasal 2 Ketetapan M.P.R.S. No. X X X IX /M P R S /1968, sedang nama Panitia Chusus itu diganti dengan nama: Panitia Chusus Pelaksanaan K etetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Semantara No. X IX /M P R S /

55 Saudara Ketua, sidang jang mulia, Fraksi ABRI dapat menjetudjui dan sangat menghargai hasil karja panitia Chusus itu, dan menilai sebagai suatu hasil karja jan g maksimal dan memadai dengan prestasinja selama dalam tempo hanja 6 bulan atau paling lama satu tahun. Hasil karja itu sudah sesuai memadai maksud bunjinja surat keputusan DPR-GR tgl. 28 Juli 196S, No. 27/D P R -G R /IV /67-68 bab memutuskan, diktum kedua jan g berbunji: Tugas Panitia Chusus tersebut ialah: 1. Sama dengan tugas Bagian dalam melakukan pembitjaraan tingkat IV. 2. Merumuskan dasar hukum bagi Penpres dan Perpres, sehingga dengan dasar hukum itu berbagai Penpres dan Perpres dapat ditjabut atau dinjatakan sebagai undang-undang. 3. Mengadakan inventarisasi hasil penelitian dari berbagai Penpres dan Perpres menurut pernilaian hukum berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 beserta pendjelasannja untuk dituangkan dalam bentuk perundangundangan chususnja dalam hubungannja dengan materi pokok suatu Penpres atau Perpres. 4. dan sebagainja. Saudara Ketua untuk memuaskan bagi semua fihak, penindjauan kembali Penpres dan Perpres, Perpu maupun Undang-undang jang ditugaskan oleh TAP No. X IX /M P R S/19G 6 seharusnja didjalankan satu persatu, pasal demi pasal, djelasnja harus setjara materiil dikadji (ditoets) dengan sumbernja, jaitu Undang-undang Dasar 1945, dan benar-benar sesuai dengan tuntutan hati nurani rakjat. Hal ini sudah dilakukan oleh Panitia Chusus, tetapi untuk menuangkan kembali dalam bentuk perundang-undangan jang baru, setjara satu persatu demi pasal, dalam waktu hanja 2 tahun sebagaimana ditentukan oleh TAP No. X IX /M P R S /6 6 dan diperpandjang satu tahun lagi itu, bagi Panitia Chusus tidaklah mungkin. Bahkan Panitia Chusus sebenarnja hanja kebagian waktu satu tahun, sedjak tgl. 5 Juli 1958, jaitu perpandjangan jang diberikan oleh TAP No. X X X IX /M P R S/19G 8. Setjara teoritis dalam waktu satu tahun atau 12 bulan guna membahas sedjumlah 255 buah Penpres dan Perpres ditambah dengan 25 buah Perpu dan undang-undang, atau semua sedjumlah 280 buah, berarti tiap-tiap bulan digunakan membahas sebanjak 23 buah, atau setiap hari sebuah (ketjuali Minggu). Dalam praktek tidak mungkin terdjadi demikian, bahkan faktor-faktor hambatan banjak dan tem po-tempo mendjengkelkan, sebagaimana dilaporkan oleh Pimpinan Panitia dimuka sidang pleno jan g terhormat ini. Dengan demikian Fraksi ABRI tidak merasa heran, bahwa Panitia Chusus bersama Pemerintah, hanja dapat menuangkan hasil penindjauannja berbagai Penpres dan Perpres, Perpu dan Undang-undang, sebagaimana hasil jang telah dilaporkan itu. Hal itu adalah wadjar mengingat waktu masa kerdja jang disediakan baginja dan besarnja porsi jang dihadapinja. Saudara Ketua, Fraksi ABRI pun menjadari, bagaimana sulit dan lamanja waktu jan g dibutuhkan oleh Panitia-panitia Chusus jang lain, maupun oleh Bagian di DPR-GR ini dalam menghadapi penjelesaian terhadap sesuatu RUU, se-simple bagaim ana pun kelihatannja, namun tidak djarang bahkan sering mengandung hal-hal jan g sangat prinsipiil. Untuk menjebut beberapa tjontoh pengalaman dapat dikemukakan sebagai berikut: 53

56 1. Untuk menjelesaikan sebuah RUU tentang pentjabutan Perpres No. 2/1959 tentang larangan keanggotaan parpol bagi pegawai negeri g o longan P keatas membutuhkan waktu pembahasan kurang lebih dua tahun lamanja. 2. RUU tentang kepartaian, keormasan dan kekaryaan jan g disampaikan kepada DPR-GR, sebagai gantinja atau penjempurnaan Penpres No. 7/1959 tentang sjarat penjederhanaan kepartaian dan keormasan, dan Perpres No. 13/1960 tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran partai, hingga kini sudah makan waktu k.l. 3 tahun, djuga belum dapat diselesaikan oleh Pemerintah dan DPR-GR. Saudara Ketua, Menurut hemat kami ketjuali TAP No. X IX /M P R S /1966 jan g memerintahkan setjara umum penindjauan kembali Penpres dan Perpres, Perpu dan Undangundang jang tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 45, masih ada lagi 5 Ketetapan-ketetapan MPRS/1966 jan g memerintahkan menindjau kembali setjara chusus beberapa Penpres dan Perpres, Perpu dan Undang-undang jaitu: 1. TAP. No. X X I/M P R S/1966 tentang penindjauan kembali Undang-undang No. 18/1965 dan Undang-undang No. 19/1965 mengenai pokok-pokok Pemerintahan Daerah. 2. TAP. No. X X II/M PRS/1966 bab menimbang point d. m enjinggung penindjauan kembali Penpres No. 7/1959 tentang sjarat-sjarat penjederhanaan partai politik, Perpres No. 13/1960 tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran partai politik. 3. TAP. No. XXIII/M PR S/1966. Ketetapan ini tidak setjara langsung menjebut sesuatu Penpres maupun Perpres. Tetapi ketentuan-ketentuan jan g ada didalamnja meletakkan dasar-dasar kebidjaksanaan landasan dibidang ekonomi, keuangan dan pembangunan jan g masih memerlukan pengaturan-pengaturan lebih landjut, jang mau tidak mau dan setjara analogis, banjak produk-produk legislatif jan g m engatur soal-soal ekonomi, keuangan dan pembangunan jang telah dikeluarkan dahulu, apakah itu berupa Penpres maupun Perpres, ataupun peraturan Perundang-undangan jang lain, jang tidak sesuai lagi dengan garis kebidjaksanaan dalam TAP M.P.R.S. tersebut, harus ditindjau kembali. 4. TAP. No. X X IV /M PR S/1966, pasal 4 memerintahkan kepada Pem erintah bersama DPR-GR agar dalam waktu jang sesingkat-singkatnja membuat Undang-undang pokok Pertahanan/Keamanan, dengan tidak m enjinggung sama sekali Undang-undang No. 29/1954 L.N. No. 84/85 ja n g tidak sesuai lagi. 5. TAP. No. X X V U /M PR S/1966, pasal 5 berbunji: sem ua peraturan perundang-undangan dalam bidang Pendidikan termasuk Penpres No. 19/1965 jang tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 45 supaja ditindjau kembali. Sebagaimana kita ketahui semua- pelaksanaan tugas tersebut diatas sangat sulit diselesaikan oleh Pemerintah bersama DPR-GR, dan memerlukan waktu pandjang jan g hingga kini masih terus diusahakan dengan sungguh-sungguh. 54

57 Saudara Ketua, Djika pelaksanaan tugas TAP No. X IX/M PRS/1966, banjak menitik beratkan kepada penindjauan kembali produk-produk legislatif setjara form il konstitusionil, walaupun tidak mengabaikan tindjauan setjara materil maka pelaksanaan penindjauan kembali produk-produk legislatif jang dimaksud oleh Ketetapan-ketetapan M.P.R.S. jang lainnja itu, lebih ditekankan kepada pembahasan setjara materiil langsung mengenai materi perundang-undangannja setjaia chusus, jan g mengatur kebutuhan masjarakat dalam ketatanegaraan kita jang sangat mendesak, diatur setjara teliti, sedjauh mungkin memenuhi tuntutan hati nurani rakjat banjak, sebagaimana halnja peraturan tentang pokokpokok Pemerintah Daerah jan g dimaksud oleh TAP No. X X I/M P R S/1966 dan sebagainja. Saudara^ Ketua, V/akil dari Pemerintah dan sidang jang kami hormati, ada uneg-uneg diantara kita, dan memang kenjataan masih banjak lagi peraturanperaturan prrundang-undangan jang belum disesuaikan dengan Undang-undang Dasar 1945 dan belum sepenuhnja memenuhi tuntutan hati nurani rakjat. ementaia^ oian g menanjakan kenapa tidak sekaligus ditackle oleh Panitia Chusus ini, kiranja djawabannja sudah tjukup djelas sebagaimana diuraikan diatas, dan Panitia Chusus Pelaksanaan Ketetapan No. XIX/M PRS/1966 tidak perlu beiketjil hati. Sidang jan g mulia ini kiranja akan sependapat dengan fraksi A BRI, bahwa persoalan tersebut tidak semestinja dialamatkan kepada Panitia Chusus jan g terserimpung oleh batas waktu masa kerdja jang sangat pendek. Peisoalan itu tentu tidak akan lepas dari pertanggungan djawab kita semuanja, teiutam a sebagai kedudukan kita dalam lembaga pembuat Undangundang jan g teihorm at ini, DPR-GR bersama Pemerintah ditambah para ahli jan g duduk didalam lembaga pembinaan Hukum nasional dengan mengharap sponsor dari segenap lapisan masjarakat jang mempunjai minat akan hal itu. Saudara Ketua, sidang jan g saja hormati, Untuk m enjingkat dan menutup uraian kami dalam pembitjaraan tingkat V, RUU penindjauan kembali Penpres dan Perpres serta Perpu dan Undang-undang ini, maka demikianlah alasan-alasan dari fraksi ABRI telah kami kemukakan, dalam menjetudjui ketiga RUU termaksud mendjadi Undang-undang. Achirul kata kami atas nama fraksi ABRI menjampaikan rasa terima kasih dan penghargaan jang tinggi terhadap kerdja sama jang baik itu baik diantara anggauta-anggauta DPR-GR jang terhormat satu sama lain, maupun dari fihak Pemerintah jang saja hormati, selama mengadakan pembahasan ketiga RUU ini hingga mentjapai finis2 dengan selamat, dan tidak mengurangi/ menjimpang dari amanat jang dibawanja, sebagai pendjelmaan kehendak dari rakjat atau golongan jan g diwakilinja. Semoga Tuhan Jang Maha Esa selalu menurunkan rachmatnja kepada kita sekalian. Amin. Sekian dan terima kasih. A ssalam u alaikum w.w. HERDIN PAN G G AB EA N S.H. (Fraksi Karya Pembangunan B dan Karya Pembangunan C ): Saudara Ketua, serta anggota Pimpinan lainnja jang saja hormati, Bapak- Bapak Menteri jang mewakili Pemerintah jang saja hormati, Sidang jang mulia. 55

58 Perkenankanlah kami pada kesempatan ini atas nama Fraksi K arya Pem bangunan B dan Fraksi Karya Pembangunan C, mengemukakan pendapat achir Fraksi-fraksi kami mengenai: 1. RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai U ndang2. 2. RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai U ndang2 dan Perpu. 3. RUU tentang Penetapan berbagai Perpu mendjadi Undang-undang, jan g kita hadapi pembitjaraan tingkat V -nja, jakni tingkat terachir dalam penjelesaian RUU-nja pada hari ini. Saudara Ketua, pertama-tama Fraksi-fraksi kami gem bira melihat pertjantuman pembitjaraan tingkat V ketiga RUU ini dalam atjara jan g telah diperbaharui, karena kenjataan itu menundjukkan, bahwa Panitia Chusus ja n g bersangkutan jang dibentuk oleh dewan kita jan g terhorm at ini lebih dari setahun jang lalu rupa-rupanja sudah selesai dengan tugasnja, dan kenjataan itu djuga mengandung sekedar kepastian, bahwa Pemerintah bersam a-sam a dengan DPR-GR dapat melaksanakan tugas jang dibebankan padanja oleh TAP X IX /M P R S / sebelum 5 Djuli 1969 j.a.d. jakni batas tanggal dalam pen jelesaian tugas tersebut. Selandjutnja Fraksi-fraksi kami dalam mempertimbangkan ketiga RUU ini menundjukkan pengertian jang besar dan kesadaran ja n g tjukup akan masalah-masalah jang berhubungan dengan ketiga RUU ini, karena patokanpatokan pokok seperti jang diamanatkan oleh M.P.R.S., jakni: jang isi dan tudjuannja sesuai dengan hati nurani rakjat (terhadap Penpres/Perpres) materi jan g bertentangan dengan Undang-undang D asar 1945 (terhadap Undang-undang dan Perpu) jan g setjara umum adalah mudah dan gamblang, ternjata didalam penetrapannja terdapat ratusan Penpres/Perpres dan puluhan U ndang-undang/perpu dapat menimbulkan persoalan-persoalan jang pelik dan tidak djarang menundjukkan perbedaan pandangan jang besar. Djuga Fraksi kami menundjukkan pengertian jan g tjukup terhadap pertimbangan jang penting, jakni pertim bangan untuk m entjegah atau menghindarkan kekosongan hukum (rechtsvacuum ) jan g kiranja mendasari pentjantuman berbagai peraturan didalam ketiga R U U ini seperti ternjata dari lampiran-lampirannja. Menindjau dan mempertimbangkan lampiran-lampiran ini, terutama lampiran-lampiran jang mengenai Penpres/Perpres, kiranja w adjar djika kita menjatakan penghargaan jang setinggi-tingginja terhadap ketekunan dan kesabaran jan g berdiri dibelakangnja jang wadjar dialamatkan kepada Panitia Chusus jang bersangkutan dan pihak Pemerintah, dengan tidak m engurangi penghargaan terhadap penjiapan RUU induknja. Saudara Ketua, chusus mengenai RUU jan g I jakni RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres/Perpres sebagai Undang-undang, Fraksi kami memandang w adjar dan positip pembedaan seperti jan g ditentukan oleh pasal 1, 2 dan 3, RUU ini meskipun dirasakan ada masalah-masalah jan g berhubungan dengan pasal 2, dan pasal 3, jakni ketentuan-ketentuan jang mengandung konstruksi U ndang-undang conditional (Undang-undang bersjarat) dan ketentuanketentuan konstruksi diserahkan pada Pemerintah untuk menindjau lebih landjut dan mengatur kembali, jang dapat dipandang sebagai segi-segi jan g chas dari pada RU U ini. 56

59 Tetapi djelas bahwa Fraksi-fraksi kami dapat menerima konstruksikonstruksi tersebut, dan Fraksi kami djuga melihat, bahwa pembedaanpembedaan itu dan pengchususan-pengehususan lebih landjut dalam ketegori II A dan II B, III A dan III B dari sudut fragm atis akan sangat membantu penjelesaian daripada penindjauan kembali setjara mantap dan final keseluruhan Penpres dan Perpres. Memang RU U ini pada hemat Fraksi kami dapat dipandang sebagai pembuka djalan jang sangat psnting untuk penjelesaian jang mantap dan final termaksud. Selandjutnja Fraksi kami mempertimbangkan dan berpendapat bahwa meskipun RUU ini merupakan satu rangkaian dengan Undang-undang No. 25/ 1968 tentang pernjataan tidak berlakunja berbagai Penpres dan Perpres, RUU ini tidak hanja merupakan legalisasi dari pada berbagai Penpres dan Perpres jan g tidak dinjatakan tidak berlaku oleh Undang-undang No. 25/1968, akan tetapi lebih dari pada itu, RUU ini seperti jang telah kami kemukakan diatas memuat hal-hal ja n g sangat menguntungkan dan dipandang sudah djauh merintis djalan untuk penjelesaian jang mantap dan final dari pada Penpres dan Perpres termaksud. Sementara itu Fraksi kami ingin mentjatat dan memintakan perhatian ehusus terhadap penindjauan kembali setjara mantap Penpres No. 7/1969 tentang sjarat-sjarat dan penjederhanaan kepartaian dan Perpres No. 3/1969 (jang dalam RUU ini tertjantum dalam Lampiran II B ), satu dan lain dalam hubungan Ketetapan M.P.R.S. No. X X II/th tentang Kepartaian, Keormasan dan Kekaryaan. Ketetapan M.P.R.S. tersebut pada tanggal 5 Juli 1966 notabene sudah mengamanatkan agar segera dibuat Undang-udang jang bersangkutan dan konsep R U U -nja jang dibuat oleh pihak Pemerintah sudah djuga lama dalam kompetensi Panitia Chusus 3 RUU dari pada Dewan kita jang terhorm at ini. Selandjutnja Fraksi kami ingin pula mengadakan tjatatan-tjatatan seperlunja t e r h a d a p penindjauan kembali Penpres No. 7/1963 tentang pentjegahan pem ogokan dan/atau Penutupan (Lock-out) di P e r u s a h a a n -p e r u s a h a a n, Djawatan-djawatan dan Badan-badan jang Vital dengan maksud jang s e ru p a dengan tjatatan-tjatatan jan g dikemukakan diatas. Chusus mengenai RUU tentang pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Perpu tjatatan-tjatatan jang serupa ingin kami berikan terhadap penindjauan kembali Undang-undang No. 18/1965 dan Undang-undang No. 19/1965 (ja n g tertjantum dalam Lampiran III RUU bersangkutan) satu dan lain dalam hubungan T A P X X I tentang otonomi seluas-luasnja kepada daerah dan demikian pula terhadap penindjauan kembali Undang-undang No. 19/1964 dan U ndang-undang No. 13/1965 (djuga tertjantum dalam Lampiran III R U U -n ja). Saudara Ketua, Sidang ja n g terhorm at, ketiga RUU jang kita hadapi ini menurut penelitian Fraksi-fraksi kami, baik konsideransnja, diktum dan pasalpasalnja, demikian pula Pendjelasan-pendjelasan dan Lampiran-lampirannja sudah baik dan memenuhi persjaratan-persjaratan teknik untuk pengesahan dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan tjatatan-tjatatan jang kami kemukakan diatas, Fraksi K arya Pembangunan B Fraksi Karya Pembangunan C menjetudjui ke-3 R U U ini didjadikan Undang-undang. A chirnja Fraksi K arya Pembangunan B dan C menjatakan penghargaan jan g tinggi dan m engutjapkan terima kasih kepada semua pihak atas pengertian 57

60 dan segala djerih pajah jan g telah diberikan kepada penjelesaian tugas jan g dibebankan oleh TAP X IX /M P R S kepada kita. Demikianlah pendapat achir Fraksi Karya Pembangunan B dan Fraksi Karya Pembangunan C mengenai ke-3 RUU ini. Terima kasih. A N D I M A PPA SA LA (Fraksi Partai Muslimin Indonesia): Saudara Ketua, Saudara M enteri/w akil Pemerintah dan sidang jan g saja muljakan. Assalamu alaikum Wr. Wb. Terlebih dulu saja njatakan sjukur kepada Allah Swt. berhubung karena tugas bersama antara Pemerintah dan DPR-GR sesuai dengan Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /6 6, kini tinggal beberapa menit lagi akan selesai penindjauannja. Kita sudah berada pada tingkat V atau terachir pembahasan ketiga RUU, jaitu: 1. RUU tentang Pernjataan berbagai PEN dan PER PRES sebagai Undangundang. 2. RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, dan 3. RUU tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang. Saudara Ketua dan sidang jan g terhormat, Sehubungan dengan itu, saja atas nama Fraksi Muslimin Indonesia selandjutnja akan menjampaikan kata-kata pengantar sebelum sampai kepada persetudjuan pada 3 RUU tadi mendjadi Undang-undang. Saja dari Fraksi Partai Muslimin berpendapat bahwa untuk menindjau kembali semua Penpres dan Perpres, Undang-undang dan Perpu-Perpu seperti penugasan M PRS kepada Pemerintah dan DPR-GR, guna memurnikan pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 memang sangat sederhana tulisan dan kata-katanja. Tetapi kalau kita meneliti tudjuan dan sasarannja, akan terbajanglah kesulitan-kesulitan jan g tersirat dalam kata-kata tersebut dan karenanja bukan merupakan suatu tugas jan g sederhana. Begitupun harus diakui bahwa tidak seluruh anggauta DPR-GR pernah melihat PENPRES, PERPRES, Undang-undang dan Perpu-Perpu sebelumnja ditugaskan oleh M.P.R.S. Apalagi jan g perlu membatjanja itu, sangat kurang kalau ada. Umpamanja PENPRES sebanjak 100 buah PERPRES sebanjak 200 buah, maka djumlahnja 300 buah. Tarohlah setiap anggota Panitia Chusus Pelaksanaan TAP X IX /M P R S/1966 menjediakan waktu rata-rata 2 djam untuk membatja PERPRES dan PENPRES sadja, maka dengan sendirinja memakan waktu 300 X 2 djam = 600 djam atau ± 25 hari penuh dan tidak tidur makan dan lainnja. Belum lagi terhitung Undang-undang dan Perpu-Perpu. Hal itu semuanja untuk mentjari djalan keluar, guna memenuhi tuntutan hati nurani rakjat Indonesia menurut Undang-undang Dasar 1945 dan Pantja-Sila. 58

61 S esungguhnja antara tanggal 5 Juli 1966 dan tanggal 5 Juli 1969, memang djaraknja berdjauhan. Kalau kita kembali meneliti penugasan M.P.R.S. kepada Pemerintah dan D P R -G R itu. Dan karena tugas bersama, maka didalam hal pandangan terhadap kepentingan pengabdian kepada bangsa dan negara, tidak selalu ada perbedaan tetapi sudah barang tentu perbedaan-perbedaan itu ada, besar atau ketjiln ja m em ang sering ada dan merupakan suatu kewadjiban dalam pertumbuhan dem okrasi. Hal itu djuga bisa teratasi karena adanja pengutamaan kepada kepentingan Umum. Terutam a jan g tudjuannja kepada pelaksanaan setjara murni U ndang-undang Dasar Saudara Ketua dan Sidang jan g terhormat, Begitupun berita-berita masih adanja tjara-tjara A BS atau yesman, kalau kita meneliti tugas-tugas D PR-G R jan g sudah diselesaikan dan jan g masih belum terselesaikan, musti ada sebabnja dan sebab utamanja adalah tanggung djawab kita bersama terhadap bangsa dan negara serta Undang-undang Dasar Kalau ada pemberitaan ja n g n egatif dari luar DPR-GR mengenai tugas DPR-GR adalah m erupakan koreksi terhadap w akil-w akilnja dan pantas kita perhatikan. Dan saja m engutjapkan terima kasih karena adanja perhatian untuk mengikuti keadaan DPR-GR. Saudara Ketua dan Sidang jan g terhormat, Sesungguhnja bukan selesainja ketiga RUU tersebut jan g mendjadi tudjuan kita bersama. Tudjuan pokok kita adalah pelaksanaan setjara murni Undangundang D asar 1945 menudju tertjapainja m asjarakat adil dan makmur jang diridhoi oleh Tuhan Jang Maha Esa. Tegasnja itikat baik jan g diharapkan oleh kita semua baik ketentuan-ketentuan jan g ditjabut maupun jan g diundangkan sasarannja menudju tertjapainja ketentuan hukum (rechtszekerheid) jang mutlak dan berlaku diseluruh w ilajah Republik Indonesia. Perlu kita sadari semua, bahwa penjelewengan-penjelewengan didalam penjusunan dan pembuatan peraturan negara dengan melalui PENPRES dan PERPRES baik berbentuk Peraturan Pemerintah maupun berbentuk Perundangan pada pra G.30 S jan g bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 hendakr.ja djangan sampai terulang lagi. Dalam rangka itu Saudara Ketua dan Sidang jan g terhormat, kami menggaris bawahi mengenai pasal 2 dan pasal 3 RUU tentang P e r n ja ta a n b e rb a g a i PEN PR ES dan PERPRES sebagai undang-undang, agar P em erin ta h mem pertjepat waktunja guna m em en u h i paaai 2 dan p a sa l S tersebut didjadikan undang-undang, demi untuk membersihkan m i pola pemikiran PKI dan orde Lama dalam per-undang'an Negara, menjerupakan penjelewengan terhadap Undang-undang Dasar P sn tjs Sllci Saudara Ketua dan Sidang jang terhormat, sampailah saja untuk mengutj p kan PE N D IR IA N Fraksi Partai Muslimin Indonesia mengenai ketiga jaitu: Saudara Ketua dan Sidang jan g terhormat, 1. RUU tentang Pernjataan berbagai PENPRES dan PERPRES sebagai Undang-undang. 2. RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, dan 59

62 3. RUU tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang. Jaitu dengan tjatatan terhadap beberapa Penpres jang sedang dibitjarakan oleh DPR-GR, baik jang sudah pada taraf Panitia Chusus seperti Penpres No. 19/1965 tentang Pendidikan maupun Penpres No. 7/1965 tentang Larangan m ogok dan lock out dst.-nja, supaja dibentuk Panitia Chusus antara Pemerintah dan DPR-GR, karena menghendaki segsra disempurnakan. Semoga jans mengawasi dan melaksanakan Undang-undang ini selandjutnja diberikan petundjuk oleh Tuhan Jang Maha Esa pada djalan benar dan adil. Sekian dan terima kasih. A. M APPATU N RU B.A. (Fraksi Partai Sjarikat Islam Indonesia): Bismillahirrachmanirrachim, Assalamu alaikum War. Bar. Saudara Ketua Sidang jang kami hormati, Saudara Wakil Pemerintah serta Sidang Pleno jang kami hormati, Terlebih dahulu perkenankanlah kami, untuk atas nama Fraksi Partai Sjarikat Islam Indonesia dalam kesempatan Sidang Pleno jan g mulia ini menjampaikan utjapan terima kasih jang sedalam-dalamnja kepada pimpinan Sidang jang telah memberikan waktu kepada Fraksi kami untuk menjampaikan pendapat terachir berkenaan dengan adanja Pembitjaraan Tingkat V mengenai: 1. RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undang2. 2. RUU tentang Pernjataan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang. 3. RUU tentang Penetapan berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang. Sungguh adalah suatu pekerdjaan jang tidak mudah dan ringan untuk memberikan suatu penilaian jang setepat-tepatnja terhadap 3 RUU jan g kita hadapi sekarang ini, akan tetapi djelas bahwa ketiga RUU ini merupakan suatu hasil jan g maksimal jang dapat ditjapai oleh Panitia Chusus jang telah bekerdja tanpa mengenal lelah untuk mengatasi berbagai kesulitan serta perbedaanperbedaan pendapat jang achim ja didorong oleh kebesaran djiwa dari masingmasing pihak terdjadilah suatu take and give jang diiringi oleh perasaan toleransi jang achirnja menghasilkan perumusan 3 RUU tersebut. Saudara Ketua jang kami hormati, Fraksi kami dalam ikut membitjarakan untuk mengesahkan 3 RUU ini terutama ditekankan adalah dalam pengertian bahwa materi dari Penpres dan Perpres tersebut hendaknja dituangkan terlebih dahulu dalam Undang-undang Baru untuk mendapatkan penjempurnaan dan perobahan atau penambahan, sesuai dengan apa jang dimaksudkan didalam pendjelasan pasal 2 tentang Lampiran II A. Demikian djuga djiwa dari pada Pendjelasan pasal 2 tentang lampiran II B mendjelaskan bahwa harus disusun undang-undang baru untuk mengganti Penpres dan Perpres (lamp. II B) dengan menggunakan materi Penpres dan

63 Perpres tersebut sebagai bahan. Adalah mendjadi kewadjiban kita bersama untuk mendalami dengan sungguh-sungguh akan arti kata-kata dalam pasal demi pasal dalam 3 R U U ini, baik ja n g tersurat maupun ja n g tersirat dengan tidak melupakan latar-belakang terdjadinja, serta mengetahui arah dan tudjuannja. Karena pada hakekatnja hukum jan g positip selalu tumbuh dan berkembang mengikuti hati nurani rakjat banjak. Oleh karena itu fraksi kami masih memandang perlu adanja suatu pemikiran kearah terw udjutnja undang-undang ja n g benar-benar sesuai dengan suara hati nurani rakjat banjak, dimana didalani S RUU jang kita bitjarakan ini masih ada terselip beberapa P enpres/p erpres jan g sebetulnja harus lebih disesuaikan lagi dirubah atau diganti dengan suatu undang-undang jan g baru, misalnja Penpres II tahun 1963, Penpres 19 tahun 1965 dan Perpres 7 tahun 1963 tentang Pentjegahan Pem ogokan bagi kaum buruh Indonesia dimana sebetulnja sebagai negara ja n g menganut azas-azas demokrasi Pantjasila, hak-azasi dari kaum buruh Indonesia patut mendapat tem pat jan g lajak dialam hukum. Saudara Ketua jan g kami hormati, Fraksi kami berharap dan berkejakinan bahwa Pemerintah sebagai penjeienggara pelaksanaan dari pada ketentuan-ketentuan jang ada dalam pasal-pasal RUU ini, akan sangat memperhatikan adanja waktu jang wadjar bagi penjusunan undang-undang jan g baru, sebagai mana jan g bersifat dalam pasal-pasal serta pendjelasan dari pada RUU ini, terutama sekali terhadap Penpres dan Perpres jang tertjantum dalam lampiran I I B tersebut. Dan atas dasar m otif inilah F 1 aksi kami tidak menolak ketiga RUU ini untuk didjadikan undang-undang, dengan tidak melupakan utjapan jan g sedalam-dalamnja kepada Pemerintah, dalam hal ini Sdr. Menteri Kehakiman, Bapak P rof. Seno A dji S.H. jang telah mengikuti setjara aktif setiap pembitjaraan-pembitjaraan dalam Panitia Chusus, termasuk pula terima kasih kepada segenap anggota Panitia Chusus beserta tenaga sekretariatnja jan g telah membuktikan prestasi jan g baik sehingga ketiga RU U dapat kita sjahkan mendjadi undang-undang pada hari ini. Semoga Allah SW T akan selalu memberikan kurnia taufiq, hidajah dan inajahnja, serta kekuatan iman lahir bathin kepada kita sekalian, segenap bangsa dan rakjat Indonesia. Billahi fi sabilil haq. JU D OPARIPU IiN O S.H. (Fraksi P erti): Saudara Pimpinan, Wakil Pemerintah dan Anggota Dewan Sekalian jang kami hormati. A S S A L A M U ALA IK U M W AR. BAR. Hari ini kita akan mentjoba melaksanakan Pembitjaraan Tingkat V tingkat terachir dari pada RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undang-undang, RUU tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pengganti Undang-undang dan RUU tentang Penetapan Berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, mendjadi Undang-undang. Sebagaimana sudah kita ketahui, bahwa pembuatan RUU-RU U ini adalah merupakan pelaksanaan dari Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /

64 Apabila kita berbitjara tentang Tap ini, pada hakekatnja kita berbitjara tentang tekad segenap Bangsa Indonesia untuk kembali pada prinsip the rule o f law, azas Negara Hukum dan Demokrasi setjara murni dan konsekwen. Kami menjaksikan bahwa semua pihak jang berkepentingan dengan hakekat jan g dikehendaki oleh Tap ini, mempunjai iktikad baik untuk mewudjudkannja, bukan sadja form alitas-form alitas jang berupa produk-produk juridis tetapi jan g lebih penting adalah perbuatan-perbuatan jang njata, dengan atau tanpa form alitas-form alitas itu. Apabila barangkali kita menjaksikan beberapa tindakan-tindakan penguasa dalam praktek sehari-hari jang seolah-olah menjalahi prinsip-prinsip Negara Hukum, itu hanja salah ketik jan g biasa. Seorang typist jan g pandaipun sudah pasti pernah melakukannja. Saudara-saudara jan g baik, jan g kami hormati, RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undangundang pasal 2 pada pendjelasannja dituliskan bahwa Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden sebagaimana tertjantum dalam lampiran IIB dinjatakan sebagai Undang-undang dengan ketentuan bahwa Undang-undang tersebut berlaku dan baru hapus kekuatannja apabila telah ditetapkan Undang-undang baru sebagai penggantinja jang menggunakan Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden tersebut sebagai bahan, kami mintakan perhatian baik dari Dewan maupun dari Pemerintah, bahwa terhadap produk-produk legislatif tersebut jan g belum ada inisiatif atau belum dibahas sebagai RUU, agar supaja ada prioritas pemikiran untuk selekasnja mengusahakan perantjangannja. Terhadap Lampiran III A dan III B, dimana kewenangannja untuk menindjau lebih landjut dan mengaturnja kembali diserahkan kepada Pemerintah guna menuangkannja dalam peraturan perundang-undangan atau didjadikan bahan bagi peraturan perundang-undangan jang sesuai dengan materi masing-masing, kami mengundang Pemerintah untuk memberikan perhatian chusus pada usahausaha pelaksanaannja, sebab dengan ini akan dinilai kadar iktikad baik Pemerintah dalam mensukseskan missi perdjuangan Orde Baru. Sehubungan dengan Lampiran III B, dimana ada kemungkinan-kemungkinan materi dari Penetapan-penetapan Presiden dapat didjadikan Undang-undang, sebagaimana djuga diterangkan dalam pendjelasan terhadap pasal 3, kami mengharapkan agar Pemerintah dengan inisiatif sendiri mendapatkan konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakjat, apabila dirasa ada masalah-masalah jan g dimaksud oleh pasal ini, atau bahkan apabila ada keragu-raguan tentang sesuatu materi peraturan Perundang-undangan jan g dimaksud. Adalah menarik sekali membatja pasal 4 RUU ini, dimana disebutkan bahwa istilah-istilah dan kata-kata dalam Penetapan-penetapan Presiden dan Peraturanperaturan Presiden jang tidak sesuai lagi dengan Undang-undang Dasar 1945 dan Ketetapan-ketetapan M.P.R.S. sedjak sidang Umum ke-iv, dianggap tidak ada. Pasal ini pada djiwanja harus berarti pula suatu penolakan terhadap istilah dan kata-kata ja n g tidak sesuai dengan Hati Nurani Rakjat, dan sudah pasti djuga slogan-slogan hampa jang sudah kehilangan kehormatannja. Kata-kata revolusi, kontra revolusi, demi pengamanan revolusi dan lain-lain sebangsanja telah m elatjur dan diperkosa demi nafsu-nafsu golongan dan rezim sebelumnja kita. Kata-kata itu telah menjediakan diri mendukung pengertian-pengertian jan g haram diluar makna fitrinja. Inilah Pelatjuran Bahasa didjaman Orde Lama. 62

65 Karena itu kita didjam an Orde Baru ini, sadar atau tidak, telah mementjilkan beberapa istilah, kata-kata dan slogan jan g pernah kita kenal sebelumnja. M enurut pendapat kami, inilah m akna hakekat dari pasal ini, menurut pada kita a gar mendjauhkan diri dari kenakalan jan g mendjatuhkan martabat dan kehorm atan bahasa. Dem okrasi, Proklamasi, Pantjasila, Undang-undang D asar 1945, Orde Baru, Suara Hati Nurani R akjat adalah bahasa jan g menjertai kita sehari-hari, biarkan mereka dengan keperawanan dan kehormatannja sendiri. Saudara jan g baik ja n g kami hormati, Terhadap R U U tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, kami memberikan tjatatan sebagaim ana dengan RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undang-undang, pasal 2 mengatakan Pernjataan tidak berlakunja Undang-undang jan g tertjantum dalam lampiran III Undang-undang ini ditetapkan pada saat Undang-undang jan g menggantikannja mulai berlaku; kami mintakan perhatian kepada Dewan dan Pemerintah apabila RUU jan g bersangkutan sedang dibahas, agar selekasnja dapat diselesaikan, sehingga dengan demikian Undang-undang jan g setjara materiil bertentangan dengan Undangundang D asar 1945 tidak berkepandjangan berlaku, dan menghindarkan penjalah-gunaan dalam tenggang waktu itu. Tentang pasal 1 RUU ini, ja n g menjatakan tidak berlakunja Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dalam Lampiran I dan II, sudah tentu tidak perlu kami memperingatkan Pemerintah, bahwa produk-produk legislatif jan g bersangkutan telah berlaku sebagai hukum positif jan g mempengaruhi setjara luas bidang-bidang kehidupan dan penghidupan masjarakat dan Negara, sehingga perlu suatu riset dan perhatian jan g chusus untuk mengatur akibat-akibat hukum jan g pernah ditimbulkannja. Saudara-saudara jan g baik jan g kami hormati, Apabila kita sependapat bahwa Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M PRS/1966 tidak hanja menetapkan tentang penindjauan kembali p r o d u k - p r o d u k legislatif jang berupa Penpres dan Perpres, Undang-undang, dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, tetapi djuga sekalian produk legislatif negara diluar produk M.P.R.S. ja n g tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945, maka kami mintakan perhatian pada produk-produk legislatif jang terachir ini, suatu penindjauan kembali jan g saksama; dan apabila sekiranja didjumpai suatu material produksi jang dapat atau seharusnja diatur dengan undang-undang, agar tidak segan-segan Pemerintah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakjat. Dan apabila kita sependapat pula, bahwa djiwa dari Tap ini chususnja dan tjita-tjita perdjuangan Orde Baru pada umumnja adalah mengembalikan nilainilai azasi hukum dan demokrasi, maka seharusnja dengan adanja RUU ini, Undang-undang jan g sedjiwa jang mendahuluinja, akan segera diusahakan dengan kesungguhan hati upaja2 jang menudju pada pemenuhan azas Negara Hukum jang murni, penindjauan segenap produk legislatif lama dan baru, merobah dan menambah atau bahkan merantjangkan peraturan perundangundangan baru jang lebih merupakan tuntutan hati Nurani Rakjat. Saudara Pimpinan, Wakil Pemerintah dan Sekalian anggota Dewan jang kami hormati. 63

66 Sampailah kami pada achir pembitjaraan kami. Dengan dibuatnja RUU-RU U ini dan pada umumnja sedjak ditetapkannja Ketetapan M.P.R.S. No. X I X / M PRS/1966, dimana pada pasal 6 diterakan, bahwa tidak dibenarkan lagi dikeluarkanpenetapan-penetapan Presiden dan Peraturan-peraturan Presiden jan g baru, ini bukan sekedar isjarat jang rendah hati, tapi suatu imperasi jan g keras agar supaja dikemudian hari tidak muntjul peraturan Perundangundangan, dengan nama apapun, jang menjeleweng dari ketentuan Undangundang Dasar Dan merupakan dorongan moril dan konstitusionil sama sekali, agar supaja untuk masa-masa mendatang dan Pemerintah didalam membahas Rantjang-an Peraturan Perundang-undangan lebih menadjamkan mata dan telinga dalam menterdjemahkan suara Hati Nurani Rakjat. Sebelum kami meninggalkan mimbar ini, tidak lupa kami mengutjapkan Selam at kepada Undang-undang jang akan lahir. Sekian dan terima kasih. Assalamu alaikum w.w. DJAM ALU DDIN T A R IG A N : (Fraksi N.U.): Assalamu alaikum w.w. Saudara Ketua, Anggota dan Wakil Pemerintah jang terhormat. Dalam mempertimbangkan ketiga RUU jang ada dihadapan kita sekarang ini, perkenankanlah kami sebagai wakil dari fraksi N.U. mengemukakan hal-hal sebagai berikut: Pertama-tama kami akan mengemukakan pendapat fraksi N.U. tentang Rantjangan Undang-undang mengenai pernjataan berbagai penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-undang. Dalam kami menindjau hasil karya ini sebagai pelaksanaan dari ketetapan M.P.R.S. (T A P X IX ) kami menitikberatkan penindjauan ini atas dua hal: 1. Apakah produk-produk mengenai Penpres dan Perpres ini sesuai dengan Undang-undang Dasar 45? 2. Setjara material apakah inti dari produk-produk tersebut sesuai dengan hati nurani rakjat? Saudara Ketua, setelah diteliti achirnja kami mendapat kesim pulan: Keseluruhan dari pada hasil pelaksanaan Tap. X IX tersebut diatas kami pandang sebagai hasil jang optimal jang dapat ditjapai pada waktu ini. Didalamnja terdapatlah hal-hal jang unik jang sulit untuk dipetjahkan bilamana ditindjau dari katja mata sedjarah perundang-undangan kita demikian djuga dari katja mata Juridis. Tidaklah berlebihan Saudara Ketua, kalau kami m e ngemukakan disini, sardjanapun akan dapat lulus menggondol titel doktor bilamana sardjana itu berhasil membuat sesuatu promosi didalam memetjahkan persoalan-persolan jang unik ini, disekitar masalah perundang-undangan Negara kita jan g menjangkut pelaksanaan ketetapan M.P.R.S. tersebut diatas sampai pada saat ketiga RUU jan g sedang kita bitjarakan ini. Keunikan itu antara lain ialah tentang bentuk dan sifatnja Penpres dan Perpres itu sendiri serta institusionil didalam kelahirannja, sedangkan materinja tidak berlandaskan 64

67 keinginan hati nurani rakjat. Persoalannja sekarang bagaimanakah kita harus m engembalikan hal ini setjara tertib kepada proporsi jang sebenarnja sepandjang hal-hal jan g mem ungkinkan dan tidak m enjim pang dari ketentuan hukum jang berlaku, dan dalam hal ini Penpres dan Perpres itu sendiri. Djuga bagaimana persoalannja harus didudukan kembali bagi Penpres dan Perpres jang tidak dapat ditertibkan kembali setjara w adjar menurut hukum sebagai akibat kelahirannja ja n g tidak w adjar itu pula. Logikanja tentu ialah hal-hal jang wadjar dapat ditertibkan setjara w adjar. Sedangkan hal-hal jan g tidak wadjar dan tidak dapat ditertibkan kembali setjara w adjar tentulah ditempuh pula djalan ja n g kurang w adjar, Siebagai penjelesaian ja n g terachir. Dan inilah djawabnja. Saudara Ketua jan g terhormat, didalam pembitjaraan tingkat lima ini kami sangat m enjadari sekali kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan dari pada ketiga R antjangan Undang-undang jan g kita bitjarakan ini, terutama dari sudut Juridis, dan dengan pengertian jan g kami kemukakan tadilah maka apa ja n g ditjapai sekarang ini kami menjebutkan sebagai hasil jang optimal. Oleh kai'ena itu Saudara Ketua, kami andjurkan baik kepada sekretariat DPR-GR maupun kepada Pemerintah, untuk mendokumentasikan setjara baik proses kelahiran ketiga R U U ini nanti supaja kelak dibelakang hari, djika dibutuhkan oleh orang-orang ja n g membutuhkannja dapat memperoleh pengertian jan g tepat tentang m aterinja, tentang penjusunannja, tentang aspek-aspek ja n g lain dan dengan demikian berkuranglah kemungkinan salah tafsir oleh ahli-ahli kita dibelakang hari sebagai akibat dari keunikan sedjarah dan proses serta bentuk perundang-undangan kita tersebut. W aktu satu tahun jan g diberikan adalah terlalu singkat bagi penelitian didalam menundjuk kesempurnaan hasil karya ini dan jan g paling sempurna tentulah djika bagi setiap Penpres atau Perpres ja n g ditjabut atau ditingkatksui sebagai Undang-undang, dikeluarkannja suatu Undang-undang dari sedjumlaff banjak Penpres dan Perpres tersobut. Tani waktu jan g diberikan tidak mentjukupi untuk kesempurnaannja jan g dikehendaki itu sedangkan djika ia tidak diselesaikan maka ketidak wadjaran dalam bidang perundang-undangan akan berdjalan terus dengan tidak berkesudahan. Karena itu Saudara Ketua, sebagai langkah pertama untuk mentertibkan dalam bidang perundang-undangan ini, apa jan g telah kita tjapai sampai pada saat ini dapat kami te-rima - Salam penertiban Juridis selandjutnja setjara bertahap akan tetapi... Tetapi jan g kami maksudkan ialah kami mohon perhatian jang chusus jang m enjangkut soal-soal keadilan dan pentjerminan bisikan kehendak hati nurani Rakjat. Hal ini chusus berkenan dengan lampiran I I A dan I I B didalam RU U ini. a. Mengenai lampiran I I A pengundangannja berdasarkan RUU ini ialah dengan bersjarat dan setjara gamblang kita akan dihadapkan untuk menolak atau menerimanja bagaikan kita disuruh untuk memakan buah semala kama, dimakan mati ibu tak dimakan mati ajah, hal ini berarti diterima setjai-a form il akan tetapi isi dari pada penerimaan form il tersebut hai us dituangkan lagi dalam suatu Undang-undang jang baru. Keadaan ini tidaklah bidjaksana bila dibiarkan terlalu lama, djadi tegasnja Pemerintah hendaknja segera pula mengadjukan RUU ini keseluruhannja sebagai kelandjutan berdasarkan Undang-undang ini nanti dan kalau dapat tidak lewat waktunja dari satu tahun.dalam hal ini alangkah bidjaksananja Saudara Ketua apabila Pemerintah di- 65

68 dalam forum pleno sidang; DPR-GR jan g terhormat ini sekarang djuga menjediakan kesediaannja untuk memenuhi seperti andjuran kami tersebut. Untuk kesempurnaannja kami djuga mengharapkan supaja dalam masa satu tahun itu memberikan pendjelasannja setjara berkala kepada DPR-GR. b. Saudara Ketua, didalam penggunaan Undang-undang ini nanti kiranja jan g harus tetap dipertimbangkan rasa keadilan chususnja mengenai Penpres 5/59, Perpres 11/63 dan beberapa Penpi'es lainnja kaz ena didalamnja masih terdapat ketidak wadjaran sehingga berakibat ketidakadilan jang ditimbulkan oleh produk-produk rezim lama. Karenanja semakin tjepatnja pelaksanaan Undang-undang ini didjalankan nanti semakin tjepat pulalah ketidak wadjaran dan ketidak adilan itu terkikis. c. Mengenai lampiran II B, pertama-tama kami menjampaikan rasa hormat dan kekaguman kami atas kebidjaksanaan jan g telah dirumuskan didalam RUU ini. Memang lampiran-lampiran jan g tertjantum didalamnja sangat membutuhkan kebidjaksanaan jang tepat karena m aterinja banjak hal-hal jan g prinsipiil, jang harus dipetjahkan setjara teliti, dan membutuhkan rasa toleransi dari segala pihak dan pengertian jan g mantep apalagi kalau, kita ingat akan pelaksanaan produk dari lam piran ini pada masa orde lama jan g telah membuat tragedi didalam sedjarah negara kita, dan bukan itu sadja dibutuhkan dalam hal ini, djuga ketinggian kesadaran Nasional sebagai suatu Bangsa jan g besar didalam mentjari djalan keluar dari kesulitan jan g dihadapi dengan suatu kebidjaksanaan jang bidjaksana pula. Pada umumnja Saudara Ketua, mengenai lampiran I I B setjara material sedang digarap oleh beberapa panitia didalam lingkungan DPR -G R sekarang ini, misalnja seperti apa jang sedang digarap oleh Panitia chusus 3 R U U, seperti materi jang terdapat didalam Penpres 7/59 tentang sjarat-sjarat penjederhanaan Kepartaian Penpres 5/63 tentang kegiatan politik dan Perpres 13/60 tentang pengakuan dan pengawasan dan pembubaran Partai-partai serta Perpres 25/60 demikian djuga mengenai masalah pentjegahan pemogokan atau penutupan (lock out) di-perusahaan-perusahaan, djawatan-djawatan dan badan-badan jang vital; demikian pula mengenai pelabuhan bebas Sabang dan beberapa Perpres lainnja lagi jan g djuga sedang digarap oleh Panitia-panitia lain didalam DPR-GR ini. Inilah perbedaan-perbedaan jang chusus dengan lampiran I I A tersebut diatas. Karenanja Saudara Ketua penerimaan kami terhadap R U U ini nanti disahkan, tidaklah mengikat pembitjaraan atau merupakan commitment bagi fraksi kami dan tentulah djuga saudara-saudara jang lain, didalam Panitia jang sedang menjelesaikan pekerdjaan jang bersangkutan dengan m ateri-m ateri jang dimaksud. Dan ini pulalah jang kami maksudkan tadi perlunja diperhatikan didalam penelitian selandjutnja dalam rangka mewudjudkan pentjerminan tuntutan hati nurani rakjat. TAP X IX /M P R S /66 sebagai pentjerminan kehendak hati nurani rakjat setjara form il telah dapat kita selesaikan dan mendudukan persoalan-persoalannja pada proporsi jang wadjar menudju kearah jan g lebih sempurna seperti jan g dikehendaki Undang-undang Dasar Tapi djangan kita lupa pula setjara materiil apa jang mendjadi tudjuan dan tuntutan hati nurani rakjat tersebut belumlah dapat kita selesaikan namunpun nanti RUU ini telah disahkan. Untuk itulah Saudara Ketua perlunja menekankan sekali 66

69 lagi supaja segala perundang-undangan ja n g harus diadakan berdasarkan RUU ini segera pula diadakan; dus dengan demikian djelaslah bahwa batas waktu dari pada berlakunja U ndang-undang ini adalah terbatas jaitu dia berlaku sampai saat U ndang-undang ja n g m engatur persoalannja telah lahir. Dengan disjahkannja nanti maka setjara otom atis merupakan pendorong bagi kita untuk m enjelesaikan 3 R U U ja n g sedang dinantikan oleh rakjat kelahirannja jaitu karena rak jat ingin sekali Pemilihan Umum dilaksanakan tepat pada waktunja tanpa diundur-undurkan lagi, sesuai dengan ketetapan M.P.R.S. Saudara Ketua, didalam usaha kita untuk menertibkan mengenai masalah perundang-undangan dinegara kita ini selandjutnja, dengan harapan kepada Pemerintah, tetaplah hendaknja Pemerintah berpegang kepada ketetapan M.P.R.S. No. X X /M P R S / tentang Memorandum DPR-GR. Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia. Saudara Ketua, segala hal-hal jan g tidak kami singgung didalam ketiga RUU ini seperti Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang kami m enganggap sudah baik dan segala sesuatunja nanti pada saat RUU penggantinja disampaikan pada DPR akan kami sampaikan pula pikiran-pikiran kami, karenanja sebagai kata terachir dengan ini sekali lagi kami menjatakan persetudjuan kami untuk disjahkannja ketiga RUU ini mendjadi Undang-undang. Terima kasih, wassalam u alaikum w.w. M E N TERI K E H A K IM A N, PRO F. OEM AR SENO A D JI S.H.: Saudara Pimpinan dan Saudara-saudara A nggota DPR-GR ja n g terhoim at, A S S A L A M U A L A IK U M W A R A H M A T U L L A H I W A B A R A K A T U H, Ketetapan M.P.R.S. No. X T X /M P R S /1966, jan g pada pokoknja menghendaki penindjauan kembali produk-produk legislatif jang: beroencufi. Perpres dan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang, undang, dengan mengambil critérium apakah peiatuian peia uia. sesuai atau tidak dengan hati nurani rakjat ataupun dengan Undang-undang Dasar 1945, telah mendapat pelaksanaan setjara paitiee, sewa ' +:dak undang No. 25 tahun 1968 tanggal 31 Desember 1968 tentang Pernja berlakunja berbagai Penetapan Presiden dan Peratuian îesi en n ditetapkan dan diundangkan.. Hari ini tanggal 3 Juli 1969, sesudah batas w a k t u penindjauan mlah tanggal 5 Juli 1968 diperpandjang hingga tanggal 5 Juli 1969 ole e P M.P.R.S. No. X X X IX /M P R S / , telah diselesaikan dan disjahka p rantjangan-rantjangan Undang-undang lain sebagai pelaksanaan djauan kembali dari produk-produk legislatif seperti dimaksu an o e i M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966 diatas. Dengan demikian, disusullah Undang-undang No. 25 tahun 1968 dengan RUU tentang Pernjataan berbagai Penpres dan Perpres sebagai Undang-un ang tentang tidak berlakunja sebagai Undang-undang dan Peiatuian emenn Pengganti Undang-undang dan tentang Penetapan berbagai P eiatuian eme rintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang. 67

70 Dengan demikian pula, penindjauan kembali produk-produk legislatif jang sekarang berupa 4 peraturan itu dapat dilaksanakan oleh Pemerintah barsamasama dengan DPR-GR dalam batas waktu jang disjaratkan oleh Ketetapan M.P.R.S. tersebut. Saudara Pimpinan dan Para A nggota jang terhormat, Penjelesaian tugas oleh M.P.R.S., jang diserahkan kepada Pemerintah bersama-sama dengan DPR-GR ini, tidak begitu menarik perhatian dari chalajak ram ai; tam paknja tidak begitu spektakuler. Namun demikian, djika kita mengingat berapa djumlah Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden jang harus ditindjau (djumlah seluruhnja 408, jan g terdiri dari 70 Penpres, 164 Perpres, 160 Undang-undang, 14 Perpu) dan kemudian berapa djumlahnja sesudah diadakan penindjauan kembali karena dipandang sesuai atau tidak dengan hati nurani rakjat ataupun dengan Undang-undang Dasar 1945 (djumlah seluruhnja ialah 226 buah, terdiri dari 50 Penpres, 154 Perpres, 13 Undang-undang dan 9 Perpu), maka agak djelas betapa luas dan besar om vang dari peraturan-peraturan jang dihadapi Pemerintah dan DPR-GR. Apabila telah dirumuskan peraturan-peraturan manakah jang dipandang sesuai ataupun bertentangan dengan isi hati nurani rakjat atau bertentangan dengan Undang-undang Dasar 45, maka ia lebih djelas menggambarkan kwalita, bukan sadja kwantita/peraturan-peraturan, jang harus disimpulkan dari padanja. Ia mensjaratkan setidak-tidaknja penguasaan dari materi jang ada dalam peraturan-peraturan tersebut, jang tidak sedikit djumlahnja. Oleh karena itu, apabila kesemuanja itu dapat diselesaikan dalam batas waktu jang telah ditentukan itu, ia sekedar menggambarkan adanja kesungguhan, ketekunan, pengertian dan penghargaan dari masing-masing badan Pemerintah bersama-sama dengan DPR-GR untuk mendjalankan tugas kenegaraan jang dibebankan oleh M.P.R.S. kepada kita. Dengan demikian pula, ia mendekatkan kita kepada tudjuan kita untuk kembali kepada kemurnian pelaksanaan Undangundang Dasar 1945 dan ia mendjauhkan kita dari kehidupan hukum tatanegara darurat jang exceptionil sifatnja. Penjelesaian demikian jang membawa akibat-akibat hukum jang djauh dan ingrijpend itu, oleh karena ia merupakan suatu legislative review dan suatu toetsing menurut Saudara pelapor, dengan menjatakan tidak berlakunja suatu peraturan ataupun dengan menuangkannja dalam suatu Undang-undang jang untuk beberapa peraturan perundang-undangan masih provisoris sifatnja, karena ia masih membuka pintu bagi suatu penjempurnaan, perbaikan, perobahan ataupun penggantian, pun dari berbagai Penpres dan Perpres jan g dinjatakan sebagai Undang-undang dengan ketentuan-ketentuan bahwa materinja tersebut ditampung atau didjadikan bahan bagi penjusunan Undang-undang. Selandjutnja, diserahkan kewenangannja untuk menindjau dan mengaturnja kembali kepada Pemerintah guna menuangkannja dalam peraturan perundang-undangan atau didjadikan bahan bagi peraturan perundang-undangan, masih menghadapkan kepada Pemerintah suatu tugas jang kelak perlu diselesaikan. Sebagai suatu penjelesaian jang provisoris sifatnja ia tidak berarti bahwa ketentuan-ketentuan dalam Ketetapan M.P.R.S. No. X IX /M P R S /1966 itu terkesampingkan. Ia sekedar menjatakan, bahwa ketentuan-ketentuan tersebut 68

71 telah dipenuhi oleh ke-em pat Undang-undang, jang kita, Pemerintah bersamasama dengan D PR -G R, diselesaikan. Saudara Pimpinan dan para A nggota DPR-GR jan g terhormat, A lam demokrasi Pantjasila memungkinkan adanja variety, diversity of opinions, ia berusaha m entjari dan melihat adanja suatu tudjuan jang identik dan harmonis. Untuk itu perlu kita menundjukkan pengertian terhadap pandangan-pandangan lain dan m entjari consensus-consensus jang ditjapai, apabila berm atjam -m atjam pandangan ini dapat diperdjelas dan dipertegas sedemikian rupa, sehingga terdapat suatu interpénétration. Dan interpénétration inilah jan g dapat menumbuhkan suatu pengertian, berdasarkan atas respek terhadap pandangan satu sama lain jan g bermatjam-matjam itu. Djiwa dan tata-kerdja demikianlah jan g mendekatkan kita dalam memetjalikan m asalah-masalah dan persoalan-persoalan jan g kita hadapi bersama dan jang memungkinkan untuk menjelesaikan tugas kita, ja n g demikian luas dan besarnja, dalam waktu jan g relatif tidak lama. Untuk itu bukanlah sekedar sebagai suatu form alitas belaka, ingin kami menjatakan terima kasih dan penghargaan tinggi atas kebidjaksanaan dan kearifan jan g ditempuh oleh DPR-GR, Panitia Chusus Pelaksanaan T A P M.P.R.S. X IX /M P R S /1966 chususnja, dalam melaksanakan tugas ini. Suatu tjara kerdja suatu kerdja sama jang tak lain tidak harus menudju kearah kemanfaatan bagi kita semua, mungkin dapat didjadikan landasan bagi hubungan baik antara Pemerintah dan DPR-GR dalam bidang legislatif. Bewerking dari materi jan g diperlihatkan oleh Pimpinan Panitya Chusus tersebut dan para anggotanja sungguh mengandung harapan, bahwa penjelesaian legislatif dapat diwudjudkan dalam bestek waktu jang wadjar, dan dilaksanakan dalam suatu kerdja-sama jang baik, pengertian dan p en g h a rg a a n, sebagai sjarat essentieel untuk mentjapai consensus. Dan apabila semangat dan suasana ini, ja n g terdapat antara Panitia Chusus, DPR-GR dan Pemerintah, dapat dialihkan dan disumbangkan kepada penjelesaian legislatif lainnja, maka ia dapat mengurangi, menjampingkan dan mungkin menghapuskan rintanganrintangan dan kelam banan dalam Perundang-undangan. Semoga pengalaman ini dapat didjadikan bahan pemikiran dan su m bangan bagi pekerdjaan kita jan g masih kita hadapi. Sekian, sekali lagi terima kasih dan penghargaan kami utjapkan. W A S S A L A M U A LA IK U M W ARACH M ATU LLAH I W ABARAKATU H. 69

72 SU R A T PIM PIN A N D.P.R.-G.R. K E P A D A PRESID E N R E PU B LIK INDONESIA. Dengan surat tertanggal Djakarta, 4 Djuli 1969 No. A D.3 /K / /D P R G R / 1969, Pimpinan D.P.R.-G.R. menjampaikan kepada Presiden Republik Indonesia Naskah Rantjangan Undangi tentang Pernjataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai Undang-undang, untuk disahkan. Bunji surat tersebut adalah sebagai berikut: N o.: A D.3/K /2245/D P R G R /1969. L am piran: 3 (tiga). *). Perihal: R.U.U. ttg. Pernjataan berbagai Pen.Pres. dan Per.Pres sebagai Undang-undang. R.U.U. ttg. Pernjataan tidak berlakunja berbagai U.U. dan PERPU. R.U.U. ttg. Penetapan berbagai PERPU mendjadi Undang-undang. Djakarta, 4 Djuli Kepada JTH. SA U D A R A PRESID E N R E P U B LIK IN D O N E SIA di D JA K A R T A. A M AT SEGERA. Dengan menundjuk kepada Amanat Presiden No. R -3 7 /P R E S /H K /3 / tanggal 16 Maret 1968 dan Amanat Presiden No. R -0 4 /P U /H K /7 / tanggal 16 Djuli 1968, dengan ini diberitahukan dengan hormat, bahwa Dewan Perwakilan Rakjat Gotong R ojong dalam rapat Pleno terbuka ke-85 pada tanggal 3 Djuli 1969 telah menjetudjui dan menerima setjara aklamasi 3 R.U.U.: 1. R.U.U. tentang Pernjataan berbagai Pen.Pres dan Per.Pres sebagai U ndang-undang. 2. R.U.U. tentang Pernjataan tidak berlakunja berbagai U.U. dan PER PU. 3. R.U.U. tentang Penetapan berbagai PERPU mendjadi Undang-undang; untuk disjahkan mendjadi Undang-undang. Naskah ketiga R.U.U. tersebut sebagaimana telah disetudjui oleh Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong, bersama ini kami kirimkan untuk disjahkan. P I M P I N A N D E W A N P E R W A K IL A N R A K JA T GOTONG ROJONG W A K IL K E T U A ttd. Drs. BEN M ANG RENG SA Y. *). Tjatatcni : Naskah Rantjangan Undang-undang tidak dilampirkan.

73 U N D A N G -U N D A N G NOM OR 6 T A H U N T E N T A N G P E R N J A T A A N T ID A K B E R L A K U N JA U N DANG-U N DANG DAN P E R A T U R A N P E M E R IN T A H P E N G G A N T I UNDANG-UNDANG. D E N G A N R A C H M A T T U H A N JA N G M A H A ESA, P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N ESIA, M enimbang : a. bahwa dalam rangka pemurnian pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 perlu menindjau kembali produk-produk legislatif ja n g berbentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, isebagaimana ditentukan dalam Ketetapan M adjelis Perm usjawaratan R akjat Sementara No. X IX /M P R S / tertanggal 5 Djuli 1966 dan Ketetapan Madjelis Perm usjaw aratan R akjat Sementara No. X X X IX / M PR S/1968 tertanggal 27 M aret 1968.; b. bahwa Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ja n g m aterinja bertentangan dengan Undangundang Dasar 1945 perlu dinjatakan tidak beriaku, dan bahwa pernjataan tidak berlaku tersebut perlu diatur dalam suatu Undang-undang; M engingat : 1. Pasal 5 a jat (1) dan pasal 20 a jat (1) Undang-undang Dasar 1945; 2. Ketetapan M adjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S / j'uncto Ketetapan Madjelis Perm usjawaratan R akjat Sementara No. XXXIX/M PRS/1968; Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong. MEMUTUSKAN : Menetapkan : U N D A N G -U N D A N G TEN TANG P E R N JA TA A N TIDAK B E R L A K U N JA BER BA G A I UNDANG-UNDANG DAN PER A T U R A N P E M E R IN T A H PENGGANTI UNDANG-UNDANG. Pasal 1. Terhitung sedjak disahkannja Undang-undang ini, menjatakan tidak berlaku Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sebagaimana termaksud dalam lampiran I dan II Undang-undang ini. Pasal 2. Pernjataan tidak berlakunja Undang-undang ja n g tertjantum dalam lampiran III Undang-undang ini ditetapkan pada saat Undang-undang jan g meng- gantikannja mulai berlaku. Pasal 3. Semua akibat hukum jan g timbul dari pernjataan tidak berlakunja Undangundang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sebagaimana termaktub dalam pasal 1 Undang-undang ini, diatur lebih landjut dengan Peraturan Pemerintah. 71

74 Pasal 4. Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. A gar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannja dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan: di Djakarta, pada tanggal 5 D juli P RESID E N R E P U B LIK INDONESIA, t.t.d. S O E H A R T O D JE N D E R A L T.N.I. Diundangkan: di Djakarta, pada tanggal: 5 Djuli SEK RETARIS N E G A RA R E PU B LIK IN DON ESIA, A L A M S J A H LEM BARAN N E G A R A R E PU B LIK IN D O N ESIA TAH U N 1969 NOMOR

75 L A M P IR A N I. U N D A N G -U N D A N G NOM OR 6 TAH U N T E N T A N G P E R N J A T A A N T ID A K BERLAICU N JA B E R B A G A I UNDANG-UNDANG D A N P E R A T U R A N P E M E R IN T A H PEN G G A N TI UNDANG-UNDANG. No. No. J riit Undang2 Tahun Lembaran N egara Tentang Keterangan Prp Dasar perhitungan Malayan Dollar untuk melakukan tarip padjak-padjak Negara di Daerah Kepulauan Riau Pembuatan Perdjandjian Persahabatan Republik Indonesia dan Republik Rakja t Tiongkok Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti tfndang-undang No. 3 tahun 1962 tentang penerimaan dan penggunaan Warganegara Asing jang dengan sukarela turut serta dalam perdjuangan pembebasan Irian Barat (Lembaran Negara tahun 1962 No. 21) mendjadi Undang-undang Gerakan Sukarelawan Indonesia Pengeluaran Pind jaman Obligasi konfrontasi G Pungutan istimewa atas Import untuk pembiajaan pembangunan d jalan raya lintas Sumatera. 73

76 LAMPIRAN II. UN DANG-UNDANG NOMOR 6 TAH U N TEN TAN G P E R N JA T A A N TID A K B ERLAKU N JA BERBAGAI U N DANG-UNDANG DAN P E R A TU R A N PEM ERIN TAH PEN GGAN TI UNDANG-UNDANG. No. Urut No. Perpu Tahun Lembaran Negara Tentang Keterangan Penggunaan dan pengawasan atas penggunaan danadana Investasi Pengendalian harga Perobahan Undang-undang No. 4 Prp. tahun 1959 dan Pentjabutan tentang Undang-undang No. 32 Prp. tahun 1960 dan Undangundang No. 34 Prp. tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1959 No. 91 dan Lembaran Negara tahun 1960 No. 94) Nilai transaksi rupiah dan pembebasan atas Import. 74

77 L A M P I R A N III. U N D A N G -U N D A N G N O M O R 6 T A H U N P E R N J A T A A N T ID A K B E R L A K U N J A B E R B A G A I U N D A N G -U N D A N G D A N P E R A T U R A N P E M E R IN T A H P E N G G A N T I U N D A N G -U N D A N G. N o. N o. rr. T. U;rut U n dan g2 Taliun Lem baran N egara Tentang Keterangan Pengesahan Undang-undang: D arurat No. 3 tahun 1955 (Lembaran N egara ta hun 1955 No. 15) tentang penundjukkan pelabuhan Palem bang mendjadi Perusahaan Negara dalam arti Indische Bedrjjvenwet (Staatblad ) mendjadi Undang-undang1. Perusahaan Daerah Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Pengadilan Landreform. Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung. G Pokok-pokok Daerah. Desa Pradja. Pemerintah 75

78 P E N D J E L A S A N A T A S UN DANG-U N DANG NOMOR 6 TAH U N 1969 TEN TA N G P E R N JA T A A N T ID A K B E R LA K U N JA B E R B A G A I UNDANG-UNDANG DAN P E R A T U R A N PEM E R IN TAH PEN GGAN TI UNDAJSTG-UNDANG. A. UMUM. Dalam rangka pemurnian pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945, Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S /1966 juncto Ketetapan M adjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X X X IX /M P R S / 1968 menugaskan kepada Pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakjat Gotong R ojong untuk menindjau kembali produk-produk legislatif jan g berbentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang memuat materi jan g bertentangan dengan Undang-undang Dasar Dalam mengadakan penindjauan itu, terdapat berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jan g memuat materi jang bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945, m isalnja: Undang-undang Nomor 19 tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Disamping itu dan pula jang memuat materi jan g tidak sesuai dengan situasi dan kondiisi, m isalnja: Undang-undang Nomor 12 tahun 1961 tentang Pembuatan Perdjandjian Persahabatan Republik Indonesia dan Republik Rakjat Tiongkok. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang baik jang bertentangan dengan Undang-undang Dasar maupun jan g tidak sesuai dengan situasi dan kondisi, perlu dinjatakan tidak berlaku. Akibat hukum jang mungkin timbul pernjataan tidak berlaku tersebut, diatur lebih landjut dengan Peraturan Pemerintah. B. P A SA L DEMI P A S A L - PASA L. 1. Tjukup djelas. P ASA L. 2. Undang-undang dalam lampiran III memuat materi dan masalah2 jan g perlu ditampung dalam Undang-undang baru. Berhubung dengan waktu penjelesaian Undang-undang, pula untuk menghindari kekosongan hukum, maka pernjataan tidak berlaku Undang-undang itu ditetapkan pada saat Undang-undang jan g menggantikannj a mulai berlaku. P ASA L. 3. Tjukup djelas. P A SA L. 4. Tjukup djelas. T A M B A H A N LE M B A R A N N E G A RA R E PU B LIK IN D O N ESIA NOMOR

79 U N D A N G -U N D A N G N O M OR 7 T A H U N 1969 T E N T A N G P E N E T A P A N B E R B A G A I P E R A T U R A N P E M E R IN T A H PENGGANTI U N D A N G -U N D A N G M E N D JA D I U N DANG-UN DANG. D E N G A N R A C H M A T T U H A N JA N G M A H A ESA P R E S ID E N R E P U B L IK IN D O N E SIA, M enim bang : a. bahwa dalam rangka pemurnian pelaksanaan Undang-undang D asar 1945 perlu menindjau kembali produk-produk legislatif ja n g berbentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, sebagaimana ditentukan dalam Ketetapan M adjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S / tertanggal 5 D juli 1966 dan Ketetapan M adjelis Perm usjawaratan R akjat Sementara No. X X X IX / M P R S/1968 tertanggal 27 Maret 1968; b. bahwa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang m aterinja tidak bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 perlu ditetapkan msndjadi Undang-undang; M engingat : 1. Pasal 5 aja t (1) dan Pasal 20 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945; 2. Ketetapan M adjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. X IX /M P R S / juneto Ketetapan Madjelis P e r m u sja w a r a t an R akjat Sementara No. X X X IX /M P R S / ;; Dengan pcrsetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong. MEMUTUSKAN: Menetapkan : U N D A N G -U N D A N G TEN TA N G PE N E TAPA N BERBAGAI P E R A T U R A N P E M E R IN T A H PENGGANTI UNDANG-UN DAN G M E N D JA D I UNDANG-UNDANG. Pasal 1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jan g tertjantum dalam lam piran Undang-undang ini, ditetapkan mendjadi Undang-undang. Pasal 2. Pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang ini diatur lebih landjut dengan Peraturan Pemerintah. 77

80 Pasal 3. Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. A gar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannja dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Djakarta. pada tanggal 5 Djuli PRESIDEN R E PU B LIK IN D O N ESIA, S O E H A R T O Djenderal T.N.I. Diundangkan di Djakarta, pada tanggal 5 Djuli SEK RETARIS N EGARA REPU BLIK IN DON ESIA, A L A M S J A H LEM B AR AN N EGARA REPU B LIK IN D O N ESIA TAH U N 1969 NOMOR

81 L A M P I R A N U N D A N G -U N D A N G N O M OR 7 T A H U N 1969 T E N T A N G P E N E T A P A N B E R B A G A I P E R A T U R A N P E M E R IN T A H PEN GGAN TI U N D A N G -U N D A N G M E N D JA D I U N D A N G -U N D A N G. Nom or Nom or urut Perpu Tahun Lembaran N egara Tentang Perdagangan barang-barang dalam pengawasan Perubahan dan tambahan Undang-undang No. 21 Prp. tahun 1960 tentang Bank Pembangunan Indonesia (L.N. Tahun 1960 No. 65) Penegasan dari pasal 16 ajat (6) Undangundang No. 7 Drt. tahun 1955 (L.N. tahun 1955 No. 27) tentang pengusutan, penuntutan dan peradilan tindak pidana ekonomi. Perubahan dan Tambahan Undang-undang No. 7 tahun 1960 L.N. Tahun 1960 No. 65 tentang Statistik). Kebidjaksanaan Penerimaan Negara tahun ,

82 P E N D J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENETAPAN BERBAGAI PERATURAN PEM ERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG MENDJADI UNDANG-UNDANG. A. UMUM. Dalam rangka pemurnian pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945, perlu produk-produk legislatif baik jang berbentuk Undang-undang maupun jang berbsntuk Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang memuat materi jang bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945, ditindjau kembali. Penindjauan kembali produk-produk legislatif tersebut adalah untuk memenuhi tugas jang dibebankan oleh Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. XIX/M PRS/1966 juncto Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara No. XXXIX/M PRS/19'68 kepada Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong-Rojong. Dalam mengadakan penindjauan kembali itu, terdapat berbagai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang jang memuat materi jang tidak bertentangan dengan Undang-undang Daear 1945 sehingga perlu ditetapkan mendjadi Undang-undang. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa terhadap Undang- Undang jang bersangkutan dapat diadakan penjempurnaan kelak apabila dirasakan kebutuhannja. B. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1, 2 dan 3. Tjukup djelas. TAM BAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

83 P E R A T U R A N P E M E R I N T A H R E P U B L IK IN D O N E S IA N O M O R 27 TH T E N T A N G P E L A K S A N A A N U N D A N G -U N D A N G N O M O R 7 T A H U N T E N T A N G P E N E T A P A N B E R B A G A I P E R A T U R A N P E M E R IN T A H PE N G G A N TI U N D A N G -U N D A N G M E N D J A D I U N D A N G -U N D A N G. P R E S ID E N P E P U B L IK IN D O N E S IA, M enim bang : Mengingat : bahw a perlu diadakan peratu ran untuk melaksanakan Undangu ndan g N om or 7 tahun 1969 tentang Penetapan berbagai Peratu ran Pem erintah P engganti U ndang-undang mendjadi Undangundang. 1. Pasal 5 a ja t (2) U ndang-undang D asar 1945; T ahun 1969 N om or 38). 2. U ndang-undang N om or 7 tahun 1969 (Lembaran Negara MEMUTUSKAN M en etapkan : P E R A T U R A N P E M E R IN T A H T E N TA N G P E L A K S A N A A N U N D A N G -U N D A N G NOMOR 7 T A H U N 1969 T E N TA N G P E N E T A P A N B E R B A G A I P E R A T U R A N P E M E R IN T A H P E N G G A N T I U N D A N G -U N D A N G M ENDJADI U N D AN G -U N D AN G. Pasal 1. P eraturan Pem erintah Pengganti Undang-undang sebagaimana tertjantum dalam lam piran U ndang-undang Nom or 7 tahun 1969 tentang Penetapan berbagai P eraturan Pem erintah Pengganti Undang-undang mendjadi Undang-undang, sedjak disahkannja U ndang-undang Nomor 7 tahun 1969 tersebut, mendjadi U ndang-undang dengan Ketetapan sebagai berikut: a. Perkataan P eratu ran Pemerintah Pengganti Undang-undang diganti dengan perkataan U ndan g-u n dang. b. N om or P eraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi Nomor U ndang-undang ja n g m enggantinja dengan ditambah h uruf-huiuf P ip. dibelakangnja. c. Tahun P eraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang mendjadi tahun U ndang-undang ja n g menggantinja. 81

84 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan peng-undangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannja dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Djakarta, Pada tanggal 8 Oktober PRESIDEN REPU BLIK IN DON ESIA, ttd. S O E H A R T O DJEN D ERAL T.N.I. Diundangkan di Djakarta, Pada tanggal 8 Oktober 1969 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd. A L A M S J A H LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAH UN 1969 NOMOR 50.

85

86 PE R Pl FAK. H 34 2.( ' I

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 12/1968 30 Agustus 1968 No. 1/DPRD.GR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN PEMUNGUTAN SUMBANGAN IURAN UNTUK MEMBANTU PEMBIAJAAN PENJELENGGARAAN RADIO REPUBLIK INDONESIA KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1970 TENTANG TATA-TJARA PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA- ANGGOTA D.P.R., D.P.R.D. I DAN D.P.R.D II. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 5 / 1966 14 Desember 1966 No. 4/D.P.R.D.G.R./1964. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REBPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 tahun 1971 TENTANG PERDJANDJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REBPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 tahun 1971 TENTANG PERDJANDJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REBPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 tahun 1971 TENTANG PERDJANDJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA DISELAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 31/1968 31 Desember 1968 No. 5/DPRD.GR.//1968- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia, DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 40, 1955. BEA-MASUK DAN BEA-KELUAR-UMUM. PEMBEBASAN. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1955, tentang peraturan pembebasan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II - 5 - SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II Pentjalonan ini dikemukakan untuk pemilihan Anggota DEWAN PERWAKILAN RAKJAT/DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH TINGKAT I/DEWAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 5 tahun 1969 27 Pebruari 1969 No. : 6/Kep/D.P.R.D.G.R./1968 Keputusan : Dewan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kabupaten Djembana Tanggal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9 tahun 1969 24 Pebruari 1969 No. 1/DPRDGR/67. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BANGLI Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 22/1968 18 Nopember 1968 No. 1/SK/DPRD-GR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN GIANYAR K E P U T U S A

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) NO. 7/1963 27 Pebruari 1963 No. : 6/DPRD-GR/1962,- Keputusan :Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah Tingkat II Buleleng

Lebih terperinci

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1 III. I. ORDONANSI PADJAK PERSEROAN 1925. Stbl. 1925 No. 319; Stbl. 1927 No. 137; Stbl. 1930 No. 134; Stbl. 1931 No. 168; Stbl. 1932 No. 196 dan 634; Stbl. 1934 No. 106 dan 535; Stbl. 1938 No. 155 dan 319;

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuatan ekonomi potensiil jang dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk mendjamin bagian jang lajak dari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untuk kepentingan kelantjaran pelaksanaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa dalam penjelesaian Revolusi Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 25/1963. 8 Djuni 1963. No. 12/DPRD/1962. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9/1968 19 April 1968 No. 3/P/DPRDGR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KARANGASEM Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 1/1968 20 Januari 1968 No. 2/D.P.R.D.G.R./1967. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 1971 TENTANG TUNDJANGAN CHUSUS PEMBINAAN KEUANGAN NEGARA KEPADA PEGAWAI DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha peningkatan dan pengamanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 11/1966. 14 Desember 1966. No. : 2/D.P.R.D.-G.R./1965.- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1970 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERDJA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENTJANA NASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1970 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERDJA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENTJANA NASIONAL KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1970 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERDJA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENTJANA NASIONAL PREISDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Program

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1969 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa struktur organisasi,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun 1969 16 Oktober 1969 No. 4/DPRDGR/A/Per/23 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 43 tahun Djuli 1969 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH KABUPATEN BANGLI

PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 43 tahun Djuli 1969 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH KABUPATEN BANGLI PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 43 tahun 1969 18 Djuli 1969 No: I/PD/DPRDGR/1969. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH KABUPATEN BANGLI Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 13 tahun 1970 29 April 1970 No. 2/DPRDGR/A/Per/15. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 10/1963 13 April 1963 No.5 /DPRDGR/1963. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Meretapkan Peraturan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa perlu mengeluarkan petundjuk Pelaksanaan penjelenggaraan urusan hadji jang dimaksud dalam Keputusan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 32 tahun 1970 19 Agustus 1970 No. 3/PD/26/1970. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KLUNGKUNG Menetapkan peraiuran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMBAHARUAN BEBERAPA HAK ATAS TANAH SERTA PEDOMAN MENGENAI TATA-TJARA KERDJA BAGI PEDJABAT-PEDJABAT JANG BERSANGKUTAN Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 27 tahun 1970 17 Djuli 1970 Keputusan : Dewan Pewakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Propinsi Bali. Tanggal : 3 Djuli 1969. Nomor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1954, TENTANG SURAT MENGEMUDI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5 No. 5 Tahun 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN Menimbang : a. bahwa berhubung dengan keanggotaan Republik Indonesia pada Perserikatan Bangsa-Bangsa, dianggap perlu untuk mengirimkan suatu Delegasi

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. No.6/ 1959. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. menetapkan peraturan-daerah sebagai berikut : PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. (1) Dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERBEKALAN DAN PERHUBUNGAN PADA LEMBAGA PEMILIHAN UMUM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERBEKALAN DAN PERHUBUNGAN PADA LEMBAGA PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERBEKALAN DAN PERHUBUNGAN PADA LEMBAGA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untuk kepentingan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1969 TENTANG PERNYATAAN TIDAK BERLAKUNYA BERBAGAI UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 25 tahun 1970 17 Djuli 1970 No. 43/PD/DPRDGR/1969. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang 1946, No. 22 PENTJATATAN NIKAH. Peraturan tentang pentjatatan nikah, talak dan rudjuk. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1) bahwa peraturan pentjatatan nikah, talak dan rudjuk seperti

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun 1969 28 Mei 1969 No. 6 a 1/DPRDGR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 30/1963 5 Juli 1963 No : 2/DPR/1962 DEWAN PERWKAILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Status : Mendjadi UU No.3 Th.1951 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk mengawasi berlakunja Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 2/1968 20 Djanuari 1968 No. 3/D.P.R.D.G.R./1967. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) Mengubah Peraturan Uap No. 342 tahun 1924 Menimbang bahwa dianggap perlu untuk menindjau kembali Peraturan Uap jang ditetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 1 / 1966 14 Desember 1966 No. 8/D.P.R.D.G.R./1962 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 4 / 1966 14 Desember 1966 No. 3/D.P.R.D.G.R./1964. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Jang Berikut : PERATURAN DAERAH TENTANG MENGADAKAN

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1953 TENTANG PENDJUALAN MINUMAN KERAS DAN PEMUNGUTAN PADJAK ATAS IZIN PENDJUALAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Sebagai Berikut : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR TENTANG PADJAK

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 No.11/ 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan 1 UNDANG-UNDANG GRASI (Undang-Undang tgl. 1 Djuli 1950 No. 3.) LN. 50-40: (mulai berlaku. 6-7-'50.) Anotasi: Dg. UU ini, dicabut: Gratie Regeling, S. 1933-2; PP No. 67 th. 1948 tentang permohonan grasi;

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 37/1968 31 Desember 1968 No. 4/D.P.R.D.-G R./1965 Pasal 1. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. :18/1969. 2 Mei 1969 No.5/DPRD-GR/1966 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan Peraturan Daerah sebagai

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954. Tjetakan ke 2 tgl. Mei 1958. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni 1954. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1954. Tentang PERIZINAN MEMBUAT REKLAME DAN PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 180 TAHUN 1953 TENTANG PERATURAN TENTANG PEMERIKSAAN-KAS PADA PARA BENDAHARAWAN JANG MENERIMA UANG UNTUK DIPERTANGGUNG DJAWABKAN DARI KANTOR-KANTOR PUSAT PERBENDAHARAAN OLEH PARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannja

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1968 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NASIONAL (P.N. PERTAMINA) PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertegas struktur

Lebih terperinci

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Varia No. 406 Hal. 4 1966 (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untukk memantapkan harga beras dan mentjukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, perlu menetapkan kebidjaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 24 tahun 1970 17 Djuni 1970 Keputusan : Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kab. Gianyar Tanggal : 18 Nopember 1969 Nomer

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 No.10/ 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 16/1968 17 Oktober 1968 No. 7/PD/DPRDGR/KLK/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KLUNGKUNG Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 3 / 1966 14 Desember 1966 No. 1/DPRD.GR./1962. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANGLI Menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu diadakan peratuaran tentang penggunaan Lambang Negara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun 1969 16 Oktober 1969 No.6/DPRDGR/A/Per/23 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PENIMBUNAN BARANG-BARANG (UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 17 TAHUN 1951) SEBAGAI UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHAESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 43 Tahun 1970 1 September 1970 No: 8/P/LK/DPRD-GR/1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KARANGASEM Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 63 tahun 1970 10 November 1970 No: 2/PD/DPRD-GR/1970. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BANGLI Menetapkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 16/1963 20 April 1963 No. 7/DPRD-GR/1963.- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Menetapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN Menimbang : bahwa berhubung dengan diadakannja Kementerian Peladjaran perlu menindjau kembali susunan dan lapangan pekerdjaan Kementerian Perhubungan.

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan. 1955. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1955. Tentang TANDA-NOMOR DAN SURAT-TANDA-NOMOR BAGI KENDARAAN BERMOTOR DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli. 1953 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBANTAIAN HEWAN, PEMERIKSAAN DAGING

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun Desember 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun Desember 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun 1969 18 Desember 1969 Keputusan : Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kabupaten Tabanan. Tanggal : 2 Agustus

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 66 tahun 1970 20 November 1970 No: 11/DPRD-GR/A/Per/29 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des.1952. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun 1952. TENTANG PEMADAM API DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA

Lebih terperinci

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 Harian Rakjat Djum at, 30 Oktober 1964 Para Sdr. Kuliah

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar segala kegiatan jang akan menundjang pengembangan kepariwisataan jang merupakan faktor potensiil

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1972 TENTANG ORGANISASI LEMBAGA SANDI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1972 TENTANG ORGANISASI LEMBAGA SANDI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1972 TENTANG ORGANISASI LEMBAGA SANDI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka usaha melaksanakan penertiban Aparatur dan Administrasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 31/1963 11 Juli 1963 No : 1/DPRD.gr/1962 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANGLI Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 47 tahun Djuli 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 47 tahun Djuli 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 47 tahun 1969 18 Djuli 1969 No. : 42/PD/DPRDGR/1969. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT. Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut:

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT. Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut: DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut: PERATURAN DAERAH, DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.44 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.44 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NO.44 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN Menimbang : a. bahwa berhubung dengan di adakannja Konperensi " ECAFE" KE-XIII jang Akan berlangsung di BANGKOK dari tanggal 18 Maret 1957 sampai dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 7 / 1966 14 Desember 1966 No. : 11 / DPRD G.R. / 1964. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 48 TAHUN 1951 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 48 TAHUN 1951 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 48 TAHUN 1951 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dianggap perlu mengirimkan suatu perutusan Republik Indonesia sebagai penindjau (observer)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA N o.135 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA N o.135 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN N o.135 TAHUN 1951. KAMI, PRESIDEN Menimbang : bahwa dipandang perlu sekali Indonesia, sebagai anggauta "INTERNATIONAL TELECOMMUNICATION UNION" (I. T. U.), ikut serta dalam "KONPERENSI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16 TAHUN KAMI, PEDJABAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16 TAHUN KAMI, PEDJABAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR : 16 TAHUN 1968. KAMI, PEDJABAT PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk lebih memantapkan serta mendjamin berhasilnja pelaksanaan program-program Pemerintah jang penting pada tahap stabilisasi,

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITEIT GADJAH MADA Peraturan tentang Universiteit Gadjah Mada. Menimbang : bahwa perlu mengadakan peraturan tentang Universitit Negeri

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 95 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 95 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 95 TAHUN 1956. KAMI, PRESIDEN Menimbang : a. bahwa berhubung dengan terpilihnja Indonesia mendjadi Anggota E.C.O.S.O.C. mulai tahun 1956 untuk masa waktu 3 (tiga) tahun, maka diangap

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 11/1968 21 April 1968 No. 510 a/dprdgr/a/ii/4/23. LAMPIRAN dari surat keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1969 TENTANG PERNYATAAN BERBAGAI PENETAPAN PRESIDEN DAN PERATURAN PRESIDEN SEBAGAI UNDANG- UNDANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1969 TENTANG PERNYATAAN BERBAGAI PENETAPAN PRESIDEN DAN PERATURAN PRESIDEN SEBAGAI UNDANG- UNDANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1969 TENTANG PERNYATAAN BERBAGAI PENETAPAN PRESIDEN DAN PERATURAN PRESIDEN SEBAGAI UNDANG- UNDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. No. 164 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. No. 164 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 164 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN Menimbang : perlu dilakukan usaha-usaha untuk lebih menjesuaikan pendidikan teknik dengan keperluan pembangunan Negara dan Masjarakat ; Memperhatikan

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1968 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA PERTAMBANGAN MINJAK DAN GAS BUMI NASIONAL (P.N. PERTAMINA) Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka membangkitkan semangat kebersamaan persatuan dan

Lebih terperinci