BAB II KAJIAN TEORI. Antropolog Indonesia Koentjaraningrat dalam bukunya. itu mempunyai paling sedikit tiga wujud yaitu:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. Antropolog Indonesia Koentjaraningrat dalam bukunya. itu mempunyai paling sedikit tiga wujud yaitu:"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kebudayaan Kebudayaan mencakup pengertian sangat luas. Kebudayaan merupakan keseluruan hasil kreativitas manusia yang sangat komplek. Di dalamnya berisi struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga merupakan kesatuan yang berfungsi sebagai pedoman kehidupan. Antropolog Indonesia Koentjaraningrat dalam bukunya. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan yang mengemukakan bahwa budaya manusia itu mempunyai paling sedikit tiga wujud yaitu: a. Wujud kebudayaan yang sebagai suatu komplek dan ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma peraturan dan sebagainya, wujud ini berada pada alam pikiran dari warga masyarakat atau dapat pula berupa tulisan-tulisan, karang-karangan warga masyarakat yang bersangkutan. b. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, wujud ini berupa sistem sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, ia berupa kebudayaan fisik yang berbentuk nyata yang merupakan hasil karya masyarakat yang bersangkutan 5

2 Konsep ahli antropologi, Alfred Ktoeber dan Clyde Kluckhohn, yaitu kebudayaan terdiri dari pola-pola yang nyata maupun tersembunyi, dari dan untuk perilaku yang diperoleh dan dipindahkan dengan simbolsimbol, yang menjadi hasil-hasil yang tegas dari kelompok-kelompok manusia; termasuk perwujudannya dalam barang-barang buatan manusia ; inti yang pokok dari kebudayaan terdiri dari gagasan gagasan tradisional (yaitu yang diperoleh dan dipilih secara historis) dan khususnya nilainilainya yang tergabung di satu pihak, sistem-sistem kebudayaan dapat dianggap sebagai hasil-hasil tindakan, di pihak lainnya sebagai unsurunsur yang mempengarui tindakan selanjutnya, hal ini sesuai dengan keyakinan para filsuf yang cenderung untuk menganggap gagasangagasan, simbol-simbol dan nilai sebagai inti kebudayaan Seorang Antropologi yaitu E.B. Tylor dalam tahun 1987 pernah memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya); Kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat Dengan ini perkataan kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, yaitu mencakup segala cara cara atau pola pola berfikir, merasakan dan bertindak. (Soerjono Soekamto, 1969: 40). 6

3 Adanya kait-mengait diantara unsur-unsur kebudayaan dapat dikatakan bahwa kebudayan adalah sebagai sistem. Artinya, kebudayaan merupakan suatu kesatuan organisasi dari rangkaian gejala, wujud, dan unsur-unsur yang berkaitan satu dengan yang lainnya. (Tri Widiarto dkk, 2000: 10). Manusia sebagai makhluk berbudaya karena akal dan kebebasannya, kehendaknya yang membedakan dari binatang, karena manusia mampu berbicara, berbahasa dan bekerja. Dengan demikian, kebudayaan adalah dari manusia, hasil karyanya serta dipersembahkan bagi sesamanya. (Mudji Sutrisno, 1993: 24). Konsep filosofi kebudayaan biasanya berangkat dari perbedaan antara manusia dan binatang. Binatang dipahami sebagai gejala alamiah. Dalam pendekatan sosiologi, konsep kebudayaan dikaitkan dengan masyarakat. Di sini kebudayaan dapat dirumuskan sebagai cara hidup suatu masyarakat. Kebudayaan sebagai cara hidup yang dianut oleh warga masyarakat itu pada umumnya cara hidup yang dianut bersama dalam masyarakat inilah kebudayaan. Jadi subyek kebudayaan bukan manusia individu, melainkan masyarakat. ( Pamerdi Giri Wiloso dkk, 1990: 14-15). Pada hakekatnya unsur kebudayaan yang disebut religi adalah amat komplek, dan berkembang atas berbagai tempat di dunia. Semua manusia tahu bahwa akan adanya suatu alam dunia yang tak tampak, yang ada di luar batas panca indranya dan di luar batas akal. Dunia supranatural menurut kepercayaan manusia adalah dunia ghaib yang memiliki kekuatan yang sehingga ditakuti manusia. Koentjaraningrat, 1977: ). 7

4 Menurut Bakker SJ, (1984: 42 ) Kesosialan sebagai sifat, unsur asas dan alat yang erat hubungannya dengan kebudayaan. Pertanyaan yang sering muncul dalam masyarakat adalah Apakah sebenarnya yang mencakup dalam konsep kebudayaan itu? Banyak orang yang mengartikan konsep itu dalam arti yang terbatas, ialah pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang memenuhi hasratnya akan keindahan. Dengan singkat kebudayaan adalah kesenian. Dalam arti seperti konsep itu memang terlampau sempit. Sebaliknya, banyak para ahli ilmu sosial. Mengartikan konsep kebudayaan itu dalam arti yang amat luas yaitu total dari pemikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. (Koentjaraningrat, 1974: 11). 1. Koentjaraningrat (1974: 19) mendefinisikan kebudayaan sebuah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kata belajar memberi pengertian bahwa amat sedikit tindakan kehidupan manusia di tengah-tengah masyarakat yang tidak dilakukan dengan belajar. Memang kebudayaan dan tindakan kebudayaan adalah segala perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia dengan belajar. Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan didasarkan pada penalaran, kesengajaan dan pandangan hidup orangnya. Kebudayaan memiliki sifat-sifat dan gejala-gejala dinamik, karena kebudayaan peka terhadap perubahan. Kebudayaan 8

5 memang berubah-ubah dari generasi kegenerasi. Kebudayaan generasi nenek moyang berbagi dengan kebudayaan kita sekarang. 2. Pengertian Tradisi Tradisi dalam bahasa latin traditio, diteruskan atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Tradisi merupakan warisan atau norma-norma adat-istiadat, kaidahkaidah, harta-harta. Tetapi tradisi bukan suatu yang tidak dapat diubah. Tradisi justru diperpadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Manusia yang membuatkan ia yang menerima, ia pula yang menolaknya atau mengubahnya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita perubahan-perubahan manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola kebudayaan yang sudah ada. (Van Reusen, 1992: 115). Tradisi merupakan roh dari sebuah kebudayaan. Tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan langgeng. Dengan tradisi hubungan antara individu dengan masyarakatnya bisa harmonis. Dengan tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Bila tradisi dihilangkan maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir disaat itu juga. Setiap 9

6 sesuatu menjadi tradisi biasanya telah teruji tingkat efektifitas dan efisiennya. Efektifitas dan efisiennya selalu mengikuti perjalanan perkembangan unsur kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam menyelesaikan persoalan kalau tingkat efektifitasnya dan efisiennya rendah akan segera ditinggalkan pelakunya dan tidak akan pernah menjelma menjadi sebuah tradisi. Tentu saja sebuah tradisi akan pas dan cocok sesuai situasi dan kondisi masyarakat pewarisnya. Menurut Bastomi (1986: 1) Upacara tradisi adalah kegiatan yang melibatkan warga masyarakat dalam usaha bersama-sama untuk mencapai tujuan keselamatan bersama. Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Upacara tradisi bertujuan untuk menciptakan suasana yang tenang serta menghindarkan dari bahaya yang akan mengancam di kemudian hari. b. Upacara tradisi merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya mengandung makna bahwa upacara tersebut harus diikuti dan dilaksanakan seluruh warga masyarakat tanpa ada rasa terpaksa. c. Dalam upacara tradisi ini banyak larangan yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat, karena kalau dilanggar bisa berakibat kematian. d. Upacara Tradisional tumbuh dan menyebar melalui berbagai sikap perbuatan manusia terhadap peristiwa tertentu. Peranan tradisi terutama sangat nampak pada masyarakat pedesaan walaupun kehidupan tradisi terdapat pula pada masyarakat kota. Masyarakat pedesaan dapat diidentifikasikan sebagai masyarakat agraris, 10

7 maka sifat masyarakat sepeti itu cenderung tidak berani berspekulasi dengan alternatif yang baru. Tingkah laku masyarakat selalu pada pola-pola tradisi yang telah lalu (Bastomi, 1986: 14). Selanjutnya dari konsep tradisi akan lahir istilah tradisional. Tradisional merupakan sikap mental dalam merespon berbagai persoalan dalam masyarakat. Di dalamnya terkandung metodologi atau cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain setiap tindakan dalam menyelesaikan persoalan berdasarkan tradisi. Salah satu tradisi masyarakat Jawa adalah upacara-upacara adat yang dikemas secara tradisional yang disebut juga Upacara Tradisional. Upacara Tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya (Purwadi, 2005: 1). 3. Upacara Tradisional Kebudayaan merupakan satu bentuk warisan sosial yang dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya sebagai suatu warisan kebudayaan yang mengalami perkembangan selaras perkembangan masyarakat itu sendiri. Agar supaya di dalam perkembangannya, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kebudayaan tidak tenggelam, perlu diupayakan penanaman nilai nilai tersebut melalui sarana atau media tertentu. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui pengenalan serta pemahaman Upacara Tradisional. 11

8 Salah satu bentuk kebudayaan yang dimiliki dan dikembangkan oleh masyarakat adalah Upacara Tradisional. Konsep Upacara Tradisional berkaitan erat dengan keberadaan lingkungan di mana masyarakat berdiam. Menurut Koentjaraningrat, bahwa seluruh alam diliputi kekuatan ghaib tertentu yang rupanya berada dalam segala hal. Kekuatan itu dianggap berada di luar kemampuan dari kesadaran pemikiran manusia. Sistem upacara merupakan suatu perwujudan dari religi yang memerlukan suatu pengamatan secara ilmiah dan khusus (Koentjaraningrat, 1981: 241). Menurut Supanto dalam Sunyata (1996: 2) Upacara Tradisional yaitu kegiatan sosial yang melibatkan para warga dalam mencapai tujuan keselamatan bersama. Upacara Tradisional merupakan bagian yang integral dari kebudayaan masyarakat. Hal ini terwujud karena fungsi Upacara Tradisional bagi kebudayaan masyarakat. Penyelenggaraan Upacara Tradisional sangat penting artinya bagi masyarakat pendukungnya. Keberadaan Upacara Tradisional tidak terlepas dari keberadaan masyarakat pendukungnya, artinya apakah suatu Upacara Tradisional masih dipertahankan atau tidak tergantung dari masyarakat pendukungnya itu sendiri. Hal ini tidak terlepas dari keyakinan terhadap kesakralan pelaksanaan Upacara Tradisional. Levi Bruhl mengungkapkan adanya masyarakat yang memiliki keyakinan bahwa alam diliputi oleh suatu kekuatan ghaib tertentu yang berada dalam segala hal. Kekuatan itu dianggap berada di luar kemampuan 12

9 dan kesadaran pikiran manusia, tetapi kekuatan tersebut dapat menyebabkan kebahagiaan atau malapetaka. Untuk mengendalikannya maka melalui bentuk pelaksanaan upacara yang ada di dalamnya terdapat ritual-ritual tertentu (Koentjaraningrat 1981: 91). Upacara Tradisional yang dilaksanakan oleh masyarakat pendukungnya bertujuan untuk mencapai keselamatan bersama. Dalam pelaksanaan upacara tersebut berisi ritual-ritual tertentu yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh warga masyarakat. Adapun keharusan ini semakin memperkokoh rasa kebersamaan diantara mereka. Aturan-aturan atau ritual-ritual yang harus dipatuhi dan dilaksanakan tersebut diwariskan secara turun-temurun, sehingga berperan melestarikan ketertiban hidup masyarakat itu, kepatuhan yang muncul untuk taat melaksanakan ritual tidak terlepas dari kesakralan serta daya magis/ghaib dari pelaksanaan upacara. Sesuatu yang sakral adakalanya tidak berbentuk pada benda-benda yang kongkrit, yang sakral biasanya dijadikan sebagai objek atau sarana penyembahan dari upacara-upacara keagamaan dan diabadikan dalam ajaran kepercayaan. Dalam ajaran kepercayaan itulah munculnya ritual. Ritual mengandung makna upacara, yaitu tindakan menurut adat atau agama (Minsarwati 2002: 28-29). Ritual itu sendiri adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan mitos yang bertujuan untuk mensakralkan diri dan dilakukan secara rutin, tetap, berkala yang dapat dilakukan secara 13

10 perorangan maupun kolektif menurut ruang dan waktu, serta berdasarkan konvensi setempat (Zeffry 1998: 98). Menurut Wallek dan Werren (1995: 243) mitos mengikuti dan berkaitan erat dengan ritual. Mitos adalah bagian ritual yang diucapkan, cerita yang diperagakan melalui ritual. Dalam suatu masyarakat, ritual dilakukan oleh pemuka-pemuka agama untuk menghindarkan bahaya atau mendatangkan keselamatan. Mitos berarti cerita-cerita anonim mengenai asal mula alam semesta, nasib dan tujuan hidup. Dari adanya keharusan mematuhi aturan dalam ritual upacara di dalam masyarakat pada akhirnya membentuk pranata sosial yang tidak tertulis. Akan tetapi harus dikenal dan dipatuhi oleh seluruh warga masyarakat secara turun-temurun. Upacara Tradisional disamping sebagai pranata sosial berfungsi pula sebagai wahana komunikasi antar sesama warga dengan dunia ghaib. Komunikasi manusia dengan hal ghaib dinampakkan dalam simbol-simbol pula, nilai-nilai etis, pesan-pesan ajaran agama, maupun norma-norma disampaikan kepada seluruh warga. Dengan demikian Upacara Tradisional dimanfaatkan pula sebagai sarana sosialisasi kepada warga khususnya generasi muda. Suatu ritus atau religi terdiri dari suatu kombinasi yang merangkaikan beberapa tindakan. Ritus dan upacara bukan peristiwa biasa, tetapi peristiwa yang dilaksanakan dengan emosi keagamaan dan biasanya mempunyai sifat keramat (Koentjaraningrat, 1993: 44) 14

11 4. Jenis-Jenis Upacara Tradisional Upacara-Upacara Tradisional yang ada di Indonesia secara garis besarnya dapat dibagi menjadi: a. Upacara Tradisional dalam kaitannya dengan alam merupakan upacara yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap dunia ghaib dan peristiwa-peristiwa alam. b. Upacara Tradisional yang berhubungan dengan leluhur. Upacara tradisi berhubungan erat dengan adanya harapan keselamatan dalam hidupnya, serta dijauhkan dari gangguan-gangguan makhluk halus dan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri. (Kamajaya Karkoro,1992: 5). c. Upacara tradisi yang berkaitan dengan mitos, yaitu upacara tradisi yang didalamnya mengandung pemujaan terhadap seseorang yang dianggap memiliki kemampuan di atas kemampuan manusia normal (memiliki kesaktian). d. Upacara tradisi yang berkaitan dengan legenda, yaitu legenda yang dianggap mempunyai daya kemampuan yang hebat atau benar-benar terjadi di kehidupan masyarakat setempat. 5. Tujuan Upacara Tradisional Upacara Tradisional yang dilakukan oleh oleh anggota komunitas baik secara bersama atau individu bertujuan untuk mendapatkan keselamatan agar dihindarkan dari segala bala (malapetaka). 15

12 Bahwa Upacara Tradisional dilakukan juga secara berkala mengingatkan warga akan segala norma dan aturan supaya dalam bertindak tidak menyimpang dari aturan atau norma yang ada dalam komunitas bersangkutan. Karena jika terjadi penyimpangan, akibat yang muncul akan menimpa semua anggota masyarakat atau komunitas. 6. Unsur-Unsur Upacara Tradisional Upacara Tradisional baik yang bersifat religi/keagamaan maupun adat memiliki unsur atau komponen yang sama. Unsur-unsur yang terkandung adalah a. Tempat Upacara b. Saat Upacara c. Benda-benda dan alat upacara d. Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. (Koentjaraningrat, 1977: 241). Upacara yang dilakukan merupakan perbuatan yang keramat, oleh karena itu unsur/komponen upacara tersebut dianggap keramat. Hal ini berkaitan erat dengan prinsip yang mendasari dilaksanakan kegiatan upacara, yaitu manusia diharapkan pada satu kekuatan yang berada di luar jangkauan kemampuan pikirannya yang memiliki keghaiban. Di samping empat komponen tersebut diatas, kegiatan upacara mengandung sebelas unsur perbuatan yaitu: 1) Bersesaji 16

13 Bersesaji merupakan perbuatan untuk menyajikan makanan, benda-benda dan sebagainya kepada roh-roh nenek moyang atau makhluk halus lain, dengan tujuan supaya acara tersebut bisa berjalan dengan lancar. Sesaji ini merupakan sarana dan prasarana yang penting dalam upacara tradisi yang erat hubungannya dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat tentang adanya roh-roh halus. 2) Berkurban Berkurban merupakan perbuatan-perbuatan penyembelihan binatang kurban atau manusia, secara upacara. Kadang-kadang ada maksud bahwa binatang yang disembelih itu disajikan kepada dewa-dewa, tetapi biasanya dalam perbuatan-perbuatan upacara serupa itu orang sendirilah yang akan makan binatang yang dikurbankan itu, dan bukan dewa-dewa. Dengan makan binatang kurban tadi orang akan memasukkan dewa ke dalam dirinya sendiri. Upacara berkurban pada manusia sekarang tidak pernah dilakukan lagi. 3) Berdoa Berdoa adalah suatu unsur yang banyak terdapat dalam berbagai upacara keagamaan di dunia. Doa pada awal mulanya adalah upacara hormat dan pujian kepada leluhur, biasanya doa diiringi dengan gerak-gerik dan sikap-sikap tubuh yang pada dasarnya merupakan gerak dan sikap-sikap menghormat dan 17

14 merendahkan diri terhadap para leluhur, dewata, atau terhadap Tuhan. Kecuali itu juga arah muka atau kiblat pada waktu mengucapkan doa, merupakan suatu unsur yang amat penting dalam banyak religi dunia. 4) Makan bersama Makan bersama merupakan suatu unsur perbuatan bersama yang amat penting dalam upacara religi dan agama di dunia. Dasar pemikiran itu rupa-rupanya mencari hubungan dengan dewa-dewa, dengan cara mengundang dewa-dewa pada suatu pertemuan makan bersama. Dalam kehidupan beberapa suku bangsa di Indonesia yang beragama Islam, upacara kenduri atau slametan merupakan suatu unsur yang amat penting dalam upacara keagamaan. 5) Menari Menari seringkali merupakan suatu unsur penting dalam banyak upacara keagamaan, jalan pikiran yang berada di belakang perbuatan ini rupanya memaksa alam bergerak. Dari banyak suku bangsa yang memiliki kepercayaan bahwa gerak alam bukan merupakan hak yang mutlak. Seperti tubuh manusia, gerak alam bisa sekonyong-konyong berhenti dan alam berhenti berarti alam binasa. Apabila matahari tidak terbit lagi, apabila guntur dan petir tidak menggelegar lagi, apabila hujan tidak turun lagi, maka alam akan hancur. Demikian manusia mempunyai dorongan batin yang 18

15 besar supaya alam tidak berhenti, dan orang memaksa alam untuk bergerak dengan jalan menari. 6) Berprofesi (berpawai) Berprofesi merupakan suatu perbuatan yang amat umum dalam banyak religi di dunia. Dalam proses seringkali dibawa benda-benda keramat seperti: patung dewa-dewa, lambanglambang, benda-benda pusaka yang sakti dan sebagainya, dengan maksud supaya kesaktian yang memancar dari benda-benda itu bisa memberi pengaruh kepada keadaan tempat tinggal manusia dan terutama pada tempat-tempat yang dilalui pawai itu, upacara pawai sering juga mempunyai maksud yang pada dasarnya sama, tetapi yang dilakukan dengan cara lain ialah mengusir makhluk halus, hantu, dan segala kekuatan yang menyebabkan penyakit serta bencana dari sekitar tempat tinggal manusia, tidak dengan memakai benda sakti melainkan memakai benda nyanyian keramat, mantra-mantra, teriak dengan bunyi-bunyi yang keras. 7) Upacara Seni Drama Kekuatan kepada orang-orang untuk tahan kepada penderitaan yang akan datang. Contoh dari permainan seni drama di Indonesia yang berfungsi sebadai upacara keagamaan adalah seni drama Calonarang di Bali, yang menceritakan seorang wanita dukun sihir jahat bernama Calonarang yang suka menyebarkan penyakit diantara rakyat raja Erlangga dari negara Kahuripan. Seni 19

16 drama tersebut oleh orang Bali mempunyai efek yang keramat, yang dapat menolak penyakit. Seni drama seringkali mempunyai arti suci dari mitologi atau kitab suci. Kegiatan mendramakan beberapa peristiwa dari kehidupan tokoh-tokoh keramat atau dewadewa itu, rupanya bisa menimbulkan suatu suasana keramat juga. Yang seolah-olah bisa memberi dan bencana yang datang mengancam desa. 8) Berpuasa Berpuasa sebagai suatu perbuatan keagamaan yang ada dalam hampir semua religi dan agama diseluruh dunia. Dasar pikiran yang ada dibelakang perbuatan yang bisa macam-macam, misalnya membersihkan diri atau menguatkan batin dengan penderitaan. Berpuasa dalam berbagai religi dilakukan untuk waktu satu bulan atau lebih secara berulang, dengan masa antara yang singkat, misalnya satu kali dalam seminggu atau juga berupa penghindaran atau pantangan tetap terhadap beberapa makanan tertentu. 9) Intoxikasi Intoxikasi terdiri dari perbuatan-perbuatan untuk memabukkan atau menghilangkan kesadaran diri pada pelaku upacara. Dengan demikian para pelaku upacara sering melihat bayangan atau khayalan. Suatu cara intoxikasi yang amat banyak dipakai adalah dengan minum semacam obat bius yang diambil dari sejenis cactus yang disebut piyote atau miscal. 20

17 10) Bertapa Bertapa ada dalam agama-agama dan religi-religi yang mempunyai konsepsi bahwa rohani itu lebih penting dari jasmani. Demikian ada pendirian kalau hasrat nafsu jasmani dari manusia itu bisa ditelan, maka jiwa akan menjadi lebih bersih dan suci. Sebenarnya jalan pikiran ini sering merupakan suatu latar belakang dari berpuasa, sehingga berpuasa itu bisa disebut suatu bentuk yang lunak dari bertapa. Sebaliknya dalam beberapa agama, usaha mengabaikan jasmaniah bisa mencapai bentuk-bentuk yang amat extreme sehingga orang melakukan berbagai perbuatan menyakiti tubuh sendiri, dengan maksud seolah-olah merusak tubuh itu. Contoh dalam berbagai sekte agama Hindu misalnya: - Tidur di atas paku - Makan makanan yang basi - Duduk berhari-hari dalam air yang tingginya mencapai leher. - Menggantungkan diri dengan kepala bawah dan sebagainya. 11) Bersemedi Bersemedi adalah berbagai macam perbuatan serba religi yang bertujuan memusatkan perhatian si pelaku maksudnya atau kepada hal-hal yang suci, untuk hal ini ada beberapa macam cara khusus, yang terutama dalam berbagai sekte dari agama Hindu mendapat perhatian yang sangat besar. 21

18 Terutama kaum Yogin merupakan ahli dalam teknik-teknik memusatkan pikiran, dengan berbagai macam sikap duduk, cara menguasai nafas dan sebagainya, Semuanya dengan maksud untuk membuat rohani suci dengan cara pemusatan pikiran tadi (Koentjaraningrat, 1977: ). 7. Komponen-Komponen Upacara Tradisional Dalam masyarakat Jawa Upacara Tradisional biasanya melibatkan tokoh agama setempat sehingga Upacara Tradisional dapat diartikan sebagai upacara keagamaan. Ada empat komponen yang ada dalam upacara keagamaan menurut Koenjaraningrat (1992: ) yaitu: a. Tempat Upacara Sesuatu yang keramat biasanya berada di tempat yang khusus dan tidak boleh didatangi orang yang tidak berkepentingan tidak boleh sembarang tempat upacara. Mereka harus hati-hati dan memperhatikan berbagai macam larangan dan pantangan. Tempat upacara dapat terletak di suatu tempat pusat kota. Tempat yang dipakai untuk melakukan upacara-upacara mengenai desa dan dianggap sebagai pusat dari seluruh kota. b. Saat-saat Upacara Saat-saat upacara biasanya dirasa sebagai saat yang genting dan penuh dengan bahaya ghaib, karena berhubungan langsung dengan dunia ghaib. Jadi dapat berakibat kemasukan roh. Dalam kehidupan manusia juga terdapat saat-saat genting misalnya waktu hamil, waktu 22

19 kelahiran, waktu bayi dipotong rambutnya, waktu bayi pertama menginjak tanah, waktu anak ditusuk telinganya, waktu haid, waktu sunat, waktu pubertas, waktu perkawinan dan waktu kematian. Roh orang yang sudah meninggal itu dipandang sebagai pelindung yang kuat. Artinya, pelindung dapat memberikan pertolongan dan bantuan kepada orang-orang yang masih hidup. Roh orang yang sudah meninggal tersebut dapat dibangunkan dan didatangkan oleh seorang syaman. Cara mendatangkan roh tersebut dilakukan dengan diiringi nyanyian, pujian, sajian-sajian dan doa. Kehadiran roh yang sudah meninggal tersebut diharapkan dapat memberikan pertolongan dan bantuan atau berkah terhadap mereka yang masih hidup (Sri Mulyono, 1979: 53). Ada pula waktu-waktu genting yang timbul karena bahaya misalnya wabah penyakit menular, bencana alam, atau waktu-waktu ada peperangan. Segala bahaya itu sering dianggap oleh orang berpangkal pada suatu peristiwa dalam dunia ghaib sehingga manusia mencoba menolak segala macam bahaya tersebut dengan bermacam-macam upacara yang bermaksud mencari hubungan dengan dunia ghaib. Saatsaat upacara juga disertai dengan ritual pemanggilan roh dan di tempat yang dianggap angker. Agar dapat menarik roh-roh yang berdiam di tempat-tempat angker maka pada waktu tertentu dipasang sesaji berupa tumpeng, kemenyan, bunga mawar, pisang dan lain-lain. Sesaji diselenggarakan untuk mendukung kepercayaan terhadap adanya 23

20 kekuatan makhluk halus yang mbahureksa (diam di tempat tersebut) seperti lelembut, demit dan jin agar tidak mengganggu keselamatan, ketentraman dan kebahagiaan keluarga yang bersangkutan, serta untuk memohon berkah dan memohon perlindungan dari yang mbahureksa agar terhindar dan terjauhkan dari gangguan makhluk halus lainnya yang diutus oleh seseorang untuk mengganggu keluarga (Clifford Geertz, 1981: 28). c. Benda-benda Upacara Benda-benda upacara merupakan alat yang dipakai dalam menjalankan upacara keagamaan. Alat-alat itu bisa berupa alat-alat seperti wadah atau tempat sajian, sendok, pisau dan lainnya. Bendera dan senjata juga sering digunakan untuk sajian. Alat-alat upacara yang lazim digunakan adalah patung-patung yang berfungsi sebagai lambang dewa atau roh nenek moyang yang menjadi tempat upacara. Benda upacara bisa juga dari tumbuhan atau hasil panen. Misalnya pisang, daun pisang, buah-buahan, ada juga dari hewan, yang sering digunakan untuk upacara yaitu ayam atau bisa disebut ingkung. Ingkung ini berupa ayam kampung yang dimasak utuh dan diberi bumbu opor, kelapa dan daun salam. Ingkung ini melambangkan bayi yang belum dilahirkan dengan demikian belum mempunyai kesalahan apa-apa atau masih suci, atau dimaknai sikap pasrah dan menyerah atas kekuasaan Tuhan. Orang Jawa mengartikan kata ingkung dengan pengertian dibanda atau dibelenggu.(julie Indah Rini, 2010: 46) 24

21 Ubarampe ingkung dimaksudkan untuk menyucikan orang yang punya hajat maupun tamu yang hadir pada upacara selametan tersebut. d. Peserta Upacara Pemimpin upacara dalam berbagai religi dan suatu bangsa di dunia biasanya dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu pendeta, dukun, dan syaman. Pendeta adalah orang yang karena sesuatu pendidikan yang lama menjadi ahli dalam hal melakukan pekerjaan sebagai pemuka upacara keagamaan. Syaman adalah sebuah istilah yang juga sering dipakai untuk menamakan dukun, tetapi istilah tersebut dipakai untuk golongan dukun yang memimpin upacara khusus (Purwadi, 2005: 47). Dalam masyarakat Jawa peserta upacara tradisi biasanya warga sekitar yang dipimpin oleh kepala desa setempat dan dibantu oleh doa modin atau pemuka agama setempat. B. Penelitian Yang Relevan Triani Paramita Kumala Devi, Skripsi. Dengan Judul Pengaruh Tradisi Nyadran Makam Terhadap Nilai-Nilai Sosial Budaya di Desa Padaan Kecamatan Pabelan Kab. Semarang. Skripsi ini membahas tentang Upacara Tradisional yang berkembang dan dilaksanakan oleh masyarakat Jawa yang dilakukan secara turun temurun. Salah satu tradisi di Jawa yang dilaksanakan sampai sekarang adalah nyadran. Nyadran merupakan Tradisi di masyarakat Padaan, Kecamatan Pabelan, Kab Semarang, yang biasanya dilaksanakan pada bulan ruwah. Upacara Nyadran dilakukan untuk menghormati dan mendoakan 25

22 arwah leluhur. Peserta inti pelaksanaan Tradisi Nyadran yaitu masyarakat Desa Padaan dan sekitarnya. Hasil penelitiannya adalah masih terdapat Upacara Tradisional nyadran di Desa Padaan ternyata warga tetap melestarikan upacara tersebut dan terwujudnya nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Tradisional nyadran, yaitu terciptanya sikap kegotong-royongan ketentraman, kebersamaan dan kerukunan warga di Desa Padaan. Lain hal dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian ini mengkaji secara antropologi, namun ada keunikan menyangkut kebiasaan masyarakat (ritual) di Desa Cukil. Melalui kebiasaan inilah penulis menggali, mengkaji, dan menganalisa makna ritual tersebut. C. Kerangka Berfikir\ Manusia Cipta, Rasa, karsa Kebudayaan Upacara Dhawuhan Simbol Tradisi Religi Pelestarian Budaya Rasa Syukur (Telah terjadi hujan) Meminta Hujan (Belum hujan) 26

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Pustaka. 1. Pengertian Tradisi. Tradisi dalam bahasa latin traditio, diteruskan atau kebiasaan,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Pustaka. 1. Pengertian Tradisi. Tradisi dalam bahasa latin traditio, diteruskan atau kebiasaan, BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Tradisi Tradisi dalam bahasa latin traditio, diteruskan atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang dilakukan sejak lama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Kebudayaan Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Definisi Kebudayaan Dalam buku Tri Widiarto (Koentjaraningrat) mendefinisikan etimologi istilah kebudayan atau budaya berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baik

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Dalam Al Quran dalam Surat At Tin Allah berfirman: Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan mengandung nilai-nilai luhur. Aktivitas yang terdapat dalam tradisi secara turuntemurun

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kebudayaan. Hal yang paling

BAB II KAJIAN TEORI. lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kebudayaan. Hal yang paling BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Definisi Tradisi Tradisi (Bahasa Latin : traditio, atau diteruskan) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sedehana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai Upacara Tingkapan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai Upacara Tingkapan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai Upacara Tingkapan karena upacara ini masih tetap berlangsung hingga kini meskipun perkembangan budaya semakin canggih.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari tanda,

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari tanda, 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Semiotik Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari tanda, lambang, maupun simbol-simbol. Tanda, lambang, dan simbol-simbol tersebut dapat kita

Lebih terperinci

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan BAB IV Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan Jika kita kembali melihat kehidupan jemaat GKJW Magetan tentang kebudayaan slametan mau tidak mau gereja

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut James Danandjaja (1997:52), terdapat fakta dan data yang ditemukan dalam masyarakat Indonesia yang masih memiliki kepercayaan terdapat mitos-mitos yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tiap kelompok manusia memiliki corak, watak, kaidah, norma, etika, moral, serta tradisi dan adat istiadat yang dilakukan dengan turun temurun dari generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan zaman, kebudayaan dan masyarakat akan selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam adat dan kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagi macam suku dan terdiri dari beberapa propinsi yang memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda antara satu propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang berlaku, akan kesulitan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang berlaku, akan kesulitan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adat merupakan warisan nenek moyang yang harus ditaati. Masyarakat harus memiliki pengetahuan tentang adat yang berlaku di masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Kebudayaan a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan

Lebih terperinci

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Perubahan Cara Pandang Masyarakat Terhadap Mitos dalam Tradisi Bersih Makam Ki Hajar Welaran di Gunung Paras Desa Karangsambung Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Oleh : Siti Masriyah Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR 69 BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR A. Implementasi Simbol dalam Perespektif Hermeneutika Paul Ricoeur Lempar ayam merupakan prosesi atau cara yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tunda-tunda. Kesehatan memiliki peran penting dalam mempengaruhi derajat

BAB I PENDAHULUAN. di tunda-tunda. Kesehatan memiliki peran penting dalam mempengaruhi derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan tidak dapat di tunda-tunda. Kesehatan memiliki peran penting dalam mempengaruhi derajat hidup seseorang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR 1. Tradisi Mitoni sebagai Kebudayaan A. Kajian Pustaka Perkumpulan manusia dalam sebuah masyarakat, akan melahirkan banyak hal baru didalamnya. Baik bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Negara Indonesia adalah Negara yang beranekaragam, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Oleh : Muhamad Arif Susanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa MuhamadArif347@yahoo.co.id Abstrak:

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehidupan Masyarakat Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun bahasa sehari-hari adalah masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci