BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 Pengembangan, S (%) 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Tanah Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik Pengujian pengembangan berikut dilakukan untuk mengetahui pengembangan tanah asli dengan cara tanah diuji tanpa metode elektrokinetik. Nilai pengembangan digunakan sebagai pembanding dengan tanah yang diberi elektrokinetik. Pengembangan didapat dari tanah yang direndam selama 4 hari tanpa pemberian arus. Berdasarkan kurva pada Gambar 4.1 pengembangan bertambah seiring berjalannya waktu. Pengembangan primer terjadi selama 8 jam dimana pengembangan meningkat secara signifikan, kemudian dilanjutkan pengembangan sekunder yang relatif konstan (lihat Gambar 4.1) ,1 1 Waktu, t (jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik Gambar 4.1 Kurva pengembangan dan waktu tanpa metode elektrokinetik Pengujian pengembangan dilakukan pada titik dengan jarak antar titik adalah cm. Hasil pengujian pengembangan untuk tanah tanpa elektrokinetik didapat pengembangan maksimal berada pada titik 2, 3 dan 4 sebesar 28 % (lihat 34

2 3 Tabel 4.1). Pengembangan yang terjadi relatif seragam pada bagian tengah benda uji. Tabel 4.1 Hasil pengembangan pada pengujian tanpa elektrokinetik Jarak ke Anoda (cm) Keterangan - (Titik 1) (Titik 2) (Titik 3) (Titik 4) 2 (Titik ) Pengembangan, S (%) 27, ,2 Keterangan : Hasil pengujian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B 2. Pengembangan Tanah Lempung Ekspansif dengan Metode Elektrokinetik Pengembangan tanah yang diberi perbaikan metode elektrokinetik dilakukan dengan 3 variasi lama pemberian arus listrik pada kondisi tanah tanpa rendaman yaitu 1 hari, 2 hari, dan 3 hari. Pengamatan pengembangan tanah dilakukan ketika tanah diberi arus listrik dalam kondisi tanah kering (tanpa rendaman), selanjutnya diteruskan dengan pengujian pengembangan selama 4 hari dalam kondisi tanah terendam dan tetap dialiri arus listrik. Pengembangan yang terjadi relatif meningkat seiring waktu bertambah, namun terdapat juga beberapa penurunan di beberapa titik. a. Pengembangan Tanah dengan 1 Hari Lama Pemberian Arus pada Kondisi Tanpa Rendaman Pengembangan tanah dengan metode elektrokinetik diperoleh dari pembacaan arloji ukur. Berdasarkan hasil pengujian tidak terjadi pengembangan dan penurunan pada saat tanah diberi arus selama 1 hari dalam kondisi tanpa rendaman. Pengembangan diperoleh pada saat tanah direndam dan dialiri arus listrik selama 4 hari. Berdasarkan kurva pada Gambar 4.2 pengembangan yang cukup signifikan peningkatannya terjadi selama 8 jam atau biasa disebut dengan pengembangan primer, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan sekunder.

3 Pengembangan, S (%) ,1 1 Waktu, t (jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik Gambar 4.2 Kurva pengembangan dan waktu dengan 1 hari lama pemberian arus sebelum metode elektrokinetik Pengujian pengembangan dilakukan pada titik dan masing masing titik memiliki pengembangan yang berbeda. Hasil pengujian elektrokinetik pada benda uji A (1 hari lama pemberian arus sebelum metode elektrokinetik) didapat pengembangan maksimal 26,8 % pada titik 2 (lihat Tabel 4.2). Tabel 4.2 Hasil pengembangan pada pengujian 1 hari lama pemberian arus sebelum metode elektrokinetik Jarak ke Anoda (cm) Keterangan - (Titik 1) (Titik 2) (Titik 3) (Titik 4) 2 (Titik ) Pengembangan, S (%) 2 26,8 24,6 26,6 2, Keterangan : Hasil pengujian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B b. Pengembangan Tanah dengan 2 Hari Lama Pemberian Arus pada Kondisi Tanpa Rendaman Pengembangan tanah dengan metode elektrokinetik diperoleh dari pembacaan arloji ukur pengembangan. Berdasarkan hasil pengujian tidak terjadi pengembangan dan penurunan pada saat tanah diberi arus selama 2 hari dalam kondisi tanpa rendaman sama seperti benda uji sebelumnya.

4 Pengembangan, S (%) 37 Pengembangan diperoleh pada saat tanah direndam dan dialiri arus listrik selama 4 hari. Berdasarkan kurva pada Gambar 4.3 pengembangan yang cukup signifikan peningkatannya terjadi selama 4 jam atau biasa disebut dengan pengembangan primer, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan sekunder ,1 1 Waktu, t (jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik Gambar 4.3 Kurva pengembangan dan waktu dengan 2 hari lama pemberian arus sebelum metode elektrokinetik Pengujian pengembangan dilakukan pada titik dan masing masing titik memiliki pengembangan yang berbeda. Hasil pengujian elektrokinetik pada benda uji B (2 hari lama pemberian arus sebelum metode elektrokinetik) didapat pengembangan maksimal 2 % pada titik 2 (lihat Tabel 4.3). Tabel 4.3 Hasil pengembangan pada pengujian 2 hari lama pemberian arus sebelum metode elektrokinetik Jarak ke Anoda (cm) Keterangan - (Titik 1) (Titik 2) (Titik 3) (Titik 4) 2 (Titik ) Pengembangan, S (%) ,2 22,8 Keterangan : Hasil pengujian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B

5 Pengembangan, S (%) 38 c. Pengembangan Tanah dengan 3 Hari Lama Pemberian Arus pada Kondisi Tanpa Rendaman Pengembangan tanah dengan metode elektrokinetik diperoleh dari pembacaan arloji ukur pengembangan. Berdasarkan hasil pengujian tidak terjadi pengembangan dan penurunan pada saat tanah diberi arus selama 3 hari dalam kondisi tanpa rendaman sama seperti benda uji sebelumnya. Pengembangan diperoleh pada saat tanah direndam dan dialiri arus listrik selama 4 hari. Berdasarkan kurva pada Gambar 4.4 pengembangan primer yang cukup signifikan peningkatannya terjadi selama 1 jam pertama, selanjutnya terjadi pengembangan sekunder yang relatif kecil peningkatannya ,1 1 Waktu, t (jam) Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik Gambar 4.4 Kurva pengembangan dan waktu dengan 3 hari lama pemberian arus sebelum metode elektrokinetik Pengujian pengembangan dilakukan pada titik dan masing masing titik memiliki pengembangan yang berbeda. Hasil pengujian elektrokinetik pada benda uji C (3 hari lama pemberian arus sebelum metode elektrokinetik) didapat pengembangan maksimal 21,3 % pada titik 3 (lihat Tabel 4.4).

6 Pengembangan Maksimum (%) 39 Tabel 4.4 Hasil pengembangan pada pengujian 3 hari lama pemberian arus sebelum metode elektrokinetik Jarak ke Anoda (cm) Keterangan - (Titik 1) (Titik 2) (Titik 3) (Titik 4) 2 (Titik ) Pengembangan, S (%) 19,2 21,2 21,3 2,7 19,9 Keterangan : Hasil pengujian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B 3. Pengembangan Maksimum pada Tanah dengan Elektrokinetik dengan Tanah Tanpa Elektrokinetik Pengembangan dan penurunan maksimum pada tanah dengan elektrokinetik dan tanpa elektrokinetik diperoleh dari nilai pengembangan maksimum pada setiap titiknya. Gambar 4. menunjukan nilai pengembangan maksimum pada setiap benda uji serta skema letak setiap dial gauge dengan jarak cm dan letak antar elektroda dengan anoda (+) bahan dari besi stainless dan katoda (-) bahan dari tembaga. Berdasarkan Gambar 4. pengembangan tertinggi terjadi pada benda uji D (tanah tanpa elektrokinetik) yaitu sebesar 28%, sedangkan pengembangan terendah terjadi pada benda uji C yaitu sebesar 19,2% (lihat tabel 4.) Anoda (+) Katoda (+) Jarak dari anoda (cm) Gambar 4. Kurva pengembangan maksimum pada jarak setiap cm dari anoda (+)

7 4 Tabel 4. Hasil pengembangan maksimum pada setiap lamanya pemberian arus Jarak dari anoda (cm) Pengembangan Maksimum Tanpa Arus (%) sebelum proses elektrokinetik Pengembangan Maksimum 1 hari (%) Pengembangan Maksimum 2 hari (%) Pengembangan Maksimum 3 hari (%) - 27, , ,8 2 21, ,6 24,1 21, ,6 23,2 2,7 27,2 2, 22,9 19,9 4. Kadar Air Setelah Pengujian Elektrokinetik Pengambilan sampel kadar air dilakukan pada semua titik dengan letak pengambilan sampel yaitu pada permukaan ( cm), tengah (7, cm) dan dasar ( cm). Pengujian ini dilakukan guna mengetahui seberapa banyak kadar air yang ada setelah 1 hari, 2 hari dan 3 hari pemberian arus dalam kondisi tanpa rendaman kemudian dilanjutkan proses elektrokinetik selama 4 hari pada kondisi terendam. Kadar air awal tanah untuk setiap benda uji adalah 14%. Grafik kadar air pada setiap benda uji (lihat Gambar 4.6, Gambar 4.7, Gambar 4.8, Gambar 4.9 dan Gambar 4.) menunjukan hubungan kadar air dengan kedalaman pengambilan sampel untuk setiap benda uji pada setiap titik. Hasil pengujian menunjukan kadar air pada tanah menurun seiring bertambahnya kedalaman. Hal itu berlaku untuk semua benda uji. Perubahan kadar air pun ada yang signifikan dan ada pula yang tidak seperti pada benda uji B dengan jarak - cm dari anoda. Kadar air pada setiap benda uji pun berbeda, rata rata benda uji D (tanpa elektrokinetik) mempunyai kadar air yang lebih besar dibandingkan dengan benda uji lain yang menggunakan elektrokinetik. Hasil pengujian untuk semua titik pada disajikan pada Tabel 4.6, Tabel 4.7, Tabel 4.8, Tabel 4.9 dan Tabel 4..

8 Kedalaman, h (cm) Kedalaman, h (cm) 41 Kadar air, w (%) , 7, 12, Gambar 4.6 Grafik kadar air pada bagian titik dengan jarak - cm dari anoda Tabel 4.6 Kadar air pada jarak - cm dari anoda untuk setiap benda uji Kadar Air Letak Sampel Kedalaman Permukaan 71,2 6,8 64,7 7,8 Tengah 7, 3,4,3 4,2 7 Dasar 42,9 2,7 1,, Kadar air, w (%) , 7, 12, Gambar 4.7 Grafik kadar air pada bagian titik dengan jarak cm dari anoda

9 Kedalaman, h (cm) 42 Tabel 4.7 Kadar air pada jarak cm dari anoda untuk setiap benda uji Kadar Air Letak Sampel Kedalaman Permukaan 71,1 66,4 6,6 79, Tengah 7, 2,7 6,9 1 6,9 Dasar 49,7 49,,8 48,1 Kadar air, w (%) , 7, 12, Gambar 4.8 Grafik kadar air pada bagian titik dengan jarak cm dari anoda Tabel 4.8 Kadar air pada jarak cm dari anoda untuk setiap benda uji Kadar Air Letak Sampel Kedalaman Permukaan 7,3 62, 61,3 7,4 Tengah 7, 9,4 2,1 49,4 2, Dasar 2,4,1 47,3 49,7

10 Kedalaman, h (cm) Kedalaman, h (cm) 43 Kadar air, w (%) , 7, 12, Gambar 4.9 Grafik kadar air pada bagian titik dengan jarak cm dari anoda Tabel 4.9 Kadar air pada jarak cm dari anoda untuk setiap benda uji Kadar Air Letak Sampel Kedalaman Permukaan 69,3 6,3 6,8 7,9 Tengah 7, 4,7 6,4,6 4,4 Dasar 49,9 49, 47,9,3 Kadar air, w (%) , 7, 12, Gambar 4. Grafik kadar air pada bagian titik dengan jarak 2 cm dari anoda

11 44 Tabel 4. Kadar air pada jarak 2 cm dari anoda untuk setiap benda uji Kadar Air Letak Sampel Kedalaman Permukaan 64,6 62,2 63,1 76,7 Tengah 7, 7,9 6,9 3,4 6,1 Dasar 49,3,9 46,3,2 B. Pembahasan 1. Pengaruh Beda Lamanya Pemberian Arus sebelum Metode Elektrokinetik terhadap Pengembangan Pengujian elektrokinetik untuk stabilisasi tanah lempung ekspansif ini menggunakan tegangan sebesar 12 V. Tanah diberi 2 kondisi, pertama tanah dialiri arus litrik dalam kondisi tanpa rendaman kemudian dilanjutkan dengan tetap dialiri arus listrik namun dalam kondisi terendam. Variasi lama pemberian arus pada kondisi tanpa rendaman adalah 1 hari, 2 hari dan 3 hari. Sedangkan lama pemberian arus listrik kondisi rendaman adalah 4 hari. Pengujian pengembangan yang tertinggi nilainya terdapat pada benda uji A (1 hari pemberian arus kondisi tanpa rendaman) dan pengembangan terendah pada benda uji C (3 hari pemberian arus kondisi tanpa rendaman). Hasil pengembangan diberikan pada Tabel Tabel berikut menunjukan nilai selisih dari pengembangan maksimum pada benda uji dengan elektrokinetik dan benda uji tanpa elektrokinetik. Tabel 4.11 Selisih pengembangan maksimum pengujian metode elektrokinetik dan tanpa elektrokinetik Lama Selisih pengembangan (cm) pemberian arus Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik A -,39 -,19 -,1 -,21 -,24 B -,69 -,4 -,6 -,73 -,64 C -1,26-1,3-1,1-1, -1,9

12 4 Pada hasil Tabel 4.11 diatas pengujian yang diberi arus listrik mampu menahan pengembangan tanah bila dibandingkan dengan tanpa elektrokinetik. Selisih pengembangan pada benda uji C lebih besar dibandingkan dengan yang benda uji B karena benda uji C memiliki durasi pemberian arus yang lebih lama dibanding benda uji C. Lalu benda uji B memiliki selisih pengembangan yang lebih besar dibanding benda uji A, karena benda uji B durasi pemberian arus lebih lama daripada benda uji A. Sehingga lama pemberian arus sangat berpengaruh terhadap besarnya pengembangan tanah. Hasil yang didapat oleh Tjandra, dkk. (29) pada penelitiannya menyatakan bahwa daya dukung tiang setelah proses elektrokinetik meningkat, 7, 11, dan 14 kali setelah 3, 6, 12, dan 24 jam. Proses elektrokinetik setelah durasi 6 jam lebih efektif sejalan dengan peningkatan durasi waktu, dimana peningkatan daya dukung tiang dan kapasitas daya dukung tanah lebih tinggi dari pada sebelum durasi 6 jam. Abdullah dan Al-Abadi (2) menyatakan bahwa perbaikan tanah dengan elektrokinetik mampu mengurangi indeks plastisitas tanah dan juga pengembangan pada tanah. Hasil pengujian yang dilakukan Jayasekera (27) menunjukkan bahwa dengan perbaikan metode elektrokinetik, potensi perubahan volume tanah dapat dikurangi untuk tingkat yang lebih besar atau lebih kecil tergantung pada besarnya gradien tegangan dan waktu proses. Pemberian arus listrik yang lebih lama pada tanah mampu mengurangi pengembangan dikarenakan adanya proses pertukaran ion yang terjadi pada partikel tanah. Lama pemberian arus menyebabkan daya hantar tegangan listrik mampu mengikat ion yang terdapat pada tanah lempung menuju elektroda lebih banyak. Semakin banyak ion pada tanah lempung yang tertarik semakin sedikit kadar air pada tanah lempung. Hasil pengembangan pada setiap titik dengan variasi waktu pemberian arus yang berbeda ditunjukan pada Gambar 4.11, Gambar 4.12, Gambar 4.13, Gambar 4.14, dan Gambar 4.. Hasil pada grafik menunjukkan tidak terjadi pengembangan maupun penurunan pada saat tanah diberi arus dalam kondisi tanpa rendaman baik pada waktu pemberian 1 hari, 2 hari maupun 3 hari.

13 Pengembangan, S (mm) 46 Pengembangan dan penurunan terjadi pada saat tanah direndam dan dialiri arus listrik selama 4 hari. Pengembangan terkecil untuk semua benda uji diperoleh pada jarak - cm dari anoda untuk benda uji C yaitu sebesar 19,2% (lihat Tabel 4.12) dan untuk pengembangan terbesar berada di jarak cm, cm, dan cm dari anoda untuk benda uji D yaitu sebesar 28 % (lihat Tabel 4.13, Tabel 4.14 dan Tabel 4.) Waktu, t (jam) Gambar 4.11 Grafik pengembangan pada jarak - cm dari anoda Tabel 4.12 Hasil pengembangan akhir pada jarak cm dari anoda Pengembangan, S(%) ,2 27,6 Tabel 4.13 Hasil pengembangan akhir pada jarak cm dari anoda Pengembangan, S(%) 26,8 2 21,1 28

14 Pengembangan, S (mm) Pengembangan, S (mm) Waktu, t (jam) Gambar 4.12 Grafik pengembangan pada jarak cm dari anoda Waktu, t (jam) Gambar 4.13 Grafik pengembangan pada jarak cm dari anoda Tabel 4.14 Hasil pengembangan akhir pada jarak cm dari anoda Pengembangan, S(%) 24,6 24,1 21,3 28

15 Pengembangan, S (mm) Pengembangan, S (mm) Waktu, t (jam) Gambar 4.14 Grafik pengembangan pada jarak cm dari anoda Tabel 4. Hasil pengembangan akhir pada jarak cm dari anoda Pengembangan, S(%) 26,6 23,2 2, Waktu, t (jam) Gambar 4. Grafik pengembangan pada jarak 2 cm dari anoda

16 49 Tabel 4.16 Hasil pengembangan akhir pada jarak 2 cm dari anoda Pengembangan, S(%) 2, 22,9 19,9 27,2 2. Pengaruh Lama Pemberian Arus pada Metode Elektrokinetik terhadap Kadar Air Lama pemberian arus pada tanah dengan perbaikan elektrokinetik memiliki pengaruh terhadap kadar air. Hasil pengujian menunjukan bahwa semakin lama pemberian arus maka kadar air pada tanah semakin berkurang. Faktor lain yang mempengaruhi kadar air adalah letak pengambilan sampel tanah. Semakin dalam sampel yang diambil makan kadar air berkurang. Hasil kadar air rata rata dengan metode elektrokinetik untuk setiap benda uji didapat kadar air tertinggi pada benda uji D (tanpa elektrokinetik) dan kadar air terendah pada benda uji C (3 hari pemberian arus listrik kondisi tanpa rendaman) (lihat Tabel 4.17). Tabel 4.17 Kadar air rata-rata pada setiap letak pengambilan sampel Kadar Air Rata Rata (%) Letak Sampel Kedalaman Permukaan cm 69,3 62,6 64,1 76,7 Tengah 7, cm,6, 1,7,4 Dasar cm 48,8 1, 48,8 49,8 Hasil pengujian kadar air rata - rata semakin berkurang seiring bertambah lamanya pemberian arus listrik pada tanah. Menurut Atmaja, dkk. (213) pada saat kadar air tanah berkurang maka air lapisan ganda yang mengelilingi partikel lempung semakin menipis, sehingga membuat jarak antar partikel lempung semakin mendekat. Hal ini yang membuat air yang berada pada rongga pori tanah berkurang. Fenomena elektroosmosis dan elektroforesis yang dapat menarik partikel bermuatan kation (positif) dan anion (negatif) menuju elektroda juga mempengaruhi kadar air sehingga jumlah air berkurang.

17 Kedalaman, h (cm) Kedalaman, h (cm) Kadar air, w (%) , 7, 12, Gambar 4.16 Kurva kadar air rata-rata pada setiap letak pengambilan sampel Derajat kejenuhan adalah nilai yang menyatakan tingkat kejenuhan suatu tanah. Tingkat permeabilitas tanah dapat dilihat berdasarkan derajat kejenuhannya, semakin jenuh tanah maka koefisien permeabilitas tanah akan semakin tinggi. Pengujian derajat kejenuhan didapat dari pengujian kadar air, lalu dihitung kejenuhannya. Hasil pengujian diperoleh bahwa semakin besar kadar air, maka derajat kejenuhan akan semakin tinggi (lihat Gambar 4.17). Derajat Kejenuhan,4,4,,,6,6,7 2, 7, 12, Gambar 4.17 Grafik hubungan derajat kejenuhan rata - rata dan derajat kejenuhan pada setiap letak pengambilan sampel

18 1 Pengujian derajat kejenuhan diperoleh nilai maksimum derajat kejenuhan adalah,6 pada benda uji D dengan letak pengambilan sampel pada permukaan (cm), sedangkan nilai minimun adalah,49 pada benda uji A dan C dengan letak pengambilan sampel pada bagian dasar ( cm). Tabel 4.18 Tabel derajat kejenuhan rata rata pada setiap letak pengambilan sampel Derajat Kejenuhan, S Letak Kedalaman Sampel Permukaan,61,8,8,6 Tengah 7,,3,3,1,3 Dasar,49,1,49, 3. Pengaruh Metode Elektrokinetik terhadap Distribusi Ukuran Tanah Hasil tanah lempung ekspansif setelah penelitian metode elektrokinetik di daerah sekitar katoda (-) mengalami pengerasan dan penggumpalan dibandingkan di daerah lain (lihat Gambar 4.18 dan Gambar 4.19). Hal ini disebabkan terjadi proses flokulasi dan aglomerasi. Menurut Muntohar (214) flokulasi adalah proses perubahan struktur partikel lempung dari struktur paralel datar menjadi struktur yang orientasi partikelnya secara acak sedangkan aglomerasi merupakan pembesaran ukuran partikel yang terjadi dari flokulasi partikel - partikel lempung yang membentuk ikatan antar ujung dan permukaan partikel. Menurut Malekzadeh, dkk. (216) terjadi proses elektrolisis yang kemudian akan menyebabkan proses reaksi dan oksidasi. Reaksi ini menyebabkan lingkungan asam dekat anoda dan lingkungan dasar atau alkali dekat katoda. Menurut Liaki, dkk. (2) lingkungan yang basa pada sekitar katoda menyebabkan migrasi ion yang lebih banyak dibandingkan pada daerah asam. Tjandra dan Wulandari (27), melakukan penelitian pada partikel tanah setelah elektrokinetik dengan SEM, hasil yang didapat bahwa terjadi perbesaran pembesaran partikel di daerah sekitar katoda.

19 2 Gambar 4.18 Penggumpalan tanah yang terjadi di sekitar katoda Gambar 4.19 Penggumpalan tanah pasca pengujian elektrokinetik Pengujian analisis distribusi ukuran partikel tanah dilakukan untuk mengetahui perubahan karakteristik tanah pasca pengujian. Hasil pengujian menunjukan terjadinya penurunan persentasi ukuran partikel tanah khususnya untuk partikel halus, sedangkan untuk partikel kasar cenderung tetap. Berdasarkan Gambar 4.2 penurunan persentase yang terjadi adalah sebanyak 1,34% untuk benda uji A (1 hari pemberian arus kondisi tanpa rendaman) dan 6,36% untuk benda uji C (3 hari pemberian arus kondisi tanpa rendaman). Dari hasil pengujian diketahui semakin lama pemberian arus juga berdampak

20 Jumlah Persen Lolos Saringan ( % ) 3 terhadap besarnya penurunan persentase ukuran halus pada tanah (lihat Gambar 4.2) ,1,1 Ukuran Butir Tanah ( mm ) Tanah Asli Katoda (1 hari) Katoda (3 hari),1 Gambar 4.2 Grafik distribusi ukuran partikel tanah sebelum dan setelah stabilisasi elektrokinetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik Hasil pengujian berikut dilakukan sebagai pembanding bagaimana nilai pengembangan

Lebih terperinci

PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA METODE ELEKTROKINETIK TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF Rizla Sheila 1, Agus Setyo Muntohar 2

PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA METODE ELEKTROKINETIK TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF Rizla Sheila 1, Agus Setyo Muntohar 2 PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA METODE ELEKTROKINETIK TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF Rizla Sheila 1, Agus Setyo Muntohar 2 1 Mahasiswa (20120110021), 2 Dosen Pembimbing I ABSTRAK Tanah lempung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Penelitian perbaikan tanah dengan metode elektrokinetik pada tanah lempung ekspansif memiliki variabel utama yang akan dibahas adalah pengaruh lama pemberian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Tanah ekspansif merupakan tanah yang memiliki ciri-ciri kembang susut yang besar, mengembang pada saat hujan dan menyusut pada musim kemarau (Muntohar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan (swelling) tanah lempung tanpa elektrokinetik Hasil pengujian pengembangan tanah lempung tanpa elektrokinetik dapat dilihat pada Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pada penelitian metode elektrokinetik untuk tanah lempung ekspansif, variabel utama yang akan dibahas adalah pengaruh besaran voltase terhadap pengembangan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Stabilisasi tanah, tanah lempung ekspansif, metode elektrokinetik, voltase, pengembangan (swelling), kadar air

Kata Kunci : Stabilisasi tanah, tanah lempung ekspansif, metode elektrokinetik, voltase, pengembangan (swelling), kadar air PENGARUH BESARAN VOLTASE METODE ELEKTROKINETIK TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF Vendy Yoga Dimas Andhiepsa 1, Agus Setyo Muntohar 2 1 Mahasiswa (20120110045), 2 Dosen Pembimbing I ABSTRAK

Lebih terperinci

Sangat tinggi (Very high) >55 Tinggi (High) Sedang (Medium) Rendah (Low) 0 5

Sangat tinggi (Very high) >55 Tinggi (High) Sedang (Medium) Rendah (Low) 0 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Tanah ekspansif merupakan tanah yang memiliki ciri-ciri kembang susut yang besar akibat peristiwa kapiler atau perubahan kadar airnya (Muntohar, 2014).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pada penelitian ini, variabel utama yang akan dibahas adalah pengaruh kedalaman elektroda terhadap pengembangan tanah lempung ekspansif. Variasi kedalaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Tanah ekspansif (expansive soil) adalah tanah yang mempunyai potensi pengembangan atau penyusutan yang tinggi oleh pengaruh perubahan kadar air. Tanah

Lebih terperinci

PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA PADA METODE ELEKTROKINETIK TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA PADA METODE ELEKTROKINETIK TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TUGAS AKHIR PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA PADA METODE ELEKTROKINETIK TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1 Pada Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pegujian yang telah dilakukan terhadap tanah yang berasal dari proyek jalan tambang di Berau Kalimantan Timur,maka pada kesempatan ini penulis akan memaparkan

Lebih terperinci

BULETIN PENGARUH LAMA PEMBERIAN ARUS TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF METODE ELEKTROKINETIK TEKNIK SIPIL 1 PENDAHULUAN.

BULETIN PENGARUH LAMA PEMBERIAN ARUS TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF METODE ELEKTROKINETIK TEKNIK SIPIL 1 PENDAHULUAN. BULETIN TEKNIK SIPIL Naskah Lengkap PENGARUH LAMA PEMBERIAN ARUS TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF METODE ELEKTROKINETIK Andriany Kusuma a, Agus Setyo Muntohar a a Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Hasil Penelitian Tanah Asli Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek Perumahan Elysium, maka pada bab ini akan diuraikan hasil penelitiannya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Tanah Lempung Dari pengujian yang dilakukan di Laboratorium Geoteknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh data sifat-sifat fisik dan sifat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah Asli Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : 1. Hasil Pengujian Kadar Air (ω) Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek jalan tambang Kota Berau Kalimantan Timur, maka pada bab ini akan diuraikan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Tanah ekspansif (expansive soil) adalah istilah yang digunakan pada tanah yang mempunyai potensi pengembangan atau penyusutan yang tinggi oleh pengaruh

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENGUJIAN SIFAT GEOTENIK TANAH UJI BERAT JENIS TANAH

LAMPIRAN A PENGUJIAN SIFAT GEOTENIK TANAH UJI BERAT JENIS TANAH LAMPIRAN A PENGUJIAN SIFAT GEOTENIK TANAH UJI BERAT JENIS TANAH Kalibrasi Piknometer (P1) No. Uraian Satuan 1 2 3 4 5 1 Berat piknometer kosong (w p) g 23,69 23,69 23,69 23,69 23,69 2 Berat piknometer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini akan di bahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium. Secara garis besarnya, pengujian laboratorium yang dilakukan yaitu untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh panjang mini kolom dalam membantu daya dukung tanah terhadap deformasi pelat dan beban di atas tanah ekspansif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stabilisasi Tanah dengan Abu Sekam Padi dan Kapur Abu sekam padi (rice husk ash) merupakan sisa pembakaran tanaman padi dan salah satu bahan pozzolan yang memiliki potensi sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Uraian Umum Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan percobaan untuk mencapai tujuan penelitian dengan uji model fisik ditinjau dari parameter konsolidasi tanah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tanah asli dan tanah campuran dengan semen yang dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambar Alat Percobaan 1 4 2 5 3a 6 8 7 3b Gambar 11. Rangkaian alat percobaan Keterangan gambar: 1. Amperemeter 2. Rangkaian pengubah arus 3. Elektroda; a. anoda (tembaga),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil uji Konsolidasi Pengujian konsolidasi dilakukan untuk mengetahui nilai Cc dan Cs tanah ekspansif, setelah dilakukakn stabilisasi menggunakan kolom SiCC. hasil pengujian

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN METODE ELEKTROKINETIK

PERBAIKAN TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN METODE ELEKTROKINETIK PERBAIKAN TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN METODE ELEKTROKINETIK Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : JHON RICARDO HASUGIAN

Lebih terperinci

STUDI PEMAMPATAN TANAH LUNAK PONTIANAK DENGAN PENGARUH GEJALA ELEKTROOSMOSIS

STUDI PEMAMPATAN TANAH LUNAK PONTIANAK DENGAN PENGARUH GEJALA ELEKTROOSMOSIS STUDI PEMAMPATAN TANAH LUNAK PONTIANAK DENGAN PENGARUH GEJALA ELEKTROOSMOSIS Muhar Sepriawan 1) Abstrak Tanah lunak Pontianak memiliki karakteristik yang kurang menguntungkan bagi konstruksi, karena daya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO Arie Wahyu Aprilian, Yulvi Zaika, Arief Rachmansyah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Hasil Uji Klasifikasi Tanah Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Jono, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen. Pengujian klasifikasi tanah meliputi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji triaksial UU Hasil pengujian triaksial berupa hubungan tegangan deviator dengan regangan aksial diberikan pada Gambar 4.1 sampai 4.. Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah konstruksi didirikan diatasnya. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar

BAB I PENDAHULUAN. sebuah konstruksi didirikan diatasnya. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah adalah bagian yang penting dalam mendukung pembangunan infrastruktur. Dengan begitu tanah menjadi pijakan dan dasar yang menerima semua beban yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini penulis akan membahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Mercu Buana. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Petry dan Little (2002) menyebutkan bahwa tanah ekspansif (expansive soil) adalah tanah yang mempunyai potensi pengembangan atau penyusutan yang tinggi

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pengujian dilakukan untuk mengkaji perilaku sistem fondasi dengan pelat fleksiglass yang didukung oleh kolom-kolom SiCC pada tanah ekspansif di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan material, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).

Lebih terperinci

KECEPATAN ALIRAN HORISONTAL DENGAN IJUK DAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI DRAINASI VERTIKAL

KECEPATAN ALIRAN HORISONTAL DENGAN IJUK DAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI DRAINASI VERTIKAL Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 KECEPATAN ALIRAN HORISONTAL DENGAN IJUK DAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI DRAINASI VERTIKAL Sumiyati Gunawan 1 dan Agatha Padma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beban akibat konstruksi di atasnya, maka diperlukan perencanaan yang

I. PENDAHULUAN. beban akibat konstruksi di atasnya, maka diperlukan perencanaan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan konstruksi sipil, tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat konstruksi di atas tanah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Pada penelitian ini, variabel utama yang akan dibahas adalah indeks pemampatan (Cc) dan indeks pengembangan (Cs) serta perilaku tanah disekitar kolom SiCC

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Ekspansif Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan.

Lebih terperinci

UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) ASTM D2435

UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) ASTM D2435 UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) ASTM D2435 1. LINGKUP Uji konsolidasi dilakukan pada tanah lempung atau lanau yang jenuh air berdasarkan teori Terzaghi. Khusus untuk tanah ekspansif dan tanah organik,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A (PENGUJIAN AWAL) Uji Berat Jenis Tanah

LAMPIRAN A (PENGUJIAN AWAL) Uji Berat Jenis Tanah LAMPIRAN A (PENGUJIAN AWAL) Uji Berat Jenis Tanah Kalibrasi Piknometer no uraian satuan 1 2 3 4 5 1 berat piknometer kosong (wp) g 29.3 29.3 29.3 29.3 29.3 2 berat piknometer + air ( W pw,c) g 79.91 79.91

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan vertikal (mm) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Pengembangan Selama pengembangan, tanah dalam kondisi undrained yang menyebabkan kondisi tanah dalam keadaan tergenang air.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan bahan-bahan sebagai berikut : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU Herman 1), Sarumaha E. 2) 1) Dosen Teknik Sipil 2) Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

PENGARUH ELEKTROKINETIK TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI TIANG DI LEMPUNG MARINA

PENGARUH ELEKTROKINETIK TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI TIANG DI LEMPUNG MARINA PENGARUH ELEKTROKINETIK TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI TIANG DI LEMPUNG MARINA Daniel Tjandra, Paravita Sri Wulandari Dosen Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah penambangan emas dan

BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah penambangan emas dan BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Media yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah penambangan emas dan kecamatan Kokap kabupaten Kulonprogo. Berdasarkan hasil uji awal diketahui bahwa konsentrasi

Lebih terperinci

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2 Bab IV Pembahasan Atom seng (Zn) memiliki kemampuan memberi elektron lebih besar dibandingkan atom tembaga (Cu). Jika menempatkan lempeng tembaga dan lempeng seng pada larutan elektrolit kemudian dihubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Pengaruh durasi siklus basah-kering terhadap perubahan kuat tekan tanah yang distabilisasi menggunakan kapur-abu sekam padi dan inklusi serat karung plastik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

terhadap tanah asli (lempung), tanah lempung distabilisasi kapur 4%, tanah lempung

terhadap tanah asli (lempung), tanah lempung distabilisasi kapur 4%, tanah lempung BAB VI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Rangkuman hasil penelitian tentang "Pengaruh Garam pada Karakteristik Subgrade Tanah Lempung yang distabilisasi dengan Kapur " yang dilakukan di Laboratorium Mekanika

Lebih terperinci

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan Pengaruh Lama Waktu Curing Terhadap Nilai CBR Dan Swelling Pada Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro Dengan Campuran 6% Abu Sekam Padi Dan 4% Semen Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo Jurusan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian tanah asli di dapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Dilihat dari nilai batas cair (LL = 59 % - 62 %) > 50, berat total yang lolos ayakan No.200

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian. Tahap penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. 1.

BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian. Tahap penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. 1. BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Penelitian perbaikan tanah dengan menggunakan semen pada tanah colluvium memiliki variabel utama yang akan dibahas adalah pengaruh presentase jumlah semen

Lebih terperinci

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan di bahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium. Pengujian laboratorium yang dilakukan yaitu uji konsolidasi untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Sampel tanah yang disiapkan adalah tanah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63)

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Pengambilan sampel tanah lempung dan pasir. 2. Persiapan alat. Pengujian Pendahuluan (ASTM D422-63) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tahapan Penelitian Untuk memudahkan dalam proses penelitian, diperlukan rencana dalam menyusun langkah-langkah penelitian, seperti yang ditampilkan dalam bagan alir pada Gambar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA IV.1 DATA INDEKS PROPERTIES Data indeks properties yang digunakan adalah data sekunder dari tanah gambut Desa Tampan Riau yang diperoleh pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Laboratorium Hasil penelitian laboratorium yang diperoleh dari pengujian material sirtu Sungai Alo sesuai dengan sifatsifat lapis pondasi agregat yang disyaratkan

Lebih terperinci

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar Standar Nasional Indonesia Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI FRIKSI ANTARA TIANG DAN BEBERAPA JENIS TANAH LEMPUNG YANG BERBEDA YANG DIPENGARUHI OLEH KADAR AIR, WAKTU, DAN JENIS MATERIAL

STUDI MENGENAI FRIKSI ANTARA TIANG DAN BEBERAPA JENIS TANAH LEMPUNG YANG BERBEDA YANG DIPENGARUHI OLEH KADAR AIR, WAKTU, DAN JENIS MATERIAL STUDI MENGENAI FRIKSI ANTARA TIANG DAN BEBERAPA JENIS TANAH LEMPUNG YANG BERBEDA YANG DIPENGARUHI OLEH KADAR AIR, WAKTU, DAN JENIS MATERIAL Christopher Henry Sugiarto 1, Hendry Indra Pramana 2, Daniel

Lebih terperinci

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN) TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN) Qunik Wiqoyah 1, Anto Budi L, Lintang Bayu P 3 1,,3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Praktikum Skala-Kecil Seperti kita ketahui bahwa tidak mungkin mengukur potensial elektroda mutlak tanpa membandingkannya terhadap elektroda pembanding. Idealnya elektroda

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G)

PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G) PEMANFAATAN LIMBAH KARBIT UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA COT SEUNONG (172G) Nafisah Al-Huda 1, dan Hendra Gunawan 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk.Syeh Abdul

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Konsistensi Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

Naskah Publikasi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Naskah Publikasi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PENGARUH GRADASI TERHADAP NILAI DAN SWELLING PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF MENGGUNAKAN PASIR Ade Wijaya1, Edi Hartono2, Anita Widianti3 1 Mahasiswa Teknik Sipil, 2Dosen Pembimbing 1, 3Dosen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 56 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan 1. Pengujian agregat Hasil Pengujian sifat fisik agregat dan aspal dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5.1. Hasil Pengujian Agregat Kasar dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau 40 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau anorganik atau berlempung yang terdapat yang terdapat di Perumahan Bhayangkara Kelurahan

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Bagan alir dibawah ini adalah tahapan penelitian di laboratorium secara umum untuk pemeriksaan bahan yang di gunakan pada penentuan uji Marshall. Mulai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Parameter Tanah 3.1.1 Berat Jenis Berat jenis tanah merupakan nilai yang tidak bersatuan (Muntohar 29). Untuk menentukan tipikal tanah dapat dilihat dari Tabel 3.1. Tabel 3.1

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung lunak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Karakteristik Tanah Lempung Tanah selalu mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi pekerjaan konstruksi. Kebanyakan problem tanah dalam keteknikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI hal LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...xiv DAFTAR DOKUMENTASI... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Lempung Ekspansif Di Bojonegoro Prakosa Adi Nugraha, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi

Lebih terperinci

ISSN Keywords : Direct Shear Test, electroosmosis, clay, bagasse ash

ISSN Keywords : Direct Shear Test, electroosmosis, clay, bagasse ash ISSN 2354-8630 PENGGUNAAN METODE ELEKTROOSMOSIS PADA TANAH LEMPUNG YANG DITAMBAH ABU AMPAS TEBU DITINJAU DARI PARAMETER KUAT GESER TANAH (UJI MODEL FISIK SKALA KECIL DI LABORATORIUM) Andi Tri Utomo 1),

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 57 PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam

Lebih terperinci

PENGARUH ELEKTROKINETIK TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI TIANG DI LEMPUNG MARINA

PENGARUH ELEKTROKINETIK TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI TIANG DI LEMPUNG MARINA Civil Engineering Dimension, Vol. 8, No. 1, 15 19, March 26 ISSN 141-953 PENGARUH ELEKTROKINETIK TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI TIANG DI LEMPUNG MARINA Daniel Tjandra, Paravita Sri Wulandari Dosen Fakultas

Lebih terperinci

Disusun oleh : RETNO SANTORO MELYANNY SITOHANG INDAH SEPTIANY DWITARETNANI DIMAZ PRASETYO

Disusun oleh : RETNO SANTORO MELYANNY SITOHANG INDAH SEPTIANY DWITARETNANI DIMAZ PRASETYO LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH Test konsolidasi Disusun oleh : RETNO SANTORO 5423070321 MELYANNY SITOHANG 5423070322 INDAH SEPTIANY 5423070335 DWITARETNANI 5423070333 DIMAZ PRASETYO 5423073257 1 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU CANGKANG SAWIT DAN KAPUR PADA INFRASTRUKTUR JALAN

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU CANGKANG SAWIT DAN KAPUR PADA INFRASTRUKTUR JALAN PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU CANGKANG SAWIT DAN KAPUR PADA INFRASTRUKTUR JALAN Oleh: Misbah 1, Ali Syamsu Akbar 2 1 Dosen Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

KONSOLIDASI. Konsolidasi.??? 11/3/2016

KONSOLIDASI. Konsolidasi.??? 11/3/2016 KONSOLIDASI Mekanika Tanah II Konsolidasi.??? Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan-lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN

EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN Simposium Nasional RAPI XI FT UMS 212 ISSN : 112-9612 EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN Senja Rum Harnaeni Jurusan Teknik

Lebih terperinci