BAB III AKIBAT HUKUM PEMBAGIAN WARISAN APABILA PADA AKHIRNYA DIKETAHUI ADANYA AKTA WASIAT.
|
|
- Hartono Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III AKIBAT HUKUM PEMBAGIAN WARISAN APABILA PADA AKHIRNYA DIKETAHUI ADANYA AKTA WASIAT. C. Akibat Hukum Terhadap Pelaksanaan Akta Wasiat Yang Tidak Diketahui Hukum Waris menurut para sarjana pada dasarnya adalah peraturan yang mengatur perpindahan kekayaan seorang yang meninggal dunia kepada satu atau beberapa orang lain). Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat hukum dari kematian seseorang terhadap harta kekayaanya, yang berwujud: perpindahan kekayaan si pewaris dan akibat hukum perpindahan tersebut bagi para ahli waris, baik dalam hubungan antara sesama ahli waris maupun antara mereka dengan pihak ketiga. 114 Mulai terhitung sejak meninggalnya pewaris, maka hak dan kewajibannya demi hukum akan beralih kepada para penerima waris. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan Pasal 834 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, penerima waris berhak menguasai kekayaan pewaris (boedel) berlandaskan pada haknya sebagai penerima waris dari pewaris. Klaim ini serupa dengan klaim kepemilikan lainnya dalam arti bahwa hak tersebut dapat ahli waris pertahankan terhadap siapapun juga (ahli waris lainnya) yang memiliki klaim sama J. Satrio, Op.cit, hal Wilbert D. Kolkman et.al., Hukum Tentang Orang, Hukum Keluarga Dan Hukum Waris Di Belanda Dan Indonesia, (Denpasar: Pustaka Larasan; Jakarta: Universitas Indonesia, Universitas Leiden, Universitas Groningen, 2012), hal 148.
2 Pewaris sebagai pemilik harta mempunyai hak mutlak untuk mengatur apa saja yang dikehendaki atas hartanya. Ini merupakan konsekuensi dari hukum waris sebagai hukum yang bersifat mengatur. 116 Membuat wasiat (testament) adalah perbuatan hukum, seseorang menentukan tentang apa yang terjadi dengan harta kekayaannya setelah meninggal dunia. Harta warisan seringkali menimbulkan berbagai masalah hukum dan sosial, oleh karena itu memerlukan pengaturan dan penyelesaian secara tertib dan teratur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Surat wasiat merupakan keinginan terakhir dari pewaris mengenai harta pewaris, yang mana kehendak terakhir itu dapat berupa pengangkatan ahli waris, hibah wasiat, pengangkatan executeur testamenter, dan terkadang ada juga memasukan pengakuan anak didalam wasiat. 117 Surat Wasiat (testament) adalah sebuah akta yang berisi pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya terjadi setelah ia meninggal, yang dapat dicabut kembali olehnya. 118 Karena wasiat harus dibuat dalam sebuah akta, maka syarat wasiat adalah tertulis (dalam bentuk surat wasiat). Ucapan dan kehendak Pewaris sewaktu masih hidup tentang apa yang dikehendakinya kelak terhadap boedel waris, jika tidak dituangkan kedalam bentuk tertulis (akta/surat), tidak dapat dikatakan 116 Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal Sutrisno, Komentar Undang-Undang Jabatan Notaris, (Medan: Rineka Cipta, 2007), hal Pasal 875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
3 sebagai sebuah wasiat. Selama pewaris belum meninggal dunia, surat wasiat itu dapat dirubah atau dicabut kembali olehnya. Karena sifatnya pernyataan kehendak, maka surat wasiat bersifat sepihak dari sisi pewaris, dan tidak membutuhkan persetujuan dari ahli waris. Sifat utama surat wasiat adalah mempunyai kekuatan berlaku sesudah pembuat surat wasiat meninggal dunia dan tidak dapat ditarik kembali. 119 Surat wasiat hanya boleh dibuat, dengan akta olographis atau ditulis tangan sendiri, dengan akta umum atau dengan akta rahasia atau akta tertutup. 120 Sesuai isi Pasal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Surat Wasiat dibuat dalam bentuk akta dengan melibatkan notaris, baik notaris sebagai pembuat akta ataupun sebagai tempat penitipan akta. Selanjutnya Dalam menjalankan jabatannya, notaris berkewajiban: mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya. 121 Namun di dalam Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris tidak meyebutkan mengenai denda dari tiap-tiap keterlambatan, baik keterlambatan tentang daftar akta wasiat kepada Balai Harta Peninggalan dan keterlambatan tentang pengiriman pencatatan reportorium Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal 120 Pasal 931 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 121 Pasal 16 ayat 1 huruf (i) Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
4 Sebelum menjalankan sebuah wasiat ahli waris harus mengetahui terlebih dahulu apakah wasiat tersebut memenuhi syarat untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ada dan apakah wasiat tersebut sudah memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna sesuai dengan kewajiban pembuatan wasiat yang terdapat pada Pasal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Untuk memudahkan pemeriksaan adanya akta wasiat dan untuk menyatukan data wasiat pendaftaran akta wasiat sangat perlu dilaksanakan oleh notaris. Adapun yang merupakan syarat-syarat wasiat terdiri: 1. Syarat-syarat untuk membuat suatu wasiat: 122 a. Pembuat testament harus mempunyai budi akalnya, artinya tidak boleh membuat testament ialah orang sakit ingatan dan orang yang sakitnya begitu berat, sehingga ia tidak dapat berpikir secara teratur. b. Orang yang belum dewasa dan yang belum berusia 18 tahun tidak dapat membuat testament. 2. Syarat-syarat isi wasiat sebagai berikut: 123 a. Jika testament memuat syarat-syarat yang tidak dapat dimengerti atau tak mungkin dapat dilaksanakan atau bertentangan dengan kesusilaan, maka hal yang demikian itu harus dianggap tak tertulis. 122 Pasal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 123 Pasal 888, 890, 893,911 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
5 b. Jika di dalam testament disebut sebab yang palsu, dan isi dari testament itu menunjukkan bahwa pewaris tidak akan membuat ketentuan itu jika ia tahu akan kepalsuannya maka testament tidaklah syah. c. Suatu testament adalah batal, jika dibuat karena paksa, tipu atau muslihat. d. Suatu ketetapan wasiat yang dibuat untuk keuntungan orang yang tidak cakap untuk mendapat warisan, adalah batal. 3. Syarat-syarat pembuatan akta wasiat berdasarkan bentuknya: a. Wasiat olographis harus seluruhnya ditulis tangan dan ditandatangani oleh pewaris. Wasiat ini harus dititipkan oleh pewaris kepada Notaris untuk disimpan. 124 b. Wasiat dengan akta umum harus dibuat di hadapan Notaris dan dua orang saksi. 125 c. Bila pewaris hendak membuat surat wasiat tertutup atau rahasia, Pewaris juga harus menyampailkannya dalam keadaan tertutup dan disegel kepada Notaris Syarat-syarat pendaftaran wasiat oleh notaris: a. Notaris berkewajiban mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat 124 Pasal 932 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 125 Pasal 938 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 126 Pasal 940 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
6 Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya. 127 Selain larangan-larangan tersebut di atas yang bersifat umum di dalam hukum waris terdapat banyak sekali larangan-larangan yang tidak boleh dimuat dalam testament. Di antara larangan itu, yang paling penting ialah larangan membuat suatu ketentuan sehingga legitieme portie (bagian mutlak para ahli waris) menjadi kurang dari semestinya yang diatur dalam Pasal 913 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 898 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berisi: Kecakapan seorang yang mewariskan, harus ditinjau menurut kedudukan dalam mana ia berada, saat surat wasiat dibuatnya. Hal ini berarti bahwa kecakapan dari si pembuat wasiat tersebut dinilai menurut keadaan pada saat membuat surat wasiat. Bukti bahwa si pembuat wasiat sebelum atau sesudah membuat surat wasiatnya itu berada dalam keadaan normal dan sadar harus dianggap telah cukup membuktikan bahwa ia pada saat pembuatan surat wasiat itu berada dalam keadaan tersebut. 128 Seseorang yang sedang dalam keadaan kurang waras telah membuat surat wasiat dan kemudian setelah itu menjadi normal dan masih hidup lama, maka apabila ia tidak mengubah surat wasiatnya, surat wasiat tersebut tetap tidak sah. Sebaliknya, apabila surat wasiat yang sudah dibuat dengan sah tetap berlaku dan tidak menjadi 127 Pasal 16 ayat 1 huruf (i) Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 128 Mireille Titisari Miarti Prastuti, Peran dan tanggungjawab Notaris Atas Akta Wasiat (Testament Acte) Yang Dibuat Dihadapannya, Tesis, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2006), hal 54.
7 gugur meskipun si pewaris kemudian kehilangan kecakapannya untuk membuat surat wasiat. 129 Ketidaksehatan dari suatu akal pikiran dapat bersifat tetap dan dapat juga bersifat sementara, misalnya dalam hal mabuk, sakit panas yang sangat tinggi dan dibawah hipnotis, orang-orang yang lemah pikirannya, kurang akal sehatnya, maka surat wasiat tersebut dianggap tidak sah. Begitu juga seseorang yang mengalami gangguan jiwa, untuk itu diperlukan bantuan seorang ahli jiwa. Setelah memeriksa isi wasiat tersebut, dapat ditentukan wasiat tersebut dapat dilaksanakan atau tidak. Bila semua syarat pembuatan wasiat telah terpenuhi maka wasiat harus dilaksanakan terlebih dahulu baru kemudian dapat dilaksanakan pembagian warisan secara ab intestato. Bila ada yang tidak memenuhi syarat sahnya maka ada konsekuensi hukum yang berlaku, yaitu: 1. Wasiat batal atau gugur karena tidak memenuhi ketentuan-ketentuan pembuatan akta wasiat a. Pasal 893 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : Surat-surat wasiat yang dibuat akibat paksaan, penipuan atau akal licik adalah batal. b. Pasal 897 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Anak-anak di bawah umur yang belum mencapai umur delapan belas tahun penuh, tidak diperkenankan membuat surat wasiat. 129 Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.
8 c. Pasal 879 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Pengangkatan ahli waris yang bersifat melompat atau substitusi fidelcommissaire adalah dilarang. d. Pasal 911 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Suatu ketetapan wasiat yang dibuat untuk keuntungan orang yang tidak cakap untuk mendapat warisan, adalah batal, sekalipun ketetapan itu dibuat dengan nama seorang perantara. e. Pasal 930 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Tidaklah diperkenankan dua orang atau lebih membuat wasiat dalam satu akta yang sama, baik untuk keuntungan pihak ketiga maupun berdasarkan penetapan timbal balik atau bersama. f. Pasal 953 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Formalitas-formalitas yang telah ditetapkan untuk berbagai-bagai surat wasiat itu menurut ketentuan-ketentuan dalam bagian ini, harus diindahkan, dengan ancaman kebatalan. g. Pasal 997 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Semua penetapan dengan surat wasiat yang dibuat dengan persyaratan yang bergantung pada peristiwa yang tidak tentu terjadinya dan sifatnya, sehingga pewaris harus dianggap telah menggantungkan pelaksanaan penetapannya dengan terjadi tidaknya peristiwa itu, adaiah gugur, bila ahli waris atau penerima hibah yang ditetapkan itu meninggal sebelum terpenuhi persyaratan itu.
9 h. Pasal 999 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Suatu hibah wasiat gugur, bila barang yang dihibahwasiatkan musnah sama sekali semasa pewaris masih hidup. i. Pasal 1000 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Suatu hibah wasiat berupa bunga, piutang atau tagihan utang lain kepada pihak ketiga, gugur sekedar mengenai apa yang pada waktu pewaris masih hidup kiranya telah dibayar. j. Pasal 1001 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Suatu penetapan yang dibuat dengan wasiat, gugur bila ahli waris atau penerima hibah yang ditetapkan itu menolak warisan atau hibah wasiat itu, atau ternyata tidak cakap untuk memanfaatkan hal itu. 2. Kontrak tidak dapat dilaksanakan Kontrak yang tidak begitu saja batal tetapi tidak dapat dilaksanakan, melainkan masih mempunyai status hukum tertentu. a. Pasal 888 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Dalam semua surat wasiat, persyaratan yang tidak dapat dimengerti atau tidak mungkin dijalankan, atau bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan, dianggap tidak tertulis. b. Pasal 901 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Seorang suami atau isteri tidak dapat memperoleh keuntungan dan wasiat-wasiat isteri atau suaminya, bila perkawinannya dilaksanakan tanpa izin yang sah, dan si pewaris telah meninggal pada waktu keabsahan perkawinan itu masih dapat dipertengkarkan di Pengadilan karena persoalan tersebut.
10 c. Pasal 904 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Seorang anak di bawah umur, meskipun telah mencapai umur delapan belas tahun penuh, tidak boleh menghibahwasiatkan sesuatu untuk keuntungan walinya. d. Pasal 905 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Anak di bawah umur tidak boleh menghibahwasiatkan sesuatu untuk keuntungan pengajarnya, pengasuhnya laki-laki atau perempuan yang tinggal bersamanya, atau gurunya laki-laki atau perempuan di tempat pemondokan anak di bawah umur itu. e. Pasal 906 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Dokter, ahli penyembuhan, ahli obat-obatan dan orang-orang lain yang menjalankan ilmu penyembuhan, yang merawat seseorang selama ia menderita penyakit yang akhirnya menyebabkan ia meninggal, demikian pula pengabdi agama yang telah membantunya selama sakit, tidak boleh mengambil keuntungan dan wasiat-wasiat yang dibuat oleh orang itu selama ia sakit untuk kepentingan mereka. f. Pasal 907 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Notaris yang telah membuat wasiat dengan akta umum, dan para saksi yang hadir pada waktu itu, tidak boleh memperoleh kenikmatan apa pun dari apa yang kiranya ditetapkan dalam wasiat itu. g. Pasal 909 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Pelaku perzinaan, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh menikmati keuntungan apa pun dari wasiat kawan berzinanya, dan kawan berzina ini tidak boleh menikmati keuntungan apa pun dan wasiat pelaku, asal perzinaan itu sebelum
11 meninggalnya pewaris, terbukti dan putusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti. h. Pasal 912 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Orang yang dijatuhi hukuman karena telah membunuh pewaris, orang yang telah menggelapkan, memusnahkan atau memalsukan surat wasiat pewaris, atau orang yang dengan paksaan atau kekerasan telah menghalangi pewaris untuk mencabut atau mengubah surat wasiatnya, serta isteri atau suaminya dan anak-anakniya, tidak boleh menikmati suatu keuntungan pun dari wasiat itu. i. Melanggar Pasal 913 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Legitieme portie atau bagian warisan menurut undang-undang ialah bagian dan harta benda yang harus diberikan kepada para ahli waris dalam garis lurus menurut undang-undang, yang terhadapnya orang yang meninggal dunia tidak boleh menetapkan sesuatu, baik sebagai hibah antara orang-orang yang masih hidup, maupun sebagai wasiat. 3. Wasiat sah tapi tidak dapat dilaksanakan karena wasiat tidak diketahui oleh ahli waris dan penerima wasiat. Wasiat yang telah sesuai dengan formalitas-formalitas yang telah ditetapkan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang lainnya dapat dilaksanakan sesuai dengan isi wasiat tersebut, tetapi tidak diketahuinya wasiat tersebut menyebabkan wasiat tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh ahli waris dan penerima wasiat. Wasiat ini masih berlaku dan dapat dilaksanakan
12 sampai diketahuinya wasiat tersebut dikemudian hari karena pelaksanaan wasiat tidak mengenal daluarsa. Secara praktik, memang lebih mudah melakukan pembagian harta peninggalan yang berdasarkan pada surat wasiat dibandingkan dengan pembagian harta peninggalan berdasarkan pewarisan. Asalkan wasiat yang dibuat diketahui oleh para ahli waris, sehingga dapat dilaksanakan. 130 Akta wasiat yang dibuat oleh notaris dan yang didaftarkan pada Daftar Pusat Wasiat di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, kekuatan hukum akta wasiat ini tidak dapat dibatalkan secara sepihak melainkan harus melalui putusan pengadilan. Wasiat yang melalui akta wasiat lebih menjamin secara hukum, baik bagi yang mengeluarkan wasiat maupun bagi yang menerima wasiat. 131 Notaris berkewajiban untuk melaporkan atau memberitahukan wasiat seseorang pada 5 (lima) hari minggu pertama setiap bulannya. Jika tidak melaporkannya, maka akta tersebut tidak berlaku sebagai akta otentik, atau dengan kata lain akta tersebut hanya berlaku sebagai akta dibawah tangan, bahkan dapat dinyatakan batal demi hukum. Kelalaian notaris dengan tidak mendaftarkan wasiat ke daftar pusat wasiat mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi 130 Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.
13 pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada notaris. 132 Apabila wasiat tersebut telah memenuhi syarat sah pembuatan wasiat maka akibat hukum yang ditimbulkan dari adanya akta wasiat tersebut adalah ahli waris berkewajiban menjalankan isi akta wasiat tersebut dan akibat hukum yang ditimbulkan selanjutnya juga terdapat pada pembagian warisan yang telah dilaksanakan terlebih dahulu. Akta wasiat yang tidak diketahui tetapi telah memenuhi syarat sah pembuatan wasiat tetaplah berkekuatan hukum dan berlaku sah sampai pada diketahuinya wasiat tersebut dikemudian hari, karena akta wasiat tidak mengenal adanya daluarsa. 133 D. Akibat Hukum Pembagian Warisan Apabila Pada Akhirnya Diketahui Adanya Akta Wasiat Akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum Pasal 84 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 133 Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Pustaka setia,1999), hal 71.
14 Suatu hubungan hukum memberikan hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh undang-undang, sehingga kalau dilanggar akan berakibat, bahwa orang yang melanggar itu dapat dituntut di muka pengadilan. 135 Tuntutan atau gugatan perdata dibedakan dalam dua jenis, yaitu: gugatan wanprestasi dan gugatan melawan hukum. Adapun landasan hukum masing-masing kedua gugatan tersebut didasarkan pada ketentuan Buku III Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata untuk wanprestasi dan Pasal 1365 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata untuk gugatan perbuatan melawan hukum. Pembagian warisan yang dilakukan tanpa terlebih dahulu memeriksa adanya wasiat pada Daftar Pusat Wasiat merupakan perbuatan melawan hukum. Istilah perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) adalah tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut. 136 Perbuatan melawan hukum telah diartikan secara luas yakni mencakup salah satu dari perbuatan-perbuatan salah satu dari berikut: Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain. 2. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri. 3. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan. 4. Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan dalam pergaulan masyarakat yang baik. 135 Soeroso, R. Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992) hal Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 137 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005), hal 1.
15 Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain adalah melanggar hak-hak seseorang yang diakui oleh hukum, tetapi tidak terbatas pada hak-hak yaitu hak-hak pribadi (persoonlijkheidsrechten), hak kekayaan (vermosgensrecht), hak atas kebebasan dan hak atas kehormatan dan nama baik. 138 Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri adalah suatu kewajiban hukum yang diberikan oleh hukum terhadap seseorang, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan adalah tindakan yang melanggar kesusilaan yang oleh masyarakat telah diakui sebagai hukum tidak tertulis juga dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, manakala tindakan melanggar kesusilaan tersebut telah terjadi kerugian bagi pihak lain maka pihak yang menderita kerugian tersebut dapat meminta ganti kerugian berdasarkan atas perbutan melawan hukum seperti yang terkandung dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perbuatan yang bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau keharusan dalam pergaulan masyarakat yang baik atau yang disebut dengan istilah zorgvuldigheid juga dianggap sebagai suatu perbuatan melawan hukum. Jadi, jika seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain, tidak secara melanggar pasal-pasal dari hukum yang tertulis masih dapat dijerat dengan perbuatan melawan hukum, karena tindakannya tersebut bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau 138 Ibid, hal.8.
16 keharusan dalam pergaulan masyarakat. Keharusan dalam pergaulan masyarakat tersebut tentunya tidak tertulis, tetapi diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. 139 Perbuatan melawan hukum dapat dijumpai baik dalam ranah hukum pidana maupun dalam ranah hukum perdata. Sehingga dapat ditemui istilah melawan hukum pidana begitupun melawan hukum perdata. Dalam konteks itu jika dibandingkan maka kedua konsep melawan hukum tersebut memperlihatkan adanya persamaan dan perbedaan. 140 Terlanggarnya hak penerima wasiat disebabkan oleh adanya wasiat yang tidak diketahui oleh ahli waris dan penerima wasiat, adalah perbuatan melanggar hukum sehingga memberi peluang bagi penerima wasiat untuk mengajukan gugatan hukum kepada ahli waris atas sudah terlaksananya pembagian warisan sebelumnya tanpa sepengetahuannya ataupun tanpa keikutsertaannya. Terlebih apabila obyek wasiat telah dijual atau dialihkan haknya kepada pihak ketiga, maka penerima wasiat berhak menuntut haknya dikembalikan dan dipenuhi dengan alasan obyek yang dialihkan atau dijualbelikan bukanlah milik orang yang melakukan akad jual beli atau orang yang diberi izin oleh pemilik. Pembagian warisan yang telah dilakukan oleh ahli waris tanpa mengetahui adanya wasiat ini juga merupakan perbuatan melawan hukum terhadap syarat jual beli, karena barang yang diakadkan dalam jual beli adalah bukan milik orang yang 139 Ibid. 140 Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, (Jakarta: Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia, 2003), hal 14.
17 melakukan akad atau yang diberi izin oleh pemilik. Jika si pemiliknya membolehkan maka syah akadnya, jika tidak maka batal akadnya. Jual beli barang orang lain adalah batal, 141 dan serta secara eksplisit menyangkut pasal 1083 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang pada intinya bahwa setiap ahli waris dianggap seketika menggantikan sipewaris dalam hal barangbarang yang dibagikan kepadanya. Hukum waris perdata barat mengenal adanya hak mutlak dari para ahli waris masing-masing untuk sewaktu-waktu menuntut pembagian dari harta warisan. Hal itu berarti bila seseorang ahli waris menuntut pembagian harta warisan di pengadilan, maka tuntutan dimaksud, tidak dapat ditolak oleh ahli waris yang lainnya. Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 1066 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagai berikut : 1. Seseorang yang mempunyai hak atas sebagian dari harta peninggalan tidak dapat dipaksa untuk membiarkan harta benda peninggalan dalam keadaan tidak terbagi-bagi di antara para ahli waris yang ada. 2. Pembagian harta benda peninggalan itu selalu dapat dituntut walaupun ada perjanjian yang melarang hal tersebut. 3. Perjanjian penangguhan pembagian harta peninggalan dapat saja dilakukan hanya beberapa waktu tertentu. 4. Perjanjian penangguhan pembagian hanya berlaku mengikat selama lima tahun, namun dapat diperbarui jika masih dikehendaki oleh para pihak. Di dalam gugatannya, bila ada penerima wasiat merasa dirugikan maka ada konsekuensi hukum yang berlaku atas pembagian warisan tersebut, yaitu : Pembagian warisan itu dapat dibatalkan karena terdapat perbuatan melawan hukum yang 141 Pasal 1471 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
18 dilakukan oleh ahli waris ab intestato kepada ahli waris testamenter, yang diuraikan dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi: Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian untuk mengganti kerugian tersebut. Perbuatan Melawan Hukum tidak hanya bertentangan dengan undang-undang, tetapi juga berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban orang yang berbuat atau tidak berbuat bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat berhati-hati, kepantasan dan kepatutan dalam lalu lintas masyarakat. 142 Ada 4 unsur Perbuatan Melawan Hukum: Adanya Perbuatan Melawan Hukum Dikatakan Perbuatan Melawan Hukum, tidak hanya hal yang bertentangan dengan Undang-Undang, tetapi juga jika berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang memenuhi salah satu unsur berikut: a. Berbertentangan dengan hak orang lain; b. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri; c. Bertentangan dengan kesusilaan; d. Bertentangan dengan keharusan (kehati-hatian, kepantasan, kepatutan) yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda. 2. Adanya unsur kesalahan Unsur kesalahan dalam hal ini dimaksudkan sebagai perbuatan dan akibatakibat yang dapat dipertanggungjawabkan kepada si pelaku. Unsur kesalahan dapat juga diuraikan dari adanya dolus (kesengajaan) yaitu si pembuat menghendaki dan mengetahui kesalahan yang diperbuatnya dan culva (Kealpaan) yaitu suatu kesalahan yang dilakukan dengan tidak sengaja, atau kurang hati-hati, atau kurang pengertian. 3. Adanya kerugian Yaitu kerugian yang timbul karena Perbuatan Melawan Hukum. Tiap Perbuatan Melawan Hukum tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian 142 Munir Fuady, Op cit, hal Rosa Agustina, Op cit, hal
19 uang saja, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian moril atau idiil, yakni ketakutan, terkejut, sakit dan kehilangan kesenangan hidup. Kerugian dapat juga diartikan sebagai bentuk kehilangan keuntungan dan kehilangan bunga yang didapat karena adanya perbuatan melawan hukum. 4. Adanya hubungan sebab akibat Unsur sebab-akibat dimaksudkan untuk meneliti adalah hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dan kerugian yang ditimbulkan sehingga si pelaku dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan ketentuan Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan: setiap orang bertanggung-jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaiannya atau kurang hati-hatinya. 144 Pembagian warisan yang telah dilakukan oleh ahli waris tanpa mengetahui adanya wasiat memenuhi unsur pertama dan kedua dari unsur-unsur perbuatan melawan hukum diatas yaitu : adanya perbuatan melawan hukum dan adanya unsur kesalahan. Terdapat adanya unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan ahli waris dengan tidak melakukan sesuatu berupa pemeriksaan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat, karena dengan tidak dilakukannya pemeriksaaan adanya wasiat menyebabkan hak orang lain yaitu penerima wasiat menjadi dirugikan. Terdapat juga unsur kesalahan berupa kealpaan yang dilakukan ahli waris dalam pembagian warisan tanpa memeriksa terlebih dahulu adanya wasiat, yaitu ahli waris kurang hati-hati dalam pembagian warisan untuk terlebih dahulu memeriksa adanya wasiat ke daftar pusat wasiat untuk menjamin kepastian pembagian warisan yang akan dilakukan. 144 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 2002, hal 144.
20 Sehingga didalam gugatannya penerima wasiat berhak untuk menuntut : Dilaksanakannya isi wasiat. 2. Dibatalkannya pembagian warisan sebelumnya 3. Dibatalkannya jual beli yang telah dilakukan atas obyek wasiat yang menjadi haknya 4. Ganti kerugian yang disebabkan oleh perbuatan ahli waris ab intestato. Sebagai konsekuensi hukum dari tidak diketahuinya wasiat, maka kemungkinan terjadi pemindahan atau peralihan obyek wasiat yang tidak diketahui tersebut tidak dapat dihindari. Pembagian warisan yang telah dilakukan sebelumnya memberikan kebebasan kepada ahli waris untuk menguasai dan melakukan perbuatan hukum apapun atas obyek yang telah menjadi haknya. Peristiwa hukum yang dapat menimbulkan pemilikan bersama dapat terjadi antara lain: Jika dua orang atau lebih membeli sebuah benda untuk dimiliki secara bersama-sama. 2. Jika dua orang atau lebih mendirikan suatu badan usaha, atas keuntungan atau kekayaan perusahaan merupakan milik bersama. 3. Seorang laki-laki dan perempuan menikah tanpa membuat perjanjian perkawinan. 4. Karena memperoleh warisan 5. Menerima hibah secara bersama-sama 145 Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei Habibadjie, dosen, narotama.ac.id. Telaah Singkat Pengenaan BPHTB atas Pembagian dan Pemisahan Hak Bersama Berasal Dari Warisan dan Pemisahan Goni-Gini Karena Perceraian, dikutip tanggal 01 September 2015, hal 1.
21 Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai pejabat yang berwenang membuat akta peralihan hak, akan menggunakan surat keterangan ahli waris untuk mengetahui siapa saja orang yang berhak atas obyek warisan tersebut, tetapi dengan tidak sempurnanya surat keterangan ahli waris selanjutnya akan berdampak pada batalnya akta/perjanjian yang telah dibuat untuk obyek perjanjian yang juga merupakan obyek wasiat yang belum diketahui. Sehingga tidak terdapat jaminan kepastian hukum mengenai penguasaan atau peralihan hak atas tanah dari pewaris, yang diperoleh dari warisan yang merupakan suatu peristiwa hukum secara langsung berpindah kepada ahli waris, tanpa didasari oleh surat keterangan ahli waris yang sempurna. Surat keterangan hak waris merupakan landasan bagi notaris untuk pengurusan akta pemisahan dan pembagian, serta landasan juga bagi ahli waris untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta peninggalan yang belum terbagi. Sehingga dalam surat keterangan hak waris jelas kedudukan ahli waris dalam menghadap notaris. 147 Dengan menggunakan surat pernyataan waris sebagai dasar pendaftaran, hal ini tidak merupakan suatu akta yang otentik, karena hanya dibuat oleh para pihak atau ahli waris, dan turut disaksikan oleh dua orang saksi, yang dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan dan Camat. Apabila peralihan hak atas tanah tetap juga dilakukan maka nantinya akan dapat menimbulkan konflik terutama terkait adanya wasiat yang diketahui kemudian hari. 147 Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.
22 Pemindahan pemilikan obyek wasiat yang telah dilakukan sebelumnya tanpa persetujuan penerima wasiat, dapat dimintakan pembatalannya oleh penerima wasiat karena peralihan hak itu melanggar Pasal 1471 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa Jual beli atas barang orang lain adalah batal dan dapat memberikan dasar kepada pembeli untuk menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga, jika ia tidak mengetahui bahwa barang itu kepunyaan orang lain. Hal ini sesuai dengan asas nemo plus juris, seseorang tidak dapat mengalihkan hak melebihi hak yang ada padanya. 148 Dengan batalnya jual beli tersebut, maka jual beli tersebut dianggap tidak pernah ada, dan masing-masing pihak dikembalikan ke keadaannya semula sebelum terjadi peristiwa jual beli tersebut, yang mana hak milik atas tanah tetap berada pada ahli waris. Karena pemindahan atau peralihan haknya tidak dilakukan oleh pemilik obyek yang hendak dialihkan dan juga tidak mendapatkan kuasa dari pemilik obyek yang hendak dialihkan untuk mengalihkannya. 148 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hal 118.
23 BAB IV UPAYA HUKUM AHLI WARIS UNTUK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN HUKUM APABILA WARISAN TELAH DIBAGI BARU KEMUDIAN DIKETAHUI ADANYA WASIAT A. Upaya Hukum Ahli Waris Ab intestato Untuk Mendapatkan Perlindungan Hukum Apabila Warisan Telah Dibagi Baru Kemudian Diketahui Adanya Wasiat. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada dua cara untuk mendapatkan warisan, yaitu: Sebagai ahli waris menurut Undang-Undang (ab intestato). Pewarisan berdasarkan undang-undang adalah suatu bentuk pewarisan dimana hubungan darah merupakan faktor penentu dalam hubungan pewarisan antara pewaris dan ahli waris. 2. Karena ditunjuk dalam surat wasiat (testament). Dalam hal ini testament merupakan suatu akta yang memuat tentang apa yang dikehendaki terhadap harta setelah pewaris meninggal dunia dan dapat dicabut kembali (pernyataan sepihak), testament ini diatur dalam Pasal 875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hukum waris menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berlaku asas apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya, 150 sebagaimana diatur dalam Pasal 833 juncto Pasal 955 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Oleh karena itu, unsur-unsur terjadinya pewarisan mempunyai tiga persyaratan sebagai berikut: Ada orang yang meninggal dunia; hal Effendi Perangin-angin, Op.cit, hal R.Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cetakan XXIX, (Jakarta: PT. Intermasa, 2001), 151 Zainuddin Ali, Op.cit, hal 82.
24 2. Ada orang masih hidup, sebagai ahli waris yang akan memperoleh warisan pada saat pewaris meninggal dunia; 3. Ada sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pewarisan hanya berlangsung karena kematian. 152 Peristiwa kematian menurut hukum mengakibatkan terbukanya warisan dan sebagai konsekuensinya seluruh kekayaan (baik berupa aktiva maupun pasiva) yang tadinya dimiliki oleh seorang peninggal harta beralih dengan sendirinya kepada segenap ahli waris nya secara bersama-sama. 153 Pihak yang berhak dalam pembagian harta warisan atau harta peninggalan adalah ahli waris, ahli waris merupakan orang-orang yang berhak menerima harta warisan (harta pusaka) 154 Untuk menjamin harta warisan (harta pusaka) diwariskan kepada orang-orang yang berhak, diterbitkanlah suatu produk hukum yaitu Surat Keterangan Ahli Waris. Surat keterangan ahli waris dikeluarkan oleh pejabat-pejabat yang berwenang menurut Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri Direktorat Pendaftaran Tanah Nomor DPT/12/63/12/69 juncto pasal 111 ayat 1 C point 4 PMNA No 3/1997, yang membedakan tentang siapa saja yang berwenang untuk membuat keterangan waris. Sehingga dengan surat keterangan ahli waris pembagian warisan dilakukan dengan 152 Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 153 Syahril Sofyan, Beberapa Dasar Teknik Pembuatan Akta (Khusus Warisan), (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2011), hal Sudarsono, Op.Cit, hal 24.
25 memastikan setiap orang yang mendapatkan warisan memiliki hak atas harta warisan pewaris. Pengecekan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat sebelum membuat surat keterangan ahli waris adalah salah satu cara untuk menjamin terpenuhinya hak setiap ahli waris. Pengecekan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat sangatlah penting sehingga memperkecil kemungkinan sengketa dikemudian hari terkait harta warisan yang telah dibagi dan membantu terjaminnya kepastian hukum pembagian warisan. Tidak dilakukannya pengecekan adanya wasiat ke Daftar Pusat Wasiat baik oleh pejabat yang berwenang membuat surat keterangan ahli waris ataupun oleh ahli waris membukakan kemungkinan terdapat gugatan atas pembagian warisan apabila dikemudian hari diketahui ternyata pewaris memiliki wasiat. 155 Ketidakpastian hukum tentang kedudukan akta wasiat yang tidak diketahui oleh ahli waris dan penerima wasiat ini mengharuskan para ahli waris baik ahli waris ab intestato maupun ahli waris testamenter melakukan suatu upaya hukum untuk menjamin tidak dilanggarnya setiap hak dari ahli waris tersebut. Untuk mencegah terjadinya sengketa terkait pembagian warisan tersebut dikemudian hari, upaya preventif yang dapat dilakukan ahli waris terutama ahli waris ab intestato adalah terlebih dahulu mengecek ke Daftar Pusat Wasiat terkait ada atau tidaknya wasiat yang pernah dibuat oleh pewaris. 155 Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.
26 Tetapi apabila telah terjadi pembagian warisan tanpa pengecekan wasiat terlebih dahulu dan dikemudian hari diketahui adanya wasiat, terbuka berbagai upaya hukum yang dapat dilakukan ahli waris ab intestato dan ahli waris testamenter. Undang-undang telah menetapkan tertib keluarga yang menjadi ahli waris, yaitu: isteri atau suami yang ditinggalkan dan keluarga sah dari pewaris. ahli waris menurut undang-undang atau ahli waris ab intestato berdasarkan hubungan darah terdapat 2 (dua) cara yaitu: Pewarisan Langsung (uit eigen hoofde) karena pribadi itu dipanggil atau ditetapkan oleh undang-undang untuk mewaris karena orang itu adalah keluarga sedarah yang terdekat derjat pertalian darahnya dalam kelas ahli waris yang terdekat pula dengan pewaris. Dapat dibagi menjadi 4 (empat) golongan yaitu : a. Golongan pertama, keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-anak beserta keturunan mereka beserta suami atau isteri yang ditinggalkan atau yang hidup paling lama. b. Golongan kedua, keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi orang tuadan saudara, baik laki-laki maupun perempuan, serta keturunan mereka. Bagi orang tua ada peraturan khusus yang menjamin bahwa bagian mereka tidak akan kurang dari ¼ (seperempat) bagian dari harta peninggalan, walaupun mereka mewaris bersama-sama saudara pewaris. c. Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek, dan leluhur selanjutnya ke atas dari pewaris. d. Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping dan sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam. Jika pewaris dan ahli waris sama-sama meninggal tanpa dapat diketahui siapa yang lebih dahulu meninggal, mereka dianggap meninggal pada saat yang sama dan di antara mereka tidak terjadi saling mewaris (Pasal 831 dan 894 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Jika semua golongan tidak ada, maka harta warisan ini jatuh pada negara yang wajib melunasi utang-utang pewaris sekadar harta warisan itu mencukupi. 2. Pewarisan melalui penggantian tempat (bij plaats vervulling) suatu cara pewarisan dengan mana seseorang menjadi ahli waris karena menggantikan 156 Syafnil Gani, Ocw.usu.ac.id/../kn_510_slide_cara_pewarisan_ab intestato-2 diunduh pada hari Kamis tanggal 23 Juli 2015.
27 tempat orang lain yang sekiranya akan mewaris jika orang yang digantikan itu masih hidup pada saat kematian pewaris. Syarat-syarat penggantian tempat : a. Orang yang menggantikan itu haruslah keluarga sedarah dari pewaris, tidak tergolong orang yang tidak pantas mewaris, tidak ditiadakan haknya mewaris oleh pewaris dengan surat wasiat. b. Orang yang digantikan tempatnya harus sudah meninggal dunia lebih dahulu dari pewaris. c. Pasal 847 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tiada seorang pun boleh menggantikan tempat orang yang masih hidup. Undang-undang tidak membedakan ahli waris laki-laki dan perempuan, juga tidak membedakan urutan kelahiran, hanya ada ketentuan bahwa ahli waris golongan pertama jika masih ada maka akan menutup hak anggota keluarga lainnya dalam dalam garis lurus ke atas maupun ke samping. Demikian pula golongan yang lebih tinggi derajatnya menutup hak yang lebih rendah derajatnya. Setelah meninggalnya pewaris, ahli waris ab intestato memiliki kewajiban untuk membagi harta warisan. Untuk dapat membagi harta warisan ahli waris ab intestato terlebih dahulu harus membuat surat kematian dan surat keterangan ahli waris. Syarat-syarat Pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris: Surat Pengantar dari RT/RW 2. Surat Pengantar dari Kelurahan Setempat 3. Fotocopy KTP Ahli Waris 4. Fotocopy KTP Almarhum 5. Fotocopy KK (Kartu Keluarga) 6. Fotocopy Akte Nikah 7. Fotocopy Akte Anak (Ahli Waris) 8. Surat Kematian 9. Surat Pernyataan Ahli Waris tanggal 26 Agustus 2015 pada pukul
28 Sedangkan sesuai dengan isi Pasal 42 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa : Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang tanah hak yang sudah didaftar dan hak milik atas satuan rumah susun sebagai yang diwajibkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, wajib diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan sebagai warisan kepada Kantor Pertanahan, sertifikat hak yang bersangkutan, surat kematian orang yang namanya dicatat sebagai pemegang haknya dan surat tanda bukti sebagai ahli waris. Pemeriksaan kepada Kepala Seksi Daftar Pusat Wasiat merupakan langkah awal untuk penentuan pembagian, sehingga kelak tidak adanya tuntutan dari pihak ahli waris lainnya serta tidak adanya penyimpanan data penting dalam pembagian warisan. Pemeriksaan kepada Daftar Pusat Wasiat dilakukan baik oleh ahli waris sendiri maupun dengan surat dari notaris yang dikirim kepada Kepala Seksi Daftar Pusat Wasiat di Jakarta. 158 Waktu yang dibutuhkan untuk menerima hasil dari Daftar Pusat Wasiat bukanlah sebentar, karena itu dalam pelaksanaan pembagian waris membutuhkan waktu yang tidak sedikit atau rentang waktu yang panjang. Hasil yang dikirimkan oleh Kepala Seksi Daftar Pusat Wasiat ada dua jawaban, nihil atau adanya wasiat, jika nihil maka pembagian kembali kepada cara ab intestato, namun jika dinyatakan ada wasiat, dalam surat tersebut disebutkan wasiat itu dibuat atau disimpan oleh notaris yang mana semasa hidup pewaris datangi dan pewaris percaya. Selama wasiat 158 Hasil Wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.
29 tersebut tidak bertentangan dengan hukum dan paling utama tidak adanya ahli waris yang dirugikan maka dapat dilaksanakan pembagian warisan berdasarkan wasiat tersebut, namun jika adanya ahli waris dirugikan maka wasiat tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya. 159 Surat Keterangan ahli waris dibutuhkan untuk melakukan pendaftaran peralihan hak pewaris kepada ahli waris. Kekeliruan dalam penetapan ahli waris dalam surat keterangan ahli waris akan berdampak pada proses pembagian warisan itu sendiri. Ahli waris ab intestato akan sangat dirugikan apabila setelah dilaksanakan pembagian warisan ternyata dikemudian hari terdapat seorang ahli waris testamenter yang menggugat pembagian warisan yang telah dilakukan. Ahli waris ab intestato dapat melakukan berbagai upaya hukum, antara lain: upaya hukum litigasi dan upaya hukum non litigasi. 1. Upaya Hukum Non Litigasi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 1 angka 10 dinyatakan "Alternatif Penyelesaian Perkara (Alternatif Dispute Resolution) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, atau penilaian para ahli." 159 Hasil Wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.
30 Ahli waris ab-intestato diperbolehkan melakukan salah satu upaya hukum non litigasi yang telah ditentukan undang-undang. Salah satu upaya hukum non litigasi yang disarankan adalah negoisasi. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaian tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah, baik yang tidak berwenang mengambil keputusan maupun yang berwenang mengambil keputusan. 160 Negoisasi adalah penyelesaian sengketa melalui musyawarah/ perundingan langsung diantara para pihak yang bertikai dengan maksud mencari dan menemukan bentuk-bentuk penyelesaian yang dapat diterima para pihak. Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis atau juga dapat berbentuk akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang disetujui oleh para pihak. Perdamaian yang telah disepakati, baik dari hasil musyawarah maupun dari hal lain haruslah tertulis, sebagaimana ketentuan yang telah ditegaskan dalam Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Tulisan adalah sesuatu yang memuat suatu tanda yang dapat dibaca dan menyatakan suatu buah pikiran, tulisan dapat berupa akta dan tulisan yang bukan akta. Akta adalah tulisan khusus yang dibuat untuk dijadikan bukti atas hak yang disebut didalamnya. 161 Kesepakatan dalam bentuk tertulis seperti yang diungkapkan dalam Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sebenarnya undang-undang tidak menjelaskan secara terperinci mengenai 160 Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) dan Arbitrase, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), hal Ali Afandi, Op.cit, hal 190.
31 kata-kata persetujuan ini tidaklah sah, melainkan dibuat secara tertulis, ataupun hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis, tidak ada ketentuan yang mengharuskan untuk dituangkan dalam bentuk akta otentik, namun bukan berarti dalam perdamaian selalu akta di bawah tangan, sangat di anjurkan untuk menuangkan perdamaian tersebut dalam akta otentik, sehingga adanya kekuatan hukum dalam hal pembuktian jika dikemudian hari adanya sengketa yang timbul. Akta merupakan suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani, dibuat oleh seseorang atau oleh pihak-pihak dengan maksud dapat dipergunakan sebagai alat bukti dalam proses hukum. 162 Perdamaian dalam perdata adanya dua sifat, menghindari sengketa dan menyelesaikan sengketa. Dalam pewarisan dari kedua sifat tersebut perdamaian menuju kepada pelaksanaan pembagian harta warisan atau harta peninggalan, baik langsung pembagian harta peninggalan keseluruhan atau sebagian, serta pembagian yang bersifat tanggung jawab bersama. Maksudnya dalam hal kesepakatan tidak membagi harta peninggalan dan mengelola bersama. Pada akta perdamaian yang bersifat menghindari sengketa, dimana para pihak berusaha untuk meredam sekecil mungkin untuk timbulnya kasus atau sengketa waris dikemudian hari, dimana para pihak tergantung pada kesepakatan yang dikehendaki dalam hal pembagian harta peninggalan. Contohnya ahli waris yang sepakat untuk langkah awal tidak membagi 162 Santia Dewi dan R.M. Fauwas Diradja, Panduan Teori Dan Praktik Notaris, (Yogyakarta: PustakaYustisia, 2011), hal 36.
32 warisan dahulu, karena adanya beberapa faktor atau hal yang harus diselesaikan antara ahli waris. Dengan dibuatnya akta perdamaian baik di bawah tangan maupun otentik maka setiap ahli waris mendapat pembagian tanggung jawab dalam mengurus dan mengelola harta peninggalan tersebut, sehingga tidak menjadi harta yang tidak terurus. Dalam hal ini produk hukumnya sebatas akta perdamaian dan jika ingin dilanjutkan dapat lanjutkan pembuatan surat keterangan hak waris, namun dalam hal pembuatan akta pemisahan dan pembagian belum dapat dilaksanakan, karena ahli waris adanya kesepakatan tidak membagi dahulu. Akta perdamaian yang bersifat menyelesaikan sengketa, cenderung dalam hal ini telah ada sengketa antara ahli waris, baik sengketa besar maupun sengketa kecil yang tidak sampai ke pengadilan. Jika sengketa telah sampai ke pengadilan dan telah berjalan bukan berarti menutup kemungkinan perdamaian, dapat dilaksanakan. Akta perdamaian yang menyelesaikan sengketa menghasilkan kesepakatan yang tidak memberatkan para pihak atau ahli waris. Dalam sengketa waris tidak terlepas mengenai pembagian warisan yang selalu diperebutkan. Kebanyakan harta peninggalan dalam bentuk benda, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak, sehingga keserakahan dari ahli waris ingin memiliki bagian-bagian yang menguntungkan. Dalam hal contoh ahli waris berebut harta peninggalan berupa tanah dan beserta bangunan di posisi dan wilayah yang strategis. Pada pelaksanaan pembagian harta warisan tidaklah semudah yang tertuang
33 dalam kertas atau sebatas teori, dalam pembagian waris adanya faktor penghambat atau kendala yang dihadapi dalam penyelesaiannya. Terutama dalam hal pembagian yang mana harta peninggalan terbatas namun ahli warisnya banyak sehingga banyak pula keinginan yang timbul dari ahli waris tersebut terhadap pembagian harta peninggalan. Kendala yang timbul dari pelaksanaan pembagian waris kebanyakan kendala tersebut timbul dari dalam keluarga sendiri. Kendala yang sering dihadapi adalah hal ketidak puasan ahli waris dalam mendapatkan bagian masing-masing, sehingga timbulnya ketamakan untuk menguasai keseluruhan atau bagian yang menguntungkan saja bagi ahli waris. 163 Melalui upaya hukum non litigasi ini ahli waris ab intestato dan ahli waris testamenter mencari solusi terbaik atas sengketa pembagian warisan ini. Selain untuk menghemat biaya dan waktu, upaya hukum non litigasi ini sangat diperlukan untuk tetap menjaga ikatan persaudaraan dan kekeluargaan diantara para ahli waris. 2. Upaya Hukum Litigasi Ahli waris ab intestato pada dasarnya tidak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri karena ahli waris ab intestato tidak dirugikan atas sengketa ini. Yang berhak mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri adalah ahli waris testamenter yang haknya dirugikan Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei Hasil wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.
34 Tetapi ahli waris ab intestato dapat memberikan pembelaan di sidang gugatan tersebut terkait tidak adanya niat buruk dan unsur kesengajaan dalam pembagian warisan, dikarenakan ahli waris ab intestato telah melaksanakan semua prosedur sebelum pembagian waris dengan benar, tetapi produk hukum dari pada surat keterangan ahli warisnya tidak sempurna karena tidak terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap wasiat. Upaya hukum litigasi yang dapat dilakukan ahli waris ab intestato adalah mengajukan upaya hukum lanjutan berupa banding dan kasasi apabila ternyata pada tingkat pertama ahli waris ab intestato dikalahkan dan apabila ahli waris ab-intestato merasa dirugikan atas putusan Pengadilan Negeri. Para ahli waris baik secara bersama-sama atau perseorangan dapat mengajukan permintaan kepada ahli waris yang lain untuk melakukan pembagian harta warisan. Bila ada diantara ahli waris yang tidak menyetujui permintaan itu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan melalui Pengadilan Agama untuk dilakukan pembagian warisan. 165 Selain melalui Pengadilan Agama, berdasarkan penetapan bagian waris yang telah ada, dapat juga memilih mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum kepada pengadilan negeri. Hal ini dikarenakan ahli waris ab intestato telah menguasai barang yang bukan milik mereka. Saudara dapat menuntut pengembaliannya berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 574 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang isinya: 165 Pasal 188 Kompilasi Hukum Islam
TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D
TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D 101 08 063 ABSTRAK Membuat wasiat (testament) adalah perbuatan hukum, seseorang menentukan tentang apa yang terjadi dengan harta kekayaannya
Lebih terperinciHUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH
Hukum Keluarga dan Waris HUKUM WARIS ISTILAH Didalam hukum waris dikenal istilah-istilah seperti pewaris, ahli waris, harta waris, boedel, testament, legaat, dan legitieme portie[1]. Yang dimaksud Pewaris
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS TERHADAP KEDUDUKAN AKTA WASIAT YANG TIDAK DIKETAHUI OLEH AHLI WARIS DAN PENERIMA WASIAT ARLIANTI IMARIA SIMANJUNTAK ABSTRACT
ARLIANTI IMARIA SIMANJUNTAK 1 ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEDUDUKAN AKTA WASIAT YANG TIDAK DIKETAHUI OLEH AHLI WARIS DAN PENERIMA WASIAT ARLIANTI IMARIA SIMANJUNTAK ABSTRACT A will is a statement made by
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,
BAB I PENDAHULUAN Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran, perkawinan, dan kematian. Dengan adanya kelahiran maka berakibat pada timbulnya hak dan kewajban baik dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN AKTA WASIAT YANG TIDAK DIKETAHUI KEBERADAANNYA OLEH AHLI WARIS DAN PENERIMA WASIAT BAGI GOLONGAN PENDUDUK PRIBUMI
BAB II KEDUDUKAN AKTA WASIAT YANG TIDAK DIKETAHUI KEBERADAANNYA OLEH AHLI WARIS DAN PENERIMA WASIAT BAGI GOLONGAN PENDUDUK PRIBUMI C. Tinjauan Umum Mengenai Wasiat. 6. Pengertian Wasiat Wasiat atau testament
Lebih terperinciBAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan
46 BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata Sebelum penulis membahas waris anak sumbang dalam KUH Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan yang mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang meninggal dunia maka hak dan kewajibannya demi hukum akan beralih kepada ahli warisnya. Hak dan kewajiban yang dapat beralih adalah hak dan kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Warisan dapat diartikan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari masyarakat
Lebih terperinciBAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA
25 BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA A. Hukum Waris di Indonesia Hukum Waris merupakan salah satu bagian dari hukum Perdata secara keseluruhan
Lebih terperinciPENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D
PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D 101 09 645 ABSTRAK Hukum waris dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata termasuk dalam bidang hukum
Lebih terperinciWaris Menurut BW Bab I Pendahuluan
Waris Menurut BW Bab I Pendahuluan Disusun Oleh: Dimas Candra Eka 135010100111036(02) Hariz Muhammad 135010101111182(06) Nyoman Kurniadi 135010107111063 (07) Edwin Setyadi K. 135010107111071(08) Dewangga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015
AHLI WARIS PENGGANTI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Patricia Diana Pangow 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kedudukan seseorang sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kenyataan sehari-hari permasalahan waris muncul dan dialami oleh seluruh lapisan masyarakat. Berbagai kasus yang menyangkut sengketa waris tidak pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai anggota dari masyarakat merupakan penyandang hak dan kewajiban. Menurut Aristoteles, seorang ahli fikir yunani kuno menyatakan dalam
Lebih terperinciHUKUM WARIS PERDATA BARAT
HUKUM WARIS PERDATA BARAT I. PENGERTIAN HUKUM WARIS Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang meninggal dunia, dengan lain perkataan mengatur
Lebih terperinciBAB IV. PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KUHPerdata
BAB IV PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KUHPerdata A. Kewarisan dalam KUHPerdata Dalam KUHPerdata Hukum kewarisan diatur dalam Buku II KUHPerdata. Jumlah pasal yang mengatur hukum waris sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia selain sebagai individu juga sebagai makhluk sosial, dimana dalam memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai saat ia akan
Lebih terperinciBAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata
BAB V KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata Dalam pembahasan bab ini merupakan ulasan mengenai titik singgung antara pembagian kewarisan dalam KHI, CLD KHI dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
Lebih terperinciBAB III WASIAT DALAM KUH PERDATA. perbuatan pewaris pada masa hidupnya mengenai harta kekayaannya apabila
BAB III WASIAT DALAM KUH PERDATA A. Pengertian Wasiat Sehubungan dengan pewaris, yang penting dipersoalkan ialah perbuatan pewaris pada masa hidupnya mengenai harta kekayaannya apabila ia meninggal dunia.
Lebih terperinciBAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia ( naturlijk person) sebagai subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban sehingga dapat melakukan perbuatan hukum. Mempunyai atau menyandang hak dan kewajban
Lebih terperinciistilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst
Lebih terperinciBAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR
BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN DALAM HUKUM PERDATA (BURGERLIJK WETBOEK) A. Pengertian Anak Luar Kawin Menurut Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) Anak menurut bahasa adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses hidup manusia secara kodrati berakhir dengan suatu kematian yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan menimbulkan akibat hukum
Lebih terperinciBAB I TENJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS
BAB I TENJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS A. PENGERTIAN HUKUM WARIS Pengertian waris timbul karena adanya peristiwa kematian. Peristiwa kematian ini, terjadi pada seseorang anggota keluarga, misalnya ayah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru dalam kehidupannya. Dalam arti sosiologis manusia menjadi pengemban hak dan kewajiban, selama manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia
BAB III PENUTUP Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dan juga saran sebagai alternatif pemecahan terhadap permasalahan kasus yang lainnya yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI A. Pengertian Perjanjian Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA
BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA A. Analisis Dualisme Akad Pembiayaan Mud{arabah Muqayyadah Keberadaaan suatu akad atau perjanjian adalah sesuatu yang
Lebih terperinciBAB IV PENDAFTARAN BOEDEL. seseorang, dalam arti keseluruhan aktiva dan pasiva. mengkonstatir harta boedel (mencari tahu isi dari boedel).
BAB IV PENDAFTARAN BOEDEL A. PENGERTIAN PENDAFTARAN BOEDEL Boedel ialah suatu pendaftaran dari keseluruhan harta (vermogen) seseorang, dalam arti keseluruhan aktiva dan pasiva. Pendaftaran boedel ialah
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA) Sumber: LN 1974/1; TLN NO. 3019 Tentang: PERKAWINAN Indeks: PERDATA. Perkawinan.
Lebih terperinciLex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
PELAKSANAAN SURAT WASIAT BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DALAM PRAKTEK KENOTARIATAN 1 Oleh: Karini Rivayanti Medellu 2 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Telly Sumbu, SH, MH Meiske T. Sondakh, SH,
Lebih terperinciBAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF. dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara
BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF Hukum positif adalah "kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN WARIS UNTUK PENDAFTARAN TANAH SILVANA MUKTI DJAYANTI / D ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN WARIS UNTUK PENDAFTARAN TANAH SILVANA MUKTI DJAYANTI / D 101 09 389 ABSTRAK Penulisan yang diberi judul Tinjauan Yuridis tentang Penggunaan Surat Keterangan
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE
Lebih terperinciDiskusi Mata Kuliah Gemar Belajar Perjanjian dan Waris
Diskusi Mata Kuliah Gemar Belajar Perjanjian dan Waris Pembicara : 1. Betric Banjarnahor (2012) : 2. Dian Prawiro Napitupulu (2013) Pemateri : 1. Tioneni Sigiro (2014). 2. Waristo Ritonga (2014) Moderator
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing
Lebih terperinciBAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA. Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek
BAB III KEWARISAN DALAM HUKUM PERDATA A. Hukum kewarisan perdata Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek yang sering disebut BW adalah kumpulan peraturan yang mengatur mengenai kekayaan
Lebih terperinci: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK
Judul : FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : Premanti NPM : 11102114 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah Mengkaji
Lebih terperinciB AB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 875 BW, yang dimaksud Surat Wasiat (testament) adalah suatu
8 B AB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Wasiat Berdasarkan Pasal 875 BW, yang dimaksud Surat Wasiat (testament) adalah suatu akta yang berisi pernyataan seseorang tentang apa yang akan terjadi setelah
Lebih terperinciPEMBAGIAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS AB INTESTATO DAN TESTAMENTAIR MENURUT HUKUM PERDATA BARAT (BW)
PEMBAGIAN HAK WARIS KEPADA AHLI WARIS AB INTESTATO DAN TESTAMENTAIR MENURUT HUKUM PERDATA BARAT (BW) Oleh : Indah Sari, SH, M.Si 1 (Indah.alrif@gmail.com) ----------------------------------- Abstrak: Hukum
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS OLEH : RYAN ADITYA, S.H NIM 12211044 PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami beberapa peristiwa yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan mempunyai akibat hukum.
Lebih terperinciBAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Wasiat Kepada Non Muslim Perspektif Hukum Islam. 1. Syarat-syarat Mushii a. Mukallaf (baligh dan berakal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
digilib.uns.ac.id 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 ditegaskan mengenai pengertian perkawinan yaitu Perkawinan ialah
Lebih terperinciBAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA
53 BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Pengertian Hutang Piutang Pengertian hutang menurut etimologi ialah uang yang dipinjam dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam menjalankan hubungan hukum terhadap pihak lain akan membutuhkan suatu kesepakatan yang akan dimuat dalam sebuah perjanjian, agar dalam
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*
Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 17-23 17 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Istiana Heriani* ABSTRAK Masalah-masalah hukum yang timbul dalam perjanjian
Lebih terperinciPerpajakan 2 Pengadilan Pajak
Perpajakan 2 Pengadilan Pajak 12 April 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Daftar isi 1. Susunan Pengadilan Pajak 2. Kekuasaan Pengadilan Pajak 3. Hukum Acara 2 Susunan Pengadilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti
17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan
Lebih terperinciASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2
ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana ketentuan hukum mengenai pembuatan suatu kontrak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang merupakan ketentuan yang mengatur pelaksanaan perkawinan yang ada di Indonesia telah memberikan landasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang
Lebih terperinciBAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata
BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1 A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata Anak dalam kandungan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) memiliki
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah lepas dari interaksi dengan sesama. Bahkan
Lebih terperinciA. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi
BAB IV ANALISIS A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara umum mediasi diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN HUKUM BILA PENANGGUNG KEHILANGAN KECAKAPAN BERTINDAK DALAM PERJANJIAN PENANGGUNGAN
31 BAB II KEDUDUKAN HUKUM BILA PENANGGUNG KEHILANGAN KECAKAPAN BERTINDAK DALAM PERJANJIAN PENANGGUNGAN A. PENANGGUNGAN ADALAH PERJANJIAN Sesuai defenisinya, suatu Penanggungan adalah suatu persetujuan
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan
A. Pengertian Perjanjian Jual Beli BAB II PERJANJIAN JUAL BELI Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian dan Syarat Sahya Perjanjian Sebelum membahas lebih jauh mengenai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Perjanjian dan Wanprestasi Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN A.Pengertian Perjanjian Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN
BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN A. Pengalihan Hak Atas Bangunan Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah: Penjualan, tukarmenukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
Lebih terperinciBAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING
BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order
Lebih terperinciANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENETAPAN HAK WASIAT WAJIBAH TERHADAP AHLI WARIS NON MUSLIM (STUDI PUTUSAN NO. 0141/PDT.P/2012/PA. SBY) FEBRI SILVIA DEWI
FEBRI SILVIA DEWI 1 ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENETAPAN HAK WASIAT WAJIBAH TERHADAP AHLI WARIS NON MUSLIM (STUDI PUTUSAN NO. 0141/PDT.P/2012/PA. SBY) FEBRI SILVIA DEWI ABSTRACT Inheritance occurs when
Lebih terperinciPANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?
PANDUAN WAWANCARA Mediator: 1. Apa saja model-model Pendekatan Agama dalam proses mediasi terhadap perkara perceraian? a. Bagaimana cara menerapkan model-model pendekatan agama dalam proses mediasi terhadap
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan
Lebih terperinciBAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS
BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS A. Kedudukan Notaris Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN), menyebutkan bahwa
Lebih terperinciTINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)
0 TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepemilikan terhadap harta benda baik bergerak maupun tidak bergerak diatur secara komplek dalam hukum di Indonesia. Di dalam hukum perdata, hukum adat maupun
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG
BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang
Lebih terperinciBAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau
BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan-kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia di dalam memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik tersebut tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya.
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA BLOKIR
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)
TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga
BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga Masyarakat di Indonesia telah menganut tiga hukum mengenai hibah, yaitu Hukum Adat,
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA
16 BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
Lebih terperinciBAB IV. pasal 35 dan 36 Undang-undang Nomor 1 tahun Pemisahan harta bersama. harta benda kepada Hakim dalam hal suami dengan berlaku buruk
56 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 269/Pdt.P/2014/PA.Mlg. TENTANG PENCATATAN PERJANJIAN PERKAWINAN SETELAH DILANGSUNGKAN AKAD NIKAH Salah satu akibat perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Hukum Perdata di Indonesia khususnya hukum waris bersifat pluralisme (beraneka ragam). Belum adanya unifikasi dalam hukum waris di Indonesia yang merupakan bagian
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
No.1112, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Blokir dan Sita. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian A.1 Pengertian perjanjian Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, hal ini berdasarkan bahwa perikatan dapat lahir karena perjanjian dan undang undang. Sebagaimana
Lebih terperinciPERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Mediasi
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2014 HUKUM. Notaris. Jabatan. Jasa Hukum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,
19 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian Pembiayaan Konsumen 2.1.1 Pengertian Perjanjian Pembiayaan konsumen Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa
Lebih terperinci