BAB II KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP TES URAIAN PADA MATERI BUNYI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP TES URAIAN PADA MATERI BUNYI"

Transkripsi

1 9 BAB II KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP TES URAIAN PADA MATERI BUNYI 2.1 Multirepresentasi Pengertian Multirepresentasi Multirepresentasi didefinisikan sebagai suatu cara yang menyajikan berbagai representasi untuk menanamkan suatu konsep di benak para siswa. Sesuai dengan pengertian representasi sendiri adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakilkan atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin, 2002). Representasi juga merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan objek dan atau proses (Rosengrant, Etkina, & Heuvelen, 2006). Sehingga Waldrip dan Prain (Ainsworth, 2007) menyimpulkan bahwa multirepresentasi adalah mempresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, diantaranya secara verbal, gambar, grafik dan matematik Peran dan Fungsi Multirepresentasi Multirepresentasi memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pelengkap, pembatas interpretasi dan pembangun pemahaman (Ainsworth, 1999). Seperti dijelaskan dibawah ini : 1) Untuk melengkapi representasi lain. Setiap representasi mungkin berbeda baik dalam setiap pengungkapan informasi atau dalam setiap

2 10 proses pendukung. Sebuah representasi tunggal mungkin tidak cukup untuk membawa semua informasi atau terlalu rumit untuk mahasiswa dalam penafsirannya. 2) Untuk membatasi dan memandu representasi lain. Misalnya, grafik dapat digunakan untuk memandu penafsiran persamaan. 3) Untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Gambar 2.1 Fungsi Pemecahan Masalah Multirepresentasi (Ainsworth,1999) Lebih lanjut, Loviza Ulvarina (2010) menyatakan bahwa penggunaan multirepresentasi dapat lebih melengkapi proses dalam menarik kesimpulan dari informasi yang disajikan. Penjelasan secara verbal melalui teks akan lebih mudah dipahami ketika dilengkapi gambar atau grafik yang relevan

3 11 dengan informasi yang sedang dibicarakan. Serta multirepresntasi juga berfungsi untuk menggali perbedaan-perbedaan dalam suatu informasi yang dinyatakan dalam masing-masing representsi. Multirepresentasi cenderung digunakan untuk tujuan ini baik pada kasus-kasus dimana representasi tunggal tidak memadai untuk memuat semua informasi tentang suatu konsep, ataupun untuk menggabungkan semua informasi yang relevan kedalam satu representasi. Fungsi utama kedua dari multirepresentasi adalah untuk membantu pembelajar membangun pemahaman yang lebih baik terhadap suatu konsep dengan menggunakan satu representasi untuk membatasi representasi mereka terhadap representasi kedua. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan memanfaatkan representasi yang biasa dikenal untuk mendukung interpretasi dari representasi yang kurang biasa dikenal atau lebih abstrak. Kedua, dengan menggali sifat-sifat inheren satu representasi untuk membatasi interpretasi kedua. Fungsi utama ketiga adalah untuk membangun pemahaman yang lebih dalam. Pada fungsi ini, multirepresentasi dapat digunakan untuk meningkatkan abstraksi, mendukung generalisasi dan untuk membangun hubungan antar representasi-representasi. Beberapa alasan pentingnya penggunaan multirepresentasi 1. Kecerdasan majemuk Siswa belajar dengan cara yang berbeda dan memiliki kecerdasan yang berbeda-beda pula. Representasi yang berbeda yang

4 12 kompatibel dengan gaya belajar yang berbeda dari setiap siswa memberikan kesempatan yang optimal untuk setiap jenis kecerdasan. 2. Visualisasi untuk otak Kuantitas fisik dan konsep sering dapat dilihat dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi nyata atau konkret. 3. Membantu membangun jenis lain dari representasi Beberapa representasi konkret membantu dalam membangun representasi yang lebih abstrak (misalnya rumus matematis). 1. Beberapa representasi yang berguna untuk penalaran kualitatif Penalaran kualitatif sering dibantu dengan menggunakan representasi konkret. 2. Representasi matematik abstrak digunakan untuk penalaran kuantitatif. Sebuah representasi matematis dapat digunakan untuk menemukan jawaban kuantitatif dalam suatu permasalahan. Ketika seseorang mempelajari konsep-konsep ilmiah yang rumit, berinteraksi dengan berbagai bentuk representasi seperti diagram, grafik dan persamaan dapat membawa manfaat yang unik. Sayangnya, ada bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa peserta didik sering gagal mengeksploitasi manfaat tersebut dan dalam kasus-kasus tertentu kombinasi yang tidak tepat dari multirepresentasi benar-benar menghambat proses belajar. Seperti diungkap oleh Ainsworth, multirepresentasi merupakan cara yang sangat berguna tetapi seperti semua alat yang sangat berguna mereka memerlukan

5 13 penanganan yang hati-hati agar peserta didik dapat menggunakannya dengan sebaik mungkin. Menurut Izak dan sherin (2003) bahwa pengajaran dengan melibatkan multirepresentasi memberikan konteks yang lebih bagi siswa untuk memahami suatu konsep. Penggunaan multirepresentasi dapat membantu guru dalam mengidentifikasi tiga dimensi pembelajaran yang terjadi, yakni : 1) representasi memberi peluang kepada guru untuk dapat menilai pemikiran siswa, 2) representasi memberi peluang guru untuk menggunakan teknik pedagogik yang baru, 3) representasi memudahkan guru untuk menjembatani antara pemecahan masalah konvensional dan pemecahan masalah modern Aspek Kemampuan Multirepresentasi Ada beberapa kemampuan merepresentasikan suatu informasi secara multiple yang dimiliki peserta didik. Berikut merupakan kemampuan Multirepresentasi yang harus dimiliki peserta didik: 1. Mampu memformulasikan informasi dari representasi dengan benar. Pada kemampuan ini, peserta didik diharapkan dapat membuat suatu representasi dari informasi-informasi yang telah diperoleh pada materi.

6 14 2. Mampu menyusun representasi baru dari representasi sebelumya. Peserta didik diharapkan dapat membuat representasi yang berbeda dari representasi sebelumnya mengenai materi. 3. Mampu mengevaluasi perbedaan representasi secara konsisten dan memodifikasinya jika perlu. Pada kemampuan ini, peserta didik membuat beberapa representasi mengenai materi yang telah direpresentasikan oleh guru. Tentunya beberapa representasi yang dibuat berbeda satu sama lainnya dan berkesesuain antara setiap representasi pada materi yang sama. 4. Mampu menggunakan representasi untuk menyelesaikan soal. Dalam menyelesaikan soal-soal mengenai materi hendaknya peserta didik menggunakan beberapa representasi. Representasi yang digunakan peserta didik beragam dan berkesesuaian antara satu sama lainnya Format Multirepresentasi Dalam fisika ada beberapa format representasi yang dapat dimunculkan, format-format tersebut antara lain: a. Deskripsi Verbal Untuk memberikan definisi dari suatu konsep, verbal adalah satu cara yang tepat yang dapat digunakan. b. Gambar/diagram Gambar dapat membantu memvisualisasikan sesuatu yang masih bersifat abstrak. Dalam fisika banyak bentuk diagram yang sering digunakan antara lain, diagram gerak, diagram benda terbatas (free

7 15 body diagram) diagram garis medan (field line diagram), diagram rangkaian listrik (electrical diagram circuit), diagram sinar (ray diagram), diagram muka gelombang (wafe front diagram) dan diagram keadaan energi (energy state diagram) c. Grafik Penjelasan dari suatu konsep dapat kita representasikan dalam bentuk grafik. Oleh karena itu, kemampuan membuat dan membaca grafik adalah keterampilan yang sangat diperlukan. Grafik balok energi (energy bar chart), grafik balok momentum (momentum bar chart), merupakan grafik yang sering digunakan dalam merepresentasi konsep-konsep fisika. d. Matematik Untuk penyeleasaian persoalan kuantitatif, representasi matematik sangat diperlukan. Namun penggunaan representasi kuanitatif ini akan banyak ditentukan keberhasilannya oleh penggunaan representasi kualitatif secara baik. Pada proses tersebut tampaklah bahwa siswa tidak seharusnya menghapalkan semua rumus-rumus atau persamaan matematik. 2.2 Pemecahan Masalah Pemecahan masalah merupakan bagian integral dari pembelajaran (Reif dkk, 1976;. Larkin & Reif, 1979; Chi et al, 1981;. Reif, 1981; Bascones et al, 1985.; Amigues, 1988; Robertson, 1990; Savage & Williams, 1990; McDermott, 1991; Heller et al., Heller et al,. 1992; Henderson et al., 2001; Kuo, 2004; Pol, 2005;

8 16 Yerushalmi & Magen, 2006) begitupun dalam pembelajaran fisika, yang tidak dapat dipisahkan dengan pemcahan masalah. Setelah guru mengajarkan suatu konsep, maka untuk mengevaluasinya siswa diberikan seperangkat masalah (Tolga Gok, 2010). Gagasan pengembangan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika bagi siswa dilandasi oleh beberapa konsepsi teoretis dalam (I Wayan, 2011:2). a. Konsepsi fisika merupakan subyek yang senantiasa mengalami perubahan (Wenning, 2006). b. Learning physics is not about memorizing facts, it is about comprehension and mathematics (Zhaoyao, 2002:8). c. Learning physics requires learning to do the problems (Oman &3Oman, 1997:xvii). d. Effort to solve problem and apply meaningful knowedge must bepreceded by positive attitude and effort to understand it (Simon, 1996:94). Pemecahan masalah adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah, Krulik dan Rudnick dalam (I Wayan, 2011:3). Kemampuan memecahkan masalah dibangun oleh konsep-konsep materi dan cara/langkah untuk memecahkan masalahnya. Dalam hal ini, konsep-konsep materi berperan penting dalam memecahkan masalah. Bila siswa memiliki konsep yang kaya akan representasi, maka kemampuan pemecahan masalah akan baik pula, tidak hanya sebatas mengingat atau recall task. Jadi, multi representasi memiliki hubungan yang kuat dengan pemecahan masalah.

9 Pemecahan Masalah Berbasis Multirepresentasi Pembelajaran fisika menggunakan multirepresentasi dapat dilakukan dalam dua bentuk, bentuk pertama adalah dalam proses pembelajaran dan bentuk kedua dalam proses evaluasi. Kedua bentuk tersebut sebaiknya diterapkan dalam satu kesatuan. Pemecahan masalah dalam praktek pendidikan yang umum sering didominasi hanya dengan proses mengingat, yakni tingkat kemampuan kognitif yang terendah (Osborne & Dillon, 2008). Dalam jurnalnya (Dufrense, R.J,2004:1) menjelaskan bahwa ada beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan pemecahan masalah siswa kurang, yakni siswa selalau menjawab masalah dengan terlebih dahulu memilih persamaan dari rumus-rumus yang mereka hafal, lalu mencocokannya dengan soal, tanpa mengerti konsep dari permasalahan yang ditanyakan. Serta siswa selalu melihat atau meniru langkah penyelesaian dari contoh soal yang diberikan guru atau dari buku teks pembelajaran. Salah satu penyebab masalah tersebut terjadi adalah karena kemampuan penguasaan konsep siswa yang kurang. Menurut Mettalidou, seharusnya pemecahan masalah mengarahkan siswa kepada kemampuan untuk merepresentasi konsep yang baik (Mettalidou, 2009). Siswa akan melakukan pemecahan masalah dengan menggunakan representasi yang baik bila selama proses pembelajarannyapun siswa diberikan representasi-representasi terkait konsep konsep yang diberikan, sehingga siswa akan terbiasa memecahkan masalah dengan multi representasi. Jadi, multi representasi memiliki hubungan yang kuat dengan pemecahan masalah. Bila siswa memiliki konsep yang kaya akan representasi, maka kemampuan pemecahan masalah akan

10 18 baik pula, tidak hanya sebatas mengingat atau recall task. Sebaliknya, saat kemampuan memecahkan masalahnya kurang, kita bisa melihat bahwa konsep yang dimiliki siswa tersebut kurang, dan bisa dilihat pula representasi-representasi seputar konsep tersebut kurang. Menurut Loviza sebaiknya dalam mengajar siswa terlebih dahulu diberikan representasi kualitatif sebelum diberi representasi kuantitatif. Berikut ini adalah beberapa keuntungan menggunakan representasi kualitatif sebelum representasi kuantitatif. 1) Representasi kualitatif membantu siswa memahami soal sebagai alat bantu visual sehingga dapat meningkatkan pemahaman perseptual. 2) Representasi kualitatif khususnya representasi yang bersifat fisik, menjembatani antara representasi verbal dengan representasi matematik. Representasi yang bersifat fisik tersebut membantu memudahkan mahasiswa dalam melangkah dari kata-kata ke persamaan-persamaan matematik. 3) Representasi kualitatif membantu siswa membangun gambar yang memberi makna pada simbol-simbol matematik. Setelah merepresentasi proses, mahasiswa dapat memperoleh jawaban kuantitatif terhadap soal menggunakan representasi matematik. Menurut Dufrense, R.J (2001:7), ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran dengan pemecahan masalah multirepresentasi : 1) Pastikan bahwa semua siswa mengerti multirepresentasi yang dipergunakan.

11 19 2) Selalu memantau pekerjaan sampai selesai. Sudahkah siswa menggunakan representasi seluruhnya. 3) Mengangkat pengunaan beragam representasi untuk menganalisis kondisi masalah, dan menggunakan salah satu prosedur untuk menjawab masalah tersebut. 4) Memberikan waktu untuk siswa mereflesikan pengalamannya berkaitan dengan beragam representasi dan untuk mendiskusikan pengalamannya dengan siswa yang lain. Penggunaan multirepresentasi dalam pembelajaran fisika dapat dilakukan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi konsep-konsep kunci Setiap representasi dapat membantu siswa untuk memahami dan menggunakan konsep-konsep kunci dalam fisika. Langkah awal adalah mengidentifikasi konsep-konsep tersebut dengan representasi-representasi yang tepat dan memikirkan bagaimana siswa dapat mengambil manfaat dari representasi-representasi yang disajikan. 2) Mengkonstruk representasi lain Dengan konsep kunci yang ada dalam pikiran, kita dapat membuat representasi lain yang berfokus pada konsep yang sama. Dari representasi verbal dapat dibuat representasi lain, misalnya gambar, grafik, matematik atau yang lain. Demikian juga sebaliknya untuk representasi-representasi yang lain. Dengan memberikan beberapa representasi suatu konsep akan memberikan alternatif kepada siswa untuk memahami konsep tersebut

12 20 dengan berbagai cara sesuai dengan kecerdasan (menurut teori multi kecerdasan) dan gaya belajar siswa. Selain itu, merepresentasi konsep dari satu representasi ke representasi lain akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mamahami konsep yang bersangkutan. Untuk mengetahui kemampuan multirepresentasi siswa dalam memecahkan masalah diperlukan alat untuk mengevaluasi kemampuan multirepresentasi tersebut. Pada penelitian ini digunakan alat untuk mengevaluasi berupa tes berbentuk soal uraian. Tes berbentuk uraian merupakan bentuk tes yang menuntut siswa untuk menjawab dengan kata-kata sendiri sesuai dengan tuntutan soal. Gronlund & Linn (1995) mengemukakan bahwa, ciri utama tes uraian adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih, mengorganisir dan menyajikan jawaban dalam bentuk uraian. Sudjana (2009) juga menyatakan, tes berbentuk uraian akan menuntut siswa untuk menggeneralisasikan gagasannya dalam bahasa tulisan. Sehingga kemampuan dalam mengukur tingkat berpikir yang lebih tinggi dan bisa mengembangkan sikap dalam memecahkan masalah. Itu artinya tes uraian dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam merepresentasikan suatu konsep fisika. Selanjutnya, Gronlund & Linn (1995) menyebutkan ada dua tipe jenis soal uraian yaitu soal uraian terbatas dan soal uraian terstruktur. Dalam penelitian ini, akan digunakan istilah bentuk soal uraian terbatas untuk soal tanpa adanya pertanyaan arahan pada setiap subsoalnya dan tes uraian terstruktur untuk soal dengan adanya pertanyaan pada setiap subsoalnya.

13 21 Rubrik yang digunakan untuk menilai hasil jawaban siswa dalam tes uraian terstruktur dan tes uraian terbatas ini berpedoman pada rubrik multiple ways ( PAER Rutgers Universiry, 2008). Alasan penggunaan rubrik multiple ways dalam penskoran data dikarenakan dalam rubrik tersebut terdapat aspek penilaian untuk menilai pengetahuan dalam cara yang berbeda, memeriksa konsistensi representasi, dan menggunakan satu representasi untuk membantu membangun representasi yang lain yang sesuai dengan kemampuan multi representasi siswa yang diharapkan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud adalah kemampuan siswa menggunakan format multirepresentasi seperti verbal, gambar, grafik, dan matematik dari konsep-konsep pada materi Bunyi Tes Uraian Terstruktur Gronlund (1995) berpendapat yaitu pada soal uraian terstruktur, jawaban siswa lebih dibatasi pada bentuk dan lingkup jawaban yang harus diberikan. Batasan itu lebih memudahkan dalam pengukuran terhadap kemampuan siswa yang akan diukur. Juga menjadi lebih terstruktur, lebih efektif sebagai ukuran kemampuan untuk mengintegrasi gagasan dalam merepresentasikan suatu konsep. Hal ini juga ditegaskan oleh Sudjana (2001) bahwa, pembatasan itu bisa dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabanya, indikatorindikatornya. Dengan adanya pembatasan tersebut, jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Karakteristik uraian terstruktur adalah berisi unsur-unsur yaitu, pengantar soal, seperangkat data dan serangkaian sub

14 22 soal. Data yang diajukan dalam soal uraian terstruktur bisa berupa angka, tabel, grafik, bagan, digram, model, dan lain-lain. Keuntungan tes uraian terstruktur menurut Nitko (1996) yaitu : dapat digunakan untuk mengukur bermacam-macam jawaban yang sulit dan kompleks, dapat mengarahkan soal ke jawaban yang lebih khusus, dapat dipakai konteks yang berstruktur atau latihan-latihan yang diinterpretasikan, dapat mengarahkan jawaban dari semua siswa ke penafsiran yang sama. Sedangkan keuntungan tes uraian terstruktur menurut Sudjana (2001) diantaranya : satu soal bisa terdiri dari beberapa sub soal atau pertanyaan, setiap pertanyaan yang diajukan menuju kepada suatu data tertentu sehingga lebih jelas dan terarah dan soal saling berkaitan satu sama lain dan dapat diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya. Satu permasalahn yang akan diungkap dapat dikaji dari banyak aspek melalui sub soal atau pertanyaan arahan yang diajukan kepada tema permasalahan. Tes ini akan mengarahkan siswa pada jawaban tertentu. Dalam masalah multirepresentasi, tes berbentuk uraian terstruktur akan mengarahkan siswa untuk membuat multirepresentasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Arahan yang diberikan kepada siswa dalam masalah multirepresentasi yang diberikan disesuaikan dengan daftar langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran. Langkah-langkah tersebut disesuaikan dengan prosedur yang diberikan Rosengrant (2007:3) yaitu, 1. Menggambar dan menerjemahkan masalah yang ditanyakan.

15 23 Mendeskripsikan keadaan yang terdapat dalam soal, masukkan semua informasi yang diketahui dari soal tersebut dan memilih sistem dari setiap objek serta membuat daftar interaksi antara objek dengan sistem. 2. Menyederhanakan permasalahan tersebut. Menganggap sistem seperti partikel, mengabaikan beberapa interaksi dengan lingkungannya. 3. Menggambarkan bentuk fisisnya Mengambarkan diagram gerak, diagram benda terbatas (free body diagram) diagram garis medan (field line diagram), diagram rangkaian listrik (electrical diagram circuit), diagram sinar (ray diagram), diagram muka gelombang (wafe front diagram) dan diagram keadaan energi (energy state diagram). 4. Menggambarkan bentuk matematisnya menggambarkan bentuk matematisnya dengan mengaplikasikan hukumhukum dalam fisika ke dalam bentuk matematisnya. Dan hitunglah nilainya. 5. Mengevaluasi menyelesaikan jawaban tersebut dengan memberikan satuan untuk setiap jawaban Tes Uraian Terbatas Bentuk soal uraian terbatas pada prinsipnya sama dengan soal uraian terstruktur yang memiliki batasan dalam segi materi dan jawabannya namun berbeda dalam bentuk format soal yaitu soal uraian terbatas tidak disertai subsoal

16 24 dalam penyajiannya. Bentuk soal ini sangat baik digunakan untuk mengukur kompetensi yang memerlukan interpetasi dan penggunaan data, memecahkan permasalahan, atau menggunakan konsep dalam berbagai macam situasi (Surapranata,2007). Soal uraian terbatas berbeda dengan soal uraian bebas karena soal uraian bebas tidak dibatasi dalam segi isi maupun jawabannya dan bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum Kelemahan bentuk tes dengan jawaban luas yaitu : sangat tidak efisien untuk mengukur pengetahuan karena pertanyaan bisa menjadi sangat luas dan setiap siswa dapat menggunakan penilaiannya sendiri, berkenaan dengan jawaban siswa yang disusun dengan kata-katanya sendiri maka perolehan skor berdasarkan kemampuan menulisnya (Nitko,1996) Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan. 2.4 Kemampuan Multirepresentasi Pada Materi Bunyi Salah satu pokok bahasan yang terdapat pada disiplin ilmu fisika adalah materi Bunyi. Bunyi merupakan gelombang longitudinal, yang getarannya dirambatkan melaui suatu medium (gas, cair, atau padat) dalam bentuk rapatan dan regangan (Kanginan, 2007:160). Sementara itu, penerapan konsep bunyi banyak ditemukan pada gejala-gejala alam (seperti; Resonansi, gaung dan gema)

17 25 dan juga alat-alat teknologi (seperti; alat-alat music, dll). Selain bermanfaat, bunyi juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu, bunyi penting untuk dipelajari guna keberlangsungan kehidupan manusia agar lebih baik. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mempelajari materi bunyi, salah satunya adalah secara multirepresentasi. Alasan mempelajari materi bunyi berdasarkan format multirepresentasi adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan secara verbal (hal ini karena pada materi bunyi terdapat konsep-konsep dasar dan istilah yang terdefinisi), (2) Gambar dan Diagram (pada materi bunyi terdapat suatu bahasan yang masih bersifat abstrak), (3) Grafik (pada materi bunyi terdapat beberapa hubungan antar variabel), dan (4) Matematik (diperlukan suatu perhitungan karena pada materi bunyi terdapat data-data terkuantitasi). Dalam mempelajari materi bunyi secara multirepresentasi, ada beberapa kemampuan merepresentasikan suatu informasi secara multiple yang dimiliki peserta didik. Berikut merupakan kemampuan scientific yang harus dimiliki peserta didik: 1. Mampu memformulasikan informasi dari representasi dengan benar. Pada kemampuan ini, peserta didik diharapkan dapat membuat suatu representasi dari informasi-informasi yang telah diperoleh pada materi bunyi. Misalnya, peserta didik membuat gambar syarat terdengarnya bunyi. Pada gambar tersebut haruslah mengandung informasi-informasi mengenai sumber bunyi, medium prantara, gelombang yang terjadi pada medium serta telinga sebagai pendengar bunyi.

18 26 2. Mampu menyusun representasi baru dari representasi sebelumya. Peserta didik diharapkan dapat membuat representasi yang berbeda dari representasi sebelumnya mengenai materi bunyi yang sama. Misalnya, peserta didik membuat gambar proses pengukuran kedalaman laut, setelah itu peserta didik menghitung secara matematik berdasarkan gambar yang telah dibuatnya. 3. Mampu mengevaluasi perbedaan representasi secara konsisten dan memodifikasinya jika perlu. Pada kemampuan ini, peserta didik membuat beberapa representasi mengenai materi bunyi yang telah direpresentasikan oleh guru. Tentunya beberapa representasi yang dibuat berbeda satu sama lainnya dan berkesesuain antara setiap representasi pada materi bunyi yang sama. Misalnya, beberapa representasi yang dibuat peserta didik dalam menjelaskan cepat rambat bunyi dengan jarak dan waktu yang berbeda-beda. Peserta didik menggambarkan beberapa informasi mengenai sumber bunyi, pendengar, medium perantara serta jarak dan waktu antara sumber bunyi dan pendengar. Setelah mengambarkan beberapa informasi, peserta didik membuat suatu diagram ataupun grafik dalam hubungan jarak dan waktu. Kemudian, peserta didik menghitung cepat rambat bunyi berdasarkan diagram dan grafik yang telah dibuatnya. 4. Mampu menggunakan representasi untuk menyelesaikan soal. Dalam menyelesaikan soal-soal mengenai materi bunyi hendaknya peserta didik menggunakan beberapa representasi. Representasi yang digunakan peserta

19 27 didik beragam dan berkesesuaian atara satu sama lainnya. Representasi yang dibuat peserta didik dapat dilihat pada bagian di bawah ini. Seperti pada format multirepresentasi yang telah dipaparkan di atas, representasi yang bisa dibuat peserta didik adalah sebagai berikut: 1. Deskriptif verbal Karena materi bunyi terdapat konsep-konsep dan instilah-istilah yang perlu dijelaskan secara verbal, peserta didik dapat merepresentasikan dari informasi-informasi mengenai konsep dan istilah dari materi bunyi secara deskriptif verbal. Misalanya, peserta didik mendeskripsikan pengertian bunyi, atau konsep dan istilah lain mengenai materi bunyi. 2. Gambar dan Diagram Gambar dan diagram adalah suatu bentuk representasi yang digunakan untuk menvisualisasikan suatu informasi mengenai materi bunyi. Misalkan, peserta didik menggabarkan suatu syarat terdengarnya bunyi atau membuat diagram dari beberapa informasi mengenai cepat rambat bunyi pada medium yang berbeda-beda. 3. Grafik Grafik merupakan salah satu bentuk representasi yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu variable dengan variable yang lain. Dalam materi bunyi, peserta didik diharapkan dapat menentukan suatu hubungan variable ke dalam bentuk grafik. Misalnya, peserta didik membuat grafik hubungan antara jarak dan waktu guna menentukan cepat rambat bunyi.

20 28 4. Matematik Pada representasi ini, peserta didik diharapkan dapat menghitung suatu data kuantitatif dari materi bunyi. Misalnya, peserta didik menghitung kedalaman laut melalui informasi-informasi seperti cepat rambat bunyi di dalam laut dan waktu yang dibutuhkan hingga gelombang bunyi kembali ke sumbernya.

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kemampuan Representasi Prain dan Waldrip (Ulfarina, 2011) mengemukakan bahwa representasi berarti mempresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep fisika dan mampu menerjemaahkan representasi-representasi suatu konsep

BAB I PENDAHULUAN. konsep fisika dan mampu menerjemaahkan representasi-representasi suatu konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ainsworth (1999) menyatakan bahwa untuk mempelajari fisika secara efektif siswa harus memahami penggunaan representasi dalam menjelaskan suatu konsep fisika dan mampu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau. Berbagai pakar juga mengungkapkan definisi yang berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau. Berbagai pakar juga mengungkapkan definisi yang berbeda-beda 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Representasi Menurut Goldin (2002) representasi adalah sebuah kofigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau melambangkan sesuatu

Lebih terperinci

MULTIREPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA 1 M. Yusup 2 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya

MULTIREPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA 1 M. Yusup 2 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya MULTIREPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA 1 M. Yusup 2 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya email: yusufunsri@yahoo.com ABSTRAK Konsep fisika dapat direpresentasikan dalam banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan bagian dari rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dianggap sulit oleh siswa (Angel et all, 2004:2). Penyebabnya adalah dikarenakan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya karena materi fisika memiliki banyak rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya karena materi fisika memiliki banyak rumus-rumus matematika 1. BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fisika memiliki tradisi panjang sebagai mata pelajaran sekolah yang dianggap sulit (Angell et al, 2004). Paradigma ini terbentuk karena banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. antara objek dengan simbol (Hwang dkk., 2007). untuk merepresentasikan suatu fenomena disebut multiple representasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. antara objek dengan simbol (Hwang dkk., 2007). untuk merepresentasikan suatu fenomena disebut multiple representasi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Konsep Multirepresentasi Dalam psikologi matematika, representasi bermakna deskripsi hubungan antara objek dengan simbol (Hwang dkk., 2007). Penggunaan representasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Representasi merupakan suatu bentuk pengganti atau sesuatu yang mewakili

TINJAUAN PUSTAKA. Representasi merupakan suatu bentuk pengganti atau sesuatu yang mewakili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Kemampuan Multirepresentasi Representasi merupakan suatu bentuk pengganti atau sesuatu yang mewakili untuk menjelaskan suatu konsep yang digunakan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat saat ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi bangsa-bangsa di dunia. Kemajuan suatu bangsa salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan Research and Development (R&D). Menurut Setyosari. untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan Research and Development (R&D). Menurut Setyosari. untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada pengembangan dan validasi produk. Penelitian pengembangan sering dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran telah lama menjadi fokus esensial dalam penelitian pendidikan fisika. Berbagai bentuk pembelajaran telah dirancang sedemikian rupa guna memperoleh bentuk

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN REPRESENTASI VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

PENGARUH KEMAMPUAN REPRESENTASI VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PENGARUH KEMAMPUAN REPRESENTASI VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA Ismi Dwi Mustika Arum (1), Abdurrahman (2), I Dewa Putu Nyeneng (2) (1) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, ismiii.idma@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oktifiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oktifiyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori pembelajaran konstruktivisme menjelaskan bahwa manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Multiple Representations. Multiple Representations sendiri berasal dari. bahasa inggris y

II. TINJAUAN PUSTAKA. Multiple Representations. Multiple Representations sendiri berasal dari. bahasa inggris y 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Konsep Multiple Representations Suatu pendekatan pembelajaran dapat berpotensi menghasilkan proses pembelajaran yang efektif. Salah satu pendekatan yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti alam, karena fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda di alam, gejalagejala alam, fenomena-fenomena

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Siswa Mengubah Representasi dalam Physics Problem Solving Pada Siswa SMA Kelas X

Analisis Kemampuan Siswa Mengubah Representasi dalam Physics Problem Solving Pada Siswa SMA Kelas X Analisis Kemampuan Siswa Mengubah Representasi dalam Physics Problem Solving Pada Siswa SMA Kelas X Nurhijrah N. Atjiang dan Darsikin email : nurhijrah.atjiang@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan

I. PENDAHULUAN. Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan untuk menguasai dan mengelola perubahan diantara representasi yang berbeda secara bersamaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, dengan 35 responden menunjukkan bahwa 94,3 % tidak konsisten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang

I. PENDAHULUAN. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang

Lebih terperinci

S. Nulhaq *, S. Utari

S. Nulhaq *, S. Utari ISSN: 2338-1027 Jurnal Wahana Pendidikan Fisika 1 (2013) 92-98 Februari 2013 ANALISIS PROFIL KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI SISWA BERDASARKAN HASIL TES URAIAN PADA MATERI BUNYI DI SMP S. Nulhaq *, S. Utari

Lebih terperinci

REPRESENTASI MOMENTUM DAN IMPULS MELALUI DIAGRAM

REPRESENTASI MOMENTUM DAN IMPULS MELALUI DIAGRAM Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 REPRESENTASI MOMENTUM DAN IMPULS MELALUI DIAGRAM Hikmat dan Ridwan Effendi

Lebih terperinci

Analisis Konsistensi Respon Siswa SMA terhadap Tes Representasi Majemuk dalam Pembelajaran Fisika Materi Gerak Lurus

Analisis Konsistensi Respon Siswa SMA terhadap Tes Representasi Majemuk dalam Pembelajaran Fisika Materi Gerak Lurus Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 3 ISSN 2338 3240 Analisis Konsistensi Respon Siswa SMA terhadap Tes Representasi Majemuk dalam Pembelajaran Fisika Materi Gerak Lurus Ahmad, Muslimin

Lebih terperinci

PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK

PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013 PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK D. Aminudin, A. Sutiadi, A. Samsudin * Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Pada tingkat SMA, fisika dipandang penting

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA Dian Nopitasari 1 Program Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Representasi Matematis. solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000).

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Representasi Matematis. solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000). BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Representasi Matematis Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah memiliki peranan penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

Analisis Free Body Diagrams pada Siswa SMA dalam Menyelesaikan Tes Uraian Terstruktur

Analisis Free Body Diagrams pada Siswa SMA dalam Menyelesaikan Tes Uraian Terstruktur p-issn: 2461-0933 e-issn: 2461-1433 Halaman 1 Analisis Free Body Diagrams pada Siswa SMA dalam Menyelesaikan Tes Uraian Terstruktur Andinisa Rahmaniar a), Heni Rusnayati, Asep Sutiadi Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan matematika dituntut harus mampu mengembangkan kemampuan berfikir yang dilandaskan pada kaidah-kaidah komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses fenomena alam terjadi. Sehingga kegiatan pembelajarannya pun sebagian besar dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pendidikan. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan menjadi mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini, membuat dunia sangat sukar untuk diprediksi. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk dihafal oleh siswa tetapi guru harus melibatkan siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang dapat dibuktikan secara eksperimental dan secara matematis melalui berbagai simbol-simbol.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu fisika mempelajari tentang gejala-gejala alam yang dapat dibuktikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu fisika mempelajari tentang gejala-gejala alam yang dapat dibuktikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu fisika mempelajari tentang gejala-gejala alam yang dapat dibuktikan secara eksperimental dan secara matematis melalui berbagai simbol-simbol. Mata pelajaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL...v DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR ISI ABSTRAK.....i KATA PENGANTAR....ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL....v DAFTAR GAMBAR...vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar 1. Belief Siswa terhadap Matematika Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap sesuatu. Belief siswa terhadap matematika adalah keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi dan berhadapan dengan masalah-masalah yang timbul.

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi dan berhadapan dengan masalah-masalah yang timbul. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan penting pendidikan adalah membangun kemampuan orang untuk menggunakan pengetahuannya. Whitehead (Abdullah, 2006) menegaskan hal ini dengan menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa yang meliputi keterampilan berpikir generik sains, kegiatan

I. PENDAHULUAN. siswa yang meliputi keterampilan berpikir generik sains, kegiatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran fisika menekankan kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas siswa yang meliputi keterampilan berpikir generik sains, kegiatan laboratorium dan pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk mencoba berbagai macam representasi

Lebih terperinci

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia nomor 65 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan permasalahan yang mereka jumpai secara

Lebih terperinci

Kata kunci : Multi representasi, kemampuan kognitif, kemampuan pemecahan masalah

Kata kunci : Multi representasi, kemampuan kognitif, kemampuan pemecahan masalah Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MULTI REPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Representasi Matematika Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373) mengatakan bahwa secara naluriah manusia menyampaikan, menerima,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti Istilah media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara

Lebih terperinci

ANALISIS REPRESENTASI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN FISIKA

ANALISIS REPRESENTASI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN FISIKA ANALISIS REPRESENTASI MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN FISIKA Murtono Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga ABSTRAK Dalam mengungkapkan konsep Fisika yang dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah. Roswati dalam Wisma (2008) mengemukakan bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah. Roswati dalam Wisma (2008) mengemukakan bahwa, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelajaran Fisika seringkali berupa konsep-konsep yang abstrak. Siswa tidak hanya mengalami kesulitan pada saat pemahaman konsep tetapi juga dalam pemecahan masalah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah modal dasar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga manusia dituntut untuk terus berupaya mempelajari, memahami, dan menguasai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri karena persaingan dalam dunia pendidikan semakin ketat. Salah satu upaya yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek penting dalam Taksonomi Bloom yang harus dimiliki siswa setelah melalui serangkaian pembelajaran adalah aspek kognitif. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

2015 PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMA NEGERI DI KOTA BANDUNG PADA MATERI KINEMATIKA GERAK LURUS

2015 PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMA NEGERI DI KOTA BANDUNG PADA MATERI KINEMATIKA GERAK LURUS BAB I 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konsistensi representasi merupakan kemampuan menggunakan representasi yang berbeda secara konsisten (baik benar atau salah) pada soal-soal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Soal Matematika Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan dengan matematika. Soal tersebut dapat berupa soal pilihan ganda ataupun soal uraian. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat membuat setiap orang dapat mengakses segala bentuk informasi yang positif maupun negatif

Lebih terperinci

Pengembangan Buku Referensi Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Kalor dan Termodinamika

Pengembangan Buku Referensi Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Kalor dan Termodinamika Pengembangan Buku Referensi Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Kalor dan Termodinamika Lindrie Piranti 1,a), Dewi Muliyati 2,b) 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif. 12 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Suatu pendidikan yang berlangsung di sekolah yang paling penting adalah kegiatan belajar. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian

Lebih terperinci

ANALISIS MULTIREPRESENTASI MAHASISWA PGSD PADA KONSEP GELOMBANG DAN BUNYI

ANALISIS MULTIREPRESENTASI MAHASISWA PGSD PADA KONSEP GELOMBANG DAN BUNYI ANALISIS MULTIREPRESENTASI MAHASISWA PGSD PADA KONSEP GELOMBANG DAN BUNYI Siti Fatimah Universitas Sebelas Maret FKIP PGSD Kampus VI Kebumen stfatimah89@gmail.com ABSTRACT Waves and sound are included

Lebih terperinci

Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA

Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA II 2016 "Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA" Program Studi Pendidikan Fisika, FPMIPA, IKIP PGRI Madiun Madiun, 28 Mei 2016 Makalah Pendamping Peran Pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggap sulit, Anggell (Ulfarina,2011). Berbagai pendekatan,

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggap sulit, Anggell (Ulfarina,2011). Berbagai pendekatan, BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Fisika memiliki tradisi panjang sebagai mata pelajaran sekolah dianggap sulit, Anggell (Ulfarina,2011). Berbagai pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Karena selain dapat mengembangkan penalaran logis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations Pendekatan pembelajaran menurut Sanjaya (2009: 127) adalah suatu titik tolak atau sudut pandang mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing 1. Pengertian Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya pendidik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadiannya.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang dilihat dari kemampuan representasi visual, simbolik dan verbal. Tunggangri, berikut adalah pembahasan dari temuan peneliti.

BAB V PEMBAHASAN. yang dilihat dari kemampuan representasi visual, simbolik dan verbal. Tunggangri, berikut adalah pembahasan dari temuan peneliti. BAB V PEMBAHASAN Kemampuan representasi matematis yang dibahas dalam penelitian ini meliputi kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal kubus dan balok yang dilihat dari kemampuan representasi visual,

Lebih terperinci

KUALITAS DIAGRAM BENDA BEBAS BUATAN SISWA DALAM PHYSICS PROBLEM SOLVING

KUALITAS DIAGRAM BENDA BEBAS BUATAN SISWA DALAM PHYSICS PROBLEM SOLVING KUALITAS DIAGRAM BENDA BEBAS BUATAN SISWA DALAM PHYSICS PROBLEM SOLVING Nurhayani 1, Jusman Mansyur dan Darsikin 2 rnurhayani@yahoo.com 1 (Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Pascasarjana

Lebih terperinci

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL Abstrak: Fokus penelitian ini pada perbedaan kemampuan matematika antarsiswa dalam bidang pengenalan ruang (visual-spasial) dan kemampuan verbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal utama yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidup manusia karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu target yang paling penting dari pendidikan modern adalah mendidik siswa agar menjadi individu yang dapat mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP Anggun Rizky Putri Ulandari, Bambang Hudiono, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi merupakan salah satu kemampuan penting dalam pendidikan matematika sebab komunikasi merupakan cara berbagi ide

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh guru serta mengatasi permasalahan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

STUDI KOMPETENSI MULTIREPRESENTASI MAHASISWA PADA TOPIK ELEKTROSTATIKA

STUDI KOMPETENSI MULTIREPRESENTASI MAHASISWA PADA TOPIK ELEKTROSTATIKA JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI VOLUME 2, NOMOR 1, JUNI 2009 STUDI KOMPETENSI MULTIREPRESENTASI MAHASISWA PADA TOPIK ELEKTROSTATIKA Muhamad Yusuf 1), dan Wawan Setiawan 2) 1) Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran pada umumnya meliputi tiga jenis kompetensi, yaitu kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ketiga

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DITINJAU DARI PILIHAN MODE REPRESENTASI

ANALISIS HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DITINJAU DARI PILIHAN MODE REPRESENTASI ANALISIS HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DITINJAU DARI PILIHAN MODE REPRESENTASI Aprilia Handayani (1), Abdurrahman (2), Wayan Suana (2) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, Aprilia_Handayani@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH ISSN 2338 3240 DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH Andhika Nugraha 1, I Komang Werdhiana 2, dan I Wayan Darmadi 3 Email: andhika_entrepreneur@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kemampuan Komunikasi Matematika Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, dan di dalamnya terdapat pertukaran informasi dalam rangka mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan komunikasi matematis Menurut Wardani (2008) matematika merupakan sebuah alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Dalam

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pendidikan. Menurut Sumarna Surapranata (2004: 19), penilaian pendidikan erat kaitannya dengan academic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan program pendidikan bermula pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan adalah guru mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sulit (Angell et all., 2004). Hal ini terjadi karena materi fisika memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sulit (Angell et all., 2004). Hal ini terjadi karena materi fisika memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki kemampuan guna menghadapi masalah dalam kehidupannya. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memahami sejumlah (a modest amount) konsep dan dapat menerapkan atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat memahami sejumlah (a modest amount) konsep dan dapat menerapkan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan pendidikan fisika di sekolah adalah agar peserta didik dapat memahami sejumlah (a modest amount) konsep dan dapat menerapkan atau mengaplikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, setiap manusia senantiasa menghadapi masalah, dalam skala sempit maupun luas, sederhana maupun kompleks. Tantangan hidup yang

Lebih terperinci