PENGARUH PEMERAMAN MENGGUNAKAN BATU KARBIT (CaC2) TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum (L.
|
|
- Verawati Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH PEMERAMAN MENGGUNAKAN BATU KARBIT (CaC2) TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt)) The Effect of Artificial Repening Used The Calsium Carbida(CaC2) of Physical and Chemical Properties of Ambon Bananas (Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt)) Anwar Sadat 1,2, Tamrin 1, Cicih Sugianti 1 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2 anwarsadatlubis@gmail.com Diterima tanggal : 2 Juli 2015 / Disetujui tanggal 17 September 2015 ABSTRACT Banana is one of the best horticulture products in Indonesia. All this time, the ripening of banana has been done by the farmers. Artificial ripening was done using carbide with one kind of carbide concentration. The aim of this research was to determine the effect of carbide mass and ripening media on the physical and chemical quality of Ambon banana. The result showed that average of room air temperature between C, the average air temperature of the non vacuum media between to 31.1 C, and the average air temperature of vacuum media ranged from to C. The average of relative humidity from 74.76%, the average humidity of the non vacuum media between to 79.45% and the vacuum media ranged from to 80.24%. Respectively Water content of bananas in the non vacuum media ranged from 74.0 to 80.5% and the vacuum media ranged from 75.8 to 77.7%. Vitamin C levels of bananas with non vacuum media ranged from 99.7 to mg per 100 g and vacuum media ranged from 17.6 to 32.3 mg per 100 g. The hardness of bananas in the non vacuum media ranged from 2.0 to 2.73 N and vacuum media ranged from 0.5 to 1.7 Newton. The soluble solid content of bananas in the non vacuum media ranged from 19.2 to 22.4 brix and vacuum media ranged from 10.5 to 11.7 brix. Keywords: bananas, artificial ripening, calcium carbide. PENDAHULUAN Pisang merupakan salah satu produk unggulan di Indonesia.Tingkat kebutuhan konsumsi buah pisang segar di Indonesia menurut data Kementerian Pertanian menunjukkan konsumsi pisang dalam lima tahun terakhir selalu menempati posisi tertinggi diantara jenis buah yang lain.pada tahun2013, konsumsi pisang mencapai 5,68 kilogram per kapita per tahun. Buah pisang masih terus melanjutkan proses respirasi setelah dipetik dari pohon. Laju respirasi diukur dari jumlah O2 yang dikonsumsi atau CO2 yang dihasilkan selama pertumbuhan, penuaan (maturation), pematangan dan masa pelayuan sehingga diperoleh pola respirasinya. Buah pisang mempunyai pola respirasi yang tergolong sebagai buah klimakterik (Winarno dan Wirakarkusumah 1981). Perilaku buah pisang setelah panen sangat terlihat mengalami perubahan-perubahan seperti kekerasan, kandungan pati, perubahan kadar air, dan perubahan vitamin C. Hal ini terjadi karena hilangnya pasokan air dari akar setelah buah dipanen sehinggga kehilangan subtrat dan air tidak dapat digantikan lagi sehingga terjadi perubahan atau kemunduran yang sering disebut deteriorasi Selama pemeraman terjadi hidrolisis pati dan degradasi dinding sel yang mengakibatkan perubahan tekstur pada buah pisang. Selama proses pemasakan, buah pisang akanmengalami peningkatan pelunakan buah, akan tetapi perlakuan dengan menggunakan suhu dingin akan lebih terhambat dengan menggunakan suhu kamar (Sumadi dkk, 2004). Penanganan pascapanen pada buah pisang saat ini masih telah dilakukan oleh para petani, penanganan pascapanen khususnya pemeraman secara tradisional biasanya dilakukan dengan membiarkan buah pisang pada udara terbuka dengan suhu ruang ataupun membungkus pisang dengan plastik.pemeraman bertujuan untuk memperbaiki sifat hasil tanaman dan mempercepat masaknya hasil tanaman, saat ini pemeraman sudah banyak dilakukan dengan penambahan karbit atau biasa disebut pengkarbitan.pengakrbitan yang dilakukan dengan menggunakan satu jenis konsentrasi karbit. Menurut Ningrum (2013) bahwapenambahan batu karbit pada saat pemeraman berpengaruh terhadap hasil tanaman 417
2 yaitu pemacuan aktivitas respirasi sehingga buah akan mencapai tingkat ketuaan maksimum. Permasalahan yang sering timbul yaitu banyak buah pisang yang cepat busuk, daging buah yang terlalu lembek dan lain-lain, kerusakan ini sangat tidak sesuai dengan minat pasar.menurut Prabawati dkk (2008) kelemahan menggunakan batu karbit buah cepat matang maka buah pisang mudah rontok dan cepat rusak ditandai dengan bintik-bintik coklat pada permukaan kulit. Kerusakan pada buah ini akibat dari pemeraman buah yang dilakukan dengan penambahan karbit terlalu banyak yang mempercepat laju gas etilen, sehingga dibutuhkankan massa karbit yang tepat pada saat pemeraman. Menurut Ningrum (2013) batu karbit sebanyak 0,05 0,20% dari berat buah pisang, dibungkus dan dipercikkan air. Karbit diletakkan pada bagian bawah dalam kemasan, kemudian diletakkan pisang dan ditutup rapat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massa karbit dan media pemeraman pada pemeramaan buah pisang terhadap mutu fisik dan kimia buah pisang ambon dan pisang kepok. BAHAN DAN METODE Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi hygrometer, rheometer, oven, refraktrometer digital, erlenmeyer dan timbangan digital. Bahan yang digunakan adalah buah pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum(l.)) dalam bentuk sisiran dengan tingkat kematangan optimal ( hari setelah berbunga atau keluar jantung), aquades, amilum, Iodium (I2)0,1 N dan batu karbit. Penelitian inidiawali dengan mempersiapkan wadah pemeraman sebagai media pemeraman, pisang yang digunakan dalam bentuk sisiran sesuai dengan kriteria tua optimal dengan kondisi baik (tidak terserang hama penyakit, tidak terluka dan tidak memar). Pada setiap wadah pemeraman hanya berisi satu sisir pisang dengan massa karbit berbedabeda seperti pada Tabel 1. Pelaksanaan penelitian diawali dengan menimbang pisang dan batu karbit. Selanjutnya pisang dan batu karbit yang telah ditimbang dimasukkan kedalam media pemeraman. Batu karbit yang digunakan diberi air untuk menghasilkan gas etilen.selanjutnya dilakukan pengukuran suhu udara lingkungan dan suhu udara pada media pemeraman, kelembaban udara lingkungan dan kelembaban udara pada media pemeraman, kadar air pisang, kadar vitamin C pisang, tingkat kekerasan dan kandungan padatan terlarut. Tabel 1.Massa Pisang Ambon. Media (M) Tidak Kedap Udara (M1) Kedap Udara (M2) Massa Karbit (g) Massa Pisang (g) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan (K1) (K2) (K3) (K1) (K2) (K3) Suhu lingkungan dan media pemeraman Pengukuran suhu udara lingkungan dilakukan setiap pagi, siang dan sore hari. Pengukuran suhu udara pada media pemeraman dilakukan pada bagian tengah media penyimpanan. Kelembaban udara lingkungan dan udara pada media pemeraman Kelembaban udara lingkungan dan udara pada media pemeraman dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu dengan menggunakan hygrometer. Kadar air pisang Penghitungan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri/oven yaitu dilakukan dengan memasukkan sampel kedalam cawan yang telah ditimbang kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui berat awal (W0) setelah itu dimasukkan dalam oven hingga bobot konstan pada suhu 105 o C. kemudian bahan dikeluarkan dari oven dan ditimbang sebagai berat kering (Wt).. Kadar air dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : M (%bb) = 100% Keterangan: W0 = Berat sampel awal (g) Wt = Berat sampel akhir (g) 418
3 Suhu ( C) Kadar vitamin C metode titrasi iodometri (Sugianti, C. 2012) Pengukuran kadar vitamin C dilakukan menggunakan analisis titrasi iodometri yaitu dilakuakan dengan pisang ditimbang sebanyak 10 g kemudian air ditambahkan hingga volumenya 100 ml lalu diblender, setelah itu diambil sarinya sebanyak 10 ml. Sari buah dimasukkan kedalam erlenmeyer. Pada setiap erlenmeyer ditambahkan indikator amilum 2-3 tetes, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan standar I2 0,1 N hingga warnanya berubah menjadi violet. Kadar vitamin C (mg/100 g) =. Keterangan : ml iod =Volume I2 (ml) 0,88 = Berat equivalen FP = Faktor pengenceran g bahan = Massa bahan (g) Kekerasan buah Jenis Rheomater yang di pakai (uji kekerasan) pada penelitian ini adalah Sun rheometer 100. Rheometer diatur pada mode 20 dengan kecepatan tusuk sebesar 60 mm/s. Alat ini dilengkapi dengan alat penusuk bahan yang diletakkan pada meja (base) rheometer yang statik. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali kemudian diambil reratanya. Kandungan padatan terlarut Sampel pisang diparut kemudian diambil cairannya setelah itu diletakkan di lensa refraktometer untuk melakukan pembacaan hasil.tingkat kemanisan ini diukur dengan menggunakan refraktometer digital Atago model PR 201 dengan skala pengukuran 0 60 o Brix. Tingkat kemanisan akan langsung dibaca pada alat. HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu Hasil sebaran suhu rata- rata udara pada media pemeraman pisang ambondapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan grafik pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pemeraman menggunakan karbit menghasilkan suhu udara dalam media pemeraman lebih tinggi dibandingkan suhu udara lingkungan. Hal ini dikarenakan salah satu hasil respirasi berupa energi panas dapat meningkatkan suhu udara pada media pemeraman.massa karbit yang digunakan juga mempengaruhi suhu media pemeraman, semakin banyak massa karbit yang digunakan semakin tinggi suhu medianya. Massa karbit yang tinggi akan menghasilkan energiyang lebih banyak dari hasil proses respirasi. Pemeraman menggunakan karbit pada media pemeraman tidak kedap udara memiliki lama kematangan buah sama, hal ini dimungkinkan karena massa karbit yang digunakan tidak terlalu berbeda jauh. Suhu udara pada media pemeraman kedap udara lebih tinggi dibanding suhu udara pada media pemeraman tidak kedap udara.suhu tinggi pada media pemeraman kedap udara diakibatkan oleh tidak adanya sirkulasi udara, sehinggga udara panas terkurung didalam. Buah pisang yang dihasilkan pada media pemeraman kedap udara menjadi matang abnormal. Penyebab kematangan abnormal diduga kandungan oksigen dalam media pemeraman sangat sedikit sehingga kurang untuk kebutuhan respirasi Suhu Lingkungan M1 K1 M1 K2 M1 K3 M2 K1 M2 K2 M2 K3 Gambar 1.Sebaran suhu udara rata-rata pada media pemeraman. 419
4 Kadar Air (%) Kelembaban Udara (%) Kelembaban (RH) Hasil sebaran kelembaban udara lingkungan dan udara pada media pemeraman pada pisang ambon dapat dilihat pada Gambar 2. Kelembaban udara pada media pemeraman tidak kedap maupun media pemeraman kedap udara lebih tinggi dibanding kelembaban udara lingkungan.hal ini dikarenakan kondisi udara pada media pemeraman lebih lembab akibat penguapan dari buah pisang berupa uap air. Kelembaban udara pada media pemeraman tidak kedap udara dipengaruhi oleh massa karbit, massa karbit yang tinggi akan mengasilkan suhu yang tinggi sehingga penguapan H2Oyang dihasilkan lebih banyak. Sedangkan Untuk kelembaban udara pada media pemeraman kedap udara lebih tinggi dibanding media pemeraman tidak kedap udara, hal ini dikarenakan uap air yang dihasilkan tertahan oleh media pemeraman sehingga membentuk tetesan air pada dinding media pemeraman. Kelembaban dalam media pemeraman yang tinggi juga memungkinkan jamur berkembang biak dengan cepat dikarenakan kondisi lingkungan mendukung pertumbuhan jamur (Silalahi,2007) RH Lingkungan M1 K1 M1 K2 M1 K3 M2 K1 M2 K2 M2 K3 Gambar 2. Sebaran kelembaban udara rata-ratapada media pemeraman. Kadar Air Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa kadar air saat pemeraman buah pisang ambon mengalami peningkatan.hal ini terjadi karena air dihasilkan dari proses respirasi, dimana makin lama respirasi maka makin banyak air yang dihasilkan sehingga makin banyak pula air yang tertahan pada ruang antar sel dan dengan demikian kadarair yang ditetapkan akan meningkat pula (Winarno dan Wirakartakusumah, 1981) Kontrol Ambon M1 K1 Pisang Ambon M1 K2 Pisang Ambon M1 K3 Pisang Ambon Gambar 3. Kadar air pisang ambon pada media pemeraman tidak kedap udara 420
5 Kadar vitamin C (mg/100 g) Menurut Dumadi (2001), peningkatan kadar air pada daging buah diakibatkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosis antara daging buah dan kulit buah. Massa karbit yang digunakan berpengaruh terhadap kadar air akhir buah, dimana semakin tinggi massa karbit maka semakin tinggi kadar air buah, tingginya massa karbit mengakibatkan laju respirasi tinggi sehingga hasil respirasi berupa air akan semakin tinggi, sehingga semakin banyak air yang tertahan pada ruang antar sel. Pemberian zat perangsang mengakibatkan pisang mencapai tingkat kematangan lebih cepat dibandingkan dalam keadaan normal. Ketika kematangan tercapai, tekanan osmosis meningkat dan daging buah menyerap air dari kulit sehingga kadar airnya semakin tinggi (Mariott, dkk., 1981) Pada media pemeraman tidak kedap udara ini massa karbit yang digunakan tidak mempengaruhi kadar air akhir buah pisang (Tabel 2). Pemeraman menggunakan media kedap udara menghasilkan buah masak abnormal. Tabel 2. Kadar air pisang Ambon pada media kedap udara Kadar air Kontrol M1K1 M1K2 M1K3 M2K1 M2K2 M2K3 Awal 60,9 63,1 64,1 61,8 65,2 64,4 66,5 Akhir 83,7 74,0 76,3 80,5 75,8 77,7 75,9 Kadar Vitamin C pada buah Massa karbit yang digunakan mempengaruhi terhadap kadar vitamin C, semakin tinggi massa karbit yang digunakan semakin tinggi kadar vitamin C yang dihasilkan pada buah. Peningkatan konsentrasi zat perangsang buah akan meningkatkan kadar vitamin C. (Ridhyanty2015). Kalsium karbida sebagai senyawa perangsang etilen akan mempercepat terjadinya proses pematangan buah, dengan demikian semakin banyak vitamin yang dapat disintesis dalam pisang selama pemeraman.waktu pemeraman yang dibutuhkan pisang ambon selama 6 hari, sedangkan pemeraman pisang ambon (ka) dan pada suhu ruang waktu pemeraman yang dibutuhkan selama 8 hari. Menurut Kartika (2010) peningkatan kadar vitamin C dikarenakan terjadinya biosintesis vitamin C dari glukosa yang terdapat pada buah. Kadar vitamin C maksimum terjadi ketikabuah sudah matang, ditandai dengan perubahan warna, sehingga biosintesis vitamin C menunjukkan kondisi optimumnya sesudah matang Gambar 4. Kandungan vitamin C pada pisang ambon. Kontrol ambon M1 K1 M1 K2 M1 K3 M2 K1 M2 K2 M2 K3 Tingkat kekerasan buah Penurunan tingkat kekerasan terjadi pada setiap buah yang mengalami pematangan, seperti terlihat pada Gambar 5. Tingkat kekerasan mengalami penurunan dari awal pemeraman hingga akhir pemeraman, kondisi ini dibuktikan dengan melunaknya kondisi kulit dan danging buah. Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa besarnya penurunan tingkat kekerasan. Penurunan tingkat kekerasan pada buah dikarenakan buah pisang merupakan buah klimakterik dimana buah tersebut setelah dipanen masih melakukan aktivitas respirasi. Pengaruh pemberian karbit dalam meningkatkan laju respirasi ternyata berpengaruh terhadap tingkat kekerasan buah.tingginya massa karbit yang digunakan mengakibatkan buah yang diperam akan semakin lunak. Perubahan tingkat kekerasan ini dipengaruhi 421
6 Tingkat kekerasan (N) oleh zat perangsang pematangan buah yang digunakan lebih banyak sehingga laju respirasi semakin tinggi, laju respirasi tinggi mengakibatkan perubahan tekstur buah semakin cepat berubah. Buah yang mengalami proses pematangan akan mengalami perubahan tekstur yaitu buah yang sudah matang akan jauh lebih lunak dibandingkan dengan buah yang masih muda. Hal ini disebabkan oleh perombakan propektin yang tidak larut berubah menjadi pektin yang dapat larut atau hidrolisis zat pati. Oleh karena itu selama proses pematangan Kontrol Ambon M1 K2 Pisang Ambon buah terjadi banya peristiwa perubahan-perubahan biokimiawi dan struktural. Menurut Sumadi dkk (2004) selama proses pemasakan, buah pisang akan mengalami pelunakan buah akibat degrades dinding sel dan hidrolisis pati. Perubahan tingkat kekerasan pada media pemeraman kedap udara tidak dipengaruhi oleh massa karbit (Tabel 3). Kondisi buah tidak mengalami perubahan tekstur yang signifikan, hal ini dikarenakan kondisi buah yang tidak mengalami kematangan sempurna. M1 K1 Pisang Ambon M1 K3 Pisang Ambon Gambar 5. Tingkat kekerasan pisang ambon pada media pemeraman tidak kedap udara. Tabel 3.Tingkat kekerasan pisang pada media pemeraman kedap udara. Tingkat (N) Kontrol M1K1 M1K2 M1K3 M2K1 M2K2 M2K3 Awal 8,2 8,3 8,1 8,0 6,7 6,8 7,3 Akhir 1,4 2,7 2,4 2,0 0,5 1,7 1,3 Kandungan Padatan Terlarut Buah Kandungan padatan terlarut pada buah pisang mengalami peningkatan selama pematangan, seperti terlihat pada Gambar 6. Menurut Pujimulyani (2009) peningkatan tingkat kemanisan pada proses pematangan disebabkan oleh perubahan pati menjadi gula melalui proses Adenosin Tri Phospat (ATP) yang dihasilkan pada proses respirasi, sehingga semakin cepat laju respirasi ATP yang dihasilkan akan semakin besar dan kandungan kimia bahan dalam hal ini gula akan meningkat. Setelah proses pemanenan, pati yang terbentuk didalam jaringan dapat diubah menjadi gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa. Perubahan ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, waktu dan keadaan fisiologis, misalnya aktifitas enzim. Perubahan kandungan padatan terlarut pada media pemeraman kedap udara tidak dipengaruhi oleh massa karbit yang digunakan (Tabel 4). Kondisi buah pada media pemeraman kedap udara matang abnormal sehingga kandungan padatan terlarut yang dihasilkan lebih rendah. Tabel 4. Kandungan padatan terlarut pisang ambon pada media pemeraman kedap udara Kandungan padatan terlarut Kontrol M1K1 M1K2 M1K3 M2K1 M2K2 M2K3 Awal 6,0 7,7 4,8 5,6 7,8 7,7 7,9 Akhir 24,9 19,2 20,8 22,4 10,5 11,7 10,6 422
7 Kandungan padatan terlarut ( brix) Kontrol Ambon M1 K1 Pisang Ambon Gambar 6. Kandungan padatan terlarut pisang ambon pada media pemeraman tidak kedap udara. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Suhu dan kelembaban udara pada media pemeraman kedap udara lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara pada media pemeraman tidak kedap udara. 2. Massa karbit berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban udara media pemeraman. Semakin tinggi massa karbit aka suhu udara pada media pemeraman dan kelembaban udara akan lebih tinggi. 3. Semakin tinggi massa karbit maka semakin tinggi kadar air, kadar vitamin C dan kandungan padatan terlarut pada saat pemeraman buah pisang ambon, sedangkan tingkat kekerasan buah pisang ambon cederung menurun. 4. Pemeraman buah pisang ambonpada media kedap udara tidak dapat dilakukan karena kandungandiduga oksigen dalam ruang penyimpanan sedikit sehingga tidak cukup untk proses respirasi buah pisang. DAFTAR PUSTAKA Dumadi, S. R Penggunaan kombinasi adsorban untuk memperpanjang umur simpan pisang cavendish..jurnal Teknik dan Industri Pangan. Vol XII, no 1: Kartika, R Pengaruh penambahan caco3 dan waktu penyimpanan terhadap kadar vitamin c pada proses penghambatan pematangan buah tomat 9(Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal Kimia Mulawarman. Vol 8 : Mariott, J., M. Robinson, dan S. K. Karikari, Starch and sugar transformation during ripening of plantains and bananas. J. Sci.Food Agrc. 32: Ningrum, 2013 Pengaruh lama waktu pemeraman pisang raja bulu (Musa paradisiaca L. var sapientum) menggunakan CaC2 (batu karbit) terhadap kadar karbohidrat dan vitamin C.Skripsi. IKIP PGRI. Semarang. Prabawati, S., Suyanti., dan D. A. Setyabudi Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Pisang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Puji mulyani, d Teknologi pengolahan sayursayuran dan buah-buahan.graham ilmu.yogyakarta.285 hlm. Ridhyanty, S. P., Elisa, J., dan Linda, M. L Pengaruh Pemberian Ethepon Sebagai Zat Perangsang Pematangan Terhadap Mutu Buah pisang Barangan (Musa paradisiaca L). Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. Vol 3 No.1 : Silalahi, E. N Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Pepaya (Carica papaya) IPB 1 Setelah Pemeraman. Skripsi IPB. Bogor Sugianti, C Kajian Pengaruh Iradiasi Pada Buah Mangga Gedong Selama Proses Penyimpanan. Tesis. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Sumadi, B. Sugiharto, dan Suyanto Metabolisme sukrosa pada proses pemasakan buah pisang yang diperlukan pada suhu berbeda. Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 5(1) : Winarno, F. G. dan Wirakartakusumah, M. A Fisiologi Pasca Panen. Sastra Hudaya. Jakarta. 423
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan, termasuk buah
BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Dalam Al-Qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan, sehingga apa yang telah dibicarakan oleh ilmu pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu
4 TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu Pisang merupakan tanaman yang termasuk kedalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas monokotiledon (berkeping satu) ordo Zingiberales dan famili Musaseae.
Lebih terperinciKAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F
KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F145981 29 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan serta dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki nilai
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA SIMPAN PASIR DAN BIJI PLASTIK DENGAN PEMBERIAN AIR PENDINGIN TERHADAP PERUBAHAN MUTU PADA BUAH PISANG KEPOK (MUSA NORMALIS L)
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2:173-182 PENGARUH MEDIA SIMPAN PASIR DAN BIJI PLASTIK DENGAN PEMBERIAN AIR PENDINGIN TERHADAP PERUBAHAN MUTU PADA BUAH PISANG KEPOK (MUSA NORMALIS L) (Influence
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. : Musa paradisiaca formatypica. Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica) Dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan tanaman pisang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu
3 TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu Pisang (Musa spp. L) merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Pisang termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, keluarga Musaceae.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Kosentrasi Kalsium Klorida (CaCl 2 ) terhadap Pematangan dan Kualitas Buah Pisang Ambon Kuning ( Musa paradisiaca Var Sapientum) Berdasarkan penelitian yang telah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Laju Respirasi Respirasi merupakan proses metabolisme oksidatif yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisikokimia pada buah yang telah dipanen.
Lebih terperinciKriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok
Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok D. Sutowijoyo, W.D. Widodo Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga,
Lebih terperinciBeberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,
Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. Buah mudah sekali mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor keadaan fisik buah yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF) memiliki ciri diameter sekitar 3,1 cm. Panen pisang Cavendish dilakukan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium
19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berbagai jenis pisang kepok selama ribuan tahun sudah ditanam di berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai jenis pisang kepok selama ribuan tahun sudah ditanam di berbagai tempat di Asia Tenggara termasuk Malaysia. Malaysia merupakan daerah asal pisang kepok
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada Oktober
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mineral, dan juga karbohidrat (Prihatman, Kemal. 2000). Produksi buah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral, dan juga karbohidrat (Prihatman, Kemal. 2000). Produksi buah pisang di Indonesia memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili Musaceae ini hidup di daerah tropis dengan jenis yang berbeda-beda, pisang ambon, pisang
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang Pisang adalah salah satu jenis tanaman pangan yang sudah dibudidayakan sejak dahulu. Pisang berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, kemudian menyebar luas
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati konsumen. Salah satu contoh kultivar jambu yang memiliki
Lebih terperinciAPLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK MEMPREDIKSI KANDUNGAN GIZI PISANG ( Musa Paradisiaca L) BERDASARKAN DEGRADASI WARNA KULIT OLEH :
APLIKASI PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK MEMPREDIKSI KANDUNGAN GIZI PISANG ( Musa Paradisiaca L) BERDASARKAN DEGRADASI WARNA KULIT OLEH : NOVA SARI 06118055 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x
57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Stroberi (Fragaria x ananassa) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis pati bahan
Lebih terperinciTabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++)
V. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Pola Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna (++) Aroma Khas jeruk Khas jeruk Khas jeruk - - (++) Tekstur (++) Berat (gram) 490 460 451 465,1 450
Lebih terperinciBuah-buahan dan Sayur-sayuran
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Pasca panen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk dipasarkan atau digunakan konsumen dalam bentuk segar atau siap diolah lebih lanjut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di Indonesia buah pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu hasil
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia buah pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu hasil buah buahan yang penting, karena banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Buah pisang banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pisang merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang dunia. Indonesia menempati urutan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting
Lebih terperinciPENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA
PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mengetahui prinsip penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui tujuan penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui jenis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengemasan Pisang Ambon Kuning Pada simulasi transportasi pisang ambon, kemasan yang digunakan adalah kardus/karton dengan tipe Regular Slotted Container (RSC) double flute
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman yang cukup penting di Indonesia, yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pisang merupakan salah satu tanaman yang cukup penting di Indonesia, yang tergolong ke dalam famili Musaceae. Daerah sentra produksi pisang di Indonesia adalah
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA PENYIMPANAN (BIJI PLASTIK) TERHADAP UMUR SIMPAN WORTEL SEGAR (Daucus carrota L.)
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 111-118 PENGARUH MEDIA PENYIMPANAN (BIJI PLASTIK) TERHADAP UMUR SIMPAN WORTEL SEGAR (Daucus carrota L.) [THE EFFECT OF STORAGE MEDIA (PLASTIC SEED) TO KEEP
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Buah Naga
3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah segar yang disenangi masyarakat. Pisang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis buah segar yang disenangi masyarakat. Pisang Cavendish memiliki nilai gizi yang tinggi, kaya karbohidrat, antioksidan,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A
PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C, ORGANOLEPTIK, DAN DAYA SIMPAN SELAI BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum) DAN PEPAYA (Carica papaya) YANG DITAMBAHKAN GULA PASIR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI ETILEN DAN SUHU PEMERAMAN TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya, L.) IPB 1. Oleh: ADRIANA NITA KRISNA F
PENGARUH KONSENTRASI ETILEN DAN SUHU PEMERAMAN TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya, L.) IPB 1 Oleh: ADRIANA NITA KRISNA F14103013 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Cabe merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Cabe merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura yang penting di Indonesia. Buah cabe memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga banyak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. khusus maupun yang ditanam sembarangan di kebun atau halaman rumah.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang Hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenal buah pisang. Buah pisang termasuk ke dalam golongan buah klimakterik. Penyebarannya sangat luas mulai dari dataran rendah
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa
Lebih terperinciPENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)
PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Buah pisang merupakan buah yang banyak digemari oleh masyarakat. Pisang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah pisang merupakan buah yang banyak digemari oleh masyarakat. Pisang Cavendish adalah salah satu kultivar pisang yang bermutu dan terbaik di Indonesia yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae
TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae yang berasal dari daerah subtropis. Buah terung belanda saat ini telah banyak dibudidayakan oleh petani
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Spektra Buah Belimbing Buah belimbing yang dikenai radiasi NIR dengan panjang gelombang 1000-2500 nm menghasilkan spektra pantulan (reflektan). Secara umum, spektra pantulan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan
TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan pertumbuhan yang cepat dan tinggi dapat mencapai 7,5 meter. Tanaman ini mulai berproduksi pada umur 18 bulan setelah
Lebih terperinciPENGGUNAAN KALIUM PERMANGANAT UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN BUAH PEPAYA (Carica papaya L.,)
PENGGUNAAN KALIUM PERMANGANAT UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN BUAH PEPAYA (Carica papaya L.,) The Use of Potassium Permanganate to Extend the Shelf Life of Papaya Fruit Heri budiman (0706120664) Under
Lebih terperinciNova Nurfauziawati Kelompok 11A VI. PEMBAHASAN
VI. PEMBAHASAN merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan berbagai jenis buah yang memiliki potensi besar untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia kaya akan berbagai jenis buah yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Salah satu buah yang memiliki potensi besar itu adalah buah pisang.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya
TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Lebih terperinciPENGATURAN KEMASAKAN
PENGATURAN KEMASAKAN Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ...PERKEMBANGAN BAGIAN TANAMAN Urutan yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah-buahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah-buahan yang cukup mempunyai potensi di pasar luar negeri, sehingga diharapkan dapat menambah devisa negara dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya dengan berbagai spesies flora. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT yang seharusnya
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai
Lebih terperinciPENGARUH JENIS PERANGSANG PEMATANGAN TERHADAP MUTU BUAH TERUNG BELANDA (Cyphomandra betacea)
PENGARUH JENIS PERANGSANG PEMATANGAN TERHADAP MUTU BUAH TERUNG BELANDA (Cyphomandra betacea) SKRIPSI Oleh : EFRIDA YANTI ANNA P 080305029/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan September 2013 di
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan September 2013 di laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2015 di Laboratorium
14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2015 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pascapanen Jurusan Teknik Pertanian Universitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pemasakan buah.
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji Buah jambu biji merupakan buah klimakterik, sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologis dengan menghasilkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di Indonesia adalah jenis Fragaria vesca L. Buah stroberi adalah salah satu produk hasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring
Lebih terperinciPENGARUH DOSIS KARBID (CaC 2 ) DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KUALITAS BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca L. var) Erna Lidiawati NPM
PENGARUH DOSIS KARBID (CaC 2 ) DAN JENIS KEMASAN TERHADAP KUALITAS BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca L. var) (Skripsi) Oleh: Erna Lidiawati NPM 12110027 Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang beranekaragam dan melimpah. Beberapa jenis buah yang berasal dari negara lain dapat dijumpai dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Buah pisang tergolong buah klimakterik. Di samping harganya yang masih
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah pisang tergolong buah klimakterik. Di samping harganya yang masih memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi, pisang banyak digemari masyarakat. Namun,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang Cavendish yang siap panen adalah pisang yang mempunyai diameter
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish Pisang Cavendish yang siap panen adalah pisang yang mempunyai diameter berkisar 3,1 cm. Dalam prosedur panen yang dilakukan P.T Nusantara
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. PISANG CAVENDISH Pisang cavendish (Musa cavendishii) merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia. Di Indonesia, pisang ini lebih dikenal dengan sebutan pisang ambon
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Salak Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini tumbuh subur di daerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Palmae yang diduga dari Pulau
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2012 hingga September 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan emulsi lilin dan pelapisan lilin terhadap buah sawo dengan konsentrasi 0%, 2%,4%,6%,8%,10%, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah merupakan salah satu jenis pangan yang sangat penting peranannya bagi tubuh kita, terlebih karena mengandung beberapa vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Buah juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses respirasi setelah pemanenan. Klimakterik menghasilkan etilen lebih banyak sehingga mempercepat terjadinya
Lebih terperinciAPLIKASI KEMASAN BERPENYERAP ETILEN PADA PENYIMPANAN BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.)
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4, No. 3: 227-234 APLIKASI KEMASAN BERPENYERAP ETILEN PADA PENYIMPANAN BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.) APLICATION OF ETHYLENE ABSORBEN PACKAGING ON GUAVA
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Penanganan pascapanen buah yang tidak tepat di lapang dapat menimbulkan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pascapanen Pisang Cavendish Penanganan pascapanen buah yang tidak tepat di lapang dapat menimbulkan kerugian. Di negara-negara maju kerugian yang ditimbulkan mencapai 5 sampai
Lebih terperinciKajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat
Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat Emmy Darmawati 1), Gita Adhya Wibawa Sakti 1) 1) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
Lebih terperinciPANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN
PANDUAN PRAKTIKUM FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PERCOBAAN I. MENENTUKAN POLA RESPIRASI Respirasi pada buah-buahan
Lebih terperinci