EVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA PAD A SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RISET TRIGA BANOUNG
|
|
- Verawati Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN - SATAN, 30 November 2011 EVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA PAD A SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RISET TRIGA BANOUNG Hana Subhiyahl11, Budi Santo501>J 1.2Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang Selatan, ABSTRAK EVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RISET TRIGA MARK /I BANDUNG. Hasil keluaran Caesar /I 5.10 yang bempa gaya dan moment digunakan untuk mengevaluasi besamya beban yang diterima oleh masing - masing nozzle pompa. API 610 mempakan Standar intemasional yang menetapkan persyaratan untuk pompa horisontal. Berdasarkan kriteria untuk design pipa untuk pompa horizontal sesuai halaman hams memenuhi kriteria F1.2a, F1.2b, F1.2c. Kriteria F1.2ajika nozzle tiap pompa menerima gaya dan moment lebih dari 1 kali tetapi lebih keeil dari 2 kali Tabel 1-APJ 610 maka nozzle pompa hams memenuhi kriteria F1.2b dan F1.2c. Hasif evaluasi menunjukkan bahwa kondisi operas; 2 dan 3 masing - masing nozzle di kedua pompa menerima gaya dan moment lebih dari 1 kali tetapi lebih kecil dari 2 kali Tabel1 - API 610 sehingga masing - masing nozzle hams dikombinasikan agar memenuhi kriteria F1.2b dan F1.2c. Hasil dari perhitungan secara manual menunjukkan bahwa nozzle pompa sesuai dengan kriteria F1.2b dan kriteria F1.2c. Kata Kunci: Gaya, Momen, Caesar /I 5.10, Nozzle pompa, API 610 ABSTRACT PUMP NOZZLE LOAD EVALUATION ON PRIMARY COOLING SYSTEM BANDUNG TRIGA MARK /I RESEARCH REACTOR. Caesar /15.10 in the form of the output force and moment magnitude is used to evaluate the load received by each pump nozzle. API 610 is an international standard that specifies requirements for horizontal pumps. Based on the criteria for the design of the horizontal pipe to the pump according to pages must meet the criteria F F 1.2b. FI.2c. Criteria FI.2a [f every pump nozzle receive force and moment more than I times but less than 2 limes Table API then Ihe pump nozzle must meet the criteria and FI.2c FI.2b. Evaluation results indicate that operating conditions 2 and 3 respectively each nozzle on both pumps receive the forces and momeflfs more than I times but less than 2 times Table I APl 610 so each noz:de must be combined in order to meet the criteria FI.2b and FI.2 c. The results of manual calculations indicale that the pump nozzle in accordance with the criteria F 1.2h and criteria F 1.2c 1.PENDAHULUAN SATAN (Sadan Tenaga Nuklir Nasional) adalah salah satu lembaga penting yang mempunyai sebuah reaktor nuklir di Sandung yang bernama reaktor TRIGA MARK II. Reaktor ini dibangun sejak tahun 1965 dan digunakan untuk penefitian, petatihan, dan pembuatan radioisotop[1j Reaktor TRtGA Mark It Bandung (dibuat oleh General Atomic Co, San Diego, CA, USA) di Puslitbang Teknik Nuklir (P3TN) dirancang dan dibangun dengan daya 250 kw. Reaktor ini mencapai kritis pertama kalinya pada 10 Oktober 1964 Sejak itu reaktor dioperasikan pada daya maksimum 250 kw. Pad a tahun 1971, seiring dengan meningkatnya kegiatan, daya reaktor ditingkatkan menjadi 1000 kw. Hingga tahun 1996, atau sekitar 32 tahun dari saat kritis pertama kali. Reaktor telah beroperasi secara aman. Operasi reaktor TRIGA Mark " berlangsung lancar, teratur tanpa mengatami gangguan yang berarti[2}
2 Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir Salah satu sistem yang penting di dalam operasi Reaktor TRIGA Mark II adalah sistem pendingin primer. Sistem pendingin primer ini terdiri dari pompa, penukar panas dan sistem perpipaan yang di dalamnya ada fluida pendingin untuk memindahkan energi yang berupa panas kelingkungan[1j Jika perpipaan sistem pendingin primer mengalami kegagalan akibat beban yang diterima nozzle yang ada pad a pompa berlebih maka akan menggangu proses pendinginan sistem pendingin primer. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan evaluasi beban nozzle pompa sistem pendingin primer Reaktor TRIGA Mark II Bandung. Analisis dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Caesar II versi Acuan analisis yang digunakan adalah code API 610. Analisis dilakukan secara terpisah dalam 2 (dua) bagian jalur pipa yang melewati pompa yaitu dari teras reaktor ke nozzle pompa dan dari nozzle pompa ke nozzle penukar panas. Setelah itu dilakukan evaluasi beban nozzle yang diterima pompa. 2.DASAR TEORI 2. 1 ANALISA ST ATISTIK Pipa yang didalamnya mengalir fluida, baik panas maupun dingin akan mengalami pemuaian (expansion) atau pengkerutan (contraction) yang berakibat timbulnya gaya yang bereaksi pada ujung koneksi (connection), akibat dari temperatur, be rat pipa dan fluida itu sendiri serta tekanan didalam pipa[31 Dengan demikian, sebuah sistem pemipaan harusfah didesain sefleksibel mungkin demi menghindari pergerakan pipa (movement) akibat thermal expansion atau thermal contraction yang bisa menyebabkan' 1. Kegagalan pada sistem pemipaan karena te~adinya tegangan yang berlebihan atau overstress maupun fatigue. 2. Terjadinya tegangan yang berlebihan pada pipe support atau titik tumpuan. 3. Terjadinya kebocoran pad a sambungan flanges maupun di Valves. 4. Terjadi kerusakan material di Nozzle Equipment (Pump, Tank, Pressure Vessel, Heat Exchanger, etc) akibat gaya dan moment yang berlebihan akibat pemuaian atau pengkerutan pipa tadi. 5. Resonansi akibat terjadi Vibration. Analisa statik adalah memperhitungankan beban statik yang akan menimpa pipa secara perlahan sehingga sistem pemipaan memiliki cukup waktu untuk menerima, bereaksi dan mendistribusikan beban tadi keseluruh sistem pemipaan sampai tercapainya keseimbangan. Beban operasi adalah beban yang terjadi pad a sistem pemipaan selama operasi panas yang meliputi beban sustain dan beban termal. 1. Beban Sustain: yailu beban akibal beral pipa, berat f1uida, tekanan dalam pipa, tekanan luar, pengaruh angin dan gempa, serta beban dari salju yang menimpa pipa. Satu hal yang penting disini adalah jika pipa terkena beban demikian, maka bisa mengakibatkan pipa menjadi pecah dan collaps, jika tidak dilakukan upaya pencegahan. 2. Beban Thermal: beban ini adalah beban yang ditimbulkan akibat ditahannya expansion atau gerakan suatu pipa yang mengalami pemuian ataupun pengkerutan akibat temperatur dari fluida yang mengalir didalamnya. Penahanan (restriction) yang diberikan dapat berupa Anchor, atau tersambung ke peralatan (equipmeno. Satu hal yang perlu juga diperhatikan adalah bahwa be ban thermal ini adalah sifatnya siklus, artinya jika anchor dilepas atau fluidanya di hentikan mengalir di pipa tersebut, maka hilang pula beban yang ditimbulkanya13j POMPA Pompa secara sederhana didefinisikan sebagai alat transportasi fluida cair. Jadi, jika fluidanya tidak cair, maka belum tentu pompa bisa melakukannya. Misalnya fluida gas, maka pompa tidak dapat melakukan operasi pemindahan tersebut. Namun, teknologi sekarang sudah jauh berkembang di mana mulai diperkenalkan pompa yang multi-fasa, yang dapat memompakan fluida cair dan gas(4). Pompa yang digunakan di sistem pendingin primer adalah pompa sentrifugal dengan 2 nozzle yaitu discharge dan suction. Berikut' adalah gambar pompa sentrifugal berdasarkan API 610 : -255-
3 Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nuklir L I.~ j j! Key ft GBntrahn8 Co'\ ':jfl9;ga S;.r-ti:;: n Ce~11!"9 :Jf :J U!"1::J ;:::Ja.das.tgi cantra:ana.... ami:;:31 ;:Iiene Gambar 1. Pompa horizontal dengan tipe end suction dan top discharge nozzle API 610 merupakan Standar internasional yang menetapkan persyaratan untuk pompa horisontal. Berdasarkan kriteria untuk design pipa untuk pompa horizontal sesuai halaman harus memenuhi kriteria F1.2a, F1.2b, F1.2c. Dengan : ~ F1.2a, gaya dan momen yang ada ~ tabel API 610 tetapi jika gaya dan momen lebih dari 1X tabel tetapi kurang dari 2X tabel maka nozzle pompa harus memenuhi kriteria F1.2b dan F1.2c ~ F1.2b, 'gaya resultan (FRSuction.FRo,scharge)dan Momen resultan (MRSuction.MROischarge)yang bekerja pada masing-masing nozzle pompa harus memenuhi kriteria berikut : [FRDA / (1.5 x FRDT)) + [MRDA / (1.5 x MRDT)] :<=; 2 [FRSA / (1.5 x FRST)] + [MRSA / (1.5 x MRST)] ~ 2 Dengan : FRDA adalah resultan gaya discharge aktual FRSA adalah resultan gaya suction aktual (F.1) (F.2) F1.2c dengan masing-masing flange nozzle pompa harus diterjemahkan ke pusat pompa, besarnya gaya resultant yang diberikan (FRCA), moment resultant (MRCA) dibatasi oleh kriteria F.3, FA dan F.5 seperti berikut [51: FRCA < 1.5 (FRST + FRDT) (F.3) MYCA < 2.0 (MYST + MYDT) (FA) MRCA < 1.5 (MRST + MRDT) (F.5) dengan : FRCA = [(FXCA)2 + (FYCA)2 + (FZCA)2]05 dengan : FXCA = FXSA + FXDA FYCA = FYSA + FYDA FZCA = FZSA + FZDA MRCA = [(MXCA/ + (MYCA)2 + (MZCA)2]O 5 dengan : MXCA= MXSA + MXDA -«FYSA)(ZS)+(FYDA)(ZD}-(FZSA)(YS)-(FZDA)(YD))/1000 MYCA= MYSA+ MYDA+«FXSA)(ZS)+(FXD A)(ZD)-(FZSA)(XS)-(FZDA)(XD) )/1000 MZCA= MZSA+ MZDA - «FXSA)(YS)+(FXDA)(YD)-(FYSA)(XS)-(FYDA)(XD»/
4 ,.,... Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN - BATAN, 30 November 2011 Tabel 1. Load nozzle berdasarkan API 610 lop andnozz.ie moments (Nm) 50.,. '", '\ "',, 1280 '0 ~~ ~.."": D:: ' :' 142D :) 40"':) ' ;) ' :) a :' :3 i S :) ~. O~O 33D 160 -:60 ' S':"~ "0 ":"; ;1;) '.20?~;) D:)D '10-10 ' a 7Ct~ DJ F:-;;:.;rt: 2:J H) thr:rw'q-h F~;;1..ire 24 fer ::>~,e!"'.tat:o;"" -~1r:)z.z~e- ;'::'03-::5::X. Y. ~ ;~: Z.:. SI units :.:V FX N<>minal,.;>: of flang (DN) 3.TATA KERJA Metode yang dipakai dalam analisa nozzle pompa pada penelitian ini adalah metode manual yaitu menghitung manual sesuai dengan kriteria untuk design piping pompa horizontal sesuai ha/aman untuk mengana/isa apakah beban yang diterima nozzle masih dalam batas yang diijinkan sesuai dengan standart API 610. Analisa dilakukan dengan bantuan software perpipaan yakni CAESAR 1\ versi 5.10 untuk mengetahui gaya dan moment yang dihasilkan oleh nozzle pad a masing-masing pompa. Sehingga bisa dilakukan perhitungan nozzle pompa secara manual KOMPONEN BAHAN PIPA Pada sistem perpipaan ini 1. Bahan Pipa & Flange 2. Nominal pipe size 3. Ketebalan pipa (Schedule) 4. Temperatur operasi 6. Tekanan operasi 7. Densitas cairan menggunakan komponen sebagai berikut : : paduan aluminium : 6" dan 4" : mm (40) : 45.3 C : (kg/cm2) : (kg/mm3)
5 Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir v Gambar 2. Koordinat nozzle pompa 3.2 PEMODElAN STRUKTUR Struktur dimodelkan sesuai dengan keadaan di lapangan dengan bantuan software CAESAR II versi 5.10.Tahapan selanjutnya setelah pemodelan adalah melakukan analisa tegangan yang terjadi pada sistem pemipaan. Berikut ini adalah gambar tampilan pemodelan setelah dilakukan analisa tegangan pada sistem perpipaan sistem pendingin primer pompa suction dan discharge. t _ ". ('f ; :'~.I:~!.f' f,"r 'r":"', '.';-t.!:.:, ,..;... ":':j J..:f ;,p.i I;;... _..t _ -- -( , q _.!_ , Gambar 3. Flow chart pengujian dengan Caesar II
6 Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir Gambar 4. Gambar pemodelan pompa suction Gambar 5. Gambar pemodelan pompa Discharge -259-
7 Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat NukJir PRPN - BATAN, 30 November HASll DAN PEMBAHASAN Sebagai acuan analisis pemipaan untuk sistem pending in primer reaktor TRIGA MARK Bandung digunakan code untuk power piping yaitu ASME B31.1. Setelah dilakukan pemodelan langkah selanjutnya adalah melakukan running. Jika hasif running caesar yang dihasilkan masih gagal ataumasih terjadi over stress dari pemodelan karena melebihi batasan allowable dari code yang digunakan yaitu 831.1, maka model yang sudah dibuat harus dievaluasi lagi dengan merubah besarnya gap pada sistem penyangga (support). kemudian dilanjutkan menganalisa displacement serta restraint yang ada. Analisa displacement dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya penurunan atau kenaikan dari pipa sedangkan untuk analisa restrain dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya gaya dan momen pada tiap titik support. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisa beban aktual yang diperbolehkan pada masingmasing nozzle yang ada pada pompa suction (hisap) maupun discharge (sembur) dari sistem pendingin primer reaktor TRIGA MARK 8andung. 8atasan beban aktual yang diperbolehkan pada masing-masing nozzle yang tersambung dengan pompa telah ditetapkan dalam standard, yaitu standard API (American Petroleum Institute) 610 untuk pompa sentrifugal. Dari analisa diperoleh besarnya gaya dan momen yang diterima oteh nozzle pompa seperti terlihat dalam tabel 2. Gaya dan momen tersebut kemudian dibandingkan dengan gaya dan momen maksimum yang diizinkan untuk nozzle pompa beradasarkan API 610. FXUkuran FY FZMXMY (OPE) Case MZ Node " 6" I aool(kg-m) L. l.:iaya can momem 3 (OPE) (Kg) nasi! pomparuna caesar umuk Nozzle FXUkuran FZMXMY 186 0FY (OPE) MZ Case Node 4" 6" T. adel (Kg-m) J. l.:iaya can moment nasi! run caesar untuk pompa ts 3 (OPE)(Kg) -260-
8 Proseding Perlemuan flmiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN - BATAN, 30 November 2011 Oari hash running Caesar didapatkan gaya dan momen yang bervariasi untuk setiap nozzle pompa. Secara individual masing-masing pompa baik itu pompa discharge maupun pompa suction ada yang melebihi allowable pada kondisi operasi 2 dan kondisi operasi 3 hal itu bisa dilihat untuk pompa discharge di node 10 dan node 270 untuk gaya ke arah Z dan gaya ke arah X melebihi allowable. Sedangkan untuk pompa suction pada kondisi operasi 2 dan kondisi operasi 3 pada node 130 gaya ke arah X dan gaya ke arah Z melebihi allowable. Setelah dibandingkan dengan tabel API 610 bisa diketahui bahwa gaya dan moment yang ada pada setiap nozzle pompa kurang dari 2 kali tabel. Sehingga perlu dilakukan perhitungan gabungan (kombinasi) sesuai kriteria F1.2b dan F1.2c untuk pompa A dan pompa B berdasarkan API 610 antara pompa suction dan pompa discharge. Berikut hasil perhitungan berdasarkan kriteria F1.2b dan F1.2c adajah:.~~ Tabef.. --~ P, Kondisi Operasi F1.2b k 3 A Kriteria F1.2.b Kondisi Operasi 2 F.2 F F < < 1, < Kondisi Operasi 3 Kriteria F1.2.c < , Kondisi Operasi 2 F.5F.4 F Tabel P F1.2b Kondisi Operasi 3 Kriteria F1.2.b Kondisi Operasi 2 F.2 F k B Tabel P.. F < 1, < Kondisi Operasi < 379 1, Kriteria F1.2.c Kondisi Operasi 2 F.5F.4 F k B setelah dilakukan kombinasi antara pompa suction dan pompa discharge untuk pompa A dan juga pompa B bisa dilihat bahwa berdasarkan kriteria F12.b pada kondisi operasi 2 dan 3 kurang dari 2 dan berdasarkan kriteria F12.c untuk pompa A dan pompa B nozzle pompa masih dalam batas yang diijinkan. 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Nozzle pompa masih dalam batas yang diijinkan berdasarkan tabel API 610 yaitu kurang dari 2 kali tabel API Kombinasi pompa A dan Pompa B berdasarkan kriteria F12.b dan kriteria F12,c masih dalam batas yang diijinkan
9 Proseding Perlemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN-BATAN. 30 November DAFT AR PUST AKA 1. Rahardjo, Henky Poedjo, "Pengaruh Gempa Patahan Lembang Terhadap Tegangan Pipa Sistem Pendingin Primer Reaktor TRIGA 2000 Bandung", Proseding Seminar Nasional ke-15 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir, Surakarta, 17 Oktober Anhar R. Antariksawan, Aliq, Puradwi, Ismu Handoyo, "EVALUASI D1SAIN SISTEM PENDINGIN REAKTOR TRIGRA MARK /I BANDUNG DAYA 2 MW", Proseding Presentasi Itmiah Teknologi Keselamatan Nuklir-V, Serpong, 28 Juni press. com/2008/04/09/penqantar -dvnamic-analvsis-pada-caesarlil 4. Priyoasmoro, Cahyo Hardo,. CARA MENGKAJI PIPING & INSTRUMENTATION DIAGRAM', Mitis Migas Indonesia, diakses pad a tanggal 5 Mei API Standard 610, 1995, Centrifugal Pumps for Petroleum, Heavy Duty Chemical, and Gas Industry, American Petroleum Institute, Washington, DC. 6. Perangkat lunak Caesar \I 5.10 PERTANYAAN: 1. Beban Nozzle pompa pad a item peningin primer memenuhi kriteria (aman dan memenuhi syarat untuk pendinginan reactor pad a daya berapa? Mohon dijelaskan (SUWARDIYONO) JAWABAN : 1. Berdasarkan temperature yang kami pakai yaitu 45,3 C, untuk system pendingin primer pad a saat itu kondisi operasi daya kw. Berdasarkan data yang ada walaupun pada sa at survey kondisi reactor shut-down tetapi untuk analisis yang ada memasukan temperature dan tekanan pada daya 2000 kw
10 Proseding Pertemuan flmiah Rekayasa Perangkat Nukfir PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN LABVIEW Agus Cahyono " Demon Handoyo,2 dan Khairul Handono3 1,2, 3 P PlJS8l Rekayasa Perangkal Nuk1ir, Kawasan f>uspiptek SefPO!lQ, Geduf\Q 71,,- angerang Selalan, ABSTRAK PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITJK DENGAN LAB VIEW Penyiapan.suatu program perangkat lunak yang dapat mensimulasikan sistem operasi reaktor nuklir bermantaat untuk mendukung sosialisasi PLTN kepada masyarakat. Aspek neutronik program simulator ini memodelkan sistem teras reaktor sebagai suatu titik dalam rangka untuk menyedertjanakan proses simulasi dinamika reaktor. Persamaan kinetika reaktor yang dihasilkan dikenal sebagai persamaan kinetika reaktor titik. Persamaan ini merupakan persamaan differensial simultan tingkat satu, yang menghubungkan reaktivitas dengan populasi neutron. Makalah ini menyajikan program penyelesaian persamaan kinetika reaktor titik dengan metode Taylor. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah LabVIEW Algoritma dan diagram blok pemrograman disajikan. Luaran program berhasil menunjukkan adanya suatu prompt jump densitas neutron pada awal tren iterasi yang disebabkan oleh kontribusi neutron cepat. Spread sheet EXCEL digunakan untuk mengkonfirmasi luaran program LabVIEW Keduanya memberikan luaran yang sama. Hasil aplikasi program kinetika reaktor titik ini pada perangkat lunak simulator reaktor nuklir juga ditampilkan. Pemakaian LabVIEW dalam pemrograman kinetika reaktor titik ini menunjukkan bahwa solusi numerik dengan metode Taylor memberikan hasi/ yang memuaskan dan memerlukan teknik pemrograman yang refatit sedertjana. Kata kunci: Pemrograman, Kinetika Reaktor Titik, Metode Taylor, LabVIEW, Simulator ABSTRACT PROGRAAIMliVG POIAT REACTOR KINETICS EQUATION USING LA B VIEW. Devefopmenl a program package that is able 10 simulate nuclear reactor operation system is useful to support sor.:iali::ation of nuclear power plant to societ;v. Neutronic aspect of this simulator models reactor core as a point in order to simplify simulation process oj reactor dynamic.s. Reactor kinetics equation obtained is known as point reactor kinetics equatiol1. This equal ion is Ihe first order of simultaneous differential equation. which relates reactivity to neutron population. This paper presents a program to solve the point reactor kinetics I./Sing Taylor method. Programming language used is Lab VIEW The algorithm and block diagram of the program are outlined. The Olllplll has identified a prompt jump in neutron density at ear(v iteration caused by fast neutron contribution. The spread~heet EXCEL is used to conform the output of the program in l,abview Both EXCEL and Lab VIEW giw the same results. The result of the application of the point reactor kinetics program to nuclear reactor simulator is also presented. The use of Lab VIEW in programming poilll reactor kinetics indicates that numerical solution using Taylor method provides satisfactory results and requires relatively simple programming technique. Keywords: Programming, Poilll Reactor Kinetics, Taylor Method. LabVIEW, Simulator 1. PENDAHULUAN Pencantuman Gpsi pemanfaatan tenaga nuklir agar mulai digunakan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah ke -3, yaitu tahun , sebagaimana disebutkan pada UU No. 17 tahun 2007 membuat suatu rencana jadwal pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir harus disiapkan. Selain penyiapan segala dokumen persyaratan yang dibutuhkan untuk -263-
11 Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nukfir penzman dan pembangunan pembangkit listtik tenaga nuklir (Pl TN), penerimaan masyarakat (public acceptance) terhadap PLTN iuga harus ditingkatkan. Salah satu cara peningkatan public acceptance ini adalah melalui sosialisasi PLTN kepada masyarakat. Untuk mendukung sosialisasi PLTN ini, suatu program perangkat lunak yang dapat mensimulasikan sistem operasi reaktor nuklir perlu disiapkan. Satu aspek penting dari program simulator PLTN ini adalah aspek neutronik. Untuk menyederhanakan proses simulasi dinamika reaktor, sistem teras reaktor dimodelkan sebagai suatu titik. Pemodelan reaktor sebagai satu titik ini melahirkan persamaan kinetika reaktor yang dikenal sebagai persamaan kinetika reaktor titik. Pemodelan yang diperoleh berupa persamaan differensial simultan tingkat satu, yang menghubungkan reaktivitas dengan populasi neutron. Penyelesaian persamaan kinetika reaktor titik ini dapat dilakukan dengan metode numetik (1, 2, 3J. leif Hopkins dati Santa Fe High School (1J membandingkan dua metode solusi numerik untuk persamaan kinetika ini, yaitu metode Euler dan metode RUnge-Kutta. Hasilnya memperlihatkan bahwa metode Runge-Kutta memberikan hasil yang lebih presisi. QuabHi dan Karasulu [2J menyelesaikan persamaan kinetika reaktor titik ini dengan menggunakan metode aproksimasi Bourret dan linierisasi logaritmik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aproksimasi Bourret memberikan hash yang lebih baik dari pada linierisasi logaritmik. Metode numerik untuk penyelesaian persamaan kinetika reaktor yang relatif lebih sederhana dan memberikan hash yan~ memuaskankan adalah metode Taylor. seperti yang dhakukan oleh McMahon dan Pierson [3. Metode Taylor ini digunakan untuk menyelesaikan persamaan differensial: tingkat pertama dari persamaan kinetika reaktor yang menghubungkan densitas neutron dan konsentrasi prekursor neutron kasip. Hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat akurasi yang sebanding dengan metode numerik lainnya. Keunggulan metode Taylor adalah bahwa metode ini lebih sederhana, dan sangat akurat. Makalah ini menyajikan pemrograman persamaan kinetika reaktor titik yang diselesaikan dengan metode deret Taylor. Paket perangkat lunak yang digunakan adalah labview (Laboratory Virtual Instrument Engineering Workbench), suatu bahasa pemrograman berbasis gratis yang dikembangkan oleh National Instrument [4J. 2. TEORI Pemodelan reaktor sebagai suatu titik mengabaikan distribusi spasial fluks neutron, sehingga perilaku reaktor terhadap waktu menjadi perhatian utama. Power yang dihasilkan sangat tergantung pada waktu dan berkaitan erat dengan reaktivitas, serta karakteristik neutron cepat dan neutron lambat. Persamaan kinetika reaktor titik memodelkan perilaku reaktor menurut waktu. Solusi terhadap persamaan ini memberikan prediksi mengenai dinamika operasi reaktor nuklir dan bermanfaat untuk memahami fluktuasi power yang dialami reaktor selama start-up atau pun shutdown. Persamaan kinetika reaktor titik merupakan suatu sistem persamaan differensial densitas neutron dan konsentrasi prekursor neutron kasip. Densitas neutron dan konsentrasi prekursor neutron kasip ini menentukan perilaku menu rut waktu (time-dependent) level power reaktor dan dipengaruhi oleh posisi batang kendall Persamaan kinetika reaktor titik ini bersifat deterministik dan hanya bisa digunakan untuk mengestimasi nitai rerata densitas neutron, konsentrasi prekursor neutron kasip, dan level power. Persamaan ini sebenarnya memodelkan suatu sistem populasi yang berinteraksi antara populasi neutron dan prekursor neutron kasip. Persamaan kinetika reaktor titik tanpa sumber neutron ditunjukkan pada Pers. (1) dan (2). 6 dn(t) _ p(t)-fj n(t)+ LA;Gi(t) di- 1\ ;=1 dgi (t) = fjn(t) _ A;G; (t) --cit 1\ (1 ) (2) -264-
12 Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir dimana: n(t) C;(t) A fji fj A. p(t) t populasi netron atau daya reaktor pada saat t konsentrasi nuklida-nuklida prekursor netron kasip kelompok ke-i pada saat t waktu generasi netron fraksi netron kasip kelompok ke-i fraksi total netron kasip seluruh kelompok tetapan peluruhan prekursor neron kasip kelompok ke-i reaktivitas pada saat t perubahan waktu 1,2,..., 6 Kedua persamaan tersebut menghubungkan probabilitas interaksi neutron dan fraksi neutron kasip. Pers. (2) merupakan kombinasi enam kelompok prekursor menjadi satu persamaan. Kedua persamaan ini diselesaikan secara numerik, yaitu dengan metode Taylor. Metode Taylor yang memanfaatkan deret Taylor ini berdasarkan pada pendekatan diferensiasi dan digunakan bersama dengan persamaan diferensial dan suatu nilai awal untuk mengestimasi solusi anti-derivatif persamaan diferensial. Dengan memanfaatkan sejumlah nilai konstanta dari persamaan tersebut, besaran yang tidak diketahui hanya n(t) dan C(t), yang akan diperoleh melalui metode integrasi numerik. Ekspansi deret Taylor untuk densitas neutron dan konsentrasi prekursor neutron kasip ditunjukkan oleh Pers. (3) dan (4) (3,5]. > dn I 2 d 2 N N(t+h)=N(t)+h-+-h dt 2! dt2 (3) (4) Dengan order ke-satu saja, Persamaan (1) dapat dimasukkan ke dalam Pers. (3) untuk memperoleh densitas neutron pada waktu N(t+h) dari densitas neutron sebelumnya N(t), N(t + h) = N(t) + h p(t) - jj N(t) + hf AiCi (t) A i=1 (5) Setiap prekursor neutron kasip dapat dihitung dengan menggunakan Pers. (2) dan (4), dengan order ke satu saja. Ci(t +h) = C;(t)+h-N(t) A jj - haici(t) (6) 3. TATAKERJA PEMROGRAMAN Kegiatan pemrograman persamaan kinetika reaktor titik dengan LabVIEW dilaksanakan dengan algoritma sebagai berikut: 1. Menentukan nilai awal untuk densitas neutron (No), konsentrasi awal prekursor neutron (Co). reaktivitas awal (Po). fraksi neutron kasip (fj), waktu generasi neutron kasip (A), konstanta peluruhan prekursor (A). 2. Menentukan increment wakty, h. 3. Menghitung perubahan densitas neutron terhadap waktu ( ) menurut Pers. (1) dengan menggunakan ni/ai-nila; awal tersebut. dc I ~d2c Ci(t+h)=Ci(t)+h-' +-h--~-' +... dt 2! dt
13 Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nukfir 4. Menghitung perubahan konsentrasi prekursor neutron kasip terhadap waktu ( ) menurut Pers. (2) dengan menggunakan nilai-nilai awal tersebut. 5. Menghitung densitas neutron untuk waktu (t+h) dengan mengalikan densitas neutron sebelumnya dengan increment waktu, h, ditambah dengan densitas neutron pada sa at t. 6. Menghitung konsentrasi prekursor neutronkasip untuk waktu (t+h) dengan mengalikan konsentrasi prekursor neutron kasip sebetumnya dengan increment waktu, h, ditambah dengan konsentrasi prekursor neutron kasip pada saat t. 4. HAS~lDAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan pemrograman persamaan kinetika reaktor titik dengan LabVIEW ini menghasijkan suatu diagram blok, sepertj yang djtunjukkan pada Gambar tr--p~ I~.~~.,~ ] Gambar 1. Diagram Siok Program Persamaan Kinetika Reaktor Titik 0,.' -' Pada diagram blok ini, data kinetika yang digunakan adalah sebagai berikut: ".", "~-' ~ ~IIO ~ ~.fo ;10,00139 '.J li Beta ~) ~\ E-5.' lambda,-'.' r10.ll1,. 3,01 " ~,f1.14 ' ~4o.0305 ~JO.301 'fg.i ~; ~AO.OOO235 ~~ ' Gambar 2. Data Kinetika Reaktor Titik Tampak pad a blok diagram terse but bahwa data kinetika reaktor yang digunakan sebagai variabel global adalah /3" it" A, dan ClOY. Nilai ClOY diperoleh pada saat t=o, yaitu (7) -266-
14 ----~.._ _._----- <.:... Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir Hasilluaran yang diperoleh untuk p = 0,003 disajikan pad a Gambar 3 untuk iterasi selama 1 detik dan Gambar 4 untuk iterasi selama 10 detik. Taylor.JIII I , 0.0, I ~:.:::::::-: :...:. -~- - ~_ I ~::~~:~~ ~~:.,, ' 0.2 ;:.:~=-=: ---._~ ~'.'"-- - ~' "..:. '. ' 'r-. ~ i--''::' _ -"-. -:.:-:.:,,--.;.... _J -L, _ I' I I I I I, I I I I I I I I I I I I I I t I I t I I I I I ,I ak!:u (detik) v ~- Gambar 3. Tren Densitas Neutron untuk Iterasi selama 1 detik Taylor Eli I ::= _!!'SiiI _ u _ _ :. j;:t-. -:-;-:,.,. -..., , '. I,, I o f I I I I I I I, I t I Waktu (detik) I 7 I 8 I 9., 10 Gambar 4. Tren Densitas Neutron untuk Iterasi selama 10 detik Luaran yang ditampilkan pada Gambar 3 dan 4 memperlihatkan terjadinya suatu lonjakan pada awal tren. Fenomena ini disebut sebagai prompt jump akibat dari kenaikan neutron cepat
15 Proseding Pertemuan flmiah Rekayasa Perangkat Nuk/ir PRPN - BA TAN, 30 November 2011 Seiring dengan pertambahan waktu, neutron kasip memberikan kontribusi yang dominan terhadap peningkatan densitas neutron. Program kinetika reaktor titik yang dibuat dengan LabVIEW selanjutnya divalidasi dengan EXCEL. Kedua program ini memberikan luaran yang sama, seperti ditunjukkan pada Tabel Tabel i. Perbandingan Fluks Neutron dengan LabVIEW dan EXCEL Fluks Neutron (neutron/cm2.sec) 8.63E E E E E-i E+23 EXCEL Reaktivitas LabVIEW Aplikasi dari program kinetika reaktor titik ini pada perangkat lunak simulator rea!<tor mengh~silkan tren daya eksponensial, seperti yg ditunjukkan pad a Gambar 5. HasH ini sesuai dengan kondisi operasi reaktor Reaktor Serbaguna GA Siwabessy. Grafik Power.,,! Power.; ;., I ~ Gambar 25. Tren Daya Reaktor terhadap Waktu untuk Fluks Neutron 1014 n/cm2-detektor -268-
16 Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN - BA TAN, 30 November KESIMPULAN Hasil pemrograman persamaan kinetika reaktor titik dengan LabVIEW menunjukkan bahwa solusi numerik dengan metode Taylor memberikan hasil yang memuaskan dan memerlukan teknik pemrograman yang relatif tidak kompleks. Selain itu, paket program LabV/EW dapat digunakan secara mudah untuk menyelesaikan persamaan kinetika reaktor titik ini. Tampilan luaran yang dihasilkan menggarisbawahi keistimewaan dari LabVIEW yang superior dalam pemrograman berbasis gratis. Validasi yang dilakukan menyiratkan bahwa hasil dari pemrograman dengan LabVIEW ini memiliki akurasi yang tinggi. 6. UCAPAN TERIMAKASIH Pelaksanaan kegiatan ini memperoleh bantuan pendanaan dari PIPKPP Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan BAT AN melalui Kepala PRPN atas dukungan yang diberikan pada kegiatan ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Kristejo Kurnianto M.Sc., Kepala Bidang Instrumentasi Reaktor dan Industri - PRPN, yang telah banyak memberikan bantuan dan support demi kelancaran pelaksanaan kegiatan ini. 7. DAFT AR PUST AKA 1. HOPKINS, L., A Comparison of Numerical Solutions to the General Neutron Point Reactor Kinetics Equations, Santa Fe High School, New Mexico, QUABILI, E.R., dan KARASULU, M., Methods for Solving the Stochastic Point Reactor Kinetic Equations, ANS Volume 6, Pergamon Press, Grear Britain, MCMAHON, D., dan PIERSON, A., A Taylor Series Solution of the Reactor Point Kinetics Equations, Department of Nuclear Safety Analysis, SNL, Albuquerque, New Mexico, BITTER, R., MOHIUDDIN, T., dan NAWROCKI, M., "LabVIEW: Advanced Programming Techniques," CRC Press, Florida, DUDERSTADT, J.J., dan HAMILTON, L.J., "Nuclear Reactor Analysis," John-Wiley & Sons, Inc., PERTANYAAN: 1. Bagaimana bentuk keterkaitan parameter-parameter yang ada dalam langkah-iangkah penyusunan program? (GUNARWAN PRAYITNO) JAWABAN: 1. Parameter yang ada seperti reaktivitas dan data netronik digunakan untuk menghitung kondisi awal densitas netron dan konsentrasi prekursor netron kasip. Hasil yang diperoleh akan selalu di-update seiring dengan waktu
PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN LABVIEW
Proseding Pertemuan flmiah Rekayasa Perangkat Nukfir PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN LABVIEW Agus Cahyono " Demon Handoyo,2 dan Khairul Handono3 1,2, 3 P PlJS8l Rekayasa Perangkal Nuk1ir,
Lebih terperinciPEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN LABVIEW
PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN LABVIEW Agus Cahyono 1, Demon Handoyo, 2 dan Khairul Handono 3 1, 2, 3 P Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang
Lebih terperinciPEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN LABVIEW
PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA REAKTOR TITIK DENGAN LABVIEW Agus Cahyono, Demon Handoyo, Khairul Handono, dan Sapta Teguh P Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN ABSTRAK PEMROGRAMAN PERSAMAAN KINETIKA
Lebih terperinciEVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA PAD A SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RISET TRIGA BANOUNG
Proseding Pertemuan Ifmiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN - SATAN, 30 November 2011 EVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA PAD A SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RISET TRIGA BANOUNG Hana Subhiyahl11, Budi Santo501>J
Lebih terperinciEVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RISET TRIGA BANDUNG
EVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RISET TRIGA BANDUNG Hana Subhiyah [1], Budi Santoso [2] 1,2 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang
Lebih terperinciEVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RISET TRIGA BANDUNG
Jurnal Perangkat Nuklir ISSN No. 19783515 EVALUASI BEBAN NOZZLE POMPA PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RISET TRIGA BANDUNG Hana Subhiyah 1, Budi Santoso 1 1 PRPNBATAN, Komplek Puspiptek Gd.71 Serpong,
Lebih terperinciANALISIS STATIK TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA
ANALISIS STATIK TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER REAKTOR KARTINI YOGYAKARTA Edy Karyanta, Budi Santoso, Hana Subhiyah PRPN BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Didalam sebuah Plant, entah itu LNG Plant, Petrochemical Plant, Fertilizer Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di Offshore,
Lebih terperinciOleh : Rakhmad Darmawan Dosen Pembimbing: 1. Ir. Imam Rochani, M.Sc 2.Yoyok S. Hadiwidodo, ST,MT
ANALISA TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN PADA JALUR PENERIMAAN DAN PENYALURAN AVTUR DI DEPOT PENGISIAN BAHAN BAKAR PESAWAT UDARA (DPPU) NGURAH RAI PROJECT PT PERTAMINA Dosen Pembimbing: 1. Ir. Imam Rochani, M.Sc
Lebih terperinciANALISA KEKUATAN FLANGE PADA SISTEM PEMIPAAN PRIMER REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG
ANALISA KEKUATAN FLANGE PADA SISTEM PEMIPAAN PRIMER REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG Hendra Prihatnadi, Budi Santoso Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong,Gedung 71,Tangerang -15310
Lebih terperinciAnalisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II
1 Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II Andis Dian Saputro dan Budi Agung Kurniawan Jurusan Teknik
Lebih terperinciEVALUASI DISAIN INSTALASI PIPA FRESH FIRE WATER STORAGE TANK
EVALUASI DISAIN INSTALASI PIPA FRESH FIRE WATER STORAGE TANK Ir. Budi Santoso, Ir. Petrus Zacharias PRPN BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK EVALUASI DISAIN INSTALASI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari tower DA-501 ke tower DA-401 dijelaskan seperti diagram alir dibawah ini: Mulai Memasukan Sistem Perpipaan
Lebih terperinciPENGARUH GEMPA PATAHAN LEMBANG TERHADAP FLEKSIBILITAS PIPA DAN KEGAGALAN NOZEL PERALATAN SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG
Jurnal Fisika Vol. 1 No. 1, Mei 2011 15 PENGARUH GEMPA PATAHAN LEMBANG TERHADAP FLEKSIBILITAS PIPA DAN KEGAGALAN NOZEL PERALATAN SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG H. P. Rahardjo PTNBR
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK SIMULATOR REAKTOR NUKLIR
RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK SIMULATOR REAKTOR NUKLIR Demon Handoyo 1, Agus Cahyono 1, Khairul Handono 1, Sapta Teguh P 1 1 PRPN-BATAN, Komplek Puspiptek Gd.71 Serpong, Tangerang 15310 ABSTRAK RANCANG
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-data Awal ( input ) untuk Caesar II Adapun parameter-parameter yang menjadi data masukan (di input) ke dalam program Caesar II sebagai data yang akan diproses
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK SIMULATOR REAKTOR NUKLIR
RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK SIMULATOR REAKTOR NUKLIR Demon Handoyo 1, Agus Cahyono 2, Khairul Handono 3 dan Sapta Teguh P 4 1, 2, 3, 4 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ZELVIA MANGGALASARI Dosen Pembimbing I : Dr. Melania Suweni Muntini Dosen Pembimbing II : Drs.
TUGAS AKHIR ZELVIA MANGGALASARI 1108 100 009 Dosen Pembimbing I : Dr. Melania Suweni Muntini Dosen Pembimbing II : Drs. Achmad Chamsudi JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT
Lebih terperinciANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II
ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II Asvin B. Saputra 2710 100 105 Dosen Pembimbing: Budi Agung Kurniawan,
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Mulai
BAB V METODOLOGI 5.1. Diagram Alir Pemodelan dan Pemeriksaan Tegangan, Defleksi, Kebocoran pada Flange, dan Perbandingan Gaya dan Momen Langkah-langkah proses pemodelan sampai pemeriksaan tegangan pada
Lebih terperinciANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT 2 MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN
ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN 1, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara, Jln.Almamater Kampus
Lebih terperinciANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II
ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II TUGAS AKHIR Disusun guna memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik
Lebih terperinciPROPYLENE PROJECT (ROPP)
Analisa pipe support terhadap flexibility dan tegangan yang terjadi pada sistem perpipaan PT PERTAMINA (Persero) Residu Catalyst Cracking OFFGAS to PROPYLENE PROJECT (ROPP) 030 Hendra Akbar (1), Rudi Walujo
Lebih terperinciReview Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang
Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang Aulia Havidz 1, Warjito 2 1&2 Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data dan Sistem Pemodelan Sumber (referensi) data-data yang diperlukan yang akan digunakan untuk melakukan perancangan sistem pemipaan dengan menggunakan program Caesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya tergantung pada sumbernya di dalam bumi, yang pada umumnya merupakan campuran senyawa kimia dengan
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN REACTION FORCE PADA DISCHARGE POINT DARI SAFETY VALVE SISTEM PERPIPAAN REAKTOR NUKLIR
ANALISIS PERHITUNGAN REACTION FORCE PADA DISCHARGE POINT DARI SAFETY VALVE SISTEM PERPIPAAN REAKTOR NUKLIR Kukuh Prayogo 1, Putut Hery Setiawan 2 1,2 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK
Lebih terperinciANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT
JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 14 ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT Sigit Mulyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Mercubuana Email: sigit_mulyanto@yahoo.co.id
Lebih terperinciBab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan
Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan Pada bab ini akan dilakukan pemodelan dan analisis tegangan sistem perpipaan pada topside platform. Pemodelan dilakukan berdasarkan gambar isometrik
Lebih terperinciPERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012 ISBN 978-979-17109-7-8 PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL Mochamad Imron,
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :
BAB V ANALISA HASIL 5.1. Evaluasi Perhitungan Secara Manual 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : - Diameter luar pipa (Do)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Sejak dahulu manusia sudah mengenal sistem perpipaan, namun penggunaan sistem dan bahannya masih sangat sederhana, untuk memenuhi kebutuhan mereka secara pribadi ataupun
Lebih terperinciANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT I DAN UNIT II MENUJU HEAT EXCHANGER DI PLTU BELAWAN
ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT I DAN UNIT II MENUJU HEAT EXCHANGER DI PLTU BELAWAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciANALISA TEGANGAN PIPA PADA TURBIN RCC OFF GAS TO PROPYLENE PROJECT
ANALISA TEGANGAN PIPA PADA TURBIN RCC OFF GAS TO PROPYLENE PROJECT ( ROPP ) PERTAMINA BALONGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II 5.10 Abstrak Telah dilakukan analisa tentang tegangan pipa pada turbin Rcc Off
Lebih terperinciPERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS
PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS YAN BONY MARSAHALA PRSG - BATAN KAWASAN PUSPIPTEK- SERPONG, TANGERANG 15310 Abstrak PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA
PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA *Hendri Hafid Firdaus 1, Djoeli Satrijo 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2
Lebih terperinciANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT
JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 14 ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT Sigit Mulyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Mercubuana Email :sigit_mulyanto@yahoo.co.id
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II
TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :
BAB V ANALISA HASIL 5.1. Evaluasi Perhitungan Secara Manual 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : - Diameter luar pipa (Do)
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL
BAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL 6.1. Persiapan Permodelan Sebelum melakukan pemodelan dan analisis, perlu dilakukan olah data terlebih dahulu dari data-data yang diperoleh untuk mempermudah dalam melakukan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan dan Analisa Tegangan 4.1.1 Perhitungan Ketebalan Minimum Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan. Perbedaan ketebalan pipa
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum dapat dihitung dan persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13
BAB II DASAR TEORI 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa 4th failure February 13 1st failure March 07 5th failure July 13 2nd failure Oct 09 3rd failure Jan 11 Gambar 2.1 Riwayat
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II
LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-Data Awal Analisa Tegangan Berikut ini data-data awal yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini baik untuk perhitungan secara manual maupun untuk data
Lebih terperinciAnalisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline
Sidang Tugas Akhir Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline HARIONO NRP. 4309 100 103 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Handayanu, M.Sc 2. Yoyok Setyo H.,ST.MT.PhD
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN REACTION FORCE PADA DISCHARGE POINT DARI SAFETY VALVE SISTEM PERPIPAAN REAKTOR NUKLIR
ANALISIS PERHITUNGAN REACTION FORCE PADA DISCHARGE POINT DARI SAFETY VALVE SISTEM PERPIPAAN REAKTOR NUKLIR Kukuh prayogo " Putut Hery Setiawan2 1.2Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong,
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (HIGH PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT
DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (HIGH PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT *Muhammad Zainal Mahfud 1, Djoeli Satrijo 2, Toni Prahasto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciAnalisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Material Stainless Steel 304, 310, dan 321
Analisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Stainless Steel, 310, dan 321 pada Aliran Reject 1st Cleaner to 2nd Cleaner OCC Line Voith Unit SP 3-5 di PT. PAKERIN (Pabrik Kertas Indonesia) Budi
Lebih terperinciBAB IV PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) CAESAR II VERSI 2014
71 BAB IV PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) CAESAR II VERSI 2014 Sejak diperkenalkan pada tahun 1984, CAESAR II telah menjadi software yang banyak digunakan sebagai pipe flexibility dan stress analysis software.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out (FWKO) ke pump suction diberikan pada Gambar 3.1 Mulai Perumusan Masalah
Lebih terperinciAnalisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )
Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com
Lebih terperinciSIMULATOR PEMBUANG PANAS RSG-GAS. Demon Handoyo2, Khairul Handono3, Agus Cahyono4, Sapto Teguh p5
Proseding Pertemuan /Imiah Rekayasa Perangkat Nukfir PRPN - BA TAN, 30 November 2011 SIMULATOR PEMBUANG PANAS RSG-GAS Utaja" Demon Handoyo2, Khairul Handono3, Agus Cahyono4, Sapto Teguh p5 1.2.3.4.5 Pusat
Lebih terperinciANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT
ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K.
Lebih terperinciEV ALUASI KONSUMSI DAY A LISTRIK RSG-GAS PADA SIKLUS OPERAS I TERAS KE 58. Teguh Sulistyo Pusat Reaktor Serba Guna Kawasan Puspiptek Serpong 5310
Prosiding Pertemuan I1miah Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir EV ALUASI KONSUMSI DAY A LISTRIK RSG-GAS PADA SIKLUS OPERAS I TERAS KE 58 Teguh Sulistyo Pusat Reaktor Serba Guna Kawasan Puspiptek Serpong
Lebih terperinciANALISA TEGANGAN STATIK SISTEM PERPIPAAN PADA TANGKI MINYAK (OIL TANK) DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II v.5.10
ANALISA TEGANGAN STATIK SISTEM PERPIPAAN PADA TANGKI MINYAK (OIL TANK) DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II v.5.10 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciPIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR
P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR II P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS ON THE ONSHORE DESIGN
Lebih terperinciANALISA FLEKSIBILITAS PADA SAMBUNGAN SISTEM PEMIPAAN DENGAN BUKAAN SHELL TANGKI BERDASARKAN STANDAR API 650
ANAISA FEKSIBIITAS PADA SAMBUNGAN SISTEM PEMIPAAN DENGAN BUKAAN SHE TANGKI BERDASARKAN STANDAR API 650 Budi Santoso dan Hana Subhiyah PRPN BATAN, Kawasan Puspiptek, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihidupkan kembali dengan menggunakan pompa atau gas. Gas lift merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumur-sumur minyak yang laju produksinya sudah rendah atau bahkan sudah tidak mampu mengalirkan minyak ke permukaan dapat ditingkatkan / dihidupkan kembali
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data dan Sistem Pemodelan Sumber (referensi) data-data yang diperlukan yang akan digunakan untuk melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)
35 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Perancangan Jenis bejana tekan Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To Panjang silinder Diameter dalam silinder / Di Panjang bejana tekan (head to head) / z Joint efisiensi
Lebih terperinci2.10 Caesar II. 5.10Pipe Strees Analysis
2.8 Pipe Support Karena pipa dipengaruhi oleh ekspansi termal. Mendukung dalam sebuah langkah sistem perpipaan termal dalam arah yang berbeda. Pipe support oleh dua jenis support-kaku (rigid support) dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Teori Perpipaan 2.1.1 Definisi Sistem Perpipaan Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik ke satu atau beberapa titik lainnya digunakan
Lebih terperinciDESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK
DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK Erinofiardi, Ahmad Fauzan Suryono, Arno Abdillah Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu Jl. W.R. Supratman Kandang
Lebih terperinciEVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.
EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN Rizki Budi Rahayu 1, Riyatun 1, Azizul Khakim 2 1 Prodi Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil yang terdiri atas gas dan minyak bumi masih menjadi kebutuhan pokok yang belum tergantikan sebagai sumber energi dalam semua industri proses. Seiring
Lebih terperinciDAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... NASKAH SOAL... HALAMAN PERSEMBAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Pemodelan Perancangan Sistem Perpipaan Berikut adalah diagram alir perancangan, pembentukan geometri, pemodelan, dan analisa sistem perpipaan. Gambar 3.1 Diagram
Lebih terperinciKAJIAN PENGAWASAN DESAIN SISTEM PERPIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR
KAJIAN PENGAWASAN DESAIN SISTEM PERPIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Yusri Heni, Nurwidi Astuti Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga
Lebih terperinciPENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati
PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2 Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati ABSTRAK PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Elemen bakar merupakan salah
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: Hydrotest, Faktor Keamanan, Pipa, FEM ( Finite Element Method )
PERBANDINGAN PRESSURE AKTUAL HYDROTEST WELDING PIPE API 5L B PSL 1 ERW SCH 10 Ø30 TERHADAP TEGANGAN LULUH DENGAN SIMULASI NUMERIK METODE FEM ( FINITE ELEMENT METHOD ) Muhammad Irawan *, Nurul Laili Arifin
Lebih terperinciPeran Dunia Pendidikan Dalam Memajukan Teknologi PLTN di Indonesia
Peran Dunia Pendidikan Dalam Memajukan Teknologi PLTN di Indonesia Ade Gafar Abdullah Electrical Power Systems Research Group (EPSRG) Electrical Engineering Departement Indonesia University of Education
Lebih terperinciB 040. Badan Tenaga Nuklir Nasional 2012
B 040 ANALISIS INTEGRITAS SISTIM PERPIPAAN PENDINGIN PRIMER REAKTOR AIR BERTEKANAN DALAM RANGKA PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN PERTAMA DI INDONESIA Roziq Himawan Geni Rina Sunaryo Sri Nitiswati Yoyok Dwi Setyo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradabaan manusia, kebutuhan terhadap energi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciBAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN
BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN Dalam pemodelan sistem perpipaan diperlukan data-data pendukung sebagai input perangkat lunak dalam analisis. Data yang diperlukan untuk pemodelan suatu sistem perpipaan
Lebih terperinciSTUDI TEKNIK DISMANTLING INSTALASI PEMIPAAN REAKTOR TRIGA MARK II BANDUNG
STUDI TEKNIK DISMANTLING INSTALASI PEMIPAAN REAKTOR TRIGA MARK II BANDUNG Maryudi, Ir.Budi Kaliwanto, Ade Suherman Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK STUDI TEKNIK DISMANTLING INSTALASI
Lebih terperinciMODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI. Elfrida Saragi *, Utaja **
MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI Elfrida Saragi *, Utaja ** ABSTRAK MODEL MATEMATIK UNTUK MENENTUKAN LAMA JATUH BATANG KENDALI. Salah satu faktor penting dalam keselamatan operasi
Lebih terperinciBADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281, Tel (62)(0274) 488435 Ringkasan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Tahap Pertama
Lebih terperinciANALISIS TEGANGAN PADA SAMBUNGAN NOSEL MASUK DAN KELUAR BEJANA TEKAN REAKTOR DENGAN MEH
Anni Rahmat, dkk. ISSN 0216-3128 179 ANALISIS TEGANGAN PADA SAMBUNGAN NOSEL MASUK DAN KELUAR BEJANA TEKAN REAKTOR DENGAN MEH Anni Rahmat, Roziq Himawan Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir, BATAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Ribuan tahun yang lalu, sistem pipa sudah dikenal dan digunakan oleh manusia untuk mengalirkan air sebagai kebutuhan air minum dan irigasi. Jadi pada dasarnya sistem
Lebih terperinciPENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE
PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE EDY SULISTYONO PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR ( PTBN ), BATAN e-mail: edysulis@batan.go.id ABSTRAK PENGARUH
Lebih terperinciFULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Fazri Apip Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian
Lebih terperinciANALISA TEGANGAN PIP A DENGAN BAHAN PIP A NON METALIK DALAM SISTEM PEMIPAAN
Proseding Pertemuan IImiah Rekayasa Perangkat Nuklir ANALISA TEGANGAN PIP A DENGAN BAHAN PIP A NON METALIK DALAM SISTEM PEMIPAAN Ir.Budi Santoso \ Ir. Petrus Zacharias2 1.2Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir,
Lebih terperinciKAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA
KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA S. Nitiswati 1), Djoko H.N 1), Yudi Pramono 2) 1) Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN 2) Direktorat Pengaturan, Pengawasan Instalasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat kecil seperti neutron dan elektron-elektron. kontraktor yang bergerak dibidang EPC, Petrochemical, LNG.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Benda-benda yang ada dibumi pada dasarnya berbentuk padatan, cairan, atau gas yang komposisinya tergantung pada sumbernya. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE
DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE AKIBAT PENGARUH BEBAN ARUS DAN GELOMBANG LAUT DI PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN VI BALONGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA *Felix Wahyu
Lebih terperinciANALISA TEGANGAN STATIK SISTEM PERPIPAAN PADA POMPA AIR UMPAN ( FEED WATER PUMP ) DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II versi. 5.
ANALISA TEGANGAN STATIK SISTEM PERPIPAAN PADA POMPA AIR UMPAN ( FEED WATER PUMP ) DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II versi. 5.10 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline
Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline 5.1 Analisis Tegangan dan Fleksibilitas Analisis tegangan dan fleksibilitas pipeline ini dilakukan dengan menggunakan
Lebih terperinciANALISIS KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PRIMER RSG-GAS MODA SATU JALUR
ANALISIS KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PRIMER RSG-GAS MODA SATU JALUR Sukmanto Dibyo sukdibyo@batan.go.id Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN-BATAN) ABSTRAK ANALISIS KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK
PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI
Lebih terperinciPENENTUAN AnPLITUDO DAN FASA FUNGSI PINDAH DAYA NOL SECARA UJl BATANG KENDALl JATUH DARI TRIGA nark II BANDUNG. paan Id. DdoeJI. .A,rJ.i.uA Xuu.
PENENTUAN AnPLITUDO DAN FASA FUNGSI PINDAH DAYA NOL SECARA UJl BATANG KENDALl JATUH DARI TRIGA nark II BANDUNG paan Id. DdoeJI..A,rJ.i.uA Xuu.owo Pusst Panelitian Teknik Nuklir ABSTRAK Penentuan Amplitudo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor Kartini merupakan reaktor nuklir tipe TRIGA Mark II (Training Research and Isotop Production by General Atomic) yang mempunyai daya maksimum 250 kw dan beroperasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup
Lebih terperinciPERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP
PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP Elfrida Saragi PPIN BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia 15310 Email
Lebih terperinciKAJIAN MODA OPERASI TWO OF THREE PADA ARUS BEBAN SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS
KAJIAN MODA OPERASI TWO OF THREE PADA ARUS BEBAN SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS YAN BONY MARSAHALA Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek Serpong Tangerang 15310 Banten Telp. 021-7560908 Abstrak
Lebih terperinci4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA
4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1 Data Penelitian Data material pipa API-5L Gr B ditunjukkan pada Tabel 4.1, sedangkan kondisi kerja pada sistem perpipaan unloading line dari jetty menuju plan ditunjukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai
Lebih terperinci