PERBEDAAN NILAI AGREGASI TROMBOSIT ANTARA PEROKOK DENGAN BUKAN PEROKOK DI PABRIK GARMEN CIMAHI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN NILAI AGREGASI TROMBOSIT ANTARA PEROKOK DENGAN BUKAN PEROKOK DI PABRIK GARMEN CIMAHI SELATAN"

Transkripsi

1 PERBEDAAN NILAI AGREGASI TROMBOSIT ANTARA PEROKOK DENGAN BUKAN PEROKOK DI PABRIK GARMEN CIMAHI SELATAN Aditia Nugraha*, Rini Sundari H, Dinyar Supiadi W Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi perokok cukup tinggi, yaitu pria (30,9%) dan wanita (6,8%). Pada perokok dapat terjadi hiperagregasi trombosit akibat zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok. Akibat zat-zat kimia tersebut dapat menyebabkan kerusakan endotel yang dapat merangsang trombosit untuk melakukan agregasi trombosit. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji perbedaan nilai agregasi trombosit antara perokok dengan bukan perokok di Pabrik Garmen X Cimahi Selatan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian terdiri dari dua kelompok tidak berpasangan, yaitu kelompok perokok dengan bukan perokok yang kemudian akan dilihat perbedaan agregasi trombosit kelompok tersebut. Jumlah sampel sebanyak 73 orang, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perokok dan bukan perokok, kemudian untuk menganalisis perbedaan nilai agregasi trombosit perokok dengan bukan perokok digunakan uji statistik Mann Whitney. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 19. Hasil penelitian nilai rata-rata agregasi trombosit perokok adalah 44,1 pada pengenceran 10 μm, 17,2 pada pengenceran 5 μm, 6,2 pada pengenceran 2,5 μm, dan 2,0 pada pengenceran 1 μm. Nilai rata-rata agregasi trombosit bukan perokok adalah 45,7 pada pengenceran 10 μm, 24,9 pada pengenceran 5 μm, 9,3 pada pengenceran 2,5 μm, dan 1,3 pada pengenceran 1 μm. Kesimpulan pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan agregasi trombosit antara perokok dengan bukan perokok. Tetapi berbeda pada setiap interpretasi, yaitu terdapat 3 orang perokok yang mengalami hiperagregasi trombosit tetapi pada bukan perokok tidak terjadi hiperagregasi trombosit. Kata Kunci :, Bukan, Agregasi Trombosit ABSTRACT West Java is one of the provinces with fairly high prevalence of smokers, male (30.9%) and female (6.8%). The smokers may suffer patelets hyperaggregation due to the chemical substances that tobacco contains. The chemical substances may damage endothelial which in turn may stimulate the patelets to carry out a patelets aggregation. The objective of this research was to determine the differences in the values of patelets aggregation between smokers and non-smokers in Garmen Factory X South Cimahi. The type of research was observational-analytic by a cross-sectional approach. The research compared between the variable of smokers and patelets aggregation. The research subject consisted of two unpaired groups, namely, smokers and non-smokers. Then, the differences in the patelets aggregations of the two groups were sought. The total sample was 73 persons, divided into 2 groups, smokers and non-smokers. Furthermore, to analyze the differences in values of patelets aggregations of smokers and that of non-smokers, a statistical test of Mann Whitney was used. Data processing in this research used SPSS 19 software. * penulis : dok.aditia16@ymail.com 1

2 The research findings were as follows the average values of smokers patelets aggregations were 44,1, 17,2, 6,2, and 2,0 in dilutions of 10 μm, 5 μm, 2.5 μm, and 1 μm, respectively. The average values of non-smokers patelets aggregations were 45,7, 24,9, 9,3, and 1,3 in dilutions of 10 μm, 5 μm, 2.5 μm, and 1 μm, respectively. The conclusion of this research was that there was no a difference in patelets aggregation between the smokers and non-smokers. But it is different on of each interpretation, ie there are 3 people who had hyperaggregation patelets smokers but not in nonsmokers happen hyperaggregation patelets. Keywords: Smokers, Non-smokers, Platelets Aggregations PENDAHULUAN Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan seseorang perokok tanpa tujuan positif bagi kesehatan. adalah seseorang yang merokok setiap hari dalam jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya dan masih merokok pada saat dilakukan survei. Pada tahun 2009, sebanyak 20,6% orang dewasa di Amerika Serikat yang berusia lebih dari 18 tahun perokok aktif. Insidensi perokok aktif pada pria (23,5%) lebih besar dibandingkan dengan wanita (17,9%). 1, 2 Setiap tahunnya dua setengah juta orang di dunia meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok. Hal ini tentu saja memprihatinkan kalangan kesehatan mengingat akibat buruk yang ditimbulkan rokok bagi kesehatan. Beberapa penyakit yang berhubungan erat dengan kebiasaan merokok antara lain kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, ulkus peptikum, kanker mulut/tenggorokan, penyakit pembuluh darah otak, dan lain-lain. 3 Hiperagregasi trombosit merupakan salah satu akibat dari efek merokok yang penting selain aterosklerosis. Pada perokok dapat terjadi hiperagregasi trombosit akibat menurunnya isoprostan. Penurunan isoprostan terjadi akibat berkurangnya glutation pada trombosit perokok yang merupakan ekspresi gen pertahanan tubuh. Penting untuk diperhatikan bahwa endotel yang mengalami kerusakan dapat merangsang trombosit untuk melakukan agregasi trombosit. 2

3 Adanya kerusakan endotel merupakan akibat produk yang diserap dari asap rokok. 5, 6 Penilaian fungsi trombosit salah satunya memeriksa agregasi trombosit. Pemeriksaan agregasi trombosit dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain mikroskopik, makroskopik, dan analyzer. Dari ketiga pemeriksaan tersebut yang paling spesifik analyzer. Pada penggunaan analyzer diperlukan bahan pemeriksaan berupa platelet rich plasma (PRP) dengan menggunakan pengaduk dan aggregator seperti adenosin difosfat (ADP). 4 Berdasarkan uraian tersebut penting diketahui mengenai dampak dan kerugian merokok yang salah satunya menyebabkan hiperagregasi trombosit, maka akan dilakukan penelitian mengenai perbedaan agregasi trombosit antara perokok dengan bukan perokok di Wilayah Cimahi Selatan. Penelitian dilakukan di Wilayah Cimahi Selatan karena termasuk daerah industri yang terdapat banyak pekerja pria buruh pabrik. BAHAN DAN METODE Analisis data penelitian 2 kelompok tidak berpasangan, yaitu menganalisis perbedaan nilai agregasi trombosit antara perokok dan bukan perokok dengan menggunakan analisis bivariat. Variabel bebas merupakan variabel kategorik (perokok dan bukan perokok), variabel terikat merupakan variabel kategorik nominal (agregasi trombosit) sehingga pada penelitian digunakan uji statistik Chi Square apabila distribusi normal, tetapi apabila distribusi tidak normal maka menggunakan Komogorov-Smirnov. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Desember 2013 Januari 2014 di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin. Penelitian diikuti 74 orang laki-laki yang diambil dari salah satu Pabrik Garmen X di Wilayah Cimahi Selatan. Peserta penelitian terdiri atas 41 perokok dan 33 bukan perokok yang ditentukan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada peserta penelitian. * penulis : dok.aditia16@ymail.com 3

4 Umur Peserta dan Bukan Pada penelitian ini diikuti 74 peserta penelitian dengan umur paling rendah 19 tahun dan umur paling tinggi 52 tahun. Sesuai dengan kriteria dewasa berdasarkan Depkes RI tahun 2009 umur tersebut termasuk umur dewasa. Rata-rata umur perokok 33,8 tahun, sedangkan rata-rata umur bukan perokok 32,1 tahun. Jumlah Konsumsi Rokok Jumlah rokok yang dikonsumsi oleh peserta penelitian sebanyak 5 25 batang per hari dengan rata-rata 13,2 batang per hari. Selanjutnya dapat dikelompokkan menjadi kategori ringan (5 10), sedang (11 20), dan berat (21 25). Lama Merokok Peserta perokok penelitian ini sudah merokok selama 3 25 tahun dengan rata-rata 11,2 tahun. Berdasarkan lama merokok tersebut dapat dikelompokkan menjadi 1 5, 6 10, 11 15, 16 20, dan tahun. Perbedaan Nilai Rata-Rata Agregasi Trombosit dan Bukan pada Setiap Pengenceran Hasil penelitian yang menggunakan alat aggram untuk mengukur nilai agregasi trombosit pada peserta penelitian terdapat nilai max % yang menjadi nilai agregasi trombosit tersebut. Nilai max % ini dibandingkan antara perokok dan bukan perokok seperti terlihat pada Gambar 1. Penilaian hasil dilakukan dengan menganalisis bentuk kurva agregasi trombosit yaitu dengan menghitung persentase transmisi cahaya maksimal. Hasil pemeriksaan agregasi trombosit tergantung pada jenis dan kadar agonis yang dipakai. Pada penggunaan ADP sebagai agonis, dengan kadar ADP yang rendah akan timbul agregasi kemudian diikuti dengan deagregasi. Apabila kadar ADP ditingkatkan, akan dihasilkan agregasi bersifat ireversibel dengan bentuk kurva yang bifasik. Hal ini terjadi karena proses agregasi primer 4

5 yang disebabkan oleh ADP eksogen, diikuti oleh agregasi sekunder yang disebabkan oleh pelepasan ADP endogen dari trombosit. Nilai normal A g r e g a s i T r o m b o s i t % ,04-66,48 28,84-52,68 8,80-36, , μm 5 μm 2,5 μm 1 μm Konsentrasi ADP Bukan Gambar 1 Grafik perbandingan nilai rata-rata agregasi trombosit antara perokok dan bukan perokok pada setiap pengenceran. Berdasarkan Gambar 1 perbandingan agregasi trombosit antara perokok dengan bukan perokok menunjukkan bagaimana agregasi trombosit pada bukan perokok lebih tinggi pada konsentrasi ADP 10 μm, 5 μm, dan 2,5 μm. Pada konsentrasi ADP 1 μm terlihat agregasi trombosit perokok lebih tinggi karena pada konsentrasi tersebut ADP terikat oleh reseptor membran dan melepaskan ion Ca 2+. Akhirnya pada konsentrasi ADP 1 μm terlihat agregasi trombosit perokok lebih tinggi karena cahaya yang menembus agregasi trombosit lebih banyak. 8 Pada setiap pengenceran dibandingkan agregasi trombosit antara perokok dan bukan perokok dengan tujuan melihat peningkatan agregasi trombosit pada setiap pengenceran. Dari hasil penelitian tidak didapatkan perbedaan agregasi trombosit yang bermakna antara perokok dan bukan perokok. Hasil yang tidak bermakna kemungkinan terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu frekuensi paparan rokok yang relatif jarang. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Davis dkk. terdapat * penulis : dok.aditia16@ymail.com 5

6 perbedaan kemungkinan karena subjek penelitian yang diambil adalah yang lama merokok lebih dari 25 tahun. 10 Agregasi Trombosit Antara dan Bukan Menggunakan Agonis ADP dengan Konsentrasi 10 μm Pada konsentrasi ini dapat dibandingkan dari masing-masing interpretasi, yaitu hiperagregasi, normoagregasi, dan hipoagregasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perbedaan agregasi trombosit perokok dan bukan perokok pada konsentrasi ADP 10 μm No Agregasi trombosit Bukan Jumlah % Jumlah % 1 Hiperagregasi 3 7, Normoagregasi 15 36, ,3 3 Hipoagregasi 23 56, ,7 Total Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa pada perokok terjadi hiperagregasi trombosit dan pada bukan perokok tidak terjadi hiperagregasi trombosit. yang mengalami hiperagregasi trombosit tersebut termasuk kelompok perokok berat yang merokok batang per hari dan lama merokok 25 tahun. Hal ini terjadi karena pada tubuh perokok mengalami aterosklerosis dan thrombosis yang diakibatkan lamanya merokok dan intensitas yang sering. Menurut penelitian yang dilakukan Butkiewicz bahwa dengan menghisap 3 5 batang rokok saja sudah memengaruhi trombosit untuk beragregasi dalam jangka waktu minimal 30 menit. 10 Hipoagregasi trombosit ditemukan tinggi pada perokok maupun bukan perokok, namun lebih tinggi 66,7% pada bukan perokok. Kemungkinan terjadinya hipoagregasi pada bukan perokok disebabkan adanya faktor lain dari peserta bukan perokok, misalnya diabetes mellitus, dislipidemia, dan penyakit lainnya. Pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan faktor-faktor tersebut. Hipoagregasi dapat terjadi karena terdapat kelainan pembekuan dan 6

7 juga dapat terjadi karena jumlah trombosit yang berkurang. Menurut penelitian yang dilakukan Scheinichen dkk. terjadinya hipoagregasi trombosit karena aktifitas metabolik pada penyimpanan trombosit. 11 Agregasi Trombosit Antara dan Bukan Menggunakan Agonis ADP dengan Konsentrasi 5 μm Pada konsentrasi ADP 5 μm dapat dilihat perbedaan agregasi trombosit pada perokok dan bukan perokok. Dari perbedaan tersebut dilihat banyaknya peserta penelitian yang mengalami hiperagregasi trombosit yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Perbedaan agregasi trombosit perokok dan bukan perokok pada konsentrasi ADP 5 μm Bukan No Agregasi trombosit Jumlah % Jumlah % 1 Hiperagregasi 3 7, Normoagregasi 5 12,2 7 21,3 3 Hipoagregasi 33 80, ,8 Total Berdasarkan Tabel 2 terdapat 3 (7,3%) peserta perokok yang mengalami hiperagregasi trombosit, tetapi pada peserta bukan perokok tidak ada peserta yang mengalami hiperagregasi trombosit. Menurut penelitian Takajo yang dilakukan pada konsentrasi ADP 5 μm terjadi hiperagregasi trombosit sebanyak 6 (13,7%) orang perokok. Nikotin dalam 1 2 batang rokok akan meningkatkan pelepasan sel endotel dalam sirkulasi dan menyebabkan dimulainya proses agregasi trombosit. Kemungkinan hal tersebut yang menyebabkan terjadinya hiperagregasi trombosit pada perokok selain dari lama dan banyaknya merokok. Pada konsentrasi 5 μm tampak peserta yang mengalami hipoagregasi trombosit sebanyak 33 (80,5%) perokok dan 26 (78,8%) bukan perokok. Menurut Scheinichen dkk. hal tersebut terjadi kemungkinan adanya kelelahan trombosit untuk melakukan agregasi. * penulis : dok.aditia16@ymail.com 7

8 Agregasi Trombosit Antara dan Bukan Menggunakan Agonis ADP dengan Konsentrasi 2,5 μm Dilihat dari perbedaan nilai rata-rata agregasi trombosit yang menunjukan tidak adanya perbedaan, dapat dibedakan sesuai interpretasi hasil pemeriksaan agregasi trombosit. Dari interpretasi tersebut dilihat jumlah perokok atau bukan perokok yang mengalami hiperagregasi, normoagregasi, dan hipoagregasi trombosit. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perbedaan agregasi trombosit perokok dan bukan perokok pada konsentrasi ADP 2,5 μm Bukan No Agregasi trombosit Jumlah % Jumlah % 1 Hiperagregasi 4 9,8 1 3,0 2 Normoagregasi 5 12,2 7 18,2 3 Hipoagregasi 32 78, ,8 Total Menurut interpretasi yang dibedakan pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa terdapat 4 (9,8%) orang perokok mengalami hiperagregasi trombosit dan 1 (3,0%) orang bukan perokok mengalami hiperagregasi trombosit. Terjadinya hiperagregasi tersebut pada tubuh perokok terdapat zat-zat kimia rokok yang dapat merangsang trombosit untuk melakukan agregasi. Zat kimia pada asap rokok yang telah terinhalasi dalam tubuh akan merangsang tromboksan A 2 dalam darah. Peran dari tromboksan A 2 untuk mengaktifkan produksi trombosit yang baru dan meningkatkan agregasi trombosit. 7 Menurut Liweiju, pada tahun 2011 dalam penelitiannya dikatakan bahwa agregasi trombosit meningkat pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok dan agregasi trombosit tersebut meningkat sesuai konsumsi jumlah rokok perharinya. Mekanisme dari aktivasi trombosit pada perokok ini pada awalnya diketahui dari penelitian yang mengatakan bahwa merokok memengaruhi waktu hidup trombosit sehingga terjadi penurunan waktu paruh hidup trombosit (kurang dari 92 jam). Peningkatan stres oksidatif pada perokok juga 8

9 dapat menyebabkan agregasi trombosit yang ditunjukkan dengan kadar vitamin C dan GSH yang lebih rendah pada perokok dari pada yang bukan perokok. 12 Agregasi Trombosit Antara dan Bukan Menggunakan Agonis ADP dengan Konsentrasi 1 μm Pada konsentrasi 1 μm dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai ratarata agregasi trombosit antara perokok dan bukan perokok dengan menggunakan agonis ADP dengan konsentrasi 1 μm. Hal tersebut didapatkan dari perhitungan statistik yang diperoleh nilai p sebesar 0,143. Tetapi apabila dilihat dari masing-masing interpretasi agregasi trombosit peserta penelitian dapat dilihat perbedaan klinis yang terjadi. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perbedaan agregasi trombosit perokok dan bukan perokok pada konsentrasi ADP 1 μm Bukan No Agregasi trombosit Jumlah % Jumlah % 1 Hiperagregasi 3 7, Normoagregasi 32 78, ,8 3 Hipoagregasi 6 14,6 7 21,2 Total Berdasarkan interpretasi agregasi trombosit pada Tabel 4 tampak 3 orang (7,3%) perokok mengalami hiperagregasi trombosit, tetapi pada peserta penelitian bukan perokok tidak terjadi hiperagregasi trombsoit. Zat-zat kimia pada asap rokok yang telah masuk dalam tubuh akan merangsang tromboksan A 2 dalam darah. Tromboksan A2 tersebut akan menstimulasi trombosit untuk melakukan agregasi. 11 Pada konsentrasi ADP 1 μm ini terlihat jumlah peserta yang mengalami normoagregasi trombosit memiliki jumlah yang besar baik perokok maupun bukan perokok. Hal ini terjadi kemungkinan agregasi trombosit kembali normal karena terdapat prostasiklin di dalam darah. Prostasiklin akan menghambat agregasi trombosit dan menjaganya agar tetap stabil. 11 * penulis : dok.aditia16@ymail.com 9

10 Perbedaan Kesimpulan Interpretasi Agregasi Trombosit antara dengan Bukan Kesimpulan pemeriksaan agregasi trombosit ditentukan dari interpretasi agregasi trombosit pada setiap konsentrasi. Kesimpulan interpretasi tersebut dapat dibandingkan antara perokok dengan bukan perokok, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Perbedaan kesimpulan interpretasi agregasi trombosit antara perokok dengan bukan perokok Bukan No Agregasi trombosit Jumlah % Jumlah % 1 Hiperagregasi 3 7, Hipoagregasi ,9 3 Normoagregasi 4 9,7 6 18,1 Total Pada Tabel 5 terlihat peserta penelitian yang mengalami hiperagregasi trombosit terdapat 3 orang (7,3%), sedangkan pada bukan perokok tidak terjadi hiperagregasi trombosit. Dilihat dari lama merokok dan banyaknya jumlah rokok yang dikonsumsi terdapat 2 peserta penelitian merokok selama 20 tahun termasuk perokok berat yang merokok sebanyak 12 batang per hari dan 1 orang peserta penelitian merokok selama 15 tahun termasuk perokok sedang yang merokok sebanyak 15 batang per hari. Dilihat dari konsentrasi ADP 2 peserta yang termasuk perokok berat terjadi hiperagregasi trombosit pada setiap konsentrasi ADP, tetapi pada 1 peserta yang termasuk perokok sedang terjadi hiperagregasi trombosit pada konsentrasi ADP 10 μm, 5 μm, 2,5 μm dan terjadi normoagregasi trombosit pada konsentrasi 1 μm. Umur 2 orang peserta yang termasuk perokok berat masing-masing berumur 41 tahun dan 43 tahun, sedangkan 1 orang peserta yang termasuk perokok sedang berumur 46 tahun. Dengan demikian konsumsi rokok berlebih dan jangka waktu lama dapat menimbulkan suatu penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah arteri. Hal tersebut terjadi karena pada tubuh perokok terdapat zat-zat kimia kandungan rokok yang dapat merangsang trombosit melakukan agregasi trombosit. Trombosit melepaskan ADP yang menyebabkan 10

11 sebagian besar trombosit bersatu dan selanjutnya melepaskan lipid yang diperlukan untuk pembentukan bekuan. Selanjutnya trombosit memperkuat bekuan yang terbentuk dengan retraksi bekuan. 13 Agregasi awal terjadi akibat kontak permukaan dan pembebasan ADP dari trombosit lain yang melekat pada permukaan endotel. Hal ini disebut gelombang agregasi primer. Kemudian dengan bertambahnya trombosit yang terlibat, maka lebih banyak ADP yang dilepaskan sehingga terjadi gelombang agregasi sekunder. Pada Tabel 4.8 terlihat banyaknya peserta yang mengalami hipoagregasi trombosit baik pada perokok maupun bukan perokok. Hal tersebut kemungkinan agregasi trombosit pada peserta penelitian masih pada tahap agregasi primer. 9 KESIMPULAN Pada penelitian ini didapatkan rerata umur kelompok perokok adalah 33,8 tahun dan bukan perokok 32,1 tahun. Untuk kelompok perokok rerata konsumsi rokok 13,3 batang rokok per hari dan sudah merokok selama 3 25 tahun dengan rata-rata 11,2 tahun. Nilai rata-rata agregasi trombosit perokok, yaitu 44,1 pada pengenceran 10 μm, 17,2 pada pengenceran 5 μm, 6,2 pada pengenceran 2,5 μm, dan 2,0 pada pengenceran 1 μm. Nilai rata-rata agregasi trombosit bukan perokok adalah 45,7 pada pengenceran 10 μm, 24,9 pada pengenceran 5 μm, 9,3 pada pengenceran 2,5 μm, dan 1,3 pada pengenceran 1 μm. Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata agregasi trombosit antara perokok dan bukan perokok di Pabrik Garmen X Cimahi Selatan. Tetapi terlihat perbedaan pada setiap interpretasi agregasi, yaitu terdapat 3 orang perokok yang mengalami hiperagregasi trombosit. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). Konsumsi rokok dan prevalensi merokok. Depkes RI. Jakarta World Health Organization (WHO).Tobacco initiative. WHO. Geneva Aditama TY. Rokok Masalah Dunia. Jakarta: Medika: hal * penulis : dok.aditia16@ymail.com 11

12 4. Wirawan R. Nilai Rujukan Pemeriksaan Agregasi Trombosit dengan Adenosis Difosfat pada Orang Indonesia Dewasa Normal di Jakarta. MKI. 2007, 57: Department of Health and Human Services (DHHS). The biology and behavioral basis for smoking attributable disease. DHSS. Rockville Kumar V, Contran RS, Robbins SL. Gangguan hemodinamik trombosis dan syok. Dalam:Asrorudin M, Hartanto H, Darmaniah N, editor. Buku ajar patologi. Ed 7. Jakarta: EGC; hal Hioki Y, Aoki N. Acute effects of cigarrette smoking on platelet dependent thrombin generation. European Heart Journal. 2001; 28: Lewis SM, Bain BJ, Bates I. Practical haematology. 9 th ed. London Edinburgh New York Philadelphia St Louis Toronto: Churchill Livingstone; 2001.p Dewi R. Pemeriksaan fungsi trombosit pada pada pasien diabetes melitus. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Desai, Nihar R, Mega, Jessica L, Jiang, Songtao, Cannon, Christopher P, Sabatine, Marc S. Interaction between cigarrete smoking and clinical benefit of clopidogrel. Journal of American Collage of Cardiology, 2009;p.53: Scheinichen D. Impact of tobacco smoking on platelet function in apheresis products in vitro. Blackwell Publishing, 2004;p.86: Weiju. Cigarrete smoking inhibits the antiplatelet activity of aspirin in patient with coronary heart disease. Chinese Medical Journal, 2011;p.124: Fawcett DW. Dalam: Hartanto H, editor. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC; hal

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski

BAB I PENDAHULUAN. darah, efek terhadap paru, kekebalan tubuh hingga sistem reproduksi. 1 Meski 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok telah diketahui menjadi salah satu faktor risiko dari beberapa macam penyakit. Efek yang paling banyak ditimbulkan seperti pada sistem kardiovaskuler yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. PERBANDINGAN KADAR HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN (hs-crp) PADA PEROKOK AKTIF BERAT, PEROKOK AKTIF RINGAN, DAN NONPEROKOK

ABSTRAK. PERBANDINGAN KADAR HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN (hs-crp) PADA PEROKOK AKTIF BERAT, PEROKOK AKTIF RINGAN, DAN NONPEROKOK ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR HIGH SENSITIVITY C-REACTIVE PROTEIN (hs-crp) PADA PEROKOK AKTIF BERAT, PEROKOK AKTIF RINGAN, DAN NONPEROKOK Anggitha Raharjanti, 2014. Pembimbing I: Adrian Suhendra,dr.,Sp.PK.,M.Kes.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan masalah global, dimana angka morbiditas dan mortalititasnya tinggi. Prevalensi di Amerika diperkirakan 82.6 juta orang mengalami

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK Pranata Priyo Prakoso, 2014; Pembimbing I: Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II: Christine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam keadaan tidak mudah melekat (adhesi) terhadap endotel pembuluh darah atau menempel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Thereatdy Sandi Susyanto, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima,M.Kes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi rokok sudah menjadi gaya hidup baru bagi masyarakat di seluruh dunia. Menurut laporan WHO yang ditulis dalam Tobacco Atlas tahun 2012, konsumsi rokok terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berdasarkan data World Health Organization (WHO), saat ini terdapat setidaknya 1,3 milyar perokok di seluruh dunia. Jumlah ini mencakup hampir sepertiga jumlah populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 Siska Wijayanti, 2010 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI NADI ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK. Oleh : HEERASHENE SITHASIVAM

PERBEDAAN NILAI TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI NADI ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK. Oleh : HEERASHENE SITHASIVAM PERBEDAAN NILAI TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI NADI ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK Oleh : HEERASHENE SITHASIVAM 110100453 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 PERBEDAAN NILAI TEKANAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH MASA KERJA DAN PENGGUNAAN MASKER TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) DARAH PETUGAS PARKIR AKIBAT PAPARAN GAS BUANG KENDARAAN DI WILAYAH PASAR KECAMATAN NGABANG KALIMANTAN BARAT PERIODE JANUARI-SEPTEMBER

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID LDL, HDL, DAN TRIGLISERIDA PENDERITA SINDROM KORONER AKUT ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK SKRIPSI

PERBEDAAN PROFIL LIPID LDL, HDL, DAN TRIGLISERIDA PENDERITA SINDROM KORONER AKUT ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK SKRIPSI PERBEDAAN PROFIL LIPID LDL, HDL, DAN TRIGLISERIDA PENDERITA SINDROM KORONER AKUT ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran LadysaAshadita G0012111

Lebih terperinci

HIPERTENSI SKRIPSI. Persyaratan. Diajukan Oleh J

HIPERTENSI SKRIPSI. Persyaratan. Diajukan Oleh J PERBEDAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DAN TANPAA HIPERTENSI DI RSUD MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner atau PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan hambatan arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung ABSTRAK Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung Ananda D. Putri, 2010 ; Pembimbing I : H. Edwin S., dr, Sp.PD-KKV FINASIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit pernapasan kronis yang merupakan bagian dari noncommunicable disease (NCD). Kematian akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah 20% dari penduduk dunia memiliki kebiasaan merokok dengan perbandingan antara pria dan wanita yaitu 4:1 (Eriksen & Ross, 2012). Data tersebut menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 30%

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 30% BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 30% dari seluruh kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas pada hampir semua kelompok masyarakat di dunia. Semakin banyaknya orang yang mengonsumsi rokok telah menjadi masalah yang cukup serius.

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR LDL, HDL, DAN RASIO LDL/HDL PADA DEWASA MUDA YANG BEROLAHRAGA TIPE AEROBIK CUKUP DAN TIDAK CUKUP

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR LDL, HDL, DAN RASIO LDL/HDL PADA DEWASA MUDA YANG BEROLAHRAGA TIPE AEROBIK CUKUP DAN TIDAK CUKUP ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR LDL, HDL, DAN RASIO LDL/HDL PADA DEWASA MUDA YANG BEROLAHRAGA TIPE AEROBIK CUKUP DAN TIDAK CUKUP Theresa Sugiarti Oetji, 2011 Pembimbing I : drg. Winny Suwindere, MS. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktoral dengan berbagai penyebab disertai manifestasi mayor, dan penyebab kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK

PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK 1 Melkior T. Makawekes 2 Sonny J. R. Kalangi 2 Taufiq F. Pasiak 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan akan memberikan beban mortalitas, morbiditas dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Viola Stephanie, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes. Obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN Fazidah A. Siregar, Achsan Harahap, dan Rasmaliah Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014 PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014 THE COMPARISON BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR TO SMOKING OF PRIVATE SENIOR HIGH

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS ABSTRAK PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS Wendy Sadikin, 2010. Pembimbing I Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes : dr. Ellya Rosa Delima,

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK DIBANDINGKAN SIMVASTATIN Jessica Angela Haryanto,

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) INDIREK DENGAN DIREK PADA KADAR TRIGLISERIDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH Theresia Indri, 2011. Pembimbing I Pembimbing II : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun lalu. Sekitar satu milyar penduduk dunia merupakan perokok aktif dan hampir 80% dari total tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1) BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR Jane Haryanto, 2012 ; Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt. Pembimbing II : Penny Setyawati M.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Rokok membunuh lebih dari 5 juta orang setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran penyakit dalam, jantung, dan kesehatan masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

INTISARI. Kata kunci: kebiasaan minum jamu; antioksidan; imunomodulator; MDA ; hematologi cross sectional

INTISARI. Kata kunci: kebiasaan minum jamu; antioksidan; imunomodulator; MDA ; hematologi cross sectional ANALISIS KADAR MALONDIALDEHID DAN PROFIL DARAH TEPI BERDASARKAN BODY MASS INDEX (BMI), KEBIASAAN MINUM JAMU DAN TINGKAT PAPARAN ASAP ROKOK RELAWAN SEHAT Adnan 1, Haafizah Dania 1 1 Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi gangguan toleransi glukosa cenderung meningkat seiring dengan peningkatan kasus Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 dan Sindrom Metabolik (Mets). Peningkatan insidensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA DRY MOUTH PADA PEROKOK FILTER DI KELURAHAN SUKAWARNA BANDUNG

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA DRY MOUTH PADA PEROKOK FILTER DI KELURAHAN SUKAWARNA BANDUNG ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA DRY MOUTH PADA PEROKOK FILTER DI KELURAHAN SUKAWARNA BANDUNG Effi Sihaloho,2014. Pembimbing I: Riani Setiadhi, drg., Sp. PM Pembimbing II:

Lebih terperinci

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 3-5 TAHUN DI TK PERMATA HATI TAHUN 2015 Sun Aidah Andin Ajeng Rahmawati Dosen Program Studi DIII Kebidanan STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... i ii iii iv ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... vi vii ix DAFTAR SINGKATAN...

Lebih terperinci

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia 4. HASIL Sampel penelitian diambil dari data sekunder berdasarkan studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) pada bulan Desember 2005 Desember 2006. Jumlah rekam medis yang didapat adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 27 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium basah Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS ABSTRAK Shella Monica Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 2011-2012 ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS Albert Yap, 2013, Pembimbing I: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing

Lebih terperinci

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara PREVALENSI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DENGAN RIWAYAT MEROKOK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK (RSUP HAM) MEDAN PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2009 Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH 070100443

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK ORANG TUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN LEUKEMIA PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH.

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK ORANG TUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN LEUKEMIA PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH. HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK ORANG TUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN LEUKEMIA PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh : IRSYADIL FIKRI 100100007 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan kesehatan. Tembakau dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru, penyakit obstruksi paru kronis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok menimbulkan berbagai masalah, baik di bidang kesehatan maupun sosio-ekonomi. Rokok menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan respirasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan derajat berat merokok dengan kejadian infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari 2015. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik dan Ruang Rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok adalah salah satu zat adiktif yang apabila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus,

Lebih terperinci

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA Siti A. Sarah M, 2011. Pembimbing I : dr.jahja Teguh Widjaja,Sp.P.,FCCP Pembimbing II: dr.sijani

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) Dyah Surya Kusumawati (Prodi S1 Keperawatan) Stikes Bhakti

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU MEROKOK WARGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, FAKULTAS KEDOKTERAN DAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

ANALISIS PERILAKU MEROKOK WARGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, FAKULTAS KEDOKTERAN DAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN ANALISIS PERILAKU MEROKOK WARGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, FAKULTAS KEDOKTERAN DAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN ANALIYSIS OF SMOKING BEHAVIOR IN PIJBLIC HEALTH FACULTY, MEDICAL FACULTY,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014 ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014 Maria Justitia Parantika, 2014 Pembimbing I : Dr. J. Teguh Widjaja, dr., SpP.,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN, Ana Ulfah Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email: perdana_182@yahoo.co.id ABSTRAK Menurut WHO (World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik pada saat anak-anak maupun dewasa. Diakui dan dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. baik pada saat anak-anak maupun dewasa. Diakui dan dirasakan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia kaya akan tanaman sumber bahan obat alami yang telah digunakan secara turun-temurun oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hampir setiap orang Indonesia

Lebih terperinci